Laptut Amalgam

46
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dental amalgam merupakan bahan tumpatan yang sering digunakan di Kedokteran Gigi. Pertama diperkenalkan di Perancis pada awal 1800-an, berisi campuran air raksa dengan logam lainnya. Amalgam telah menjadi metode restoratif pilihan selama bertahun-tahun karena biaya yang murah, kemudahan aplikasi, kekuatan, ketahanan, dan efek bakteriostatik. Faktor-faktor yang menyebabkan penurunan penggunaan baru-baru ini adalah dampak merugikan bagi kesehatan, estetika yang kurang, dan pencemaran lingkungan. Masalah estetika adalah karena warna metalik tidak berbaur dengan baik dengan warna gigi alami. Masalah- masalah lingkungan adalah tentang emisi merkuri. Amalgam merupakan bahan yang paling sering digunakan karena bahan ini dapat bertahan lama sebagai bahan tumpatan, mudah memanipulasinya, mudah beradaptasi dengan cairan mulut dan harganya relatif murah. Namun, mengenai masalah efek samping yang ditimbulkan oleh bahan ini masih dipertanyakan karena masih ada anggapan bahwa amalgam berbahaya bagi kesehatan tubuh pasien, hal ini karena di dalam amalgam terkandung merkuri. 1

description

amalgam

Transcript of Laptut Amalgam

Page 1: Laptut Amalgam

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dental amalgam merupakan bahan tumpatan yang sering digunakan di

Kedokteran Gigi. Pertama diperkenalkan di Perancis pada awal 1800-an, berisi

campuran air raksa dengan logam lainnya. Amalgam telah menjadi metode

restoratif pilihan selama bertahun-tahun karena biaya yang murah, kemudahan

aplikasi, kekuatan, ketahanan, dan efek bakteriostatik. Faktor-faktor yang

menyebabkan penurunan penggunaan baru-baru ini adalah dampak merugikan

bagi kesehatan, estetika yang kurang, dan pencemaran lingkungan.

Masalah estetika adalah karena warna metalik tidak berbaur dengan baik

dengan warna gigi alami. Masalah-masalah lingkungan adalah tentang emisi

merkuri. Amalgam merupakan bahan yang paling sering digunakan karena bahan

ini dapat bertahan lama sebagai bahan tumpatan, mudah memanipulasinya, mudah

beradaptasi dengan cairan mulut dan harganya relatif murah. Namun, mengenai

masalah efek samping yang ditimbulkan oleh bahan ini masih dipertanyakan

karena masih ada anggapan bahwa amalgam berbahaya bagi kesehatan tubuh

pasien, hal ini karena di dalam amalgam terkandung merkuri.

Merkuri dalam keadaan bebas sangat berbahaya bagi kesehatan karena

dapat meracuni tubuh oleh karena itu merkuri di dalam amalgam dianggap

berbahaya. Bahaya merkuri ini tidak hanya mengancam kesehatan pasien tetapi

juga dokter gigi itu sendiri, uap merkuri yang terhirup pada saat mengaduk

amalgam dapat menimbulkan efek toksik kumulatif pada dokter gigi tersebut.

Biokompatibilitas dapat diartikan sebagai kehidupan harmonis antara

bahan dan lingkungan yang tidak mempunyai pengaruh toksik atau jejas terhadap

fungsi biologi. Biokompatibilitas berhubungan dengan uji biologis yang

merupakan interaksi antara sifat fisika atau mekanik dan sifat kimia melalui

degenerasi sel, kematian sel dan beberapa tipe nekrosis. Tujuan biokompatibilitas

adalah untuk mengeliminasi komponen bahan yang berpotensi merusakan

1

Page 2: Laptut Amalgam

jaringan rongga mulut. Sebuah bahan dikatakan biokompatible ketika bahan

tersebut tidak merusak lingkungan biologis di sekitarnya.

Amalgam memiliki sifat-sifat fisis yaitu perubahan dimensi dan memiliki

kekuatan untuk menahan tekanan pengunyahan. Alloy yang digunakan bersama

dengan merkuri untuk keperluan kedokteran gigi biasanya disebut dengan dental

amalgam alloy. Merkuri dicampur dengan bubuk alloy membentuk suatu bahan

plastis yang kemudian dimasukkan ke dalam kavitas gigi yang telah dipreparasi.

Amalgam sebagai bahan tumpatan lebih kuat dari semua jenis bahan tumpatan

untuk gigi posterior lainnya. Pemanipulasian amalgam terdiri dari mixing,

triturasi, kondensasi, triming dan karving serta polishing yang dapat

mempengaruhi sifat-sifat fisisnya seperti tekanan kondensasi yang tinggi

menghasilkan kekuatan yang lebih besar.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi amalgam, klasifikasi dan komposisinya?

2. Apa fungsi masing-masing campuran amalgam?

3. Bagaimana sifat amalgam beserta kekurangan dan kelebihannya?

4. Bagimana teknik manipulasi amalgam?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui definisi amalgam, klasifikasi dan komposisinya.

2. Mengetahui fungsi masing-masing campuran amalgam.

3. Mengetahui sifat amalgam beserta kelebihan dan kekurangannya.

4. Mengetahui teknik manipulasi amalgam.

2

Page 3: Laptut Amalgam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Amalgam

Amalgam dalam bidang kedokteran gigi disebut dental amalgam, yaitu

suatu paduan antara merkuri (Hg) dan suatu alloy. Menurut Charbeneau dkk.

(1981) amalgam pertama kali diperkenalkan oleh Taveau pada tahun 1826 di

Paris. Pada waktu pertama kali diperkenalkan, amalgam disebut silver amalgam,

karena bagian terbesar komponennya adalah perak. Black adalah orang yang

pertama kali memperkenalkan amalgam dengan bentuk partikel lathe cut. Dalam

publikasinya pada tahun 1896, komposisi alloy amalgam adalah :

1. Ag (perak) 68,50%

2. Sn (Timah putih) 25,50%

3. Au (emas) 5%

4. Zn (seng) 1%

Formula yang dituliskan Black hanya dipakai sebentar, selanjutnya

berdasarkan penelitian oleh Flagg, emas dan platina dianjurkan tidak ditambahkan

pada formula amalgam. Pada tahun 1960 mulai diperkenalkan bubuk amalgam

bentuk bulatan kecil (spherical), yang kemudian berkembang menjadi partikel

yang lebih kecil.

Meskipun amalgam telah dipakai dalam restorasi lesi karies sejak abad ke-

15 atau bahkan lebih dini lagi, amalgam masih merupakan suatu bahan yang

paling banyak dipergunakan. Kualitas yang paling baik dari amalgam gigi ini

adalah tahan lama dan mudah manipulasinya. Cukup bisa beradaptasi dengan

cairan mulut, amalgam adalah restorasi yang relatif murah dan dapat diselesaikan

dalam satu kali kunjungan dapat dikatakan bahwa amalgam merupakan suatu

bahan tambalan yang paling banyak dipergunakan dokter gigi.

