Sken B kel 1

53
Skenario Kesehatan Lingkungan Sebuah desa terletak di pinggir jalan raya Lintas Sumatera di Ogan Ilir yakni di desa Mjt. Komunitas disini terdiri atas sekitar 500 KK dengan populasi sekitar 2000 orang. Mata pencaharian utama di desa ini adalah pertanian dan pertukangan. Pertanian terutama padi sawah dan karet alam. Rumah penduduk beragam ada yang dari kayu dan ada yang dari semen sesuai dengan kemampuan ekonomi mereka. Dari kedua jenis itu, ada pula yang lantainya dari tanah. Anak-anak dan orang dewasa sebagian memakai alas kaki tapi lebih banyak yang telanjang kaki. Sumber air utama masyarakat untuk kebutuhan domestik adalah sungai Ogan, juga dari air rawa yaitu dari sawah disekitar desa. Sebagian besar KK memiliki sumur sendiri, namun sumur tersebut biasanya kering di musim kemarau. Sumber energi yang digunakan penduduk untuk lampu/penerangan adalah listrik, untuk masak-memasak sebagian besar masih memakai kayu bakar, sebagian kecil memakai kompor minyak tanah. Tapi semenjak minyak tanah langka, penduduk kembali menggunakan kayu bakar, hanya sebagian kecil yang menggunakan gas LPG. Ada sebagian masyarakat yang menggunakan briket batubara. 1

description

zzz

Transcript of Sken B kel 1

Skenario Kesehatan Lingkungan

Sebuah desa terletak di pinggir jalan raya Lintas Sumatera di Ogan Ilir

yakni di desa Mjt. Komunitas disini terdiri atas sekitar 500 KK dengan populasi

sekitar 2000 orang. Mata pencaharian utama di desa ini adalah pertanian dan

pertukangan. Pertanian terutama padi sawah dan karet alam.

Rumah penduduk beragam ada yang dari kayu dan ada yang dari semen

sesuai dengan kemampuan ekonomi mereka. Dari kedua jenis itu, ada pula yang

lantainya dari tanah. Anak-anak dan orang dewasa sebagian memakai alas kaki

tapi lebih banyak yang telanjang kaki.

Sumber air utama masyarakat untuk kebutuhan domestik adalah sungai

Ogan, juga dari air rawa yaitu dari sawah disekitar desa. Sebagian besar KK

memiliki sumur sendiri, namun sumur tersebut biasanya kering di musim

kemarau.

Sumber energi yang digunakan penduduk untuk lampu/penerangan adalah

listrik, untuk masak-memasak sebagian besar masih memakai kayu bakar,

sebagian kecil memakai kompor minyak tanah. Tapi semenjak minyak tanah

langka, penduduk kembali menggunakan kayu bakar, hanya sebagian kecil yang

menggunakan gas LPG. Ada sebagian masyarakat yang menggunakan briket

batubara.

Pada bulan Januari sampai Agustus, kualitas udara di desa baik sekali

namun pada bulan September sampai Desember seringkali ada serangan kabut

asap yang dapat sampai berminggu-minggu.

Pelayanan kesehatan di desa ini dilakukan oleh Pustu sedangkan Puskes ada

di kota kecamatan sekitar 15 km kearah Palembang. Petugas kesehatan yang ada

di desa adalah “Mantri” dan bidan desa. Tapi jumlah kelahiran yang ditolong

dukun masih lebih banyak dari bidan. Peran dukun masih cukup penting sebagai

“garis pertama” melayani orang sakit.

Di desa ini pengelolaan sampah dilakukan oleh masing-masing rumah

tangga, tidak ada organisasi desa yang khusus bertugas untuk ini. Karena disekitar

desa banyak rawa, maka ini menjadi tempat “ideal” untuk buang sampah.

1

Laporan tahunan dari Puskesmas memperlihatkan 10 besar penyakit yang

terdeteksi didesa ini adalah :

– ISPA

– Gastro intestinal dan diare

– Kulit

– Malaria

– DHF

– Tuberkulosis

– Asthma

– Gigi dan mulut

– Hipertensi

– Cidera karena kecelakaan lalu lintas

Dalam kurun waktu tahun 2010-2011 desa ini dua kali mengalami

keracunan makanan tatkala ada hajatan perkawinan yang melibatkan banyak

orang.

Dari pihak kabupaten pernah melakukan pemeriksaan kualitas air minum

yang bersumber dari air sumur penduduk dan hasilnya diberikan pada Lampiran.

Dari pihak provinsi pernah juga melakukan pengukuran kualitas udara tatkla

serangan asap, hasilnya juga diberikan di Lampiran.

Ada hal menarik yang pernah dilakukan mahasiswa Unsri di desa ini di

tahun 2009 yaitu Penelitian tentang Kualitas Udara Ruangan (Indoor Air Quality).

Menurut hasil studi itu akibat penggunaan bahan bakar kayu dan briket arang,

sedangkan ventilasi dapur tidak baik, maka kualitas udara di dalam rumah tidak

cukup baik, khususnya kadar debu halus (PM 10) yang tinggi.

Akhir-akhir ini sejak harga karet alam naik, desa ini “kebanjiran” motor

yang mengakibatkan tingkat kecelakaan yang cukup tinggi. Menurut penuturan

Kades, selain kecelakaan akibat motor, desa ini juga mulai mengalami budaya

minuman keras dan narkoba.

2

Lampiran:

1. Hasil Pengujian Kualitas Air Minum

Parameter Hasil Uji

E.Coli 2000/100 cc

Total Coliform 1000/100 cc

Arsen 0,05 mg/L

Flourida 1,4 mg/L

Total Kromium 0,03 mg/L

Kadmium 0,001 mg/L

Nitrit 2 mg/L

Nitrat 25 mg/L

Sianida 0,07 mg/L

Selenium 0,01 mg/L

2. Kualitas Udara

Parameter Waktu

Pengukuran

Hasil Uji

SO2 24 jam 500 micrgr/M3

CO 24 jam 30.000 micrgr/M3

NOx 24 jam 200 micrgr/M3

O3 1 jam 200 micrgr/M3

Hidrocarbon 3 jam 100 micrgr/M3

Total Suspended

Particulate (TSP)

24 jam 500 micrgr/M3

Pb 24 jam 5 micrgr/M3

3

I. Klarifikasi Istilah

1. Komunitas

Sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagai

lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama.

