Laporan Fisiologi Tekanan Darah
-
Upload
tia-aditya-rini -
Category
Documents
-
view
52 -
download
7
description
Transcript of Laporan Fisiologi Tekanan Darah
Laporan Fisiologi Tekanan Darah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian. Bahan interseluler adalah cairan
yang disebut plasma dan di dalamnya terdapat unsur-unsur padat, yaitu sel darah. Volume
darah secara keseluruhan kira-kira 5 liter. Sekitar 55 persennya adalah cairan, sedangkan 45
persen sisanya terdiri atas sel darah. Angka ini dinyatakan dalam nilai hematokrit atau
volume darah yang dipadatkan yang berkisar antara 40 sampai 47.
Di waktu sehat volume darah adalah konstan dan sampai batas tertentu diatur oleh
tekanan osmotik dalam pembuluh darah dan dalam jaringan.Tekanan darah arterial ialah
kekuatan darah ke dinding pembuluh darah yang menampungnya. Tekanan ini berubah-ubah
pada setiap tahap siklus jantung.
Selama sistole ventrikuler, pada saat ventrikel kiri memaksa darah masuk aorta, tekanan
naik sampai puncak, yang disebut tekanan sistolik. Selama diastole tekanan turun. Nilai
terendah yang dicapai disebut tekanan diastolik. (1 : 133)
B. Tujuan
1. Mempelajari cara-cara pengukuran tekanan darah arteri.
2. Mempelajari beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah secara fisiologis.
3.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Tekanan darah adalah gaya yang darah berikan terhadap dinding pembuluh darah. Selama
sistol, gaya pada dinding pembuluh darah yang terbesar; sewaktu diastole, jatuh ke titik
terendah. Pengukuran tekanan darah adalah rasio dari kedua tekanan.
Tekanan darah dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang pertama adalah curah jantung.
Tekanan terhadap dinding arteri lebih besar sehingga volume aliran darah meningkat. Faktor
kedua yang mempengaruhi tekanan darah resistensi perifer, atau resistensi terhadap aliran
darah dalam arteri kecil dari tubuh (arteriol). Resistensi perifer dipengaruhi oleh visikositas
(ketebalan) dari sel-sel darah dan jumlah plasma darah. Visikositas darah yang sangat tinggi
menghasilkan tekanan darah tinggi. Selain itu, tekanan darah dipengaruhi oleh struktur
dinding arteri. Jika dinding telah rusak, jika tersumbat oleh endapan limbah, atau jika telah
kehilangan elastisitas, tekanan darah akan lebih tinggi. Tekanan darah tinggi, disebut
hipertensi, yaitu akibat curah jantung terlalu tinggi atau resistensi perifer terlalu tinggi.(2 : 29)
B. Hubungan Antara Tekanan, Aliran, dan Resistensi
Aliran darah yang melalui pembuluh darah ditentukan oleh dua faktor : (3 : 164)
1) Perbedaan tekanan darah di antara kedua ujung pembuluh, kadang-kadang juga disebut
“gradien tekanan” di sepanjang pembuluh darah, yaitu daya yang mendorong darah melalui
pembuluh.
2) Rintangan bagi aliran darah melalui pembuluh, yang disebut resistensi pembuluh darah.
C. Aliran darah
Secara sederhana, aliran darah berarti jumlah darah yang mengalir melalui suatu titik
tertentu di sirkulasi dalam periode waktu terentu. Biasanya aliran darah dinyatakan dalam
milimeter per menit atau liter per menit, tetapi dapat juga dinyatakan dalam milimeter per
detik atau setiap satuan aliran lainnya.
Secara keseluruhan aliran darah pada sirkulasi total orang dewasa dalam keadaan istirahat
adalah sekitar 5000 ml/menit. Aliran darah ini disebut curah jantung karena merupakan
jumlah darah yang dipompa ke aorta oleh jantung setiap menitnya.(3 :164)
D. Pembuluh Darah
Keseluruhan sistem peredaran (sistem kardiovaskuler) terdiri dari arteri, arteriola, kapiler,
venula dan vena. Arteri (kuat dan lentur) membawa darah dari jantung dan menanggung
tekanan darah yang paling tinggi. Kelenturannya membantu mempertahankan tekanan darah
di antara denyut jantung. Arteri yang lebih kecil dan arteriola memiliki dinding berotot yang
menyesuaikan diameternya untuk meningkatkan atau menurunkan aliran darah ke daerah
tertentu.
