LAPTUT SKEN 3 BLOK KM KEL 12.doc
-
Upload
agung-saja -
Category
Documents
-
view
79 -
download
0
description
Transcript of LAPTUT SKEN 3 BLOK KM KEL 12.doc
BAB I
PENDAHULUAN
Skenario 3
Pak Parno, umur 34 tahun, bekerja sebagai buruh bangunan, mempunyai
istri dan dua orang anak. Pak Parno tahun lalu memiliki kartu JAMKESMAS,
tetapi tahun ini tidak terdaftar lagi. Pak Parno sudah menanyakan ke Puskesmas,
tetapi oleh petugas Puskesmas diminta menanyakan pada kelurahan. Istri pak
Parno saat ini sedang hamil anak ketiga. Istri pak Parno terdaftar sebagai penerima
program JAMPERSAL, tetapi bingung kalau nanti melahirkan dengan operasi di
rumah sakit swasta apakah bisa menggunakan fasilitas ini.
Sudah 7 hari pak Parno merasakan demam, naik turun dengan disertai diare,
badannya terasa lemas, sehingga tidak mampu berangkat kerja. Sebagai seorang
buruh harian, maka bila tidak berangkat kerja, pak Parno tidak mendapatkan upah.
Pak Parno tidak mempunyai uang untuk membayar pengobatan, karena itu
meminjam uang dari tetangganya untuk berobat ke dokter Mia.
Dr.Mia bekerja sebagai dokter Puskemas di siang hari dan membuka praktek
pribadi di rumah pada sore hari. Pasien praktek pribadinya rata-rata berasal dari
golongan sosial ekonomi menengah ke bawah. Seringkali pasien datang berobat
dengan kondisi yang sudah parah. Dr.Mia adalah dokter keluarga yang dikontrak
oleh PT.Askes untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada peserta Askes.
PT.Askes membayar Dr.Mia dan dokter keluarga lainnya yang dikontrak PT.
Askes dengan cara kapitasi agar pelayanan yang diberikan cost-effective. PT.
Asks tidak membayar dokter keluarga dengan cara fee-for-service untuk
mencegah provider moral hazard.
Dr. Mia menerangkan pada pak Parno bahwa untuk tahun-tahun mendatang
semua penduduk Indonesia diharapkan tergabung dalam progran jaminan sosial
kesehatan. Bila berobat ke rumah sakit, pak Parno tidak perlu membayar. Pak
Parno pernah bekerja sebagai buruh tetap disuatu perusahaan kontraktor swasta
besar, dan mendapat asuransi kesehatan swasta sebagai fasilitas dari
perusahaannya. Pak Parno pernah mengalami kecelakaan kerja yang cukup parah,
1
kemudian mendapatkan pelayanan kedokteran okupasi oleh dokter perusahaan di
klinik perusahaan. Kecelakaan kerja waktu itu berakibat gak parah karena pak
Parno tidak memakai alat pelindung diri (APD). Dokter perusahaan lalu merujuk
pak Parno ke rumah sakit swasta.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Seven Jumps
Klarifikasi Istilah
1. Jamkesmas : jaminan perlindungan kesehatan secara komprehensif yang
diberikan secara berjenjang bagi masyarakat yang iurannya dibayar oleh
pemerintah, berlaku untuk masyarakat miskin
2. Jampersal : jaminan pembiayaan persalinan dari pemerintah, pelayanannya
meliputi ANC, persalinan, nifas, KB, BBL
3. Kapitasi : metode pembayaran dokter dengan jumlah tetap berdasarkan
jumlah orang yang ditetapkan asuransi.
4. Kedokteran okupasi : ilmu yang mempelajari pengaruh pekerjaan terhadap
kesehatan pekerja dan sebaliknya → spesialisasi kedokteran
5. Kesehatan kerja : spesialisasi dalam ilmu kesehatan/ kedokteran beserta
prakteknya yang bertujuan agar pekerja/ masyarakat pekerja memperoleh
derajat kesehatan setingi-tingginya, baik fisik, mental, sosial dengan usaha
preventif dan kuratif terhadap penyakit/ gangguan kesehatan yang
diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap
penyakit umum
6. Fee for service : metode pembayaran dokter berdasarkan pelayanan yang
diberikan
7. PT Askes : BUMN untuk menyelenggarkan jaminan pemeliharaan
kesehatan untuk PNS, TNI/ POLRI, veteran, perintis kemerdekaan beserta
anggota keluarga dan badan usaha lainnya
8. Provider moral hazard : motivasi untuk memaksimalkan pendapatan
dengan cara melakukan pemeriksaan yang tidak diperlukan/ berlebihan
9. Cost- effective : pelayanan kesehatan dengan tujuan hasil maksimal dan
biaya minimal
10. Program jaminan sosial kesehatan : meliputi pelayanan rawat jalan tingkat
pertama, pelayanan rawat jalan tingkat lanjutan, pelayanan rawat inap di
3
rumah sakit, pelayanan persalinan, pelayanan emergency, pelayanan
khusus; contoh : program jamsostek untuk meningkatkan kesehatan
pekerjanya
11. Kecelakaan kerja : kecelakaan terkait pekerjaan
12. Alat perlindungan diri : kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja
sesuai bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu
sendiri dan orang di sekelilingnya serta untuk meminimalisasi kecelakaan
kerja
Rumusan Masalah
1. Jelaskan macam-macam metode pembiayaan kesehatan!
2. Mengapa Pak Parno dalam skenario tidak terdaftar lagi sebagai anggota
Jamkesmas padahal tahun lalu terdaftar?
3. Apakah Jampersal dapat digunakan di rumah sakit swasta?
4. Jelaskan tentang macam-macam jaminan kesehatan di Indonesia dan
perbedaan pada tiap jenis jaminan kesehatan tersebut!
5. Jelaskan ruang lingkup kedokteran okupasi!
6. Siapa yang bertanggung jawab untuk penyediaan alat pelindung diri bagi
pekerja?