Menurut definisi, amalgam adalah campuran dari dua atau beberapa

logam, salah satunya adalah merkuri. Seperti nanti bisa dilihat, alloy amalgam

terdiri atas tiga atau beberapa logam. Amalgam itu sendiri merupakan kombinasi

alloy dengan merkuri melalui suatu proses yang disebut amalgamasi atau triturasi.

3

Page 4: Laptut Amalgam

Campuran yang merupakan bahan plastis dimasukkan ke dalam kavitas dan bahan

tersebut menjadi keras karena kristalisasi.

Kita mungkin membayangkan bahwa karies selalu terdapat pada bagian

tepi yang terbuka disebabkan oleh penetrasi dari cairan ludah, debris, dan

mikroorganisme. Sebenarnya hal ini tidak selalu terjadi, walaupun restorasi

kehilangan estetiknya dan terjadi degradasi terus-menerus. Penjelasannya terletak

pada sifat amalgam yang unik. Sewaktu restorasi makin tua, produk-produk korosi

terbentuk sepanjang batas antara restorasi dan gigi. Produk ini akan bertindak

sebagai pemblokir mekanik dari penetrasi agen-agen beracun.

Spesifikasi dari The American Dental Association untuk alloy amalgam

gigi telah banyak mengurangi jumlah produk komersial yang buruk. Walaupun

beberapa tipe tertentu (misalnya, system amalgam dengan kandungan tembaga

yang tinggi, yang akan dibahas kemudian) adalah unggul, presentase kegagalan

yang tinggi disebabkan karena desain preparasi yang tidak tepat, kesalahan

manipulasi dari amalgam dan amalgam yang terkontaminasi waktu pengisian

setiap langkah dalam prosedur, dari waktu alloy diseleksi sampai restorasi dipoles,

mempunyai efek terhadap sifat amalgam, yang menentukan keberhasilan atau

kegagalan restorasi. (Anusavice, Kenneth J, 2004)

2.2 Klasifikasi Amalgam

1. Berdasarkan kandungan tembaga, yaitu :

a. Low Copper Alloys : mengandung kurang dari 6% tembaga.

b. High Copper Alloys : Mengandung lebih dari 6% tembaga.

2. Berdasarkan kandungan seng, yaitu :

a. Zinc-containing alloy : mengandung lebih dari 0,01% zinc.

b. Zinc-free alloy : mengandung kurang dari 0,01% zinc.

3. Berdasarkan bentuk partikel alloy, yaitu :

a. Lathe cut alloy

b. Spherical alloy

4. Berdasarkan jumlah alloy, yaitu :

a. Binary alloy : terdiri dari silver dan tin.

4

Page 5: Laptut Amalgam

b. Ternary alloy : terdiri dari silver, tin dan copper.

c. Quartenary alloy : terdiri dari silver, tin, copper dan indium.

5. Berdasarkan ukuran dari alloy, yaitu :

a. Microcut : alloy dengan ukuran kecil.

b. Macrocut : alloy dengan ukuran besar.

2.3 Sifat-sifat Amalgam

a. Toksisitas

Merkuri memiliki sifat yang sangat toksis dalam tubuh manusia. Pada

tambalan amalgam, merkuri merupakan salah satu konstituennya. Telah

diketahui pula bahwa merkuri dapat merembes ke dalam struktur gigi, dan

dapat menimbulkan perubahan warna gigi; rembesan ini bisa sampai ke pulpa.

(Combe, 1992)

b. Korosi

Restorasi amalgam sering mengalami pembentukan karat dan korosi di

lingkungan rongga mulut. Derajat pembentukan karat dan perubahan warna

terjadi tampaknya tergantung pada lingkungan rongga mulut pasien, pada

amalgam yang digunakan. Penelitian elektrokimia menunjukkan bahwa

beberapa proses pasivasi memberikan perlindungan sebagian terhadap korosi

lebih lanjut yang terjadi akibat proses pembentukan karat. Kecenderungan ke

arah pembentukan karat, meskipun tidak estetik karena adanya sulfida perak

yang berwarna hitam, tidak selalu menunjukkan bahwa korosi aktif dan

kegagalan restorasi yang dini akan terjadi. Korosi aktif dari restorasi yang

baru dipasang terjadi didaerah antar-muka antara gigi dan restorasi.

Penumpukan produk korosi perlahan-lahan akan menutup celah ini, membuat

amalgam gigi menjadi restorasi swa-penutupan.

Ada bukti tidak langsung bahwa fase γ2 berhubungan dengan kegagalan tepi

dan korosi aktif pada logam campur tradisional, tetapi hubungan semacam ini

tidak ditemukan untuk logam campur dengan kandungan tembaga yang tinggi.

5

Page 6: Laptut Amalgam

Produk korosi yang paling umum ditemukan pada logam campur amalgam

tradisional adalah oksida dan klorid dari timah. Produk korosi yang

mengandung tembaga juga ditemukan pada amalgan dengan kandungan

tembaga yang tinggi. Meskipun demikian, proses korosinya lebih terbatas,

karena fase η kurang rentan terhadapp korosi dibanding fase γ2 pada amalgam

tradisional.

Karena fase γ2 adalah yang paling anodik dari fase yang ada dalam logam

campur amalgam yang mengeras, amalgam dengan kandungan tembaga tinggi

yang telah menghilangkan hampir semua fase γ2 ini menunjukkan sifat korosi

yang lebih baik bila dibandingkan dengan amalgam tradisional. Meskipun

demikian, seperti sudah disebutkan, rasio merkuri : logam campuryang tinggi

dapat menyebabkan terbentuknya fase γ2 bahkan pada amalgam yang dibuat

dari logam campur dengan kandungan tembaga yang tinggi yang memicu

terjadinya korosi. (Anusavice, 2003)

c. Kebocoran marginal

Berdasarkan hasil pengujian laboratorium terlihat bahwa kebocoran awal pada

bagian marginal suatu restorasi berbanding terballik dengan waktu; hal ini

disebabkan oleh karena terjadinya penyumbatan mikrofissure oleh hancuran

bahan korosi. (Combe, 1992)

d. Kekuatan

Faktor – faktor berikut ini dapat mendorong terbentuknya suatu restorasi

amalgam yang tidak kuat:

i. Triturasi yang tidak sempurna

ii. Kandungan mercury yang terlalu besar

iii. Terlalu kecil tekanan yang diberikan saat kondensasi

iv. Kecepatan pengisian kavitas lambat

v. Korosi.

6

Page 7: Laptut Amalgam

Pada umumnya amalgam spheris dan yang kaya kuprum mempunyai kekuatan

awal yang tinggi. Diantara fase yang terdapat pada amalgam konvensional,

fase γ2 adalah yang terlemah dan terlunak. (Combe, 1992)

e. Creep

Pada umumnya alloy mengandung fase γ2, yang telah set menunjukkan creep

yang lebih kecil daripada bahan konvensional. Secara umum besarnya creep

yang terjadi adalah sebagai berikut:

creep alloy konvensional >> creep blended alloy >> creep alloy komposisi

tunggal. (Combe, 1992)

f. Kegagalan marginal

Sering terjadi “ditching” pada tepi amalgam. percobaan pada klinik

menunjukkan bahwa suatu formula alloy baru menghasilkan kerusakan

marginal yang lebih kecil daripada yang terjadi padda bahan konvensional.