Kapiler merupakan pembuluh darah yang halus dan berdinding sangat tipis, yang
berfungsi sebagai jembatan diantara arteri (membawa darah dari jantung) dan vena
(membawa darah kembali ke jantung). Kapiler memungkinkan oksigen dan zat makanan
berpindah dari darah ke dalam jaringan dan memungkinkan hasil metabolisme berpindah dari
jaringan ke dalam darah.
Dari kapiler, darah mengalir ke dalam venula lalu ke dalam vena, yang akan membawa
darah kembali ke jantung. Vena memiliki dinding yang tipis, tetapi biasanya diameternya
lebih besar daripada arteri; sehingga vena mengangkut darah dalam volume yang sama tetapi
dengan kecepatan yang lebih rendah dan tidak terlalu dibawah tekanan.(4 : ...)
E. Tekanan Darah Arteri Normal
Tekanan darah dalam arteri brakialis pada orang muda dewasa pada posisi duduk istirahat
duduk atau berbaring menedekati 120/70 mm Hg. Cukup kelihatan lebih rendah pada malam
hari dan pada perempuan lebih rendah dibanding laki-laki. Karena tekanan arteri adalah hasil
curah jantung dan tekanan perifer, dipengaruhi oleh kondisi yang mempengaruhi salah satu
atau kedua faktor tersebut. Emosi misalnya meningkatkan curah jantung, dan mungkin sulit
menentukan tekanan darah istirahat sebenarnya pada orang yang gelisah atau tegang. Secara
umum, peningkatan curah jantung meningkatkan tekanan sistolik, sedangkan peningkatan
tahanan perifer meningkatkan tekanan diastolik.
Terdapat kontroversi mengenai penentuan batas tekanan darah normal dan tinggi
(hipertensi), terutama pada orang tua. Namun, bukti tampaknya sesuai dengan apa yang
terlihat pada orang yang sehat mengenai kenaikan tekanan sistolik dan diastolik dengan
peninkatan umur.
Penyebab penting dari peningkatan tekanan sistolik adalah penurunan distensibilitas
arteri; pada tingkat yang sama dengan curah jantng, tekanan sistolik lebih tinggi pada orang
tua dibandingkan orang muda karena peningkatan volume dari sistem arteri selama sistolik
lebih sedikit untuk mengakomodasi jumlah darah yang sama.(5 : 565)
F. Pusat Pengawasan dan Pengaturan Tekanan Darah
Pusat pengawasan dan pengaturan tekanan darah yaitu : (6 : 131)
1. Sistem saraf : terdiri atas pusat-pusat yang terdapat di batang otak misalnya pusat vasomotor
dan di luar susunan saraf pusat misalnya baroreseptor dan sistematis.
2. Sistem humoral (kimia) : berlangsung lokal atau sistemik misalnya renin angiotensin,
vasopresin, epinefrin, asetilkolin, serotinin, adenosine kalsium, magnesium, hidrogen, dan
kalium.
3. Sistem hemodinamik : lebih banyak dipengaruhi oleh volume darah, susunan kapiler, serta
perubahan tekanan osmotik dan hidrostatik bagian luar dan bagian dalam sistem vaskular.
G. Komposisi dan Fungsi Darah
Volume darah orang dewasa berkorelasi dengannya (bebas lemak) massa tubuh dan
sebesar 4-4,5 L pada wanita dan 4,5-5 L pada laki-laki dari 70 kg BB. Fungsi darah termasuk
pengangkutan berbagai molekul (O2, CO2, nutrisi, metabolit, vitamin, elektrolit, dll), panas
(regulasi suhu tubuh) dan transmisi sinyal (hormon) sebagai serta sangga dan pertahanan
kekebalan tubuh. Darah terdiri dari cairan plasma) elemen dibentuk yaitu sel darah merah
transportasi O2 dan memainkan peran penting dalam regulasi pH. sel darah putih dapat dibagi
menjadi neutrophilic, inti sel dan basophilic granulosit, monosit, dan limfosit.
