BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Nyeri 2.1repository.poltekkes-tjk.ac.id/521/3/2.pdf · •...

31
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Nyeri 2.1.1 Definisi nyeri Menurut Smeltzer & Bare (2002) nyeri sebagai pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Rasa nyeri adalah alasan utama seseorang untuk mencari bantuan perawat kesehatan. Nyeri terjadi bersama banyak proses penyakit atau bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostik atau pengobatan. Nyeri dikatakan sebagai sensasi yang rumit, unik, universal, dan bersifat individual (Asmadi, 2008). Menurut Potter & Perry (2010) nyeri merupakan sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan, bersifat subjektif dan berhubungan dengan panca indra. Sedangkan, menurut (Black & Hawks, 2014 dalam Mulyanto dkk, 2014) nyeri merupakan fenomena multidimensional sehingga sulit untuk didefinisikan. 2.1.2 Teori-teori nyeri Ada beberapa teori yang dapat digunakan untuk menjelaskan mekanisme transmisi nyeri : 2.1.2.1 The specificity theory (teori spesifik) Teori ini menjelaskan bahwa otak menerima informasi mengenai objek eksternal dan struktur tubuh melalui saraf sensori. Timbulnya sensasi nyeri berhubungan dengan pengaktifan ujung–ujung serabut saraf bebas oleh perubahan mekanik, rangsangan kimia, atau temperatur yang berlebihan. Persepsi nyeri yang dibawa oleh serabut saraf nyeri diproyeksikan oleh spinotalamik ke spesifik pusat nyeri di talamus (Asmadi, 2008).

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Nyeri 2.1repository.poltekkes-tjk.ac.id/521/3/2.pdf · •...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Nyeri 2.1repository.poltekkes-tjk.ac.id/521/3/2.pdf · • Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi. • Nyeri berat, yaitu nyeri

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Nyeri

2.1.1 Definisi nyeri

Menurut Smeltzer & Bare (2002) nyeri sebagai pengalaman sensori dan

emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang

aktual atau potensial. Rasa nyeri adalah alasan utama seseorang untuk

mencari bantuan perawat kesehatan. Nyeri terjadi bersama banyak proses

penyakit atau bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostik atau

pengobatan.

Nyeri dikatakan sebagai sensasi yang rumit, unik, universal, dan

bersifat individual (Asmadi, 2008). Menurut Potter & Perry (2010) nyeri

merupakan sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan, bersifat subjektif dan

berhubungan dengan panca indra. Sedangkan, menurut (Black & Hawks,

2014 dalam Mulyanto dkk, 2014) nyeri merupakan fenomena

multidimensional sehingga sulit untuk didefinisikan.

2.1.2 Teori-teori nyeri

Ada beberapa teori yang dapat digunakan untuk menjelaskan

mekanisme transmisi nyeri :

2.1.2.1 The specificity theory (teori spesifik)

Teori ini menjelaskan bahwa otak menerima informasi mengenai

objek eksternal dan struktur tubuh melalui saraf sensori. Timbulnya

sensasi nyeri berhubungan dengan pengaktifan ujung–ujung serabut saraf

bebas oleh perubahan mekanik, rangsangan kimia, atau temperatur yang

berlebihan. Persepsi nyeri yang dibawa oleh serabut saraf nyeri

diproyeksikan oleh spinotalamik ke spesifik pusat nyeri di talamus

(Asmadi, 2008).

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Nyeri 2.1repository.poltekkes-tjk.ac.id/521/3/2.pdf · • Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi. • Nyeri berat, yaitu nyeri

9

2.1.2.2 The intensity theory (teori intensitas)

Menurut teori intensitas nyeri adalah hasil rangsangan yang

berlebihan pada reseptor. Setiap rangsangan sensori punya potensi untuk

menimbulkan nyeri jika intensitasnya cukup kuat (Asmadi, 2008).

2.1.2.3 The gate control theory (teori kontrol pintu)

Teori kontrol pintu adalah teori paling sederhana mengenai

penjelasan fisiologi nyeri, yang dikemukaan oleh Melzack dan Well pada

tahun 1965. Dalam teorinya mengemukakan bahwa impuls nyeri dapat

diatur atau bahkan dihambat oleh mekanisme pertahanan disepanjang

sistem saraf pusat. Artinya, impuls nyeri dihantarkan saat sebuah

pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan ditutup

(Potter & Perry, 2006).

2.1.3 Klasifikasi nyeri

Menurut (Asmadi, 2008 ; Potter & Perry, 2006 ; Lusianah dkk, 2012)

nyeri dapat diklasifikasikan kedalam beberapa golongan berdasarkan pada

tempat, sifat, berat ringannya nyeri, dan waktu lamanya serangan.

2.1.3.1 Nyeri berdasarkan tempatnya

• Pheriperal pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh

misalnya pada kulit, mukosa.

• Deep pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih

dalam atau pada organ-organ tubuh visceral.

• Refered pain, yaitu nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit

organ/struktur dalam tubuh yang ditransmisikan kebagian tubuh

didaerah yang berbeda, bukan daerah asal nyeri.

• Central pain, yaitu nyeri yang terjadi karena perangsangan pada

sistem saraf pusat, spinal cord, batang otak, thalamus, dan lain-lain.

• Nyeri akibat kanker merupakan nyeri yang dirasakan pada klien yang

menderita kanker. Nyeri yang dirasakan biasanya bersifat akut atau

kronis. Nyeri kanker disebabkan oleh berkembangnya tumor dan

berhubungan dengan proses patologis, prosedur invasif, toksin-toksin

dari pengobatan, infeksi dan keterbatasan secara fisik. Nyeri ini

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Nyeri 2.1repository.poltekkes-tjk.ac.id/521/3/2.pdf · • Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi. • Nyeri berat, yaitu nyeri

10

dirasakan pada lokasi dimana tumor berada atau tidak jauh dari tumor

atau kanker.

2.1.3.2 Nyeri berdasarkan sifatnya

• Incidental pain, yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu

menghilang.

• Steady pain, yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta yang dirasakan

dalam waktu yang lama.

• Paroxymal pain, yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan

kuat. Nyeri tersebut biasanya menetap ± 10-15 menit, lalu

menghilang, kemudian timbul lagi.

2.1.3.3 Nyeri berdasarkan berat ringannya

• Nyeri ringan, yaitu nyeri dengan intensitas rendah.

• Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi.

• Nyeri berat, yaitu nyeri dengan intensitas yang tinggi.

2.1.3.4 Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan

• Nyeri akut, yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan

berakhir kurang dari enam bulan, sumber dan daerah nyeri diketahui

dengan jelas. Rasa nyeri mungkin sebagai akibat dari luka, seperti

luka operasi, ataupun pada suatu penyakit arteriosclerosis pada arteri

koroner.

Nyeri akut merupakan nyeri yang bersifat sementara, mendadak, area

nyeri teridentifikasi. Gejala nyeri muncul seperti berkeringat, pucat,

peningkatan tekanan darah, nadi dan pernapasan.

• Nyeri kronis, yaitu nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan. Nyeri

kronis ini polanya beragam dan berlangsung berbulan-bulan bahkan

bertahun-tahun. Ragam pola tersebut ada yang nyeri timbul dengan

periode yang diselingi interval bebas dari nyeri lalu timbul kembali

nyeri, dan begitu seterusnya. Ada pula pola nyeri kronis yang konstan,

artinya rasa nyeri tersebut terus-menerus terasa makin lama semakin

meningkat intensitasnya walaupun telah diberikan pengobatan.

Misalnya, pada nyeri karena neoplasma.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Nyeri 2.1repository.poltekkes-tjk.ac.id/521/3/2.pdf · • Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi. • Nyeri berat, yaitu nyeri

11

Nyeri kronis merupakan nyeri yang berlangsung lebih dari 5 bulan,

lokasi nyeri tidak teridentifikasi, sulit dihilangkan, tidak ada

perubahan pada tanda-tanda vital tubuh.

