Laporan Praktikum Darah

45
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TERNAK “DARAH” Disusun oleh: Kelompok : 5 Kelas : C Haris Ramdani 200110130104 Yudhasena Muhammad M 200110130107 Restu Indra Nugraha 200110130108 Zahrina Elda Amajida 200110130110 Kania Agustien 200110130112 Tanggal Praktikum : 15, 22, dan 29 Oktober 2014

description

Laporan praktikum darah fisiologi ternak

Transcript of Laporan Praktikum Darah

Page 1: Laporan Praktikum Darah

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI TERNAK

“DARAH”

Disusun oleh:

Kelompok : 5

Kelas : C

Haris Ramdani 200110130104

Yudhasena Muhammad M 200110130107

Restu Indra Nugraha 200110130108

Zahrina Elda Amajida 200110130110

Kania Agustien 200110130112

Tanggal Praktikum : 15, 22, dan 29 Oktober 2014

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

SUMEDANG

2014

Page 2: Laporan Praktikum Darah

I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah

yang warnannya merah. Warna merah itu keadaannya tidak tetap tergantung pada

banyaknya kadar oksigen dan karbondioksida didalamnya. Darah yang banyak

mengandung karbon dioksida warnanya merah tua. Adanya oksigen dalam darah

di ambil dengan cara bernapas, dan zat tersebut sangat berguna pada peristiwa

pembakaran/metabolisme di dalam tubuh. Viskositas/ kekentalan darah lebih

kental dari pada air yang mempunyai BJ 1,041-1,065, temperatur 38⁰C, dan PH

7,37-7,45.

Darah selamanya beredar di dalam tubuh oleh karena adanya kerja atau

pompa jantung. Selama darah beredar dalam pembuluh maka darah akan tetap

encer, tetapi kalau ia keluar dari pembuluhnya maka ia akan menjadi beku.

Pembekuan ini dapat dicegah dengan jalan mencampurkan ke dalam darah

tersebut sedikit obat anti-pembekuan/ sitrus natrikus. Dan keadaan ini akan sangat

berguna apabila darah tersebut diperlukan untuk transfusi darah.

Apabila keseluruhan fungsi darah tidak berjalan optimum maka menyebabkan

kegagalan dalam mengatur tekanan osmotic darah untuk mencapai keadaan darah

normal, kegagalan dalam proses pembekuan darah sehingga menyebabkan

pendarahan, serta kegagalan dalam pengangkutan oksigen dan karbondioksida,

serta nutrisi sehingga akan mengalami gangguan dalam mencapai kesetimbangan

tubuh

b. Tujuan

b.1 Rupa Darah dan Tahanan Osmotik

Untuk mengetahui bentuk darah dalam keadaan normal, isotonik,

hipotonik, serta hipertonik serta mengetahui tahanan osmotic darah

dalam mencapai kesetimbangan darah dalam keadaan normal.

Page 3: Laporan Praktikum Darah

b.2 Darah I

Untuk mengetahui kadar haemoglobin dari setiap sampel yang berbeda,

mengetahui nilai hematokrit yang dimiliki oleh setiap sampel, serta untuk

mengetahui lamanya darah sampel dalam proses pembekuan darah dan

pendarahan.

b.3 Eritrosit dan Leukosit

Untuk menghitung jumlah sel darah merah dan sel darah putih pada

sampel.

c. Tempat dan Waktu

c.1 Rupa Darah dan Tahanan Osmotik

Tempat : Laboratorium Fisiologi Ternak dan Biokimia Fakultas Peternakan

Universitas Padjadjaran

Hari : Rabu, 15 Oktober 2014

Pukul : 07.30-09.10 WIB

c.2 Darah I

Tempat : Laboratorium Fisiologi Ternak dan Biokimia Fakultas Peternakan

Universitas Padjadjaran

Hari : Rabu, 22 Oktober 2014

Pukul : 07.30-09.10 WIB

c.3 Eritrosit dan Leukosit

Tempat : Laboratorium Fisiologi Ternak dan Biokimia Fakultas Peternakan

Universitas Padjadjaran

Hari : Rabu, 29 Oktober 2014

Pukul : 07.30-09.10 WIB

Page 4: Laporan Praktikum Darah

II

MATERI DAN METODE

a. Rupa Darah dan Tahanan Osmotik

a) Rupa Darah

1) Materi

Darah dalam keadaan utuh, tidak tembus cahaya, hal ini disebabkan oleh

sifat optik eritrosit yang terdapat dalam darah. Darah tidak tembus cahaya karena

adanya sifat carlak (pernis). Darah akan menjadi tembus cahaya, bilamana se-sel

darah tersebut berada dalam larutan yang berkonsentrasi rendah (tekanan

osmotiknya rendah/hipotonis), sehingga sel mengembang atau darah pecah

(terjadi peristiwa pelepasan hemoglobin = proses hemolisa).

Larutan NaCl pekat (3%) akan menyebabkan sel-sel darah merah

mengkerut, daya penutup darah akan bertambah sehingga darah masih tetap tidak

tembus cahaya.

2) Metode

Alat dan Bahan :

a. 3 buah tabung reaksi

b. Pipet

c. Gelas objek

d. Cover glass

e. Mikroskop

f. Darah domba

g. Larutan NaCL 3%

h. Aquades

Langkah Pertama:

1.Menyediakan 3 buah tabung reaksi A, B, dan C

2.Menuangkan 5 tetes darah yang telah dibebaskan dari fibrin

3.- Tabung A ditambahkan 2 cc aquades

- Tabung B ditambahkan 2 cc larutan NaCL pekat (3%)

- Tabung C dibiarkan seperti semula

Page 5: Laporan Praktikum Darah

4.Menuangkan beberapa tetes dari setiap tabung A, B, C pada gelas objek

5.Memperhatikan pada cahaya tembus dengan dasar putih yang ada

hurufnya

6.Membuat gambar tinjauan mikroskopiknya dari setiap objek A, B, dan C

Langkah Kedua :

1.Menambahkan 2 cc larutan NaCl (3%) pada tabung A

2.Menambahkan 2 cc aquades pada tabung B

3.a. Memperhatikan kedua larutan tersebut dari segi kesamaan sifat

tembus cahayanya

b. Memeriksa keadaan kedua larutan tersebut dengan membuat preparat

mikroskopik dari kedua tabung tersebut dan memperhatikan apakah

darah tersebut berubah secara mikroskopik dan makroskopik

Membuat gambar tinjauan mikroskopiknya dari setiap objek A, B, dan C

Memperhatikan pada cahaya tembus dengan dasar putih yang ada hurufnya

Menuangkan beberapa tetes dari setiap tabung A, B, C pada gelas objek

Tabung C dibiarkan seperti semula

Tabung B ditambahkan 2 cc larutan NaCL pekat (3%)

Tabung A ditambahkan 2 cc aquades

Menuangkan 5 tetes darah

Menyediakan 3 buah tabung reaksi A, B, C

Page 6: Laporan Praktikum Darah

b) Tahanan Osmotik

1) Materi

Butir-butir darah merah berbentuk bikonkaf yang berisi cairan intraseluler.

