Sken B kel 1
-
Upload
ivandra-septiadi-tama-putra -
Category
Documents
-
view
35 -
download
3
description
Transcript of Sken B kel 1
Skenario Kesehatan Lingkungan
Sebuah desa terletak di pinggir jalan raya Lintas Sumatera di Ogan Ilir
yakni di desa Mjt. Komunitas disini terdiri atas sekitar 500 KK dengan populasi
sekitar 2000 orang. Mata pencaharian utama di desa ini adalah pertanian dan
pertukangan. Pertanian terutama padi sawah dan karet alam.
Rumah penduduk beragam ada yang dari kayu dan ada yang dari semen
sesuai dengan kemampuan ekonomi mereka. Dari kedua jenis itu, ada pula yang
lantainya dari tanah. Anak-anak dan orang dewasa sebagian memakai alas kaki
tapi lebih banyak yang telanjang kaki.
Sumber air utama masyarakat untuk kebutuhan domestik adalah sungai
Ogan, juga dari air rawa yaitu dari sawah disekitar desa. Sebagian besar KK
memiliki sumur sendiri, namun sumur tersebut biasanya kering di musim
kemarau.
Sumber energi yang digunakan penduduk untuk lampu/penerangan adalah
listrik, untuk masak-memasak sebagian besar masih memakai kayu bakar,
sebagian kecil memakai kompor minyak tanah. Tapi semenjak minyak tanah
langka, penduduk kembali menggunakan kayu bakar, hanya sebagian kecil yang
menggunakan gas LPG. Ada sebagian masyarakat yang menggunakan briket
batubara.
Pada bulan Januari sampai Agustus, kualitas udara di desa baik sekali
namun pada bulan September sampai Desember seringkali ada serangan kabut
asap yang dapat sampai berminggu-minggu.
Pelayanan kesehatan di desa ini dilakukan oleh Pustu sedangkan Puskes ada
di kota kecamatan sekitar 15 km kearah Palembang. Petugas kesehatan yang ada
di desa adalah “Mantri” dan bidan desa. Tapi jumlah kelahiran yang ditolong
dukun masih lebih banyak dari bidan. Peran dukun masih cukup penting sebagai
“garis pertama” melayani orang sakit.
Di desa ini pengelolaan sampah dilakukan oleh masing-masing rumah
tangga, tidak ada organisasi desa yang khusus bertugas untuk ini. Karena disekitar
desa banyak rawa, maka ini menjadi tempat “ideal” untuk buang sampah.
1
Laporan tahunan dari Puskesmas memperlihatkan 10 besar penyakit yang
terdeteksi didesa ini adalah :
– ISPA
– Gastro intestinal dan diare
– Kulit
– Malaria
– DHF
– Tuberkulosis
– Asthma
– Gigi dan mulut
– Hipertensi
– Cidera karena kecelakaan lalu lintas
Dalam kurun waktu tahun 2010-2011 desa ini dua kali mengalami
keracunan makanan tatkala ada hajatan perkawinan yang melibatkan banyak
orang.
Dari pihak kabupaten pernah melakukan pemeriksaan kualitas air minum
yang bersumber dari air sumur penduduk dan hasilnya diberikan pada Lampiran.
Dari pihak provinsi pernah juga melakukan pengukuran kualitas udara tatkla
serangan asap, hasilnya juga diberikan di Lampiran.
Ada hal menarik yang pernah dilakukan mahasiswa Unsri di desa ini di
tahun 2009 yaitu Penelitian tentang Kualitas Udara Ruangan (Indoor Air Quality).
Menurut hasil studi itu akibat penggunaan bahan bakar kayu dan briket arang,
sedangkan ventilasi dapur tidak baik, maka kualitas udara di dalam rumah tidak
cukup baik, khususnya kadar debu halus (PM 10) yang tinggi.
Akhir-akhir ini sejak harga karet alam naik, desa ini “kebanjiran” motor
yang mengakibatkan tingkat kecelakaan yang cukup tinggi. Menurut penuturan
Kades, selain kecelakaan akibat motor, desa ini juga mulai mengalami budaya
minuman keras dan narkoba.
2
Lampiran:
1. Hasil Pengujian Kualitas Air Minum
Parameter Hasil Uji
E.Coli 2000/100 cc
Total Coliform 1000/100 cc
Arsen 0,05 mg/L
Flourida 1,4 mg/L
Total Kromium 0,03 mg/L
Kadmium 0,001 mg/L
Nitrit 2 mg/L
Nitrat 25 mg/L
Sianida 0,07 mg/L
Selenium 0,01 mg/L
2. Kualitas Udara
Parameter Waktu
Pengukuran
Hasil Uji
SO2 24 jam 500 micrgr/M3
CO 24 jam 30.000 micrgr/M3
NOx 24 jam 200 micrgr/M3
O3 1 jam 200 micrgr/M3
Hidrocarbon 3 jam 100 micrgr/M3
Total Suspended
Particulate (TSP)
24 jam 500 micrgr/M3
Pb 24 jam 5 micrgr/M3
3
I. Klarifikasi Istilah
1. Komunitas
Sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagai
lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama.
2. Populasi
Kumpulan individu sejenis yang berada pada wilayah tertentu dan pada
waktu yang tertentu pula.
3. Kebutuhan air domestik
Kebutuhan air bersih yang digunakan pada tempat- tempat hunian pribadi
untuk memenuhi hajat hidup sehari-hari, seperti pemakaian air untuk
minum, mandi, dan mencuci.
4. Briket batubara
Batubara yang telah mengalami proses lebih lanjut yang meliputi proses
karbonisasi, penggerusan, dan pencetakan/pembriketan setelah dicampur
dengan bahan-bahan lain seperti lempung dan air.
5. Pustu
Puskesmas Pembantu; Unit sederhana yang membantu melaksanakan
kegiatan yang dilakukan puskesmas dalam wilayah yang lebih kecil
(mewilayahi satu atau dua desa).
6. Mantri
Pegawai yang kerjanya membantu dokter di pelayanan kesehatan atau
perawat kepala (biasanya laki-laki)
7. Dukun
Sesorang yang membantu masyarakat dalam penyembuhan penyakit
melalui kekuatan supranatural.