(Combe, 1992)

g. Konduktivitas

Dari data pada appendix II dapat dilihat bahwa dental amalgam adalah suatu

pengahantar panas panas sedangkan enamel dan dentin yang digantikannya

adalah penghambat panas. Sebagai konsekuensinya tambalan amalgam yang

besar biasanya diberi lining dengan semen yang yang bersifat menghambat

panas yang bertujuan untuk melindungi pulpa dari perubahan suhu yang

terjadi di dalam mulut karena adanya makanan dan minuman yang panas dan

dingin. (Combe, 1992)

h. Perubahan dimensi

Sebaiknya jangan ada atau sedikit mungkin terjadi kontraksi sewaktu dental

amalgam setting agar tidak timbul ‘gap’ antara bahan tambal dan dinding

kavitas. Ekspansi yang terlalu besar juga harus dicegah karena hal ini dapat

menyebabkan tambalan tumbuh menonjol keluar kavitas. (Combe, 1992)

7

Page 8: Laptut Amalgam

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Definisi Amalgam

Amalgam adalah bahan tambalan berupa campuran beberapa logam,

diantaranya perak (Ag), timah (Sn), tembaga (Cu), seng (Zn) bahan-bahan lain

seperti galium indium, dan palladium dengan komposisi tertentu. Dental amalgam

sendiria adalah kombinasi antara alloy dengan merkuri melalui suatu proses

amalgamasi.

3.2 Klasifikasi dan Komposisi

Amalgam dapat diklasifikasikan atas beberapa jenis yaitu :

a. Amalgam konvensional

Amalgamasi terjadi ketika merkuri berkontak dengan permukaan partikel

logam campur Ag-Sn. Merkuri berdifusi ke partikel logam campur. Merkuri

mempunyai daya larut yang terbatas untuk perak (0,035%wt) dan timah (0,6%wt).

Jika daya larut ini terlampaui, kristal-kristal dari dua senyawa logam biner

akan berpresipitasi menjadi merkuri. Kedua senyawa ini adalah senyawa Ag2Hg3

berbentuk kubik dengan pusat dibagian tengah (fase gamma) dan senyawa Sn7-

8Hg heksagonal yang tersusun rapat (fase gamma 2). Karena kelarutan perak

dalam merkuri lebih rendah daripada timah, fase gamma 1 berpresipitasi terlebih

dahulu sementara fase gamma 2 berpresipitasi kemudian.

Sesudah triturasi, bubuk logam campur bercampur dengan cairan merkuri,

menghasilkan adonan yang mempunyai konsistensi plastis. Sewaktu merkuri yang

tersisa melarutkan partikel logam campur, kristal-kristal gamma 1 dan gamma 2

akan bertumbuh. Saat partikel tertutup dengan kristal yang baru terbentuk,

sebagian besar gamma 1, kecepatan reaksi menurun. Partikel logam campur

(sekarang lebih kecil, karena permukaannnya sudah dilarutkan oleh merkuri),

dikelilingi dan diikat bersama-sama dengan kristal-kristal gamma 1 dan gamma 2

yang padat.

8

Page 9: Laptut Amalgam

Jadi, amalgam rendah kandungan tembaga yang tipikal adalah suatu

gabungan dimana partikel-partikel yang tidak dikonsumsi tertanam dalam fase

gamma 1 dan gamma 2.

Sifat fisik dari amalgam yang sudah mengeras tergantung pada persentase

relative dari masing-masing fase struktur mikro. Partikel Ag-Sn yang tidak

dikonsumsi mempunyai efek yang kuat. Makin banyak fase ini yang tertinggal

dalam sruktur akhir, makin kuat amalgamnya.

Fase gamma 2 merupakan fase yang paling kurang stabil dalam

lingkungan yang korosif dan dapat mengalami erosi, terutama pada leher restorasi.

Secara umum, fase gamma (Ag3Sn) dan gamma 1 murni (Ag2Hg3) adalah stabil

dalam lingkungan rongga mulut. Meskipun demikian gamma 1 dalam rongga

dalam amalgam mengandung sejumlah kecil timah, yang dapat hilang dalam

lingkungan yang korosif.

Daerah antar-muka antara fase gamma dan matriks berperan penting.

Proporsi yang tinggi dalam fase gamma yang tidak terkonsumsi tidak akan

memperkuat amalgam kecuali pertikel-partikel tersebut berikatan dengan matriks.

b. Amalgam Cooper Enrich (kaya kuprum)

Dalam amalgam cooper enrich mempunyai komposisi yang hampir sama

dengan amalgam konvensional, tetapi pada cooper enrich kandungan cuprum (Cu)

lebih besar dibandingkan amalgam konvensional. Logam campur dengan

kandungan tembaga yang tinggi ini menjadi bahan pilihan karena sifat

mekanisnya yang lebih baik, juga ketahanan terhadap korosi, dan integritas bagian

tepi serta kinerjanya dalam percobaan klinis yang lebih baik, bila dibandingkan

dengan logam campur tradisional yang rendah kandungan tembaganya. Ada dua

macam bubuk logam campur tinggi tembaga yang tersedia. Yang pertama adalah

bubuk logam campur gabungan, dan yang kedua adalah bubuk logam campur

berkomposisi tunggal. Kedua tipe ini mengandung tembaga lebih dari 6%wt.

Blended alloy/dispersion modified alloy

Mengandung dua bagian partikel alloy konvensional yang dipotong lathe

cut ditambah satu bagian alloy perak-tembaga eutectic sferis.

9

Page 10: Laptut Amalgam

Ag = 69 %

Sn = 17 %

Cu = 13 %

Zn = 4 %

Logam campur ini sering disebut sebagai logam campur gabungan karena

bubuk akhirnya merupakan campuran dari setidaknya dua jenis partikel. Bubuk

gabungan, menunjukkan partikel lathe-cut rendah kandungan tembaga dan

pertikel logam campur Ag-Cu sferis. Amalgam yang dibuat dari bubuk ini lebih

kuat daripada amalgam yang dibuat dai bubuk lathe-cut yang kandungan

tembaganya rendah, karena kekuatan partikel Ag-Cu bukan karena penyebaran

dari mekanisme penguatan seperti yang diperkirakan semula. Bahan gabungan

(bahan yang terdiri dari atas matriks dan pengisi) dapat diperkuat dengan

menambahkan pengisi yang kuat dan partikel Ag-Cu barangkali bekerja sebagai

bahan pengisi yang kuat, yang memperkuat matriks amalgam.

Beberapa penelitian klasik menunjukkan bahwa restorasi yang dibuat dari

prototipe amalgam gabungan ini secara klinis lebih unggul daripada restorasi yang

dibuat dari amalgam dengan kandungan tembaga yang rendah, bila dievaluasi

dalam kaitannya dengan ketahanan terhadap kerusakan tepi.

Bubuk logam campur gabungan biasanya mengandung bubuk tinggi

tembaga berbentuk sferis sebesar 30%wt sampai 55%wt. Total kandungan

tembaga dalam logam campur gabungan berkisar antara 9%wt samapai 20%wt.

