LAPTUT SKEN 3 BLOK KM KEL 12.doc

43
BAB I PENDAHULUAN Skenario 3 Pak Parno, umur 34 tahun, bekerja sebagai buruh bangunan, mempunyai istri dan dua orang anak. Pak Parno tahun lalu memiliki kartu JAMKESMAS, tetapi tahun ini tidak terdaftar lagi. Pak Parno sudah menanyakan ke Puskesmas, tetapi oleh petugas Puskesmas diminta menanyakan pada kelurahan. Istri pak Parno saat ini sedang hamil anak ketiga. Istri pak Parno terdaftar sebagai penerima program JAMPERSAL, tetapi bingung kalau nanti melahirkan dengan operasi di rumah sakit swasta apakah bisa menggunakan fasilitas ini. Sudah 7 hari pak Parno merasakan demam, naik turun dengan disertai diare, badannya terasa lemas, sehingga tidak mampu berangkat kerja. Sebagai seorang buruh harian, maka bila tidak berangkat kerja, pak Parno tidak mendapatkan upah. Pak Parno tidak mempunyai uang untuk membayar pengobatan, karena itu meminjam uang dari tetangganya untuk berobat ke dokter Mia. Dr.Mia bekerja sebagai dokter Puskemas di siang hari dan membuka praktek pribadi di rumah pada sore hari. Pasien praktek pribadinya rata-rata berasal dari golongan sosial ekonomi menengah ke bawah. Seringkali pasien datang berobat dengan kondisi yang sudah parah. 1

description

Laporan Tutorial Blok Kedaruratan Mediktahun 2009

Transcript of LAPTUT SKEN 3 BLOK KM KEL 12.doc

Page 1: LAPTUT SKEN 3 BLOK KM KEL 12.doc

BAB I

PENDAHULUAN

Skenario 3

Pak Parno, umur 34 tahun, bekerja sebagai buruh bangunan, mempunyai

istri dan dua orang anak. Pak Parno tahun lalu memiliki kartu JAMKESMAS,

tetapi tahun ini tidak terdaftar lagi. Pak Parno sudah menanyakan ke Puskesmas,

tetapi oleh petugas Puskesmas diminta menanyakan pada kelurahan. Istri pak

Parno saat ini sedang hamil anak ketiga. Istri pak Parno terdaftar sebagai penerima

program JAMPERSAL, tetapi bingung kalau nanti melahirkan dengan operasi di

rumah sakit swasta apakah bisa menggunakan fasilitas ini.

Sudah 7 hari pak Parno merasakan demam, naik turun dengan disertai diare,

badannya terasa lemas, sehingga tidak mampu berangkat kerja. Sebagai seorang

buruh harian, maka bila tidak berangkat kerja, pak Parno tidak mendapatkan upah.

Pak Parno tidak mempunyai uang untuk membayar pengobatan, karena itu

meminjam uang dari tetangganya untuk berobat ke dokter Mia.

Dr.Mia bekerja sebagai dokter Puskemas di siang hari dan membuka praktek

pribadi di rumah pada sore hari. Pasien praktek pribadinya rata-rata berasal dari

golongan sosial ekonomi menengah ke bawah. Seringkali pasien datang berobat

dengan kondisi yang sudah parah. Dr.Mia adalah dokter keluarga yang dikontrak

oleh PT.Askes untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada peserta Askes.

PT.Askes membayar Dr.Mia dan dokter keluarga lainnya yang dikontrak PT.

Askes dengan cara kapitasi agar pelayanan yang diberikan cost-effective. PT.

Asks tidak membayar dokter keluarga dengan cara fee-for-service untuk

mencegah provider moral hazard.

Dr. Mia menerangkan pada pak Parno bahwa untuk tahun-tahun mendatang

semua penduduk Indonesia diharapkan tergabung dalam progran jaminan sosial

kesehatan. Bila berobat ke rumah sakit, pak Parno tidak perlu membayar. Pak

Parno pernah bekerja sebagai buruh tetap disuatu perusahaan kontraktor swasta

besar, dan mendapat asuransi kesehatan swasta sebagai fasilitas dari

perusahaannya. Pak Parno pernah mengalami kecelakaan kerja yang cukup parah,

1

Page 2: LAPTUT SKEN 3 BLOK KM KEL 12.doc

kemudian mendapatkan pelayanan kedokteran okupasi oleh dokter perusahaan di

klinik perusahaan. Kecelakaan kerja waktu itu berakibat gak parah karena pak

Parno tidak memakai alat pelindung diri (APD). Dokter perusahaan lalu merujuk

pak Parno ke rumah sakit swasta.

2

Page 3: LAPTUT SKEN 3 BLOK KM KEL 12.doc

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Seven Jumps

Klarifikasi Istilah

1. Jamkesmas : jaminan perlindungan kesehatan secara komprehensif yang

diberikan secara berjenjang bagi masyarakat yang iurannya dibayar oleh

pemerintah, berlaku untuk masyarakat miskin

2. Jampersal : jaminan pembiayaan persalinan dari pemerintah, pelayanannya

meliputi ANC, persalinan, nifas, KB, BBL

3. Kapitasi : metode pembayaran dokter dengan jumlah tetap berdasarkan

jumlah orang yang ditetapkan asuransi.

4. Kedokteran okupasi : ilmu yang mempelajari pengaruh pekerjaan terhadap

kesehatan pekerja dan sebaliknya → spesialisasi kedokteran

5. Kesehatan kerja : spesialisasi dalam ilmu kesehatan/ kedokteran beserta

prakteknya yang bertujuan agar pekerja/ masyarakat pekerja memperoleh

derajat kesehatan setingi-tingginya, baik fisik, mental, sosial dengan usaha

preventif dan kuratif terhadap penyakit/ gangguan kesehatan yang

diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap

penyakit umum

6. Fee for service : metode pembayaran dokter berdasarkan pelayanan yang

diberikan

7. PT Askes : BUMN untuk menyelenggarkan jaminan pemeliharaan

kesehatan untuk PNS, TNI/ POLRI, veteran, perintis kemerdekaan beserta

anggota keluarga dan badan usaha lainnya

8. Provider moral hazard : motivasi untuk memaksimalkan pendapatan

dengan cara melakukan pemeriksaan yang tidak diperlukan/ berlebihan

9. Cost- effective : pelayanan kesehatan dengan tujuan hasil maksimal dan

biaya minimal

10. Program jaminan sosial kesehatan : meliputi pelayanan rawat jalan tingkat

pertama, pelayanan rawat jalan tingkat lanjutan, pelayanan rawat inap di

3

Page 4: LAPTUT SKEN 3 BLOK KM KEL 12.doc

rumah sakit, pelayanan persalinan, pelayanan emergency, pelayanan

khusus; contoh : program jamsostek untuk meningkatkan kesehatan

pekerjanya

11. Kecelakaan kerja : kecelakaan terkait pekerjaan

12. Alat perlindungan diri : kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja

sesuai bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu

sendiri dan orang di sekelilingnya serta untuk meminimalisasi kecelakaan

kerja

Rumusan Masalah

1. Jelaskan macam-macam metode pembiayaan kesehatan!

2. Mengapa Pak Parno dalam skenario tidak terdaftar lagi sebagai anggota

Jamkesmas padahal tahun lalu terdaftar?

