KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA NY. S …
Transcript of KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA NY. S …
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA NY. S DENGAN
MASALAH KEPERAWATAN KETIDAKPATUHAN
PADA DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSI DI DESA
DARUNGAN LUMAJANG
Oleh:
LELI ANGGITA
NIM. 1801037
PROGRAM DIII KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATANKERTA CENDEKIA
SIDOARJO
2021
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA NY. S DENGAN
MASALAH KEPERAWATAN KETIDAKPATUHAN
PADA DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSI DI DESA
DARUNGAN LUMAJANG
Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar
Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep)
Di Politeknik Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo
Oleh:
LELI ANGGITA
NIM. 1801037
PROGRAM DIII KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KERTA CENDEKIA
SIDOARJO
2021
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Leli Anggita
NIM 1801037
Tempat, Tanggal Lahir : Lumajang, 20 Oktober 1999
Institusi : Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo
Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : “Asuhan Keperawatan
Lansia Ny. S Dengan Masalah Keperawatan Ketidakpatuhan Pada Diagnosa
Medis Hipertensi di Desa Darungan Lumajang ” adalah bukan Karya Tulis
Ilmiah orang lain baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk
kutipan yang telah disebutkan sumbernya.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi.
Sidoarjo, 03 Januari 2021
Yang Menyatakan,
LELI ANGGITA
(1801037)
Mengetahui,
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Ns. Meli Diana, S.Kep, M. Kes Elok Triestuning, S.Psi.Msi
(NIDN.0724098402) (NIDN.072801003)
i
LEMBAR PERSETUJUAN
Nama : Leli Anggita
Judul : “Asuhan Keperawatan Lansia Ny. S Dengan Masalah Keperawatan
Ketidakpatuhan Pada Diagnosa Medis Hipertensi di Desa Darungan
Lumajang ”
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah pada
tanggal: 03, Januari 2021
Oleh :
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Ns. Meli Diana, S.Kep, M.Kes Elok Triestuning, S.Psi.Msi
(NIDN.0724098402) (NIDN.0728018003)
Mengetahui,
Direktur
Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo
Agus Sulistyowati, S.Kep., M.Kes
(NIDN. 0703087801)
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah diuji dan disetujui oleh Tim Penguji pada sidang di Program D3
Keperawatan di Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo.
TIM PENGUJI
Tanda Tangan
Ketua Penguji : Ns. Riesmiyatiningdyah, S.kep.,M.Kes (… ........................... )
Anggota : 1. Elok Triestuting S.Psi.Msi (… ........................... )
2 .Ns. Meli Diana S.Kep.,M.Kes (… ........................... )
Mengetahui,
Direktur
Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo
Agus Sulistyowati, S.Kep., M.Kes
NIDN.0703087801
iii
MOTTO
Tidak ada kesuksesan melainkan dengan pertolongan allah
(Q.S Huud: 88)
Jangan menjelaskan dirimu kepada siapapun, karena yang menyukaimu
tidak butuh itu. Dan yang membencimu tidak percaya itu
( Ali bin Abi Thalib)
Mulailah dari tempatmu berada. Gunakan yang kau punya. Lakukan yang
kau bisa.
Berharaplah kebaikan meski ujianmu bertubi-tubi
(Ali bin Abi Thalib)
Siapapun bisa menjadi apapun
iv
PERSEMBAHAN
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini memerlukan bantuan dari berbagai
pihak. Maka untuk itu Karya Tulis Ilmiah ini saya persembahkan untuk:
1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya bagi kita
semua
2. Teruntuk Ibuku tercinta Juma’atin dan Ayahku tercinta Sarnawi, aku tidak
akan pernah lupa semua pengorbanan dan jerih payah yang engkau berikan
untukku agar dapat menggapai cita-cita dan semangat serta do’a yang kau
lantunkan untukku sehingga aku bisa sampai sekarang ini. Semoga kelak
aku bisa menjadi orang sukses dan bisa membahagiakanmu, terima kasih
ayah ibu untuk semuanya.
3. Kepada Dosen pembimbing karya tulis ilmiah ini Ns. Meli Diana,
S.Kep.,M.Kes dan Elok Triestuning, S.Psi.Msi yang selalu memberikan
motivasi untukku, selalu peduli dan perhatian, ucapa terima kasih yang tak
terhingga atas ilmu yang sangat bermanfaat bagiku
4. Teruntuk kakakku Evi Lestari terima kasih sudah membatu uang jajan,
uang kos semoga kelak bisa membalas semua yang telah di berikan
kepadaku
5. Sahabat-sahabatku seperjuangan yang tidak bisa saya sebutkan satu
persatu, terima kasih atas gelak tawa dan solidaritas yang luar biasa
sehingga membuat hari-hari semasa kuliah lebih berarti
6. Pihak-pihak yang turut berjasa dalam penyusunan karya tulis ilmiah yang
tidak bisa disebutkan satu persatu
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat-Nya sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
dengan judul “Asuhan Keperawatan Lansia Ny. S Dengan Masalah
Keperawatan Ketidakpatuhan Pada Diagnosa Medis Hipertensi di Desa
Darungan Lumajang ”ini dengan tepat waktu sebagai persyaratan akademik
dalam menyelesaikan Program D3 Keperawatan di Politeknik kesehatan Kerta
Cendekia Sidorajo.
Penulis Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan
berbagai pihak, untuk itu kami mengucapaka banyak terima kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan rahmat-Nya sehingga
Karya Tulis Ilmiah ini selesai dengan baik
2. Orang tua tercinta yang selalu mendukung dan mendoakan sehingga
semua bisa berjalan dengan lancar.
3. Agus Sulistyowati, S.Kep., M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kerta Cendekia Sidoarjo.
4. Ns. Meli Diana, S.kep.,Mkes selaku pembimbing 1 dalam pembuatan
Karya Tulis Ilmiah.
5. Elok Triestuning, S.Psi. Msi selaku pembimbing 2 dalam pembuatan
Karya Tulis Ilmiah.
6. Pihak – pihak yang turut berjasa dalam dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini yang tidak bisa disebutkan satu – persatu.
Penulis sadar bahwa Karya Tulis Ilmiah ini belum mencapai kesempurnaan,
sebagai bekal perbaikan, penulis akan berterima kasih apabila para pembaca
berkenan memberikan masukan, baik dalam bentuk kritikan maupun saran demi
kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi para pembaca dan bagi
keperawatan.
Sidoarjo, 03 Januari 2021
Leli Anggita
vi
DAFTAR ISI
Sampul Depan .....................................................................................................
Lembar Judul ......................................................................................................
Surat Pernyataan ................................................................................................ i
Lembar Persetujuan ........................................................................................... ii
Halaman Pengesahan ....................................................................................... iii
Motto ................................................................................................................ iv
Persembahan ..................................................................................................... v
Kata Pengantar ................................................................................................. vi
Daftar Isi ......................................................................................................... vii
Daftar Gambar .................................................................................................. ix
Daftar Tabel ...................................................................................................... x
Daftar Lampiran ............................................................................................... xi
BAB 1 PENDAHULUAN ……………………………………………………
1.1. Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................... 4
1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 4
1.4. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 5
1.5. Metode Penulisan ....................................................................................... 5
1.5.1. Metode Penelitian ......................................................................... 5
1.5.2. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 6
1.5.3. Sumber Data ................................................................................. 6
1.5.4. Studi Kepustakaan ........................................................................ 6
1.6. Sistematika Penulisan Metode ................................................................... 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………..
2.1. Konsep Penyakit ........................................................................................ 8
2.1.1. Pengertian ..................................................................................... 8
2.1.2. Etiologi ......................................................................................... 8
2.1.3. Manifestasi Klinis ....................................................................... 12
2.1.4. Klasifikasi ................................................................................... 13
2.1.5. Patofisiologi ................................................................................ 14
2.1.6. Penatalaksanaan .......................................................................... 16
2.1.7. Pemeriksaan Penunjang .............................................................. 18
2.1.8. Komplikasi .................................................................................. 29
2.1.9. Dampak Masalah ........................................................................ 20
2.2. Konsep Gerontik ...................................................................................... 20
2.2.1. Pengertian ................................................................................... 20
2.2.2. Klasifikasi Lansia ....................................................................... 21
2.2.3. Ciri-ciri Lansia ............................................................................ 21
2.2.4. Perubahan Pada Lansia ............................................................... 23
2.3. Konsep Asuhan Keperawatan .................................................................. 28
2.3.1. Pengkajian .................................................................................. 28
2.3.2. Diagnosa Keperawatan ............................................................... 36
vii
2.3.3. Rencana Keperawatan ................................................................ 36
2.3.4. Implementasi Keperawatan ........................................................ 41
2.3.5. Evaluasi ...................................................................................... 42
2.3.6. Kerangka Masalah ..................................................................... 45
BAB 3 TINJAUAN KASUS .............................................................................