Bila sel-sel ini dimasukkan ke dalam suatu cairan hipertonis atau hipotonis

terhadap cairan intaseluler, maka terjadi proses osmose dan difusi.

Adanya proses osmose memungkinkan adanya cairan yang mengalir dari

larutan di luar sel ke dalam sel-sel darah merah, darah tidak mengalami perubahan

bila tekanan osmose cairan tersebut sama dengan tekanan osmose cairan

intraseluler. Bila cairan di luar dari sel-sel tersebut hipertonis, maka sel-sel

tersebut akan kehilangan cairan intraselulernya sehingga sel darah akan

mengkerut; sedangkan bila cairan di luar sel tersebut hipotonis, maka cairan dari

luar sel-sel tersebut akan masuk kedalam sel sehingga sel akan membengkak dan

lama-lama akan pecah dan hemoglobin akan keluar (proses hemolisis).

2) Metode

Alat dan Bahan :

a. 1 seri tabung reaksi 9 buah dalam rak

b. Pipet 1 ml atau 2 ml

c. Darah domba

d. Larutan NaCL 3%

Memeriksa keadaan kedua larutan tersebut dengan membuat preparat mikroskopik dari kedua tabung tersebut dan memperhatikan apakah darah

tersebut berubah secara mikroskopik dan makroskopik

Memperhatikan kedua larutan tersebut dari segi kesamaan sifat tembus cahayanya

Menambahkan 2 cc aquades pada tabung B

Menambahkan 2 cc larutan NaCl (3%) pada tabung A

Page 7: Laporan Praktikum Darah

e. Aquadest

f. Larutan NaCL 0,9%

g. Larutan NaCL 0,4%

Prosedur Kerja

1. Menyediakan 5 buah tabung reaksi yang bersih dan kering.

2. Membuat larutan NaCl 0% (aquadest), 0,5%, 0,9%, 1%, dan 3%.

3. Mengisi setiap tabung dengan larutan NaCl sebanyak 2 cc.

4. Meneteskan 5 tetes darah yang tersedia ke dalam setiap tabung dengan

mencampurkannya secara hati-hati dan membiarkannya selama 30 menit.

5. Melakukan pengamatan mikroskopik dari masing-masing tabung dengan

meneteskan pada gelas objek, lalu menggambarkan hasil pengamatannya.

Gambar 1. Tabung Reaksi (kiri) dan Mikroskop (kanan)

Melakukan pengamatan mikroskopik dari masing-masing tabung dengan meneteskan pada gelas objek, lalu menggambarkan hasil pengamatannya.

Meneteskan 5 tetes darah yang tersedia ke dalam setiap tabung dengan mencampurkannya secara hati-hati dan membiarkannya selama 30 menit.

Mengisi setiap tabung dengan larutan NaCl sebanyak 2 cc.

Membuat larutan NaCl 0% (aquadest), 0,5%, 0,9%, 1%, dan 3%.

Menyediakan 5 buah tabung reaksi yang bersih dan kering.

Page 8: Laporan Praktikum Darah

Gambar 2. Gelas Objek dan Cover glass (kiri), Pipet Tetes (kanan)

b. Darah I

a) Waktu Pembekuan

1) Materi

Waktu pembekuan adalah waktu yang diperlukan dari saat darah keluar

sampai terbentuk benang fibrin pada proses pembekuan darah. Darah yang

keluar dari pembuluh darah akan berubah sifatnya yaitu dari sifat cair

menjadi padat (fibrinogen menjadi fibrin)

2) Metode

Alat dan Bahan :

a. Pipet mikrokapiler (warna biru)

b. Stopwatch

c. Kapas

d. Darah

Prosedur Kerja

1. Menusukkan ujung jari, tetes darah yang keluar dihisap ke dalam mikro

kapiler yang tidak berheparin (pipet warna biru). Mencatat dengan tepat

saat tetes darah masuk ke dalam kapiler.

2. Menggemgam pipet mikrokapiler tadi dalam tangan selama 5 menit.

Setelah itu mematahkan sedikit demi sedikit kapiler tersebut setiap 1

menit sampai terbentuk benang fibrin pada patahannya.

3. Mencatat waktu pada saat terjadi benang fibrin. Waktu antara pengisapan

darah ke dalam kapiler dan saat mulai terbentuk benang fibrin adalah

waktu pembekuan.

Page 9: Laporan Praktikum Darah

b) Waktu Pendarahan

a. Materi

Waktu perdarahan adalah waktu yang diperlukan dari saat keluar sampai

waktu pada saat darah tidak keluar lagi.

b. Metode

Alat dan Bahan :

a. Stopwatch

b. Kertas hisap

c. Kapas

d. Vaccinostyle steril

Prosedur Kerja

a. Menusuk ujung jari vaccinostyle steril

b. Mencatat dengan tepat waktu  saat darah pertama keluar

c. Mengisap tetesan darah dengan kertas isap sampai darah tidak keluar lagi

d. Mencatat waktunya.

Mencatat waktu pada saat terjadi benang fibrin. Waktu antara pengisapan darah ke dalam kapiler dan saat mulai terbentuk benang fibrin adalah waktu pembekuan.

Menggemgam pipet mikrokapiler tadi dalam tangan selama 5 menit. Setelah itu mematahkan sedikit demi sedikit kapiler tersebut setiap 1 menit sampai terbentuk benang

fibrin pada patahannya.

Menusukkan ujung jari, tetes darah yang keluar dihisap ke dalam mikro kapiler yang tidak berheparin (pipet warna biru). Mencatat dengan tepat saat tetes darah masuk ke dalam

kapiler.