Neutrofil berperan dalam kekebalan nonspesifik pertahanan, sedangkan monosit dan
limfosit berpartisipasi dalam respons imun spesifik. Trombosit yang diperlukan untuk
hemostasis. Hematokrit (Hct) adalah rasio volume sel darah merah untuk seluruh. Plasma
adalah bagian cairan darah di yang elektrolit, nutrisi, metabolit, vitamin, hormon, gas, dan
protein yang terlarut.(7:88)
H. Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah dan Nadi
Faktor-faktor yang mempertahankan TD : (8 : ...)
a) Kekuatan memompa jantung.
b) Banyaknya darah yg beredar.
c) Viskositas darah.
d) Elastisitas dinding pembuluh darah.
e) Tahanan tepi.
Faktor yang mempengaruhi denyut nadi :
a) Posisi : lebih cepat jika berdiri dibanding tiduran.
b) Umur : anak lebih cepat dari pada dewasa.
c) Jenis kelamin : pria lebih cepat dari pada wanita.
d) Exercise : exercise akan meningkatkan.
e) Emosi : emosi kuat akan meningkatkan pulse.
I. Jenis Kelainan dan Penyakit Sistem Transportasi Darah
Jenis kelainan dan penyakit sistem transportasi darah adalah sebagai berikut.(9 : ...)
1. Anemia / Penyakit Kurang Darah Anemia adalah suatu kondisi di mana tubuh kita kekurangan
darah akibat kurangnya kandungan hemoglobin dalam darah. Akibatnya tubuh akan
kekurangan oksigen dan berasa lemas karena hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk
disebarkan ke seluruh badan.
2. Hemofili / Penyakit Darah Sulit Beku Hemofilia adalah suatu penyakit atau kelainan pada
darah yang sukar membeku jika terjadi luka. Hemofili merupakan penyakit turunan.
3. Hipertensi / Penyakit Darah Tinggi Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang
diakibatkan oleh adanya penyempitan pembuluh darah dengan sistolis sekitar 140-200 mmHg
serta tekanan diastolisis kurang lebih antara 90-110 mmHg.
4. Hipotensi / Penyakit Darah Rendah Hipotensi adalah tekanan darah rendah dengan tekanan
sistolis di bawah 100 mmHg (milimeter Hydrargyrum / mili meter air raksa) (Hydrargyrum =
air raksa).
5. Varises / Penyakit Otot Nimbul Varises adalah pelebaran pada pembuluh vena yang membuat
pembuluh dasar membesar dan terlihat secara kasat mata yang umumnya terdapat pada
bagian lipatan betis.
6. Penyakit Kuning Bayi Penyakit kuning pada anak bayi adalah kelainan akibat adanya
gangguan kerusakan sel-sel darah oleh aglutinin sang ibu.
7. Sklerosis adalah penyakit kelainan pada pembuluh nadi sistem transportasi yang menjadi keras.
8. Miokarditis adalah suatu kelainan akibat terjadinya radang pada otot jantung.
9. Trombus / Embolus Trombus adalah kelainan yang terdapat pada jantung yang disebabkan
oleh adanya gumpalan di dalam nadi tajuk.
10. Leukimia / Penyakit Kanker Darah Leukimia adalah penyakit yang mengakibatkan produksi
sel darah putih tidak terkontrol pada sistem transportasi.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Nama Percobaan
“Pemeriksaan tekanan darah”.
B. Alat dan Bahan
a) Manometer air raksa atau aneroid.
b) Stetoskop.
C. Prosedur Kerja
Dalam meencatat tekanan darah secara fisiologis, orang coba harus berada dalam keadaan
yang menyenangkan dan lepas dari pengaruh-pengaruh yang dapat mempengaruhi hasil
pencatatan. Pencatatan tekanan darah ini dengan metode tak langsung.
1. Cara Palpasi
Segala bentuk pakaian harus dilepas dari lengan atas dan manset dipasang ketat dan
sempurna pada lengan. Bila manset tidak terpasang dengan ketat maka dapat diperoleh
pembacaan yang abnormal tinggi. Saluran karet dari manset kemudian dihubungkan dengan
manometer. Sekarang rabalah arteri radialis pada pergelangan tangan orang coba dan tekanan
dalam manset dinaikkan dengan memompa sampai denyut nadi menghilang. Tekanan dalam
manset kemudian diturunkan dengan memutar tombol pada pompa perlahan-lahan yaitu
dengan memutar tombol pada pompa perlahan-lahan yaitu dengan kecepatan kira-kira 3
mm/dt. Saat dimana denyut arteri radialis teraba kembali menunjukkan tekanan darah sistolis.
