DEPUTI BIDANG INVESTIGASI
KEBIJAKAN TEKNIS PENGAWASAN(JATEKWAS)TAHUN 2017
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
Kebijakan Teknis Pengawasan 2017
Deputi Bidang Investigasi 1
KEBIJAKAN TEKNIS PENGAWASAN (JATEKWAS)
DEPUTI BIDANG INVESTIGASI
TAHUN 2017
A. Latar Belakang
Sesuai dengan Peraturan Kepala BPKP Nomor 15 Tahun 2016 tentang Kebijakan
Pengawasan BPKP Tahun 2017 masing-masing kedeputian diwajibkan
merumuskan kebijakan teknis pengawasan (Jatekwas) kedeputian. Jatekwas
kedeputian diharapkan memberikan arah teknis pengawasan mulai dari
penetapan tema pengawasan agar dapat dijadikan dasar bagi direktorat untuk
menyusun Kerangka Acuan Pengawasan (KAP) untuk masing-masing sasaran
pengawasan.
Berdasarkan Kebijakan Pengawasan BPKP Tahun 2017, Deputi Bidang
Investigasi bertanggung jawab atas arah dan sasaran pengawasan berikut:
No. Arah dan Sasaran Pengawasan
1. Pengawasan atas Percepatan Proyek Strategis Nasional
(Inpres I Tahun 2016)
e. Audit Investigasi/Penghitungan Kerugian Keuangan Negara atas
kasus-kasus penyalahgunaan wewenang (pelanggaran
administrasi) dalam percepatan pelaksanaan Proyek Strategis
Nasional.
f. Pengawasan terhadap tindak lanjut atas hasil audit yang dilakukan
oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah pada
kementerian/lembaga dalam hal ditemukan adanya kerugian
keuangan negara.
5. Pengawasan atas current issues
Kegiatan pengawasan diarahkan untuk memberikan peringatan dini
dan solusi terhadap kondisi atau kejadian yang dapat mengganggu atau
menjadi hambatan pencapaian target-target prioritas pembangunan
nasional.
Kebijakan Teknis Pengawasan 2017
Deputi Bidang Investigasi 2
No. Arah dan Sasaran Pengawasan
10. Pengawasan Keinvestigasian atas Pengelolaan Keuangan
Negara/Daerah
a. Penyelesaian hambatan kelancaran pembangunan pada program
prioritas nasional.
b. Audit investigatif dan penghitungan kerugian keuangan negara
sinerji dengan Aparat Penegak Hukum.
c. Pengawasan dalam rangka meningkatkan kualitas penerapan
sistem pencegahan kecurangan.
B. Tujuan
Tujuan penyusunan Jatekwas adalah sebagai berikut:
1. Memberikan pedoman tata cara atau teknis pelaksanaan program/kegiatan
pengawasan dan pendukungnya yang menjadi tanggung jawab Deputi
Bidang Investigasi.
2. Menjadi dasar untuk menyusun Kerangka Acuan Pengawasan (KAP).
C. Program dan Kegiatan
Program dan kegiatan Deputi Bidang Investigasi tahun 2017 adalah sebagai
berikut:
Program:
a. Program Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan
Pembangunan Nasional serta Pembinaan Penyelenggaraan SPIP.
b. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya.
Kegiatan:
a. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan
Keuangan Negara dan Pembangunan Nasional serta Pembinaan
Penyelenggaraan SPIP terkait Investigasi pada Kementerian/ Lembaga.
Kebijakan Teknis Pengawasan 2017
Deputi Bidang Investigasi 3
b. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan
Keuangan Negara dan Pembangunan Nasional serta Pembinaan
Penyelenggaraan SPIP terkait Investigasi pada BUMN/D.
c. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan
Keuangan Negara dan Pembangunan Nasional serta Pembinaan
Penyelenggaraan SPIP terkait Hambatan Kelancaran Pembangunan.
d. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis BPKP.
D. Kebijakan Teknis Pengawasan (Jatekwas)Sesuai dengan Keputusan Kepala BPKP Nomor: KEP-901/K/SU/2006 Tahun
2006 tentang Kebijakan Pengawasan BPKP, kebijakan teknis pengawasan
(Jatekwas) menjabarkan kebijakan pengawasan ke dalam kegiatan pengawasan
dengan memperhatikan:
1. Metode atau pendekatan strategi yang dipandang efektif.
2. Kapasitas sumber daya manusia.
3. Alat atau jenis pengawasan/kegiatan yang akan digunakan.
4. Waktu dan jumlah waktu pelaksanaan yang dibutuhkan untuk mencapai
target kinerja suatu kebijakan.
5. Jumlah anggaran yang dibutuhkan.
6. Pengaturan lain yang memungkinkan diterbitkannya Laporan Hasil
Pengawasan (LHP) atas program pengawasan dalam skala nasional, skala
regional, atau skala daerah.
