Kel 5 Farmasi B Norvask

24
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih dari 140mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90mmHg. Pada kebanyakan kasus hipertensi tidak diketahui penyebabnya hal ini sering disebut hipertensi esensial. Dan hanya lebih kurang 10% yang diketahui penyebabnya, seperti akibat penyakit ginjal dan penciutan aorta / arteri ginjal, juga akibat tumor di anak ginjal dengan over produksi hormon hormon tertentu yang berkhasiat meningkatkan tekanan darah ( Tjay , 2010 ) 1.2 Patofisiologi Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I converting enzyme ( ACE ). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Selanjutnya oleh hormon , renin ( diproduksi oleh ginjal ) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE angiotensin I diubah menjadi Angiotensin II. Angiotensin II inilah yang berperan dalam dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama. Aksi

description

materi drp s norvask dan medocation error nya

Transcript of Kel 5 Farmasi B Norvask

BAB I

PENDAHULUAN1.1 Definisi

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih dari 140mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90mmHg. Pada kebanyakan kasus hipertensi tidak diketahui penyebabnya hal ini sering disebut hipertensi esensial. Dan hanya lebih kurang 10% yang diketahui penyebabnya, seperti akibat penyakit ginjal dan penciutan aorta / arteri ginjal, juga akibat tumor di anak ginjal dengan over produksi hormon hormon tertentu yang berkhasiat meningkatkan tekanan darah ( Tjay , 2010 )1.2 Patofisiologi

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I converting enzyme ( ACE ). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Selanjutnya oleh hormon , renin ( diproduksi oleh ginjal ) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE angiotensin I diubah menjadi Angiotensin II. Angiotensin II inilah yang berperan dalam dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama. Aksi pertama adalah dengan meningkatkan sekresi hormon antidiuretik. ADH diproduksi di Hipotalamus dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH , sangat sedikit urin yang disekresikan keluar tubuh, sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolitasnya. Untuk mengencerkannya , volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya volume darah meningkat dan akhirnya tekanan darah meningkat.

Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi sekresi NaCl dengan mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume dan tekanan darah (Neal, M.J, 2006 ).

1.3 Penggolongan obat hipertensi

a. Golongan diuretika

Bekerja dengan meningkatkan pengeluaran garam dan air oleh ginjal hingga volume darah dan tekanan darah menurun.

b. Golongan Beta-Blocker

Zat- zat ini memiliki sifat kimia yang mirip dengan zat -adrenergik isoprenalin. Khasiat utamanya adalah anti-adrenergik dengan jalan menempati bersaing reseptor -adrenergik. Blokade reseptor ini mengakibatkan peniadaan atau penurunan kuat aktivitas adrenalin dan non-adrenalin

c. Golongan Alfa-Blocker

Zat ini memblok reseptor alfa adrenergik , yang terdapat di otot polos pembuluh, khususnya pembuluh kulit dan mukosa. Bila reseptor itu diduduki maka aktivasi oleh noradrenalin , otot polos akan menciut.

d. Golongan Ca-Channel Blocker

Obat ini bekerja dengan cara menghambat masuknya ion Ca ekstrasel ke dalam sel dan dengan demikian dapat mengurangi penyaluran impuls dan kontraksi miokard serta dinding pembuluh. Sehingga retensi perifer akan menurun dan menyebabkan penurunan tekanan darah.

e. ACE Blocker

Obat ini bekerja dengan cara menghambat perubahan angiotensin I menjadi angitensin II dengan jalan memblok enzim Angiotensin Converting Enzyme (ACE).

f. Antagonis Angiotensin II

Obat ini bekerja dengan jalan menduduki reseptor angiotensin II yang berada di seluruh tubuh. Dengan demikian maka efek dari Angiotensin II dapat dihindari.

g. Agonis 2 Adrenergik

Obat ini menstimulasi reseptor 2-adrenergik yang banyak terdapat pada susunan syaraf pusat. Akibat perasangan ini , aktivitas saraf adrenergik akan dikurangi. Pelepasan NA menurun dengan menurunnya daya tahan pembuluh perifer dan tekanan darah.h. Vasodilator

Zat zat yang bekhasiat vasodilatasi langsung terhadap arteriole dan dengan demikian tekanan darah akan menurun ( Tjay, 2010 )BAB II

TINJAUAN TERKAIT OBAT2.1 Informasi Obat Norvask Komposisi : Amlodipine Besylate 5 mg, 10 mg (ISO Indonesia Vol. 46, hal. 328)Indikasi : Hipertensi terapi tunggal atau ganda, terapi tunggal untuk control tekanan darah, terapi ganda dapat di kombinasikan dengan diuretikum tiazid, penghambat beta adrenoreseptor, atau inhibitor enzim pengubah angiotensin, juga dapat digunakan untuk terapi isema miokardia, termasuk angina dan atau vasospasmus/ vasokonstriksi vaskulator coroner. (ISO Indonesia Vol. 46, hal. 328) Amlodipine merupakan kalsium dihidropiridin-channel blocker. Hal ini digunakan dalam pengelolaan hipertensi dan angina pectoris. ( Martindale 36th edition p.1214)Dosis : Amlodipine diberikan secara oral sebagai besilate, namun dosis biasanya dinyatakan dalam basis; amlodipine besilate 6,9 mg setara dengan sekitar 5 mg amlodipine. Dalam hipertensi dosis awal yang biasa adalah 5 mg sekali sehari, meningkat, jika perlu, untuk 10 mg sekali sehari. Dosis yang sama diberikan dalam pengobatan angina stabil dan Angina varian. Dosis awal yang lebih rendah dapat digunakan pada pasien usia lanjut dan pasien dengan kerusakan hati. ( Martindale 36th edition p.1214)Efek samping : CV: Palpitasi; edema perifer; sinkop; takikardia; bradikardia; aritmia; asystoles ventrikel. SSP: Sakit kepala; pusing; ringan; kelelahan; letargi; mengantuk. Derm: Dermatitis; ruam; pruritus; urtikaria. GI: Mual; ketidaknyamanan perut; kram; dispepsia. RESP: Sesak napas; dyspnea; mengi. LAINNYA: Flushing; Kesulitan seksual; kram otot, nyeri atau peradangan. ( A to Z Drug Fact) > 10%: Kardiovaskular: edema perifer (2% sampai 15% dosis terkait)1% sampai 10%:Kardiovaskular: Flushing (1% sampai 3%), palpitasi (1% sampai 4%)Sistem saraf pusat: Sakit kepala (7%; mirip dengan plasebo 8%), pusing (1% sampai 3%), kelelahan (4%), mengantuk (1% sampai 2%)

Dermatologi: Ruam (1% sampai 2%), pruritus (1% sampai 2%)

Endokrin dan metabolik: disfungsi seksual laki-laki (1% sampai 2%)Gastrointestinal: Mual (3%), nyeri perut (1% sampai 2%), dispepsia (1% sampai 2%), hiperplasia gingiva

Neuromuskular & skeletal: Kram otot (1% sampai 2%), kelemahan (1% sampai 2%)

Pernapasan: Dispnea (1% sampai 2%), edema paru (15% dari MEMUJI percobaan, populasi CHF)