8. Sumber air
Asal air yang digunakan untuk keperluan manusia, seperti hujan, air
pemukaan, dan air tanah.
9. Keracunan makanan
4
Penyakit yang diakibatkan pengkonsumsian makanan atau minuman yang
memiliki kandungan bakteri, dan/atau toksin, parasit, virus atau bahan-
bahan kimia yang dapat menyebabkan gangguan didalam fungsi normal
tubuh.
10. Minuman keras
Minuman yang juga sering disebut sebagai minuman alkohol, minuman
yang mengandung zat etanol, zat psikoaktif yang bila dikonsumsi akan
mengakibatkan hilangnya kesadaran.
11. Narkoba
Singkatan dari narkotika dan obat-obatan/bahan berbahaya.
12. ISPA
Infeksi Saluran Pernapasan Akut, Penyakit infeksi akut yang melibatkan
organ saluran pernapasan, hidung, sinus, faring, atau laring.
13. Gastroenteritis
Penyakit gastroenteritis akut yang diakibatkan oleh kontaminasi bakteri
hidup atau toksin yang dihasilkan oleh makanan.
14. Diare
Buang air besar tidak normal atau defekasi berbentuk tinja encer dengan
frekuensi lebih banyak dari biasanya (lebih dari 3 kali per hari) dapat
disertai dengan atau tanpa darah dan lendir
15. Malaria
Penyakit menular akibat infeksi parasit plasmodium yang menyerang sel
darah merah.
16. DHF
Dengue Haemoragic Fever; Penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh
penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.
17. Tuberkulosis
Penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yakni kuman
aerob yang dapat hidup terutama di paru atau diberbagai organ tubuh
hidup lainnya.
5
18. Asma
Adanya gejala sesak napas, batuk dan mengi yang disebabkan oleh
penyempitan saluran napas atau peradangan kronis saluran udara yang
terjadi di paru-paru (bronkus)
19. Hipertensi
Keadaan dimana seseorang mengalami tekanan darah melebihi batas
normal (120/80 mmHg).
II. Identifikasi Masalah
1. Sebuah desa terletak di pinggir jalan raya Lintas Sumatera di Ogan Ilir
yakni di desa Mjt. Komunitas disini terdiri atas sekitar 500 KK dengan
populasi sekitar 2000 orang. Mata pencaharian utama di desa ini adalah
pertanian dan pertukangan.
2. Rumah penduduk beragam ada yang dari kayu dan ada yang dari semen,
ada pula yang lantainya dari tanah.
3. Anak-anak dan orang dewasa sebagian memakai alas kaki tapi lebih
banyak yang telanjang kaki.
4. Sumber air utama masyarakat untuk kebutuhan domestik adalah sungai
Ogan, air rawa, dan sumur.
5. Kegiatan masak-memasak memakai kayu bakar, dan ada juga yang
menggunakan briket batubara.
6. Pada bulan September sampai Desember seringkali ada serangan kabut
asap yang dapat sampai berminggu-minggu.
7. Pelayanan kesehatan di desa ini dilakukan oleh Pustu. Petugas kesehatan
yang ada di desa adalah “Mantri” dan bidan desa. Tapi jumlah kelahiran
yang ditolong dukun masih lebih banyak dari bidan. Peran dukun masih
cukup penting sebagai “garis pertama” melayani orang sakit.
8. Tidak ada organisasi desa yang bertugas dalam pengelolaan sampah dan
masyarakat membuang sampah di rawa.
6
9. Laporan tahunan dari Puskesmas memperlihatkan 10 besar penyakit yang
terdeteksi didesa ini yaitu ISPA, gastro intestinal dan diare, kulit, malaria,
DHF, tuberkulosis, asthma, gigi dan mulut, hipertensi, cidera karena
kecelakaan lalu lintas.
10. Dalam kurun waktu tahun 2010-2011 desa ini dua kali mengalami
keracunan makanan tatkala ada hajatan perkawinan yang melibatkan
banyak orang.
11. Pihak kabupaten pernah melakukan pemeriksaan kualitas air minum yang
bersumber dari air sumur penduduk dan hasilnya adalah :
Parameter Hasil Uji
E.Coli 2000/100 cc
Total Coliform 1000/100 cc
Arsen 0,05 mg/L
Flourida 1,4 mg/L
Total Kromium 0,03 mg/L
Kadmium 0,001 mg/L
Nitrit 2 mg/L
Nitrat 25 mg/L
Sianida 0,07 mg/L
Selenium 0,01 mg/L
12. Pihak provinsi pernah melakukan pengukuran kualitas udara tatkala
serangan asap dan hasilnya adalah :
Parameter Waktu Pengukuran Hasil Uji
SO2 24 jam 500 micrgr/M3
CO 24 jam 30.000 micrgr/M3
NOx 24 jam 200 micrgr/M3
O3 1 jam 200 micrgr/M3
Hidrocarbon 3 jam 100 micrgr/M3
7
Total
Suspended
Particulate
(TSP)
24 jam 500 micrgr/M3
Pb 24 jam 5 micrgr/M3
13. Menurut hasil penelitian tentang kualitas udara ruangan (Indoor Air
Quality) yang dilakukan mahasiswa Unsri pada tahun 2009, akibat
penggunaan bahan bakar kayu dan briket arang, ventilasi dapur tidak baik
dan kualitas udara di dalam rumah tidak cukup baik, khususnya kadar
debu halus (PM 10) yang tinggi.
14. Akhir-akhir ini tingkat kecelakaan cukup tinggi dan mulai mengalami
budaya minuman keras dan narkoba.