• Nyeri kronis yang tak teratur merupakan nyeri yang sesekali terjadi

dalam jangka wakru tertentu. Nyeri berlangsung selama beberapa jam,

hari atau minggu.

2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri

Faktor yang mempengaruhi nyeri diantaranya persepsi nyeri, usia, jenis

kelamin, faktor sosiobudaya, pengalaman masa lalu (Black & Hawks, 2014

dalam Mulyanto dkk, 2014; Potter & Perry, 2010 ; Lusianah dkk, 2012).

2.1.4.1 Persepsi nyeri

Persepsi nyeri merupakan persepsi individu menerima dan

menginterpretasikan nyeri berdasarkan pengalaman masing-masing.

Nyeri yang dirasakan tiap individu berbeda-beda. Persepsi nyeri

dipengaruhi oleh toleransi individu terhadap nyeri.

2.1.4.2 Faktor sosiobudaya

Faktor sosiobudaya merupakan faktor penting dalam respons

individu terhadap nyeri. Respon terhadap nyeri cenderung merefleksikan

moral dan budaya masing-masing.

2.1.4.3 Usia

Usia dapat mengubah persepsi dan pengalaman nyeri. Individu yang

berumur lebih tua mempunyai metabolisme yang lebih lambat dan rasio

lemak tubuh terhadap masa otot lebih besar dibanding individu berusia

lebih muda, sehingga analgesik dosis kecil mungkin cukup untuk

menghilangkan nyeri.

2.1.4.4 Jenis kelamin

Jenis kelamin dapat menjadikan faktor yang dapat mempengaruhi

respon nyeri. Pada dasarnya pria lebih jarang melaporkan nyeri

dibandingkan wanita.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Nyeri 2.1repository.poltekkes-tjk.ac.id/521/3/2.pdf · • Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi. • Nyeri berat, yaitu nyeri

12

2.1.4.5 Pengalaman masa lalu

Pengalaman sebelumnya mengenai nyeri mempengaruhi persepsi

akan nyeri yang dialami saat ini. Individu yang memiliki pengalaman

negatif dengan nyeri pada masa kanak-kanak dapat memiliki kesulitan

untuk mengelola nyeri.

2.1.4.6 Ansietas (kecemasan)

Hubungan antara nyeri dengan kecemasan bersifat kompleks.

Kecemasan terkadang meningkatkan persepsi terhadap nyeri, tetapi nyeri

juga menyebabkan perasaan cemas. Dalam teorinya melaporkan bahwa

stimulus nyeri yang mengaktivasi bagian dari sistem limbic dipercaya

dapat mengontrol emosi, terutama kecemasan. Sistem limbik memproses

reaksi emosional terhadap nyeri, apakah dirasa mengganggu atau

berusaha untuk mengurangi nyeri.

2.1.4.7 Suku bangsa

Nilai-nilai dan kepercayaan terhadap budaya mempengaruhi

bagaimana seseorang individu mengatasi rasa sakitnya. Individu belajar

tentang apa yang diharapkan dan diterima oleh budayanya, termasuk

bagaimana reaksi terhadap nyeri. Beberapa budaya percaya bahwa

menunjukan rasa sakit adalah suatu hal yang wajar. Sementara budaya

yang lain lebih cenderung untuk tertutup. Ada perbedaan makna dan

perilaku yang berhubungan dengan nyeri antara beragam kelompok

budaya. Suatu pemahaman yang baik tentang makna nyeri berdasarkan

budaya seseorang akan membantu perawat dalam membuat rencana

asuhan keperawatan yang lebih relevan untuk nyeri yang dialami.

2.1.4.8 Perhatian

Tingkat perhatian seseorang terhadap nyeri akan mempengaruhi

persepsi nyeri yang dirasakan, sedangkan upaya pengalihan (distraksi)

dihubungkan dengan respon nyeri. Konsep inilah yang mendasari

berbagai terapi untuk menghilangkan nyeri, seperti relaksasi, teknik

imajinasi terbimbing (guided imagery), dan masase. Dengan

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Nyeri 2.1repository.poltekkes-tjk.ac.id/521/3/2.pdf · • Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi. • Nyeri berat, yaitu nyeri

13

memfokuskan perhatian dan kosentrasi klien terhadap stimulus lain,

kesadaran mereka akan adanya nyeri menjadi menurun.

2.1.4.9 Kelemahan (fatigue)

Kelemahan akan meningkatkan persepsi seseorang terhadap nyeri

dan dapat menurunkan kemampuan untuk mengatasi suatu masalah.

Apabila kelemahan terjadi disepanjang waktu istirahat, persepsi terhadap

nyeri akan lebih besar.

2.1.4.10 Teknik koping

Teknik koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk

mengatasi nyeri. Seseorang yang memiliki koping yang baik mereka

dapat mengontrol rasa nyeri yang dirasakan. Tetapi sebaliknya, jika

seseorang yang memiliki koping yang buruk mereka akan merasa bahwa

orang lainlah yang akan bertanggung jawab terhadap nyeri yang

dialaminya. Konsep inilah yang dapat diaplikasikan dalam penggunaan

analgesik yang dikontrol pasien (patient-controlled analgesia/PCA).

2.1.4.11 Keluarga dan dukungan sosial

Seseorang yang merasakan nyeri terkadang bergantung kepada

anggota keluarga yang lain atau teman dekat untuk memberikan

dukungan, bantuan, atau perlindungan. Walaupun rasa nyeri masih

terasa, tetapi kehadiran keluarga ataupun teman terkadang dapat

membuat pengalaman nyeri yang menyebabkan stress sedikit berkurang.

Kehadiran orang tua sangat penting bagi anak-anak yang mengalami

nyeri.

2.1.5 Respon terhadap nyeri

Menurut Potter & Perry (2006) ada dua respons terhadap nyeri, yaitu

respons fisiologis dan respons perilaku. Kedua respons ini timbul ketika

seseorang terpapar dengan nyeri, dan masing – masing individu mempunyai

karakteristik yang berbeda dalam merespons nyeri tersebut.

2.1.5.1 Respons fisiologis terhadap nyeri

Respons nyeri fisiologis terhadap nyeri dapat sangat membahayakan

individu. Pada saat impuls nyeri naik ke medula spinalis menuju batang

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Nyeri 2.1repository.poltekkes-tjk.ac.id/521/3/2.pdf · • Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi. • Nyeri berat, yaitu nyeri

14

otak dan talamus, sistem saraf otonom menjadi tersimulasi sebagai

bagian dari respons stress. Nyeri dengan intensitas ringan hingga sedang

dan nyeri yang superfisial menimbulkan reaksi “flight-atau-fight”, yang

merupakan sindrom adaptasi umum. Stimulus pada cabang simpatis pada

saraf otonom menghasilkan respons fisiologis.

