KEBIJAKAN TEKNIS PENGAWASAN (JATEKWAS) · PDF filekasus-kasus penyalahgunaan wewenang (pe...

26
DEPUTI BIDANG INVESTIGASI KEBIJAKAN TEKNIS PENGAWASAN (JATEKWAS) TAHUN 2017 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

Transcript of KEBIJAKAN TEKNIS PENGAWASAN (JATEKWAS) · PDF filekasus-kasus penyalahgunaan wewenang (pe...

Page 1: KEBIJAKAN TEKNIS PENGAWASAN (JATEKWAS) · PDF filekasus-kasus penyalahgunaan wewenang (pe langgaran administrasi) dalam percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. f. ... (RCA

DEPUTI BIDANG INVESTIGASI

KEBIJAKAN TEKNIS PENGAWASAN(JATEKWAS)TAHUN 2017

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

Page 2: KEBIJAKAN TEKNIS PENGAWASAN (JATEKWAS) · PDF filekasus-kasus penyalahgunaan wewenang (pe langgaran administrasi) dalam percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. f. ... (RCA

Kebijakan Teknis Pengawasan 2017

Deputi Bidang Investigasi 1

KEBIJAKAN TEKNIS PENGAWASAN (JATEKWAS)

DEPUTI BIDANG INVESTIGASI

TAHUN 2017

A. Latar Belakang

Sesuai dengan Peraturan Kepala BPKP Nomor 15 Tahun 2016 tentang Kebijakan

Pengawasan BPKP Tahun 2017 masing-masing kedeputian diwajibkan

merumuskan kebijakan teknis pengawasan (Jatekwas) kedeputian. Jatekwas

kedeputian diharapkan memberikan arah teknis pengawasan mulai dari

penetapan tema pengawasan agar dapat dijadikan dasar bagi direktorat untuk

menyusun Kerangka Acuan Pengawasan (KAP) untuk masing-masing sasaran

pengawasan.

Berdasarkan Kebijakan Pengawasan BPKP Tahun 2017, Deputi Bidang

Investigasi bertanggung jawab atas arah dan sasaran pengawasan berikut:

No. Arah dan Sasaran Pengawasan

1. Pengawasan atas Percepatan Proyek Strategis Nasional

(Inpres I Tahun 2016)

e. Audit Investigasi/Penghitungan Kerugian Keuangan Negara atas

kasus-kasus penyalahgunaan wewenang (pelanggaran

administrasi) dalam percepatan pelaksanaan Proyek Strategis

Nasional.

f. Pengawasan terhadap tindak lanjut atas hasil audit yang dilakukan

oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah pada

kementerian/lembaga dalam hal ditemukan adanya kerugian

keuangan negara.

5. Pengawasan atas current issues

Kegiatan pengawasan diarahkan untuk memberikan peringatan dini

dan solusi terhadap kondisi atau kejadian yang dapat mengganggu atau

menjadi hambatan pencapaian target-target prioritas pembangunan

nasional.

Page 3: KEBIJAKAN TEKNIS PENGAWASAN (JATEKWAS) · PDF filekasus-kasus penyalahgunaan wewenang (pe langgaran administrasi) dalam percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. f. ... (RCA

Kebijakan Teknis Pengawasan 2017

Deputi Bidang Investigasi 2

No. Arah dan Sasaran Pengawasan

10. Pengawasan Keinvestigasian atas Pengelolaan Keuangan

Negara/Daerah

a. Penyelesaian hambatan kelancaran pembangunan pada program

prioritas nasional.

b. Audit investigatif dan penghitungan kerugian keuangan negara

sinerji dengan Aparat Penegak Hukum.

c. Pengawasan dalam rangka meningkatkan kualitas penerapan

sistem pencegahan kecurangan.

B. Tujuan

Tujuan penyusunan Jatekwas adalah sebagai berikut:

1. Memberikan pedoman tata cara atau teknis pelaksanaan program/kegiatan

pengawasan dan pendukungnya yang menjadi tanggung jawab Deputi

Bidang Investigasi.

2. Menjadi dasar untuk menyusun Kerangka Acuan Pengawasan (KAP).

C. Program dan Kegiatan

Program dan kegiatan Deputi Bidang Investigasi tahun 2017 adalah sebagai

berikut:

Program:

a. Program Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan

Pembangunan Nasional serta Pembinaan Penyelenggaraan SPIP.

b. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya.

Kegiatan:

a. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan

Keuangan Negara dan Pembangunan Nasional serta Pembinaan

Penyelenggaraan SPIP terkait Investigasi pada Kementerian/ Lembaga.

Page 4: KEBIJAKAN TEKNIS PENGAWASAN (JATEKWAS) · PDF filekasus-kasus penyalahgunaan wewenang (pe langgaran administrasi) dalam percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. f. ... (RCA

Kebijakan Teknis Pengawasan 2017

Deputi Bidang Investigasi 3

b. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan

Keuangan Negara dan Pembangunan Nasional serta Pembinaan

Penyelenggaraan SPIP terkait Investigasi pada BUMN/D.

c. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan

Keuangan Negara dan Pembangunan Nasional serta Pembinaan

Penyelenggaraan SPIP terkait Hambatan Kelancaran Pembangunan.

d. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis BPKP.

D. Kebijakan Teknis Pengawasan (Jatekwas)Sesuai dengan Keputusan Kepala BPKP Nomor: KEP-901/K/SU/2006 Tahun

2006 tentang Kebijakan Pengawasan BPKP, kebijakan teknis pengawasan

(Jatekwas) menjabarkan kebijakan pengawasan ke dalam kegiatan pengawasan

dengan memperhatikan:

1. Metode atau pendekatan strategi yang dipandang efektif.

2. Kapasitas sumber daya manusia.

3. Alat atau jenis pengawasan/kegiatan yang akan digunakan.

4. Waktu dan jumlah waktu pelaksanaan yang dibutuhkan untuk mencapai

target kinerja suatu kebijakan.

5. Jumlah anggaran yang dibutuhkan.

6. Pengaturan lain yang memungkinkan diterbitkannya Laporan Hasil

Pengawasan (LHP) atas program pengawasan dalam skala nasional, skala

regional, atau skala daerah.

