Laporan Ipdhk Darah

33
Judul Praktikum : Pemeriksaan Darah Tujuan Praktikum : Untuk Pemeriksaan Hematologi dan Menentukan Penyakit Infeksi Dan Pertahanan Tubuh A. Penghitungan Jumlah Eritrosit 1. Dasar Teori Darah adalah partikel suspensi yang mengandung elektrolit. Darah terdiri atas 2 bagian yang penting, yaitu plasma darah dan sel darah. Di dalam plasma darah terdapat air (dengan elektrolit terlarut) serta protein darah (albumin, globulin, dan fibrinogen). Sedangkan komponen sel darah adalah eritrosit, leukosit, dan trombosit. Ketiga sel tersebut terbentuk dari stem cell yang sama, yaitu sel induk pluripotent. Pada mamalia dan unggas, pembentukan sel darah pertama kali terjadi di dalam yolk sac. Sekitar pertengahan kehamilan, pembentukan sel darah terjadi di dalam beberapa jaringan tubuh, misalnya sumsum tulang, hati, limpa, timus, dan nodus limpatikus. Menjelang masa kelahiran sampai & dewasa, sumsum tufang pipih berperan utama dalam hematopoeiesis tersebut. Eritropoeiesis diawali oleh adanya sel hemositoblast. Hemositoblast akan segera membentuk proeritroblast yang mempunyai sitoplasma berwarna biru tua, nukleus di tengah dan nukleoli sedikit mengelompok tetapi sel ini belum mengandung Hb. Sel proeritroblast kemudian berubah menjadi eritroblast _yang mengandung kromatin dalam nukleus dan Hb. Selanjutnya, sel berukuran lebih kecil dengan sitoplasma kebiruan karena terdapat RNA dan kromatin mengalami kondensasi, pada saat ini

description

ilmu penyakit dalam

Transcript of Laporan Ipdhk Darah

Judul Praktikum : Pemeriksaan DarahTujuan Praktikum : Untuk Pemeriksaan Hematologi dan Menentukan Penyakit Infeksi Dan Pertahanan TubuhA. Penghitungan Jumlah Eritrosit1. Dasar TeoriDarah adalah partikel suspensi yang mengandung elektrolit. Darah terdiri atas 2 bagian yang penting, yaitu plasma darah dan sel darah. Di dalam plasma darah terdapat air (dengan elektrolit terlarut) serta protein darah (albumin, globulin, dan fibrinogen). Sedangkan komponen sel darah adalah eritrosit, leukosit, dan trombosit. Ketiga sel tersebut terbentuk dari stem cell yang sama, yaitu sel induk pluripotent. Pada mamalia dan unggas, pembentukan sel darah pertama kali terjadi di dalam yolk sac. Sekitar pertengahan kehamilan, pembentukan sel darah terjadi di dalam beberapa jaringan tubuh, misalnya sumsum tulang, hati, limpa, timus, dan nodus limpatikus. Menjelang masa kelahiran sampai & dewasa, sumsum tufang pipih berperan utama dalam hematopoeiesis tersebut.Eritropoeiesis diawali oleh adanya sel hemositoblast. Hemositoblast akan segera membentuk proeritroblast yang mempunyai sitoplasma berwarna biru tua, nukleus di tengah dan nukleoli sedikit mengelompok tetapi sel ini belum mengandung Hb. Sel proeritroblast kemudian berubah menjadi eritroblast _yang mengandung kromatin dalam nukleus dan Hb. Selanjutnya, sel berukuran lebih kecil dengan sitoplasma kebiruan karena terdapat RNA dan kromatin mengalami kondensasi, pada saat ini sel disebut basofilik eritroblast. Sel berubah menjadi polikromatik eritroblast yang ditandai dengan sitoplasma mengandung Hb (340/0), nukleus mengecil, dan RE direabsorbsi dan selanjutnya berubah lagi menjadi eritroblast. Pada tahap ini, nukleus mengalami fragmentasi dan autolisis, sitoplama banyak mengandung Hb dan berwama merah. Pada tahap akhir akan terbentuk sel retikulosit sebab eritrosit sudah tanpa inti, menghasilkan Hb terus-menerus dalam jumlah kecil selama 3 hari dan akhimya membentuk eritrosit matang setelah berada di luar sumsum tulang, berbentuk bulat pipih dan bikonkaf.Eritropoeiesis sangat dipengaruhi oleh hormon eritropoitin. Ginjal mensekresikan REF (renal errtropoeitin factor} yang segera akan dibawa menuju ke hati untuk mengubah eritropoitinogen menjadi eritropoeitin. Eritropoeitin menyebabkan terjadinya peningkatan kecepatan pembelahan sel hemositoblast.Eritrosit matang tidak mempunyai inti, mitokondria, ataupun RE, tetapi mempunyai enzim sitoplasma yang mampu memetabolisme glukosa meialui proses glikolitik untuk membentuk ATP. ATP diperlukan untuk menjaga kehidupan eritrosit dan kelenturan membran sel. Seiring pertambahan waktu, sistem metabolisme menjadi kurang aktif sehingga mengakibatkan kerapuhan membran sel.