Apabila nyeri berlangsung terus – menerus, berat, atau dalam, dan secara

tipikal melibatkan organ–organ viseral (seperti nyeri pada infark

miokard, kolik akibat kandung empedu atau batu ginjal), sistem saraf

parasimpatis menghasilkan suatu aksi. Kecuali pada kasus–kasus nyeri

traumatik yang berat, yang menyebabkan individu mengalami syok,

kebanyakan individu mencapai tingkat adaptasi, yaitu ketika tanda– tanda

fisik kembali normal. Dengan demikian, seseorang yang mengalami

nyeri tidak akan selalu memperlihatkan tanda–tanda fisik. Berikut ini

tabel yang menunjukkan respons fisiologis terhadap nyeri:

Tabel 2.1 Respons Fisiologis Nyeri

Respons Penyebab atau efek

Stimulus simpatik

Dilatasi saluran bronkiolus dan peningkatan frekuensi pernapasan

Menyebabkan peningkatan asupan oksigen

Peningkatan frekuensi denyut nadi Menyebabkan peningkatan transport oksigen

Vasokontriksi perifer (pucat, peningkatan tekanan darah)

Meningkatkan tekanan darah disertai perpindahan suplai darah dan perifer dan visera ke otot – otot skelet dan otak

Peningkatan kadar glukosa darah Menghasilkan energi tambahan Diaforesis Mengontrol temperatur tubuh selama stres Peningkatan ketegangan otot Mempersiapkan otot untuk melakukan aksi Dilatasi pupil Memungkinkan penglihatan yang lebih

baik Penurunan motilitas saluran cerna Membebaskan energi untuk melakukan

aktivitas dengan lebih baik Stimulus parasimpatik

Pucat Menyebabkan suplai darah berpindah ke perifer

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Nyeri 2.1repository.poltekkes-tjk.ac.id/521/3/2.pdf · • Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi. • Nyeri berat, yaitu nyeri

15

Lanjutan tabel 2.1 Respons Fisiologis Nyeri

(Sumber : Potter & Perry, 2006)

2.1.5.2 Respons perilaku

Apabila nyeri dibiarkan tanpa penanganan yang tepat, hal tersebut

dapat mengancam kesejahteraan seseorang, baik secara fisik maupun

psikologis. Beberapa pasien memilih untuk tidak mengekspresikan nyeri

yang dirasakan, karena mereka menganggap bahwa ekspresi tersebut

akan membuat orang lain merasa tidak nyaman atau merupakan salah

satu tanda bahwa mereka kehilangan kontrol terhadap diri mereka

sendiri. Pasien yang memiliki toleransi yang tinggi terhadap nyeri

mampu menahan rasa nyeri tanpa bantuan atau pertolongan dari orang

lain.

Sedangkan, seseorang yang memiliki toleransi nyeri yang rendah

dapat mencari upaya untuk menghilangkan rasa nyeri sebelum nyeri

terjadi. Gerakan tubuh dan ekspresi wajah dapat mengindikasikan adanya

nyeri, seperti mengatubkan gigi-gigi, memegang tubuh yang terasa sakit,

postur tubuh yang membungkuk, dan ekspresi wajah yang meringis.

Beberapa klien bahkan menangis atau mengerang kesakitan dan biasanya

terlihat gelisah atau meminta sesuatu secara terus-menerus kepada

perawat.

Hal ini menjadi penting bagi seseorang perawat untuk mengenali dan

mengamati respon yang ditunjukkan oleh pasien terutama pada pasien

yang tidak mampu atau tidak bisa melaporkan adanya rasa nyeri yang

dirasakan, contohnya pasien dengan gangguan kognitif. Bagaimanapun,

Ketegangan otot Akibat keletihan Penurunan denyut jantung dan tekanan darah

Akibat stimulasi vagal

Pernapasan yang cepat dan tidak teratur

Menyebabkan pertahanan tubuh gagal akibat nyeri yang terlalu lama

Mual dan muntah Mengembalikan fungsi saluran cerna Kelemahan atau kelelahan Akibat pengeluaran energi fisik

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Nyeri 2.1repository.poltekkes-tjk.ac.id/521/3/2.pdf · • Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi. • Nyeri berat, yaitu nyeri

16

kurang atau tidak adanya ekspresi nyeri bukan berarti pasien tidak

merasakan nyeri. Respons perilaku nyeri dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.2 Respons Perilaku Nyeri

Respons Perilaku

Vokalisasi 1. Merintih 2. Menangis 3. Sesak napas/terengah-engah 4. Mendengkur

Ekspresi wajah 1. Meringis 2. Menggeletukkan gigi 3. Mengerutkan dahi 4. Menutup mata atau mulut dengan rapat atau

membuka mata atau mulut dengan lebar 5. Menggigit bibir

Gerakan tubuh 1. Gelisah 2. Imobilisasi 3. Ketegangan otot 4. Peningkatan pergerakan tangan dan jari 5. Aktivitas melangkah atau berjalan bolak balik 6. Gerakan ritmik atau gerakan menggosok 7. Gerakan melindungi bagian tubuh tertentu

Interaksi sosial 1. Menghindari percakapan 2. Fokus hanya pada aktivitas untuk menghilangkan

nyeri 3. Menghindari kontak sosial 4. Penurunan rentang perhatian 5. Mengurangi waktu perhatian 6. Mengurangi interaksi dengan lingkungan

(Sumber : Potter & Perry, 2006)

2.1.6 Patofisiologi nyeri

Menurut Smeltzer & Bare (2002), berdasarkan proses patofisiologi nyeri

terbagi menjadi :

2.1.6.1 Mekanisme neurofisiologi nyeri

Sistem saraf yang mengubah stimulus menjadi sensasi nyeri dalam

transmisi dan persepsi nyeri disebut sebagai sistem nosiseptif.

Sensitivitas dari komponen sistem nosiseptif dapat dipengaruhi oleh

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Nyeri 2.1repository.poltekkes-tjk.ac.id/521/3/2.pdf · • Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi. • Nyeri berat, yaitu nyeri

17

sejumlah faktor yang berbeda diantara individu. Tidak semua orang yang

terpajan terhadap stimulus yang sama mengalami intensitas nyeri yang

sama. Sensasi yang sangat nyeri bagi seseorang mungkin hampir tidak

terasa bagi orang lain. Sebagai contoh, nyeri akibat arthritis kronis dan

nyeri pascaoperatif sering terasa lebih parah pada malam hari.

2.1.6.2 Transmisi nyeri

Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit

yang berespons hanya pada stimulus yang kuat dan secara potensial

merusak, sifatnya bisa mekanik, termal, dan kimia. Sendi, otot skelet,

fasia, tendon, dan kornea juga mempunyai reseptor nyeri yang

mempunyai potensi untuk mentransmit stimuli yang menyebabkan nyeri.

Namun demikian, organ-organ internal yang besar (visera) tidak

mengandung ujung saraf yang berespons hanya pada stimuli nyeri. Nyeri

yang berasal dari organ ini diakibatkan dari stimuli reseptor yang kuat

yang mempunyai tujuan lain. Sebagai contoh, inflamasi, regangan,

iskemia, dilatasi, dan spasme organ-organ internal yang dapat

menyebabkan nyeri hebat.

2.1.6.3 Kornu dorsalis dan jaras asenden

Dorsalis dari medula spinalis dianggap sebagai tempat untuk

merespon nyeri, serabut perifer (seperti reseptor nyeri) dan serabut

traktus sensori asenden berakhir disini. Juga terdapat interkoneksi antara

sistem neuronal desenden dan traktus sensori asenden. Traktus asenden

berakhir pada otak bagian bawah dan bagian tengah dan impuls-impuls

dipancarkan ke korteks serebri. Agar nyeri dapat dicerna secara sadar,

neuron pada sistem asenden harus diaktifkan. Aktifitas terjadi sebagai

akibat input dari reseptor nyeri yang terletak dalam kulit dan organ

internal. Terdapat interkoneksi neuron dalam kornu dorsalis yang ketika

diaktifkan, menghambat atau memutuskan transmisi informasi yang

menyakitkan atau yang menstimulasi nyeri dalam jaras asenden. Sering

kali area ini disebut sebagai “gerbang”. Kecenderungan alamiah gerbang

adalah untuk membiarkan semua input yang menyakitkan dari perifer

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Nyeri 2.1repository.poltekkes-tjk.ac.id/521/3/2.pdf · • Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi. • Nyeri berat, yaitu nyeri

18

untuk mengaktifkan jaras asenden dan mengakibatkan nyeri. Stimulasi

dari neuron inhibitori sistem asenden menutup gerbang untuk input nyeri

dan mencegah transmisi sensasi nyeri.

2.1.7 Pengukuran intensitas nyeri

Menurut Black & Hawks, 2014 (dalam Mulyanto dkk, 2014) intensitas

nyeri merupakan gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh

individu. Pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual.