3.1 Pengkajian ................................................................................................. 46
3.1.1 Identitas ............................................................................................. 46
3.1.2 Riwayat Kesehaan Saat ini ................................................................ 46
3.1.3 Riwayat Kesehatan Dahulu ............................................................... 47
3.1.4 Riwayat Keluarga .............................................................................. 48
3.1.5 Riwayat Pekerjaan ............................................................................. 48
3.1.6 Riwayat Lingkungan Hidup .............................................................. 49
3.1.7 Riwayat Rekreasi ............................................................................... 49
3.1.8 Sumber atau Sistem Pendukung ........................................................ 50
3.1.9 Obat-obatan ....................................................................................... 50
3.1.10 Nutrisi .............................................................................................. 51
3.1.11 Tinjauan Sistem ............................................................................... 55
3.1.12 Pengkajian Fungsioal Klien ............................................................ 56
3.1.13 Barthel Indekz ................................................................................. 57
3.1.14 Pengkajian Status Mental Gerontik ................................................. 58
3.2 Analisa Data .............................................................................................. 60
3.3 Format Skoring dan Prioritas Masalah ...................................................... 61
3.4 Rencana Tindakan Keperawatan ............................................................... 63
3.5 Implementasi Keperawatan ....................................................................... 66
3.6 Catatan Perkembangan .............................................................................. 70
3.7 Evaluasi Keperawatan ............................................................................... 72
BAB 4 PEMBAHASAN ....................................................................................
4.1. Pengkajian ................................................................................................ 74
4.2. Diagnosa Keperawatan ............................................................................ 87
4.3. Intervensi Keperawatan............................................................................ 87
4.4. Implementasi Keperawatan ...................................................................... 88
4.5. Evaluasi Keperawatan .............................................................................. 89
BAB 5 PENUTUP..............................................................................................
5.1 Simpulan ................................................................................................... 90
5.2 Saran.......................................................................................................... 91
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 92
viii
DAFTAR GAMBAR
No Gambar Judul Gambar Hal
Gambar 2.1 Kerangka Masalah Hipertensi ................................................. 44
Gambar 2.2 Genogram Ny. S Dengan Diagnosa Medis Hipertensi di Desa
Darungan Lumajang ..................................................................................... 46
ix
DAFTAR TABEL
No Tabel Judul Tabel Hal
2.1 Derajat Hipertensi ...................................................................................... 10
2.2 Faktor Resiko dan Target Organ Penderita Hipertensi .............................. 11
2.3 Nyeri Akut berhubungan dengan Peningkatan Tekanan Vaskuler Serebral
dan Iskemia ...................................................................................................... 25
2.4 Keletihan berhubungan dengan Tidak Mampu Mempertahankan Rutinitas
yang Biasanya .................................................................................................. 27
2.5 Ketidakpatuhan berhubungan dengan Ketidakefektifan Informasi
Pengobatan ....................................................................................................... 28
2.6 Defisiensi Pengetahuan berhubungan dengan Sumber Pengetahuan ......... 30
2.7 Indekz Kemandirian pada Aktivitas Kehidupan Sehari-hari pada Ny. S dengan
Diagnosa Medis Hipertensi di Desa Darungan Lumajang ............................... 54
2.8 Barthel Indekz pada Ny. S dengan Diagnosa Medis Hipertensi di Desa
Darungan Lumajang ......................................................................................... 55
2.9 Pengkajian Status Mental Gerontik pada Ny. S dengan Diagnosa Medis
Hipertensi di Desa Darungan Lumajang .......................................................... 56
2.10 Analisa Data pada Ny. S dengan Diagnosa Medis Hipertensi ................. 57
2.11 Format Skoring dan Prioritas Masalah ..................................................... 59
2.12 Rencana Tindakan Keperawatan pada Ny. S dengan Diagnosa Medis
Hipertensi ......................................................................................................... 61
2.13 Implementasi Keperawatan pada Ny. S dengan Diagnosa Medis
Hipertensi ......................................................................................................... 64
2.14 Catatan Perkembangan pada Ny. S dengan Diagnosa Medis Hipertensi. 68
2.15 Evaluasi Keperawatan pada Ny. S dengan Diagnosa Medis Hipertensi .. 71
x
DAFTAR LAMPIRAN
No Lampiran Judul Lampiran Hal
Lampiran 1 Lembar Infrom Consent ........................................................... 94
Lampiran 2 Satuan Acara Penyuluhan ......................................................... 97
Lampiran 3 Leaflet Penyuluhan ................................................................... 105
Lampiran 4 Lembar Konsultasi.................................................................... 106
xi
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastoliknya 90 mmHg. Hipertensi
tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jatung, tetapi juga
menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah
dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya. (Sylvia A.price,
2015). Hipertensi pada lansia yaitu hipertensi sistolik terisolasi (HST),
meningkatnya tekanan sistolik menyebabkan besarnya kemungkinan
timbulnya kejadian stroke dan infark miokard walaupun tekanan
diastoliknya dalam batas normal (isolated systolic hypertension) (Siti
Widyaningrum, 2012). Hipertensi yaitu suatu gejala penyakit degenerative
kardiovaskuler yang banyak di alami oleh lansia dan belum di ketahui
dengan pasti apa itu penyebabnya. Fenomena yang terjadi dikalangan
masyarakat yaitu masyarakat menganggap penyakit hipertensi disebabkan
karena sering marah dan banyak mengkonsumsi garam berlebihan.
Masyarakat percaya bahwa hanya dengan memakan mentimun saja
penyakit hipertensi akan atau sembuh tanpa harus kontrol kedokter dan
minum obat sesuai dengan anjuran dokter (Tatik Mulyati, 2014) .
Data World Health Organizatio (WHO) pada tahun 2019 hipertensi
terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun
1
2
(45,3%), umur 55-64 tahun (52,2%). Dari prevelensi darah tinggi sebesar
34,1% diketahui sebesar 8,8% terdiagnosis hipertensi dan 13,3% orang
yang terdiagnosi tida minum obat serta 32,3% tidak rutin minum obat.
Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, terdapat prevelensi hipertensi
berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia >18 tahun sebesar
34,1%, tertinggi di Kalimantan Selatan (44.1%), sedangkan terendah di
Papua sebesar (22,2%). Estimasi jumlah kasus darah tinggi di Indonesia
sebesar 63.309.620 orang, sedangkan angka kematian di Idonesia akibat
darah tinggi sebesar 427.218 kematian. Jawa Timur persentase pada tahun
2018 penderita hipertensi perempuan lebih banyak sebesar 60,4%
sedangkan laki-laki sebesar 39,6%. Berdasarkan data yang didapatkan
pencapaian penderita hipertensi atau darah tinggi di Lumajang pada tahun
2016 sebesar 20.578 penderita atau 9.55%.
Sebenarnya, hipertensi dibedakan menjadi dua penyebabnya.
Pertama, hipertensi primer yang belum di ketahui penyebabnya. Kedua,
hipertensi sekunder adalah hipertensi yang diakibatkan penyakit lain.
Namun, beberapa factor eksternal, semisal kegemukan (obesitas), gaya
hidup yang tidak aktif (malas olahraga), stress, alkohol, atau garam dalam
makanan bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang yang memiliki
kepekaan menurun (M. Adib, 2012) . Selain itu, stress cenderung
menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu. Resiko
terjadinya darah tinggi akan meningkat seiring bertambahnya usia yang
berkisar 2 dari 3 orang berusia 75 tahun akan di prediksi mengidap darah
tinggi. Darah tinggi pada lansia berkaitan dengan penuaan. Karena, tubuh
3
akan mulai menyusut disebabkan berkurangnya jumlah sel-sel yang ada
dalam tubuh yang berakibat tubuh bisa mengalami penurunan fungsi secara
perlahan. Proses penuaan ini menimbulkan berbagai penyakit. Penyakit ini
disebabkan oleh organ-organ tubuh yang mengalami proses penuaan dan
penurunan fungsi. Karena itulah menjadi rentan terhadap timbulnya
penyakit degenerative salah satunya yaitu hipertensi. Semakin umur
seseorang, tekanan darah semakin bertambah. Lansia dengan darah tinggi
tetap berisiko mendapati komplikasi yaitu stroke, penyakit jantung,
kerusakan ginjal, diabetes dan penyakit yang berbahaya lainnya.
Darah tinggi perlu dideteksi sejak dini yaitu dengan pemeriksaan
tekanan darah secara berkala, sehingga peran perawat sangat dibutuhkan
untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kekambuhan yang lebih lanjut.
Adapun peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dan
mencegah kekambuhan serta komplikasi penyakit hipertensi melalui upaya
promotif yaitu melalui program promosi kesehatan seperti penyuluhan
yang dilakukan di posyandu lansia. Upaya preventif yang dapat dilakukan
oleh perawat yaitu menyarankan agar menjaga pola makan seperti
mengurangi garam berlebihan, berhenti minum alcohol, merokok,
menghindari setres berat. Upaya kuratif seperti menganjurkan keluarga
untuk berobat ke pukesmas dan minum obat antihipertensi secara teratur
(Rusdinah, 2017). Jika penderita hipertensi diberikan obat oral, peran
perawat yaitu diberikan sesuai dosis dan menjadwalkan pasien untuk
minum obat secara teratur.
