BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar...

134

Transcript of BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar...

Page 1: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export
Page 2: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

1ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan II - 2007

SUSUNAN PENGURUSBULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN

Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan MoneterBank Indonesia

PelindungPelindungPelindungPelindungPelindungDewan Gubernur Bank Indonesia

Dewan EditorDewan EditorDewan EditorDewan EditorDewan EditorProf. Dr. Anwar Nasution

Prof. Dr. Miranda S. GoeltomProf. Dr. Insukindro

Prof. Dr. Iwan Jaya AzisProf. Iftekhar HasanDr. M. Syamsuddin

Dr. Perry WarjiyoDr. Halim Alamsyah

Dr. Iskandar SimorangkirDr. Solikin M. JuhroDr. Haris Munandar

Dr. Andi M. Alfian Parewangi

Pimpinan EditorialPimpinan EditorialPimpinan EditorialPimpinan EditorialPimpinan EditorialDr. Perry Warjiyo

Dr. Iskandar Simorangkir

Direktur EksekutifDirektur EksekutifDirektur EksekutifDirektur EksekutifDirektur EksekutifDr. Andi M. Alfian Parewangi

SekretariatSekretariatSekretariatSekretariatSekretariatToto Zurianto, MBA

MS. Artiningsih, MBA

Buletin ini diterbitkan oleh Bank Indonesia, Direktorat Riset Ekonomidan Kebijakan Moneter. Isi dan hasil penelitian dalam tulisan-tulisandibuletin ini sepenuhnya tanggung jawab para penulis dan bukanmerupakan pandangan resmi Bank Indonesia.

Kami mengundang semua pihak untuk menulis pada buletin inipaper dikirimkan dalam bentuk file ke Direktorat Riset Ekonomi danKebijakan Moneter, Bank Indonesia Gedung Sjafruddin Prawiranegara Lt. 20;Jl. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta Pusat, email : [email protected]

Buletin ini diterbitkan secara triwulan pada bulan April, Juli, Oktober danJanuari, bagi yang ingin memperoleh terbitan ini dapat menghubungiSeksi Publikasi - Bagian Administrasi, Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter,Bank Indonesia Gedung Sjafruddin Prawiranegara Lt. 2; Jl. M.H. Thamrin No. 2,Jakarta Pusat, telp. (021) 381-8206. Untuk permohonan berlangganan:telp. (021) 3818202, fax. (021) 3802283, email: [email protected].

Page 3: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

BULETIN EKONOMI MONETERDAN PERBANKAN

Volume 13, Nomor 1, Juli 2010

Analisis Triwulanan: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

Triwulan II - 2010

Tim Penulis Laporan Triwulanan, Bank Indonesia

Perdagangan Bebas Regional Dan Daya Saing Ekspor: Kasus Indonesia

Amalia Adininggar Widyasanti

Dampak Pelaksanaan ACFTA Terhadap Perdagangan Internasional Indonesia

Ibrahim, Meily Ika Permata, Wahyu Ari Wibowo

Apakah ACFTA Merupakan Strategi Yang Tepat Untuk Penuntasan Kemiskinan Yang

Berkesinambungan?: Bukti Dari Penurunan Tingkat Simpanan

Bagus Arya Wirapati, Niken Astria Sakina Kusumawardhani

Making East Asian Regionalism Works

Fithra Faisal Hastiadi

5

75

109

1

23

Page 4: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export
Page 5: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

1ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan II - 2010

Perekonomian Indonesia pada triwulan II-2010 menunjukkan penguatan ekonomi yang

terus berlanjut. Optimisme tersebut didukung oleh kinerja investasi dan ekspor yang tumbuh

lebih tinggi, seiring dengan perbaikan ekonomi global. Kondisi perekonomian yang semakin

menunjukkan suasana optimis tersebut mendukung prospek ekonomi lebih baik dari perkiraan

semula. Perekonomian Indonesia di tahun 2010 diperkirakan tumbuh menuju batas atas kisaran

5,5%-6,0% dan pada tahun 2011 mencapai 6,0%-6,5%. Dari sisi harga, tekanan inflasi

sepanjang triwulan II-2010 menunjukkan peningkatan yang disebabkan oleh kelompok volatile

food, yaitu dari aneka bumbu dan beras. Sementara itu, kelompok administered prices dan

inflasi inti memberi kontribusi yang menimal terhadap perkembangan harga sepanjang triwulan

II-2010. Dengan demikian, secara keseluruhan tahun, inflasi IHK tahun 2010 akan tetap berada

pada kisaran sasaran inflasi sebesar 5%±1%.

Pemulihan ekonomi global masih terus berlanjut, meskipun diwarnai tekanan di pasar

keuangan global dan kekhawatiran terhadap sustainabilitas pemulihan ekonomi Eropa. Laju

pemulihan ekonomi global pada triwulan II-2010 diperkirakan moderat dibandingkan dengan

triwulan I-2010. Meskipun demikian, perkembangan tersebut tetap menimbulkan optimisme

yang positif terhadap proses pemulihan global. Kondisi tersebut didukung oleh membaiknya

kondisi di negara maju, terutama Amerika Serikat (AS) dan Jepang, serta sejumlah negara di

Asia. Di kawasan Asia, pertumbuhan ekonomi menunjukkan peningkatan kecuali China yang

sedikit melambat, terkait kebijakan yang ditempuh pemerintah China untuk mengatasi gejala

overheating. Krisis Eropa memicu tekanan di pasar keuangan global sepanjang triwulan II-

2010, tercermin dari anjloknya bursa saham global dan melonjaknya Credit Default Swap (CDS)

serta yield spread PIIGS (Portugal, Italy, Ireland, Greece, and Spain). Di Asia, flight to quality

terindikasi dari posisi jual neto investor asing di bursa saham, pelemahan mata uang regional,

serta meningkatnya CDS sovereign. Sejauh ini dampak krisis di Eropa lebih banyak terasa pada

tekanan di pasar keuangan global dan belum berpengaruh signifikan terhadap prospek

pemulihan ekonomi global secara keseluruhan. Berbagai upaya yang ditempuh negara yang

ANALISIS TRIWULANAN:Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,

Triwulan II - 2010

Tim Penulis Laporan Triwulanan, Bank Indonesia

Page 6: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

2 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

mengalami krisis di Eropa seperti austerity program, bantuan European Union (EU) dan

International Monetary Fund (IMF) sejauh ini mampu meredam gejolak pasar keuangan global

yang terjadi sepanjang triwulan II-2010.

Kinerja ekonomi domestik triwulan II-2010 diperkirakan lebih baik dari proyeksi

sebelumnya. Pada triwulan II-2010, ekonomi domestik diperkirakan tumbuh 6,0%, lebih tinggi

dari proyeksi sebelumnya sebesar 5,7%. Optimisme tersebut didukung oleh kinerja investasi

yang tumbuh lebih tinggi. Pertumbuhan investasi diperkirakan mencapai 10% (yoy) pada triwulan

II-2010, sebagai respons dari permintaan domestik dan eksternal yang semakin kuat. Iklim

investasi yang lebih baik juga didukung oleh sovereign credit rating Indonesia yang terus

meningkat sejalan dengan semakin membaiknya fundamental ekonomi. Secara sektoral, kinerja

ekonomi tahun 2010 terutama didukung oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran serta

sektor pengangkutan dan komunikasi. Akselerasi perekonomian domestik yang lebih tinggi

membutuhkan dukungan terutama terkait implementasi percepatan program-program

infrastruktur.

Pertumbuhan ekonomi yang terus membaik, tercermin pula pada pertumbuhan ekonomi

daerah yang terus menguat. Kinerja perekonomian daerah terutama ditopang oleh

perekonomian di Jakarta, Jawa Bagian Barat, Jawa Bagian Timur serta Sulawesi, Maluku dan

Papua. Kinerja perkembangan ekonomi daerah yang membaik tersebut terutama didukung

oleh membaiknya kinerja konsumsi, investasi dan ekspor. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga

di daerah yang tetap kuat ditunjukkan oleh pertumbuhan kredit konsumsi yang meningkat,

pertumbuhan penjualan eceran yang tetap tinggi, dan stabilnya nilai tukar petani di berbagai

wilayah. Selain itu, penyelenggaraan Pilkada, yang terkonsentrasi di triwulan II-2010, berperan

pula dalam meningkatkan konsumsi daerah. Dari sisi investasi, peningkatan terutama terjadi

pada investasi bangunan. Kegiatan investasi bangunan yang tumbuh cukup tinggi terjadi di

Sumatera, Jakarta serta Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Kegiatan investasi bangunan di daerah-

daerah tersebut terutama pada sektor properti untuk komersial dan residensial. Dari sisi ekspor,

pertumbuhan yang tetap tinggi terjadi di Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua dan Sumatera

untuk komoditas hasil tambang dan Jakarta serta Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara untuk produk

manufaktur.

Dari sisi harga, tekanan inflasi sepanjang triwulan II-2010 menunjukkan peningkatan

yang bersumber dari faktor nonfundamental. Kenaikan harga komoditas bumbu-bumbuan

dan beras sepanjang triwulan II-2010 memberi tekanan pada inflasi IHK cukup signifikan. Inflasi

IHK pada Juni 2010 tercatat sebesar 0,97 (mtm), lebih tinggi dari bulan-bulan sebelumnya

yaitu 0,15% di Mei dan -0,14% di April 2010. Dengan perkembangan tersebut, selama triwulan

II-2010 inflasi IHK tercatat sebesar 1,41 (qtq) atau mencapai 5,05% (yoy), meningkat signifikan

Page 7: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

3ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan II - 2010

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 0,99% (qtq) atau 3,43% (yoy).

Tingginya inflasi komoditas bahan makanan terjadi karena kendala pasokan yang dipicu oleh

gangguan produksi dan distribusi akibat tingginya curah hujan di beberapa daerah. Sementara

itu, perkembangan harga kelompok administered prices berdampak relatif kecil pada inflasi

IHK. Dari sisi faktor fundamental, tekanan inflasi inti masih relatif rendah, ditopang oleh

terkendalinya ekspektasi inflasi, minimalnya tekanan eksternal dan masih memadainya respons

penawaran terhadap kenaikan permintaan. Meskipun tekanan inflasi pada triwulan II-2010

meningkat, secara keseluruhan tahun inflasi IHK diperkirakan akan tetap berada pada kisaran

sasaran inflasi 5%±1%.

Kondisi ekonomi global yang semakin kondusif dan fundamental ekonomi domestik yang

cukup kuat mendukung neraca pembayaran Indonesia (NPI) triwulan II-2010 tetap solid. Transaksi

berjalan diperkirakan mencatat surplus, terutama disebabkan oleh perbaikan ekonomi global

yang terus berlanjut dan tren kenaikan harga komoditas global. Dari sisi neraca transaksi modal

dan finansial (TMF) triwulan II-2010 diperkirakan juga mencatat surplus. Surplus neraca TMF

didukung oleh kembali masuknya arus modal asing sejalan dengan gejolak pasar keuangan

global yang mereda dan perbaikan outlook credit rating Indonesia. Dengan perkembangan

tersebut cadangan devisa pada akhir Juni 2010 mencapai 76,3 miliar dolar AS, atau setara

dengan 5,9 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah.

Sejalan dengan kinerja NPI yang solid dan faktor risiko yang terjaga, nilai tukar rupiah

berada pada tren menguat. Jika dibandingkan dengan triwulan I-2010, secara rata-rata rupiah

menguat sebesar 1,58% (qtq), mencapai Rp9.110 per dolar AS. Penguatan rupiah pada triwulan

II-tersebut diikuti oleh volatilitas yang turun dari 0,57% pada triwulan I-2010 menjadi 0,47%

pada triwulan II-2010. Pada akhir triwulan II-2010 rupiah ditutup pada level Rp9.060 per dolar

AS, atau menguat 0,33% (ptp) dibandingkan dengan triwulan I-2010. Paket kebijakan yang

dikeluarkan Bank Indonesia pada tanggal 15 Juni 2010 secara umum direspons positif oleh

pelaku pasar baik domestik maupun internasional sehingga tekanan terhadap nilai tukar rupiah

mereda, dan semakin memperkuat manajemen moneter dan pendalaman pasar keuangan.

Kinerja pasar keuangan secara keseluruhan pada triwulan II-2010 membaik, meski sempat

tertekan pada Mei 2010. Kondisi pasar SUN dan pasar modal berangsur membaik, setelah

sempat tertekan sentimen negatif krisis utang di Eropa pada Mei 2010. Membaiknya pasar

modal dan SUN pada triwulan II-2010 ditopang oleh kembali masuknya dana investor asing

dan meredanya tekanan bubble di pasar saham. Di pasar uang antarbank, kondisi likuiditas

selama triwulan II-2010 cukup baik. Pelebaran koridor suku bunga PUAB O/N per 17 Juni 2010

berdampak pada penurunan suku bunga PUAB O/N. Sejalan dengan perbaikan kondisi global

dan fundamental domestik, transmisi kebijakan moneter terus membaik. Hal tersebut tercermin

Page 8: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

4 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

dari penurunan suku bunga deposito dan kredit, serta pertumbuhan kredit yang meningkat

diperkirakan mencapai 18,6% pada Juni 2010.

Di sisi mikro perbankan, kondisi perbankan nasional tetap stabil. Hal itu tercermin dari

masih terjaganya rasio kecukupan modal (CAR) per Mei 2010 sebesar 17,8%. Sementara itu,

rasio gross non-performing loan (NPL) tetap terkendali pada 3,6% dengan rasio neto sebesar

1%. Selain itu likuiditas perbankan, termasuk likuiditas di pasar uang antar bank kian membaik

dan dana pihak ketiga (DPK) yang masih meningkat.

Dengan mempertimbangkan bahwa tingkat BI Rate 6,5% masih konsisten dengan sasaran

inflasi tahun 2010 sebesar 5%±1% dan arah kebijakan moneter saat ini juga dipandang masih

kondusif bagi proses pemulihan perekonomian di tengah masih tingginya risiko global yang

bersumber dari krisis utang di sejumlah negara Eropa, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia

pada 5 Juli 2010 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada level 6,5% dengan koridor

suku bunga PUAB O/N sebagai sasaran operasional kebijakan moneter sebesar ±100 bps.

Page 9: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

5Perdagangan Bebas Regional Dan Daya Saing Ekspor: Kasus Indonesia

PERDAGANGAN BEBAS REGIONAL DAN DAYA SAING EKSPOR:

KASUS INDONESIA

Amalia Adininggar Widyasanti 1

IIIIIndonesia has involved in quite many regional trade agreements, since more than a decade ago.

Theoritically, Free Trade Agreements (FTAs) are very beneficial to the countries, as resources are more

efficiently allocated due to production specialization. However, presence of asymmetric information, market

inefficiency, and economic distortion in the real world have led to a deviation of FTAs benefits from its

theoritical framework. This paper studies whether Indonesian export competitiveness is improving after

Indonesia involves in ASEAN Free Trade Agreement (AFTA) and ASEAN-Cina Free Trade Agreement (ACFTA).

Export competitiveness are measured by some trade indicators, such as: trade intensity index, market

share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export products. The indices are

compared across ASEAN countries and Cina to reveal: (i) which products are gaining or losing

competitiveness in ASEAN and Cina markets; and (ii) which countries are becoming Indonesian main

competitors in ASEAN and Cina markets. Additionally, this paper ends up with some policy

recommendations that Indonesia should undertake to improve competitiveness of its products in ASEAN

and Cina markets.

JEL ClassificationJEL ClassificationJEL ClassificationJEL ClassificationJEL Classification: R11, F16

Keywords: FTA, export competitiveness, Indonesia.

1 Amalia Adininggar Widyasanti merupakan Wakil Direktur Perdagangan di Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional. Iameraih gelar PhD di bidang Ekonomi dari University of Melbourne, Australia. Semua pendapat dan opini yang tercantum dalammakalah ini merupakan pandangan pribadi dan tidak merepresentasikan kebijakan dari Kemeneg PPN.

Abstract

Page 10: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

6 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

I. PENDAHULUAN

Menurut teori dagang internasional, FTA diterima karena keuntungan yang diperoleh

oleh negara-negara yang terlibat dari perdagangan ini, yang berasal dari konsep keuntungan

komparatif. Sebuah negara akan mengkhususkan diri dalam menghasilkan suatu produk jika

memiliki keuntungan komparatif. Dengan pengkhususan macam ini, secara umum dunia dapat

mengembangkan keluaran dunia total (total world output) dengan jumlah sumber daya yang

sama, dan pada saat yang sama efisiensi ekonomi akan terus meningkat. Hasilnya, secara

teoritis, sebuah FTA dapat menjamin bahwa negara-negara yang terlibat dalam kesepakatan

ini, akan memperoleh keuntungan dari hasil terbentuknya perdagangan (trade creation) dan

pengalihan dagang (trade diversion).

Tren terbaru dari FTA menunjukkan bahwa banyak negara-negara di dunia telah terlibat

di berbagai perjanjian dagang, baik perjanjian dagang bilateral maupun regional. Grafik II.1

menunjukkan adanya peningkatan jumlah FTA secara signifikan sejak tahun 2002

Grafik II.1:Perkembangan FTA di Dunia (1991-2010)

Data di atas juga menunjukkan bahwa hingga saat ini FTA di dunia berjumlah 221, naik

sebanyak 152 perjanjian dari tahun 2002, yang hanya berjumlah 69 perjanjian. Jumlah perjanjian

bilateral dan regional meningkat dikarenakan keduanya merupakan opsi terbaik kedua bagi

FTA setelah perjanjian multilateral. Namun karena implementasi dari perjanjian multilateral

sulit untuk sepenuhnya diterapkan, banyak negara lebih memilih perjanjian bilateral dan regional

untuk memperluas perdagangan dan memperkuat hubungan ekonomi dengan negara lain

Gambar kedua menunjukkan klasifikasi FTA kedalam perjanjian bilateral dan plurilateral.

Perjanjian bilateral mengacu pada preferential trading arrangement (perjanjian dagang pilihan)

Jumlah FTA

250

200

150

100

50

0

221210

195

134

94

8

69

«93«92«91 «04«95«94 «03«02«01«00«99«98«97«96 «05 «06 «08 «09«07 «10

Sumber: Database Pusat Integrasi Regional Asia , ADB (telah dimodifikasi)

Page 11: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

7Perdagangan Bebas Regional Dan Daya Saing Ekspor: Kasus Indonesia

yang melibatkan dua pihak. Sebaliknya perjanjian plurilateral merupakan preferential trading

arrangement yang melibatkan lebih dari dua pihak. Berdasarkan gambar di bawah, bisa dilihat

bahwa perjanjian bilateral lebih mendominasi dibandingkan perjanjian multilateral, yang meliputi

77% dari total 221 perjanjian di tahun 2009. Hanya 23% dari seluruh perjanjian ini yang

bersifat plurilateral.

Grafik II.2:Klasifikasi Perjanjian Dagang

Indonesia telah banyak terlibat dalam berbagai perjanjian dagang. Hingga saat ini,

Indonesia telah memiliki 7 perjanjian yang sudah berjalan, dan 8 perjanjian yang masih dalam

tahap negosiasi atau studi lanjut. Tabel II.2 memperlihatkan FTA yang melibatkan Indonesia

Makalah ini akan fokus dalam menganalisis daya saing dari produk ekspor Indonesia

setelah diterapkannya ASEAN Free Trade Area (AFTA) and ASEAN-Cina Free Trade Area (ACFTA).

Alasan mengapa kedua FTA ini dipilih karena: (i) ASEAN dan Cina adalah pasar ekspor utama

Indonesia; dan (ii) Negara-negara ASEAN merupakan pesaing utama Indonesia dalam pasar ini.

Sumber: Database Pusat Integrasi Regional Asia , ADB (telah dimodifikasi)

51(23%)

170(77%)

BILATERAL

PLURILATERAL

Page 12: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

8 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

II. INDONESIA DIANTARA AFTA DAN ACFTA

II.1. ASEAN Free Trade Area (AFTA)

Para kepala negara dan pemerintahan ASEAN telah setuju untuk membentuk ASEAN

Free Trade Area atau AFTA pada bulan Januari 1992. Tujuan dari AFTA adalah menghilangkan

batasan tarif diantara negara-negara Asia Tenggara dengan visi mengintegrasikan ekonomi

ASEAN ke dalam satu dasar produksi dan menciptakan pasar regional, yang akan ditempuh

melalui penghapusan tarif intra-regional dan batasan non-tarif. ASEAN Free Trade Area atau

AFTA dianggap sebagai wujud integrasi ekonomi ASEAN. AFTA mulai diimplementasikan sejak

Januari 1993. Daftar pengurangan tarif untuk AFTA dibuat dibawah skema CEPT (Common

Effective Preferential Tariff/ Tarif Umum Efektif Yang Dipilih) dan daftar penurunan tarif untuk

ASEAN-6 lebih maju dibandingkan negara-negara CMLV (Kamboja, Myanmar, Laos, dan

Vietnam). Dibawah skema CEPT, semua produk dikategorikan dalam 5 kelompok: Produk Inklusif/

Inclusion List (IL), Produk Sensitif/Sensitive List (SL), Produk Sangat Sensitif/Highly Sensitive List

(HSL), Produk Eksklusif Sementara/Temporary Exclusion List (TEL), and Daftar Pengecualian

Umum/General Exception List (GEL)

Untuk Indonesia, jumlah batasan tarif yang dimasukkan dalam skema CEPT sebanyak

11.153 buah dimana 98.9%-nya atau 11.028 batasan tarif dimasukkan ke dalam Inclusion

Tabel II.1Daftar FTA yang Melibatkan Indonesia

No Nama Perjanjian Status

Sumber: Database Pusat Integrasi Regional Asia , ADB (telah dimodifikasi)

ASEAN Free Trade Area

ASEAN-Australia and New Zealand Free Trade Agreement

ASEAN-India Regional Trade and Investment Area

ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership

ASEAN-Korea Comprehensive Economic Cooperation Agreement

Japan-Indonesia Economic Partnership Agreement

ASEAN - China Comprehensive Economic Cooperation Agreement

ASEAN-EU Free Trade Agreement

Comprehensive Economic Partnership for East Asia (CEPEA/ASEAN+6)

East Asia Free Trade Area (ASEAN+3)

India-Indonesia Comprehensive Economic Cooperation Arrangement

Indonesia-Australia Free Trade Agreement

Indonesia-European Free Trade Agreement

Pakistan-Indonesia Free Trade Agreement

United States-Indonesia Free Trade Agreement

Telah berjalan

Telah berjalan

Telah berjalan

Telah berjalan

Telah berjalan

Telah berjalan

Telah berjalan

Dalam tahapan negosiasi

Telah diajukan/dalam tahapan konsultasi dan studi lanjut

Telah diajukan/dalam tahapan konsultasi dan studi lanjut

Telah diajukan/dalam tahapan konsultasi dan studi lanjut

Telah diajukan/dalam tahapan konsultasi dan studi lanjut

Telah diajukan/dalam tahapan konsultasi dan studi lanjut

Dalam tahapan negosiasi

Telah diajukan/dalam tahapan konsultasi dan studi lanjut

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

Page 13: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

9Perdagangan Bebas Regional Dan Daya Saing Ekspor: Kasus Indonesia

List. Sisanya termasuk dalam General Exclusion List dan Sensitive List. Struktur dari tarif Indonesia

yang masuk dalam skema CEPT dapat dilihat pada gambar berikut

Grafik II.3: Struktur dari Tarif Indonesiayang masuk dalam skema CEPT

Grafik II.4: Pertumbuhan Impor dan Tarifdi ASEAN-6

Sumber: Kementerian Keuangan

11.0280

25

100

IL TEL GEL SL/HSL

Impor (Juta $ ) Tarif, %(Rata-rata tertimbang)

Sumber: Database Perdagangan UNCTAD (sudah dimodifikasi)

Import (Juta $)

Tarif (Rata-rata tertimbang)

0

20.000

40.000

60.000

80.000

100.000

120.000

140.000

160.000

180.000

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

«93 «94 «95 «96 «97 «98 «99 «00 «01 «02 «03 «04 «05 «06 «07

Negara-negara anggota ASEAN telah membuat kemajuan yang signifikan dalam

menurunkan tarif intra-regional melalu skema Common Effective Preferential Tariff (CEPT) untuk

AFTA. Lebih dari 99 persen dari produk-produk yang tergolong dalam CEPT Inclusion List (IL)

dari ASEAN-6, yang meliputi Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filippina, Singapura dan

Thailand, telah mengalami penurunan tarif diantara 0-5 persen. Gambar 4 menunjukkan bahwa

impor dari negara-negara ASEAN-6 dari wilayah ini telah meningkat seiring dengan

diturunkannya tarif impor di ASEAN-6.

Page 14: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

10 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

II.1.1 ASEAN-Cina FTA

Dibulan November 2004, dalam acara 10th ASEAN Summit di Vientiane, Laos, para menteri

perekonomian negara-negara ASEAN dan Cina menandatangani Perjanjian Perdagangan Barang/

Agreement on Trade in Goods (TIG) dari Kerangka Perjanjian Kerjasama Ekonomi Komprehensif

(Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation) antara Cina dan ASEAN.

Perjanjian ini dikenal sebagai ASEAN-Cina Free Trade Agreement (ACFTA) yang telah diterapkan

efektif mulai 1 Juli 2005. Dalam perjanjian ini, batasan tarif dibawah modalitas penurunan tarif

diklasifikasikan dalam 3 kelompok: early harvest program, normal track, dan sensitive track.

Tarif yang termasuk dalam Normal Track telah diturunkan secara bertahap dan dieliminasi

berdasarkan daftar berikut (ASEAN-6 dan Cina).

Tabel II.2Modalitas dari Penurunan Tarif Normal-Track untuk ASEAN-6

* The first date of implementation shall be 1 Jully 2005

X > 20% 20 12 5 0

15% < x < 20% 15 8 5 0

10% < x < 15% 10 8 5 0

5% < x < 10% 5 5 0 0

x < 5% Standsill 0 0

X = Applied MFNTariff Rate

ACFTA Preferential Tariff Rate(Not Later than 1 Januari)

2005* 2007* 2009 2010

Grafik II.5:Tarif Impor dan Neraca Dagang ASEAN-6 dan Cina (2000-2007)

Sumber: UNComtrade dan Database Perdagangan UNCTAD

Tarif (Rata-rata Tertimbang), %

Tariff Applied to ASEAN-6 in China Market

Tariff Applied to China in ASEAN-6 Market

0

2

4

6

8

10

12

14

16

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

2008

2007

2006

2005

2004

2003

2002

2001

2000

-15000 -10000 -5000 0 5000

Trade Balance of Indonesia With China

Trade Balance of ASEAN-6 With China

Neraca Perdagangan (Juta $)

Page 15: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

11Perdagangan Bebas Regional Dan Daya Saing Ekspor: Kasus Indonesia

Namun penurunan tarif dari kelompok Sensitive Tracks akan mulai diimplementasikan

pada tahun 2012, dan akan mengalami penurunan sebesar 0-5% tidak lewat dari tanggal 1

Januari 2018. Selanjutnya tarif dari produk dibawah High Sensitive List tidak akan melebihi

50% dimulai pada tahun 2015.

Grafik diatas memperlihatkan bahwa weighted-average tariff telah mengalami penurunan

baik di pasar ASEAN-6 dan Cina. Tampak defisit pada neraca perdagangan dari ASEAN-6 dengan

Cina cenderung meningkat, yang mengindikasikan bahwa impor dari ASEAN-6 naik secara

cepat dibandingkan volume ekspor ke pasar Cina. Disisi lain, neraca perdagangan total antara

Indonesia cenderung surplus. Namun hal ini tidak berlaku bagi neraca perdagangan non-migas

antara Indonesia dengan Cina dimana neraca perdagangan ini mulai mengalami defisit sejak

tahun 2005. Sehingga dapat dikatakan perdagangan Indonesia dengan Cina mengalami surplus

dikarenakan adanya surplus dalam jumlah besar dalam perdagangan minyak dan gas dari

Indonesia ke Cina.

III. COMPETITIVENESS INDICATORS

Sejumlah literature (Ng, 2002; Mikic, 2005; ITC Market Analysis Section, 2000; World

Bank Institute, 2010) telah menyediakan beberapa indikator dan petunjuk yang umum digunakan

dalam analisis perdagangan internasional. Namun paper ini menggunakan indikator kemampuan

kompetisi yang dianggap praktis dalam menganalisis apakah produk Indonesia semakin

kompetitif, atau sebaliknya, setelah AFTA dan ACFTA diterapkan. Indikator yang digunakan

Grafik II.6: Neraca Perdagangan Non-Migasantara Indonesia dan Cina (2004-2010)

Sumber: Departemen Perdagangan (telah mengalami modifikasi)

2008

2007

2006

2005

2004

2003

2002

-8.000.000 -6.000.000 -4.000.000 -2.000.000 0 2.000.000

Trade Balance Indonesia with China

Trend of Trade Balance

Page 16: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

12 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

adalah indeks intensitas ekspor (export intensity index), pangsa pasar (market share), dan RCA

dinamis (dynamic RCA)

Indeks intensitas ekspor adalah ukuran penentu apakah satu negara mengekspor ke satu

negara tujuan lain lebih banyak atau lebih sedikit dibandingkan negara-negara lain di dunia.

Persamaannya dapat dirumuskan sebagai berikut:

%100×=j

ij

ijM

XMS

dimana xij merupakan nilai dolar dari ekspor negara/region i ke negara/region j, X

im adalah

nilai dollar dari ekspor negara/region i ke penjuru dunia, xmj

adalah nilai dollar dari ekspor dunia

ke negara/region j, dan Xmm

adalah nilai dollar dari ekspor pasar. Nilai indeks jika lebih besar dari

1 (>1) mengindikasikan bahwa laju perdagangan antar negara/region lebih besar dibandingkan

perkiraan, melihat melihat posisi mereka dalam perdagangan dunia.

Pangsa pasar diukur berdasarkan persamaan berikut

ww

wj

iw

ij

ijX

x

X

xEII =

Dimana

MSij = Pangsa Pasar negara i di pasar j.

Xij = Ekspor negara i ke pasar j.

Mj = Impor pasar j.

RCA Dinamis merupakan modifikasi dari RCA Statis, dan belum banyak digunakan

sebagaimana RCA Statis. RCA Dinamis telah digunakan oleh Edwards dan Schoer (2001) untuk

menganalisis struktur dan daya saing dari perdagangan Afrika Selatan.

Keuntungan menggunakan RCA dinamis adalah: (i) mampu mendeskripsikan RCA seiring

waktu; dan (ii) dapat menentukan kedudukan produk dalam negara-negara tujuan ekspor,

dimana indikator ini mengelompokkan produk berdasarkan posisi mereka dalam pasar sehingga

RCA dinamis lebih bermanfaat dibandingkan RCA tradisional. Terutama bilamana studi ini

digunakan untuk mengidentifikasi produk mana yang pasarnya makin luas atau semakin sempit

dan untuk menghasilkan rekomendasi kebijakan berdasarkan posisi pasar dari produk ekspor.

Selain itu, RCA dinamis lebih informatif dibandingkan RCA statis dalam menjelaskan daya

saing suatu produk ekspor.

Page 17: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

13Perdagangan Bebas Regional Dan Daya Saing Ekspor: Kasus Indonesia

=∆

=

j

jm

jm

j

jm

jm

j

ji

ji

j

ji

ji

j

j

j

X

X

X

X

X

X

X

X

RCA

RCADRCA

,

,

,

,

,

,

,

,

Dalam paper ini, rumus dari RCA dinamis yang mengacu pada Edwards dan Schoee

(2001), dihitung menggunakan formula dibawah ini dan sedikit dimodifikasi agar sesuai dengan

pasar ASEAN dan Cina, sebagai berikut:

Dimana:

DRCAj

= Indicator RCA dinamis

Xi, j

= Ekspor komoditas j negara i ke pasar tujuan (ASEAN atau Cina)

Xm, j

= Ekspor komoditas j negara ASEAN ke pasar tujuan (ASEAN atau Cina)

Bagian pertama dari sisi sebelah kanan persamaan mengacu pada bagian ekspor dari

komoditas j dalam laporan ekspor total suatu negara ke pasar tujuan. Bagian kedua mengacu

pada bagian ekspor dari negara ASEAN atas komoditas j terhadap ekspor total ASEAN yang

diarahkan kepada pasar tujuan.

Edwards dan Schoer (2001) memberikan matriks penempatan yang sangat berguna

untuk menganalisis daya saing dari produk dalam proses evaluasi. Matriks ini ditunjukkan

pada Tabel II.3.

Tabel II.3Matriks Penempatan dari Daya Saing Ekspor

Diadaptasi dari Edwards and Shoer (2001)

Pangsa j padaekspor negara

pangsa j padaekspor pasar Posisi

RCA NaikRCA NaikRCA NaikRCA NaikRCA Naik

RCA TurunRCA TurunRCA TurunRCA TurunRCA Turun

>

<

<

<

>

>

Rising stars

Falling stars

Lagging retreat

Lost opportunity

Leading retreat

Lagging opportunity

Page 18: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

14 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

IV. DATA DAN METODOLOGI

Data yang digunakan dalam makalah ini secara garis besar diperoleh dari Database

UNCOMTRADE yang didapatkan menggunakan aplikasi World Integrated Trade Solution (WITS).

Data ekspor diambil dari data tahun 1996-2008 untuk negara ASEAN dan Cina. Data untuk

negara ASEAN hanya meliputi Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina dan Brunei,

dikarenakan negara anggota ASEAN lainnya tidak memiliki set data lengkap di WITS. Analisis

produk ini merujuk kepada klasifikasi HS 2 digit tahun 1996.

Penghitungan Indeks Intensitas Ekspor secara khusus diperoleh dari Asia Regional

Integration Center Database in Integration Indicator Database yang dapat diunduh dari http://

aric.adb.org/indicator.php.

Klasifikasi lebih lanjut dari HS-1996 juga digunakan dalam makalah ini untuk memudahkan

proses analisis. Klasifikasi dari Tabel 4 mengacu kepada Klasifikasi HS-1996 dengan bagian-

bagian yang telah dimodifikasi untuk mempersempit kategori.

Tabel II.4Klasifikasi Produk dibawah Kode HS-1996

No Klasifikasi Produk Kode HS

1 Hewan hidup dan produk hewani 01-052 Produk nabati 06-143 Lemak dan Minyak Hewani dan Nabati 154 Produk Makanan 16-245 Produk Mineral 25-276 Bahan Kimia 28-387 Plastik dan Karet 39-408 Bahan Kulit 41-439 Kayu dan Produk Kayu 44-49

10 Tekstil 50-6311 Alas Kaki 64-6712 Batu dan Gelas 69-7113 Logam 72-8314 Mesin dan alat-alat elektronik 84-8515 Transportasi 86-8916 Lainnya 90-97

Sumber: UNComtrade, http://comtrade.un.org/kb/article.aspx?id=10253 (sudah dimodifikasi oleh penulis)

Page 19: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

15Perdagangan Bebas Regional Dan Daya Saing Ekspor: Kasus Indonesia

V. HASIL DAN ANALISIS

V.1. AFTA

Sebelum implementasi AFTA di tahun 1992, kontribusi Indonesia pada ekspor ASEAN-6

ke ASEAN-6 berkisar pada angka 12.7%. Kemudian angka ini berkurang di tahun 1995 namun

kembali naik hingga saat ini. Saat ini hampir seluruh komoditas dan produk ekspor Indonesia

mengalami kenaikan atau stabil di pangsa pasar. Ini menunjukkan bahwa produk Indonesia

cukup kompetitif di pasar ASEAN.

Namun ada beberapa produk yang mengalami lonjakan turun di pasar, yakni bahan

kimia, tekstil, bahan kulit, mesin dan alat-alat elektronik. Kompetitor utama dari produk-produk

tersebut adalah Malaysia untuk bahan kimia, Singapura untuk mesin/alat elektronik, Thailand

untuk tekstil dan Vietnam untuk tekstil dan produk kulit.

Tabel II.5Pangsa Pasar dari Produk Ekspor Indonesia di ASEAN

Pangsa Pasar

Total 12,7% 8,8% 10,1% 10,1% 10,8% 11,6%Minyak hewani/nabati 30,5% 24,2% 48,9% 51,1% 53,7% 57,5%Produk makanan 15,0% 13,2% 16,8% 18,4% 18,2% 20,2%Alas kaki 15,9% 11,5% 28,0% 28,3% 24,6% 21,5%Logam 2,8% 3,3% 24,3% 23,6% 23,4% 25,3%Transportasi 7,0% 14,4% 12,4% 15,6% 14,0% 17,1%Plastik dan karet 6,5% 8,1% 9,2% 9,6% 10,3% 10,8%Produk kayu 20,1% 19,1% 23,6% 24,3% 23,1% 22,7%Sayuran 17,3% 15,0% 13,4% 12,1% 10,4% 8,1%Produk mineral 19,5% 13,4% 9,8% 10,5% 12,1% 12,1%Lain-lain 6,9% 21,0% 6,7% 9,0% 9,8% 8,4%Produk hewani 18,4% 18,7% 18,3% 17,5% 19,0% 22,3%Batu/kaca 20,1% 20,1% 16,4% 22,6% 20,9% 19,1%Bahan kimia 13,2% 9,7% 9,5% 9,3% 13,8% 9,9%Mesin/elektrik 14,2% 8,8% 6,8% 5,7% 5,5% 6,0%Produk kulit 20,2% 9,2% 10,7% 16,0% 13,3% 8,7%Tekstil 55,7% 21,3% 25,2% 22,7% 22,1% 19,9%

Sumber: Database UNCOMTRADE (dihitung oleh penulis)

Produk1992 1995 2005 2006 2007 2008

PangsaPasarYang

Meningkat

PangsaPasarYangStabil

PangsaPasarYangTurun

Di Tabel II.6 dapat dilihat bahwa indeks intensitas ekspor negara-negara ASEAN meningkat

terutama di tahun 2000-an dengan sedikit penurunan di tahun 1995. Indeks Intensitas Ekspor

Indonesia telah mengalami peningkatan dimana ini berarti AFTA telah membantu Indonesia

untuk mengekspor lebih banyak ke negara-negara ASEAN, sehingga intensitas ekspor Indonesia

Page 20: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

16 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

terus menerus meningkat. Negara ASEAN lainnya seperti Malaysia, Singapura dan Thailand

juga terus mengalami peningkatan indeks intensitas ekspor. Sehingga dapat dikatakan bahwa

AFTA telah memperbaiki laju perdagangan antar negara di region ini.

Tabel II.6Indeks Intensitas Ekspor dari negara-negara ASEAN di Pasar ASEAN

ASEAN 4,05 3,67 4,66 4,63 4,67 4,56

Indonesia 2,71 2,14 3,40 3,40 3,62 3,54

Malaysia 6,02 4,14 4,80 4,84 4,76 4,61

Singapura 4,53 4,55 5,77 5,72 5,87 5,71

Thailand 2,73 2,97 4,05 3,87 3,95 4,04

Vietnam 3,98 2,97 3,26 3,09 3,09 2,91

Reporter 1992 1995 2005 2006 2007 2008

Hasil lainnya yang menarik di makalah ini diperlihatkan pada Grafik II.7 yang melihat

posisi Daya Saing Ekspor Indonesia di pasar ASEAN berdasarkan kelompok produknya. Yang

cukup menggembirakan adalah hanya ada satu kelompok produk (dari 16 kelompok produk)

yang telah kehilangan daya saingnya di pasar ASEAN, sekaligus telah kehilangan kesempatannya

untuk kembali bersaing, yakni produk sayuran. Banyak produk yang termasuk dalam kelompok

yang sedang menjulang (rising star), yang amat menjanjikan bagi masa depan perdagangan

Indonesia dengan ASEAN. Namun Indonesia telah memberikan perhatian khusus pada beberapa

produk yang memiliki lagging opportunity, yakni produk metal dan mineral. Berdasarkan hasil

tersebut, pertumbuhan pangsa pasar Indonesia untuk produk ini masih dibawah pertumbuhan

permintaan ASEAN akan produk-produk ini. Ini berarti bahwa Indonesia masih memiliki banyak

kesempatan untuk meningkatan pangsa dari produk-produk ini di pasar ASEAN. Secara umum,

Indonesia telah merambah pasar yang tepat di ASEAN.

Page 21: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

17Perdagangan Bebas Regional Dan Daya Saing Ekspor: Kasus Indonesia

Grafik II.7.Posisi Daya Saing Produk Indonesia di Cina Menggunakan RCA Dinamis

1 = Hewan hidup dan produk hewani, 2 = Produk sayuran, 3 = Lemak dan minyak hewani/nabati, 4 = Produk makanan,5 = Produk mineral, 6 = Bahan kimia, 7 = Plastik dan karet, 8 = Produk kulit, 9 = Kayu dan produk kayu, 10 = Tekstil,11 = Alas kaki, 12 = Batu dan kaca, 13 = Logam, 14 = Mesin/elektrik, 15 = Transportasi, 16 = Lain-lain

Pertumbuhan pangsa jdi ekspor negara

Catatan:= RCA Naik

= RCA Turun

Pertumbuhan pangsa jdi pasar ekspor

Rising Star

Falling StarLagging Retreat

Lost Opportunity

LeadingRetreat

Lagging Opportunity

14

1

109

6 11

2 13

5

3

47

15

8

12

16

V.2 ASEAN-Cina FTA

Setelah berlakunya FTA ASEAN-Cina, struktur ekspor Indonesia ke Cina sedikit mengalami

perubahan. Sebelum ACFTA, kayu dan produk kayu (HS-44) merupakan salah satu 10 besar

komoditas ekspor Indonesia ke Cina, dimana pangsanya mencakup 7.2% dari total ekspor ke

Cina. Namun setelah ACFTA, komoditas ini digantikan posisinya oleh bijih, terak dan abu (HS-

26). Selain itu, pangsa dari bahan bakar mineral, minyak dan produknya (HS-27) dan lemak

dan minyak hewani dan nabati (HS-15) juga meningkat dari 26.1% dan 12.8% di tahun 2004

menjadi 39.2% dan 18.2%.

Alasan utamanya adalah karena beberapa tahun kebelakang Cina mengimpor lebih banyak

bahan mentah industri akibat meningkatnya aktivitas industri dan produksi. Alasan ini juga

diperkuat dengan kebijakan Cina yang meningkatkan volume impor bijih,terak dan abu dan

juga barang-barang besi dan logam. Sehingga Indonesia, sebagai salah satu pemasok utama

produk-produk tambang, juga mengalami peningkatan volume ekspor untuk produk ini.

Page 22: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

18 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

Tabel II.8Pangsa Pasar Ekspor Indonesia ke Cina (2005-2008)

Pangsa Pasar

Total 22,2% 20,4% 20,8% 19,8% 19,6% 22,4%Minyak hewani/nabati 24,7% 29,6% 36,4% 39,6% 34,1% 34,7%Produk makanan 5,4% 5,2% 7,7% 5,5% 7,1% 6,9%Alas kaki 20,5% 21,7% 24,3% 21,0% 29,4% 31,4%Logam 16,9% 14,3% 21,4% 22,4% 14,7% 16,4%Produk Mineral 22,9% 21,1% 38,5% 39,7% 40,9% 38,1%Plastik dan karet 6,3% 8,1% 8,1% 9,9% 10,0% 10,1%Produk Kulit 4,1% 6,5% 14,3% 20,7% 17,3% 17,9%Lainnya 1,5% 2,2% 2,3% 2,8% 3,3% 3,0%Sayuran 4,4% 4,9% 4,5% 3,5% 4,5% 6,7%Transportasi 4,3% 6,6% 8,2% 8,8% 7,2% 2,5%Produk hewani 25,5% 26,8% 21,5% 17,5% 9,0% 18,1%Bahan kimia 18,2% 19,3% 19,1% 16,5% 16,1% 14,3%Mesin/elektrik 1,6% 1,7% 1,2% 1,2% 1,3% 1,5%Batuk/kaca 15,2% 20,7% 14,8% 10,7% 8,3% 4,9%Produk kayu 59,1% 53,2% 49,6% 50,4% 46,4% 53,0%Tekstil 31,7% 25,2% 20,9% 22,6% 22,7% 22,6%

Produk2003 2004 2005 2006 2007 2008

Pangsa PasarYang Stabil

PangsaPasarYangTurun

PangsaPasarYang

Meningkat

Tabel II.8 menunjukkan pangsa pasar Indonesia di Cina berdasarkan kategori produk.

Pembagi pada pangsa ini adalah total ekspor ASEAN-6+Vietnam ke pasar Cina. Dari data diatas

dapat dilihat bahwa pangsa ekspor Indonesia ke Cina cenderung stabil dengan sedikit

peningkatan di tahun 2008. Beberapa produk Indonesia mampu membuka pasar di Cina setelah

berlakunya ACFTA di tahun 2005. Produk-produk tersebut adalah minyak dan lemak hewani/

Tabel II.710 Besar Komoditas Ekspor Indonesia ke Cina (2004 and 2008)

27 Bahan bakar mineral, minyak dan produk turunannya 26,1% 27 Bahan bakar mineral, minyak dan produk turunannya 39,2%

15 Minyak/lemak hewani/nabati 12,8% 15 Minyak/lemak hewani/nabati 18,2%

29 Kimia organik 12,3% 40 Karet dan produk karet 7,7%

44 Kayu dan produk kayu 7,2% 46 Jerami 6,4%

46 Jerami 5,7% 26 Bijih, terak dan abu, 5,6%

40 Karet dan produk karet 5,5% 29 Kimia organic 2,9%

47 Bubur kayu dan produk serat 4,3% 73 Produk besi/baja, 2,7%

84 Reaktor nuklir, boiler, mesin lain 4,2% 84 Reaktor nuklir, boiler, mesin lain 2,4%

83 Produk logam lainnya 2,7% 83 Produk logam lainnya 2,2%

73 Produk besi/baja, 2,6% 47 Bubur kayu dan produk serat 1,7%

Pangsa Total Ekspor to CinaPangsa Total Ekspor to CinaPangsa Total Ekspor to CinaPangsa Total Ekspor to CinaPangsa Total Ekspor to Cina 83,4%83,4%83,4%83,4%83,4% Pangsa Total Ekspor ke ChinaPangsa Total Ekspor ke ChinaPangsa Total Ekspor ke ChinaPangsa Total Ekspor ke ChinaPangsa Total Ekspor ke China 89,01%89,01%89,01%89,01%89,01%

2004 Pangsa 2008 Pangsa

Sumber: Database UNCOMTRADE (dihitung oleh penulis)

Page 23: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

19Perdagangan Bebas Regional Dan Daya Saing Ekspor: Kasus Indonesia

nabati, produk makanan, alas kaki, logam, produk mineral, plastik dan karet, dan juga produk

kulit.

