Laporan dss
-
Upload
redy-chasby -
Category
Documents
-
view
785 -
download
8
Transcript of Laporan dss
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Praktikum
1.1.1 Latar Belakang Proses Penyusunan Arsitektur Hirarki
Dalam kehidupan selalu saja timbul persoalan, baik itu persoalan pribadi,
organisasi, perusahaan, dan sebagainya. Dalam setiap persoalan tersebut pasti ada jalan
keluarnya, namun apakah jalan keluarnya tersebut memperbaiki persoalan tersebut atau
malah sebaliknya. Jalan keluar tersebut berupa keputusan tindakan yang akan
menyelesaikan persoalan tersebut. Dari satu persoalan dapat menghasilkan beberapa
alternatif keputusan yang dihasilkan. Dari beberapa alternatif itulah, kita memilih
keputusan yang paling baik untuk menyelesaikan persoalan tersebut.
Dalam suatu persoalan, lebih baik jika kita mencoba untuk menguraikan
persoalan tersebut menjadi beberapa entitas. Hal ini dapat membantu dalam melakukan
pemecahan permasalahan menjadi lebih sederhana. Penyederhanaan ini dilakukan agar
persoalan tersebut menjadi lebih terstruktur dan terintegrasi. Selain itu, penyederhanaan
ini akan mempermudah dalam memecahkan persoalan yang sedang dihadapi.
Agar persoalan tersebut dapat menjadi lebih sederhana, pertama kita tentukan
dahulu tujuan dari pemecahan persoalan tersebut. Kemudian, kita tentukan pembatas-
pembatas dari persoalan tersebut agar persoalan tidak menjadi lebih besar. Dalam
pemecahan persoalan kita juga memerlukan kriteria-kriteria dalam persoalan tersebut.
Setelah itu kita tentukan alternatif-alternatif yang sesuai dengan kriteria-kriteria yang
telah kita tentukan.
Dalam penyusunan keputusan atas pemecahan persoalan yang kita hadapi, kita
memerlukan beberapa hal penting, yaitu perspektif yang merupakan cara pandang kita
dalam melihat suatu persoalan. Hirarki, dimana persoalan tersebut dipecah menjadi
beberapa elemen-elemen yang disusun dari satu tingkat ke tingkat yang lain. Tujuan,
maksudnya adalah suatu persoalan memiliki tujuan untuk mengetahui apa yang menjadi
inti dalam persoalan tersebut. Model mental yang ada dalam pemikiran kita yang
mempengaruhi kita dalam melihat, mengamati, dan bertindak. Serta rasionalitas, dimana
kita dihadapkan pada konsekuensi logis dari cara kita melihat, mengamati, dan bertindak
dalam menghadapi persoalan tersebut.
Decision Support System 1
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
1.1.2 Latar Belakang Outbound Logistics : Warehouse Selection Process
Dunia merupakan suatu sistem yang kompleks dimana elemen-elemen di
dalamnya saling berinteraksi. Dalam sistem dunia yang kompleks ini tentunya banyak
persoalan yang harus kita tanggulangi. Untuk menangani persoalan sosial, ekonomi, dan
politik yang tidak terstruktur kita perlu menyusun tahapan-tahapan dalam menyelesaikan
persoalan tersebut dan perlu menetapkan tujuan kita dalam menyelesaikan persoalan
tersebut.
Begitu pula dalam organisasi atau perusahaan. Setiap organisasi atau perusahaan,
mereka memiliki persoalan-persoalan. Dalam membantu pengambilan keputusan yang
harus diambil untuk menyelesaikan persoalan yang terjadi di perusahaan, kita dapat
menggunakan proses hirarki analitis. Proses hirarki analitis ini memungkinkan kita untuk
mengambil keputusan yang efektif atas persoalan yang kompleks dengan jalan
menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan yang kita alami.
Proses hirarki analitis ini adalah memecah-mecah suatu situasi yang kompleks,
tak terstruktur ke dalam bagian-bagian komponenya, menata bagian atau variabel ke
dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai numerik pada setiap variabelnya untuk
menetapkan variabel mana yang memiliki prioritas paling tinggi. Keharusan memberi
nilai numerik pada setiap variabel masalah membantu para pengambil keputusan untuk
mempertahankan pola-pola pikir untuk mencapai kesimpulan.
Dalam proses hirarki analitis untuk mendapatkan nilai prioritas sebagai bahan
pertimbangan pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan cara menghitung matriks-
matriks. Adapun langkah-langkah dalam penghitungan matriks ini adalah kita
menghitung matriks pembanding, matriks normalisasi, matriks sintesis normalisasi, dan
matriks keputusan. Selain dengan perhitungan matriks, ada juga software yang
menyediakan suatu struktur efektif untuk pengambilan keputusan, yaitu sofware Expert
Choice. Dengan menggunakan software tersebut memudahkan kita dalam pengambilan
keputusan untuk menyelesaikan persoalan.
1.1.3 Latar Belakang Inbound Logistics : Supplier Selection Process
Setiap perusahaan pasti memiliki moda transportasi untuk mendistribusikan
produknya. Dalam mendistribusikan barang, moda transportasi harus melakukan
pelayanannya ke titik tujuan layanan. Titik-titik tujuan layanan adalah tempat-tempat
Decision Support System 2
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
yang harus disinggahi oleh moda transportasi untuk dapat menyelesaikan tugasnya dalam
suatu jaringan jarak tertentu.
Selain perusahaan manufaktur, perusahaan supplier juga memerlukan moda
transportasi untuk mengirimkan bahan baku atau barang ke perusahaan manufaktur.
Supplier dalam mengirimkan bahan baku tidak hanya ke satu perusahaan manufaktur,
tetapi ke beberapa perusahaan yang letaknya tidak hanya di satu tempat. Untuk itulah
perlu dibuat jaringan rute perjalanan dalam mengirimkan bahan baku tersebut agar lebih
efisien dan mengurangi biaya pengiriman.
Untuk menyelesaikan masalah pengiriman bahan baku tersebut digunakan
metode yang disebut dengan Travelling Salesman Problem (TSP). TSP adalah metode
dalam menyelesaikan masalah pencarian perjalanan optimal bagi moda transportasi yang
berkeliling mengunjungi tempat-tempat yang perlu disinggahi yang direncanakan dengan
ketentuan setiap tempat hanya dikunjungi satu kali dan moda transportasi harus kembali
ke tempat semula. Rute optimal adalah rute yang memberikan jarak, waktu, dan biaya
total pengiriman terkecil.
Dalam menggunakan metode travelling salesman problem ini dibantu dengan
software Logware. Software ini dapat membantu dalam menentukan rute-rute yang harus
dilalui oleh suatu moda transportasi dalam setiap pengiriman barangnya agar jarak yang
ditempuh tidak terlalu panjang, waktu yang dibutuhkan tidak terlalu lama, dan biaya
pengiriman yang dikeluarkan hanya sedikit.
1.2 Tujuan Praktikum
1.2.1 Tujuan Proses Penyusunan Arsitektur Hirarki
Dari praktikum ini, praktikan diharapkan mempunyai kemampuan dalam :
1. Memahami konsep pikiran dan dan berpikir sistem bertingkat.
2. Memahami konsep arsitektur kriteria-jamak, penyusunan model pengambilan
keputusan.
3. Memahami konsep penyusunan arsitektur model pengambilan keputusan dan
perencanaan pembobotan pada setiap kriteria dalam model pengambilan keputusan.
4. Memahami penerapan konsep kriteria-jamak, keputusan dan pengambilan
keputusan dalam konteks ilmu logistik.
Decision Support System 3
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
1.2.2 Tujuan Outbound Logistics : Warehouse Selection Process
Dari praktikum ini, praktikan diharapkan mempunyai kemampuan dalam :
1. Memahami konsep arsitektur kriteria-jamak, penyusunan model pengambilan
keputusan.
2. Melakukan perancangan, perencanan penetapan dalam pemilihan lokasi gudang
(atau fasilitas penyimpanan).
3. Memahami konsep penyusunan arsitektur model pengambilan keputusan dan
perencanaan pembobotan pada setiap kriteria dalam model pengambilan keputusan.
4. Memahami penerapan konsep kriteria-jamak, keputusan dan pengambilan
keputusan dalam konteks ilmu logistik
.
1.2.3 Tujuan Inbound Logistics : Supplier Selection Process
Dari praktikum ini, praktikan diharapkan mempunyai kemampuan dalam :
1. Memahami konsep arsitektur kriteria-jamak, penyusunan model pengambilan
keputusan.
2. Melakukan perancangan, perencanaan penetapan dalam penentuan pemasok
tunggal (single supplier policy) untuk memenuhi bahan baku atau kebutuhan lainnya.
3. Memahami konsep penyusunan arsitektur model pengambilan keputusan dan
perencanaan pembobotan pada setiap kriteria dalam model pengambilan keputusan.
4. Memahami penerapan konsep kriteria-jamak, keputusan dan pengambilan
keputusan dalam konteks ilmu logistik.
Decision Support System 4
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Proses Penyusunan Arsitektur Hirarki
2.1.1 Penyusunan Keputusan dalam Suatu Persoalan
Seperti kita ketahui bahwa dunia ini penuh dengan persoalan yang terus
berkembang dan dinamis sejalan dengan perkembangan peradaban manusia di dunia.
Manusia secara harfiah selalu dihadapkan kepada persoalan-persoalan dalam hidupnya,
dan pada akhirnya akan berakhir dengan sebuah keputusan. Hal ini menjadi sangat
lumrah mengingat dalam mengarungi hidup ini yang menjadi inti kehidupan adalah
bagaimana kita dapat memilih, karena hidup adalah proses dalam memilih suatu pilihan
(life it’s matter of choices).
Dalam menghadapi suatu permasalahan, alangkah baiknya jika kita mencoba
untuk mengurai persoalan-persoalan tersebut menjadi beberapa entitas-entitas dalam
persoalan tersebut. Hal ini akan sangat membantu kita dalam melakukan pemecahan
permasalahan menjadi lebih sederhana dan mudah untuk dibaca dan dipahami oleh kita.
Dengan tetap mempertahankan konteks dari permasalahan tersebut, kita dapat melakukan
penyederhanaan (simplified) bukan membuat sederhana (make it simple). Kedua
persoalan tersebut sangat berbeda, sebab dengan melakukan penyederhanaan bukan
berarti kita membuat persoalan menjadi sederhana dengan menghilangkan konteks dari
persoalan yang ada.
