Laptut Amalgam
-
Upload
riskyana-dwi-ha-rachmadani -
Category
Documents
-
view
120 -
download
9
description
Transcript of Laptut Amalgam
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dental amalgam merupakan bahan tumpatan yang sering digunakan di
Kedokteran Gigi. Pertama diperkenalkan di Perancis pada awal 1800-an, berisi
campuran air raksa dengan logam lainnya. Amalgam telah menjadi metode
restoratif pilihan selama bertahun-tahun karena biaya yang murah, kemudahan
aplikasi, kekuatan, ketahanan, dan efek bakteriostatik. Faktor-faktor yang
menyebabkan penurunan penggunaan baru-baru ini adalah dampak merugikan
bagi kesehatan, estetika yang kurang, dan pencemaran lingkungan.
Masalah estetika adalah karena warna metalik tidak berbaur dengan baik
dengan warna gigi alami. Masalah-masalah lingkungan adalah tentang emisi
merkuri. Amalgam merupakan bahan yang paling sering digunakan karena bahan
ini dapat bertahan lama sebagai bahan tumpatan, mudah memanipulasinya, mudah
beradaptasi dengan cairan mulut dan harganya relatif murah. Namun, mengenai
masalah efek samping yang ditimbulkan oleh bahan ini masih dipertanyakan
karena masih ada anggapan bahwa amalgam berbahaya bagi kesehatan tubuh
pasien, hal ini karena di dalam amalgam terkandung merkuri.
Merkuri dalam keadaan bebas sangat berbahaya bagi kesehatan karena
dapat meracuni tubuh oleh karena itu merkuri di dalam amalgam dianggap
berbahaya. Bahaya merkuri ini tidak hanya mengancam kesehatan pasien tetapi
juga dokter gigi itu sendiri, uap merkuri yang terhirup pada saat mengaduk
amalgam dapat menimbulkan efek toksik kumulatif pada dokter gigi tersebut.
Biokompatibilitas dapat diartikan sebagai kehidupan harmonis antara
bahan dan lingkungan yang tidak mempunyai pengaruh toksik atau jejas terhadap
fungsi biologi. Biokompatibilitas berhubungan dengan uji biologis yang
merupakan interaksi antara sifat fisika atau mekanik dan sifat kimia melalui
degenerasi sel, kematian sel dan beberapa tipe nekrosis. Tujuan biokompatibilitas
adalah untuk mengeliminasi komponen bahan yang berpotensi merusakan
1
jaringan rongga mulut. Sebuah bahan dikatakan biokompatible ketika bahan
tersebut tidak merusak lingkungan biologis di sekitarnya.
Amalgam memiliki sifat-sifat fisis yaitu perubahan dimensi dan memiliki
kekuatan untuk menahan tekanan pengunyahan. Alloy yang digunakan bersama
dengan merkuri untuk keperluan kedokteran gigi biasanya disebut dengan dental
amalgam alloy. Merkuri dicampur dengan bubuk alloy membentuk suatu bahan
plastis yang kemudian dimasukkan ke dalam kavitas gigi yang telah dipreparasi.
Amalgam sebagai bahan tumpatan lebih kuat dari semua jenis bahan tumpatan
untuk gigi posterior lainnya. Pemanipulasian amalgam terdiri dari mixing,
triturasi, kondensasi, triming dan karving serta polishing yang dapat
mempengaruhi sifat-sifat fisisnya seperti tekanan kondensasi yang tinggi
menghasilkan kekuatan yang lebih besar.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi amalgam, klasifikasi dan komposisinya?
2. Apa fungsi masing-masing campuran amalgam?
3. Bagaimana sifat amalgam beserta kekurangan dan kelebihannya?
4. Bagimana teknik manipulasi amalgam?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi amalgam, klasifikasi dan komposisinya.
2. Mengetahui fungsi masing-masing campuran amalgam.
3. Mengetahui sifat amalgam beserta kelebihan dan kekurangannya.
4. Mengetahui teknik manipulasi amalgam.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Amalgam
Amalgam dalam bidang kedokteran gigi disebut dental amalgam, yaitu
suatu paduan antara merkuri (Hg) dan suatu alloy. Menurut Charbeneau dkk.
(1981) amalgam pertama kali diperkenalkan oleh Taveau pada tahun 1826 di
Paris. Pada waktu pertama kali diperkenalkan, amalgam disebut silver amalgam,
karena bagian terbesar komponennya adalah perak. Black adalah orang yang
pertama kali memperkenalkan amalgam dengan bentuk partikel lathe cut. Dalam
publikasinya pada tahun 1896, komposisi alloy amalgam adalah :
1. Ag (perak) 68,50%
2. Sn (Timah putih) 25,50%
3. Au (emas) 5%
4. Zn (seng) 1%
Formula yang dituliskan Black hanya dipakai sebentar, selanjutnya
berdasarkan penelitian oleh Flagg, emas dan platina dianjurkan tidak ditambahkan
pada formula amalgam. Pada tahun 1960 mulai diperkenalkan bubuk amalgam
bentuk bulatan kecil (spherical), yang kemudian berkembang menjadi partikel
yang lebih kecil.
Meskipun amalgam telah dipakai dalam restorasi lesi karies sejak abad ke-
15 atau bahkan lebih dini lagi, amalgam masih merupakan suatu bahan yang
paling banyak dipergunakan. Kualitas yang paling baik dari amalgam gigi ini
adalah tahan lama dan mudah manipulasinya. Cukup bisa beradaptasi dengan
cairan mulut, amalgam adalah restorasi yang relatif murah dan dapat diselesaikan
dalam satu kali kunjungan dapat dikatakan bahwa amalgam merupakan suatu
bahan tambalan yang paling banyak dipergunakan dokter gigi.
Menurut definisi, amalgam adalah campuran dari dua atau beberapa
logam, salah satunya adalah merkuri. Seperti nanti bisa dilihat, alloy amalgam
terdiri atas tiga atau beberapa logam. Amalgam itu sendiri merupakan kombinasi
alloy dengan merkuri melalui suatu proses yang disebut amalgamasi atau triturasi.
3
Campuran yang merupakan bahan plastis dimasukkan ke dalam kavitas dan bahan
tersebut menjadi keras karena kristalisasi.
Kita mungkin membayangkan bahwa karies selalu terdapat pada bagian
tepi yang terbuka disebabkan oleh penetrasi dari cairan ludah, debris, dan
mikroorganisme. Sebenarnya hal ini tidak selalu terjadi, walaupun restorasi
kehilangan estetiknya dan terjadi degradasi terus-menerus. Penjelasannya terletak
pada sifat amalgam yang unik. Sewaktu restorasi makin tua, produk-produk korosi
terbentuk sepanjang batas antara restorasi dan gigi. Produk ini akan bertindak
sebagai pemblokir mekanik dari penetrasi agen-agen beracun.
