Laporan Praktikum Golongan Darah
-
Upload
juwitavalen -
Category
Documents
-
view
1.099 -
download
3
description
Transcript of Laporan Praktikum Golongan Darah
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangGenetika merupakan ilmu pengetahuan dasar bagi ilmu serapan, misalnya
pemuliaan tanaman dan hewan, masalah penyakit dan kelainan pada tubuh
manusia. Beberapa istilah yang sering digunakan dalam bidang genetika ini
seperti : gen,genotif, fenotif, resesif, dominan, alel, homozigot, heterozigot,
dan alel.
Salah satu aspek yang penting pada organisme hidup adalah kemampuannya
untuk melakukan reproduksi dan dengan demikian dapat melestarikan
jenisnya. Pada organisme yang yang berbiak secara seksual, individu baru
adalah hasil kombinasi informasi genetik yang disumbangkan oleh dua gamet
yang berbeda yang berasal dari kedua parentalnya. Gen adalah zarah penentu
sifat individu yang terletak pada lokus tertentu pada kromosom dan
mempunyai pasangan yang disebut alel.
Dalam reproduksi genetatif, sel-sel gamet yang terdiri atas sel telur dan sel
sperma yang berfungsi sebagai mata rantai penghubung antara induk dan
keturunannya, yaitu sebagai pembawa sifat keturunan. Sel telur dan sel sperma
memberikan saham yang sama dalam mewariskan sifat keturunan sifat
tersebut kepada keturunannya.
Darah adalah cairan jaringan yang dialirkan melalui pembuluh darah. Darah
terdiri atas sel-sel merah (sel darah putih dan sel darah merah), trombosit
(keping darah),dan plasma darah. Ada beberapa sistem penggolongan darah
pada manusia, misalnya sistem ABO dan rhesus (Rh). Dasar penggolongan
darah adalah adanya aglutinogen (antigen) di dalam sel darah merah dan
aglutinin (antibodi) di dalam plasma (serum). Aglutinogen adalah zat yang
digumpalkan dan aglutinin adalah zat yang menggumpalkan.
1
Dr. Landsteiner merupakan penemu sistem ABO. Dalam sistem ABO, ada
tidaknya antigen tipe A dan B di dalam sel darah merah menentukan golongan
darahseseorang. Sistem tersebut mengelompokkan darah manusia menjadi
empat golongan,yaitu, A, B, AB, dan O .
Berdasarkan uraian diatas maka yang melatarbelakangi praktikum ini adalah
mengetahui tekhnik uji golongan darah dan rhesus serta mengetahui
bagaimana penurunan golongan darah dan rhesus terhadap individu.
1.2 Tujuan Mengetahui cara uji golongan darah dan rhesus
Menentukan golongan darah dan rhesus seseorang
1.3 Manfaat Menambah keterampilan dan wawasan mahasiswa dalam menguji
golongan darah pada seseorang
Menambah wawasan mahasiswa dalam membedakan golongan darah A,
B, AB, dan O serta menunetukan rhesus positif dan negatif
Dengan mengetahui golongan darah yang dimiliki, seseorang dapat
menyumbangkan darahnya kepada yang membutuhkan
Dengan mengetahui golongan darah, ketika seseorang melakukan tranfusi
darah tidak terjadi inkompatibilitas ABO yang dapat menyebabkan darah
menjadi lisis (menggumpal dan memisah menjadi cairan) dan berujung
pada kematian.