7. Bagaimana cara menjadi dokter okupasi?
8. Metode pembiayaan bagi dokter (pembayaran)
Brain Storming
1. - Out of pocket payment : pasien membayar langsung
- Pajak : pemerintah menarik pajak → digunakan untuk pembiayaan
kesehatanAsuransi : menarik premi dari individu peserta asuransi, uang
tidak bisa kembali
- Medical saving account : warga menabung uang untuk biaya
kesehatan mereka sendiri, uang bisa kembali
4
8. - Gaji : berdasarkan waktu kerja
- Line item budget : pembayaran berdasarkan periode; terdiri atas gaji,
obat, pengadaan alat kesehatan, pemeliharaan, dan lain-lain
- Fee for service : bayar langsung
- Anggaran global : pembayaran di muka, jumlah tetap, dalam suatu
periode
- Pembiayaan berbasis kasus : pembayaran per kasus/ penyakit
- Kapitasi : pemberian berkala, jumlah tetap, tergantung jumlah orang
yang dipegang dokter → asuransi
3. Pelayanan persalinan tingkat pertama→ puskesmas, Polindes, Poskesdes,
fasilitas kesehatan swasta yang memiliki perjanjian kerja sama dengan tim
pengelola kabupaten/ kota
Pelayanan persalinan tingkat lanjutan → di rumah sakit pemerintah dan
swasta
Indikasi SC di rumah sakit swasta:
- SC elektif, atas indikasi medis
- SC emergensi, atas indikasi medis
- SC dengan komplikasi
Tidak semua rumah sakit swasta bisa memakai Jampersal, hanya yang
bekerja sama.
4. - Jampersal : target seluruh masyarakat
→ 4 kali ANC, persalinan (termasuk resiko tinggi), nifas, KB setelah
persalinan, rujukan keguguran
- PKMS : Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Solo
- SJSN : Sistem Jaminan Kesehatan Nasional
→ menggantikan Jamkes lain
→komprehensif : jaminan kesehatan, hari tua, persalinan, kecelakaan
kerja, dan lain-lain
→dana APBN dan masyarakat setempat
→target : masyarakat yang kekurangan akses pelayanan kesehatan
→ dijalankan 2014
5
Jamkesmas Jamsoskes Jampersal
Sasaran Masyarakat
miskin
Tenaga kerja
perusahaan
yang terdaftar
Jamsoskes
Ibu hamil,
bersalin, nifas
(sampai dengan
42 hari pasca
melahirkan),
bayi baru lahir
(sampai dengan
usia 28 hari)
Fokus
kegiatan
Rawat jalan,
rawat inap,
gawat darurat,
transport
rujukan
Rawat jalan,
rawat inap,
gawat darurat,
transport
rujukan, ganti
rugi kecelakaan
dan kematian,
jaminan hari
tua
ANC,
persalinan, nifas,
KB setelah
persalinan,
rujukan
keguguran
Asal dana APBN Premi APBN
Cara daftar Surat
Keterangan
Miskin dari RT/
RW/ kelurahan
Pekerja aktif di
perusahaan
yang terdaftar
Jamsoskes
Menunjukkan
KTP/ KK
2. Pendaftaran Jamkesmas → setahun sekali
Cara mendaftar : berdasarkan rujukan RT/ RW, kelurahan
Kemungkinan Pak Parno tidak terdaftar karena tidak ada rujukan
RT/RW atau kelurahan
6
6. - Ruang lingkup : pekerja dan lingkungan pekerja
- Comprehensive → preventif (melalui APD/ Alat Perlindungan Diri),
promotif, kuratif, rehabilitatif
- Menilai resiko pekerjaan terhadap pekerjanya
- Dokter okupasi mewajibkan pekerja untuk memakai APD sebagai
upaya preventif
- Yang bertanggung jawab atas penyediaan APD : perusahaan
7. Sertifikasi dokter okupasi/ sekolah spesialis khusus kedokteran
okupasi
5. - Layanan medis yang profesional terhadap penyakit-penyakit
kedaruratan medik akibat kerja
- Pencegahan masalah kesehatan pada pekerja dan lingkungan industri
- Penilaian terhadap bahan-bahan yang berbahaya
- Monitoring kesehatan para pekerja untuk mengidentifikasi resiko
kesehatan sebelum terjadi kelainan klinis/ terjadi kecelakaan.
B. STUDI PUSTAKA
PEMBIAYAAN PELAYANAN KESEHATAN
Uang yang dibayarkan untuk pelayanan kesehatan dapat dibayarkan dalam
empat cara:
1. Out-of Pocket Payment (OOP).
Dengan cara ini pasien membayar langsung kepada dokter atau
pemberi pelayanan kesehatan lainnya untuk pelayanan kesehatan yang
sudah diterima. Aspek positif metode ini, pasien menjadi lebih menghargai
nilai ekonomi dari pelayanan kesehatan yang diterima sehingga
menghindari penggunaan pelayanan kesehatan secara berlebihan. Aspek
negatifnya, pasien dan keluarga akan sangat rentan untuk mengalami
pengeluaran bencana (catastrophic expenditure) karena harus membayar
7
biaya kesehatan yang mahal pada suatu saat ketika sakit, sehingga bisa
menyebabkan pasien dan keluarganya jatuh miskin.
2. Pajak (Taxation).
Pemerintah Inggris menarik pajak umum (general taxatin) dari
warga yang antara lain digunakan untuk membiayai pelayanan kesehatan
yang diselenggarakan oleh NHS (National Health Services). Pemerintah
Indonesia juga menarik pajak umum. Pemerintah membayar sebagian dari
biaya pelayanan kesehatan pasien yang diberikan pada fasilitas kesehatan
pemerintah, misalnya Puskesmas dan RS pemerintah pusat maupun
daerah. Pasien harus membayar sebagian dari pelayanan kesehatan yang
digunakan, disebut user fee (user charge). Di Indonesia terdapat skema
Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat) yang membebaskan semua
biaya pelayanan kesehatan di tingkat primer maupun sekunder yang
disediakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah.
3. Asuransi (Insurance).
Sistem asuransi menarik premi yang dibayarkan oleh individu-
individu peserta asuransi. Beberapa negara mengoperasikan compulsory
payroll tax yang bersifat wajib bagi pekerja untuk membayar asuransi.
Masalah yang jelas dari sistem wajib adalah membebankan biaya 5
pelayanan kesehatan kepada angkatan kerja sehingga dapat memperburuk
ekonomi umum. Asuransi kesehatan bisa diambil oleh masing-masing
individu atau pekerja (seperti di AS), sehingga menyebabkan sebagian
penduduk tidak terasuransi, atau diselenggalarakan melaui skema nasional
untuk semua penduduk (misalnya, Kanada, Belanda).