Spesifikasi dari The American Dental Association untuk alloy amalgam
gigi telah banyak mengurangi jumlah produk komersial yang buruk. Walaupun
beberapa tipe tertentu (misalnya, system amalgam dengan kandungan tembaga
yang tinggi, yang akan dibahas kemudian) adalah unggul, presentase kegagalan
yang tinggi disebabkan karena desain preparasi yang tidak tepat, kesalahan
manipulasi dari amalgam dan amalgam yang terkontaminasi waktu pengisian
setiap langkah dalam prosedur, dari waktu alloy diseleksi sampai restorasi dipoles,
mempunyai efek terhadap sifat amalgam, yang menentukan keberhasilan atau
kegagalan restorasi. (Anusavice, Kenneth J, 2004)
2.2 Klasifikasi Amalgam
1. Berdasarkan kandungan tembaga, yaitu :
a. Low Copper Alloys : mengandung kurang dari 6% tembaga.
b. High Copper Alloys : Mengandung lebih dari 6% tembaga.
2. Berdasarkan kandungan seng, yaitu :
a. Zinc-containing alloy : mengandung lebih dari 0,01% zinc.
b. Zinc-free alloy : mengandung kurang dari 0,01% zinc.
3. Berdasarkan bentuk partikel alloy, yaitu :
a. Lathe cut alloy
b. Spherical alloy
4. Berdasarkan jumlah alloy, yaitu :
a. Binary alloy : terdiri dari silver dan tin.
4
b. Ternary alloy : terdiri dari silver, tin dan copper.
c. Quartenary alloy : terdiri dari silver, tin, copper dan indium.
5. Berdasarkan ukuran dari alloy, yaitu :
a. Microcut : alloy dengan ukuran kecil.
b. Macrocut : alloy dengan ukuran besar.
2.3 Sifat-sifat Amalgam
a. Toksisitas
Merkuri memiliki sifat yang sangat toksis dalam tubuh manusia. Pada
tambalan amalgam, merkuri merupakan salah satu konstituennya. Telah
diketahui pula bahwa merkuri dapat merembes ke dalam struktur gigi, dan
dapat menimbulkan perubahan warna gigi; rembesan ini bisa sampai ke pulpa.
(Combe, 1992)
b. Korosi
Restorasi amalgam sering mengalami pembentukan karat dan korosi di
lingkungan rongga mulut. Derajat pembentukan karat dan perubahan warna
terjadi tampaknya tergantung pada lingkungan rongga mulut pasien, pada
amalgam yang digunakan. Penelitian elektrokimia menunjukkan bahwa
beberapa proses pasivasi memberikan perlindungan sebagian terhadap korosi
lebih lanjut yang terjadi akibat proses pembentukan karat. Kecenderungan ke
arah pembentukan karat, meskipun tidak estetik karena adanya sulfida perak
yang berwarna hitam, tidak selalu menunjukkan bahwa korosi aktif dan
kegagalan restorasi yang dini akan terjadi. Korosi aktif dari restorasi yang
baru dipasang terjadi didaerah antar-muka antara gigi dan restorasi.
Penumpukan produk korosi perlahan-lahan akan menutup celah ini, membuat
amalgam gigi menjadi restorasi swa-penutupan.
Ada bukti tidak langsung bahwa fase γ2 berhubungan dengan kegagalan tepi
dan korosi aktif pada logam campur tradisional, tetapi hubungan semacam ini
tidak ditemukan untuk logam campur dengan kandungan tembaga yang tinggi.
5
Produk korosi yang paling umum ditemukan pada logam campur amalgam
tradisional adalah oksida dan klorid dari timah. Produk korosi yang
mengandung tembaga juga ditemukan pada amalgan dengan kandungan
tembaga yang tinggi. Meskipun demikian, proses korosinya lebih terbatas,
karena fase η kurang rentan terhadapp korosi dibanding fase γ2 pada amalgam
tradisional.
Karena fase γ2 adalah yang paling anodik dari fase yang ada dalam logam
campur amalgam yang mengeras, amalgam dengan kandungan tembaga tinggi
yang telah menghilangkan hampir semua fase γ2 ini menunjukkan sifat korosi
yang lebih baik bila dibandingkan dengan amalgam tradisional. Meskipun
demikian, seperti sudah disebutkan, rasio merkuri : logam campuryang tinggi
dapat menyebabkan terbentuknya fase γ2 bahkan pada amalgam yang dibuat
dari logam campur dengan kandungan tembaga yang tinggi yang memicu
terjadinya korosi. (Anusavice, 2003)
c. Kebocoran marginal
Berdasarkan hasil pengujian laboratorium terlihat bahwa kebocoran awal pada
bagian marginal suatu restorasi berbanding terballik dengan waktu; hal ini
disebabkan oleh karena terjadinya penyumbatan mikrofissure oleh hancuran
bahan korosi. (Combe, 1992)
d. Kekuatan
Faktor – faktor berikut ini dapat mendorong terbentuknya suatu restorasi
amalgam yang tidak kuat:
i. Triturasi yang tidak sempurna
ii. Kandungan mercury yang terlalu besar
iii. Terlalu kecil tekanan yang diberikan saat kondensasi
iv. Kecepatan pengisian kavitas lambat
v. Korosi.
6
Pada umumnya amalgam spheris dan yang kaya kuprum mempunyai kekuatan
awal yang tinggi. Diantara fase yang terdapat pada amalgam konvensional,
fase γ2 adalah yang terlemah dan terlunak. (Combe, 1992)
e. Creep
Pada umumnya alloy mengandung fase γ2, yang telah set menunjukkan creep
yang lebih kecil daripada bahan konvensional. Secara umum besarnya creep
yang terjadi adalah sebagai berikut:
creep alloy konvensional >> creep blended alloy >> creep alloy komposisi
tunggal. (Combe, 1992)
f. Kegagalan marginal
Sering terjadi “ditching” pada tepi amalgam. percobaan pada klinik
menunjukkan bahwa suatu formula alloy baru menghasilkan kerusakan
marginal yang lebih kecil daripada yang terjadi padda bahan konvensional.
(Combe, 1992)
g. Konduktivitas
Dari data pada appendix II dapat dilihat bahwa dental amalgam adalah suatu
pengahantar panas panas sedangkan enamel dan dentin yang digantikannya
adalah penghambat panas. Sebagai konsekuensinya tambalan amalgam yang
besar biasanya diberi lining dengan semen yang yang bersifat menghambat
panas yang bertujuan untuk melindungi pulpa dari perubahan suhu yang
terjadi di dalam mulut karena adanya makanan dan minuman yang panas dan
dingin. (Combe, 1992)
h. Perubahan dimensi
Sebaiknya jangan ada atau sedikit mungkin terjadi kontraksi sewaktu dental
amalgam setting agar tidak timbul ‘gap’ antara bahan tambal dan dinding
kavitas. Ekspansi yang terlalu besar juga harus dicegah karena hal ini dapat
menyebabkan tambalan tumbuh menonjol keluar kavitas. (Combe, 1992)
7
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Definisi Amalgam
Amalgam adalah bahan tambalan berupa campuran beberapa logam,
diantaranya perak (Ag), timah (Sn), tembaga (Cu), seng (Zn) bahan-bahan lain
seperti galium indium, dan palladium dengan komposisi tertentu. Dental amalgam
sendiria adalah kombinasi antara alloy dengan merkuri melalui suatu proses
amalgamasi.