3. Apakah Jampersal dapat digunakan di rumah sakit swasta?

4. Jelaskan tentang macam-macam jaminan kesehatan di Indonesia dan

perbedaan pada tiap jenis jaminan kesehatan tersebut!

5. Jelaskan ruang lingkup kedokteran okupasi!

6. Siapa yang bertanggung jawab untuk penyediaan alat pelindung diri bagi

pekerja?

7. Bagaimana cara menjadi dokter okupasi?

8. Metode pembiayaan bagi dokter (pembayaran)

Brain Storming

1. - Out of pocket payment : pasien membayar langsung

- Pajak : pemerintah menarik pajak → digunakan untuk pembiayaan

kesehatanAsuransi : menarik premi dari individu peserta asuransi, uang

tidak bisa kembali

- Medical saving account : warga menabung uang untuk biaya

kesehatan mereka sendiri, uang bisa kembali

4

Page 5: LAPTUT SKEN 3 BLOK KM KEL 12.doc

8. - Gaji : berdasarkan waktu kerja

- Line item budget : pembayaran berdasarkan periode; terdiri atas gaji,

obat, pengadaan alat kesehatan, pemeliharaan, dan lain-lain

- Fee for service : bayar langsung

- Anggaran global : pembayaran di muka, jumlah tetap, dalam suatu

periode

- Pembiayaan berbasis kasus : pembayaran per kasus/ penyakit

- Kapitasi : pemberian berkala, jumlah tetap, tergantung jumlah orang

yang dipegang dokter → asuransi

3. Pelayanan persalinan tingkat pertama→ puskesmas, Polindes, Poskesdes,

fasilitas kesehatan swasta yang memiliki perjanjian kerja sama dengan tim

pengelola kabupaten/ kota

Pelayanan persalinan tingkat lanjutan → di rumah sakit pemerintah dan

swasta

Indikasi SC di rumah sakit swasta:

- SC elektif, atas indikasi medis

- SC emergensi, atas indikasi medis

- SC dengan komplikasi

Tidak semua rumah sakit swasta bisa memakai Jampersal, hanya yang

bekerja sama.

4. - Jampersal : target seluruh masyarakat

→ 4 kali ANC, persalinan (termasuk resiko tinggi), nifas, KB setelah

persalinan, rujukan keguguran

- PKMS : Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Solo

- SJSN : Sistem Jaminan Kesehatan Nasional

→ menggantikan Jamkes lain

→komprehensif : jaminan kesehatan, hari tua, persalinan, kecelakaan

kerja, dan lain-lain

→dana APBN dan masyarakat setempat

→target : masyarakat yang kekurangan akses pelayanan kesehatan

→ dijalankan 2014

5

Page 6: LAPTUT SKEN 3 BLOK KM KEL 12.doc

Jamkesmas Jamsoskes Jampersal

Sasaran Masyarakat

miskin

Tenaga kerja

perusahaan

yang terdaftar

Jamsoskes

Ibu hamil,

bersalin, nifas

(sampai dengan

42 hari pasca

melahirkan),

bayi baru lahir

(sampai dengan

usia 28 hari)

Fokus

kegiatan

Rawat jalan,

rawat inap,

gawat darurat,

transport

rujukan

Rawat jalan,

rawat inap,

gawat darurat,

transport

rujukan, ganti

rugi kecelakaan

dan kematian,

jaminan hari

tua

ANC,

persalinan, nifas,

KB setelah

persalinan,

rujukan

keguguran

Asal dana APBN Premi APBN

Cara daftar Surat

Keterangan

Miskin dari RT/

RW/ kelurahan

Pekerja aktif di

perusahaan

yang terdaftar

Jamsoskes

Menunjukkan

KTP/ KK

2. Pendaftaran Jamkesmas → setahun sekali

Cara mendaftar : berdasarkan rujukan RT/ RW, kelurahan

Kemungkinan Pak Parno tidak terdaftar karena tidak ada rujukan

RT/RW atau kelurahan

6

Page 7: LAPTUT SKEN 3 BLOK KM KEL 12.doc

6. - Ruang lingkup : pekerja dan lingkungan pekerja

- Comprehensive → preventif (melalui APD/ Alat Perlindungan Diri),

promotif, kuratif, rehabilitatif

- Menilai resiko pekerjaan terhadap pekerjanya

- Dokter okupasi mewajibkan pekerja untuk memakai APD sebagai

upaya preventif

- Yang bertanggung jawab atas penyediaan APD : perusahaan

7. Sertifikasi dokter okupasi/ sekolah spesialis khusus kedokteran

okupasi

5. - Layanan medis yang profesional terhadap penyakit-penyakit

kedaruratan medik akibat kerja

- Pencegahan masalah kesehatan pada pekerja dan lingkungan industri

- Penilaian terhadap bahan-bahan yang berbahaya

- Monitoring kesehatan para pekerja untuk mengidentifikasi resiko

kesehatan sebelum terjadi kelainan klinis/ terjadi kecelakaan.

B. STUDI PUSTAKA

PEMBIAYAAN PELAYANAN KESEHATAN

Uang yang dibayarkan untuk pelayanan kesehatan dapat dibayarkan dalam

empat cara:

1. Out-of Pocket Payment (OOP).

Dengan cara ini pasien membayar langsung kepada dokter atau

pemberi pelayanan kesehatan lainnya untuk pelayanan kesehatan yang

sudah diterima. Aspek positif metode ini, pasien menjadi lebih menghargai

nilai ekonomi dari pelayanan kesehatan yang diterima sehingga

menghindari penggunaan pelayanan kesehatan secara berlebihan. Aspek

negatifnya, pasien dan keluarga akan sangat rentan untuk mengalami

pengeluaran bencana (catastrophic expenditure) karena harus membayar

7

Page 8: LAPTUT SKEN 3 BLOK KM KEL 12.doc

biaya kesehatan yang mahal pada suatu saat ketika sakit, sehingga bisa

menyebabkan pasien dan keluarganya jatuh miskin.

2. Pajak (Taxation).

Pemerintah Inggris menarik pajak umum (general taxatin) dari

warga yang antara lain digunakan untuk membiayai pelayanan kesehatan

yang diselenggarakan oleh NHS (National Health Services). Pemerintah

Indonesia juga menarik pajak umum. Pemerintah membayar sebagian dari

biaya pelayanan kesehatan pasien yang diberikan pada fasilitas kesehatan

pemerintah, misalnya Puskesmas dan RS pemerintah pusat maupun

daerah. Pasien harus membayar sebagian dari pelayanan kesehatan yang

digunakan, disebut user fee (user charge). Di Indonesia terdapat skema

Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat) yang membebaskan semua

biaya pelayanan kesehatan di tingkat primer maupun sekunder yang

disediakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah.