III. Analisis Masalah
1. Bagaimana risiko kesehatan pada komunitas ini?
a. Kualitas Air
Sumber air utama warga meranjat adalah sungai Ogan, dimana
sungai merupakan air permukaan yang memiliki kemungkinan besar
tercemar akibat kegiatan manusia, flora, fauna, dan zat-zat lain. Hasil
pengujian kualitas air sumur warga Mjt. menunjukkan bahwa air sumur
tersebut telah terkontaminasi oleh air sungai dan kemungkinan besar
sumur warga desa meranjat adalah sumur dangkal sehingga mudah
sekali terkontaminasi. Di dalam air sumur tersebut didapatkan adanya
bakteri E. coli dan total coliform yang menandakan bahwa air sumur
tersebut telah terkontaminasi oleh tinja manusia. Resiko yang akan
terjadi pada warga Mjt. jika terus-menerus mengkonsumsi air sumur
tersebut adalah penyakit kolera, disentri, tifoid, dan diare. Selain itu,
dalam air sumur tersebut didapatkan adanya bahan toksin yang melebihi
ambang normal, yaitu arsen dimana bila terus-menerus mengkonsumsi
8
air tersebut akan beresiko terkena penyakit diare, mual, kanker kulit,
dan iritasi.
b. Kualitas Udara
Kegiatan memasak warga Mjt. dilakukan didalam rumah
menggunakan kayu bakar dan briket batubara dimana rumah mereka
tidak memiliki ventilasi yang baik sehingga dapat mempengaruhi
kualitas udara ruangan. Asap pembakaran yang berasal dari kayu bakar
ataupun briket batubara dapat menyebabkan kanker paru-paru,
kebutaan, jantung, bahkan pengaruh kognitif pada anak. Kualitas udara
outdoor desa meranjat saat ini tidak baik dikarenakan adanya serangan
kabut asap sampai berminggu-minggu sehingga keadaan ini dapat
menyebabkan penyakit infeksi saluran nafas akut (ISPA).
c. Keadaan Rumah dan Kebiasaan Warga
Sebagian warga Mjt. memiliki rumah yang berlantai tanah dimana
tanah merupakan tinggal berbagai mahluk hidup yang berbahaya bagi
kesehatan manusia, seperti parasit, serangga, dan cacing yang dapat
masuk ke tubuh manusia melalui kulit, udara, dan makanan. Kebiasaan
warga yang tidak menggunakan alas kaki dapat memudahkan
mikroorganisme seperti cacing masuk ke dalam tubuh mereka dan
menyebabkan cacingan, khususnya pada anak-anak.
d. Budaya minuman keras dan narkoba
Salah satu faktor resiko minuman keras adalah mengganggu
fungsi hati gangguan kognitif, kerusakan jantung, lambung, strok,
kematian. Adapaun penggunaan narkoba dapat mengakibatkan
ketergantungan, kanker, impotensi, jantung, HIV/AIDS, hepatitis, dll.
2. Bagaimana nasehat yang spesifik untuk setiap resiko yang teridentifikasi?
a. Kualitas Air
9
Nasehat kepada warga Mjt. yaitu agar tidak membuang sampah
ke rawa lagi dan menjaga kebersihan sungai dengan tidak membuang
kotoran/tinja ke sungai karena dapat menyebabkan penyakit-penyakit
yang cukup berbahaya. Kita juga dapat memberi nasehat untuk
membuat sumber air yang lain yang baik, seperti membuat air sumur
dangkal yang tidak berdekatan dengan rawa dan sungai yang sudah ter
kontaminasi atau membuat sumur dalam.
b. Kualitas Udara
Memberikan penyuluhan mengenai ventilasi rumah yang baik
agar dapat menambah ventilasi rumah dan juga dapur jadi walaupun
memasak menggunakan kayu asapnya tidak terpusat didalam ruangan.
Untuk menghindari asap kabut, warga disarankan menggunakan masker
atau penutup hidung agar tidak terhisap asap tersebut.
c. Masalah sampah
Disarankan bagi warga Mjt. untuk memisahkan sampah organik
dan non organik agar dapat diolah kembali dan juga agar memisahkan
sampah basah dan sampah kering. Untuk sampah yang kering dapat
dibakar dan sampah organik dapat dibuat menjadi pupuk kompos.
Disarankan untuk kepala desa agar membuat program pengolahan
sampah yang baik dan benar, seperti membuat galian tanah yang dalam
untuk tempat pembuangan akhir atau dapat membuat dipo (rumah
sampah) di desa meranjat dan bekerja sama dengan kecamatan
setempat/ dinas kebersihan kota untuk mengadakan truk pengangkut
sampah agar dapat mengangkut sampah dari dipo ke TPA.
d. Keadaan rumah dan kebiasaan warga
Untuk warga yang tidak mampu membuat lantai rumah dari
semen, disarankan untuk selalu menggunakan alas kaki.
e. Budaya minuman keras dan narkoba
Disarankan bagi warga untuk berhenti mengkonsumsi minuman
keras dan narkoba.
10
3. Apa saja langkah penting yang harus dilakukan oleh pihak puskesmas?
a. Promotif
Penyuluhan mengenai berbagai risiko kesehatan yang dihadapi oleh
warga desa Mjt. Meliputi risiko pencemaran air, udara, makanan.
Pada penyuluhan akan dipaparkan segala informasi yang berkaitan
dengan risiko kesehatan yang timbul akibat pencemaran lingkungan
yang, termasuk mengenai cara penanggulangan berbagai masalah
tersebut. Penyuluhan dilakukan oleh petugas puskesmas kepada
pemuka masyarakat & masyarakat setempat.
Memberikan saran kepada warga agar membuat tempat pembuangan
sampah akhir dan tidak membuang sampah ke rawa lagi.
Setelah memberikan penyuluhan mengenai risiko menggunakan air
yang tercemar, pihak puskesmas hendaknya juga memberikan
pelatihan-pelatihan kepada warga. Misalnya senantiasa mencuci
tangan menggunakan sabun antiseptik sebelum makan dan setelah
buang air.
Selain itu juga perlu diperhatikan penggunaan sumber air. Mengingat
air yang digunakan hampir seluruh warga Desa Mjt merupakan air
yang tercemar, maka pihak puskesmas perlu mengadakan perubahan
untuk meningkatkan higienitas sumber air, misalnya dengan
mengambil air dari sumur dangkal yang airnya tidak berasal dari
rawa (sumur tidak dekat dengan rawa), tetapi berasal dari Sungai
Ogan. Sebaiknya air tidak langsung digunakan untuk keperluan
domestik tetapi dilakukan penjernihan air terlebih dahulu dengan
menampungnya di bak yang sesuai dengan standar teori penjernihan.