Sebagian besar negara menggunakan campuran dari metode-
metode di atas. Sebagai contoh, di Indonesia pemerintah menyediakan
pelayanan kesehatan primer dan di Puskesmas dan sekunder di RS
pemerintah, tetapi membiayai hanya sebagian pelayanan kesehatan itu.
Sebagian warga membeli asuransi kesehatan swasta, baik secara individual
atau melalui perusahaan tempat bekerja, sebagian besar warga tidak
terasuransi. Di Inggris, NHS membiayai semua pelayanan kesehatan,
8
tetapi sebagian warga membeli asuransi swasta. AS didominasi oleh
asuransi swasta, tetapi terdapat sistem yang didanai pemerintah untuk
warga miskin (Medicaid) dan usia lanjut (Medicare), dan juga veteran
Angkatan Bersenjata AS ( Veterans Administration, disingkat VA).
4. Medical Saving Account.
Medical Saving Account (MSA, personal savings account)
mengharuskan warga menabung uang untuk membiayai pelayanan
keshatannya sendiri. Sejauh ini hanya Singapore yang menggunakan
sistem ini. Sistem ini memproteksi generasi berikutnya dari biaya-biaya
akibat generasi kini. (Murti, 2012)
METODE PEMBAYARAN BAGI PEMBERI PELAYANAN
KESEHATAN
1. Line Item Budget
Line item budget membayar sejumlah uang kepada pemberi pelayanan
untuk suatu periode (misalnya, per tahun) agar pemberi pelayanan dapat
memberikan pelayanan kesehatan. Line item budget biasanya terdiri atas
gaji, obat, peralatan, pemeliharaan, dan sebagainya.
2. Gaji
Gaji (salary) merupakan suatu metode untuk membayar dokter berdasarkan
waktu kerja. Metode pembayaran gaji sering digunakan sebagai salah satu
item (pos, kategori) dalam line item budget di fasilitas pelayanan kesehatan.
3. Anggaran Global
Anggaran global (global budget) membayar pemberi pelayanan sejumlah
uang dalam jumlah yang tetap yang dilakukan di muka untuk menutup
pengeluaran keseluruhan dalam suatu periode.
9
4. Fee-For Service (FFS)
FFS membayar pemberi pelayanan untuk masing-masing pelayanan yang
diberikan, misalnya konsultasi dokter, pemeriksaan sinar X, tindakan bedah,
dan jenis pelayanan lainnya. FFS bisa meliputi tagihan untuk obat dan
produk medis lainnya yang diberikan bersama dengan pelayanan tenaga
kesehatan. FFS dapat digunakan untuk membayar pelayanan rawat jalan
maupun pelayanan rawat inap per diem (per hari), misalnya di India,
Malaysia, Sri Lanka, Rusia.
5. Kapitasi
Metode pembayaran kapitasi (disebut juga pembayaran per kapita)
membayar pemberi pelayanan kesehatan sejumlah uang dalam jumlah yang
tetap secara berkala untuk suatu periode waktu per orang yang diasuransi
untuk membiayai paket pelayanan tertentu.
6. Pembayaran Berbasis Kasus
Sistem pembayaran berbasis kasus (case-based reimbursement) membayar
pemberi pelayanan sejumlah uang yang telah ditentukan terlebih dulu yang
mencakup semua pelayanan per kasus atau episode penyakit. Diagnosis-
reated group (DRG) atau case-based group (CBG) yang diterapkan di
Indonesiaa merupakan contoh sistem pembayaran berbasis kasus (Murti,
2012).
MACAM-MACAM JAMINAN KESEHATAN
I. JAMKESMAS
Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat) adalah sebuah
program jaminan kesehatan untuk warga Indonesia yang memberikan
perlindungan sosial dibidang kesehatan untuk menjamin masyarakat miskin
dan tidak mampu yang iurannya dibayar oleh pemerintah agar kebutuhan
dasar kesehatannya yang layak dapat terpenuhi.Program ini dijalankan
oleh Departemen Kesehatan sejak 2008. Program Jaminan Kesehatan
10
Masyarakat (Jamkesmas) diselenggarakan berdasarkan konsep asuransi
sosial. Program ini diselenggarakan secara nasional dengan tujuan untuk : 1)
mewujudkan portabilitas pelayanan sehingga pelayanan rujukan tertinggi
yang disediakan Jamkesmas dapat diakses oleh seluruh peserta dari berbagai
wilayah; 2) agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan
kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin (Anonim, 2012).
Peserta yang dijamin dalam program Jamkesmas tersebut meliputi
(Anonim, 2012):
1. Masyarakat miskin dan tidak mampu yang telah ditetapkan dengan
keputusan Bupati/Walikota.
2. Gelandangan, pengemis, anak dan orang terlantar, masyarakat miskin
yang tidak memiliki identitas.
3. Peserta Program Keluarga Harapan (PKH) yang tidak memiliki kartu
Jamkesmas.
4. Masyarakat miskin yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 1185/Menkes/SK/XII/2009 tentang Peningkatan
Kepesertaan Jamkesmas bagi Panti Sosial, Penghuni Lembaga
Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara serta Korban Bencana
Pasca Tanggap Darurat. Tata laksana pelayanan diatur dengan petunjuk
teknis (juknis) tersendiri sebagaimana tertuang dalam Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 1259/Menkes/SK/XII/2009 tentang Petunjuk Teknis
Pelayanan Jamkesmas Bagi Masyarakat Miskin Akibat Bencana,
Masyarakat Miskin Penghuni Panti Sosial, dan Masyarakat Miskin
Penghuni Lembaga Pemasyarakatan serta Rumah Tahanan Negara.
5. Ibu hamil dan melahirkan serta bayi yang dilahirkan (sampai umur 28
hari) yang tidak memiliki jaminan kesehatan
6. Penderita Thalassaemia Mayor yang sudah terdaftar pada Yayasan
Thalassaemia Indonesia (YTI) atau yang belum terdaftar namun telah
mendapat surat keterangan Direktur RS sebagaimana diatur dalam
Petunjuk Teknis Jaminan Pelayanan Pengobatan Thalassaemia.