Proses penyederhanaan adalah mencoba untuk menguraikan suatu persoalan
menjadi lebih terstruktur dan terintegrasi. Hal ini akan sangat mempermudah dalam
melakukan pemecahan terhadap persoalan yang kita hadapi. Banyak cara untuk
menyusun dan membuat sebuah struktur suatu permasalahan. Adapun yang menjadi
pokok persoalan adalah bagaimana kita mencoba membuat persoalan yang sangat rumit
dan kompleks menjadi lebih sederhana dengan jalan menguraikan persoalan dengan
konteks yang lebih kecil (breakdown).
Berikut ini adalah langkah-langkah dalam penyususnan struktur keputusan, yaitu
sebagai berikut:
a. Tentukan Tujuan dari pemecahan persoalan yang kita alami. (Goal Setting)
b. Tentukan Pembatas dalam persoalan yang dialami.(Constraint Indentification)
Decision Support System 5
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
c. Tentukan Kriteria dalam permasalahan yang dialami. (Criteria Empowerment)
d. Tentukan Alternatif-alternatif dalam permasalahan. (Alternatives Development)
Keempat landasan di atas akan menjadi landasan dalam penyusunan proses
menemukenali permasalahan yang kita hadapi. Jika kita telah selesai menyusun persoalan
yang ada, maka kita akan mendapatkan gambaran tentang persoalan yang sedang atau
akan kita hadapi. Dengan menjalani keempat langkah di atas, maka diharapkan kita dapat
menjelaskan dan memahami persoalan yang coba kita selesaikan.
2.1.2 Penyusunan Arsitektur Keputusan
Dalam menyelesaikan suatu persoalan, kita diharuskan untuk mengetahui
bagaimana mengenal dan mendalami suatu persoalan agar lebih jelas. Penyusunan suatu
persoalan akan dihadapkan pada suatu hasil keputusan yang jelas dan terarah.
Pembangunan arsitektur keputusan ini berdasarkan kepada keempat langkah dalam
penyusunan struktur keputusan seperti di atas. Dalam penyusunan arsitektur keputusan,
kita harus memperthatikan beberapa hal penting sebagai berikut :
1) Perspektif
Perspektif adalah cara pandang kita dalam ”melihat” suatu persoalan. Memang,
dalam memandang suatu persoalan, kita mempunyai bverbagai macam sudut yang
berbeda, walaupun dalam persoalan yang sama. Perspektif adalah salah satu hal yang
sangat penting dalam penyusunan arsitektur keputusan, karena dengan menggunakan
perspektif kita akan lebih mudah dalam menemukenali persoalan yang ada. Perspektif
adalah kemampuan mendasar yang harus dimiliki jika kita mencoba untuk menemukenali
dan memecahkan persoalan.
2) Hirarki
Sistem yang kompleks dapat dengan mudah dipajami kalau kita memecahkan
menjadi beberapa elemen yang menjadi elemen-elemen pokoknya, menyusun elemen-
elemen tersebut secara hierarkis. Kemudian meyusun atau mensitesis pertimbangan kita
tentang relatif pentingnya elemen-elemen tersebut pada setiap tingkat hirarki ke dalam
seperangkat prioritas menyeluruh. Hirarki merupakan alat dasar dari pikiran manusia.
Mereka melibatkan pengidentifikasian elemen-elemen suatu persoalan, mengelompokkan
Decision Support System 6
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
elemen-elemen itu ke dalam beberapa kumpulan yang homogen, dan menata kumpulan-
kumpulan liner, yang neik atau turun dari satu tingkat ke tingkat yang lain.
3) Tujuan
Dalam suatu persoalan, tujuan menjadi arahan dalam proses penyelesaian suatu
persoalan. Coba kita bayangkan, bagaimana suatu persoalan yang tidak mempunyai
tujuan. Jika suatu persoalan tidak mempunyai tujuan, ini akan mengakibatkan persoalan
tersebut menjadi bias dan tidak dapat terselesaikan. Persoalan yang tidak mempunyai
tujuan menyebabkan persoalan akan ”berputar” pada persoalan itu saja. Tujuan menjadi
sangat penting ketika kita mencoba untuk mengetahui apa yang menjadi inti dalam suatu
permasalahan. Oleh karena itu, tujuan dalam suatu penyelesaian permasalahan akan
menjadi panduan (guidance) kita untuk mengarahkan kita dalam penyelesaian akhir dari
suatu permasalahan.
4) Model Mental
Model mental adalah bagian dalam pemikiran kita yang telah ”tertanam”
sedemikian rupa sehingga banyak mempengaruhi kita dalam melihat, mengamati, dan
bertindak. Hal ini menjadi sangat penting jika kita dihadapkan kepada persoalan yang
sangat kompleks dan terintegrasi. Model Mental sebenarnya dapat dibagi menjadi
beberapa sub bagian yang perlu diketahui :
Model Mental adalah konsistensi internal : adalah keadaaan dimana kita mempunyai
suatu ”nilai” yang akan membatasi kita dalam melihat, mengamati dan bertindak.
Model Mental adalah selalu stabil dan cenderung menolak suatu perubahan : adalah
keadaan dimana kita akan selalu berusaha untuk menolak suatu nilai baru yang coba
melakukan penetrasi terhadap pola pemikiran kita.
Model Mental adalah proses penyederhanaan dari dunia nyata : adalah keadaan dimana
kita melihat, mengamati dan bertindak untuk menanggulangi dan menghadapi dinamika
kehidupan beserta perubahan-perubahannya.
Model Mental kejadian-kejadian yang sering kita pikirkan : adalah keadaan dimana kita
mempunyai kejadian yang selalu ”menempel” dalam pikiran kita yang pada akhirnya
akan mempengaruhi kita dalam melihat, mengamati dan bertindak.
Decision Support System 7
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
5) Rasionalitas
Rasionalitas adalah keadaan dimana kita dihadapkan pada suatu konsekuensi
logis dari cara kita melihat, mengamati dan bertindak dalam menghadapi permasalahan di
dunia ini. Dengan menggunakan rasionalitas, maka kita akan mencoba untuk selalu
berpikir akan akibat dari semua cara kita dapat melihat, mengamati dan bertindak.
Rasionalitas digunakan dalam penyusunan arsitektur keputusan ini adalah disaat kita
mencoba untuk mendapatkan alternatif-alternatif yang kita bangun dan harus kita pilih.
2.1.3 Contoh Penggunaan Penyusunan Arsitektur Keputusan
Selagi ilustrasi dapat kita lihat contoh berikut ini: seandainya anda adalah seorang
manajer suatu perusahaan yang bergerak di bidang transportasi. Anda dihadapkan suatu
persoalan untuk menentukan jenis dari moda atau alat transportasi yang harus dipilih
untuk mendistribusikan produk anda ke beberapa lokasi tertentu. Berikut ini adalah
proses dalam penyusunan arsitektur keputusan:
1. Tentukan Tujuan dari pemecahan persoalan yang kita alami. (Goal Setting):
Penerapan Metoda Transportasi
2. Tentukan Pembatasan dalam persoalan yang dialami (constaints identification): Jenis
dari Moda Transportasi yang akan dipilih yaitu:
a. Pesawat Udara
b. Kapal Laut
c. Truk
d. Kereta Api
3. Tentukan Kriteria dalam permasalahan yang dialami (criteria empowerment): faktor-
faktor yang mempengaruhi jenis dari moda transportasi tersebut. Untuk lebih jelasnya
dapat kita lihat seperti di bawah ini:
a. Pesawat Udara: Pesawat Rotari, Pesawat Jet dan Helikopter
b. Kapal Laut: Kapal Uap, Kapal Diesel dan Kapal Hovercraft
c. Truk: Truk Diesel dan Truk Bensin
d. Kereta Api: Kereta Api Uap, Kereta Api Diesel dan Kereta Api Listrik
4. Tentukan Alternatif-alternatif dalam permasalahan (alternatives development)
a. Pesawat Udara: Nama-nama perusahaan Penerbangan seperti Merpati Airlines,
Perkutut Airlines.
b. Kapal Laut: Nama-nama perusahaan Kapal Laut.
Decision Support System 8
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
c. Truk: Nama perusahaan Ekspedisi Muatan Truk
d. Kereta Api: Nama-nama Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL)
Untuk lebih jelasnya kita harus membangun informasi di saat menjadi sebuah
struktur arsitektur keputusan, seperti dibawah ini:
Gambar 2. 1 Gambar Arsitektur Keputusan
Sebenarnya terdapat perangkat lunak yang dapat digunakan untuk melakukan
proses penyusunan arsitektur keputusan ini yaitu dengan MindMap®, yang dapat anda
gunakan pada komputer masing-masing di laboratorium.
2.2 Outbound Logistics : Warehouse Selection Process
2.2.1 Pengambilan Keputusan dalam Dunia yang Kompleks
Kompleksitas dan Penanggulangannya
Seperti kita ketahui dunia merupakan suatu sistem yang kompleks dari berbagai
elemen yang berinteraksi. Ekonomi, misalnya bergantung pada energi dan sumber daya
yang lain, ketersediaan energi bergantung pada geografi dan politik, polotik bergantung
pada kekuatan militer, kekuatan militer bergantung pada teknologi, teknologi bergantung
pada ide (gagasan) dan sumberdaya, gagasan bergantung pada politik untuk penerimaan
dan dukungannya, dan seterusnya. Dalam jaringan yang sangat rumit dengan banyak
Decision Support System 9
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
faktor demikian, sebab-sebab awal dan efek-efek akhir tak dapat identifikasi dengan
mudah.
Dalam sistem dunia kita yang kompleks, kita dipaksa menanggulangi lebih
banyak masalah dibandingkan kesanggupan kita untuk menanganinya. Untuk menangani
persoalan sosial, ekonomi dan politik yang tidak terstruktur, kita perlu menyusun tingkat
prioritas, menyepakati bahwa dalam jangka pendek, sasaran yang satu lebih penting
daripada sasaran yang lainnya, dan melakukan pertimbangan/pembobotan demi
kepentingan bersama yang terbesar.
2.2.2 Proses Hirarki Analitis
Proses Hirarki Analitis (Analytical Hierarchy Process/AHP) akan memberikan
kerangka dalam mengambil keputusan. Kerangka ini memungkinkan kita dalam
mengambil keputusan yang efektif atas persoalan yang kompleks dengan jalan
menyederhanakan dan mempercepat pengambilan keputusan yang kita alami. Pada
dasarnya, metoda PHA ini adalah dengan memecah-memecah suatu situasi yang
kompleks, tak terstruktur, kedalam bagian-bagian komponennya, menata bagian atau
variabel ini dalam susunan hirarki, memberi nilai numerik pada pertimbangan subjektif
tentang relatif pentingnya setiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini
untuk menetapkan variabel mana memiliki prioritas lebih tinggi dan bertindak untuk
mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.