Uraian kebijakan teknis pengawasan tahun 2017 adalah sebagai berikut:

1. Metode atau pendekatan strategi yang dipandang efektif

Untuk melaksanakan program dan kegiatan pengawasan tahun 2017, Deputi

Bidang Investigasi mengambil strategi sebagai berikut:

a. Penataan ulang struktur organisasi

Penataan ulang struktur organisasi perlu dilakukan karena pada saat ini

belum ada dukungan informasi terhadap pelaksanaan audit

Page 5: KEBIJAKAN TEKNIS PENGAWASAN (JATEKWAS) · PDF filekasus-kasus penyalahgunaan wewenang (pe langgaran administrasi) dalam percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. f. ... (RCA

Kebijakan Teknis Pengawasan 2017

Deputi Bidang Investigasi 4

dilaksanakan oleh tiga Direktorat tersebut, sehingga perlu ada Direktorat

yang khusus menangani dukungan informasi. Dalam rangka

meningkatkan dukungan informasi terhadap pelaksanaan audit

investigatif tersebut, diperlukan unit kerja khusus berupa Unit

Perencanaan dan Evaluasi Keinvestigasian, Unit Digital Forensics, dan

Unit Pengembangan Informasi Keinvestigasian.

Sehubungan dengan hal tersebut, Deputi Bidang Investigasi mengajukan

usulan struktur organisasi sebagai berikut:

Tugas Dan Fungsi Direktorat tersebut adalah sebagai berikut:

Direktorat 1

1) Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Departemen bidang

perekonominan serta Kesekretariatan Lembaga Tinggi Negara,

2) Pemerintah Daerah dan Badan Usaha Milik Daerah di wilayah 1,

DEPUTIBIDANG INVESTIGASI

DIREKTORAT INVESTIGASI 1

SUBDIT INVESTIGASI K/L/PDAN BUMN/BUMD 1

SUBDIT INVESTIGASI HKP 1

SUBDIT PENCEGAHANKORUPSI 1

DIREKTORAT INVESTIGASI 2

SUBDIT INVESTIGASI K/L/PDAN BUMN/BUMD 2

SUBDIT INVESTIGASI HKP

SUBDIT PENCEGAHANKORUPS I 2

DIREKTORAT INVESTIGASI 3

SUBDIT INVESTIGASI K/L/PDAN BUMN/BUMD 3

SUBDIT INVESTIGASI HKP 3

SUBDIT PENCEGAHANKORUPSI 3

DIREKTORAT PENGELOLAANDAN PENGEMBANGAN

INFORMASI KEINVESTIGASIAN

SUBDIT PERENCANAAN DANEVALUASI KEINVESTIGASIAN

SUBDIT KOMPUTER FORENSIK

SUBDIT PENGEMBANGANINFORMASI KEINVESTIGASIAN

SEKRETARIS DEPUTI/ KABAGPERBANTUAN

Page 6: KEBIJAKAN TEKNIS PENGAWASAN (JATEKWAS) · PDF filekasus-kasus penyalahgunaan wewenang (pe langgaran administrasi) dalam percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. f. ... (RCA

Kebijakan Teknis Pengawasan 2017

Deputi Bidang Investigasi 5

3) Badan Usaha Milik Negara, Badan-Badan Lain yang di dalamnya

terdapat kepentingan pemerintah yang berada di bawah koordinasi

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

Direktorat 2

1) Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Departemen bidang politik,

hukum, dan keamanan,

2) Pemerintah Daerah dan Badan Usaha Milik Daerah di wilayah 2,

3) Badan Usaha Milik Negara, Badan-Badan lain yang di dalamnya

terdapat kepentingan pemerintah yang berada di bawah koordinasi

Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.

Direktorat 3

1) Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Departemen bidang

kemaritiman, pembangunan manusia, dan kebudayaan,

2) Pemerintah Daerah dan Badan Usaha Milik Daerah di wilayah 3,

3) Badan Usaha Milik Negara, Badan-Badan Lain yang di dalamnya

terdapat kepentingan pemerintah yang berada di bawah koordinasi

Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Pembangunan

Manusia, dan Kebudayaan.

Direktorat Pengelolaan dan Pengembangan Informasi

Keinvestigasian

Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan

pedoman, pemberian bimbingan teknis pengelolaan dan

pengembangan informasi keinvestigasian, penyiapan bahan

koordinasi dan jaringan kerja, penyusunan rencana dan

pengendalian pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan

informasi keinvestigasian, penyusunan rencana dan pengendalian

pelaksanaan pemberian bantuan komputer forensik, pemberian

rekomendasi strategis deteksi, prevensi dan investigasi tindak

pidana korupsi dan pemantauan tindak lanjutnya, evaluasi dan

penyusunan laporan kegiatan, analisis, evaluasi dan penyusunan

Page 7: KEBIJAKAN TEKNIS PENGAWASAN (JATEKWAS) · PDF filekasus-kasus penyalahgunaan wewenang (pe langgaran administrasi) dalam percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. f. ... (RCA

Kebijakan Teknis Pengawasan 2017

Deputi Bidang Investigasi 6

laporan hasil pengelolaan dan pengembangan informasi

keinvestigasian.

b. Melaksanakan pengawasan atas current issues

Sesuai dengan Inpres Nomor 10 Tahun 2016 tentang Aksi Pencegahan

dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2016 dan Tahun 2017, Deputi Bidang

Investigasi merencanakan untuk:

1) Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan aksi percepatan

implementasi transaksi non tunai di seluruh Kementerian/Lembaga

dan Pemerintahan Daerah.

2) Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan aksi transparansi dan

akuntabilitas penyaluran serta penggunaan dana hibah dan bantuan

sosial.

3) Melaksanakan audit investigatif atas barang yang akan disita dan

dirampas (asset tracing).

4) Pengawasan dan pengamanan kekayaan/aset Negara.