11
Berikut Tatalaksana Pelayanan Kesehatan peserta Jamkesmas yang
ditetapkan Departemen Kesehatan (Putro, 2012):
1. Setiap peserta JAMKESMAS mempunyai hak mendapat pelayanan
kesehatan dasar meliputi pelayanan kesehatan rawat jalan (RJ) dan rawat
inap (RI), serta pelayanan kesehatan rujukan rawat jalan tingkat lanjutan
(RJTL), rawat inap tingkat lanjutan (RITL) dan pelayanan gawat darurat.
2. Pelayanan kesehatan dalam program ini menerapkan pelayanan
berjenjang berdasarkan rujukan.
3. Pelayanan rawat jalan tingkat pertama diberikan di Puskesmas dan
jaringannya. Pelayanan rawat jalan lanjutan diberikan di
BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM dan Rumah Sakit.
4. Pelayanan rawat inap diberikan di Puskesmas Perawatan dan ruang rawat
inap kelas III (tiga) di RS Pemerintah termasuk RS Khusus, RS
TNI/POLRI dan RS Swasta yang bekerjasama dengan Departemen
Kesehatan. Departemen Kesehatan melalui Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota atas nama Menteri Kesehatan membuat perjanjian
kerjasama (PKS) dengan RS setempat yangdiketahui kepala dinas
kesehatan Propinsi meliputi berbagai aspek pengaturan.
5. Pada keadaan gawat darurat (emergency ) seluruh Pemberi Pelayanan
Kesehatan (PPK) wajib memberikan pelayanan kepada peserta walaupun
tidak memiliki perjanjian kerjasama sebagaimana dimaksud butir 4.
Penggantian biaya pelayanan kesehatan diklaimkan ke Departemen
Kesehatan melalui Tim Pengelola Kabupaten/kota setempat setelah
diverifikasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada program ini.
6. RS/BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM melaksanakan pelayanan
rujukan lintas wilayah dan biayanya dapat diklaimkan oleh Pemberi
Pelayanan Kesehatan (PPK) yang bersangkutan ke Departemen
Kesehatan.
7. Pelayanan obat di Puskesmas beserta jaringannya dan di Rumah Sakit
dengan ketentuan sebagai berikut : (a) Untuk memenuhi kebutuhan obat
generik di Puskesmas dan jaringannya akan dikirim langsung melalui
12
pihak ketiga franko Kabupaten/Kota. (b) Untuk memenuhi kebutuhan
obat dan bahan habis pakai di Rumah Sakit
8. Instalasi Farmasi/Apotik Rumah Sakit bertanggungjawab menyediakan
semua obat dan bahan habis pakai untuk pelayanan kesehatan masyarakat
miskin yang diperlukan. Agar terjadi efisiensi pelayanan obat dilakukan
dengan mengacu kepada Formularium obat pelayanan kesehatan program
ini.
Sementara untuk anak terlantar, gelandangan, pengemis, karena
domisili yang tidak memungkinkan segera mendapatkan SKTM. Pelayanan
atas anak terlantar, gelandangan, pengemis dibiayai dalam program ini.
Semakin tinggi tingkat kesehatan yang ada di Indonesia maka akan
semakin baik pula usaha pendidikan yang ada di Indonesia. mari kita
dukung pemerintah dalam pelaksanaan program JAMKESNAS.
Ruang lingkup pelayanan kesehatan Program Jamkesmas di
puskesmas dan jaringannya meliputi upaya pelayanan kesehatan perorangan
(promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) yang berupa rawat jalan dan
rawat inap bagi peserta Program Jamkesmas. Penyelenggaraan pelayanan
kesehatan program Jamkesmas mencakup semua jenis pelayanan kesehatan
dasar yang tersedia di puskesmas dan jaringannya, dengan standar, pedoman
SOP yang sama bagi setiap masyarakat sesuai indikasi medis. Ruang
lingkup Program Jamkesmas di puskesmas dan jaringannya meliputi
(Menkes, 2011):
A. Pelayanan Kesehatan Dasar
1. Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Pertama
Pelayanan rawat jalan tingkat primer yang dimaksud adalah pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh puskesmas dan jaringannya termasuk
UKBM (poskesdes, posyandu, Pos UKK, dan lain lain) di wilayah
tersebut antara lain :
a. Pemeriksaan kesehatan dan konsultasi kesehatan
b. Pelayanan pengobatan umum
13
c. Pelayanan gigi termasuk cabut dan tambal
d. Penanganan gawat darurat
e. Pelayanan gizi kurang/buruk
f. Tindakan medis/operasi kecil
g. Pelayanan kesehatan ibu dan anak
h. Pelayanan imunisasi wajib bagi bayi
i. Pelayanan kesehatan melalui Kunjungan rumah
j. Pelayanan Keluarga Berencana (alat kontrasepsi disediakan
BKKBN), termasuk penanganan efek samping dan komplikasi
k. Pelayanan laboratorium dan penunjang diagnostik lainnya
l. Pemberian obat
m. Rujukan
Tempat pelayanan kesehatan rawat jalan tingkat pertama adalah di
puskesmas dan jaringannya baik berupa kegiatan pelayanan kesehatan di
dalam gedung maupun kegiatan pelayanan kesehatan di luar gedung
yang meliputi :
a. Puskesmas perawatan
b. Puskesmas
c. Puskesmas Keliling
d. Puskesmas Pembantu
e. Pos Kesehatan Desa
f. Pos UKBM (posyandu, Pos UKK, pos obat desa dan lainnya)
g. atau sarana lainnya yang tersedia di wilayah tersebut termasuk rumah
penduduk
2. Pelayanan Kesehatan Rawat Inap Tingkat Pertama
Pada kondisi pasien rawat jalan perlu dilakukan perawatan maka sebagai
alternatif untuk perawatan lanjutan adalah dilakukan rawat inap di
puskesmas perawatan sesuai dengan kemampuan sarana yang dimiliki,
apabila tidak memiliki kemampuan perawatan lanjutan harus dilakukan
rujukan ke fasilitas kesehatan rujukan yang memberikan pelayanan
14
Program Jamkesmas. Jenis pelayanan pada puskesmas perawatan
tersebut :
a. Penanganan gawat darurat
b. Perawatan pasien rawat inap termasuk perawatan gizi buruk dan gizi
kurang
c. Peawatan persalinan
d. Perawatan satu hari (one day care)
e. Tindakan medis yang diperlukan
f. Pemberian obat
g. Pemeriksaan laboratorium dan penunjang medis lainnya
h. Rujukan
Tempat pelayanan kesehatan rawat inap tingkat pertama hanya di
puskesmas perawatan.