3. Asuransi (Insurance).

Sistem asuransi menarik premi yang dibayarkan oleh individu-

individu peserta asuransi. Beberapa negara mengoperasikan compulsory

payroll tax yang bersifat wajib bagi pekerja untuk membayar asuransi.

Masalah yang jelas dari sistem wajib adalah membebankan biaya 5

pelayanan kesehatan kepada angkatan kerja sehingga dapat memperburuk

ekonomi umum. Asuransi kesehatan bisa diambil oleh masing-masing

individu atau pekerja (seperti di AS), sehingga menyebabkan sebagian

penduduk tidak terasuransi, atau diselenggalarakan melaui skema nasional

untuk semua penduduk (misalnya, Kanada, Belanda).

Sebagian besar negara menggunakan campuran dari metode-

metode di atas. Sebagai contoh, di Indonesia pemerintah menyediakan

pelayanan kesehatan primer dan di Puskesmas dan sekunder di RS

pemerintah, tetapi membiayai hanya sebagian pelayanan kesehatan itu.

Sebagian warga membeli asuransi kesehatan swasta, baik secara individual

atau melalui perusahaan tempat bekerja, sebagian besar warga tidak

terasuransi. Di Inggris, NHS membiayai semua pelayanan kesehatan,

8

Page 9: LAPTUT SKEN 3 BLOK KM KEL 12.doc

tetapi sebagian warga membeli asuransi swasta. AS didominasi oleh

asuransi swasta, tetapi terdapat sistem yang didanai pemerintah untuk

warga miskin (Medicaid) dan usia lanjut (Medicare), dan juga veteran

Angkatan Bersenjata AS ( Veterans Administration, disingkat VA).

4. Medical Saving Account.

Medical Saving Account (MSA, personal savings account)

mengharuskan warga menabung uang untuk membiayai pelayanan

keshatannya sendiri. Sejauh ini hanya Singapore yang menggunakan

sistem ini. Sistem ini memproteksi generasi berikutnya dari biaya-biaya

akibat generasi kini. (Murti, 2012)

METODE PEMBAYARAN BAGI PEMBERI PELAYANAN

KESEHATAN

1. Line Item Budget

Line item budget membayar sejumlah uang kepada pemberi pelayanan

untuk suatu periode (misalnya, per tahun) agar pemberi pelayanan dapat

memberikan pelayanan kesehatan. Line item budget biasanya terdiri atas

gaji, obat, peralatan, pemeliharaan, dan sebagainya.

2. Gaji

Gaji (salary) merupakan suatu metode untuk membayar dokter berdasarkan

waktu kerja. Metode pembayaran gaji sering digunakan sebagai salah satu

item (pos, kategori) dalam line item budget di fasilitas pelayanan kesehatan.

3. Anggaran Global

Anggaran global (global budget) membayar pemberi pelayanan sejumlah

uang dalam jumlah yang tetap yang dilakukan di muka untuk menutup

pengeluaran keseluruhan dalam suatu periode.

9

Page 10: LAPTUT SKEN 3 BLOK KM KEL 12.doc

4. Fee-For Service (FFS)

FFS membayar pemberi pelayanan untuk masing-masing pelayanan yang

diberikan, misalnya konsultasi dokter, pemeriksaan sinar X, tindakan bedah,

dan jenis pelayanan lainnya. FFS bisa meliputi tagihan untuk obat dan

produk medis lainnya yang diberikan bersama dengan pelayanan tenaga

kesehatan. FFS dapat digunakan untuk membayar pelayanan rawat jalan

maupun pelayanan rawat inap per diem (per hari), misalnya di India,

Malaysia, Sri Lanka, Rusia.

5. Kapitasi

Metode pembayaran kapitasi (disebut juga pembayaran per kapita)

membayar pemberi pelayanan kesehatan sejumlah uang dalam jumlah yang

tetap secara berkala untuk suatu periode waktu per orang yang diasuransi

untuk membiayai paket pelayanan tertentu.

6. Pembayaran Berbasis Kasus

Sistem pembayaran berbasis kasus (case-based reimbursement) membayar

pemberi pelayanan sejumlah uang yang telah ditentukan terlebih dulu yang

mencakup semua pelayanan per kasus atau episode penyakit. Diagnosis-

reated group (DRG) atau case-based group (CBG) yang diterapkan di

Indonesiaa merupakan contoh sistem pembayaran berbasis kasus (Murti,

2012).

MACAM-MACAM JAMINAN KESEHATAN

I. JAMKESMAS

Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat) adalah sebuah

program jaminan kesehatan untuk warga Indonesia yang memberikan

perlindungan sosial dibidang kesehatan untuk menjamin masyarakat miskin

dan tidak mampu yang iurannya dibayar oleh pemerintah agar kebutuhan

dasar kesehatannya yang layak dapat terpenuhi.Program ini dijalankan

oleh Departemen Kesehatan sejak 2008. Program Jaminan Kesehatan

10

Page 11: LAPTUT SKEN 3 BLOK KM KEL 12.doc

Masyarakat (Jamkesmas) diselenggarakan berdasarkan konsep asuransi

sosial. Program ini diselenggarakan secara nasional dengan tujuan untuk : 1)

mewujudkan portabilitas pelayanan sehingga pelayanan rujukan tertinggi

yang disediakan Jamkesmas dapat diakses oleh seluruh peserta dari berbagai

wilayah; 2) agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan

kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin (Anonim, 2012).

Peserta yang dijamin dalam program Jamkesmas tersebut meliputi

(Anonim, 2012):

1. Masyarakat miskin dan tidak mampu yang telah ditetapkan dengan

keputusan Bupati/Walikota.

2. Gelandangan, pengemis, anak dan orang terlantar, masyarakat miskin

yang tidak memiliki identitas.

3. Peserta Program Keluarga Harapan (PKH) yang tidak memiliki kartu

Jamkesmas.

4. Masyarakat miskin yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri

Kesehatan Nomor 1185/Menkes/SK/XII/2009 tentang Peningkatan

Kepesertaan Jamkesmas bagi Panti Sosial, Penghuni Lembaga

Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara serta Korban Bencana

Pasca Tanggap Darurat. Tata laksana pelayanan diatur dengan petunjuk

teknis (juknis) tersendiri sebagaimana tertuang dalam Keputusan Menteri

Kesehatan Nomor 1259/Menkes/SK/XII/2009 tentang Petunjuk Teknis

Pelayanan Jamkesmas Bagi Masyarakat Miskin Akibat Bencana,

Masyarakat Miskin Penghuni Panti Sosial, dan Masyarakat Miskin

Penghuni Lembaga Pemasyarakatan serta Rumah Tahanan Negara.