Pengawasan atas current issues akan menggantikan penugasan kajian

pengawasan yang telah dalam Program Kerja Pengawasan Tahunan

(PKPT) tahun 2017.

c. Melakukan pengembangan informasi keinvestigasian

Pengembangan informasi keinvestigasian meliputi:

1) Melakukan pengumpulan dan analisis informasi keinvestigasian

untuk yang berpotensi ditindaklanjuti dengan penugasan investigatif

serta informasi terkait penyimpangan dalam pengelolaan keuangan

Negara/daerah.

2) Melakukan kajian empiris data audit investigatif dan audit dalam

rangka penghitungan kerugian keuangan negara yang meliputi

penyebab, sebaran, nilai, dan dampak korupsi.

Sesuai Surat Deputi Kepala BPKP Bidang Investigasi Nomor S-

846/D6/01/2016 tanggal 15 November 2016 hal Penyusunan Atensi

bagi Pejabat Pemerintah, atas laporan audit keinvestigasian yang

dihasilkan agar dibuatkan Root Cause Analysis (RCA) sebagai bahan

untuk pemberian Rekomendasi Strategis.

Page 8: KEBIJAKAN TEKNIS PENGAWASAN (JATEKWAS) · PDF filekasus-kasus penyalahgunaan wewenang (pe langgaran administrasi) dalam percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. f. ... (RCA

Kebijakan Teknis Pengawasan 2017

Deputi Bidang Investigasi 7

3) Memberikan informasi hasil pengawasan yang nilai kerugian

keuangannya material dan signifikan.

d. Meningkatkan kompetensi auditor investigasi

Kompetensi merupakan kombinasi antara keterampilan (skill) dan

pengetahuan (knowledge) yang tercermin melalui perilaku kinerja (job

behavior) yang dapat diamati, diukur dan dievaluasi.

Soft competence merupakan kompetensi yang berkaitan erat dengan

kemampuan untuk mengelola proses pekerjaan, hubungan antar

manusia serta membangun interaksi dengan orang lain. Soft competence

yang harus dimiliki oleh auditor investigasi adalah:

DEDIKASIadalah sebuah pengorbanan tenaga, pikiran, dan waktu demikeberhasilan suatu usaha yang mempunyai tujuan yang mulia.Dedikasi dapat diartikan juga sebagai pengabdian untukmelaksanakan cita-cita yang luhur dan diperlukan adanyasebuah keyakinan yang teguh. Dedikasi sangat mendukungtercapainya visi Deputi Bidang Investigasi.

BERANIDalam melaksanakan tugasnya, auditor investigatif mempunyaihati yang mantap dan rasa percaya diri yang besar untukmempertahankan dan memperjuangkan yang benar dalampemberantasan korupsi walaupun menghadapi bahaya ataukesulitan.

INTEGRITASIntegritas merupakan kualitas yang mendasari kepercayaanpublik dan merupakan benchmark bagi auditor dalam mengujisemua keputusan yang diambilnya. Integritas mengharuskanauditor untuk bersikap jujur dan transparan, berani, bijaksanadan bertanggung jawab dalam melaksanakan audit.

Page 9: KEBIJAKAN TEKNIS PENGAWASAN (JATEKWAS) · PDF filekasus-kasus penyalahgunaan wewenang (pe langgaran administrasi) dalam percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. f. ... (RCA

Kebijakan Teknis Pengawasan 2017

Deputi Bidang Investigasi 8

Hard competence adalah kompetensi yang dibutuhkan untuk

menjalankan aktifitas pekerjaan sesuai dengan jabatannya masing-

masing. Hard competence yang harus dimiliki oleh auditor investigatif

adalah pengetahuan dan keterampilan sebagai berikut:

1) Hukum

2) Keuangan

3) Audit dan Akuntansi

4) Ekonomi

5) Penyelidikan

6) Komputer

7) Investigasi

8) Manajemen

Deputi Bidang Investigasi telah melakukan mapping kompetensi 544

auditor investigasi, dengan hasil sebagai berikut:

No. Diklat Substantif Sudahmengikuti

Belummengikuti

Jumlah

1. Audit Investigatif 295 249 544

2. Audit Forensik 183 361 544

3. Audit Penyesuaian Harga,

Klaim dan Hambatan

Kelancaran Pembangunan

179 365 544

4. Penyidikan 171 373 544

5. Fraud Control Plan (FCP) 135 409 544

6. Manajemen Risiko 70 474 544

7. Komputer Forensik 165 379 544

8. SPIP 237 307 544

9. Matrikulasi Hukum 121 423 544

10. Mediasi 23 521 544

11. Good Corporate

Governance (GCG)

71 473 544

Page 10: KEBIJAKAN TEKNIS PENGAWASAN (JATEKWAS) · PDF filekasus-kasus penyalahgunaan wewenang (pe langgaran administrasi) dalam percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. f. ... (RCA

Kebijakan Teknis Pengawasan 2017

Deputi Bidang Investigasi 9

Selain telah mengikuti diklat tersebut, terdapat 70 auditor bersertifikat

Certified Forensic Auditor (CFrA) dan 33 auditor bersertifikasi Certified

Fraud Examiners (CFE).

Sehubungan dengan kompetensi auditor investigasi saat ini, maka pada

tahun 2017 Deputi Bidang Investigasi akan menyelenggarakan Diklat

Substantif untuk auditor yang belum mengikuti diklat seperti pada tabel

di atas.

Selain itu, Deputi Bidang Investigasi merencanakan:

1) Mengikutsertakan auditor investigasi pada pendidikan formal Strata

2 dan Strata 3.

2) Mengikutsertakan auditor investigasi pada Diklat/Uji kompetensi

CFE dan CFrA.

3) Menyelenggarakan workshop yang mendukung penugasan bidang

investigasi.

4) Menyelenggarakan Diklat Strategi Integratif Pencegahan Korupsi di

Kementerian/ Lembaga/ Pemerintah Daerah/ Korporasi.

e. Membantu penegakan hukum yang konsisten dan

berintegritas dengan cara:

1) Membantu Aparat Penegak Hukum (APH) melakukan pengawasan

untuk mengungkap dan menindak kejadian korupsi.

