Lapkas DHF (DSS) Fariz Dr.heka

25
BAB I STATUS PASIEN 1.1. IDENTITAS PASIEN Nama : An. S Jenis kelamin : Perempuan Umur : 3 th Alamat : Cianjur Tgl/Jam Masuk : 23 Juli 2014 Ruangan : Aromanis No. CM : 6488xx 1.2. ANAMNESIS Keluhan Utama Demam terus menerus selama 4 hari SMRS. Keluhan Tambahan Lemas, nafsu makan menurun, tidak bersemangat untuk bermain, dan dalam terapi TB paru bulan ke 6. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke IGD RSUD Cianjur diantar oleh orang tuanya dengan keluhan demam sejak 4 hari SMRS. Demam timbul mendadak di hari selasa malam (malam rabu) yang semakin tinggi di hari rabu pagi. Di hari kamis ibu pasien membawa pasien ke klinik dokter untuk mengontrol pengobatan TB paru anaknya yang sudah di minggu akhir. Saat itu pula ibu pasien mengeluhkan kondisi pasien yang demam sejak sehari sebelumnya. Pasien diberikan obat penurun panas oleh dokter 1

description

DSS

Transcript of Lapkas DHF (DSS) Fariz Dr.heka

Page 1: Lapkas DHF (DSS) Fariz Dr.heka

BAB I

STATUS PASIEN

1.1. IDENTITAS PASIEN

Nama : An. S

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 3 th

Alamat : Cianjur

Tgl/Jam Masuk : 23 Juli 2014

Ruangan : Aromanis

No. CM : 6488xx

1.2. ANAMNESIS

Keluhan Utama

Demam terus menerus selama 4 hari SMRS.

Keluhan Tambahan

Lemas, nafsu makan menurun, tidak bersemangat untuk bermain, dan dalam terapi TB

paru bulan ke 6.

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke IGD RSUD Cianjur diantar oleh orang tuanya dengan keluhan demam

sejak 4 hari SMRS. Demam timbul mendadak di hari selasa malam (malam rabu) yang

semakin tinggi di hari rabu pagi. Di hari kamis ibu pasien membawa pasien ke klinik

dokter untuk mengontrol pengobatan TB paru anaknya yang sudah di minggu akhir. Saat

itu pula ibu pasien mengeluhkan kondisi pasien yang demam sejak sehari sebelumnya.

Pasien diberikan obat penurun panas oleh dokter dan bila sampai hari ke empat (hari

sabtu) demam pasien tidak turun, dokter menyerankan untuk segera dibawa ke

rumahsakit. Selama demam pasien terlihat lemas, tidak semangat bermain, nafsu makan

menurun (+), mual (+), muntah (-), pusing (+), batuk (+), pilek (+), ,Nyeri uluhati (+),

nyeri otot seluruh tubuh (+), bintik-bintik kemerahan di seluruh tubuh (+). Demam tidak

disertai menggigil (-), berkeringat (-), Nyeri menelan (-), mimisan (-), perdarahan gusi

(-), kejang (-), berat badan menurun disangkal, riwayat berpergian ke daerah endemis

1

Page 2: Lapkas DHF (DSS) Fariz Dr.heka

malaria disangkal. BAB dan BAK tidak ada keluhan. (KP dinyatakan sembuh oleh

dokter)

Riwayat Penyakit Dahulu :

Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami keluhan dan kondisi seperti yang dialaminya

sekarang. Pasien pernah menderita sakit TB paru namun telah dinyatakan sembuh

beberapa hari sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Keluaraga pasien tidak ada yang mengalami keluhan serupa yang dialami pasien saat ini.

Kakek pasien pernah mengalami sakit TB paru dan pasien sering berkunjung ke rumah

kakeknya saat itu.

Riwayat Pengobatan :

Ibu pasien mengatakan bahwa pasien sudah diberikan obat penurun panas (paracetamol),

tetapi tidak ada perubahan.

Pengobatan TB paru pasien tuntas.

Riwayat Alergi :

Ibu pasien mengatakan bahwa pasien tidak memiliki riwayat alergi apapun, baik debu,

cuaca, makanan ataupun obat.

Riwayat Psikososial :

- Lingkungan rumah : Orang tua pasien menyangkal adanya genangan air, pot bunga, bak

air yang berjentik, Namun ada 2 orang tetangga yg menderita DBD dengan jarak masing-

masing 4 rumah dan 7 rumah.