2. Alat Dan Bahan1. Alat Pipet eritrosit, Kamar hitung neubauer2. BahanDarah anjing, Laruran hayem3. Prosedur Kerja1. Isaplah darah sampai garis tanda 0,5 tepat2. Bersihkan kelebihan darah yang ada pada ujung pipet3. Masukkan ujung pipet dalm larutan hayem sambil menahan darah pada garis tanda tadi.pegang pipet dengan sudut 45 o dan larutan hayem dihisap perlahan lahan sampai garis tanda 101. Hati hatilah jangan sampai terjadi gelembung udara4. Angkatlah pipet dari cairan,tutp ujung pipet dengan ujung jari lalu lepaskan karet penghisap5. Kocoklah pipet selama 15-30 detik dengan menutup ujung pipet 4. Hasil Dari pengamatan diatas hasilnya dapat dihitung sebagai berikut :Kotak 1 :52Kotak 2 :65Kotak 3 :75Kotak 4 :67Kotak 5 :78Jadi jumlah eritrosit dari anjing yang kami pakai untuk praktikum ini berjumlah:RBC = 52+65+75+67+78 x 10 x 200 x 5 = 3,37 x 10 6

5. PembahasanEritrosit mempunyai bentuk bikonkaf, seperti cakram dengan garis tengah 7,5 m dan tidak berinti. Warna eritrosit kekuning-kuningan dan dapat berwarna merah karena dalam sitoplasmanya terdapat pigmen warna merah berupa Hemoglobin (Ira P , 2012). Fungsi utama dari eritrosit adalah mengangkut hemoglobin, dan seterusnya mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan. Eritrosit juga berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Ketika sel darah merah mengalami proses lisis oleh patogen atau bakteri, maka hemoglobin di dalam sel darah merah akan melepaskan radikal bebas yang akan menghancurkan dinding dan membran sel patogen, serta membunuhnya. (Maria K, 2009)Eritrosit dibentuk dalam sumsum merah tulang pipih, misalnya di tulang dada, tulang selangka, dan di dalam ruas-ruas tulang belakang. Pembentukannya terjadi selama tujuh hari. Pada awalnya eritrosit mempunyai inti, kemudian inti lenyap dan hemoglobin terbentuk. Setelah hemoglobin terbentuk, eritrosit dilepas dari tempat pembentukannya dan masuk ke dalam sirkulasi darah. (Ira P, 2012).Sel darah merah yang sedang berkembang dalam sumsum (eritroblas) memiliki nucleus (inti); inti memadat seiring Maturasi, dikeluarkan sebelum sel darah merah lepas kedalam sirkulasi. (Atul mehta & Victor Hoffbrand, 2006)Menghitung jumlah eritrosit yang terkandung dalam darah memang bukan suatu hal yang mudah karena sel-sel darah merah yang terkandung dalam darah berukuran sangat kecil sehingga dibutuhkan seperangkat alat yang dinamakan dengan Haemocytometer dengan bantuan mikroskop. Dalam proses penghitungan sel-sel darah merah dibutuhkan juga ketelitian dan konsisten dalam cara menghitung. Penghitungan sel-sel darah merah dihitung di dalam kamar hitung yang bersakala atau berukuran kecil dengan jumlah 40 buah. Pengenceran darah dengan larutan hayem menyebabkan lisis sel leukosit dan trombosit sehingga memudahkan perhitungan jumlah sel eritrosit. Darah diencerkan 200x dan sel eritrosit dihitung pada 5 bidang sedang di tengah pada kamar hitung Improved Neubauer.Perhitungan jumlah eritrosit menggunakan pipet eritrosit (haemocytometer). Pengenceran dalam pipet eritrosit adalah 200 kali. Luas tiap bidang kecil 1/400 mm kuatdrat, tinggi kamar hitung 1/10 mm, sedangkan eritrosit yang dihitung dalam 5 x 16 bidang kamar kecil = 80 bidang kecil, yang jumlah luasnya 1/5 mm kuatdrat. Faktor untuk mendapatkan jumlah eritrosit dalam ul darah menjadi 5 x 10 x 200 = 10.000.Pengenceran darah yang lazim dipakai untuk menghitung eritrosit ialah 20x tetapi menurut keadaan (leukositas tinggi atau leucopenia) pengenceran itu dapat diubah sesuai dengan keadaan itu. Pengaenceran dilakukan lebih tinggi pada leukositas dan lebih rendah pada leocopenia.Pada saat dilakukan percobaan bisa saja kita mendapatkan kesalahan, yang mana akan sangat mempengaruhi hasil pemeriksaan, oleh karena itu ketelitian sangat diperlukan dalam praktikum ini. Sumber kesalahan : Jumlah darah/larutan Heyem yang diisap kedalam pipet tidak tepat. Memakai pipet yang basah Berkurangnya darah dalam pipet pada waktu penghapusan darah yang melekat pada bagian luar ujung pipet. Terjadinya gelembung udara dalam pipet pada waktu menghisap darah/larutan pengencer. Adanya bekuan darah Darah tidak homogeny Kamar hitung/kaca penutup kotor Ada gelembung udara yang masuk pada waktu pengisian kamar hitung Menghitung sel yang menyinggung garis batas tidak benar Kaca penutup bergeser karena tersentuh oleh lensa mikroskop Larutan pengencer kotorMenghitung eritrosit tidak memakai lensa obyektif 40x sehingga kurang telitiB. Pemeriksaan Kadar Hemoglobin1. Dasar TeoriHemoglobin (Hb) tersusun atas empat senyawa heme yang berikatan dengan rantai globin yang berbeda. Ada beberapa jenis rantai globin, yaitu rantai , , dan . Hb normal orang dewasa adalah Hb-A yang mengandung dua rantai dan dua rantai . Rantai mengandung 141 asam amino dan terdapat 146 asam amino. Rantai dan disatukan oleh unit heme yang mengandung asam amino histidin sebagai sisi perekat. Tiap unit heme mengandung Fe sebagai pusatnya yang nantinya akan berikatan dengan O2 dan setiap molekul Hb mampu mengikat 4 molekul O2. Hb berfungsi sebagai alat transportasi O2 serta membawa hasil akhir proses respirasi (CO2). Hb merupakan komponen utama eritrosit. Setiap eritrosit mengandung 640 juta molekul Hb Darah orang normal mengandung sekitar 15 gram Hb dalam setiap 100 ml darah dan setiap gram Hb dapat berikatan dengan maksimum 34 ml O2.Sintesis Hb berlangsung di dalam sumsum tulang. Langkah awal sintesis ini dimulai dengan bergabungnya suksinil Ko-A, glisin, dan piridoksilat fosfat yang dikatalisis oleh -ALAS (asam aminolevulinat sintetase) membentuk -ALA. Dengan bantuan enzim -ALAD (aminolevulinat dehidratase), maka dua molekul -ALA akan membentuk porfobilinogen. Porfobilinogen akan diubah menjadi.polipiril metan oleh enzim porfobifinogen. Melalui katalis enzim uropofirinogen kosintetase, polipiril metan diubah menjadi uroporfirinogen yang dapat mengalami modiflkasi membentuk kopropofirin. Koproporfirin selanjutnya akan berubah menjadi protopofirin dengan bantuan enzim protoporfirinogen oksidase. Selanjutnya enzim HS (heme sintetase) serta penempatan ion Fe (yang dikatalisis oleh enzim ferokelatase) di pusat cincin porfirin, akan mengubah protoforfirin menjadi heme.Destruksi Hb menjadi Fe, globin, dan biliverdin terjadi di dalam hati dan limpa. Protein globin akan masuk kembali dalam pool asam amino, sedangkan biliverdin akan direduksi menjadi bilirubin. Ion Fe akan diangkut protein transferin plasma ke sumsum tulang untuk digunakan kembali dalam biosintesis Hb.Kekurangan kadar Hb dalam darah dapat menyebabkan suatu keadaan yang disebut anemia. Kekurangan kadar Hb dalam darah dapat menyebabkan oleh beberapa hal baik faktor internal maupun faktor ekstemal. Faktor intemal yang mempengaruhi kadar Hb darah adalah kurangnya kadar Fe dalam darah sehingga akan menghambat sisntesis Hb. Untuk faktor ekstemal dapat disebabkan oleh adanya logam berat dalam darah dengan konsentrasi tinggi sehingga mampu menginaktivasi enzim yang mengandung gugus sulfit dan mampu menghambat sintesis Hb, proses kemoterapi (mampu menekan pertumbuhan sel) serta penyinaran/radiasi2. Alat Dan Bahan3. Alat Haemometer, Pipet kapiler, Botol penampung darah4. Bahan0,1 N HCI, Darah anjing, Akuades