Dapat disimak pula bahwa produk yang mengalami kenaikan pangsa pasar pada umumnya

adalah produk berbasis sumber daya alam, yang diklasifikasikan sebagai produk pertanian dan

pertambangan, kecuali alas kaki. Produk manufaktur seperti: kayu, tekstil, dan mesin/alat-alat

elektronik mengalami penurunan pangsa pasar. Hal ini disebabkan karena produk-produk ini

tidak dapat bersaing dengan produk-produk lokal Cina atau negara ASEAN lainnya.

Pesaing utama Indonesia untuk produk bahan kimia, mesin/elektronik, produk kayu dan

tekstil di pasar Cina adalah Thailand yang pangsa pasarnya juga mengalami kenaikan setelah

diberlakukannya ACFTA. Dan juga Vietnam merupakan pemasok yang cukup kuat untuk produk

kayu dan tekstil ke pasar Cina, yang pangsa pasarnya juga melonjak naik dibawah kerangka

kerja ACFTA. Namun produk-produk mesin/elektronik dan kimia Vietnam tidak cukup mampu

bersaing di pasar Cina.

Index Intensitas Ekspor negara-negara ASEAN di pasar Cina cenderung meningkat

(Tabel II.9), dan disaat yang sama indeks intensitas ekspor Cina ke ASEAN juga turut meningkat.

Indeks Intensitas Ekspor untuk semua negara di semua tahun selalu lebih dari 1, yang

menujukkan bahwa laju perdagangan antara negara-negara ASEAN ke Cina, dan sebaliknya,

lebih besar dari perkiraan dengan memperhatikan tingkat kepentingan dari perdagangan

regional ini. Ini berarti bahwa implementasi ACFTA mampu meningkatkan intensitas

perdagangan antara negara-negara yang berpartisipasi dan secara umum memperbaiki laju

perdagangan antara negara-negara di region ini.

Tabel II.9Indeks Intensitas Ekspor negara-negara ASEAN dan Cina

ASEAN Cina 1,31 1,35 1,42 1,46 1,49 1,45

Indonesia Cina 1,24 1,20 1,38 1,39 1,38 1,37

Malaysia Cina 1,30 1,24 1,17 1,22 1,42 1,54

Singapura Cina 1,26 1,44 1,52 1,64 1,57 1,48

Thailand Cina 1,42 1,37 1,46 1,52 1,58 1,48

Vietnam Cina 1,87 2,04 1,76 1,37 1,22 1,16

China ASEAN 1,31 1,34 1,34 1,37 1,43 1,43

Reporter Partner 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Reporter Partner 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Page 24: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

20 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

Hasil dari perhitungan RCA dinamis dirangkum pada gambar 8, yang menggambarkan

posisi daya saing produk ekspor Indonesia di pasar Cina. Produk-produknya diklasifikasikan

dalam beberapa kategori yang terdapat di Tabel II.4.

Dapat terlihat bahwa hanya 3 kelompok produk yang sedang ≈meroket∆ (rising star)

yakni produk mineral. Plastik dan karet, dan alas kaki. Product dengan lagging opportunity

yaitu minyak dan lemak hewani dan nabati dan produk makanan. Lagging opportunity berarti

permintaan untuk produk-produk ini di Cina cukup tinggi, namun tingkat pertumbuhan

ekspornya masih lebih rendah daripada permintaan yang ada.Kebanyakan produk ekspor

Indonesia di Cina dikategorikan sebagai leading retreat atau lagging retreat. Disisi lain, Indonesia

ke depannya sebaiknya tidak terlalu fokus pada ekspor bahan kulit karena permintaan pasar

Cina untuk produk ini sedang menurun.

Grafik II.8.Posisi Daya Saing Produk Indonesia di Cina Menggunakan RCA Dinamis

1 = Hewan hidup dan produk hewani, 2 = Produk sayuran, 3 = Lemak dan minyak hewani/nabati, 4 = Produk makanan,5 = Produk mineral, 6 = Bahan kimia, 7 = Plastik dan karet, 8 = Produk kulit, 9 = Kayu dan produk kayu, 10 = Tekstil,11 = Alas kaki, 12 = Batu dan kaca, 13 = Logam, 14 = Mesin/elektrik, 15 = Transportasi, 16 = Lain-lain

Pertumbuhan pangsa jdi ekspor negara

Catatan:= RCA Naik

= RCA Turun

Pertumbuhan pangsa jdi pasar ekspor

Rising Star

Falling StarLagging Retreat

Lost Opportunity

LeadingRetreat

Lagging Opportunity

1016

13

1

2

8614

9

12

154

3

7

5 11

Page 25: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

21Perdagangan Bebas Regional Dan Daya Saing Ekspor: Kasus Indonesia

VI. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

Makalah ini memberikan beberapa analisis mengenai daya saing produk ekspor Indonesia

di ASEAN dan Cina, setelah implementasi ASEAN FTA dan ASEAN-Cina FTA. Indikator daya

saing yang digunakan dalam paper ini adalah pangsa pasar, indeks intensitas ekspor dan RCA

dinamis. Hasilnya menunjukkan bahwa Indonesia dalam kondisi yang baik dan telah membuka

pangsa pasarnya sendiri untuk beberapa produk. Namun beberapa strategi kebijakan diperlukan

untuk produk-produk ini, terutama untuk produk sayuran yang telah kehilangan kesempatannya

di pasar ASEAN. Beberapa kebijakan yang dibutuhkan diantaranya adalah diversifikasi produk,

perbaikan kendali mutu dan masalah yang terkait dengan kesehatan.

Di pasar Cina, Indonesia berhasil merebut pasar hanya untuk produk plastik dan karet,

produk mineral dan alas kaki. Produk-produk yang berada dalam kondisi lagging opportunity,

adalah minyak dan lemak hewani dan nabati, dan produk makanan, yang berarti Indonesia

masih dapat melakukan perbaikan-perbaikan untuk mengoptimalkan kesempatan ini, dimana

tingkat pertumbuhan ekspor untuk produk ini, masih dibawah permintaan pasar. Kebanyakan

produk ekspor Indonesia di pasar Cina dikategorikan sebagai leading retreat dan lagging retreat.

Pada kasus ACFTA, Indonesia masih dapat meningkatkan performa ekspornya di pasaar Cina.

Page 26: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

22 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

Edwards and Schoer (2001). The Structure and Competitiveness of South African Trade, Trade

and Industrial Policy Strategy √ Annual Forum, Muldersdrift.

Ng (2002). Trade Indicators and Indices, in Development, Trade, and WTO: A Handbook, edited

by Hoekman, Mattoo, and English, The World Bank, Washington DC.

Mikic (2005). Commonly Used Trade Indicators: A Note, dipresentasikan pada ARTNeT Capacity

Building Workshop on Trade Research, UNESCAP.

ITC Market Analysis Section (2000). The Trade Performance Index √ Background Paper, UNCTAD/

WTO.

Utkulu and Seymen (2004). Revealed Comparative Advantage and Competitiveness: Evidence

for Turkey vis-à-vis the EU/1, paper dipresentasikan pada European Trade Study Group 6th

Annual Conference, Nottingham.

World Bank Institute (2010). World Trade Indicators 2009/2010 √ User Guide to Trade Data,

The World Bank.

DAFTAR PUSTAKA

Page 27: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

23Dampak Pelaksanaan ACFTA Terhadap Perdagangan Internasional Indonesia

DAMPAK PELAKSANAAN ACFTATERHADAP PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA

IbrahimMeily Ika Permata

Wahyu Ari Wibowo1

This study analyze the impact of the implementation of trade agreements within the framework of

ACFTA on Indonesia»s export by using the GTAP model; a Multi Regional Computable General Equilibrium

Model. Results shows that ACFTA provide opportunities for increased export from Indonesia; Indonesia

obtained a net trade creation of international trade amounted to 2% and total exports growth increased

by 1.8. However, the export performance of Indonesia in the period showed a decrease of competitiveness,

as shown by the decline in share of Indonesian export commodities which are highly competitive and high

intra-industry linkage. This paper also find that because the commodity structure of China and the non

compeeting behavior of ASEAN countries including Indonesia (tends to complement), China is relatively

easier to penetrate export to the ASEAN market. The entering products from China should provide

opportunities for domestic producers to increase production capacity in ASEAN, due to wider choice of

relatively cheap capital goods imports.

JEL ClassificationJEL ClassificationJEL ClassificationJEL ClassificationJEL Classification: C67, F14, R12

Keywords: ACFTA, trade, export, GTAP, Revealed Comparative Advantage, CGE.

1 Penulis adalah para peneliti di BRE-DKM Bank Indonesia serta bertanggung jawab atas hasil riset dan segala opininya. Ucapan terimakasih ditujukan kepada Pimpinan DKM Bp. Perry Warjiyo dan Bp. Iskandar Simorangkir, dan seluruh peneliti lainnya yang telahmendukung penelitian ini.

Abstract

Page 28: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

24 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

I. PENDAHULUAN

Perkembangan perdagangan internasional mengarah pada bentuk perdagangan yang

lebih bebas yang disertai dengan berbagai bentuk kerjasama bilateral, regional dan multilateral.

Salah satu tujuan utama perjanjian perdagangan internasional adalah berupaya mengurangi

atau menghilangkan hambatan perdagangan. Liberalisasi perdagangan dunia dengan pola

kerjasama internasional memberikan implikasi yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi

dunia. Nilai perdagangan dunia tumbuh lebih dari dua kali lipat dari pertumbuhan produk

domestik bruto (PDB) riil dunia (Krueger, 1999).

Pada pertengahan 1980an, preferential trading arrangements (PTA) berkembang sebagai

pelengkap dari kerjasama internasional. Berbeda dengan kerjasama internasional, PTA

melibatkan dua atau beberapa negara. Berdasarkan teori PTA, sebagaimana dipaparkan oleh

Kemp (1964) and Vanek (1965), dampak dari dua atau beberapa negara yang membentuk

custom unions (common external tariff) adalah meningkatnya kesejahteraan dari negara-negara

yang tergabung dalam union tersebut dan tidak menyebabkan turunnya kesejahteraan negara-

negara di luar union tersebut. Hal ini dibuktikan dalam studi yang dilakukan oleh Ohyama

(1972) dan Kemp dan Wan (1976). Ketimbang menetapkan common external tariff, pola PTA

yang lebih banyak berkembang adalah penghilangan hambatan dagang intra atau dikenal

sebagai Free Trade Agreement (FTA). Beberapa FTA yang telah berjalan yaitu North American

Free Trade Area (NAFTA), European Economic Area (EEA), African Free Trade Zone (AFTZ) dan

South Asia Free Trade Agreement (SAFTA).

Demikian juga dengan Indonesia yang telah melakukan kerjasama perdagangan baik

yang bersifat bilateral, regional maupun internasional. Meskipun keterlibatan Indonesia dalam

berbagai kerjasama perdagangan tersebut memberikan tantangan terhadap produk dalam

negeri, tujuan dari semua perjanjian tersebut adalah adanya dampak positif bagi perekonomian

negara-negara yang terlibat dan ekonomi Indonesia pada khususnya.

Terkait dengan kawasan regional, Indonesia tergabung dalam ASEAN Free Trade Area

(AFTA) yang ditandatangani pada tanggal 28 Januari 1992. Dalam perkembangannya, kerjasama

diperluas dengan melibatkan berbagai negara lainnya termasuk dengan Cina yang dikenal

sebagai ACFTA. Secara khusus, keterlibatan Indonesia dalam ACFTA perlu untuk dicermati

lebih lanjut. Hal ini terkait dengan banyak faktor seperti kesiapan produk dalam negeri

menghadapi serangan barang impor dari Cina, serta potensi pasar ASEAN yang menjadi

berkurang. Dari berbagai literatur studi yang ada, telah banyak diulas dampak ACFTA dari

berbagai dimensi dan alat analisis. Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu pelengkap studi

dampak ACFTA dengan nilai tambah baru. Dengan demikian, informasi yang terkait dengan

studi perdagangan pasar ACFTA semakin lengkap.

Page 29: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

25Dampak Pelaksanaan ACFTA Terhadap Perdagangan Internasional Indonesia

Tujuan dari paper ini adalah (i) Memberikan sumbangan bagi kajian sektor eksternal

khususnya perdagangan internasional Indonesia, (ii) Memberikan pemahaman terhadap struktur

perdagangan Indonesia khususnya dalam lingkup kawasan regional ASEAN Cina, (iii) Mengukur

dampak pelaksanaan perjanjian ACFTA terhadap perdagangan internasional negara anggota

pada umumnya, dan bagi Indonesia pada khususnya, dan (iv) Pemetaan peluang dan tantangan

yang ditunjukkan oleh karakteristik ekspor Indonesia. Peluang terkait dengan terbukanya pasar

Cina bagi komoditas ekspor Indonesia. Tantangan terkait dengan masuknya Cina dalam

persaingan di pasar ASEAN.

Dampak dari perdagangan ACFTA terhadap perekonomian Indonesia mencakup banyak

aspek yang dapat menjadi pengembangan analisis lebih lanjut seperti PDB, tenaga kerja, investasi,

inflasi dan perdagangan internasional. Untuk memberikan nilai tambah topik bahasan ACFTA

yang telah ada sebelumnya, penelitian ini lebih difokuskan dampak ACFTA terhadap ekspor

Indonesia. Analisis berbagai indikator kinerja dan karakteristik ekspor Indonesia secara khusus

diarahkan pada cakupan pasar ACFTA.

Dari sisi alat analisis, hasil model GTAP yang diulas hanya terkait dengan dampak

perdagangan khususnya ekspor Indonesia dengan partner dagang negara-negara kawasan

ACFTA. Atas dasar hasil model GTAP tersebut, dilakukan analisis lebih lanjut baik dengan

menggunakan alat analisis indikator perdagangan internasional seperti RCA, IIT, IES, IEO.

Bagian kedua dari paper ini mengulas tentang landasaan empiris dan studi literatur tentang

perdagangan dan keseimbangan perekonomian, bagian ketiga mengulas tentang metodologi

yang digunakan, bagian keempat membahas hasil dan analisis sementara kesimpulan dan

implikasi menjadi penutup.

II. LANDASAN EMPIRIS DAN STUDI LITERATUR

II.1. Model Dasar Perdagangan Internasional

Perekonomian suatu negara merupakan agregasi dari perilaku setiap individual.

Keseimbangan barang di suatu negara dapat dijelaskan berdasarkan interaksi dari perilaku

maksimisasi profit produsen dan maksimisasi utilitas konsumen. Dalam suatu perekonomian

yang tertutup (autarky), pada kondisi keseimbangan (titik A), komposisi jumlah barang dan

harga barang yang tercipta merupakan hasil mekanisme interaksi dari agregat demand dan

agregat supply dalam negeri (Grafik III.1).

Page 30: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

26 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

Agregat supply sangat dipengaruhi oleh faktor produksi (endownment) yang tersedia

dan besarnya tingkat produksi yang diwakili oleh fungsi produksi dan teknologi. Sementara

agregat demand sangat dipengaruhi oleh tingkat kurva utilitas konsumen (U) dan keranjang

konsumsi yang tersedia. Tingkat produksi, konsumsi dan tingkat utilitas konsumen sangat

tergantung dengan endownment dan jenis produk yang tersedia di perekonomian tersebut.

Produsen hanya mempunyai pilihan untuk memproduksi kumpulan jenis produk tertentu dan

berusaha memaksimalkan profit berdasarkan endownment dan fungsi produksi yang dimilikinya.

Di lain pihak, konsumen hanya dapat memaksimasi utilitasnya dengan mengkonsumsi kombinasi

jenis produk yang diproduksi dalam negeri saja dan secara tidak langsung, tingkat utilitasnya

pun akan menjadi sangat terbatas.

Perbedaan endownment antar negara, serta perbedaan tingkat produksi dan teknologi

serta jenis produk yang dihasilkan menyebabkan besarnya variasi jenis produk yang dihasilkan

antar negara. Sementara perbedaan selera dan tingkat utilitas individu antar negara berimplikasi

pada tingginya variasi keranjang konsumsi yang diinginkan konsumen antar negara. Dalam

lingkup yang lebih luas dan sejalan dengan era globalisasi, perekonomian tidak lagi terbatas

hanya pada lingkup suatu negara namun telah berkembang dan melewati lintas batas negara.

Perilaku maksimisasi profit perusahaan dan maksimisasi utilitas konsumen pun tidak lagi terbatas

pada lingkup negara namun dapat bersifat antar batas.

Pada model keseimbangan perekonomian terbuka, terdapat peluang untuk memaksimisasi

profit dengan melebarkan pasar ke luar dan berproduksi melebihi demand dalam negeri. Di sisi

lain konsumen juga memiliki peluang untuk memaksimisasi utilitas dengan mengkonsumsi

Grafik III.1: Model Keseimbangan PerekonomianTertutup (Autarky)

Sumber : Markusen et al, International Trade and Evidence

A

Y

ap

aU

X

Y

X

Page 31: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

27Dampak Pelaksanaan ACFTA Terhadap Perdagangan Internasional Indonesia

suatu jenis produk tertentu melebihi supply dalam negeri ataupun mengkonsumsi jenis produk

yang lebih beragam, tidak hanya terbatas pada jenis produk dalam negeri. Kedua hal tersebut

di atas pada akhirnya akan mendorong terjadinya pertukaran barang antar negara.

Hasil dari interaksi individu di suatu negara dengan individu di negara lainnya tersebut

menyebabkan terjadinya pertukaran barang, jasa, dan faktor yang lazim disebut dengan

perdagangan internasional yang menyebabkan pergeseran keseimbangan awal (titik A) ke arah

keseimbangan berdasarkan perdagangan internasional (titik C) (Grafik III.2). Excess demand

produk x (xc-xp) dapat dipenuhi dengan melakukan impor dari negara lain sehingga konsumen

dapat memilih keranjang konsumsi yang menghasilkan tingkat utilitas yang lebih tinggi yaitu

titik C. Sementara produksi produk y yang melebihi demand dalam negeri dan mengekspor

kelebihan (excess supply) produk y tersebut (yc-yp) di pasar internasional. Dengan kata lain,

perdagangan internasional adalah pertukaran barang, jasa dan faktor yang terjadi antar negara

atau telah melewati batasan nasional/bersifat internasional.

Secara teoritis paling tidak terdapat 5 keuntungan dengan adanya perdagangan.

Keuntungan pertama yaitu keuntungan dari adanya pertukaran. Dengan adanya perdagangan,

suatu negara dapat memproduksi suatu produk melebihi demand dalam negerinya dan

mengekspor kelebihan (excess supply) tersebut di pasar internasional yang pada akhirnya akan

memperluas pasar dan meningkatkan tingkat keuntungan. Di sisi lainnya, excess demand

terhadap suatu produk dapat dipenuhi dengan melakukan impor dari negara lain sehingga

konsumen dapat memilih keranjang konsumsi yang menghasilkan tingkat utilitas yang lebih

tinggi.

Grafik III.2: Model Keseimbangan PerekonomianTerbuka

Sumber : Markusen et al, International Trade and Evidence

Q

X

Y

C

Y

*p

X

pY

cY

pX cX

Page 32: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

28 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

Keuntungan kedua yaitu keuntungan yang didapat dari terjadinya spesialisasi. Dengan

adanya perdagangan, suatu negara dapat lebih fokus pada suatu jenis produk dimana mereka

dapat berproduksi dengan tingkat efisiensi yang relatif tinggi. Sementara kebutuhan akan produk

yang tidak dapat diproduksi dalam negeri secara efisien dapat dilakukan dengan melakukan

impor produk tersebut dari negara lainnya.

Keuntungan ketiga yang dapat diraih dari perdagangan terkait dengan keragaman

preferensi individu. Adanya perdagangan memberikan lebih banyak pilihan produk kepada

konsumen yang akan semakin membantu dalam pemenuhan dan bahkan dapat menaikkan

tingkat utilitas konsumen.

Keuntungan keempat terkait dengan keragaman endownment yang dimiliki oleh suatu

negara. Dengan adanya perdagangan suatu negara yang sebelumnya adanya perdagangan

tidak memiliki ataupun sangat terbatas akses terhadap suatu jenis produk, dengan adanya

perdagangan maka pemenuhan kebutuhan atas jenis produk tersebut akan dapat dipenuhi.

Keuntungan yang kelima yang mungkin diraih yaitu transfer teknologi modern. Dengan adanya

perdagangan internasional membuka peluang suatu negara untuk mempelajari suatu teknik

produksi yang lebih efisien dan modern.

Literatur menyebutkan bahwa suatu negara akan cenderung mengekspor suatu produk

yang ketersediaannya berlimpah di negara tersebut atau dengan kata lain akan cenderung

mengekspor produk yang bersifat excess supply. Sementara model Ricardian memprediksi bahwa

suatu negara akan fokus berproduksi pada jenis produk yang memiliki keunggulan komparatif

tertinggi.

Teorema Heckscher-Ohlin menyebutkan bahwa suatu negara akan cenderung mengekspor

komoditas yang secara intensif memanfaatkan faktor produksinya yang berlimpah. Sebagai

contoh, suatu negara dengan tingkat labor yang berlimpah namun dengan tingkat kapital

yang terbatas akan cenderung mengekspor produk yang bersifat labor intensif dan akan

cenderung mengimpor produk yang bersifat kapital intensif. Perbedaan fungsi produksi di

suatu negara juga akan turut menentukan arah perdagangan negara tersebut. Suatu negara

yang dapat berproduksi secara relatif lebih efisien di suatu jenis produk akan cenderung menjadi

pengekspor produk tersebut.

Dalam kenyataannya, perdagangan bebas berlangsung tidak secara bebas. Hambatan

pedagangan dapat berbentuk tarif dan non-tarif. Penetapan besaran tarif mempunyai pengaruh

terhadap keseimbangan output dan harga. Hambatan tersebut mengakibatkan harga yang

lebih tinggi yang mengakibatkan menurunnya permintaan terhadap barang dari luar negeri;

sesuai mekanisme permintaan-penawaran.

Page 33: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

29Dampak Pelaksanaan ACFTA Terhadap Perdagangan Internasional Indonesia

Sebagai ilustrasi, peningkatan tarif impor mengakibatkan harga barang impor menjadi

relatif lebih mahal dan menurunkan permintaan terhadap barang tersebut. Hal ini memberikan

insentif terhadap barang produksi dalam negeri. Di sisi lain, subsidi ekspor mengakibatkan

harga barang produksi dalam negeri menjadi relatif lebih murah dan meningkatkan permintaan

dari pasar luar negeri.

II.2. Teori Kerjasama Perdagangan Internasional

Dengan liberalisasi perdagangan baik yang bersifat internasional maupun regional,

hambatan-hambatan perdagangan dapat kurangi dan bahkan dihilangkan. Integrasi ekonomi

regional adalah suatu proses dimana beberapa ekonomi dalam suatu wilayah bersepakat untuk

menghapus hambatan dan mempermudah arus lalu lintas barang, jasa, kapital dan tenaga

kerja. Pengurangan bahkan penghapusan tarif dan hambatan non tarif akan mempercepat

terjadinya integrasi ekonomi regional seiring lancarnya lalu lintas barang, jasa, kapital dan

tenaga kerja tersebut.

Perdagangan bebas ataupun kerjasama regional diharapkan dapat menimbulkan efisiensi

dan meningkatkan kesejahteraan. Tak dapat dipungkiri bahwa kerjasama perdagangan juga

akan meningkatkan kompetisi antar anggota. Namun apabila hal tersebut disikapi dengan

bijak maka manfaat yang dapat dipetik antara lain adalah peningkatan spesialisasi dan

peningkatan perdagangan itu sendiri. Dengan keunggulan komparatif dari masing-masing

negara, setiap negara dapat berfokus pada produksi barang yang mempunyai keunggulan

komparatif sehingga akan terjadi realokasi faktor produksi. Pada akhirnya akan tercipta

keseimbangan harga yang lebih murah dan output yang lebih banyak sehingga memberikan

kesejahteraan lebih besar terhadap negara-negara yang terlibat.

Banyak studi yang berkesimpulan bahwa perdagangan bebas berimplikasi positif bagi

negara-negara yang terlibat. Disamping meningkatkan kesejahteraan (Kindleberger dan Lindert,

1978), juga meningkatkan kuantitas perdagangan dunia dan efisiensi (Hadi, 2003; Stephenson,

1994). Urata dan Kiyota (2003) menemukan bahwa FTA di Asia Timur memberi pengaruh

positif pada ekonomi. Ekspor dengan dengan daya saing tinggi akan meningkat. Studi Saktyanu

et al. (2007) menunjukkan penurunan subsidi ekspor di negara maju berdampak pada

peningkatan produksi pertanian Indonesia. Berbeda dengan hasil studi yang secara umum

memberikan dampak positif, Haryadi et al. (2008) memperlihatkan bahwa liberalisasi

perdagangan dengan cara menghapus semua hambatan perdagangan berdampak pada

penurunan PDB Indonesia dan Australia-Selandia Baru.

Page 34: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

30 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

Salah satu indikator untuk mengukur dampak kerjasama perdagangan internasional adalah

dengan melihat terjadinya trade diversion dan trade creation (Vinerian, 1950; Krueger, 1990).

Efek positif yaitu trade creation adalah terjadinya perdagangan akibat beralihnya konsumsi

dari produk domestik yang bersifat high-cost ke produk impor dari luar negeri yang bersifat

low-cost (Vinerian, 1950); dengan kata lain terjadi perdagangan yang mengikat intra negara

partner. Namun demikian, perbedaan tarif yang diberlakukan untuk partner dan non-partner,

merubah arah kecenderungan perdagangan sehingga menimbulkan efek negatif yaitu trade

diversion, yang merujuk kepada perpindahan dari produk impor yang bersifat low-cost dari

negara non anggota dengan produk impor yang bersifat high-cost dari negara partner (Vinerian,

1950); dengan kata lain terjadi perdagangan yang menurun dengan negara non-partner. Trade

diversion akan menurunkan efek kesejahteraan sehubungan dengan terjadinya perubahan

orientasi suplai ke sumber yang relatif lebih mahal.

Manfaat perdagangan bebas atau kerjasama regional sangat ditentukan oleh salah satu

efek yang lebih dominan. Efek secara keseluruhan dapat bersifat positif, negatif ataupun netral,

tergantung dari besarnya magnitude dari trade creation dan trade diversion. Perdagangan

bebas ataupun PTA akan sangat menguntungkan apabila dampaknya terhadap trade creation

lebih besar dibandingkan dampaknya terhadap trade diversion. Studi yang dilakukan Lee and

Shin (2006) mengkonfirmasi bahwa RTA akan meningkatkan perdagangan antar anggota.

Namun demikian, tidak ditemukan penurunan perdagangan antara anggota RTA dengan non-

anggota yang bersifat signifikan. Bahkan pada beberapa RTA, perdagangan antara negara

anggota dan non-anggota justru mengalami peningkatan. Meskipun terjadi trade creation dan

trade diversion, secara keseluruhan RTA memberikan dampak perdagangan yang positif.

II.3. Kerjasama ASEAN Cina Free Trade Area (ACFTA)

Perdagangan antara negara-negara ASEAN dengan Cina terus menunjukkan peningkatan

dari tahun ketahun. Dari sisi ASEAN, Cina termasuk mitra dagang penting sebagai negara

tujuan ekspor. Rata-rata pangsa ekspor ke Cina oleh negara ASEAN dari 2001-2008 bervariasi

namun secara umum cukup tinggi. Vietnam sebagai negara yang menempatkan Cina sebagai

mitra dagang utama dengan pangsa tertinggi mencapai 9%, sementara bagi Indonesia pangsa

ekspor ke Cina mencatat 7% (Grafik III.3). Dari sisi Cina, negara ASEAN menjadi mitra dagang

penting terutama untuk pasokan bahan baku. Pangsa impor Cina dari Singapura mencatat

35% dari total impor dari ASEAN atau merupakan pangsa tertinggi di antara negara ASEAN

lainnya (Grafik III.4). Sementara pangsa impor barang dari Indonesia sebesar 13% dari total

impor dari ASEAN. Perdagangan antara ASEAN dan Cina mempunyai kecenderungan untuk

Page 35: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

31Dampak Pelaksanaan ACFTA Terhadap Perdagangan Internasional Indonesia

terus meningkat yang semakin menunjukkan relatif pentingnya perdagangan ASEAN-Cina bagi

keduanya. Dengan demikian, potensi keuntungan dari penghapusan hambatan perdagangan

kawasan ASEAN-Cina akan menjadi relatif besar.

Kesadaran atas pentingnya peranan masing-masing pihak menumbuhkan kesadaran untuk

merintis kesepakatan kerjasama ekonomi. Pada tanggal 4 November 2002, terjadi kesepakatan

kerangka kerjasama yang sering disebut dengan ≈Framework Agreement on Comprehensive

Economic Cooperation∆. Didalam framework tersebut disepakati pentahapan pembentukan

perdagangan bebas untuk barang pada tahun 2004, sektor jasa tahun 2007, dan investasi

tahun 2009. Sementara dari sisi kesiapan perdagangan bebas bagi ASEAN juga berlaku bertahap.

Perdagangan bebas mulai berlaku tahun 2010 antara Cina dengan ASEAN-6 yaitu untuk

Indonesia, Singapura, Thailand, Malaysia, Philipina, dan Brunei . Sementara tahun 2015 berlaku

bagi Cina dengan ASEAN-4 yaitu Kamboja, Vietnam, Laos, dan Myanmar. Beberapa isu yang

terkait perkembangan ACFTA, khususnya di Indonesia seperti terlihat dalam Diagram III.1.

Dari studi literatur antara lain oleh Park et al (2008) menganalisa keunggulan dan prospek

ACFTA dan mengungkapkan bahwa ACFTA, yang terdiri dari 11 ekonomi dengan total populasi

dan GDP yang cukup besar, sangat memungkinkan untuk menjadi suatu kawasan kerjasama

ekonomi yang efektif. Relatif besarnya level tarif intra wilayah juga merupakan potensi yang

dapat meningkatkan trade creation. Meskipun Cina dan ASEAN telah berupaya meliberasikan

perdagangannya, pada kenyataannya tingkat tarif dan hambatan antara keduanya ternyata

masih cukup tinggi, sehingga memungkinkan untuk terciptanya trade creation. Cina

memberlakukan tarif rata-rata sebesar 9,4% untuk barang dari ASEAN. Sebaliknya, tarif yang

diberlakukan negara ASEAN terhadap barang dari Cina secara rata-rata hanya sebesar 2,3%.

Namun tak dapat dipungkiri bahwa selain peluang terdapat pula tantangan dengan

berlakunya ACFTA. Tantangan terbesar yaitu peningkatan kompetisi produk. Ketakutan akan

ketidakmampuan untuk bersaing produk dalam negeri menghadapi serangan produk impor

dari Cina maupun ketakutan akan ketidakmampuan produk ekspor untuk masuk ke potensi

pasar Cina yang terbuka lebar merupakan tantangan yang apabila dikelola dengan bijaksana

maka dapat menjadi peluang yang cukup potensial. Yue (2004) mencontohkan peningkatan

perdagangan intra industri pada produk mesin dan perlengkapan elektrik sebagai contoh dari

dampak ACFTA terhadap peningkatan perdagangan yang cukup berhasil. Terdapat berbagai

penelitian yang telah membahas dampak perdagangan ACFTA, antara lain seperti terlihat dalam

Tabel III.1.

Page 36: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

32 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

Grafik III.3:Pangsa Ekspor ke Cina

Grafik III.4: Sumber Impor Cina dariNegara-Negara ASEAN

Diagram III.1:Road Map Perjanjian ACFTA

China Sbg Tujuan Ekspor Utama

9%

8%

8%

8%

7%

7%

6%

4%

4%

1%

0 2 4 6 8 10

%

Vietnam

Singapura

Philipina

Thailand

Malaysia

Indonesia

Myanmar

Brunei

Lao

Cambodia Pangsa Impor Chinadari negara Asean

Singapura

Malaysia

Thailand

Indonesia

Philipina

Vietnam

Brunei

Myanmar

Lao

Cambodia

35%

21%

18%

13%

7%

6%

1%

1%

0%

0%

0 10 20 30 40

%

Kepala negaraASEAN danCinamenandatanganikerangkapersetujuanComprehensiveEconomicCooperationdiPnom Penh

4 NovemberMenteriEkonomiASEAN danCinamenandatangani protokolperubahankerangkapersetujuan diBali

6 OktoberIndonesiameratifikasikerangkapersetujuan AC-FTA melaluiKepresNo.48/2004

15 Juni

Terbit:- SK MenkeuNo.355/KMK/01/2004 tentangPenetapan TarifBM atas imporbarang dalamKerangka EarlyHarvest Package(EHP) AC-FTA.- SK MenkeuNo.356/KMK/01/2004 tentangPenetapan TarifBM atas ImporBarang dlKerangka EHPBilateralIndonesia-ChinaFTA

21 Juli

Terbit:PermenkeuNo.56/PMK.010/2005 tentangPenurunan /PenghapusanTarif BM dlRangka NormalTrack ASEAN-China

7 JuliTerbit:PermenkeuNo.21/PMK.010/2006 tentangPenetapan TarifBM dlm RangkaNormal TrackACFTA thn 2006

15 MaretTerbit:- PermenkeuNo.07/KMK.04/2007 tentangperpanjanganSK MenkeuNo.355/2004- PermenkeuNo.08/PMK.04/2007 tentangperpanjanganSK MenkeuNo.356/KMK.01/2004

6 FebTerbit:Permenkeu No.235/PMK.011/2008 tentangPenetapan TarifBM dalam rangkaACFTA

23 DesDepperin memintapenundaan ACFTAdari 2010 hingga2012 akibat krisis

29 Jan

10 Asosiasi industrimemintapenundaan ACFTAke DPR.

2 Des

Dibentuk timbersama unt.ACFTA yangdipimpin Menko, dgmelibatkan Apindo,Kadin, dan Depdag.

25 Des

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Page 37: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

33Dampak Pelaksanaan ACFTA Terhadap Perdagangan Internasional Indonesia

Table III.1Penelitian-Penelitian Terdahulu Terkait dengan ACFTA

- Secara keseluruhan akan meningkatkan net trade, output dan welfareregional

- Dampak masing-masing negara sangat beragam

- Keuntungan yang besar untuk negara seperti Singapura, Malaysia, Indonesiadan Thailand dibandingkan negara anggota yang relatif lebih miskin sepertiKamboja, Laos dan Myanmar.

- Optimis mengenai prospek penerapan ACFTA.

- ASEAN merupakan potensi pasar yang besar bagi ekspor China sekaligusalternatif sumber impor

- China merupakan pasar potensial bagi produk ekspor ASEAN terutamabarang intermediate dan kapital

- ACFTA akan memberikan keuntungan ekonomi yang signifikan terhadapperekonomian ASEAN dan China

- Tekanan kompetisi dari China akan membawa dampak negatif dalam jangkapendek namun akan berdampak positif berupa peningkatan produktivitasdan efisiensi di jangka panjang

Studi ini membandingkan dampak dari berbagai kerjasama perdaganganyang diikuti oleh China. Hasil temuan untuk kasus ACFTA menyatakan bahwaChina akan mendapatkan keuntungan dari keikutsertaannya dalam ACFTA

- Peningkatan ekspor ASEAN ke China

- Kompetisi terhadap produk impor dari China

- Terjadi trade creation dari ASEAN-China yang cenderung lebih tinggidibandingkan pertumbuhan intra trade antar negara ASEAN

- Singapura dan Malaysia memperoleh keunggulan dari spesialisasi inter danintra industri sementara Thailand memperoleh keunggulan dari spesialisasiintra industri. Namun Indonesia dan Filipina tidak banyak memperolehkeuntungan

- Peningkatan Ekspor ASEAN ke China dan sebaliknya

- Manfaat terbesar dari sisi ekspor dirasakan Indonesia, Malaysia, Singapuradan Thailand

- Komoditi ekspor andalan ASEAN merupakan barang intermediate Chinasehingga peningkatan ekspor China akan mendorong peningkatan eksporASEAN

- PDB ASEAN meningkat 0,9% sementara PDB China meningkat 0,3%

- Manfaat ekonomi : peningkatan speasialisasi dan perdagangan. Namundemikian, juga akan terjadi trade diversion dengan non member yangsignifikan.

- Dampak perdagangan : peningkatan eskpor ASEAN ke China dan sebaliknya.Peningkatan ekspor terbesar akan dialami oleh Indonesia, Malaysia,Singapura dan Thailand. Secara sektoral, keuntungan terbesar akan dinikmatioleh produk tekstil dan pakaian, mesin dan perlengkapan elektrik, sertaindustri lainnya. Terdapat peningkatan yang signifikan untuk perdaganganintra industri.

- Dampak terhadap PDB : PDB ASEAN akan meningkat 0,9% dan China 0,3%.Vietnam akan mengalami peningkatan terbesar. Sementara Indonesia akanmengalami penurunan PDB.

- Keuntungan non-ekonomi : peningkatan hubungan poilitik dan sosial.

Peneliti TemuanMetode Analisis

Park et al 2008 Indikator Perdagangandan GTAP

Park 2007 Kulaitatif

Jiang & 2008 GTAPMcKibbin

Tambunan 2005 Indikator Perdagangan

Okamoto 2005 Indikator Perdagangan

Universal GTAPAcces toCompititivenessand Trade(UACT)

Yue 2004 GTAP

Tahun

Page 38: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

34 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

III. METODE PENELITIAN

III.1. Model Computable General Equilibrium

Terdapat beberapa pendekatan dalam studi perdagangan dunia, salah satu jenis

pengelompokannya yaitu pendekatan model keseimbangan umum dan parsial. Teori

keseimbangan umum menjelaskan adanya mekanisme keterkaitan antara seluruh pasar sebagai

suatu sistem yang saling berinteraksi secara simultan. Apabila pasar dalam kondisi keseimbangan

mengalami perubahan atau terdapat gangguan pada suatu pasar secara parsial, maka akan

ada penyesuaian pada pasar yang bersangkutan dan di pasar lainnya. Salah satu model yang

sering digunakan pada berbagai studi adalah General Trade Analysis Project (GTAP); sebuah

model computable general equlibrium (CGE) yang dikembangkan oleh Purdue University.

Model CGE seringkali digunakan untuk sektoral industri, perdagangan dan fiskal2 . Dalam

model ini, kondisi pasar faktor produksi dan pasar hasil produksi berada pada kondisi

keseimbangan. Dasar utama dari model CGE adalah pemahaman bagaimana ekonomi bekerja

dan selanjutnya menggunakan data sesuai dengan model yang dikembangkan.

Dalam model GTAP ini, perekonomian dunia diasumsikan telah berada pada kondisi

keseimbangan umum, dimana seluruh agen dalam perekonomian tidak memiliki kemampuan

untuk mempengaruhi harga atau bertindak sebagai price taker sehingga harga yang terbentuk

sepenuhnya merupakan interaksi antara permintaan dan penawaran. Secara implisit, ini

mengasumsikan bahwa setiap pasar berada dalam kondisi pasar persaingan sempurna

(competitive) dan pendekatan ini seringkali dikenali sebagai konsep Walrasian General

Equilibrium.

Keseimbangan umum dalam model CGE dicerminkan dalam bentuk nominal (kuantitas

dikalikan dengan harga) yang mewakili aliran dana, baik disertai dengan aliran barang

(transaksi) maupun tidak (transfer). Model CGE terdiri dari persamaan-persamaan yang

mewakili keseimbangan seluruh pasar mulai dari pasar input sampai pasar output untuk

keseluruhan sektor yang dianalisis. Selain itu, model CGE ini secara eksplisit memodelkan

perilaku rasional agen-agen perekonomian baik produsen yang memaksimalkan keuntungan,

rumah tangga yang memaksimalkan kepuasan (utility), dan agen lain dalam perekonomian.

Termasuk dalam model CGE ini adalah spesifikasi persamaan menyangkut arus dana antar

agen, serta persamaan-persamaan lain yang mendefinisikan pembentukan harga dan

kuantitas. Secara keseluruhan, model CGE merupakan sekumpulan persamaan matematis

yang simultan dapat diselesaikan.

2 Working Paper 2009, Semar 2009: Suatu Model Financial Computable General Equilibrium, BRE DKM.

Page 39: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

35Dampak Pelaksanaan ACFTA Terhadap Perdagangan Internasional Indonesia

Model GTAP merupakan model CGE multi sector dan multi region. Standar model GTAP

terdiri dari rumah tangga, pemerintah, dan perusahaan di masing-masing ekonomi3 (Diagram

III.2). Social welfare function diasumsikan terdiri dari belanja swasta, national savings, dan

belanja pemerintah. Tabungan (Savings) dianggap sebagai proksi dari konsumsi yang ditunda.

Dengan kendala pendapatan pada masing-masing region (regional income constraint), maka

setiap principal agents memaksimalkan welfarenya.

Sebagaimana model CGE lainnya, model standar GTAP memberikan spesifikasi dari

berbagai teori dan perilaku agen secara eksplisit dalam bentuk persamaan matematis. Pemilihan

bentuk fungsi mengacu pada 2 hal utama, (i) kesesuaian teori, dan (ii) kenyataan empiris, serta

(iii) kebutuhan penelitian. Salah satu bentuk fungsi (untuk selanjutnya kita sebut nesting) yang

sering digunakan adalah bentuk fungsi Cob-Douglas dimana parameter yang menunjukkan

proporsi dari komponen pementuknya diasumsikan tetap. Jika harga relatif dari suatu komoditas

berubah, maka penggunaannya ƒkatakan untuk konsumsiƒ juga akan mengalami perubahan

untuk mempertahankan proporsi nominalnya sesuai dengan besaran parameter yang telah

ditentukan sebelumnya (relative share).

3 TSQ Discussion Paper, How Will the Regional FTAs Shape the Indonesian Economy? Evaluation by the Computable General EquilibriumModel, Masahiko Tsutsumi, August 2001.

Diagram III.2: Blok-Blok Agen Dalam Model GTAP

Pengeluaran konsumsi terdiri dari berbagai macam komoditas tradable dalam model.

Rumah tangga menentukan permintaannya untuk masing-masing komoditas berdasarkan tiga

faktor, yaitu: harga relatif , konsumsi minimum, dan tingkat pendapatan . Sistem permintaan

ini disebut sebagai Constant Difference Elasticity (CDE). Sementara itu, pengeluaran pemerintah

untuk individual komoditas tetap berdasarkan fungsi Cob-Douglas.

Sumber: A Graphical Exposition of GTAP Model, Brockmeier, 1996

Dunia / ROW

Rumah TanggaSwasta

Produsen

Pemerintah

Rumah TanggaRegional

Global Saving

VIPAVIGA

TAXES

SAVE

TAXES

PRIVEXP GOVEXP

XTAX TAXES

VDPA

NETINV

VOAMTAX

VDGA

VIFAVDFA

VXMD

Page 40: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

36 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

Komoditas diproduksi baik oleh produsen dalam negeri dan luar negeri. Keduanya

selanjutnya dikombinasikan dalam bundel komoditas yang merupakan komposit dari produk

domestik dan impor. Dalam model GTAP, komposisi kedua asal produk ini mengikuti fungsi

Constant Elasticity Substitute (CES). Sistem import-domestic demand ini dikemukakan oleh

Armington (1969) memungkinkan modeler untuk merubah elastisitas substitusi antara produk

domestik dan imnpor bergantung dari eksperimennya.

Perusahaan diasumsikan akan memaksimalkan keuntungannya. Dalam proses produksi,

tenaga kerja, kapital, dan tanah membentuk komposit input primer mengikuti bentuk nesting

CES, sehingga memungkinan terjadinya substitusi antara ketiga input primer tersebut. Hal ini

sesuai dengan teori dan kenyataan empiris dimana suatu sektor dapat beralih dari padat karya

ke padat modal atau sebaliknya.

Komposit input primer ini kemudian digabungkan dengan input antara dalam nesting

yang berbentuk fungsi Leontief. Spesifikasi ini jelas diharuskan untuk mempertahankan

komplementaritas antara input primer dengan input antara sebab sulit untuk membayangkan

jika tenaga kerja dapat digantikan oleh katakan minyak goreng dalam proses produksi sektor

hotel dan restoran misalnya.

Tanah bersifat immobile sementara itu labor dan modal bersifat mobile dalam industri.

Dalam model GTAP standar ini, pergerakan endowment lintas negara (international mobility)

tidak diperbolehkan.

Tabungan di masing-masing negara dilakukan (dikumpulkan) oleh suatu lembaga fiksi,

yaitu global bank dan dialokasikan sebagai sumber pembiayaan bagi investasi. Bagaimana

menghubungkan savings dengan investasi tergantung kepada teori dan kenyataan empiris

yang dapat diubah sesuai dengan tujuan penelitian.

Secara umum, setiap pertanyaan penelitian yang diajukan harus diterjemahkan kedalam

bentuk simulasi model. Setting simulasi ini sangat menentukan dan salah satu komponen yang

penting adalah closure; yakni pembagian variabel untuk ditempatkan sebagai variabel endogen

atau eksogen. Implikasi dari closure ini sangat besar terhadap kepentingan dan hasil simulasi,

salah satunya dalam merestriksi apakah simulasi berdimensi jangka pendek (salah satunya

ditandai dengan fixed sectoral capital) atau berjangka panjang.

III.2. Alur Analisis

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur dampak ACFTA bagi perdagangan internasional

Indonesia serta bagaimana dampaknya terhadap komoditas ekspor Indonesia. Terkait dengan

Page 41: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

37Dampak Pelaksanaan ACFTA Terhadap Perdagangan Internasional Indonesia

hal tersebut, dalam bagian ini diuraikan mengenai alur analisis yang dilakukan sebagaimana

ditunjukkan dalam Diagram III.3.