4
1.2 Rumusah Masalah
Untuk mengetahui lebih lanjut dari perawatan penyakit ini maka
penulis akan melakukan kajian lebih lanjut dengan melakukan asuhan
keperawatan Hipertensi dengan membuat rumusan masalah sebagai berikut
“Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Lansia Ny. S Dengan Masalah
Keperawatan Ketidakpatuhan Pada Diagnosa Medis Hipertensi di Desa
Darungan Lumajang
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengidentifikasi asuhan keperawatan Lansia Ny. S Dengan Masalah
Keperawatan Ketidakpatuhan Pada Diagnosa Medis Hipertensi di Desa
Darungan Lumajang
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengkaji Lansia Ny. S Pada Diagnosa Medis Hipertensi di Desa
Darungan Lumajang
1.3.2.2 Merumuskan diagnosa keperawatan pada lansia Ny. S dengan diagnose
medis hipertensi di Desa Darungan, Lumajang
1.3.2.3 Merencanakan asuhan keperawatan pada lansia Ny. S dengan diagnose
medis hipertensi di Desa Darungan, Lumajang
1.3.2.4 Melaksanakan asuhan keperawatan pada lansia Ny. S dengan diagnose
medis hipertensi di Desa Darungan, Lumajang
1.3.2.5 Mengevaluasi lansia Ny. S dengan diagnose medis hipertensi di Desa
Darungan, Lumajang
5
1.3.2.6 Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada lansia Ny. S dengan
diagnosa medis hipertensi di Desa Darungan, Lumajang
1.4 Manfaat
Bagian ini berisi uraian manfaat penelitian tentang hipertensi,
yang sangat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan yang
dapat dimanfaatkan oleh ilmu lain untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi terutama di bidang Kesehatan
Hasil penelitian dapat dimanfaatkan oleh:
1.4.1 Bagi institusi Pendidikan, sebagai masukan untuk penyusunan
kebijakan
1.4.2 Bagi instansi terkait
1.2.3 Bagi responden, misalnya dapat diterapkan dalam keluarga atau
sebagai bahan penyuluhan Kesehatan kepada masyarakat
1.4.4 Bagi ilmu keperawatan difokuskan pada peningkatan kualitas
asuhan keperawatan, perkembangan IPTEK dan untuk pengembangan
profesi keperawatan
1.5 Metode Penulisan
1.5.1 Metode
Metode deskriptif yaitu metode yang sifatnya
mengungkapkan peristiwa atau gejala yang terjadi pada waktu
sekarang yang meliputi studi kepustakaan yang mempelajari,
mengumpulkan, membahas data dengan studi pendekatan proses
keperawatan dengan langkah-langkah pengkajian, diagnosis,
perencanaan, dan evaluasi.
6
1.5.2 Teknik Pengumpulan Data
1.5.2.1 Wawancara
Data diambil atau diperoleh melalui percakapan baik
dengan klien, keluarga maupun tim kesehatan lain.
1.5.2.2 Observasi
Data yang diambil melalui pengamatan kepada klien.
1.5.2.3 Pemeriksaan
Meliputi pemeriksaan fisik dan laboratorium yang dapat
menunjang menegakkan diagnosa dan penanganan selanjutnya.
1.5.2.4 Sumber Data
1.5.2.4.1 Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari klien.
1.5.2.4.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari keluarga
atau orang terdekat klien, catatan medik perawat, hasil-hasil
pemeriksaan dan tim kesehatan lain.
1.5.4 Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan yaitu mempelajari buku sumber yang
berhubungan dengan judul studi kasus dan masalah yang
dibahas.
1.6 Sistematika Penulisan
Supaya lebih jelas dan lebih mudah dalam mempelajari
dan memahami studi kasus ini, secara keseluruhan dibagi
menjadi tiga bagian yaitu :
7
1.6.1 Bagian awal, memuat halaman judul, persetujuan pembimbing,
pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi.
1.6.2 Bagian inti, terdiri dari lima bab yang masing-masing bab terdiri
dari sub bab berikut ini :
Bab 1 : Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, tujuan,
manfaat penelitian, sistematika penulisan studi kasus.
Bab 2 : Tinjauan pustaka, berisi tentang konsep penyakit dari sudut
medis dan asuhan keperawatan klien dengan diagnosa
Hipertensi serta kerangka masalah.
Bab 3 : Tinjauan kasus berisi tentang diskripsi data hasil
pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.
Bab 4 : Pembahasan berisi tentang perbandingan antara teori
dengan kenyataan yang ada di lapangan.
Bab 5 : Penutup, berisi tentang simpulan dan saran.
1.6.3 Bagian akhir, terdiri dari daftar pustaka dan lampiran.
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab 2 akan diuraikan secara teoritis mengenai konsep penyakit
dan asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertensi. Konsep dasar penyakit
akan diuraikan definisi, etiologi, dan cara penanganan secara medis. Konsep
dasar keperawatan akan diuraikan masalah-masalah yang muncul pada
penyakit Hipertensi dengan melakukan asuhan keperawatan terdiri dari
pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
2.1 Konsep Dasar Penyakit
2.1.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya
140 mmHg atau tekanan diastoliknya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya
beresiko tinggi menderita penyakit jatung, tetapi juga menderita penyakit lain
seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan
darah, makin besar resikonya. (Sylvia A.price, 2015).
Hipertensi pada lansia yaitu hipertensi sistolik terisolasi (HST),
meningkatnya tekanan sistolik menyebabkan besarnya kemungkinan timbulnya
kejadian stroke dan infark miokard walaupun tekanan diastoliknya dalam batas
normal (isolated systolic hypertension) (Siti Widyaningrum, 2012).
2.1.2 Etiologi dan Faktor Resiko
Berdasarkan penyebabnya hipertensi di bagi menjadi dua golongan:
2.1.2.1 Hipertensi Primer (Esensial)
8
9
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya.
Factor yang mempengaruhinya yaitu: genetic, lingkungan,
hiperaktifitas saraf simpatis sistem rennin. Angiotensin dan
peningkatan Na + Ca intraseluler. Factor-faktor yang
meningkatkanresiko: obesitas, merokok, alcohol dan polisetamia.
(Nurarif& Kusuma, 2015)
Seiring dengan bertambahnya usia, elastisitas dinding pembuluh darah
semakin menurun. Demikian pula dengan jenis kelamin, laki-laki
memiliki resiko hipertensi di bandingkan pada wanita. Hal ini berkaitan
dengan adanya hormone estrogen pada wanita yang berkontribusi pada
kelenturan pembuluh darah. Penurunan produksi hormone estrogen
pada usia menoupose membuat resiko pada wanita juga meningkat.
(Yasmara, Deni dkk, 2016)
2.1.2.2 Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder merupakan dampak dari penyakit tertentu. Angka
kejadiannya berkisar antara 10-20% saja. Beberapa kelainan yang dapat
menimbulkan hipertensi sekunder:
1) Glomerulosnefritisakut. Hipertensi terjadi secara tiba-tiba dan
memburuk dengan cepat.
2) Sindromnefrotik. Penyakit ini bersifat lambat dan menimbulkan
gejala klinis sindrom nefrotik seperti proteinuria berat,
hippoproteinemia, dan edema yang berat.
3) Pielonefritis. Peradangan pada ginjal ini sering disertai dengan
kelainan struktur bawaan ginjal atau juga pada batu ginjal.
10
4) KimmeltStiel-Wilson. Penyakit pada ginjal ini merupakan
komplikasi dari penyakit diabetes militus yang berlangsung lama.
5) Hipertensirenovaskular. Hipertensi ini disebabkan oleh adanya lesi
pada arteri renalis. (Yasmara, Deni dkk, 2016)
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas:
1) Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar 140
mmHg dan / atau tekanan diastolic sama atau lebih besar dari 90
mmHg.
2) Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari
160 mmHg dan tekanan diastoliknya lebih rendah dari 90 mmHg.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan-perubahan pada:
1) Elastisitas dinding aorta menurun.
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah hal ini terjadi karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perier untuk oksigenasi.
5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
11
Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan yaitu:
Table 2.1 Derajat hipertensi
No Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik
(mmHg)
1. Optimal <120 <80
2. Normal 120-129 80-84
3. High Normal 130-139 85-89
4. Hipertensi
Grade 1 (ringan) 140-159 90-99
Grade 2 (sedang) 160-179 100-109
Grade 3 (berat) 180-209 100-119
Grade 4 (sangatberat) >210 >120
(Nurarif& Kusuma, 2015)
2.1.2.3 Faktor resiko dan target organ penderita hipertensi
Table 2.2 Faktor Resiko dan target organ penderita hipertensi
Factor resiko Target organ yang dapat
mengalami kerusakan
Perokok Penyakit jantung (angina, gagal
jantung)
Dislepedemia Stroke
Diabetes Nefropati
Usia > 60 tahun Retinopati
12
Jenis kelamin: pria dan wanita
pascamenopouse
Riwayat penderita (yang memiliki
Riwayat penyakit jantung). Wanita
<65 tahun, pria <55 tahun.