2) Melakukan koordinasi dengan Aparat Penegak Hukum (APH) terkait

hasil penanganan pengaduan.

f. APIP berintegritas dan kompeten

Perkembangan saat ini, terdapat beberapa landasan hukum yang

memberi kewenangan besar kepada APIP untuk melakukan pengawasan

terhadap larangan penyalahgunaan wewenang yaitu:

1) Undang-Uundang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi

Pemerintahan

Page 11: KEBIJAKAN TEKNIS PENGAWASAN (JATEKWAS) · PDF filekasus-kasus penyalahgunaan wewenang (pe langgaran administrasi) dalam percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. f. ... (RCA

Kebijakan Teknis Pengawasan 2017

Deputi Bidang Investigasi 10

2) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah

3) Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang BPKP

4) Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2014 tentang Peningkatan

Kualitas SPI dan Keandalan Penyelenggaraan Fungsi Pengawasan

Intern dalam Rangka Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat

5) Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Aksi Pencegahan

dan Pemberantasan Korupsi

6) Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2016 tentang Percepatan

Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional

Sehubungan dengan kewenangan tersebut, Deputi Bidang Investigasi

berinisiatif untuk membangun suatu model upaya pencegahan korupsi

secara lebih spesifik mengarah pada pokok persoalan (tematik) dan

mengikutsertakan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) lainnya

dalam menangani pengaduan/temuan hasil audit rutin secara

proporsional.

2. Kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM)

Rincian jumlah SDM pada Direktorat di Lingkungan Deputi Bidang

Investigasi dan Bidang Investigasi Perwakilan BPKP terdapat pada Lampiran

1.

3. Kegiatan Pengawasan dan Kegiatan Dukungan Pengawasan

Kegiatan pengawasan yang akan dilaksanakan Deputi Bidang Investigasi

seluruhnya berjumlah 1.160 penugasan. Rincian kegiatan pengawasan dan

jenis pengawasan terdapat pada Lampiran 2.

Pada tahun 2017 Deputi Bidang Investigasi merencanakan memberikan

rekomendasi strategis atas:

a. Proyek Strategis Nasional Bidang Investasi

Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2017 menetapkan Perbaikan

Iklim Investasi dan Iklim Usaha sebagai prioritas nasional sebagai

prasyarat mutlak untuk mendorong investasi tumbuh dengan laju yang

tinggi. Sehubungan dengan hal tersebut, Direktorat Investigasi Instansi

Page 12: KEBIJAKAN TEKNIS PENGAWASAN (JATEKWAS) · PDF filekasus-kasus penyalahgunaan wewenang (pe langgaran administrasi) dalam percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. f. ... (RCA

Kebijakan Teknis Pengawasan 2017

Deputi Bidang Investigasi 11

Pemerintah akan melakukan pengawasan investasi melalui penerapan

Fraud Control Plan (FCP).

Ruang lingkup pengawasan investasi adalah pengawasan terhadap

kelembagaan terkait investasi di pusat dan daerah dan proses pemberian

izin investasi. Tujuan pengawasan adalah sebagai berikut:

1) Memetakan fraud/korupsi pada kegiatan investasi

2) Mengidentifikasi kebijakan dan peraturan yang menghambat

program pemberantasan korupsi

3) Mengusulkan upaya pencegahan fraud/korupsi pada kegiatan

investasi.

4) Menilai efektifitas pengendalian fraud/korupsi pada kegiatan

investasi

5) Membuat rekomendasi strategis dalam rangka pencegahan dan

pemberantasan korupsi di kegiatan investasi.

b. Proyek Strategis Nasional Bidang Transportasi

Pembangunan sektor transportasi merupakan sasaran pembangunan

nasional sebagai bagian dari prioritas pembangunan nasional yaitu

pemerataan dan kewilayahan. Direktorat Investigasi Instansi

Pemerintah akan melaksanakan pengawasan terkait bidang transportasi

melalui penerapan Fraud Control Plan (FCP) yang terintegrasi dalam

proses bisnis organisasi. Ruang lingkup pengawasan adalah

pembangunan infrastruktur sektor transportasi darat, laut, dan udara

dengan mempertimbangkan risiko terjadinya fraud/korupsi pada ketiga

sektor tersebut. Setelah memetakan fraud/korupsi pada sector

transportasi, akan dibuat rekomendasi strategis dalam rangka

pencegahan dan pemberantasan korupsi di sektor transportasi.

c. Pembelian gas oleh BUMD

Berdasarkan hasil pengawasan dijumpai adanya permasalahan hukum

yang terkait dengan pembelian minyak dan gas bumi oleh Pemerintah

Daerah c.q. BUMD. Seperti yang terjadi pada pembelian gas bumi oleh

PT Sampang Mandiri Perkasa (PT SMP). Meskipun kasus ini hanya

terjadi di Kabupaten Sampang, namun tidak menutup kemungkinan

Page 13: KEBIJAKAN TEKNIS PENGAWASAN (JATEKWAS) · PDF filekasus-kasus penyalahgunaan wewenang (pe langgaran administrasi) dalam percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. f. ... (RCA

Kebijakan Teknis Pengawasan 2017

Deputi Bidang Investigasi 12

modus-modus yang digunakan terjadi pula di daerah lain yang

mendapat jatah alokasi gas dari SKK Migas.

Data SKK Migas menunjukkan terdapat 42 daerah pada 12 provinsi yang

mendapat alokasi Gas Bumi, dimana pelaksana di daerah dilakukan oleh

BUMD.

