Konsaep Dasar Nyeri
-
Upload
erni-sri-wahyuni -
Category
Documents
-
view
9 -
download
3
description
Transcript of Konsaep Dasar Nyeri
PATOMEKANISME NYERI NOSISEPTIF DAN
PENATALAKSANAANNYA
I. PENDAHULUAN
Nyeri merupakan pengalaman sensorik multidimensi yang tidak menyenangkan akibat
kerusakan jaringan. Kelompok studi nyeri Perdossi (2000) telah menterjemahkan definisi nyeri
yang dibuat IASP (International Association The Study of Pain)yang berbunyi “nyeri adalah
pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik
aktual maupun potensial, atau yang digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut.1
Nyeri merupakan masalah kesehatan yang kompleks, dan merupakan salah satu alasan
utama seseorang datang untuk mencari pertolongan medis. Nyeri dapat mengenai semua orang,
tanpa memandang jenis kelamin, umur, ras, status sosial, dan pekerjaan.1
Nyeri nosiseptif disebut juga sebagai nyeri tipe akut yang secara patologik terjadi akibat
kerusakan atau cedera jaringan. Kerusakan jaringan dapat diakibatkan oleh mekanik, kimia dan
termis, serta infeksi dan tumor yang berperan sebagi stimulus terhadap sekresi mediator
inflamasi yang sifatnya self limiting. Mediator inflamasi ini selanjutnya akan menstimulasi
ujung-ujung saraf sehingga menyebabkan nyeri.2
Nyeri nosiseptif merupakan suatu nyeri yang ditimbulkan oleh suatu rangsangan pada
nosiseptor. Nosiseptor sendiri adalah reseptor neuron di ujung saraf aferen yang sensitif terhadap
stimulus noksius (stimulus yang merusak). Nosiseptor di perifer berfungsi sebagai alat proteksi
terhadap kerusakan jaringan tubuh.2
II. KLASIFIKASI NYERI
Nyeri dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa variabel, yakni:
a. Berdasarkan durasi 3,4
- Nyeri akut: adalah nyeri yang mereda setelah intervensi atau penyembuhan. Awitan
nyeri akut biasanya mendadak, berlangsung singkat (kurang dari 6 bulan) dan
menghilang setelah faktor internal atau eksternal dari yang merangsang reseptor
nyeri dihilangkan.
- Nyeri kronik: adalah nyeri yang dapat berlangsung terus menerus akibat kausa
keganasan dan nonkeganasan, atau intermitten. Nyeri ini menetap selama 6 bulan
atau lebih.
b. Berdasarkan mekanisme patofisiologi 3,4.
- Nyeri nosiseptif adalah nyeri yang timbul akibat kerusakan seluler yang biasa terjadi
pada operasi atau trauma. Nyeri ini diinisiasi oleh mediator inflamasi.
- Nyeri Neuropati adalah nyeri yang berasal dari saraf perifer di sepanjang
perjalanannya atau dari SSP karena gangguan fungsi, tanpa melibatkan eksitasi
reseptor nyeri spesifik.
- Nyeri alih didefiniskan sebagai nyeri yang berasal dari salah satu daerah di tubuh
tetapi dirasakan terletak di daerah lain. Nyeri visera sering dialihkan ke dermatom
(daerah kulit) yang dipersarafi oleh segmen medula spinalis yang sama dengan
viskus yang nyeri tersebut. Apabila dialihkan ke permukaan tubuh, maka nyeri visera
umunya terbatas di segmen dermatom tempat organ visera tersebut berasal pada
masa mudigah, tidak harus di tempat organ tersebut berada pada masa dewasa.
III. JALUR-JALUR NYERI
Nosiseptor adalah saraf aferen primer yang menerima dan menyalurkan rangsang nyeri.