3. Pelayanan Pertolongan Persalinan
Pelayanan pertolongan persalinan normal dapat dilakukan di puskesmas
dan jaringannya termasuk sarana UKBM, bidan dan dokter praktik
sedangkan pertolongan persalinan pervaginam dengan penyulit dapat
dilakukan di puskesmas dengan fasilitas PONED sesuai kompetensinya.
Pelayanan pertolongan persalinan tersebut mencakup:
a. Observasi Proses Persalinan
b. Pertolongan persalinan normal
c. Pertolongan persalinan pervaginam dengan penyulit (puskesmas
dengan fasilitas PONED)
d. Pelayanan gawat darurat persalinan
e. Perawatan Nifas (Ibu dan neonatus)
f. Pemeriksaan laboratorium dan penunjang diagnostik lain
g. Pemberian obat
h. Akomodasi dan makan pasien
i. Rujukan
15
Tempat pelayanan pertolongan persalinan dapat dilakukan di sarana
pelayanan kesehatan yaitu puskesmas dan jaringannya, sarana UKBM,
bidan praktik, dokter praktik, rumah bersalin maupun di rumah penduduk
oleh tenaga kesehatan yang berkompeten.
B. Pelayanan Spesialistik
Pada dasarnya Program Jamkesmas di puskesmas dan jaringannya
adalah pelayanan kesehatan perorangan tingkat pertama, tetapi dalam
rangka peningkatan akses pelayanan kesehatan lanjutan, beberapa
puskesmas di kota besar menyediakan pelayanan spesialistik. Apabila
puskesmas memiliki fasilitas pelayanan spesialistik, baik berupa pelayanan
dokter spesialis yang bersifat tetap atau rawat jalan maupun pelayanan
penunjang spesialistik (laboratorium, Radiologi, dan lain lain), maka
kegiatan tersebut dapat menjadi bagian kegiatan program Jamkesmas di
puskesmas dan jaringannya, tetapi perlu pengaturan secara khusus (perlu
pembatasan khususnya berbagai jenis tindakan dengan memperhatikan
kondisi sarana, prasarana, kompetensi dan ketersediaan dana).
C. Pelayanan Rujukan
Rujukan pelayanan kesehatan yang dimaksud adalah proses rujukan
kasus maupun rujukan spesimen/penunjang diagnostik yang dapat berasal
dari poskesdes, pustu ke puskesmas/puskesmas perawatan, antar puskesmas
dan jaringannya dan dari puskesmas dan
jaringannya ke fasilitas kesehatan rujukan (RS, BBKPM, BKPM,
BKMM, BKIM) atau sarana penunjang medis lainnya. Prosedur rujukan
dilaksanakan secara berjenjang dan terstruktur dengan prinsip portabilitas.
Pelaksanaan rujukan harus didasarkan pada indikasi medis sehingga
puskesmas dan jaringannya harus dapat melakukan kendali dalam hal
rujukan, sehingga puskesmas dan jaringannya dapat melakukan filtrasi
rujukan (kasus yang dapat ditangani puskesmas dan jaringannya sesuai
kompetensi dan tidak memerlukan rujukan harus ditangani di puskesmas
16
dan jaringannya). Prosedur rujukan harus disertai dengan surat rujukan.
Pengendalian rujukan oleh puskesmas dan jaringannya tersebut akan sangat
berdampak pada pengendalian biaya karena dana Jamkesmas yang ada di
puskesmas termasuk didalamnya adalah dana untuk transportasi rujukan.
Pada kondisi gawat darurat proses rujukan dapat langsung dari puskesmas
pembantu, poskesdes ke fasilitas kesehatan rujukan terdekat. Pelayanan
rujukan di atas adalah berupa penyediaan biaya transportasi dari pustu,
poskesdes/polindes ke puskesmas atau dari puskesmas pembantu,
poskesdes, puskesmas dan jaringannya ke fasilitas kesehatan rujukan dan
biaya rujukan pemeriksaan spesimen/penunjang medis.
MACAM-MACAM PENGELOLA JAMINAN KESEHATAN
A. PT Askes Indonesia (BUMN)
PT Askes Indonesia adalah sebuah BUMN (Badan Usaha Milik Negara)
yang ditunjuk untuk memberikan pelayanan berupa jaminan kesehatan
secara menyeluruh kepada Pegawai Negeri Sipil,Penerima Pensiun, Veteran
dan Perintis Kemerdekanaan beserta Keluarganya.
Selain yang disebutkan di atas, PT Askes Indonesia juga menyelenggarakan
asuransi kesehatan masyarakat Indonesia yang terlah terdaftar sebagai
peserta Jamkesmas, Jamkesda, atau Jamkeskot yang iurannya telah dibayar
oleh pemerintah.
Berikut adalah beberapa hal yang perlu diketahui terkait dengan PT Askes :
Lokasi Pelayanan
Fasilitas kesehatan di seluruh Indonesia yang bekerjasama dengan PT Askes
(Persero) atau fasilitas kesehatan yang dipilih oleh Peserta yang terdiri dari :
1. Dokter Keluarga
2. Dokter Spesialis
3. RS Swasta
4. RS Pemerintah
5. RS TNI/POLRI
17
6. Unit Pelayanan Transfusi Darah (UPTD)/PMI
7. Apotek
8. Optikal
9. Laboratorium
Jenis Pelayanan
1. Pelayanan Rawat Jalan tingkat Pertama (RJTP)
2. Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL)
3. Pelayanan Rawat Inap (RI)
4. Pelayanan gigi dan mulut
5. Pelayanan persalinan
6. Penggantian alat kesehatan
7. Pelayanan darah
8. Pelayanan General Check Up
9. Pelayanan evakuasi sakit
10. Pelayanan kesehatan di luar negeri
11. Pelayanan ambulans
Pelayanan Yang Tidak Dijamin
1. Pelayanan dan tindakan kosmetika.
2. Program dalam rangka ingin mempunyai anak.
3. Kecanduan narkoba ( narkotika/obat-obatan/zat adiktif lainnya ) dan
kecanduan alkohol serta obat berbahaya lainnya.
4. Pengobatan dan tindakan medis yang masih dikategorikan
eksperimen.