- Pola makan & minum : Pasien makan 3x/ hari dengan porsi ¼ porsi dewasa, dengan

menu nasi, lauk (telur/daging), sayur. Dilengkapi dengan buah dan susu.

Riwayat Kehamilan

ANC rutin ke dokter. Selama hamil ibu tidak pernah sakit atau mengkonsumsi obat-

obatan.

Riwayat Persalinan

2

Page 3: Lapkas DHF (DSS) Fariz Dr.heka

Normal pervaginam, cukup bulan, langsung menangis, tidak ada kecacatan saat lahir

maupun sianosis. BBL 2800 gram, PBL 48 cm.

Riwayat Imunisasi

Menurut ibu os mendapat imunisasi dasar lengkap. Tetapi tidak mendapat imunisasi lain

sesuai dengan usianya.

Imunisasi yang seharusnya didapat sesuai dengan usia :

Hepatitis B 1,2,3 (+) Polio 0,1,2,3 (+), 4 (-) BCG 1 (+) DPT 1,2,3,4 (+) Campak 1 (+)

Kesan : Imunisasi tidak lengkap sesuai dengan usianya

Riwayat Pola Makan

0-6 bulan : ASI + Susu Formula

6 bulan -1 tahun : ASI + Susu formula + Pasi

Sekarang : Nasi + Lauk Pauk

Riwayat Perkembangan Fisik dan Mental

Sudah dapat berdiri 1 kaki , membuat menara 2 kubus, dapat bicara dengan dimengerti,

dapat menyebut nama teman.

Kesan : sesuai dengan usia.

1.3. PEMERIKSAAN FISIKKU : Tampak Sakit Sedang

Kesadaran: Compos Mentis

Tanda-Tanda Vital :

S = 38,2oC N = 84x/menit RR = 20x/menit TD = 100/70mmHg

Uji tourniket (+)

Antropometri

3

Page 4: Lapkas DHF (DSS) Fariz Dr.heka

BB : 14 kg

TB : 90cm

STATUS GIZI

BB/U = 14/16 x 100%

= 87% à Gizi Baik

TB/U = 90/96 x 100%

= 93% à normal

BB/TB= 14/12,8 x 100%

= 109% à gizi baik

Kesan Status Gizi = Gizi baik

STATUS GENERALIS

Kepala : lingkar kepala :48cm

Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema palpebra (-/-)

Hidung : deviasi septum (-/-), sekret (-/-), darah (-), pch (-)

Telinga : normotia, sekret (-/-)

Mulut : mukosa bibir lembab agak sianosis, perdarahan gusi (-)

Leher : Pembesaran KGB (-/-)

Thorax

Paru – paru

Inspeksi : bentuk dan gerak dada sismetris (+/+), retraksi ICS (-/-)

Palpasi : vocal fremitus (-/-)

Perkusi : sonor di semua lapang paru

Auskultasi : bronkovesikuler (+/+), Ronki -/-, Wheezing -/-

Jantung

Inspeksi : -

Palpasi : ictus kordis teraba

Perkusi : tidak dilakukan

Auskultasi : BJ I dan II reguler (+), murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : Tampak datar, lembut

Auskultasi : BU (+) Normal

Perkusi : tymphani

Ascites : -

4

Page 5: Lapkas DHF (DSS) Fariz Dr.heka

Palpasi : hepar dan lien tidak teraba, nyeri epigastrium (+), turgor kulit baik

Ekstremitas

Akral : hangat

CRT <2 detik : <2 detik

Edema : -

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Darah Rutin Tanggal 23/07/2014 Pukul 09.26 WIB

Keterangan Hasil Nilai Rujukan

Haemoglobin 13,2 g/dl 11,5 – 13,5 g/dl

Haematokrit 38,4% 32-42%

Eritrosit 5,19 10x6/μl 4,0 – 5,2 10x6/μl

Leukosit 3,1 10x3/ μl 4,5 – 10,510x3/ μl

Trombosit 56 10x3/ μl 150 – 450 10x3/ μl

RESUME

An. Z 3 tahun datang denga keluhan demam 5 hari SMRS, demam terus menerus sampai hari

ketiga, turun pada hari keempat, naik kembali pada hri kelima. Demam disertai pusing (+),

mual (+), muntah (+), batuk (+), pilek (+), ,Nyeri uluhati (+), nyeri otot seluruh tubuh (+),

napsu makan menurun (+), bintik-bintik kemerahan di seluruh tubuh pemeriksaan

laboratorium ditemukan trombositopenia dan leukopenia. Uji tourniket (+).