Dengan mengetahui rhesus, pasangan suami istri yang berbeda rhesus
dapat melakukan usaha pencegahan yang dapat membahayakan janin pada
masa kehamilan
2
BAB II
METODE PRAKTIKUM
2.1 Waktu dan tempatPraktikum uji golongan darah ini berlangsung pada tanggal 19 februari 2014
di Gedung C Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura
2.2 Alat dan BahanAlat
Kartu tes golongan darah
Lancet
Tusuk gigi
Tisu
Alkohol 70 %
Bahan
Reagen Anti-A
Reagen Anti-B
Reagen Anti-AB
Reagen Anti rhesus
2.3 Cara Kerja1. Siapkan kartu uji yang telah di beri keterangan dan isi biodata peserta uji
golongan darah terlebih dahulu (lihat gambar 1)
2. Sterilkan salah satu ujung jari dengan kapas yang telah dibasahi dengan
alkohol 70%
3. Bendung jari yang akan diambil sampel darahnya (Lihat Gambar 2)
4. Tusukkan lancet dengan hati-hati dan mantap ke ujung jari atau ke
samping jari yang telah steril, lalu tekanlah ujung jari hingga darah keluar
(Lihat Gambar 2)
5. Teteskan darah pada kartu uji sebanyak 4 kali pada tempat yang berbeda
sesuai keterangan dengan proporsi yang sama rata (Lihat Gambar 3)
3
6. Tutup luka jari peserta uji golongan darah dengan kain kasa atau dapat
digantikan oleh tisu untuk memberhentikan pendarahan
7. Teteskan reagen anti-A sebanyak 1 tetes pada sampel darah sesuai
keterangan, lalu aduklah dengan gerakan memutar menggunakan tusuk
gigi. Amatilah apa yang terjadi (Lihat Gambar 3)
8. Lakukan langkah nomor 7 untuk reagen anti-B, reagen anti-AB, dan
reagen anti rhesus
4
Gambar 1 (doc:google)
Gambar 2 (doc:google)
Gambar 3 (doc:google)
5
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Data Hasil Pengamatan
3.2 Pembahasan
3.2.1 DarahDarah terdiri dari dua komponen yaitu padat dan cair, komponen cair
dalam darah disebut plasma darah sedangkan komponen padat dalam
darah disebut sel darah. Sel darah sendiri mengandung eritrosit, leukosit
dan trombosit. Dalam plasma darah dijumpai senyawa kimia yang disebut
dengan aglutinin. Aglutinin disebut juga antibodi yaitu senyawa kimia
yang berperan dalam menjalankan fungsi sistem kekebalan tubuh.
Aglutinin berupa sekumpulan senyawa yang terbentuk di dalam darah
akibat infeksi bakteri yang dapat menyebabkan penggumpalan bersama
bakteri itu. Sedangkan dalam sel darah merah terdapat senyawa yang
disebut aglutinogen. Aglutinogen disebut juga antigen. Antigen sendiri
diartikan sebagai senyawa kimia yang dapat merangsang aktifnya sistem
kekebalan tubuh. Dalam kehidupan kita antigen bisa diartikan sebagai
6
senyawa kimia yang dapat menyebabkan penyakit. Antigen ada 2 macam
yaitu antigen A dan antigen B (Prawiroharto, 1995).
3.2.2 Golongan Darah ManusiaGolongan darah adalah pengklasifikasian darah dari suatu individu
berdasarkan ada atau tidak adanya zat antigen warisan pada permukaan
membran sel darah merah. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan
jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah
tersebut.
Golongan darah pada manusia bersifat herediter yang ditentukan oleh alela
ganda. Golongan darah seseorang dapat mempunyai arti penting dalam
kehidupan. Sistem penggolongan yang umum dikenal dalam istilah A, B,
O, tetapi pada tahun 1990 dan 1901, Dr Landsteiner menemukan antigen
(aglutinogen) yang terdapat di dalam sel darah merah dan juga
menemukan antibodi (aglutinin) yang terdapat di dalam plasma darah.
Atas dasar macam antigen yang ditemukan tersebut (Prawiroharto, 1995).
Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan
ABO dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46
jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang
dijumpai.
Sebelum lahir, molekul protein yang ditentukan secara genetik disebut
antigen, antigen ini muncul dipermukaan membran sel darah merah.
Antigen ini, tipe A dan tipe B bereaksi dengan antibodi pasangannya, yang
mulai terlihat sekitar 2 sampai 8 bulan setelah lahir.
1. Karena reaksi antigen-antibodi menyebabkan aglutinasi
( penggumpalan) sel darah merah, maka antigen disebut
aglutinogen dan antibodi pasangannya disebut agglutinin.
2. Seseorang mungkin saja tidak mewarisi tipe A dan tipe B atau
hanya mewarisi salah satunya, atau bahkan keduanya sekaligus.