5. Biaya komunikasi.
Prosedur Pengajuan Klaim
a. Mengisi Formulir Pengajuan Klaim (FPK).
b. Kuitansi Pembayaran Asli bermeterai cukup.
18
c. Berkas pendukung yang terkait dengan klaim yang diajukan.
d. Berkas pengajuan klaim diserahkan kepada PCO Kantor Cabang PT
Askes (Persero) setempat.
e. Batas pembayaran klaim paling lambat 7 (tujuh) hari kerja terhitung
sejak klaim diterima dengan lengkap oleh PT Askes (Persero).
http://www.ptaskes.com/read/askesjamkesmas
B. PT Jamsostek (BUMN)
PT Jamsostek juga merupakan BUMN yang ditunjuk untuk memberikan
jaminan kesehatan melalui programnya yaitu Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan (JPK). Peserta JPK adalah peserta Jamsostek yaitu pegawai,
buruh, atau karyawan dari perusahaan yang mendaftarkan diri sebagai
peserta Jamsostek.
Cakupan Program
Program JPK memberikan manfaat paripurna meliputi seluruh kebutuhan
medis yang diselenggarakan di setiap jenjang PPK dengan rincian cakupan
pelayanan sebagai berikut:
1. Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Pertama , adalah pelayanan kesehatan
yang dilakukan oleh dokter umum atau dokter gigi di Puskesmas,
Klinik, Balai Pengobatan atau Dokter praktek solo
2. Pelayanan Rawat Jalan tingkat II (lanjutan) , adalah pemeriksaan dan
pengobatan yang dilakukan oleh dokter spesialis atas dasar rujukan
dari dokter PPK I sesuai dengan indikasi medis
3. Pelayanan Rawat Inap di Rumah Sakit , adalah pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada peserta yang memerlukan perawatan
di ruang rawat inap Rumah Sakit
4. Pelayanan Persalinan , adalah pertolongan persalinan yang diberikan
kepada tenaga kerja wanita berkeluarga atau istri tenaga kerja peserta
program JPK maksimum sampai dengan persalinan ke 3 (tiga).
19
5. Pelayanan Khusus , adalah pelayanan rehabilitasi, atau manfaat yang
diberikan untuk mengembalikan fungsi tubuh
6. Emergensi , Merupakan suatu keadaan dimana peserta
membutuhkan pertolongan segera, yang bila tidak dilakukan dapat
membahayakan jiwa.
http://www.jamsostek.co.id/content/i.php?mid=3&id=16
C. Pihak Swasta (Sinar Mas, Prudential, Allianz, dsb)
Beberapa perusahaan asuransi kerugian dan asuransi jiwa telah memasarkan
pula program-program asuransi kesehatan dengan berbagai macam varian
yang berbeda. Pada umumnya perusahaan asuransi yang menyelenggarakan.
KEDOKTERAN OKUPASI
Kedokteran Okupasi atau Kedokteran Kerja termasuk kedokteran
komunitas. Menurut DR. dr. Suma'mur P.K, MSc Kedokteran Okupasi adalah
penerapan ilmu kedokteran dengan pendekatan komprehensif melalui
kedokteran promotif, prenventif, kuratif dan rehabilitatif terhadap tenaga kerja
individual dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya, dan sesama komunitas
pekerja lainnya. Menilik praktiknya, Kedokteran Okupasi bersifat lintas cabang
kedokteran yang memerlukan dukungan dari ilmu kedokteran dasar, Ilmu
Kedokteran Terapan, Ilmu kedokteran Sosial, dan Ilmu Kedokteran
Pencegahan (Farmacia, 2011).
Ilmu kedokteran okupasi begitu luas, oleh karena itu spesialis kedokteran
Okupasi diperoleh melalui pendidikan dokter spesialis. Lewat pendidikan ini,
seorang Spesialis Kedokteran Okupasi, selain, memiliki kompetensi yang
dimilki dokter pada umumnya, juga secara klinis mampu melakukan
pemeriksaan pra-kerja, risk assessment, pengawasan biologis, surveilens medis
dan evaluasi kembali kerja. Selain itu dokter okupasi memiliki ketrampilan
yang cukup dalam bidang managemen, higene perusahaan , metode riset dan
analisis penelitian, etika dan hukum kedokteraan ketenagakerjaaan, komunikasi
serta mendidik (Farmacia, 2011).
20
Begitu luasnya ilmu dokter spesialis kedokteran okupasi, namun tugas
utamanya adalah penanganan penyakit akibat kerja. Dimana mereka berperan
sebagai pelaksana pelayanan dan asuhan di bidang kedokteran okupasi,
pendidikan, penyuluhan, penelitian, dan konsultasi di bidang kedokteran
okupasi. Hal ini bertujuan memberi perlindungan kesehatan, kesejahteraan, dan
peningkatan produktivitas kerja (Farmacia, 2011).
Penyakit akibat kerja kerap menyertai tenaga kerja. Hal ini timbul
lantaran tidak terdapat kesimbangan antara beban kerja dengan kemampuan
kapasitas pekerja. Sementara itu faktor-faktor lain, seperti fisik, kimiawi,
biologis, fisiologis dan mental psikologis lingkungan kerja bila intensitasnya
melebehi batas kesehatan pemaparan kerja juga menjadi pemicu penyakit
akibat kerja (Farmacia, 2011).
Menurut standar Organisasi Perburuhan International (ILO) dan Badan
Kesehatan Dunia (WHO) ada dua puluh sembilan penyakit akibat kerja.
Diantaranya penyakit paru akibat kerja yang mendapat perhatian pertama,
dematosis sebagai penyakit akibat kerja nomer dua terbanyak di industri.
Tujuan pelayanan kesehatan di perusahan menurut dua organisasi itu adalah
untuk mingkatkan dan memelihara derajat sejahtera sempurna dari fisik,
mental, dan sosial para pekerja. Di samping itu mencegah jatuh sakitnya tenaga
kerja dalam bertugas, melidungi tenaga kerja di lokasi kerjanya dari risiko yang
membahayakan kesehatan dan menempatkan dan menjaga pekerja pada
lingkungan kerja yang sesuai (Farmacia, 2011).
Sementara itu, di Indonesia sistem kesehatan di perusahaan merujuk ke
sistem kesehatan nasional. Hal ini diatur dalam undang-undang, Keputusan
Presiden, Keputusan Menteri Tenaga Kerja. Diantaranya yaitu Kepres No.22
Tahun 1993 yang menjelaskan 31 penyakit akibat kerja yang ada di Indonesia.