3. Prosedur Kerja Isilah tabung pengencer/pengukur hemometer dengan 0,1 N HCI sampai menunjukkan angka 2 Hisaplah darah dengan pipet Hb sampai angkanya menunjukkan 20, hapuslah darah yang melekat pada ujung pipet Sebelum darah mengalami penjedalan, segera masukkan ke dalam tabung pengencer hemometer yang teiah berisi 0,1 N HCI Hisaplah HCI dalam tabung ke dalam pipet dan dikeluarkan lagi, ulangi sampai 3 kali Diamkan selama 8 - 10 menit Encerkan dengan akuades setetes demi setetes sambil diaduk dengan batang pengaduk, sampai wamanya sesuai dengan wama standar Bacalah angka yang sesuai dengan tinggi permukaan Isrutan darah ini (menunjukkan kadar Hb)

4. Hasil Dari pengamatan diatas hasilnya dapat dihitung sebagai berikut : 9,4 g/dl ( dibawah normal)

5. PembahasanHemoglobin (Hb) adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai media transport karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru dan oksigen dari paru-paru ke jaringan. Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat darah berwarna merah. Pemeriksaan hemoglobin dalam darah mempunyai peranan yang penting dalam diagnosa suatu penyakit, karena hemoglobin merupakan salah satu protein khusus yang ada dalam sel darah merah dengan fungsi khusus yaitu mengangkut O2 ke jaringan dan mengembalikan CO2 dari jaringan ke paru-paru. Kegunaan dari pemeriksaan hemoglobin ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya gangguan kesehatan pada pasien, misalnya kekurangan hemoglobin yang biasa disebut anemia. Hemoglobin bisa saja berada dalam keadaan terlarut langsung dalam plasma. Akan tetapi kemampuan hemoglobin untuk mengikat oksigen tidak bekerja secara maksimum dan akan mempengaruhi pada faktor lingkungan.Hemoglobin yang meningkat terjadi karena keadaan hemokonsentrasi akibat dehidrasi yang menurun dipengaruhi oleh berbagai masalah klinis. Jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin tidak selalu meningkat atau menurun bersamaan, sebagai contoh ; penurunan jumlah sel darah merah disertai kadar hemoglobin yang sedikit meningkat atau normal terjadi pada kasus anemia pernisiosa serta kadar sel darah merah yang sedikit meningkat atau normal disertai dengan kadar hemoglobin yang menurun terjadi pada anemia difisiensi zat besi (mikrositik). Pentingnya hemoglobin ini menyebabkan pemeriksaan kadar hemoglobin memegang peranan penting dalam diagnosa suatu penyakit seperti anemia.Prinsip kerja haemometer sahli adalah hemoglobin diubah menjadi asam hematin, kemudian warna yang terjadi dibandingkan secara visual dengan standar dalam alat itu. Cara Sahli banyak dipakai di Indonesia, walau cara ini tidak tepat 100%, mengalami kurang darah atau darahnya masih normal, pada pemeriksaan ini factor kesalahan kira-kira 10%, kelemahan cara ini berdasarkan kenyataan bahwa asam hematin itu bukanlah merupakan larutan sejati dan juga alat hemoglobimeter itu sukar distandarkan, selain itu tidak semua macam hemoglobin dapat diubah hematin misalnya ; karboxyhemoglobin, methemoglobin, sulfahemoglobin.Faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin. Hal-hal yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan hemoglobin, antara lain sebagai berikut : ReagenReagen adalah bahan pereaksi yang harus selalu baik kualitasnya mulai dari saat penerimaan, semua reagen yang dibeli harus harus diperhatikan nomor lisensi kadaluarsanya, keutuhan wadah atau botol atau cara transportasinya. MetodeLaboratorium yang baik adalah laboratorium yang mengikuti perkembangan metode pemeriksaan dengan pertimbangan kemampuan laboratorium tersebut dan biaya pemeriksaannya. Petugas laboratorium harus senantiasa bekerja dan mengacu pada metode yang digunakan. Bahan pemeriksaanBahan pemeriksaan meliputi ; cara pengambilan specimen, pengiriman specimen, penyimpanan specimen, dan persiapan sampel. LingkunganDalam hal ini dapat berupa ; keadaan ruang kerja, cahaya, suhu kamar, kebisingan, luas dan tata ruang. SampelKekeruhan dalam suatu sampel darah dapat mengganggu dalam fotokolorimeter dan menghasilkan absorbensi dan kadar Hb yang lebih tinggi dari yang sebenarnya. Kekeruhan semacam ini dapat disbabkan antara lain oleh leukositosis, lipemia, dan adanya globulin abnormal seperti pada macro iobulinemia (Dian Rakyat, 2006).Pemeriksaan kadar