Mencatat waktunya.

Mengisap tetesan darah dengan kertas isap sampai darah tidak keluar lagi

Mencatat dengan tepat waktu  saat darah pertama keluar

Menusuk ujung jari vaccinostyle steril

Page 10: Laporan Praktikum Darah

c) Hematokrit

1) Materi

Penentuan nilai (%volume eritrosit) didalam darah dengan metoda

mikromematokrit.

Darah yang dicampur dengan antikoagulan dipusing dengan alat

“centrifuge“ sehingga membentuk lapisan-lapisan. Lapisan yang terdiri atas butir-

butir darah merah atau eritrosit diukur dan dinyatakan sebagai % volume dari

keseluruhan darah. Hematokrit adalah suatu cara yang teliti untuk diagnosa

anemia.

2) Metode

Alat dan Bahan :

a. Kapiler Hematokrit

b. Centrifuge

c. Darah domba

Prosedur Kerja

1. Memasukkan darah ke dalam kapiler hematokrit yang sudah

mengandung anti koalgulan (mikro kapiler warna merah). Menutup salah

satu kapiler dengan kristoseal

2. Kemudian kapiler yang sudah berisi darah tersebut dipusing

menggunakan centrifuge 3000rpm selama 15 menit

3. Setelah sentrifuge darah akan terpisah antara sel-sel darah dan

plasmanya, membaca volume sel-sel darah yang sudah terpisah dalam

kapiler dengan alat pembaca mikrokapiler (micro capillary reader)

4. Menghitung nilai hematokrit dengan rumus:

Nilai hematokrit = Volumesel−sel darah

Volumedarah× 100 %

Page 11: Laporan Praktikum Darah

d) Hemoglobin

1) Materi

Hemoglobin merupakan pigmen dari eritrosit yang sangat kompleks.

Sebenarnya hemoglobin merupakan persenyawaan antara protein, globin, dan zat

warna (heme). Keistimewaan dari hemoglobin adalah dapat mengikat O2 dan CO2.

Darah dengan larutan Hcl 0.1 N akan membentuk hematin yang berwarna

coklat. Warna disamakan dengan warna standar sahli dengan menambahkan

aquadestilata sebagai pengencer.

Penetapan kadar hemoglobin digunakan untuk mendiagnosa anemia dan

Mean Corpuscular Hemoglobin. Penetapan kadar Hb dapat dilakukan antara lain

dengan metode :

1. Hematin asam dengan Hemometer Sahli

2. Talquist

3. Cyanomethemoglobin

2) Metode

Alat dan Bahan :

a. 1 set hemometer Sahli

b. Aquadest

Menghitung nilai hematokrit

Setelah sentrifuge darah akan terpisah antara sel-sel darah dan plasmanya, membaca volume sel-sel darah yang sudah terpisah dalam kapiler dengan alat pembaca mikrokapiler

Kemudian kapiler yang sudah berisi darah tersebut dipusing menggunakan centrifuge 3000rpm selama 15 menit

Memasukkan darah ke dalam kapiler hematokrit yang sudah mengandung anti koalgulan (mikro kapiler warna merah). Menutup salah satu kapiler dengan kristoseal

Page 12: Laporan Praktikum Darah

c. HCL

d. Darah domba

e. Pipet tetes

f. Buku standar Tallquist Adam

g. Kertas hisap

Prosedur Kerja

Metode Hematin Asam dengan Hemometer Sahli

1. Membersihkan dan mengeringkan tabung hemometer

2. Mengisi tabung hemometer dengan HCl N/10 sampai garis batas

3. Mengisap darah sampel dengan pipet hemometer sampai tanda garis 20

mm3

4. Menuangkan darah ke dalam tabung hemometer

5. Mengaduk dengan pengaduk yang tersedia

6. Menambahkan aquadest tetes demi tetes sembari mengaduknya hingga

warna sampel sama dengan warna standar

7. Membaca tinggi meniscus permukaan cairan dalam tabung

Membaca tinggi meniscus permukaan cairan dalam tabung

Menambahkan aquadest tetes demi tetes sembari mengaduknya hingga warna sampel sama dengan warna standar

Mengaduk dengan pengaduk yang tersedia

Menuangkan darah ke dalam tabung hemometer

Mengisap darah sampel dengan pipet hemometer sampai tanda garis 20 mm3

Mengisi tabung hemometer dengan HCl N/10 sampai garis batas

Membersihkan dan mengeringkan tabung hemometer

Page 13: Laporan Praktikum Darah

Metode Tallquist

1. Mengambil contoh darah dengan pipet tetes

2. Meneteskan darah pada kertas isap yang telah tersedia, kemudian

mengeringkannya

3. Membandingkan bercak/ tetesan darah dengan warna standar yang ada

pada buku standart tallquist adam.

4. Menentukan dan membaca kadar Hb-nya.

Gambar 3. Kapiler Hematokrit

Menentukan dan membaca kadar Hb-nya.

Membandingkan bercak/ tetesan darah dengan warna standar yang ada pada buku standart tallquist adam.

Meneteskan darah pada kertas isap yang telah tersedia, kemudian mengeringkannya

Mengambil contoh darah dengan pipet tetes

Page 14: Laporan Praktikum Darah

Gambar 4. Tabung Hemometer

c. Eritrosit dan Leukosit

a) Eritrosit

1) Materi

Menghitung jumlah sel-sel darah menggunakan 1 set alat yang disebut

“Haemocytometer”

Prinsip perhitungan ini adalah pewarnaan darah dengan suatu pengencer

kuhsus yaitu larutan Hayem yang bersifat isotonis dan berfungsi sebagai pewarna

eritrosit. Darah yang telah diencerkan di alam pipet haemocytometer tersebut

kemudian dimasukkan ke dalam kamar hitung dan dihitung di dalam mikroskop.

Larutan hayem terdiri dari :

Merkuri chlorida 0,5 gr

Natrium sulfat 5 gr

Natrium chlorida 1 gr

Aquadest 200 ml

2) Metode

Alat dan Bahan

1. 1 set haemocytemeter

a. 1 buah pipet yang berisi batu merah

b. 1 buah kamar hitung dengan penutup (cover glass)

2. Mikroskop

Page 15: Laporan Praktikum Darah

3. Darah domba

4. Kertas hisap dan kapas

5. Desinfektan (alcohol 70%)

Prosedur Kerja

1. Ambil darah dengan cara menusuk bagian yang dipilih (darah juga dapat

diambil dari ujung manusia), dapat juga dari sayap ayam, telinga kelinci,

telinga domba dll). Jangan lupa memakai desinfekan untuk

membersihkan bagian yang akan diambil darahnya.