Intensitas nyeri yang dirasakan setiap individu berbeda-beda. Respon nyeri

secara subjektif dideskripsikan dengan nyeri ringan, nyeri sedang, dan nyeri

parah. Mendeskripsikan nyeri berbeda antara perawat dan pasien. Skala

deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih

objektif. Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS)

merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi

yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini

diurutkan dari tidak terasa nyeri sampai nyeri yang tidak tertahankan.

Perawat menunjukkan skala nyeri tersebut dan meminta pasien untuk

memilih intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan. Perawat juga menanyakan

seberapa jauh nyeri terasa paling menyakitkan dan seberapa juah nyeri

terasa paling tidak menyakitkan. Alat VDS ini memungkinkan pasien

memilih sebuah kategori untuk mendiskripsikan nyeri (Potter & Perry,

2006).

Gambar 2.1. Skala nyeri deskriptif

(Sumber : Potter & Perry, 2006)

Sedangkan skala analog visual adalah suatu garis lurus/horizontal

sepanjang 10 cm, yang mewakili intensitas nyeri yang terus – menerus dan

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Nyeri 2.1repository.poltekkes-tjk.ac.id/521/3/2.pdf · • Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi. • Nyeri berat, yaitu nyeri

19

pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Pasien diminta untuk menunjuk

titik pada garis yang menunjukkan letak nyeri terjadi sepanjang garis

tersebut. Ujung kiri biasanya menandakan “tidak ada” atau “tidak nyeri”,

sedangkan ujung kanan biasanya menandakan “berat” atau “nyeri yang

paling buruk”.

Untuk menilai hasil, sebuah penggaris diletakkan sepanjang garis dan jarak

yang dibuat pasien pada garis dari “tidak ada nyeri” diukur dan ditulis

dalam sentimeter (Smelzer & Bare, 2002).

Gambar 2.2. Skala analog visual

(Sumber : Potter & Perry, 2006)

2.1.8 Strategi penatalaksanaan nyeri

Strategi penatalaksaan nyeri terbagi menjadi dua, yaitu strategi

pelaksanaan nyeri nonfarmakologis dan strategi pelaksanaan nyeri

farmakologis. Beberapa tindakan penatalaksanaan nyeri nonfarmakologis

adalah sebagai berikut :

2.1.8.1 Distraksi

Distraksi merupakan tindakan mengalihkan perhatian klien ke hal-

hal yang lain dari nyeri. Dengan demikian, diharapkan pasien tidak

terfokuskan pada nyeri lagi dan dapat menurunkan kewaspadaan pasien

terhadap nyeri. Distraksi bekerja memberi pengaruh paling baik untuk

jangka waktu yang singkat. Misalnya, selama pelaksanaan prosedur

invasif atau saat menunggu kerja analgesik. Distraksi meliputi beberapa

aktivitas seperti menyanyi, berdoa, bermain, menceritakan foto atau

gambar dengan suara keras dan mendengarkan musik (Potter & Perry,

2006).

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Nyeri 2.1repository.poltekkes-tjk.ac.id/521/3/2.pdf · • Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi. • Nyeri berat, yaitu nyeri

20

2.1.8.1.1 Gambar

Distraksi audiovisual adalah bentuk pengalihan perhatian yang

efektif untuk anak usia pra sekolah karena didalam distraksi audiovisual

menayangkan tokoh kartun lucu memberikan edukasi kesehatan dalam

bahasa yang sederhana dan menarik, sehingga membuat anak merasa

senang, terhibur dan mendapat nilai edukasi. Selama prosedur injeksi

intravena melalui saluran infuse dilakukan, anak menikmati tayangan

kartun yang disajikan. Hal tersebut tentunya mampu mengurangi

respons buruk anak yang biasanya terjadi ketika prosedur injeksi

berlangsung karena anak fokus pada tayangan yang disajikan dan

mendengarkan apa yang disampaikan oleh tokoh kartun tersebut (Hirma

dkk, 2015).

2.1.8.1.2 Musik

Musik adalah segala sesuatu yang menyenangkan, mendatangkan

keceriaan, mempunyai irama (ritme), melodi, timbre (tone colour)

tertentu untuk membantu tumbuh dan pikiran saling bekerja sama

(Fauzi, 2006 dalam Mayasari, 2015). Terapi musik merupakan

penggunaan musik yang mampu membuat orang yang mendengarnya

menjadi rileks, meningkatkan fungsi mental, mempercepat proses

penyembuhan, dan menciptakan rasa sejahtera. Jenis musik yang dapat

digunakan untuk terapi yaitu mempunyai sifat yang non dramatis,

dinamiknya bias diprediksi, memiliki nada yang lembut, harmonis dan

tidak berlirik, temponya 60-80 beat per minute dan musik yang

dijadikan terapi merupakan musik pilihan pasien.

Sedangkan musik yang bersifat sebaliknya akan menimbulkan

ketegangan pada pasien. Tempo yang cepat, irama yang keras, ritme

yang irregular, tidak harmonis atau dibunyikan dengan volume keras

tidak akan menimbulkan efek terapi. Tetapi efek yang timbul dapat

berupa peningkatan denyut nadi, tekanan darah, laju pernafasan, dan

dapat terjadi peningkatan stres. Dimana musik mampu membuat orang

yang mendengarnya menjadi rileks, meningkatkan fungsi mental,

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Nyeri 2.1repository.poltekkes-tjk.ac.id/521/3/2.pdf · • Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi. • Nyeri berat, yaitu nyeri

21

mempercepat proses penyembuhan, dan menciptakan rasa sejahtera

(Jamaludin & Ulya, 2017).

2.1.8.1.3 Mekanisme

Musik dapat menurunkan rasa nyeri yang dirasakan pasien dengan

mekanisme, ketika musik yang mempunyai efek terapi diperdengarkan,

midbrain akan meningkatkan pengeluaran beta endorfin hormone dan

Gamma Amino Butyric Acid (GABA) yang dapat mengeliminasi

neurotransmitter rasa nyeri pada pusat persepsi dan interpretasi

sensorik somatik di otak sehingga mempunyai efek rasa nyeri yang

dirasakan pasien akan berkurang. Elemen-elemen yang terdapat dalam

musik juga akan berperan aktif dalam penurunan persepsi nyeri,

elemen-elemen musik tersebut akan meliputi melodi, harmoni, timbre,

lirik, ritme, dan tempo.

Melodi memiliki garis tertentu (nada naik dan turun) yang paling

diingat oleh otak manusia. Harmoni member warna dan mood untuk

mengekspresikan suatu lagu. Timbre yang merupakan tekstur dalam

musik akan memberikan ketenangan dan kenyamanan bagi

pendengarnya. Sedangkan ritme musik yang didengar manusia

memberikan respon terhadap pergerakan tubuh (detak jantung, denyut

nadi, pernafasan, tekanan darah, kontraksi otot, dan sebagainya) dan

juga lingkungan hidup kita (pada binatang juga pada tumbuhan) yang

distimulasi oleh auditory cortex dan motor cortex.

2.1.8.1.4 Proses pemberian

Dengan cara peneliti memberikan terapi guided imagery dan iringan

musik kepada klien kurang lebih 10 menit. Selain memberikan terapi

guided imagery dan iringan musik, responden juga diberikan analgetik

keterolac 3x30 mg IV untuk mengatasi rasa nyeri. Analgetik tersebut

diberikan setiap 8 jam.

Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti memberikan terapi guided

imagery dan iringan musik kepada pasien setelah pasien mendapatkan

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Nyeri 2.1repository.poltekkes-tjk.ac.id/521/3/2.pdf · • Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi. • Nyeri berat, yaitu nyeri

22

terapi analgetik. Iringan musik juga dapat digunakan untuk menjadi

faktor penunjang dalam pelaksanaan guided imagery.