hemoglobin sangat penting dilakukan dalam menegakan diagnosa dari suatu penyakit, sebab jumlah kadar hemoglobin dalam setiap sel darah akan menentukan kemampuan darah untuk mengangkut oksigen dari paru-paru keseluruh tubuh.Pemeriksaan hemoglobin terdiri atas beberapa metode ; Metode Sahli. Metode Kuprisulfat, Metode Tallsquit, dan Metode Cyanmethemoglobin,, dari keempat macam metode di atas yang paling populer atau banyak digunakan adalah metode cyanmethemoglobin, karena praktis atau mudah dikerjakan serta ketelitiannya lebih baik dari pada tiga metode diatas.C. Penghitungan Nilai Hematokrit1. Dasar TeoriHematokrit adalah persentase volume seluruh SDM yang ada dalam darah yang diambil dalam volume tertentu. Untuk tujuan ini, darah diambil dengan semprit dalam suatu volume yang telah ditetapkan dan dipindahkan kedalam suatu tabung khusus berskala hematokrit. Untuk pengukuran hematokrit ini darah tidak boleh dibiarkan menggumpal sehingga harus diberi anti koagulan. Setelah tabung tersebut disentrifus dengan kecepatan dan waktu tertentu, maka SDM akan mengendap. Dari skala Hematokrit yang tertulis di dinding tabung dapat dibaca berapa besar bagian volume darah seluruhnya.Hematokrit merupakan suatu hasil pengukuran yang menyatakan perbandingansel darah merahterhadap volum darah. Kata hematokrit berasal dari bahasa Yunani, yaitu hema (berarti darah) dan krite (yang memiliki arti menilai atau mengukur). Secara harafiah, hematokrit berarti mengukur atau menilai darah.Hematokrit memiliki satuan menggunakan persen, contoh 42% (memiliki arti bahwa terdapat 42 ml sel darah merah di dalam 100 ml darah). Hematokrit digunakan untuk mengukur sel darah merah. Pengukuran ini dilakukan bila ada kecurigaan penyakit yang mengganggu sel darah merah, baik berlebihan ataupun kekurangan.Beberapa contoh penyakit yang menyebabkan hematokrit menurun, antara lain:1. Anemia (kekurangan sel darah merah)2. Perdarahan3. Penghancuran sel darah merah4. Kekurangan gizi atau malnutrisi5. Konsumsi air yang berlebihanBeberapa jenis penyakit atau kondisi yang dapat meningkatkan hemaokrit, yaitu:1. Penyakitjantungatau paru2. Dehidrasiatau kekurangan cairan3. Polisitemia vera4. Hipoksia (keadaan rendah oksigen sehingga tubuh berupaya dengan meningkatkan sel darah merah2. Alat Dan Bahan1. Alat Mikrokapiler, sentrifus, pembaca hematokrit2. Bahandarah3. Prosedur Kerja1. Isilah tabung mikrokapiler yang khusus dibuat untuk penetapan mikrohematokrit dengan darah.2. Tutuplah ujung satu dengan penutuo khusus.3. Masukkan tabung kapiler itu kedalam centrifuge khusus yang mencapai kecepatan besar, yaitu lebih dari 16.000 rpm (centrifuge mikrohematokrit ).4. Pusingkan selama 3 5 menit.5. Bacalah nilai hematokrit dengan menggunakan grafik atau alat khusus

3. Hasil Dari hasil praktikum didapatkan nilai hematokrit pada anjing adalah : 33 % ( dibawah normal)

5. PembahasanHematokrit merupakan ukuran yang menentukan banyaknya jumlah sel darah merah dalam 100 ml darah yang dinyatakan dalam persent (%).Pemeriksaan hematokrit dilakukan dengan mengambil sampel darah dari pembuluh darah vena. Pengambilan darah dilakukan dengan menggunakan jarum suntik. Darah yang sudah terambil akan dimasukan ke dalam wadah khusus. Pemeriksaan dilakukan dengan sentrifugasi (memutar sampel dengan kecepatan tinggi). Dengan sentrifugasi, sel darah merah akan terpisah dengan komponen darah lainnya. Komponen sel darah merah ini yang digunakan untuk menghitung hematokrit.Hematokrit menunjukkan persentase zat padat (kadar sel darah merah, dan Iain-Iain) dengan jumlah cairan darah. Semakin tinggi persentase HMT berarti konsentrasi darah makin kental. Hal ini terjadi karena adanya perembesan (kebocoran) cairan ke luar dari pembuluh darah sementara jumlah zat padat tetap, maka darah menjadi lebih kental.Diagnosa DBD (Demam Berdarah Dengue) diperkuat dengan nilai HMT > 20 %. Penurunan HMT terjadi pada pasien yang mengalami kehilangan darah akut (kehilangan darah secara mendadak, misal pada kecelakaan), anemia, leukemia, gagalginjal kronik, mainutrisi, kekurangan vitamin B dan C, kehamilan, ulkuspeptikum (penyakit tukak lambung) Peningkatan HMT terjadi pada dehidrasi, diare berat,eklampsia (komplikasi pada kehamilan), efek pembedahan, dan luka bakar, dan Iain-Iain.