DIAGNOSA BANDING

1. Dengue berdarah dengue 2. Chikungunya

3. TBC

4. Malaria

DIAGNOSA KERJA

Demam berdarah dengue

TERAPI AWAL

Terapi rehidrasi dan penurunan panas

RL 14 x 100 96

5

Page 6: Lapkas DHF (DSS) Fariz Dr.heka

Injeksi cefotaxim 2x700 mg Psidii 2x1cth PCT 500 mg tab p.o bila demam (suhu aksila ≥38oC) Banyak minum

RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan darah rutin per 12 jam;

PROGNOSIS

Ad vitam : bonam

Ad fungtionam : bonam

Ad sanationam : bonam

FOLLOW UP

Tgl/ jam S O A P24/07/2014 Demam (-), nafsu

makan ↓, lemas (+)N : 100 x/menitRR : 32 x/menitS : 36,4 oCTD : 110/70mmHgH/ Lab tgl 24/07/14Hb 12,5Ht 37,4Leukosit 6,3Trombosit 33000 (pkl 9.30)Trombosit 36000 (pkl 16.06)

DHF RL 14 x 100 96

Injeksi cefotaxim 2x700 mg

Psidii 2x1 PCT 500 mg

tab p.o bila demam (suhu aksila ≥38oC)

Banyak minum

25/07/2014 Demam (-), nafsu makan ↓, lemas (-)

N : 96 x/menitRR : 22 x/menitS : 36,7 oCTD : 100/70 mmHgH/ lab tgl 25/07/14Hb : 12,4 g/dLHt : 37,5 %Eritrosit : 4,98 10x6/µLLeukosit : 65,8 10x3/µLTrombosit : 51 10x3/µL (pkl 08.29)

Trombosit : 65 10x3/µL (pkl 16.00)

DHF Th/ teruskanR/ cek ulang darah rutin 12 jamAnjurkan banyak minum

26/07/2014 Demam (-), nafsu makan membaik, perdarahan hidung (-),

N : 88 x/menitRR : 20 x/menitS : 36,5 oC

DHF Boleh pulang

6

Page 7: Lapkas DHF (DSS) Fariz Dr.heka

muntah darah (-) TD : 110/80 mmHgH/ lab tgl 26/07/2014Hb : 11,9 g/dLHCT : 35,6 %Eritrosit : 4,4.106/µLLeukosit : 4.03/µLTrombosit : 61.103/µL (pkl 08.00)Trombosit : 85.103/µL (pkl 16.00)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. INFEKSI VIRUS DENGUE

Penyakit Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue atau Dengue Hemorrhagic

Fever (DHF) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui

gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat

hampir di seluruh pelosok Indonesia.

Infeksi virus dengue pada manusia mengakibatkan spectrum manifestasi klinis

yang bervariasi antara penyakit paling ringan (mild undifferentiated febrile illness),

demam dengue, demam berdarah dengue (DBD) sampai demam berdarah dengue

disertai syok (dengue shok syndrome = DSS). Gambaran manifestasi klinis yang

bervariasi ini memperlihatkan sebuah fenomena gunung es, dengan kasus DBD dan DSS

yang dirawat di rumah sakit sebagai puncak gunung es yang terlihat di atas permukaan

laut, sedangkan kasus dengue ringan merupakan dasarnya.

Perbedaan patofisiologik utama antara DD/DBD/DS dan penyakit lain ialah adanya

peningkatan permeabilitas kapiler yang menyebabkan perembesan plasma dan gangguan

hemostasis. Demam berdarah dengue ditandai oleh 4 manifestasi yaitu demam tinggi,

perdarahan, terutama perdarahan kulit, hepatomegali, dan kegagalan peredaran darah.