Diagram III.3:Diagram Alur Analisis

Tahapan pertama adalah melakukan proses agregasi dan disagregasi negara dan komoditas

dari masing-masing sektor. Selanjutnya melakukan running model CGE, dengan menggunakan

model GTAP yang merupakan model CGE untuk melakukan simulasi terkait dengan perdagangan

internasional. Setelah memberikan shock, dalam hal ini terhadap tarif, maka dilakukan running

model. Adapun data yang digunakan adalah data perdagangan negara-negara dunia tahun

2004 yang merupakan data standar dalam model GTAP versi 7 tahun 2008.

Hasil simulasi berdasarkan model CGE selanjutnya dianalisis untuk melihat peluang dan

tantangan yang dihadapi secara riil dalam perekonomian sebagaimana yang disimulasikan.

Lebih rinci, hasil simulasi model GTAP ini akan dikonfrontasikan dengan analisis indikator-

indikator perdagangan internasional atas data ekspor dan impor dari UNCOMTRADE periode

2001-2008.

HasilSimulasi

Peluang

Tantangan

Proses agregasi dandi sagregasi negara & sektor Run GTAP (CGE Model)

Shock Tarif0%

Eksekusi

IndikatorRCA

IndikatorIIT

IndikatorOverlap

IndikatorSimilarity

Peta daya saingkomoditas RI

Peluang

Tantangan

Pasar China

Pasar ASEAN

Indonesiavs

Negara ASEAN

Indonesiavs

China

IndikatorSpearman RC

Page 42: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

38 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

Untuk periode 2001-2008, analisis dibagi menjadi dua periode yaitu Periode I tahun

2001-2004 yang bisa dipandang sebagai periode sebelum implementasi ACFTA. Yang berikutnya

adalah Periode II tahun 2005-2008 yang dianggap sebagai periode implementasi ACFTA. Data

yang dipergunakan ini merupakan data SITC-3 digit (ver.3) yang diagregatkan menjadi 2 digit.

Sementara itu, untuk mengekuivalenkan kode komoditas antara versi GTAP dengan versi SITC

maka dilakukan re-grouping untuk memperoleh kompatibilitas diantara keduanya.. Konversi

kelompok komoditas dari SITC ke GTAP menggunakan referensi utama yang disajikan dalam

website GTAP.

III.3. Setting Simulasi Model GTAP

Secara umum, closure yang digunakan dalam simulasi mengikuti closure standar GTAP

yakni: 4

1. Variabel harga dan kuantitas dari komoditas yang dapat diperdagangkan lintas negara dan

tidak termasuk dalam kategori endowment commodities, ditempatkan sebagai variabel

endogen.

2. Pendapatan setiap region adalah endogen.

3. Seluruh variabel kebijakan, produktivitas (technical changes) dan populasi ditempatkan

sebagai variabel eksogen.

Dalam melakukan simulasi untuk melihat dampak implementasi ACFTA terhadap

perdagangan internasional terhadap ASEAN secara umum dan Indonesia secara khusus, terutama

terkait dengan ekspor, shock yang diterapkan adalah:

1. Tarif yang berlaku antara negara-negara ASEAN dengan Cina menjadi 0% (tidak berlaku),

2. Anggota ACFTA tetap mengenakan tarif kepada negara non ACFTA (rest of the world,

ROW).

3. Begitu pula sebaliknya, ROW mengenakan tarif terhadap negara-negara anggota ACFTA.

III.4. Pengujian Korelasi Indikator Perdagangan Internasional

Berangkat dari hasil simulasi model GTAP sebelumnya, untuk melihat peta daya saing

komoditas Indonesia serta tantangan dan peluang yang dihadapi sebagai dampak terbentuknya

forum ACFTA bagi perdagangan internasional Indonesia, maka analisis dilanjutkan dengan

menggunakan beberapa indikator perdagangan yakni (i) Revealed Comparative Advantage

4 Setting simulasi secara lengkap tersedia pada penulis.

Page 43: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

39Dampak Pelaksanaan ACFTA Terhadap Perdagangan Internasional Indonesia

(RCA), (ii) Intra Industry Trade (IIT), (iii) Index of Export Overlap (IEO), dan (iv) Index of Export

Similarities (IES).

Indikator perdagangan internasional digunakan untuk memberikan klarifikasi dan

tambahan informasi hasil temuan hitungan dengan menggunakan GTAP. Indikator perdagangan

juga menjadi pelengkap hasil riset karena dapat memberikan informasi kinerja komoditas ekspor

Indonesia secara lebih rinci.

Terhadap indikator RCA tersebut, dilakukan Spearman»s rank correlation coefficient (SRC)

yang merupakan ukuran statistik non-parametrik dan dapat dihitung dengan formula berikut:

(III.1)

Pengujian ini diperlukan untuk melihat apakah terdapat persamaan peringkat daya saing

komoditas pada dua negara secara berpasangan yang diamati. Tanda dari SRC menunjukkan

arah hubungan antara variabel independen X dan variabel dependen Y. Besaran SRC ini terletak

antara 0 dan 1 dimana ketika X dan Y perfectly monotonically related, maka SRC menjadi 1.

III.4.1. Revealed Comparative Advantage (RCA)

Untuk melihat daya saing produk ekspor, indikator yang digunakan adalah indikator

revealed comparative advantage (RCA); dimana untuk RCA > 1 menunjukkan adanya keunggulan

komparatif.

RCA = (Xij / Xj) / (Xi

w / X

w)

di mana:

Xij = ekspor komoditas i negara j

Xj = total ekspor negara j

Xiw = ekspor komoditas i dunia

Xw

= total ekspor dunia

III.4.2. Intra Industry Trade (IIT)

Untuk melihat alur perdagangan internasional digunakan indikator Intra-Industry Trade

atau seringkali juga disebut Grubel-Lloyd index (IIT). Berdasarkan formula, indikator tersebut

berada pada ukuran nilai antara 0 dan 1. IIT yang mendekati 0 mencerminkan alur perdagangan

Σi i i

i i i i

ρ( (( (

) )) )

x x y y

Σi x x y y 22=

Σ

Page 44: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

40 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

yang bersifat inter-industri, sedangkan IIT yang mendekati 1 mencerminkan alur perdagangan

yang bersifat intra-industri.

Secara umum, indikator tersebut menjelaskan bahwa, suatu komoditas dari suatu negara

cenderung mempunyai ikatan mata rantai dalam suatu perdagangan internasional apabila

memiliki nilai yang mendekati 1. Hal ini dapat digambarkan dengan perdagangan ekspor dan

impor suatu negara untuk jenis industri manufaktur dalam kelompok barang yang sama (biasanya

mengacu pada kelompok barang menurut SITC). Suatu negara dapat melakukan ekspor

komponen elektronik dan pada saat yang sama melakukan impor barang elektronik. Di sisi

lain, perdagangan untuk jenis komoditas tertentu misalnya komoditas berbasis SDA seperti

minyak dan gas, suatu negara cenderung bertindak sebagai eksportir dan sedikit atau bahkan

tidak melakukan impor. Apabila ini terjadi maka, nilai IIT komoditas minyak dan gas tersebut

mendekati 0, atau perdagangan yang bersifat inter-industry.

Untuk mengukur tingkat IIT maka digunakan indeks Grubel dan Lloyd sebagai berikut:

(III.2)

Di mana: X(i,j,t) adalah nilai dari komoditas ekspor i oleh negara j pada tahun t

M(i,j,t) adalah nilai komoditas impor i oleh negara j pada tahun t

Perhitungan di sini menggunakan klasifikasi data SITC-3 digit komoditas i yang kemudian

diagregatkan menjadi 2 digit. Dalam perhitungan GLI terdapat kecenderungan semakin detail

data komoditas maka nilai GLI semakin kecil. Mengacu kepada penelitian-penelitian sebelumnya

penelitian ini juga digunakan 2 digit dengan pertimbangan sudah mencukupi untuk

mengidentifikasi proses IIT dalam negara-negara ACFTA.

III.4.3. Index of Export Overlap (IEO)

Untuk mengukur tingkat kompetisi masing-masing negara ASEAN dengan Cina dalam

perdagangan ACFTA dan juga tingkat kompetisi antar negara-negara ASEAN dalam

memanfaatkan peluang ekspor ke Cina, dipergunakan ukuran Index of Export Overlap (IEO).

Persamaan overlapping index dinyatakan oleh persamaan:

GLI ( j,t ) =Σi X ( i, j, t )( + M ( i, j, t ) − X ( i, j, t ) M ( i, j, t )−

Σi X ( i, j, t )( M ( i, j, t )− )

IEO ( j1, j

2, t ) = 100 x Σ min (X (i, j

1, t), X (i, j

2, t) /

t tΣ X ( i, j

1, t )

Page 45: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

41Dampak Pelaksanaan ACFTA Terhadap Perdagangan Internasional Indonesia

Ukuran IEO dipergunakan untuk mengukur tingkat kompetisi yang diindikasikan dengan

share ekspor yang overlap antara total ekspor dua perekonomian . Semakin besar area yang

overlap (daerah b), maka semakin besar tingkat kompetisi antar kedua negara tersebut.. Indeks

tersebut berada diantara nilai 100 yang berarti full overlap dan 0 berarti tidak overlap.

Diagram III.4:Kompetisi Antara Ekonomi A dan B Dengan Ukuran Ekspor Overlap

III.4.4. Index of Export Similarity (IES)

Index of Export Similarity digunakan untuk mengukur sejauh mana tingkat kemiripan

komposisi produk ekspor dari dua perekonomian. Persamaan similarity index dinyatakan oleh

persamaan berikut:

di mana: s(i,j,t) adalah share komoditas ekspor i terhadap total ekspor ekonomi j tahun t

Nilai indeks IES berkisar antara 0 sd. 100 di mana nilai 100 menunjukkan bahwa komposisi

ekspor dari dua perekonomian tersebut identik, sedangkan 0 jika share komposisi produk ekspor

dari dua perekonomian tersebut sangat berbeda. Oleh karena IES mengabaikan efek ukuran

ekspornya, analisis IES selalu disandingkan dengan indikator IEO.

III.5. Data

Sebagaimana disebutkan sebelumnya, data yang dipergunakan untuk model GTAP

bersumber dari data GTAP versi 7.0 dengan benchmark data tahun 2004. Cakupan negara

Sumber : Regional Economic Outlook: Asia and Pasific, Oct 2007

a

b

c

Ekonomi A

Ekonomi BNila

i Eks

por

Komoditas (i)

IEO untuk ekonomi A = b/(a+b)IEO untuk ekonomi B = b/(c+b)

Lower valueadded

Higher valueadded

IES ( j1, j

2, t ) = 100 x Σ s (i, j

1, t)s (i, j

2, t) /

i iΣ s ( i, j

1, t )2

iΣ s ( i, j

2, t )2

Page 46: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

42 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

dalam database GTAP mencapai 113 negara dengan 57 rincian sektor komoditas. Sementara

itu, untuk analisis dengan indikator perdagangan internasional menggunakan sumber data

UNCOMTRADE terutama meliputi data ekspor impor untuk negara-negara dalam lingkup

pengamatan yaitu ACFTA. Periode data yang diolah adalah mulai tahun 2001-2008.

IV. HASIL DAN ANALISIS

Hasil simulasi yang dihasilkan dari model GTAP mencakup berbagai indikator yang

dimungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut. Meski demikian analisis penelitian lebih

difokuskan kepada analisis komoditas ekspor negara anggota ACFTA, khususnya Indonesia.

Secara umum terdapat dua bagian fokus analisis, pertama adalah melihat efek shock yang

diberikan terhadap perdagangan negara-negara anggota ACFTA, sementara bagian kedua

mengarah pada hasil kuantitatif dampak perdagangan menurut rincian komoditas. Hasil analisis

bagian pertama dilakukan untuk melihat bagaimana perimbangan dampak trade diversion

dan trade creation sebagai akibat dari implementasi FTA.

IV.1. Hasil Perhitungan dengan Model GTAP

Dari berbagai studi literatur, diperoleh gambaran umum bahwa dampak perdagangan

antara negara dalam anggota blok perdagangan akan meningkat. Namun perdagangan dengan

negara dengan bukan anggota akan menurun. Analisis dampak perdagangan dalam suatu

blok suatu perdagangan sering dikenal dengan analisis trade divertion dan trade creation.

Untuk melihat dampak keseluruhannya, dengan membandingkan besaran masing-masing dari

kedua efek perdagangan tersebut. Apabila dampak trade creation yang lebih besar, maka

secara umum perjanjian perdagangan membawa keuntungan secara keseluruhan. Demikian

sebaliknya apabila dampak trade creation yang lebih rendah, maka dampak perjanjian

perdagangan tidak membawa keuntungan secara keseluruhan.

Meskipun ditemukan dampak trade creation yang lebih menonjol dari trade divertion,

perlu pengamatan lebih lanjut apakah hasil positif secara umum tersebut dinikmati secara

merata oleh negara anggota atau tidak. Demikian juga dengan rincian komoditas ekspor yang

mengalami peningkatan perlu pendalaman lebih lanjut apakah merupakan komoditas generik

secara umum negara anggota atau cenderung dikuasai oleh beberapa negara.

Kenaikan volume perdagangan diantara anggota ACFTA terutama disebabkan oleh

bergabungnya pasar Cina dan berlakunya tarif yang lebih rendah. Dengan demikian, proses

terjadinya trade diversion merupakan proses pengalihan perdagangan yang semula dilakukan

Page 47: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

43Dampak Pelaksanaan ACFTA Terhadap Perdagangan Internasional Indonesia

dengan partner dagang negara bukan anggota ACFTA bergeser menuju kepada sesama anggota

ACFTA. Proses perubahan tersebut dapat dianalogikan dengan adanya sejumlah nominal dana

yang dimiliki oleh agen ekonomi (negara) menjadi dapat dibelanjakan dengan barang yang

lebih banyak sebagai akibat turunnya harga barang. Preferensi importir juga mengalami

perubahan menghadapi dinamika perubahan harga impor sebagai akibat penurunan tarif.

Apabila penurunan tarif impor menyebabkan harga menjadi lebih murah dibandingkan dengan

harga barang yang bersumber dari negara non member (asumsi kualitas barang sama), maka

terjadi penurunan perdagangan dengan negera non member atau terjadi trade divertion.

Hasil simulasi GTAP untuk mengukur dampak perdagangan (trade effect) secara

keseluruhan (net effect) untuk negara anggota ACFTA tercermin dalam Grafik III.5 dan Grafik

III.6. Total net trade creation di kawasan ACFTA adalah sebesar 2,1% yang bersumber dari

adanya trade creation diantara negara anggota ACFTA sebesar 18,4% dan penurunan trade

diversion berupa penurunan perdagangan dengan negera bukan anggota (rest of the world)

sebesar 1,8% 5 .

Grafik III.5 Dampak Perdagangan diASEAN Atas Kebijakan ACFTA (%)

Grafik III.6. Net Trade creation DampakACFTA

Dari individu negara anggota ACFTA, Vietnam dan Thailand mempunyai trade creation

terbesar, masing-masing sebesar 9,1% dan 2,5%, sedangkan Singapura memperoleh hasil

yang minimal yaitu 0,4% (Grafik III.5). Tinggi rendahnya net trade creation tersebut dipengaruhi

oleh besaran tarif impor saat simulasi dilakukan. Rata-rata tarif impor dinegara Vietnam dan

Thailand masih relatif tinggi sedangkan di Singapura telah mencatat 0%. Berdasarkan data

awal GTAP yang digunakan, tarif impor komposit barang dari Cina di Vietnam dan Thailand

5 Hasil lengkap perhitungan dampak perdagangan disajikan dalam lampiran 1.

Trade Creation

Trade Diversion

-4,0

-3,0

-2,0

-1,0

0,0

0 5 10 15 20 25 30 35 40

SIN

PHI

IND

THA

MAL

CHI

VIE

ASEAN

OTHERS ASEAN

ACFTA

1

Net Trade

Persen (%)

0,0

2,0

4,0

6,0

8,0

10,0

Vietnam,9.1

Thailand,2.5 China,

2.3

Indonesia,2.0

Malaysia,1.9 Filipina,

1.32

Singapura,0.4

OtherASEAN, 2.2

ASEAN,2.02

ACFTA,2.1

Page 48: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

44 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

masing-masing 18,0 dan 11,3%. Untuk negara lainnya berturut-turut Indonesia (11,3%),

Malaysia (7,5%), Philipina (5,3%), serta other ASEAN (7,8%). Tinggi rendahnya tarif masuk

barang tersebut secara umum sejalan dengan tarif masuk yang dikenakan oleh Cina atas barang

yang bersumber dari negara-negara tersebut. Kecuali barang dari Singapura dimana Cina masih

mengenakan tarif komposit 4,2%.

Dengan berlakunya kesepakatan perdagangan ACFTA, perkembangan ekspor impor

antara negara ASEAN dengan Cina mengalami perubahan. Impor barang Vietnam dan Thailand

yang bersumber dari Cina mengalami lonjakan masing-masing sebesar 147% dan 101%,

sedangkan Singapura justru mencatat penurunan impor sebesar 1,2% (Grafik III.7). Hal ini

sejalan dengan penjelasan sebelumnya bahwa sensitifitas perubahan impor sejalan dengan

kondisi tarif impor yang sebelumnya tinggi dan di-shock menjadi 0% pasca ACFTA. Dengan

dinamika perubahan ekspor dan impor sebagai akibat dari perubahan tarif dalam lingkup ACFTA

tercermin dalam Grafik III.8.

Pasangan bilateral Vietnam dan Cina sebelum penerapan ACFTA juga menerapkan struktur

tarif yang tinggi secara timbal balik. Pasca penerapan ACFTA, hasil simulasi menunjukkan

perubahan total ekspor dan impor yang besar masing-masing 6,4% dan 11,5%.6

6 Nilai pertumbuhan ekspor dan impor hasil dari model GTAP tersebut dicatat sebagai perubahan dari nilai dasar (base value) yangdipakai dalam data base model GTAP.

Grafik III.7. Dampak PerubahanEkspor dan Impor dengan China (%)

Grafik III.8. Dampak Perubahan TotalEkspor dan Impor (%)

Bagi Indonesia, dampak net creation adalah sebesar 2,0% yang bersumber dari trade

creation 10,3% dan trade diversion -1,5% (Grafik III.5 dan III.6). Perhitungan trade creation

dan trade diversion tersebut diatas berdasarkan total perdagangan internasional yaitu

Export to China, growth (%)

Import from China, growth (%)

-10

20

50

80

110

140

ASEANothers ASEAN

SIN

PILIND

THA

MAL

VIE

0 10 20 30 40 50

Export to world, growth (%)

0,0

2,0

4,0

6,0

Import from World, growth (%)

0 1 2 3

ASEANothers ASEAN

ACFTA

SIN

PILIND

THA

MAL CHI

VIE11.5

6.4

Page 49: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

45Dampak Pelaksanaan ACFTA Terhadap Perdagangan Internasional Indonesia

penjumlahan total nilai ekspor dan impor Indonesia dengan seluruh negara partner dagangnya.

Sementara itu, apabila perhitungan net creation dengan pendekatan total nilai ekspor dikurangi

dengan total impor (net ekspor) dihitung untuk melihat dampaknya pada neraca pembayaran.

Dari simulasi dampak ke neraca pembayaran Indonesia, terdapat kenaikan total impor sebesar

2,3% atau lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan ekspor 1,8%. Dengan demikian, secara

keseluruhan surplus neraca perdagangan Indonesia turun 2,3% atau sebesar USD247 juta

(Grafik III.9 dan lihat lampiran 1 untuk hasil lengkap net creation dengan perhitungan total

ekspor impor dan net ekspor).

Grafik III.9. Dampak Net EksporIndonesia Pemberlakuan ACFTA (%)

Grafik III.10. Pangsa Ekspor Indonesia √Data GTAP (%)

Meskipun surplus neraca perdagangan Indonesia negara di kawasan ACFTA mencatat

peningkatan, dampak keseluruhan terhadap total neraca perdagangan masih mencatat

penurunan surplus. Hal ini disebabkan oleh pangsa perdagangan Indonesia dengan ROW yg

lebih dominan dbandingkan dengan kawasan ACFTA. Sebagai gambaran, ekspor Indonesia

(data base level-GTAP) dengan partner dagang ROW mencapai 74%, atau jauh lebih besar

dibandingkan dengan partner dari sesama anggota ACFTA sebesar 26% (Grafik III.10).

Dari hasil simulasi diperoleh hasil perubahan ekspor impor Indonesia dengan keseluruhan

mitra dagang sesama anggota ACFTA masing-masing tumbuh 11,7% dan 9,1%. Dengan

hasil peningkatan ekspor yang lebih besar dari impor, dampak terhadap surplus neraca

perdagangan Indonesia mencatat kenaikan 6,5% atau USD253 (Grafik III.9). Sementara itu,

transaksi ekspor dan impor Indonesia dengan partner dagang dari ROW mencatat penurunan

masing-masing sebesar -1,7% dan -1,3%, sehingga neraca perdagangan turun 3,5% atau

USD499 juta.

Juta USD growth %

-600

-400

-200

0

200

400

600

Mutasi Trade Balance (USD)

Mutasi Trade Balance (%)-10,0

-8,0

-6,0

-4,0

-2,0

0,0

2,0

4,0

6,0

8,0

10,0

-15

268 253

-499

-247

-2,3

8,36,5

-3,5-2,3

China Asean ACFTA WOR Total China Asean ACFTA WOR Total

ASEAN16%

CHINA10%ACFTA

26%ROW74%

Page 50: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

46 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

Berdasarkan Grafik III.9 di atas, telah ditunjukkan bahwa hasil simulasi pada pertumbuhan

neraca perdagangan turun 2,3%. Simulasi dalam model GTAP atas ekspor dan impor tersebut

dihasilkan dari rincian 57 komoditas yang terdiri dari 42 komoditas ekspor dan impor (tradable),

sementara 15 komoditas lainnya berupa komoditas jasa atau non-tradable (services) (Tabel

Pengelompokkan 42 sektor tradable dan tabel konversi terdapat di lampiran 2 s/d 5). Pemisahan

kelompok barang tersebut diperlukan untuk memudahkan dalam analisis selanjutnya yang

menggunakan data ekspor impor yang bersumber dari UNCOMTRADE. Sebagaimana diketahui,

statistik ekspor impor dalam perdagangan internasional pada berbagai publikasi termasuk

UNCOMTRADE, merupakan komoditas yang dapat diperdagangkan (tradable). Sementara itu,

dalam analisis sektor riil dalam konteks PDB, pembahasan komoditas terdiri dari komoditas

tradable dan non-tradable. Oleh karena itu, hasil simulasi ekspor impor yang bersumber dari

GTAP dapat kita rinci lebih lanjut untuk kepentingan analisis yang lebih detil, salah satunya

dengan menganalisis komoditas tradable.

Terdapat perbedaan hasil simulasi apabila kita bandingkan hasil simulasi total 57 komoditas

dan 42 komoditas yang bersifat tradable. Secara keseluruhan perubahan dampak net ekspor

Indonesia terhadap 42 komoditas disajikan dalam lampiran 2. Namun untuk memudahkan

tabulasi, terhadap 42 komoditas tradable tersebut dapat di agregasi lebih lanjut menjadi 6

jenis komoditas utama tradable seperti pada terlihat pada tabel III.2 dan III.3 (Tabel konversi

menjadi 6 jenis komoditas utama tradable dan 1 komoditas jasa terdapat di lampiran 5). Dari

grafik III.12 dan tabel 4.2 terlihat bahwa hasil simulasi total net ekspor pada 42 komoditas

(tradable) berubah menjadi tumbuh 0,5%. Hasil simulasi komoditas tradable lainnya adalah

ekspor Indonesia ke Cina meningkat cukup besar 41,4% sehingga secara keseluruhan ekspor

Grafik III.11. Dampak Perubahan EksporImpor Indonesia atas Kebijakan ACFTA

Grafik III.12. Dampak ACFTA terhadapNet Eskpor Sektoral Komoditas (%)

ROW

ASEAN

Export growth (%)

INDONESIA 'S TRADE

-10

0

10

20

30

40

50

-10 -5 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

Import growth (%)

TOTAL

CHINA

ACFTA

%

-8

-4

0

4

8

12

China ACFTA ASEAN ROW Dunia

-2,3

6,5

8,3

-3,5-2,3

-6,2

8,39,5

-0,6

0,5

57 Sektor Komodiitas42 Sektor komoditas

Page 51: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

47Dampak Pelaksanaan ACFTA Terhadap Perdagangan Internasional Indonesia

ke ACFTA naik 11,9% (Tabel III.2.). Sementara itu, dampak net ekspor (neraca perdagangan)

yang negatif terjadi dengan mitra dagang Cina dan ROW (Tabel III.3).

IV.2. Hasil Analisis Indikator Perdagangan Internasional

Berdasarkan output yang dihasilkan dari model GTAP, pengembangan analisis diarahkan

kepada arah adanya peluang dan tantangan pengembangan produk ekspor Indonesia.

Pengembangan analisis dilakukan dengan mendasarkan hasil simulasi model GTAP yang

dikombinasikan dengan analisis indikator perdagangan. Berdasarkan hasil temuan model pada

bagian sebelumnya, telah dihasilkan rincian komoditas yang memiliki peluang dengan adanya

sumbangan positif pada neraca perdagangan pada sejumlah 42 komoditas dalam kelompok

barang perdagangan (tradable). Dari sejumlah komoditas ekspor yang meningkat tersebut,

kemudiaan dipetakan lebih lanjut dengan melihat daya saing komoditas tersebut dalam pasar

ACFTA.

Pada tahap pemrosesan data, terdapat dua sumber utama rincian komoditas berdasarkan

GTAP dan SITC 3-digit (ver.3). Oleh karena itu perlu dilakukan konversi dari rincian komoditas

SITC yang berjumlah 261 menjadi rincian komoditas sesuai dengan GTAP sejumlah 42 komoditas.

Sumber utama penyusunan konversi bersumber dari forum diskusi dalam diskusi model GTAP

di website Universitas Purdue. 8

Sementara itu, untuk memberikan hasil analisis yang lebih baik, dilakukan pembagian

periode pengamatan atas indikator yang disusun. Pemisahan perrode tersebut yang disebut

sebagai periode I dan II juga dimaksudkan untuk melihat dampak perdagangan internasional

sebelum dan setelah penerapan kebijakan ACFTA. Cakupan data yang masuk dalam periode I

Tabel III.2 Dampak Pertumbuhan EksporKomoditas Indonesia pasca Kebijakan

ACFTA (Dalam %)

Sektor Komoditas ASEAN ACFTA China ROW Dunia

Produk Pertanian -10,9 -5,3 33,9 -0,5 -2,0Produk Makanan -4,7 4,7 16,5 -1,8 -0,1Industri Ekstraktif -0,3 2,2 5,2 -0,6 -0,1Industri Ringan -21,3 17,6 60,4 -1,7 0,5Industri Berat -3,2 18,2 48,7 -3,0 4,7Industri Teknologi intensive -3,11 2,3 63,1 -1,8 3,9Total -4,4 11,9 41,4 -1,7 2,1

Tabel III.3 Dampak Pertumbuhan Net EksporKomoditas Indonesia pasca Kebijakan ACFTA

(Dalam %) 7

Sektor Komoditas ASEAN ACFTA China ROW Dunia

Produk Pertanian -14,3 -49,2 -7,8 1,2 -3,8Produk Makanan -37,8 4,9 9,3 -3,1 -1,9Industri Ekstraktif 2,5 -0,5 -30,2 -1,1 -1,7Industri Ringan -32,2 -90,2 -256,2 0,3 -1,7Industri Berat 27,7 79,3 70,7 -20,9 20,6Industri Teknologi intensive 27,7 -9,2 -43,3 15,9 1,3Total 9,5 8,3 -6,2 -0,6 0,5

7 Pertumbuhan negatif berarti memberikan sumbangan penurunan neraca perdagangan, sementara positif berarti memberikan kenaikanneraca perdagangan.

8 Tabel lengkap konversi ini tersedia dan dapat diminta pada penulis atau redaksi BEMP.

Page 52: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

48 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

adalah data dari tahun 2001-2004, sementara data periode II untuk tahun 2005-2008. Dasar

pemilahan menjadi dua periode tersebut, adalah saat implementasi kebijakan ACFTA tahun

20049 . Berdasarkan data dari Kementerian Perdagangan RI, implementasi ACFTA dengan

pemberlakuan tarif impor secara bertahap telah berjalan adanya 25,6% atau sebanyak 2.857

pos tarif tercatat 0% pada tahun 2005 (Tabel III.4). Perkembangan tarif 0% terus bertambah

menjadi 83,6% atau sebanyak 7.306 pos tarif di tahun 2010. Pencapaian tarif menuju 0%

bagi anggota ACFTA, sejalan dengan pentahapan yang telah diatur dalam skema pentahapan

early harvest program, normal track dan sensitive/highly sensitive list.

Table III.4Perkembangan Penurunan Tarif Bea Masuk

Tarif BeaMasuk

T A H U N

0% 2,857 25.6% 2,864 25.6% 2,639 30.2% 2,639 30.2% 5,709 65.3% 7,306 83.6% 7,306 83.6% 7,778 89.0%5% 3,893 34.8% 3,888 34.8% 3,218 36.9% 3,219 36.8% 2,219 25.4% 622 7.1% 622 7.1% 150 1.7%8% 86 1.0% 85 1.0% 33 0.4% 33 0.4% 33 0.4% 33 0.4%8% 1,850 21.2% 1,866 21.4% 3 0.0% 3 0.0% 3 0.0% 3 0.0%

10% 1,702 15.2% 1,702 15.2% 131 1.5% 131 1.5% 95 1.1% 95 1.1% 95 1.1% 95 1.1%12% 90 1.0% 90 1.0% - 0.0% - 0.0% - 0.0% - 0.0%13% 18 0.2% 18 0.2% 48 0.5% 48 0.5% 48 0.5% 48 0.5% 48 0.5% 48 0.5%15% 1,537 13.8% 1,537 13.8% 315 3.6% 304 3.5% 278 3.2% 278 3.2% 278 3.2% 278 3.2%20% 269 2.4% 269 2.4% 126 1.4% 123 1.4% 123 1.4% 123 1.4% 123 1.4% 123 1.4%25% 318 2.8% 318 2.8% 20 0.2% 20 0.2% 19 0.2% 19 0.2% 19 0.2% 19 0.2%30% 39 0.3% 39 0.3% 39 0.4% 39 0.4% 39 0.4% 39 0.4% 39 0.4% 39 0.4%

>30% : 538 4.8% 538 4.8% 170 1.9% 173 2.0% 172 2.0% 172 2.0% 172 2.0% 172 2.0%TOTAL 11,171 100.0% 11,173 100.0% 8,732 100.0% 8,737 100.0% 8,738 100.0% 8,738 100.0% 8,738 100.0% 8,738 100.0%

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 JumlahPos Tarif

Persentase JumlahPos Tarif

Persentase JumlahPos Tarif

Persentase JumlahPos Tarif

Persentase JumlahPos Tarif

Persentase JumlahPos Tarif

Persentase JumlahPos Tarif

Persentase JumlahPos Tarif

Persentase

BEA MASUKBEA MASUKBEA MASUKBEA MASUKBEA MASUK 9.57%9.57%9.57%9.57%9.57% 9.49%9.49%9.49%9.49%9.49% 6.38%6.38%6.38%6.38%6.38% 6.38%6.38%6.38%6.38%6.38% 3.83%3.83%3.83%3.83%3.83% 2.92%2.92%2.92%2.92%2.92% 2.92%2.92%2.92%2.92%2.92% 2.65%2.65%2.65%2.65%2.65% RATA-RATA RATA-RATA RATA-RATA RATA-RATA RATA-RATA

IV.2.1. Pendekatan Analisis Daya Saing RCA dan Keterkaitan Produk IIT

Terdapat dua indikator utama dalam penyusunan analisis di bagian berikut ini. Penggunaan

indikator RCA dan IIT secara bersama-sama antara lain terdapat dalam paper Yumiko (2005).

Kesamaan daya saing komoditas dari pengukuran yang dihasilkan oleh indikator RCA kemudian

di uji lebih lanjut dengan menggunakan spearman rank correlation (SRC). Pengujian SRC ini

antara lain pernah digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Shafaeddin (2002).

RCA dalam penghitungan analisis dibagian ini menggunakan data mitra dagang pasar di

kawasan ACFTA sebagai total ekspor Indonesia. Lingkup cakupan tersebut untuk memberikan

gambaran kekuatan daya saing RCA komoditas Indonesia dalam pasar ACFTA. Demikian juga

untuk pendekatan indikator pengukuran IIT digunakan data ekspor impor dengan cakupan

mitra dagang di kawasan ACFTA. Dengan menggunakan kombinasi dua indikator tersebut,

9 Ratifikasi kerangka persetujuan ACFTA melalui Keppres No.48/2004

Page 53: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

49Dampak Pelaksanaan ACFTA Terhadap Perdagangan Internasional Indonesia

langkah pertama yang dilakukan adalah identifikasi sebaran komoditas ekspor Indonesia

berdasarkan keunggulan komparatif dan indikator IIT.

Dari hasil pengolahan data dilakukan pemetakan berdasarkan batasan tertentu. Untuk

RCA, batasan komoditas berdaya saing tinggi dan rendah ditentukan dengan pembagian nilai

RCA dibawah dan diatas 1. Sementara itu, batasan tengah indikator IIT adalah 0,5. Berdasarkan

hasil peta kuadran seperti tercermin pada Grafik III.13 - III.14. Kuadran I disebut juga sebagai

kuadran utama dimana komoditas mempunyai RCA di atas 1 serta mempunyai keterkaitan

tinggi dalam mata rantai perdagangan dengan mitra negara-negara dari kawasan ACFTA

berdasarkan indikator IIT. Secara umum, komoditas dengan IIT tinggi dan RCA tinggi berpotensi

mempunyai peluang yang lebih besar bertahan dan melakukan penetrasi dalam persaingan

pasar yang kompetitif. Indikator IIT yang tinggi memberikan tingkat keyakinan daya saing ekspor

yang ditunjukkan dari RCA mempunyai peluang yang lebih meyakinkan. Kuadran II dan IV

menjadi kuadran potensial karena salah satu indikator baik RCA atau IIT mempunyai kelebihan

yaitu berupa RCA atau IIT yang tinggi. Sementara kuadran III merupakan kuadran pengembangan

karena mempunyai indikator RCA dan IIT yang rendah.

Dalam dua periode pengamatan yaitu periode I dan II, terhadap Grafik III.13 √ III.16

diperoleh gambaran umum bahwa terjadi kecenderungan penurunan kualitas daya saing

komoditas ekspor Indonesia dikawasan ACFTA. Berdasarkan pola sebaran komoditas dalam

dua periode yang digambarkan dalam Grafik III.13 dan III.14, diperoleh gambaran perkembangan

pergeseran pangsa ekspor per kuadran. Pangsa nilai ekspor dikuadran I mengalami penurunan

dari 33% menjadi 19% dengan jumlah komoditas yang masih tetap sama yaitu 9 (dengan

komposisi atau jenis berbeda). Beberapa komoditas utama Indonesia yang bertahan dalam

Grafik III.13.Kwadran RCA dan IIT Periode I

Grafik III.14.Kwadran RCA dan IIT Periode II

Kwadran IV

Kwadran II

Kwadran III

IIT

RCA

Kwadran I

-0,5 0,5 1,5 2,5 3,5 4,5-

0,2

0,4

0,6

0,8

1,0

Kwadran IV

Kwadran II

Kwadran III

Kwadran I

-0,5 0,5 1,5 2,5 3,5 4,5-

0,2

0,4

0,6

0,8

1,0IIT

RCA

Page 54: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

50 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

kuadran utama adalah minyak, kendaraan bermotor, tekstil, dan minuman. Kondisi yang relatif

ideal terjadi apabila perkembangan menunjukkan peningkatan pangsa ekspor yang lebih besar

di kuadran I. Untuk hasil lengkap berupa komposisi dan cakupan komoditas per kuadran yang

diukur dalam matrik RCA dan IIT disajikan dalam lampiran 6. Untuk menyederhanakan tabel

matrik pada lampiran 6 tersebut, di sajikan dalam bentuk grafik 4.9 dan 4.10 untuk 42 jenis

komoditas tradable.

Sementara itu, hasil yang lebih pesimis ditunjukkan apabila komoditas minyak dan gas

dikeluarkan dalam perhitungan indikator RCA dan IIT. Dengan menggunakan data pada periode

II, pangsa komoditas ekspor dalam kuadran I semakin berkurang dari 19% menjadi 12%.

Perkembangan tersebut menjadi penting untuk dicermati mengingat peranan komoditas migas

semakin berkurang, sementara tantangan pengembangan komoditas nonmigas masih

dihadapkan pada berbagai kendala. Hasil lengkap untuk analisis bagian ini disajikan dalam

lampiran 7, termasuk didalamnya komoditas pada tiap-tiap kwadran.

Grafik III.15. Perkembangan Pangsa Eksporper Kuadran dari Periode I ke II

Grafik III.16. Pangsa Ekspor KuadranPeriode II dengan dan tanpa Migas

IV.2.2. Pendekatan Analisis Intensitas Kompetisi

Untuk memberikan hasil yang lebih lengkap, penelitian ini juga memberikan gambaran

tantangan dan peluang terhadap komoditas ekspor Indonesia di era pasar ACFTA. Analisis

dilakukan dengan menggunakan indikator index of export similarity (IES) dan index of export

overlap (IEO). Teknis analisis dilakukan dengan membandingkan karakteristik ekspor masing-

masing negara di ASEAN secara bilateral dengan Cina. Setelah dihasilkan indikator IES dan IEO

masing-masing negara, tahap selanjutnya adalah membandingkan hasil yang diperoleh antara

dua periode pengamatan yaitu periode I (2001-2004) dan periode II (2005-2008). Dengan

33%

31%

19%

18%

Kwadran I,19%

Kwadran IV,41%

Kwadran III,3%

Kwadran II,37%

19%

41%

37%

Kwadran I,12%

Kwadran IV,41%

Kwadran III,4%

Kwadran II,43%

3%

Page 55: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

51Dampak Pelaksanaan ACFTA Terhadap Perdagangan Internasional Indonesia

pengamatan dua periode tersebut dinamika yang terjadi dapat lebih menarik untuk di ulas

lebih lanjut.

Dengan bergabungnya negara Cina kedalam pasar ASEAN, terdapat ancaman terjadinya

penurunan ekspor Indonesia dengan partner dagang sesama anggota ASEAN yang telah terjalin

selama ini. Dari hasil pengukuran intensitas kompetisi produk ekspor masing-masing negara di

ASEAN dengan Cina diperoleh gambaran umum perkembangan intensitas kompetisi yang

cenderung menurun dalam dua periode pengamatan (Grafik III.17)10 . Intensitas kompetisi yang

cenderung meningkat apabila kedua indikator tersebut menunjukkan kenaikan. Dari dua periode

pengamatan kedua indikator tersebut diperoleh petunjuk perkembangan produk Indonesia

yang cenderung berkurang intensitas kompetisi dengan produk ekspor Cina. Menurunnya

intensitas kompetisi produk Indonesia dengan Cina sejalan dengan kenaikan pangsa ekspor

produk ekspor dari Indonesia yang berbasis sumber daya alam seperti hasil pertambangan dan

produk alam lainnya seperti migas, CPO, dan karet sejalan dengan kenaikan harga dan

permintaan dunia. Disisi lain, komposisi ekspor Cina yang cenderung mengarah produk industri

(Grafik III.18)11 . Berdasarkan pengamatan indikator IEO, negara dengan skala ekonomi relatif

kecil memiliki nilai indeks yang relatif tinggi seperti Brunei, Philipina, Chambodia, dan Vietnam.

Sementara dari sisi IES, negara yang relatif maju seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand

memiliki indeks yang relatif tinggi. Tingginya indeks IES beberapa negara yang relatif maju di

negara ASEAN dengan Cina sejalan juga dengan perkembangan proporsi ekspor Cina yang

relatif tinggi pada produk industri.

Grafik III.17. PerkembanganIntensitas Kompetisi dengan China

dalam 2 Periode Pengamatan

Grafik III.18. PerkembanganPangsa Ekspor Komoditas Industri

10Periode pertama digambarkan dengan warna biru dan periode kedua dengan warna merah11Pangsa ekspor komoditas industri diturunkan dari penjumlahan nilai ekspor dalam SITC dengan kode digit awal dari 5 s/d 9, sedangkan

untuk kode digit 0 s/d 4 merupakan bukan industri.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

40 50 60 70 80 90 100

IES

IND

BRN

CAM

MAL

PILSIN

THA

VIE

IEO

%

0

20

40

60

80

100Periode I (2001-2004)

Periode II (2005-2008)

Indonesia Singapura Thailand Philipin Malaysia Vietnam Cambodia Brunei China

Page 56: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

52 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

Untuk memberikan dukungan kesimpulan analisis tersebut diatas, dimana intensitas

kompetisi komoditas ekspor, khususnya Indonesia dengan Cina yang semakin menurun,

dilakukan uji dengan alat analisis tambahan. Pengujian dilakukan dengan melakukan uji

spearman rank correlation (SRC) atas indikator RCA. Uji SRC atas RCA Indonesia dan Cina

menghasilkan kesimpulan hubungan negatif dengan level signifikan 1% untuk kriteria 50

komoditas dan RCA > 1 (Tabel III.5). Dengan kategori pengujian pada 50 komoditas terbesar

diperoleh koefisien -0,3 dengan level signifikan 5% 12 . Demikian juga untuk pengujian atas

komoditas yang mempunyai daya saing tinggi atau RCA > 1 menghasilkan koefisien -0,54

level signifikan 1%. Sedangkan untuk pengujian keseluruhan komoditas berdasarkan SITC 2-

digit sejumlah 69 komoditas menghasilkan hubungan negatif namun tidak signifikan. Koefisien

spearmans»s rho yang bernilai negatif dapat diartikan adanya struktur daya saing yang berbeda

pada komoditas ekspor Indonesia dengan Cina. Hasil ini dapat juga diartikan bahwa komoditas

ekspor unggulan Indonesia bukan merupakan ekspor unggulan Cina. Pengujian terhadap dua

periode pengamatan menunjukkan hasil yang konsisten untuk Indonesia yaitu tetap dengan

koefisien negatif dan signifikan.

12Pengujian berdasarkan 50 komoditas terbesar berdasarkan pangsa yang berkisar 90 persen.

Table III.5Uji Spearman Rank Correlation RCA

Periode I (2001 - 2004)

Semua KomoditasSemua KomoditasSemua KomoditasSemua KomoditasSemua Komoditas(69 Komoditas)(69 Komoditas)(69 Komoditas)(69 Komoditas)(69 Komoditas)Spearman»s rho: -0,04 0,03 0,03 0,08 -0,31 0,34 0,08 0,34 -0,20 0,04 0,02 -0,02 -0,18 0,21 0,16 0,31degrees of freedom: 67 67 67 67 67 67 67 67 67 67 67 67 67 67 67 67P-value: 0,71 0,82 0,79 0,52 0,01 0,00 0,53 0,00 0,10 0,75 0,90 0,86 0,13 0,09 0,18 0,01

50 Komoditas50 Komoditas50 Komoditas50 Komoditas50 KomoditasSpearman»s rho: -0,30 -0,25 -0,14 0,00 -0,57 0,19 0,02 0,28 -0,47 -0,28 -0,28 -0,14 -0,53 -0,07 -0,19 0,16degrees of freedom: 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48P-value: 0,03 0,08 0,34 1,00 0,00 0,20 0,90 0,05 0,00 0,05 0,05 0,32 0,00 0,62 0,20 0,26

RCA >1RCA >1RCA >1RCA >1RCA >1Spearman»s rho: -0,54 -0,10 -0,07 -0,28 -0,59 -0,23 -0,7 10,00 -0,51 -0,61 -0,37 -0,69 -0,56 -0,36 -0,28degrees of freedom: 31 18 30 7 18 21 17 2 28 19 29 11 23 24 7P-value: 0,00 0,67 0,69 0,46 0,01 0,29 0,00 1,00 0,00 0,00 0,04 0,01 0,00 0,07 0,46

Periode II (2005 - 2008)

C i n a Periode I (2001 - 2004)

IND SING THAI PHI MAL VIET CAMB BRU IND SING THAI PHI MAL VIET CAMB BRU

Hasil yang sama dan mirip dengan Indonesia juga ditemukan di negara ASEAN lainnya.

Secara umum, dengan pengujian terhadap 50 komoditas dan komoditas dengan RCA tinggi

menunjukkan hubungan negatif dan siginifikan. Dengan demikian diperoleh gambaran bahwa

komoditas ekspor Cina ke ASEAN bukan merupakan komoditas unggulan dari negara ASEAN

lainnya.

Page 57: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

53Dampak Pelaksanaan ACFTA Terhadap Perdagangan Internasional Indonesia

Dengan indikator intensitas kompetisi dan pengujian SRC untuk indikator RCA diperoleh

penguatan kesimpulan bahwa penurunan intensitas kompetisi antara Cina dengan Indonesia

disertai dengan struktur komoditas ekspor yang tidak saling bersaing. Demikian juga terhadap

komoditas ekspor anggota ASEAN lainnya. Hasil ini memberikan gambaran adanya hubungan

yang lebih bersifat komplementer sehingga ekspor Cina ke ASEAN menjadi relatif mudah. Dari

hasil kuantitatif model GTAP juga ditunjukkan peningkatan ekspor Cina ke ASEAN mencapai

50,5% (Lampiran 1).

Analisis peluang terbukanya pasar Cina dapat juga dilakukan dengan indikator IES dan

IEO. Berbeda dengan pengukuran indikator IES dan IEO pada bagian sebelumnya, dimana Cina

menjadi titik pusat perhatian, kita dapat menggunakan Indonesia sebagai titik pusat perhatian.

Secara bilateral antara Indonesia dengan masing-masing negara ASEAN, terdapat pola hubungan

kompetisi yang semakin menurun, yang didukung oleh indikator IES dan IEO yang turun (Grafik

4.19). Hal ini mengindikasikan tingkat persaingan produk antara negara ASEAN ke Cina relatif

berkurang. Dari hasil simulasi GTAP ditunjukkan juga bahwa keseluruhan ekspor dari Asean ke

Cina meningkat 31,1% dengan kisaran terendah oleh ekspor Philipina 16,1% dan tertinggi

adalah ekspor Thailand 43,3% (Lampiran 1). Berbeda halnya apabila dengan komoditas ekspor

yang dipakai adalah total ekspor masing-masing negara. Dari Grafik 4.20, mencerminkan adanya

derajat homogenitas antara produk ekspor Indonesia dengan masing-masing negara ASEAN di

pasaran dunia yang lebih tinggi dibandingkan ekspor untuk pasaran ACFTA13 . Diantara negara

ASEAN, produk ekspor negara Vietnam relatif mempunyai indeks IES yang paling tinggi.