2.1.8.1.5 Macam-macam terapi musik

Dalam dunia penyembuhan dengan musik, dikenal 2 macam terapi

musik (Mayasari, 2015), yaitu:

2.1.8.1.5.1 Terapi musik aktif

Dalam terapi musik aktif klien diajak bernyanyi, belajar

memainkan alat musik diantaranya, menirukan nada–nada bahkan

membuat lagu singkat. Dengan kata lain pasien berinteraksi aktif

dengan dunia musik. Untuk melakukan terapi musik aktif tentu saja

dibutuhkan bimbingan seseorang pakar yang kompeten dalam

bermain musik.

2.1.8.1.5.2 Terapi musik pasif

Terapi musik pasif merupakan terapi musik yang murah,

mudah dan efektif. Hanya dengan mendengarkan dan menghayati

suatu alunan musik tertentu yang disesuaikan dengan masalahnya.

Hal penting dalam terapi musik pasif adalah pemilihan jenis musik

dan sesuai dengan kebutuhan.

2.1.8.2 Relaksasi

Relaksasi merupakan perasaan bebas secara mental dan fisik dari

ketegangan atau stres yang membuat individu memiliki rasa kontrol

terhadap dirinya. Perubahan fisiologis dan perilaku berhubungan dengan

relaksasi yang mencakup: menurunnya denyut jantung, tekanan darah

dan kecepatan pernapasan, meningkatnya kesadaran secara umum,

menurunnya kebutuhan oksigen, perasaan damai, serta menurunnya

ketegangan otot dan kecepatan metabolisme. Teknik relaksasi meliputi

meditasi, yoga, zen, teknik imajinasi, dan latihan relaksasi progresif

(Potter & Perry, 2006).

2.1.8.3 Kompres dingin dan panas

Kompres dingin dan panas dapat menghilangkan nyeri dan

meningkatkan proses penyembuhan. Pilihan terapi panas dengan terapi

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Nyeri 2.1repository.poltekkes-tjk.ac.id/521/3/2.pdf · • Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi. • Nyeri berat, yaitu nyeri

23

dingin bervariasi sesuai kondisi klien. Misalnya, kompres panas

menghilangkan kekakuan sendi pada pagi hari akibat artritis, tetapi

kompres dingin mengurangi nyeri akut dan sendi yang mengalami

peradangan. Apabila perawat menggunakan kompres panas atau dingin

dalam bentuk apapun, instruksikan kepada klien untuk menghindari

cidera pada kulit dengan memeriksa suhu dari alat yang digunakan dan

menghindari atau dingin pada kulit. Terutama lebih beresiko pada klien

dengan sentuhan langsung terhadap peralatan yang memberikan sensasi

hangat gangguan medulla spinalis atau gangguan saraf lain, usia lanjut,

dan klien yang terlihat bingung (Potter & Perry, 2006).

2.1.8.4 Masase / pijatan

Masase efektif dalam memberikan relaksasi fisik dan mental,

mengurangi nyeri, dan meningkatkan keefektifan pengobatan nyeri.

Masase pada punggung, bahu, lengan, dan kaki selama 3 sampai 5 menit

dapat merelaksasi otot dan memberikan istirahat yang tenang dan

nyaman (Potter & Perry, 2006).

2.1.8.5 Stimulasi saraf elektris transkutan/TENS (Transcutaneoous Elektrical

Nerve Stimulation)

Terapi ini dilakukan dengan stimulasi pada kulit menggunakan arus

listrik ringan yang dihantarkan melalui elektroda luar. Unit TENS terdiri

dari transmiter bertenaga baterai, kabel timah, dan elektroda. Elektroda

dipasang langsung pada area yang dekat dengan lokasi nyeri. Bersihkan

area dari rambut atau preparat kulit sebelum menempelkan elektroda.

pasien dapat menyalakan teransmiter saat nyeri terasa, efeknya

menimbulkan sensasi kesemutan dan berdengung pada area nyeri.

Sensasi kesemutan ini dibiarkan sampai nyeri terasa hilang. TENS efektif

untuk mengontrol nyeri yang disebabkan oleh prosedur pasca operasi

(Potter & Perry, 2006).

2.1.8.6 Akupresur

Berdasarkan teori obat Asia, yang mengatakan bahwa suatu kekuatan

kehidupan dalam bentuk energi, bersirkulasi menjadi satu di dalam

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Nyeri 2.1repository.poltekkes-tjk.ac.id/521/3/2.pdf · • Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi. • Nyeri berat, yaitu nyeri

24

tubuh. Akupresur memungkinkan alur energi yang terkongesti untuk

meningkatkan kondisi yang lebih sehat. Perawat ahli terapi mempelajari

alur energi atau meridian tubuh dan memberikan tekanan pada titik-titik

tertentu. Ketika titik tekan disentuh, maka perawat mulai merasakan

sensasi ringan atau denyutan dibawah jari-jari. Mula-mula nadi

dibeberapa titik akan terasa berbeda, tetapi karena terus-menerus

dipegang, nadi tersebut akan terasa seimbang dan teratur. Setelah titik

tersebut seimbang, perawat dapat menggerakan jari-jarinya dengan

lembut, dan durasi akupresur yang lengkap memakan waktu sekitar satu

jam (Potter & Perry, 2006).

2.1.8.7 Hipnosis

Hipnosis dapat membantu mengubah persepsi nyeri melalui

pengaruh sugesti positif. Suatu pendekatan kesehatan holistik, hipnosis-

diri menggunakan sugesti-diri dan kesan tentang perasaan yang rileks

dengan menggunakan berbagai ide pikiran dan kemudian kondidi-kondisi

yang menghasilkan respon tertentu. Hipnosis-diri sama seperti dengan

melamun. Konsentrasi yang intensif mengurangi ketakutan dan stress

karena individu hanya berkonsentrasi hanya pada satu pikiran (Potter &

Perry, 2006).

2.1.8.8 Bimbingan antisipasi

Bimbingan antisipasi adalah memberikan pemahaman kepada pasien

mengenai nyeri yang dirasakan. Pemahaman yang diberikan oleh perawat

ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada pasien, dan mencegah

salah interpretasi tentang peristiwa nyeri (Potter & Perry, 2006).

2.1.8.9 Biofeedback

Biofeedback merupakan terapi perilaku yang dilakukan dengan

memberikan individu informasi tentang respon fisiologis (misalnya,

tekanan darah dan ketegangan otot) dan cara untuk melatih kontrol

volunter terhadap respon tersebut. Terapi ini digunakan untuk

menghasilkan keadaan yang rileks dan sangat efektif untuk mengatasi

ketegangan otot dan nyeri kepala migren (Potter & Perry, 2006).

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Nyeri 2.1repository.poltekkes-tjk.ac.id/521/3/2.pdf · • Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi. • Nyeri berat, yaitu nyeri

25

2.1.8.10 Sentuhan terapeutik

Pendekatan ini menyatakan bahwa pada individu yang sehat,

terdapat ekuilibrium antara aliran energi didalam dan diluar tubuh.

Sentuhan terapeutik meliputi penggunaan tangan untuk secara sadar

melakukan pertukaran energi. Terdapat empat langkah dasar dalam

melakukan teknik ini, yaitu pemusatan, pengkajian, terapi, dan evaluasi.

Setiap tahap umumnya melaju kelangkah berikutnya dan proses secara

keseluruhan berlangsung sekitar 25 menit (Potter & Perry, 2006).

2.1.8.11 Imajinasi terbimbing (guided imagery)

Imajinasi terbimbing merupakan teknik membimbing klien untuk

menciptakan kesan dalam pikiran dan berkonsentrasi pada kesan tersebut,

sehingga secara bertahap klien akan kurang merasakan nyeri. Caranya,

perawat meminta klien untuk memikirkan pemandangan atau

pengalaman menyenangkan yang dapat meningkatkan penggunaan indra.

Kemudian perawat membantu klien dalam memfokuskan kesan yang

dipikirkan dengan ketenangan dan suara yang lembut tanpa mengganggu

klien. Apabila klien menunjukkan tanda-tanda agitasi, gelisah, atau tidak

nyaman, perawat harus menghentikan latihan dan memulai lagi latihan

setelah klien merasa tenang (Potter & Perry, 2006).