D. Penghitungan Jumlah Leukosit1. Dasar TeoriPada mamalia dan unggas, pembentukan sel darah pertama kali terjadi di dalam yolk sac. Sekitar pertengahan kehamilan, pembentukan sel darah terjadi di dalam beberapa jaringan tubuh, misalnya sumsum tulang, hati, limpa, timus, dan nodus limpatikus. Menjelang masa kelahiran sampai & dewasa, sumsum tufang pipih berperan utama dalam hematopoeiesis tersebutBening, tidak berwama dengan bentuk yang lebih besar dad sel darah merah, tetapi jumlahnya lebih sedikit. Dalam tiap mm3 terdapat 5000-10.000 sel darah putih (dalam kondisi normal). Leukosit memiliki peranan penting dalam pelindungan tubuh terhadap mikroorganisme. Yang paling berperan dalam fungsi ini adalah sel granulusit dan monosit. Dengan kemampuannya sebagai fagosit, mereka memakan bakteri hidup yang masuk ke peredaran darah. Dan dengan kekuatan gerakan amuboidnya ia dapat bergerak bebas di da!am dan dapat keluar dari pembuluh darah dan berjalan mengitari seluruh bagian tubuh.Apabila kurang 1 lebih dari keadaan normal, dapat terjadi keadaan antara lain :a. Leukositosis: penambahan jumlah keseluruhan sel darah putih dalam darah, yaitu jika penambahan melampaui 10.000 butir / mm3.b. Leukopenia: berkurangnya jumlah sel darah putih sampai 5.000 atau kurang.c. Limfositosis: penambahan jumlah limfosit,d. Agranulositosis: penurunan jumlah granulosit atau sel polimorfnuklear

2. Alat Dan Bahan1. Alat Pipet eritrosit, Kamar hitung neubauer2. BahanDarah anjing, Laruran turk3. Prosedur Kerja Darah dihisap sampai angka menunjukkan 1,0 pada mikropipet dan ujungnya dibersihkan dengan kertas hisap Hisaplah larutan Turk (yang dituangkan terlebih dahulu ke dalam tabung) sampai menunjukkan angka 11 Lepaskan pipet karet dari mikropipet, tutuplah kedua ujung mikropipet dengan jari dan kocoklah selama 2 menit Buanglah 2 - 3 tetes cairan pada ujung mikropipet, selanjutnya letakkan ujung mikropipet ke Improved Neubauer dan tuangkan cairan darah yang ada Letakkan di bawah permukaan mikroskop (dengan pembesaran lemah, carilah bilik hitung Improved Neubauer, kemudian dengan pembesaran kuat) dan hitunglah semua jumlah leukosit yang terdapat di dalam bujur sangkar pojok Jadi jumlah bujur sangkar yang dihitung sebanyak 4 x 16 = 64, dengan setiap sisinya mm Cara penghitungan (diamati pada pembesaran mikroskop 10 x 10) :Jumlah bujur sangkar yang dihitung= 64 kaliVolume setiap bujur sangkar= 1/160 mm3Darah yang diencerkan= 10 kaliJumlah leukosit yang terhitung= LMaka jumlah leukosit per mm3= L/64 x 160 x 10