13Bidang warna biru merupakan ukuran indeks untuk tujuan ekspor pasar dunia, dan bidang warna merah untuk pasar ACFTA.

Grafik III.19. Perkembangan IntensitasKompetisi Indonesia dg ASEAN

ke Pasar Cina

Grafik III.20. Perbandingan PerkembanganIntensitas dipasar Dunia dan ACFTA

IES

BRN

CAMMAL

PILSIN

THA

VIE

IEO0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0 20 40 60 80 1000

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0 20 40 60 80 100

IES

MAL

PILSIN

THAVIE

IEO

Page 58: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

54 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

V. KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan

Kerjasama perdagangan dalam kerangka ACFTA memberikan peluang bagi peningkatan

ekspor Indonesia. Dari hasil model GTAP, secara keseluruhan Indonesia mempunyai net trade

creation sebesar 2% yang bersumber dari dampak trade creation dari anggota ACFTA 10,3%

dan trade diversion dengan mitra dagang ROW sebesar -1,5%. Meskipun perjanjian kerjasama

ACFTA berdampak negatif terhadap penurunan neraca perdagangan Indonesia secara

keseluruhan sebesar 2,3%, hasil analisis lebih lanjut terhadap komoditas ekspor internasional

(tradable) menunjukkan dampak positif sebesar 0,5%.

Dari sisi ekspor, komoditas dari Indonesia berpeluang meningkat 2,1% terutama

bersumber dari peningkatan ekspor ke Cina. Peluang perluasan pasar ke Cina didukung oleh

karakteristik komoditas ekspor Indonesia dan negara ASEAN lainnya yang mempunyai derajat

persaingan yang relatif rendah. Dengan demikian, barang-barang ekspor dari Indonesia dan

ASEAN pada umumnya lebih mudah dapat melakukan ekspansi. Hasil analisis indikator IES dan

IEO dalam dua periode pengamatan menghasilkan kesimpulan bahwa, derajat intensitas

kompestisi barang ekspor Indonesia ke kawasan ACFTA secara bilateral dengan masing-masing

negara ASEAN menurun. Kesimpulan tersebut di dukung juga dengan derajat homogenitas

komoditas ekspor ke ACFTA yang lebih rendah dibandingkan ekspor keseluruhan ke pasar

dunia. Dengan tingkat homogenitas barang ekspor yang lebih rendah, tingkat persaingan dengan

sesama negara ASEAN ke pasar Cina relatif berkurang.

Namun demikian, ekspor Indonesia menghadapi tantangan baru dengan masuknya

barang-barang impor Cina dikawasan ASEAN. Mitra dagang Indonesia dari kawasan ASEAN

yang selama ini terjalin berpotensi mengalami penurunan. Dari hasil model GTAP, diperoleh

perkiraan ekspor negara ASEAN ke kawasan ASEAN mengalami penurunan 4,9%, termasuk

penuruan ekspor indonesia sebesar 4,4%. Disisi lain ekspor Cina ke ASEAN mengalami

peningkatan 50,5%. Hasil penelitian paper ini menunjukkan bahwa komoditas barang ekspor

Cina dan negara ASEAN cenderung menunjukkan arah yang berkurang tingkat persamaan

komoditasnya. Hal ini sejalan dengan perkembangan ekspor barang dari Cina yang bergerak

ke arah ekspor barang industri. Dari hasil pengujian sprearman rank correlation atas indikator

RCA secara umum menunjukkan hubungan yang lebih bersifat komplementer antara barang

ekspor Cina dengan negara ASEAN.

Tantangan peningkatan ekspor Indonesia di era ACFTA semakin bertambah dengan

menurunnya daya saing ekspor Indonesia. Berdasarkan data historis yang dibagi dalam dua

periode, diperoleh penurunan kelompok komoditas utama dari yang semula mempunyai pangsa

Page 59: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

55Dampak Pelaksanaan ACFTA Terhadap Perdagangan Internasional Indonesia

33% menjadi 19% terhadap total ekspor Indonesia. Tantangan tersebut semakin besar

mengingat salah satu komponen ekspor dalam pembentukan pangsa tersebut bersumber dari

sektor migas. Apabila kita keluarkan komoditas ekspor migas dalam perhitungan, pangsa ekspor

komoditas utama yang semula mencapai 19% tersebut turun menjadi 12%.

V.2. Saran

Untuk dapat memanfaatkan peluang pengembangan ekspor dari kesepakatan ACFTA,

perlu strategi untuk menggerakkan basket komoditas khususnya ekspor nonmigas dari kuadran

II dan IV menuju kuadran I. Pengembangan komoditas ekspor yang mempunyai daya saing

tinggi perlu memperhatikan juga karakteristik komoditas yang mempunyai keterkaitan tinggi

dalam mata rantai perdagangan internasional. Dari hasil penelitian ini komoditas potensial

dengan indikator IIT tinggi dan perlu penguatan daya saing adalah mesin & peralatan, industri

kimia, peralatan elektronik, dan industri logam & besi. Sementara untuk komoditas potensial

dengan RCA tinggi namun perlu nilai tambah tinggi pada umumnya adalah komoditas berbasis

sumber daya alam namun belum banyak diolah lebih lanjut dalam bentuk diversifikasi produk

maupun produk bernilai tinggi.

Sementara itu, saran terkait dengan tantangan yang dihadapi dengan maraknya produk

Cina adalah dengan memanfaatkan impor barang dari Cina dengan teknologi menengah dan

tinggi yang selama ini bersumber dari negara diluar kawasan. Dengan demikian, terbuka pilihan

yang lebih besar bagi produsen untuk melakukan investasi mesin-mesin dan peralatan dengan

pilihan barang dari Cina dengan harga yang lebih kompetitif. Dengan demikian, arah kerjasama

ACFTA yang kita harapkan dapat meningkatkan kesejahteraan di kawasan dan khususnya bagi

Indonesia dapat kita optimalkan.

Page 60: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

56 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

Deardorff, V. A. (1995). ≈Determinants of Bilateral Trade: Does Gravity Work in a Neoclassic

World?∆ NBER Working Paper No. 5377.

Endy Tjahjono, M. Barik Bathaluddin, dan Justina Adamanti (2009): ≈ Semar 2009: Suatu Model

Financial Computable General Equilibrium∆. WP/ / 2009 (Desember 2009).

Frankel, Jeffrey (1997): ≈Regional Trading Blocs in The World Economic System,∆ NBER Working

Paper Series 4050.

Haryadi, Rina Oktaviani, Mangara Tambunan dan Noer Azam Achsani. ≈Dampak Penghapusan

Hambatan Perdagangan Sektor Pertanian Terhadap Kinerja Ekonomi Negara Maju dan

Berkembang∆. April 2008.

IMF (2007): World Economic Financial Surveys: Regional Economic Outlook Asia and Pacific.

Oct 2007.

Joseph F. Francois, Luis Rivera dan Hugo Rojas-Romagosa. ≈Economic perspectives for Central

America after CAFTA. A GTAP-based analysis∆, February 2008.

Kemp, Murray C., and Henry Y.Jr.Wan. (1976). ≈An Elementary Proposition Concerning the

Formation of Customs Unions.∆Journal of International Economics 6 (1976): 95-97.

Kemp, Murray, C. (1964): The Pure Theory of International Trade. Prentice-Hall, Englewood

Cliffs, N.J., 176-177.

Krueger, Anne O (1999). ≈Trade creation and Trade Diversion under NAFTA∆. National Bureau

of Economic Research, WP 7429.

Ohyama, M. (1972). ≈Trade and Welfare in General Equilibrium∆. Keio Economic Studies 9, 37-

73.

Okamoto, Yumiko (2005). ≈ASEAN, China, and India: Are they more competitive or

complementary to each other?∆.

Saktyanu K. Dermoredjo, Wahida, dan Budiman Hutabarat; Analisis Dampak Penurunan Subsidi

Ekspor Negara Maju terhadap Produksi Pertanian Indonesia. Desember 2007.

Sanchez, Manuel dan Karp, Nathaniel (2000). ≈NAFTA»s Economic Effects on Mexico∆. NBER.

Shujiro Urata dan Kozo Kiyota; The impacts of an East Asia FTA on Foreign Trade in East Asia.

Desember 2003.

Thomas W. Hertel, Global Trade Analysis, Modeling dan Applications, Cambridge University

Press 1997.

DAFTAR PUSTAKA

Page 61: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

57Dampak Pelaksanaan ACFTA Terhadap Perdagangan Internasional Indonesia

Tsutsumi, Masahiko (2001): ≈How Will the Regional FTAs Shape the Indonesian Economy?

Evaluation by the Computable General Equilibrium Model∆. TSQ Discussion Paper 2001/02-

No. 2. (August 2001).

Tubagus Feridhanusetyawan, Yose Rizal Damuri; Economic Crisis and Trade Liberalization: A

CGE Analysis On The Forestry Sector. February 2004.

Vanek, Jaroslav (1965). General Equilibrium of International Discrimination: The Case of Customs

Unions. Cambridge, MA: Harvard University Press.

Viner, Jacob (1950). The Customs Union Issue, Carnegie Endowment for International Peace,

New York.

Page 62: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

58 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

Lampiran 1Hasil Running Model GTAP

Total Trade dengan duniaSebelum 87.511,4 152.058,6 150.571,0 119.465,2 50.743,5 32.196,5 12.418,0 604.964,2 680.765,6 1.285.729,8Sesudah 89.068,8 154.265,3 151.110,7 119.834,8 51.305,8 34.243,0 12.601,5 612.429,9 694.627,9 1.307.057,8

Trade Antar AnggotaSebelum 22.913,2 50.074,3 51.485,6 33.341,4 13.183,3 6.680,2 3.136,4 180.814,4 50.581,0 231.395,4Sesudah 25.597,1 55.134,6 54.122,1 38.146,3 13.915,4 7.263,7 3.164,2 197.343,4 76.135,7 273.479,1

Trade dengan CinaSebelum 8.194,3 22.580,3 16.600,2 14.436,8 5.495,9 2.988,6 439,9 70.736,0 0,0 70.736,0Sesudah 11.521,6 28.812,4 21.022,3 20.682,0 6.415,2 3.767,2 491,3 92.712,0 0,0 92.712,0

Trade dengan ASEANSebelum 14.718,9 27.494,0 34.885,4 18.904,6 7.687,4 3.691,6 2.696,5 110.078,4 50.581,0 160.659,4Sesudah 14.075,5 26.322,2 33.099,8 17.464,3 7.500,2 3.496,5 2.672,9 104.631,4 76.135,7 180.767,1

Trade dengan non Anggota (ROW)Sebelum 64.598,3 101.984,5 99.085,4 86.123,9 37.560,3 25.516,5 9.281,5 424.150,4 630.184,7 1.054.335,1Sesudah 63.471,8 99.130,6 96.988,6 81.688,8 37.390,4 26.979,3 9.437,2 415.086,7 618.492,3 1.033.579,0

ekspor ke DuniaValue 1.557,4 2.206,7 539,7 369,6 562,3 2.046,5 183,5 7.465,7 13.862,3 21.328,0% 1,8 1,5 0,4 0,3 1,1 6,4 1,5 1,2 2,0 1,7

ekspor ke ACFTAValue 2.683,9 5.060,3 2.636,5 4.804,9 732,1 583,5 27,8 16.529,0 25.554,7 42.083,7% 11,7 10,1 5,1 14,4 5,6 8,7 0,9 9,1 50,5 18,2

ekspor ke CinaValue 3.327,3 6.232,1 4.422,1 6.245,2 919,3 778,6 51,4 21.976,0 0,0 21.976,0% 40,6 27,6 26,6 43,3 16,7 26,1 11,7 31,1 0,0 31,1

ekspor ke AseanValue -643,4 -1.171,8 -1.785,6 -1.440,3 -187,2 -195,1 -23,6 -5.447,0 25.554,7 20.107,7% -4,4 -4,3 -5,1 -7,6 -2,4 -5,3 -0,9 -4,9 50,5 12,5

ekspor ke ROWValue -1.126,5 -2.853,9 -2.096,8 -4.435,1 -169,9 1.462,8 155,7 -9.063,7 -11.692,4 -20.756,1% -1,7 -2,8 -2,1 -5,1 -0,5 5,7 1,7 -2,1 -1,9 -2,0

EKSPOR Indonesia Malaysia Singapura Thailand Filipina Vietnam Other ASEAN China ACFTAASEAN

Page 63: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

59Dampak Pelaksanaan ACFTA Terhadap Perdagangan Internasional Indonesia

Total Trade dengan DuniaSebelum 76.947,2 106.330,1 160.658,5 102.806,7 48.824,9 36.636,9 9.142,6 541.346,9 599.116,4 1.140.463,3Sesudah 78.751,1 109.023,8 161.353,0 108.042,8 49.580,5 40.841,0 9.438,2 557.030,4 614.267,2 1.171.297,6

Trade Antar AnggotaSebelum 26.780,3 37.141,4 47.641,5 25.166,2 14.151,3 13.068,8 5.771,6 169.721,1 74.668,3 244.389,4Sesudah 29.211,4 40.947,6 46.777,7 32.180,0 15.585,8 20.307,6 6.235,2 191.245,3 98.412,1 289.657,4

Trade dengan CinaSebelum 8.828,6 10.088,2 13.723,0 7.946,1 5.708,3 5.624,5 1.616,2 53.534,9 0,0 53.534,9Sesudah 12.170,8 15.346,2 13.562,8 15.956,9 7.567,9 13.890,7 2.378,8 80.874,1 0,0 80.874,1

Trade dengan ASEANSebelum 17.951,7 27.053,2 33.918,5 17.220,1 8.443,0 7.444,3 4.155,4 116.186,2 74.668,3 190.854,5Sesudah 17.040,6 25.601,4 33.214,9 16.223,1 8.017,9 6.416,9 3.856,4 110.371,2 98.412,1 208.783,3

Trade dengan non Anggota (ROW)Sebelum 50.167,0 69.188,7 113.017,2 77.640,5 34.673,7 23.568,3 3.371,0 371.626,4 524.448,1 896.074,5Sesudah 49.539,7 68.076,2 114.575,2 75.862,9 33.994,6 20.533,5 3.202,8 365.784,9 515.855,0 881.639,9

Impor dari DuniaValue 1.803,9 2.693,7 694,5 5.236,1 755,6 4.204,1 295,6 15.683,5 15.150,8 30.834,3% 2,3 2,5 0,4 5,1 1,5 11,5 3,2 2,9 2,5 2,7

Impor dari ACFTAValue 2.431,1 3.806,2 -863,8 7.013,8 1.434,5 7.238,8 463,6 21.524,2 23.743,8 45.268,0% 9,1 10,2 -1,8 27,9 10,1 55,4 8,0 12,7 31,8 18,5

Impor dari CinaValue 3.342,2 5.258,0 -160,2 8.010,8 1.859,6 8.266,2 762,6 27.339,2 0,0 27.339,2% 37,9 52,1 -1,2 100,8 32,6 147,0 47,2 51,1 0,0 51,1

Impor dari AseanValue -911,1 -1.451,8 -703,6 -997,0 -425,1 -1.027,4 -299,0 -5.815,0 23.743,8 17.928,8% -5,1 -5,4 -2,1 -5,8 -5,0 -13,8 -7,2 -5,0 31,8 9,4

Impor dari ROWValue -627,3 -1.112,5 1.558,0 -1.777,6 -679,1 -3.034,8 -168,2 -5.841,5 -8.593,1 -14.434,6% -1,3 -1,6 1,4 -2,3 -2,0 -12,9 -5,0 -1,6 -1,6 -1,6

IMPOR Indonesia Malaysia Singapura Thailand Filipina Vietnam Other ASEAN China ACFTAASEAN

Lampiran 1Hasil Running Model GTAP Lanjutan 1

Page 64: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

60 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

Total Trade dengan duniaSebelum 164.458,6 258.388,7 311.229,5 222.271,9 99.568,4 68.833,4 21.560,6 1.146.311,1 1.279.882,0 2.426.193,1Sesudah 167.819,9 263.289,1 312.463,7 227.877,6 100.886,3 75.084,0 22.039,7 1.169.460,3 1.308.895,1 2.478.355,4

Trade Antar AnggotaSebelum 49.693,5 87.215,7 99.127,1 58.507,6 27.334,6 19.749,0 8.908,0 350.535,5 125.249,3 475.784,8Sesudah 54.808,5 96.082,2 100.899,8 70.326,3 29.501,2 27.571,3 9.399,4 388.588,7 174.547,8 563.136,5

Trade dengan CinaSebelum 17.022,9 32.668,5 30.323,2 22.382,9 11.204,2 8.613,1 2.056,1 124.270,9 0,0 124.270,9Sesudah 23.692,4 44.158,6 34.585,1 36.638,9 13.983,1 17.657,9 2.870,1 173.586,1 0,0 173.586,1

Trade dengan ASEANSebelum 32.670,6 54.547,2 68.803,9 36.124,7 16.130,4 11.135,9 6.851,9 226.264,6 125.249,3 351.513,9Sesudah 31.116,1 51.923,6 66.314,7 33.687,4 15.518,1 9.913,4 6.529,3 215.002,6 174.547,8 389.550,4

Trade dengan non Anggota (ROW)Sebelum 114.765,3 171.173,2 212.102,6 163.764,4 72.234,0 49.084,8 12.652,5 795.776,8 1.154.632,8 1.950.409,6Sesudah 113.011,5 167.206,8 211.563,8 157.551,7 71.385,0 47.512,8 12.640,0 780.871,6 1.134.347,3 1.915.218,9

Total Net Trade CreationValue 3.361,3 4.900,4 1.234,2 5.605,7 1.317,9 6.250,6 479,1 23.149,2 29.013,1 52.162,3% 2,0 1,9 0,4 2,5 1,3 9,1 2,2 2,0 2,3 2,1

Trade Creation Antar AnggotaValue 5.115,0 8.866,5 1.772,7 11.818,7 2.166,6 7.822,3 491,4 38.053,2 49.298,5 87.351,7% 10,3 10,2 1,8 20,2 7,9 39,6 5,5 10,9 39,4 18,4

Trade Creation dengan CinaValue 6.669,5 11.490,1 4.261,9 14.256,0 2.778,9 9.044,8 814,0 49.315,2 0,0 49.315,2% 39,2 35,2 14,1 63,7 24,8 105,0 39,6 39,7 0,0 39,7

Trade Creation dengan ASEANValue -1.554,5 -2.623,6 -2.489,2 -2.437,3 -612,3 -1.222,5 -322,6 -11.262,0 49.298,5 38.036,5% -4,8 -4,8 -3,6 -6,7 -3,8 -11,0 -4,7 -5,0 39,4 10,8

Trade DiversionValue -1.753,8 -3.966,4 -538,8 -6.212,7 -849,0 -1.572,0 -12,5 -14.905,2 -20.285,5 -35.190,7% -1,5 -2,3 -0,3 -3,8 -1,2 -3,2 -0,1 -1,9 -1,8 -1,8

TOTAL TRADE Indonesia Malaysia Singapura Thailand Filipina Vietnam Other ASEAN Cina ACFTA(EKSPOR + IMPOR) ASEAN

Lampiran 1Hasil Running Model GTAP Lanjutan 2

Page 65: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

61Dampak Pelaksanaan ACFTA Terhadap Perdagangan Internasional Indonesia

Total TradeSebelum 10.564,2 45.728,5 -10.087,5 16.658,5 1.918,6 -4.440,4 3.275,4 63.617,3 81.649,2 145.266,5Sesudah 10.317,7 45.241,5 -10.242,3 11.792,0 1.725,3 -6.598,0 3.163,3 55.399,5 80.360,7 135.760,2

Trade Antar AnggotaSebelum -3.867,1 12.932,9 3.844,1 8.175,2 -968,0 -6.388,6 -2.635,2 11.093,3 -24.087,3 -12.994,0Sesudah -3.614,3 14.187,0 7.344,4 5.966,3 -1.670,4 -13.043,9 -3.071,0 6.098,1 -22.276,4 -16.178,3

Trade dengan CinaSebelum -634,3 12.492,1 2.877,2 6.490,7 -212,4 -2.635,9 -1.176,3 17.201,1 0,0 17.201,1Sesudah -649,2 13.466,2 7.459,5 4.725,1 -1.152,7 -10.123,5 -1.887,5 11.837,9 0,0 11.837,9

Trade dengan ASEANSebelum -3.232,8 440,8 966,9 1.684,5 -755,6 -3.752,7 -1.458,9 -6.107,8 -24.087,3 -30.195,1Sesudah -2.965,1 720,8 -115,1 1.241,2 -517,7 -2.920,4 -1.183,5 -5.739,8 -22.276,4 -28.016,2

Trade dengan non Anggota (ROW)Sebelum 14.431,3 32.795,8 -13.931,8 8.483,4 2.886,6 1.948,2 5.910,5 52.524,0 105.736,6 158.260,6Sesudah 13.932,1 31.054,4 -17.586,6 5.825,9 3.395,8 6.445,8 6.234,4 49.301,8 102.637,3 151.939,1

Total Net Trade CreationValue -246,5 -487,0 -154,8 -4.866,5 -193,3 -2.157,6 -112,1 -8.217,8 -1.288,5 -9.506,3% -2,3 -1,1 -1,5 -29,2 -10,1 -48,6 -3,4 -12,9 -1,6 -6,5

Trade Creation Antar AnggotaValue 252,8 1.254,1 3.500,3 -2.208,9 -702,4 -6.655,3 -435,8 -4.995,2 1.810,9 -3.184,3% 6,5 9,7 91,1 -27,0 -72,6 -104,2 -16,5 -45,0 7,5 -24,5

Trade creation Trade CinaValue -14,9 974,1 4.582,3 -1.765,6 -940,3 -7.487,6 -711,2 -5.363,2 0,0 -5.363,2% -2,3 7,8 159,3 -27,2 -442,7 -284,1 -60,5 -31,2 -31,2

Trade Creation ASEANValue 267,7 280,0 -1.082,0 -443,3 237,9 832,3 275,4 368,0 1.810,9 2.178,9% 8,3 63,5 -111,9 -26,3 31,5 22,2 18,9 6,0 7,5 7,2

Trade DiversionValue -499,2 -1.741,4 -3.654,8 -2.657,5 509,2 4.497,6 323,9 -3.222,2 -3.099,3 -6.321,5% -3,5 -5,3 -26,2 -31,3 17,6 230,9 5,5 -6,1 -2,9 -4,0

NET EKSPOR Indonesia Malaysia Singapura Thailand Filipina Vietnam Other ASEAN Cina ACFTAASEAN

Lampiran 1Hasil Running Model GTAP Lanjutan 3

Page 66: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

62 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010La

mp

iran

2Pe

rban

din

gan

Dam

pak

AC

FTA

Ke

Ind

on

esia

(K

om

od

itas

)

VIMS

1Be

ras0,0

0,00,0

0,00,0

00,0

0,00,0

0,00,0

00,0

0,00,0

0,00,0

00,2

0,1-0,

1-50

,00,0

00,2

0,1-0,

1-50

,00,0

02

Whe

at2,7

2,70,0

0,00,0

02,7

2,70,0

0,00,0

00,0

0,00,0

0,00,0

03,0

3,00,0

0,00,0

00,3

0,30,0

0,00,0

03

Cerea

lGrai

n10

,210

,0-0,

2-2,

00,0

010

,19,9

-0,2

-2,0

0,00

0,10,1

0,00,0

0,00

16,4

16,2

-0,2

-1,2

0,00

6,26,2

0,00,0

0,00

4Sa

yuran

89,9

87,2

-2,7

-3,0

-0,01

66,9

59,7

-7,2

-10,8

-0,05

23,0

27,5

4,519

,60,0

625

7,425

3,4-4,

0-1,

60,0

016

7,516

6,2-1,

3-0,

80,0

05

OilSe

eds

20,7

20,4

-0,3

-1,4

0,00

20,3

19,9

-0,4

-2,0

0,00

0,40,5

0,125

,00,0

037

,336

,8-0,

5-1,

30,0

016

,616

,4-0,

2-1,

20,0

06

Suga

rCan

e0,0

0,00,0

0,00,0

00,0

0,00,0

0,00,0

00,0

0,00,0

0,00,0

00,0

0,00,0

0,00,0

00,0

0,00,0

0,00,0

07

Fiber

2,93,0

0,13,4

0,00

2,52,5

0,00,0

0,00

0,40,5

0,125

,00,0

07,2

7,20,0

0,00,0

04,3

4,2-0,

1-2,

30,0

08

Crop

sNec

408,1

364,0

-44,1

-10,8

-0,20

394,5

340,8

-53,7

-13,6

-0,37

13,6

23,2

9,670

,60,1

21.3

81,3

1.333

,7-47

,6-3,

4-0,

0697

3,296

9,7-3,

5-0,

4-0,

019

Hewa

nTern

ak1,0

1,00,0

0,00,0

01,0

1,00,0

0,00,0

00,0

0,00,0

0,00,0

04,6

4,5-0,

1-2,

20,0

03,6

3,5-0,

1-2,

80,0

010

Produ

kHew

an10

6,511

9,513

,012

,20,0

664

,464

,80,4

0,60,0

042

,154

,712

,629

,90,1

629

5,430

7,211

,84,0

0,01

188,9

187,7

-1,2

-0,6

0,00

11Su

suMu

rni

0,00,0

0,00,0

0,00

0,00,0

0,00,0

0,00

0,00,0

0,00,0

0,00

0,20,2

0,00,0

0,00

0,20,2

0,00,0

0,00

12W

ol0,1

0,20,1

100,0

0,00

0,10,1

0,00,0

0,00

0,00,1

0,10,0

0,00

1,71,7

0,00,0

0,00

1,61,5

-0,1

-6,2

0,00

13Ke

hutan

an46

,957

,810

,923

,20,0

512

,412

,1-0,

3-2,

40,0

034

,545

,711

,232

,50,1

494

,610

4,39,7

10,3

0,01

47,7

46,5

-1,2

-2,5

0,00

14Pe

rikan

an13

5,514

3,98,4

6,20,0

411

5,511

6,30,8

0,70,0

120

,027

,67,6

38,0

0,09

447,1

453,3

6,21,4

0,01

311,6

309,4

-2,2

-0,7

0,00

15Ba

tubara

547,5

551,3

3,80,7

0,02

470,6

454,0

-16,6

-3,5

-0,11

76,9

97,3

20,4

26,5

0,25

4.024

,04.0

19,6

-4,4

-0,1

-0,01

3.476

,53.4

68,3

-8,2

-0,2

-0,01

16Mi

nyak

1.668

,51.6

70,4

1,90,1

0,01

593,0

596,8

3,80,6

0,03

1.075

,51.0

73,6

-1,9

-0,2

-0,02

4.107

,64.0

74,7

-32,9

-0,8

-0,04

2.439

,12.4

04,3

-34,8

-1,4

-0,06

17Ga

s0,6

0,60,0

0,00,0

00,6

0,60,0

0,00,0

00,0

0,00,0

0,00,0

04.8

10,9

4.784

,6-26

,3-0,

5-0,

034.8

10,3

4.784

,0-26

,3-0,

5-0,

0418

Mine

ralNe

c60

4,461

3,99,5

1,60,0

446

7,547

5,78,2

1,80,0

613

6,913

8,21,3

0,90,0

22.1

40,0

2.146

,06,0

0,30,0

11.5

35,6

1.532

,1-3,

5-0,

2-0,

0119

Dagin

g0,7

0,80,1

14,3

0,00

0,60,6

0,00,0

0,00

0,10,2

0,110

0,00,0

04,4

4,40,0

0,00,0

03,7

3,6-0,

1-2,

70,0

020

Produ

kDag

ing3,0

3,20,2

6,70,0

02,6

2,3-0,

3-11

,50,0

00,4

0,90,5

125,0

0,01

32,8

31,4

-1,4

-4,3

0,00

29,8

28,2

-1,6

-5,4

0,00

21Mi

nyak

Sayu

r1.3

77,6

1.479

,010

1,47,4

0,45

584,7

582,3

-2,4

-0,4

-0,02

792,9

896,7

103,8

13,1

1,29

4.433

,74.4

76,0

42,3

1,00,0

53.0

56,1

2.997

,0-59

,1-1,

9-0,

1022

Dairy

Produ

k28

,227

,8-0,

4-1,

40,0

028

,027

,6-0,

4-1,

40,0

00,2

0,20,0

0,00,0

076

,574

,4-2,

1-2,

70,0

048

,346

,6-1,

7-3,

50,0

023

Beras

Olah

an2,4

2,2-0,

2-8,

30,0

01,3

1,30,0

0,00,0

01,1

0,9-0,

2-18

,20,0

033

,533

,3-0,

2-0,

60,0

031

,131

,10,0

0,00,0

024

Gula

3,43,8

0,411

,80,0

02,8

2,90,1

3,60,0

00,6

0,90,3

50,0

0,00

20,1

20,4

0,31,5

0,00

16,7

16,6

-0,1

-0,6

0,00

25Pro

dukM

akan

408,1

428,8

20,7

5,10,0

932

6,730

8,3-18

,4-5,

6-0,

1381

,412

0,539

,148

,00,4

92.8

67,5

2.848

,0-19

,5-0,

7-0,

022.4

59,4

2.419

,2-40

,2-1,

6-0,

0726

Minu

man

158,7

128,8

-29,9

-18,8

-0,13

157,2

126,4

-30,8

-19,6

-0,21

1,52,4

0,960

,00,0

122

9,519

9,1-30

,4-13

,2-0,

0470

,870

,3-0,

5-0,

70,0

027

Teksti

l83

9,11.0

32,2

193,1

23,0

0,85

519,4

384,1

-135,3

-26,0

-0,93

319,7

648,1

328,4

102,7

4,08

4.844

,55.0

79,8

235,3

4,90,2

94,.

005,4

4.047

,642

,21,1

0,07

28Pa

kaian

Jadi

120,2

108,2

-12,0

-10,0

-0,05

116,0

92,7

-23,3

-20,1

-0,16

4,215

,511

,326

9,00,1

44.0

25,4

3.931

,4-94

,0-2,

3-0,

123.9

05,2

3.823

,2-82

,0-2,

1-0,

1429

Produ

kKuli

t13

1,217

7,546

,335

,30,2

090

,168

,4-21

,7-24

,1-0,

1541

,110

9,168

,016

5,50,8

52.2

02,6

2.180

,5-22

,1-1,

0-0,

032.0

71,4

2.003

,0-68

,4-3,

3-0,

1230

Produ

kKay

u79

0,289

4,210

4,013

,20,4

625

8,722

8,9-29

,8-11

,5-0,

2053

1,566

5,313

3,825

,21,6

65.7

66,2

5.725

,6-40

,6-0,

7-0,

054.9

76,0

4.831

,4-14

4,6-2,

9-0,

24

Kom

odita

sEk

spor

ke

ACFT

A

42

Eksp

or k

e AS

EAN

Eksp

or k

e CI

NAEk

spor

ke

DUNI

AEk

spor

ke

ROW

pre

post

chg

%sh

are

pre

post

chg

%sh

are

pre

post

chg

%sh

are

pre

post

chg

%sh

are

pre

post

chg

%sh

are

%%

%%

%

Page 67: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

63Dampak Pelaksanaan ACFTA Terhadap Perdagangan Internasional Indonesia

31Pro

dukK

ertas

1.550

,61.6

67,6

117,0

7,50,5

257

8,355

7,5-20

,8-3,

6-0,

1497

2,31.1

10,1

137,8

14,2

1,71

3.949

,44.0

05,8

56,4

1,40,0

72.3

98,8

2.338

,2-60

,6-2,

5-0,

1032

Petro

leum

317,0

355,5

38,5

12,1

0,17

145,5

144,1

-1,4

-1,0

-0,01

171,5

211,4

39,9

23,3

0,50

1.159

,11.1

91,7

32,6

2,80,0

484

2,183

6,2-5,

9-0,

7-0,

0133

Kimia

3.373

,34.4

63,7

1.090

,432

,34,8

31.7

95,6

1.766

,8-28

,8-1,

6-0,

201.5

77,7

2.696

,91.1

19,2

70,9

13,91

9.386

,010

.293,5

907,5

9,71,1

16.0

12,7

5.829

,8-18

2,9-3,

0-0,

3134

ProdT

amba

ng27

2,130

5,833

,712

,40,1

520

6,917

9,1-27

,8-13

,4-0,

1965

,212

6,761

,594

,30,7

61.1

75,2

1.186

,611

,41,0

0,01

903,1

880,8

-22,3

-2,5

-0,04

35Lo

gamB

esi20

9,521

0,71,2

0,60,0

118

5,617

9,2-6,

4-3,

4-0,

0423

,931

,57,6

31,8

0,09

623,1

613,4

-9,7

-1,6

-0,01

413,6

402,7

-10,9

-2,6

-0,02

36Lo

gamN

ec1.4

91,3

1.505

,414

,10,9

0,06

1.280

,31.2

33,7

-46,6

-3,6

-0,32

211,0

271,7

60,7

28,8

0,75

3.814

,13.7

43,6

-70,5

-1,8

-0,09

2.322

,82.2

38,2

-84,6

-3,6

-0,14

37Pro

dukM

etal

176,1

175,3

-0,8

-0,5

0,00

166,3

153,9

-12,4

-7,5

-0,09

9,821

,411

,611

8,40,1

459

1,258

1,5-9,

7-1,

6-0,

0141

5,140

6,2-8,

9-2,

1-0,

0238

Kend

Berm

otor

423,0

444,8

21,8

5,20,1

038

8,337

1,5-16

,8-4,

3-0,

1234

,773

,338

,611

1,20,4

891

3,792

6,312

,61,4

0,02

490,7

481,5

-9,2

-1,9

-0,02

39Pe

rTran

sport

230,5

211,1

-19,4

-8,4

-0,09

226,6

202,3

-24,3

-10,7

-0,17

3,98,8

4,912

5,60,0

658

6,155

5,1-31

,0-5,

3-0,

0435

5,634

4,0-11

,6-3,

3-0,

0240

Elektr

onik

4.722

,95.3

74,5

651,6

13,8

2,88

3.307

,03.2

19,2

-87,8

-2,7

-0,60

1.415

,92.1

55,3

739,4

52,2

9,19

10.78

9,611

.348,7

559,1

5,20,6

86.0

66,7

5.974

,2-92

,5-1,

5-0,

1641

Mesin

Perl

1.983

,02.2

65,0

282,0

14,2

1,25

1.645

,11.6

12,6

-32,5

-2,0

-0,22

337,9

652,4

314,5

93,1

3,91

5.019

,15.2

42,3

223,2

4,40,2

73.0

36,1

2.977

,3-58

,8-1,

9-0,

1042

Indus

triNec

332,5

363,4

30,9

9,30,1

431

0,930

0,3-10

,6-3,

4-0,

0721

,663

,141

,519

2,10,5

21.5

09,8

1.517

,57,7

0,50,0

11.1

77,3

1.154

,1-23

,2-2,

0-0,

04To

tal22

.590,1

25.27

5,22.6

85,1

11,9

11,9

14.54

6,613

.902,9

-643,7

-4,4

-4,4

8.043

,511

.372,3

3.328

,841

,441

,481

.682,0

83.35

6,81.6

74,8

2,12,1

59.09

1,958

.081,6

-1.01

0,3-1,

7-1,

7

Kom

odita

sEk

spor

ke

ACFT

A

42

Eksp

or k

e AS

EAN

Eksp

or k

e CI

NAEk

spor

ke

DUNI

A

pre

post

chg

%sh

are

pre

post

chg

%sh

are

pre

post

chg

%sh

are

pre

post

chg

%sh

are

pre

post

chg

%sh

are

%%

%%

%

Eksp

or k

e RO

W

Lam

pir

an 2

Perb

and

ing

an D

amp

ak A

CFT

A K

e In

do

nes

ia (

Ko

mo

dit

as)

Lan

juta

n 1

Page 68: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

64 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010La

mp

iran

2Pe

rban

din

gan

Dam

pak

AC

FTA

Ke

Ind

on

esia

(K

om

od

itas

) La

nju

tan

2

VIMS

1Be

ras3,2

3,50,3

9,40,0

03,1

2,9-0,

2-6,

50,0

00,1

0,60,5

500,0

0,01

9,810

,20,4

4,10,0

06,6

6,70,1

1,50,0

02

Whe

at15

,316

,61,3

8,50,0

10,1

0,10,0

0,00,0

015

,216

,51,3

8,60,0

284

7,384

4,2-3,

1-0,

4-0,

0183

2,082

7,6-4,

4-0,

5-0,

013

Cerea

lGrai

n37

,437

,0-0,

4-1,

10,0

032

,932

,6-0,

3-0,

90,0

04,5

4,4-0,

1-2,

20,0

011

2,811

3,20,4

0,40,0

075

,476

,20,8

1,10,0

04

Sayu

ran30

2,832

7,925

,18,3

0,10

82,2

77,2

-5,0

-6,1

-0,03

220,6

250,7

30,1

13,6

0,36

445,3

466,0

20,7

4,60,0

314

2,513

8,1-4,

4-3,

1-0,

015

OilSe

eds

19,9

20,5

0,63,0

0,00

14,1

13,3

-0,8

-5,7

0,00

5,87,2

1,424

,10,0

253

5,053

9,64,6

0,90,0

151

5,151

9,14,0

0,80,0

16

Suga

rCan

e0,1

0,10,0

0,00,0

00,1

0,10,0

0,00,0

00,0

0,00,0

0,00,0

00,3

0,30,0

0,00,0

00,2

0,20,0

0,00,0

07

Fiber

3,83,6

-0,2

-5,3

0,00

0,70,7

0,00,0

0,00

3,12,9

-0,2

-6,5

0,00

912,1

895,0

-17,1

-1,9

-0,03

908,3

891,4

-16,9

-1,9

-0,05

8Cr

opsN

ec97

,310

7,29,9

10,2

0,04

47,8

46,8

-1,0

-2,1

-0,01

49,5

60,4

10,9

22,0

0,13

324,7

330,4

5,71,8

0,01

227,4

223,2

-4,2

-1,8

-0,01

9He

wanT

ernak

0,00,0

0,00,0

0,00

0,00,0

0,00,0

0,00

0,00,0

0,00,0

0,00

159,9

160,4

0,50,3

0,00

159,9

160,4

0,50,3

0,00

10Pro

dukH

ewan

16,5

17,5

1,06,1

0,00

6,36,2

-0,1

-1,6

0,00

10,2

11,3

1,110

,80,0

170

,371

,20,9

1,30,0

053

,853

,7-0,

1-0,

20,0

011

Susu

Murn

i0,0

0,00,0

0,00,0

00,0

0,00,0

0,00,0

00,0

0,00,0

0,00,0

01,8

1,80,0

0,00,0

01,8

1,80,0

0,00,0

012

Wol

0,10,1

0,00,0

0,00

0,00,0

0,00,0

0,00

0,10,1

0,00,0

0,00

2,42,4

0,00,0

0,00

2,32,3

0,00,0

0,00

13 Ke

hutan

an11

,612

,30,7

6,00,0

08,1

7,9-0,

2-2,

50,0

03,5

4,40,9

25,7

0,01

59,1

59,9

0,81,4

0,00

47,5

47,6

0,10,2

0,00

14Pe

rikan

an8,8

8,80,0

0,00,0

07,5

7,4-0,

1-1,

30,0

01,3

1,40,1

7,70,0

018

,819

,00,2

1,10,0

010

,010

,20,2

2,00,0

015

Batub

ara0,4

0,40,0

0,00,0

00,2

0,1-0,

1-50

,00,0

00,2

0,30,1

50,0

0,00

0,40,4

0,00,0

0,00

0,00,0

0,00,0

0,00

16 M

inyak

1.144

,81.1

27,7

-17,1

-1,5

-0,07

920,9

905,9

-15,0

-1,6

-0,09

223,9

221,8

-2,1

-0,9

-0,03

3.760

,43.7

70,9

10,5

0,30,0

22.6

15,6

2.643

,227

,61,1

0,08

17Ga

s0,0

0,00,0

0,00,0

00,0

0,00,0

0,00,0

00,0

0,00,0

0,00,0

00,1

0,10,0

0,00,0

00,1

0,10,0

0,00,0

018

Mine

ralNe

c10

7,810

9,41,6

1,50,0

162

,061

,6-0,

4-0,

60,0

045

,847

,82,0

4,40,0

254

6,654

9,52,9

0,50,0

043

8,844

0,11,3

0,30,0

019

Dagin

g6,9

6,8-0,

1-1,

40,0

06,8

6,7-0,

1-1,

50,0

00,1

0,10,0

0,00,0

010

5,610

7,11,5

1,40,0

098

,710

0,31,6

1,60,0

020

Produ

kDag

ing10

,413

,43,0

28,8

0,01

3,83,8

0,00,0

0,00

6,69,6

3,045

,50,0

412

1,012

6,55,5

4,50,0

111

0,611

3,12,5

2,30,0

121

Miny

akSa

yur

55,6

54,1

-1,5

-2,7

-0,01

52,8

51,2

-1,6

-3,0

-0,01

2,82,9

0,13,6

0,00

527,3

536,7

9,41,8

0,02

471,7

482,6

10,9

2,30,0

322

Dairy

Produ

k85

,485

,1-0,

3-0,

40,0

084

,584

,1-0,

4-0,

50,0

00,9

1,00,1

11,1

0,00

486,1

493,1

7,01,4

0,01

400,7

408,0

7,31,8

0,02

23Be

rasOl

ahan

106,3

106,5

0,20,2

0,00

105,4

104,2

-1,2

-1,1

-0,01

0,92,3

1,415

5,60,0

212

6,012

6,70,7

0,60,0

019

,720

,20,5

2,50,0

024

Gula

291,7

301,5

9,83,4

0,04

285,7

271,2

-14,5

-5,1

-0,08

6,030

,324

,340

5,00,2

937

6,238

7,211

,02,9

0,02

84,5

85,7

1,21,4

0,00

25Pro

dukM

akan

592,2

638,6

46,4

7,80,1

834

4,333

5,3-9,

0-2,

6-0,

0524

7,930

3,355

,422

,30,6

71.1

86,6

1.227

,641

,03,5

0,07

594,4

589,0

-5,4

-0,9

-0,01

26Mi

numa

n16

3,916

6,22,3

1,40,0

115

7,915

6,2-1,

7-1,

1-0,

016,0

10,0

4,066

,70,0

520

8,720

9,30,6

0,30,0

044

,843

,1-1,

7-3,

80,0

027

Teksti

l1.0

71,8

1.514

,144

2,341

,31,7

336

9,531

2,0-57

,5-15

,6-0,

3370

2,31.2

02,1

499,8

71,2

6,04

2.788

,42.9

97,5

209,1

7,50,3

41.7

16,6

1.483

,4-23

3,2-13

,6-0,

6428

Paka

ianJad

i20

4,827

5,270

,434

,40,2

896

,370

,0-26

,3-27

,3-0,

1510

8,520

5,296

,789

,11,1

732

6,636

4,938

,311

,70,0

612

1,889

,7-32

,1-26

,4-0,

0929

Produ

kKuli

t19

9,625

4,354

,727

,40,2

198

,987

,5-11

,4-11

,5-0,

0710

0,716

6,866

,165

,60,8

044

1,347

2,531

,27,1

0,05

241,7

218,2

-23,5

-9,7

-0,06

30Pro

dukK

ayu

121,9

140,8

18,9

15,5

0,07

80,1

74,6

-5,5

-6,9

-0,03

41,8

66,2

24,4

58,4

0,29

318,4

333,7

15,3

4,80,0

219

6,519

2,9-3,

6-1,

8-0,

01

Kom

odita

sEk

spor

ke

ACFT

A

42

Eksp

or k

e AS

EAN

Eksp

or k

e CI

NAEk

spor

ke

DUNI

AEk

spor

ke

ROW

pre

post

chg

%sh

are

pre

post

chg

%sh

are

pre

post

chg

%sh

are

pre

post

chg

%sh

are

pre

post

chg

%sh

are

%%

%%

%

Page 69: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

65Dampak Pelaksanaan ACFTA Terhadap Perdagangan Internasional Indonesia

Kom

odita

sEk

spor

ke

ACFT

A

42

Eksp

or k

e AS

EAN

Eksp

or k

e CI

NAEk

spor

ke

DUNI

A

pre

post

chg

%sh

are

pre

post

chg

%sh

are

pre

post

chg

%sh

are

pre

post

chg

%sh

are

pre

post

chg

%sh

are

%%

%%

%

Eksp

or k

e RO

W

31Pro

dukK

ertas

287,8

299,2

11,4

4,00,0

422

7,422

1,0-6,

4-2,

8-0,

0460

,478

,217

,829

,50,2

21.6

34,1

1.655

,621

,51,3

0,03

1.346

,31.3

56,4

10,1

0,80,0

332

Petro

leum

4.318

,94.4

18,3

99,4

2,30,3

92.8

71,8

2.831

,4-40

,4-1,

4-0,

231.4

47,1

1.586

,913

9,89,7

1,69

6.192

,66.2

72,5

79,9

1,30,1

31.8

73,7

1.854

,2-19

,5-1,

0-0,

0533

Kimia

4.128

,14.4

14,5

286,4

6,91,1

23.2

03,5

3.095

,210

8,3-3,

4-0,

6392

4,61,3

19,3

394,7

42,7

4,77

9.888

,410

.207,8

319,4

3,20,5

25.7

60,3

5.793

,333

,00,6

0,09

34Pro

dTam

bang

326,5

365,9

39,4

12,1

0,15

163,9

154,1

-9,8

-6,0

-0,06

162,6

211,8

49,2

30,3

0,59

646,3

679,8

33,5

5,20,0

531

9,831

3,9-5,

9-1,

8-0,

0235

Loga

mBesi

835,0

911,4

76,4

9,10,3

038

3,836

2,5-21

,3-5,

5-0,

1245

1,254

8,997

,721

,71,1

82.9

55,0

2.958

,43,4

0,10,0

12.1

20,0

2.047

,0-73

,0-3,

4-0,

2036

Loga

mNec

301,4

337,2

35,8

11,9

0,14

157,0

147,8

-9,2

-5,9

-0,05

144,4

189,4

45,0

31,2

0,54

1.370

,21.3

81,3

11,1

0,80,0

21.0

68,8

1.044

,1-24

,7-2,

3-0,

0737

Produ

kMeta

l62

7,986

6,223

8,338

,00,9

329

1,725

2,2-39

,5-13

,5-0,

2333

6,261

4,027

7,882

,63,3

61.3

45,6

1.512

,516

6,912

,40,2

771

7,764

6,3-71

,4-9,

9-0,

2038

Kend

Berm

otor

982,2

1.045

,563

,36,4

0,25

844,0

806,2

-37,8

-4,5

-0,22

138,2

239,3

101,1

73,2

1,22

3.423

,93.4

70,6

46,7

1,40,0

82.4

41,7

2.425

,1-16

,6-0,

7-0,

0539

PerTr

ansp

ort87

0,01.0

83,5

213,5

24,5

0,84

512,3

383,8

-128,5

-25,1

-0,74

357,7

699,7

342,0

95,6

4,13

1.536

,21.6

09,7

73,5

4,80,1

266

6,252

6,2-14

0,0-21

,0-0,

3940

Elektr

onik

3.905

,84.1

03,2

197,4

5,10,7

72.9

83,6

2.844

,0-13

9,6-4,

7-0,

8192

2,21.2

59,2

337,0

36,5

4,07

6.639

,76.7

88,7

149,0

2,20,2

42.7

33,9

2.685

,5-48

,4-1,

8-0,

1341

Mesi

nPerl

3.873

,84.2

65,1

391,3

10,1

1,53

2.530

,72.3

66,1

-164,6

-6,5

-0,95

1.343

,11.8

99,0

555,9

41,4

6,72

10.59

5,410

.786,6

191,2

1,80,3

16.7

21,6

6.521

,5-20

0,1-3,

0-0,

5542

Indus

triNec

393,1

512,9

119,8

30,5

0,47

217,4

173,6

-43,8

-20,1

-0,25

175,7

339,3

163,6

93,1

1,98

667,7

739,9

72,2

10,8

0,12

274,6

227,0

-47,6

-17,3

-0,13

Total

25.53

0,827

.972,1

2.441

,39,6

9,617

.259,1

16.35

7,5-90

1,6-5,

2-5,

28.2

71,7

11.61

4,63.3

42,9

40,4

40,4

61.71

4,463

.280,7

1.566

,32,5

2,536

.183,6

35.30

8,6-87

5,0-2,

4-2,

4

Lam

pir

an 2

Perb

and

ing

an D

amp

ak A

CFT

A K

e In

do

nes

ia (

Ko

mo

dit

as)