2. Populasi

Kumpulan individu sejenis yang berada pada wilayah tertentu dan pada

waktu yang tertentu pula.

3. Kebutuhan air domestik

Kebutuhan air bersih yang digunakan pada tempat- tempat hunian pribadi

untuk memenuhi hajat hidup sehari-hari, seperti pemakaian air untuk

minum, mandi, dan mencuci.

4. Briket batubara

Batubara yang telah mengalami proses lebih lanjut yang meliputi proses

karbonisasi, penggerusan, dan pencetakan/pembriketan setelah dicampur

dengan bahan-bahan lain seperti lempung dan air.

5. Pustu

Puskesmas Pembantu; Unit sederhana yang membantu melaksanakan

kegiatan yang dilakukan puskesmas dalam wilayah yang lebih kecil

(mewilayahi satu atau dua desa).

6. Mantri

Pegawai yang kerjanya membantu dokter di pelayanan kesehatan atau

perawat kepala (biasanya laki-laki)

7. Dukun

Sesorang yang membantu masyarakat dalam penyembuhan penyakit

melalui kekuatan supranatural.

8. Sumber air

Asal air yang digunakan untuk keperluan manusia, seperti hujan, air

pemukaan, dan air tanah.

9. Keracunan makanan

4

Penyakit yang diakibatkan pengkonsumsian makanan atau minuman yang

memiliki kandungan bakteri, dan/atau toksin, parasit, virus atau bahan-

bahan kimia yang dapat menyebabkan gangguan didalam fungsi normal

tubuh.

10. Minuman keras

Minuman yang juga sering disebut sebagai minuman alkohol, minuman

yang mengandung zat etanol, zat psikoaktif yang bila dikonsumsi akan

mengakibatkan hilangnya kesadaran.

11. Narkoba

Singkatan dari narkotika dan obat-obatan/bahan berbahaya.

12. ISPA

Infeksi Saluran Pernapasan Akut, Penyakit infeksi akut yang melibatkan

organ saluran pernapasan, hidung, sinus, faring, atau laring.

13. Gastroenteritis

Penyakit gastroenteritis akut yang diakibatkan oleh kontaminasi bakteri

hidup atau toksin yang dihasilkan oleh makanan.

14. Diare

Buang air besar tidak normal atau defekasi berbentuk tinja encer dengan

frekuensi lebih banyak dari biasanya (lebih dari 3 kali per hari) dapat

disertai dengan atau tanpa darah dan lendir

15. Malaria

Penyakit menular akibat infeksi parasit plasmodium yang menyerang sel

darah merah.

16. DHF

Dengue Haemoragic Fever; Penyakit yang disebabkan oleh virus dengue

sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh

penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

17. Tuberkulosis

Penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yakni kuman

aerob yang dapat hidup terutama di paru atau diberbagai organ tubuh

hidup lainnya.

5

18. Asma

Adanya gejala sesak napas, batuk dan mengi yang disebabkan oleh

penyempitan saluran napas atau peradangan kronis saluran udara  yang

terjadi di paru-paru (bronkus)

19. Hipertensi

Keadaan dimana seseorang mengalami tekanan darah melebihi batas

normal (120/80 mmHg).

II. Identifikasi Masalah

1. Sebuah desa terletak di pinggir jalan raya Lintas Sumatera di Ogan Ilir

yakni di desa Mjt. Komunitas disini terdiri atas sekitar 500 KK dengan

populasi sekitar 2000 orang. Mata pencaharian utama di desa ini adalah

pertanian dan pertukangan.

2. Rumah penduduk beragam ada yang dari kayu dan ada yang dari semen,

ada pula yang lantainya dari tanah.

3. Anak-anak dan orang dewasa sebagian memakai alas kaki tapi lebih

banyak yang telanjang kaki.

4. Sumber air utama masyarakat untuk kebutuhan domestik adalah sungai

Ogan, air rawa, dan sumur.

5. Kegiatan masak-memasak memakai kayu bakar, dan ada juga yang

menggunakan briket batubara.

6. Pada bulan September sampai Desember seringkali ada serangan kabut

asap yang dapat sampai berminggu-minggu.

7. Pelayanan kesehatan di desa ini dilakukan oleh Pustu. Petugas kesehatan

yang ada di desa adalah “Mantri” dan bidan desa. Tapi jumlah kelahiran

yang ditolong dukun masih lebih banyak dari bidan. Peran dukun masih

cukup penting sebagai “garis pertama” melayani orang sakit.

8. Tidak ada organisasi desa yang bertugas dalam pengelolaan sampah dan

masyarakat membuang sampah di rawa.

6

9. Laporan tahunan dari Puskesmas memperlihatkan 10 besar penyakit yang

terdeteksi didesa ini yaitu ISPA, gastro intestinal dan diare, kulit, malaria,

DHF, tuberkulosis, asthma, gigi dan mulut, hipertensi, cidera karena

kecelakaan lalu lintas.

10. Dalam kurun waktu tahun 2010-2011 desa ini dua kali mengalami

keracunan makanan tatkala ada hajatan perkawinan yang melibatkan

banyak orang.

11. Pihak kabupaten pernah melakukan pemeriksaan kualitas air minum yang

bersumber dari air sumur penduduk dan hasilnya adalah :

Parameter Hasil Uji

E.Coli 2000/100 cc

Total Coliform 1000/100 cc

Arsen 0,05 mg/L

Flourida 1,4 mg/L

Total Kromium 0,03 mg/L

Kadmium 0,001 mg/L

Nitrit 2 mg/L

Nitrat 25 mg/L

Sianida 0,07 mg/L

Selenium 0,01 mg/L

12. Pihak provinsi pernah melakukan pengukuran kualitas udara tatkala

serangan asap dan hasilnya adalah :

Parameter Waktu Pengukuran Hasil Uji

SO2 24 jam 500 micrgr/M3

CO 24 jam 30.000 micrgr/M3

NOx 24 jam 200 micrgr/M3

O3 1 jam 200 micrgr/M3

Hidrocarbon 3 jam 100 micrgr/M3

7

Total

Suspended

Particulate

(TSP)

24 jam 500 micrgr/M3

Pb 24 jam 5 micrgr/M3

13. Menurut hasil penelitian tentang kualitas udara ruangan (Indoor Air

Quality) yang dilakukan mahasiswa Unsri pada tahun 2009, akibat

penggunaan bahan bakar kayu dan briket arang, ventilasi dapur tidak baik

dan kualitas udara di dalam rumah tidak cukup baik, khususnya kadar

debu halus (PM 10) yang tinggi.