(Syamsudin, 2011)
1.1.3 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi:
2.1.3.1 Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak berukuran.
2.1.3.2 Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai
hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis.
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu:
1) Mengeluh sakit kepala, pusing
2) Lemas, kelelahan
3) Sesak nafas
4) Gelisah
13
5) Mual, muntah
6) Epistaksis
7) Kesadaran menurun (Nurarif& Kusuma, 2015)
2.1.4 Klasifikasi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi juga dapat diklasifikasikan
menjadi hipertensi primer dan hipertensi sekunder.
2.1.4.1 Hipertensi primer
Hipertensi primer atau hipertensi esensial ini merupakan jenis hipertensi
yang tidak di ketahui penyebabnya. Ini merupakan jenis hipertansi yang paling
banyak yaitu 90-95% dari insidensi hipertensi secara keseluruhan. Hipertensi
primer ini sering tidak disertai dengan gejala dan biasanya gejala baru muncl
saat hipertensi sudah berat atau sudah menimbulkan komplikasi. Hal inilah
yang kemudian menyebabkan hipertensi dijuluki sebagai silent killer.
2.1.4.2 Hipertensi sekunder
Jumlah hipertensi sekunder hanya sekitar 5-10% dari kejadian hipertensi
secara keseluruhan. Hipertensi jenis ini merupakan dampak sekunder dari
penyakit tertentu. Berbagai kondisi yang dapat menyebabkan hipertensi antara
lain penyempitan arteri renalis, penyakit parenkim ginjal, hiperardosteron
maupun kehamilan. Selain itu, obat-obatan tertentu juga bisa menjadi pemicu
hipertensi sekunder
Hipertensi primer maupun sekunder memiliki potensial untuk menjadi
hipertensi berat atau dengan pula sebagai krisis hipertensi. Angka kejadian
krisi hipertensi di Amerika berkisar 2-7% pada populasi penderita hipertensi
yang tidak melakukan pengobatan secara teratur. Sedangkan seiring perbaikan
14
penanganan yang dilakukan, angka kejadiannya menurun hingga tinggal 1%
saja. Sayangnya kejadian krisis hipertensi di Indonesia hingga saat ini masih
belum ada laporan mengenai hal tersebut. (Yasmara, Deni dkk, 2016).
2.1.5 Patofisiologi
Tekanan darah merupakan hasil interaksi antara curah jantung (cardiac
out put) dan derajat dilatasi kontruksi arteriola (resistensi vascular
sistemik).Tekanan darah arteri dikontrol dalam waktu singkat oleh baroreseptor
arteri yang mendeteksi perubahan tekanan pada arteri utama, dan kemudian
melalui mekanisme umpan balik hormonal menimbulkan berbagai variasi
respons tubuh seperti frekuensi denyut jantung, kontraksi otot jatung, kontraksi
otot polos pada pembuluh darah dengan tujuan mempertahankan tekanan darah
dalam batas normal. Baroreseptor dalam komponen kardiovaskuler tekanan
rendah, seperti vena, atrium dan sirkulasi pulmonary, memainkan peranan
penting dalam pengaturan hormonal volume vascular. Penderita hipertensi
dipastikan mengalami peningkatan salah satu atau kedua komponenini, yakni
curah jantung dan atau resistensi vascular sistematik. (Yasmara, Deni dkk,
2016).
Saat hipertensi bertambah berat dan jantung mulai mengalami
pembesaran, curah jantung mengalami penurunan secara progresif meskipun
belum terdapat tanda-tanda gagal jantung. Hal ini disebabkan resistensi perifer
semakin tinggi dan kecepatan ejeksi ventrikel kiri semakin menurun
.penurunan curah jantung ini akan menyebabkan gangguan perfusi ke organ
tubuh, terutama ginjal. Kondisi ini berdampak penurunan volume ekstrasel dan
perfusi ginjal ini akan mengaktivasi system rennin angiostensin. Renin yang
15
dikeluarkan oleh ginjal ini akan merangsang angiotensinogen untuk
mengeluarkan angiotensionogen I (AI) yang bersifat vasokonstriktor lemah.
Adanya angiotensin I pada peredaran darah akan memicu pengeluaran
angiotensin converting enzym (ACE) di endothelium pembuluhparu. ACE ini
kemudian akan mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II (AII) yang
merupakan vasokonstriktor kuat sehingga berpengaruh pada sirkulasi tubuh
secara keseluruhan. Selain sebagai vasokonstriktor kuat, AII memiliki efek lain
yang pada akhirnya meningkatkan tekanan darah. Dampak yang timbul oleh
AII antara lain hipertrofi jantung dan pembuluh darah, stimulasi rasa haus,
memicu produksi oldesteron dan anti-diuretic hormone (ADH) (Yasmara, Deni
dkk, 2016)
Rennin diekskresikan sebagai respons tubuh terhadap beberapa kondisi
diantaranya stimulasi system saraf simpatik, hipotensi, dan penurunan asupan
natrium. Kemudian rennin akan menginduksikan angiotensinogen untuk
berubah menjadi angiotensi I (AI). Angiotensin converting enzyme (ACE) yang
dihasilkan oleh endothelium pembuluh darah paru mengubah AI
menjadiangiotensin II (AII). Peningkatan tekanan darah sebagai dampak dari
adanya AII ini terjadi melalui dua cara utama yaitu efek fasokontruksi dan
perangsangan kelenjar adrenal. Vasokontruktoryaitu AII menebabkan
vasokontruksi baik pada arteriol maupun vena. Kontruksi arteriol akan
meningkat tahanan perifer sehingga membutuhkan usaha jantung lebih besar
dalam melakukan pemompaan. sedangkan pada vena dampak , tetapi sudah
mampu menimbulkan peningkatan aliran balik darah vena ke jantung.
Perangsangan kelenjar endokrin yaitu AII merangsang kelenjar adrenal untuk
16
mengeluarkan hormone aldosteron, hormone inibekerja pada tubulus distal
nefron. Dampak dari keberadaan hormone aldesteron ini adalah peningkatan
penyerapan kembali air dan NACl oleh tubulus distal nefron. Hal ini akan
mengurangi pengeluaran garam dan air melalui ginjal. Kondisi ini membuat
volume darah meningkat yang diikuti pula dengan peningkatan tekanan darah.
Berat ringannya gejala hipertensi sendiri sangat di pengaruhi oleh seberapa
banyak dan seberapa vital organ yang terkena dampak dari penurunan perfusi
darah akibat tingginya resisitensi sistemik tersebut.
2.1.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan
menggunakan obat-obatan atau pun dengan memodifikasi gaya hidup.
Sebagian besar pasien memerlukan obat anti hipertensi seumur hidup
dengan obat tunggal maupun kombinasi lebih dari satu obat. Pedoman
penatalaksanaan hipertensi sangat diperlukan oleh para dokter untuk
mencegah terjadinya komplikasi kardio-serebrovaskuler (Yenny, 2016).
Modifikasi gaya hidup dapat dilakukan dengan membatasi asupan
garam, menurunkan berat badan, menghindari minuman berkafein,
rokok dan minuman beralkohol. Olahraga juga di anjurkan bagi
penderita hipertensi (Soenarta, dkk., 2015)
2.1.6.1 Terapi non farmakologi
Terapi nonfarmakologi digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi
ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi
nonfarmakologi meliputi:
17
2.1.6.1.1 Diet
1) Mengurangi makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi
2) Retriksi garam secara moderat dari 10gr/hr menjadi 5gr/hr
3) Penurunan berat badan
4) Diet tinggi kalium
5) Makanan dan minuman dalam kaleng
6) Mengurangi konsumsi alcohol dan merokok (Depkes, 2014)
2.1.6.1.2 Latihan fisik
Latihan fisik atau olahraga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi seperti lari, jongging, bersepeda, berenang dan lain-
lain. Lama latihan berkisar 20-15 menit.
2.1.6.2 Terapi farmakologi
Obat-obatan anti hipertensi menurut Muttaqin. A (2012)
Dapat digunakan sebagai obat tunggal atau di campur dengan obat lain.
Klasifikasi obat hipertensi yaitu sebagai berikut:
1) Diuretic: diberikan dengan tujuan agar memacu aktivitas keluaran
natrium dan air melewati ginjal. Penggunaanya harus dilakukan secara
ahti-hati karena efek sampingnya bisa menyebabkan terjadinya
hyponatremia dan hipokalemia, seperti chlorthalidone lasix,
Aldoctone, Drenium diuretic
2) Penghambat enzim mengubah angiotensin II atau inhibitor ACE
(Angiotensin Converting Enzym)
18
3) Antagonis (penyekat) reseptor beta (B-Blocker), terutama penyekat
selektif, bekerja pada reseptor beta di jantung untuk menurunkan
kecepatan denyut dan curah jantung.