5. Ibu hamil dan melahirkan serta bayi yang dilahirkan (sampai umur 28

hari) yang tidak memiliki jaminan kesehatan

6. Penderita Thalassaemia Mayor yang sudah terdaftar pada Yayasan

Thalassaemia Indonesia (YTI) atau yang belum terdaftar namun telah

mendapat surat keterangan Direktur RS sebagaimana diatur dalam

Petunjuk Teknis Jaminan Pelayanan Pengobatan Thalassaemia.

11

Page 12: LAPTUT SKEN 3 BLOK KM KEL 12.doc

Berikut Tatalaksana Pelayanan Kesehatan peserta Jamkesmas yang

ditetapkan Departemen Kesehatan (Putro, 2012):

1. Setiap peserta JAMKESMAS mempunyai hak mendapat pelayanan

kesehatan dasar meliputi pelayanan kesehatan rawat jalan (RJ) dan rawat

inap (RI), serta pelayanan kesehatan rujukan rawat jalan tingkat lanjutan

(RJTL), rawat inap tingkat lanjutan (RITL) dan pelayanan gawat darurat.

2. Pelayanan kesehatan dalam program ini menerapkan pelayanan

berjenjang berdasarkan rujukan.

3. Pelayanan rawat jalan tingkat pertama diberikan di Puskesmas dan

jaringannya. Pelayanan rawat jalan lanjutan diberikan di

BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM dan Rumah Sakit.

4. Pelayanan rawat inap diberikan di Puskesmas Perawatan dan ruang rawat

inap kelas III (tiga) di RS Pemerintah termasuk RS Khusus, RS

TNI/POLRI dan RS Swasta yang bekerjasama dengan Departemen

Kesehatan. Departemen Kesehatan melalui Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota atas nama Menteri Kesehatan membuat perjanjian

kerjasama (PKS) dengan RS setempat yangdiketahui kepala dinas

kesehatan Propinsi meliputi berbagai aspek pengaturan.

5. Pada keadaan gawat darurat (emergency ) seluruh Pemberi Pelayanan

Kesehatan (PPK) wajib memberikan pelayanan kepada peserta walaupun

tidak memiliki perjanjian kerjasama sebagaimana dimaksud butir 4.

Penggantian biaya pelayanan kesehatan diklaimkan ke Departemen

Kesehatan melalui Tim Pengelola Kabupaten/kota setempat setelah

diverifikasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada program ini.

6. RS/BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM melaksanakan pelayanan

rujukan lintas wilayah dan biayanya dapat diklaimkan oleh Pemberi

Pelayanan Kesehatan (PPK) yang bersangkutan ke Departemen

Kesehatan.

7. Pelayanan obat di Puskesmas beserta jaringannya dan di Rumah Sakit

dengan ketentuan sebagai berikut : (a) Untuk memenuhi kebutuhan obat

generik di Puskesmas dan jaringannya akan dikirim langsung melalui

12

Page 13: LAPTUT SKEN 3 BLOK KM KEL 12.doc

pihak ketiga franko Kabupaten/Kota. (b) Untuk memenuhi kebutuhan

obat dan bahan habis pakai di Rumah Sakit

8. Instalasi Farmasi/Apotik Rumah Sakit bertanggungjawab menyediakan

semua obat dan bahan habis pakai untuk pelayanan kesehatan masyarakat

miskin yang diperlukan. Agar terjadi efisiensi pelayanan obat dilakukan

dengan mengacu kepada Formularium obat pelayanan kesehatan program

ini.

Sementara untuk anak terlantar, gelandangan, pengemis, karena

domisili yang tidak memungkinkan segera mendapatkan SKTM. Pelayanan

atas anak terlantar, gelandangan, pengemis dibiayai dalam program ini.

Semakin tinggi tingkat kesehatan yang ada di Indonesia maka akan

semakin baik pula usaha pendidikan yang ada di Indonesia. mari kita

dukung pemerintah dalam pelaksanaan program JAMKESNAS.

Ruang lingkup pelayanan kesehatan Program Jamkesmas di

puskesmas dan jaringannya meliputi upaya pelayanan kesehatan perorangan

(promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) yang berupa rawat jalan dan

rawat inap bagi peserta Program Jamkesmas. Penyelenggaraan pelayanan

kesehatan program Jamkesmas mencakup semua jenis pelayanan kesehatan

dasar yang tersedia di puskesmas dan jaringannya, dengan standar, pedoman

SOP yang sama bagi setiap masyarakat sesuai indikasi medis. Ruang

lingkup Program Jamkesmas di puskesmas dan jaringannya meliputi

(Menkes, 2011):

A. Pelayanan Kesehatan Dasar

1. Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Pertama

Pelayanan rawat jalan tingkat primer yang dimaksud adalah pelayanan

kesehatan yang diberikan oleh puskesmas dan jaringannya termasuk

UKBM (poskesdes, posyandu, Pos UKK, dan lain lain) di wilayah

tersebut antara lain :

a. Pemeriksaan kesehatan dan konsultasi kesehatan

b. Pelayanan pengobatan umum

13

Page 14: LAPTUT SKEN 3 BLOK KM KEL 12.doc

c. Pelayanan gigi termasuk cabut dan tambal

d. Penanganan gawat darurat

e. Pelayanan gizi kurang/buruk

f. Tindakan medis/operasi kecil

g. Pelayanan kesehatan ibu dan anak

h. Pelayanan imunisasi wajib bagi bayi

i. Pelayanan kesehatan melalui Kunjungan rumah

j. Pelayanan Keluarga Berencana (alat kontrasepsi disediakan

BKKBN), termasuk penanganan efek samping dan komplikasi

k. Pelayanan laboratorium dan penunjang diagnostik lainnya

l. Pemberian obat

m. Rujukan

Tempat pelayanan kesehatan rawat jalan tingkat pertama adalah di

puskesmas dan jaringannya baik berupa kegiatan pelayanan kesehatan di

dalam gedung maupun kegiatan pelayanan kesehatan di luar gedung

yang meliputi :

a. Puskesmas perawatan

b. Puskesmas

c. Puskesmas Keliling

d. Puskesmas Pembantu

e. Pos Kesehatan Desa

f. Pos UKBM (posyandu, Pos UKK, pos obat desa dan lainnya)

g. atau sarana lainnya yang tersedia di wilayah tersebut termasuk rumah

penduduk

2. Pelayanan Kesehatan Rawat Inap Tingkat Pertama

Pada kondisi pasien rawat jalan perlu dilakukan perawatan maka sebagai

alternatif untuk perawatan lanjutan adalah dilakukan rawat inap di

puskesmas perawatan sesuai dengan kemampuan sarana yang dimiliki,

apabila tidak memiliki kemampuan perawatan lanjutan harus dilakukan

rujukan ke fasilitas kesehatan rujukan yang memberikan pelayanan

14

Page 15: LAPTUT SKEN 3 BLOK KM KEL 12.doc

Program Jamkesmas. Jenis pelayanan pada puskesmas perawatan

tersebut :

a. Penanganan gawat darurat

b. Perawatan pasien rawat inap termasuk perawatan gizi buruk dan gizi

kurang

c. Peawatan persalinan

d. Perawatan satu hari (one day care)

e. Tindakan medis yang diperlukan

f. Pemberian obat

g. Pemeriksaan laboratorium dan penunjang medis lainnya

h. Rujukan

Tempat pelayanan kesehatan rawat inap tingkat pertama hanya di

puskesmas perawatan.