Sehubungan dengan hal tersebut, Direktorat Investigasi BUMN dan

BUMD akan melakukan reviu atas pelaksanaan alokasi gas ke BUMD

dan memberikan masukan perbaikan tata kelola atas pelaksanaan

alokasi gas oleh BUMD untuk mendukung ketahanan dan kemandirian

energi untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sehingga dapat

bermanfaat bagi masyarakat daerah dan meningkatkan pendapatan asli

daerah.

d. Permasalahan Kecukupan Penyediaan Energi Listrik

Pemerintah telah berkomitmen untuk merealisasikan penyediaan listrik

sebesar 35 ribu Megawatt (MW) dalam jangka waktu 5 tahun (2014-

2019). Sepanjang 5 tahun ke depan, pemerintah bersama PLN dan

swasta akan membangun 109 pembangkit; masing-masing terdiri 35

proyek oleh PLN dengan total kapasitas 10.681 MW dan 74 proyek oleh

swasta/Independent Power Producer (IPP) dengan total kapasitas

25.904 MW.

Permasalahan yang dihadapi adalah:

1) Ketersediaan lahan

Masalah klasik yang dialami oleh PT PLN (Persero) dalam

mendukung tercapainya pembangkit 35.000 MW adalah masalah

pembebasan lahan, yang banyak bersinggungan dengan para pihak,

antara lain : masyarakat, instansi pemerintah pusat/daerah dan

swasta. Masalah pembebasan biaya memakan waktu yang lama,

sehingga bisa menghambat pencapaian ketersediaan listrik 35.000

MW.

2) Ketersediaan dana

Dari 35 ribu MW pembangkit yang akan dibangun, dibutuhkan dana

lebih dari 1.127 triliun rupiah. Oleh karena itu, keterlibatan pihak

swasta/IPP yang akan membangun 10.681 MW mutlak dibutuhkan.

Page 14: KEBIJAKAN TEKNIS PENGAWASAN (JATEKWAS) · PDF filekasus-kasus penyalahgunaan wewenang (pe langgaran administrasi) dalam percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. f. ... (RCA

Kebijakan Teknis Pengawasan 2017

Deputi Bidang Investigasi 13

3) Kebutuhan gas

Diketahui, PT PLN (Persero) menyebutkan, kebutuhan gas untuk

program pembangunan pembangkit listrik berkapasitas 35.000 mw

mencapai 1.250 miliar british thermal unit per day (BTUD).

Rinciannya, untuk tambahan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap

(PLTGU) di Jawa-Bali yang berkapasitas 5.000 mw dengan

kebutuhan 542 BBTUD dan PLTG/PLTGU di luar Jawa-Bali berdaya

7.081 mw sekitar 600 BBTUD.

Sehubungan dengan hal tersebut, Direktorat Investigasi HKP akan

melakukan kajian guna memberikan masukan perbaikan tata kelola atas

pelaksanaan ketersediaan infrastruktur kelistrikan untuk mendukung

ketahanan dan kemandirian energi untuk sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat daerah

dan meningkatkan pendapatan asli daerah.

Kegiatan dukungan pengawasan yang akan dilaksanakan meliputi:

a. Penyusunan rencana kerja dan evaluasi

b. Pembinaan administrasi dan pengelolaan kepegawaian

c. Pembinaan administrasi dan pengelolaan keuangan

d. Pembinaan administrasi dan pengelolaan BMN

e. Pembinaan administrasi dan pengelolaan arsip

f. Rapat koordinasi/kegiatan SPIP

4. Indikator Kinerja

Untuk mewujudkan visi Deputi Bidang Investigasi sebagai “Pusat

Keunggulan Solusi Kecurangan” Deputi Bidang Investigasi menetapkan

sasaran program dan indikator kinerja program (outcome) sebagai berikut:

No. Sasaran Program Indikator Kinerja Target

1. Meningkatnya

efektifitas hasil

pengawasan

keinvestigasian

a. Persentase hasil pengawasan

keinvestigasian yang

dimanfaatkan di persidangan

40%

b. Persentase hasil pengawasan

keinvestigasian yang

70%

Page 15: KEBIJAKAN TEKNIS PENGAWASAN (JATEKWAS) · PDF filekasus-kasus penyalahgunaan wewenang (pe langgaran administrasi) dalam percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. f. ... (RCA

Kebijakan Teknis Pengawasan 2017

Deputi Bidang Investigasi 14

No. Sasaran Program Indikator Kinerja Target

dimanfaatkan oleh APH

c. Persentase hasil pengawasan

keinvestigasian yang

dimanfaatkan oleh K/L/P/K

60%

d. Persentase hasil audit

penyesuaian harga yang

dimanfaatkan oleh K/L/P/K

70%

e. Persentase hasil audit klaim

yang dimanfaatkan oleh

K/L/P/K

70%

2. Meningkatnya

penyelesaian

hambatan

pelaksanaan

pembangunan

nasional

Persentase penyelesaian hambatan

kelancaran pembangunan

70%

3. Meningkatnya

kualitas tata kelola

pemerintah dan

korporasi dalam

pencegahan korupsi

a. Persentase K/L/P/K yang

mengimplementasikan FCP

(termasuk FRA)

50%

b. Persentase auditor yang

memiliki kompetensi (hard &

soft competency) di bidang

pencegahan

60%

4. Meningkatnya

kepedulian

K/L/P/K dan

masyarakat

terhadap korupsi

Persentase K/L/P/K anggota

Komunitas Pembelajar Anti

Korupsi (KPAK) yang

mengimplementasikan sistem

pengaduan masyarakat

60%

5. Meningkatkan

kapabilitas

pengawasan intern

Persentase auditor yang memiliki

kompetensi keinvestigasian

60%

Page 16: KEBIJAKAN TEKNIS PENGAWASAN (JATEKWAS) · PDF filekasus-kasus penyalahgunaan wewenang (pe langgaran administrasi) dalam percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. f. ... (RCA

Kebijakan Teknis Pengawasan 2017

Deputi Bidang Investigasi 15

No. Sasaran Program Indikator Kinerja Target

pemerintah di

bidang

keinvestigasian

5. Lain-lain

Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan penugasan

pengawasan adalah:

a. Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 4 Tahun 2016 tanggal 9

Desember 2016

Pada poin A.6 dinyatakan bahwa Instansi yang berwenang menyatakan

ada tidaknya kerugian keuangan Negara adalah Badan Pemeriksa

Keuangan yang memiliki kewenangan konstitusional sedangkan instansi

lainnya seperti Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan/

Inspektorat/ Satuan Kerja Perangkat Daerah tetap berwenang

melakukan pemeriksaan dan audit pengelolaan keuangan Negara namun

tidak berwenang menyatakan atau men-declare adanya kerugian

keuangan Negara. Dalam hal tertentu Hakim berdasarkan fakta

persidangan dapat menilai adanya kerugian Negara dan besarnya

kerugian Negara.

b. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 31/PUU-X/2012 yang

menyatakan terbukti atau tidak terbuktinya kerugian negara yang

disebutkan dalam LPHKKN atau sah-tidak sahnya LPHKKN tersebut

tetap merupakan wewenang mutlak dari hakim yang mengadilinya.