Fase yang ada dalam partikel yang mengandung tembaga tergantung pada

komposisinya. Logam campur Ag-Cu terdiri atas gabungan dua fase - kaya perak

dan kaya tembaga – dengan stuktur kristal dari perak dan tembaga murni. Masing-

masing fase mengandung sejumlah kecil unsur lain. Pada bubuk yang diatomisasi

(yang didinginkan dengan cepat), campuran dua fase eutetik membentuk lamella

yang sangat halus. Komposisi pada kedua sisi eutetik membentuk butiran yang

sangat relative besar dari fase kaya tembaga atu fase kaya perak dari campuran

eutetik.

Bila merkuri bereaksi dengan bubuk gabungan, perak akan dilarutkan

kedalam merkuri dari partikel logam campur Ag-Cu dan baik perak maupun timah

10

Page 11: Laptut Amalgam

akan larut dalam merkuri dari partikel logam campur Ag-Sn. Timah dalam larutan

berdifusi ke permukaan partikel logam campur Ag-Cu dan beraksi dengan fase

tembaga untuk membentuk fase ή (Cu6Sn5). Lapisan kristal-kristal ή terbentuk di

sekitar logam campur Ag-Cu yang tidak dikonsumsi. Lapisan ή pada partikel

logam campur Ag-Cu juga mengandung beberapa kristal gamma 1. Fase gamma 1

terbentuk bebarengan dengan fase ή dan mengelilingi baik partikel logam

campur Ag-Cu yang tertutup ή amupun partikel logam campur Ag-Sn. Seperti

pada amalgam dengan kandungan amalgam yang rendah, gamma 1 adalah fase

matriks yaitu fase yang mengikat partikel-partikel logam campur yang tidak

dikonsumsi bersama-sama.

Jadi, reaksi bubuk logam campur gabungan dengan merkuri dapat

diringkas sebagai berikut:

Partikel logam campur (β + γ) + Ag-Cu eutetik + Hg → γ1 + ή + partikel

logam campur dari kedua tipe yang digunakan

Perhatikan bahwa gamma 2 sudah dihilangkan pada reaksi ini. Gamma 2

tidak tebentuk pada saat yang sam dengan ή. Tidak ada definisi yang tepat untuk

logam campur amalgam yang dapat mewakili system tinggi tembaga ini, tetapi

pada umumnya dikatakan bahwa ini adalah suatu formula bahwa gamma 2 hampir

seluruhnya ditiadakan selama reaksi pengerasan. Untuk mendapatkan hal ini,

barangkali diperlukan konsentrasi bersih dari tembaga sekurang-kurangnya

sebesar 12% di dalam bubuk logam campur tersebut.

Beberapa amalgam gabungan yang sudah mengeras memang menagndung

gamma 2 meskipun persentasenya lebih kecil daripada yang terkandung di dalam

amalgam dengan kandungan tembaga rendah. Keefektifan dari patikel yang

mengandung tembaga dalam mencegah pembentukan gamma 2 tergantung pada

persentasenya di dalam campuran tersebut.

Komposisi tunggal

Alloy yang mengandung dua bagian alloy sferis yang terbuat dari 60 %

perak, 25 % timah, dan 15 % tembaga dan satu bagian alloy konvensional.

11

Page 12: Laptut Amalgam

Berbeda dengan bubuk logam campur gabungan, setiap partikel pada

bubuk logam campur ini mempunyai komposisi yang sama. Oleh karena itu,

disebut sebagai logam campur komposisi tunggal. Komponen utama dari partikel-

partikelnya biasanya adalah perak , tembaga, dan timah. Logam campur pertama

dari jenis ini mengandung perak 60%wt, timah 27%wt, dan tembaga 13%wt.

Kandungan tembaga dalam berbagai logam campur komposisi tunggal berkisar

dari 13%wt samapai 30%wt. Selain itu, ada sejumlah kecil indium atau palladium

pada berbagai logam campur komposisi tunggal.

Sejumlah fase juga ditemukan di dalam masing-masing partikel logam

campur komposisi tunggal termasuk β (Ag-Sn), γ (Ag3Sn), dan ε (Cu3Sn).

Beberapa logam campur juga mengandung beberapa fase ή (Cu6Sn5). Partikel

yang diatomisasi mempunyai struktur mikro dendritik, yang terdiri atas lamela-

lamela yang kecil.

Bila ditriturasi dengan merkuri, perak dan timah dari fase Ag-Sn akan larut

didalam merkuri; sementara tembaga dalam jumlah kecil juga larut di dalam

merkuri. Kristal-kristal gamma 1 akan terbentuk, membuat matriks yang mengikat

partikel-partikel logam campur yang terlarut sebagian. Kristal ή ditemukan

sebagai anyaman kristal batang pada permukaan partikel logam campur, juga

tersebar di dalam matriks. Kristal ini jauh lebih besar daripada kristal ή yang

terdapat pada lapisan reaksi yang mengelilingi partikel Ag-Cu pada amalgam

gabungan.

c. Amalgam plus fluoride

Untuk meningkatkan mutu amalgam terhadap terjadinya karies sekunder,

telah dikembangkan dengan menambahkan senyawa fluorida dengan maksud

menambah efek anti kariogenik. Bahan restorasi amalgam yang mengandung

fluorida yang dalam bubuknya merupakan amalgam konvensional tipe lathe-cut

dengan komposisi (brosur Dentoria -France) stanus fluorida (SnF,) 1%, perak

(Ag) 68%, timah (Sn) 27%, tembaga (Cu) 4,5%, seng (Zn) 1,5%.

Fluorida pada bahan restorasi amalgam dalam bentuk senyawa SnF2.

Senyawa ini terbukti dapat mengurangi kelarutan enamel terhadap asam dan dapat

12

Page 13: Laptut Amalgam

meningkatkan konsentrasi fluorida di dalam struktur gigi yang berdekatan dengan

bahan restorasi ini. Menurut Phillips fluorida dalam amalgam cukup dapat

mengurangi kelarutan permukaan enamel dari pengaruh asam, meskipun fluorida

yang terlepas terjadi dalam waktu yang singkat, tetapi cukup efektif untuk

mencegah terjadinya karies.

Mekanisme fluorida yang utama adalah meningkatkan daya tahan enamel

karena adanya remineralisasi, bersifat bakterisid dan menurunkan kemampuan

bakteri memproduksi asam. Karena amalgam yang mengandung fluoride ini

mempunyai daya untuk mencegah karies sekunder maka dapat digunakan juga

pada anak-anak dan dapat digunakan pada orang dewasa.

Selain amalgam yang berflouride ini pada gigi decidui juga dipergunakan

restorasi kuprum amalgam karena sifat kuprum amalgam ini antibakteri dari

kuprum itu sendiri. Bahan ini tersedia dalam bentuk pil mengandung 60 sampai

70% mercury dan 30% kuprum. Dalam penggunaannya bahan dipanaskan sampai

tetesan mercuri muncul lalu ditrituasi seperti pada bahan amalgam lain dan

kemudian dikondensasi didalam kavitas.