2.2 Konsep Terapi Guided Imagery

2.2.1 Definisi terapi guided imagery

Guided imagery adalah metode relaksasi untuk menghayalkan tempat

dan kejadian berhubungan dengan rasa relaksasi yang menyenangkan.

Khayalan tersebut memungkinkan klien memasuki keadaan atau

pengalaman relaksasi. Guided imagery menggunakan imajinasi seseorang

dalam suatu yang dirancang secara khusus untuk mencapai efek positif

tertentu. Imajinasi bersifat individu dimana individu menciptakan gambaran

mental dirinya sendiri, atau bersifat terbimbing (Black & Hawks, 2014 dalam

Mulyanto dkk, 2014; Nurgiwiati, 2015).

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Nyeri 2.1repository.poltekkes-tjk.ac.id/521/3/2.pdf · • Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi. • Nyeri berat, yaitu nyeri

26

Guided imagery adalah program mengarahkan pikiran dengan

memandu imajinasi seseorang terhadap situasi santai, fokus pada kondisi

untuk mengurangi stres dan meningkatkan kenyamanan dan suasana hati

(Gail W. Stuart, 2016).

2.2.2 Teknik guided imagery

Macam-macam teknik guided imagery berdasarkan pada

penggunaannya terdapat beberapa macam teknik, yaitu (Grocke & Moe,

2015 dalam Afdila, 2016) :

2.2.2.1 Guided walking imagery

Teknik ini ditemukan oleh psikoleuner. Pada teknik ini pasien

dianjurkan untuk mengimajinasikan pemandangan standar seperti padang

rumput, pegunungan, pantai.

2.2.2.2 Autogenic abstraction

Teknik ini pasien diminta untuk memilih sebuah perilaku negatif

yang ada dalam pikirannya kemudian pasien mengungkapkan secara

verbal tanpa batasan. Bila berhasil akan tampak perubahan dalam hal

emosional dan raut muka pasien.

2.2.2.3 Covert sensitization

Teknik ini berdasar pada paradigma reinforcement yang

menyimpulkan bahwa proses imajinasi dapat dimodifikasi berdasarkan

pada prinsip yang sama dalam modifikasi perilaku.

2.2.2.4 Covert behaviour rehearsal

Teknik ini mengajak seseorang untuk mengimajinasikan perilaku

koping yang dia inginkan. Teknik ini lebih banyak digunakan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik guided walking

imagery karena peneliti akan memandu responden untuk

mengimajinasikan pemandangan standar seperti padang rumput,

pegunungan, pantai, untuk mengurangi nyeri.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Nyeri 2.1repository.poltekkes-tjk.ac.id/521/3/2.pdf · • Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi. • Nyeri berat, yaitu nyeri

27

2.2.3 Mekanisme terapi guided imagery menurunkan nyeri

Guided imagery atau imajinasi terbimbing merupakan penciptaan

khayalan pasien dengan tuntunan dari pemberian pelayanan keperawatan

untuk mendorong pasien memvisualisasikan atau memikirkan pemandangan

atau situasi yang disenangi pasien. Tehnik guided imagery (imajinasi

terbimbing) dapat membantu pasien menstimulasi produksi endorfin dalam

sistem descending control. Sistem descending control adalah suatu sistem

serabut yang berasal dari otak bagian bawah dan bagian tengah (terutama

perlaqueductal gray matter) dan berakhir pada serabut interneuronal

inhibitor dalam kornu dorsalis dari medula spinalis. Endorfin merupakan zat

kimiawi endogen yang berstruktur serupa dengan opiat atau narkotik yang

berfungsi sebagai inhibitor terhadap transmisi nyeri.

Endorfin dapat memblok atau menurunkan transmisi impuls nyeri di

dalam otak dan medulla spinalis melalui gerbang penghambat (Ulya &

Jamaludin, 2017). Kadar endorfin berbeda pada setiap orang, hal ini

menjelaskan mengapa rasa nyeri berbeda tiap individu. Individu dengan

kadar endorfin tinggi akan merasakan nyeri lebih ringan (Lusianah dkk,

2012). Sistem saraf pusat memproduksi endorfin, zat yang terjadi secara

alamiah yang meredakan nyeri. Endorfin dilepaskan setelah melakukan

olahraga dan bentuk stimulasi fisik lain. Sayangnya, endorfin menghilang

dengan cepat. Beberapa pihak percaya bahwa aktivitas selain olahraga,

seperti tertawa, juga meningkatkan produksi endorfin. Ahli teori yakin

bahwa asupan zat kimia dan makanan tertentu, termasuk kafein, nikotin,

alcohol, garam dan gula, menurunkan produksi endorfin (Rosdahl dan

Kowalski, 2017 dalam Widiarti dkk, 2012).

Guided imagery merupakan imajinasi yang dirancang secara khusus

untuk mencapai efek positif. Dengan membayangkan hal-hal yang

menyenangkan maka akan terjadi perubahan aktifitas motorik sehingga otot-

otot yang tegang menjadi relaks, respon terhadap bayangan menjadi

semakin jelas. Hal tersebut terjadi karena rangsangan imajinasi berupa hal-

hal yang menyenangkan akan dijalankan ke batang otak menuju sensor

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Nyeri 2.1repository.poltekkes-tjk.ac.id/521/3/2.pdf · • Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi. • Nyeri berat, yaitu nyeri

28

thalamus untuk diformat. Sebagian kecil rangsangan itu ditransmisikan ke

amigdala dan hipokampus, sebagian lagi dikirim ke korteks serebri.

Sehingga pada korteks serebri akan terjadi asosiasi pengindraan. Pada

hipokampus hal-hal yang menyenangkan akan diproses menjadi sebuah

memori. Ketika terdapat rangsangan berupa imajinasi yang menyenangkan

memori yang tersimpan akan muncul kembali dan menimbulkan suatu

persepsi. Dari hipokampus rangsangan yang telah mempunyai makna

dikirim ke amigdala yang akan membentuk pola respon yang sesuai dengan

makna rangsangan yang diterima. Sehingga subjek akan lebih mudah untuk

mengasosiasikan dirinya dalam menurunkan sensasi nyeri yang dialami

(Novarenta, 2013).

2.2.4 Indikasi guided imagery

Dossey, etal (dalam Potter & Perry, 2009) menjelaskan aplikasi klinis

guided imagery yaitu sebagai penghancur sel kanker, untuk mengontrol dan

mengurangi rasa nyeri, serta untuk mencapai ketenangan dan ketentraman.

Guided imagery juga membantu dalam pengobatan seperti asma, hipertensi,

gangguan fungsi kandung kemih, sindrom pre menstruasi, dan menstruasi.

selain itu guided imagery juga digunakan untuk mereduksi nyeri luka bakar,

sakit kepala migrain dan nyeri pasca operasi. Indikasi dari guided imagery

adalah semua pasien yang memiliki pikiran negatif atau pikiran

menyimpang dan mengganggu perilaku (maladaptif). Misalnya over

generalization, stress, cemas, depresi, nyeri, hipokondria, dan lain-lain.

2.2.5 Prosedur terapi guided imagery

Prosedur pelaksanaan terapi guided imagery meliputi,

2.2.5.1 Menjelaskan tujuan, manfaat dan cara dilakukannya tehnik guided

imagery

2.2.5.2 Mengkaji intensitas nyeri sebelum dilakukan intervensi dengan

menggunakan skala nyeri yang ada di kuesioner yang sudah dijelaskan

cara pengisiannya

2.2.5.3 Mengkaji hal-hal yang disukai klien sebelum dilakukan intervensi

(Patasik dkk, 2013)

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Nyeri 2.1repository.poltekkes-tjk.ac.id/521/3/2.pdf · • Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi. • Nyeri berat, yaitu nyeri

29

2.2.5.4 Persiapan sebelum pelaksanaan

• Persiapan ruangan:

Ruangan atau lingkungan yang digunakan yaitu tidak berisik dan

tenang serta terbebas dari distraksi. Lingkungan yang bebas dari

distraksi ini diperlukan oleh subjek guna berfokus pada imajinasi yang

dipilih

• Persiapan pasien

Klien diatur posisi nyaman dengan cara membantu subjek untuk

duduk bersandar dan meminta menutup matanya (Novarenta, 2013).