Lan

juta

n 3

Page 70: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

66 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

Lampiran 3Tabel Agregasi Data 14 Region Dan 42 Sektor

1 Japan Japan2 Korea Korea3 Cina Cina4 India India5 Indonesia Indonesia6 Malaysia Malaysia7 Singapore Singapore8 Thailand Thailand9 Philippines Philippines

10 Vietnam Vietnam11 Other ASEAN Cambodia, Lao PDR, Myanmar, Brunei Darussalam12 USA USA13 EU 25 Austria, Belgium, Cyprus, Czech Republic, Denmark, Estonia, Finland,

France, Germany, Greece, Hungary, Ireland, Italy, Latvia, Lithuania,Luxemborg, Malta, Netherlands, Poland, Portugal, Slovakia, Slovenia,Spain, Sweden, UK

14 Rest of The World Australia, New Zealand, Rest of Oceania, Hongkong, Taiwan, Rest ofEast Asia, Bangladesh, Pakistan, Sri Lanka, Rest of South Asia, Canada,Mexico, Rest of North America, Argentina, Bolivia, Brazil, Chile,Colombia, Ecuador, Paraguay, Peru, Uruguay, Venezuela, Rest ofSouth America, Costa Rica, Guatemala, Nicaragua, Panama, Rest ofCentral America, Caribbean, Switzerland, Norway, Rest of EFTA,Albania, Bulgaria, Belarus, Croatia, Romania, Russian Federation,Ukraine, Rest of Eastern Europe, Rest of Europe, Kazakhstan,Kyrgyztan, Rest of Former Soviet Union, Armenia, Azerbaijan, Georgia,Iran, Turkey, Rest of Western Asia, Egypt, Morocco, Tunisia, Rest ofNorth Africa, Nigeria, Senegal, Rest of Western Africa, Central Africa,South Central Africa, Ethiopia, Madagascar, Malawi, Mauritius,Mozambique, Tanzania, Uganda, Zambia, Zimbabwe, Rest of EasternAfrica, Bostwana, South Africa, Rest of South African Customs

No. Regional Aggregation Member

I. Region Aggregation

Page 71: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

67Dampak Pelaksanaan ACFTA Terhadap Perdagangan Internasional Indonesia

1 PDR Paddy rice2 WHT Wheat3 GRO Cereal grains nec4 V_F Vegetables, fruit, nuts5 OSD Oil seeds6 C_B Sugar cane, sugar beet7 PFB Plant-based fibers8 OCR Crops nec9 CTL Cattle, sheep, goats, horses

10 OAP Animal products nec11 RMK Raw milk12 WOL Wool, silk-worm cocoons13 FRS Forestry14 FSH Fishing15 COA Coal16 OIL Oil17 GAS Gas18 OMN Minerals nec19 CMT Meat: cattle, sheep, goats, horse20 OMT Meat products nec21 VOL Vegetable oils and fats22 MIL Dairy products23 PCR Processed rice24 SGR Sugar25 OFD Food products nec26 B_T Beverages and tobacco products27 TEX Textiles28 WAP Wearing apparel29 LEA Leather products30 LUM Wood products31 PPP Paper products, publishing32 P_C Petroleum, coal products33 CRP Chemical,rubber,plastic prods34 NMM Mineral products nec35 I_S Ferrous metals36 NFM Metals nec37 FMP Metal products38 MVH Motor vehicles and parts39 OTN Transport equipment nec40 ELE Electronic equipment41 OME Machinery and equipment nec42 OMF Manufactures nec43 OTHERS Electricity; Gas manufacture, distribution; Water; Construction; Trade;

Transport nec; Sea transport; Air transport; Communication; Financialservices nec; Insurance; Business services nec; Recreation and otherservices; Public Administration/Defence/Health/Education; Dwellings

No. Sectoral Aggregation Member

I. Region Aggregation

Page 72: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

68 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

Lampiran 4Tabel Konversi 7 Sektor Komoditas

Agricultural Product Paddy rice, wheat, cereal grains nec, vegetable, fruit, nuts, oil seeds, sugar cane, sugarbeet, plant-based, crops nec, bovine cattle, sheep and goats, horse, animal product,raw milk, wool silk-worm cocoons, bovine cattle, sheep and goats, horse meat product

Food Product Meat product nec, vegetable oil and fats, dairy products, processed rice, sugar, foodproducts nec, beverages and tobacco products

Extractive Industry Forestry, fishing, coal, oil, gas, minerals nec, petroleum, coal productsLight Manufacturing Textiles, wearing apparel, leather product, wood productsHeavy Paper products, publishing, chemical, rubber, plastic products, mineral products nec,

ferrous metals, metalsManufacturing necTechnology-intensive Metal products, motor vehicle and parts, transport equipment nec,Manufacturing electronic, machinery and equipment nec, manufacturing necServices Electronic, gas manufacturing, distribustion, water, construction trade, transport,

financial, business, recreational services, public administrayion and defense, education,health, dwellings and services

Sector Commodities

Source : ADB, WP No 130, 2008nec : not elsewhere classified

Page 73: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

69Dampak Pelaksanaan ACFTA Terhadap Perdagangan Internasional Indonesia

Lampiran 5Tabel Peta Kwadran Rca Dan Iit (Total)

I 9 33 Kimia 1,11 0,85 1.644.317.782 11,62%

16 Minyak 2,26 0,82 1.382.885.185 9,77%

27 Tekstil 1,62 0,64 588.106.204 4,16%

38 Kend Bermotor 1,12 0,85 332.659.537 2,35%

35 Logam Besi 1,04 0,88 251.830.711 1,78%

34 Prod Tambang 1,48 0,69 196.203.561 1,39%

26 Minuman 1,30 0,82 177.537.037 1,25%

11 Susu Murni 1,11 0,73 30.045.361 0,21%

22 Dairy Produk 1,09 0,52 534.984 0,00%

Total 4.604.120.362 32,54%

Kuadran Jumlah Kode Klasifikasi Komoditas Utama RCA IIT Nilai Ekspor Share Ekspor

Periode I (Rata-rata 2001-2004)

II 8 41 Mesin Perl 0,42 0,83 1.986.833.043 14,04%

37 Produk Metal 0,77 0,87 163.943.461 1,16%

4 Sayuran 0,87 0,77 119.663.788 0,85%

25 Produk Makan 0,98 0,89 111.614.849 0,79%

29 Produk Kulit 0,89 0,88 71.961.181 0,51%

20 Produk Daging 0,68 0,60 36.946.777 0,26%

5 Oil Seeds 0,94 0,51 11.503.016 0,08%

19 Daging 0,20 0,68 80.856 0,00%

Total 2.502.546.970 17,69%

Kuadran Jumlah Kode Klasifikasi Komoditas Utama RCA IIT Nilai Ekspor Share Ekspor

III 14 40 Elektronik 0,73 0,30 1.840.619.562 13,01%32 Petro leum 0,49 0,31 414.346.141 2,93%42 Industri Nec 0,64 0,48 228.466.798 1,61%28 Pakaian Jadi 0,79 0,22 125.014.619 0,88%39 Per Transport 0,56 0,34 56.274.523 0,40%3 Cereal Grain 0,22 0,09 3.990.231 0,03%24 Gula 0,05 0,03 2.398.110 0,02%2 Wheat 0,78 0,45 2.288.071 0,02%10 Produk Hewan 0,18 0,39 1.437.850 0,01%23 Beras Olahan 0,01 0,01 503.919 0,00%1 Beras 0,00 0,00 0 0,00%6 Sugar Cane 0,00 0,00 0 0,00%7 Fiber 0,00 0,00 0 0,00%12 Wol 0,00 0,00 0 0,00%

Total 2.675.339.823 18,91%

Kuadran Jumlah Kode Klasifikasi Komoditas Utama RCA IIT Nilai Ekspor Share Ekspor

Periode I (Rata-rata 2001-2004)

Periode I (Rata-rata 2001-2004)

Page 74: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

70 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

IV 11 8 Crops Nec 2,60 0,15 510.303.657 3,61%9 Hewan Ternak 2,15 0,14 29.072.147 0,21%13 Kehutanan 4,10 0,04 3.619.860 0,03%14 Perikanan 1,98 0,24 179.706.122 1,27%15 Batu bara 7,00 0,07 344.450.420 2,43%17 Gas 1,57 0,14 148.201.956 1,05%18 Mineral Nec 5,59 0,34 360.869.596 2,55%21 Minyak Sayur 3,82 0,06 683.396.677 4,83%30 Produk Kayu 3,19 0,12 493.267.281 3,49%31 Produk Kertas 4,57 0,27 916.030.861 6,47%36 Logam Nec 2,79 0,33 697.866.399 4,93%

Total 4.366.784.974 30,86%

Kuadran Jumlah Kode Klasifikasi Komoditas Utama RCA IIT Nilai Ekspor Share Ekspor

Periode I (Rata-rata 2001-2004)

Catatan : Perhitungan berdasarkan konversi data SITC dari UNCOMTRADE menjadi 42 komoditas tradable dalam GTAP.

I 9 16 Minyak 2,45 0,82 2.716.031.454 9,51%

38 Kend Bermotor 1,23 0,74 859.808.533 3,01%

27 Tekstil 1,01 0,74 684.776.101 2,40%

30 Produk Kayu 1,68 0,64 410.094.630 1,44%

26 Minuman 1,31 0,79 261.927.830 0,92%

25 Produk Makan 1,05 0,96 224.759.805 0,79%

29 Produk Kulit 1,16 0,82 179.757.549 0,63%

5 Oil Seeds 2,36 0,62 27.301.185 0,10%

22 Dairy Produk 1,47 0,83 1.913.165 0,01%

Total 5.366.370.249 18,78%

Kuadran Jumlah Kode Klasifikasi Komoditas Utama RCA IIT Nilai Ekspor Share Ekspor

Periode II (Rata-rata 2005-2008)

II 11 41 Mesin Perl 0,42 0,82 3.459.339.492 12,11%

33 Kimia 0,87 0,71 2.554.706.472 8,94%

40 Elektronik 0,48 0,61 2.072.101.828 7,25%

35 Logam Besi 0,69 0,58 685.974.318 2,40%

42 Industri Nec 0,47 0,56 427.122.284 1,49%

39 Per Transport 0,81 0,71 379.215.365 1,33%

37 Produk Metal 0,55 0,66 285.388.289 1,00%

4 Sayuran 0,82 0,64 214.127.650 0,75%

34 Prod Tambang 0,90 0,86 207.486.926 0,73%

28 Pakaian Jadi 0,46 0,67 151.515.810 0,53%

10 Produk Hewan 0,28 0,58 2.958.244 0,01%

Total 10.439.936.678 36,54%

Kuadran Jumlah Kode Klasifikasi Komoditas Utama RCA IIT Nilai Ekspor Share Ekspor

Periode II (Rata-rata 2005-2008)

Page 75: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

71Dampak Pelaksanaan ACFTA Terhadap Perdagangan Internasional Indonesia

III 10 32 Petro leum 0,38 0,19 935.618.846 3,27%

11 Susu Murni 0,67 0,33 25.279.380 0,09%

24 Gula 0,27 0,11 17.854.983 0,06%

3 Cereal Grain 0,55 0,40 8.389.705 0,03%

23 Beras Olahan 0,00 0,01 330.037 0,00%

19 Daging 0,01 0,20 7.325 0,00%

1 Beras 0,00 0,00 0 0,00%

6 Sugar Cane 0,00 0,00 0 0,00%

7 Fiber 0,00 0,00 0 0,00%

12 Wol 0,00 0,00 0 0,00%

Total 987.480.275 3,46%

Kuadran Jumlah Kode Klasifikasi Komoditas Utama RCA IIT Nilai Ekspor Share Ekspor

Periode II (Rata-rata 2005-2008)

IV 12 36 Logam Nec 3,77 0,29 2.482.296.551 8,69%

21 Minyak Sayur 5,11 0,03 2.156.452.594 7,55%

17 Gas 6,78 0,05 1.846.798.666 6,46%

8 Crops Nec 2,91 0,13 1.498.317.400 5,24%

31 Produk Kertas 4,39 0,37 1.442.952.860 5,05%

15 Batu bara 7,08 0,05 1.170.145.644 4,10%

18 Mineral Nec5,39 0,35 709.176.692 2,48%

14 Perikanan 1,89 0,25 229.429.381 0,80%

20 Produk Daging 2,12 0,37 203.014.679 0,71%

9 Hewan Ternak 1,63 0,06 27.159.304 0,10%

2 Wheat 1,45 0,32 6.619.736 0,02%

13 Kehutanan 5,36 0,12 5.956.443 0,02%

Total 11.778.319.950 41,22%

Kuadran Jumlah Kode Klasifikasi Komoditas Utama RCA IIT Nilai Ekspor Share Ekspor

Periode II (Rata-rata 2005-2008)

Catatan : Perhitungan berdasarkan konversi data SITC dari UNCOMTRADE menjadi 42 komoditas tradable dalam GTAP.

Page 76: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

72 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

I 10 33 Kimia 1,18 0,85 1.644.317.782 13,03%27 Tekstil 1,72 0,64 588.106.204 4,66%38 Kend Bermotor 1,19 0,85 332.659.537 2,64%35 Logam Besi 1,11 0,88 251.830.711 2,00%34 Prod Tambang 1,57 0,69 196.203.561 1,55%26 Minuman 1,39 0,82 177.537.037 1,41%25 Produk Makan 1,04 0,89 111.614.849 0,88%11 Susu Murni 1,18 0,73 30.045.361 0,24%5 Oil Seeds 1,00 0,51 11.503.016 0,09%22 Dairy Produk 1,16 0,52 534.984 0,00%

Total 3.343.818.057 26,50%

Kuadran Jumlah Kode Klasifikasi Komoditas Utama RCA IIT Nilai Ekspor Share Ekspor

Periode I (Rata-rata 2001-2004)

Lampiran 6Tabel Peta Kwadran Rca Dan Iit (Non Migas)

II 6 41 Mesin Perl 0,45 0,83 1.986.833.043 15,75%

37 Produk Metal 0,82 0,87 163.943.461 1,30%

4 Sayuran 0,93 0,77 119.663.788 0,95%

29 Produk Kulit 0,95 0,88 71.961.181 0,57%

20 Produk Daging 0,73 0,60 36.946.777 0,29%

19 Daging 0,21 0,68 80.856 0,00%

Total 2.379.429.106 18,86%

Kuadran Jumlah Kode Klasifikasi Komoditas Utama RCA IIT Nilai Ekspor Share Ekspor

Periode I (Rata-rata 2001-2004)

III 14 40 Elektronik 0,77 0,30 1.840.619.562 14,59%32 Petro leum 0,52 0,31 414.346.141 3,28%42 Industri Nec 0,69 0,48 228.466.798 1,81%28 Pakaian Jadi 0,85 0,22 125.014.619 0,99%39 Per Transport 0,59 0,34 56.274.523 0,45%3 Cereal Grain 0,24 0,09 3.990.231 0,03%24 Gula 0,05 0,03 2.398.110 0,02%2 Wheat 0,83 0,45 2.288.071 0,02%10 Produk Hewan 0,19 0,39 1.437.850 0,01%23 Beras Olahan 0,01 0,01 503.919 0,00%1 Beras 0,00 0,00 0 0,00%6 Sugar Cane 0,00 0,00 0 0,00%7 Fiber 0,00 0,00 0 0,00%12 Wol 0,00 0,00 0 0,00%

Total 2.675.339.823 21,20%

Kuadran Jumlah Kode Klasifikasi Komoditas Utama RCA IIT Nilai Ekspor Share Ekspor

Periode I (Rata-rata 2001-2004)

Page 77: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

73Dampak Pelaksanaan ACFTA Terhadap Perdagangan Internasional Indonesia

IV 10 31 Produk Kertas 4,87 0,27 916.030.861 7,26%36 Logam Nec 2,98 0,33 697.866.399 5,53%21 Minyak Sayur 4,07 0,06 683.396.677 5,42%8 Crops Nec 2,77 0,15 510.303.657 4,04%30 Produk Kayu 3,39 0,12 493.267.281 3,91%18 Mineral Nec5,96 0,34 360.869.596 2,86%15 Batu bara 7,45 0,07 344.450.420 2,73%14 Perikanan 2,11 0,24 179.706.122 1,42%9 Hewan Ternak 2,29 0,14 29.072.147 0,23%13 Kehutanan 4,37 0,04 3.619.860 0,03%

Total 4.218.583.018 33,43%

Kuadran Jumlah Kode Klasifikasi Komoditas Utama RCA IIT Nilai Ekspor Share Ekspor

Periode I (Rata-rata 2001-2004)

Catatan : Perhitungan berdasarkan konversi data SITC (non-migas) dari UNCOMTRADE menjadi 42 komoditas tradable dalam GTAP.

I 9 38 Kend Bermotor 1,39 0,74 859.808.533 3,58%

27 Tekstil 1,14 0,74 684.776.101 2,85%

30 Produk Kayu 1,89 0,64 410.094.630 1,71%

26 Minuman 1,49 0,79 261.927.830 1,09%

25 Produk Makan 1,18 0,96 224.759.805 0,94%

34 Prod Tambang 1,02 0,86 207.486.926 0,86%

29 Produk Kulit 1,31 0,82 179.757.549 0,75%

5 Oil Seeds 2,65 0,62 27.301.185 0,11%

22 Dairy Produk 1,67 0,83 1.913.165 0,01%

Total 2.857.825.721 11,90%

Kuadran Jumlah Kode Klasifikasi Komoditas Utama RCA IIT Nilai Ekspor Share Ekspor

Periode II (Rata-rata 2005-2008)

II 10 41 Mesin Perl 0,47 0,82 3.459.339.492 14,41%

33 Kimia 0,98 0,71 2.554.706.472 10,64%

40 Elektronik 0,54 0,61 2.072.101.828 8,63%

35 Logam Besi 0,78 0,58 685.974.318 2,86%

42 Industri Nec 0,53 0,56 427.122.284 1,78%

39 Per Transport 0,92 0,71 379.215.365 1,58%

37 Produk Metal 0,62 0,66 285.388.289 1,19%

4 Sayuran 0,92 0,64 214.127.650 0,89%

28 Pakaian Jadi 0,52 0,67 151.515.810 0,63%

10 Produk Hewan 0,32 0,58 2.958.244 0,01%

Total 10.232.449.752 42,62%

Kuadran Jumlah Kode Klasifikasi Komoditas Utama RCA IIT Nilai Ekspor Share Ekspor

Periode II (Rata-rata 2005-2008)

Page 78: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

74 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

III 10 32 Petro leum 0,43 0,19 935.618.846 3,90%

11 Susu Murni 0,76 0,33 25.279.380 0,11%

24 Gula 0,31 0,11 17.854.983 0,07%

3 Cereal Grain 0,62 0,40 8.389.705 0,03%

23 Beras Olahan 0,00 0,01 330.037 0,00%

19 Daging 0,01 0,20 7.325 0,00%

1 Beras 0,00 0,00 0 0,00%

6 Sugar Cane 0,00 0,00 0 0,00%

7 Fiber 0,00 0,00 0 0,00%

12 Wol 0,00 0,00 0 0,00%

Total 987.480.275 4,11%

Kuadran Jumlah Kode Klasifikasi Komoditas Utama RCA IIT Nilai Ekspor Share Ekspor

Periode II (Rata-rata 2005-2008)

IV 11 36 Logam Nec 4,26 0,29 2.482.296.551 10,34%

21 Minyak Sayur 5,78 0,03 2.156.452.594 8,98%

8 Crops Nec 3,29 0,13 1.498.317.400 6,24%

31 Produk Kertas 4,96 0,37 1.442.952.860 6,01%

15 Batu bara 8,01 0,05 1.170.145.644 4,87%

18 Mineral Nec6,09 0,35 709.176.692 2,95%

14 Perikanan 2,14 0,25 229.429.381 0,96%

20 Produk Daging 2,40 0,37 203.014.679 0,85%

9 Hewan Ternak 1,84 0,06 27.159.304 0,11%

2 Wheat 1,66 0,32 6.619.736 0,03%

13 Kehutanan 6,07 0,12 5.956.443 0,02%

Total 9.931.521.284 41,37%

Kuadran Jumlah Kode Klasifikasi Komoditas Utama RCA IIT Nilai Ekspor Share Ekspor

Periode II (Rata-rata 2005-2008)

Catatan : Perhitungan berdasarkan konversi data SITC (non-migas) dari UNCOMTRADE menjadi 42 komoditas tradable dalam GTAP

Page 79: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

75Apakah ACFTA Merupakan Strategi Yang Tepat Untuk Penuntasan Kemiskinan Yang Berkesinambungan?:Bukti Dari Penurunan Tingkat Simpanan

The outcome of Regional Free Trade Area (R-FTA) still remains a conundrum. Regional free trade

area (R-FTA) is one of the manifestations of the economy integration phenomenon. R-FTA brings many

pros and cons to the economists. It allows better allocation of resources especially by eliminating tariffs,

thus making people have higher purchasing power for goods. While the increase of purchasing power is

good for growth engine and poverty alleviation progress, this paper proves that there is potency for the

agreement to be detrimental in the long run.

The main focus in this paper is the potential impact of ACFTA to the saving rate as the shock buffer

for the poor in time of recessions and crises, where purchasing power decreases significantly. We view

the ACFTA impact through the series of net import, defined as the difference between imports from

export. We use Dynamic Panel Data (DPD) to estimate the impact of net import to the saving rate, assuming

that there is a dynamic relationship between saving rate and its lagged value. The estimation result proves

that there is a negative relationship between import and the saving per capita, which indicates the

consumptive behavior of ASEAN people under high import. Moreover, the dynamic relationship shows

that saving per capita is not persistent, meaning that the saving rate will be decreased gradually.

Therefore, we can expect that in the long rung, the savings will be depleted into nothing if we

keep letting the import flooded domestic market without imposing any pre-emptive and reactive policies.

This paper provides a set of historical estimation of the potential impact of ACFTA on saving rate and its

policy implication to endure the impact.

JEL Classification CodeJEL Classification CodeJEL Classification CodeJEL Classification CodeJEL Classification Code: E38, F15

Keywords: Free Trade, Poverty Alleviation, Saving Behavior

* Graduated from Economic Department, University of Indonesia and research assistant on Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan(PPSK) √ Bank Indonesia. [email protected]; [email protected]

APAKAH ACFTA MERUPAKAN STRATEGI YANG TEPAT UNTUKPENUNTASAN KEMISKINAN YANG BERKESINAMBUNGAN?:

BUKTI DARI PENURUNAN TINGKAT SIMPANAN

Bagus Arya Wirapati danNiken Astria Sakina Kusumawardhani *****

Abstract

Page 80: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

76 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

I. LATAR BELAKANG

Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2010-2014, pemerintah

Indonesia telah menargetkan tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar 5.5% di tahun 2010, 7%

di tahun 2010 dan diatas 7% di tahun 2014. Sedangkan di Rencana Pembangunan Jangka

Panjang (RPJP) 2005-2025, pemerintah telah menargetkan pencapaian kesejahteraan nasional

yang setara dengan negara-negara berpendapatan menengah dan mempertahankan tingkat

pengangguran dan angka kemiskinan dibawah 5%.

Target dan rencana di atas dibuat untuk menghadapi perjanjian perdagangan bebas

antara Indonesia dengan negara lainnya. Indonesia telah menandatangani banyak perjanjian

dagang bebas bilateral maupun multilateral, termasuk dengan Korea Selatan (2007), Jepang

(2007), Australia dan Selandia Baru (2009), India (2009), dan Cina (2010). Semua perjanjian

perdagangan bebas ini dapat membawa baik kesempatan dan ancaman pada ekonomi

nasional.

Perjanjian ASEAN-Cina Free Trade Area (ACFTA) menurunkan tarif pajak dari 90% untuk

barang impor menjadi nol. Negara ASEAN, terutama yang sedang berkembang (Singapura

dianggap sebagai negara maju), akan dibanjiri dengan laju barang dibawah ACFTA. Peningkatan

akses terhadap barang murah, dalam konteks pengeluaran, akan sangat menguntungkan bagi

masyarakat miskin. Todaro dan Smith (2008,[59])) membantah bahwa meningkatnya akses

masyarakat miskin pada barang dan jasa merupakan salah satu bukti berhasilnya usaha

pengurangan kemiskinan. Hal ini meningkatkan pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder

dari masyarakat miskin. Sehingga dari sudut pandang pengeluaran, jumlah penduduk miskin

akan menurun dikarenakan meningkatnya kemampuan masyarakat miskin untuk mengakses

barang dibawah perjanjian perdagangan bebas macam ini.

Sekilas tampak ada penurunan tingkat kemiskinan, namun kesinambungan dari usaha

penuntasan kemiskinan ini masih menjadi pertanyaan. Masyarakat miskin memiliki

kecenderungan marjinal yang lebih besar untuk menjadi konsumtif dibandingkan anggota

masyarakat yang berpunya, sehingga mereka akan cenderung untuk mengkonsumsi lebih

banyak, dan akibatnya akan mengurangi proporsi tabungan dari pendapatan mereka. Mereka

cenderung untuk meningkatkan konsumsi dibandingkan menabung sebagai penyangga ke

depan disaat terjadi ketidakstabilan atau guncangan ekonomi. Perilaku ini akan mendorong

mereka pada tingkat ketahanan yang lebih rendah bilamana terjadi krisis ekonomi. Sehingga,

memperkenalkan Regional Free Trade Area, dikasus ini ACFTA, untuk meningkatkan

ketersediaan barang murah dipercaya sebagai langkah tidak tepat untuk penuntasan kemiskinan

yang berkelanjutan, terutama dalam jangka panjang.

Page 81: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

77Apakah ACFTA Merupakan Strategi Yang Tepat Untuk Penuntasan Kemiskinan Yang Berkesinambungan?:Bukti Dari Penurunan Tingkat Simpanan

Makalah ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan utama: apakah ACFTA merupakan

langkah tepat bagi penuntasan kemiskinan yang berkesinambungan. Untuk menjawab

pertanyaan tersebut, paper ini memiliki tujuan utama untuk mendapatkan hasil empiris dari

hubungan impor bersih dan tingkat simpanan yang mewakili tingkat kemiskinan suatu negara.

Bagian selanjutnya dari paper ini mendeskripsikan ACTFA dan bab III menyajikan tinjauan literatur

dan konsep kerangka kerja dari model yang digunakan dalam riset ini. Bab IV menjelaskan

metodologi riset, sedangkan bab V menyertakan analisis dan diskusi dari hasil empiris.

Rangkuman dan rekomendasi kebijakan akan dipresentasikan di bab VI.

II. ASEAN-CINA FREE TRADE AGREEMENT (ACFTA)

Zona Perdagangan Bebas/Regional Free Trade Area (R-FTA) merupakan perwujudan dari

fenomena integrasi ekonomi. R-FTA memunculkan banyak pro dan kontra diantara para ahli

ekonomi. R-FTA memungkinkan alokasi sumber daya yang lebih baik dengan mengeliminasi

tarif, sehingga masyarakat memiliki daya beli barang yang lebih tinggi. ASEAN-Cina Free Trade

Area (ACFTA) diimplementasikan dengan menghapus dan mereduksi segala penghalang dalam

proses perdagangan barang (baik tarif maupun non-tarif), memperbaiki akses ke pasar jasa,

peraturan dan regulasi investasi dan juga perbaikan kerja sama ekonomi untuk meningkatkan

kesejahteraan komunitas ASEAN dan Cina. ACFTA membawa banyak keuntungan, dan juga

kerugian bagi negara-negara ASEAN. Pemerintah Indonesia berharap bahwa ACFTA akan

membawa hasil yang menggembirakan kedepannya, seperti kesempatan yang lebih luas bagi

Indonesia untuk memasuki pasar Cina dengan mendayagunakan tarif yang relatif rendah dan

populasi yang besar; meningkatkan kerja sama antar pengusaha di kedua negara melalui

pembentukan aliansi strategis; meningkatkan daya beli atas barang-barang Cina dengan

penurunan tarif dan biaya; dan meningkatkan kemungkinan transfer teknologi antar pengusaha

kedua negara. Semua ekspektasi diatas, lepas dari tercapai atau tidaknya, akan butuh bertahun-

tahun untuk melihat dampak nyata dari ACFTA.

Perdana Menteri Cina, Zhu Rongji adalah orang yang menelurkan ide zona perdagangan

bebas antara Cina dan ASEAN pada Cina-ASEAN Summit, November 2000. Di bulan Oktober

2001, sebuah kelompok ahli ekonomi dari Cina dan ASEAN mengeluarkan sebuah rekomendasi

pembentukan ASEAN-Cina dalam waktu 10 tahun kedepan. Satu bulan kemudian di bulan

November 2001, pada Cina-ASEAN Summit lainnya, para pemimpin dari negara-negara tersebut

memulai negosiasi atas kemungkinan diwujudkannya ide tersebut. Satu tahun kemudian, para

pemimpin negara-negara ASEAN dan perdana menteri Cina, Zhu Rongji, menandatangani

Page 82: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

78 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

Perjanjian Kerangka Kerja ACFTA. Perjanjian ini berfungsi sebagai roadmap pembentukan zona

perdagangan bebas antara Cina dan ASEAN. Perjanjian ini merumuskan bahwa zona

perdagangan bebas harus diselesaikan pada tahun 2015. Perjanjian Kerangka Kerja ACFTA

merupakan dokumen yang inovatif bagi negara ASEAN, karena ASEAN sebagai sebuah

organisasi, meski telah menjalin perjanjian perdagangan bebas antar anggotanya, belum pernah

membuat perjanjian semacam ini dengan negara non-anggota. Selain itu, Perjanjian Kerangka

Kerja ACFTA merupakan perjanjian perdagangan bebas pertama Cina dengan negara asing.

Sejak hadirnya Perjanjian Kerangka Kerja ACFTA, baik Cina dan ASEAN telah memasuki tahap

negosiasi perjanjian perdagangan bebas lainnya dengan negara-negara lain.

Berdasarkan perjanjian ACFTA, penghapusan tarif harus dilakukan secara bertahap.

Tahapannya adalah Early Harvest Program (EHP), Normal Track I dan II, dan Sensitive/Highly

Sensitive List. Tiap tahapan dijadwalkan sendiri antara tiap-tiap negara ASEAN dengan Cina

secara bilateral, dimana tiap negara memutuskan sendiri rencana penurunan atau penghapusan

tarif untuk tiap kategori produk. Sejak November 2002, ASEAN 6 (Indonesia, Singapura, Thailand,

Malaysia, Filipina, Brunei) dan Cina telah setuju untuk menandatangani ACFTA, untuk tarif

masuk 0% per Januari 2004 khusus untuk produk yang masuk kategori EHP. Sepanjang tahun

2004-2009, sekitar 65% produk Cina telah diidentifikasi sebagai produk bebas masuk oleh

Dirjen Bea Cukai, Departemen Keuangan Indonesia. Pada bulan Januari 2010, sekitar 1598

atau 18% produk dari Cina telah menerima pengurangan tarif sebesarr 5%, sedangkan 82%

dari total 8783 produk impor Cina telah sepenuhnya bebas dari tarikan tarif. Sebaliknya

sepanjang tahun 2004-2009, neraca perdagangan antara Indonesia dan Cina menunjukkan

bahwa Indonesia lebih banyak mengimpor barang dari Cina ketimbang mengekspor. Akibatnya,

sepanjang tahun 2003-2009, Indonesia telah mengakumulasi defisit perdagangan (untuk

perdagangan non-minyak) dengan Cina sebesar USD 12.6 juta (atau Rp.120 trilyun).

Dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, Singapura merupakan pengekspor terbesar ke

Cina, sementara Indonesia menempati posisi 5 setelah Thailand. Defisit perdagangan terbesar

antara Indonesia dan Cina sebesar USD 7.2 juta di tahun 2008.

Partisipasi Indonesia di berbagai perjanjian perdagangan bebas tidak dapat dihindari

ataupun dibatalkan, meskipun sektor manufaktur telah menyatakan kekhawatiran mereka atas

kompetisi perdagangan bebas ini. Namun sebagaimana perjanjian perdagangan bebas secara

umum, ada klausa yang memungkinkan pihak-pihak yang terlibat untuk memodifikasi perjanjian

dan menghentikan sementara konsesi ini untuk memperbaiki daya saing dan kekuatan sektor

dagang. Untuk melindungi sektor manufaktur dari invasi produk-produk impor, pemerintah

harus memfungsikan koordinasi lintas-departemen yang juga melibatkan sektor riil dan pihak

terkait lainnya.

Page 83: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

79Apakah ACFTA Merupakan Strategi Yang Tepat Untuk Penuntasan Kemiskinan Yang Berkesinambungan?:Bukti Dari Penurunan Tingkat Simpanan

Sejak pembentukan ACFTA Januari 2010, banyak reaksi negatif diterima dari para pemain

di sektor riil dan bidang terkait lainnya. Kebanyakan dari mereka menyatakan bahwa pihaknya

belum siap berkompetisi dengan Cina dan mereka meminta pemerintah untuk menunda

implementasi dari perjanjian ACFTA. Terutama untuk kasus ACFTA and Common Effective

Preferential Tariff-ASEAN Free Trade Agreement (CEPT-AFTA), Indonesia masih menyetujui

penurunan tarif sesuai daftar, dimana produk-produk yang termasuk dalam Normal Track (NT1)

ACFTA dan Inclusion List (IL) CEPT-AFTA untuk ASEAN, direncanakan akan diberikan tarif masuk

0% mulai 1 Januari 2010. Menteri Perdagangan telah menunda penghapusan tarif masuk

untuk beberapa produk karena ketidaksiapan dari beberapa sektor domestik. Pada saat ini,

Indonesia sedang dalam posisi menunda pemotongan tarif 227 kategori produk.

III. TINJAUAN LITERATUR

III.1 Peran Simpanan Bagi Perekonomian

Simpanan memiliki peran penting bagi perekonomian dan tiap jenis simpanan memainkan

fungsi penting yang berbeda. Simpanan dihasilkan dari 3 entitas ekonomi: rumah tangga,

perusahaan dan pemerintah. Rumah tangga menabung untuk menutupi pengeluaran anak

dan sebagai jaminan kedepan di masa pensiun. Perusahaan menyimpan sebagian dari

keuntungan yang diperoleh untuk investasi dimasa depan untuk memperluas bisnis perusahaan.

Di sisi lain, pemerintah memiliki simpanan bilamana penerimaan pajak melebihi pengeluaran

pemerintah. Pemerintah melakukan penyimpanan untuk membangun fasilitas publik dan

infrastruktur seperti rumah sakit, jembatan dan pelabuhan. Kurangnya simpanan oleh tiap

entitas rumah tangga akan menimbulkan dampak tertentu. Rumah tangga mungkin harus

berjuang keras untuk membiayai pengeluaran mereka yang besar, sehingga mereka harus

mencari pinjaman dalam jumlah besar untuk pengeluaran pendidikan. Jika perusahaan tidak

memiliki cukup simpanan, misalnya bilamana seluruh pemasukan dibagikan kepada para pemilik

saham dalam bentuk deviden, perusahaan akan kesulitan mengembangkan cabangnya di lokasi

lain. Akibatnya perusahaan kehilangan potensi untuk berkembang. Pemerintah yang tidak

memiliki cukup simpanan tidak akan mampu melakukan pembangunan infrastruktur fisik, yang

akan mempengaruhi perekonomian negara secara keseluruhan. Investor asing tidak akan

memilih negara yang infrastukturnya belum berkembang dan secara domestik, tingkat

pembangunan yang rendah oleh pemerintah menandakan tingkat pengangguran yang tinggi

dan pertumbuhan ekonomi yang tidak optimal.

Untuk mencapai tingkat kesejahteraan dan pendapatan nasional yang tinggi, sebuah

negara pertama kali harus mencapai tingkat produktivitas yang tinggi. Penentu produktivitas

Page 84: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

80 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

adalah modal kerja seperti modal fisik, modal SDM, SDA dan teknologi. Semakin banyak modal

kerja yang dimiliki, semakin cepat suatu negara berkembang dibandingkan negara lainnya.

Teori pertumbuhan endogen sejak pertengahan 1980 oleh Romer (1986, 1990), Lucas (1988),

dan Barro (1990) pada Mikesell dan Zinser (1973, [41]) telah memastikan pandangan bahwa

akumulasi modal fisik merupakan pendorong yang penting bagi pertumbuhan ekonomi jangka

panjang. Investasi di modal kerja seharusnya dilihat sebagai tingkat simpanan yang meningkat

dari negara itu sendiri. Ini dikarenakan penggunaan sumber daya yang meningkat saat ini

untuk memproduksi modal kerja berarti mengurangi sumber daya yang tersedia untuk

dikonsumsi pada saat ini. Pengurangan konsumsi berarti peningkatan simpanan. Sehingga

bisa disimpulkan bahwa simpanan yang lebih banyak memungkinkan investasi yang lebih baik

pada modal kerja dan produktivitas, yang kedepannya akan menghasilkan tingkat pendapatan

nasional yang lebih tinggi. Para ahli ekonomi pembangunan menganggap tingkat simpanan

sebagi indikator performa kunci dan dijadikan sebagai syarat utama untuk mencapai tingkat

pertumbuhan ekonomi yang baik (Mikesell and Zinser, 1973, [41]).

Pandangan klasik dinamika makro-ekonomi dari proses pertumbuhan yaitu peningkatan

simpanan jika ditransformasikan menjadi investasi produktif akan membantu pencapaian

pertumbuhan ekonomi (Harrod, 1939; Domar, 1946; Lewis, 1954; Solow, 1956 in AlFoul (2010,

[1])). Studi-studi tersebut menyediakan bukti empiris untuk hipotesis bahwa pertumbuhan

simpanan akan memicu pertumbuhan ekonomi. Persepsi umum yang ada yakni simpanan

berkontribusi pada investasi dan pertumbuhan PDB yang lebih tinggi dalam jangka pendek

(Japelli and Pagano, 1994, [32]). Dan terakhir studi oleh AlFoul (2010, [1]) mengkonfirmasi

bahwa selama periode 1965-2007 di Maroko, hubungan dua arah jangka panjang antara PDB

riil dan simpanan domestic bruto/gross domestic saving (GDS) riil terbukti ada; sedangkan di

Grafik IV.1.Fungsi Konsumsi

Sumber: Azzopardi (2004, [4])

Konsumsi Konsumsi = Pendapatan Disposable

Tabungan Negatif

Tabungan Positif

Fungsi KonsumsiC = a + c (Y-T)

a 45o

Pendapatan Disposable

Page 85: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

81Apakah ACFTA Merupakan Strategi Yang Tepat Untuk Penuntasan Kemiskinan Yang Berkesinambungan?:Bukti Dari Penurunan Tingkat Simpanan

Tunisia pada periode waktu yang sama, hasil studi menunjukkan bahwa simpanan menstimulasi

pertumbuhan, bukan sebaliknya.

Didukung oleh studi sebelumnya, kita meyakini bahwa simpanan yang lebih tinggi akan

membawa tingkat pertumbuhan yang tinggi pula. Simpanan didefiniskan sebagai hasil

pendapatan yang dikurangi konsumsi, atau dapat dinyatakan dalam persamaan S = Y √ T √ C,

dimana S = simpanan, Y = pendapatan, T = pajak, and C = konsumsi.

Fungsi konsumsi di grafik 1 di atas menyatakan bahwa konsumsi sama dengan jumlah

tetap dari «a» ditambah bagian «c» dari disposable income (Y-T). Rumah tangga memiliki simpanan

positif bilamana disposable income melebihi konsumsi, dan bernilai negatif bilamana konsumsi

melebihi disposable income -nya. Prioritas konsumsi dari tiap rumah tangga bisa berbeda satu

sama lain, namun secara umum kebutuhan dasar selalu menjadi prioritas utama di daftar

pengeluaran. Sebagai contoh, saat terjadi krisis ekonomi dan pemasukan menurun drastis,

rumah tangga menggunakan uang simpanan mereka untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.

Keynes menyimpulkan dalam bukunya ≈The General Theory of Employment, Interest, and

Money∆, bahwa besar simpanan bergantung pada disposable income. Pendapat umum yang

berlaku di masyarakat adalah masyarakat berpendapatan tinggi menyimpan lebih banyak bagian

penghasilan mereka dibandingkan masyarakat berpenghasilan rendah. Masyarakat

berpenghasilan rendah memiliki lebih sedikit disposable income dan secara umum mereka

menghabiskan seluruh penghasilan mereka untuk kebutuhan umum, karenanya mereka tidak

memiliki kesempatan untuk menabung. Sehingga kita mengasumsikan bahwa masyarakat

berpenghasilan rendah memiliki kecenderungan marjinal lebih rendah untuk menabung. Saat

masyarakt berpenghasilan rendah mulai menabung atau menyimpan lebih banyak uang

dibanding biasanya, ini merupakan pertanda bahwa kesejahteraan mereka mulai membaik.

II.3 Penentu Tingkat Simpanan

Simpanan telah dianggap sebagai variable makro-ekonomi yang penting dengan fondasi

mikro-ekonomi untuk mencapai kestabilan harga dan mendorong kesempatan kerja, yang

akan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan (Mishra et al., 2010,

[42]). Sebagaimana yang dikatakan Keynes bahwa besaran simpanan bergantung pada

disposable income, kita harus kritis melihat apakah terdapat hubungan dinamis antara tingkat

simpanan dengan nilai periode-periode sebelumnya (lagged). Seseorang tidak bisa mendapatkan

disposable income yang lebih tinggi dalam seketika. Ada proses yang menyertai meningkatnya

disposable income seseorang. Karena pada umumnya disposable income periode sebelumnya

berkaitan dengan disposable income periode selanjutnya, hal yang sama juga berlaku pada

Page 86: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

82 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

tingkat pemasukan. Higgins and Williamson (1996, [23]) memperkirakan hubungan untuk 16

negara Asia dari tahun 1950 hingga 1993, menggunakan data IMF pada tingkat simpanan,

dan data Penn World Table (PWT) pada pemasukan dan harga, dan data demografik dari

database PBB. Higgins and Williamson (1996, [23]) menggunakan disposable income dari

simpanan, rasio dependensi, pertumbuhan pertahun dari PDB riil, dan harga relatif dari barang

investasi yang mendorong simpanan sebagai variabel penjelas untuk simpanan (Schultz, 2004,

[54]). Persamaan ini menjadi unik karena mengasumsikan adanya hubungan dinamis antara

tingkat simpanan (Sti) dan lagged value-nya (St-1). Schultz (2004, [54]) berpendapat bahwa

tingkat simpanan diperkirakan berubah secara berangsur-angsur sampai ke titik baru dan satu

tahun tidaklah cukup bagi tingkat simpanan untuk mencapai kondisi baru tersebut. Tingkat

simpanan akan beradaptasi dalam waktu lebih dari satu tahun, mengikuti level disposable

income individual. Karena kita mengasumsikan bahwa tingkat simpanan dari periode t memiliki

kaitan dengan tingkat simpanan pada periode t-1, maka semua error yang muncul pada

persamaan simpanan dalam satu tahun tidak independen dari error pada simpanan tahun-

tahun sebelum atau sesudahnya (Schultz, 2004, [54]). Hubungan dinamis ini antara simpanan

dan lagged value dari simpanan sepatutnya dimasukkan sebagai salah satu faktor penentu dari

tingkat simpanan dari variable dependen.