14. Akhir-akhir ini tingkat kecelakaan cukup tinggi dan mulai mengalami

budaya minuman keras dan narkoba.

III. Analisis Masalah

1. Bagaimana risiko kesehatan pada komunitas ini?

a. Kualitas Air

Sumber air utama warga meranjat adalah sungai Ogan, dimana

sungai merupakan air permukaan yang memiliki kemungkinan besar

tercemar akibat kegiatan manusia, flora, fauna, dan zat-zat lain. Hasil

pengujian kualitas air sumur warga Mjt. menunjukkan bahwa air sumur

tersebut telah terkontaminasi oleh air sungai dan kemungkinan besar

sumur warga desa meranjat adalah sumur dangkal sehingga mudah

sekali terkontaminasi. Di dalam air sumur tersebut didapatkan adanya

bakteri E. coli dan total coliform yang menandakan bahwa air sumur

tersebut telah terkontaminasi oleh tinja manusia. Resiko yang akan

terjadi pada warga Mjt. jika terus-menerus mengkonsumsi air sumur

tersebut adalah penyakit kolera, disentri, tifoid, dan diare. Selain itu,

dalam air sumur tersebut didapatkan adanya bahan toksin yang melebihi

ambang normal, yaitu arsen dimana bila terus-menerus mengkonsumsi

8

air tersebut akan beresiko terkena penyakit diare, mual, kanker kulit,

dan iritasi.

b. Kualitas Udara

Kegiatan memasak warga Mjt. dilakukan didalam rumah

menggunakan kayu bakar dan briket batubara dimana rumah mereka

tidak memiliki ventilasi yang baik sehingga dapat mempengaruhi

kualitas udara ruangan. Asap pembakaran yang berasal dari kayu bakar

ataupun briket batubara dapat menyebabkan kanker paru-paru,

kebutaan, jantung, bahkan pengaruh kognitif pada anak. Kualitas udara

outdoor desa meranjat saat ini tidak baik dikarenakan adanya serangan

kabut asap sampai berminggu-minggu sehingga keadaan ini dapat

menyebabkan penyakit infeksi saluran nafas akut (ISPA).

c. Keadaan Rumah dan Kebiasaan Warga

Sebagian warga Mjt. memiliki rumah yang berlantai tanah dimana

tanah merupakan tinggal berbagai mahluk hidup yang berbahaya bagi

kesehatan manusia, seperti parasit, serangga, dan cacing yang dapat

masuk ke tubuh manusia melalui kulit, udara, dan makanan. Kebiasaan

warga yang tidak menggunakan alas kaki dapat memudahkan

mikroorganisme seperti cacing masuk ke dalam tubuh mereka dan

menyebabkan cacingan, khususnya pada anak-anak.

d. Budaya minuman keras dan narkoba

Salah satu faktor resiko minuman keras adalah mengganggu

fungsi hati gangguan kognitif, kerusakan jantung, lambung, strok,

kematian. Adapaun penggunaan narkoba dapat mengakibatkan

ketergantungan, kanker, impotensi, jantung, HIV/AIDS, hepatitis, dll.

2. Bagaimana nasehat yang spesifik untuk setiap resiko yang teridentifikasi?

a. Kualitas Air

9

Nasehat kepada warga Mjt. yaitu agar tidak membuang sampah

ke rawa lagi dan menjaga kebersihan sungai dengan tidak membuang

kotoran/tinja ke sungai karena dapat menyebabkan penyakit-penyakit

yang cukup berbahaya. Kita juga dapat memberi nasehat untuk

membuat sumber air yang lain yang baik, seperti membuat air sumur

dangkal yang tidak berdekatan dengan rawa dan sungai yang sudah ter

kontaminasi atau membuat sumur dalam.

b. Kualitas Udara

Memberikan penyuluhan mengenai ventilasi rumah yang baik

agar dapat menambah ventilasi rumah dan juga dapur jadi walaupun

memasak menggunakan kayu asapnya tidak terpusat didalam ruangan.

Untuk menghindari asap kabut, warga disarankan menggunakan masker

atau penutup hidung agar tidak terhisap asap tersebut.

c. Masalah sampah

Disarankan bagi warga Mjt. untuk memisahkan sampah organik

dan non organik agar dapat diolah kembali dan juga agar memisahkan

sampah basah dan sampah kering. Untuk sampah yang kering dapat

dibakar dan sampah organik dapat dibuat menjadi pupuk kompos.

Disarankan untuk kepala desa agar membuat program pengolahan

sampah yang baik dan benar, seperti membuat galian tanah yang dalam

untuk tempat pembuangan akhir atau dapat membuat dipo (rumah

sampah) di desa meranjat dan bekerja sama dengan kecamatan

setempat/ dinas kebersihan kota untuk mengadakan truk pengangkut

sampah agar dapat mengangkut sampah dari dipo ke TPA.

d. Keadaan rumah dan kebiasaan warga

Untuk warga yang tidak mampu membuat lantai rumah dari

semen, disarankan untuk selalu menggunakan alas kaki.

e. Budaya minuman keras dan narkoba

Disarankan bagi warga untuk berhenti mengkonsumsi minuman

keras dan narkoba.

10

3. Apa saja langkah penting yang harus dilakukan oleh pihak puskesmas?

a. Promotif

Penyuluhan mengenai berbagai risiko kesehatan yang dihadapi oleh

warga desa Mjt. Meliputi risiko pencemaran air, udara, makanan.

Pada penyuluhan akan dipaparkan segala informasi yang berkaitan

dengan risiko kesehatan yang timbul akibat pencemaran lingkungan

yang, termasuk mengenai cara penanggulangan berbagai masalah

tersebut. Penyuluhan dilakukan oleh petugas puskesmas kepada

pemuka masyarakat & masyarakat setempat.

Memberikan saran kepada warga agar membuat tempat pembuangan

sampah akhir dan tidak membuang sampah ke rawa lagi.