Air yang akan diminum harus dimasak terlebih dahulu hingga
mendidih sedangkan air yang dibekukan (es) harus berasal dari air
yang telah dimasak, bukan air mentah.
Menyarankan kepada masyarakat agar sampah rumah tangga
sebaiknya dibuang di tempat penampungan yang tertutup agar tidak
11
terjadi pencemaran. Lebih baik lagi jika pemda setempat dapat
menerapkan teknologi pengolahan sampah yang benar agar tidak
mencemari lingkungan.
b. Preventif
Mengadakan pemeriksaan status kesehatan masyarakat desa Mjt.
Screening masyarakat yang menderita ISPA, malaria, dan penyakit
lainnya yang angka kejadiannya tinggi di Desa Mjt.
Memberikan obat-obatan profilaksis untuk masyarakat yang tidak
terjangkit penyakit-penyakit tersebut, misalnya memberikan obat
profilaksis malaria.
c. Kuratif
Puskesmas sebaiknya sesegera mungkin memulai terapi untuk para
warga yang sakit sesuai dengan jenis penyakitnya.
d. Rehabilitatif
4. Apa saja nasehat untuk pertimbangan bagi Dinkes dan Pemda setempat?
a. Masalah kualitas air
Membuat suatu badan yang bertanggung jawab pada pengadaan air
bersih bagi masayarakat.
b. Masalah kualitas udara
Hasil tes menunujukkan tingginya kadar gas SO2, CO, NOX dan TSP
di udara, diharapkan pemerintah dapat menanggulanginya dengan
mengurangi dari sumbernya.
c. Masalah sampah
Membuat badan yang bertanggung jawab mengelola sampah, membuat
TPA yang sesuai standar.
d. Masalah sanitasi makanan
12
Pemda bekerja sama dengan puskesmas mengadakan penyuluhan
tentang perilaku hidup bersih dan sehat mengedukasi masyarakat
tentang pentingnya sanitasi makanan untuk mencegah kejadian
keracunan makanan.
e. Masalah keadaan rumah dan kebiasaan warga
Melakukan penyuluhan tentang dampak tidak menggunakan alas kaki.
f. Masalah keselamatan berkendara sepeda motor
Membuat rambu-rambu lalu lintas, menetapkan larangan berkendara
tanpa helm, dan membuat polisi tidur di jalan.
g. Masalah budaya minuman keras dan narkoba
Melakukan penyuluhan tentang hukum dan dampak minuman keras dan
narkoba.
5. Apa saja pelatihan khusus untuk pemuka masyarakat dan petugas
kesehatan?
Pelatihan mengenai PHBS untuk diajarkan kepada masyarakat,
pemuka masyarakat, dan petugas kesehatan sehingga dapat membantu
menyebarkan informasi mengenai program-program kesehatan yang
diberikan.
a. Pelatihan penyuluhan mengenai kesehatan yang ada di desa Mjt.
b. Pelatihan pola hidup sehat di lingkungan desa Mjt.
c. Pelatihan melakukan promosi kesehatan secara mandiri di lingkungan
desa maupun rumah
d. Pelatihan untuk berperan aktif dalam pengontrolan taraf kebersihan
makanan, udara, air, dan limbah di desa Mjt.
6. Bagaimana investarisasi peraturan perundangan terkait?
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang
Pengelolaan Sampah
b. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2010 Tentang
Pedoman Pengelolaan Sampah
13
c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999
Tentang Pengendalian Pencemaran Udara
d. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan
Kualitas Air Minum
e. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang
persyaratan kualitas air minum
f. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1997 Tentang
Narkotika
g. Keputusan Presiden RI Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengawasan dan
Pengendalian Minuman beralkohol
7. Bagaimana interpretasi kualitas udara dan air?
Interpretasi kualitas udara
Parameter Waktu
Pengukuran
Hasil Uji Baku mutu Interpretasi
SO2 24 jam 500g/m3 365 Melebihi
baku mutu
CO 24 jam 30000g/m3 10000 Melebihi
baku mutu
Nox 24 jam 200g/m3 150 Melebihi
baku mutu
O3 1 jam 200g/m3 235 Normal
Hidrocarbon 3 jam 100g/m3 160 Normal
Total
Suspended
particulate
(TSP)
24 jam 500g/m3 230 Melebihi
baku mutu
Pb 24 jam 5g/m3 2 Melebihi
baku mutu
14
Interpretasi kualitas air minum
Parameter Kadar maksimum
yang diperbolehkan
Hasil uji Interpretasi
E. Coli 0 2000/100 cc Melebihi batas
maksimum
Total Coliform 0 1000/100 cc Melebihi batas
maksimum
Arsen 0.01 0.05 mg/L Melebihi batas
maksimum
Flourida 1.5 1.4 mg/L Normal
Total
Kromium
0.05 0.03 mg/L Normal
Kadmium 0.003 0.001 mg/L Normal
Nitrit 3 2 mg/L Normal
Nitrat 50 25 mg/L Normal
Sianida 0.07 0.07 mg/L Normal
Selenium 0.01 0.01 mg/L Normal
IV. SINTESIS
A. SUMBER AIR DOMESTIK
1. Sumur yang baik
a. Letak sumur
Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-2916-1992 tentang
Spesifikasi Sumur Gali untuk Sumber Air Bersih, bahwa jarak
horizontal sumur ke arah hulu dari aliran air tanah atau sumber
pengotoran (bidang resapan/tangki septic tank) lebih dari 11
meter, sedangkan jarak sumur untuk komunal terhadap
perumahan adalah lebih dari 50 meter.
b. Sumber air
15
- Air permukaan : contohnya air sungai dan air rawa. Sumber
air ini mempunyai derajat pencemaran yang tinggi, disebabkan
oleh perjalanan air tersebut. Air ini akan mengandung banyak
zat organic yang telah membusuk sehingga biasanya berwarna
kuning kecoklatan. Sumber air ini kurang baik bagi kesehatan.