Uraian kebijakan teknis pengawasan tahun 2017 adalah sebagai berikut:
1. Metode atau pendekatan strategi yang dipandang efektif
Untuk melaksanakan program dan kegiatan pengawasan tahun 2017, Deputi
Bidang Investigasi mengambil strategi sebagai berikut:
a. Penataan ulang struktur organisasi
Penataan ulang struktur organisasi perlu dilakukan karena pada saat ini
belum ada dukungan informasi terhadap pelaksanaan audit
Kebijakan Teknis Pengawasan 2017
Deputi Bidang Investigasi 4
dilaksanakan oleh tiga Direktorat tersebut, sehingga perlu ada Direktorat
yang khusus menangani dukungan informasi. Dalam rangka
meningkatkan dukungan informasi terhadap pelaksanaan audit
investigatif tersebut, diperlukan unit kerja khusus berupa Unit
Perencanaan dan Evaluasi Keinvestigasian, Unit Digital Forensics, dan
Unit Pengembangan Informasi Keinvestigasian.
Sehubungan dengan hal tersebut, Deputi Bidang Investigasi mengajukan
usulan struktur organisasi sebagai berikut:
Tugas Dan Fungsi Direktorat tersebut adalah sebagai berikut:
Direktorat 1
1) Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Departemen bidang
perekonominan serta Kesekretariatan Lembaga Tinggi Negara,
2) Pemerintah Daerah dan Badan Usaha Milik Daerah di wilayah 1,
DEPUTIBIDANG INVESTIGASI
DIREKTORAT INVESTIGASI 1
SUBDIT INVESTIGASI K/L/PDAN BUMN/BUMD 1
SUBDIT INVESTIGASI HKP 1
SUBDIT PENCEGAHANKORUPSI 1
DIREKTORAT INVESTIGASI 2
SUBDIT INVESTIGASI K/L/PDAN BUMN/BUMD 2
SUBDIT INVESTIGASI HKP
SUBDIT PENCEGAHANKORUPS I 2
DIREKTORAT INVESTIGASI 3
SUBDIT INVESTIGASI K/L/PDAN BUMN/BUMD 3
SUBDIT INVESTIGASI HKP 3
SUBDIT PENCEGAHANKORUPSI 3
DIREKTORAT PENGELOLAANDAN PENGEMBANGAN
INFORMASI KEINVESTIGASIAN
SUBDIT PERENCANAAN DANEVALUASI KEINVESTIGASIAN
SUBDIT KOMPUTER FORENSIK
SUBDIT PENGEMBANGANINFORMASI KEINVESTIGASIAN
SEKRETARIS DEPUTI/ KABAGPERBANTUAN
Kebijakan Teknis Pengawasan 2017
Deputi Bidang Investigasi 5
3) Badan Usaha Milik Negara, Badan-Badan Lain yang di dalamnya
terdapat kepentingan pemerintah yang berada di bawah koordinasi
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
Direktorat 2
1) Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Departemen bidang politik,
hukum, dan keamanan,
2) Pemerintah Daerah dan Badan Usaha Milik Daerah di wilayah 2,
3) Badan Usaha Milik Negara, Badan-Badan lain yang di dalamnya
terdapat kepentingan pemerintah yang berada di bawah koordinasi
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.
Direktorat 3
1) Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Departemen bidang
kemaritiman, pembangunan manusia, dan kebudayaan,
2) Pemerintah Daerah dan Badan Usaha Milik Daerah di wilayah 3,
3) Badan Usaha Milik Negara, Badan-Badan Lain yang di dalamnya
terdapat kepentingan pemerintah yang berada di bawah koordinasi
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Pembangunan
Manusia, dan Kebudayaan.
Direktorat Pengelolaan dan Pengembangan Informasi
Keinvestigasian
Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan
pedoman, pemberian bimbingan teknis pengelolaan dan
pengembangan informasi keinvestigasian, penyiapan bahan
koordinasi dan jaringan kerja, penyusunan rencana dan
pengendalian pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan
informasi keinvestigasian, penyusunan rencana dan pengendalian
pelaksanaan pemberian bantuan komputer forensik, pemberian
rekomendasi strategis deteksi, prevensi dan investigasi tindak
pidana korupsi dan pemantauan tindak lanjutnya, evaluasi dan
penyusunan laporan kegiatan, analisis, evaluasi dan penyusunan
Kebijakan Teknis Pengawasan 2017
Deputi Bidang Investigasi 6
laporan hasil pengelolaan dan pengembangan informasi
keinvestigasian.
b. Melaksanakan pengawasan atas current issues
Sesuai dengan Inpres Nomor 10 Tahun 2016 tentang Aksi Pencegahan
dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2016 dan Tahun 2017, Deputi Bidang
Investigasi merencanakan untuk:
1) Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan aksi percepatan
implementasi transaksi non tunai di seluruh Kementerian/Lembaga
dan Pemerintahan Daerah.
2) Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan aksi transparansi dan
akuntabilitas penyaluran serta penggunaan dana hibah dan bantuan
sosial.
3) Melaksanakan audit investigatif atas barang yang akan disita dan
dirampas (asset tracing).
4) Pengawasan dan pengamanan kekayaan/aset Negara.
Pengawasan atas current issues akan menggantikan penugasan kajian
pengawasan yang telah dalam Program Kerja Pengawasan Tahunan
(PKPT) tahun 2017.
c. Melakukan pengembangan informasi keinvestigasian
Pengembangan informasi keinvestigasian meliputi:
1) Melakukan pengumpulan dan analisis informasi keinvestigasian
untuk yang berpotensi ditindaklanjuti dengan penugasan investigatif
serta informasi terkait penyimpangan dalam pengelolaan keuangan
Negara/daerah.
2) Melakukan kajian empiris data audit investigatif dan audit dalam
rangka penghitungan kerugian keuangan negara yang meliputi
penyebab, sebaran, nilai, dan dampak korupsi.