Setelah memberikan penyuluhan mengenai risiko menggunakan air

yang tercemar, pihak puskesmas hendaknya juga memberikan

pelatihan-pelatihan kepada warga. Misalnya senantiasa mencuci

tangan menggunakan sabun antiseptik sebelum makan dan setelah

buang air.

Selain itu juga perlu diperhatikan penggunaan sumber air. Mengingat

air yang digunakan hampir seluruh warga Desa Mjt merupakan air

yang tercemar, maka pihak puskesmas perlu mengadakan perubahan

untuk meningkatkan higienitas sumber air, misalnya dengan

mengambil air dari sumur dangkal yang airnya tidak berasal dari

rawa (sumur tidak dekat dengan rawa), tetapi berasal dari Sungai

Ogan. Sebaiknya air tidak langsung digunakan untuk keperluan

domestik tetapi dilakukan penjernihan air terlebih dahulu dengan

menampungnya di bak yang sesuai dengan standar teori penjernihan.

Air yang akan diminum harus dimasak terlebih dahulu hingga

mendidih sedangkan air yang dibekukan (es) harus berasal dari air

yang telah dimasak, bukan air mentah.

Menyarankan kepada masyarakat agar sampah rumah tangga

sebaiknya dibuang di tempat penampungan yang tertutup agar tidak

11

terjadi pencemaran. Lebih baik lagi jika pemda setempat dapat

menerapkan teknologi pengolahan sampah yang benar agar tidak

mencemari lingkungan.

b. Preventif

Mengadakan pemeriksaan status kesehatan masyarakat desa Mjt.

Screening masyarakat yang menderita ISPA, malaria, dan penyakit

lainnya yang angka kejadiannya tinggi di Desa Mjt.

Memberikan obat-obatan profilaksis untuk masyarakat yang tidak

terjangkit penyakit-penyakit tersebut, misalnya memberikan obat

profilaksis malaria.

c. Kuratif

Puskesmas sebaiknya sesegera mungkin memulai terapi untuk para

warga yang sakit sesuai dengan jenis penyakitnya.

d. Rehabilitatif

4. Apa saja nasehat untuk pertimbangan bagi Dinkes dan Pemda setempat?

a. Masalah kualitas air

Membuat suatu badan yang bertanggung jawab pada pengadaan air

bersih bagi masayarakat.

b. Masalah kualitas udara

Hasil tes menunujukkan tingginya kadar gas SO2, CO, NOX dan TSP

di udara, diharapkan pemerintah dapat menanggulanginya dengan

mengurangi dari sumbernya.

c. Masalah sampah

Membuat badan yang bertanggung jawab mengelola sampah, membuat

TPA yang sesuai standar.

d. Masalah sanitasi makanan

12

Pemda bekerja sama dengan puskesmas mengadakan penyuluhan

tentang perilaku hidup bersih dan sehat mengedukasi masyarakat

tentang pentingnya sanitasi makanan untuk mencegah kejadian

keracunan makanan.

e. Masalah keadaan rumah dan kebiasaan warga

Melakukan penyuluhan tentang dampak tidak menggunakan alas kaki.

f. Masalah keselamatan berkendara sepeda motor

Membuat rambu-rambu lalu lintas, menetapkan larangan berkendara

tanpa helm, dan membuat polisi tidur di jalan.

g. Masalah budaya minuman keras dan narkoba

Melakukan penyuluhan tentang hukum dan dampak minuman keras dan

narkoba.

5. Apa saja pelatihan khusus untuk pemuka masyarakat dan petugas

kesehatan?

Pelatihan mengenai PHBS untuk diajarkan kepada masyarakat,

pemuka masyarakat, dan petugas kesehatan sehingga dapat membantu

menyebarkan informasi mengenai program-program kesehatan yang

diberikan.

a. Pelatihan penyuluhan mengenai kesehatan yang ada di desa Mjt.

b. Pelatihan pola hidup sehat di lingkungan desa Mjt.

c. Pelatihan melakukan promosi kesehatan secara mandiri di lingkungan

desa maupun rumah

d. Pelatihan untuk berperan aktif dalam pengontrolan taraf kebersihan

makanan, udara, air, dan limbah di desa Mjt.

6. Bagaimana investarisasi peraturan perundangan terkait?

a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang

Pengelolaan Sampah

b. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2010 Tentang

Pedoman Pengelolaan Sampah

13

c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999

Tentang Pengendalian Pencemaran Udara

d. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan

Kualitas Air Minum

e. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang

persyaratan kualitas air minum

f. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1997 Tentang

Narkotika

g. Keputusan Presiden RI Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengawasan dan

Pengendalian Minuman beralkohol

7. Bagaimana interpretasi kualitas udara dan air?

Interpretasi kualitas udara

Parameter Waktu

Pengukuran

Hasil Uji Baku mutu Interpretasi

SO2 24 jam 500g/m3 365 Melebihi

baku mutu

CO 24 jam 30000g/m3 10000 Melebihi

baku mutu

Nox 24 jam 200g/m3 150 Melebihi

baku mutu

O3 1 jam 200g/m3 235 Normal

Hidrocarbon 3 jam 100g/m3 160 Normal

Total

Suspended

particulate

(TSP)

24 jam 500g/m3 230 Melebihi

baku mutu

Pb 24 jam 5g/m3 2 Melebihi

baku mutu

14

Interpretasi kualitas air minum

Parameter Kadar maksimum

yang diperbolehkan

Hasil uji Interpretasi

E. Coli 0 2000/100 cc Melebihi batas

maksimum

Total Coliform 0 1000/100 cc Melebihi batas

maksimum

Arsen 0.01 0.05 mg/L Melebihi batas

maksimum

Flourida 1.5 1.4 mg/L Normal

Total

Kromium

0.05 0.03 mg/L Normal

Kadmium 0.003 0.001 mg/L Normal

Nitrit 3 2 mg/L Normal

Nitrat 50 25 mg/L Normal

Sianida 0.07 0.07 mg/L Normal

Selenium 0.01 0.01 mg/L Normal

IV. SINTESIS

A. SUMBER AIR DOMESTIK

1. Sumur yang baik

a. Letak sumur

Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-2916-1992 tentang

Spesifikasi Sumur Gali untuk Sumber Air Bersih, bahwa jarak

horizontal sumur ke arah hulu dari aliran air tanah atau sumber

pengotoran (bidang resapan/tangki septic tank) lebih dari 11

meter, sedangkan jarak sumur untuk komunal terhadap

perumahan adalah lebih dari 50 meter.

b. Sumber air

15

- Air permukaan : contohnya air sungai dan air rawa. Sumber

air ini mempunyai derajat pencemaran yang tinggi, disebabkan

oleh perjalanan air tersebut. Air ini akan mengandung banyak

zat organic yang telah membusuk sehingga biasanya berwarna

kuning kecoklatan. Sumber air ini kurang baik bagi kesehatan.