2. Isaplah darah yang keluar dari luka, dengan pipet haemocytometer yang

berbatu merah sampai tanda 1. Usahakan bekerja cepat jangan sampai

darah membeku di dalam pipet.

3. Encerkan darah dalam pipet dengan menghisap larutan hayem sampai

tanda 101, dengan demikian darah tersebut telah diencerkan sebanyak

100 kali.

4. Kocoklah pipet tersebut secara horizontal (lihat yang dicontohkan

asisten). Hal ini untuk mencegah tercampurnya larutan hayem dalam

kapiler.

5. Biarkan larutan darah dalam larutan hayem ini selama 15 menit

6. Buanglah beberapa tetes larutan dari dalam pipet

7. Masukkan sampel darah ke dalam kamar hitung kemudian tutup dengan

gelas penutup

8. Lihat di bawah mikroskop, hitunglah butir-butir eritrosit yang berada di

dalam kotak-kotak kecil. Untuk menghitung jumlah eritrosit hitunglah

sebanyak 40 kotak

Page 16: Laporan Praktikum Darah

b) Leukosit

1) Materi

Pada prinsipnya sama dengan cara menghitung eritrosit, hanya pipet yang

digunakan adalah pipet berbatu putih dan larutan yang digunakan adalah larutan

TURK.

Larutan TURK terdiri dari :

Glasial acetic acid 2 ml

Gentian violet 1% aq 1 ml

Aquadest 100 ml

2) Metode

Alat dan Bahan

a. 1 set haemocytemeter

Lihat di bawah mikroskop, hitunglah butir-butir eritrosit yang berada di dalam kotak-kotak kecil. Untuk menghitung jumlah eritrosit hitunglah sebanyak 40 kotak

Masukkan sampel darah ke dalam kamar hitung kemudian tutup dengan gelas penutup

Buanglah beberapa tetes larutan dari dalam pipet

Biarkan larutan darah dalam larutan hayem ini selama 15 menit

Kocoklah pipet tersebut secara horizontal

Encerkan darah dalam pipet dengan menghisap larutan hayem sampai tanda 101, dengan demikian darah tersebut telah diencerkan sebanyak 100 kali.

Isaplah darah yang keluar dari luka, dengan pipet haemocytometer yang berbatu merah sampai tanda 1. Usahakan bekerja cepat jangan sampai darah membeku di dalam pipet.

Ambil darah dengan cara menusuk bagian yang dipilih. Jangan lupa memakai desinfekan untuk membersihkan bagian yang akan diambil darahnya.

Page 17: Laporan Praktikum Darah

- 1 buah pipet yang berisi batu putih

- 1 buah kamar hitung dengan penutup (cover glass)

b. Mikroskop

c. Darah domba

d. Kertas hisap dan kapas

e. Desinfektan (alcohol 70%)

Prosdur Kerja

1. Darah dihisap sampai tanda 1. kemudian diencerkan dengan larutan

TURK sampai danda 11. Berarti pengenceran 10 kali. Lakukan

pengocokan (sama seperti pada eritrosit)

2. Setelah dilakukan pengocokan dan dibiarkan elama 15 menit, teteskan

kedalam kamar hitung.

3. Lihatlah dibawah mikroskop dan hitunglah butir-butir darah putih yang

terdapat di dalam kotak-kotak besar, sebanyak 25 kotak.

Lihatlah dibawah mikroskop dan hitunglah butir-butir dara putih yang terdapat di dalam kotak-kotak besar, sebanyak 25 kotak

Setelah dilakukan pengocokan dan dibiarkan elama 15 menit, teteskan kedalam kamar hitung.

Darah dihisap sampai tanda 1. kemudian diencerkan dengan larutan TURK sampai danda 11. Berarti pengenceran 10 kali. Lakukan pengocokan (sama seperti pada

eritrosit)

Page 18: Laporan Praktikum Darah

Gambar 3. Pipet Batu Putih (Kiri) dan Pipet Batu Merah (Kanan)

Gambar 4. Kamar Hitung

Page 19: Laporan Praktikum Darah

III

HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Rupa Darah dan Tekanan Osmotik

Hasil

Pembahasan

b. Darah I

Hasil

No Nama Umur Sex Aktivitas * WB WP Ht

Hb

Ha Tq

1 Fahmi23

tahunLaki-laki

Begadang360 detik

32 detik

41 vol %

4,5 Gr

%90 %

2 Aditya19

tahunLaki-laki

Begadang, Belum sarapan, Tidak

Olahraga

420 detik

82,11

detik

46,15 vol

%

9,7 Gr%

80 %

3Haitsam Muthi Praja

19 tahun

Laki-laki

Begadang, Tidak sarapan

300 detik

29 detik

-14Gr

%80 %

4Arif Hidayatullah

20 tahun

Laki-laki

Begadang420 detik

52 detik

49 vol%

5,8 Gr%

80%

5Haris Ramdani

19 tahun

Laki-Laki

Begadang, Belum sarapan, Tidak

Olahraga

540 detik

13 detik

43,99 vol

%

4,2 Gr%

70 %

6Sepri Diana

19 tahun

perempuan

Kuliah pulang sore, begadang, Jalan

kaki

>480 Detik

10,7 %

35,71 vol

%8 Gr% 70%

7 M.Ikhsan19

tahunLaki-laki

Jalan kaki, begadang, belum

sarapan

420 detik

36 detik

38,5 vol %

4,3 Gr%

80 %

8Rizal Purwana

19 tahun

Laki - Laki

Begadang dan Belum sarapan

767 detik

32 detik

-4,4Gr

%80 %

9 Dhini S R18

tahunPerempuan

Begadang dan telah sarapan

360 detik

58.61

detik

38 vol %

8,25 Gr%

70 %

10Juniarti manova Hassibuan

19 tahun

Perempuan

Olahraga480 detik

63 detik

44 vol %

8,8 Gr %

80 %

*rutinitas atau kebiasaan (hobby)