Jadi dapat disimpulkan bahwa amalgam tipe ini tidak cocok digunakan

oleh orang dewasa, tetapi tipe amalgam konvensional biasanya yang dipakai untuk

orang dewasa.

Amalgam juga dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Berdasarkan kandungan Copper

a. Low copper = conventional alloy

Alloy kovensional mengandung konstitusi dasar sebagai berikut:

Silver : 67-74%

Tin : 25-27%

Kuprum : 0-6%

Zinc : 0-2%

Perbedaan utama antara berbagai alloy konvensional terletak pada bentuk

dan ukuran partikelnya. Alloy yang dipotong dengan mesin bubut/ lathesin

bubut bisa berbentuk coarse atau grain halus, dari keduanya yang lebih

13

Page 14: Laptut Amalgam

disenangi adalah partikel grain halus. Alloy adalah berupa campuran

partikel-partikel dengan ukuran berlainan tersebar di dalam alloy dan

tersusun secara efisien. Alternative lain untuk menghasilkan partikel alloy

selain memotong dengan lathe adalah pembuatan partikel spheris.

Beberapa alloy mengandung campuran partikel yang dipotong dengan

lathe dan partikel spheris.

b. High copper

Alloy ini mempunyai beberapa tipe sebagai berikut:

- Blended alloy, kadang-kadang juga disebut “dispersion modified alloy”.

Alloy ini mengandung dua bagian partikel alloy konvensional yang

dipotong dengan lathe (dalam satuan berat) ditambah satu bagian alloy

silver-copper eutectic spheris (kira-kira 70% Ag + 30% Cu). Komposisi

keseluruhan kira-kira adalah:

Silver : 69%

Tin :17%

Kuprum :13%

Zinc : 4%

- Alloy yang merupakan kebalikan dari tipe blended alloy, alloy seperti ini

dipergunakan pada beberapa Negara. Alloy ini mengandung dua bagian

alloy spheris (satuan berat) terdiri dari 60% Ag, 25% Sn, 15% Cu,

ditambah satu bagian alloy konvensional. Komponen terakhir ini dapat

dalam bentuk spheris atau partikel fine grain hasil pemotongan dengan

lathe.

2. Berdasarkan kandungan Zinc

a. Zinc containing

Logam campur yang mengandung seng lebih dari 0,01% dari yang

diperlukan disebut amalgam dengan mengandung seng.

b. Zinc free

Logam campur yang mengandung seng 0,01% atau kurang disebut

amalgam tanpa kandungan seng.

3. Berdasarkan ada/ tidaknya fase γ2

14

Page 15: Laptut Amalgam

a. γ2 containing

Pada low copper amalgam terdapat fase γ2. Bersifat settingnya lambat,

kekuatan kecil, lemah, dan mudah korosi.

b. γ2 free

Pada high copper amalgam tidak terdapat fase γ2.

4. Berdasarkan bentuk dan ukuran partikel

a. Lathe-cut

Untuk membuat bubuk lathe-cut, batang logam campur yang sudah

diannealing ditempatkan dalam mesin giling atau alu dan kemudian

dipotong dengan alat potong atau gerinda. Potongan yang didapat sering

berbentuk seperti jarum, dimana beberapa pabrik masih memeperkecil

ukuran potongan tersebut dengan penggililng bulat. (Anusavice, 2003)

Karena kondisi pendinginan yang cepat dari keadaan pengecoran,

batang logam campur Ag-Sn mempunyai struktur inti dan mengandung

butiran non-homogen dengan berbagai komposisi. Dilakukan pemanasan

homogenisasi untuk mengembalikan keseimbangan hubungan fase. Waktu

pemanasan bervariasi, tergantung pada temperature yang digunakan dan

ukuran batang, tetapi waktu pemanasan 24 jam pada temperature yang

terseleksi tidak jarang digunakan. Amalgam yang dibuat dengan bubuk

lathe-cut ini dimanipulasi dengan asam. (Anusavice, 2003)

15

Page 16: Laptut Amalgam

b. Admixed

Merupakan campuran antara bubuk lathe-cut dan bubuk sferis dan

modifikasi sifat-sifat pemakaian terutama packability.

c. Spherical

Bubuk diatomisasi dibuat dengan melelehkan unsure-unsur yang

diinginkan bersama-sama. Logam cair diatomisasi menjadi tetesan logam

yang berbentuk bulat kecil.

Jika tetesan memadat sebelum menyentuh permukaan, bentuk

sferis atau bulat akan bertahan, dan bubuk atomisasi ini disebut bubuk

sferis. Seperti bubuk lathe-cut, bubuk sferis mendapat pemanasan yang

akan membuat butirannya menjadi kasar dan memperlambat reaksi

partikel dengan merkuri. Seperti logam campur lathe-cut, bubuk sferis

biasanya dimanipulasi dengan asam. (Anusavice, 2003). Amalgam dari

bubuk sferis sangat plastis, kita tidak dapat mengandalkan tekanan

kondensasi untuk membentuk kontur proksimal. Logam campur berbentuk

sferis membutuhkan merkuri dalam jumlah lebih kecil daripada logam

campur lathe-cut, karena partikel logam campur berbentuk sferis

mempunyai daerah permukaan yang lebih kecil pervolumenya disbanding

logam campur lathe-cut. Amalgam dengan kandungan merkuri yang

rendah umumnya mempunyai sifat yang lebih baik. (Anusavice, 2003)

16

Page 17: Laptut Amalgam

3.3 Fungsi Campuran Amalgam

Campuran amalgam terdiri dari merkuri (Hg), perak (Ag), timah (Sn),

tembaga (Cu), sedikit penambahan seng (Zn) dan bahan-bahan lain seperti

platinum, palladium, dan galium. Fungsi masing-masing unsur dalam amalgam

adalah sebagai berikut :

1. Perak (Ag)

a. Memutihkan alloy

b. Meningkatkan ekspansi saat pengerasan

c. Menurunkan reaksi pengerutan

d. Meningkatkan strength

e. Meningkatkan resistensi terhadap tarnish

2. Timah (Sn)

a. Mengendalikan reaksi antara perak dengan merkuri. Tanpa timah

reaksi akan terlalu cepat terjadi dan setting ekspansi tidak dapat

ditoleransi.

b. Meningkatkan kontraksi.

c. Mengurangi stength dan hardness

d. Mengurangi resistensi terhadap tarniah dan korosi

3. Tembaga (Cu)

a. Meningkatkan ekspansi saat pengerasan

b. Meningkatkan strength dan hardness

4. Seng (Zn)

17

Page 18: Laptut Amalgam

a. Menyebabkan terjadinya suatu ekspansi yang terlambat bila campuran

amalgam terkontaminasi oleh cairan selama proses manipulasi

b. Dalam jumlah kecil tidak dapat mempengaruhi reaksi pengerasan dan

sifat-sifat amalgam

5. Merkuri (Hg)

Merkuri digunakan dalam jumlah kecil (3%), campuran yang terbentuk

disebut dengan alloy pre-amalgamasi yang dapat menghasilkan reaksi

yang lebih cepat.