Metode palpasi harus dilakukan sebelum melakukan auskultasi untuk menentukan tinggi
tekanan yang diharapkan.
2. Cara Auskultasi
Kedua tekanan sistolis dan diastolis dapat diukur dengan metoda ini, dengan cara
mendengar (auskultasi) bunyi yang timbul pada arteri brachialis yang disebut bunyi
Korotkoff. Bunyi ini timbul akibat timbulnya aliran turbulen dalam arteri tersebut.
Dalam cara auskultasi ini harus diperhatikan bahwa terdapat suatu jarak yang paling
sedikit 5 cm, antara manset dan tepat meletakkan stetoskop. Mula-mula rabalah arteri
brachialis untuk menentukan tempat meletakkan stetoskop. Kemudian pompalah manset
sehingga tekanannya melebihi tekanan diastolis. Turunkan tekanan manset perlahan-lahan
sambil meletakkan stetoskop diatas arteri brachialis pada siku. Mula-mula tidak terdengar
suatu bunyi kemudian akan terdengar bunyi mengetuk yaitu ketika darah mulai melewati
arteri yang tertekan oleh manset sehingga terjadilah turbulensi. Bunyi yang terdengar disebut
bunyi Korotkoff dan dapat dibagi dalam empat fase yang berbeda :
1) Fase I : Timbulnya dengan tiba-tiba suatu bunyi mengetuk yang jelas dan
makin lama makin keras sewaktu tekanan menurun 10-14 mmHg
berikutnya. Ini disebut pula nada letupan.
2) Fase II : Bunyi berubah kualitasnya menjadi bising selama penurunan tekanan
15-20 mmHg.
3) Fase III : Bunyi sedikit berubah dalam kualitas tetapi menjadi lebih jelas dan
kearas selama penurunan tekanan 5=7 mmHg berikutnya.
4) Fase IV : Bunyi meredam (melemah) selama penurunan 5-6 mmHg berikutnya.
Setelah itu bunyi menghilang.
5) Fase V : Titik dimana bunyi menghilang
a) Permulaan dari fase I yaitu dimana bunyi mula-mula terdengar merupakan tekanan sistolis
b) Permulaan fase IV atau fase V merupakan tekanan diastolis, dengan perbedaan sebagai
berikut : Fase IV terjadi pada tekanan 7-10 mmHg lebih tinggi daripada tekanan diastolis
intra arterial yang diukur secara langsung.
c) Fase V terjadi pada tekanan yang sangat mendekati tekanan diastolis intra anterial pada
keadaan istirahat. Pada keadaan latihan otot atau keadaan yang meningkat aliran darah,
maka fase V jauh lebih rendah dari tekanan diastolis yang sebenarnya. Pada anak-anak,
fase IV lebih tepat digunakan sebagai indeks tekanan diastolis.
Catatlah hasil pemeriksaan sebagai berikut : 120/82/78. Yaitu 120 = tekanan sistolis; 82 =
fase IV; 78 = FaseV. Bila fase IV dan fase V adalah sama, maka ditulis : 120/78/78.
Ulangi pencatatan beberapa kali untuk memperoleh nilai yang pasti.
3. Cara Osilasi
Yaitu dengan melihat osilasi pada manometer. Manset dipompa sampai tekanannya 10-20
mmHg melebihi tekanan sistolis yang ditentukan dengan metoda Riva Rocci. Tekanan
manset diturunkan perlahan-lahan sambil memperhatikan air raksa manometer. Saat
timbulnya osilasi pada manometer menunjukkan tekanan sistolis. Tekanan manset terus
diturunkan sampai osilasi menghilang yang menunjukkan tekanan diastolis.
Di dalam praktek, ketiga cara ini harus dikombinasikan untuk memperoleh hasil yang
memuaskan dan dapat dipercaya.
Protokol
1. Tekanan Darah Istirahat
Ukurlah tekanan darah orang coba setelah berbaring 5 menit, setelah duduk 5 menit dan
setelah berdiri 5 menit. Orang coba harus benar-benar dalam keadaan santai. Bandingkanlah
hasil ketiga pencatatan ini. Dalam mencatat tekanan darah, gunakan kombinasi ketiga cara
tadi.