3. Pelayanan Pertolongan Persalinan

Pelayanan pertolongan persalinan normal dapat dilakukan di puskesmas

dan jaringannya termasuk sarana UKBM, bidan dan dokter praktik

sedangkan pertolongan persalinan pervaginam dengan penyulit dapat

dilakukan di puskesmas dengan fasilitas PONED sesuai kompetensinya.

Pelayanan pertolongan persalinan tersebut mencakup:

a. Observasi Proses Persalinan

b. Pertolongan persalinan normal

c. Pertolongan persalinan pervaginam dengan penyulit (puskesmas

dengan fasilitas PONED)

d. Pelayanan gawat darurat persalinan

e. Perawatan Nifas (Ibu dan neonatus)

f. Pemeriksaan laboratorium dan penunjang diagnostik lain

g. Pemberian obat

h. Akomodasi dan makan pasien

i. Rujukan

15

Page 16: LAPTUT SKEN 3 BLOK KM KEL 12.doc

Tempat pelayanan pertolongan persalinan dapat dilakukan di sarana

pelayanan kesehatan yaitu puskesmas dan jaringannya, sarana UKBM,

bidan praktik, dokter praktik, rumah bersalin maupun di rumah penduduk

oleh tenaga kesehatan yang berkompeten.

B. Pelayanan Spesialistik

Pada dasarnya Program Jamkesmas di puskesmas dan jaringannya

adalah pelayanan kesehatan perorangan tingkat pertama, tetapi dalam

rangka peningkatan akses pelayanan kesehatan lanjutan, beberapa

puskesmas di kota besar menyediakan pelayanan spesialistik. Apabila

puskesmas memiliki fasilitas pelayanan spesialistik, baik berupa pelayanan

dokter spesialis yang bersifat tetap atau rawat jalan maupun pelayanan

penunjang spesialistik (laboratorium, Radiologi, dan lain lain), maka

kegiatan tersebut dapat menjadi bagian kegiatan program Jamkesmas di

puskesmas dan jaringannya, tetapi perlu pengaturan secara khusus (perlu

pembatasan khususnya berbagai jenis tindakan dengan memperhatikan

kondisi sarana, prasarana, kompetensi dan ketersediaan dana).

C. Pelayanan Rujukan

Rujukan pelayanan kesehatan yang dimaksud adalah proses rujukan

kasus maupun rujukan spesimen/penunjang diagnostik yang dapat berasal

dari poskesdes, pustu ke puskesmas/puskesmas perawatan, antar puskesmas

dan jaringannya dan dari puskesmas dan

jaringannya ke fasilitas kesehatan rujukan (RS, BBKPM, BKPM,

BKMM, BKIM) atau sarana penunjang medis lainnya. Prosedur rujukan

dilaksanakan secara berjenjang dan terstruktur dengan prinsip portabilitas.

Pelaksanaan rujukan harus didasarkan pada indikasi medis sehingga

puskesmas dan jaringannya harus dapat melakukan kendali dalam hal

rujukan, sehingga puskesmas dan jaringannya dapat melakukan filtrasi

rujukan (kasus yang dapat ditangani puskesmas dan jaringannya sesuai

kompetensi dan tidak memerlukan rujukan harus ditangani di puskesmas

16

Page 17: LAPTUT SKEN 3 BLOK KM KEL 12.doc

dan jaringannya). Prosedur rujukan harus disertai dengan surat rujukan.

Pengendalian rujukan oleh puskesmas dan jaringannya tersebut akan sangat

berdampak pada pengendalian biaya karena dana Jamkesmas yang ada di

puskesmas termasuk didalamnya adalah dana untuk transportasi rujukan.

Pada kondisi gawat darurat proses rujukan dapat langsung dari puskesmas

pembantu, poskesdes ke fasilitas kesehatan rujukan terdekat. Pelayanan

rujukan di atas adalah berupa penyediaan biaya transportasi dari pustu,

poskesdes/polindes ke puskesmas atau dari puskesmas pembantu,

poskesdes, puskesmas dan jaringannya ke fasilitas kesehatan rujukan dan

biaya rujukan pemeriksaan spesimen/penunjang medis.

MACAM-MACAM PENGELOLA JAMINAN KESEHATAN

A. PT Askes Indonesia (BUMN)

PT Askes Indonesia adalah sebuah BUMN (Badan Usaha Milik Negara)

yang ditunjuk untuk memberikan pelayanan berupa jaminan kesehatan

secara menyeluruh kepada Pegawai Negeri Sipil,Penerima Pensiun, Veteran

dan Perintis Kemerdekanaan beserta Keluarganya.

Selain yang disebutkan di atas, PT Askes Indonesia juga menyelenggarakan

asuransi kesehatan masyarakat Indonesia yang terlah terdaftar sebagai

peserta Jamkesmas, Jamkesda, atau Jamkeskot yang iurannya telah dibayar

oleh pemerintah.

Berikut adalah beberapa hal yang perlu diketahui terkait dengan PT Askes :

Lokasi Pelayanan

Fasilitas kesehatan di seluruh Indonesia yang bekerjasama dengan PT Askes

(Persero) atau fasilitas kesehatan yang dipilih oleh Peserta yang terdiri dari :

1.  Dokter Keluarga

2. Dokter Spesialis

3.  RS Swasta

4.  RS Pemerintah

5. RS TNI/POLRI

17

Page 18: LAPTUT SKEN 3 BLOK KM KEL 12.doc

6. Unit Pelayanan Transfusi Darah (UPTD)/PMI

7.  Apotek

8. Optikal

9. Laboratorium

Jenis Pelayanan

1. Pelayanan Rawat Jalan tingkat Pertama (RJTP)

2. Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL)

3. Pelayanan Rawat Inap (RI)

4. Pelayanan gigi dan mulut

5. Pelayanan persalinan

6. Penggantian alat kesehatan

7. Pelayanan darah

8. Pelayanan General Check Up

9. Pelayanan evakuasi sakit

10. Pelayanan kesehatan di luar negeri

11. Pelayanan ambulans

Pelayanan Yang Tidak Dijamin

1. Pelayanan dan tindakan kosmetika.

2. Program dalam rangka ingin mempunyai anak.

3. Kecanduan narkoba ( narkotika/obat-obatan/zat adiktif lainnya ) dan

kecanduan alkohol serta obat berbahaya lainnya.