Ujung-ujung saraf bebas nosiseptor berfungsi sebagai reseptor yang peka terhadap rangsangan
mekanis, suhu, listrik, atau kimiawi yang menimbulkan nyeri.3,4
Saraf perifer terdiri dari tiga tipe neuron yang berlainan, yakni neuron aferen atau
sensorik primer, neuron motorik, dan neuron paskaganglion simpatis. Badan sel dari neuron
aferen primer terletak di radiks dorsal (posterior) nervus spinalis. Setelah keluar dari badan
selnya di ganglion dorsalis (GAD), akson saraf aferen primer terbagi menjadi dua prosesus, satu
masuk ke kornu dorsalis medula spinalis, dan yang lain mempersarafi jaringan.4,5
Serabut aferen primer diklasifikasikan berdasarkan ukuran, derajat mielinisasi, dan
kecepatan hantaran.4,5
Tabel 1. Klasifikasi dan fungsi dari saraf sensoris perifer, tipe serat saraf, dan fungsinya.3,4,5,6
Tipe serat
saraf
Alternative
designantion
Diameter
fiber
Kecepatan
Konduksi
Fungsi
(M/S)
A- alpha
& beta
(besar dan
bermyelin)
A- gamma
A-delta
(kecil dan
myelinnya
tipis)
B
C (kecil,
tidak
bermyelin,
polymodal)
II
Ia
III
IV
5-20
3-6
2-5
1-3
0,3-1,1
30-70
15-30
12-30
3-15
0,5-2
Raba,
tekanan
Spindle
afferents
Nyeri, suhu,
tekanan yang
keras/tajam
Nyeri yang
ringan dan
suhu (nyeri
tumpul,
terbakar,
buruk dalam
melokalisasi
nyeri)
Jalur Asendens. Dari nosiseptor, melalui serabut aferen A-delta dan serabut aferen C
rangsang nyeri dihantarkan melalui ganglia dorsalis menuju medula spinalis di akar saraf dorsal.
Serat-serat memisah saat memasuki korda dan kembali menyatu di kornu dorsalis (posterior)
medula spinalis. Daerah ini menerima, menyalurkan, dan memproses impuls sensorik. Kornu
dorsalis medula spinalis dibagi menjadi lapisan-lapisan sel yang disebut lamina. Dua dari lapisan
ini (lamina II dan III), yang disebut substansia gelatinosa, sangat penting dalam transmisi dan
modulasi nyeri.3,4,5
Gambar 1. Potongan transversal segmen servikal yang memperlihatkan pembagian substansia
grisea ke dalam lamina-lamina.
(dikutip dari kepustakaan 5)
Dari kornu dorsalis, impuls nyeri dikirim ke neuron-neuron yang menyalurkan informasi
ke sisi berlawanan medula spinalis di komisura anterior kemudian menyatu di traktus
spinotalamikus anterodorsalis, yang naik ke talamus dan struktur otak lainnya. Dengan demikian,
transmisi impuls nyeri di medula spinalis bersifat kontralateral terhadap sisi tubuh tempat impuls
tersebut berasal. Seperti adanya dua tipe nyeri yang disalurkan oleh nosiseptor (nyeri cepat dan
nyeri lambat), juga terdapat dua jalur spinotalamikus sejajar yang menyalurkan impuls-impuls ini
ke otak: traktus neospinotalamikus dan traktus paleospinotalamikus. Traktus neospinotalamikus
adalah suatu sistem langsung yang membawa informasi diskriminatif sensorik mengenai nyeri
cepat atau akut dari nosiseptor A-delta ke daerah talamus. Sebuah neuron di talamus kemudian
memproyeksikan akson-aksonnya melalui bagian posterior kapsula interna untuk membawa
impuls nyeri ke korteks somatosensorik primer girus postentralis. Pola ini penting untuk aspek
sensorik-diskriminatif nyeri akut yang dirasakan, yaitu lokasi, sifat, dan intensitas nyeri. Traktus
paleospinotalamikus, yang menyalurkan impuls dari nosiseptor tipe C lambat kronik, adalah
suatu jalur multisinaps difus yang membawa impuls ke formasio retikularis batang otak sebelum
berakhir di nukleus parafasikularis dan nukleus intralaminar lain di talamus, hipotalamus,
nukleus sistem limbik, dan korteks otak depan. Karena impuls paleospinotalamikus disalurkan
secara lebih lambat dari pada impuls di traktus neospinotalamikus, maka nyeri yang
ditimbulkannya berkaitan dengan rasa panas, pegal, dan sensasi yang lokalisasinya samar. Sistem
ini mempengaruhi ekspresi nyeri dalam hal toleransi, perilaku, dan respons otonom simpatis.
Mungkin sensasi viseral disalurkan oleh sistem ini. Sistem ini sangat penting pada nyeri kronik,
dan memperantarai respons otonom terkait, perilaku emosional, dan penurunan ambang yang
sering terjadi. Dengan demikian, jalur paleospinotalamikus disebut sebagai suatu sistem
nosiseptor motivasional dan memengaruhi.4,6