PHA juga menyediakan suatu struktur efektif untuk pengambilan keputusan
secara berkelompok dengan memaksakan disiplin dalam proses pemikiran kelompok itu.
Keharusan memberi nilai numerik pada setiap variabel masalah membantu para
pengambil keputusan untuk mempertahankan pola-pola pikiran yang kohesif dan mencari
kesimpulan. Selain itu, adanya konsensus dalam pengambilan kelompok memperbaiki
konsistensi pertimbangan dan meningkatkan keandalan PHA sebagai alat pengambilan
keputusan.
Dalam memecahkan persoalan yang kompleks dengan analisi logis eksplisit, ada
tiga prinsip utama yaitu:
1. Prinsip Menyusun Hirarki
2. Prinsip Menetapkan Prioritas
3. Prinsip Konsistensi Logis
Decision Support System 10
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
1) Menyusun Hirarki
Manusia mempunyai kemampuan untuk mempersiapkan benda dan gagasan,
mengidentifikasinya dan mengkomunikasikan apa yang mereka amati. Untuk
memperoleh pengetahuan terinci, pikiran kita menyusun realitas yang kompleks ke dalam
bagian-bagiannya lagi, seterusnya secara hirarki.
2) Menentukan Prioritas
Manusia juga mempunyai kemampuan untuk mempersiapkan hubungan antara
hal-hal yang mereka amati, membandingkan membandingkan sepasang benda atau hal
yang serupa berdasarkan kriteria tertentu, dan membedakan kedua anggota pasangan itu
dengan menimbang intensitas preferensi mereka terhadap hal yang satu dibaningkan
dengan yang lainnya. Lalu mereka mensintesis penilaian mereka melalui imajinasi,
memperoleh pengertian yang lebih baik tentang keseluruhan sistem.
3) Konsistensi Logis
Prinsip ke tiga dari pemikiran analitik adalah konsistensi logis. Manusia
mempunyai kemampuan untuk menetapkan relasi antar-objek atau antar-pemikiran
sedemikian sehingga koheren, yaitu objek-objek atau pemikiran itu saling terkait dengan
baik dan kaitan mereka menunjukan konsistensi berarti dua hal.
1. Aspek Kuantitatif : bahwa pemikiran atau objek yang serupa di kelompokan menurut
homogen dan relevansinya. Misalnya, anggur dan kelereng dapat dikelompokan
dalam satu set homogen jika kriteria relevannya adalah kebulatan, tetapi tidak bila
kriterianya adalah rasa. Arti konsistensi yang kedua adalah bahwa intensitas relasi
antara gagasan atau antar objek yang didsar pada suatu kriteria tertentu, saling
membenarkan secara logis. Jadi, jika kemanisan merupakan kriteria dan madu dinilai
lima kali lebih manis gula pasir, sementara gula pasir dua kali lebih manis dari pada
molasa, maka madu harus dianggap sepuluh kali lebih manis dari pada molasa. Jika
madu dinilai lebih manis dari pada molasa maka penilaian menjadi tidak konsisten
dan proses itu barang kali perlu diulang jika ingin diperoleh penilaian yang lebih
akurat.
2. Aspek Kualitatif : untuk mendefinisikan persoalan dan hirarkinya, dan aspek
kuantitatif untuk mengekpresikan penilaian dan preferensi secara ringkas da padat.
Proses itu sendiri dirancang untuk mengintegrasika dua sifat ini. Proses ini dengan
Decision Support System 11
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
jelas menunjukan bahwa demi pengambilan keputusan yang lebih baik, segi kuatitatif
merupakan dasar untuk mengambil keputusan yang sehat dalam situasi yang
kompleks, dimana kita perlu menetapkan prioritas dan melakukan perimbangan.
Untuk menghitung prioritas, kita memerlukan suatu metode praktis untuk
menghasilkan skala bagi pengukuran.
Sehingga kita dapat mengambil kesimpulan tentang proses hirarki analisis (PHA)
yaitu : suatu model yang luwes yang memberikan kesempatan bagi perorangan atau
kelompok untuk membangun gagasan-gagasan dan mendefinisikan persoalan dengan
cara membuat asumsi mereka masing-masing dan memperoleh pemecahan yang
dinginkan darinya.
2.2.3 Perancangan Arsitektur Hirarki
Kebanyakan masalah timbul karena kita tidak tahu dinamika internal suatu sitem
secara cukup rinci untuk mengidentifikasi berbagai hubungan sebab-akibat. Kontribusi
yang terpenting dari Proses Hirarki Analisis (PHA) adalah bahwa proses ini
memungkinkan kita untuk menggambarkan keputusan yang praktis, atas dasar
pemahaman “pra-kausal” yaitu atas berbagai perasaan dan pertimbangan kita tentang
pengaruh relatif suatu variabel terhadap variabel lainnya.
Elemen-elemen hendaknya dibagi dalam kelompok-kelompok yang homogen,
agar dapat dibandingkan secara bermakna terdapat elemen-elemen yang berada setingkat
di atasnya. Satu-satunya pembatasan dalam menata elemen-elemen secara hirarki adalah
bahwa setiap elemen yang berada setingkat diatasnya berfungsi sebagai kriteria untuk
menaksir pengaruh relatif elemen-elemen ditingkat bawah itu.
Hirarki tidak perlu dibuat terlalu atau selalu lengkap, artinya suatu elemen di satu
tingkat tertentu tidak terlalu berfungsi sebagai kriteria bagi semua elemen ditingkat
bawah. Jadi, suatu hirarki dapat dibagi menjadi beberapa sub-hirarki dengan hanya satu
elemen yang sama, yaitu apa yang berada di tingkat tertinggi.
2.2.4 Contoh Perancangan Arsitektur Hirarki
Persoalan memilih mobil, baik yang baru maupun lama, disusun dalam bentuk
hirarki tiga tingkat. Ditingkat dua, berbagai faktor biaya maupun manfaat yang maksuk
dalam pertimbangan pengambilan keputusan dibuat prioritasnya. Kemudian, berbagai
Decision Support System 12
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
alternatif yang spesifik saling dibandingkan berkenaan dengan setiap faktor di tingkat
dua. Prioritas menyeluruh setiap alternatif menunjukan peringkat serta kekuatan
preferensinya menurut pandangan pembeli. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat contoh di
bawah ini :
Gambar 2. 2 Gambar Proses Hirarki Analisis Pemilihan Mobil
2.2.5 Penetapan Rencana Prioritas
Langkah pertama dalam menetapkan prioritas elemen-elemen dalam suatu
persoalan keputusan adalah dengan membuat pembandingan berpasangan, yaitu elemen-
elemen dibandingkan berpasangan terhadap suatu kriteria yang ditentukan. Untuk
pembandingan berpasangan ini, matriks merupakan bentuk yang lebih disukai. Matriks
menguji konsistensi, memperoleh informasi tambahan dengan jalan membuat segala
pembandingan yang mungkin, dan menganalisi kepekaan prioritas menyeluruh terhadap
perubahan dalam pertimbangan.
Untuk memulai proses perbandingan berpasangan ini, mulailah pada puncak
hirarki untuk memilih kriteria C, atau sifat yang akan digunakan untuk melakukan
pembandingan yang pertama. Lalu, dari tingkat tepat dibawahnya, ambil elemen-elemen
yang akan dibandingkan : A1, A2, A3 dan seterusnya. Untuk lebih jelasnya dapat kita
lihat matriks dibawah ini :
Tabel 2. 1 Tabel Contoh Matriks Penetapan Prioritas
Decision Support System 13
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
Dalam matriks di atas, bandingkan elemen A1 dalam kolom di sebelah kiri
dengan elemen A1, A2, A3 dan seterusnya yang terdapat pada baris atas berkenaan
dengan sifat C disudut kiri atas. Lalu ulangi untuk elemen kolom A2 dan seterusnya.
Untuk mengisi matriks banding berpasangan itu, kita menggunakan bilangan
untuk menggambarkan relatif pentingnya suatu elemen di atas yang lainnya, yang sesuai
dengan kriteria yang telah ditentukan. Tabel berikut ini memuat skala banding
berpasangan. Skala itu mendefinisikan dan menjelaskan nilai 1 sampai 9 yang ditetapkan
bagi pertimbangan dalam membandingkan pasangan elemen yang sejenis disetiap tingkat
hirarki terhadap suatu kriteria yang berada setingkat di atasnya. Untuk lebih jelanya dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2. 2 Tabel Pertimbangan dalam Membandingkan Pasangan Elemen Sejenis
Intensitas
PentingnyaDefinisi Penjelasan
1Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen menyumbangnya sama
besar pada kriteria yang ada
3
Elemen yang satu sedekit lebih
penting ketimbang yang lainnya
Pengalaman dan pertimbangan sedikit
menyokong satu elemen atas yang
lainnya
5
Elemen yang satu esensial atau
sangat penting ketimbang elemen
yang lainnya
Pengalaman dan pertimbangan dengan
kuat menyokong satu elemen atas
elemen yang lainnya
7
Satu elemen jelas lebih penting
dari elemen yang lainnya
Satu elemen dengan kuat disokong dan
didominasinya telah terlihat dalam
praktek
9
Satu elemen mutlak lebih penting
ketimbang elemen yang lainnya
Bukti yang menyokong elemen yang
lainnya memiliki tingkat penegasan
tertinggi yang mungkin menguatkan
2,4,6,8Nilai-nilai antara diantara dua
pertimbangan yang berdekatan
Kompromi diperlukan antara dua
pertimbangan
Decision Support System 14
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
2.2.6 Langkah-langkah Proses Hirarki Analisis
Untuk dapat melaksanakan proses analisis dengan menggunakan hirarki, ada
beberapa langkah yang harus ditempuh, yaitu sebagai berikut :
1. Definisikan persoalan dan rinci pemecahan yang diinginkan
2. Struktur hirarki dari sudut pandang manajerial menyeluruh (dari tingkat puncak
sampai tingkat dimana dimungkinkan campur tangan untuk memecahkan persoalan
itu).
3. Buatlah matriks banding berpasangan untuk kontribusi atau pengaruh setiap elemen
yang relevan atau setiap kriteria yang berpengaruh yang berada setingkat di atasnya.
Dalam matriks ini, pasangan-pasangan elemen dibandingkan berkenaan dengan suatu
kriteria di tingkat lebih tinggi. Dalam membandingkan dua elemen, kebanyakan
orang lebih suka memberi suatu pertimbangan yang menunjukan dominasi sebagai
suatu bilangan bulat. Matriks ini memiliki satu tempat untuk memasukkan itu dan
satu tempat lain untuk memasukkan nilai resiprokalnya. Jadi jika satu elemen tak
berkontribusi lebih dari elemen lainnya, elemen yang lainnya ini pasti berkontribusi
lebih dari elemen itu. Bilangan ini dimasukkan dalam tempat yang semestinya dalam
matriks itu dan nilai kebalikannya dalam tempat yang lain itu. Menurut perjanjian,
suatu elemen yang disebelah kiri diperiksa perihal dominasinya atas suatu elemen di
puncak matriks.