Pemerintah melakukan simpanan jika pemasukan dari pajak melebihi pengeluaran

pemerintah. Rangkuman aktivitas belanja pemerintah dan penerimaan dari pajak dapat dilihat

di neraca anggaran. Berdasarkan model ekonomi terbuka Keynesian, terdapat kaitan positif

antara neraca anggaran dengan neraca dagang. Dalam model ekonomi terbuka Keynesian,

defisit anggaran dapat mengakibatkan defisit perdagangan. Defisit anggaran yang semakin

tinggi akan menekan suku bunga, dimana suku bunga yang tinggi akan menaikkan nilai tukar

asing dari mata uang dan mata uang yang menguat pada akhirnya akan menurunkan ekspor

bersih, dengan kata lain terjadi defisit perdagangan. Namun pendapat konvensional mengenai

defisit kembar ini belum mendapatkan banyak bukti pendukung empiris. Evans (1985, 1986)

di Darrat (1988, [12]) telah menemukan tidak ada hubungan yang bisa dipercaya bagi Amerika

Serikat (AS) antara defisit anggaran di satu sisi dan suku bunga atau nilai kurs di sisi lainnya.

Bukti empiris yang ada tidak ambigu dan membuktikan bahwa defisit perdagangan di AS

berhubungan terbalik dengan nilai kurs dollar, meskipun responnya kecil dan lamban. Pendukung

dari pendapat konvensional ini menemukan adanya hubungan parsial antara defisit anggaraan

yang lebih tinggi dan suku bunga yang lebih tinggi (Plosser (1982, [46]), Hoelscher (1983,

[25]), Cebula (1987, [10]), serta Wachtel dan Young (1987, [60]). Pendukung lainnya seperti

Feldstein (1982) di Islam (1998, [30]) menyimpulkan bahwa defisit anggaran yang lebih besar

menghasilkan suku bunga yang lebih tinggi, yang selanjutnya menyebabkan apresiasi dari nilai

kurs, yang berakibat memperburuk ketidakseimbangan neraca perdagangan.

Page 87: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

83Apakah ACFTA Merupakan Strategi Yang Tepat Untuk Penuntasan Kemiskinan Yang Berkesinambungan?:Bukti Dari Penurunan Tingkat Simpanan

Hasil impiris yang berbeda untuk hubungan antara kedua defisit menarik lebih banyak

riset di topik ini. Beberapa hipotesis yang telah dikembangkan adalah (1) Defisit perdagangan

menyebabkan defisit neraca, (2) Kedua defisit saling independen kasual, dan (3) Kedua defisit

memiliki kasualitas dua arah. Dari ketiga hipotesis ini, hipotesis hubungan dua arah antara

defisit anggaran dan defisit perdagangan yang mendapatkan dukungan empiris cukup banyak.

Islam (1998, [30]) memeriksa arah kasualitas daripada defisit anggaran dan defisit perdagangan

berdasarkan tes Granger untuk Brazil dari 1973:Kuartal 1 sampai 1991:Kuartal 4. Berdasarkan

tes kasualitas Granger, Islam (1998, [30]) menarik kesimpulan bahwa ada kasualitas dua arah

antara ketidakseimbangan perdagangan dan anggaran. Hasil empiris lainnya dipresentasikan

oleh Darrat (1988, [12]) yang juga menyimpulkan bahwa terdapat hubungan kasualitas timbal

balik antara defisit perdagangan dan anggaran. Hipotesis Darrat (1988, [12]) mengatakan bahwa

tak hanya defisit anggaran dapat menyebabkan defisit perdagangan, namun juga sebaliknya.

Berdasarkan Darrat (1988, [12]), ketika level ekspor bersih suatu negara jatuh (yang disebabkan

oleh faktor lain selain defisit anggaran), tekanan pada pemerintah juga akan meningkat.

Turunnya level ekspor bersih akan mengganggu industri domestik, yang akan menyebabkan

tingginyanya tingkat pengangguran dan hilangnya pangsa pasar di luar negeri. Keadaan ini

pada akhirnya akan menurunkan tingkat pemasukan pemerintah dari pajak, karena aktivitas

bisnis di sektor ekspor mengalami tekanan. Pemerintah juga akan mengeluarkan lebih banyak

dana untuk mensimulasi sektor yang tertekan atau memberi bantuan kepada industri domestik

yang merugi. Hasil empiris dari Darrat (1988, [12]) hanya secara parsial mendukung pandangan

konvensial yang menyatakan bahwa defisit anggaran akan menyebabkan defisit perdagangan,

namun juga membenarkan kasualitas antara defisit perdagangan ke defisit anggaran. Hasil

empiris dari Darrat (1988, [12]) dan Islam (1998, [30]) membenarkan pandangan bahwa defisit

perdagangan memiliki kasualitas dua arah dengan defisit anggaran.

Revolusi Keynesian didasarkan pada keseimbangan bawah kerja, menjadikan simpanan

sebagai fungsi dari pemasukan, dan pemasukan sebagai fungsi dari investasi, sebagaimana

yang dibantah okeh pandangan Neoclassical bahwa simpanan merupakan faktor penentu

investasi (Mikesell and Zinser, 1973, [41]). Tes empiris dari hubungan simpanan-pemasukan

telah dicoba pada dua kelompok besar: hipotesis Keynesian dan non-Keynesian. Kuznets (1960,

[25]) di Mikesell and Zinser, (1973, [41]) adalah salah satu studi lintas-area antara pendapatan

perkapita dan simpanan. Kuznets (1960, [25]) mencapai suatu kesimpulan bahwa ada tendensi

bagi negara-negara dengan pemasukan kapita yang tinggi untuk memiliki rasio simpanan yang

lebih tinggi, namun tendensi ini tidak selalu konsisten. Singh (1971) di Mikesell and Zinser

(1973, [41]) sebagai pendukung Keynesian juga berpendapat bahwa ketika PNB perkapita naik

dari $100 menjadi $1000 rasio simpanan kotornya akan naik 8%. Singh (1971) juga menemukan

bahwa jika tingkat pertumbuhan PNB perkapita berada pada angka 2%, diperlukan 50 tahun

Page 88: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

84 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

untuk meningkatkan rasio simpanan menjadi 3%. Disisi lain, pendukung hipotesis Keynesian

datang dengan sebuah teori mengenai perilaku menabung. Dusenberry (1949, [15]), Friedman

(1957, [17]), Modigliani et al. (1954, [43]) menyatakan bahwa kenaikan pendapatan perkapita

tak serta merta menuntun kenaikan rasio simpanan yang lebih tinggi. Salah satu studi yang

dilakukan okeh Friedman (1957, [17]) menghasilkan suatu hipotesis yang disebut ≈Permanent

Income Hypothesis (PIH)∆. Hipotesis ini menyatakan bahwa masyarakat mengkonsumsi

pendapatan permanen, dan semua pendapatan sementara (perbedaan antara pendapatan asli

dan pendapatan permanen) akan dialokasilan ke tabungan. Hal ini mengimplikasikan

ketergantungan yang besar pada perilaku di masa lalu sebagai faktor penentu dari pengeluaran

konsumsi; namun perubahan di pendapatan sementara akan langsung mempengaruhi

perubahan di tingkat simpanan.

Analisis klasik akan simpanan dan pertumbuhan telah berfokus ke dua isu utama: (1)

efek simpanan yang lebih tinggi dalam jangka panjang dan (2) dampak dari simpanan yang

lebih tinggi pada investasi. Model neoklasik diinspirasi oleh Solow (1956, [57]) menyatakan

bahwa peningkatan rasio simpanan akan menghasilkan pertumbuhan yang lebih tinggi hanya

untuk jangka pendek, selama transisi antar dua kondisi tunak (Edwards, 1995, [16]). Studi

terbaru dari Romer (1986, [50]) memperkirakan bahwa simpanan yang lebih tinggi (dan semua

peningkatan yang terkait pada akumulasi modal) dapat membawa peningkatan permanen di

tingkat pertumbuhan. Pendukung dari pandangan konvensional ini menyatakan bahwa

simpanan berkontribusi pada investasi yang lebih besar dan pertumbugan GDP yang lebih

tinggi pada jangka pendek (perlu dicatat bahwa catching-up effect dan law of diminishing

return dianggap berlaku). Inilah alasan mengapa Quah (1993) pada Edward (1995,[16]) negara-

negara dengan pendapatan menengah lambat laun menghilang.

Saat negara-negara berasal dalam transisi untuk mencapai kondisi steady state yang

sama dengan negara berpendapatan tinggi, asumsi ini memberikan dasar bagi para peneliti

untuk mempelajari arah kausalitas antara tingkat pertumbuhan dengan tingkat simpanan.

Mohan (2006, [45]) mempelajari arah kausalitas antara tingkat pertumbuhan dan tingkat

simpanan menggunakan konsep kausalitas Granger. Studinya didukung oleh beberapa studi

sebelumnya yang mengungkapkan bahwa tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi menuntun

pada tingkat simpanan yang lebih tinggi pula. (Caroll dan Weil (1994, [9]), Sinha (1996, [55]),

Saltz (1999, [52], dan Anoruo dan Ahmad (2001, [2]). Caroll dan Weil (1994, [9]) menguji

hubungan antara pertumbuhan pendapatan dan simpanan menggunakan data antar-negara

dan data rumah tangga. Pada level agregat, mereka menemukan bahwa pertumbuhan

mendorong besar simpanan, dan rumah tangga dengan pertumbuhan pendapatan yang lebih

tinggi akan menabung lebih banyak dibandingkan rumah tangga dengan tingkat pertumbuhan

Page 89: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

85Apakah ACFTA Merupakan Strategi Yang Tepat Untuk Penuntasan Kemiskinan Yang Berkesinambungan?:Bukti Dari Penurunan Tingkat Simpanan

yang rendah. Caroll dan Weil (1994, [9]) menjelaskan fenomena ini menggunakan teori habit

stock effect. Mereka berpendapat bahwa awalnya sebuah negara memiliki kebiasaan

menabungnya sendiri. Ketika tingkat pertumbuhan meningkat pada periode pertama dalam

perjalanannya, pendapatan negara tersebut akan meningkat melebihi belanjanya, sehingga

menaikkan tingkat simpanan pada periode pertama. Tingkat simpanan rata-rata dari sebuah

perekonomian yang berkembang cepat akan lebih tinggi dibandingkann perekonomian yang

berkembang lebih lambat. (Modigliani, 1970, [44]). N Yang menjadikan hasil pekerjaan Mohan

(2006, [45]) menjadi menarik adalah ia membagi negara-negara yang menjadi sampelnya

kedalam beberapa level pendapatan (LIC/LMC/UMC/HIC). Hipotesis primer Mohan (2006, [45])

adalah bilamana level pendapatan ekonomi mempengaruhi arah kausalitas antara tingkat

pertumbuhan dan simpanan, tes kausalitas Granger dilaksanakan dengan menggunakan data

seri tahunan. Mohan (2006, [45]) berpendapat bahwa hasil studinya lebih condong pada

hipotesis yang menyatakan bahwa kausalitas berasal dari tingkat pertumbuhan ekonomi ke

tingkat pertumbuhan simpanan. Mohan (2006, [45]) juga berpendapat bahwa tingkat

pendapatan memainkan peran penting dalam menentukan arah kausalitas. Dia memperlihatkan

bahwa penjelasan dari kausalitas positif antara tingkat pertumbuhan perekonomian dan tingkat

simpanan dapat dijelaskan oleh teori human wealth effect.

Hubungan antara suku bunga dan simpanan agregat melibatkan sejumlah teori kompleks

dan masalah ekonometrik, yang paling penting adalah memisahkan pendapatan dan efek

substitusi dari perubahan bunga, mengkuantifikasi peranan ekspektasi dan planning horizon

dalam keputusan mengenai simpanan, dan memecahkan masalah identifikasi ekonometrik

yang rumit. Williamson (1968 in Balassa (1989, [5]) dalam studi empiris mengenai 6 negara

menemukan bahwa dengan pengecualian Burma, suku bunga riil berkorelasi negatif dengan

simpanan nasional. Selanjutnya, Gupta (1970, [19]) menemukan bahwa elastisitas bunga dari

simpanan bersifat positif dan signifikan secara statistik pada level 1% di India, sementara

disposable income perkapita digunakan sebagai variabel penjelas. Sebuah studi oleh Yusuf dan

Peter (1984, [61]) menyatakan bahwa satu persen kenaikan pada suku bunga dibarengi dengan

kurang lebih satu persen peningkatan di simpanan nasional kotor (gross national saving); yakni

elastisitas bunga pada simpanan pada angka 1 (Balassa, 1989, [5]). Beberapa studi lainnya

berkonsentrasi terutama pada efek reformasi suku bunga di Korea, Taiwan dan Indonesia dimana

kenaikan pada suku deposit tabungan (bersamaan dengan peningkatan tingkat beban) telah

dibarengi dengan kenaikan tajam pada deposit tabungan tanpa menekan permintaan bisnis

untuk pinjaman. Namun ini hanya memerlukan pengarahan ulang atas simpanan dan perubahan

di pola investasi guna menuju bentuk yang lebih produktif dibandingkan kenaikan pada

kecenderungan menabung.

Page 90: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

86 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

Inflasi merupakan proxy makroekonomi untuk stabilitas. Beberapa studi membuktikan

beberapa hasil berbeda mengenai hubungan antara inflasi dan tingkat tabungan. Beberapa

studi menganalisis efek dari inflasi dan simpanan yang menunjukkan efek negatif (Heer dan

Suessmuth (2006, [22])). Haan (1990) di Heer dan Suessmuth (2006, [22]) menemukan bahwa

kenaikan tingkat inflasi antara 0-5% akan menurunkan angka simpanan hingga 10%. Namun

kecenderungan pada hubungan positif antara tingkat simpanan dan inflasi masih lebih umum.

Berdasarkan teori precautionary saving, rumah tangga meningkatkan simpanan mereka bilamana

mereka merasa terancam oleh ketidakstabilan ekonomi negara. Sebagaimana disampaikan

sebelumnya, inflasi sering digunakan sebagi proxy untuk stabilitas ekonomi. Dan oleh karena

itu, simpanan akan mengalami kenaikan jika inflasi diset pada level yang lebih tinggi. Deaton

(1977, [14]) mengemukakan bahwa inflasi yang tak terduga akan menimbulkan simpanan

paksa dikarenakan individu konsumen tidak cukup mampu membedakan antara perubahan

harga relatif dengan perubahan harga absolut. Kurangnya fasilitas yang dapat dipakai oleh

konsumen individu untuk membandingkan perubahan harga relatif dan absolut pada akhirnya

akan membuat mereka berpikir bahwa semua barang menjadi relatif lebih mahal. Dana mereka

akan memutuskan untuk belanja lebih sedikit dan menabung lebih banyak (dengan asumsi

pendapatan riil dijaga pada angka yang sama). Menurut Deaton (1977, [14]), seiring peningkatan

inflasi yang tidak diduga, rasio simpanan juga akan meningkat. Sementara Howard (1978,

[27]) menyatakan bahwa inflasi mempengaruhi simpanan dalam dua asumsi berbeda. Selama

inflasi tidak diperkirakan, maka tingkat simpanan juga akan naik, karena inflasi menimbulkan

pesimisme mengenai stabilitas ekonomi, sehingga orang-orang akan merasa perlu untuk

menabung lebih banyak. Namun selama inflasi sudah diperkirakan sebelumnya (diberitahukan

diawal), maka masyarakat akan meningkatkan pembelian barang-barang yang tahan lama,

sehingga menurunkan jumlah tabungan mereka selama periode inflasi.

Teori konsumsi modern dimulai dengan asumsi awal bahwa konsumen senang dan

berusaha membuat konsumsinya merata dan tidak fluktuatif sepanjang hidupnya (consumption

smoothing) (Modigliani and Brumberg, 1954, [43]), termasuk saat terjadi fluktuasi sesaat pada

pendapatan (hipotesis pendapatan dari Friedman (1957, [17])). Teori life cycle saving dari

Modigliani dan Brumberg (1954, [43]) menyatakan bahwa simpanan akan tinggi ketika

pendapatan tinggi (selama usia kerja produktif) dan masyarakat akan menghabiskan simpanan

mereka saat masa pensiun. Teori life-cycle saving memprediksikan kenaikan simpanan seiring

penurunan rasio youth-dependency di tahapan akhir dari transisi demografis. Rasio youth-

dependency dianggap sebagai batasan menabung karena anak menjadi sumber pengeluaran

terbesar bagi populasi yang bekerja. Anak berkontribusi pada konsumsi, namun tidak pada

produksi. Inilah mengapa rasio youth-dependency yang tinggi diekspektasi untuk menghadirkan

batasan dalam menabung (Leff, 1969, [37]). Leff (1969, [37]) menemukan bahwa rasio

Page 91: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

87Apakah ACFTA Merupakan Strategi Yang Tepat Untuk Penuntasan Kemiskinan Yang Berkesinambungan?:Bukti Dari Penurunan Tingkat Simpanan

dependensi secara signifikan mempengaruhi simpanan agregat. Rasio dependensi yang tinggi

juga digunakan untuk mengevaluasi perbedaan antara negara berkembang dengan negara

maju. Rasio old-dependency juga dianggap sebagai batasan lain untuk menabung di negara-

negara yang tidak memiliki program pensiun. Para usia lanjut akan menjadi beban bagi generasi

muda yang bekerja karena mereka tidak lagi menghasilkan atau jika para pensiunan ini masih

harus mengeluarkan uang untuk anak-anak mereka yang masih muda. Kedua kasus tersebut

merupakan batasan menabung. Biasanya masyarakat dengan anak yang lebih sedikit memiliki

lebih banyak sumber dana sepanjang hidupnya, dan sumber dana ini dikonsumsi oleh mereka

sendiri (bukannya digunakan untuk misalnya biaya pendidikan anak), maka consumption

smoothing akan mengimplikasikan bahwa konsumsi akan menjadi lebih tinggi pula setelah

masa pensiun, dan karenanya tabungan para pensiunan ini juga akan lebih tinggi (Attanasio et

al., (1999, [3]); Scholz et al. (2006, [53]); Skinner (2004, [56])). Banyak studi yang menemukan

bukti pengaruh dari rasio youth-old-age dependency. Untuk rasio youth-dependency, Rijckeghem

and Üçer (2009, [48]) memperkirakan bahwa reduksi 1% poin pada rasio ini diasosiasikan

dengan kenaikan 0.3% poin tingkat simpanan dalam jangka pendek (0.5% dalam jangka

panjang). Dan untuk rasio old-dependency kenaikannya adalah 1.4% dan 2.8%.

IV. METODOLOGI ESTIMASI DAN HASIL

IV.1 Metode dan Model Estimasi

Kami akan menggunakan model Dynamic Panel Data (DPD) untuk metode estimasi. Kami

berasumsi bahwa ada hubungan yang dinamis antara simpanan dengan lagged value-nya.

Kami mendefinisikan hubungan lagged value pada simpanan saat ini sebagai bentuk ketahanan

simpanan dari waktu ke waktu. Simpanan dianggap persisten jika koefisien lagged value-nya

mendekati 1 dimana karena dengan kondisi lainnya dianggap tetap, simpanan cenderung

konstan dari waktu ke waktu. Namun, jika koefisien secara signifikan jauh dari angka 1, simpanan

dianggap tidak persisten, karena nilai akan berubah dari waktu ke waktu, bisa meningkat atau

menurun, dengan sisanya tetap konstan. Simpanan meningkat bilamana koefisien lebih besar

dari 1, dan sebaliknya akan berkurang dengan koefisien lebih kecil dari 1. Untuk estimasi ini,

kami menggunakan simpanan domestik bruto per kapita untuk menunjukkan simpanan individu,

menggantikan simpanan rumah tangga yang tidak dapat digunakan karena tidak tersedianya

data untuk semua negara ASEAN.

Fokus utama pada model ini adalah impor dari negara-negara ASEAN dan Cina sebagai

variabel utama. Kami menggunakan rasio impor bersih dari negara-negara ASEAN dan Cina

terhadap total PDB untuk estimasi. Mengapa impor bersih digunakan sementara yang lainnya

Page 92: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

88 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

memakai ekspor bersih? Alasannya adalah untuk menyederhanakan interpretasi sehingga kita

menempatkan impor sebagai fokus utama dalam perdagangan, dan bukan sebaliknya. Variabel

ini dapat dijelaskan sebagai kontribusi ACFTA pada total PDB negara-negara ASEAN. Hipotesis

utama adalah bahwa impor dari negara-negara ASEAN dan Cina memiliki dampak negatif

terhadap simpanan, yang membuktikan bahwa peningkatan impor masing-masing akan

mengurangi tabungan, karena adanya peningkatan konsumsi. Kami juga akan membandingkan

elastisitas impor terhadap persistensi simpanan untuk melihat apakah di bawah ACFTA, simpanan

akan habis dari waktu ke waktu, yang menunjukkan peningkatan kerentanan masyarakat miskin

Untuk memperoleh koefisien yang lebih akurat dan tepat untuk perbandingan, kami

akan memasukkan lebih banyak regresor sebagai variabel kontrol. Peran regresor hanya sebagai

penjelas yang menspesifikasikan model agar mendapatkan koefisien yang lebih akurat, dan

juga untuk memperjelas arah penerapannya dalam implikasi kebijakan. Variabel kontrol dalam

model adalah sebagai berikut:

1. Pendapatan masyarakat, diwakili oleh PDB per kapita. Peningkatan pendapatan dalam

masyarakat menyediakan mereka dengan dana yang lebih banyak untuk disimpan. Oleh

karena itu, hubungan tersebut diperkirakan akan positif.

2. Pertumbuhan ekonomi, didefinisikan sebagai persentase perubahan dari PDB saat ini dari

tahun sebelumnya. Peningkatan pertumbuhan ekonomi, yang memperluas perekonomian;

peningkatan potensi kegiatan ekonomi dan kenaikan pendapatan per kapita yang memiliki

hubungan positif dengan simpanan.

3. Tingkat bunga deposito. Ini adalah salah satu faktor penarik bagi masyarakat untuk

menabung lebih banyak karena suku bunga mencerminkan tingkat keuntungan yang bisa

diperoleh dari tidak menyimpan uang tunai dalam beberapa periode waktu. Meskipun

masyarakat biasanya tidak terlalu peduli akan suku bunga deposito, tetapi dampaknya harus

positif karena secara logika masyarakat akan mengincar bunga kembali yang lebih tinggi.

Namun, pada akhirnya, hal ini bergantung pada opportunity cost.

4. Perubahan harga atau inflasi. Faktor ini memiliki efek berkebalikan dari tingkat suku bunga,

atau kita bisa menyebutnya sebagai opportunity cost yang telah kami sebut sebelumnya.

Kenaikan harga mengharuskan orang untuk memegang lebih banyak uang tunai untuk

bisa mengkonsumsi dalam volume yang sama. Jika tingkat inflasi lebih tinggi dari suku

bunga, opportunity cost dari tabungan akan meningkat dan memotivasi orang untuk lebih

memilih memegang uang tunai, dan berlaku pula sebaliknya. Kita bisa membandingkan

elastisitas variabel ini dengan elastisitas suku bunga untuk mendapatkan sebuah kesimpulan:

mana yang lebih penting antara suku bunga atau tingkat inflasi. Kita bisa mengembangkan

hasilnya menjadi implikasi kebijakan, terutama untuk kebijakan moneter pada suku bunga

dan inflasi.

Page 93: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

89Apakah ACFTA Merupakan Strategi Yang Tepat Untuk Penuntasan Kemiskinan Yang Berkesinambungan?:Bukti Dari Penurunan Tingkat Simpanan

ittititi

titititi

DEPENDINFLINTR

GROWTHINCOMEIMPORTSAVINGSSAVINGS

εβββ

βββα

++++

+++= −

,6,5,4

,3,2,11,

5. Rasio Dependensi. Ini adalah satu-satunya indikator demografi diantara semua indikator

makroekonomi diatas. Dampak dari variabel ini bisa menjadi dua kali lipat. Ini tergantung

apakah peningkatan rasio dependensi akan meningkatkan atau menurunkan simpanan.

Umumnya, kita memperkirakan dampak negatif karena peningkatan rasio dependensi akan

meningkatkan pengeluaran saat ini, yang membuat simpanan terkuras saat ini. Namun,

paradigma ke depan mungkin hadir di mana peningkatan rasio dependensi akan memotivasi

masyarakat untuk mempersiapkan kebutuhan populasi yang memiliki ketergantungan ini

ke depannya, seperti untuk biaya sekolah atau kesehatan.

dimana,

SAVING adalah simpanan per kapita

IMPORT adalah rasio impor bersih dari ASEAN-Cina dari total GDP

INTR adalah suku bunga deposito

INFL adalah tingkat inflasi (berdasarkan CPI)

DEPEND adalah rasio dependensi

i adalah individu, terdiri dari negara-negara ASEAN1

t adalah dimensi waktu tahunan

Kami melakukan estimasi menggunakan data panel dari semua negara ASEAN untuk

periode 2000-2008. Karena pemberlakuan ACFTA masih relatif baru, kami menggunakan data

historis untuk memprediksi dampak ACFTA saat ini dan kedepannya. Kami menerima data

untuk simpanan per kapita dan impor dari UNSTATS dan UNCOMTRADE PBB. Untuk suku

bunga dan inflasi, kami menggunakan data dari International Financial Statistics (IFS) IMF dan

untuk rasio dependensi kami menggunakan data dari CEIC.

Metodologi DPD yang kami gunakan untuk model ini adalah Arellano-Bond 1st Difference

GMM karena alasan berikut:

1. Hubungan berada pada simpanan dan lagged value-nya

2. Kami berasumsi bahwa ada hubungan dinamis dalam simpanan dan pertumbuhan ekonomi,

seperti yang dijelaskan Mohan (2006, [45]), juga dengan tingkat bunga dan inflasi

3. Unobserved country-specific error term (wi ) dalam konteks indikator demografis, berkorelasi

dengan rasio dependensi.

1 Perlu dicatat bahwa kami tidak menyertakan China dalam panel estimasi dengan asumsi bahwa Cina mendapat lebih banyakkeuntungan dari ACFTA, sedangkan negara-negara ASEAN sebaliknya menanggung lebih banyak resiko kerugian.

Page 94: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

90 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

i,t = w

i + u

i,t

i,t −

i,t-1 = (w

i − w

i,t)

+ (u

i,t − u

i,t-1) = u

i,t − u

i,t-1 = ∆u

i,t

4. Jumlah negara sebagai data cross-section (N = 10) relatif lebih tinggi dibandingkan jumlah

deret waktu. (T = 7) 2

Beberapa masalah yang timbul dapat dipecahkan menggunakan Arellano-Bond GMM.

Arellano-Bond GMM sendiri adalah sebuah teknik estimasi untuk mengamati pengaruh

hubungan dinamis antara variabel dependen dan lagged value-nya. Adapun masalah

endogenitas, kami memberlakukan variabel instrumental pada GMM. Untuk variabel

instrumental yang dikenakan dalam model ini, kami menempatkan lagged value dari regresor

endogen (pertumbuhan, suku bunga dan inflasi).

Masalah ketiga yakni korelasi dari unobserved country-specific error term, dieliminasi

menggunakan first difference di Arellano-Bond GMM mengikuti rumus berikut ini:

2 Karena Arellano Bond GMM menggunakan first difference dan kami menggunakan first lag of savings pada model, estimator akansecara otomatis akan menghilangkan dua observasi pertama, sehingga waktu observasi yang tersisa adalah 7.

dimana,

sehingga,

wi adalah unobserved country-specific error term. Seperti yang bisa kita lihat dari persamaan di

atas, kami telah menghilangkan unobserved country-specific error term menggunakan first

difference . Oleh karena itu, error term tetaplah vi,t yang merupakan error term data panel dari

estimasi. Oleh karena itu, kita tidak lagi perlu khawatir tentang korelasi antara error variabel

independen karena unobserved country-specific error term yang problematik telah dihapus

dari estimasi.

IV.2 Hasil Estimasi

Menggunakan Arellano-Bond GMM dalam estimasi dua langkah dari Stata 11, kita

memperoleh hasil sebagai berikut:

∆yi,t

= α1∆y

i,t-1 + α

2∆X

i,t + ∆

i,t

yi,t − y

i,t-1 = α

1 (y

i,t-1 − y

i,t-2)

+ α

2 (X

i,t − X

i,t-1) + (

i,t −

i,t-1)

Page 95: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

91Apakah ACFTA Merupakan Strategi Yang Tepat Untuk Penuntasan Kemiskinan Yang Berkesinambungan?:Bukti Dari Penurunan Tingkat Simpanan

Pertama, kita akan melihat pasca-estimasi. Kontinum menunjukkan bahwa koefisien

lagged value di GMM (Arellano-Bond First Difference) sedikit lebih tinggi daripada estimasi

Fixed Effect, sedangkan koefisien OLS secara signifikan lebih tinggi dari GMM, yang masuk

akal karena OLS biasanya memberikan hasil koefisien yang agak terlalu tinggi. Oleh karena itu,

kami menerima estimator yang tidak bias dalam model ini karena kondisi kontinuum.

Tes Sargan menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara residu dan over-identifying

restrictions dari variabel instrumental jika mereka benar-benar eksogen. Dalam kasus ini, hal ini

mungkin terjadi karena kami tidak menempatkan variabel instrumental apapun dalam estimasi

kami. Oleh karena itu, tidak perlu mengkhawatirkan tentang validitas model kami, karena Tes

Sargan telah menunjukkan hasil yang baik.

Koef. (Std. Error) [Prob.]

Simpanan (-1)Simpanan (-1)Simpanan (-1)Simpanan (-1)Simpanan (-1) 0.1439227* 0.149482** 0.5340291***(0.0605343) (0.0697293) (0.0995964)

[0.022] [0.032] [0.000]ImporImporImporImporImpor -5.13867 -6.781835*** -3.844283

(5.173365) (1.697932) (5.063839)[0.326] [0.000] [0.448]

PendapatanPendapatanPendapatanPendapatanPendapatan 0.6441702*** 0.6125879*** 0.2395092***(0.0509349) (.0662613) (0.0486907)

[0.000] [0.000] [0.000]PertumbuhanPertumbuhanPertumbuhanPertumbuhanPertumbuhan 1.540742 10.84045 12.7541**

(3.339246) (19.5483) (6.328766)[0.647] [0.579] [0.044]

IntrIntrIntrIntrIntr 2.08293 40.2688 14.3462(10.82252) (41.9624) (12.91631)

[0.848] [0.337] [0.267]InflInflInflInflInfl -1.352008 -6.455056 3.970357

(2.637306) (8.411291) (4.28696)[0.611] [0.443] [0.354]

DependDependDependDependDepend 4.962723 12.66345* 4.704166(5.290578) (7.258577) (3.515673)

[0.354] [0.081] [0.181]

FE GMM OLSVARIABEL

*** (**) [*] signifkan dibawah 1% (5%) [10%] nilai kritis

KontinuumKontinuumKontinuumKontinuumKontinuumFE 0.1439227 TIDAK BIASTIDAK BIASTIDAK BIASTIDAK BIASTIDAK BIAS

GMM 0.149482OLS 0.5340291

ValiditasValiditasValiditasValiditasValiditasSargan 1.000000 VALIDVALIDVALIDVALIDVALID

KonsistensiKonsistensiKonsistensiKonsistensiKonsistensiM1 0.4301 TIDAK KONSISTENTIDAK KONSISTENTIDAK KONSISTENTIDAK KONSISTENTIDAK KONSISTENM2 0.4489

ESTIMASI PASKA-GMM ΩΩΩΩΩ

Page 96: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

92 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

Namun, tes Arellano-Bond menunjukkan bahwa tidak ada autokorelasi dalam M1 yang

membuat estimator tidak konsisten, tapi sisi baiknya adalah bahwa tidak ada autokorelasi di

M2, karena jika sebaliknya ada, estimasi akan benar-benar menjadi tidak konsisten. Kami telah

melakukan banyak rekayasa statistik pada variabel dan juga menambah dan mengurangi variabel

atau mengubah definisi variabel, namun ini merupakan hasil terbaik yang dapat diperoleh dari

nilai-p dari M1. Selain itu, karena ini adalah model dasar kami, kami memutuskan untuk

menggunakan model ini sebagai estimasi kami.

Sekarang, kita akan membandingkan hasil antara tiga metodologi sebelum kita

menekankan pada keseluruhan hasil Arellano-Bond GMM. Variabel kunci, Impor, memiliki

dampak negatif pada ketiganya, yang berarti bahwa korelasi negatif ini bukan karena

pemanfaatan DPD pada estimasi kami. Perbedaan antara metodologi terletak di perbedaan

pengukuran koefisien. Ini terjadi tidak hanya di variabel kunci, tetapi juga di variabel kontrol.

Regresor memang memiliki hubungan yang sama di semua metodologi, kecuali satu untuk

inflasi pada OLS. Meski perbedaan metodologi mungkin memberikan hubungan yang berbeda

secara signifikan, model kami di sini memberikan hasil yang sama. Oleh karena itu, seperti

yang kami katakan sebelumnya, tidak perlu mengkhawatirkan distorsi hasil estimasi akibat

perbedaan metodologi dan keberadaan variabel kontrol.

Langkah berikutnya adalah untuk menekankan hasil dari Arellano-Bond. Impor memiliki

hubungan negatif terhadap simpanan sebagaimana disebutkan dalam hipotesis kami. Ini berarti

bahwa simpanan akan berkurang di bawah peningkatan impor. Sementara impor memiliki

hubungan negatif, hasil estimasi menunjukkan bahwa simpanan tidak cukup tahan dari waktu

ke waktu untuk menahan laju impor yang akan menggerus simpanan dalam prosesnya dari

waktu ke waktu. Simpanan ini dianggap sebagai tidak persisten karena nilai koefisien dependent

lagged value secara signifikan lebih rendah dari 0, tepatnya 0,1779878. Ini berarti dengan

kondisi lain tetap konstan, simpanan akan terkuras terus-menerus, bahkan tanpa adanya

peningkatan impor. Dependent lagged value dan impor akan menjadi signifikan di bawah nilai

kritis 5% yang berarti bahwa dampak mereka bersifat konsisten dari waktu ke waktu.

SSSSSekarang untuk variabel kontrol, hanya pendapatan per kapita dan rasio dependensi yang

signifikan di bawah nilai kritis 5%, sedangkan sisanya tidak signifikan. Pendapatan per kapita

memiliki hubungan positif dengan simpanan yang berarti bahwa peningkatan pendapatan per

kapita akan meningkatkan angka simpanan. Pertumbuhan ekonomi juga mendorong masyarakat

untuk menabung karena memiliki hubungan positif dengan simpanan. Begitu juga dengan

tingkat suku bunga. Kenaikan suku bunga deposito membawa dampak positif pada motivasi

masyarakat untuk menabung. Sedangkan terakhir, seperti yang diharapkan, inflasi memiliki

dampak negatif terhadap simpanan karena orang harus memegang lebih banyak uang tunai.

Page 97: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

93Apakah ACFTA Merupakan Strategi Yang Tepat Untuk Penuntasan Kemiskinan Yang Berkesinambungan?:Bukti Dari Penurunan Tingkat Simpanan

V. HASIL DAN ANALISIS

Estimasi ini telah memberikan kita dengan informasi yang diperlukan tentang bagaimana

impor mempengaruhi tingkat simpanan bersamaan dengan penjelasan istilah makroekonomi

dan demografis. Kita akan lebih fokus pada bagaimana regresor mempengaruhi variabel

dependen. Baik variabel yang signifikan maupun tidak signifikan, keduanya akan dianalisis,

untuk melihat dampak regressor sejak kita masih dapat mempertimbangkan koefisien seiring

kecenderungan variabel mempengaruhi variabel dependen.

V.1. Perilaku Menabung di ASEAN

Kami menganggap hasil estimasi sebagai model perilaku menabung di wilayah tertentu

yaitu ASEAN, di bawah laju perdagangan barang antara ASEAN dan Cina. Mari kita mengingat

kembali hasil estimasi Arellano-Bond GMM untuk tujuan analisis.

Koefisien variabel lagged dependent menunjukkan kepada kita persistensi simpanan per

kapita dari waktu ke waktu, ceteris paribus. Hal ini menunjukkan perilaku masyarakat untuk

mempertahankan simpanan mereka dari waktu ke waktu dalam kondisi dimana yang lain

tetap konstan. Nilai koefisien dari variabel lagged dependent secara signifikan berada di bawah

1,00, tepatnya 0,15, yang berarti simpanan per kapita akan turun sebesar 85% dari waktu ke

waktu. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat akan menarik simpanan mereka dalam

jumlah yang besar untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka. Jika ingin diperhitungkan,

karena kebutuhan barang-barang dasar tidak dapat dihilangkan dari belanja rutin, kita bisa

memperkirakan masyarakat untuk cenderung menjadi konsumtif karena mereka mengkonsumsi

barang diluar kebutuhan dasar bersamaan dengan konsumsi kebutuhan dasar, yang

menghabiskan simpanan per kapita sebesar 85%. Perlu diingat bahwa kita mengasumsikan

faktor lainnya tetap konstan, sehingga berarti tidak ada penyesuaian konsumsi di bawah

perubahan harga, sehingga koefisien hanya menampilkan rentetan berkurangnya tingkat

simpanan. Berdasarkan estimasi ini, kami mengambil kesimpulan cepat dan sederhana bahwa

masyarakat ASEAN lebih condong pada perilaku konsumtif, yang merupakan perilaku yang

dapat ditemukan di negara-negara berkembang, mengingat bahwa sebagian besar negara-

negara ASEAN masih merupakan negara berkembang.

Impor bersih memiliki dampak negatif terhadap tingkat simpanan. Ini berarti bahwa

peningkatan impor di atas tingkat ekspor akan mengurangi konsumsi. Ini seperti hipotesis

yang dinyatakan sebelumnya dalam makalah ini. Peningkatan tingkat impor, dengan ekspor

yang tetap konstan, akan mengurangi simpanan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh

peningkatan konsumsi di bawah peningkatan ketersediaan barang ekonomi. Seperti diestimasi

Page 98: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

94 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

sebelumnya pada lagged value dari simpanan, orang-orang ASEAN cenderung untuk

mengkonsumsi lebih banyak dari waktu ke waktu dalam proporsi yang tinggi yakni 85%.

Perkiraan data ini diperoleh sebelum ACFTA diimplementasikan di ASEAN (ACFTA dimulai pada

bulan Januari, 2010). Oleh karena itu, kita bisa mengekspektasikan bahwa di bawah ACFTA,

arus barang pasti akan menjadi tinggi karena volume impor meningkat di negara-negara ASEAN;

dan pola konsumsi masyarakat ASEAN akan meningkat. Jika variabel lain diasumsikan konstan,

angka simpanan akan habis dalam waktu singkat. Tapi, ini bukannya tanpa solusi. Jawabannya

terletak pada salah satu sisi lain dari impor bersih, yakni sisi ekspor. Ekspor di sini bertindak

sebagai efek balas impor yang sebaliknya akan meningkatkan tingkat simpanan. Logikanya

berasal dari rumus Impor bersih yang merupakan pengurangan impor dengan ekspor.

Peningkatan ekspor akan mengurangi impor bersih. Oleh karenanya, ekspor memiliki efek

berkebalikan dari impor. Peningkatan ekspor akan memungkinkan masyarakat untuk

menghasilkan produk lebih banyak, yang memungkinkan mereka untuk memperoleh

pendapatan lebih dari aktivitas perekonomian. Penjelasan sederhana lainnya yakni ekspor

merupakan komponen tambahan dari PDB, sehingga peningkatan ekspor akan meningkatkan

PDB dan membawa potensi peningkatan pendapatan per kapita.

Berbicara mengenai pendapatan per kapita, estimasi menunjukkan bahwa pendapatan

per kapita berpengaruh positif terhadap simpanan dan lebih jauh lagi memiliki dampak positif.

Koefisien variabel ini sebesar 0.61. Implikasi dari koefisien ini bahwa masyarakat ASEAN akan

menyisihkan 61% dari perubahan pendapatan mereka untuk disimpan dan menggunakan

hingga 39% dari sisanya untuk dikonsumsi. Hal ini juga dapat berlaku kebalikannya, saat

pendapatan per kapita berkurang, masyarakat akan menarik tabungan mereka sebesar 69%

dari perubahan pendapatan mereka, karena mereka perlu likuiditas lebih banyak untuk

memenuhi kebutuhan mereka saat terjadi penurunan pendapatan, di bawah resesi atau krisis.

Ini juga menjadi salah satu jawaban untuk menanggung dampak ACFTA yang sejalan dengan

solusi ekspor. Pendapatan tentunya merupakan komponen yang esensial untuk perbaikan jika

kita bertujuan meningkatkan atau menjaga simpanan masyarakat. Sebagaimana dibahas

sebelumnya, ekspor merupakan salah satu komponen dari PDB dan pendapatan, yang berarti

ekspor perlu menjadi satu solusi penting untuk meningkatkan pendapatan masyarakat.

Kita mungkin berpikir bahwa terdapat inkonsistensi didalam analisis estimasi. Pada

awalnya, kami berpikir bahwa masyarakat cenderung menjadi konsumtif karena ketahanan

simpanan yang sangat rendah. Tetapi sebaliknya, koefisien pendapatan per kapita menunjukkan

bahwa masyarakat mendistribusikan lebih banyak perubahan pendapatan mereka untuk

simpanan, bukan untuk dikonsumsi. Satu hal yang perlu kita lihat adalah bahwa perilaku

konsumtif yang kita analisis diawal didasarkan pada asumsi dimana angka pendapatan konstan.

Dengan pendapatan konstan dari waktu ke waktu, orang cenderung untuk menguras simpanan

Page 99: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

95Apakah ACFTA Merupakan Strategi Yang Tepat Untuk Penuntasan Kemiskinan Yang Berkesinambungan?:Bukti Dari Penurunan Tingkat Simpanan

mereka untuk mengonsumsi lebih banyak dan hal ini mungkin dikarenakan oleh ketidakcukupan

penghasilan masyarakat ASEAN, terutama bagi yang tinggal di negara berkembang, untuk

memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka. Karenanya masyarakat terus menarik simpanan

mereka untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka.

Untuk perubahan pendapatan yang dialokasikan lebih banyak ke simpanan, penjelasannya

mungkin terletak dalam estimasi parameter rasio dependensi. Rasio dependensi memberi

dampak positif yang signifikan terhadap tingkat simpanan. Hal ini dapat dijelaskan melalui

teori precautionary saving behavior, tapi kali ini kita mengaitkan ketidakstabilan yang dibahas

dalam teori dengan biaya tinggi yang ditanggung oleh kelompok produktif. Lebih banyak

anggota masyarakat bergantung pada usia produktif, sehingga dana lebih akan diperlukan

untuk mempersiapkan untuk konsumsi masa depan. Salah satu contoh sederhana adalah anak-

anak usia sekolah. Orang tua yang termasuk populasi produktif harus mengalokasikan lebih

banyak pendapatan mereka untuk rencana pendidikan anak-anak mereka. Hal ini juga

menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat ASEAN adalah tipe orang yang enggan

menempuh risiko ketika mereka memiliki lebih banyak orang di bawah tanggungan mereka.

Namun, hal ini tidak bisa dibanggakan, karena variabel ini hanya menjelaskan mengapa

masyarakat mengalokasikan lebih dari perubahan pendapatan mereka untuk simpanan. Kita

tidak dapat menggunakan variabel ini sebagai harapan untuk meningkatkan simpanan.

Meningkatkan rasio dependensi jelas bukan jawaban untuk mempertahankan tingkat simpanan,

melainkan hanyalah sebuah penjelas.

Variabel yang tersisa tidak cukup signifikan, namun kami masih akan menganalisis dampak

yang tidak signifikan ini untuk melihat potensi dampak variabel-variabel tersebut terhadap

tingkat simpanan. Pertumbuhan memiliki dampak positif pada ekspansi ekonomi yang bisa

memberikan masyarakat peluang untuk meningkatkan pendapatan dan selanjutnya

meningkatkan simpanan mereka. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan penduduk yang cepat

yang biasanya terjadi di ASEAN sebagai wilayah negara-negara berkembang. Peningkatan

pertumbuhan itu sendiri mungkin tidak akan mempengaruhi tingkat simpanan karena tidak

bisa secara langsung meningkatkan pendapatan individu masyarakat. Jika pertumbuhan ekonomi

tidak secepat pertumbuhan penduduk, maka pada dasarnya pendapatan per kapita, salah satu

variabel yang signifikan, akan berkurang. Itulah mengapa pertumbuhan tidak signifikan dalam

mempengaruhi tingkat simpanan.

Suku bunga deposito akan meningkatkan tingkat simpanan, karena merupakan proxy

dari besarnya bunga kembali jika nasabah menyimpan dana mereka di bank. Peningkatan

bunga akan mendorong orang untuk menabung lebih banyak, dengan harapan untuk

mendapatkan lebih banyak bunga. Tingkat bunga tidak signifikan karena tingkat pengembalian

Page 100: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

96 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

bunga tabungan tidak cukup menggembirakan bagi kebanyakan orang. Hal ini karena

kebanyakan orang yang hanya memiliki penghasilan tetap tidak akan menabungkan sejumlah

besar uang mereka, dalam rentang miliar rupiah. Tingkat suku bunga ini tidak akan memberikan

mereka bunga yang signifikan jika tidak berinvestasi pada angka lebih dari seratus milyar rupiah.

Karena kebanyakan orang hanya menyimpan hingga jutaan rupiah, potensi bunga tidak akan

yang mendorong mereka untuk menabung lebih banyak.

Sebaliknya, inflasi memiliki dampak negatif terhadap simpanan, karena dengan lonjakan

harga masyarakat harus mengkonsumsi lebih banyak dari segi nilai, bukannya kuantitas. Oleh

karenanya itu, mereka harus mengambil dari simpanan untuk menyesuaikan alokasi uang mereka

pada harga yang meningkat untuk mengkonsumsi kebutuhan dalam jumlah yang sama. Alasan

mengapa variabel ini tidak signifikan karena masyarakat mungkin memiliki kecenderungan

pada konsumsi yang lebih daripada sekedar kebutuhan dasar, namun juga konsumsi untuk

memenuhi «keinginan». Jika masyarakat mengkonsumsi lebih banyak kebutuhan dasar, mereka

akan menyesuaikan simpanan mereka agar mereka bisa mengkonsumsi ini kebutuhan dasar.