- Air tanah, berasal dari penyerapan air yang berada di
permukaan. Air tanah merupakan sumber air sumur, baik air
tanah dangkal (15 m2) untuk sumur dangkal dan air tanah
dalam (100-300 m2) untuk sumur bor. Merupakan sumber air
yang baik untuk sumur
- Mata air
c. Kriteria sumur yang baik
Sumur merupakan jenis sarana air bersih yang banyak
dipergunakan masyarakat, karena ± 45% masyarakat
mempergunakan jenis sarana air bersih ini. Sumur sanitasi adalah
jenis sumur yang telah memenuhi persyaratan sanitasi dan
terlindung dari kontaminasi air kotor. Sumur sehat minimal harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut.
16
d. Syarat Lokasi atau Jarak
Agar sumur terhindar dari pencemaran maka harus
diperhatikan adalah jarak sumur dengan jamban, lubang galian
untuk air limbah (cesspool, seepage pit) dan sumber-sumber
pengotoran lainnya. Jarak tersebut tergantung pada keadaan serta
kemiringan tanah.
– Lokasi sumur pada daerah yang bebas banjir.
– Jarak sumur minimal 15 meter dan lebih tinggi dari sumber
pencemaran seperti kakus, kandang ternak, tempat sampah dan
sebagainya.
e. Syarat Konstruksi
17
Syarat konstruksi pada sumur gali tanpa pompa, meliputi
dinding sumur, bibir sumur, serta lantai sumur.
Dinding sumur gali
Jarak kedalaman 3 meter dari permukaan tanah, dinding
sumur gali harus terbuat dibuat dari tembok yang kedap air
(disemen). Hal tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi
perembesan air / pencemaran oleh bakteri dengan karakteristik
habitat hidup pada jarak tersebut. Selanjutnya pada kedalaman
1,5 meter dinding berikutnya terbuat dari pasangan batu bata
tanpa semen, sebagai bidang perembesan dan penguat dinding
sumur.
Bibir sumur gali
Untuk keperluan bibir sumur ini terdapat beberapa
pendapat antara lain : Di atas tanah dibuat tembok yang kedap
air, setinggi minimal 70 cm, untuk mencegah pengotoran dari
air permukaan serta untuk aspek keselamatan.
Lantai sumur gali
Beberapa pendapat konstruksi lantai sumur antra lain :
Lantai sumur dibuat dari tembok yang kedap air ± 1,5 m
lebarnya dari dinding sumur. Dibuat agak miring dan
ditinggikan 20 cm di atas permukaan tanah, bentuknya bulat
atau segi empat (Entjang, 2000).
Saluran pembuangan air limbah. Saluran Pembuangan
Air Limbah dari sekitar sumur menurut Entjang, dibuat dari
tembok yang kedap air dan panjangnya sekurang-kurangnya 10
m.
Sedangkan pada sumur gali yang dilengkapi pompa,
pada dasarnya pembuatannya sama dengan sumur gali tanpa
18
pompa, namun air sumur diambil dengan mempergunakan
pompa. Kelebihan jenis sumur ini adalah kemungkinan untuk
terjadinya pengotoran akan lebih sedikit disebabkan kondisi
sumur selalu tertutup.
f. Jenis-jenis sumur
Sumur dangkal (shallow well)
Sumur dangkal mempunyai pasokan air yang berasal dari
resapan air hujan, terutama pada daerah dataran rendah. Sumur
dangkal ini dimiliki oleh sebagian besar masyarakat Indonesia,
dengan kelemahan utama pada mudahnya jenis sumur ini
terkontaminasi oleh air limbah yang berasal dari kegitan
mandi, cuci, dan kakus. Tingkat kalaman sumur dangkal ini
biasanya berkisar antara 5 s/d 15 meter dari permukaan tanah.
Sumur Dalam (Deep Well)
Sumber air Sumur Dalam berasal dari proses purifikasi
alami air hujan oleh lapisan kulit bumi menjadi air tanah.
Kondisi ini menyebabkan sumber airnya tidak terkontaminasi
serta secara umum telah memenuhi persyaratan sanitasi.
Menurut Notoatmodjo (2003), air dari sumur dalam ini berasal
dari lapisan air kedua di dalam tanah, dengan kedalaman di
atas 15 meter dari permukaan tanah.
Berikut merupakan perbedaan sumur dangkal dan sumur dalam
secara umum.
No. Pembeda Sumur dangkal Sumur dalam
1.
2.
3.
4.
Sumber air
Kualitas air
Kualitas
Bakteriologi
Air permukaan
Kurang baik
Kontaminasi
Kering pada
Air tanah
Baik
Tidak
terkontaminasi
19
Persediaan musim kemarau Tetap ada sepanjang
tahun
g. Dampak penggunaan sumur yang berasal dari rawa yang tercemar
limbah : Penularan penyakit yang disebabkan pencemaran air:
• Typhoid Fever;
• Cholera;
• Bacterial Dysentry
• Enteritis;
• Hepatitis A;
• Poliomyelitis;
• Amoeba Dysentry;
• Giardia;
• Schistosomiasis.