4) penyemburan darah oleh ventrikel. O bat ini berfungsi untuk
memperbaiki pengosongan ventrikel serta peningkatan kapasitas vena
sehingga tekanan pengisian ventrikel kiri dapat di turunkan.Terapi
vasodilator: obat-obatan fasoaktif ini digunakan untuk mengurangi
adanya tekanan terhadap
2.1.7 PemeriksaanPenunjang
2.1.7.1 PemeriksaanLaboratorium
1) Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko
seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
2) BUN / keratin: memberikan informasi tentang perfusi/fungsi
ginjal.
3) Glucose: hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
4) Urinalisa: darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi
ginjal dan ada DM.
2.1.7.2 CTScan: mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
2.1.7.3 EKG: dapatmenunjukanpolaregangan, dimana luas, peninggian
gelombang p adalah salah satu tanda dini penyakit jantung
hipertensi
19
2.1.7.4 IUP: mengindentifikasikan penyebab hipertensi seperti: batu
ginjal, perbaikan ginjal
2.1.7.5 Photo dada: menunjukkan destruksi kalsifikasi pada area katup,
pembesaran jantung (Nurarif& Kusuma, 2015).
2.1.8 Komplikasi
2.1.8.1 Stroke
Stroke dapat terjadi karena hemorogi akibat tekanan darah
tinggi di otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain
otak ang terpajan tekanan tinggi. stroke dapat terjadi pada penyakit
hipertensi kronis, apabila arteri yang memperdarai otak mengalami
hipertrofi dan penebalan.
2.1.8.2 Gagal jantung
Tekan darah yang tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih
berat untuk memompa darah. Kondisi ini berakibat otot jantung akan
menebal dan meregang sehingga daya pompa oto menurun. Pada
akhirnya, terjadi kegagalan kerja otot jantung (Yuli, 2018).
2.1.8.3 Gagal ginjal
Gagal ginjal bisa terjadi sebab kerusakan progresif akibat
tekanan tinggi pada kapiler glomerulus gijal. Denganrusaknya
glomerulus, aliran darah kenefron akan terganggu dan dapat berlanjut
menjadi kematian dan hipoksik (Bianti Nuraini, 2015)
2.1.8.4 Enselopati
Terjadi, terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang
meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan yang sangattinggi pada
20
kelainan ini menyebabkan peningkatan kapiler dan mendorong cairan
keruangan intersistil di seluruh susunan saraf pusat (Aspiani, R.Y,
2014).
2.1.8.5 Kejang
Bisa terjadi pada wanita preeklamasia. Bayi yang lahir mungkin
memiliki berat badan yang kecil akibat perfusi plasenta yang tidak
adekuat, kemudian dapat mengalami hipoksia dan asidosis jika ibu
mengalami kejang selama bisa juga sebelum persalinan.
(Aspiani, R.Y, 2014)
2.1.9 Dampak Masalah
Dampak ekonomi pengobatan hipertensi sebagai upaya
penanggulangan kondisi kesehatan yang berhubungan dengan obesitas
dapat menyebabkan peningkatan beban ekonomi pada system perawatan
pengusaha keluarga individu termasuk pada peningkatan biaya yang harus
dikeluarkan untuk pengobatan hipertensi.selain itu dampak juga dapat
menyebabkan derajat Kesehatan sumber daya menurun (Wulan sari, 2016)
2.2 Konsep Lansia
2.2.1 Pengertian Lansia
Menurut WHO, lansia menurut seseorang yang telah memasuki usia 60
tahun keatas. Lansia adalah kelompok umur pada manusia yangtelah
memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang
dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging
Process atau proses penuaan.
21
Seseorang dikatakan lansia apabila berusia 60 tahun lebih, karena factor
tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik secara jasmani,
rohani maupun social (Nugroho, 2012).
2.2.2 Klasifikasi Lansia
Menurut Depkes RI (2013) klasifikasi lansia terdiri dari
1) Pra lansia yaitu seseorang yang berusia 45-59 tahun
2) Lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
3) Lansia resiko tinggi adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
dengan masalah kesehatan
4) Lansia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan
dan kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa
5) Lansia tidak potensial adalah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,
sehingga hidupnya tergantung pada bantuan orang lain
2.2.3 Ciri-Ciri Lansia
Menurut Depkes RI (2016), ciri-ciri lansia sebagai berikut:
1) Lansia merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagai datang dari factor fisik dan
factor psikologis sehingga memotivasi memiliki peran yang
penting dalam kemunduran pada lansia. Contohnya lansia yang
memiliki motivasi yang rendah dalam melakukan kegiatan,
maka akan mempercepat proses kemunduran fisik, akan tetapi
ada juga lansia yang mmiliki motivasi yang tinggi, maka
kemunduran fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.
22
2) Lansia memiliki status kelompok minoritas
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap social yang tidak
menyenangkan terhadap lansia dan diperkuat oleh pendapat
yang kurang baik, misalnya lansia yang lebih senang
mempertahankan pendapatnya maka sikap social di masyarakat
menjadi negative, tetapi ada juga lansia yang mempunyai
tenggang rasa kepada orang lain sehingga sikap social
masyarakat menjadi positif.
3) Menua membutuhkan perubahan peran
Perubaha peran pada lansia atas dasar keinginan sendiri bukan
atas dasar tekanan dari lingkungan. Cotohnya lansia menduduki
jabatan social dimasyarakat sebagai ketua RW, sebaiknya
masyarakat tidak meberhentikan lansia sebagai ketua RW
karena usianya.
4) Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka
cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga
dapat memperlihatkan benuk perilaku yang buruk. Akibat dari
perlakuan yang buruk membuat penyesuain diri lansia menjadi
buruk pula. Misalnya lansia yang tinggal bersama keluarga
sering tidak dilibatkan untuk pengambilan keputusan karena
dianggap pola pikirnya kuno, kondisi inilah yang menyebabkan
lansia menarik diri dari lingkungan, cepat tersinggung dan
bahkan memiliki harga diri rendah.
23
2.2.4 Perubahan Pada Lansia
Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara
degenerative yang akan terdampak pada perubahan-perubahan pada diri
manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan,
social dan seksual (Azizah dan Lilik M, 2011).
2.2.4.1 Perubahan Fisik
1) Sistem Indra
Sistem pendengaran: prebiakusis (gangguan pada pendengaran)
karena hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam,
terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang
tidak jelas , sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60
tahun.
2) Sistem Integument
Pada lansia kulit mengalami atrofi, kendur, tidak elastis kering
dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan
berbecak.kekringan kulit ini disebabkan atropi grandula sebasea dan
glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal
dengan liver spot.
3) Sistem Musculoskeletal
Perubahan system musculoskeletal pada lansia: jaringan
penghubung (kolagendan elastin), kartilago, tulang, otot dan sendi.
Kolagen sebagai pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan
jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi bentangan yang tidak
teratur.
24
(1) Kartilago: jaringan kaertilago pada persendian menjadi lunak
dan mengalami granulasi, sehingga permukaan sendi menjadi
rata. Kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan
degenerasi yang terjadi cenderung kearah progresif,
konsekuensinya kartilago pada persendian menjadi rentan
terhadap gesekan.
(2) Tulang: berkurangya kepadatan tulang setelah diamati adalah
bagian dari penuaan fisiologi, sehingga akan mengakibatkan
osteoporosis dan lebih lanjut akan mengakibatkan nyeri,
deformatis dan fraktur.
(3) Otot: perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi,
penurunan jumlah dan ukuran serabut otot. Peningkatan
jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek negative.
(4) Sendi: pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon,
ligament fasia mengalami penuaan elastisitas.
4) Sistem Kardiovaskuler
Masa jantung bertambah, vertikel kiri mengalami hipertropi dan
kemampuan peregangan jantung berkurang karena perubahan pada
jaringan ikat dan penumpukan lipofusin dan klasifikasi Sa Nude dan
jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat sistem respirasi.
5) Sistem Respirasi
Pada penuaan terjadi perubahan jarinagn ikan parut, kapasitas total paru
tetap, tetapi volume cadangan paru bertambah untuk mengompensasi
kenaikan ruang rugi paru, udara yang mengalir ke paru bekurang.
25
Perubahan pada otot, kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerkan
pernapasan terganggu dan kemampuan peregangan toraks berkurang.
6) Pencernaan dan Metabolism
Perubahan yang terjadi pada system pencernaan, seperti penurunan
produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata karena kehilangan
gigi, indra pengecap menurun, rasa lapar menurun (kepekaan rasa lapar
menurun), liver (hati) makin mengecil dan menurunya tempat
penyimpanan, dan berkurangnya aliran darah.
7) Sistem Perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak
fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, eksresi,
dan
reabsorpsi oleh ginjal.
8) Sistem Saraf
Susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang progresif
pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan koordinasi dan
kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
9) Sistem Reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai denagn menciutnya ovary
dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis masih dapat
memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara
berangsur-angsur.