4. Dapatkan semua pertimbangan yang diperlukan untuk mengembangkan perangkat
matriks di langkah 3. Jika ada banyak orang yang ikut serta, tugas setiap orang dapat
dibuat sederhana dengan mengalokasikan upaya secara tepat, yang akan kita jabarkan
di bab belakang. Pertimbangan ganda dapat disenitesis dengan memakai rata-rata
geometrik.
5. Setelah mengumpulkan semua data banding berpasang itu dan memasukkan nilai-
nilai kebalikkannya beserta entri bilangan 1 sepanjang diagonal utama, prioritas
dicari dan konsistensi diuji.
6. Laksanakan langkah 3, 4 dan 5 untuk semua tingkat dan gugusan dalam hirarki itu.
7. Gunakan komposisi hirarki (sintesis) untuk membobotkan vektor-vektor prioritas itu
dengan bobot kriteria, dan jumlahkan semua entri prioritas terbobot yang
bersangkutan dengan entri prioritas dari tingkat bawah berikutnya, dan seterusnya.
Hasilnya adalah vektor prioritas menyeluruh untuk tingkat hirarki paling bawah. Jika
hasilnya ada beberapa buah, boleh diambil rata-rata aritmetiknya.
Decision Support System 15
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
8. Evaluasi konsisten untuk seluruh hirarki dengan mengalikan setiap indeks dengan
konsistensi dengan prioritas kriteria bersangkutan dan menjumlahkan hasil kalinya.
Hasil ini dibagi dengan pernyataan sejenis yang menggunakan indeks konsistensi
acak, yang sesuai dengan dimensi masing-masing matriks. Dengan cara yang sama
setiap indeks konsistensi acak juga dibobot berdasarkan prioritas kriteria yang
bersangkutan dan hasilnya dijumlahkan. Rasio konsistensi hirarki itu harus 10 persen
atau kurang. Jika tidak, mutu informasi itu harus diperbaiki, berangkai dengan
memperbaiki cara menggunakan pertanyaan ketika membuat pembandingan
berpasang. Jika tindakan ini gagal memperbaiki konsistensi, ada kemungkinan
persoalan dikelompokkan di bawah suatu kriteria yang bermakna. Maka kita perlu
balik ke langkah 2, meskipun mungkin hanya bagian-bagian persoalan dari hirarki itu
yang perlu diperbaiki.
2.2.7 Contoh Penggunaan Proses Hirarki Analisis
Kita dapat melihat contoh dalam pemilihan mobil di atas. Untuk lebih jelasnya
dapat kita lihat contoh di bawah ini:
Gambar 2. 3 Gambar Contoh Proses Hirarki Analisis Pemilihan Mobil
1. Membuat matriks perbandingan sebagai berikut :
Tabel 2. 3 Tabel Matriks Pembanding Kriteria Mobil
Kriteria Mobil Kenyamanan Harga Mobil
Kenyamanan 1 1/3
Harga Mobil 3 1
Jumlah 4 1 1/3
Decision Support System 16
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
Tabel 2. 4 Tabel Matriks Pembanding Kenyamanan
Kenyamanan Suzuki Baleno Honda City Toyota Altis
Suzuki Baleno 1 1/3 1/5
Honda City 3 1 1/2
Toyota Altis 5 2 1
Jumlah 9 3 1/3 1 7/10
Tabel 2. 5 Tabel Matriks Pembanding Harga Mobil
Harga Mobil Suzuki Baleno Honda City Toyota Altis
Suzuki Baleno 1 1/2 1/4
Honda City 3 1 1/5
Toyota Altis 5 5 1
Jumlah 9 6 1/2 1 9/20
2. Tentukan nilai kepentingan untuk setiap masing-masing mobil berdasarkan
kenyamanan setiap mobil. Pada contoh di atas, dimana kenyamanan Toyota Altis 5
(esensial dan sangat penting/preferensi) dibandingkan dengan Suzuki Baleno, dan 3
(sedikit lebih penting/preferensi) lebih nyaman dibandingkan dengan Honda City.
Nilai 1 pada diagonal merupakan nilai identitas dari matriks.
3. Berikutnya kita ingin mensintesis berbagai pertimbangan kita untuk memperoleh
suatu taksiran menyeluruh dari prioritas relatif mobil-mobil ini dikaitkan dengan
kenyamanannya. Untuk itu, kita menjumlahkan nilai-nilai setiap kolom, lalu
membagi setiap entri dalam setiap kolom dengan jumlah pada kolom matriks yang
dinormalisasi. Sedangkan nilai prioritas di dapat dengan jalan merat-ratakan setiap
baris untuk setiap kriteria mobil yang ada.
Tabel 2. 6 Tabel Matriks Normalisasi Kriteria Mobil
Kriteria
MobilKenyamanan
Harga
MobilPrioritas
Prioritas
(desimal)
Kenyamanan 1 3/4 1/4 0.25
Harga Mobil 3 3/4 3/4 0.75
Jumlah 4 1
Decision Support System 17
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
Tabel 2. 7 Tabel Matriks Normalisasi Kenyamanan
Kenyamanan Suzuki Baleno Honda City Toyota Altis PrioritasPrioritas
(desimal)
Suzuki Baleno 1/9 1/10 2/17 8/73 0.11
Honda City 1/3 3/10 5/17 17/55 0.31
Toyota Altis 5/9 3/5 10/17 25/43 0.58
Jumlah 1 1 1
Tabel 2. 8 Tabel Matriks Normalisasi Harga Mobil
Harga Mobil Suzuki Baleno Honda City Toyota Altis PrioritasPrioritas
(desimal)
Suzuki Baleno 1/7 1/13 5/29 3/23 0.13
Honda City 2/7 2/13 4/29 5/26 0.19
Toyota Altis 4/7 10/13 20/29 67/99 0.68
Jumlah 1 1 1
4. Terakhir, kita merata-ratakan sepanjang baris dengan menjumlahkan semua nilai
dalam setiap baris dari matriks yang dinormalisasikan itu dan membaginya dengan
banyaknya entri dari setiap baris.
Tabel 2. 9 Tabel Matriks Sintesis Normalisasi Kriteria Mobil
Kriteria MobilKenyamanan
(0,25)
Harga Mobil
(0,75)
Suzuki Baleno 0.13 0.11
Honda City 0.19 0.31
Toyota Altis 0.68 0.58
Setelah mendapatkan tabel di atas, maka kita akan mengalihkan antara prioritas
kenyaman dengan masing-masing kolomnya, sehingga didapatkan hasil tabel di bawah
ini:
Decision Support System 18
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
Tabel 2. 10 Tabel Matriks Keputusan Pemilihan Mobil
Kriteria MobilKenyamanan
(0,25)
Harga Mobil
(0,75)Prioritas Keterangan
Suzuki Baleno 0.03 0.08 0.11
Honda City 0.05 0.23 0.28
Toyota Altis 0.17 0.44 0.61 Pilih ini
Kemudian jumlahkan setiap baris pada tabel di atas, yang kemudian kita sebut
sebagai prioritas pilihan akhir kita. Berdasarkan tabel di atas, maka kita mendapatkan
bahwa prioritas tertinggi adalah jatuh pada Toyota Altis dengan nilai prioritas sebesar
0.61.
2.2.8 Penentuan Rute Terpendek untuk Mencapai Suatu Tujuan
Penentuan rute adalah hal yang sangat penting dalam permasalahan permindahan
barang atau jasa dari suatu titik ke titik yang lain. Seperti yang kita ketahui dimana jarak
terdekat antara dua titik adalah garis lurus. Secara konsep, pemikiran tersebut akan
menjadi landasan dalam penyusunan dan penentuan rute yang terpendek.
Adapun yang di maksud dengan rute terpendek disini adalah jarak yang harus
ditempuh oleh sebuah moda transportasi untuk mencapai suatu tujuan dari titik awal.
Jarak yang ditempuh haruslah singkat dengan kata lain terpendek. Sampai dengan saat ini
metoda yang digunakan masih berdasarkan heuristic dan mengalami stagnansi
perkembangan selanjutnya. Di dalam praktikum ini, metoda yang digunakan masih
berdasarkan heuristic, tetapi dibantu oleh perangkat-lunak LogWare.
2.3 Inbound Logistics : Supplier Selection Process
2.3.1 Penentuan Rute Optimal untuk Melayani Beberapa Lokasi (Travelling
Salesman Problem / TSP)
Pada modul praktikum sebelumnya, kita sudah mengenal tentang rute terpendek
yang harus ditempuh oleh suatu moda transportasi. Sekarang yang kita bahas adalah
tentang bagaimana suatu moda transportasi harus melakukan pelayanan dalam artian
”mengunjungi” beberapa titik tujuan layanan.
Decision Support System 19
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
Adapun yang dimaksud dengan titik tujuan layanan di sini adalah tujuan-tujuan
yang harus disinggahi oleh suatu moda transportasi untuk dapat menyelesaikan tugasnya
dalam suatu jaringan jarak tertentu. Misalnya, seorang salesman yang ingin mengunjungi
beberapa kota untuk menawarkan barang atau jasa dagangannya. Salesman tersebut harus
melalui semua kota yang akan dikunjungi dengan catatan tidak boleh melalui titik yang
sama lebih dari satu kali. Dengan kata lain, setiap node dalam jaringan harus dikunjungi
(jika memang harus disinggahi) satu kali saja. Perlu diperhatikan bahwa salesman
tersebut harus kembali ke titik awalnya dari pertama kali dia berangkat.
Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah Travelling Salesman Problem
(TSP). Metode ini pertama kali dikembangkan oleh seorang salesman di Amerika pada
tahun 1960-an. Salesman tersebut merasa dirinya rugi dalam perjalanannya jika sedang
menawarkan produknya. Maka ia mulai berpikir untuk mencari rute yang paling optimal
untuk dapat menawarkan produknya ke seluruh kota di daerahnya penjualannya dengan
tidak membuang-buang waktu dan dana jika harus melewati suatu kota dari satu kali. Hal
inilah yang melatarbelakangi perkembangan metode ini.
Decision Support System 20
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
BAB III
METODOLOGI
3.1 Flowchart Tahapan Penyelesaian Masalah
Decision Support System 21
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
3.2 Uraian Flowchart Tahapan Penyelesaian Masalah
Sebelum melakukan praktikum setidaknya praktikan harus mengetahui dan
memahami apa yang akan dihadapi dalam praktikum kali ini dengan membaca buku yang
berkaitan dengan materi praktikum decision support system.