2. Pengaruh Perubahan Sikap
Orang coba berbaring 5 menit. Ukurlah tekanan darah, kemudian orang coba diminta agar
segera berdiri dan ukurlah segera tekanan darah dengan lengan lurus ke bawah. Tekanan
diukur 0, 1, 2, 3, 4, dan 5 menit sesudah berdiri.
3. Pengaruh Kerja Otot
Orang coba diminta untuk melakukan kegiatan misalnya berlari di tempat selama kurang
lebih 3-5 menit kemudian catatlah tekanan darah kontrol (sebelum kegiatan)
4. Pengaruh Berpikir
Catatlah tekanan darah kontrol. Kemudian orang coba diminta berpikir dengan kuat yaitu
memecahkan soal matematika yang susah. Catatlah tekanan darahnya secepat mungkin, kalau
perlu selagi berpikir. Bandingkanlah dengan tekanan darah kontrol.
5. Percobaan Valsava (Valsava Manuver)
Buatlah pencatatan kontrol. Orang coba diminta untuk melakukan ekspirasi kuat dengan
glottis tertutup (mengedan). Catatlah tekanan darah pada saat ini dan bandingkan dengan
tekanan kontrol.
6. Percobaan Muller
Orang coba diminta untuk inspirasi kuat dengan glottis tertutup. Ukurlah tekanan darah dan
bandingkan dengan tekanan kontrol.
D. Hasil Percobaan
Dalam keadaan normal, tanpa andanya pengaruh faktor-faktor pengukuran tekanan darah,
misalnya pengaruh perubahan sikap, pengaruh kerja otot dan lain-lain.
a. Dengan cara palpasi
Nama : Nn. D
Nama Pemeriksa : Nn. J
Umur : 18 Tahun
Hasil pemeriksaan : 100 mmHg
b. Dengan cara auskultasi
Nama : Nn. D
Nama pemeriksa : Nn. J
Umur : 18 Tahun
Hasil pemeriksaan : 100/70 mmHg
c. Dengan cara osilasi
Nama : Nn. D
Nama pemeriksa : Nn. J
Umur : 18 tahun
Hasil pemeriksaan : 100/70 mmHg
Protokol
1. Tekanan darah isitahat.
Nama : Nn. J
Nama Pemeriksa : Nn. D
Umur : 18 Tahun
Hasil pemeriksaan :
Pada saat baring : 80/42 mmHg
Pada saat duduk : 90/60 mmHg
Pada saat berdiri : 100/70 mmHg
2. Pengaruh perubahan sikap
Nama : Nn. FA
Nama Pemeriksa : Tn. HR
Umur : 19 Tahun
Hasil pemeriksaan :
Pada saat berbaring 5 menit : 120/73 mmHg
Pada saat berdiri :
Tekanan darah 1 menit : 122/75 mmHg
Tekanan darah 3 menit : 110/80 mmHg
Tekanan darah 5 menit : 110/45 mmHg
3. Pengaruh kerja otot
Nama : Tn. FI
Nama pemeriksa : Nn. F
Umur : 19 Tahun
Hasil pemeriksaan :
TD sebelum berlari : 119/60 mmHg
TD setelah berlari 5 menit : 109/90 mmHg
4. Pengaruh berpikir
Nama : Nn. I
Nama pemeriksa : Nn. H
Umur : 19 Tahun
Hasil pemeriksaan :
Tekanan darah kontrol : 116/80 mmHg
Tekanan darah setelah berpikir : 130/100 mmHg
5. Percobaan valsava
Nama : Nn. IMU
Nama pemeriksa : Nn. IAR
Umur : 19 Tahun
Hasil pemeriksaan :
Tekanan darah kontrol : 102/48 mmHg
Tekanan darah ekspirasi : 90/50 mmHg
6. Percobaan Muller
Nama pemeriksa : Nn. IMU
Nama pemeriksa : Nn. IAR
Umur : 19 Tahun
Hasil pemeriksaan :
Tekanan darah kontrol : 102/48 mmHg
Tekanan darah inspirasi : 90/60 mmHg
E. Analisis Hasil Percobaan
a. Cara Palpasi
Pada saat pengukuran tekanan darah dengan cara palpasi kita meraba arteri brachialis dengan
memompa manset sampai sistolnya menghilang, sehingga didapatkan hasil pemeriksaan 100
mmHg. Ini disebabkan karena orang coba dalam keadaan anemia karena kurang tidur. Namun
dengan menggunakan cara ini diperoleh hasil yang kurang akurat karena yang diperoleh
hanya tekanan sistolnya saja.