6. Platinum, Palladium, dan Galium

a. Platinum mengeraskan alloy dan meningkatkan resistensi tehadap

korosi.

b. Palladium mengeraskan dan memutihkan alloy.

c. Galium meningkatkan strength dan meodulus elastisitas.

3.4 Manipulasi Amalgam dan Reaksi Setting

A. Manipulasi Amalgam

1. Mixing

Jumlah merkuri yang diinginkan dapat diperoleh dengan cara menimbang

atau menggunakan volume dispenser. Perbandingan takaran alloy yang

dan merkuri yang telah di set sebaiknya mengandung kurang dari 50%

merkuri. Ada 2 teknik yang digunakan yaitu :

a. Menggunakan perbandingan alloy/merkuri sebesar 5/7 atau 5/8.

Kelebihan merkuri mempermudah titurasi dan dapat diperoleh hasil

campuran yang plastis. Kelebihan merkuri dapat diambil dengan cara

memerasnya dengan kasa.

b. Teknik merkuri minimal (teknik Eames) dimana merkuri dan alloy

ditimbang dalam jumlah yang sama tidak perlu dilakukan pemerasan

merkuri. Metode ini dilakukan pada pencampuran secara mekanis.

2. Triturasi

Tujuan triturasi adalah amalgamasi yang benar dari air raksa dengan

logam campur. Partikel-partikel logam campur terbungkus oleh lapisan

18

Page 19: Laptut Amalgam

oksida sehingga sulit ditembus oleh merkuri. Lapisan oksida ini harus

digosok lepas agar permukaan yang bersih dari logam campur dapat

bereaksi dengan merkuri.

Triturasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :

a. Pencampuran Manual

Pencampuran manual ini dilakukan dengan menggunakan mortar dan

pestel. Permukaan dalam mortar agak kasar yang berguna untuk

mempertinggi frekuensi gesekan antara amalgam dan permukaan

mortar. Pestel adalah alu kecil yang terbuat dari gelas.

Tiga faktor yang mempengaruhi pencampuran amalgam antara lain :

jumlah putaran, kecepatan pemutaran, dan besarnya tekanan pada

pengaduk. Idealnya 24-25 detik merupakan waktu yang cukup.

b. Pencampuran Secara Mekanis

Alloy dan merkuri yang perbandingannya sudah tepat dapat dicampur

secara mekanis dalam kapsul, baik dengan atau tanpa menggunakan

pestel. Tutup kapsul harus dipsang dengan erat, jika tidak maka akan

terjadi kabut halus dari merkuri yang tersembur keruangan selama

triturasi. Dan hilangnya merkuri ini dapat mengubah perbandingan

antara berat merkuri dengan logam. Amalgamator mekanis mempunyai

pengatur waktu, sehingga waktu pencampuran yang tepat dapat

terjamin serta dapat dilakukan berulang-ulang. Bahan untuk ini sudah

tersedian dalam bentuk kapsul berisi alloy dalam berat yang sudah

diukur serta merkuri dalam jumlah yang sebanding. Alat ini memiliki

kecepatan yang rendah dan waktu triturasi sekitar 20-30 detik untuk

mendapatkan masa yang menyatu. Hasil amalgam ini umumnya

kurang memuaskan.

3. Kondensasi

Setelah ditriturasi amalgam dimasukkan ke dalam kavitas, lalu dipadatkan

dengan menggunakan instrumen yang sesuai. Hal ini dilakukan agar

amalgam beradaptasi dengan dinding kavitas, mengeluarkan kelebihan

merkuri dan mengurangi porositas. Kondensasi harus selalu dilakukan

19

Page 20: Laptut Amalgam

pada dinding dan lantai kavitas. Jika satu atau lebin dinding kavitas tidak

ada, matriks stainless steel dapat digunakan untuk menggantikannya.

Untuk proses kondensasi dibutuhakan instrumen yang disebut amalgam

kondenser denganujung bergerigi dan bentuk serta ukurannya berbeda.

Tipe kondenser dipilih sesuai dengan luas dan bentuk kavitas. Selama

pemadatan daerah kerja harus kering. Sedikit saja ada cairan pada

amalgam yang mengandung seng (Zn) pada tahap ini dapat mengakibatkan

ekspansi tertunda, korosi, dan hilangnya kekuatan amalgam.

4. Triming dan Carving

Selama proses kondensasi kavitas menjadi penuh dan ini akan

menyebabkan kelebihan amalgam di permukaan sehingga dapat dikurangi

selama proses karving. Juka kavitas diisi terlalu banyak maka bagian

permukaan dengan merkuri dapat dibuang dan tambalan dibentuk sesuai

dengan anatominya. Karving tidak harus dimulai sampai amalgam cukup

mengeras untuk memberikan resistensi pada instrumen. Jika karving

dimulai terlalu cepat amalgam menjadi sangat plastis sehingga dapat

terdorong keluar dari margin.

5. Polishing

Low copper alloy baru dapat di polishing setelah 24 jam setelah

penambalan, yaitu setelah tambalan cukup kuat, sedangkan high copper

alloy lebih cepat mendapatkan kekuatan sehingga bahan ini dapat dipolish

tidak lama setelah penambalan. Pemolesan dilakukan dengan bubuk

abrasif basah dalam pentuk pasta. Pemolesan dengan bubuk yang kering

dapat meningkatkan temperatur diatas 60⁰ celcius dan menyebabkan

menguapnya merkuri serta mengurangi kekuatan amalgam.

B. Setting Reaksi

1. Amalgam Konvensional

Reaksi yang terjadi antara alloy dental amalgam dan merkury sangat rumit.

Beberapa fakta yang berhubungan dengan reaksi antara senyawa intermetalik

silver-tin (Ag3Sn) – fase dan merkury adalah sebagai berikut :

20

Page 21: Laptut Amalgam

Selama dan setelah pencampuran, fase larut dalam mercury, terjadi reaksi

yang sedikitnya menghasilkan dua fase :

a. Fase γ1 ditandai dengan senyawa Ag3Sn dengan struktur heksagonal.

b. Fase γ 2 suatu senyawa tin dengan mercury berstruktur heksagonal dengan

formula Sn7-8Hg.

Berikut reaksi yang terjadi :

Ag3Sn + Hg Ag2Hg3 + Sn7-8Hg + Ag3Sn

atau γ + Hg γ1 + γ2 + γ

matrix inti

Struktur bahan setelah set berupa struktur inti dengan sebuah inti yang

terdiri dari γ yang tidak bereaksi dan matriks dari senyawa γ1 dan γ2, matriks ini

tumbuh dengan membentuk susunan jala yang tidak terputus. Setelah set dapat

terjadi reaksi lebih lanjut oleh proses diffusi.

2. Amalgam Kaya Cuprum

Manfaat utama bahan ini adalah bahwa struktur yang telah mengeras tidak

mengandung komponen γ1 .

a. Blended alloy.