Page 20: Laporan Praktikum Darah

WB : waktu pembekuan

WP :Waktu perdarahan

Ht : Hematokrit

Hb :Hemoglobin

Pembahasan

1. Waktu Pembekuan Darah

Teori koagulasi darah menurut Morowitz adalah sebagai berikut terjadi

kontak pada pembuluh darah sehingga rusak atau pecah. Jaringan yang robek ini

menyebabkan trombosit pecah dan membebaskan tromboplastin dengan bantuan

ion Ca akan mengaktifkan protrombin menjadi trombin. Trombin akan

mempengaruhi fibrinogen menjadi anyaman benang-benang fibrin sehingga akan

menutup jaringan yang rusak dan darah akan terperangkap. Secara alamiah,

trombin juga tidak ada dalam darah dalam bentuknya yang aktif atau wujud

koagulasi (gumpalan) dalam sirkulasi yang normal. Trombin mempunyai bentuk

prekursor di dalam darah yang disebut protrombin. Selama proses koagulasi

protrombin dirangsang oleh suatu kompleks yang disebut aktivator protrombin

yang memecah atau memisahkan enzim trombin dari protrombin. Waktu

koagulasi adalah lamanya waktu dari saat pengambilan darah sampai terjadinya

koagulasi (Frandson, 1993).

Koagulasi darah adalah suatu fungsi penting dari darah untuk mencegah

banyaknya darah yang hilang dari pembuluh darah yang rusak (terluka). Bagian

dari darah yang sangat berperan dalam proses koagulasi adalah trombosit atau

keping darah. Trombosit berasal dari sistem sel di sumsum tulang yaitu

mengakarosit yang berkembang menjadi trombosit (Nurcahyo, 1998).

Adapun faktor dalam pembekuan darah meliputi ion Ca2+, tromboplastin,

akselator trombosit, konvertin, faktor anti hemofilik. Pembekuan atau

penggumpalan darah disebut juga koagulasi darah. Dari situ akan terjadi suatu

masa yang menyerupai jeli yang kemudian menjadi massa yang memadat dengan

meninggalkan cairan jernih disebut serum (Poedjiadi, 1994).

Page 21: Laporan Praktikum Darah

Umumnya, koagulasi berakhir dalam waktu 5 menit. Koagulasi juga

dipengaruhi oleh cara atau teknik pengambilan darah sehingga di dapat variasi

dalam waktu beku darah (Frandson, 1993).

Menurut Poedjiadi (1994), mekanisme pembekuan darah yaitu pertama,

jaringan mengalami cedera, trombosit yang mengalami lisis kemudian terjadi

pelepasan prekursor tromboplastin bereaksi dengan faktor antihemofilik (plasma)

dengan komponen tromboplastin membentuk tromboplastin. Kedua, Prokonvertin

diubah menjadi konvertin oleh ion Ca. Ketiga, protrombin dengan bantuan ion Ca,

konvertin, dan tromboplastin akan diubah menjadi trombin. Keempat, akselerator

globulin plasma in-aktif diaktifkan menjadi akselerator globulin serum aktif oleh

trombin. Kelima, protrombin diubah menjadi trombin. Terakhir, fibrinogen diubah

menjadi fibrin dengan bantuan trombin.Hemoglobin(Hb) terdapat di dalam sel

darah merah dan memiliki fungsi dalam pengangkutan O2.

Menurut Kustono, dkk. (2008), kadar hemoglobin di dalam darah

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain umur, pakan, dan kondisi kesehatan

ternak. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembekuan darah antara lain

fibrinogen, prothrombin, jaringan tromboplastin, kalsium, proaccelerin, sebuah

faktor koagulasi sebelumnya dianggap suatu bentuk aktif faktorproaccelerin,

tetapi tidak lagi dianggap dalam skema hemostasis, prokonvertin, antihemophilic

faktor, tromboplastin plasma komponen, stuart faktor, tromboplastin, hageman,

fibrin disebut juga fibrinase dan protransglutaminase. Bentuk yang diaktifkan juga

disebut transglutaminase.

Berdasarkan praktikum pembekuan darah yang telah dilakukan pada 6

sampel darah laki –laki dengan umur rata-rata 19 tahun, mempunyai waktu

pembekuan adalah diatas 300 detik namun terdapat satu sampel darah mengalami

pembekuan dalam 300 detik hal ini dapat dikatakan normal. Sedangkan pada 3

sampel darah wanita mengalami pembekuan rata-rata diatas 300 detik.

2. Waktu Pendarahan

Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali

tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang

Page 22: Laporan Praktikum Darah

dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil

metabolisme, juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Darah

merupakan cairan tubuh yang terdapat dalam jantung dan pembuluh darah.Darah

terdiri dari unsur plasma, seperti air 91-92%, protein, glukosa, enzim, hormone,

dan unsur seluler, seperti eritrosit, leukosit, dan trombosit (Nurcahyo, 1998).

Keping darah (platelet) akan bereaksi jika terjadi luka pada pembuluh.

Dengan cara menempel pada dinding pembuluh yang terluka, platelet membentuk

hereostatik plug, yang membentuk trombus dan akhirnya dapat menutup luka

pada pembuluh tersebut. Waktu pendarahan adalah waktu pada saat darah keluar

hingga berhenti keluar. Darah yang keluar biasanya mempunyai selang waktu

antara 15-20 detik. Biasanya setelah terjadi pendarahan akan terjadi koagulasi

darah, jadi waktu pendarahan sangat berkaitan dengan proses koagulasi darah

(Swenson, 1997).

Waktu pendarahan adalah interval waktu mulai timbulnya tetes darah dari

pembuluh darah yang luka sampai darah berhenti mengalir keluar dari pembuluh

darah. Penghentian pembuluh darah ini disebabkan terbentuknya agregat yang

menutupi celah pembuluh darah yang rusak. Faktor-faktor yang mempengaruhi

waktu pendarahan yaitu besar kecilnya luka, suhu, status kesehatan, umur,

besarnya tubuh dan aktivitas kadar hemoglobin dalam darah. Faktor-faktor yang

menyebabkan pendarahan antara lain pendarahan karena defisiensi vitamin,

hemofilia dan trombositopenia (Frandson, 1993).