Dua puluh sembilan jenis penyakit sesuai dengan standar organisasi
international dan dua penyakit yang lain merupakan kekhususan yang ada di
Indonesia, yaitu penyakit akibat kondisi cuaca dan bahan-bahan kimia
(Farmacia, 2011).
21
Perkembangan Ilmu Kedokteran Okupasi di Indonesia terbilang lambat.
Di beberapa negara maju kedokteran okupasi telah diakui sejak lima puluh
tahun lalu. Namun di Indonesia, keberadaan praktisi medis ini baru mendapat
legalisasi sekitar Januari 2003. Kendati begitu perjalanan merintis spesialis ini
telah dilakukan sejak beberapa puluh tahun lalu. Terhitung usia perjalanannya
telah 40 tahun dalam bentuk higine perusahan dan kesehatan kerja (Hiperkes).
Kemudiaan 25 tahun sejak dimulainya pendidikan magister Hiperkes
(Farmacia, 2011).
Perkembangan kedokteran okupasi ini, tak lain sebagai wujud menjawab
kebutuhan layanan kesehatan kerja yang professional. Bagi tenaga kerja dapat
memperoleh beberapa pemeriksaan kesehatan, seperti pemeriksaan kesehatan
pra-kerja untuk memastikan tenaga kerja yang akan mengisi posisi tertentu
dalam kondisi kesehatan yang baik. Dan pemeriksaan kesehatan berkala
bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan selama masa
kerja serta mengontrol adanya pengaruh buruk pekerjaan atau lingkungan
terhadap kesehatan tenaga kerja. Sedangkan pemeriksaan kesehatan khusus
dilakukan atas dasar telah terjadi pengaruh buruk pekerjaan dan atau
lingkungan kerja kepada kesehatan tenaga kerja (Farmacia, 2011).
Layanan kedokteran okupasi diperoleh di klinik atau pusat kesehatan
tenaga kerja yang berada di perusahaan atau rumah sakit yang menyediakan
jasa layanan tersebut (Farmacia, 2011).
Layanan kesehatan yang diberikan perusahan terbukti berpotensi meraih
produktivitas kerja yang maksimal. Lewat beberapa penelitian telah dilakukan
untuk memperkuat bukti ilmiah hubungan keduanya. Diantaranya survei di
perkebunan. Program pengobatan anemia memperlihatkan kenaikan
produktivitas 4,7% sampai 10% . Sedangkan intervensi gizi yang dilakukan di
perusahan konveksi menyebabkan kenaikan produktivitas 5%. Sementara itu
kedokteran okupasi melalui pemanfaatan teknik ergonomi,terbukti dengan
perbaikan sikap badan saat bekerja meningkatkan produktivitas sebesar 10%.-
20% (Farmacia, 2011).
22
Sayangnya, di Indonesia tenaga kerja yang memiliki akses layanan
kedokteran okupasi masih terbatas. Menurut data di negara maju tenaga kerja
yang mendapat pelayanan kedoteran okupasi menvcapai 50 persen. Sedangkan
di negara berkembang, termasuk Indonesia angkanya masih berkisar 5 –10
persen (Farmacia, 2011).
Sepenggal Tonggak Spesialis Kedokteran Okupasi di Indonesia
Sabtu, 27 September 2003 tercatat sebagai peristiwa besar dalam
perkembangan Ilmu kedokteran Okupasi di Indonesia. Berselang sembilan
bulan sejak diakuinya keberadaan Spesialis Kedokteran Okupasi, organisasi
yang membawahi praktisi medis itu menggelar kongres pertamanya. Hajatan
Perhimpunan Spesialis Dokter Okupasi Indonesia (Perdoki) itu berlangsung di
Aula Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang
dibuka oleh Prof. dr Ahmad Djojo Soegito, kala itu, Ketua Pengurus Besar
Ikatan Dokter Indoensia. Pada kesempatan itu, untuk pertama kalinya gelar
Spesialis Kedokteran Okupasi di berikan kepada 32 orang yang ditandai
dengan penyerahan sertifikat brevet Spesialis Kedokteran Okupasi.
Kejadian itu bukan kerjaan satu atau dua hari, melainkan telah melewati
kurun waktu puluhan tahun lamanya. Bermula dari Hiperkes, kemudian
berkembang menyelenggarakan pendidikan megister Hiperkes Medis. Kurang
lebih empat puluh tahun lalu mulai dirintisnya, tak kurang empat periode telah
dilewati. Yaitu:
1. Periode 40-50 tahun sebelum tahun 1967
Periode ini merupakan rintisan kedokteran okupasi hingga menemukan
konsep dasarnya. Hal ini di tandai oleh sejumlah dokter yang melayani
kesehatan komunitas tenaga kerja. Ada yang melakukannya di luar dan dalam
perusahaan. Jumlah mereka kian bertambah. Bahkan ada yang mendapat
kesempatan belajar kedokteran okupasi di luar negeri. Dengan perkembangan
waktu, dokter itu berubah statusnya menjadi bekerja waktu penuh di
perusahaan. Aktivitas mereka menjurus kepada kedokteran okupasi.
23
Sayangnya, tahun berapa dan siapa pelopor pertama kali tidak terekam sejarah.
2. Periode tahun 1967 sampai 1969
konsep dasar kedokteran okupasi mulai menemukan jati dirinya. Tahun
1969 konsep itu telah mengkristal yang dikenal Ilmu Hiperkes yang bertujuan
mewujudkan tenaga kerja sehat dan produktif dengan menyelenggrakan layana
kedoteran promotif, prevenyid, kuratif , dan rehabilitatif. Selain itu
mengupayakan perlindungan tenaga kerja dari efek negatif pekerjaan dan
lingkungan.
Tahun 1967 diterbitkan buku Ilmu Hiperkes, yang setahun kemudian
disusul edisi perdana majalah Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Tahun 1969
digelar seminar nsional dengan tema " Kesehatan Dalam Rangka Peningkatan
Efisiensi dan Produktivitas Perusahaan serta Tenaga Kerja" di Jakarta. Di tahun
yang sama, dilaksanakan pelatihan bagi personil Hiperkes dan Keselamatan
kerja dan di buat Undang-Undang tentang Pokok-Pokok Tenaga Kerja yang
memuat Penjelasaan mengenai Hiperkes.