Sesuai Surat Deputi Kepala BPKP Bidang Investigasi Nomor S-
846/D6/01/2016 tanggal 15 November 2016 hal Penyusunan Atensi
bagi Pejabat Pemerintah, atas laporan audit keinvestigasian yang
dihasilkan agar dibuatkan Root Cause Analysis (RCA) sebagai bahan
untuk pemberian Rekomendasi Strategis.
Kebijakan Teknis Pengawasan 2017
Deputi Bidang Investigasi 7
3) Memberikan informasi hasil pengawasan yang nilai kerugian
keuangannya material dan signifikan.
d. Meningkatkan kompetensi auditor investigasi
Kompetensi merupakan kombinasi antara keterampilan (skill) dan
pengetahuan (knowledge) yang tercermin melalui perilaku kinerja (job
behavior) yang dapat diamati, diukur dan dievaluasi.
Soft competence merupakan kompetensi yang berkaitan erat dengan
kemampuan untuk mengelola proses pekerjaan, hubungan antar
manusia serta membangun interaksi dengan orang lain. Soft competence
yang harus dimiliki oleh auditor investigasi adalah:
DEDIKASIadalah sebuah pengorbanan tenaga, pikiran, dan waktu demikeberhasilan suatu usaha yang mempunyai tujuan yang mulia.Dedikasi dapat diartikan juga sebagai pengabdian untukmelaksanakan cita-cita yang luhur dan diperlukan adanyasebuah keyakinan yang teguh. Dedikasi sangat mendukungtercapainya visi Deputi Bidang Investigasi.
BERANIDalam melaksanakan tugasnya, auditor investigatif mempunyaihati yang mantap dan rasa percaya diri yang besar untukmempertahankan dan memperjuangkan yang benar dalampemberantasan korupsi walaupun menghadapi bahaya ataukesulitan.
INTEGRITASIntegritas merupakan kualitas yang mendasari kepercayaanpublik dan merupakan benchmark bagi auditor dalam mengujisemua keputusan yang diambilnya. Integritas mengharuskanauditor untuk bersikap jujur dan transparan, berani, bijaksanadan bertanggung jawab dalam melaksanakan audit.
Kebijakan Teknis Pengawasan 2017
Deputi Bidang Investigasi 8
Hard competence adalah kompetensi yang dibutuhkan untuk
menjalankan aktifitas pekerjaan sesuai dengan jabatannya masing-
masing. Hard competence yang harus dimiliki oleh auditor investigatif
adalah pengetahuan dan keterampilan sebagai berikut:
1) Hukum
2) Keuangan
3) Audit dan Akuntansi
4) Ekonomi
5) Penyelidikan
6) Komputer
7) Investigasi
8) Manajemen
Deputi Bidang Investigasi telah melakukan mapping kompetensi 544
auditor investigasi, dengan hasil sebagai berikut:
No. Diklat Substantif Sudahmengikuti
Belummengikuti
Jumlah
1. Audit Investigatif 295 249 544
2. Audit Forensik 183 361 544
3. Audit Penyesuaian Harga,
Klaim dan Hambatan
Kelancaran Pembangunan
179 365 544
4. Penyidikan 171 373 544
5. Fraud Control Plan (FCP) 135 409 544
6. Manajemen Risiko 70 474 544
7. Komputer Forensik 165 379 544
8. SPIP 237 307 544
9. Matrikulasi Hukum 121 423 544
10. Mediasi 23 521 544
11. Good Corporate
Governance (GCG)
71 473 544
Kebijakan Teknis Pengawasan 2017
Deputi Bidang Investigasi 9
Selain telah mengikuti diklat tersebut, terdapat 70 auditor bersertifikat
Certified Forensic Auditor (CFrA) dan 33 auditor bersertifikasi Certified
Fraud Examiners (CFE).
Sehubungan dengan kompetensi auditor investigasi saat ini, maka pada
tahun 2017 Deputi Bidang Investigasi akan menyelenggarakan Diklat
Substantif untuk auditor yang belum mengikuti diklat seperti pada tabel
di atas.
Selain itu, Deputi Bidang Investigasi merencanakan:
1) Mengikutsertakan auditor investigasi pada pendidikan formal Strata
2 dan Strata 3.
2) Mengikutsertakan auditor investigasi pada Diklat/Uji kompetensi
CFE dan CFrA.
3) Menyelenggarakan workshop yang mendukung penugasan bidang
investigasi.
4) Menyelenggarakan Diklat Strategi Integratif Pencegahan Korupsi di
Kementerian/ Lembaga/ Pemerintah Daerah/ Korporasi.
e. Membantu penegakan hukum yang konsisten dan
berintegritas dengan cara:
1) Membantu Aparat Penegak Hukum (APH) melakukan pengawasan
untuk mengungkap dan menindak kejadian korupsi.