Tapi, bila masyarakat melakukan pengeluaran untuk hal yang mereka inginkan dalam proporsi

tinggi, saat terjadi kenaikan harga, mereka akan membatasi pengeluaran macam ini agar mereka

tetap dapat mengakses kebutuhan dasar. Hal ini karena «keinginan» merupakan komoditas

normal yang permintaannya akan menurun bila terjadi kenaikan harga, sementara kebutuhan

pokok adalah barang inferior yang kuantitas permintaannya hanya akan disesuaikan berdasarkan

perubahan pendapatan (harga tidak menjadi masalah). Oleh karena itu, di bawah proporsi

tinggi dari konsumsi «keinginan», inflasi yang tinggi masih bisa memungkinkan masyarakat

untuk mengurangi konsumsi barang-barang normal mereka sehingga mereka bisa tetap

menyimpan lebih banyak dari simpanan mereka.

Biasanya kita akan membandingkan koefisien dari kedua variabel ini untuk melihat mana

yang memiliki dampak yang lebih pada tingkat simpanan, namun sayangnya kedua variabel ini

tidak signifikan. Kita tidak bisa membandingkan parameter yang diestimasi dalam model ini

karena koefisien mungkin tidak bekerja seperti yang dinyatakan dalam estimasi. Oleh karena

itu, kami tidak akan menempatkan variabel-variabel ini pada fokus kami pada rekomendasi

kebijakan kami. Tapi, kita harus ingat bahwa variabel-variabel ini mungkin memiliki dampak di

masa mendatang yang dapat menjadi alat potensial ke depannya.

V.2 Rekomendasi Kebijakan

Estimasi kami pada impor menyimpulkan bahwa impor bukanlah jawaban yang tepat

bagi pengentasan kemiskinan yang berkelanjutan. Sementara kita mungkin berpikir bahwa

Page 101: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

97Apakah ACFTA Merupakan Strategi Yang Tepat Untuk Penuntasan Kemiskinan Yang Berkesinambungan?:Bukti Dari Penurunan Tingkat Simpanan

keterbukaan perdagangan ini dapat meningkatkan akses masyarakat kepada lebih banyak

barang dan jasa, dimana dalam istilah Expenditure Poverty tingkat kemiskinan akan berkurang

meskipun pendapatan masyarakat tidak berubah, kita kehilangan satu titik di mana pengeluaran

tersebut bisa sangat menyulitkan kedepannya. Hal ini disebabkan perilaku mengurangi tabungan

dalam kondisi peningkatan impor. Oleh karena itu, penurunan tingkat kemiskinan mungkin

bersifat sementara saja karena tergantung pada ketersediaan barang dari luar negeri. Kita

dapat memperkirakan bahwa jika suatu ketika guncangan akan terjadi, dan aliran perdagangan

harus dihentikan, ketersediaan barang akan menipis dan oleh karena itu tingkat kemiskinan

akan kembali naik. Selain itu, di bawah kondisi simpanan yang tergerus, masyarakat (terutama

masyarakat miskin) tidak akan siap untuk menyesuaikan penghasilan mereka untuk mengatasi

kenaikan harga karena menurunnya kuantitas barang yang tersedia. Disinilah variabel kunci,

simpanan masuk menjadi buffer bagi masyarakat untuk persiapan risiko macam ini di masa

depan. Potensi tergerusnya simpanan adalah alasan mengapa kita menyimpulkan bahwa ACFTA

bukanlah jawaban, atau strategi yang tepat untuk pengentasan kemiskinan, meskipun di sisi

lain bisa mendorong pertumbuhan ekonomi.

Estimasi menunjukkan bahwa ACFTA mungkin merupakan kerugian besar terhadap

strategi pengentasan kemiskinan yang berkelanjutan. Namun, ACFTA telah diimplementasikan

dan sudah berjalan beberapa bulan hingga saat ini. Tidak mungkin secara tiba-tiba untuk

membatalkan perjanjian pada saat ini dan, mungkin, untuk jangka waktu yang lama ke depan.

Selain itu, ACFTA tidaklah sepenuhnya merupakan hal yang buruk bagi negara-negara ASEAN

karena pada kenyataannya ACFTA membuka berbagai peluang, bahkan untuk pengentasan

kemiskinan. Yang paling penting adalah bagaimana menggunakan kesempatan ini untuk

mendapatkan cukup simpanan agar pengentasan kemiskinan yang berkelanjutan dapat dicapai.

Berdasarkan estimasi kami, variabel yang paling penting untuk memperbaiki tingkat

simpanan adalah pendapatan per kapita. Ini berarti bahwa kunci meningkatkan simpanan

masyarakat terletak pada bagaimana cara kita memanfaatkan potensi keterbukaan perdagangan

ACFTA untuk meningkatkan pendapatan per kapita. Ditariknya batasan tarif di ASEAN dan

Cina untuk perdagangan tidak boleh digunakan untuk meningkatkan ketersediaan barang

dalam negeri, sehingga masyarakat bisa dengan mudah mengakses barang karena hal ini justru

merugikan dari sisi tingkat simpanan masyarakat. Kita harus mengambil keuntungan dari

perjanjian ini untuk meningkatkan sisi ekspor sehingga kita dapat meningkatkan pendapatan

per kapita. Estimasi menunjukkan bahwa berkebalikan dengan dampak negatif dari impor

pada tingkat simpanan, ekspor justru memberi dampak positif, karena impor bersih adalah

pengurangan impor oleh ekspor. Peningkatan ekspor berarti bahwa sisi ekonomi produktif

mengalami kemajuan karena kenaikan PDB juga merupakan hasil dari produksi, tidak semata-

Page 102: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

98 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

mata konsumsi. Selain itu, peningkatan ekspor mempekerjakan lebih banyak orang untuk

meningkatkan output, sehingga pendapatan rakyat dapat ditingkatkan karena peningkatan

kesempatan kerja atau potensi peningkatan upah karena peningkatan pada pertumbuhan output.

Oleh karena itu, pemerintah harus mendukung sisi ekspor untuk mengatasi tantangan

ACFTA. Hal ini dapat dilakukan dengan menyediakan fasilitas bagi produsen, terutama yang

berorientasi ekspor, untuk menghasilkan lebih banyak barang yang memiliki potensi beredar di

ASEAN dan Cina. Subsidi ekspor dapat menjadi salah satu solusi mempromosikan ekspor namun

itu bisa menimbulkan distorsi pada harga internasional, yang dihindari dalam perjanjian

perdagangan bebas.

Kontrol komoditas impor mungkin menjadi opsi yang lebih baik dibandingkan kontrol

komoditas ekspor. Namun, kontrol komoditas impor yang kami bicarakan di sini bukanlah

bagaimana kita membatasi barang impor ke dalam negeri melainkan tentang bagaimana kita

mengimbangi arus barang konsumsi dengan impor bahan baku yang diperlukan bagi industri

berorientasi ekspor. Seperti yang telah kami sebutkan sebelumnya, berdasarkan perjanjian

perdagangan bebas kita bisa mengharapkan harga murah bahkan untuk bahan baku impor.

Kita harus melihat ini sebagai kesempatan untuk mengakses bahan baku lebih murah dalam

rangka meningkatkan produktivitas dan mengenakan harga yang lebih kompetitif untuk

komoditas ekspor kita. Dengan cara ini, kita dapat meningkatkan sisi ekspor tanpa

mengorbankan sisi impor yang dibutuhkan untuk menjaga ketersediaan barang. Solusi ini

membantu kita di sisi pendapatan dan sisi pengeluaran dari pengentasan kemiskinan.

Stabilisasi harga juga diperlukan untuk meningkatkan simpanan masyarakat. Harga harus

stabil dalam kondisi rendah. Ini merupakan masalah bagi bank sentral untuk mencapai kondisi

tersebut. Mengapa stabilisasi harga menjadi penting? Ada dua alasan. Pertama bahwa harga

dalam negeri yang tinggi adalah salah satu faktor yang menentukan motivasi untuk

perdagangan. Semua teorema dasar perdagangan seperti yang dijelaskan dalam buku teks,

seperti Markusen, et al (1994, [40]) dan Krugman dan Obstfeld (2006, [35]) menekankan peran

relativitas harga dalam menciptakan perdagangan. Eksportir ingin mengekspor barang-barang

mereka jika harga barang di negara mitra lebih tinggi dari harga di negara mereka sendiri,

dengan asumsi bahwa tidak ada kebijakan dumping, sehingga mereka bisa meraup lebih banyak

keuntungan dari perdagangan karena mereka dapat menjual barang dengan harga yang lebih

tinggi. Kenaikan harga dalam negeri berakibat pada banjirnya pasar dalam negeri dengan

barang impor yang akan dijual dengan harga lebih tinggi. Ini akan berakibat pada peningkatan

konsumsi yang ingin kita hindari dari ACFTA. Selain itu, harga itu sendiri juga merupakan

penentu nilai tukar karena keduanya terkait dengan daya beli dari mata uang. Harga tinggi

berarti nilai tukar lemah dan sebaliknya. Dengan mempertahankan harga pada tingkat rendah,

Page 103: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

99Apakah ACFTA Merupakan Strategi Yang Tepat Untuk Penuntasan Kemiskinan Yang Berkesinambungan?:Bukti Dari Penurunan Tingkat Simpanan

nilai tukar bisa bertahan pada level yang kuat yang akan mendorong eksportir untuk mengekspor

lebih banyak lagi.

Kedua, tingkat harga juga menjadi motivasi bagi masyarakat untuk memegang uang

tunai daripada dimasukkan ke dalam simpanan. Hal ini karena kenaikan harga berarti bahwa

orang-orang harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk konsumsi dalam jumlah yang sama.

Harga tinggi akan merugikan posisi simpanan. Selain itu, fluktuasi harga akan menjadi lebih

buruk lagi. Hal ini disebabkan ketidakpastian yang dihadapi masyarakat sehingga mereka akan

lebih fokus pada kondisi perekonomian. Dalam kondisi ini, tak peduli apakah harga tinggi atau

rendah, orang tidak akan termotivasi untuk menyimpan uangnya.

Oleh karenanya, tingkat harga yang rendah saja tidak cukup untuk menarik orang untuk

menabung, bukan hanya karena fluktuasi akan meningkatkan ketidakpastian, tetapi juga harga

rendah dan mata uang yang kuat dapat menurunkan kuantitas permintaan komoditas ekspor

kita dari negara-negara mitra, yang akan merugikan kita jika ingin meningkatkan potensi

simpanan melalui promosi ekspor. Harga yang stabil di tingkat yang relatif rendah menjadi

lebih tepat dibandingkan dengan kondisi harga yang rendah saja. Hal ini mungkin juga menjadi

alasan mengapa pada estimasi sebelumnya, tingkat inflasi terbukti tidak signifikan. Ini mungkin

disebabkan karena komponen ketidakpastian yang menentukan simpanan bersamaan dengan

inflasi.

Terakhir, kesempatan lain yang perlu dimanfaatkan pemerintah adalah kemungkinan

lebih banyak investasi langsung yang bisa diberikan ACFTA. Kita tidak boleh lupa bahwa ACFTA

bukan semata-mata merupakan perjanjian untuk perdagangan barang dan jasa, tetapi juga

untuk meningkatkan kesempatan bagi untuk lebih banyak investasi asing langsung/foreign

direct investment (FDI). Pertanyaan yang mungkin muncul dari rekomendasi ini mungkin

bagaimana agar FDI bisa meningkatkan tingkat simpanan karena mekanisme transmisinya yang

mungkin cukup lama, namun ada kemungkinan untuk memanfaatkan mekanisme tersebut.

FDI dapat membuka kesempatan kerja lebih besar untuk mempekerjakan lebih banyak pekerja

lokal. Ini akan meningkatkan sisi lapangan kerja sehingga pendapatan masyarakat dapat

ditingkatkan. Apalagi jika FDI ini lebih diberlakukan pada industri yang berorientasi ekspor,

akan dapat meningkatkan produktivitas industri, yang memungkinkan mereka untuk

mengekspor lebih banyak untuk meningkatkan penghasilan masyarakat per kapita. Pada

akhirnya, lagi, FDI menjadi mekanisme untuk memperluas ekspor dan pendapatan per kapita

karenanya dianggap sebagai variabel kunci di sini untuk meningkatkan tingkat simpanan.

Kita mungkin menganggap dengan meningkatkan produktivitas produk berorientasi

ekspor secara berlebihan, mungkin akan beresiko jika terjadi krisis dan resesi di wilayah ini.

Dalam krisis dan resesi, daya beli negara-negara mitra mungkin akan berkurang dan aktivitas

Page 104: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

100 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

perdagangan akan dibekukan sementara. Hal ini akan membuat guncangan besar bagi

perekonomian lokal karena sisi ekspor kami akan hilang oleh penurunan permintaan impor ke

negara-negara mitra. Ini sepatutnya menjadi perhatian, tapi pada saat yang sama, ini adalah

saat dimana keuntungan demografis perlu diperhitungkan.

Sebagian besar negara-negara ASEAN memiliki populasi yang besar, khususnya Indonesia

yang memiliki penduduk sekitar dua ratus jutaan orang. Ini adalah keuntungan demografis

untuk ASEAN, karena mereka memiliki pasar domestik yang berlimpah untuk kali saat permintaan

pasar luar negeri melemah. Selain itu, dengan meningkatkan tingkat simpanan, masyarakat

sudah dipersenjatai dengan daya beli yang cukup untuk saat-saat seperti ini, yang pada dasarnya,

merupakan fungsi awal dari tingkat simpanan. Jadi, negara-negara seperti Singapura yang begitu

mengandalkan sektor perdagangan, sementara pada saat yang sama tidak memiliki keuntungan

populasi yang besar, masih bisa bertahan dari resesi karena besarnya simpanan mereka telah

disiapkan di tempat pertama untuk mengatasi ACFTA. Hal ini tidak hanya bisa efektif untuk

negara-negara dengan populasi kecil, tapi juga pada negara-negara ASEAN lainnya. Sehingga

kita tidak akan menanggung naiknya angka kemiskinan, seperti yang kita khawatirkan di awal.

Kebijakan yang dinyatakan di atas memerlukan koordinasi dan kerjasama yang baik antara

pemerintah dan bank sentral. Bank sentral bertanggung jawab atas stabilitas harga, sedangkan

pemerintah bertanggung jawab atas kebijakan sektor riil untuk meningkatkan ekspor langsung.

Ini tidak dapat diselesaikan dengan baik tanpa kerjasama dari kedua belah pihak. Dengan cara

ini, tingkat simpanan dapat dipertahankan sebagai penyangga masyarakat disaat goncangan

ekonomi di masa depan yang bisa mendorong lebih banyak anggota masyarakat jatuh ke

lubang kemiskinan, dan membuat angka kemiskinan meroket. Perlu digarisbawahi, bahwa

kami tidak menolak ACFTA melalui penelitian ini. Sebaliknya, kami melihat ini sebagai

kesempatan untuk mendukung strategi pengentasan kemiskinan. Namun, ACFTA sendiri

bukanlah strategi pengentasan kemiskinan yang berkelanjutan yang tepat karena dampaknya

hanya terasa dalam jangka pendek. Meskipun demikian, ACFTA menyediakan kita dengan

kesempatan untuk memperluas strategi pengentasan kemiskinan yang berkelanjutan. Bukti

otentik dari hal ini adalah bagaimana ACFTA dapat menggunakan kelebihan lokal sebagai

rekomendasi kebijakan yang kami tekankan di atas. ACFTA bukanlah sesuatu yang kita harus

takuti. Ini adalah kesempatan bahwa kita harus amati sisi baiknya.

VI. KESIMPULAN PENUTUP

Makalah ini telah membuktikan bahwa, meskipun menjadi mesin pertumbuhan yang

efektif sebagaimana ditekankan para praktisi, ada potensi bahwa perdagangan bebas regional

Page 105: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

101Apakah ACFTA Merupakan Strategi Yang Tepat Untuk Penuntasan Kemiskinan Yang Berkesinambungan?:Bukti Dari Penurunan Tingkat Simpanan

seperti ACFTA merugikan, dalam beberapa hal, bagi pertumbuhan negara-negara di ASEAN,

terutama untuk strategi pengentasan kemiskinan yang berkelanjutan.

Penurunan tingkat simpanan adalah fokus yang diajukan dalam makalah ini. Tingkat

simpanan, sebagai penyangga saat krisis ekonomi atau resesi bagi masyarakat miskin, merupakan

bagian penting dari pengentasan kemiskinan yang berkelanjutan. Estimasi ini telah membuktikan

bahwa impor dari ASEAN dan Cina berdampak pada menurunnya simpanan negara-negara

ASEAN. Hal ini disebabkan meningkatnya sirkulasi barang di wilayah yang memungkinkan

orang untuk mengakses barang dengan mudah dan mengakomodasi perilaku konsumtif pada

populasi negara-negara berkembang. Selain itu, tingkat simpanan di ASEAN sendiri tidak

persisten dari awal karena faktor lainnya selalu konstan; tingkat simpanan akan secara bertahap

berkurang oleh konsumsi yang berkelanjutan.

Mengembangkan pendapatan per kapita masyarakat adalah solusi kunci untuk berhasil

mengatasi tantangan ini. Estimasi membuktikan bahwa masyarakat masih cenderung untuk

menabung saat mereka mendapatkan penghasilan tambahan. Ini adalah suatu sisi positif yang

harus diperhitungkan. Dalam keadaan ini, karena mustahil memutus ikatan ACFTA tanpa peduli

seberapa merugikannya bagi masyarakat, pemerintah negara-negara ASEAN harus

meningkatkan pendapatan per kapita masyarakatnya menggunakan kesempatan bahwa dibawa

oleh ACFTA.

Ada empat kebijakan rekomendasi yang kami ditekankan dalam makalah ini, yaitu: (1)

penyeimbangan laju impor yang dibawa ACFTA dengan mempromosikan ekspor dalam rangka

meningkatkan pendapatan per kapita, dimana hambatan dagang telah secara bertahap

dihilangkan di ASEAN dan Cina, (2) Mengontrol komoditi impor ke pasar domestik, lebih berfokus

pada impor bahan baku untuk menghindari perilaku over-consumptive atas barang konsumtif

dan meningkatkan produktivitas industri dalam negeri, khususnya industri yang berorientasi

ekspor; (3) Menstabilkan fluktuasi harga untuk mendorong masyarakat untuk menabung lebih

banyak dan memperkuat daya beli mata uang agar eksportir didorong untuk melakukan ekspor

dan laju impor dapat tertekan, dan (4) Mempromosikan investasi asing langsung untuk

meningkatkan lapangan kerja dan meningkatkan produktivitas industri berorientasi ekspor.

Kebijakan ini harus dilakukan dengan kerjasama dan koordinasi yang baik oleh pemerintah

dan Bank Sentral.

Kami tidak menolak ACFTA dalam makalah ini; kami lebih melihat ACFTA sebagai

kesempatan untuk mengembangkan ASEAN lebih lanjut. Hal ini tercermin dari rekomendasi

kami. Meskipun kami beberapa kali menyatakan bahwa ACFTA merugikan dalam beberapa

hal, kami menggunakan ACFTA sebagai wadah untuk meningkatkan tingkat simpanan untuk

Page 106: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

102 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

mengimbangi dampak merosotnya tingkat simpanan tabungan. Kesimpulannya, ACFTA sendiri

bukanlah strategi yang tepat untuk pengentasan kemiskinan jika kita menjalankannya begitu

saja, tapi masih bisa digunakan untuk mendukung strategi pengentasan kemiskinan yang

berkelanjutan dengan kesempatan otentik yang dibawa oleh perjanjian ini. ACFTA bukanlah

sesuatu yang kita harus takuti. Ini merupakan kesempatan yang kita harus lihat dari sisi positifnya.

Page 107: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

103Apakah ACFTA Merupakan Strategi Yang Tepat Untuk Penuntasan Kemiskinan Yang Berkesinambungan?:Bukti Dari Penurunan Tingkat Simpanan

AlFoul, Bassam Abu, 2010, ≈The Causal Relation between Savings dan Economic Growth:

Some Evidence from MENA Countries∆.<http://econpapers.repec.org>, diakses pada 13 Juli

2010.

Anoruo, E. dan Ahmad, Y., 2001, ≈Causal Relationship Between Domestic Savings and Economic

Growth: Evidence from Seven African Countries∆. African Development Bank, Vol. 13, Issue

2, pp. 238-249.

Attanasio, Orazio, James Banks, Costas Meghir, Guglielmo Weber, 1999, ≈Humps and Bumps

in Lifetime Consumption∆. Journal of Business & Economic Statistics, Vol. 17, hal. 22-35.

Azzopardi, Franco, 2004, ≈The Propensity to Save and Interest Rates∆∆∆∆∆,,,,, <http://www.ssrn.com>,

diakses pada 16 Juni 2010.

Balassa, Bela. ≈The Effects of Interest Rates on Savings in Developing Countries∆. World Bank

Working Paper Series, Vol. 55. 1989.

Bérubé, Gilles dan Denise Côté. ≈Long-Term Determinants of the Personal Savings Rate: Literature

Review and Some Empirical Results for Canada∆. Working Paper √ Bank of Canada. 2000.

Birdsall, Nancy. ≈Why Low Inequality Spurs Growth: Savings And Investment By The Poor∆.

Inter-American Development Bank Working Paper, No. 327, 1996.

Brumberg, Richard E. ≈An Approximation to the Aggregate Saving Function∆. Economic Journal,

Vol. 66, hal. 66-72. 1956.

Carroll, Christopher D. and David N. Weil. ≈Saving and Growth: A Reinterpretation∆. Working

Paper Series, No. 4470. 1993.

Cebula, R. J. ≈Federal Government Budget Deficit and Interest Rates: A Note∆. Public Choice.

1987.

Darrat, Ali F., 1988, ≈Have Large Budget Deficits Caused Rising Trade Deficits?∆. Southern

Economic Journal, Vol. 54, No. 4, hal. 879-887.

Davidson, Russell and James G. MacKinnon, 1982, ≈Inflation and the Savings Rate∆. Queen»s

Economics Department Working Paper, No. 493.

Deaton, Angus, 1977, ≈Involuntary Saving Through Unanticipated Inflation∆. The American

Economic Review, Vol. 67, No. 5, hal. 899-910.

Dusenberry, J.S., 1949, ≈Income, Saving, and the Theory of Consumer Behavior∆. Cambridge,

Mass.: Harvard University Press.

DAFTAR PUSTAKA

Page 108: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

104 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

Edwards, Sebastian, 1995, ≈Why Are Savings Rate So Different Across Countries?: An

International Comparative Analysis∆. NBER Working Paper Series, No. 5097.

Friedman, Milton. 1957. ≈405.html∆The Permanent Income Hypothesis∆. NBER Chapters.

Gourinchas, Pierre-Olivier and Jonathan A. Parker, 2001, ≈The Empirical Importance on

Precautionary Savings∆. NBER Working Paper Series, No. 8017.

Gupta, Kanhaya L., 1971, ≈Dependency Rates and Savings Rates: Comment∆. American Eco-

nomic Review, Vol. 61, hal. 469-71.

Gylfason, Thorvaldur., 1993, ≈Optimal Saving, Interest Rates, and Endogenous Growth∆. Journal

of Economics, Vol. 95, hal. 517-533.

Harvey, Ross, 2004, ≈Comparison of Household Saving Ratios: Euro Area/United States/ Japan∆.

Paper of Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), No. 8, 2004.

Heer, B. and Suessmuth, B., 2006, ≈The Savings-Inflation Puzzle∆. Cesifo Working Paper, No.

1645.

Higgins, Mathew and Jeffrey G. Williamson, 1996, ≈Asian Demography and Foreign Capital

Dependence,∆ NBER Working Paper Series, No. 5097.

Higgins, Matthew, 1999, ≈Demography, National Saving, and International Capital Flows∆,

International Economic Review, Vol. V/39, hal. 343-69.

Hoelscher, G. P., 1983, ≈Federal Borrowing and Short-Term Interest Rates∆. Southern Economic

Journal, Vol. 50, hal. 319-33.

Horioka, Charles Yuji dan Junmin Wan., 2006, ≈The Determinants of Household Saving In

China: A Dynamic Panel Analysis of Provincial Data∆. NBER Working Paper Series, No. 12723.

Howard, David H., 1978, ≈Personal Saving Behavior and the Rate of Inflation∆. The Review of

Economics and Statistics, Vol. 60, No. 4, hal. 547-554.

Hufbauer, Gary Clade dan Yee Wong., 2005, ≈Prospects for Regional Free Trade in Asia∆.

Working Paper Series of Institute for International Economics, No. 05-12.

Huggett, Mark and Gustavo Ventura, 1995, ≈Understanding Why High Income Households

Save More Than Low Income Households∆. Discussion Paper Federal Reserve Bank of

Minneapolis, No. 106.

Islam, M. Faizul, 1998, ≈Brazil»s Twin Deficits: An Empirical Examination∆. Atlantic Economic

Journal.

Japelli, T., dan Pagano, 1994, M. ≈Savings, Growth and Liquidity Constraints∆. Quarterly Journal

of Economics, Vol. 109, hal. 83-109.

Kendall, Patrick, 2000, ≈Interest Rates, Savings, and Growth in Guyana∆. Paper of Caribbean

Development Bank.

Kuznets, S., 1960, ≈Quantitative Aspects of the Economic Growth of Nations: Capital Formation

Proportions∆. Economic Development Cultural Change, Vol. 8, No. 4, Part II.

Page 109: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

105Apakah ACFTA Merupakan Strategi Yang Tepat Untuk Penuntasan Kemiskinan Yang Berkesinambungan?:Bukti Dari Penurunan Tingkat Simpanan

Krugman, Paul and Maurice Obstfeld, 2006, ≈International Economics: Theory and Policy∆. 7th

ed. Addison Wesley - Prentice Hall.

Labonte, Marc, 2003, ≈The Budget Deficit and the Trade Deficit: What Is Their Relationship?∆.

Congressional Report Service Report For Congress.

Leff, Nathaniel H., 1969, ≈Dependency Rates and Savings Rates∆. The American Economic

Review, Vol. 59, No. 5, hal. 886-896.

Lindh, Thomas., 1999, ≈Age Structure and Economic Policy: The Case of Saving and Growth∆.

Population Research and Policy Review, Vol. 18, , , , , hal. 261√277.

Mankiw, N. Gregory, 2001, ≈Pengantar Ekonomi∆. 2nd ed. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Markusen, James R., James R. Melvin, William M. Kaempfer, and Keith Maskus, 1994,

≈International Trade: Theory and Evidence∆. McGraw Hill.

Mikesell, Raymond F. and James E. Zinser, 1973, ≈The Nature of The Savings Function in

Developing Countries: A Survey of the Theoretical and Empirical Literature∆. Journal of

Economic Literature, Vol. 11, No. 1, hal. 1-26.

Mishra, P.K, S. K. Mishra, and J. R. Das., 2010, ≈The Dynamics of Savings and Investment

Relationship in India∆. European Journal of Economics, Finance and Administrative Sciences,

ISSN 1450-2887 Issue 18.

Modigliani, F. and Brumberg, R., 1954, ≈Utility Analysis and the Consumption Function: An

Interpretation of Cross Section Data∆ in Kurihara K., ed. Post-Keynesian Economics. New

Brunswick: Rutgers University Press.

Modigliani, Franco, 1970, ≈The Life Cycle Hypothesis of Saving and Intercountry Differences in

the Saving Ratio,∆ in W. A. Eltis et al., eds., Induction, Growth and Trade, Oxford, hal. 197-

225.

Mohan, Ramesh, 2006,≈Causal Relationship Between Savings and Economic Growth in Countries

With Different Income Levels∆. Economics Bulletin, Vol. 5, No. 3 hal. 1_12.

Plosser, C. I., 1982, ≈Government Financing Decisions and Asset Returns∆. Journal of Monetary

Economics, Vol. 9, hal. 325-52.

Ram, Rati, 1983, ≈Dependency Rates and Aggregate Savings: A New International Cross-

Section Study∆. The American Economic Review, Vol. 72, No. 3, hal. 537-544.

Rijckeghem, Caroline Van and Murat Üçer, 2009, ≈The Evolution and Determinants of The

Turkish Private Saving Rate: What Lessons for Policy?∆. ERF Research Report Series, No. 09-

01. 2009.

Romer, David, 2001, ≈Advanced Macroeconomics∆. 2nd ed. McGraw Hill, New York.

Romer, Paul M., 1986, ≈Increasing Returns and Long Run Growth∆. Journal of Political Economy,

Vol. 94, hal.1002-1037.

Page 110: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

106 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

Rossi, Nicola, 1988, ≈Government Spending, the Real Interest Rate, and the Behavior of Liquidity-

Constrained Consumers in Developing Countries∆. Staff Papers - International Monetary

Fund, Vol. 35, No. 1, hal. 104-140.

Saltz, I.S., 1999, ≈An Examination of the Causal Relationship between Savings and Growth in

the Third World,∆ Journal of Economics and Finance, Vol. 23, hal. 90-98.

Scholz, John Karl, Ananth Seshadri, and Surachai Khitatrakun, 2006, ≈Are Americans Saving

«Optimally» for Retirement∆. Journal of Political Economy, Vol. 114(4), hal. 607-643.

Schultz, T. Paul., 2004, ∆Demographic Determinants of Savings: Estimating and Interpreting

the Aggregate Association in Asia∆. Paper Series of Economic Growth Centre √ Yale University,

No. 901.

Sinha, Dipendra, 1996, ≈Saving and Economic Growth In India∆. MPRA Paper, No.18283,

University Library of Munich, Germany.

Skinner, Jonathan, 2004, ≈Comment on «Aging and Housing Equity: Another Look in Perspectives

on the Economics of Aging∆. Chicago: The University of Chicago Press.

Solow,Robert M., 1956, ≈/viewitem.fcg/00335533/di951743/95p0039f/0?config = jstor&frame

= frame&userID = [email protected]/018dd5254c00502d8f04&dpi = 5∆A Contribution

to the Theory of Economic Growth.∆ Quarterly Journal of Economics, Vol. 70, hal. 65-94.Ω

Song, Byung-Nak, 1981, ≈Empirical Research on Consumption Behavior: Evidence from Rich

and Poor LDCs∆. Economic Development and Cultural Change, Vol. 29, No. 3, hal. 597-

611.

Todaro, Michael P. and Stephen C. Smith., 2008, ≈Economic Development∆. Pearson Education

Limited.

Wachtel, P. and J. Young., 1987, ≈Deficit Announcements and Interest Rates∆. American

Economic Review, Vol. 77, hal. 1007-12.

Yusuf, S. and R. Kyle Peters., 1984, ≈Savings Behavior and its Implications for Domestic Resource

Mobilization: The Case of the Republic of Korea∆. World Bank Staff Working Paper, No.

628.

Page 111: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

107Making East Asian Regionalism Works

1 Versi awal makalah ini telah dipresentasikan di Thessaloniki, Yunani (Mei 2010).2 Graduate School of Asia-Pacific Studies (GSAPS), Waseda University 1-21-1 Nishi-Waseda, Shinjuku-ku, Tokyo 169-0051, JAPAN E-

mail: [email protected]

MAKING EAST ASIAN REGIONALISM WORKS1

Fithra Faisal Hastiadi 2

A b s t r a c t

For the past few years, regionalism has been progressing in East Asia with the likes of Cina, Japan,

and Korea (CJK) as the most prominent actors. Unfortunately, with the absence of trade arrangement

amongst the CJK, the present regional trade scheme is not sufficient to reach sustainability. This paper

uncovers the inefficient scheme through Engle-Granger Cointegration and Error Correction Mechanism.

Moreover, the paper underlines the importance of triangular trade agreement for accelerating the phase

of growth in CJK which eventually create a spillover effect to East Asia as a whole. Employing Two Stage

Least Squares in a static panel fixed effect model, the paper argues that the spillover effect will function

as an impetus for creating region-wide FTA. Furthermore, the paper also identifies a number of economic

and political factors that can support the formation of East Asian Regionalism.

JEL ClassificationJEL ClassificationJEL ClassificationJEL ClassificationJEL Classification: F15, C13, C22, C33

Keywords: Regionalism, Engle-Granger Cointegration, Error Correction Mechanism, Fixed Effect, Two

Stage Least Squares

Page 112: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

108 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

I. PENDAHULUAN

Di milenium baru ini, regionalisme telah mulai hadir di Asia Timur. Negara-negara Asia

Timur telah berfokus pada cara-cara untuk memperluas perdagangan antar daerah yang meliputi:

pembentukan Perjanjian Perdagangan Regional/Regional Trade Agreements (RTA) dalam bentuk

Perjanjian Perdagangan Bebas/Free Trade Agreements (FTA) dan Perjanjian Kemitraan Ekonomi/

Economic Partnership Agreements (EPA). Kecenderungan regionalisme telah menciptakan artian

regional yang mendalam dan artian global yang signifikan (Harvey dan Lee, 2002). Jepang,

Korea dan Cina dianggap sebagai aktor kunci dalam mewujudkan hal ini di Asia Timur.

Diakui sebagai para pelaku utama ekonomi dunia, Jepang, Cina dan Korea diasumsikan

memiliki tanggung jawab yang berat bagi kesejahteraan ekonomi di kawasan Asia Timur. Hal

ini sangat jelas bahwa regionalisme Asia Timur tidak dapat dipraktikkan tanpa dukungan dari

negara-negara ekonomi kuat ini. Sayangnya, kurangnya pengaturan kelembagaan di antara

negara-negara raksasa ini telah menghambat efek kesejahteraan secara keseluruhan bagi

masyarakat Asia Timur. Pendorong dibentuknya hubungan Cina-Jepang-Korea (CJK) saat ini

adalah pasar yang dalam artian tertentu tidak lagi cukup; yang harus didampingi dengan

regionalisme. Fokus utama dari regionalisme ini adalah untuk membuat negara-negara ini

tumbuh bersama sehingga dapat menyebar eksternalitas positif di seluruh wilayah Asia Timur.

Dalam jangka panjang diharapkan CJK akan memimpin regionalisme di Asia Timur.

Makalah ini telah disusun sebagai berikut. Bagian kedua mempelajari struktur ekonomi

dan pola perdagangan di CJK. Bagian ketiga menguji pengaruh keterbukaan dalam CJK terhadap

pertumbuhan ekonomi di negara-negara tertentu. Bagian keempat menganalisis prospek

peningkatan kesejahteraan CJK dalam menciptakan efek spillover ke ASEAN-4, yang dalam

tulisan ini berfungsi sebagai proxy bagi negara-negara ASEAN. Bagian kelima menyajikan tren

masa depan dan jalan menuju Regionalisme Asia Timur, dan sebagai penutup, bagian terakhir

menyajikan beberapa kesimpulan.

II. TINJAUAN EMPIRIS HUBUNGAN ANTAR NEGARA HUBUNGAN EKONOMIJEPANG, CINA DAN KOREA

Menelusuri kembali hubungan tiga negara pasca perang dunia, antara Jepang, Korea

dan Cina telah berkembang secara bertahap. Evolusi kegiatan perdagangan muncul dari orang-

orang Cina, yang memiliki transformasi substansial akan struktur perdagangan. Pada awal 90-

an, komoditas utama menyumbang lebih dari sepertiga dari total ekspor Cina ke Jepang dan

Korea. Di milenium baru ini, komoditas utama masih memuncaki ekspor Cina ke Jepang dan

Korea, yang secara meyakinkan diikuti oleh pertumbuhan yang cepat dari produk mesin dan

Page 113: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

109Making East Asian Regionalism Works

transportasi (Chan dan Chin Kuo, 2005). Dari sudut pandang ini, perdagangan di kawasan Asia

Timur Utara dianggap sebagai sebuah gerakan substansial sebagai akibat dari pergeseran

perdagangan menuju struktur yang lebih maju. Munculnya Cina sebagai pusat manufaktur

regional merupakan faktor dominan yang memberikan kontribusi pergeseran perdagangan.

Gambaran keseluruhan dari perdagangan antara negara-negara tersebut dapat dijelaskan

seperti pada Diagram V.1. Jelas bahwa kegiatan perdagangan yang sangat intens menjadi

kontributor utama bagi pertumbuhan ekonomi di wilayah ini. Jumlah perdagangan yang sangat

Diagram V.1. Perdagangan di antara Jepang, Cina dan Korea(2006, milyar dollar)

Sumber: Watanabe (2008)

Gambar 2. Investasi di antara Jepang, Cina dan Korea(2005, milyar dollar)

China Korea

Japan

118,5

92,9

27,3

50,3

44,5

87,7

China Korea

Japan

6,57

0,18

1,74

0,013

2,61

0,012

Sumber: Watanabe (2008)

Page 114: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

110 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

besar kemungkinan besar dikemudikan oleh laju FDI di antara mereka dengan Jepang sebagai

pemimpin utama di wilayah ini (Diagram V.2). Dengan kata lain, hadirnya transformasi ekonomi

di Cina dan Korea yang memutar perdagangan di wilayah ini diawali oleh peran Jepang dalam

melakukan investasi di kedua negara tersebut.

II.1. Mengukur keseimbangan jangka pendek dan jangka panjang dariekspor terhadap PDB

Dapat dikatakan perdagangan merupakan sinonim untuk kesejahteraan suatu negara.

Lebih khusus lagi, penelitian menunjukkan ekspor sebagai mesin pertumbuhan ekonomi. Dari

sudut pandang ini, penting untuk mengukur keberlanjutan ekspor terhadap perekonomian,

yang dalam bagian ini ekspor antara CJK menjadi fokus utama.

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, Jepang, Cina dan Korea mengalami masa emas

dalam melakukan ekspor satu sama lain. Kesejahteraan ekonomi adalah tujuan yang paling

penting dalam menghubungkan kegiatan ini, tetapi apakah itu cukup untuk meningkatkan

perekonomian dalam jangka panjang. Suatu kegiatan yang murni didorong oleh pasar tanpa

perjanjian perdagangan khusus daerah kadang-kadang bisa menciptakan bias. Jelas bahwa

Jepang, Korea dan Cina kurang memiliki perjanjian semacam ini antara mereka (Urata dan

Kiyota, 2003) seperti yang dijelaskan pada Tabel V.1.

Untuk membentuk sebuah regionalisme yang efektif, Jepang, Cina dan Korea harus saling

mendukung satu sama lain. Karenanya, kerja sama regional intra dalam CJK harus dilakukan

untuk menciptakan pertumbuhan yang berkesinambungan di kawasan Asia Timur. Bagian

Tabel V.1FTA/EPA dari Jepang, China dan Korea

Negara Kondisi

China

Korea

Jepang

Telah difinalisasi

Masih dinegosiasi

Masih dipertimbangkan

Telah difinalisasi

Masih dinegosiasi

Masih dipertimbangkan

Telah difinalisasi

Masih dinegosiasi

Masih dipertimbangkan

Negara

Chili, ASEAN, Hong Kong, Macao

Selandia Baru, Australia, Pakistan, Singpura, GCC, SACU

Islandia, India, Jepang-Korea-China, FTAAP, Swiss

Chili, Singapore, EFTA, ASEAN, USA

India, Meksiko, Kanada, UE

FTAAP, China, Mercosur, Selandia Baru, Afrika Selatan, Jepang-

Korea-China, Australia, GCC

Singapura, Meksiko, Malaysia, Filipina, Chili, Thailand, Brunei,

Indonesia

India, Vietnam, Australia, Swiss, Korea, GCC, ASEAN

FTAAP, Jepang-Korea-China, Afrika Selatan

Sumber: Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang, 2007

Page 115: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

111Making East Asian Regionalism Works

berikut berfungsi untuk membuktikan keberlanjutan ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi,

tanpa adanya pengaturan perdagangan, untuk jangka pendek dan jangka panjang. Tes

Kointegrasi Engle-Granger (Engle-Granger Cointegration) dan Mekanisme Koreksi Error (Error

Correction Mechanism) kemudian untuk alasan ini. Tes ini menggunakan data triwulanan dari

GDP Jepang, Cina dan Korea mulai dari 1985 hingga 2004. Data diambil dari database CEIC.

II.1.1. Mendefinisikan Keseimbangan Jangka Panjang: Tes Kointegrasi EngleGranger

Dalam melakukan pengujian Kointegrasi Engle Granger, makalah ini membagi hubungan

ekspor dalam tiga bagian yang dijelaskan dalam persamaan berikut:

i. Hubungan Ekspor Cina dan Jepang

(V.1)JPGDP = βo + β

1 .ExportCH + µ

t

(V.2)CHGDP = βo + β

1 .ExportJP + µ

t

ii. Hubungan Ekspor Korea dan Jepang

(V.3)KRGDP = βo + β

1 .ExportJP + µ

t

(V.4)JPGDP = βo + β

1 .ExportKR + µ

t

iii. Hubungan Ekspor Cina dan Korea

(V.5)CHGDP = βo + β

1 .ExportKR + µ

t

(V.6)KRGDP = βo + β

1 .ExportCH + µ

t

Dalam persamaan tersebut diatas, JPGDP, CHGDP dan KRGDP masing- masing adalah

PDB Jepang, PDB Cina, dan PDB Korea, sementara Export JP, Export CH dan Export KR adalah

variabel tujuan ekspor ke Jepang, Cina dan Korea. Ekspor dan PDB dapat terkointegrasi karena

tren ekspor dan PDB akan mengimbangi satu sama lain, menciptakan residu stasioner. Residu

ini disebut parameter kointegrasi. Dalam data, jika kita menemukan bahwa regresi awal dari

residu (ut) memberikan stasioneritas, berarti ut bersifat stasioner pada level (orde 0) dan akan

dinotasikan sebagai I(0). Tetapi jika ut stasioner dalam beda pertama, maka variabel Ekspor dan

PDB akan dikointegrasikan dalam first difference tersebut I(1).

Dari Tabel V.2 kita dapat melihat bahwa, hubungan PDB dan ekspor dalam CJK

menghasilkan stabilitas hasil dalam jangka panjang. Hal ini dibuktikan dengan stasioneritas

Page 116: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

112 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

error term di masing-masing kasus. Uji kointegrasi yang membuktikan ekuilibrium jangka panjang

menjelaskan bahwa model tersebut tidak spurious. Ekspor terbukti menjadi mesin kemajuan

ekonomi di ketiga negara ini. Hasil tes ini membenarkan beberapa penelitian sebelumnya seperti

Dorasami (1996), dan Ekanayake (1999) mengenai hubungan ekspor dan pertumbuhan

ekonomi.

II.1.2 Mendefinisilan Keseimbangan Jangka Pendek: Error Correction Model

Kita telah melihat hubungan jangka panjang antara Ekspor dan PDB. Namun, untuk

membuat lebih obyektif, kita juga harus melihat hubungan jangka pendek karena masih mungkin

untuk menerima ketidakseimbangan. Jadi, bisa dicatat sebagai equilibrium error. Error ini

kemudian dapat digunakan untuk menggambarkan perilaku jangka pendek dari PDB Jepang.

Teknik untuk mengoreksi ketidakseimbangan jangka pendek untuk ekuilibrium jangka panjang

disebut Mekanisme Koreksi Error/Error Correction Mechanism (ECM). Model ECM adalah sebagai

berikut:

Tabel V.2Parameter Kointegerasi

Variabel Dependen PDB (Jepang) PDB (China) PDB (Korea)

Variabel Independen

Ekspor ke Jepang na Stationer Stationer

Ekspor ke China Stationer na Stationer

Ekspor ke Korea Stationer Stationer na

(V.7)∆GDP_X = βo + β

1 .∆Export_Y + β

2.µ

t-1 + e

t

µt-1

adalah cointegrated error lag 1. Dalam persamaan ini, ∆GDPCountry X adalah perbedaan

dalam PDB untuk Jepang, Korea dan Cina, sementara ∆ExportCountry Y adalah perbedaan

ekspor dari pasangan 2. Berikut adalah output untuk regresi masing-masing negara:

Tabel V.3Equilibrium Error

Variabel Dependen

Variabel Independen

Equilibrium error untuk Ekspor ke Jepang na -1.0 9 *** -0.23 *

Equilibrium error untuk Ekspor ke China -0.18 *** na -0.48 ***

Equilibrium error untuk Ekspor ke Korea 0.017773 -1.33 *** na

Catatan: Signifikansi secara statistik diindikasikan oleh *(10%), **(5%), dan***(1%)

PDB (Jepang) PDB (China) PDB (Korea)

Page 117: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

113Making East Asian Regionalism Works

Dalam jangka pendek, ada error keseimbangan (equilibrium error) untuk Ekspor Jepang

ke Cina dalam hubungannya dengan PDB Jepang. Koefisien residu memberikan angka negatif

(-0,18), yang berarti bahwa ekspor Jepang ke Cina di bawah ekuilibrium jangka panjang. Ini

hanya akan menyebabkan kenaikan ekspor pada periode selanjutnya. Tetapi penting untuk

dicatat bahwa nilai absolut dari koefisien (tingkat penyesuaian) sangatlah kecil (0,18). Hal ini

menunjukkan bahwa ekspor Jepang ke Cina bergerak dengan fase yang lambat untuk mencapai

ekuilibrium jangka panjang.

Adapun dalam hubungan antara Jepang dan Korea, error keseimbangan dari tren ekspor

tidaklah signifikan. Ini menunjukkan bahwa PDB Jepang berubah menyesuaikan diri dengan

perubahan ekspor Jepang ke Korea pada periode waktu yang sama. Dengan kata lain, hubungan

Jepang dan Korea dalam hal ekspor telah mencapai steady state.

Residu hubungan antara PDB Cina dengan Ekspor Cina ke Jepang dan Korea cukup

signifikan. Ini menunjukkan bahwa ada equilibrium error dalam jangka pendek. Tanda negatif

menunjukkan Ekspor mengalami kenaikan konstan untuk mencapai keseimbangan jangka

panjang. Dalam kasus Cina, tingkat penyesuaian atau fase percepatan untuk keseimbangan

jangka panjang bergerak sangat cepat. Hal ini dapat dilihat dari nilai absolut koefisien equilibrium

error yakni 1,09 dan 1,33 masing-masing untuk hubungan Cina ke Korea dan ke Jepang.

Kasus Korea agak mirip seperti Cina. Residu hubungan antara PDB Korea dengan Ekspor

Korea ke Jepang dan Cina cukup signifikan. Sehingga penjelasannya kurang lebih sama dengan

kasus Cina. Namun, tingkat penyesuaian untuk Korea lebih lambat dibandingkan Cina namun

masih lebih cepat dari Jepang, dengan nilai absolut 0.23 dan 0.48 masing-masing untuk

hubungan perdagangan Korea ke Jepang dan ke Cina.