- Air tanah, berasal dari penyerapan air yang berada di

permukaan. Air tanah merupakan sumber air sumur, baik air

tanah dangkal (15 m2) untuk sumur dangkal dan air tanah

dalam (100-300 m2) untuk sumur bor. Merupakan sumber air

yang baik untuk sumur

- Mata air

c. Kriteria sumur yang baik

Sumur merupakan jenis sarana air bersih yang banyak

dipergunakan masyarakat, karena ± 45% masyarakat

mempergunakan jenis sarana air bersih ini. Sumur sanitasi adalah

jenis sumur yang telah memenuhi persyaratan sanitasi dan

terlindung dari kontaminasi air kotor. Sumur sehat minimal harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut.

16

d. Syarat Lokasi atau Jarak

Agar sumur terhindar dari pencemaran maka harus

diperhatikan adalah jarak sumur dengan jamban, lubang galian

untuk air limbah (cesspool, seepage pit) dan sumber-sumber

pengotoran lainnya. Jarak tersebut tergantung pada keadaan serta

kemiringan tanah.

– Lokasi sumur pada daerah yang bebas banjir.

– Jarak sumur minimal 15 meter dan lebih tinggi dari sumber

pencemaran seperti kakus, kandang ternak, tempat sampah dan

sebagainya.

e. Syarat Konstruksi

17

Syarat konstruksi pada sumur gali tanpa pompa, meliputi

dinding sumur, bibir sumur, serta lantai sumur.

Dinding sumur gali

Jarak kedalaman 3 meter dari permukaan tanah, dinding

sumur gali harus terbuat dibuat dari tembok yang kedap air

(disemen). Hal tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi

perembesan air / pencemaran oleh bakteri dengan karakteristik

habitat hidup pada jarak tersebut. Selanjutnya pada kedalaman

1,5 meter dinding berikutnya terbuat dari pasangan batu bata

tanpa semen, sebagai bidang perembesan dan penguat dinding

sumur.

Bibir sumur gali

Untuk keperluan bibir sumur ini terdapat beberapa

pendapat antara lain : Di atas tanah dibuat tembok yang kedap

air, setinggi minimal 70 cm, untuk mencegah pengotoran dari

air permukaan serta untuk aspek keselamatan.

Lantai sumur gali

Beberapa pendapat konstruksi lantai sumur antra lain :

Lantai sumur dibuat dari tembok yang kedap air ± 1,5 m

lebarnya dari dinding sumur. Dibuat agak miring dan

ditinggikan 20 cm di atas permukaan tanah, bentuknya bulat

atau segi empat (Entjang, 2000).

Saluran pembuangan air limbah. Saluran Pembuangan

Air Limbah dari sekitar sumur menurut Entjang, dibuat dari

tembok yang kedap air dan panjangnya sekurang-kurangnya 10

m.

Sedangkan pada sumur gali yang dilengkapi pompa,

pada dasarnya pembuatannya sama dengan sumur gali tanpa

18

pompa, namun air sumur diambil dengan mempergunakan

pompa. Kelebihan jenis sumur ini adalah kemungkinan untuk

terjadinya pengotoran akan lebih sedikit disebabkan kondisi

sumur selalu tertutup.

f. Jenis-jenis sumur

Sumur dangkal (shallow well)

Sumur dangkal mempunyai pasokan air yang berasal dari

resapan air hujan, terutama pada daerah dataran rendah. Sumur

dangkal ini dimiliki oleh sebagian besar masyarakat Indonesia,

dengan kelemahan utama pada mudahnya jenis sumur ini

terkontaminasi oleh air limbah yang berasal dari kegitan

mandi, cuci, dan kakus. Tingkat kalaman sumur dangkal ini

biasanya berkisar antara 5 s/d 15 meter dari permukaan tanah.

Sumur Dalam (Deep Well)

Sumber air Sumur Dalam berasal dari proses purifikasi

alami air hujan oleh lapisan kulit bumi menjadi air tanah.

Kondisi ini menyebabkan sumber airnya tidak terkontaminasi

serta secara umum telah memenuhi persyaratan sanitasi.

Menurut Notoatmodjo (2003), air dari sumur dalam ini berasal

dari lapisan air kedua di dalam tanah, dengan kedalaman di

atas 15 meter dari permukaan tanah.

Berikut merupakan perbedaan sumur dangkal dan sumur dalam

secara umum.

No. Pembeda Sumur dangkal Sumur dalam

1.

2.

3.

4.

Sumber air

Kualitas air

Kualitas

Bakteriologi

Air permukaan

Kurang baik

Kontaminasi

Kering pada

Air tanah

Baik

Tidak

terkontaminasi

19

Persediaan musim kemarau Tetap ada sepanjang

tahun

g. Dampak penggunaan sumur yang berasal dari rawa yang tercemar

limbah : Penularan penyakit yang disebabkan pencemaran air:

• Typhoid Fever;

• Cholera;

• Bacterial Dysentry

• Enteritis;

• Hepatitis A;

• Poliomyelitis;

• Amoeba Dysentry;

• Giardia;

• Schistosomiasis.