4. Pengobatan dan tindakan medis yang masih dikategorikan

eksperimen.

5. Biaya komunikasi.

Prosedur Pengajuan Klaim

a. Mengisi Formulir Pengajuan Klaim (FPK).

b. Kuitansi Pembayaran Asli bermeterai cukup.

18

Page 19: LAPTUT SKEN 3 BLOK KM KEL 12.doc

c. Berkas pendukung yang terkait dengan klaim yang diajukan.

d. Berkas pengajuan klaim diserahkan kepada PCO Kantor Cabang PT

Askes (Persero) setempat.

e. Batas pembayaran klaim paling lambat 7 (tujuh) hari kerja terhitung

sejak klaim diterima dengan lengkap oleh PT Askes (Persero).

http://www.ptaskes.com/read/askesjamkesmas

B. PT Jamsostek (BUMN)

PT Jamsostek juga merupakan BUMN yang ditunjuk untuk memberikan

jaminan kesehatan melalui programnya yaitu Jaminan Pemeliharaan

Kesehatan (JPK). Peserta JPK adalah peserta Jamsostek yaitu pegawai,

buruh, atau karyawan dari perusahaan yang mendaftarkan diri sebagai

peserta Jamsostek.

Cakupan Program

Program JPK memberikan manfaat paripurna meliputi seluruh kebutuhan

medis yang diselenggarakan di setiap jenjang PPK dengan rincian cakupan

pelayanan sebagai berikut:

1. Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Pertama , adalah pelayanan kesehatan

yang dilakukan oleh dokter umum atau dokter gigi di Puskesmas,

Klinik, Balai Pengobatan atau Dokter praktek solo

2. Pelayanan   Rawat Jalan   tingkat II (lanjutan) , adalah pemeriksaan dan

pengobatan yang dilakukan oleh dokter spesialis atas dasar rujukan

dari dokter PPK I sesuai dengan indikasi medis

3. Pelayanan Rawat Inap di Rumah Sakit , adalah pelayanan

kesehatan yang diberikan kepada peserta yang memerlukan perawatan

di ruang rawat inap Rumah Sakit

4. Pelayanan Persalinan , adalah pertolongan persalinan yang diberikan

kepada tenaga kerja wanita berkeluarga atau  istri tenaga kerja peserta

program JPK maksimum sampai dengan persalinan ke 3 (tiga).

19

Page 20: LAPTUT SKEN 3 BLOK KM KEL 12.doc

5. Pelayanan Khusus , adalah pelayanan rehabilitasi, atau manfaat yang

diberikan untuk mengembalikan fungsi tubuh

6. Emergensi , Merupakan suatu keadaan dimana peserta

membutuhkan pertolongan segera, yang bila tidak dilakukan dapat

membahayakan jiwa.

http://www.jamsostek.co.id/content/i.php?mid=3&id=16

C. Pihak Swasta (Sinar Mas, Prudential, Allianz, dsb)

Beberapa perusahaan asuransi kerugian dan asuransi jiwa telah memasarkan

pula program-program asuransi kesehatan dengan berbagai macam varian

yang berbeda. Pada umumnya perusahaan asuransi yang menyelenggarakan.

KEDOKTERAN OKUPASI

Kedokteran Okupasi atau Kedokteran Kerja termasuk kedokteran

komunitas.  Menurut DR. dr. Suma'mur P.K, MSc Kedokteran Okupasi adalah

penerapan ilmu kedokteran dengan pendekatan komprehensif melalui

kedokteran promotif, prenventif, kuratif dan rehabilitatif terhadap tenaga kerja

individual dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya, dan sesama komunitas

pekerja lainnya. Menilik praktiknya, Kedokteran Okupasi bersifat lintas cabang

kedokteran yang memerlukan dukungan dari ilmu kedokteran dasar, Ilmu

Kedokteran Terapan, Ilmu kedokteran Sosial, dan Ilmu Kedokteran

Pencegahan (Farmacia, 2011).

Ilmu kedokteran okupasi begitu luas, oleh karena itu spesialis kedokteran

Okupasi diperoleh melalui pendidikan dokter spesialis. Lewat pendidikan ini,

seorang Spesialis Kedokteran Okupasi, selain, memiliki kompetensi yang

dimilki dokter pada umumnya, juga secara klinis mampu  melakukan

pemeriksaan pra-kerja, risk assessment, pengawasan biologis, surveilens medis

dan evaluasi kembali kerja. Selain itu dokter okupasi memiliki ketrampilan

yang cukup dalam bidang managemen, higene perusahaan , metode riset dan

analisis penelitian, etika dan hukum kedokteraan ketenagakerjaaan, komunikasi

serta mendidik (Farmacia, 2011).

20

Page 21: LAPTUT SKEN 3 BLOK KM KEL 12.doc

Begitu luasnya ilmu dokter spesialis kedokteran okupasi, namun tugas

utamanya adalah penanganan penyakit akibat kerja. Dimana mereka berperan

sebagai pelaksana pelayanan dan asuhan di bidang kedokteran okupasi,

pendidikan, penyuluhan, penelitian, dan konsultasi di bidang kedokteran

okupasi. Hal ini bertujuan memberi perlindungan kesehatan, kesejahteraan, dan

peningkatan produktivitas kerja (Farmacia, 2011).

Penyakit akibat kerja kerap menyertai tenaga kerja. Hal ini timbul

lantaran tidak terdapat kesimbangan  antara beban kerja dengan kemampuan

kapasitas pekerja. Sementara itu faktor-faktor lain, seperti fisik, kimiawi,

biologis, fisiologis dan mental psikologis lingkungan  kerja  bila intensitasnya

melebehi batas kesehatan pemaparan kerja juga menjadi pemicu penyakit

akibat kerja (Farmacia, 2011).

Menurut standar Organisasi Perburuhan International (ILO) dan Badan

Kesehatan Dunia (WHO) ada dua puluh sembilan penyakit akibat kerja.

Diantaranya penyakit paru akibat kerja yang mendapat perhatian pertama,

dematosis sebagai penyakit akibat kerja nomer dua terbanyak di industri.

Tujuan pelayanan kesehatan di perusahan menurut dua organisasi itu adalah

untuk mingkatkan dan memelihara derajat sejahtera sempurna dari fisik,

mental, dan sosial para pekerja. Di samping itu mencegah jatuh sakitnya tenaga

kerja dalam bertugas, melidungi tenaga kerja di lokasi kerjanya dari risiko yang

membahayakan kesehatan dan menempatkan dan menjaga pekerja pada

lingkungan kerja yang sesuai (Farmacia, 2011).