7
Klasifikasi golongan darah ABO ditentukan berdasarkan ada tidaknya
aglutinogen (antigen tipe A dan tipe B ) yang ditemukan pada permukaan
eritrosit dan aglutinin (antibodi) anti-A dan anti-B, yang ditemukan dalam
plasma. (Campbell, N.A.; Reece, J.B.; Urry, L.A.; Cain, M.L.;
Wasserman, S.A.; Minorsky, P.V.; Jackson, R.B. 2008)
1. Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah
dengan antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan
antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya. Sehingga,
orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat menerima
darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.
2. Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada
permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi
terhadap antigen A dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan
golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari orang
dengan dolongan darah B-negatif atau O-negatif
3. Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah
dengan antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap
antigen A maupun B. Sehingga, orang dengan golongan darah AB-
positif dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah
ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun, orang dengan
golongan darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali
pada sesama AB-positif.
4. Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa
antigen, tapi memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B.
Sehingga, orang dengan golongan darah O-negatif dapat
mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO
apapun dan disebut donor universal. Namun, orang dengan
golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari sesama
O-negatif.
8
Gambar 4 (doc:google)
Penggolongan darah penting dilakukan sebelum transfusi darah karena
pencampuran golongan darah yang tidak cocok menyebabkan aglutinasi
dan destruksi sel darah merah (Samsuri, 2004).
3.2.3 Pewarisan Golongan DarahSeperti yang sudah dibahas sebelumnya, golongan darah diturunkan oleh
gen ayah dan ibu. Kemungkinan golongan darah anak dapat dipredeksi
melalui cara persilangan.
Struktur genotip golongan darah (Istamar dkk, 2004)
A = IA IA ( Dominan ) B = IB IB ( Dominan )
IA IO ( Pembawa ) IB IO ( Pembawa )
AB = IA IB ( Pembawa ) O = IO IO ( Pembawa )
Berikut hasil persilangan yang dapat terjadi :
9
10
11
12
Gambar 5 (doc:hamikron.com)
13
3.2.4 RhesusJenis penggolongan darah lain yang cukup dikenal adalah dengan
memanfaatkan faktor Rhesus atau faktor Rh. Nama ini diperoleh dari
monyet jenis Rhesus yang diketahui memiliki faktor ini pada tahun 1940
oleh Karl Landsteiner. Seseorang yang tidak memiliki faktor Rh di
permukaan sel darah merahnya memiliki golongan darah Rh-. Mereka
yang memiliki faktor Rh pada permukaan sel darah merahnya disebut
memiliki golongan darah Rh+. Jenis penggolongan ini seringkali
digabungkan dengan penggolongan ABO.
Gambar 6 (doc:google)
Kecocokan faktor Rhesus amat penting karena ketidakcocokan golongan.
Misalnya donor dengan Rh+ sedangkan resipiennya Rh- dapat
menyebabkan produksi antibodi terhadap antigen Rh(D) yang
mengakibatkan hemolisis. Hal ini terutama terjadi pada perempuan yang
pada atau di bawah usia melahirkan karena faktor Rh dapat memengaruhi
janin pada saat kehamilan. Jika terdapat perbedaan rhesus pada pasang
suami istri, pada kehamilan ke dua dapat menyebabkan kematian janin
dalam rahim, atau jika lahir menderita hati yang bengkak, anemia, kuning
14
(jaundice), dan gagal jantung. Hal ini terjadi karena anti rhesus
(penghancuran sel arah merah) atau hemolitik. (Tiblad et al. 2013)
Ayah Rh + Ayah Rh -
Ibu Rh + Janin Rh +
Tidak bermasalah
Janian Rh +
Tidak
bermasalah.
Ibu Rh - Janin Rh +
Akan timbul
masalah karena beda
dengan ibu.
Janin Rh –
Tidak
bermasalah.
Tabel 1 (doc:ayahbunda.co.id)
Kebanyakan manusia di dunia ini, sekitar 85% memiliki rhesus positif.