2. Indikator kebersihan air minum

Air yang layak dikonsumsi adalah air yang memenuhi standar

baku mutu. Baku mutu air adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi

zat atau bahan pencemar terdapat dalam air dan air tetap berfungsi

sesuai dengan peruntukannya. Standar baku mutu air menurut

keputusan Menteri Kesehatan RI yaitu:

Pasal 4 UU no 492 tahun2010 :

20

21

22

23

24

3. Batasan Sumber air bersih dan aman:

a. bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit

b. bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun

c. tidak berasa dan berbau

d. dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestic dan

rumah tangga

e. memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau

Depkes RI

Penyakit yang ditularkan melalui air : waterborne disease atau

water-related disease. Terjadinya suatu penyakit memerlukan agen,

bahkan kadang vector. Berikut beberapa contoh penyakit yang dapat

ditularkan melalui air berdasarkan tipe agen penyebab :

1) penyakit viral, contoh : hepatitis viral, poliomyelitis

25

2) penyakit bacterial, contoh : kolera, disentri, tifoid, diare

3) penyakit protozoa, contoh : amebiasis

4) penyakit helmintik, contoh: ascariasis, whip worm

5) leptospiral, contoh : Weil’s disease

Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air dapat dibagi

dalam kelompok berdasarkan cara penularannya, meliputi :

1) waterborne mechanism : kuman pathogen dalam air yang dapat

menyebabkan penyakit pada manusia ditularkan kepada manusia

melalui mulut atau sistem pencernaan, contoh : kolera, tifoid,

disentri basiler, hepatitis viral

2) waterwashed mechanism : berkaitan dengan kebersihan umum dan

perorangan. Terdapat 3 cara penularan dengan mekanisme ini :

a. infeksi melalui saluran pencernaan, cth: diare pada anak

b. infeksi melalui kulit dan mata, cth : scabies dan trachoma

c. penularan melalui binatang, cth: leptospirosis

3) water-based mechanism : pada mekanisme ini, penyakit yang

ditularkan memiliki agens penyebab yang menjalani sebagian

siklus hidupnya di dalam tubuh vector atau intermediate host, cth:

schistosomiasis

4) water-related insect vector mechanism : agen penyakit ditularkan

melalui gigian serangga yang berkembang biak di dalam air, cth:

filariasis, dengue, malaria, dan yellow fever

Sumber air, berdasarkan letaknya terbagi menjadi 3:

1) air angkasa (hujan)

merupakan sumber utama air di bumi. Walau saat presipitasi

merupakan air paling bersih, namun cenderung mengalami

pencemaran ketika berada di atmosfer yang disebabkan oleh

partikel debu, mikroorganisme, dan gas. Contoh: karbondioksida,

nitrogen, dan amonia.

26

2) air permukaan

meliputi badan-badan air, contoh : sungai, danau, telaga, waduk,

rawa, terjun, dan sumur permukaan.

3) air tanah

berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi yang

kemudian mengalami penyerapan ke dalam tanah dan mengalami

filtrasi secara alamiah.

Standar untuk kelayakan air minum di Indonesia :

a. Aspek fisik : suhu, warna, bau, rasa, dan kekeruhan

b. Aspek biologis : kuman parasit, pathogen, bakteri gol. E. coli

(sebagai patokan adanya pencemaran tinja

c. Aspek kimiawi : pH, jumlah zat padat , dan bahan kimia lain

d. Aspek radioaktif : radioaktif yang mungkin ada di dalam air

Aspek fisik kualitas air :

a. Color (warna): adanya warna biasanya karena pengaruh humus

yang mengandung zat besi dan Mn, jadi bisa bersumber dari alam

atau karena karat dari sistim distribusi; Dapat juga berasal dari

pencemaran akibat limbah industri dan ini bisa berbahaya.

b. Taste and odor (rasa dan bau): ini dapat berasal dari sumber alami

atau biologik, pencemaran bahan kimiawi atau side-effects dari

desinfektan seperti chlorine. Bau dan rasa dapat terjadi dari

penyimpanan atau distribusi. Jadi bila ada perubahan rasa atau

warna berasal dari pencearan atau gangguan fungsi sistim distribusi

atau storage.

c. Suhu: suhu air minum bervariasi sesuai keinginan, namun dari

sumbernya air hendaknya bersuhu dingin. Suhu yang meningkat

(sampai batas tertentu) dapat memacu pertumbuhan

mikroorganisme, dan meneyebabkan perubahan warna, rasa dan

bau serta memacu proses korosif.

27

d. Kekeruhan (turbidity) adanya kekeruhan disebabkan oleh bahan

partikulat (particulate matter) akibat kurang baiknya proses

penjernihan atau dapat juga karena berasal dari air tanah. Turbiditas

tinggi dapat mengurangi efektifitas klorinasi dan memacu

pertumbuhan bakteri.

Aspek Kimiawi Kualitas Air:

a. Beberapa bahan kimiawi terlarut dalam air karena proses alami

bersifat essensial buat kehidupan; beberapa bahan lainnya justru

meruak kesehatan bila terdapat dgn kadar diatas baku mutu

(standar). Bebarap jenis lainnya bersifat essensial dan juga merusak

pada kadar yang tinggi.

b. Bahan kimiawi ini dapat digolongkan jadi 3 golongan:

o Bahan yang memberikan efek merusak secara akut atau kronik:

berbagai jenis logam, nitrat dan sianida;

o Bahan yang bersifat genotoxic dan bersifat karsinogen, mutagen

dan menyebabkan birth defects. Contohnya bahan organik

sintetik, pestisida, arsenic, dll.

o Bahan esensial: iodine, selenium, flouride.

B. PENGELOLAAN SAMPAH

a. Standar pembuangan dan pengolahan sampah padat

Setiap hari manusia menghasilkan sampah, baik sampah rumah

tangga maupun sampah industri yang bermacam-macam bentuk dan

jenisnya. Sampah jika tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan

masalah lingkungan yang sangat merugikan. Sampah yang menumpuk dan

membusuk dapat menjadi sarang kuman dan binatang yang dapat

mengganggu kesehatan serta estetika lingkungan karena terkontaminasi

pemandangan tumpukan sampah dan bau busuk yang menyengat hidung.

28

Berikut ini adalah hal-hal yang wajib diperhatikan dalam mengelola

tempat sampah rumah tangga / tempat pembuangan sampah pribadi di

rumah-rumah :

Pisahkan sampah kering / non organik dengan sampah basah / organik

dalam wadah plastik.

Tempat sampah harus terlindung dari sinar matahari langsung, hujan,

angin, dan lain sebagainya.

Hindari tempat sampah menjadi sarang binatang seperti kecoa, lalat,

belatung, tikus, kucing, semut, dan lain-lain

Buang sampah dalam kemasan plastik yang tertutup rapat agar tidak

mudah berserakan dan mengeluarkan bau yang tidak sedap. Selain itu

juga memudahkan tukang sampah dalam mengambil sampah. Jangan

biarkan pemulung mengobrak-abrik sampah yang sudah dibungkus

rapi.