2.2.4.2 Perubahan Kognitif
1) Daya Ingat, Ingatan (Memory)
26
2) IQ (Intellegent Quocient)
3) Kemampuan belajar (Learning)
4) Kemampuan pemahaman (Comprehension)
5) Pemecahan masalah (Problem solving)
6) Pengambilan keputusan (Decission Making)
7) Kebijaksanaan (Widsom)
8) Kinerja (Performance)
9) Motivasi (Motivation)
2.2.4.3 Perubahan Mental
Factor-faktor yang mempengaruhi perubahn mental :
1) Pertama-tama perubahan fisik, khusunya organ perasa
2) Kesehatan umum
3) Tingkat pendidikan
4) Keturunan (Hereditas)
5) Lingkungan
6) Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutuhan dan ketulian
7) Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan
8) Rangkain dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan
teman dan family
9) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap
gambaran diri, perubahan konsep diri. Perubahan spiritual agama
atau kepercayaan dalam kehidupannya.
27
2.2.4.4 Perubahan Psikososial
1) Kesepian
Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal
terutama jika lansia megalami penuruan kesehatan, seperti
menderita peyakit fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan
sesrik terutama pedengaran
2) Duka Cita (Betrevement)
Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan
kesayangan dapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh
pada lansia. Hal tersebut dapat memicu terjadinya gangguan fisik
dan kesehatan.
3) Depresi
Duka cita yang berlaut akan meimbulkan perasaan kosong, lalu
diikuti dengan keinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi
suatu episde depresi, depresi juga dapat disesbabkan karena stress
lingkungan dan menurunya kemapuan adaptasi.
4) Gangguan cemas
Dibagi dalam beberapa golngan: fobia, panic, gangguan obsesif
kompulsif, gangguan-gangguan tersebut merupakan kelanjutan
dari dewasa muda dan berhubungan degan skunder akibat
penyakit medis, depresi, efek samping obat, atau gejala
penghetian mendadk dari suatu obat.
28
5) Parafreia
Suatu betuk skizofreia pada lansia, ditandai dega waham (curiga),
lansia serimg merasa tetangga mencuri barang-barang atau berniat
membutuhkannya. Biasanya terjadi pada lansia yang
terisolasi/dislasi atau menarik diri dengan sosial.
6) Sidroma Diogenes
Suatu kelainan diamana lansia meunjukan penampilan perilaku
sangat megaggu. Rumah atau kama tidur bau karena lansia
bermain-main degan feses da urinnya, sering menumpuk barang
dengan tidak teratur. Walaupun telah dibersihkan, keadan tersebut
dapat terulang kembali
2.3. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Lansia Hipertensi
2.3.1 Pengakjian
2.3.1.1 Identitas
Terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, alamat, tanggal
MRS, Pendidikan yang biasanya rentan terjadinya hipertensi
dapat dilihat dari frekuensi responden menurut paling banyak
yaitu dengan urutan pertama SD, SMP, SMA dan paling sedikit
adalah perguruan tinggi. Artinya Sebagian responden berada
dalam tingkat pengetahuan sangat rendah yang hanya lulusan
sekolah dasar, dikarenakan keterbatasan masyarakat sekitar
dalam masalah ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap
Kesehatan. Pekerjaan yang paling rentan terjadi hipertensi yaitu
IRT (Ibu Rumah Tangga) dan petani. Dapat dikatakan bahwa
29
hampir semua orang mengalami setres dengan pekerjaan mereka
karena dipengaruhi dengan tutuntunan kerja dan beban kerja
yang dapat memicu terjadinya hipertensi. Ibu rumah tangga
setiap harinya hanya mengurusi persoalan rumah banyak yang
dipikirkan dan menyebabkan kecemasan serta setress yang
tinggi dibandingkan dengan ibu yang bekerja (Galih, dkk.
2017). Pada lansia yang berjenis kelamin perempuan lebih
cenderung menderita hipertensi dari pada laki-laki. Terdapat
43,7% subjek yang berjenis kelamin perempuan lebih tinggi
menderita hipertensi dari pada laki-laki. Karena, rata-rata
perempuan akan mengalami peningkatan resiko tekanan darah
tinggi (hipertensi) setelah menopause yaitu di usia diatas 45
tahun. Perempuan yang belum menopause dilindungi oleh
hormone estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar
High Density Lipoprotein (HDL) (Singgalingging, 2011).
2.3.1.2 Keluhan utama
Sering terjadi alasan klien untuk meminta pertolongan
kesehatan adalah sakit kepala disertai rasa berat ditengkuk, sakit
kepala berdenyut. Nyeri kadang-kadang sulit dilokalisasi dan
nyeri mungkin dirasakan sampai 30 menit tidak hilang dengan
istirahata dan minum obatan (Gede, 2011).
Menurut AHA (American Heart Association) penderita
hipertensi bisa memiliki tekanan darah tinggi selama bertahun-
tahun tanpa merasakan gejala apa pun. Sepertiga penderita
30
hipertensi tidak menyadari bahwa dirinya memiliki tekanan
darah tinggi. Gejala mulai muncul ketika sudah ada tanda
kerusakan pembuluh darah. Dikatakan mengalami hipertensi
saat hasil pembacaan tekanan darahnya berada di atas ambang
batas tensi normal 120/80 mmHg. Tekanan darah tinggi tidak
menyebabkan sakit kepala atau mimisan, kecuali pada kondisi
darurat atau tensi sangat tinggi.
2.3.1.3 Riwayat kesehatan sekarang
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak
menimbulkan gejala. Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala,
pusing, wajah kemerahan, pendarahan dihidung dan kelelahan
yang bisa terjadi pada penderita hipertensi. Jika hipertensinya
berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala sakit
kepala, kelelahan, sesak nafas, muntah, pandangan kabur, yang
terjadinya karena ada kerusakan pada otak, jantung, mata dan
ginjal. Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan
kesadaran bahkan koma (Cahyani, 2020).
2.3.1.4 Riwayat kesehatan dahulu
Penderita hipertensi biasanya ditandai dengan menderita
penyakit, diabetes militus, penyakit ginjal, obesitas, ada riwayat
merokok, hiperkolesterol, penggunaan obat kontrasepsi oral dan
penggunaan obat lainnya (Cahyani, 2020).
2.3.1.5 Riwayat kesehatan keluarga
31
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita
hipertensi. Faktor gen berkaitan dengan metabolism pengaturan
garam dan renin membrane sel. Orang tua yang menderita
hipertensi, 45% akan menurun kepada anaknya, sedangkan
hanya salah satu yang menderita hipertensi, 30% hipertensi akan
menurun kepada anaknya (Azizah, 2011)
2.3.1.6 Riwayat pekerjaan
Status pekerjaan saat ini menjadi buruh tani (Cahyani,
2020)
2.3.1.7 Riwayat lingkungan hidup
Jenis bangunan rumah (permanen, semi permanen, non-
permanen) luas bangunan rumah, jumlah orang yang tinggal
dirumah, derajat privasi, tersedianya jamban duduk, tersedianya
handrail pada kamar mandi, tersedianya sandal antislip bagi
lansia, tersedianya kest antislip didepan kamar mandi, lantai
kamar mandi terbuat dari ubin, plesteran, tegel, tanah (Depkes,
2012).
2.3.1.8 Riwayat rekreasi
Hobby atau minat, keanggotaan organisasi, liburan
2.3.1.9 Sumber / sistem pendukung
Tidak pernah kontrol ke dokter atau fasilitas Kesehatan
lainnya karena terhalang oleh biaya (Yunita, 2014)
32
2.3.1.10 Obat-obatan
Beberapa jenis obat-obatan tekanan darah tinggi ACE
inhibitor yang sering digunakan captopril, enalapril, ramipil,
perindopril. Diberikan pada pasien diatas 65 tahun. Obat
diuretik seperti furosemide, torsemide, spironolactone ( Kevin
Andrian, 2019).
2.3.1.11 Nutrisi
Diet, pembatasan makanan minuman, Riwayat
peningkatan / penurunan berat badan, pola konsumsi makanan,
masalah-masalah yang mempengaruhi masukan makanan. Diet
yang dianjurkan pada penderita hipertensi yaitu diet DASH
(Dietary Approaches to Stop Hypertansion) diet yang
dirancang untuk menurunkan lonjakan tekanan darah. Diet ini
menenkankan pada pola makan rendah garam namun tetap
mengandung nutrisi seimbang (Meva Nareza, 2020).
2.3.1.12 Perilaku yang mempengaruhi kesehatan
1) Gaya hidup yang kurang sehat merupakan factor resiko
hipertensi yang bisa kita ubah dengan kata lain, mengatur pola
hidup sehat mengurangi konsumsi natrium, lemak jenuh, alcohol
berlebihan
2) Kebiasaan merokok dapat meningkatkan tekanan jantung dan
pembuluh darah yang diakibatkan oleh zat kimia sehingga
pembuluh darah menyempit.
33
3) Stress: stress yang dialami para lansia juga dapat menyebabkan
timbulnya hipertensi karena perubahan hormone pada tubuh saat
sedang setress. Bila tidak segera ditangani bisa mengalami
hipertensi jangka Panjang bahkan penyakit jantung yang
berujung kematian. (Aditya, 2017).