b. Cara Auskultasi
Pada pengukuran tekanan darah dengan cara auskultasi kita menggunakan stetoskop, dengan
stetoskop kita dapat mengukur sistol dan diastolnya orang coba dengan cara mendengar bunyi
yang timbul pada arteri brachilis yang disebut bunyi korotkoff. Bunyi ini terjadi akibat
timbulnya aliran turbulen dalam arteri yang disebabkan oleh penekanan manset pada arteri
tersebut. Dengan metode ini diperoleh hasil pengukuran 100/70 mmHg. Ini disebabkan
karena orang coba dalam keadaan anemia karena kurang istirahat. Sehingga menyebabkan
tekanan darah rendah.
c. Cara Osilasi
Pada percobaan ini kita melihat osilasi pada manometer. Manset dipompa sampai tekanannya
100-120 mmHg melebihi tekanan sistolis, yang ditentukan dengan motode Riva Rocci. Saat
pemeriksaan dengan cara osilasi didapatkan hasil pengukuran 100/70 mmHg. Hal ini
disebakan orang coba dalam keadaan kurang tidur. Sehingga tekanan darahnya menurun.
Protokol :
1) Tekanan darah istirahat
Pada protokol ini didapatkan hasil 80/42 mmHg pada saat berbaring, 90/60 mmHg pada
saat duduk dan 100/70 pada saat berdiri. Hal ini menunjukkan bahwa posisi tubuh
berpengaruh terhadap tekanan darah. Dimana saat pergantian posisi tubuh tekanan darah ikut
mengalami perubahan.
Peningkatan tekanan darah terjadi karena dipengaruhi oleh gaya gravitasi, jantung harus
memompa lebih keras untuk melawan gaya gravitasi. Berbeda pada saat berbaring letak
ekstremitas atas dan bawah sejajar dengan jantung sehingga kecepatan aliran darah standar.
Tapi bila dalam keadaan berdiri bagian ekstremitas atas dan kepala lebih tinggi dari jantung
sehingga untuk memenuhi kebutuhan pada tempat yang dituju, maka diperlukan tekanan
pompa yang besar sehingga curah jantung meningkatkan tekana darah.
2) Pengaruh perubahan sikap
Perubahan sikap mempengaruhi tekanan darah. Hal ini dapat kita lihat pada percobaan
ini didapatkan hasil 120/73 mmHg pada saat berbaring, 122/75 mmHg pada saat berdiri,
110/80 setelah 3 menit dan 110/45 setelah 5 menit.
Hal ini sesuai dengan teori, karena pada saat berbaring gaya gravitasi pada peredaran
darah lebih rendah karena arah peredaran darah horisontal dan tidak terlalu melawan
gravitasi. Pada saat berdiri kerja jantung dalam memompa darah menjadi lebih besar karena
melawan gaya gravitasi.
Namun, pada saat berdiri 3 menit dan 5 menit tekanan darah menjadi menurun melebihi
tekanan darah saat berbaring, mungkin terjadi kesalahan pemeriksaan atau kesalahan dalam
penggunaan alat.
3) Pengaruh kerja otot
Pada percobaan ini didapatkan hasil tekanan darah kontrol orang coba 119/60 mmHg dan
setelah kegiatan tekanan darah orang coba berubah menjadi 109/90 mmHg.
Hal ini tidak sesuai dengan teori, dimana dalam proses kontraksi, otot memerlukan
pasokan oksigen yang banyak untuk memenuhi kebutuhan energi. Darah berfungsi menyuplai
O2 untuk menghasilkan energi. Oleh karena itu, curah jantung akan meningkat untuk
memenuhi kebutuhan energi melalui peningkatan aliran darah. Selain itu, perangsangan
impuls simpatis menyebabkan vasokontriktor pembuluh darah pada tubuh kecuali pada otot
yang aktif, terjadi vasodilatasi. Hal inilah yang menyebabkan tekanan darah akan meningkat
setelah melakukan aktivitas fisik. Selain itu, sewaktu otot-otot berkontraksi, otot tersebut
menekan pembuluh darah dari pembuluh perifer ke jantung dan paru-paru. Sehingga akan
meningkatkan curah jantung.