Tempat sampah harus tertutup aman dari segala gangguan namun

mudah dijangkau petugas kebersihan.

Jangan membakar sampah di lingkungan padat penduduk karena dapat

mengganggu kenyamanan dan kesehatan orang lain.

Ditinjau dari segi teknik operasional, pengelolaan sampah meliputi

kegiatan pewadahan sampai dengan pembuangan akhir. Operasional

bersifat integral dan terpadu, karena setiap proses tidak dapat berdiri

sendiri melainkan saling mempengaruhi. Di dalam pengelolaan sampah

harus diperhitungkan tenaga, alat-alat dan biaya. Pengelolaan sampah

ini sangat penting untuk keberhasilan program penanggulangan sampah

pada suatu daerah. Menurut SK SNI T-13-1990-F, tata cara pengelolaan

teknik sampah perkotaan meliputi dasar-dasar perencanaan untuk

kegiatan-kegiatan pewadahan sampah, pengelolaan sampah dan

pembuangan akhir sampah. Teknik pengelolaan persampahan secara

perasional dapat dilihat pada skema di bawah ini :

29

Skema Teknik Operasional Pengelolaan Persampahan

Persyaratan umum lokasi pembuangan akhir menurut SK SNI T-13-

1990-F adalah sebagai berikut:

Sudah tercakup dalam perencanaan tata ruang kota dan daerah

Jenis tanah kedap air

Daerah yang tidak produktif untuk pertanian

Dapat dipakai minimal 5-10 tahun

Tidak membahayakan atau mencemarkan sumber air

Jarak dari daerah pusat pelayanan 10 km

Daerah yang bebas banjir

b. Pengolahan Sampah Padat

Pengolahan Pendahuluan

Pada prinsipnya menyiapkan bahan masukan sampah padat yang akan

diolah, sehingga seusai dengan karakteristik dengan teknologi

30

Timbunan Sampah

Pewadahan

Pengumpulan

Pemindahan dan pengangkutan

Pemanfaatan

Pembuangan akhir sampah

pengolahannya, meliputi pemisahan sampah padat dan pengecilan

ukuran sampah padat.

Pemisahan

Memisahkan beberapa komponen dari sampah yang sesuai dengan

karakteristik yang dikehendaki, maka bahan-bahan yang terpakai dan

tidak terpakai akan terpisah sehingga efektifitas dan efisiensi. Teknik

yang dapat digunakan dari yang sederhana (hand sorting), screening,

magnetik hingga secara elektronik.

Pengecilan ukuran

Memperkecil ukuran sampah sehingga menjadi efisien dalam

pengolahan secara pembakaran dan pengkomposan. Alat yang

digunakan umumnya penggiling godam (hammermill), pencacah

(shredder), gerinda (grinder), pemipis (pulverizer).

c. Pengolahan sampah lanjutan

Untuk membuang dan memusnahkan sampah agar tidak menumpuk

dan berceceran di berbagai tempat yang akan menimbulkan pencemaran

terhadap lingkungan sebenarnya, meliputi:

Penumpukan (dumping)

Merupakan metode paling sederhana dan sering dipakai di negara

berkembang. Biasanya dimanfaatkan untuk menutup lekukan tanah,

rawa, jurang. Sampah hanya dibuang dan ditumpuk tanpa lapisan

penutupan. Ada dua macam yaitu open dumping (penumpukan

terbuka) dan sea dumping (penumpukan di laut). Metode ini banyak

menimbulkan masalah pencemaran.

Pengkomposan (composting)

Cara pemusnahan sampah dengan jalan memanfaatkan proses

dekomposisi zat organik oleh mikroorganisme pembusuk, pada

kondisi tertentu dalam waktu tertentu yang pada akhirnya

menghasilkan bahan berupa kompos/pupuk. Pemusnahan sampah

dengan cara ini sangat cocok untuk sampah organik. Pengkomposan

31

dapat dilakukan secara tradisional yaitu penumpukan sampah

dilakukan begitu saja di lahan berlubang tanpa dilakukan sortrasi

terlebih dahulu, sehingga sampah organik meupun non organik

tercampur semua. Dan secara modern yang dikenal sebagai Windrow

Composting, dengan cara melakukan sortasi, sehingga pengkomposan

hanya akan dilakukan terhadap sampah organik saja. Beberapa

tindakan intervensi dilakukan terhadap sampah yang ditumpuk sesuai

dengan prinsip pembuatan kompos, yaitu kandungan air yang merata

pada seluruh bagian sampah, kandungan oksigen yang cukup, dan

tidak terdapat genangan air.

Pembakaran (inceneration)

Yaitu pemusnahan sampah dengan jalan membakar sampah dalam

suatu tungku pembakaran. Metode ini hanya berlaku untuk sampah

padat yang dapat dibakar, dengan alat pembakaran yang disebut

insenerator. Insenerator beroperasi pada suhu 1500-1800F dan dapat

mengurangi volume sampah padat hingga 70%. Dibandingkan dengan

metode lain, insenerator memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai

berikut

Kelebihan:

1. Membutuhkan lahan relatif kecil untuk kapasitas yang cukup besar.

2. Pengolahan sampah dapat dilakukan terus menerus tanpa

tergantung pada kondisi iklim dan cuaca.

3. Panas yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi.

Kekurangan:

1. Membutuhkan investasi yang lebih mahal.

2. Biaya pemeliharaan yang tinggi.

3. Hasil pembakaran berupa residu yang harus dibuang dan gas yang

berpotensi mencemari udara.

32

d. Teknik Pembuangan dan Pengelolaan Tempat Sampah Akhir

Mengolah sampah dengan baik tanpa ada masalah adalah idaman

setiap kota-kota di dunia. Dengan mengelola dan mengolah sampah

dengan baik maka dapat mengurangi resiko timbulnya berbagai jenis

penyakit yang ditimbulkan dari sampah yang tidak dikelola. Teknik-teknik

yang dapat digunakan untuk menajemen sampah :

Sampah menjadi Kompos

Sampah biologis, basah atau organik dapat dijadikan kompos dengan

cara menimbun sampah tersebut di tanah untuk jangka waktu tertentu

hingga membusuk.