Berdasarkan hasil pengamatan pada 6 sampel darah laki-laki dengan umur

rata-rata 19 tahun mempunyai waktu pendarahan 27,33 namun jika dilihat pada

setiap sampel juga menunjukkan masih dalam batas normal yaitu antara 15 detik

sampai 2 menit, sedangkan pada 3 sampel darah wanita mempunyai rata rata

perdarahan selama 40,77 detik namun jika dilihat pada setiap sampel darah wanita

terdapat satu sampel darah yang memiliki waktu pendarahan dibawah 15 detik

yaitu selama 10.7 detik.

Page 23: Laporan Praktikum Darah

3. Hematokrit

Hematokrit adalah persentase volume seluruh eritrosit yang ada dalam darah

yang diambil dalam volume tertentu atau volume eritrosit yang dipisahkan dari

plasma dengan cara memutarnya dalam tabung khusus dalam waktu dan

kecepatan tertentu yang nilainya dinyatakan dalam persen (%) (Pusdik, 1989).

Hematokrit merupakan angka yang menunjukan presentase zat dalam darah,

dengan demikian bila terjadi pembesaran cairan darah keluar dari pembuluh darah

maka akan terjadi peningkatan kadar hematokrit, sebaliknya bila terjadi

pemekatan darah atau hemokonsentrasi maka hematokrit akan menurun.

Nilai hematokrit adalah volume semua eritrosit dalam 100 ml darah dan

disebut dengan persen (%) dari volume darah itu. Biasanya nilai ini ditentukan

dengan darah vena atau darah kapiler. Normalnya untuk pria 40-48 % dan untuk

wanita 37-43 %. (Ganda S, 1968)

Berdasarkan hasil pengamatan dalam menentukan nilai hematokrit, rata-rata

kadar hematokrit yang diperoleh dari 4 orang sampel laki-laki adalah sebesar

43,1225 vol %, dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ke empat sampel

tersebut normal, namun jika ditinjau secara perorangan terdapat seorang sampel

yaitu M.ikhsan mempunyai nilai hematokrit sebesar 38,5 yaitu berada dibawah

nilai normal sedangkan Arif mempunyai nilai hematokrit 49 yang berarti nilai

hematokritnya melebihi batas normal.

Berdasarkan pengamatan pada sampel darah wanita yang terdiri dari 3

sampel mempunyai rata –rata hematokrit 39,237 vol %, yang berarti berada dalam

keadaan normal, namun jika ditinjau setiap sampel individu sampel milik Sepri

memiliki nilai hematokrit dibawah batas normal yaitu 35,71. Sedangkan sampel

milik Juniarti memiliki nilai hematokrit diatas normal yaitu 44. Penyakit yang

terjadi akibat hematokrit meningkat disebut hemokonsentrasi dan jika hematokrit

menurun disebut hemodilusi.

4. Haemoglobin

Haemoglobin (Hb) tersusun atas protein globular. Tiap rantai Hb terdiri atas

empat rantai polipeptida, rantai ini terdiri dari dua rantai alfa. Tiap rantai

Page 24: Laporan Praktikum Darah

mengandung 141 asam amino, sedangkan pada rantai beta tiap rantainya

mengandung asam amino sebanyak 146 (Kimball, 1998).

Apabila jumlah Hb atau sel darah merah yang fungsional berkurang jauh di

bawah normal maka akan terjadi anemia. Penyebab anemia antara lain defisiensi

zat besi, Ca, vitamin dan asam amino dalam makanan, dan gizi makanan kurang

(Dukes, 1993).

Kelebihan haemoglobin disebut policitaemia. Penyebabnya karenakelebihan

olahraga orang yang tinggal di daerah tinggi. Policitaemia mengakibatkan naiknya

viscositas darah, terkadang sampai lima kali lipat dan memberatkan kerja jantung.

Di dalam darah mamalia, haemoglobin bertanggung jawab terhadap semua proses

pengangkutan oksigen dalam darah dengan presentasi sel darah merah meningkat

sekitar 20 ml oksigen per 100 ml darah (Poedjiadi, 1994).

Setiap atom Fe (ada empat Fe) pada haeme dapat mengikat oksigen secara

reversabel. Hb teroksigenasi atau disebut HbO2 (oksi Hb) mengandung empat

mol oksigen, Hb juga dapat berikatan dengan karbondioksida pada gugus asam

aminonya membentuk karbomino (Hb CO2), juga dengan Na membentuk Hb.

Met Hb dapat diproduksi menjadi Hb oleh dithionit (Na2Na2O4). Met Hb dapat

beraksi dengan anion pada pH basa dan pada pH asam (Nurcahyo, 1998).

Menurut Poedjiadi (1994), kadar Hb normal pada manusia dewasa laki-laki

13,5 sampai 18,0 g/dl, perempuan 11,5 sampai 16,5 g/dl (pada ibu hamil 11,0

sampai 16,5 g/dl), bayi 13,6 sampai 19,6 g/dl, bayi 3 bulan 9,5 sampai 12,5 g/dl,

balita satu tahun 11,0 sampai 13,8 g/dl, anak 10 sampai 12 tahun 11,5 sampai 14,8

g/dl. Pada darah mamalia haemoglobin bertanggung jawab terhadap semua proses

pengangkutan oksigen dalam darah dengan presentasi sel darah merah meningkat

sekitar 20 ml oksigen per 100 ml darah. Menurut Frandson (1993), faktor-faktor

yang mempengaruhi kadar hb adalah faktor lingkungan, kesehatan ternak,

makanan yang dikonsumsi, kecukupan zat besi dalam tubuh, dan metabolisme zat

besi dalam tubuh.

Pada metode tallquist, prinsipnya adalah membandingkan darah asli dengan

suatu skala warna dalam suatu buku yang bertingkat-tingkat mulai dari warna

merah muda sampai warna merah tua. Cara ini hanya mendapatkan kesan dari

Page 25: Laporan Praktikum Darah

kadar hemoglobin saja, sebagai dasar diambil darah = 100% = 15,8 gr hemoglobin

per 100 ml darah. Kesalahan dalam melakukan pemeriksaan antara 25-50%.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada 3 orang wanita dengan

rata–rata umur 18-19 tahun mempunyai rata kadar hb 8,3 gr/dl dengan

penghitungan dengan menggunakan metode hematin asam. Hal ini dapat

dikatakan anemia tapi tidak terjadi hasil yang terlalu jauh dari literatur yaitu 14

gr/dl seperti pada laki-laki yang tarpaut jauh dari literatur. Namun sampel haitsam

menunjukan kadar hb yang normal daripada yang lain, yakni sesuai dengan teori

Poedjiadi (1994) bahwa kadar Hb normal pada laki-laki dewasa yaitu 13,5 sampai

18,0 gr/dl. Kemudian penghitungan dengan menggunakan metode talquist rata–

rata kadar hb yang diperoleh yaitu 73,3 % namun pada sampel juniarti

mempunyai kadar hb sebesar 80 % hal ini dapat dikatakan kadar hb orang tersebut

normal. Namun terhadap 2 wanita lain mempunyai kadar hb dibawah 80 %

sehingga dapat disimpulkan wanita tersebut mengalami anemia yaitu kekurangan

kadar hb.