Penyusunan Arsitektur Hirarki
Decision Support System 22
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
1. Menentukan goal setting dari persoalan yang dihadapi.
2. Menentukan constraint dari persoalan yang dihadapi agar persoalan tidak
menjadi besar.
3. Menentukan criteria dari setiap constraint.
4. Menentukan sub criteria dari setiap criteria agar menjadi lebih jelas apa yang
akan dituju.
5. Menentukan alternatif-alternatif untuk menyelesaikan masalah sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai.
Outbound Logistics : Warehouse Selection Process
1. Membuat Proses Hirarki Analisis dari persoalan tersebut.
2. Menggunakan software Expert Choice untuk membantu menyelesaikan masalah.
3. Melakukan perhitungan manual dengan cara membuat matriks pembanding dan
memberinya nilai kepentingan atau pembobotan, membuat matriks normalisasi,
membuat matriks sintesis normalisasi, dan membuat matriks keputusan.
4. Membandingkan hasil perhitungan manual dengan hasil dari software Expert
Choice.
Inbound Logistics : Suuplier Selection Process
1. Membuat Proses Hirarki Analisis dari persoalan tersebut.
2. Menggunakan software Expert Choice untuk menentukan supplier yang dipilih.
3. Menggunakan software Logware untuk membantu dalam menentukan rute
optimal dalam jaringan jalan kota yang harus dilayani.
Setelah semua data selesai diolah, maka praktikan menganalisis data tersebut.
Setelah dianalisis, praktikan membuat kesimpulan dan saran dari praktikum yang telah
dilakukan..
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Decision Support System 23
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
4.1 Pengumpulan Data
4.1.1 Pengumpulan Data Proses Penyusunan Arsitektur Hirarki
Pembuatan arsitektur untuk permasalahan di bawah ini :
1. Penentuan rencana dalam pembuatan sebuah restaurant.
Petunjuk/ hints :
Lokasi
Tenaga kerja
Ruangan/ room space
Menu
Advertising/ periklanan
2. Penentuan rencana dalam pembelian sebuah motor sebagai kendaraan untuk
mendukung mobilisasi
Petunjuk/ hints:
Kapasitas mesin
Merek
Jenis
Kenyamanan
4.1.2 Pengumpulan Data Outbound Logistics : Warehouse Selection Process
1) Pemilihan Lokasi Gudang
PT. UdaTimEx adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang distribusi
kondom dengan merek HurungWae® dan berlokasi di kota Bandung. Ternyata pada
tahun 2000 sampai dengan 2003 perusahaan mengalami permintaan yang sangat luar
biasa membludak. Hal ini menyebabkan para pemimpin perusahaan harus membuka titik
penjualan (sales-point) di beberapa kota di sekitar Bandung. Setelah dilakukan rapat
terpadu yang dilakukan pimpinan perusahaan, menetapkan 3 kota yang akan menjadi
tujuan titik penjualan. Setelah dirembuk ulang, ternyata perusahaan lebih baik menyewa
gudang sebagai titik distribusi utamanya (main distribution point). Titik distribusi ini
diharapkan dapat menjadi saluran-saluran distribusi ke daerah titik penjualan di sekitar
kota tujuan perluasannya. Adapun ketiga kota tujuan perluasan tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Kota Tasikmalaya
Decision Support System 24
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
b. Kota Ciamis
c. Kota Cianjur
Perusahaan di Bandung harus memilih kota mana yang akan dipilih untuk
dijadikan gudang satelit dalam mendukung perluasan penjulan produknya. Mengingat
perusahaan mempunyai dana yang terbatas, saat ini perusahaan hanya mampu untuk
melakukan perluasan pada satu kota saja.
Menurut hasil penelitian pasar yang telah dilakukan oleh departemen pemasaran
perusahaan tersebut, ternyata didapat empat parameter yang akan menjadi basis dalam
penentuan prioritas penentuan prioritas penentuan lokasi gudang dikota tujuan perluasan
baru. Keempat parameter tersebut adalah sebagai berikut:
a. Jarak terhadap kota Bandung
b. Kapasitas gudang
c. Harga sewa gudang
d. Jumlah permintaan
4.1.3 Pengumpulan Data Inbound Logistics : Supplier Selection Process
1) Kasus Pertama : Pemilihan Pemasok
Pada modul praktikum sebelumnya (modul 2 : outbound logistics), kita telah
dapat menentukan lokasi mana yang akan kita gunakan sebagai perluasan penjualan kita
dengan jalan mempunyai gudang di kota yang telah ditentukan. Seandainya, lokasi telah
dapat kita tentukan, sekarang yang menjadi permasalahan di sini adalah bagaimana
menentukan pemasok untuk kota atau lokasi baru yang telah kita tentukan.
PT UdaTimEx, telah berhasil dan sepakat untuk menentukan lokasi baru untuk
gudang barunya. Sekarang yang menjadi permasalahan dimiliki oleh perusahaan adalah
memilih pemasok mana yang nantinya akan memasok produk kondomnya ke gudang di
lokasi barunya tersebut. Ternyata perusahaan mendapt proposal dari perusahaan pemasok
kondom HurungWae® sebanyak dua perusahaan. Adapun perusahaan tersebut adalah
sebagai berikut:
a. PT. Selepath Selipith, perusahaan pemok yang cukup ternama dan telah berhasil
sebagai pemasok kondom terbesar di Thailand.
b. PT. Tarompah Batha, perusahaan pemasok yang cukup ternama dan telah
berhasil sebagai pemasok kondom terbesar di Filipina.
Decision Support System 25
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
Bagian Pengembangan Pemasaran PT UdaTimEx telah melakukan evaluasi
terhadap proposal yang ditawarkan oleh kedua perusahaan pemasok tersebut, dan ternyata
mereka sepakat untuk menentukan kriteria pemilihan sebagai berikut :
a. Quality (kualitas) adalah kualitas dari pelayanan terhadap pemenuhan permintaan
dalam artian seberapa cepat tingkat responsifitas pemasok dalam memenuhi
permintaan.
b. Cost (harga) adalah harga dari biaya yang ditimbulkan akibat proses pengadaan
produk untuk memenuhi kebutuhan. Biaya di sini adalah besarnya ongkos yang
dibayarkan kepada pemasok oleh PT. UdaTimEx untuk dapat memenuhi kebutuhan
akan produknya.
c. Delivery (pengiriman) adalah waktu yang diperlukan untuk dapat melakukan
pengantaran produknya oleh pemasok untuk memenuhi kebutuhan lokasi di mana
gudang baru tersebut berada.
Berdasarkan parameter yang telah ditentukan di atas, bagian pengembangan
pemasaran PT. UdaTimEx mencoba untuk menentukan pemasok manakah yang akan
dipilih?
Ternyata kedua pemasok tersebut juga memasok beberapa perusahaan distributor
lainnya di beberapa kota. Hal ini mengakibatkan PT. UdaTimEx harus memikirkan rute
optimal yang sebaiknya dilalui oleh pemasok dalam melakukan pekerjaannya.
Bagaimanakah rute optimal yang sebaiknya digunakan oleh para perusahaan pemasok?
2) Kasus Kedua : Penentuan Rute Optimal untuk Melayani Beberapa Lokasi
Jaringan Jalan Kota yang Harus Dilayani
Setelah kita mendapatkan pemasok yang terbaik berdasarkan prioritas yang telah
disepakati seperti di atas. Sekarang saatnya Anda diharuskan menentukan rute pelayanan
yang harus ditempuh untuk mendistribusikan produknya ke lokasi gudang penyimpanan
yang baru.
Berikut ini adalah jaringan yang menghubungkan perusahaan pemasok dengan
kota-kota tujuan yang harus dilayaninya dalam pengiriman barang pasokannya.
Decision Support System 26
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
Gambar 4. 1 Gambar Jaringan Layanan Pemasok PT Selepath Selepith
Gambar 4. 2 Gambar Jaringan Layanan Pemasok PT Tarompah Batha
Berdasarkan kedua jaringan di atas, coba bantu perusahaan pemasok dalam
menentukan rute yang sebaiknya ditempuhnya untuk mengantarkan barang pasokannya
ke gudang baru yang kita miliki.
Dimana:
A adalah kota 1 yang harus dilayani perusahaan pemasok
B adalah kota 2 yang harus dilayani perusahaan pemasok
C adalah kota 3 yang harus dilayani perusahaan pemasok
D adalah kota 4 yang harus dilayani perusahaan pemasok
Decision Support System 27
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
Tentukanlah jalur yang optimal untuk mencapai kota gudang baru yang telah
dipilih pada penentuan lokasi sebelumnya, dimana perusahaan juga harus tetap dapat
memasok ke kota-kota lainnya. Di sini, kita ditugaskan untuk memberikan masukkan
kepada perusahaan pemasok untuk dapat memilih dan menentukan rute yang paling
optimal.
4.2 Pengolahan Data
4.2.1 Pengolahan Data Proses Penyusunan Arsitekture Hirarki
1) Penentuan Bisnis Restaurant
Goal Setting :
Penentuan Bisnis Restaurant
Constraint :
Advertising
Lokasi
Tenaga Kerja
Ruangan
Menu
Criteria :
Media Cetak
Media Elektronik
Pusat Kota
Pinggiran Kota
Koki
Manajer
Pelayan
Smoking Area
Non-smoking Area
Italian Food
Seafood
Fast Food
Sub Criteria :
Decision Support System 28
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
Koran
Majalah
Televisi
Radio
Pusat Pertokoan
Mall
Tempat Wisata
Lulusan Perhotelan
Pria
Lulusan S1 Manajemen
Pekerja keras
Lulusan SMA
Pria/ Wanita
Ruangan Non-AC
Alam Terbuka
VIP
Ruangan ber-AC
Pasta
Pizza
Cumi Saus Tiram
Udang Asam Manis
Burger
Wafel
Alternatif :
Franchise Restaurant
Family Restaurant
Seafood Restaurant
2) Arsitektur Hirarki Proses Penentuan Bisnis Restaurant
Decision Support System 29
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
Gambar 4. 3 Gambar AHP Penentuan Bisnis Restaurant
3) Penentuan Pembelian Motor
Goal Setting :
Decision Support System 30
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
Penentuan Pembelian Motor
Constraint :
Kapasitas Mesin
Merek
Warna
Kenyaman
Criteria :
Besar
Kecil
Podusen Motor
Kualitas
Gelap
Terang
Posisi Tangki Bensin
Jok
Sub Criteria :
500 cc
750 cc
110 cc
125 cc
Buatan Korea
Buatan Jepang
Irit Bensin
Hitam
Biru
Merah
Putih
Di depan
Di bawah jok
Empuk
Decision Support System 31
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
Keras
Alternatif :
Yamaha
Suzuki
Honda
Kymco
4) Arsitektur Hirarki Proses Penentuan Pembelian Motor
Decision Support System 32
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
Gambar 4. 4 Gambar AHP Penentuan Pembelian Motor
4.2.2 Pengolahan Data Oubound Logistics : Warehouse Selection Process
Decision Support System 33
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
1) Pemilihan Lokasi Gudang
a. Proses Hirarki Analisis Pemilihan Lokasi Gudang
Gambar 4. 5 Gambar Proses Hirarki Analisis Pemilihan Lokasi Gudang
b. Pemilihan Lokasi Gudang Menggunakan Sofware Expert Choice
Berikut ini adalah langkah-langkah untuk memilih lokasi gudang dengan
menggunakan sofware Expert Choice.