Dasar inilah yang mendukung pernyataan bahwa manusia berevolusi atau
berasal dari monyet. Rhesus positif identik dengan monyet, sedangkan asal
usul rhesus negatif masih dipertanyakan hingga sekarang, banyak teori
mengenai asal usul rhesus negatif, baik teori adam-hawa, geografis,
mutasi, keturunan yahudi, hasil perkawinan manusia dengan alien, hingga
sampai bahwa teori rhesus negatif adalah karunia ciptaan Tuhan, bukan
berasal dari evolusi hewan. (Carritt, Kemp, and Poulter 1997)
Umunya, dalam ras yang sama memiliki rhesus yang sama karena berasal
dari garis keturunan yang sama pula, rhesus menurun secara genetik
seperti golongan darah. Di Asia Rhesus (+) mendominasi. Rhesus negatif
lebih banyak pada orang Eropa (caucasoid). Untuk Asia ada satu suku
bangsa dengan Rhesus negatif yang cukup banyak yaitu orang Gurkha.
Untuk orang Indonesia memang sangat jarang rhesus negatif. (Carritt,
Kemp, and Poulter 1997)
15
3.2.5 Pewarisan RhesusSeperti golongan darah, rhesus juga diwariskan oleh orang tua melalui
gen, berikut tabel fenotip, genotip serta kemungkinan gamet yang akan
dimiliki oleh seorang anak.
Gambar 7 (mitaunair-fk12.web.unair.ac.id)
3.2.6 Perubahan Golongan Darah dan RhesusGolongan darah bisa berubah karena penambahan atau penekanan pada
antigen (substansi yang menentukan golongan darah). Hal ini bisa
disebabkan oleh infeksi, penyakit autoimmune (sistem kekebalan tubuh
menyerang tubuh sendiri), malignancy (kanker). (Won et al. 2013)
Golongan darah bisa juga berubah pada pasien transplantasi sumsum
tulang. Transplantasi sumsum tulang biasanya dilakukan pada penderita
leukimia dan beberapa penyakit lain. Misalnya orang dengan golongan
darah A mendapat transplantasi sumsum dari orang golongan darah O,
lama kelamaan golongan darahnya berubah menjadi O.
Dunia kedokteran pernah dihebohkan dengan beberapa kasus tindakan
medis yang berhasil mengubah golongan darah, seperti :
Transplantasi hati pada Demi-Lee Brennan (Australia) yang
ternyata mengubah darahnya dari O- menjadi O+
Wong Mei Moy (China) yg melakukan transplantasi sumsum
tulang belakang sehingga mengubah golongan darahnya dari AB
menjadi A
16
Tim penelitian medis asal Universitas Harvard dan Denmark yang
dapat mengubah semua golongan darah dengan bakteri unik jadi O.
medis masih mempelajari apakah proses perubahan tipe darah tersebut
dapat ditiru kembali pada pasien lainnya atau tidak. Benar tidaknya
golongan darah seseorang dapat berubah atau tidak, semua itu masih
membutuhkan penelitian yang panjang. Jika benar golongan darah ternyata
dapat berubah, itu merupakan penemuan yang luar biasa dalam dunia
medis.
3.2.7 Uji Golongan Darah dan RhesusUntuk mengetahui golongan darah seseorang dapat dilakukan dengan
pengujian yang menggunakan serum yang mengandung aglutinin.
Dimana bila darah seseorang diberi serum aglutinin A mengalami
aglutinasi atau penggumpalan berarti darah orang tersebut mengandung
aglutinogen A. Dimana kemungkinan orang tersebut bergolongan darah
A atau AB. Bila tidak mengalami aglutinasi, berarti tidak menngandung
antigen A, kemungkinan darahnya adalah bergolongan darah B atau O
(Kimball, 1999).
Bila darah seseorang diberi serum aglutinin b mengalami aglutinasi,
maka darah orang tersebut mengandung antigen B, berarti kemungkinan
orang tersebut bergolongan darah B atau AB. Bila tidak mengalami
aglutinasi, kemungkinan darahnya adalah A atau O. Bila diberi serum
aglutinin a maupun b tidak mengalami aglutinasi, kemungkinan darahnya
adalah O (Solomon, 1993).