2.3.1.713 Riwayat psikososial
Rasa takut, gelisah dan cemas merupakan psikologis
yang sering muncul pada klien dan keluarga. Hal ini terjadi
karena rasa sakit yang dirasakan sakit oleh klien perubahan
psikologis tersebut juga muncul akibat kurangnya pengetahuan
penyebab dan akibat dari hipertensi seperti stroke, jantung,
gagal ginjal, dan diabetes (Gede, 2011)
2.3.1.8 Pemeriksaan fisik
(Barara dan Jauhar, 2011)
1) Umum
Inspeksi adanya kelelahan, perubahan nafsu makan, kesulitan
tidur.
2) Integumen
Inspeksi pada lansia terdapat perubahan kelembapan pada kulit
(kering, elastisitas kulit menurun) kulit menjadi tipis, ada perubahan
warna rambut, perubahan kuku.
3) Hemopoetik
Tidak ada pendarahan, tidak ada pembengkakan kelenjar limfa,
tidak ada Riwayat tranfusi darah.
34
4) Kepala
Inspeksi terdapat sakit kepala, pusing, tidak ada trauma pada masa
lalu
5) Mata
Inspeksi bentuk mata simetris, biasanya pada penderita hipertensi
terdapat adanya gangguan penglihatan, pupil isokor, konjungtiva
anemis, pada lansia juga bisa mengalami gangguan penglihatan
seperti rabun jauh atau rabun dekat.
6) Telinga
Inspeksi bentuk telinga simetris kanan dan kiri, tidak terdapat
kelainan, tidak ada lesi, biasanya pada lansia mengalami gangguan
pendengaran. Palpasi tidak terdapat nyeri tekan.
7) Hidung dan Sinus
Inspeksi bentuk hidung simetris, tidak ada lesi, tidak dijumpai
kelainan, apistaksis. Palpasi tidak ada nyeri tekan.
8) Mulut dan Tenggorokan
Inspeksi bentuk mulut biasanya tidak simetris jika terjadi CVA,
tidak ada lesi, tidak ada kesulitan menelan.
9) Leher
Inspeksi tidak ada benjolan. Palpasi terdapat kekakuan bagian
belakang, terdapat nyeri tekan pada bagian belakang.
10) Payudara
Inspeksi tidak ada lesi, tidak keluar cairan dari putting susu. Palpasi
tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan.
35
11) Sistem Pernafasan
Inspeksi tidak ada batuk, tidak ada sesak, tidak ada sputum, tidak
ada mengi. Auskultasi Sonor
12) Sistem Kardiovaskular
Inspeksi tidak ada nyeri dada, tidak ada sesak, tidak ada edema
palpasi tidak ada nyeri tekan, vocal premitus kanan kiri sama,
Auskultasi bunyi jantung pekak
13) Gastrointestinal
Inspeksi anoreksia, tidak toleran terhadap makan, hilangnya nafsu
makan, mual, muntah, perubahan berat badan, perubahan
kelembapan kulit.
14) Perkemihan
Inspeksi tidak ada edema pada pasien, inkotinensia urine.
15) Genito Reproduksi wanita
Inspeksi: tidak ada lesi, riwayat mentruasi, riwayat menopause,
tidak ada penyakit kelamin. Palpasi tidak ada nyeri tekan pelvic.
16) Muskuloskeletal
Inspeksi kelemahan, letih, ketidakmampuan mempertahankan
kebiasaan rutin, perubahan warna kulit, gerak tangan empati, otot
muka tegang (khususnya sekitar mata), gerakan fisik cepat.
17) Sistem saraf pusat
Inspeksi terdapat sakit kepala, kejang, kaku kuduk, serangan
jantung, stroke, tremor.
36
18) Sistem endokrin
Inspeksi pada pasien penderita hipertensi tidak ditemukan adanya
pembesaran pada kelenjar tiroid dan karotis.
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
2.3.2.1 Nyeri akut berhubungan dengan peningkatantekananvaskulerserebral
dan iskemia
2.3.2.2 Keletihan berhubungan dengan tidak mampu mempertahankan rutinitas
yang biasanya
2.3.2.3 Ketidakpatuhan berhubungan dengan ketidakadekuatan informasi
pengobatan
2.3.2.4 Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang sumber
pengetahuan (Nurarif& Kusuma, 2015)
2.3.3 Rencana Keperawatan
2.3.3.1 Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
dan iskemia
Table 2.3 : Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral dan iskemia
Tujuan / kriteriahasil Intervensi Rasional
Setelah dilakukan Tindakan
keperawatan selama 2x
kunjungan diharapkan tekanan
darah dalam batas normal
dengan kriteria hasil sebagai
berikut:
1) lakukan
pengkajian nyeri
secara
komprehensif
termasuk lokasi,
karakteristik,
1) Variasi penampilan dan
perilaku klien karena
nyeri yang terjadi
sebagai temuan
pengkajian
37
1) Mampu mngontrol nyeri
(tahu penyebab nyeri,
mampu menggunakan
Teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri)
2) Melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan
menggunakan
manajemen nyeri
3) Mampu mengenalinyeri
(skala, intensitas,
frekuensi dan tanda
nyeri)
4) Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
durasi, frekuensi,
kualitas dan factor
presipitasi
2) Observasi reaksi
nonverbal dari
ketidaknyamanan
3) Ajarkan Teknik
dikstraksi dan
relaksasi
2) Nyeri berat dapat
menyebabkan syok
kardiogenik yang
terdampak pada
kematian yang
mendadak
3) Membantu dalam
penurunan
persepsi/respon nyeri
38
2.3.2.2 Keletihan berhubungan dengan tidak mampu mempertahankan rutinitas
yang biasanya
2.4 : Keletihan berhubungan dengan tidak mampu mempertahankan rutinitas
yang biasanya
Tujuan / Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x kunjungan
diharapkan keletihan pada klien
teratasi. Dengan kriteria hasil:
K: pasien mengetahui pentingnya
aktifitas olah raga secara rutin
A: pasien melaporka kelelahan
P: pasien mendemonstrasikan
strategi koping untuk mengurangi
kelelahan
Pf: ttv dalam batas normal
1) Jelaskan
pentingnya
melakukan
aktifitas fisik/olah
raga secara teratur
2) Anjurkan tirah
baring
3) Ajarkan
kemampuan untuk
berkonsentrasi
4) Ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi
kelelahan
5) Monitor kelelahan
fisik dan
emosianal
1) Untuk menambah
pengetahuan pasien
tentang pentingnya
menjaga aktifitas fisik
2) Untuk mengurasi resiko
terjadinya keletihan
3) Untuk mengatasi
kelelahan
4) Untuk memantau ttv
pasien dan gambaran
emosional
39
2.3.2.3 Ketidakpatuhan berhubungan dengan ketidakadekuatan informasi
pengobatan
2.4: Ketidakpatuhan berhubungan dengan ketidakadekuatan informasi
pengobatan
Tujuan / Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x kunjungan
tingkat kepatuhan klien meningkat
dengan kriteria hasil:
1) Klien mampu
menjelaskan kembali
tentang pentingnya
kepatuhan dalam
pengobatan
2) Klien melaporkan
dapat menjalankan
pengobatan dengan
baik
3) Perilaku melakukan
pengobatan membaik
4) Resiko komplikasi
penyakit atau masalah
kesehatan menurun
1) Informasikan
program pengobatan
diet yang harus
dijalani
2) Informasikan
manfaat yang
diperoleh jika teratur
menjalani
pengobatan diet
3) Anjurkan klien dan
keluarga melakukan
konsultasi,
kepelayanan
kesehatan
4) Libatkan keluarga
untuk mendukung
programnpengobatan
yang dijalani
1) Untuk menambah
pengetahuan klien
2) Agar klien memahami
tentang manfaat
pengobtan
3) Agar klien dan
keluarga mengerti
tentang penanganan
masalah kesehatan
selanjutnya
4) Untuk memotivasi agar
semangat melakukan
pengobatan
40
2.3.3.4 Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang sumber
pengetahuan
Table 2.6 Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang sumber
pengetahuan
Tujuan / kriteriahasil Intervensi Rasional
Setelah dilakukan Tindakan
keperawatan selama 2x
kunjungan diharapkan
pengetahuan pasien meningkat
dengan kriteria hasil sebagaai
berikut:
1) Pasien dan keluarga
menyatakan
pemahaman
tentangpenyakit,
kondisi, prognosis dan
program pengobatan
2) Pasien dan keluarga
mampu menjelaskan
Kembali apa yang
dijelaskan perawat/tim
Kesehatan lainnya
1) Berikan penilaian
tentang tingkat
pengetahuan pasien
tentang proses
penyakit yang
spesifik
2) Gambarkan tanda
dan gejala yang
biasa muncul pada
penyakit, dengan
cara yang tepat
3) Gambarkan proses
penyakit, dengan
cara yang tepat
4) Indentifikasi
kemungkinan
1) Mengidentifikasi secara
verbal kesalah pahaman
dan memberikan
penjelasan
2) Memberikan kesempatan
pada klien untuk
mencakup informasi dan
mengansumsi
control/partisipasi dalam
program rehabilitasi
3) Untuk mengetahui
penyakit sehingga klien
dapat memahami hal-hal
yang dapat dihindari dan
yang dilakukan
4) Memberikan tekanan
bahwa ini adalah masalah
41
yang tepat kesehatan berlanjut
dimana dukungan/bantuan
diperlukan setelah pulang
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pengelolaan atau perwujudan dari
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahan perencanaan (setiadi,
2012).