Secara keseluruhan kadar haemoglobin antara laki-laki dan

perempuan.kadar hb yang lebih tinggi terdapat pada laki-laki namun hal ini tidak

dapat terbukti secara keseluruhan karana berbagai faktor seperti makanan dan

aktivitas fisik.

c. Eritrosit dan Leukosit

Hasil

Klp Ternak Umur SexStatus

kesehatanJumlah eritrosit

Jumlah leukosit

1 Domba 1 1,5 tahun Betina Sehat 2.420.000 47.0002 Domba 1 1,5 tahun Betina Sehat 2.330.000 51.0003 Domba 1 1,5 tahun Betina Sehat 2.150.000 56.200

Rata-rata 2.300.000 51.4004 Domba 2 2,5 tahun Betina Sehat 2.930.000 -5 Domba 2 2,5 tahun Betina Sehat 2.890.000 -6 Domba 2 2,5 tahun Betina Sehat 2.480.000 -

Rata-rata 2.766.666,667 -7 Ayam 1 1,2 tahun Jantan Sehat 1.540.000 39.8008 Ayam 1 1,2 tahun Jantan Sehat 1.640.000 46.900

Rata-rata 1.590.000 43.350

Page 26: Laporan Praktikum Darah

9 Ayam 8 bulan Betina Sehat 1.010.000 35.00010 Ayam 8 bulan Betina Sehat 1.330.000 36.200

Rata-rata 1.170.000 35.600 Pembahasan

1. Eritrosit

Darah adalah cairan tubuh berwarna merah yang terdiri dari plasma dan

komponen-komponen seluler. Tubuh menyandang 4 sampai 6 liter darah (Hegner,

2003). Darah merupakan suatu jaringan yang terdiri atas eritrosit (sel darah

merah), leukosit (sel darah putih) dan trombisit-trombosit yang terendam dalam

plasma darah cair. Darah beredar dalam sistem vaskular mengangkut oksigen dari

paru-paru dan nutrien dari saluran cerna ke jaringan lain ke seluruh tubuh dan

membawa karbondioksida dari jaringan ke paru dan limbah bernitrogen ke ginjal

untuk dikeluarkan dari tubuh. Darah berperan penting dalam fungsi integratif

kelenjar endokrin dengan membawa hormon dari asalnya ke sel-sel sasaran jauh

(Bloom & fawcett, 2002).

Sel darah merah (eritrosit) merupakan cairan bikonkaf dengan diameter

sekitar 7 mikron. Bikonkavitas memungkinkan gerakan oksigen masuk dan keluar

sel secara cepat dengan jarak yang pendek antara membran dan inti sel. Warnanya

kuning kemerah-merahan, karena di dalamnya mengandung suatu zat yang

disebut hemoglobin. Warna ini akan bertambah merah jika di dalamnya banyak

mengandung oksigen. Bagian dalam eritrosit terdiri dari hemoglobin, sebuah

biomolekul yang dapat mengikat oksigen. Hemoglobin akan mengambil oksigen

dari paru-paru dan insang, dan oksigen akan dilepaskan saat eritrosit melewati

pembuluh kapiler. Warna merah sel darah merah sendiri berasal dari warna

hemoglobin yang unsur pembuatnya adalah zat besi. Sel darah merah tidak

memiliki inti sel, mitokondria, dan ribosom, serta tidak dapat bergerak. Sel ini

tidak dapat melakukan mitosis, fosforilasi, oksidatif sel atau pembentukan protein

( Handayani, 2008).

Sel–sel darah dibentuk disumsum tulang dan jaringan limfatik tubuh.

Sumsum tulang, hati dan limfa menghancurkan sel darah yang sudah tua atau

rusak. Sel darah merah (eritrosit) membawa sejumlah besar oksigen dan sejumlah

kecil karbondioksida (Hegner, 2003). Jumlah sel darah merah pada manusia

Page 27: Laporan Praktikum Darah

berbeda tergantung jenis kelamin dan umur. Jumlah sel darah merah pada bayi:

5,0-6,0 juta/ul, dewasa perempuan: 4,0-5,5 juta/ul dewasa laki: 4,5-6,0 juta/ul.

Pada wanita hamil jumlah eritrosit sedikit menurun, bisa dijumpai antara 3,0

sampai 5,0 juta/ul. Jumlah eritrosit yang lebih dari normal disebut polisitemia

sedangkan jumlah kurang dari normal disebut oligositemia (Mehta, 2006).

Komponen sel darah merah antara lain membran eritrosit, sistem enzim-

enzim GGDP (Glucose 6-Phosphatedehydrogenase). Komponen Hemoglobin

terdiri dari; heme yang merupakan gabungan protopotirin dengan besi. Globin

merupakan bagian protein yang terdiri atas 2 rantai alfha dan 2 rantai beta. Di

dalam sel darah terdapat juga berbagai macam zat antara lain Garam anorganik,

Subtansi organikgas-gas yang terlarut, Hormon, dan Antioksida (Hegner, 2008).

Apabila Hb di bawah standar, disebut juga dengan Anemia yang terjadi

akibat beberapa faktor di bawah ini antar lain pematangan sel yang tidak

sempurna, sum-sum tulang belakang tidak berfungsi, adanya pendarahan yang

berlebihan, dan membran sel terlalu rapuh.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat diamati bahwa antara

domba dengan ayam terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal jumlah sel darah

merahnya. Domba memiliki jumlah eritsoris diatas 2 juta eritroit per mm3, sedangkan

ayam berkisar diangka 1 juta eritrosit per mm3 saja. Hal ini berkaitan dengan ukuran

tubuh spesies. Ukuran tubuh domba jauh lebih besar dibandingkan dengan ayam,

sehingga jumlah eritrosit yang terdapat pada tubuh domba lebih banyak agar transport

oksigen dan nutrient dapat berlangsung dengan baik.