7

Page 8: Lapkas DHF (DSS) Fariz Dr.heka

B. EPIDEMIOLOGI

Istilah haemorrhagic fever di Asia Tenggara pertama kali digunakan di Filipina

pada tahun 1953. Di Jakarta kasus pertama dilaporkan pada tahun 1969, pada saat ini

DBD sudah endemis di banyak kota-kota besar, bahkan sejak tahun 1975 penyakit ini

talah berjangkit di daerah pedesaan. Berdasarkan jumlah kasus DBD, Indonesia

menempati urutan kedua setelah Thailand. Sejak tahun 1968 angka kesakitan rata-rata

DBD di Indonesia terus meningkat dari 0,05 (1968), menjadi 8,14 (1973), 8,65 (1983)

dan mencapai angka tertinggi pada tahun 1998 yaitu 35,19 per 100.000 penduduk

dengan jumlah penderita sebanyak 72.133 orang.

Morbiditas dan mortalitas DBD yang dilaporkan berbagai Negara bervariasi

disebabkan beberapa faktor, antara lain status umur penduduk, kepadatan vector, tingkat

penyebaran virus dengue, prevalensi serotype virus dengue dan kondisi meteorologis.

Pada awal terjadinya wabah di sebuah Negara, pola distribusi umur memperlihaatkan

proporsi kasus terbanyak berasal dari golongan anak berumur < 15 tahun (86-95%).

Namun pada wabah selanjutya, jumlah kasus golongan usia dewasa muda meningkat.

C. ETIOLOGI

Virus dengue termasuk group B arthropod bone vius (arboviruses) dan sekarang

dikenal sebagai genus flavivius, famili Flaviviridae, yang mempunyai 4 jenis serotipe

yaitu den-1, den-2, den-3, den-4. Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan

antibodi seumur hidup terhadap serotipe yang bersangkutan tetapi tidak ada

perlindungan terhadap serotipe yang lain.

Di Indonesia, pengamatan virus dengue yang dilakukan sejak tahun 1975 di

beberapa rumah sakit menunjukan bahwa keempat serotipe ditemukan dan bersirkulasi

sepanjang tahun. Serotipe den-3 merupakan serotipe yang dominan dan banyak

berhubungan dengan kasus berat.

D. PATOGENESIS

Mekanisme sebenarnya tentang patofisiologi, hemodinamika, dan biokimiawi

DBD belum diketahui secara pasti karena kesukaran mendapatkan model binatang

percobaan yang dapat menimbulkan gejala klinis DBD seperti pada manusia. Hingga

kini sebagian besar sarjana masih menganut the secondary heterologous infection

hypothesis yang menyatakan bahwa DBD dapat terjadi apabila seseorang setelah

8

Page 9: Lapkas DHF (DSS) Fariz Dr.heka

terinfeksi virus dengue pertama kali mendapatkan infeksi kedua dengan virus dengue

serotipe lain dalam jarak waktu 6 bulan sampai 5 tahun.

E. MANIFESTASI KLINIK

Demam berdarah dengue ditandai oleh 4 manifestasi yaitu demam tinggi, perdarahan,

terutama perdarahan kulit, hepatomegali, dan kegagalan peredaran darah.fenomena

patofisiologi utama yang menentukan derajat penyakit dan membedakan DBD dari DD ialah

peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma,

trombositopenia, dan diathesis hemoragik. Perbedaan gejala antara DBD dan DD tertera pada

tabel berikut :

DD GEJALA KLINIS DBD

++ Nyeri Kepala +

+++ Muntah ++

+ Mual +

++ Nyeri otot +

++ Ruam kulit +

++ Diare +

+ Batuk +

+ Pilek +

++ Limfadenopati +

0 Obstipasi +

9

Page 10: Lapkas DHF (DSS) Fariz Dr.heka

+ Uji turniquet + ++

++++ Petekie +++

0 Perdarahan sal cerna +

++ Hepatomegali +++

+ Nyeri perut +++

++ Trombositopenia ++++

0 Syok +++

Keterangan : (+): 25%, (++):50%, (+++):75%, (++++):100%

Pada DBD terdapat perdarahan kulit, uji tourniquet positif, memar dan perdarahan

pada tempat pengambilan darah vena. Petekia halus yang tersebar di anggota gerak,

muka, aksila seringkali ditemukan pada masa dini demam. Sedangkan pada masa

konvalesens seringkali ditemukan eritema pada telapak tangan/telapak kaki.