2) Melakukan koordinasi dengan Aparat Penegak Hukum (APH) terkait
hasil penanganan pengaduan.
f. APIP berintegritas dan kompeten
Perkembangan saat ini, terdapat beberapa landasan hukum yang
memberi kewenangan besar kepada APIP untuk melakukan pengawasan
terhadap larangan penyalahgunaan wewenang yaitu:
1) Undang-Uundang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan
Kebijakan Teknis Pengawasan 2017
Deputi Bidang Investigasi 10
2) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah
3) Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang BPKP
4) Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2014 tentang Peningkatan
Kualitas SPI dan Keandalan Penyelenggaraan Fungsi Pengawasan
Intern dalam Rangka Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat
5) Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Aksi Pencegahan
dan Pemberantasan Korupsi
6) Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2016 tentang Percepatan
Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional
Sehubungan dengan kewenangan tersebut, Deputi Bidang Investigasi
berinisiatif untuk membangun suatu model upaya pencegahan korupsi
secara lebih spesifik mengarah pada pokok persoalan (tematik) dan
mengikutsertakan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) lainnya
dalam menangani pengaduan/temuan hasil audit rutin secara
proporsional.
2. Kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM)
Rincian jumlah SDM pada Direktorat di Lingkungan Deputi Bidang
Investigasi dan Bidang Investigasi Perwakilan BPKP terdapat pada Lampiran
1.
3. Kegiatan Pengawasan dan Kegiatan Dukungan Pengawasan
Kegiatan pengawasan yang akan dilaksanakan Deputi Bidang Investigasi
seluruhnya berjumlah 1.160 penugasan. Rincian kegiatan pengawasan dan
jenis pengawasan terdapat pada Lampiran 2.
Pada tahun 2017 Deputi Bidang Investigasi merencanakan memberikan
rekomendasi strategis atas:
a. Proyek Strategis Nasional Bidang Investasi
Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2017 menetapkan Perbaikan
Iklim Investasi dan Iklim Usaha sebagai prioritas nasional sebagai
prasyarat mutlak untuk mendorong investasi tumbuh dengan laju yang
tinggi. Sehubungan dengan hal tersebut, Direktorat Investigasi Instansi
Kebijakan Teknis Pengawasan 2017
Deputi Bidang Investigasi 11
Pemerintah akan melakukan pengawasan investasi melalui penerapan
Fraud Control Plan (FCP).
Ruang lingkup pengawasan investasi adalah pengawasan terhadap
kelembagaan terkait investasi di pusat dan daerah dan proses pemberian
izin investasi. Tujuan pengawasan adalah sebagai berikut:
1) Memetakan fraud/korupsi pada kegiatan investasi
2) Mengidentifikasi kebijakan dan peraturan yang menghambat
program pemberantasan korupsi
3) Mengusulkan upaya pencegahan fraud/korupsi pada kegiatan
investasi.
4) Menilai efektifitas pengendalian fraud/korupsi pada kegiatan
investasi
5) Membuat rekomendasi strategis dalam rangka pencegahan dan
pemberantasan korupsi di kegiatan investasi.
b. Proyek Strategis Nasional Bidang Transportasi
Pembangunan sektor transportasi merupakan sasaran pembangunan
nasional sebagai bagian dari prioritas pembangunan nasional yaitu
pemerataan dan kewilayahan. Direktorat Investigasi Instansi
Pemerintah akan melaksanakan pengawasan terkait bidang transportasi
melalui penerapan Fraud Control Plan (FCP) yang terintegrasi dalam
proses bisnis organisasi. Ruang lingkup pengawasan adalah
pembangunan infrastruktur sektor transportasi darat, laut, dan udara
dengan mempertimbangkan risiko terjadinya fraud/korupsi pada ketiga
sektor tersebut. Setelah memetakan fraud/korupsi pada sector
transportasi, akan dibuat rekomendasi strategis dalam rangka
pencegahan dan pemberantasan korupsi di sektor transportasi.
c. Pembelian gas oleh BUMD
Berdasarkan hasil pengawasan dijumpai adanya permasalahan hukum
yang terkait dengan pembelian minyak dan gas bumi oleh Pemerintah
Daerah c.q. BUMD. Seperti yang terjadi pada pembelian gas bumi oleh
PT Sampang Mandiri Perkasa (PT SMP). Meskipun kasus ini hanya
terjadi di Kabupaten Sampang, namun tidak menutup kemungkinan
Kebijakan Teknis Pengawasan 2017
Deputi Bidang Investigasi 12
modus-modus yang digunakan terjadi pula di daerah lain yang
mendapat jatah alokasi gas dari SKK Migas.
Data SKK Migas menunjukkan terdapat 42 daerah pada 12 provinsi yang
mendapat alokasi Gas Bumi, dimana pelaksana di daerah dilakukan oleh
BUMD.
Sehubungan dengan hal tersebut, Direktorat Investigasi BUMN dan
BUMD akan melakukan reviu atas pelaksanaan alokasi gas ke BUMD
dan memberikan masukan perbaikan tata kelola atas pelaksanaan
alokasi gas oleh BUMD untuk mendukung ketahanan dan kemandirian
energi untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sehingga dapat
bermanfaat bagi masyarakat daerah dan meningkatkan pendapatan asli
daerah.
d. Permasalahan Kecukupan Penyediaan Energi Listrik
Pemerintah telah berkomitmen untuk merealisasikan penyediaan listrik
sebesar 35 ribu Megawatt (MW) dalam jangka waktu 5 tahun (2014-
2019). Sepanjang 5 tahun ke depan, pemerintah bersama PLN dan
swasta akan membangun 109 pembangkit; masing-masing terdiri 35
proyek oleh PLN dengan total kapasitas 10.681 MW dan 74 proyek oleh
swasta/Independent Power Producer (IPP) dengan total kapasitas
25.904 MW.
Permasalahan yang dihadapi adalah:
1) Ketersediaan lahan
Masalah klasik yang dialami oleh PT PLN (Persero) dalam
mendukung tercapainya pembangkit 35.000 MW adalah masalah
pembebasan lahan, yang banyak bersinggungan dengan para pihak,
antara lain : masyarakat, instansi pemerintah pusat/daerah dan
swasta. Masalah pembebasan biaya memakan waktu yang lama,
sehingga bisa menghambat pencapaian ketersediaan listrik 35.000
MW.