17
Untuk menentukan golongan darah pedomannya sebagai berikut:
Golongan aglutinogen (antigen)
pada eritrosit
aglutinin (antibodi)
pada plasma darah
A
B
AB
O
A
B
A dan B
-
b
a
-
a dan b
Tabel 2
Jika aglutinin a (anti A) + aglutinogen A = terjadi aglutinasi
(penggumpalan)
Jika aglutinin b (anti B) + aglutinogen B = terjadi aglutinasi
(penggumpalan)
Jika anti Rhesus (antibodi Rhesus) + antigen Rhesus = terjadi aglutinasi
(penggumpalan)
Darah + anti Rhesus = aglutinasi → terdapat antigen Rhesus → gol Rh+
Darah + anti A= aglutinasi → terdapat aglutinogen A → gol A
Darah + anti B= aglutinasi → terdapat aglutinogen B → gol B
Penggunaan anti AB hanya untuk verifikasi (kepastian) saja. Tidak
digunakan juga tidak masalah (Priadi, 2009).
Pada darah setiap manusia tidak akan dijumpai aglutinogen/antigen dan zat
antinya (zat yang dapat menggumpalkan antigen). Jadi, jika seseorang
memiliki aglutinin A maka dalam darahnya tidak akan dijumpai aglutinin a
yang dapat menggumpalkannya. Sama halnya dengan orang yang memiliki
antigen B, maka di dalam darahnya tidak akan dijumpai zat
penggumpalnya. Demikian juga dengan orang yang memiliki aglutinin A
dan B, maka di dalam darahnya tidak akan ada aglutinin sama sekali.
berbeda dengan orang yang tidak memiliki aglutinogen, di dalam darahnya
akan dijumpai 2 macam aglutinin yaitu aglutinin a dan aglutinin b.
18
Pada percobaan kali ini yang dilakukan untuk mengetahui golongan darah
dan rhesus, mula-mula yang dilakukan adalah menyiapkan kartu uji
golongan darah yang sudah diisi biodata perserta golongan darah dan telah
teriisi keterangan. Kartu uji golongan darah berfungsi sebagai tempat
untuk meletakkan objek yang akan diamati. Kemudian mensterilkan salah
satu ujung jari yaitu jari manis dengan alkohol 70%. Alkohol 70%
berfungsi untuk mensterilkan jari manis dari kuman. Kemudian
menusukkan lancet ke jari manis yang telah disterilkan tadi, ditusukkan
pada pembuluh darah arteri. Setelah itu, menekan ujung jari yang telah
ditusuk tadi sehingga mengeluarkan darah dan meneteskan darah tersebut
pada kartu uji golongan darah, di sebelah kiri dan sebelah kanan,
kemudian meneteskan serum alfa di sebelah darah yang berada disebelah
kanan, dan meneteskan serum beta disebelah darah yang berada di sebelah
kiri, lalu mengaduknya dengan gerakan memutar dengan menggunakan
tusuk gigi. Serum alfa dan serum beta berfungsi untuk menentukan jenis
golongan darah yang ditandai dengan adanya aglutinasi dan tidak adanya
aglutinasi.
Pada Miftahul dan Rahayu (No 9 dan 14 pada tabel di atas ) di dapatkan
darah bergolongan B. Hal ini terjadi karena setelah darah ditetesi anti A
darah tersebut tidak menggumpal dan setelah ditetesi anti B darah tersebut
menggumpal.
Antingen adalah sebuah zat yang menstimulasi tanggapan imun, terutama
dalam produksi antibodi. Antingen biasanya berupa protein atau polisarida,
tetapi dapat juga berupa molekul lainnya, termasuk molekul kecil
dipasangkan dengan protein pembawa. Anti gen ini dibagi menjadi anti
gen A dan anti gen B. dimana anti gen A hanya terdapat dan dihasilkan
pada seseorang bergolongan darah A dan O, sedangkan anti gen B hanya
terdapat pada seseorang bergolongan darah B dan O.
19
Dikatakan bergolongan darah A, karena setelah darah tersebut dicampur
dengan serum alfa (anti A), darah tersebut mengalami aglutinasi.