3.2 Klasifikasi dan Komposisi
Amalgam dapat diklasifikasikan atas beberapa jenis yaitu :
a. Amalgam konvensional
Amalgamasi terjadi ketika merkuri berkontak dengan permukaan partikel
logam campur Ag-Sn. Merkuri berdifusi ke partikel logam campur. Merkuri
mempunyai daya larut yang terbatas untuk perak (0,035%wt) dan timah (0,6%wt).
Jika daya larut ini terlampaui, kristal-kristal dari dua senyawa logam biner
akan berpresipitasi menjadi merkuri. Kedua senyawa ini adalah senyawa Ag2Hg3
berbentuk kubik dengan pusat dibagian tengah (fase gamma) dan senyawa Sn7-
8Hg heksagonal yang tersusun rapat (fase gamma 2). Karena kelarutan perak
dalam merkuri lebih rendah daripada timah, fase gamma 1 berpresipitasi terlebih
dahulu sementara fase gamma 2 berpresipitasi kemudian.
Sesudah triturasi, bubuk logam campur bercampur dengan cairan merkuri,
menghasilkan adonan yang mempunyai konsistensi plastis. Sewaktu merkuri yang
tersisa melarutkan partikel logam campur, kristal-kristal gamma 1 dan gamma 2
akan bertumbuh. Saat partikel tertutup dengan kristal yang baru terbentuk,
sebagian besar gamma 1, kecepatan reaksi menurun. Partikel logam campur
(sekarang lebih kecil, karena permukaannnya sudah dilarutkan oleh merkuri),
dikelilingi dan diikat bersama-sama dengan kristal-kristal gamma 1 dan gamma 2
yang padat.
8
Jadi, amalgam rendah kandungan tembaga yang tipikal adalah suatu
gabungan dimana partikel-partikel yang tidak dikonsumsi tertanam dalam fase
gamma 1 dan gamma 2.
Sifat fisik dari amalgam yang sudah mengeras tergantung pada persentase
relative dari masing-masing fase struktur mikro. Partikel Ag-Sn yang tidak
dikonsumsi mempunyai efek yang kuat. Makin banyak fase ini yang tertinggal
dalam sruktur akhir, makin kuat amalgamnya.
Fase gamma 2 merupakan fase yang paling kurang stabil dalam
lingkungan yang korosif dan dapat mengalami erosi, terutama pada leher restorasi.
Secara umum, fase gamma (Ag3Sn) dan gamma 1 murni (Ag2Hg3) adalah stabil
dalam lingkungan rongga mulut. Meskipun demikian gamma 1 dalam rongga
dalam amalgam mengandung sejumlah kecil timah, yang dapat hilang dalam
lingkungan yang korosif.
Daerah antar-muka antara fase gamma dan matriks berperan penting.
Proporsi yang tinggi dalam fase gamma yang tidak terkonsumsi tidak akan
memperkuat amalgam kecuali pertikel-partikel tersebut berikatan dengan matriks.
b. Amalgam Cooper Enrich (kaya kuprum)
Dalam amalgam cooper enrich mempunyai komposisi yang hampir sama
dengan amalgam konvensional, tetapi pada cooper enrich kandungan cuprum (Cu)
lebih besar dibandingkan amalgam konvensional. Logam campur dengan
kandungan tembaga yang tinggi ini menjadi bahan pilihan karena sifat
mekanisnya yang lebih baik, juga ketahanan terhadap korosi, dan integritas bagian
tepi serta kinerjanya dalam percobaan klinis yang lebih baik, bila dibandingkan
dengan logam campur tradisional yang rendah kandungan tembaganya. Ada dua
macam bubuk logam campur tinggi tembaga yang tersedia. Yang pertama adalah
bubuk logam campur gabungan, dan yang kedua adalah bubuk logam campur
berkomposisi tunggal. Kedua tipe ini mengandung tembaga lebih dari 6%wt.
Blended alloy/dispersion modified alloy
Mengandung dua bagian partikel alloy konvensional yang dipotong lathe
cut ditambah satu bagian alloy perak-tembaga eutectic sferis.
9
Ag = 69 %
Sn = 17 %
Cu = 13 %
Zn = 4 %
Logam campur ini sering disebut sebagai logam campur gabungan karena
bubuk akhirnya merupakan campuran dari setidaknya dua jenis partikel. Bubuk
gabungan, menunjukkan partikel lathe-cut rendah kandungan tembaga dan
pertikel logam campur Ag-Cu sferis. Amalgam yang dibuat dari bubuk ini lebih
kuat daripada amalgam yang dibuat dai bubuk lathe-cut yang kandungan
tembaganya rendah, karena kekuatan partikel Ag-Cu bukan karena penyebaran
dari mekanisme penguatan seperti yang diperkirakan semula. Bahan gabungan
(bahan yang terdiri dari atas matriks dan pengisi) dapat diperkuat dengan
menambahkan pengisi yang kuat dan partikel Ag-Cu barangkali bekerja sebagai
bahan pengisi yang kuat, yang memperkuat matriks amalgam.
Beberapa penelitian klasik menunjukkan bahwa restorasi yang dibuat dari
prototipe amalgam gabungan ini secara klinis lebih unggul daripada restorasi yang
dibuat dari amalgam dengan kandungan tembaga yang rendah, bila dievaluasi
dalam kaitannya dengan ketahanan terhadap kerusakan tepi.
Bubuk logam campur gabungan biasanya mengandung bubuk tinggi
tembaga berbentuk sferis sebesar 30%wt sampai 55%wt. Total kandungan
tembaga dalam logam campur gabungan berkisar antara 9%wt samapai 20%wt.
Fase yang ada dalam partikel yang mengandung tembaga tergantung pada
komposisinya. Logam campur Ag-Cu terdiri atas gabungan dua fase - kaya perak
dan kaya tembaga – dengan stuktur kristal dari perak dan tembaga murni. Masing-
masing fase mengandung sejumlah kecil unsur lain. Pada bubuk yang diatomisasi
(yang didinginkan dengan cepat), campuran dua fase eutetik membentuk lamella
yang sangat halus. Komposisi pada kedua sisi eutetik membentuk butiran yang
sangat relative besar dari fase kaya tembaga atu fase kaya perak dari campuran
eutetik.