2. Indikator kebersihan air minum
Air yang layak dikonsumsi adalah air yang memenuhi standar
baku mutu. Baku mutu air adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi
zat atau bahan pencemar terdapat dalam air dan air tetap berfungsi
sesuai dengan peruntukannya. Standar baku mutu air menurut
keputusan Menteri Kesehatan RI yaitu:
Pasal 4 UU no 492 tahun2010 :
20
3. Batasan Sumber air bersih dan aman:
a. bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit
b. bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun
c. tidak berasa dan berbau
d. dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestic dan
rumah tangga
e. memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau
Depkes RI
Penyakit yang ditularkan melalui air : waterborne disease atau
water-related disease. Terjadinya suatu penyakit memerlukan agen,
bahkan kadang vector. Berikut beberapa contoh penyakit yang dapat
ditularkan melalui air berdasarkan tipe agen penyebab :
1) penyakit viral, contoh : hepatitis viral, poliomyelitis
25
2) penyakit bacterial, contoh : kolera, disentri, tifoid, diare
3) penyakit protozoa, contoh : amebiasis
4) penyakit helmintik, contoh: ascariasis, whip worm
5) leptospiral, contoh : Weil’s disease
Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air dapat dibagi
dalam kelompok berdasarkan cara penularannya, meliputi :
1) waterborne mechanism : kuman pathogen dalam air yang dapat
menyebabkan penyakit pada manusia ditularkan kepada manusia
melalui mulut atau sistem pencernaan, contoh : kolera, tifoid,
disentri basiler, hepatitis viral
2) waterwashed mechanism : berkaitan dengan kebersihan umum dan
perorangan. Terdapat 3 cara penularan dengan mekanisme ini :
a. infeksi melalui saluran pencernaan, cth: diare pada anak
b. infeksi melalui kulit dan mata, cth : scabies dan trachoma
c. penularan melalui binatang, cth: leptospirosis
3) water-based mechanism : pada mekanisme ini, penyakit yang
ditularkan memiliki agens penyebab yang menjalani sebagian
siklus hidupnya di dalam tubuh vector atau intermediate host, cth:
schistosomiasis
4) water-related insect vector mechanism : agen penyakit ditularkan
melalui gigian serangga yang berkembang biak di dalam air, cth:
filariasis, dengue, malaria, dan yellow fever
Sumber air, berdasarkan letaknya terbagi menjadi 3:
1) air angkasa (hujan)
merupakan sumber utama air di bumi. Walau saat presipitasi
merupakan air paling bersih, namun cenderung mengalami
pencemaran ketika berada di atmosfer yang disebabkan oleh
partikel debu, mikroorganisme, dan gas. Contoh: karbondioksida,
nitrogen, dan amonia.
26
2) air permukaan
meliputi badan-badan air, contoh : sungai, danau, telaga, waduk,
rawa, terjun, dan sumur permukaan.
3) air tanah
berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi yang
kemudian mengalami penyerapan ke dalam tanah dan mengalami
filtrasi secara alamiah.
Standar untuk kelayakan air minum di Indonesia :
a. Aspek fisik : suhu, warna, bau, rasa, dan kekeruhan
b. Aspek biologis : kuman parasit, pathogen, bakteri gol. E. coli
(sebagai patokan adanya pencemaran tinja
c. Aspek kimiawi : pH, jumlah zat padat , dan bahan kimia lain
d. Aspek radioaktif : radioaktif yang mungkin ada di dalam air
Aspek fisik kualitas air :
a. Color (warna): adanya warna biasanya karena pengaruh humus
yang mengandung zat besi dan Mn, jadi bisa bersumber dari alam
atau karena karat dari sistim distribusi; Dapat juga berasal dari
pencemaran akibat limbah industri dan ini bisa berbahaya.
b. Taste and odor (rasa dan bau): ini dapat berasal dari sumber alami
atau biologik, pencemaran bahan kimiawi atau side-effects dari
desinfektan seperti chlorine. Bau dan rasa dapat terjadi dari
penyimpanan atau distribusi. Jadi bila ada perubahan rasa atau
warna berasal dari pencearan atau gangguan fungsi sistim distribusi
atau storage.
c. Suhu: suhu air minum bervariasi sesuai keinginan, namun dari
sumbernya air hendaknya bersuhu dingin. Suhu yang meningkat
(sampai batas tertentu) dapat memacu pertumbuhan
mikroorganisme, dan meneyebabkan perubahan warna, rasa dan
bau serta memacu proses korosif.
27
d. Kekeruhan (turbidity) adanya kekeruhan disebabkan oleh bahan
partikulat (particulate matter) akibat kurang baiknya proses
penjernihan atau dapat juga karena berasal dari air tanah. Turbiditas
tinggi dapat mengurangi efektifitas klorinasi dan memacu
pertumbuhan bakteri.
Aspek Kimiawi Kualitas Air:
a. Beberapa bahan kimiawi terlarut dalam air karena proses alami
bersifat essensial buat kehidupan; beberapa bahan lainnya justru
meruak kesehatan bila terdapat dgn kadar diatas baku mutu
(standar). Bebarap jenis lainnya bersifat essensial dan juga merusak
pada kadar yang tinggi.
b. Bahan kimiawi ini dapat digolongkan jadi 3 golongan:
o Bahan yang memberikan efek merusak secara akut atau kronik:
berbagai jenis logam, nitrat dan sianida;
o Bahan yang bersifat genotoxic dan bersifat karsinogen, mutagen
dan menyebabkan birth defects. Contohnya bahan organik
sintetik, pestisida, arsenic, dll.
o Bahan esensial: iodine, selenium, flouride.
B. PENGELOLAAN SAMPAH
a. Standar pembuangan dan pengolahan sampah padat
Setiap hari manusia menghasilkan sampah, baik sampah rumah
tangga maupun sampah industri yang bermacam-macam bentuk dan
jenisnya. Sampah jika tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan
masalah lingkungan yang sangat merugikan. Sampah yang menumpuk dan
membusuk dapat menjadi sarang kuman dan binatang yang dapat
mengganggu kesehatan serta estetika lingkungan karena terkontaminasi
pemandangan tumpukan sampah dan bau busuk yang menyengat hidung.
28
Berikut ini adalah hal-hal yang wajib diperhatikan dalam mengelola
tempat sampah rumah tangga / tempat pembuangan sampah pribadi di
rumah-rumah :
Pisahkan sampah kering / non organik dengan sampah basah / organik
dalam wadah plastik.
Tempat sampah harus terlindung dari sinar matahari langsung, hujan,
angin, dan lain sebagainya.
Hindari tempat sampah menjadi sarang binatang seperti kecoa, lalat,
belatung, tikus, kucing, semut, dan lain-lain
Buang sampah dalam kemasan plastik yang tertutup rapat agar tidak
mudah berserakan dan mengeluarkan bau yang tidak sedap. Selain itu
juga memudahkan tukang sampah dalam mengambil sampah. Jangan
biarkan pemulung mengobrak-abrik sampah yang sudah dibungkus
rapi.
Tempat sampah harus tertutup aman dari segala gangguan namun
mudah dijangkau petugas kebersihan.
Jangan membakar sampah di lingkungan padat penduduk karena dapat
mengganggu kenyamanan dan kesehatan orang lain.