Mengenai terbukti atau tidak terbuktinya kerugian negara yang

disebutkan dalam LPHKKN atau sah-tidak sahnya LPHKKN tersebut

tetap merupakan wewenang mutlak dari hakim yang mengadilinya.

c. Penyidik, sesuai dengan KUHAP:

1) memiliki kewenangan untuk membuktikan sangkaannya atas suatu

perkara (pasal 1 ayat 1).

2) Dalam menganggap perlu, penyidik dapat meminta pendapat ahli

(pasal 120 ayat 1).

Page 17: KEBIJAKAN TEKNIS PENGAWASAN (JATEKWAS) · PDF filekasus-kasus penyalahgunaan wewenang (pe langgaran administrasi) dalam percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. f. ... (RCA

Kebijakan Teknis Pengawasan 2017

Deputi Bidang Investigasi 16

3) Karena kewajibannya, penyidik mempunyai wewenang

mendatangkan orang ahi yang diperlukan dalam hubungannya

dengan pemeriksaan perkara (pasal 7 ayat 1)

d. Auditor mempunyai keahlian yang diperlukan oleh penyidik yaitu

auditing dan akuntansi.

1) Pasal 179 KUHAP, bahwa auditor sebagai ahli, wajib memberikan

keterangan ahli demi keadilan.

2) Pasal 224 KUHAP, bahwa ahli diancam pidana jika dengan sengaja

tidak memenuhi undang-undang (memberikan keterangan atas

keahliannya)

e. Auditor BPKP termasuk dalam kelompok ahli di bidang auditing dan

akuntansi, dan juga memiliki kewenangan menerapkan keahliannya,

diatur dalam:

1) PP nomor 60 tahun 2008 psl 50 (3)

2) Perpres 192/2014 pasal 2, 27 dan 28.

3) Putusan MK nomor 003/PU-IV/2006 dan Nomor 031/PU-X/2012

4) Perka BPKP Nomor 1314/K/D/2012 tentang PPBI

f. Pemberantasan korupsi melalui strategi edukatif yang selama ini

dilaksanakan melalui Sosialisasi Program Anti Korupsi (SosPAK)

direncanakan akan diterapkan melalui konsep Masyarakat Pembelajar

Anti Korupsi (MPAK).

Deputi Bidang Investigasi BPKP menyadari bahwa kegiatan sosialisasi

program anti korupsi (SosPAK) yang telah dilaksanakan oleh BPKP sejak

tahun 2004 sampai dengan 2016 kurang dapat diyakini telah berdampak

terhadap perubahan perilaku anti korupsi baik terhadap kelompok

sasaran (focus group) maupun masyarakat secara umum. Selain itu,

kegiatan SosPAK kurang dapat diukur dan dinilai kontribusinya

terhadap pencapaian tujuan strategis BPKP terutama tujuan

“peningkatan kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan dan

pembangunan nasional yang bersih dan efektif” dan “peningkatan

efektivitas penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah”.

Sehubungan dengan hal tersebut, Deputi Bidang Investigasi bermaksud

memperluas dan mempertajam strategi edukatif anti korupsi dengan

Page 18: KEBIJAKAN TEKNIS PENGAWASAN (JATEKWAS) · PDF filekasus-kasus penyalahgunaan wewenang (pe langgaran administrasi) dalam percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. f. ... (RCA

Kebijakan Teknis Pengawasan 2017

Deputi Bidang Investigasi 17

mengimplementasikan konsep masyarakat pembelajar (learning society)

yangselaras dengan strategi BPKP sebagaimana tertuang dalam

Perencanaan Strategis 2019- 2024 dan terintegrasi dengan strategi

pengembangan Deputi Bidang Investigasi sebagai Pusat Keunggulan

Solusi Kecurangan.

Konsep masyarakat pembelajar anti korupsi akan dilaksanakan melalui:

1) Kegiatan pelatihan dalam bentuk: sosialisasi/ seminar/workshop

anti korupsi, iklan layanan masyarakat

2) Kegiatan fasilitatif dalan bentuk: bimbingan konsulasi

pengembangan perilaku dan sistem whistleblowing, dan bimbingan

konsultasi pengembangan partisipasi publik dalam pengawasan

pembangunan.

g. Deputi Bidang Investigasi melakukan pengendalian yang memadai

terhadap setiap penugasan bidang investigasi terutama untuk penugasan

yang sudah melampaui batas waktu dan kasus-kasus yang

strategis/current issue. Fungsi ini dilaksanakan melalui jenis kegiatan

pemantauan/monotoring/quality assurance. Tim Quality Assurance

mengidentifikasi hambatan dan kendala yang dihadapi serta

memberikan arahan, petunjuk, dan mencari jalan keluar untuk

menyelesaikan hambatan tersebut.

h. Deputi Bidang Investigasi merencanakan akan membangun aplikasi

informasi keinvestigasian, yaitu suatu aplikasi yang diharapkan dapat

mengolah data yang dapat menghasilkan rekomendasi strategis.

Rekomendasi strategis investigasi diharapkan bisa menghilangkan fraud

dan meminimalisir dampak fraud.

Sehubungan dengan hal ini, akan akan dilaksanakan:

1) Pengadaan sarana prasarana terkait pengelolaan informasi

keinvestigasian

2) Penyusunan SOP pengelolaan informasi keinvestigasian

3) Pelatihan kepada personel pengelolaan informasi keinvestigasian

i. Revisi Pedoman Penugasan Bidang Investigasi (PPBI)

Page 19: KEBIJAKAN TEKNIS PENGAWASAN (JATEKWAS) · PDF filekasus-kasus penyalahgunaan wewenang (pe langgaran administrasi) dalam percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. f. ... (RCA

Kebijakan Teknis Pengawasan 2017

Deputi Bidang Investigasi 18

Pedoman Pengelolaan Kegiatan Bidang Investigasi (PPKBI) yang saat ini

sedang disusun merupakan tindak lanjut atas terbitnya Perpres Nomor

192 Tahun 2014 tentang BPKP yang menempatkan BPKP sebagai auditor

intern pemerintah yang bertanggung jawab langsung kepada presiden.