2) Ketersediaan dana
Dari 35 ribu MW pembangkit yang akan dibangun, dibutuhkan dana
lebih dari 1.127 triliun rupiah. Oleh karena itu, keterlibatan pihak
swasta/IPP yang akan membangun 10.681 MW mutlak dibutuhkan.
Kebijakan Teknis Pengawasan 2017
Deputi Bidang Investigasi 13
3) Kebutuhan gas
Diketahui, PT PLN (Persero) menyebutkan, kebutuhan gas untuk
program pembangunan pembangkit listrik berkapasitas 35.000 mw
mencapai 1.250 miliar british thermal unit per day (BTUD).
Rinciannya, untuk tambahan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap
(PLTGU) di Jawa-Bali yang berkapasitas 5.000 mw dengan
kebutuhan 542 BBTUD dan PLTG/PLTGU di luar Jawa-Bali berdaya
7.081 mw sekitar 600 BBTUD.
Sehubungan dengan hal tersebut, Direktorat Investigasi HKP akan
melakukan kajian guna memberikan masukan perbaikan tata kelola atas
pelaksanaan ketersediaan infrastruktur kelistrikan untuk mendukung
ketahanan dan kemandirian energi untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat daerah
dan meningkatkan pendapatan asli daerah.
Kegiatan dukungan pengawasan yang akan dilaksanakan meliputi:
a. Penyusunan rencana kerja dan evaluasi
b. Pembinaan administrasi dan pengelolaan kepegawaian
c. Pembinaan administrasi dan pengelolaan keuangan
d. Pembinaan administrasi dan pengelolaan BMN
e. Pembinaan administrasi dan pengelolaan arsip
f. Rapat koordinasi/kegiatan SPIP
4. Indikator Kinerja
Untuk mewujudkan visi Deputi Bidang Investigasi sebagai “Pusat
Keunggulan Solusi Kecurangan” Deputi Bidang Investigasi menetapkan
sasaran program dan indikator kinerja program (outcome) sebagai berikut:
No. Sasaran Program Indikator Kinerja Target
1. Meningkatnya
efektifitas hasil
pengawasan
keinvestigasian
a. Persentase hasil pengawasan
keinvestigasian yang
dimanfaatkan di persidangan
40%
b. Persentase hasil pengawasan
keinvestigasian yang
70%
Kebijakan Teknis Pengawasan 2017
Deputi Bidang Investigasi 14
No. Sasaran Program Indikator Kinerja Target
dimanfaatkan oleh APH
c. Persentase hasil pengawasan
keinvestigasian yang
dimanfaatkan oleh K/L/P/K
60%
d. Persentase hasil audit
penyesuaian harga yang
dimanfaatkan oleh K/L/P/K
70%
e. Persentase hasil audit klaim
yang dimanfaatkan oleh
K/L/P/K
70%
2. Meningkatnya
penyelesaian
hambatan
pelaksanaan
pembangunan
nasional
Persentase penyelesaian hambatan
kelancaran pembangunan
70%
3. Meningkatnya
kualitas tata kelola
pemerintah dan
korporasi dalam
pencegahan korupsi
a. Persentase K/L/P/K yang
mengimplementasikan FCP
(termasuk FRA)
50%
b. Persentase auditor yang
memiliki kompetensi (hard &
soft competency) di bidang
pencegahan
60%
4. Meningkatnya
kepedulian
K/L/P/K dan
masyarakat
terhadap korupsi
Persentase K/L/P/K anggota
Komunitas Pembelajar Anti
Korupsi (KPAK) yang
mengimplementasikan sistem
pengaduan masyarakat
60%
5. Meningkatkan
kapabilitas
pengawasan intern
Persentase auditor yang memiliki
kompetensi keinvestigasian
60%
Kebijakan Teknis Pengawasan 2017
Deputi Bidang Investigasi 15
No. Sasaran Program Indikator Kinerja Target
pemerintah di
bidang
keinvestigasian
5. Lain-lain
Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan penugasan
pengawasan adalah:
a. Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 4 Tahun 2016 tanggal 9
Desember 2016
Pada poin A.6 dinyatakan bahwa Instansi yang berwenang menyatakan
ada tidaknya kerugian keuangan Negara adalah Badan Pemeriksa
Keuangan yang memiliki kewenangan konstitusional sedangkan instansi
lainnya seperti Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan/
Inspektorat/ Satuan Kerja Perangkat Daerah tetap berwenang
melakukan pemeriksaan dan audit pengelolaan keuangan Negara namun
tidak berwenang menyatakan atau men-declare adanya kerugian
keuangan Negara. Dalam hal tertentu Hakim berdasarkan fakta
persidangan dapat menilai adanya kerugian Negara dan besarnya
kerugian Negara.
b. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 31/PUU-X/2012 yang
menyatakan terbukti atau tidak terbuktinya kerugian negara yang
disebutkan dalam LPHKKN atau sah-tidak sahnya LPHKKN tersebut
tetap merupakan wewenang mutlak dari hakim yang mengadilinya.