Gambar 4. 6 Gambar Tampilan Expert Choice Pemilihan Lokasi Gudang
Decision Support System 34
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
Gambar 4. 7 Gambar Tampilan Expert Choice Pembobotan Tiap-tiap Kriteria
Gambar 4. 8 Gambar Tampilan Pembobotan Masing-masing Alternatif Terhadap Kriteria Jarak
terhadap Kota Bandung
Gambar 4. 9 Gambar Tampilan Pembobotan Masing-masing Alternatif Terhadap Kriteria
Kapasitas Gudang
Decision Support System 35
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
Gambar 4. 10 Gambar Tampilan Pembobotan Masing-masing Alternatif Terhadap Kriteria Harga
Sewa Gudang
Gambar 4. 11 Gambar Tampilan Pembobotan Masing-masing Alternatif Terhadap Kriteria Jumlah
Permintaan
Gambar 4. 12 Gambar Tampilan Prioritas Masing-masing Kriteria
Decision Support System 36
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
Gambar 4. 13 Gambar Tampilan Sintesis terhadap Kriteria Jarak terhadap Kota Bandung
Gambar 4. 14 Gambar Tampilan Sintesis terhadap Kriteria Kapasitas Gudang
Gambar 4. 15 Gambar Tampilan Sintesis terhadap Kriteria Harga Sewa Gudang
Decision Support System 37
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
Gambar 4. 16 Gambar Tampilan Sintesis terhadap Kriteria Jumlah Permintaan
Gambar 4. 17 Gambar Tampilan Sintesis terhadap Goal Setting Pemilihan Lokasi Gudang
Berdasarkan hasil perhitungan dengan Expert Choice, maka lokasi gudang yang
dipilih adalah Kota Cianjur dengan nilai prioritas sebesar 0,464 atau 46,4%.
c. Pemilihan Lokasi Gudang dengan Perhitungan Manual
Berikut ini adalah perhitungan matriks untuk mendapatkan nilai prioritas pemilihan lokasi gudang.
Tabel 4. 1 Tabel Matriks Pembandingan Kriteria Lokasi Gudang
Decision Support System 38
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
Tabel 4. 2 Tabel Matriks Pembandingan Jarak terhadap kota Bandung
Tabel 4. 3 Tabel Matriks Pembandingan Kapasitas Gudang
Tabel 4. 4 Tabel Matriks Pembandingan Harga Sewa Gudang
Decision Support System 39
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
Tabel 4. 5 Tabel Matriks Pembandingan Jumlah Permintaan
Tabel 4. 6 Tabel Matriks Normalisasi Kriteria Lokasi Gudang
Tabel 4. 7 Tabel Matriks Normalisasi Jarak terhadap kota Bandung
Decision Support System 40
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
Tabel 4. 8 Tabel Matriks Normalisasi Kapasitas Gudang
Tabel 4. 9 Tabel Matriks Normalisasi Harga Sewa Gudang
Tabel 4. 10 Tabel Matriks Normalisasi Jumlah Permintaan
Decision Support System 41
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
Tabel 4. 11 Tabel Matriks Sistesis Normalisasi
Tabel 4. 12 Tabel Matriks Keputusan
Berdasarkan hasil perhitungan matriks pemilihan lokasi gudang, dipilih di kota
Cianjur dengan nilai prioritas sebesar 0,449 atau 44,9 %.
4.2.3 Pengolahan Data Inbound Logistics : Supplier Selection Process
1) Kasus Pertama : Pemilihan Pemasok
a. Proses Hirarki Analisis Pemilihan Pemasok PT UdaTimEx
Gambar 4. 18 Gambar Proses Hirarki Analisis Pemilihan Pemasok PT UdaTimEx
Decision Support System 42
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
b. Pemilihan Pemasok PT UdaTimEx Menggunakan Sofware Expert Choice
Berikut ini adalah langkah-langkah untuk memilih pemasok PT UdaTimEx
dengan menggunakan sofware Expert Choice.
Gambar 4. 19 Gambar Tampilan Expert Choice Pemilihan Pemasok PT UdaTimEx
Gambar 4. 20 Gambar Tampilan Expert Choice Pembobotan Tiap-tiap Kriteria Pemilihan
Pemasok
Gambar 4. 21 Gambar Tampilan Pembobotan Masing-masing Alternatif Terhadap Kriteria
Kualitas
Decision Support System 43
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
Gambar 4. 22 Gambar Tampilan Pembobotan Masing-masing Alternatif Terhadap Kriteria Harga
Gambar 4. 23 Gambar Tampilan Pembobotan Masing-masing Alternatif Terhadap Kriteria
Pengiriman
Gambar 4. 24 Gambar Tampilan Prioritas Masing-masing Kriteria Pemilihan Pemasok
Decision Support System 44
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
Gambar 4. 25 Gambar Tampilan Sintesis terhadap Kriteria Kualitas
Gambar 4. 26 Gambar Tampilan Sintesis terhadap Kriteria Harga
Gambar 4. 27 Gambar Tampilan Sintesis terhadap Kriteria Pengiriman
Decision Support System 45
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
Gambar 4. 28 Gambar Tampilan Sintesis terhadap Goal Setting Pemilihan Pemasok
Berdasarkan hasil perhitungan dengan Expert Choice, maka pemilihan pemasok
PT UdaTimEx adalah PT Tarompah Batha dengan nilai prioritas sebesar 0,754 atau
75,4%.
c. Pemilihan Pemasok dengan Perhitungan Manual
Berikut ini adalah perhitungan matriks untuk mendapatkan nilai prioritas pemasok PT UdaTimEx
Tabel 4. 13 Tabel Matriks Pembandingan Kriteria Pemasok PT UdaTimEx
Tabel 4. 14 Tabel Matriks Pembandingan Kualitas
Decision Support System 46
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
Tabel 4. 15 Tabel Matriks Pembandingan Harga
Tabel 4. 16 Tabel Matriks Pembandingan Pengiriman
Tabel 4. 17 Tabel Matriks Normalisasi Kriteria Pemasok PT UdaTimEx
Tabel 4. 18 Tabel Matriks Normalisasi Kualitas
Decision Support System 47
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
Tabel 4. 19 Tabel Matriks Normalisasi Harga
Tabel 4. 20 Tabel Matriks Normalisasi Harga Pengiriman
Tabel 4. 21 Tabel Matriks Sintesis Normalisasi Pemasok PT UdaTimEx
Tabel 4. 22 Tabel Matriks Keputusan Pemasok PT UdaTimEx
Berdasarkan hasil perhitungan matriks, pemilihan pemasok untuk PT UdaTimEx
adalah pemasok PT Tarompah Batha dengan nilai prioritas sebesar 0,756 atau 75,6 %.
Decision Support System 48
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
2) Kasus : Penentuan Rute Optimal Menggunakan Software Logware
a. Penentuan Rute Optimal PT Selepath Selepith
Gambar 4. 29 Gambar Tampilan Koordinat dan Hubungan antar Node pada Jaringan Rute PT
Selepath Selepith
Gambar 4. 30 Gambar Tampilan Shortest Route Methode Solution Result untuk PT Selepath
Selepith
Decision Support System 49
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
Total Rute Cost 105
Gambar 4. 31 Gambar Peta Lokasi yang Harus Ditempuh Berdasarkan Rute Terpendek untuk PT
Selepath Selepith
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan sofware Logware,
sebaiknya pemasok PT Selepath Selepith melakukan perjalanannya dari PT Selepath
Selepith menuju kota A, lalu ke kota C, kemudian ke gudang baru. Total biaya yang
dikeluarkan hanya sebesar 105.
b. Penentuan Rute Optimal PT Tarompah Batha
Gambar 4. 32 Gambar Tampilan Koordinat dan Hubungan antar Node pada Jaringan Rute PT
Tarompah Batha
Decision Support System 50
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
Gambar 4. 33 Gambar Tampilan Shortest Route Methode Solution Result untuk PT Tarompah
Batha
Total Route Cost 90
Gambar 4. 34 Gambar Peta Lokasi yang Harus Ditempuh Berdasarkan Rute Terpendek untuk PT
Tarompah Batha
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan sofware Logware,
sebaiknya pemasok PT Tarompah Batha melakukan perjalanannya dari PT Tarompah
Batha menuju kota D, kemudian ke gudang baru. Total biaya yang dikeluarkan hanya
sebesar 90.
Decision Support System 51
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
BAB V
ANALISIS HASIL PENGOLAHAN DATA
5.1 Analisis Proses Penyusunan Arsitektur Hirarki
Dalam setiap pekerjaan kita selalu menemui persoalan dan persoalan-persoalan
tersebut harus segera diselesaikan. Untuk membantu dalam memecahkan persoalan
tersebut dapat digunakan penyusunan arsitektur keputusan. Penyusunan arsitektur
keputusan ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu menentukan tujuan dari pemecahan
persoalan yang sedang dihadapi, menentukan pembatas persoalan agar tidak semakin luas
persoalannya, menentukan kriteria dan sub kriteria, dan terakhir menantukan alternatif-
alternatif dalam memecahkan persoalan tersebut.
Penyusunan suatu persoalan akan menghasilkan suatu keputusan yang jelas dan
terarah jika kita memperhatikan beberapa hal penting, seperti cara pandang kitadalam
melihat suatu persoalan, menyusun pertimbangan-pertimbangan kita secara hirarki,
menetapkan tujuan dari pemecahan persoalannya, dan berpikir secara rasionalitas.