Bila merkuri bereaksi dengan bubuk gabungan, perak akan dilarutkan
kedalam merkuri dari partikel logam campur Ag-Cu dan baik perak maupun timah
10
akan larut dalam merkuri dari partikel logam campur Ag-Sn. Timah dalam larutan
berdifusi ke permukaan partikel logam campur Ag-Cu dan beraksi dengan fase
tembaga untuk membentuk fase ή (Cu6Sn5). Lapisan kristal-kristal ή terbentuk di
sekitar logam campur Ag-Cu yang tidak dikonsumsi. Lapisan ή pada partikel
logam campur Ag-Cu juga mengandung beberapa kristal gamma 1. Fase gamma 1
terbentuk bebarengan dengan fase ή dan mengelilingi baik partikel logam
campur Ag-Cu yang tertutup ή amupun partikel logam campur Ag-Sn. Seperti
pada amalgam dengan kandungan amalgam yang rendah, gamma 1 adalah fase
matriks yaitu fase yang mengikat partikel-partikel logam campur yang tidak
dikonsumsi bersama-sama.
Jadi, reaksi bubuk logam campur gabungan dengan merkuri dapat
diringkas sebagai berikut:
Partikel logam campur (β + γ) + Ag-Cu eutetik + Hg → γ1 + ή + partikel
logam campur dari kedua tipe yang digunakan
Perhatikan bahwa gamma 2 sudah dihilangkan pada reaksi ini. Gamma 2
tidak tebentuk pada saat yang sam dengan ή. Tidak ada definisi yang tepat untuk
logam campur amalgam yang dapat mewakili system tinggi tembaga ini, tetapi
pada umumnya dikatakan bahwa ini adalah suatu formula bahwa gamma 2 hampir
seluruhnya ditiadakan selama reaksi pengerasan. Untuk mendapatkan hal ini,
barangkali diperlukan konsentrasi bersih dari tembaga sekurang-kurangnya
sebesar 12% di dalam bubuk logam campur tersebut.
Beberapa amalgam gabungan yang sudah mengeras memang menagndung
gamma 2 meskipun persentasenya lebih kecil daripada yang terkandung di dalam
amalgam dengan kandungan tembaga rendah. Keefektifan dari patikel yang
mengandung tembaga dalam mencegah pembentukan gamma 2 tergantung pada
persentasenya di dalam campuran tersebut.
Komposisi tunggal
Alloy yang mengandung dua bagian alloy sferis yang terbuat dari 60 %
perak, 25 % timah, dan 15 % tembaga dan satu bagian alloy konvensional.
11
Berbeda dengan bubuk logam campur gabungan, setiap partikel pada
bubuk logam campur ini mempunyai komposisi yang sama. Oleh karena itu,
disebut sebagai logam campur komposisi tunggal. Komponen utama dari partikel-
partikelnya biasanya adalah perak , tembaga, dan timah. Logam campur pertama
dari jenis ini mengandung perak 60%wt, timah 27%wt, dan tembaga 13%wt.
Kandungan tembaga dalam berbagai logam campur komposisi tunggal berkisar
dari 13%wt samapai 30%wt. Selain itu, ada sejumlah kecil indium atau palladium
pada berbagai logam campur komposisi tunggal.
Sejumlah fase juga ditemukan di dalam masing-masing partikel logam
campur komposisi tunggal termasuk β (Ag-Sn), γ (Ag3Sn), dan ε (Cu3Sn).
Beberapa logam campur juga mengandung beberapa fase ή (Cu6Sn5). Partikel
yang diatomisasi mempunyai struktur mikro dendritik, yang terdiri atas lamela-
lamela yang kecil.
Bila ditriturasi dengan merkuri, perak dan timah dari fase Ag-Sn akan larut
didalam merkuri; sementara tembaga dalam jumlah kecil juga larut di dalam
merkuri. Kristal-kristal gamma 1 akan terbentuk, membuat matriks yang mengikat
partikel-partikel logam campur yang terlarut sebagian. Kristal ή ditemukan
sebagai anyaman kristal batang pada permukaan partikel logam campur, juga
tersebar di dalam matriks. Kristal ini jauh lebih besar daripada kristal ή yang
terdapat pada lapisan reaksi yang mengelilingi partikel Ag-Cu pada amalgam
gabungan.
c. Amalgam plus fluoride
Untuk meningkatkan mutu amalgam terhadap terjadinya karies sekunder,
telah dikembangkan dengan menambahkan senyawa fluorida dengan maksud
menambah efek anti kariogenik. Bahan restorasi amalgam yang mengandung
fluorida yang dalam bubuknya merupakan amalgam konvensional tipe lathe-cut
dengan komposisi (brosur Dentoria -France) stanus fluorida (SnF,) 1%, perak
(Ag) 68%, timah (Sn) 27%, tembaga (Cu) 4,5%, seng (Zn) 1,5%.
Fluorida pada bahan restorasi amalgam dalam bentuk senyawa SnF2.
Senyawa ini terbukti dapat mengurangi kelarutan enamel terhadap asam dan dapat
12
meningkatkan konsentrasi fluorida di dalam struktur gigi yang berdekatan dengan
bahan restorasi ini. Menurut Phillips fluorida dalam amalgam cukup dapat
mengurangi kelarutan permukaan enamel dari pengaruh asam, meskipun fluorida
yang terlepas terjadi dalam waktu yang singkat, tetapi cukup efektif untuk
mencegah terjadinya karies.
Mekanisme fluorida yang utama adalah meningkatkan daya tahan enamel
karena adanya remineralisasi, bersifat bakterisid dan menurunkan kemampuan
bakteri memproduksi asam. Karena amalgam yang mengandung fluoride ini
mempunyai daya untuk mencegah karies sekunder maka dapat digunakan juga
pada anak-anak dan dapat digunakan pada orang dewasa.
Selain amalgam yang berflouride ini pada gigi decidui juga dipergunakan
restorasi kuprum amalgam karena sifat kuprum amalgam ini antibakteri dari
kuprum itu sendiri. Bahan ini tersedia dalam bentuk pil mengandung 60 sampai
70% mercury dan 30% kuprum. Dalam penggunaannya bahan dipanaskan sampai
tetesan mercuri muncul lalu ditrituasi seperti pada bahan amalgam lain dan
kemudian dikondensasi didalam kavitas.
Jadi dapat disimpulkan bahwa amalgam tipe ini tidak cocok digunakan
oleh orang dewasa, tetapi tipe amalgam konvensional biasanya yang dipakai untuk
orang dewasa.