Aglutinasi terjadi dikarenakan di dalam sel darah tersebut mengandung
aglutinogen A, dan serum darahnya dapat membuat aglutinin anti-B.
Dikatakan bergolongan darah B, karena setelah darah tersebut dicampur
dengan serum beta (anti B), darah tersebut mengalami aglutinasi.
Aglutinasi terjadi dikarenakan di dalam sel darah tersebut mengandung
aglutinogen B, dan serum darahnya dapat membuat agglutinin anti-A.
Dikatakan bergolongan darah O, karena tidak mengalami aglutinasi setelah
dicampurkan serum alfa (anti A) maupun serum beta (anti B). Hal ini
dikarenakan di dalam sel darah tersebut tidak mengandung aglutinogen,
dan serum darahnya dapat membuat agglutinin anti-A dan agglutinin anti-
B.
Dikatakan memiliki Rhesus positif, karena mengalami aglutinasi setelah
dicampurkan serum anti rhesus. Aglutinasi terjadi dikarenakan di dalam
sel darah tersebut mengandung aglutinogen rhesus.
Dikatakan memiliki Rhesus negatif, karena tidak mengalami aglutinasi
setelah dicampurkan serum anti rhesus. Aglutinasi terjadi dikarenakan di
dalam sel darah tersebut tidak mengandung aglutinogen Rhesus.
20
Banyak faktor yang mempengaruhi hasil tes golongan darah menjadi
berbeda, human error menjadi permasalahan yang paling
mendominasi. Cara penyimpanan reagen, suhu ruangan, cara menteteskan
reagen dan lainnya adalah salah satu faktor yang dapat menyebabkan
perbedaan hasil uji golongan darah. Demi keamanan dan keyakinan, coba
lakukan uji golongan darah lebih dari satu kali.
3.2.8 Transfusi DarahKarena ada perbedaan antigen dan antibodi pada individu, dari dasar inilah
muncul istilah donor universal dan resipien universal. Donor universal
(golongan O) adalah golongan darah yang bisa mendonorkan darahnya ke
semua golongan darah, karena tidak memiliki aglutinogen. Sedangkan
resipien universal (golongan AB) adalah golongan darah yang bisa
menerima darah dari semua golongan, karena tidak memiliki aglutinin.
Jadi O bisa menjadi donor ke semua golongan, dan AB bisa menjadi
resipien dari semua golongan.
Namun sebenarnya pernyataan diatas sudah lama ditinggalkan di ilmu
kedokteran, karena pada dasarnya kemungkinan terjadi penggumpalan itu
masih ada, sehingga sekarang sebaiknya mendonorkan darah dengan
golongan yang sama.
21
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N.A.; Reece, J.B.; Urry, L.A.; Cain, M.L.; Wasserman, S.A.; Minorsky, P.V.; Jackson, R.B. 2008 Biology. San Francisco: Pearson Benjamin Cummings.
Carritt, B., T. J. Kemp, and M. Poulter 1997 Evolution of the Human RH (Rhesus) Blood Group Genes: A 50 Year Old Prediction (Partially) Fulfilled. Human Molecular Genetics 6(6): 843–850.
Istamar, Samsuri, and dkk 2004 Biologi SMA Kelas XI. Malang: Erlangga.
Kimball, J. W 1999 Biologi Umum. Jakarta: Erlangga.
Prawiroharto, Slamet 1995 Sains Biologi. Bogor: Bumi Aksara.
Priadi, Arif 2009 Biologi SMA XI. Bogor: Yudhistira.
Solomon, et al 1993 Biology. Savders-Collage Publishing.
Tiblad, Eleonor, Magnus Westgren, Dharmintra Pasupathy, Anita Karlsson, and Agneta T Wikman 2013 Consequences of Being Rhesus D Immunized during Pregnancy and How to Optimize New Prevention Strategies. Acta Obstetricia et Gynecologica Scandinavica 92(9): 1079–1085.
Won, Dahae, Wonho Choe, Hee-Jung Kim, et al. 2013 Significance of Isoagglutinin Titer in ABO-Incompatible Kidney Transplantation. Journal of Clinical Apheresis.
22