Untuk praktikum kali ini kita dihadapkan pada dua persoalan, yaitu menentukan
bisnis restaurant dan menentukan pembelian motor. Untuk menentukan bisnis restaurant,
pembatasan dari persoalan ini adalah advertising/periklanan, lokasi, tenaga kerja,
ruangan, dan menu. Dari pembatasan masalah periklanan yang menjadi kriterianya antara
lain, media cetak dan media elektronik. Dari pembatasan masalah lokasi yang menjadi
kriterianya antara lain, pusat kota dan pinggiran kota. Dari pembatasan masalah tenaga
kerja yang menjadi kriterianya antara lain, koki, manajer, dan pelayan. Dari pembatasan
masalah ruangan yang menjadi kriterianya antara lain, smooking area dan non-smooking
area. Dari pembatasan masalah menu yang menjadi kriterianya antara lain, italian food,
seafood, dan fastfood.
Agar kriteria-kriteria tersebut lebih jelas, maka kita perjelas dengan sub-sub
kriteria dari setiap kriteria yang ada. Dari kriteria media cetak agar lebih jelas lagi, maka
yang dimaksud dari media cetak tersebut seperti koran dan majalah, sedangkan yang
dimaksud dengan media elektronik yaitu radio dan televisi. Dari kriteria pusat kota
diperjelas lagi seperti membuka restaurant di mall atau di pusat pertokoan, sedangkan
untuk pinngiran kotanya kita dapat membuka restaurant di tempat wisata karena tempat
wisata banyak dikunjungi orang, sehingga kemungkinan orang yang akan datang ke
Decision Support System 52
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
restaurant yang akan kita buka juga makin banyak. Dari masalah tenaga kerja kita pecah
menjadi tiga bagian, yaitu koki, manajer, dan pelayan. Seorang koki harus memiliki
persyaratan seperti lulusan perhotelan dan seorang pria. Untuk posisi manajer harus
memiliki persyaratan lulusan Sarjana Manajemen dan pekerja keras agar bisnis restaurant
yang akan dibuka laku dan banyak pengunjungnya. Untuk posisi pelayan, persyaratan
yang harus dimiliki antara lain, minimal lulusan SMA dan seorang pria atau wanita.
Tata letak ruangan restaurant juga merupakan hal penting yang harus dipikirkan
dalam perencanaan bisnis restaurant. Untuk smooking area, kita buat ruangan yang tidak
ber-AC dan bisa juga bertemakan alam terbuka, sedangkan untuk ruangan yang non-
smooking area, kita buat ruangan yang ber-AC agar pengunjung lebih nyaman dalam
menikmati hidangannya atau ruangan VIP bagi orang yang menginginkan privasinya.
Dalam menentukan perencanaan bisnis restaurant tidak lepas dari masalah menu
yang akan disajikan untuk para pengunjung. Untuk menu yang berbau italian food dapat
kita sajian seperti aneka pasta dan pizza. Untuk menu yang berbau seafood dapat kita
sajikan cumi saus tiram atau udang asam manis. Untuk menu fastfood kita dapat
menyajikan berbagai macam burger dan wafel.
Setelah kita tentukan pembatas, kriteria, dan sub kriteria, maka semakin jelas
arah pemecahan masalah. Untuk alternatif bisnis restaurant kita bisa membuat bisnis
family restaurant, fastfood restaurant, atau seafood restaurant.
Satu lagi persoalan yang sedang dihadapi adalah penentuan pembelian motor
yang akan dibeli. Apalagi saat ini banyak sekali motor-motor yang ditawarkan. Untuk itu
kita menyusun arsitektur keputusan untuk membantu dalam memecahkan persoalan
pembelian motor.
Untuk menentukan pembelian motor, kita membatasi apa saja yang perlu
dipertimbangkan dalam membeli mobil. Pembatasan pembelian motor antara lain,
kapasitas mesin, merek, warna, dan kenyamanan. Dari masing-masing pembatasan
masalah ini kita tentukan kriteria-kriterianya. Untuk kapasitas mesin, yang menjadi
kriterianya adalah motor dengan kapasitas mesin yang besar atau kecil. Untuk merek,
yang menjadi kriterianya yaitu berdasarkan produsen motor dan kualitas motornya. Dari
segi warna, yang menjadi kriterianya yaitu warna gelap atau terang. Dari segi
kenyamanan, yang menjadi kriterianya antara lain posisi tangki bensin dan jok motor.
Agar kriteria-kriteria tersebut lebih jelas dan terarah, maka diperjelas lagi
menjadi sub-sub kriteria. Yang dimaksud dengan kapasitas mesin yang besar yaitu motor
dengan kapasitas 500 cc dan 750 cc, sedangkan motor yang berkapasitas kecil yaitu 110
Decision Support System 53
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
cc dan 125 cc. Untuk produsen motor, apakah merek motor dengan buatan Korea atau
buatan Jepang. Untuk kualitas motor dilihat dari apakah motor tersebut irit bensin atau
tidak. Motor tentu saja banyak warnanya, untuk warna yang gelap sub kriterianya adalah
warna hitam dan biru, sedangkan warna yang terang misalnya saja warna merah dan
putih. Posisi tangki bensin juga menentukan motor itu nyaman atau tidak, ada yang posisi
tangkinya di depan dan ada juga yang posisi tangkinya di bawah jok, sehingga ketika
mengisi bensin, pengendara harus turun dari motor dan mengangkat jok motornya. Ketika
pengendara motor menaiki motornya, jok juga merupakan hal yang penting, apakah
menginginkan jok yang empuk atau keras.
Setelah kita tentukan pembatas, kriteria, dan sub kriteria, maka semakin jelas
arah pemecahan masalah pembelian motor. Untuk alternatif pembelian motornya kita bisa
memilih motor dari merek Yamaha, Suzuki, Honda, atau Kymco.
5.2 Analisis Outbound Logistics : Warehouse Selection Process
Persoalan dalam perusahaan manufaktur maupun perusahaan logistik sangat
banyak. Salah satunya adalah masalah pergudangan terutama masalah lokasi gudang agar
biaya yang dikeluarkan tidak terlalu banyak, sehingga dapat mengurangi biaya produksi
suatu produk.
PT UdaTimEx adalah sebuah perusahaan yang berlokasi di kota Bandung dan
perusahaan ini akan mengadakan perluasan usahanya. Untuk perluasan usahanya ini,
perusahaan perlu menyewa gudang baru untuk sistem distribusi utamanya. Yang menjadi
permasalahn PT UdaTimEx ini adalah pemilihan lokasi untuk gudang barunya. Untuk
lokasi gudang barunya tersebut, PT UdaTimEx mempertimbangkan beberapa faktor,
yaitu jarak gudang terhadap kota Bandung dimana perusahaan ini berada, kapasitas
gudangnya, harga sewa gudangnya agar tidak mengeluarkan biaya yang besar, dan jumlah
permintaan. Dari beberapa faktor tersebut, maka ada beberapa alternatif lokasi gudang
baru ini antara lain, kota Tasikmalaya, Ciamis, dan Cianjur.
Untuk membantu dalam menentukan pemilihan lokasi gudang tersebut, dibantu
dengan menggunakan software Expert Choice dan perhitungan manual. Berikut ini adalah
perbandingan hasil pemilihan lokasi gudang dengan menggunakan software Expert
Choice dan perhitungan manual.
Decision Support System 54
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
Tabel 5. 1 Tabel Perbandingan Nilai Prioritas antara Expert Choice dengan Perhitungan Manual
Dari tabel di atas kita bisa lihat bahwa ada perbedaan nilai antara
perhitungan menggunakan software Expert Choice dengan perhitungan manual.
Dalam perhitungan Expert Choice, prioritas untuk jarak terhadap kota Bandung
adalah 0.083, sedangkan dengan perhitungan manual nilainya 0.084. Begitu pula
untuk prioritas kapasitas gudang, dalam Expert Choice nilainya 0.192, sedangkan
perhitungan manualnya lebih besar, yaitu 0.196. untuk nilai prioritas harga sewa
gudang yang menggunakan Expert Choice nilainya 0.153, sedangkan dengan
perhitungan manual nilainya 0.155. Dan nilai prioritas jumlah permintaan dengan
Expert Choice bilainya 0.571, sedangkan dengan perhitungan manual nilainya
lebih kecil, yaitu 0.565. Perbedaan nilai prioritas ini dapat terjadi karena
pembulatan niali yang dilakukan Expert Choice dan perhitungan manual yang
tidak sama, sehingga nilainya pun berbeda.
Selain nilai prioritas, perbedaan nilai juga terlihat dalam matriks keputusan
antara Expert Choice dengan perhitungan manualnya. Berikut ini adalah
perbandingan nilai keputusan antara menggunakan Expert Choice dengan
perhitungan manual.
Tabel 5. 2 Tabel Perbandingan Hasil Keputusan Pemilihan Lokasi Gudang
Decision Support System 55
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
Tabel di atas memperlihatkan perbedaan nilai keputusan antara
perhitungan dengan Expert Choice dan perhitungan manual. Dari hasil
perhitungan Expert Choice, kota Tasikmalaya memiliki nilai prioritas sebesar
0.359, sedangkan dengan perhitungan manualnya lebih besar, yaitu sebesar 0.364.
Kota Ciamis memiliki nilai prioritas 0.177 dengan menggunakan Expert Choice,
tetapi dengan perhitungan manualnya 0.187. Dan kota Cianjur dengan Expert
Choice memiliki nilai prioritas 0.464, sedangkan dengan perhitungan manual
nilainya 0.449.
Meskipun nilainya berbeda, namun keputusan pemilihan lokasi gudang
baru untuk PT UdaTimEx jatuh pada kota Cianjur, yaitu sebesar 46.4 % dengan
menggunakan software Expert Choice dan 44.9% dengan perhitungan manual.
5.3 Analisis Inbound Logistics : Supplier Selection Process
Perusahaan manufaktur maupun perusahaan logistik pasti memiliki kerja sama
dengan perusahaan lain yang menyediakan bahan-bahan baku untuk memenuhi
kebutuhan perusahaan tersebut yang disebut sebagai supplier.
Untuk kasus pertama PT UdaTimEx adalah perusahaan tersebut memiliki
permasalahan dalam menentukan pemasok untuk produknya ke gudang barunya tersebut.
Jadi fokus pada persoalan kali ini adalah pemilihan pemasok untuk PT UdaTimEx. Untuk
pemilihan pemasok ini ada beberapa faktor sebagai bahan pertimbangan diantaranya
adalah kualitas, harga, dan pengiriman. Kualitas di sini adalah kualitas dari pelayanan
terhadap pemenuhan permintaan dalam artian seberapa cepat tingkat responsifitas
pemasok dalam memenuhi permintaan. Faktor harga merupakan harga dari biaya yang
ditimbulkan akibat proses pengadaan produk untuk memenuhi kebutuhan. Biaya di sini
adalah besarnya ongkos yang dibayarkan kepada pemasok oleh PT UdaTimEx untuk
dapat memenuhi kebutuhan akan produknya. Faktor pengiriman merupakan waktu yang
diperlukan untuk dapat melakukan pengantaran produknya oleh pemasok untuk
memenuhi kebutuhan ke lokasi di mana gudang baru tersebut berada.