Pada DBD syok, setelah demam berlangsung salama beberapa hari keadaan umum

tiba-tiba memburuk, hal ini biasanya terjadi pada saat atau setelah demam menurun,

yaitu diantara hari sakit ke 3-7. Pada sebagian besar kasus ditemukan tanda kegagalan

peredaran darah, kulit teraba lembab dan dingin, sianosis sekitar mulut, nadi menjadi

cepat dan lembut. Anak tampak lesu, gelisah, dan secara cepat masuk dalam fase syok.

F. KRITERIA DIAGNOSIS DBD (WHO) 1. Klinis

a. Demam tinggi mendadak dan terus-menerus selama 2-7 hari

1. Manifestasi perdarahan, minimal uji tourniquet positif dan salah satu bentuk

perdarahan lain (petekia, purpura,ekimosis,epistasis,perdarahan gusi),

hematemesis dan melena.

2. Pembesaran hati

3. Syok yang ditandai nadi lemah dan cepat disertai tekanan nadi menurun

(≤20mmHg), tekanan darah menurun (tekanan sistol ≤80mmHg) disertai kulit

yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung , jari dan kaki, pasien

menjadi gelisah, dan timbul sianosis disekitar mulut.

2. Laboratoriuma. Trombositopenia (100.000/μl atau <)

b. Adanya kebocoran plasma karena peningkatan permeabilitas kapiler, dengan

manifestasi sebagai berikut:

10

Page 11: Lapkas DHF (DSS) Fariz Dr.heka

- Peningkatan Ht ≥20% dari nilai standar

- Penurunan Ht ≥20%, setelah mendapat terapi cairan

- Efusi pleura/perikardia, asites, hipopreteinemia.

Interpretasi diagnosis DBD adalah jika ditemukan hasil klinis 2 dan 1 hasil

laboratorium yang positif.

WHO (1975) membagi derajat penyakit DBD dalam 4 Derajat yaitu :

1.Derajat I

Demam di sertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan

adalah uji tourniquet +.

2.Derajat II

Derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan/ perdarahan lain

3.Derajat III

Ditemukan tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut, Tekanan nadi

menurun (<20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit dingin, lembab,dan pasien

menjadi gelisah.

4.Derajat IV

Syok berat, nadi tdk teraba dan TD tidak dapat di ukur.

11

Page 12: Lapkas DHF (DSS) Fariz Dr.heka

Pemeriksaan Penunjang

• Darah perifer

• NS1

• Uji serologi

• Elektrolit

• Tubex TF à untuk membedakan dengan demam tifoid

• Foto thorax

G. PEMERIKSAAN SEROLOGIS

Setelah satu minggu tubuh terinfeksi virus dengue, terjadi viremia yang diikuti

oleh pembentukan IgM-antidengue. Pada kira-kira hari ke lima infeksi terbentuklah

antibodi yang bersifat menetralisasi virus (neutralizing antibody). Setelah antibody NT,

akan timbul antibodi yang mempunyai sifat menghambat hemaglutinasi sel darah merah

angsa (haemaglutination inhibiting antibody= HI). Antibodi yang terakhir, yaitu

antibodi yang mengikat complement (complement fixing antibody= CF), timbul pada

sekitar hari keduapuluh.

Pada dasarnya diagnosis konfirmasi infeksi virus dengue ditegakkan atas hasil

pemeriksaan serologic atau hasil isolasi virus. Dasar pemeriksaan serologis adalah

membandingkan titer antibody pada masa akut dengan konvalesen. Teknik pemeriksaan

serologi yang dianjurkan WHO ialah pemeriksaan HI dan CF.

H. PENATALAKSANAAN DHF

1. Menurunkan demam

Antipiretik (parasetamol) 10-15 mg/kgBB/x : 3-4 kali

2. Pemberian cairan

3. Penggantian volume plasma

Kebutuhan cairan rumatan:

100ml/kgBB (BB 10 kg), + 50 ml/kgBB (BB > 10 kg)

Jenis cairan: kristaloid (RL, RLD, RA, RAD, NaCL 0.9%) dan koloid.

a. Tatalaksana Demam Dengue

Sebagian besar anak dengan Demam Dengue dapat dirawat di rumah dengan

memberikan nasehat perawatan kepada orang tua anak. Berikan anak banyak minum

12

Page 13: Lapkas DHF (DSS) Fariz Dr.heka

dengan air hangat atau larutan oralit untuk mengganti cairan yang hilang akibat

demam dan muntah. Berikan parasetamol untuk demam. Jangan berikan asetosal atau

ibuprofen karena obat-obatan ini dapat merangsang perdarahan. Anak harus dibawa

ke rumah sakit apabila demam tinggi, kejang, tidak mau minum atau muntah terus

menerus.

b. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue tanpa syok

Anak dirawat di rumah sakit

Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah atau air sirup atau susu

untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam, muntah atau

diare

Berikan parasetamol bila demam. Jangan berikan asetosal atau ibuprofen karena

obat-obatan ini dapat merangsang terjadinya perdarahan

Berikan infuse sesuai dengan derajat dehidrasi sedang

Berikan hanya larutan isotonic seperti Ringer Laktat atau Asetat

Kebutuhan cairan parenteral :

- Berat badan < 15 kg : 7 ml/kgBB/jam

- Berat badan 15-40 kg : 5 ml/kgBB/jam

- Berat badan > 40 kg : 3 ml/kgBB/jam

Pantau tanda vital dan dieresis tiap jam, serta periksa laboratorium : HHTL tiap

6 jam

Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan jumlah

cairan secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena biasanya hanya

memerlukan waktu 24-48 jam sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan

setelah pemberian cairan

Apabila terjadi perburukan klinis, berika tatalaksana sesuai dengan

tatalaksaa syok terkompensasi (compensated shock).

13

Page 14: Lapkas DHF (DSS) Fariz Dr.heka

c. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue dengan syok

Perlakukan hal ini kegawatdaruratan. Berikan Oksigen 2-4 liter/menit secara

nasal

Berikan 20 mg/kgBB larutan kristaloid seperti Ringer Laktat atau Asetat

secepatnya

Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20 ml/kgBB

secepatnya, maksimal 30 menit, atau pertimbangkan pemberian Koloid 10-20

ml/kgBB/jam, maksimal 30 ml/kgBB/24 jam

14

Page 15: Lapkas DHF (DSS) Fariz Dr.heka

Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan Hemoglobin menurun,

pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi, berikan transfuse

darah/komponen

Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler & perfusi perifer mulai

membaik, tekana dahi melebar. Jumlah cairan dikurangi hingga 10 ml/kgBB/jam

dalam 2-4 jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis

dan laboratorium

Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 26-48 jam.

15

Page 16: Lapkas DHF (DSS) Fariz Dr.heka

Kriteria memulangkan Pasien:

• Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik

• Nafsu makan membaik

• Klinis perbaikan hematokrit stabil

• Trombosit > 50.000/ul dan cenderung meningkat

• Tidak dijumpai distres pernapasan

• 3 hari setelah syok teratasi

I. PENCEGAHAN

Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu

nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan

menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu :

A. Lingkungan

Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi

tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan

desain rumah. Sebagai contoh:

- Menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu.

- Mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali.

- Menutup dengan rapat tempat penampungan air.

- Mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah dan lain

sebagainya.

B. Biologis

Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan

adu/ikan cupang), dan bakteri (Bt.H-14)

C. Kimiawi

Cara pengendalian ini antara lain dengan:

- Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion), berguna

untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu.

- Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air

seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain. 

Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan

mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan “3M Plus”, yaitu menutup,

16

Page 17: Lapkas DHF (DSS) Fariz Dr.heka

menguras, menimbun. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara

ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur,

memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang

obat nyamuk, memeriksa jentik berkala, dll sesuai dengan kondisi setempat.

DAFTAR PUSTAKA

17

Page 18: Lapkas DHF (DSS) Fariz Dr.heka

1. Arvin, Kliegman, Behrman. 2000. Nelson –Ilmu Kesehatan Anak, edisi 15. Jakarta: EGC

2. Dicky Pribadi Herman. 2007. Pediatri Praktis, edisi 3. Bandung: Catatan Pediatri3. Henry Garna, dan Heda Melinda Nataprawira. 2012. PEDOMAN Diagnosis dan

Terapi-ILMU KESEHATAN ANAK, edisi ke-4. Bandung: Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.

4. Kliegman, R. 2000. Nelson: Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. EGC. Jakarta5. Merenstein, G.B. et all. 2002. Buku Pegangan Pediatri. Edisi 17. Widya Medika.

Jakarta6. WHO Indonesia. 2008. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di RS-Pedoman bagi

Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota. Jakarta : WHO Indonesia

18