Dari ECM, kita dapat menyimpulkan bahwa wilayah Asia Timur Utara tidak bergerak

dalam fase yang sama untuk mencapai keseimbangan jangka panjang, dimana Jepang bergerak

dengan fase yang paling lambat. Nilai yang tidak signifikan untuk laju percepatan dalam kasus

hubungan perdagangan Jepang dengan Korea juga penting untuk dilihat karena dapat diartikan

bahwa pasar Korea sudah mengalami kejenuhan untuk produk Jepang (steady state). Fakta-

fakta ini sangat penting karena berarti mengurangi peran Jepang sebagai pemimpin utama di

Asia Timur Utara. Meskipun siapa yang memimpin bukanlah hal yang penting, namun efek

terhentinya pertumbuhan ekonomi suatu negara di wilayah ini hanya akan berfungsi sebagai

batu sandungan dalam menciptakan kesejahteraan umum di Asia Timur. Pertumbuhan dari

Cina dan Korea juga akan segera berakhir, seperti Jepang, bilamana tidak ada tindakan serius

diambil. Oleh karenanya, dalam rangka memperkuat kesejahteraan regional dan mempercepat

tahapan penyesuaian, integrasi ekonomi harus dilakukan.

Page 118: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

114 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

III. KETERBUKAAN DALAM PERDAGANGAN

Ketergantungan ekonomi yang besar antara Jepang, Cina dan Korea dapat menjadi dasar

yang baik dalam menciptakan regionalisme. Perjanjian perdagangan segitiga untuk

menghilangkan hambatan perdagangan ini, akan memperlancar pertumbuhan arus

perdagangan antara negara-negara ini melalui akses pasar yang lebih besar. Tapi sayangnya,

fakta-fakta pendukung ini hanya sebatas di atas kertas. Proses regionalisme di kawasan ini

terbukti sulit.

Negara-negara ini mungkin telah secara agresif berkomunikasi satu sama lain dalam

rangka pembuatan FTA dan EPA, namun tidak ada satupun yang telah mengalami kemajuan

berarti (lihat Tabel V.1). Alasan atas hal ini bisa menjadi subyek untuk penelitian tersendiri,

sedangkan bagian ini mencoba untuk berfokus pada pengaruh perjanjian tersebut terhadap

perekonomian. Kurangnya pengaturan perdagangan tercatat sebagai faktor utama yang

memberikan kontribusi ketidakefektifan perdagangan intra regional di wilayah Asia Timur Utara.

Hipotesis ini akan coba dibuktikan dalam bagian selanjutnya.

III.1 Openness with customized RPL index

Pendekatan pertumbuhan yang dipicu oleh ekspor yang telah dilakukan pada bagian

sebelumnya dengan kointegrasi dan model koreksi error sebenarnya telah memberikan dasar

untuk mengukur keterbukaan suatu negara, namun dalam beberapa hal itu saja tidak cukup.

Data tersebut hanya bekerja untuk menetapkan paradigma perdagangan sebagai mesin

pertumbuhan tetapi tidak cukup untuk mengukur pola yang lebih kuat akan keterbukaan.

Karenanya, kita mungkin menggunakan Tingkat Harga Relatif Dollar/Dollar»s Relative Price Level

(indeks RPL).

Indeks ini merupakan ukuran dari orientasi ke luar dari sebuah ekonomi yang diteliti oleh

Summers dan Heston (1988). Menggunakan AS sebagai patokan, indeks tingkat harga relatif

(RPL) negara i adalah:

Dimana e adalah nilai tukar dan Pi adalah indeks harga konsumsi untuk negara i dan P

us

adalah indeks harga konsumsi di AS. Oleh karena itu, kita dapat menggunakan rumus ini

untuk mengukur orientasi ke dalam atau ke luar dari suatu kebijakan perdagangan. Dengan

menggunakan analogi yang sama, makalah ini memodifikasi indeks RPL ke dalam rumus

berikut:

(V.8)RPLi = 100 . P

i /P

us . 1/e

Page 119: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

115Making East Asian Regionalism Works

Dimana Ptp adalah indeks harga konsumsi untuk mitra dagang dan e adalah nilai tukar (jumlah

unit mata uang domestik per unit mata uang mitra dagang). RPL yang sudah disesuaikan ini

kemudian menjadi alat yang ampuh untuk menganalisis keterbukaan perdagangan antara negara

mitra dagang.

III.2. Error Correction Mechanism (ECM) dari Indeks RPL dan PDB

Seperti telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, ECM memberikan mengenai gambaran

goncangan dalam jangka pendek. Dalam kasus ini, kita meneliti keterbukaan tren liberalisasi

perdagangan vis a vis di kawasan Asia Timur Utara. Tes ini menggunakan data triwulanan nilai

tukar, CPI, ekspor untuk CJK mulai dari tahun 2001 hingga 2005. Data diambil dari data base

CEIC. Berikut ini adalah persamaannya:

(V.9)RPLi

= 100 . Pi /P

tp . 1/e

(V.10)∆GDP_X = βo + β

1 .∆RPL_Y + β

2.µ

t-1 + e

t

Persamaan ini meniru persamaan V.7, tetapi variabel dependen sebelumnya diganti dari

ekspor menjadi RPL untuk menyesuaikan dengan tujuan yaitu untuk mengukur keterbukaan.

adalah perbedaan PDB dari 2 negara, sementara adalah perbedaan RPL yang mengukur

keterbukaan perdagangan dari negara X terhadap negara Y. Berikut adalah output untuk masing-

masing negara:

Tabel V.4Parameter Kointegrasi

Equilibrium error untuk Keterbukaan ke Jepang na -1.23 *** -1.31 ***

Equilibrium error untuk Keterbukaan ke China -1.15 *** na -0.97 ***

Equilibrium error untuk Keterbukaan ke Korea -0.72 ** -1.24 *** na

Catatan: Signifikansi secara statistik diindikasikan oleh *(10%), **(5%), dan ***(1%

Variabel Dependen

Variabel IndependenPDB (Jepang) PDB (China) PDB (Korea)

Dari pengujian ini kita dapat melihat bahwa pada umumnya keterbukaan perdagangan

mempengaruhi PDB suatu negara dengan cara yang positif. Tetapi dalam jangka pendek,

perdagangan keterbukaan dalam CJK masih berada di bawah keseimbangan. Hal ini

menunjukkan bahwa keterbukaan perdagangan masih mencari bentuknya di kawasan ini.

Meskipun kita mungkin tidak melihat regionalisme yang dapat meliberalisasi perdagangan dalam

Page 120: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

116 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

jangka pendek, tetapi untuk kecenderungan keterbukaan dalam perdagangan vis a vis,

regionalisme berkembang dengan baik. Kita bisa melihanya dari tingkat penyesuaian untuk

keseimbangan jangka panjang (koefisien residu) yang menunjukkan angka rata-rata 1.1,

sehingga kita mungkin akan melihat munculnya regionalisme di Utara Asia Timur di masa

depan.

IV. SPILLOVER EFFECT DARI PERDAGANGAN TRIANGULAR JEPANG-KOREA-CINA TERHADAP ASEAN 4

Sebagai raksasa Asia, pertumbuhan Jepang, Korea dan Cina kemungkinan besar akan

menciptakan efek positif terhadap negara-negara tetangganya. Secara regional, pertumbuhan

Asia Timur Utara akan mendorong pertumbuhan Asia Timur secara keseluruhan, dan dalam

pengertian ini, kita mungkin ingin membawa pengaruhnya terhadap negara-negara ASEAN.

Makalah ini akan membatasi efek regionalisme pada ASEAN-4 karena negara-negara ini memiliki

karakteristik ekonomi yang sama. Makalah ini menggunakan model data panel statis untuk

tujuan ini. Panel Data dianalisis setiap tahun dari tahun 1989 hingga 2007 yang terdiri dari

Ekspor, Impor, Konsumsi, Investasi, PDB dan Pengeluaran Pemerintah dari negara-negara ASEAN

4, serta PDB dari Jepang, Cina dan Korea. Data diambil dari database WDI online. Bagian

selanjutnya akan membahas analisisnya.

IV.1 Menguji Spillover Effect Melalui Model Data Panel

Sebuah model panel data statis dapat dirumuskan sebagai berikut:

],1[,],1[, NiTtXYitititit

∈∈+++= εηλβ (V.11)

Dimana: λt dan η

t masing-masing adalah efek spesifik waktu dan individu, X

it adalah vektor

dari variabel penjelas, (i) merupakan komponen waktu dari panel, (N) adalah dimensi cross-

section (atau jumlah pengamatan cross section), dan N x T adalah jumlah observasi. Idenya

adalah untuk menjalankan model untuk mendapatkan estimator yang konsisten untuk koefisien

_, dan pilihan model (tetap atau acak) tergantung pada hipotesis yang diasumsikan untuk

hubungan antara error-term (εit ) dan regressor (Xit ). Analisis data panel statis dikembangkan

di bagian empiris makalah ini yang didasarkan pada dua model panel dasar, yaitu model efek

tetap (FE) dan efek acak (RE). Karena periode waktu (1989-2007) sudah melewati periode

pengamatan individu (Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina), FE dianggap sebagai metode

yang paling tepat (Nachrowi dan Usman, 2008). Model ini dirumuskan sebagai berikut:

Page 121: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

117Making East Asian Regionalism Works

Dimana:

Yit

= Pertumbuhan PDB dari ASEAN 4 untuk waktu t dan negara i

Xit

= Variabel Independen (pertumbuhan konsumsi, pertumbuhan investasi, pertumbuhan

pengeluaran pemerintah, pertumbuhan ekspor-impor dari ASEAN 4 dan pertumbuhan

PDB Jepang-Cina-Korea dalam waktu t)

Wit dan Z

it adalah variabel dummy dimana W

it = 1 untuk i = negara Indonesia, Malaysia,

Filipina, Thailand, sementara Zit akan bernilai 1 untuk Periode t = 1989, 1990 ..., 2007.

Persamaan struktural di atas sebenarnya merupakan persamaan simultan yang

menggunakan hubungan kausalitas. Untuk melihat simultanitas model di atas, maka modelnya

dapat diuraikan menjadi empat bagian:

itiTTiiNtNttititeZZZWWWXY ++++++++++++= δδδγγγβα .......

221122111 (V.12)

(V.13)

(V.14)

(V.15)

(V.16)

ttttttttKGDPCGDPJGDPXGICY .......

87654321ββββββββ +++++++=

tttYCC ..

3121βββ ++= −

tttYrI ..

321βββ ++=

ttttttKGDPCGDPJGDPCEXX .....

654321ββββββ +++++=

Persamaan V.13 menggambarkan efek dari konsumsi (Ct), investasi (It), pengeluaran

pemerintah (Gt), pertumbuhan ekspor (X

t) negara-negara ASEAN 4 dan pertumbuhan PDB

negara-negara Asia Timur Utara (JGDPt, CGDP

t, KGDP

t) terhadap pertumbuhan PDB ASEAN-4

(Yt). Dari model ini, jelas bahwa pertumbuhan konsumsi, pertumbuhan investasi dan

pertumbuhan ekspor memiliki faktor penentu sendiri yang secara bersamaan membentuk

persamaan struktural. Pertumbuhan konsumsi (Ct) dibentuk oleh pertumbuhan konsumsi tahun

lalu (Ct-1

), dan di sisi lain pertumbuhan PDB sekarang (Yt), Investasi (I

t) dipengaruhi oleh tingkat

bunga (rt) dan pertumbuhan PDB (C

t). Diperkirakan juga nilai tukar (EX

t), pertumbuhan konsumsi

(Ct) dan pertumbuhan ekonomi mitra dagang (JGDP

t, CGDP

t, KGDP

t) memiliki pengaruh pada

pertumbuhan ekspor (Xt) bagi negara-negara ASEAN 4.

Dari persamaan struktural diatas, kita dapat membagi variabel menjadi dua, endogen

dan predetermined (eksogen). Untuk melihat model simultan mana yang sesuai kebutuhan,

kita harus fokus di proses identifikasi. Jika K merupakan jumlah variabel eksogen dalam model,

k adalah jumlah variabel eksogen dalam persamaan dan M adalah jumlah variabel endogen

Page 122: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

118 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

dalam model, sehingga kriteria untuk menyatakan apakah satu persamaan under identified

(K-k <M-1), just identified (K-k = M-1) atau over identified (K-k> M-1). Berdasarkan kriteria

ini, identifikasi keempat persamaan struktural tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel V.5Kondisi Urut (Order Condition)

1 Yt 6 > 2 over identified

2 Ct 9 > 1 over identified

3 It 9 > 1 over identified

4 Xt 6 > 1 over identified

No Persamaan Kriteria Konklusi

Tabel V.6 Output Regresi Two Stage Least Squares

Variabel Independen

YYYYY na 0.776 *** -0.087 Na

CCCCC 0.470 *** na Na -0.64 **IIIII 0.025 na Na NaXXXXX 0.072* na Na Na

Catatan: Signifikansi secara statistic diindikasikan oleh *(10%), **(5%), dan ***(1%)

Y C I XVariabel Dependen

Variabel Instrumental

Y (Japan)Y (Japan)Y (Japan)Y (Japan)Y (Japan) 0.546 ** na Na 2.949***

Y (China)Y (China)Y (China)Y (China)Y (China) 0.311 ** na Na 1.112 ***

Y (Korea)Y (Korea)Y (Korea)Y (Korea)Y (Korea) 0.250 ** na Na -3.760

C (-1)C (-1)C (-1)C (-1)C (-1) na 0.01 Na Na

RRRRR na na 0.137 Na

Y (-1)Y (-1)Y (-1)Y (-1)Y (-1) na na Na Na

EXEXEXEXEX na na Na 0

GGGGG 0.122** na Na Na

Untuk kasus yang over identified, kita mungkin ingin menggunakan dua pendekatan

tahap kuadrat terkecil (2SLS) sebagai cara yang elegan untuk mengatasi masalah ini. Analisis

regresi 2SLS, seperti digunakan oleh Angrist dan Imbens (1995), memiliki 2 tahap, pertama,

regresi kuadrat terkecil pada persamaan yang sudah direduksi harus dapat menghasilkan Ct-1

,

Yt-1

, rt, G

t, EX

t, JGDP

t, CGDP

t, KGDP

t sebagai variabel instrumental, sehingga seluruh persamaan

dari persamaan V.13 sampai V.16 harus diubah menjadi persamaan tereduksi. Dari tahap pertama

kita mendapatkan ,ˆ,ˆ,ˆttt

ICY dan t

X sebagai fitted values yang dapat kita dapat digunakan

untuk menjalankan tahap kedua. Pada tahap kedua, nilai-nilai ini kemudian dimasukkan ke

persamaan utama. Langkah terakhir adalah menjalankan kuadrat terkecil pada setiap persamaan

di atas untuk mendapatkan estimasi 2SLS seperti yang dijelaskan di bawah ini dalam Tabel V.6.

Page 123: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

119Making East Asian Regionalism Works

Dari hasil di atas kita dapat menyimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi Asia Timur

Utara (Jepang, Korea dan Cina) mendorong pertumbuhan ekonomi ASEAN-4, yang menegaskan

proposisi dari makalah ini. Laju investasi dalam bentuk FDI, juga merupakan satu elemen

pengintegrasi yang dominan di Asia Timur secara keseluruhan. Meskipun kita tidak dapat

menemukan faktor penentu yang pasti untuk FDI pada output, namun jelas bahwa FDI secara

alami terkait erat dengan perdagangan. Dengan perekonomian yang pada dasarnya terbuka

dan berwawasan ke luar, wilayah ini sangat bergantung pada investasi asing untuk pertumbuhan

ekonominya. Tapi tetap saja, daya dorong ini tidak sebanding dengan besarnya efek spillover

dari negara-negara raksasa ini: Jepang, Korea dan Cina. Jepang, dalam hal pertumbuhan PDB,

memiliki pengaruh terbesar terhadap ASEAN-4 diikuti oleh Cina dan Korea di tempat kedua

dan ketiga. Fakta ini dijelaskan oleh parameter koefisien yang bernilai 0.546, 0.311 dan 0.250

masing-masing untuk Jepang, Cina dan Korea.

Urutan besarnya pengaruh dari ketiga negara ini mungkin disebabkan oleh jumlah arus

masuk FDI ke ASEAN seperti dijelaskan di tabel 7 ini. Bias hanya ada di Cina dan Korea, meskipun

FDI kumulatif dari Korea untuk ASEAN-4 lebih besar dari Cina, namun tampaknya tidak tercermin

pada tingkat besarnya pengaruh. Diasumsikan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi yang

tinggi di Cina telah menjadi faktor utama (Urata, 2008) yang melampaui pengaruh aliran

kumulatif FDI dari Korea untuk ASEAN-4. Namun faktor tersebut tidak cukup untuk melampaui

pengaruh Jepang pada pertumbuhan ekonomi ASEAN-4 karena kontribusi FDI Jepang untuk

ASEAN-4 ratusan kali lebih besar efeknya dibandingkan Cina.

Tabel V.7Laju FDI ke ASEAN 4 (Juta $)

Jepang 288,06 8.096,02 4.761,11 3.055,68 16.200,87

Korea 331,88 235,58 98,51 238,13 904,1

China -36,78 50,16 120,72 4,07 138,17

Sumber: Sekretariat ASEAN

Host Country Indonesia Thailand Malaysia Filipina

Negara Asal

Total Kumulatif1995-2003

Fakta ini sejalan dengan hipotesis angsa terbang (flying geese) yang dikembangkan oleh

ekonom Jepang, Kaname Akamatsu (1935). Model ini telah sering diusulkan untuk menguji

pola-pola dan karakteristik integrasi ekonomi Asia Timur. ≈Dasar pemikiran pola-angsa terbang

menggambarkan sekelompok negara-negara di wilayah ini terbang bersama dalam lapisan-

lapisan dengan Jepang pada lapisan di depan. Lapisan menandakan berbagai tahap

perkembangan ekonomi yang dicapai di berbagai negara ≈(Xing, 2007). Dalam model terbang-

Page 124: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

120 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

angsa pembangunan ekonomi regional, Jepang sebagai angsa pemimpin menuntun angsa lapis

kedua (Cina, Korea) yang pada gilirannya mereka diikuti oleh angsa lapis ketiga (ASEAN-4).

Hal lain yang penting untuk dicatat adalah nilai signifikan ekspor yang rendah di ASEAN-

4 dalam hal menciptakan pertumbuhan PDB. Ini adalah fakta menarik karena ekspor dianggap

sebagai penentu utama bagi pertumbuhan PDB. Diduga hal ini disebabkan efek dari persaingan

antara anggota ASEAN-4 dan Cina yang menjadi faktor utama nilai ekspor yang tidak signifikan.

Faktor ini didukung oleh Holst dan Weiss (2004) yang menunjuk pada kebangkitan Cina sebagai

alasan munculnya kompetisi jangka pendek dan menengah langsung dan jangka panjang tidak

langsung antara ASEAN dan Cina. Mereka berpendapat bahwa ASEAN dan Cina mengalami

persaingan ekspor yang intensif di pasar pihak ketiga yang potensial. Hal ini dapat mengakibatkan

penyesuaian struktural domestik yang cukup parah bagi ASEAN dalam jangka pendek. Namun

ini kembali lagi pada lagi pola pikir dalam melihat ini sebagai peluang ekonomi atau ancaman

yang tergantung pada apakah ekonomi Cina dianggap sebagai pelengkap atau kompetitif vis-

à-vis dengan perekonomian individu ASEAN dan pada apakah masyarakat perekonomian

kedepannya dapat memanfaatkan peluang yang saling melengkapi untuk mengatasi ancaman

dan kompetisi.

Chia (2006) berpendapat bahwa ∫perbedaan dalam anugerah faktor dan sumber daya,

struktur produksi, dan produktivitas menyebabkan hubungan yang komplementer, sedangkan

kesamaan di tiga hal ini justru menyebabkan hubungan yang kompetitif.ª Dalam jangka panjang,

regionalisme diharapkan dapat mengakomodasi kesejahteraan bagi Asia Timur. Pertumbuhan

pasar Cina yang signifikan bagi ASEAN akan menjadi dasar regionalisme. Dengan demikian,

Asia Timur bersatu bisa mempercepat momentum liberalisasi perdagangan secara keseluruhan

dan mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah

V. TREN KEDEPAN DARI EAST ASIAN REGIONALISM (EAR)

Pekerjaan berikutnya adalah untuk membentuk masa depan dari EAR, pertanyaannya

mungkinkah ini dilakukan? Dalam bagian C dari makalah ini, kita mengukur tren regionalisme

keterbukaan vis a vis dengan menggunakan ECM untuk indeks RPL di Asia Timur Utara (CJK).

Karena kita akan menguji dua sub wilayah, cara terbaik untuk mengukur adalah dengan

menggunakan uji konvergensi perdagangan untuk CJK dan ASEAN-4. Gagasan konvergensi

menunjukkan bahwa perbedaan antara rangkaian ini harus mengikuti proses stasioner (Bernard

& Durlauf, 1996; Oxley & Greasley, 1995). Dengan demikian, konvergensi stokastik

mengindikasikan bahwa selisih pendapatan antara negara-negara tidak bisa mengandung

unit root.

Page 125: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

121Making East Asian Regionalism Works

Berdasarkan Bernard dan Durlauf (1995), konvergensi stokastik terjadi jika sistem

perdagangan log diferensial, yt, mengikuti sebuah proses stasioner, dimana yt = ASEAN4tott-

CJKtott , di mana ASEAN4tot

t adalah istilah logaritma dari perdagangan ASEAN-4, dan

CJKtott adalah logaritma jangka perdagangan CJK, dan kedua rangkaian ini berada dalam first

difference (I(1)). Konvergensi Stokastik diuji dengan menggunakan regresi konvensional

tambahan Dickey-Fuller (ADF) yang memperlihatkan hasil yang penting dalam membuktikan

stasioneritas untuk XXX (lihat Tabel V.8). Hal ini menunjukkan konvergensi jangka panjang

antara kedua sistem perdagangan.

Tabel V.8Tes ADF untuk Perdagangan

Tes Statistik ADF -3.519465 1% Nilai Kritis* -3.7204

5% Nilai Kritis -2.9850

10% Nilai Kritis -2.6318

*Nilai Kritis MacKinnon untuk penolakan hipotesis unit root.

Halangan utama dari prosedur uji unit root ADF standar adalah bahwa daya dari tes ini

adalah cukup rendah. Untuk mengatasi masalah ini, makalah ini menggunakan uji kointegrasi

seperti yang disarankan oleh Baharumshah et al. (2007). Berikut ini adalah Kointegrasi Engle

Granger:

Ut = ASEANtott − βο − β1CJKtot

t (V.17)

Tabel V.9Tes ADF untuk Residu Kointegrasi

Tes Statistik ADF -5.623714 1% Nilai Kritis * -3.7204

5% Nilai Kritis -2.9850

10% Nilai Kritis -2.6318

*Nilai Kritis MacKinnon untuk penolakan hipotesis unit root.

The residu (Ut) memberikan hasil yang stasioner (lihat Tabel V.9) yang berarti bahwa

kedua wilayah memiliki hubungan jangka panjang (konvergensi). Bisa dikatakan melalui uji

konvergensi ini, bahwa EAR akan bertahan dalam jangka panjang. Temuan kuat ini pasti

menciptakan pandangan optimis terhadap EAR. Tapi mengetahui masa depan saja tidak cukup,

kita masih perlu mencari tahu jalan yang jelas untuk mencapai masa depan. Bagian berikutnya

akan berusaha untuk mencari jawabannya.

Page 126: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

122 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG BERKONTRIBUSI PADA EAR

Feng dan Genna (2003) menyatakan bahwa homogenitas institusi domestik dibutuhkan

untuk berjalan beriringan dengan proses integrasi regional. Lebih lanjut keduanya menunjuk

pada inflasi, perpajakan dan peraturan pemerintah sebagai faktor yang mewakili lembaga-

lembaga ekonomi. Variabel lain yang mungkin dapat meningkatkan proses integrasi adalah

jumlah penduduk sebagaimana yang diidentifikasi oleh Tamura (1995). Dia berargumen bahwa

populasi yang besar merupakan katalis untuk integrasi karena aglomerasi ekonomi. Para peneliti

seperti Milner dan Kubota (2005) bahkan menunjukkan demokrasi sebagai faktor penting yang

dapat mendorong regionalisme. Penelitian empiris mereka di negara-negara berkembang dari

1970-1999 menunjukkan bahwa perubahan rezim menuju demokrasi dikaitkan dengan

liberalisasi perdagangan, dan regionalisasi.

Merunut kepada penelitan-penelitian diatas, makalah ini mencoba untuk menggabungkan

semua variabel menjadi satu model yang lengkap yang dapat menentukan pembentukan EAR.

Rumusnya sebagai berikut:

Open = α + βXit + γ1W1t + γ2W2t + γ3W3t + ... + γNWN + δ1Zi1 + δ2Zi2 + δ3Zi3 + ... + δtZiT + eit

(V.18)

Dimana:

Openit = Regionalisme untuk waktu t dan negara i

Xit = Variabel Independen (jalur kereta, pajak, demokrasi, pemerintahan, industri, angka

partisipasi sekolah dasar, inflasi dan jumlah penduduk dari ASEAN-4 + CJK)

Wit dan Zit adalah variabel dummy yang didefinisikan sebagai berikut:

Wit = 1 1 untuk i negara, dimana i = Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Cina,

Jepang, Korea. Lainnya dinyatakan 0.

Zit = 1 untuk t Periode dimana t = 1998, 2000 ..., 2007. Jika tidak dinyatakan 0.

Makalah ini menggunakan model efek tetap untuk memperkirakan variabel. Berikut adalah

penjelasan untuk variabel-variabel yang digunakan:

i) Makalah ini menggunakan proxy keterbukaan perdagangan (ekspor bersih per PDB) untuk

regionalisme. Variabel keterbukaan digunakan untuk mewakili regionalisme karena

regionalisme menciptakan keterbukaan terhadap beberapa sektor ekonomi. Keterbukaan

di sini berfungsi sebagai variabel dependen yang ditentukan oleh beberapa variabel

independen.

ii) Jalur kereta mewakili barang yang diangkut (juta ton-km) digunakan untuk menjelaskan

kesiapan infrastruktur fisik. Memasangkannya dengan variabel ini adalah angka partisipasi

Page 127: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

123Making East Asian Regionalism Works

sekolah dasar akan berfungsi sebagai dasar untuk infrastruktur sumber daya manusia.

Infrastruktur yang layak (baik fisik dan manusia) akan memberikan kemantapan dan

keyakinan bagi investor untuk berinvestasi antar sesama anggota. Dengan kata lain,

infrastruktur yang baik akan pasti membawa perdagangan intra yang berkelanjutan dan

investasi yang merupakan dasar EAR.

iii) Untuk mengukur demokrasi, digunakan data yang dihasilkan oleh Freedom House (2000)

yakni indeks demokrasi yang disebut POLITY. Demokratisasi diharapkan dapat membuka

jalan baru bagi dukungan untuk perdagangan bebas regionalisme vis-à-vis.

iv) Variabel selanjutnya yaitu kebijakan perpajakan. Semakin tinggi nilainya maka akan semakin

mengurangi prospek EAR.

v) Variabel lain yang juga penting adalah pemerintahan yang diukur oleh enam indikator

pemerintahan yang diestimasi oleh Kaufmann (2003). Indeks ini menjelaskan berbagai aspek

struktur cross section yang luas dari pemerintahan suatu negara, termasuk pengukuran

Suara dan Akuntabilitas, Stabilitas Politik, Efektivitas Pemerintah, Kualitas Regulasi, Aturan

Hukum, dan Pengendalian Korupsi. Secara umum, indeks Pemerintahan memberikan

kekuatan penjelas untuk menjabarkan kemampuan dan kualitas tata pemerintahan dari

setiap negara anggota. Negara dengan indikator yang baik memiliki semakin banyak

kesempatan untuk mendayagunakan regionalisme.

vi) Variabel makroekonomi diwakili oleh inflasi yang menciptakan ekspektasi yang ambigu.

Tingkat inflasi yang tinggi akan menghambat pembentukan EAR sejak awal, tetapi beberapa

peneliti justru mengatakan hal yang berbeda. Salah satu argumen yang mendukung proposisi

ini dinyatakan oleh Cohen (1997) yang berpendapat bahwa kebijakan inflasi (inflasi tinggi)

yang berasal dari tindakan pemerintah, cenderung menambah hambatan untuk investor

swasta yang pada gilirannya akan menaikkan permintaan akan integrasi yang lebih besar.

Dihilangkannya kebijakan macam ini dalam bidang fiskal dan moneter akan mengurangi

risiko ketidakpastian kedepannya.

vii) Pasar besar bersama-sama dengan proses industrialisasi yang sedang berlangsung merupakan

aspek terakhir dari pembentukan EAR. Ukuran populasi dari negara Asia Timur tidak hanya

menciptakan permintaan potensial untuk barang yang diperdagangkan di wilayah tersebut

tetapi juga penyediaan tenaga kerja dan tingkat absolut upah rendah. Dengan kata lain,

persediaan tenaga kerja terbatas Lewis akan bertahan lebih lama di Asia Timur. Proses ini

akan mengarah pada tren menuju industrialisasi (nilai tambah sebagai persentase dari PDB)

di wilayah tersebut. Tren ini sangat penting karena homogenitas dalam industrialisasi antar

negara di wilayah ini akan memperlancar kemajuan EAR.

Page 128: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

124 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor ekonomi dan politik seperti infrastruktur

(kereta api dan angka pendidikan dasar), pemerintahan, kebijakan pajak, industrialisasi dan

Demokrasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Regionalisme (Keterbukaan) di Asia

Timur sementara Inflasi memberikan peran yang tidak signifikan.

Tanda-tanda koefisien untuk rel kereta api, angka pendidikan dasar, pemerintahan, dan

industrialisasi yang positif menandakan semakin besar variabel tersebut, makin besar

Keterbukaan yang dihasilkan. Tanda negatif dari koefisien pajak menggambarkan hubungan

berlawanan antara tarif pajak perusahaan dan prospek masa depan EAR, semakin tinggi tingkat

pajak akan semakin berdampak negative bagi EAR. Tanda negatif demokrasi agak berbeda dari

perkiraan tetapi masih dipandang rasional karena demokrasi masih dalam proses menemukan

bentuknya di Asia Timur. Kita harus mendefinisikan arti demokrasi untuk benar-benar

membuatnya bekerja. Peran yang tidak signifikan dari inflasi bagi EAR diperkirakan karena

ambiguitas yang diberikannya.

VII. KESIMPULAN

Kami telah membuat kesimpulan sementara bahwa ekspor memimpin pertumbuhan

secara keseluruhan di Asia Timur Utara. Namun, penting untuk dicatat bahwa fase penyesuaian

Jepang terhadap keseimbangan jangka panjang cukup lambat dibandingkan Korea dan Cina.

Hal ini bisa menjadi batu sandungan dalam membentuk regionalisme di Asia Timur. Salah satu

tugas tersulit adalah tentang membuat negara-negara ini bergerak bersama dalam fase yang

sama, yang merupakan alasan perlunya keberlangsungan regionalisme.

Catatan: Signifikansi secara statistic diindikasikan oleh *(10%), **(5%), dan ***(1%)

Tabel V.10.Faktor Yang Mempengaruhi Keterbukaan

LOG (JALUR KERETA) 0.115860 2.059379**PAJAK -0.029831 -3.530943***DEMOKRASI -0.004282 -2.051852**TATA PEMERINTAHAN 0.257508 3.860438***INDUSTRI 0.049930 4.861010***LOG (POPULASI) 0.863634 2.154852**ANGKA PENDIDIKAN KASAR 0.011445 2.217493**INFLASI -0.001545 -0.441719R-squared 0.99251Adjusted R-squared 0.98975

Variabel Dependen: KETERBUKAAN

Variabel IndependenVariabel IndependenVariabel IndependenVariabel IndependenVariabel Independen KoefisienKoefisienKoefisienKoefisienKoefisien t-Statistict-Statistict-Statistict-Statistict-Statistic

Page 129: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

125Making East Asian Regionalism Works

Karena regionalisme merupakan istilah yang masih abstrak, penggunaan indeks RPL

menjadi sangat penting. Indeks RPL adalah proxy dari orientasi keluar dari suatu negara atau

dengan kata lain merupakan representasi dari regionalisme. Regionalisme dalam hal ini sejalan

dengan keterbukaan di mana regionalisme menciptakan pengaturan perdagangan yang

meliberalisasikan beberapa sektor dalam perekonomian. Simulasi ECM memberikan gambaran

yang jelas tentang bentuk keterbukaan saat ini berada dibawah keseimbangan. Hal ini

menunjukkan bahwa tren regionalisme masih jauh tertinggal. Ini agak menegaskan

ketidakefektifan dari perdagangan segitiga saat ini di Asia Timur Utara. Diharapkan bahwa

regionalisme dapat menghilangkan bias tersebut dalam perdagangan.

Lebih jauh lagi, karena negara-negara Asia Utara Timur memiliki perekonomian dalam

skala besar, pembangunan ekonomi secara substansial akan mempengaruhi negara-negara

tetangga di Asia Timur khususnya ASEAN-4. Hal ini ditunjukkan oleh sebagian besar

pertumbuhan Cina-Jepang-Korea yang mempengaruhi PDB ASEAN-4.

Dalam jangka pendek, terjadi sebuah kompetisi persaingan antara Cina dan ASEAN.

Namun, dalam jangka panjang regionalisme diharapkan akan mengakomodasi pertumbuhan

ekspor untuk Asia Timur secara keseluruhan. Dalam artian menciptakan integrasi di Asia Timur,

ada kebutuhan untuk mengatur mekanisme kelembagaan yang lebih formal untuk perdagangan.

Hal ini menjadi masuk akal bagi negara-negara saling bergantung tersebut di wilayah untuk

melembagakan proses integrasi ini secara de facto melalui pembentukan pengaturan regional

(Kawai, 2005). Pertumbuhan yang signifikan dari pasar Cina, Jepang dan Korea bagi ASEAN-4

akan kemudian berfungsi sebagai dasar bagi Single Wide FTA di Asia Timur. Pekerjaan rumah

berikutnya adalah untuk membentuk EAR kedepannya, tetapi apakah mungkin? Menggunakan

uji konvergensi, ditemukan bahwa ada masa depan bagi EAR. Temuan kuat seperti ini akan

menciptakan pandangan optimis bagi EAR. Namun mengetahui masa depan saja tidak cukup,

kita masih perlu mencari tahu jalan yang jelas untuk mencapai masa depan tersebut. Dan apakah

jalan itu? Dari simulasi data panel statis ditemukan bahwa infrastruktur fisik yang baik, tata

pemerintahan, inflasi, kebijakan perpajakan yang kompetitif, ukuran pasar yang cukup dan

trend industrialisasi merupakan faktor utama yang menjadi dasar fondasi pembangun EAR.

Sebagai penutup, EAR akan memungkinkan wilayah ini untuk menghadapi tantangan

globalisasi di masa depan dan tetap kompetitif di kancah internasional. Sebuah Asia Timur

yang terintegrasi akan menuntun pada kemajuan skala perekonomian dan pengembangan

jaringan produksi yang lebih lengkap. Lebih jauh lagi, Chia (2007) menyatakan bahwa EAR

bisa membantu perekonomian yang kurang berkembang dari Asia Timur yang jika sebaliknya

terjadi, perekonomian di wilayah ini diperkirakan akan semakin terpinggirkan karena mereka

tidak memiliki daya tarik pasar yang cukup besar dan kurangnya sumber daya negosiasi.

Page 130: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

126 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

Akamatsu, Kaname. (1935) «Wagakuni yomo kogyohin no susei [Trend of Japanese Trade in

Woolen Goods], Shogyo Keizai Ronso», Journal of Nagoya Higher Commercial School, Vol.

13, hal. 129-212.

Angrist, J. D, & Imbens, G. W. (1995) «Two-stage least squares estimation of average causal

effects in models with variable treatment intensity», Journal of the American Statistical

Association, Vol. 90, hal. 431-442.

Arellano, M. (1995) «On the testing of correlated effects with panel data», Journal of Econometrics,

Vol. 59, hal. 87--97.

Bernard, A. 2., & Durlauf, S. N. (1995) «Convergence in international output». Journal of Applied

Econometrics, Vol. 10, hal. 97√108.

Chan, Sarah and Chun-Chien Kuo. (2005) «Trilateral Trade Relations among China, Japan and

South Korea:Challenges and Prospects of Regional Economic Integration», Journal of East

Asia, Vol. 22, hal. 33-50.

Chia, Siow Yue. (2006) «ASEAN-China Economic Competition and Free Trade Area», Asian

Economic Papers, Vol. 4, hal. 109-147

ƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒ. (2007) ,Challenges and Configurations of a Region-wide FTA in East

Asia», FONDAD Conference.

Cohen, Benjamin J (1997) «The Political Economy of Currency Regions», in Helen Milner and

Edward Mansfield (eds) The Political Economy of Regionalism, New York: Columbia University

Press.....

Dollar, Davi4. (1992) «Outward Oriented Developing Economies Really Do Grow More Rapidly:

Evidence From 95 LDCs, 1976-85», Journal of Economic Development and Cultural Change,

Vol. 4, hal. 523-544.

Doraisami, Anita. (1996) Export Growth and Economic Growth: A Reexamination of Some

Time-Series Evidence of the Malaysian Experience «, Journal of Developing Areas, Vol. 30,

hal. 223-230.

Ekanayake, E.M. (1999) «Export and Economic Growth in Asian Developing Countries:

Cointegration and Error-Correction Models», Journal of Economic Development, Vol. 24,

hal. 43-56.

Engle, R.F. and 3.W.J. Granger. (1987) «Cointegration and Error Correction: Representation,

DAFTAR PUSTAKA

Page 131: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

127Making East Asian Regionalism Works

Estimation and Testing», Econometrica, Vol. 55, pp. 251-76.

Feng, Yi and Gaspare M. Genna. (2003) Regional integration and domestic institutional

homogeneity: a comparative analysis of regional integration in the Americas, Pacific Asia

and Western Europe», Review of International Political Economy, Vol. 10, hal. 223-230.

Frankel, Jeffrey A. and David Romer. (1999) «Does Trade Cause Growth?, The American Economic

Review, Vol. 89, hal. 379-399.

Harrison, Ann. (1996) «Openness and Growth: A Time Series, Cross Country Analysis for

Developing Countries», Journal of Development Economics, Vol.48, hal. 419-447.

Harvie, Charles and Hyun Hoon Lee. (2002) «New Regionalism in East Asia: How Does It Relate

to the East Asian Economic Development Model», University of Wollongong Department of

Economics, Working Paper Series.

Holst, David Roland and John Weiss. (2004) «ASEAN and China: Export Rival or Partners in

Regional Growth?», Blackwell Publishing Lt4.

Kaufmann, Daniel, Aart Kraay and Massimo Mastruzzi. (2003) «Governance Matters III:

Governance Indicators for 1996-2002», World Bank Policy Research Department Working

Paper.

Kawai, Masahiro, (2005) East Asian Economic Regionalism: Progress and Challenges, Asian

Economics, Vol. 16, hal. 29-55.

Kawai, Masahiro and Ganeshan Wignaraja. (2007) «Regionalism as an Engine of Multilateralism:

A Case for a Single East Asian FTA», ADB Working Paper series on Regional Economic

Integration no.14.

Love, Jim and Ramesh Chandra. (2004) «An Index of Openness and its Relationship with Growth

in India», The Journal of Developing Areas, Vol. 38, hal. 37-54

Milner Helen V and Keiko Kubota. (2005) «Why the Move to Free Trade? Democracy and Trade

Policy in the Developing Countries,» International Organization, Vol. 59, hal. 107-143.

Nachrowi,Djalal. (2007) «Ekonometrika Untuk Analisa Ekonomi dan Keuangan [Econometrics

for Economic and financial analysis]», Faculty of Economics University of Indonesia.

Oxley, L., & Greasley, 4. (1995) «A time-series perspective on convergence: Australia, UK and

USA since 1870». The Economic Record, Vol. 71, hal. 259√270.

Summers, R. and A. Heston. (1988) «A New Set of International Comparisons of Real Product

and Price Levels: Estimates for 130 Countries, 1950-1985», Review of Income and Wealth,

Vol. 34, hal. 1-25.

Stubbs, Richar4. (2002) «ASEAN PlusThree: emerging East Asian Regionalism?», Asian Survey,

Vol. 42, hal. 440-455.

Tamura, Robert. (1995) «Regional economies and market integration», Journal of Economic

Dynamics and Control, Vol. 20, hal. 825-845.

Page 132: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

128 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010

Urata, Shujiro and Kozo Kiyota. (2003) «The Impacts of an East Asia Free Trade Agreement on

Foreign Trade in East Asia», NBER Working Paper Series 10173, National Bureau of Economic

Research, Cambridge.

Yoshida, Tadahiro. (2004) «East Asian Regionalism and Japan», IDE APEC STUDY CENTER Working

Paper Series.

Watanabe, Yorizumi. (2008) «Economic Partnership Agreement (EPA) of Japan and Economic

Integration in Northeast Asia», Academic presentation, Graduate School of Media and

Governance, Keio University.

Xing, LI. (2007) «East Asian Regional Integration: From Japan-led ≈Flying-geese∆ to China-

centred ≈Bamboo Capitalism∆», ∆», ∆», ∆», ∆», CCIS Research Series Working Paper No.3.

Page 133: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

PETUNJUK PENULISAN

1. Naskah harus merupakan karya asli penulis (perorangan, kelompok atau institusi) yang tidak

melanggar hak cipta. Naskah yang dikirimkan, belum pernah diterbitkan dan tidak sedang

dikirimkan ke penerbit lain pada waktu yang bersamaan. Hak cipta atas naskah yang diterima,

TETAP menjadi hak penulis.

2. Setiap naskah yang disetujui untuk diterbitkan, akan mendapatkan kompensasi finansial

sebesar Rp 2.500.000,-.

3. Naskah dapat dikirimkan dalam bentuk softcopy (file). Sangat disarankan untuk mengirimkan

softcopy anda ke:

[email protected] (Cc. to: [email protected].)

Jika tidak memungkinkan, file tersebut dapat disimpan dalam disket atau CD dan dikirimkan

melalui pos ke alamat redaksi berikut:

BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN

Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter, Bank Indonesia

Gedung B, Lt. 20, JI. M. H. Thamrin No.2

Jakarta Pusat, INDONESIA Telpon: 62-21-3818202, Fax: 62-21-3800394

4. Naskah dibatasi.+ 25 halaman berukuran A4, spasi satu (1), font Times New Roman dengan

ukuran font 12.

5. Persamaan matematis dan simbol harap ditulis dengan mempergunakan Microsoft Equation.

6. Setiap naskah harus disertai abstraksi, maksimal satu (1) halaman ukuran A4. Untuk naskah

yang ditulis dalam bahasa Indonesia, abstraksi-nya ditulis dalam Bahasa Inggris, dan

sebaliknya.

7. Naskah harus disertai dengan kata kunci (Keyword) dan dua digit nomor Klasifikasi Journal

of Economic Literature (JEL). Lihat klasifikasi JEL pada, http:// www.aeaweb.org/journal/

jel_class_system.html.

8. Naskah ditulis dengan penyusunan BAB secara konsisten sebagai berikut,

Page 134: BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN - bi.go.id · PDF fileKASUS INDONESIA Amalia Adininggar Widyasanti 1 ... share, export product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export

130 Buletin Ekonomi, Moneter dan Perbankan, Juli 2010

I. JUDUL BAB

I.1. Sub Bab

I.1.1. Sub Sub Bab

9. Rujukan dibuat dalam footnote (catatan kaki) dan bukan endnote.

10.Sistem referensi dibuat mengikuti aturan berikut,

a. Publikasi buku:

John E. HankeJohn E. HankeJohn E. HankeJohn E. HankeJohn E. Hanke dan Arthur G. ReitschArthur G. ReitschArthur G. ReitschArthur G. ReitschArthur G. Reitsch, (1940), Business Forecasting, PrenticeHall, New

Jersey.

b. Artikel dalam jurnal:

Rangazas, Peter.Rangazas, Peter.Rangazas, Peter.Rangazas, Peter.Rangazas, Peter. ≈Schooling and Economic Growth: A King-Rebelo Experiment with

Human Capital∆, Journal of Monetary Economics, Oktober 2000,46(2), hal. 397-416.

c. Artikel dalam buku yang diedit orang lain: Frankel, Jeffrey A.Frankel, Jeffrey A.Frankel, Jeffrey A.Frankel, Jeffrey A.Frankel, Jeffrey A. dan Rose, Andrew K.Rose, Andrew K.Rose, Andrew K.Rose, Andrew K.Rose, Andrew K.

≈Empirical Research on Nominal Exchange Rates∆, dalam Gene Grossman dan Kenneth

Rogoff, eds., Handbook of International Economics. Amsterdam: North-Holland, 1995,

hal. 397-416.

d. Kertas kerja (working papers):

Kremer, MichaelKremer, MichaelKremer, MichaelKremer, MichaelKremer, Michael dan Chen, DanielChen, DanielChen, DanielChen, DanielChen, Daniel. ≈Income Distribution Dynamics with Endogenous

Fertility∆. National Bureau of Economic Research (Cambridge, MA) Working Paper

No.7530, 2000.

e. Mimeo dan karya tak dipublikasikan: Knowles, JohnKnowles, JohnKnowles, JohnKnowles, JohnKnowles, John. ≈Can Parental Decision Explain

U.S. Income Inequality?∆, Mimeo, University of Pennsylvania, 1999.

f. Artikel dari situs WEB dan bentuk elektronik lainnya: Summers, RobertSummers, RobertSummers, RobertSummers, RobertSummers, Robert dan HestonHestonHestonHestonHeston, Alan

W. ≈Penn World Table, Version 5.6∆ http:// pwtecon.unpenn.edu/, 1997.

g. Artikel di koran, majalah dan periodicals sejenis: Begley, Sharon.Begley, Sharon.Begley, Sharon.Begley, Sharon.Begley, Sharon. ≈Killed by Kindness∆,

Newsweek, April 12, 1993, hal. 50-56.

11.Naskah harus disertai dengan biodata penulis, lengkap dengan alamat, telepon, rekening

Bank dan e-mail yang dapat dihubungi. Disarankan untuk menulis biodata dalam bentuk

CV (curriculum vitae) lengkap.