Hal penting dari Perpres 192 Tahun 2014 adalah penegasan BPKP

sebagai auditor intern bagi pemerintah. Dengan demikian penugasan

bidang investigasi dilakukan dalam kerangka memenuhi peran sebagai

auditor intern pemerintah. Hasil audit harus dapat memberikan nilai

tambah bagi pemerintah untuk melakukan perbaikan proses manajemen

pemerintahan meliputi tatakelola, manajemen risiko dan pengendalian

internal.

PPKBI disusun dalam format 3 (tiga) kelompok yaitu:

1) Kelompok 1 (Kajian Akademis) merupakan tinjauan literatur ilmiah

yang menjadi landasan teoritis untuk menjawab pertanyaan

“mengapa” atas apa yang dilaksanakan oleh Deputi Bidang

Investigasi dalam rangka memenuhi tugas dan fungsi sebagaimana

diamanahkan dalam perpres 192 tahun 2014.

2) Kelompok 2 (Pedoman Manajerial) merupakan penjelasan tentang

peran investigasi yang memuat eksistensi dan ekspektasi,

mendefinisikan investigasi berikut arah dan tujuannya, bagaimana

merealisasikan ekspektasi meliputi pelaksanaan peran

keinvestigasian dan tindakan yang menghasilkan informasi yang

bermanfaat di level pemerintah. Pedoman manajerial dirancang

untuk mengantisipasi dinamika lingkungan sehingga bersifat

mudah untuk direvisi.

3) Kelompok 3 (Pedoman Operasional) merupakan penjelasan teknis

atas apa yang disajikan di kelompok 2. Pedoman operasional berisi

prosedur operasi standar pelaksanaan peran keinvestigasian secara

menyuluru sampai pada peran dukungan untuk menghasilkan

informasi strategis bagi para pemangku kepentingan. Karena

sifatnya teknis, materi pada kelompok 3 dirancang untuk tidak

mudah dilakukan perubahan.

j. Revisi Pedoman Fraud Control Plan (FCP)

Page 20: KEBIJAKAN TEKNIS PENGAWASAN (JATEKWAS) · PDF filekasus-kasus penyalahgunaan wewenang (pe langgaran administrasi) dalam percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. f. ... (RCA

Kebijakan Teknis Pengawasan 2017

Deputi Bidang Investigasi 19

Hasil kajian atas FCP menunjukkan penyebab fraud dari aspek manusia

dengan karakteristik tersembunyi menjadikan FCP tidak sepenuhnya

mampu mendeteksi dan mencegah korupsi dalam bentuk

penyalahgunaan wewenang. Berbagai kasus pungutanliar, suap,

gratifikasi, dan pemerasan sebagai panduan dari pemufakatan jahat,

tidak dapat dideteksi dengan model penilaian risiko fraud FCP.

Sehubungan dengan hal tersebut, Deputi Bidang Investigasi akan:

1) Melakukan penyempurnaan pedoman teknis implementasi FCP pada

tahapan penilaian risiko fraud dengan metode identifikasi dan

analisis risiko.

2) Mengusulkan penerbitan pedoman teknis implementasi FCP kepada

Kepala BPKP.

3) Menyusun kerangka acuan kerja integrasi FCP pada sistem

pengendalian yang sudah ada.

4) Menyelenggarakan FCP dengan tahapan penilaian risiko fraud yang

berfokus pada penyalahgunaan wewenang.

k. Peningkatan kompetensi APIP

Deputi Bidang Investigasi berperan dalam peningkatan kapabilitas APIP

di bidang keinvestigasian melalui workshop keinvestigasian. APIP yang

diberikan workshop keinvestigasian adalah APIP pada level 1 dan level

2. Deputi Bidang Investigasi sedang mengembangkan materi workshop

level dasar, menengah dan lanjut untuk APIP tersebut.

Untuk meningkatkan kompetensi APIP, materi atau kurikulum

peningkatan kompetensi audit investigatif berbasis laboratorium bagi

APIP adalah sebagai berikut:

1) Materi atau Kurikulum Dasar, meliputi:

a) Pengantar audit investigatif

b) Pengantar hukum

c) Pengantar fraud dan TPK

d) Pengantar hukum pembuktian

e) Proses penerimaan informasi dan telaah informasi

f) Penyusunan hipotesis dan perencanaan audit investigatif

g) Dasar-dasar Tehnik Wawancara Investigatif

Page 21: KEBIJAKAN TEKNIS PENGAWASAN (JATEKWAS) · PDF filekasus-kasus penyalahgunaan wewenang (pe langgaran administrasi) dalam percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. f. ... (RCA

Kebijakan Teknis Pengawasan 2017

Deputi Bidang Investigasi 20

h) Evaluasi Bukti dan Laporan Hasil Audit

i) Studi Kasus dan simulasi

2) Materi atau Kurikulum Lanjutan, meliputi:

a) Audit Investigatif

b) Hukum Perdata, Pidana dan Administrasi

c) Fraud dan TPK

d) Hukum Pembuktian

e) Proses penerimaan informasi dan Telaah informasi

f) Penyusunan Hipotesis dan Perencanaan Investigasi

g) Wawancana Investigatif

h) Evaluasi Bukti dan Laporan Hasil Audit

i) Studi Kasus dan simulasi

3) Materi atau Kurikulum Ahli, meliputi:

a) Manajemen Audit Internal

b) Hukum Perdata, Pidana dan AP

c) Fraud dan TPK

d) Hukum Pembuktian

e) Manajemen Audit Investigatif

f) Wawancara Investigatif

g) Komunikasi dan Jaringan Kerja

h) Studi Kasus dan simulasi

l. Pendaftaran Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI), Hak Paten, Hak

Cipta, Merk

Deputi Bidang Investigasi merencanakan untuk mematenkan produk

keinvestigasian ke Direktorat Jenderal Hak dan Kekayaan Intelektual,

Kementerian Hukum dan HAM.