Reaksi terjadi antara Ag3Sn ditambah spheris Ag-Cu dan Hg, dan terjadi

dalam dua tahap:

Tahap pertama : terjadi reaksi sama seperti amalgam konvensional

Ag3Sn + Hg Ag2Hg3 + Sn7-8Hg + Ag3Sn

γ + Hg γ1 + γ2 + γ

Tahap kedua : reaksi antara senyawa γ 2 dan sferik Ag-Cu, mendorong

terbentuk senyawa tembaga-timah dan banyak γ 1. Sehingga :

Sn7-8Hg + Ag-Cu Cu6Sn5 + Ag2 Hg3

γ + Ag-Cu Cu6Sn5 + γ 1

Pada reaksi diatas dihasilkan Cu6Sn5 berbentuk seperti lingkaran

mengelilingi partikel Ag-Cu.

21

Page 22: Laptut Amalgam

b. Alloy dengan komposisi tunggal

Struktur bahan ini serupa dengan yang disebutkan diatas kecuali bahwa

posisi Cu6Sn5 tidak melingkari partikel Ag-Cu tetapi terdapat bersama-

sama dengan matrix γ1.

Catatan :

Dari percobaan diketahui bahwa alloy yang diberi emas sebanyak 10%

sebagai pengganti sebagian dari silver akan menghasilkan amalgam yang

tidak mengandung fase γ2.

Tidak terdapatnya fase γ2 memberi arti yang sangat bermakna terhadap :

(i) sifat korosi, (ii) kekuatan, (iii) sifat-sifat creep, (iv) membuat tepi

marginal restorasi bertahan lebih lama.

3.5 Sifat-sifat amalgam

Sifat-sifat amalgam secara umum :

1. Sifat fisik

a. Perubahan dimensi

Amalagam dapat memuai atau menyusut, tergantung pada cara

manipulasinya. Kontraksi yang hebat dapat menyebabkan

terbentuknya kebocoran mikrodan karies sekunder. Ekspansi yang

berlebihan dapat menimbulkan tekanan pada pulpa dan kepekaan

pascaoperatif. Spesifikasi ADA No.1 menyebutkan bahwa amalgam

dapat berkontraksi atau berekspansi lebih dari 20nanometer/cm,

diukur pada 37derajat celcius, 5menit dan 24jam sesudah dimulainya

triturasi.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perubahan dimensi adalah :

- Komposisi alloy : semakin banyak jumlah perak dalam amalgam,

maka akan lebih akan lebih besar pula ekspansi yang terjadi.

Semakin besar jumlah tin, maka kontraksi akan lebih besar.

22

Page 23: Laptut Amalgam

- Ratio merkuri/alloy : makin banyak merkuri akan semakin besar

tingkat ekspansinya.

- Ukuran partikel alloy : jika ukuran partikel menyusut maka total

area permukaan akan meningkat. Area permukaan yang lebih besar

akan menghasilkan merkuri dengan kecepatan difusi ke partikel

yang lebih tinggi saat triturasi. Hal ini menyebabkan kemungkinan

kontraksi lebih tinggi saat tahap pertengahan.

- Waktu triturasi : merupakan faktor paling penting. Secara umum,

semakin lama waktu triturasi, maka ekspansi akan lebih kecil.

- Tekanan kondensasi : jika amalgam tidak mengalami kondensasi

saat triturasi, akan terjadi kontraksi dalam skala besar karena tidak

terganggunya difusi mercuri ke alloy.

b. Creep

Creep merupakan regangan atau deformasi yang bergantung pada

waktu, yang disebabkan oleh tekanan. Proses perubahan ini dapat

menyebabkan restorasi amalgam meluas ke luar dari preparasi kavitas,

sehingga membuat restorasi mudah mengalami kerusakan tepi. ANSI-

ADA specification no. 1 menganjurkan agar creep kurang dari 3%.

Amalgam yang rendah tembaga lebih rentan mengalami kerusakan di

bagian tepi, dibandingkan dengan amalgam yang tinggi kandungan

tembaga.

c. Difusi Termal

Difusi termal amalgam adalah empat puluk kali lebih besar

dibandingkan dengan dentin, sedangkan koefisien ekspansi termal

amalgam tiga kali lebih besar dari dentin yang mengakibatkan

microleakage dan karies sekunder.

d. Abrasi

Proses abrasi yang terjadi saat mastikasi makanan mengakibatkan

hilangnya sebuah substansi biasanya disebut wear. Mastikasi

melibatkan pemberian tekanan pada tumpatan, yang mengakibatkan

kerusakan dan pecahnya amalgam.

23

Page 24: Laptut Amalgam

2. Sifat kimia

a. Korosi

Amalgam dapat mengalami tarnish (perubahan warna) bila terdapat

sulfur menghasilkan sutau lapsan sutau lapsan sulfida pada permukaan

restorasi amalgam tipe gama 2 yamg mudah korosi dan sangat labil.

b. Tarnish(perubahan warna)

Amalgam sangat mudah terjadi perubahan warna (diskolorisasi)

setelah jangka waktu pemakaian yang lama. Tarnish di permukaan

amalgam kandungan tembaga tinggi berhubungan dengan fase

Tembaga Cu65n5 dan silver –copper cutectic. Amalgam dengan

kandungan tembaga rendah bentuk/fasa Ag3Sn lebih mudah terjadi

tarnish dibanding fasa Ag Hg.

c. Reaksi Elektrokimia Sel Galvanik

Korosi galvanik atau bimetalik terjadi ketika dua atau lebih logam

berbeda bekontak dalam larutan elektrolit. Besarnya arus galvanik

dipengaruhi oleh lama/usia restorasi , perbedaan potensial korosi

sebelum berkontak dan daerah permukaan. Hubungan lama restorasi

dengan besar arus galvanik berbanding terbalik, artinya semakin lama

usia restorasi amalgam dengan tumpatan lain maka semakin kecil arus

galvanik yang dihasilkan.

3. Sifat mekanik

a. Kekuatan tekan

Menurut ADA spesifikasi no1 untuk amalgam, memiliki kekuatan

kompresi sebesar 80 Mpa setelah 1jam pengerasan dengan besar

tekanan sekitar 25 mm/menit. Amalgam dapat menhan tekanan

kompresi dan lemah terhadap tarik dan geser , maka kavitas yang

dibuat harus bedasarkan kekuatan kompresi agar dapat diterima dan

meminimalkan gaya tarik dan geser.

b. Kekuatan tarik

Amalgam minimal memiliki kekuatan tarik sebesar 500kg/cm2, nilai

kekuatan tarik amalagam lebih rendah dari kekuatan kompresinya.

24

Page 25: Laptut Amalgam

Pada bagian tipis dari tumpatan aamalgam dan juga bagian tepinya

mempunyai peluang untuk terjadi fraktur/patah., material yang

bersifat brittle, memerlukan penguatan dengan penjepit logam(metal

pins) yang ditanam dalam dentin.Kekuatan tarik harus cukup tinggi

untuk mendapat menahan gaya tarik dari gigitan pasien agar tidak

terjadi fraktur.

c. Modulus Elastis

Ketika modulus elastic ditentukan dengan nilai pemuatan rendah

sekitar 0,025-0,125 mm/menit , nilai modulus elastic yang berlaku

adalah 11-20 Gpa. High Copper Alloy cenderung lebih kaku daripada

Low Copper Alloy. Jika nilai pemuatan meningkat, maka sifat

viskoelastisitasnya tidak mempengaruhi modulus elastic yang lainnya

kurang lebih 62 Gpa.

d. Deformitas plastis

Creep dalam amalgam untuk mengalirkan dengan tekanan /gaya yang

konstan, maka amalgam sebagai tumpatan dalam kavitas akan

menonjol keluar. Tonjolan ini sangat menonjol di tepi-tepinya dan

tonjolan ini lemah, akibatnya lama kelamaan akan terjadi fraktur.