2.2.5.5 Pelaksanaan

Pelaksanaan tehnik guided imagery (Nurgiwiati, 2015) sebagai berikut :

• Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

• Bawa peralatan mendekati tempat tidur

• Ikuti instruksi selama proses latihan

• Pilih posisi yang nyaman apakah duduk, berdiri atau terlentang

dengan tulang punggung lurus

• Dengarkan musik yang telah disediakan dan fokus kurang lebih 10

menit

• Tutup mata perlahan-lahan, dengarkan serta bayangkan apa yg

dikatakan instruktur

• Instruktur meminta peserta untuk menarik panjang dan lembut melalui

hidung kemudian menahan nafas selama 3 detik dan mengeluarkan

nafas dengan lembut dari mulut.

• Lakukan pernafasan dalam dan lembut sebanyak 10 kali

• Kemudian membacakan teks perjalanan imagery

• Instruktur meminta pasien untuk melakukan nafas dalam sebanyak 10

kali secara lembut

• Instruktur meminta pasien membuka mata perlahan-lahan dan latihan

ini sudah selesai

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Nyeri 2.1repository.poltekkes-tjk.ac.id/521/3/2.pdf · • Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi. • Nyeri berat, yaitu nyeri

30

• Instruktur menanyakan kepada pasien tentang pengalaman yang

dialami pasien dan bagaimana respon yang dialami oleh pasien.

2.3 Konsep Laparatomi

2.3.1 Definisi laparatomi

Laparatomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor, dengan

melakukan penyayatan pada lapisan-lapisan dinding abdomen untuk

mendapatkan bagian organ abdomen yang mengalami masalah (hemoragi,

perforasi, kanker, dan obstruksi) (Sjamsuhidajat & Jong, 2005 dalam

Rahmayati dkk, 2018).

Menurut Jitowiyono & Kristiyanasari (2010) pembedahan perut sampai

membuka selaput perut. Ada 4 cara, yaitu;

• Midlineincision.

• Paramedian, yaitu; sedikit ke tepi dari garis tengan (lebih kurang 2,5

cm), panjang (12,5 cm).

• Transverseupper abdomen incision, yaitu; insisi di bagian atas, misalnya

pembedahan colesistotomy dan splenektomy.

• Tranverse lower abdomen incision, yaitu; insisi melintang di bagian

bawah lebih kurang 4 cm di atas anterior spinal iliaka, misalnya; pada

operasi appendictomy.

2.3.2 Indikasi laparatomi

• Trauma abdomen (tumpul atau tajam) / Ruptur Hepar.

• Peritonitis.

• Perdarahan saluran pencernaan (Internal Blooding).

• Sumbatan pada usus halus dan usus besar.

• Masa pada abdomen.

2.3.3 Komplikasi

• Ventilasi paru tidak adekuat.

• Gangguan kardiovaskuler: hipertensi, aritmia jantung.

• Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Nyeri 2.1repository.poltekkes-tjk.ac.id/521/3/2.pdf · • Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi. • Nyeri berat, yaitu nyeri

31

• Gangguan rasa nyaman dan kecelakaan.

2.3.4 Latihan-latihan fisik

Latihan napas dalam, latihan batuk, menggerakkan otot-otot kaki,

menggerakkan otot-otot bokong, latihan alih baring dan turun dari tempat

tidur. Semuanya dilakukan hari ke 2 post operasi. Pengembalian fungsi fisik

dilakukan segera setelah operasi dengan latihan nafas dan batuk efektif,

latihan mobilisasi dini.

2.3.5 Post laparatomi

Perawatan post laparatomi adalah bentuk pelayanan perawatan yang

diberikan kepada pasien-pasien yang telah menjalani operasi pembedahan

perut.

Tujuan perawatan post laparatomi:

• Mengurangi komplikasi akibat pembedahan.

• Mempercepat penyembuhan.

• Mengembalikan fungsi pasien semaksimal mungkin seperti sebelum

operasi.

• Mempertahankan konsep diri pasien.

• Mempersiapkan pasien pulang.

2.3.6 Komplikasi post laparatomi

2.3.6.1 Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan trombo plebitis.

Trombo plebitis post operasi biasanya timbul 7-14 hari setelah

operasi. Bahaya besar trombo phlebitis timbul bila darah tersebut lepas

dari dinding pembuluh darah vena dan ikut aliran darah sebagai emboli di

paru-paru, hati, dan otak. Pencegahan trombo plebitis yaitu latihan kaki

post operasi, ambulatif dini dan kaos kaki TED yang dipakai klien

sebelum mencoba ambulatif.

2.3.6.2 Buruknya integritas kulit sehubungan dengan luka infeksi.

Infeksi luka sering muncul pada 36-46 jam setelah operasi.

Organisme yang paling sering menimbulkan infeksi adalah stapilococus

aurens, organisme, gram positif. Stapilococus mengakibatkan

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Nyeri 2.1repository.poltekkes-tjk.ac.id/521/3/2.pdf · • Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi. • Nyeri berat, yaitu nyeri

32

penanganan. Untuk menghindari infeksi luka yang paling penting adalah

perawatan luka dengan memperhatikan aseptic dan anti septic.

2.3.6.3 Buruknya integritas kulit sehubungan dengan dehisensi luka atau

eviserasi.

Dehisensi luka merupakan terbentuknya tepi-tepi luka. Eviserasi

luka adalah keluarnya organ-organ dalam melalui insisi. Factor-faktor

penyebab dehisensi atau eviserasi adalah infeksi luka, kesalahan waktu

menutup pembedahan, ketegangan yang berat pada dinding abdomen

sehingga akibat dari batuk dan muntah.

2.3.7 Proses penyembuhan luka

2.3.7.1 Fase pertama

Berlangsung sampai hari ke 3. Batang leukosit banyak yang rusak

atau rapuh. Sel-sel darah baru berkembang menjadi penyembuh dimana

serabut-serabut bening digunakan sebagai kerangka.

2.3.7.2 Fase kedua

Dari hari ke 3-14 pengisian oleh kolagen, seluruh pinggiran sel epitel

timbul sempurna dalam 1 minggu. Jaringan baru tumbuh dengan kuat dan

kemerahan.

2.3.7.3 Fase ketiga

Sekitar 2-10 minggu. Kolagen terus-menerus ditimbun, timbul

jaringan-jaringan baru dan otot dapat digunakan kembali.

2.3.7.4 Fase keempat

Fase terakhir. Penyembuhan akan menyusut dan mengkerut.

Intervensi untuk meningkatkan penyembuhan:

• Meningkatkan intake makanan tinggi protein dan vit c

• Menghindari obat-obat anti radang seperti steroid

• Mencegah infeksi

2.3.8 Proses mempertahankan diri

Gangguan konsep diri (body image) dapat terjadi pada pasien post

laparatomi karena adanya perubahan sehubungan dengan pembedahan.

Intervensi perawat terutama ditujukan pada pemberian support psikologis,

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Nyeri 2.1repository.poltekkes-tjk.ac.id/521/3/2.pdf · • Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi. • Nyeri berat, yaitu nyeri

33

ajak klien dan kerabat dekatnya berdiskusi tentang perubahan-perubahan

yang terjadi dan bagaimana perasaan pasien setelah operasi.

2.3.9 Pengkajian

Perlengkapan yang dilakukan pada pasien post laparatomi adalah :

2.3.9.1 Respiratori

Bagaimana seluruh pernafasan, jenis pernafasan, bunyi pernafasan.