Sementara itu, di Indonesia sistem kesehatan di perusahaan merujuk ke

sistem kesehatan nasional. Hal ini diatur dalam undang-undang, Keputusan

Presiden, Keputusan Menteri Tenaga Kerja. Diantaranya yaitu Kepres No.22

Tahun 1993 yang menjelaskan 31 penyakit akibat kerja yang ada di Indonesia.

Dua puluh sembilan jenis penyakit sesuai dengan standar organisasi

international  dan dua penyakit yang lain merupakan kekhususan yang ada di

Indonesia, yaitu penyakit akibat kondisi cuaca dan bahan-bahan kimia

(Farmacia, 2011).

21

Page 22: LAPTUT SKEN 3 BLOK KM KEL 12.doc

Perkembangan Ilmu Kedokteran Okupasi di Indonesia terbilang lambat.

Di beberapa negara maju kedokteran okupasi telah diakui sejak lima puluh

tahun lalu. Namun di Indonesia, keberadaan praktisi medis ini baru mendapat

legalisasi sekitar Januari 2003. Kendati begitu perjalanan merintis spesialis ini

telah dilakukan sejak beberapa puluh tahun lalu. Terhitung usia perjalanannya

telah 40 tahun dalam bentuk higine perusahan dan kesehatan kerja (Hiperkes).

Kemudiaan 25 tahun sejak dimulainya pendidikan magister Hiperkes

(Farmacia, 2011).

Perkembangan kedokteran okupasi ini, tak lain sebagai wujud menjawab

kebutuhan layanan kesehatan kerja yang professional. Bagi tenaga kerja dapat

memperoleh beberapa pemeriksaan kesehatan, seperti pemeriksaan kesehatan

pra-kerja untuk memastikan tenaga kerja yang akan mengisi posisi tertentu

dalam kondisi kesehatan yang baik. Dan pemeriksaan kesehatan  berkala

bertujuan  untuk  memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan selama masa

kerja serta mengontrol adanya pengaruh buruk pekerjaan atau lingkungan

terhadap kesehatan tenaga kerja. Sedangkan pemeriksaan kesehatan khusus

dilakukan atas dasar telah terjadi pengaruh buruk pekerjaan dan atau

lingkungan kerja  kepada kesehatan tenaga kerja (Farmacia, 2011).

Layanan kedokteran okupasi diperoleh di klinik atau pusat kesehatan

tenaga kerja yang berada di perusahaan atau rumah sakit yang menyediakan

jasa layanan tersebut (Farmacia, 2011).

Layanan kesehatan yang diberikan perusahan terbukti berpotensi meraih

produktivitas kerja yang maksimal. Lewat beberapa penelitian telah dilakukan

untuk memperkuat bukti ilmiah hubungan keduanya. Diantaranya survei di

perkebunan. Program pengobatan anemia memperlihatkan kenaikan

produktivitas 4,7% sampai 10% . Sedangkan intervensi gizi yang dilakukan di

perusahan konveksi menyebabkan kenaikan produktivitas 5%. Sementara itu

kedokteran okupasi melalui pemanfaatan teknik ergonomi,terbukti dengan

perbaikan sikap  badan saat bekerja meningkatkan produktivitas sebesar 10%.-

20% (Farmacia, 2011).

22

Page 23: LAPTUT SKEN 3 BLOK KM KEL 12.doc

Sayangnya, di Indonesia tenaga kerja yang memiliki akses layanan

kedokteran okupasi masih terbatas. Menurut data di negara maju tenaga kerja

yang mendapat pelayanan kedoteran okupasi menvcapai 50 persen. Sedangkan

di negara berkembang, termasuk Indonesia  angkanya masih berkisar 5 –10

persen (Farmacia, 2011).

Sepenggal Tonggak Spesialis Kedokteran Okupasi di Indonesia

Sabtu, 27 September 2003 tercatat sebagai peristiwa besar dalam

perkembangan Ilmu kedokteran Okupasi di Indonesia. Berselang sembilan

bulan sejak diakuinya keberadaan Spesialis Kedokteran Okupasi, organisasi

yang membawahi praktisi medis itu menggelar kongres pertamanya. Hajatan 

Perhimpunan Spesialis Dokter Okupasi Indonesia (Perdoki) itu berlangsung di

Aula Kedokteran Komunitas,  Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang

dibuka oleh Prof. dr Ahmad  Djojo Soegito, kala itu,  Ketua Pengurus Besar

Ikatan Dokter Indoensia. Pada kesempatan itu, untuk pertama kalinya gelar 

Spesialis Kedokteran Okupasi di berikan kepada 32 orang yang ditandai

dengan penyerahan sertifikat brevet Spesialis Kedokteran Okupasi.

Kejadian itu bukan kerjaan satu atau dua hari, melainkan telah melewati

kurun waktu puluhan tahun lamanya. Bermula dari Hiperkes, kemudian

berkembang menyelenggarakan pendidikan megister Hiperkes Medis. Kurang

lebih empat puluh tahun lalu mulai dirintisnya, tak kurang empat periode telah

dilewati. Yaitu:

1. Periode 40-50 tahun sebelum tahun 1967

Periode ini merupakan rintisan kedokteran okupasi hingga menemukan

konsep dasarnya. Hal ini di tandai oleh sejumlah dokter yang melayani

kesehatan komunitas tenaga kerja. Ada yang melakukannya di luar dan dalam

perusahaan.  Jumlah mereka kian bertambah. Bahkan ada yang mendapat

kesempatan belajar kedokteran okupasi di luar negeri. Dengan perkembangan

waktu, dokter itu berubah statusnya menjadi bekerja waktu penuh di

perusahaan. Aktivitas mereka menjurus kepada kedokteran okupasi.

23

Page 24: LAPTUT SKEN 3 BLOK KM KEL 12.doc

Sayangnya, tahun berapa dan siapa pelopor pertama kali tidak terekam sejarah.

2. Periode tahun 1967 sampai 1969

konsep dasar kedokteran okupasi mulai menemukan jati dirinya. Tahun

1969 konsep itu telah mengkristal yang dikenal Ilmu Hiperkes yang bertujuan

mewujudkan tenaga kerja sehat dan produktif dengan menyelenggrakan layana

kedoteran promotif, prevenyid, kuratif , dan rehabilitatif.  Selain itu

mengupayakan perlindungan tenaga kerja dari efek negatif pekerjaan dan

lingkungan.

Tahun 1967 diterbitkan buku Ilmu Hiperkes, yang setahun kemudian

disusul edisi perdana majalah Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Tahun 1969

digelar seminar nsional dengan tema " Kesehatan Dalam Rangka Peningkatan

Efisiensi dan Produktivitas Perusahaan serta Tenaga Kerja" di Jakarta. Di tahun

yang sama, dilaksanakan pelatihan bagi personil Hiperkes dan Keselamatan

kerja dan di buat Undang-Undang  tentang Pokok-Pokok Tenaga Kerja yang

memuat Penjelasaan mengenai Hiperkes.