Amalgam juga dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Berdasarkan kandungan Copper
a. Low copper = conventional alloy
Alloy kovensional mengandung konstitusi dasar sebagai berikut:
Silver : 67-74%
Tin : 25-27%
Kuprum : 0-6%
Zinc : 0-2%
Perbedaan utama antara berbagai alloy konvensional terletak pada bentuk
dan ukuran partikelnya. Alloy yang dipotong dengan mesin bubut/ lathesin
bubut bisa berbentuk coarse atau grain halus, dari keduanya yang lebih
13
disenangi adalah partikel grain halus. Alloy adalah berupa campuran
partikel-partikel dengan ukuran berlainan tersebar di dalam alloy dan
tersusun secara efisien. Alternative lain untuk menghasilkan partikel alloy
selain memotong dengan lathe adalah pembuatan partikel spheris.
Beberapa alloy mengandung campuran partikel yang dipotong dengan
lathe dan partikel spheris.
b. High copper
Alloy ini mempunyai beberapa tipe sebagai berikut:
- Blended alloy, kadang-kadang juga disebut “dispersion modified alloy”.
Alloy ini mengandung dua bagian partikel alloy konvensional yang
dipotong dengan lathe (dalam satuan berat) ditambah satu bagian alloy
silver-copper eutectic spheris (kira-kira 70% Ag + 30% Cu). Komposisi
keseluruhan kira-kira adalah:
Silver : 69%
Tin :17%
Kuprum :13%
Zinc : 4%
- Alloy yang merupakan kebalikan dari tipe blended alloy, alloy seperti ini
dipergunakan pada beberapa Negara. Alloy ini mengandung dua bagian
alloy spheris (satuan berat) terdiri dari 60% Ag, 25% Sn, 15% Cu,
ditambah satu bagian alloy konvensional. Komponen terakhir ini dapat
dalam bentuk spheris atau partikel fine grain hasil pemotongan dengan
lathe.
2. Berdasarkan kandungan Zinc
a. Zinc containing
Logam campur yang mengandung seng lebih dari 0,01% dari yang
diperlukan disebut amalgam dengan mengandung seng.
b. Zinc free
Logam campur yang mengandung seng 0,01% atau kurang disebut
amalgam tanpa kandungan seng.
3. Berdasarkan ada/ tidaknya fase γ2
14
a. γ2 containing
Pada low copper amalgam terdapat fase γ2. Bersifat settingnya lambat,
kekuatan kecil, lemah, dan mudah korosi.
b. γ2 free
Pada high copper amalgam tidak terdapat fase γ2.
4. Berdasarkan bentuk dan ukuran partikel
a. Lathe-cut
Untuk membuat bubuk lathe-cut, batang logam campur yang sudah
diannealing ditempatkan dalam mesin giling atau alu dan kemudian
dipotong dengan alat potong atau gerinda. Potongan yang didapat sering
berbentuk seperti jarum, dimana beberapa pabrik masih memeperkecil
ukuran potongan tersebut dengan penggililng bulat. (Anusavice, 2003)
Karena kondisi pendinginan yang cepat dari keadaan pengecoran,
batang logam campur Ag-Sn mempunyai struktur inti dan mengandung
butiran non-homogen dengan berbagai komposisi. Dilakukan pemanasan
homogenisasi untuk mengembalikan keseimbangan hubungan fase. Waktu
pemanasan bervariasi, tergantung pada temperature yang digunakan dan
ukuran batang, tetapi waktu pemanasan 24 jam pada temperature yang
terseleksi tidak jarang digunakan. Amalgam yang dibuat dengan bubuk
lathe-cut ini dimanipulasi dengan asam. (Anusavice, 2003)
15
b. Admixed
Merupakan campuran antara bubuk lathe-cut dan bubuk sferis dan
modifikasi sifat-sifat pemakaian terutama packability.
c. Spherical
Bubuk diatomisasi dibuat dengan melelehkan unsure-unsur yang
diinginkan bersama-sama. Logam cair diatomisasi menjadi tetesan logam
yang berbentuk bulat kecil.
Jika tetesan memadat sebelum menyentuh permukaan, bentuk
sferis atau bulat akan bertahan, dan bubuk atomisasi ini disebut bubuk
sferis. Seperti bubuk lathe-cut, bubuk sferis mendapat pemanasan yang
akan membuat butirannya menjadi kasar dan memperlambat reaksi
partikel dengan merkuri. Seperti logam campur lathe-cut, bubuk sferis
biasanya dimanipulasi dengan asam. (Anusavice, 2003). Amalgam dari
bubuk sferis sangat plastis, kita tidak dapat mengandalkan tekanan
kondensasi untuk membentuk kontur proksimal. Logam campur berbentuk
sferis membutuhkan merkuri dalam jumlah lebih kecil daripada logam
campur lathe-cut, karena partikel logam campur berbentuk sferis
mempunyai daerah permukaan yang lebih kecil pervolumenya disbanding
logam campur lathe-cut. Amalgam dengan kandungan merkuri yang
rendah umumnya mempunyai sifat yang lebih baik. (Anusavice, 2003)
16
3.3 Fungsi Campuran Amalgam
Campuran amalgam terdiri dari merkuri (Hg), perak (Ag), timah (Sn),
tembaga (Cu), sedikit penambahan seng (Zn) dan bahan-bahan lain seperti
platinum, palladium, dan galium. Fungsi masing-masing unsur dalam amalgam
adalah sebagai berikut :
1. Perak (Ag)
a. Memutihkan alloy
b. Meningkatkan ekspansi saat pengerasan
c. Menurunkan reaksi pengerutan
d. Meningkatkan strength
e. Meningkatkan resistensi terhadap tarnish
2. Timah (Sn)
a. Mengendalikan reaksi antara perak dengan merkuri. Tanpa timah
reaksi akan terlalu cepat terjadi dan setting ekspansi tidak dapat
ditoleransi.
b. Meningkatkan kontraksi.
c. Mengurangi stength dan hardness
d. Mengurangi resistensi terhadap tarniah dan korosi
3. Tembaga (Cu)
a. Meningkatkan ekspansi saat pengerasan
b. Meningkatkan strength dan hardness
4. Seng (Zn)
17
a. Menyebabkan terjadinya suatu ekspansi yang terlambat bila campuran
amalgam terkontaminasi oleh cairan selama proses manipulasi
b. Dalam jumlah kecil tidak dapat mempengaruhi reaksi pengerasan dan
sifat-sifat amalgam
5. Merkuri (Hg)
Merkuri digunakan dalam jumlah kecil (3%), campuran yang terbentuk
disebut dengan alloy pre-amalgamasi yang dapat menghasilkan reaksi
yang lebih cepat.
6. Platinum, Palladium, dan Galium
a. Platinum mengeraskan alloy dan meningkatkan resistensi tehadap
korosi.
b. Palladium mengeraskan dan memutihkan alloy.
c. Galium meningkatkan strength dan meodulus elastisitas.