Mengenai terbukti atau tidak terbuktinya kerugian negara yang
disebutkan dalam LPHKKN atau sah-tidak sahnya LPHKKN tersebut
tetap merupakan wewenang mutlak dari hakim yang mengadilinya.
c. Penyidik, sesuai dengan KUHAP:
1) memiliki kewenangan untuk membuktikan sangkaannya atas suatu
perkara (pasal 1 ayat 1).
2) Dalam menganggap perlu, penyidik dapat meminta pendapat ahli
(pasal 120 ayat 1).
Kebijakan Teknis Pengawasan 2017
Deputi Bidang Investigasi 16
3) Karena kewajibannya, penyidik mempunyai wewenang
mendatangkan orang ahi yang diperlukan dalam hubungannya
dengan pemeriksaan perkara (pasal 7 ayat 1)
d. Auditor mempunyai keahlian yang diperlukan oleh penyidik yaitu
auditing dan akuntansi.
1) Pasal 179 KUHAP, bahwa auditor sebagai ahli, wajib memberikan
keterangan ahli demi keadilan.
2) Pasal 224 KUHAP, bahwa ahli diancam pidana jika dengan sengaja
tidak memenuhi undang-undang (memberikan keterangan atas
keahliannya)
e. Auditor BPKP termasuk dalam kelompok ahli di bidang auditing dan
akuntansi, dan juga memiliki kewenangan menerapkan keahliannya,
diatur dalam:
1) PP nomor 60 tahun 2008 psl 50 (3)
2) Perpres 192/2014 pasal 2, 27 dan 28.
3) Putusan MK nomor 003/PU-IV/2006 dan Nomor 031/PU-X/2012
4) Perka BPKP Nomor 1314/K/D/2012 tentang PPBI
f. Pemberantasan korupsi melalui strategi edukatif yang selama ini
dilaksanakan melalui Sosialisasi Program Anti Korupsi (SosPAK)
direncanakan akan diterapkan melalui konsep Masyarakat Pembelajar
Anti Korupsi (MPAK).
Deputi Bidang Investigasi BPKP menyadari bahwa kegiatan sosialisasi
program anti korupsi (SosPAK) yang telah dilaksanakan oleh BPKP sejak
tahun 2004 sampai dengan 2016 kurang dapat diyakini telah berdampak
terhadap perubahan perilaku anti korupsi baik terhadap kelompok
sasaran (focus group) maupun masyarakat secara umum. Selain itu,
kegiatan SosPAK kurang dapat diukur dan dinilai kontribusinya
terhadap pencapaian tujuan strategis BPKP terutama tujuan
“peningkatan kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan dan
pembangunan nasional yang bersih dan efektif” dan “peningkatan
efektivitas penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah”.
Sehubungan dengan hal tersebut, Deputi Bidang Investigasi bermaksud
memperluas dan mempertajam strategi edukatif anti korupsi dengan
Kebijakan Teknis Pengawasan 2017
Deputi Bidang Investigasi 17
mengimplementasikan konsep masyarakat pembelajar (learning society)
yangselaras dengan strategi BPKP sebagaimana tertuang dalam
Perencanaan Strategis 2019- 2024 dan terintegrasi dengan strategi
pengembangan Deputi Bidang Investigasi sebagai Pusat Keunggulan
Solusi Kecurangan.
Konsep masyarakat pembelajar anti korupsi akan dilaksanakan melalui:
1) Kegiatan pelatihan dalam bentuk: sosialisasi/ seminar/workshop
anti korupsi, iklan layanan masyarakat
2) Kegiatan fasilitatif dalan bentuk: bimbingan konsulasi
pengembangan perilaku dan sistem whistleblowing, dan bimbingan
konsultasi pengembangan partisipasi publik dalam pengawasan
pembangunan.
g. Deputi Bidang Investigasi melakukan pengendalian yang memadai
terhadap setiap penugasan bidang investigasi terutama untuk penugasan
yang sudah melampaui batas waktu dan kasus-kasus yang
strategis/current issue. Fungsi ini dilaksanakan melalui jenis kegiatan
pemantauan/monotoring/quality assurance. Tim Quality Assurance
mengidentifikasi hambatan dan kendala yang dihadapi serta
memberikan arahan, petunjuk, dan mencari jalan keluar untuk
menyelesaikan hambatan tersebut.
h. Deputi Bidang Investigasi merencanakan akan membangun aplikasi
informasi keinvestigasian, yaitu suatu aplikasi yang diharapkan dapat
mengolah data yang dapat menghasilkan rekomendasi strategis.
Rekomendasi strategis investigasi diharapkan bisa menghilangkan fraud
dan meminimalisir dampak fraud.
Sehubungan dengan hal ini, akan akan dilaksanakan:
1) Pengadaan sarana prasarana terkait pengelolaan informasi
keinvestigasian
2) Penyusunan SOP pengelolaan informasi keinvestigasian
3) Pelatihan kepada personel pengelolaan informasi keinvestigasian
i. Revisi Pedoman Penugasan Bidang Investigasi (PPBI)
Kebijakan Teknis Pengawasan 2017
Deputi Bidang Investigasi 18
Pedoman Pengelolaan Kegiatan Bidang Investigasi (PPKBI) yang saat ini
sedang disusun merupakan tindak lanjut atas terbitnya Perpres Nomor
192 Tahun 2014 tentang BPKP yang menempatkan BPKP sebagai auditor
intern pemerintah yang bertanggung jawab langsung kepada presiden.