Ditinjau dari segi teknik operasional, pengelolaan sampah meliputi
kegiatan pewadahan sampai dengan pembuangan akhir. Operasional
bersifat integral dan terpadu, karena setiap proses tidak dapat berdiri
sendiri melainkan saling mempengaruhi. Di dalam pengelolaan sampah
harus diperhitungkan tenaga, alat-alat dan biaya. Pengelolaan sampah
ini sangat penting untuk keberhasilan program penanggulangan sampah
pada suatu daerah. Menurut SK SNI T-13-1990-F, tata cara pengelolaan
teknik sampah perkotaan meliputi dasar-dasar perencanaan untuk
kegiatan-kegiatan pewadahan sampah, pengelolaan sampah dan
pembuangan akhir sampah. Teknik pengelolaan persampahan secara
perasional dapat dilihat pada skema di bawah ini :
29
Skema Teknik Operasional Pengelolaan Persampahan
Persyaratan umum lokasi pembuangan akhir menurut SK SNI T-13-
1990-F adalah sebagai berikut:
Sudah tercakup dalam perencanaan tata ruang kota dan daerah
Jenis tanah kedap air
Daerah yang tidak produktif untuk pertanian
Dapat dipakai minimal 5-10 tahun
Tidak membahayakan atau mencemarkan sumber air
Jarak dari daerah pusat pelayanan 10 km
Daerah yang bebas banjir
b. Pengolahan Sampah Padat
Pengolahan Pendahuluan
Pada prinsipnya menyiapkan bahan masukan sampah padat yang akan
diolah, sehingga seusai dengan karakteristik dengan teknologi
30
Timbunan Sampah
Pewadahan
Pengumpulan
Pemindahan dan pengangkutan
Pemanfaatan
Pembuangan akhir sampah
pengolahannya, meliputi pemisahan sampah padat dan pengecilan
ukuran sampah padat.
Pemisahan
Memisahkan beberapa komponen dari sampah yang sesuai dengan
karakteristik yang dikehendaki, maka bahan-bahan yang terpakai dan
tidak terpakai akan terpisah sehingga efektifitas dan efisiensi. Teknik
yang dapat digunakan dari yang sederhana (hand sorting), screening,
magnetik hingga secara elektronik.
Pengecilan ukuran
Memperkecil ukuran sampah sehingga menjadi efisien dalam
pengolahan secara pembakaran dan pengkomposan. Alat yang
digunakan umumnya penggiling godam (hammermill), pencacah
(shredder), gerinda (grinder), pemipis (pulverizer).
c. Pengolahan sampah lanjutan
Untuk membuang dan memusnahkan sampah agar tidak menumpuk
dan berceceran di berbagai tempat yang akan menimbulkan pencemaran
terhadap lingkungan sebenarnya, meliputi:
Penumpukan (dumping)
Merupakan metode paling sederhana dan sering dipakai di negara
berkembang. Biasanya dimanfaatkan untuk menutup lekukan tanah,
rawa, jurang. Sampah hanya dibuang dan ditumpuk tanpa lapisan
penutupan. Ada dua macam yaitu open dumping (penumpukan
terbuka) dan sea dumping (penumpukan di laut). Metode ini banyak
menimbulkan masalah pencemaran.
Pengkomposan (composting)
Cara pemusnahan sampah dengan jalan memanfaatkan proses
dekomposisi zat organik oleh mikroorganisme pembusuk, pada
kondisi tertentu dalam waktu tertentu yang pada akhirnya
menghasilkan bahan berupa kompos/pupuk. Pemusnahan sampah
dengan cara ini sangat cocok untuk sampah organik. Pengkomposan
31
dapat dilakukan secara tradisional yaitu penumpukan sampah
dilakukan begitu saja di lahan berlubang tanpa dilakukan sortrasi
terlebih dahulu, sehingga sampah organik meupun non organik
tercampur semua. Dan secara modern yang dikenal sebagai Windrow
Composting, dengan cara melakukan sortasi, sehingga pengkomposan
hanya akan dilakukan terhadap sampah organik saja. Beberapa
tindakan intervensi dilakukan terhadap sampah yang ditumpuk sesuai
dengan prinsip pembuatan kompos, yaitu kandungan air yang merata
pada seluruh bagian sampah, kandungan oksigen yang cukup, dan
tidak terdapat genangan air.
Pembakaran (inceneration)
Yaitu pemusnahan sampah dengan jalan membakar sampah dalam
suatu tungku pembakaran. Metode ini hanya berlaku untuk sampah
padat yang dapat dibakar, dengan alat pembakaran yang disebut
insenerator. Insenerator beroperasi pada suhu 1500-1800F dan dapat
mengurangi volume sampah padat hingga 70%. Dibandingkan dengan
metode lain, insenerator memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai
berikut
Kelebihan:
1. Membutuhkan lahan relatif kecil untuk kapasitas yang cukup besar.
2. Pengolahan sampah dapat dilakukan terus menerus tanpa
tergantung pada kondisi iklim dan cuaca.
3. Panas yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi.
Kekurangan:
1. Membutuhkan investasi yang lebih mahal.
2. Biaya pemeliharaan yang tinggi.
3. Hasil pembakaran berupa residu yang harus dibuang dan gas yang
berpotensi mencemari udara.
32
d. Teknik Pembuangan dan Pengelolaan Tempat Sampah Akhir
Mengolah sampah dengan baik tanpa ada masalah adalah idaman
setiap kota-kota di dunia. Dengan mengelola dan mengolah sampah
dengan baik maka dapat mengurangi resiko timbulnya berbagai jenis
penyakit yang ditimbulkan dari sampah yang tidak dikelola. Teknik-teknik
yang dapat digunakan untuk menajemen sampah :
Sampah menjadi Kompos
Sampah biologis, basah atau organik dapat dijadikan kompos dengan
cara menimbun sampah tersebut di tanah untuk jangka waktu tertentu
hingga membusuk.
Pangan dan Makanan Ternak
Sampah yang berupa buah-buahan dan sayur-sayuran yang belum
sepenuhnya rusak dapat dijadikan makanan ternak atau binatang lain
yang dikebang biakkan. Biasanya sampah sayur dan buah banyak
dijumpai di pasar-pasar tradisional berserakan di mana-mana.