3.4 Manipulasi Amalgam dan Reaksi Setting
A. Manipulasi Amalgam
1. Mixing
Jumlah merkuri yang diinginkan dapat diperoleh dengan cara menimbang
atau menggunakan volume dispenser. Perbandingan takaran alloy yang
dan merkuri yang telah di set sebaiknya mengandung kurang dari 50%
merkuri. Ada 2 teknik yang digunakan yaitu :
a. Menggunakan perbandingan alloy/merkuri sebesar 5/7 atau 5/8.
Kelebihan merkuri mempermudah titurasi dan dapat diperoleh hasil
campuran yang plastis. Kelebihan merkuri dapat diambil dengan cara
memerasnya dengan kasa.
b. Teknik merkuri minimal (teknik Eames) dimana merkuri dan alloy
ditimbang dalam jumlah yang sama tidak perlu dilakukan pemerasan
merkuri. Metode ini dilakukan pada pencampuran secara mekanis.
2. Triturasi
Tujuan triturasi adalah amalgamasi yang benar dari air raksa dengan
logam campur. Partikel-partikel logam campur terbungkus oleh lapisan
18
oksida sehingga sulit ditembus oleh merkuri. Lapisan oksida ini harus
digosok lepas agar permukaan yang bersih dari logam campur dapat
bereaksi dengan merkuri.
Triturasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
a. Pencampuran Manual
Pencampuran manual ini dilakukan dengan menggunakan mortar dan
pestel. Permukaan dalam mortar agak kasar yang berguna untuk
mempertinggi frekuensi gesekan antara amalgam dan permukaan
mortar. Pestel adalah alu kecil yang terbuat dari gelas.
Tiga faktor yang mempengaruhi pencampuran amalgam antara lain :
jumlah putaran, kecepatan pemutaran, dan besarnya tekanan pada
pengaduk. Idealnya 24-25 detik merupakan waktu yang cukup.
b. Pencampuran Secara Mekanis
Alloy dan merkuri yang perbandingannya sudah tepat dapat dicampur
secara mekanis dalam kapsul, baik dengan atau tanpa menggunakan
pestel. Tutup kapsul harus dipsang dengan erat, jika tidak maka akan
terjadi kabut halus dari merkuri yang tersembur keruangan selama
triturasi. Dan hilangnya merkuri ini dapat mengubah perbandingan
antara berat merkuri dengan logam. Amalgamator mekanis mempunyai
pengatur waktu, sehingga waktu pencampuran yang tepat dapat
terjamin serta dapat dilakukan berulang-ulang. Bahan untuk ini sudah
tersedian dalam bentuk kapsul berisi alloy dalam berat yang sudah
diukur serta merkuri dalam jumlah yang sebanding. Alat ini memiliki
kecepatan yang rendah dan waktu triturasi sekitar 20-30 detik untuk
mendapatkan masa yang menyatu. Hasil amalgam ini umumnya
kurang memuaskan.
3. Kondensasi
Setelah ditriturasi amalgam dimasukkan ke dalam kavitas, lalu dipadatkan
dengan menggunakan instrumen yang sesuai. Hal ini dilakukan agar
amalgam beradaptasi dengan dinding kavitas, mengeluarkan kelebihan
merkuri dan mengurangi porositas. Kondensasi harus selalu dilakukan
19
pada dinding dan lantai kavitas. Jika satu atau lebin dinding kavitas tidak
ada, matriks stainless steel dapat digunakan untuk menggantikannya.
Untuk proses kondensasi dibutuhakan instrumen yang disebut amalgam
kondenser denganujung bergerigi dan bentuk serta ukurannya berbeda.
Tipe kondenser dipilih sesuai dengan luas dan bentuk kavitas. Selama
pemadatan daerah kerja harus kering. Sedikit saja ada cairan pada
amalgam yang mengandung seng (Zn) pada tahap ini dapat mengakibatkan
ekspansi tertunda, korosi, dan hilangnya kekuatan amalgam.
4. Triming dan Carving
Selama proses kondensasi kavitas menjadi penuh dan ini akan
menyebabkan kelebihan amalgam di permukaan sehingga dapat dikurangi
selama proses karving. Juka kavitas diisi terlalu banyak maka bagian
permukaan dengan merkuri dapat dibuang dan tambalan dibentuk sesuai
dengan anatominya. Karving tidak harus dimulai sampai amalgam cukup
mengeras untuk memberikan resistensi pada instrumen. Jika karving
dimulai terlalu cepat amalgam menjadi sangat plastis sehingga dapat
terdorong keluar dari margin.
5. Polishing
Low copper alloy baru dapat di polishing setelah 24 jam setelah
penambalan, yaitu setelah tambalan cukup kuat, sedangkan high copper
alloy lebih cepat mendapatkan kekuatan sehingga bahan ini dapat dipolish
tidak lama setelah penambalan. Pemolesan dilakukan dengan bubuk
abrasif basah dalam pentuk pasta. Pemolesan dengan bubuk yang kering
dapat meningkatkan temperatur diatas 60⁰ celcius dan menyebabkan
menguapnya merkuri serta mengurangi kekuatan amalgam.
B. Setting Reaksi
1. Amalgam Konvensional
Reaksi yang terjadi antara alloy dental amalgam dan merkury sangat rumit.
Beberapa fakta yang berhubungan dengan reaksi antara senyawa intermetalik
silver-tin (Ag3Sn) – fase dan merkury adalah sebagai berikut :
20
Selama dan setelah pencampuran, fase larut dalam mercury, terjadi reaksi
yang sedikitnya menghasilkan dua fase :
a. Fase γ1 ditandai dengan senyawa Ag3Sn dengan struktur heksagonal.
b. Fase γ 2 suatu senyawa tin dengan mercury berstruktur heksagonal dengan
formula Sn7-8Hg.
Berikut reaksi yang terjadi :
Ag3Sn + Hg Ag2Hg3 + Sn7-8Hg + Ag3Sn
atau γ + Hg γ1 + γ2 + γ
matrix inti
Struktur bahan setelah set berupa struktur inti dengan sebuah inti yang
terdiri dari γ yang tidak bereaksi dan matriks dari senyawa γ1 dan γ2, matriks ini
tumbuh dengan membentuk susunan jala yang tidak terputus. Setelah set dapat
terjadi reaksi lebih lanjut oleh proses diffusi.
2. Amalgam Kaya Cuprum
Manfaat utama bahan ini adalah bahwa struktur yang telah mengeras tidak
mengandung komponen γ1 .
a. Blended alloy.
Reaksi terjadi antara Ag3Sn ditambah spheris Ag-Cu dan Hg, dan terjadi
dalam dua tahap:
Tahap pertama : terjadi reaksi sama seperti amalgam konvensional
Ag3Sn + Hg Ag2Hg3 + Sn7-8Hg + Ag3Sn
γ + Hg γ1 + γ2 + γ
Tahap kedua : reaksi antara senyawa γ 2 dan sferik Ag-Cu, mendorong
terbentuk senyawa tembaga-timah dan banyak γ 1. Sehingga :
Sn7-8Hg + Ag-Cu Cu6Sn5 + Ag2 Hg3
γ + Ag-Cu Cu6Sn5 + γ 1
Pada reaksi diatas dihasilkan Cu6Sn5 berbentuk seperti lingkaran
mengelilingi partikel Ag-Cu.