4. Hasil dari praktikum yang dilakukan dapat diperoleh hasil sebagai berikut:Kotak 1 :185Kotak 2 :121Kotak 3 :108Kotak 4 :110Jadi, jumlah leukosit dari anjing yang kami pakai untuk praktikum ini berjumlah:WBC = (185+121+108+110) /4 x 10 x 20 =26,2 x 10 3 5. PembahasanLeukosit berasal dari bahasa Yunani yaitu leukos yang berarti putih dan kytos yang berarti sel. Leukosit merupakan unit yang aktif dari sistem pertahanan tubuh yang terdiri dari neutrofil, eosinofil, basofil, monosit, dan limfosit (Guyton 2008). Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti, disebut juga sel darah putih (Effendi 2003), bergerak bebas secara ameboid, berfungsi melawan kuman secara fagositosis, dibentuk oleh jaringan retikulo endothelium di sumsum tulang untuk granulosit dan kelenjar limpha untuk agranulosit (LIPI, 2009). Setelah dibentuk, sel-sel ini diangkut dalam darah menuju berbagai bagian tubuh untuk digunakan.Fungsi leukosit adalah sebagai pertahanan tubuh untuk melawan benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Granulosit dan monosit melindungi tubuh terhadap organisme penyerang terutama dengan cara mencernanya, yaitu melalui fagositosis. Fungsi utama limfosit dan sel-sel plasma berhubungan dengan sistem imun yaitu produksi antibodi (Guyton 2008).Kondisi yang berubah setiap saat akan mengakibatkan perubahan fisiologis yang akan berakibat juga pada perubahan nilai hematologi. Sebagai contoh, hewan yang terkena infeksi bakteri secara akut akan memperlihatkan perubahan suhu tubuh. Perubahan ini akibat aktivitas sistem kekebalan tubuh yang bekerja melawan agen penyakit. Jika dilihat dari nilai hematologi, jumlah leukosit dalam darah akan mengalami peningkatan (Maruf et al. 2005).Respon leukosit muncul pada keadaan fisiologis normal dan patologis.Manifestasi respon leukosit berupa penurunan atau peningkatan salah satu atau beberapa jenis sel leukosit. Informasi ini dapat memberikan petunjuk terhadap kehadiran suatu penyakit dan membantu dalam diagnosa penyakit yang diakibatkan oleh agen tertentu (Jain 1993).Peningkatan jumlah leukosit (disebut Leukositosis) menunjukkan adanya proses infeksi atau radang akut, misalnya pneumonia (radang paru-paru), meningitis (radang selaput otak), apendiksitis (radang usus buntu), tuberculosis, tonsilitis, dan Iain-Iain. Selain itu juga dapat disebabkan oleh obat-obatan misalnya aspirin, prokainamid, alopurinol, antibiotika terutama ampicilin, eritromycin, kanamycin, streptomycin, dan Iain-Iain.Penurunan jumlah Leukosit (disebut Leukopeni) dapat terjadi pada infeksi tertentu terutama virus, malaria, alkoholik, dan Iain-Iain. Selain itu juga dapat disebabkan obat-obatan, terutama asetaminofen (parasetamol),kemoterapi kanker, antidiabetika oral, antibiotika (penicillin, cephalosporin, kloramfenikol), sulfonamide (obat anti infeksi terutama yang disebabkan oleh bakter).E. Penghitungan Jumlah Jenis Leukosit1. Dasar teoriLeukosit memiliki bentuk khas, nukleus, sitoplasma dan organel, semuanya bersifat mampu bergerak pada keadaan tertentu. Eritrosit bersifat pasif dan melaksanakan fungsinya dalam pembuluh darah, sedangkan leukosit mampu keluar dari pembuluh darah menuju jaringan dalam menjalankan fungsinya. Jumlah seluruh leukosit jauh di bawah eritrosit, dan bervariasi tergantung jenis hewannya. Fluktuasi dalam jumlah leukosit pada tiap individu cukup besar pada kondisi tertentu, misalnya: stress, aktivitas fisiologis, gizi, umur, dan lain-lain. Jumlah leukosit yang menyimpang dari keadaan normal mempunyai arti klinik penting untuk evaluasi proses penyakitMasa hidup sel darah putih pada hewan domestik sangat bervariasi mulai dari beberapa jam untuk granulosit, bulanan untuk monosit bahkan tahunan untuk limfosit (Frandson, 1992).Leukosit merupakan unit yang mobil/aktif dari sistem pertahanan tubuh. Leukosit ini sebagian dibentuk di sumsum tulang (granulosit, monosit dan sedikit limfosit) dan sebagian lagi di jaringan limfe (limfosit dan sel-sel plasma). Setelah dibentuk sel-sel ini diangkut dalam darah menuju berbagai bagian tubuh untuk digunakan Kebanyakan sel darah putih ditranspor secara khusus ke daerah yang terinfeksi dan mengalami peradangan serius (Guyton, 1983).Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti, disebut juga sel darah putih. Dilihat dalam mikroskop cahaya maka sel darah putih mempunyai granula spesifik (granulosit), yang dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah cair, dalam sitoplasmanya dan mempunyai bentuk inti yang bervariasi, Yang tidak mempunyai granula, sitoplasmanya homogen dengan inti bentuk bulat atau bentuk ginjal. Granula dianggap spesifik bila secara tetap terdapat dalam jenis leukosit tertentu dan pada sebagian besar precursor (pra zatnya) (Effendi, 2003).Ada enam macam sel darah putih yang secara normal ditemukan dalam darah yaitu netrofil polimorfonuklir, eosinofil polimorfonuklir, basofil polimorfonuklir, monosit, limfosit dan kadang-kadang sel plasma. Selain itu terdapat sejumlah besar trombosit, yang merupakan pecahan dari tipe ketujuh sel darah putih yang dijumpai dalam sumsum tulang,n yaitu megakariosit (Guyton, 1983). Sel - sel polimorfonuklir seluruhnya mempunyai gambaran granular sehingga disebut granulosit. Granulosit dan monosit melindungi tubuh terhadap organisme penyerang terutama dengan cara mencernanya yaitu melalui fagositosis. Fungsi pertama sel limfosit dan sel-sel plasma berhubungan dengan sistem imun. Fungsi trombosit erutama mengaktifkan mekanisme pembekuan darah. Pada manusia dewasa dapat dijumpai sekitar 7000 sel darah putih per mikroliter darah. Presentase normal dari sel darah putih yaitu netrofil polimorfonuklir 62%, eosinofilpolimorfonuklir 2,3%, basofil polimorfonuklir 0,4%, monosit 5,3%, dan limfosit 30%. (Guyton, 1983). Jenis jenis Leukosit 1 Granulosit Granulosit memiliki granula kecil di dalam protoplasmanya, memiliki diameter sekitar 10 -12 mikron. Berdasarkan pewarnaan granula, granulosit dibagi menjadi tiga