Hal penting dari Perpres 192 Tahun 2014 adalah penegasan BPKP
sebagai auditor intern bagi pemerintah. Dengan demikian penugasan
bidang investigasi dilakukan dalam kerangka memenuhi peran sebagai
auditor intern pemerintah. Hasil audit harus dapat memberikan nilai
tambah bagi pemerintah untuk melakukan perbaikan proses manajemen
pemerintahan meliputi tatakelola, manajemen risiko dan pengendalian
internal.
PPKBI disusun dalam format 3 (tiga) kelompok yaitu:
1) Kelompok 1 (Kajian Akademis) merupakan tinjauan literatur ilmiah
yang menjadi landasan teoritis untuk menjawab pertanyaan
“mengapa” atas apa yang dilaksanakan oleh Deputi Bidang
Investigasi dalam rangka memenuhi tugas dan fungsi sebagaimana
diamanahkan dalam perpres 192 tahun 2014.
2) Kelompok 2 (Pedoman Manajerial) merupakan penjelasan tentang
peran investigasi yang memuat eksistensi dan ekspektasi,
mendefinisikan investigasi berikut arah dan tujuannya, bagaimana
merealisasikan ekspektasi meliputi pelaksanaan peran
keinvestigasian dan tindakan yang menghasilkan informasi yang
bermanfaat di level pemerintah. Pedoman manajerial dirancang
untuk mengantisipasi dinamika lingkungan sehingga bersifat
mudah untuk direvisi.
3) Kelompok 3 (Pedoman Operasional) merupakan penjelasan teknis
atas apa yang disajikan di kelompok 2. Pedoman operasional berisi
prosedur operasi standar pelaksanaan peran keinvestigasian secara
menyuluru sampai pada peran dukungan untuk menghasilkan
informasi strategis bagi para pemangku kepentingan. Karena
sifatnya teknis, materi pada kelompok 3 dirancang untuk tidak
mudah dilakukan perubahan.
j. Revisi Pedoman Fraud Control Plan (FCP)
Kebijakan Teknis Pengawasan 2017
Deputi Bidang Investigasi 19
Hasil kajian atas FCP menunjukkan penyebab fraud dari aspek manusia
dengan karakteristik tersembunyi menjadikan FCP tidak sepenuhnya
mampu mendeteksi dan mencegah korupsi dalam bentuk
penyalahgunaan wewenang. Berbagai kasus pungutanliar, suap,
gratifikasi, dan pemerasan sebagai panduan dari pemufakatan jahat,
tidak dapat dideteksi dengan model penilaian risiko fraud FCP.
Sehubungan dengan hal tersebut, Deputi Bidang Investigasi akan:
1) Melakukan penyempurnaan pedoman teknis implementasi FCP pada
tahapan penilaian risiko fraud dengan metode identifikasi dan
analisis risiko.
2) Mengusulkan penerbitan pedoman teknis implementasi FCP kepada
Kepala BPKP.
3) Menyusun kerangka acuan kerja integrasi FCP pada sistem
pengendalian yang sudah ada.
4) Menyelenggarakan FCP dengan tahapan penilaian risiko fraud yang
berfokus pada penyalahgunaan wewenang.
k. Peningkatan kompetensi APIP
Deputi Bidang Investigasi berperan dalam peningkatan kapabilitas APIP
di bidang keinvestigasian melalui workshop keinvestigasian. APIP yang
diberikan workshop keinvestigasian adalah APIP pada level 1 dan level
2. Deputi Bidang Investigasi sedang mengembangkan materi workshop
level dasar, menengah dan lanjut untuk APIP tersebut.
Untuk meningkatkan kompetensi APIP, materi atau kurikulum
peningkatan kompetensi audit investigatif berbasis laboratorium bagi
APIP adalah sebagai berikut:
1) Materi atau Kurikulum Dasar, meliputi:
a) Pengantar audit investigatif
b) Pengantar hukum
c) Pengantar fraud dan TPK
d) Pengantar hukum pembuktian
e) Proses penerimaan informasi dan telaah informasi
f) Penyusunan hipotesis dan perencanaan audit investigatif
g) Dasar-dasar Tehnik Wawancara Investigatif
Kebijakan Teknis Pengawasan 2017
Deputi Bidang Investigasi 20
h) Evaluasi Bukti dan Laporan Hasil Audit
i) Studi Kasus dan simulasi
2) Materi atau Kurikulum Lanjutan, meliputi:
a) Audit Investigatif
b) Hukum Perdata, Pidana dan Administrasi
c) Fraud dan TPK
d) Hukum Pembuktian
e) Proses penerimaan informasi dan Telaah informasi
f) Penyusunan Hipotesis dan Perencanaan Investigasi
g) Wawancana Investigatif
h) Evaluasi Bukti dan Laporan Hasil Audit
i) Studi Kasus dan simulasi
3) Materi atau Kurikulum Ahli, meliputi:
a) Manajemen Audit Internal
b) Hukum Perdata, Pidana dan AP
c) Fraud dan TPK
d) Hukum Pembuktian
e) Manajemen Audit Investigatif
f) Wawancara Investigatif
g) Komunikasi dan Jaringan Kerja
h) Studi Kasus dan simulasi
l. Pendaftaran Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI), Hak Paten, Hak
Cipta, Merk
Deputi Bidang Investigasi merencanakan untuk mematenkan produk
keinvestigasian ke Direktorat Jenderal Hak dan Kekayaan Intelektual,
Kementerian Hukum dan HAM.