Pada spesies yang sama pun, belum tentu jumlah eritrositnya juga sama. Domba

yang berumur 1,5 tahun memiliki rata-rata jumlah eritrosit 2.300.000 eritrosit/mm3,

sedangkan domba yang berumur 2,5 tahun memiliki rata-rata eritrosit sebanyak

2.766.666,667 eritrosit/mm3.. Hasil menunjukan bahwa usia mempengaruhi jumlah

eritroist yang terdapat pada tubuh ternak. Ternak yang lebih dewasa memiliki jumlah

eritrosit yang lebih banyak daripada ternak yang lebih muda, karena bertambahnya

umur biasanya selalu diiringi oleh pertumbuhan tubuh dan volume darah sehinngga

jumlah eritrosit juga meningkat.

Page 28: Laporan Praktikum Darah

Dalam praktikum ini, dilakukan juga pengamatan jumlah eritrosit pada ayam

jantan dan ayam betina. Jumlah rata-rata eritrosit ayam jantan yaitu 1.590.000

eritrosit/mm3 sedangkan ayam betina 1.170.000 eritrosit/mm3. Hasil ini menunjukan

bahwa jenis kelamin juga mempengaruhi jumlah eritrosit dalam darah.

Menurut Benson et al. (1999) beberapa faktor yang mempegaruhi jumlah

eritrosit antara lain karena faktor fisiologis, yaitu adaptasi terhadap lingkungan

lokal, misalnya adaptasi pada tempat tinggi (pegunungan) atau sering disebut

physiological polycithemia, serta faktor patologis.

2. Leukosit

Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti, disebut juga sel darah

putih. Rata-rata jumlah leukosit dalam darah manusia normal adalah

5000-9000/mm3, bila jumlahnya lebih dari 10.000/mm3, keadaan ini disebut

leukositosis, bila kurang dari 5000/mm3 disebut leukopenia. (Effendi, Z., 2003)

Leukosit terdiri dari dua golongan utama, yaitu agranular dan granular.

Leukosit agranular mempunyai sitoplasma yang tampak homogen, dan intinya

berbentuk bulat atau berbentuk ginjal. Leukosit granular mengandung granula

spesifik (yang dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah cair) dalam

sitoplasmanya dan mempunyai inti yang memperlihatkan banyak variasi dalam

bentuknya. Terdapat 2 jenis leukosit agranular yaitu; limfosit yang terdiri dari sel-

sel kecil dengan sitoplasma sedikit, dan monosit yang terdiri dari sel-sel yang

agak besar dan mengandung sitoplasma lebih banyak. Terdapat 3 jenis leukosit

granular yaitu neutrofil, basofil, dan asidofil (eosinofil). (Effendi, Z., 2003)

Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral

organisme terhadap zat-zat asingan. Leukosit dapat melakukan gerakan amuboid

dan melalui proses diapedesis leukosit dapat meninggalkan kapiler dengan

menerobos antara sel-sel endotel dan menembus kedalam jaringan penyambung.

(Effendi, Z., 2003)

Page 29: Laporan Praktikum Darah

Jumlah leukosit per mikroliter darah, pada orang dewasa normal adalah

5000-9000/mm3, waktu lahir 15000-25000/mm3, dan menjelang hari ke empat

turun sampai 12000, pada usia 4 tahun sesuai jumlah normal. (Effendi, Z., 2003)

Berdasarkan hasil praktikum menghitung jumlah leukosit, jumlah leukosit pada

domba jauh lebih banyak dibandingkan pada ayam. Hal ini dikarenakan tubuh domba

memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan ayam, sehingga jumlah

leukosit yang terdapat pada darah jauh lebih banyak sebagai mekanisme pertahanan

tubuh dari penyakit.

Pada ayam jantan, jumlah leukosit jauh lebih banyak, yaitu 43.350 leukosit/mm3

darah dibandingkan dengan ayam betina, yaitu 35.600 leukosit/mm3 darah. Hasil ini

menunjukan bahwa jenis kelamin mempengaruhi jumlah leukosit dalam darah.. Jika

dibandingkan secara keseluruhan, maka jumlah eritrosit yang terdapat didalam tubuh

ternak jauh lebih banyak daripada jumlah leukosit. Hal ini terkait dengan fungsi sel

darah tersebut. Eritrosit memiliki peranan yang lebih banyak, diantaranya berperan

dalam proses respirasi (pengangkutan oksigen dan karbon dioksida), dan juga sebagai

transport nutrient, sedangkan leukosit hanya untuk pertahanan tubuh sehingga jumlah

yang dibutuhkan tubuh hanya sedikit.

Page 30: Laporan Praktikum Darah

IV

SIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Bloom William, dan W. Fawcett. 2002. Buku Ajar Histologi Edisi 12. Terjemahan

Jan Tambayong. EGC. Jakarta.

Dukes, H.N. 1993. The Physiology of Domestic Animal. New York: University

College.

Effendi, Z. 2003. Peranan Leukosit sebagai Anti Inflamasi Alergik dalam Tubuh.

Fakultas Kedokteran. Universitas Sumatera Utara.

Frandson, R. D. 1993. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi Keempat. Gadjah

Mada University Press. Yogyakarta.

Page 31: Laporan Praktikum Darah

Handayani, Wiwik. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan

Gangguan Sistem Hematologi. Salemba. Jakarta.

Hegner, Barbara R. 2003. Asisten Keperawatan suatu Pendekatan Proses

Keperawatan. EGC. Jakarta.

Kimball, J.W. 1998. Biologi Edisi IV Jilid 1. Erlangga. Jakarta.

Kustono, Diah Tri Widiyati, Ismaya dan Sigit Bintara. 2008. Bahan Ajar Mata

Kuilah Fisiologi Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada.

Yogyakarta.

Mehta, Atul dan Victoria Hoffbrand. 2006. At a Glance : Hematologi. Erlangga.

Jakarta.

Nurcahyo, Heru. 1998. Anatomi dan Fisiologi Hewan. Yogyakarta : UNY.

Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar–dasar Biokimia. Universitas Indonesia Press.

Jakarta.

Swenson, M. J. 1997. Duke’s Physiology of Domestic Animal. Comstock. New

York : Publ. Co. Inc.

LAMPIRAN