kelompok berikut : Neutrofil memiliki granula yang tidak bewarna, mempunyai inti sel yang terangkai, kadang seperti terpisah-pisah, protoplasmanya banyak berbintik-bintik halus atau granula, serta banyaknya sekitar 60 -70 % (Handayani, 2008).Neutrofil merupakan leukosit darah perifer yang paling banyak. Sel ini memiliki masa hidup singkat, sekitar 10 jam dalam sirkulasi. Sekitar 50 % neutrofil dalam darah perifer menempel pada dinding pembuluh darah. Neutrofil memasuki jaringan dengan cara bermigrasi sebagai respon terhadap kemotaktik (Hoffbrand, 2006)Eosinofil memiliki granula bewarna merah dengan pewarnaan asam, ukuran dan bentuknya hampir sama dengan neutrofil, tetapi granula dalam sitoplasmanya lebih besar, banyaknya kira-kira 24 % (Handayani, 2008) Sel ini sangat penting dalam respon terhadap penyakit parasitik dan alergi. pelepasan isi granulnya ke patogen yang lebih besar membantu dekstruksinya dan fagositosis berikutnya (Hoffbrand, 2006). Fungsi utama eosinofil adalah detoksifikasi baik terhadap protein asing yang masuk ke dalam tubuh melalui paru-paru ataupun saluran cerna maupun racun yang dihasilkan oleh bakteri dan parasit. Eosinofilia pada hewan domestik merupakan peningkatan jumlah eosinofil dalam darah. Eosinofilia dapat terjadi karena infeksi parasit, reaksi alergi dan kompleks antigen-antibodi setelah proses imun (Frandson, 1992)Basofil memiliki granula bewarna biru dengan pewarnaan basa, sel ini lebih kecil daripada eosinofil, tetapi mempunyai inti yang bentuknya teratur, di dalam protoplasmanya terdapat granula-granula yang besar, banyaknya kira-kira 0,5 % di sumsum merah (Handayani, 2008) Jumlah basofil di dalam sirkulasi darah relatif sedikit. Di dalam sel basofil terkandung zat heparin (antikoagulan). Heparin ini dilepaskan di daerah peradangan guna mencegah timbulnya pembekuan serta statis darah dan limfe, sehingga sel basofil diduga merupakan prekursor bagi mast cell. Basofilia meupakan peningkatan jumlah basofil dalam sirkulasi. basofilia pada hewan domestik dapat terjadi karena hipotirodismus ataupun suntikan estrogen. Penurunan jumlah sel basofil dalam sirkulasi darah atau basopenia dapat terjadi karena suntikan corticosteroid pada stadium kebuntingan (Frandson, 1992).2. AgranulositLimfosit memiliki nucleus besar bulat dengan menempati sebagian besar sel limfosit berkembang dalam jaringan limfe. Ukuran bervariasi dari 7 sampai dengan 15 mikron. Banyaknya 20-25% dan fungsinya membunuh dan memakan bakteri masuk ke dalam jaringan tubuh. Limfosit ada 2 macam, yaitu limfosit T dan limfosit B (Handayani, 2008) Sistem imun tubuh terdiri atas dua komponen utama, yaitu limfosit B dan limfosit T. Sel B bertanggung jawab atas sintesis antibodi humoral yang bersirkulasi yang dikenal dengan nama imunoglobulin. Sel T terlibat dalam berbagai proses imunologik yang diperantarai oleh sel. Imunoglobulin plasma merupakan imunoglobulin yang disintesis di dalam sel plasma. Sel plasma merupakan sel khusus turunan sel B yang menyintesis dan menyekresikan imonoglo-bulin ke dalam plasma sebagai respon terhadap pajanan berbagai macam antigen (Murray, 2003)Monosit memiliki ukuran yang lebih besar daripada limfosit, protoplasmanya besar, warna biru sedikit abu-abu, serta mempunyai bintik-bintik sedikit kemerahan. Inti selnya bulat atau panjang. Monosit dibentuk di dalam sumsum tulang, masuk ke dalam sirkulasi dalam bentuk imatur dan mengalami proses pematangan menjadi makrofag setelah masuk ke jaringan. Fungsiya sebagai fagosit. Jumlahnya 34% dari total komponen yang ada di sel darah putih (Handayani, 2008) Monosit adalah leukosit terbesar yang berdiameter 15 sampai 20 m dan berjumlah 3 sampai 9% dari seluruh sel darah putih. Terdapat kesulitan dalam identifikasi monosit dengan adanya bentuk transisi antara limposit kecil dan besar, karena terdapat kemiripan satu sama lain. keadaan ini jelas bila mempelajari sediaan ulas darah sapi. Uraian tentang bentuk transisi akan diberikan pada pembahasan tiap spesies yang berbeda. Sitoplasma monosit lebih banyak dari limfosit, dan berwarna biru abu-abu pucat. Sering tampak adanya butir azurofil halus seperti debu. Inti berbentuk lonjong , seperti ginjal atau mirip tapal kuda, jelasnya memiliki lekuk cukup dalam. Kromatin inti mengambil warna lebih pucat dari limfosit. Inti memiliki satu sampai tiga nukleus, tetapi tidak tampak pada sediaan ulas yang diwarnai. Monosit darah tidak pernah mencapai dewasa penuh sampai bermigrasi ke luar pembuluh darah masuk jaringan. Selanjutnya dalam jaringan menjadi makrofag tetap, seperti pada sinusoid hati, sumsum tulang, alveoli paru-paru, dan jaringan limfoid. Sering terletak berdekatan dengan endotel pembuluh darah. Dalam jaringan limfoid sumsum tulang dan sinusoid hati, makrofag tetap lazimnya melekat pada penjuluran dendritik dari sel retikuler 3. Alat dan bahan1. Alatmikroskop, gelas objek, gelas penutup,2. Bahanmethanol absolute, alkohol 70 %, tisu, pewarna Gimsa , minyak imerasi dan air mengalir.3. Prosedur kerja1. Dibersihkan gelas objek dengan menggunakan alkohol 70 % ( untuk membuang lemak yang menempel ), selanjutnya dikeringkan dalam suhu kamar.2. Darah diteteskan pada ujung gelas objek I, kemudian diambil gelas objek ke II, disentuhkan di ujung tetesan darah membentuk sudut 45C, lalu dihapuskan ke arah depan.3. Preparat darah didiamkan sampai kering pada suhu kamar, difiksasi dengan methanol absolute 5 menit dengan cara memasukkan gelas objek ke dalam bekker gelas yang telah diisi dengan methanol absolute sampai semua apusan darah terendam dalam methanol.4. Preparat dikeringkan dalam suhu kamar. Setelah kering preparat diwarnai dengan larutan Gimsa 7 % selama 20 menit.5. Dicuci preparat dengan air mengalir dan dikeringkan dalam suhu kamar.6. Apusan darah ditetesi dengan 1 tetes minyak imersi dan ditutup dengan gelas penutup, kemudian diferensial leukosit ( presentase neutrofil, limfosit, monosit, eusinofil dan basofil ) dihitung dibawah mikroskop.