4. Sifat termal

Amalgam memiliki nilai termal diffusivity yang tinggi, seperti yang

diharapkan untuk material logam restorasi, sehingga amalgam juga disebut

konduktor yang baik.oleh sebab itu sebelum amalgam dimasukkan ke

dalam kavitas harus diberikan basis dahulu di dasar kavitas dan juga

bertindak sebagai isolator.

5. Sifat biologis

a. Toksisitas

Merkuri yang terkandung amalgam dalam bentuk uap amat berbahaya

karena dapat mencapai pembuluh darah di otak lewat paru-paru yang

mengakibatkan kerusakan saraf. Merkuri dalam bentuk cair/padat ,

bagian dari materi organic/anorganik tidak begitu

berbahaya/toksisitasnya rendah. Walaupun mudah terserap melalui

25

Page 26: Laptut Amalgam

kulit mukosa atau bahkan tertelan , merkuri ini akan segera dilepas

dalam bentuk ion di dalam darah dan pada saluran pencernaan serta

segera dikeluarkan melalui ginjal(urin)atau dalam feces.

b. Alergi

Secara khas respon alergi mewakili antigen dengan reaksi antibodi

yang ditandai dengan rasa gatal, ruam, bersin, kesulitan bernafas,

pembengkakan, dan gejala lain. Dermatitis kontak atau reaksi

hipersensitifitas tipe 4 dari Commbs mewakili efek samping fisiologis

yang paling mungkin terjadi pada amalgam gigi, tetapi reaksi ini

terjadi kurang dari 1%.

3.6 Kelebihan dan Kekurangan Amalgam

Kelebihan :

1. Amalgam adalah bahan tambal yang paling kuat dibandingkan dengan bahan

tambal lain dalam melawan tekanan kunyah, sehingga amalgam dapat

bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama di dalam mulut (pada

beberapa penelitian dilaporkan amalgam bertahan hingga lebih dari 15 tahun

dengan kondisi yang baik) asalkan tahap-tahap penambalan sesuai dengan

prosedur.

2. Ketahanan terhadap keausan sangat tinggi, tidak seperti bahan lain yang pada

umumnya lama kelamaan akan mengalami aus karena faktor-faktor dalam

mulut yang saling berinteraksi seperti gaya kunyah dan cairan mulut.

3. Penambalan dengan amalgam relatif lebih simpel dan mudah dan tidak terlalu

“technique sensitive” bila dibandingkan dengan resin komposit, di mana

sedikit kesalahan dalam salah satu tahapannya akan sangat mempengaruhi

ketahanan dan kekuatan bahan tambal resin komposit.

4. Biayanya relatif lebih rendah.

26

Page 27: Laptut Amalgam

Kekurangan :

1. Secara estetis kurang baik karena warnanya yang kontras dengan warna gigi,

sehingga tidak dapat diindikasikan untuk gigi depan atau di mana

pertimbangan estetis sangat diutamakan.

2. Dalam jangka waktu lama ada beberapa kasus di mana tepi-tepi tambalan

yang berbatasan langsung dengan gigi dapat menyebabkan perubahan warna

pada gigi sehingga tampak membayang kehitaman .

3. Pada beberapa kasus ada sejumlah pasien yang ternyata alergi dengan logam

yang terkandung dalam bahan tambal amalgam. Selain itu, beberapa waktu

setelah penambalan pasien terkadang sering mengeluhkan adanya rasa sensitif

terhadap rangsang panas atau dingin.

4. Toksisitas merkuri yang terkandung dalam tambalan amalgam.

27

Page 28: Laptut Amalgam

BAB IV

KESIMPULAN

1. Amalgam adalah bahan tambalan berupa campuran beberapa logam,

diantaranya perak (Ag), timah (Sn), tembaga (Cu), seng (Zn) bahan-bahan

lain seperti galium indium, dan palladium dengan komposisi tertentu. Dental

amalgam sendiria adalah kombinasi antara alloy dengan merkuri melalui

suatu proses amalgamasi.

2. Klasifikasi dan Komposis Amalgam

a. Amalgam konvensionalb. Amalgam Cooper Enrich (kaya kuprum)c. Amalgam plus fluorided. Berdasarkan kandungan Coppere. Berdasarkan kandungan Zincf. Berdasarkan ada/ tidaknya fase γ2g. Berdasarkan bentuk dan ukuran partikel

3. Manipulasi Amalgam

a. Mixing

b. Triturasi

c. Kondensasi

d. Triming dan Carving

e. Polishing

4. Setting Reaksi

a. Amalgam Konvensional

Ag3Sn + Hg Ag2Hg3 + Sn7-8Hg + Ag3Sn

atau γ + Hg γ1 + γ2 + γ

matrix inti

b. Amalgam Kaya Cuprum

- Blended alloy.

Tahap pertama Ag3Sn + Hg Ag2Hg3 + Sn7-8Hg + Ag3Sn

γ + Hg γ1 + γ2 + γ

28

Page 29: Laptut Amalgam

Tahap kedua

Sn7-8Hg + Ag-Cu Cu6Sn5 + Ag2 Hg3

γ + Ag-Cu Cu6Sn5 + γ 1

- Alloy dengan komposisi tunggal

Struktur bahan ini serupa dengan yang disebutkan diatas kecuali

bahwa posisi Cu6Sn5 tidak melingkari partikel Ag-Cu tetapi

terdapat bersama-sama dengan matrix γ1.

5. Sifat-sifat amalgam

a. Sifat fisik

- Perubahan dimensi

- Creep

- Difusi Termal

- Abrasi

b. Sifat kimia

- Korosi

- Tarnish(perubahan warna)

- Reaksi Elektrokimia Sel Galvanik

c. Sifat mekanik

- Kekuatan tekan

- Kekuatan tarik

- Modulus Elastis

- Deformitas plastis

d. Sifat termal

e. Sifat biologis - Toksisitas

- Alergi

29

Page 30: Laptut Amalgam

DAFTAR PUSTAKA

1. Anusavice, J, Kenneth. 2004. Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi.

Jakarta : EGC

2. Combe, E.C. 1992. Sari dental Material. Alih bahasa : drg Slamet

Tarigan,Ms,Phd. Jakarta : Balai Pustaka.

3. Phillips, W. Ralph. 1991. Science Of Dental Materias.Philadelphia USA:

W.B Saunders Company.

4. O’Brien dan Gunnar Ryge. 1985. An Outline Of Dental Materials and

Their Selection. 9th edition. Philadelphia USA : W.B Saunders Company.

5. http://gigi.klikdokter.com/subpage.php?id=4&sub=14

30