Oleh karena itu, percobaan pengaruh kerja otot gagal. Hal ini disebabkan karena
mungkin adanya kesalahan pemeriksaan dan penggunaan alat.
4) Pengaruh berpikir
Pada percobaan ini di dapatkan hasil 116/80 mmHg tekanan darah normal dan 130/100
mmHg tekanan darah setelah berpikir.
Pada percobaan ini tekanan darah meningkat karena otak membutuhkan banyak energi
dan oksigen untuk berpikir, sehingga kardiak output akan ditingkatkan yang selanjutnya akan
meningkatkan aliran balik vena dan meningkatkan tahanan perifer yang kemudian
menyebabkan tekanan darah meningkat. Selain itu jantung juga harus melawan gravitasi
untuk mengantarkan darah ke otak.
5) Percobaan valsava
Pada percobaan ini didapatkan hasil 102/48 mmHg tekanan darah kontrol orang coba dan
berubah 90/50 mmHg pada saat ekspirasi. Hal ini sesuai dengan teori.
Pada percobaan ini tekanan darah menurun karena seseorang melakukan ekspirasi kuat
dengan glottis tertutup dimana tekanan intratorakal sehingga aliran balik vena menurun yang
mengakibatkan curah jantung menurun dan selanjutnya menyebabkan penurunan tekanan
darah.
6) Percobaan muller
Pada protokol ini di dapatkan hasil tekanan darah kontrol orang coba 102/48 mmHg dan
berubah menjadi 90/60 mmHg tekanan darah pada saat melakukan inspirasi. Hal ini tidak
sesuai dengan teori.
Dimana pada saat melakukan inspirasi, tekanan darah meningkat karena otot dada
berkontraksi dan membutuhkan suplai oksigen banyak, sehingga aliran darah meningkat,
menyebabkan tekanan darah meningkat.
Hal ini tidak sesuai dengan teori karena mungkin kesalahan pemeriksaan atau
kesalahan penggunaan alat.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Cara-cara yang dilakukan untuk pengukuran tekanan darah arteri yaitu :
a) Cara palpasi yaitu dengan cara meraba denyut nadi.
b) Cara auskultasi yaitu dengan cara mendengarkan suara arteri dengan menggunakan
stetoskop
c) Cara osilasi yaitu dengan cara melihat osilasi pada manometer.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah yaitu :
a) Umur
b) Kegiatan (kerja otot perubahan sikap)
c) Ketinggian (gravitasi)
d) Ekspirasi dan inspirasi
e) Kerja jantung
f) Pengaruh berpikir
B. Saran
Sebaiknya pada percobaan ini menggunakan alat yang memadai. Orang coba harus dalam
keadaan rileks dan pemeriksa harus mengetahui betul penggunaan alat agar tidak terjadi
kekeliruan.
Sebaiknya ruangan praktikum dilengkapi dengan penyejuk ruangan agar proses
pembelajaran tidak terganggu dengan suhu ruangan yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Pearce, Evelyn.2008.Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.Jakarta:PT Gramedia.
2. Taylor, Sheller E.2003.Health Psychology.Amerika Utara:McGraw-Hill.
3. Guyton, Arthur.2006.Ed. 11.Text Book of Medical Physiology.Cina:Elsevier Saunders.
4. Dedy.2009.Fisiologi Jantung & Pembuluh Darah.In www.sidenreng.com.Last Update 5 Juli 2010.
5. Ganong, William F.2002.Ed. 20.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Jakarta. EGC.
6. Syaifuddin.2009.Ed. 2.Fisiologi Tubuh Manusia Untuk MahasiswaKeperawatan.Jakarta:Salemba Medika.
7. Despopoulos, Agamemnon.2003.Ed. 5. Color Atlas of Physiology.Jerman: Georg Thieme Verlag.
8. Moca.2010.Hipertensi.In www.mocacandy.blogspot.com.Last update 5 Juli 2010.
9. Harmoko.2010.Makalah Anatomi dan Fisiologi Darah Manusia.Inwww.nsharmoko.blogspot.com..Last Update 5 Juli 2010.