21
b. Alloy dengan komposisi tunggal
Struktur bahan ini serupa dengan yang disebutkan diatas kecuali bahwa
posisi Cu6Sn5 tidak melingkari partikel Ag-Cu tetapi terdapat bersama-
sama dengan matrix γ1.
Catatan :
Dari percobaan diketahui bahwa alloy yang diberi emas sebanyak 10%
sebagai pengganti sebagian dari silver akan menghasilkan amalgam yang
tidak mengandung fase γ2.
Tidak terdapatnya fase γ2 memberi arti yang sangat bermakna terhadap :
(i) sifat korosi, (ii) kekuatan, (iii) sifat-sifat creep, (iv) membuat tepi
marginal restorasi bertahan lebih lama.
3.5 Sifat-sifat amalgam
Sifat-sifat amalgam secara umum :
1. Sifat fisik
a. Perubahan dimensi
Amalagam dapat memuai atau menyusut, tergantung pada cara
manipulasinya. Kontraksi yang hebat dapat menyebabkan
terbentuknya kebocoran mikrodan karies sekunder. Ekspansi yang
berlebihan dapat menimbulkan tekanan pada pulpa dan kepekaan
pascaoperatif. Spesifikasi ADA No.1 menyebutkan bahwa amalgam
dapat berkontraksi atau berekspansi lebih dari 20nanometer/cm,
diukur pada 37derajat celcius, 5menit dan 24jam sesudah dimulainya
triturasi.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perubahan dimensi adalah :
- Komposisi alloy : semakin banyak jumlah perak dalam amalgam,
maka akan lebih akan lebih besar pula ekspansi yang terjadi.
Semakin besar jumlah tin, maka kontraksi akan lebih besar.
22
- Ratio merkuri/alloy : makin banyak merkuri akan semakin besar
tingkat ekspansinya.
- Ukuran partikel alloy : jika ukuran partikel menyusut maka total
area permukaan akan meningkat. Area permukaan yang lebih besar
akan menghasilkan merkuri dengan kecepatan difusi ke partikel
yang lebih tinggi saat triturasi. Hal ini menyebabkan kemungkinan
kontraksi lebih tinggi saat tahap pertengahan.
- Waktu triturasi : merupakan faktor paling penting. Secara umum,
semakin lama waktu triturasi, maka ekspansi akan lebih kecil.
- Tekanan kondensasi : jika amalgam tidak mengalami kondensasi
saat triturasi, akan terjadi kontraksi dalam skala besar karena tidak
terganggunya difusi mercuri ke alloy.
b. Creep
Creep merupakan regangan atau deformasi yang bergantung pada
waktu, yang disebabkan oleh tekanan. Proses perubahan ini dapat
menyebabkan restorasi amalgam meluas ke luar dari preparasi kavitas,
sehingga membuat restorasi mudah mengalami kerusakan tepi. ANSI-
ADA specification no. 1 menganjurkan agar creep kurang dari 3%.
Amalgam yang rendah tembaga lebih rentan mengalami kerusakan di
bagian tepi, dibandingkan dengan amalgam yang tinggi kandungan
tembaga.
c. Difusi Termal
Difusi termal amalgam adalah empat puluk kali lebih besar
dibandingkan dengan dentin, sedangkan koefisien ekspansi termal
amalgam tiga kali lebih besar dari dentin yang mengakibatkan
microleakage dan karies sekunder.
d. Abrasi
Proses abrasi yang terjadi saat mastikasi makanan mengakibatkan
hilangnya sebuah substansi biasanya disebut wear. Mastikasi
melibatkan pemberian tekanan pada tumpatan, yang mengakibatkan
kerusakan dan pecahnya amalgam.
23
2. Sifat kimia
a. Korosi
Amalgam dapat mengalami tarnish (perubahan warna) bila terdapat
sulfur menghasilkan sutau lapsan sutau lapsan sulfida pada permukaan
restorasi amalgam tipe gama 2 yamg mudah korosi dan sangat labil.
b. Tarnish(perubahan warna)
Amalgam sangat mudah terjadi perubahan warna (diskolorisasi)
setelah jangka waktu pemakaian yang lama. Tarnish di permukaan
amalgam kandungan tembaga tinggi berhubungan dengan fase
Tembaga Cu65n5 dan silver –copper cutectic. Amalgam dengan
kandungan tembaga rendah bentuk/fasa Ag3Sn lebih mudah terjadi
tarnish dibanding fasa Ag Hg.
c. Reaksi Elektrokimia Sel Galvanik
Korosi galvanik atau bimetalik terjadi ketika dua atau lebih logam
berbeda bekontak dalam larutan elektrolit. Besarnya arus galvanik
dipengaruhi oleh lama/usia restorasi , perbedaan potensial korosi
sebelum berkontak dan daerah permukaan. Hubungan lama restorasi
dengan besar arus galvanik berbanding terbalik, artinya semakin lama
usia restorasi amalgam dengan tumpatan lain maka semakin kecil arus
galvanik yang dihasilkan.
3. Sifat mekanik
a. Kekuatan tekan
Menurut ADA spesifikasi no1 untuk amalgam, memiliki kekuatan
kompresi sebesar 80 Mpa setelah 1jam pengerasan dengan besar
tekanan sekitar 25 mm/menit. Amalgam dapat menhan tekanan
kompresi dan lemah terhadap tarik dan geser , maka kavitas yang
dibuat harus bedasarkan kekuatan kompresi agar dapat diterima dan
meminimalkan gaya tarik dan geser.
b. Kekuatan tarik
Amalgam minimal memiliki kekuatan tarik sebesar 500kg/cm2, nilai
kekuatan tarik amalagam lebih rendah dari kekuatan kompresinya.
24
Pada bagian tipis dari tumpatan aamalgam dan juga bagian tepinya
mempunyai peluang untuk terjadi fraktur/patah., material yang
bersifat brittle, memerlukan penguatan dengan penjepit logam(metal
pins) yang ditanam dalam dentin.Kekuatan tarik harus cukup tinggi
untuk mendapat menahan gaya tarik dari gigitan pasien agar tidak
terjadi fraktur.
c. Modulus Elastis
Ketika modulus elastic ditentukan dengan nilai pemuatan rendah
sekitar 0,025-0,125 mm/menit , nilai modulus elastic yang berlaku
adalah 11-20 Gpa. High Copper Alloy cenderung lebih kaku daripada
Low Copper Alloy. Jika nilai pemuatan meningkat, maka sifat
viskoelastisitasnya tidak mempengaruhi modulus elastic yang lainnya
kurang lebih 62 Gpa.
d. Deformitas plastis
Creep dalam amalgam untuk mengalirkan dengan tekanan /gaya yang
konstan, maka amalgam sebagai tumpatan dalam kavitas akan
menonjol keluar. Tonjolan ini sangat menonjol di tepi-tepinya dan
tonjolan ini lemah, akibatnya lama kelamaan akan terjadi fraktur.