3. Periode tahun 1970 sampai 1978
UU No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja diberlakukan. Undang–
undang itu mewajibkan pengurus perusahaan melakukan pemeriksaan
kesehatan tenaga kerja yang diterimanya. Kemudian didukung dengan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang mewajibkan latihan Hiperkes bagi dokter
perusahaan.
Tahun 1971 training angkatan pertama berjumlah 30 dokter dari berbagai
perusahaan di lakukan di Jakarta. Di tahun yang sama, atas insiatif Dr.
Suma'mur PK, Dr. Sitidjo, Dr. Sidharta dan Dr. Marwoto didirikan Ikatan
Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Kemudian Kongres I organisasi profesi ini
diselenggarakan 1972, di Jakarta, dengan memilih tema " Akselerasi
Pertumbuhan Profesi dalam Hiperkes Untuk Menunjang Modernisasi". Kurun
waktu periode ini tak kurang banyaknya dokter dan teknisi mendapat
kesempatan belajar di luar negeri.
24
4. Periode tahun 1978 sampai 2003
Tahun 1978 dimulai pendidikan pasca sarjana Hiperkes medis yang
merupakan hasil kerja sama antara FKUI dengan Lembaga Nasiona Hiperkes.
Lebih dari 130 lulusan yang telah dihasilkan oleh program pendidikan hiperkes
medis ini.
Dalam periode tercatat beberapa peraturan telah ditetapkan. Antara lain
tahun 1978 keluar peraturan Menteri yang mengatur Nilai Batas Ambang,
tahun 1979 keluar peraturan Menteri yang mewajibkan latihan Hiperkes dan
Keselamatan Kerja bagi tenaga medis perusahaan, dan peraturan Menteri
tantang pemeriksaan tenaga kerja dalam penyelenggaraan keselamatan kerja di
keluarkan tahun 1980. Sementara itu peraturan Menetri yang menetapkan
kewajiban melaporkan penyakit akibat kerja di tetapkan tahun 1981. Tahun
berikutnya pertauran menteri tentang pelayanan kesehatan kerja diberlakukan.
Tahun 2003, program pelatihan Hiperkes untuk dokter perusahaan telah
memberikan sertifikat kepada lebih dari 4000 dokter. Dan di tahun yang sama
terbentuk program Studi Spesialis Kedokteran Okupasi yang dulunya program
magister Hiperker medis (Farmacia, 2011).
Perbedaan Spesialis Kedokteran Okupasi dengan dokter hiperkes (Mansyur,
2011)
Sp Kedokteran Okupasi (SpOk) Pelatihan Dokter Hiperkes
Dokter spesialis Dokter umum, Spesialis lain
Jenjang Pendidikan Profesi (Akd-
profesi)
Kursus kesehatan kerja (5-8 hari)
Pendalaman kedokteran okupasi Pengetahuan umum tentang
kesehatan kerja
Layanan kedokteran okupasi pada
tingkat sekunder
Layanan kedokteran okupasi di
tingkat primer
25
BAB IIIPENUTUP
A. Kesimpulan:
1. Metode pembiayaan pelayanan kesehatan beranekaragam, dapat berasal dari
sektor pemerintah maupun swasta. Metode pembiayaan kesehatan yang tepat
dapat membantu meningkatkan status kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
2. Pelayanan kesehatan yang baik adalah pelayanan kesehatan yang menerapkan
prinsip cost-effective analysis, yaitu pemberian layanan kesehatan yang
maksimal tetapi dengan biaya yang minimal.
3. Konsep kedokteran okupasi menekankan pemberian pelayanan kesehatan yang
komprehensif kepada individu dalam hubungannya dengan pekerjaan dan
lingkungan kerjanya.
B. Saran
1. Untuk pelayanan Jamkesmas yang menyeluruh, sebaiknya instansi terkait
melakukan survey dan pendataan masyarakat yang membutuhkan sehingga
seluruh masyarakat sasaran Jamkesmas mendapatkan pelayanan yang sesuai.
Selain itu, untuk pendaftaran, sebaiknya birokrasi atau proses pendaftaran
dipermudah.
2. Sistem pembayaran secara kapitasi melalui asuransi kesehatan melindungi
pasien dari keadaan provider moral hazard. Promosi kesehatan mengenai
asuransi perlu ditingkatkan agar seluruh masyarakat terhindar dari provider
moral hazard.
3. Setiap perusahaan melakukan pengecekan terhadap seluruh karyawan agar
memakai alat perlindungan diri (APD) sehingga dapat meminimalisasi
kecelakaan akibat kerja dan menumbuhan kesadaran karyawan agar tidak lalai
dalam penggunaan APD.
26
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Jamsostek. http://id.wikipedia.org/wiki/Jamsostek diakses pada 23 September 2012
Dinkes Jatim. 2011. Jampersal. http://dinkes.jatimprov.go.id/contentdetail/ 12/2/132/jaminan_persalinan_jampersal.html diakses pada 23 september 2012
Farmacia. 2011. Meretas Spesialis Kedokteran Okupasi di Indonesia. http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews= 1953 (diakses 22 September 2012)
Mansyur, Muchtaruddin. 2011. Peran Dokter Spesialis Okupasi Dalam Layanan Kesehatan Kerja.
Menkes. 2011. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
Murti B (2012). Slide kuliah blok kedokteran komunitas: Metode pembayaran, karakteristik, dan dorongan bagi pemberi pelayanan kesehatan. Universitas Sebelas Maret
NOMOR 1097/MENKES/PER/VI/2011. http://www.ppjk.depkes.go.id/index.php ?option=com_joomdoc&task=doc_download&gid=215&Itemid=69 diakses pada 23 September 2012
Putro I. 2012. Tatalaksan Pelayanan Kesehatan peserta Jamkesmas.
http://www.inoputro.com/2012/02/tatalaksana-pelayanan-kesehatan-peserta-jamkesmas/ diakses pada 23 September 2012
http://id.wikipedia.org/wiki/Asuransi_kesehatan
http://www.jamsostek.co.id/content/i.php?mid=3&id=16
http://www.ptaskes.com/read/askesjamkesmas
http://www.scribd.com/doc/92332612/Peran-Dokter-Spesialis-Okupasi-Dalam-Layanan-Kesehatan-Kerja (diakses 22 September 2012)
27
28