Produk-produk yang akan didaftarkan hak ciptanya adalah :

1) CITRA (PenCegahan PenyImpangan melalui IdenTifikasi Risiko

PengAnggaran).

2) Fraud Control Plan (FCP) atas Risiko Penyalahgunaan Wewenang.

Berdasarkan Jatekwas ini, Direktorat di Lingkungan Deputi Bidang

Investigasi menyusun Kerangka Acuan Pengawasan (KAP) untuk

Page 22: KEBIJAKAN TEKNIS PENGAWASAN (JATEKWAS) · PDF filekasus-kasus penyalahgunaan wewenang (pe langgaran administrasi) dalam percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. f. ... (RCA

Kebijakan Teknis Pengawasan 2017

Deputi Bidang Investigasi 21

memberikan arah pelaksanaan kegiatan pengawasan dan agar rencana

kegiatan pengawasan dapat dilaksanakan dengan baik.

Page 23: KEBIJAKAN TEKNIS PENGAWASAN (JATEKWAS) · PDF filekasus-kasus penyalahgunaan wewenang (pe langgaran administrasi) dalam percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. f. ... (RCA

Lampiran 1

Jumlah SDM pada Direktorat di Lingkungan Deputi Bidang Investigasi dan BidangInvestigasi Perwakilan BPKP adalah sebagai berikut:

No. Uraian Jumlah SDM1. Direktorat Investigasi Instansi Pemerintah

a. Pejabat Struktural 4b. Fungsional Auditor

Auditor MadyaAuditor MudaAuditor PertamaAuditor PenyeliaAuditor Pelaksana lanjutanAuditor Pelaksana

488112

c. Fungsional Umum 62. Direktorat Investigasi BUMN dan BUMD

a. Pejabat Struktural 3b. Fungsional Auditor

Auditor MadyaAuditor MudaAuditor PertamaAuditor PenyeliaAuditor Pelaksana

66621

c. Fungsional Umum 83. Direktorat Investigasi Hambatan Kelancaran

Pembangunana. Pejabat Struktural 3b. Fungsional Auditor

Auditor MadyaAuditor MudaAuditor PertamaAuditor Pelaksana

6471

c. Fungsional Umum 74. Bidang Investigasi Perwakilan BPKP

Kepala/Koordinator Pengawasan BidangInvestigasi

33

Fungsional AuditorAuditor MadyaAuditor MudaAuditor Pertama

91106109

Page 24: KEBIJAKAN TEKNIS PENGAWASAN (JATEKWAS) · PDF filekasus-kasus penyalahgunaan wewenang (pe langgaran administrasi) dalam percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. f. ... (RCA

Lampiran 1

No. Uraian Jumlah SDMAuditor PenyeliaAuditor Pelaksana Tingkat LanjutanAuditor PelaksanaAuditor Terampil

2772172

Jumlah 565

Page 25: KEBIJAKAN TEKNIS PENGAWASAN (JATEKWAS) · PDF filekasus-kasus penyalahgunaan wewenang (pe langgaran administrasi) dalam percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. f. ... (RCA

Lampiran 2

Rincian kegiatan pengawasan dan jenis pengawasan adalah sebagai berikut:

No. Kegiatan Pengawasan Jenis Pengawasan JumlahPenugasan

1 Pengendalian/PelaksanaanPengawasan InternAkuntabilitasPengelolaan KeuanganNegara danPembangunan Nasionalserta PembinaanPenyelenggaraan SPIPterkait Investigasi padaKementerian/ Lembaga

Audit investigatif 2Audit dalam rangkapenghitungan kerugiankeuangan negara

6

Pengumpulan dan EvaluasiBukti Dokumen Elektronik(PEBDE) (Komputer Forensik)

4

Pemberian Keterangan Ahli 14Fraud Control Plan (FCP) 1Pemantauan/ monitoring/QA 49Reviu/kajian 12Sosialisasi 2Pemberian rekomendasistrategis Proyek StrategisNasional Bidang Investasi danTransportasi

1

Jumlah penugasan 912 Pengendalian/

PelaksanaanPengawasan InternAkuntabilitasPengelolaan KeuanganNegara danPembangunan Nasionalserta PembinaanPenyelenggaraan SPIPterkait Investigasi padaBUMN/D

Audit investigatif 4Audit dalam rangkapenghitungan kerugiankeuangan negara

4

Pemberian Keterangan Ahli 14Fraud Control Plan (FCP) 1Pemantauan/ monitoring/QA 20Reviu/kajian 4Pemberian rekomendasistrategis atas pembelian gasoleh BUMD

1

Jumlah penugasan 483 Pengendalian/Pelaksan

aan Pengawasan InternAkuntabilitasPengelolaan KeuanganNegara dan

Evaluasi HKP 4Audit penyesuaian harga 3Audit klaim 2Pemantauan/ monitoring/QA 25Reviu/kajian 2

Page 26: KEBIJAKAN TEKNIS PENGAWASAN (JATEKWAS) · PDF filekasus-kasus penyalahgunaan wewenang (pe langgaran administrasi) dalam percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. f. ... (RCA

Lampiran 2

No. Kegiatan Pengawasan Jenis Pengawasan JumlahPenugasan

Pembangunan Nasionalserta PembinaanPenyelenggaraan SPIPterkait HambatanKelancaranPembangunan

Pemberian rekomendasistrategis terhadappermasalahan kecukupanpenyediaan energi listrik

1

Jumlah penugasan 374 Kegiatan pengawasan

Bidang InvestigasiPerwakilan BPKP

Audit investigatif 98Audit dalam rangkapenghitungan kerugiankeuangan negara

223

Pemberian Keterangan Ahli 383Fraud Control Plan (FCP) 65Evaluasi HKP 27Audit penyesuaian harga 23Audit klaim 12Sosialisasi 66Pengawasan atas current issues 33Pemberian rekomendasistrategis

77

Jumlah penugasan 984Total penugasan 1.160