2.3.9.2 Sirkulasi

Tensi, nadi, respirasi, dan suhu, warna kulit, refill kapiler.

2.3.9.3 Persarafan: tingkat kesadaran

2.3.9.4 Balutan

• Apakah ada tub, drainage ?

• Apakah ada tanda-tanda infeksi ?

• Bagaimana penyembuhan luka

2.3.9.5 Peralatan

• Monitor yang terpasang

• Cairan infuse atau transfuse

2.3.9.6 Rasa nyaman

• Rasa sakit, nyeri, mual, muntah, posisi pasien, fasilitas ventilasi

2.3.9.7 Psikologis: kecemasan, suasana hati setelah operasi

2.3.10 Diagnosa keperawatan

• Gangguan rasa nyaman, abdomen tegang sehubungan dengan adanya

nyeri di abdomen.

• Potensial terjadinya infeksi sehubungan dengan adanya sayatan / luka

operasi laparatomy.

• Potensial kekurangan cairan sehubungan dengan adanya demam,

pemasukkan sedikit dan pengeluaran cairan yang banyak.

2.3.11 Tindakan keperawatan post operasi

• Monitor kesadaran, tanda-tanda vital, CVP, intake dan output.

• Observasi dan catat sifat darai (warna, jumlah) drainage.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Nyeri 2.1repository.poltekkes-tjk.ac.id/521/3/2.pdf · • Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi. • Nyeri berat, yaitu nyeri

34

• Dalam mengatur dan menggerakkan posisi pasien harus hati-hati,

jangan sampai drain tercabut.

• Perawatan luka operasi secara steril.

2.3.12 Evaluasi

• Tanda-tanda peritonitis menghilang diantaranya, suhu tubuh normal,

nadi normal, perut tidak kembung, peritaltik usus normal, flatus positif,

bowel movement positif.

• Pasien terbebas dari rasa sakit dan dapat melakukan aktifitas.

• Pasien terbebas dari adanya komplikasi post operasi.

• Pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dan

mengembalikan pola makan dan minum seperti biasa.

• Luka operasi baik.

2.4 Penelitian Terkait

2.4.1 Penelitian oleh Widyastuti & Rosida (2014) melakukan penelitian tentang

pengaruh tehnik relaksasi guided imagery terhadap intensitas nyeri pada

pasien post operasi laparatomy di RS DR. Moewardi Surakarta , dengan

mendapatkan responden sebanyak 16 pasien dengan post operasi

laparatomy. Data pengambilan ini menggunakan kuisioner dan observasi.

Hasil penelitian menunjukkan pasien pre operasi laparatomy rata-rata skor

nyeri sebelum dilakukan guided imagery adalah 5,88 dan sesudah

dilakukan guided imagery adalah 3,56 dan selisih rentang dari skor nyeri

sebelum dan sesudah perlakuan adalah 2,32. Berdasarkan penurunan rata-

rata intensitas nyeri tersebut responden dianjurkan untuk melakukan

guided imagery untuk menurunkan atau mengurangi nyeri yang dirasakan.

Dengan demikian hasil penelitian menunjukkan guided imagery

berpengaruh dalam menurunkan skala nyeri.

2.4.2 Penelitian oleh Patasik dkk (2013) tentang efektivitas tehnik relaksasi

nafas dalam dan guided imagery terhadap penurunan nyeri pada pasien

post operasi sectio caesaria di Irina D BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou

Manado dengan menggunakan metode penelitian kuasi eksperimen.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Nyeri 2.1repository.poltekkes-tjk.ac.id/521/3/2.pdf · • Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi. • Nyeri berat, yaitu nyeri

35

Selama periode penelitian pada 7 Juni sampai 15 Juni 2013 didapatkan 20

responden yang menjalani operasi sectio caesarea, dan 60% dari

responden tersebut mengalami nyeri hebat bahkan sangat hebat (15%) dan

yang lainnya mengalami nyeri sedang (25%). Nilai mean sebelum

dilakukan tehnik relaksasi dalam dan guided imagery yaitu 6,15%

sedangkan sesudah dilakukan tehnik relaksasi nafas dalam dan guided

imagery yaitu 3,05 jadi, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tehnik

relaksasi nafas dalam dan guided imagery terbukti efektif dalam

menurunkan intensitas nyeri pada pasien post operasi sectio caeserea.

2.4.3 Penelitian oleh Jamaludin & Ulya (2017) tentang pengaruh terapi guided

imagery dan iringan musik terhadap penurunan nyeri pada pasien dengan

post apendiktomi hari 1 di Ruang Cempaka RSUD Sunan Kalijaga Demak.

penelitian ini mengambil sampel partisipan berjumlah 4 pasien post

apendiktomi hari ke 1 di Ruang Cempaka RSUD Sunan Kalijaga Demak

yang dilakukan selama 3 hari. Peneliti memberikan terapi guided imagery

dan iringan musik saat efek analgetik yang dirasakan pasien mulai hilang

agar terapi guided imagery dan iringan musik yang diberikan kepada

pasien mencapai hasil optimal. Setelah dilakukan pengelolaan selama 4

hari terjadi penurunan skala nyeri yang dirasakan pasien setiap hari nya.

Yang semula pada pasien merasakan skala nyeri yang dirasakannya berada

pada skala 9, turun menjadi skala 4, pada hari ke empat. Jadi ada pengaruh

terapi guided imagery dan iringan musik terhadap penurunan skala nyeri

pada pasien post apendiktomi.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Nyeri 2.1repository.poltekkes-tjk.ac.id/521/3/2.pdf · • Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi. • Nyeri berat, yaitu nyeri

36

2.5 Kerangka Teori

Gambar : 2.3. Kerangka Teori Penelitian

Sumber : Potter & Perry (2006); Ulya Khikmatul Nur & Jamaludin (2017); Hirma dkk (2015).

Keterangan :

: tidak diteliti

: diteliti

: berpengaruh tidak diteliti

: berpengaruh diteliti

Nyeri

Penatalaksanaan untuk penanganan nyeri : 1. Farmakologi 2. Non farmakologi

• Distraksi

• Relaksasi • Kompres dingin dan panas • Masase • Stimulasi saraf elektristranskutan • Akupresure • Hypnosis • Bimbingan antisipasi • Biofeedback • Sentuhan terapeutik

Nyeri berat tidak terkontrol

(10)

Nyeri berat

terkontrol (7-9)

Nyeri ringan (1-3)

Nyeri sedang (4-6)

Tidak ada nyeri (0)

Fase post operasi laparatomi

• Imajinasi terbimbing (Guided imagery)

Ø Gambar Ø Musik

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Nyeri 2.1repository.poltekkes-tjk.ac.id/521/3/2.pdf · • Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi. • Nyeri berat, yaitu nyeri

37

2.6 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau

kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya atau antara variabel

yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti,

(Notoadmodjo, 2018). Berdasarkan konsep diatas, maka penulis membuat

kerangka konsep sebagai berikut :

Pra intervensi Intervensi Post intervensi

Gambar : 2.4. Kerangka Konsep Penelitian

Pemberian terapi guided imagery menggunakan gambar

Pengukuran nilai nyeri sebelum dilakukan intervensi

Pengukuran nilai nyeri setelah dilakukan intervensi

Pengukuran nilai nyeri sebelum dilakukan intervensi

Pemberian terapi guided imagery menggunakan musik

Pengukuran nilai nyeri setelah dilakukan intervensi

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Nyeri 2.1repository.poltekkes-tjk.ac.id/521/3/2.pdf · • Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi. • Nyeri berat, yaitu nyeri

38

2.7 Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu jawaban sementara dari pertanyaan peniliti.

Biasanya hipotesis ini dirumuskan dalam bentuk hubungan antara dua

variable yaitu variable bebas dan variabel terikat (Notoatmodjo, 2018).

Adapun hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Ha: ada perbedaan skala nyeri yang mendapat terapi guided imagery

dengan gambar dan yang mendapat terapi guided imagery dengan musik.