Produk-produk yang akan didaftarkan hak ciptanya adalah :
1) CITRA (PenCegahan PenyImpangan melalui IdenTifikasi Risiko
PengAnggaran).
2) Fraud Control Plan (FCP) atas Risiko Penyalahgunaan Wewenang.
Berdasarkan Jatekwas ini, Direktorat di Lingkungan Deputi Bidang
Investigasi menyusun Kerangka Acuan Pengawasan (KAP) untuk
Kebijakan Teknis Pengawasan 2017
Deputi Bidang Investigasi 21
memberikan arah pelaksanaan kegiatan pengawasan dan agar rencana
kegiatan pengawasan dapat dilaksanakan dengan baik.
Lampiran 1
Jumlah SDM pada Direktorat di Lingkungan Deputi Bidang Investigasi dan BidangInvestigasi Perwakilan BPKP adalah sebagai berikut:
No. Uraian Jumlah SDM1. Direktorat Investigasi Instansi Pemerintah
a. Pejabat Struktural 4b. Fungsional Auditor
Auditor MadyaAuditor MudaAuditor PertamaAuditor PenyeliaAuditor Pelaksana lanjutanAuditor Pelaksana
488112
c. Fungsional Umum 62. Direktorat Investigasi BUMN dan BUMD
a. Pejabat Struktural 3b. Fungsional Auditor
Auditor MadyaAuditor MudaAuditor PertamaAuditor PenyeliaAuditor Pelaksana
66621
c. Fungsional Umum 83. Direktorat Investigasi Hambatan Kelancaran
Pembangunana. Pejabat Struktural 3b. Fungsional Auditor
Auditor MadyaAuditor MudaAuditor PertamaAuditor Pelaksana
6471
c. Fungsional Umum 74. Bidang Investigasi Perwakilan BPKP
Kepala/Koordinator Pengawasan BidangInvestigasi
33
Fungsional AuditorAuditor MadyaAuditor MudaAuditor Pertama
91106109
Lampiran 1
No. Uraian Jumlah SDMAuditor PenyeliaAuditor Pelaksana Tingkat LanjutanAuditor PelaksanaAuditor Terampil
2772172
Jumlah 565
Lampiran 2
Rincian kegiatan pengawasan dan jenis pengawasan adalah sebagai berikut:
No. Kegiatan Pengawasan Jenis Pengawasan JumlahPenugasan
1 Pengendalian/PelaksanaanPengawasan InternAkuntabilitasPengelolaan KeuanganNegara danPembangunan Nasionalserta PembinaanPenyelenggaraan SPIPterkait Investigasi padaKementerian/ Lembaga
Audit investigatif 2Audit dalam rangkapenghitungan kerugiankeuangan negara
6
Pengumpulan dan EvaluasiBukti Dokumen Elektronik(PEBDE) (Komputer Forensik)
4
Pemberian Keterangan Ahli 14Fraud Control Plan (FCP) 1Pemantauan/ monitoring/QA 49Reviu/kajian 12Sosialisasi 2Pemberian rekomendasistrategis Proyek StrategisNasional Bidang Investasi danTransportasi
1
Jumlah penugasan 912 Pengendalian/
PelaksanaanPengawasan InternAkuntabilitasPengelolaan KeuanganNegara danPembangunan Nasionalserta PembinaanPenyelenggaraan SPIPterkait Investigasi padaBUMN/D
Audit investigatif 4Audit dalam rangkapenghitungan kerugiankeuangan negara
4
Pemberian Keterangan Ahli 14Fraud Control Plan (FCP) 1Pemantauan/ monitoring/QA 20Reviu/kajian 4Pemberian rekomendasistrategis atas pembelian gasoleh BUMD
1
Jumlah penugasan 483 Pengendalian/Pelaksan
aan Pengawasan InternAkuntabilitasPengelolaan KeuanganNegara dan
Evaluasi HKP 4Audit penyesuaian harga 3Audit klaim 2Pemantauan/ monitoring/QA 25Reviu/kajian 2
Lampiran 2
No. Kegiatan Pengawasan Jenis Pengawasan JumlahPenugasan
Pembangunan Nasionalserta PembinaanPenyelenggaraan SPIPterkait HambatanKelancaranPembangunan
Pemberian rekomendasistrategis terhadappermasalahan kecukupanpenyediaan energi listrik
1
Jumlah penugasan 374 Kegiatan pengawasan
Bidang InvestigasiPerwakilan BPKP
Audit investigatif 98Audit dalam rangkapenghitungan kerugiankeuangan negara
223
Pemberian Keterangan Ahli 383Fraud Control Plan (FCP) 65Evaluasi HKP 27Audit penyesuaian harga 23Audit klaim 12Sosialisasi 66Pengawasan atas current issues 33Pemberian rekomendasistrategis
77
Jumlah penugasan 984Total penugasan 1.160
Top Related