Landfill
Jenis ini adalah yang paling mudah karena hanya membuang dan
menumpuk sampah di tanah yang rendah pada area yang terbuka.
Metode ini sangat mengganggu estetika lingkungan.
Sanitary Landfill
Mirip dengan metode landfill namun sampah tersebut ditutup tanah.
Cara ini biasanya menggunakan alat-alat berat yang berharga mahal.
Pulverisation
Pulverisation adalah metode pembuangan sampah langsung ke laut
lepas setelah dihancurkan menjadi potongan-potongan kecil.
Incineration / Incinerator
Metode incineration adalah pembakaran sampah baik dengan cara
sederhana maupun modern secara masal. Teknologi memungkinkan
hasil energi pembakaran diubah menjadi energi listrik.
33
C. HIGIENIS DAN SANITASI MAKANAN
a. Tujuan sanitasi makanan
Menjamin keamanan dan kemurnian makanan dan menghindarkan
konsumen dari penyakit.
Mencegah penjualan yang merugikan pembeli
Mengurangi kerusakan makanan.
b. Tahapan sanitasi makanan
Keamanan makanan yang disediakan
Hygiene perorangan
Keamanan penyediaan air
Pengelolaan pembuangan limbah
Perlindungan makanan terhadap kontaminasi selama proses
pengelolaan, penyajian dan penyimpanan.
Pencucian dan pembersihan alat dan perlengkapan.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi sanitasi makanan
Faktor makanan
– Sumber makanan
– Pengangkutan makanan
– Penyimpanan bahan makanan
– Pemasaran makanan
– Pengelolaan makanan
– Penyajian makanan
– Penyimpanan makanan
Faktor manusia
– Tidak menderita penyakit infeksi
– Bukan carrier suatu penyakit
– Memahami personal hygiene
Faktor perlengkapan
34
D. POLUSI UDARA
Parameter Waktu
Pengukuran
Hasil Uji Baku mutu Interpretasi
SO2 24 jam 500g/m3 365 Melebihi
baku mutu
CO 24 jam 30000g/m3 10000 Melebihi
baku mutu
Nox 24 jam 200g/m3 150 Melebihi
baku mutu
O3 1 jam 200g/m3 235 Normal
Hidrocarbon 3 jam 100g/m3 160 Normal
Total
Suspended
particulate
(TSP)
24 jam 500g/m3 230 Melebihi
baku mutu
Pb 24 jam 5g/m3 2 Melebihi
baku mutu
35
a. Dampak SO2 terhadap kesehatan
Pencemaran SO2 menimbulkan dampak terhadap manusia dan hewan,
kerusakan pada tanaman terjadi pada kadar sebesar 0,5 ppm. Pengaruh
utama polutan SO2 terhadap manusia adalah iritasi sistim pernafasan.
b. Dampak CO terhadap kesehatan
36
Karakteristik biologik yang paling penting dari CO adalah kemampuannya
untuk berikatan dengan haemoglobin lebih besar daripada oksigen, pigmen
sel darah merah yang mengakut oksigen keseluruh tubuh. Hal ini dapat
menghalangi fungsi vital haemoglobin untuk membawa oksigen ke seluruh
tubuh.
c. Dampak NO2 terhadap kesehatan
NO2 berpengaruh pada sistem pernafasan bagian bawah. NOx dapat
bereaksi dengan bahan-bahan pencemar lain sehingga menimbulkan
fenomena sabut (asap kabut) yang dapat menyebabkan berkurangnya daya
pandang, iritasi pada mata dan saluran pernapasan.
d. Dampak TSP terhadap kesehatan
Ukuran partikulat debu bentuk padat maupun cair yang berada diudara
sangat tergantung kepada ukurannya. Pada umunya ukuran partikulat debu
sekitar 5 mikron merupakan partikulat udara yang dapat langsung masuk
kedalam paru-paru dan mengendap di alveoli. Keadaan ini bukan berarti
bahwa ukuran partikulat yang lebih besar dari 5 mikron tidak berbahaya,
karena partikulat yang lebih besar dapat mengganggu saluran pernafasan
bagian atas dan menyebabkan iritasi. Selain itu partikulat debu yang
melayang dan berterbangan dibawa angin akan menyebabkan iritasi pada
mata dan dapat menghalangi daya tembus pandang mata (Visibility).
e. Dampak Pb terhadap kesehatan
Pengaruh Pb dalam tubuh belum diketahui benar tetapi perlu waspada
terhadap pemajanan jangka panjang Timah Hitam dalam tulang tidak
beracun tetapi pada kondisi tertentu bisa dilepaskan karena infeksi atau
proses biokimia dan memberikan gejala keluhan garam Pb tidak bersifat
karsiogenik terhadap manusia. Gangguan kesehatan adalah akibat
bereaksinya Pb dengan gugusan sulfhidril dari protein yang menyebabkan
pengendapan protein dan menghambat pembuatan haemoglobin, Gejala
keracunan akut didapati bila tertelan dalam jumlah besar yang dapat
menimbulkan sakit perut muntah atau diare akut. Gejala keracunan kronis
37
bisa menyebabkan hilang nafsu makan, konstipasi lelah sakit kepala,
anemia, kelumpuhan anggota badan, kejang dan gangguan penglihatan.
E. Kontrol vektor di desa Mjt
ISPA : Mengurangi risiko ibfeksi, mengurangi asap baik dari kendaraan
hutan maupun kendaraan.
Diare : Mengurangi risiko infeksi dengan cara perilaku hidup bersih dan
sehat seperti mencuci tangan sebelum makan, makan makanan yang bersih
dan sehat.
Malaria: Mengurangi vektor penularan, pemberantasan jentik nyamuk dan
fogging, mengurangi air tergenang, menggunakan kelambu saat tidur.
DBD : PHBS, gerakan 3M, dan ikan tempalo
TB : Meningkatkan kebersihan dan kesehatan, PHBS, mengobati
pasien yang terdiagnosis TB.
Penyakit kulit : Menjaga kebersihan kulit, pengobatan dengan obat anti
jamur.
Penyakit gigi mulut : PHBS, periksa gigi setiap 6 bulan.
38