Dari beberapa faktor sebagai bahan pertimbangan, alternatif pemasok yang akan
dipilih adalah antara PT Selepath Selepith dan PT Tarompah Batha. Untuk membantu
dalam memecahkan masalah pemilihan pemasok ini dibantu dengan menggunakan
software Expert Choice, namun dihitung juga secara manual untuk bahan perbandingan.
Decision Support System 56
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
Berikut ini adalah perbandingan nilai prioritas antar faktor dalam perhitungan
Expert Choice maupun perhitungan manual.
Tabel 5. 3 Tabel Perbandingan Prioritas Pemilihan Pemasok PT UdaTimEx
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ada perbedaan antara nilai prioritas
perhitungan Expert Choice dengan perhitungan manual. Untuk nilai prioritas kualitas,
perhitungan Expert Choice memiliki nilai prioritas 0.474, sedangkan perhitungan
manualnya hanya 0.472. Untuk nilai prioritas harga dengan Expert Choice nilainya 0.149,
sedangkan perhitungan manualnya lebih besar, yaitu sebesar 0.151. Nilai prioritas
pengiriman dengan Expert Choice nilainya sebesar 0.376, sedangkan perhitungan
manualnya sebesar 0.377. Dilihat dari besarnya nilai prioritas, yang menjadi faktor paling
penting dari pemasok untuk PT UdaTimEx adalah faktor kualitas.
Selain nilai prioritas pada setiap faktor ada perbedaan, nilai prioritas untuk
keputusan juga ada sedikit perbedaan. Berikut ini adalah perbandingan nilai prioritas
keputusan antara menggunakan Expert Choice dengan perhitungan manual.
Tabel 5. 4 Tabel Perbandingan Hasil Keputusan Pemilihan Pemasok PT UdaTimEx
Tabel di atas terlihat adanya perbedaan nilai prioritas keputusan antara hasil
Expert Choice dengan perhitungan manual. Dalam Expert Choice, nilai prioritas untuk
PT Selepath Selepith sebesar 0.246, sdangkan pehitungan manualnya hanya sebesar
0.244. Begitu pula untuk PT Tarompah Batha, dengan Expert Choice nilai prioritas
keputusannya 0.754, sedangkan dengan perhitungan manualnya 0.756. Ada perbedaan
nilai prioritas keputusannya, hal ini dapat terjadi karena masalah pembulatan antara
Expert Choice dengan perhitungan manual tidak sama, sehingga hasil akhirnya juga ada
perbedaan.
Decision Support System 57
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
Meskipun ada perbedaan nilai, namun hasil akhir pemilihan pemasok jatuh pada
PT Tarompah Batha dengan nilai prioritas sebesar 75.4% berdasarkan perhitungan Expert
Choice dan nilai prioritas sebesar 75.6% berdasarkan perhitungan manual.
Untuk kasus kedua yang dimiliki PT UdaTimex adalah masalah rute dari kedua
pemasok ke gudang baru milik PT UdaTimEx. Untuk kasus ini dalam memecahkan
persoalannya dibantu dengan bantuan sofware Logware. Software ini dapat membantu
dalam menentukan rute terpendek dalam jaringan jalan kota yang harud dilayani.
Ada beberapa alternatif rute yang digunakan oleh PT Selepath Selepith dalam
pelayanannya untuk sampai ke gudang baru milik PT UdaTimEx. Berikut ini adalah
beberapa alternatif rute yang harus dilalui PT Selepath Selepith beserta dengan biaya
yang harus dikeluarkannya.
Alternatif 1 : PT Selepath Selepith → kota A → kota C → Gudang Baru
Total Cost = 105
Alternatif 2 : PT Selepath Selepith → kota A → kota C → kota B → Gudang baru
Total Cost = 125
Alternatif 3 : PT Selepath Selepith → kota C → kota B → Gudang Baru
Total Cost = 130
Alternatif 4 : PT Selepath Selepith → kota C → Gudang Baru
Total Cost = 110
Alternatif 5 : PT Selepath Selepith → kota D → Gudang Baru
Total Cost = 135
Dari kelima alternatif di atas yang memiliki biaya total yang paling kecil adalah
alternatif yang pertama. Jadi jika ingin biaya yang lebih kecil, sebaiknya PT Selepath
Selepith melakukan perjalannnya ke kota A, kemudian ke kota C, baru ke gudang baru
PT UdaTimEx dengan total biaya sebesar 105.
Untuk rute yang digunakan PT Tarompah Batha tentunya berbeda dengan PT
Selepath Selepith. PT Tarompah Batha juga memiliki beberapa alternatif rute perjalanan
dalam melayani pelanngannya. Berikut ini adalah beberapa alternatif rute yang digunakan
PT Tarompah Batha untuk sampai ke gudang baru.
Alternatif 1 : PT Tarompah Batha → kota A → Gudang Baru
Total Cost = 110
Alternatif 2 : PT Tarompah Batha → kota B → kota C → Gudang Baru
Total Cost = 135
Alternatif 3 : PT Tarompah Batha → kota C → Gudang Baru
Decision Support System 58
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
Total Cost = 110
Alternatif 4 : PT Tarompah Batha → kota D → Gudang Baru
Total Cost = 90
Dari keempat alternatif di atas yang memiliki biaya total yang paling kecil adalah
alternatif yang keempat. Jadi jika ingin biaya yang lebih kecil, sebaiknya PT Tarompah
Batha melakukan perjalannnya ke kota D, kemudian ke gudang baru PT UdaTimEx
dengan total biaya sebesar 90.
Decision Support System 59
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
6.1.1 Kesimpulan Penyusunan Arsitektur Hirarki
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum penyusunan arsitektur hirarki ini
antara lain:
Dalam penyusunan arsitektur hirarki kita perlu menentukan tujuan dari
pemecahan masalah, pembatasan masalah, kriteria dalam permasalahan, dan
alternatif-alternatif dalam permasalahan.
Dalam penyusunan arsitektur hirarki juga dapat ditambahkan sub kriteria untuk
lebih memperjelas kriteria yang telah ditentukan, sehingga permasalahan lebih jelas
dan terarah.
Penyusunan arsitektur hirarki perlu memperhatikan cara pandang kita dalam
melihat sebuah persoalan, menyusun elemen-elemen secara hirarki, menentukan
tujuan sebagai arahan dalam proses penyelesaian suatu persaoalan, menggunakan
rasionalitas dalam cara kita melihat, mengamati, dan bertindak dalam menghadapi
suatu persoalan.
Dari hasil proses analisis hirarki, alternatif penentuan bisnis restaurant antara
lain, family restaurant, fastfood restaurant, atau seafood restaurant.
Dari hasil proses analisis hirarki, alternatif penentuan pembelian motor antara
lain, merek Yamaha, Suzuki, Honda, atau Kymco.
6.1.2 Kesimpulan Outbound Logistics : Warehouse Selection Process
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum outbound logistics : warehouse
selection process ini antara lain:
Proses Hirarki Analitis dapat memberikan kerangka dalam pengambilan
keputusan, sehingga memungkinkan kita untuk mengambil keputusan yang efektif.
Penetapan rencana prioritas membantu dalam pengambilan keputusan yang akan
diambil.
Decision Support System 60
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
Pengambilan suatu keputusan dapat dibantu dengan menggunakan software
Expert Choice dan penggunaannya sangat mudah dan sangat membantu.
Dari hasil Expert Choice maupun perhitungan manual, pemilihan lokasi gudang
baru jatuh pada kota Cianjur dengan nilai prioritas sebesar 46.4 % dengan
menggunakan software Expert Choice dan 44.9% dengan perhitungan manual.
6.1.3 Kesimpulan Inbound Logistics : Supplier Selection Process
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum inbound logistics : supplier
selection process ini antara lain:
Untuk kasus pertama PT UdaTimEx dalam memilih pemasok jatuh pada PT
Tarompah Batha dengan nilai prioritas sebesar sebesar 75.4% berdasarkan
perhitungan Expert Choice dan nilai prioritas sebesar 75.6% berdasarkan perhitungan
manual.
Pemilihan rute terpendek dalam suatu jaringan perjalanan dapat dibantu dengan
menggunakan software Logware.
Pemilihan rute terpendek dapat membantu dalam mengurangi total biaya
produksi.
Untuk kasus kedua dalam penentuan rute terpendek, PT Selepath Selepith
melakukan perjalannnya ke kota A, kemudian ke kota C, baru ke gudang baru PT
UdaTimEx dengan total biaya sebesar 105.
Untuk penentuan rute terpendek PT Tarompah Batha melakukan perjalannnya ke
kota D, kemudian ke gudang baru PT UdaTimEx dengan total biaya sebesar 90.
6.2 Saran
6.2.1 Saran Penyusunan Arsitektur Hirarki
Saran yang dapat diberikan untuk praktikum penyusunan arsitektur hirarki ini
antara lain :
Sebaiknya dalam penyusunan arsitektur hirarki ditambahkan sub kriteria agar
permasalahan menjadi semakin jelas dan terarah.
Decision Support System 61
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
Sebaiknya pada saat praktikum penyusunan arsitektur hirarki, dilakukan praktek
pembuatan brainstrorming dengan menggunakan software MindMap agar praktikan
mengerti cara menggunakan software tersebut.
6.2.2 Saran Outbound Logistics : Warehouse Selection Process
Saran yang dapat diberikan untuk praktikum outbound logistics : warehouse
selection process ini antara lain :
Pemberian pembobotan nilai harus dilakukan dengan rasional dalam artian tidak
sembarang dalam memberikan pembobotan nilai.
6.2.3 Saran Inbound Logistics : Supplier Selection Process
Saran yang dapat diberikan untuk praktikum inbound logistics : supplier
selection process ini antara lain :
Sebaiknya dalam software Logware tidak hanya aplikasi Route saja yang
dipelajari, tetapi aplikasi lainnya yang terdapat dalam software Logware tersebut.
Decision Support System 62
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
DAFTAR PUSTAKA
Prambudia, Yudha dan Didi Teguh Pribadi. 2004. Modul Praktikum Teknik
Industri-3 : Decision Support System. Bandung : Universitas Widyatama
Balle, Michael. 1994. Managing with System Thinking. London : McGraw Hill
Book Company
Saaty, Thomas L. 1994. Analytical Hierarchy Process: Pengambilan Keputusan
untuk Para Pemimpin. Jakarta : PPM
Taha, hamdy. 1985. Operational Research. Edisi 2. New York: Prentice Hall
Decision Support System 63
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III
LAMPIRAN
LEMBAR ASISTENSI
Decision Support System 64