4. HasilNoJenis LeukositJumlah% presentase

1Basofil33%

2Neutrofil66%

3Eusinofil77 %

4Limfosit8080 %

5Monosit44 %

Perhitungan :Persentase = 1. Neutrofil = 6 x 100 = 600 = 0,6 x 103 l2. Eosinofil= 7 x 100 = 700 = 0,7 x 103 l3. Basofil = 3 x 100 = 300 = 0,3 x 103 l4. Limfosit = 80 x 100 = 8000 = 8 x 103 l5. Monosit= 4 x 100 = 400 = 0,4 x 103 l

5. PembahasanLeukosit adalah sel darah yang mengendung inti, disebut juga sel darah putih. Di dalam darah manusia normal, didapati jumlah leukosit rata-rata 5000-9sel/mm, bila jumlahnya lebih dari 12000, keadaan ini disebut leukositosis, bila kurang dleukopenia. Dilihat dalam mikroskop cahaya maka sel darah putih mempunyai granu (granulosityang dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah sitoplasmanya dan mempunyai bentuk inti yang bervariasi, yang tidak mempunyai granula, sitoplasmanya homogen dengan inti bentuk bulat atau bentuk ginjal. Terdapat dua jenis leukosit agranuler : linfosit sel kecil, sitoplasma sedikit; monosit sel agak besar mengandung sitoplasma lebih banyak. Terdapat tiga jenis leukosir granular : Neutrofil, Basofil, dan Asidofil (atau eosinofil) yang dapat dibedakan dengan afinitas granula terhadap zat warna netral basa dan asam. Granula dianggap spesifik bila ia secara tetap terdapat dalam jenis leukosit tertentu dan pada sebagian besar precursor (pra zatnya)..Peningkatan jumlah monosit (disebut monositosis) dapat dijumpai pada : penyakit virus (mononucleosis infeksiosa, parotitis, herpes zoster), penyakit parasitic (demam bintik Rocky Mountain, toksoplasmosis, bruselosis), leukemia monositik, kanker, anemia (sel sabit, hemolitik), SLE, arthritis rheumatoid, colitis ulseratif. Penurunan jumlah monosit dapat dijumpai pada leukemia limfositik, anemia aplastik.Limfosit berperan penting dalam respons imun sebagai limfosit T dan limfosit B. Dalam keadaan normal, jumlah limfosit berkisar 25-35 % atau 1.7-3.5 x10^3/mmk. Jumlah limfosit meningkat (disebut limfositosis) terjadi pada infeksi kronis dan virus. Limfositosis berat umumnya disebabkan karena leukemia limfositik kronik. Limfosit mengalami penurunan jumlah (disebut leukopenia) selama terjadi sekresi hormon adenokortikal atau pemberian terapi steroid yang berlebihan.Peningkatan jumlah limfosit dijumpai pada leukemia limfositik, infeksi virus (mononucleosis infeksiosa, hepatitis, parotitis, rubella, pneumonia virus, myeloma multiple, hipofungsi adrenokortikal.Penurunan jumlah limfosit dijumpai pada kanker, leukemia, hiperfungsi adrenokortikal, agranulositosis, anemia aplastik, sklerosis multiple, gagal ginjal, sindrom nefrotik, SLE.Dalam keadaan normal, basofil dijumpai dalam kisaran 0- 0,1 %. Peningkatan jumlah basofil (disebut basofilia) dapat dijumpai pada proses inflamasi, leukemia, tahap penyembuhan infeksi atau inflamasi, anemia hemolitik didapat. Penurunan jumlah dapat dijumpai pada stress, reaksi hipersensitivitas, kehamilan, hipertiroidisme.Leukosit agranulosit Tidak mempunyai granul Besar kurang lebih 12-15 mikron,terdiri dari:1. Limphosit yaitu intinya hampir sebesar dari selnya sendiri,jumlahnya 18 %.2. Monosit yaitu leukosit agranular dengan dua macam inti,ginjal (kacang merah) dan tapal kuda,jumlah 13%.

KESIMPULANEritrosit mempunyai bentuk bikonkaf, seperti cakram dengan garis tengah 7,5 m dan tidak berinti. Warna eritrosit kekuning-kuningan dan dapat berwarna merah karena dalam sitoplasmanya terdapat pigmen warna merah berupa Hemoglobin (Ira P , 2012). Fungsi utama dari eritrosit adalah mengangkut hemoglobin, dan seterusnya mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan.Hemoglobin (Hb) adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai media transport karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru dan oksigen dari paru-paru ke jaringan. Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat darah berwarna merah. Pemeriksaan hemoglobin dalam darah mempunyai peranan yang penting dalam diagnosa suatu penyakit, karena hemoglobin merupakan salah satu protein khusus yang ada dalam sel darah merah dengan fungsi khusus yaitu mengangkut O2 ke jaringan dan mengembalikan CO2 dari jaringan ke paru-paruHematokrit merupakan ukuran yang menentukan banyaknya jumlah sel darah merah dalam 100 ml darah yang dinyatakan dalam persent (%). Hb dan Ht nilainya berbanding lurus, jadi penyakit yang menyebabkan Hb turun maka Ht juga akan turunLeukosit memiliki ciri-ciri yaitu : tidak berwarna (bening), bentuknyapun tidak tetap, berinti, serta ukurannyapun lebih besar dari pada sel darah merah.Leukosit dibedakan menjadi dua yaitu : Agranular dan Granular,agranular terdiri dari Neutrophil, Eosinophil, Basophil dan granular terdir dari : Limphosit, Monosit

DAFTAR PUSTAKAFrandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi 4.Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.Laboratorium Patologi Klinik FK-UGM. 1995.Tuntunan Praktikum Hematologi, Bagian Patologi Klinik FK-UGM. Yogyakarta. R. Gandasoebrata. 1992Penuntun Laboratorium Klinik, Dian Rakyat, Bandung.Sadikin, M. 2001. Biokimia Darah. Widya Medika. Jakarta.Hoffbrand, A.V & Pettit, J.E, 1996. Penuntun Praktikum. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.Anonym. 2000. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi Sederhana esdisi 2 FKIU Jakarta.Corwin. 2000. Berorientasi Pada kasus Klinik. Penerjemah H. K Nutojo dalam catatan Kuliah Hematologi . Jakarta ECG.Gandasoebrata R. Penuntun Laboratorium Klinik, Penerbit Dian Rakyat, Jakarta.Gibson J. 2002. Fisiologi Dan Anatomi Modern Untuk Perawat. Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.Hardjoeno H. 2003. Interpretasi Hasil Tes Laboratorium Dianognostik. Hasanuddin Universitas Press. Makassar.Kee L. J. 1997.Buku Saku Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnosis Dengan Implikasi Keperawatan. EGC, Jakarta.Kee L. J. 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diognostik. Edisi 6, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.www.blogdokter.net/2008/06/130/hemoglobin/diakses pada tanggal 29/05/2015.www.hemoglobin-wikipedia-bahasa-indonesia,com/diakses pada tanggal 29/05/2015.