Pangan dan Makanan Ternak

Sampah yang berupa buah-buahan dan sayur-sayuran yang belum

sepenuhnya rusak dapat dijadikan makanan ternak atau binatang lain

yang dikebang biakkan. Biasanya sampah sayur dan buah banyak

dijumpai di pasar-pasar tradisional berserakan di mana-mana.

Landfill

Jenis ini adalah yang paling mudah karena hanya membuang dan

menumpuk sampah di tanah yang rendah pada area yang terbuka.

Metode ini sangat mengganggu estetika lingkungan.

Sanitary Landfill

Mirip dengan metode landfill namun sampah tersebut ditutup tanah.

Cara ini biasanya menggunakan alat-alat berat yang berharga mahal.

Pulverisation

Pulverisation adalah metode pembuangan sampah langsung ke laut

lepas setelah dihancurkan menjadi potongan-potongan kecil.

Incineration / Incinerator

Metode incineration adalah pembakaran sampah baik dengan cara

sederhana maupun modern secara masal. Teknologi memungkinkan

hasil energi pembakaran diubah menjadi energi listrik.

33

C. HIGIENIS DAN SANITASI MAKANAN

a. Tujuan sanitasi makanan

Menjamin keamanan dan kemurnian makanan dan menghindarkan

konsumen dari penyakit.

Mencegah penjualan yang merugikan pembeli

Mengurangi kerusakan makanan.

b. Tahapan sanitasi makanan

Keamanan makanan yang disediakan

Hygiene perorangan

Keamanan penyediaan air

Pengelolaan pembuangan limbah

Perlindungan makanan terhadap kontaminasi selama proses

pengelolaan, penyajian dan penyimpanan.

Pencucian dan pembersihan alat dan perlengkapan.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi sanitasi makanan

Faktor makanan

– Sumber makanan

– Pengangkutan makanan

– Penyimpanan bahan makanan

– Pemasaran makanan

– Pengelolaan makanan

– Penyajian makanan

– Penyimpanan makanan

Faktor manusia

– Tidak menderita penyakit infeksi

– Bukan carrier suatu penyakit

– Memahami personal hygiene

Faktor perlengkapan

34

D. POLUSI UDARA

Parameter Waktu

Pengukuran

Hasil Uji Baku mutu Interpretasi

SO2 24 jam 500g/m3 365 Melebihi

baku mutu

CO 24 jam 30000g/m3 10000 Melebihi

baku mutu

Nox 24 jam 200g/m3 150 Melebihi

baku mutu

O3 1 jam 200g/m3 235 Normal

Hidrocarbon 3 jam 100g/m3 160 Normal

Total

Suspended

particulate

(TSP)

24 jam 500g/m3 230 Melebihi

baku mutu

Pb 24 jam 5g/m3 2 Melebihi

baku mutu

35

a. Dampak SO2 terhadap kesehatan

Pencemaran SO2 menimbulkan dampak terhadap manusia dan hewan,

kerusakan pada tanaman terjadi pada kadar sebesar 0,5 ppm. Pengaruh

utama polutan SO2 terhadap manusia adalah iritasi sistim pernafasan.

b. Dampak CO terhadap kesehatan

36

Karakteristik biologik yang paling penting dari CO adalah kemampuannya

untuk berikatan dengan haemoglobin lebih besar daripada oksigen, pigmen

sel darah merah yang mengakut oksigen keseluruh tubuh. Hal ini dapat

menghalangi fungsi vital haemoglobin untuk membawa oksigen ke seluruh

tubuh.

c. Dampak NO2 terhadap kesehatan

NO2 berpengaruh pada sistem pernafasan bagian bawah. NOx dapat

bereaksi dengan bahan-bahan pencemar lain sehingga menimbulkan

fenomena sabut (asap kabut) yang dapat menyebabkan berkurangnya daya

pandang, iritasi pada mata dan saluran pernapasan.

d. Dampak TSP terhadap kesehatan

Ukuran partikulat debu bentuk padat maupun cair yang berada diudara

sangat tergantung kepada ukurannya. Pada umunya ukuran partikulat debu

sekitar 5 mikron merupakan partikulat udara yang dapat langsung masuk

kedalam paru-paru dan mengendap di alveoli. Keadaan ini bukan berarti

bahwa ukuran partikulat yang lebih besar dari 5 mikron tidak berbahaya,

karena partikulat yang lebih besar dapat mengganggu saluran pernafasan

bagian atas dan menyebabkan iritasi. Selain itu partikulat debu yang

melayang dan berterbangan dibawa angin akan menyebabkan iritasi pada

mata dan dapat menghalangi daya tembus pandang mata (Visibility).

e. Dampak Pb terhadap kesehatan

Pengaruh Pb dalam tubuh belum diketahui benar tetapi perlu waspada

terhadap pemajanan jangka panjang Timah Hitam dalam tulang tidak

beracun tetapi pada kondisi tertentu bisa dilepaskan karena infeksi atau

proses biokimia dan memberikan gejala keluhan garam Pb tidak bersifat

karsiogenik terhadap manusia. Gangguan kesehatan adalah akibat

bereaksinya Pb dengan gugusan sulfhidril dari protein yang menyebabkan

pengendapan protein dan menghambat pembuatan haemoglobin, Gejala

keracunan akut didapati bila tertelan dalam jumlah besar yang dapat

menimbulkan sakit perut muntah atau diare akut. Gejala keracunan kronis

37

bisa menyebabkan hilang nafsu makan, konstipasi lelah sakit kepala,

anemia, kelumpuhan anggota badan, kejang dan gangguan penglihatan.

E. Kontrol vektor di desa Mjt

ISPA : Mengurangi risiko ibfeksi, mengurangi asap baik dari kendaraan

hutan maupun kendaraan.

Diare : Mengurangi risiko infeksi dengan cara perilaku hidup bersih dan

sehat seperti mencuci tangan sebelum makan, makan makanan yang bersih

dan sehat.

Malaria: Mengurangi vektor penularan, pemberantasan jentik nyamuk dan

fogging, mengurangi air tergenang, menggunakan kelambu saat tidur.

DBD : PHBS, gerakan 3M, dan ikan tempalo

TB : Meningkatkan kebersihan dan kesehatan, PHBS, mengobati

pasien yang terdiagnosis TB.

Penyakit kulit : Menjaga kebersihan kulit, pengobatan dengan obat anti

jamur.

Penyakit gigi mulut : PHBS, periksa gigi setiap 6 bulan.

38