4. Sifat termal
Amalgam memiliki nilai termal diffusivity yang tinggi, seperti yang
diharapkan untuk material logam restorasi, sehingga amalgam juga disebut
konduktor yang baik.oleh sebab itu sebelum amalgam dimasukkan ke
dalam kavitas harus diberikan basis dahulu di dasar kavitas dan juga
bertindak sebagai isolator.
5. Sifat biologis
a. Toksisitas
Merkuri yang terkandung amalgam dalam bentuk uap amat berbahaya
karena dapat mencapai pembuluh darah di otak lewat paru-paru yang
mengakibatkan kerusakan saraf. Merkuri dalam bentuk cair/padat ,
bagian dari materi organic/anorganik tidak begitu
berbahaya/toksisitasnya rendah. Walaupun mudah terserap melalui
25
kulit mukosa atau bahkan tertelan , merkuri ini akan segera dilepas
dalam bentuk ion di dalam darah dan pada saluran pencernaan serta
segera dikeluarkan melalui ginjal(urin)atau dalam feces.
b. Alergi
Secara khas respon alergi mewakili antigen dengan reaksi antibodi
yang ditandai dengan rasa gatal, ruam, bersin, kesulitan bernafas,
pembengkakan, dan gejala lain. Dermatitis kontak atau reaksi
hipersensitifitas tipe 4 dari Commbs mewakili efek samping fisiologis
yang paling mungkin terjadi pada amalgam gigi, tetapi reaksi ini
terjadi kurang dari 1%.
3.6 Kelebihan dan Kekurangan Amalgam
Kelebihan :
1. Amalgam adalah bahan tambal yang paling kuat dibandingkan dengan bahan
tambal lain dalam melawan tekanan kunyah, sehingga amalgam dapat
bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama di dalam mulut (pada
beberapa penelitian dilaporkan amalgam bertahan hingga lebih dari 15 tahun
dengan kondisi yang baik) asalkan tahap-tahap penambalan sesuai dengan
prosedur.
2. Ketahanan terhadap keausan sangat tinggi, tidak seperti bahan lain yang pada
umumnya lama kelamaan akan mengalami aus karena faktor-faktor dalam
mulut yang saling berinteraksi seperti gaya kunyah dan cairan mulut.
3. Penambalan dengan amalgam relatif lebih simpel dan mudah dan tidak terlalu
“technique sensitive” bila dibandingkan dengan resin komposit, di mana
sedikit kesalahan dalam salah satu tahapannya akan sangat mempengaruhi
ketahanan dan kekuatan bahan tambal resin komposit.
4. Biayanya relatif lebih rendah.
26
Kekurangan :
1. Secara estetis kurang baik karena warnanya yang kontras dengan warna gigi,
sehingga tidak dapat diindikasikan untuk gigi depan atau di mana
pertimbangan estetis sangat diutamakan.
2. Dalam jangka waktu lama ada beberapa kasus di mana tepi-tepi tambalan
yang berbatasan langsung dengan gigi dapat menyebabkan perubahan warna
pada gigi sehingga tampak membayang kehitaman .
3. Pada beberapa kasus ada sejumlah pasien yang ternyata alergi dengan logam
yang terkandung dalam bahan tambal amalgam. Selain itu, beberapa waktu
setelah penambalan pasien terkadang sering mengeluhkan adanya rasa sensitif
terhadap rangsang panas atau dingin.
4. Toksisitas merkuri yang terkandung dalam tambalan amalgam.
27
BAB IV
KESIMPULAN
1. Amalgam adalah bahan tambalan berupa campuran beberapa logam,
diantaranya perak (Ag), timah (Sn), tembaga (Cu), seng (Zn) bahan-bahan
lain seperti galium indium, dan palladium dengan komposisi tertentu. Dental
amalgam sendiria adalah kombinasi antara alloy dengan merkuri melalui
suatu proses amalgamasi.
2. Klasifikasi dan Komposis Amalgam
a. Amalgam konvensionalb. Amalgam Cooper Enrich (kaya kuprum)c. Amalgam plus fluorided. Berdasarkan kandungan Coppere. Berdasarkan kandungan Zincf. Berdasarkan ada/ tidaknya fase γ2g. Berdasarkan bentuk dan ukuran partikel
3. Manipulasi Amalgam
a. Mixing
b. Triturasi
c. Kondensasi
d. Triming dan Carving
e. Polishing
4. Setting Reaksi
a. Amalgam Konvensional
Ag3Sn + Hg Ag2Hg3 + Sn7-8Hg + Ag3Sn
atau γ + Hg γ1 + γ2 + γ
matrix inti
b. Amalgam Kaya Cuprum
- Blended alloy.
Tahap pertama Ag3Sn + Hg Ag2Hg3 + Sn7-8Hg + Ag3Sn
γ + Hg γ1 + γ2 + γ
28
Tahap kedua
Sn7-8Hg + Ag-Cu Cu6Sn5 + Ag2 Hg3
γ + Ag-Cu Cu6Sn5 + γ 1
- Alloy dengan komposisi tunggal
Struktur bahan ini serupa dengan yang disebutkan diatas kecuali
bahwa posisi Cu6Sn5 tidak melingkari partikel Ag-Cu tetapi
terdapat bersama-sama dengan matrix γ1.
5. Sifat-sifat amalgam
a. Sifat fisik
- Perubahan dimensi
- Creep
- Difusi Termal
- Abrasi
b. Sifat kimia
- Korosi
- Tarnish(perubahan warna)
- Reaksi Elektrokimia Sel Galvanik
c. Sifat mekanik
- Kekuatan tekan
- Kekuatan tarik
- Modulus Elastis
- Deformitas plastis
d. Sifat termal
e. Sifat biologis - Toksisitas
- Alergi
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Anusavice, J, Kenneth. 2004. Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi.
Jakarta : EGC
2. Combe, E.C. 1992. Sari dental Material. Alih bahasa : drg Slamet
Tarigan,Ms,Phd. Jakarta : Balai Pustaka.
3. Phillips, W. Ralph. 1991. Science Of Dental Materias.Philadelphia USA:
W.B Saunders Company.
4. O’Brien dan Gunnar Ryge. 1985. An Outline Of Dental Materials and
Their Selection. 9th edition. Philadelphia USA : W.B Saunders Company.
5. http://gigi.klikdokter.com/subpage.php?id=4&sub=14
30