3. Periode tahun 1970 sampai 1978

UU No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja diberlakukan. Undang–

undang itu mewajibkan pengurus perusahaan melakukan pemeriksaan

kesehatan tenaga kerja yang diterimanya. Kemudian didukung  dengan Menteri

Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang mewajibkan latihan Hiperkes bagi dokter

perusahaan.

Tahun 1971 training angkatan pertama berjumlah 30 dokter dari berbagai

perusahaan di lakukan di Jakarta. Di tahun yang sama, atas insiatif Dr.

Suma'mur PK, Dr. Sitidjo, Dr. Sidharta dan Dr. Marwoto didirikan Ikatan

Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Kemudian Kongres I organisasi profesi ini

diselenggarakan 1972, di Jakarta, dengan memilih tema " Akselerasi

Pertumbuhan Profesi dalam Hiperkes Untuk Menunjang Modernisasi". Kurun

waktu periode ini tak kurang banyaknya dokter dan teknisi mendapat

kesempatan belajar di luar negeri.

24

Page 25: LAPTUT SKEN 3 BLOK KM KEL 12.doc

4. Periode tahun 1978 sampai 2003

Tahun 1978 dimulai pendidikan pasca sarjana Hiperkes medis yang

merupakan hasil kerja sama antara FKUI dengan Lembaga Nasiona Hiperkes.

Lebih dari 130 lulusan yang telah dihasilkan oleh program pendidikan hiperkes

medis ini.

Dalam periode tercatat beberapa peraturan telah ditetapkan. Antara lain

tahun 1978 keluar peraturan Menteri yang mengatur Nilai Batas Ambang,

tahun 1979 keluar peraturan Menteri yang mewajibkan latihan Hiperkes dan

Keselamatan Kerja bagi tenaga medis perusahaan, dan peraturan Menteri

tantang pemeriksaan tenaga kerja dalam penyelenggaraan keselamatan kerja di

keluarkan tahun 1980. Sementara itu peraturan Menetri yang menetapkan

kewajiban melaporkan penyakit akibat kerja di tetapkan tahun 1981. Tahun

berikutnya pertauran menteri tentang pelayanan kesehatan kerja diberlakukan.

Tahun  2003, program pelatihan Hiperkes untuk dokter perusahaan telah

memberikan sertifikat kepada lebih dari 4000 dokter. Dan di tahun yang sama

terbentuk program Studi Spesialis Kedokteran Okupasi yang dulunya program

magister Hiperker medis (Farmacia, 2011).

Perbedaan Spesialis Kedokteran Okupasi dengan dokter hiperkes (Mansyur,

2011)

Sp Kedokteran Okupasi (SpOk) Pelatihan Dokter Hiperkes

Dokter spesialis Dokter umum, Spesialis lain

Jenjang Pendidikan Profesi (Akd-

profesi)

Kursus kesehatan kerja (5-8 hari)

Pendalaman kedokteran okupasi Pengetahuan umum tentang

kesehatan kerja

Layanan kedokteran okupasi pada

tingkat sekunder

Layanan kedokteran okupasi di

tingkat primer

25

Page 26: LAPTUT SKEN 3 BLOK KM KEL 12.doc

BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan:

1. Metode pembiayaan pelayanan kesehatan beranekaragam, dapat berasal dari

sektor pemerintah maupun swasta. Metode pembiayaan kesehatan yang tepat

dapat membantu meningkatkan status kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

2. Pelayanan kesehatan yang baik adalah pelayanan kesehatan yang menerapkan

prinsip cost-effective analysis, yaitu pemberian layanan kesehatan yang

maksimal tetapi dengan biaya yang minimal.

3. Konsep kedokteran okupasi menekankan pemberian pelayanan kesehatan yang

komprehensif kepada individu dalam hubungannya dengan pekerjaan dan

lingkungan kerjanya.

B. Saran

1. Untuk pelayanan Jamkesmas yang menyeluruh, sebaiknya instansi terkait

melakukan survey dan pendataan masyarakat yang membutuhkan sehingga

seluruh masyarakat sasaran Jamkesmas mendapatkan pelayanan yang sesuai.

Selain itu, untuk pendaftaran, sebaiknya birokrasi atau proses pendaftaran

dipermudah.

2. Sistem pembayaran secara kapitasi melalui asuransi kesehatan melindungi

pasien dari keadaan provider moral hazard. Promosi kesehatan mengenai

asuransi perlu ditingkatkan agar seluruh masyarakat terhindar dari provider

moral hazard.

3. Setiap perusahaan melakukan pengecekan terhadap seluruh karyawan agar

memakai alat perlindungan diri (APD) sehingga dapat meminimalisasi

kecelakaan akibat kerja dan menumbuhan kesadaran karyawan agar tidak lalai

dalam penggunaan APD.

26

Page 27: LAPTUT SKEN 3 BLOK KM KEL 12.doc

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Jamsostek. http://id.wikipedia.org/wiki/Jamsostek diakses pada 23 September 2012

Dinkes Jatim. 2011. Jampersal. http://dinkes.jatimprov.go.id/contentdetail/ 12/2/132/jaminan_persalinan_jampersal.html diakses pada 23 september 2012

Farmacia. 2011. Meretas Spesialis Kedokteran Okupasi di Indonesia. http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews= 1953 (diakses 22 September 2012)

Mansyur, Muchtaruddin. 2011. Peran Dokter Spesialis Okupasi Dalam Layanan Kesehatan Kerja.

Menkes. 2011. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Murti B (2012). Slide kuliah blok kedokteran komunitas: Metode pembayaran, karakteristik, dan dorongan bagi pemberi pelayanan kesehatan. Universitas Sebelas Maret

NOMOR 1097/MENKES/PER/VI/2011. http://www.ppjk.depkes.go.id/index.php ?option=com_joomdoc&task=doc_download&gid=215&Itemid=69 diakses pada 23 September 2012

Putro I. 2012. Tatalaksan Pelayanan Kesehatan peserta Jamkesmas.

http://www.inoputro.com/2012/02/tatalaksana-pelayanan-kesehatan-peserta-jamkesmas/ diakses pada 23 September 2012

http://id.wikipedia.org/wiki/Asuransi_kesehatan

http://www.jamsostek.co.id/content/i.php?mid=3&id=16

http://www.ptaskes.com/read/askesjamkesmas

http://www.scribd.com/doc/92332612/Peran-Dokter-Spesialis-Okupasi-Dalam-Layanan-Kesehatan-Kerja (diakses 22 September 2012)

27

Page 28: LAPTUT SKEN 3 BLOK KM KEL 12.doc

28