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian kegiatan yang
dilakukan perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan criteria hasil yang
diharapkan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat pada kebutuhan
klien, factor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi
implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi. Dalam implementasi
keperawatan terdiri dari tiga jenis yaitu independent implementations,
interdeppenden/collaburatif dan dependent implementations (Dinarti &
Mulyanti, 2017).
Pada diagnosa nyeri akut berhubungan peningkatan tekanan vaskuler serebral
dan iskemia, selama 2x kunjungan dilakukan tindakan keperawatan berupa
melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan factor presipitasi, ajarkan Teknik
dikstraksi dan relaksasi
Pada diagnosa Keletihan berhubungan dengan tidak mampu mempertahankan
rutinitas yang biasannya
42
Pada diagnose keletian berhubungan dengan tidak mampu mempertahankan
rutinitas yang biasanya, selam 2x kunjungan dilakukan tindakan keperawatan
menjelaskan pentingnya melakukan aktifitas fisik/olah raga secara teratur,
menganjurkan tirah baring, mengajarkan kemampuan untuk berkonsentrasi,
mengajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Monitor kelelahan fisik dan emosianal
Pada diagnosa Ketidakpatuhan berhubungan dengan ketidakadekuatan
informasi pengobatan selama 2x kunjungan dilakukan tndakan keperawatan
berupa menginformasikan program pengobatan diet yang harus dijalani
menginformasikan manfaat yang diperoleh jika teratur menjalani pengobatan
diet menganjurkan klien dan keluarga melakukan konsultasi, kepelayanan
kesehatan, melibatkan keluarga untuk mendukung program pengobatan yang
dijalani
Pada diagnosa Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang sumber
pengetahuan. Setelah dilakukan 2x kunjungan keperawatan berupa
memberikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses
penyakit yang spesifik, mengambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul
pada penyakit, dengan cara yang tepat, mengambarkan proses penyakit, dengan
cara yang tepat, mengindentifikasi kemungkinan yang tepat.
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan membandingkan secara sistematik dan terencanan
tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dengan kenyataan
yang ada pada klien, dilakukan dengan cara bersinambungan dengan
melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi keperawatan adalah
43
tahap akhir dari proses keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan
keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain (Dinarti
& Mulyanti, 2017).
Pada diagnose nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral dan iskemia. Setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama 2x
kunjungan diharapkan tekanan darah dalam batas normal, mampu mngontrol
nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan Teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri), melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan
menggunakan manajemen nyeri, mampu mengenalinyeri (skala, intensitas,
frekuensi dan tanda nyeri),menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Pada diagnose keletihan berhubungan dengan tidak mampu mempertahankan
rutinitas yang biasanya setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x
kunjungan diharapkan pasien mengetahui pentingnya aktifitas olah raga secara
rutin pasien melaporka kelelahan, pasien mendemonstrasikan strategi koping
untuk mengurangi kelelahan, ttv dalam batas normal
Pada diagnose ketidakpatuhan berhubungan dengan ketidakadekuatan
informasi pengobatan selama 2x kunjungan diharapkan tingkat kepatuhan klien
meningkat klien mampu menjelaskan kembali tentang pentingnya kepatuhan
dalam pengobatan, klien melaporkan dapat menjalankan pengobatan dengan
baik perilaku melakukan pengobatan membaik resiko komplikasi penyakit atau
masalah kesehatan menurun
Pada diagnose defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang sumber
pengetahuan. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x kunjungan
diharapkan pengetahuan pasien meningkat, pasien dan keluarga menyatakan
44
pemahaman tentangpenyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan,
pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat/tim Kesehatan lainnya
45
Kelamin
Tekanan sistemik darah
Beban kerja
jantung
Faktor predisposisi, usia, jenis kelamin, merokok,
stress, kurang olahraga, genetic , alkohol,
konsentrasi ,garam, obesitas
Kerusakan
vaskuler
Hipertensi
Perubahan Perubahan situasi
Pembuluh darah
Sistemik
2.3 Kerangka Masalah
Gambar 2.1 Kerangka Masalah Hipertensi
Keletihan
Afterload
Vasokonstriksi
Ketidakpatuhan Defisiensi Pengetahuan Informasi yang
Vasokonstriks
Gangguan
Penyumbatan
pembuluh darah
Suplai O2 ke otak Otak
Nyeri Akut Resistensi pembuluh
darah otak
Aliran darah
makin cepat
keseluruhan tubh
sedangkan nutrisi
dalam sel sudah
mencukupi
kebutuhan
46
BAB 3
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini akan disajikan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan yang
dimulai dari tahap pengkajian, diagnose, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi pada klien dengan diagnose HIPERTENSI pada tanggal 02 Maret
2021 – 05 Maret 2021 di Desa Darungan Lumajang.
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas
Klien adalah seorang perempuan bernama “Ny. S” usia 63 tahun.
Beragama islam, Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Jawa. Klien belum
tamat SD dan tidak bekerja menjadi ibu rumah tangga. Klien tinggal di Desa
Darungan RT 01 RW 04 Yosowilangun - Lumajang.
3.1.2 Riwayat Kesehatan Saat Ini
3.1.2.1 Status Kesehatan umum selama setahun yang lalu
Klien mengatakan menderita hipertensi dan kolesterol
3.1.2.2 Keluhan-keluhan Kesehatan utama
Klien mengatakan pusing, nyeri kepala skala 3, sering merasa
kelelahan dan tidak bisa melakukan aktivitas jika nyeri datang,
nyeri seperti tertekan tidak pernah kontrol ke pukesmas hanya
ke perawat setempat untuk cek tekanan darah dan tidak pernah
minum obat antihipertensi
3.1.2.3 Pengetahuan tentang penatalaksanaan masalah kesehatan
Klien mengetahui tentang penyakitnya, namun klien tidak
periksa ke dokter atau pukesmas karena terhalang biaya dan
46
47
Hipertensi
hipertensi
jarak tempuh karena tidak ada anggota keluarga yang
mengantarkan kepukesmas. Tetapi, klien melakukan
pemeriksaan tekanan darah pada perawat sekitar rumahnya.
Klien cek tekanan darah Ketika terjadi keluhan.
3.1.3 Riwayat Kesehatan Dahulu
3.1.3.1 Trauma
Klien mengatakan tidak mempunyai Riwayat trauma
3.1.3.2 Perawatan di rumah sakit
Klien mengatakan pernah di rawat di Rumah Sakit karena
menderita infeksi bakteri pada kaki dan di rawat di Rumah Sakit
selama 3 hari.
3.1.3.3 Operasi
Klien mengatakan tidak pernah menjalani operasi
3.1.4 Riwayat Keluarga
Klien mengatakan jika alm. Ibunya juga menderita hipertensi
Gambar: 2.2 Genogram Ny. S Dengan Diagnosa Medis Hipertensi di Desa
Darungan Lumajang
48
Ket: : perempuan : meninggal
: laki-laki : klien
3.1.5 Riwayat Pekerjaan
3.1.5.1 Status pekerjaan saat ini
Klien mengatakan tidak bekerja dan menjadi ibu rumah tangga
3.1.5.2 Pekerjaan sebelumnya
Klien mengatakan dulu mencabuti rumpuh di sawah sebagai
buruh tani, dan sekarang beliau sudah tidak bekerja hanya
menjadi iburrunah tangga
3.1.5.3 Sumber-sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan
Klien mengatakan sumber pendapatan dari suami
3.1.6 Riwayat Lingkungan Hidup
3.1.6.1 Jenis bangunan rumah
Klien mengatakan bangunan yang ditempati adalah permanen
3.1.6.2 Luas bangunan rumah
Klien mengatakan luas bangunan rumah.. M
3.1.6.2 Jumlah orang yang tinggal dirumah
Klien mengatakan yang tinggal dirumahnya adalah beliau
dengan suaminya
3.1.6.3 Derajat Privasi
Klien mengatakan 1 kamar dua orang
3.1.6.4 Tersedianya jamban duduk
Klien mengatakan mempunyai jamban
49
3.1.6.5 Tersedianya hendrail pada kamar mandi
Klien mengatakan tidak ada hendrail di kamar mandinya
3.1.6.6 Tersedianya sandal antislip bagi lansia
Klien mengatakan tidak memakai sandal antislip
3.1.6.7 Tersedianya keset antislip didepan kamar mandi
Klien mengatakan tidak terdapat keset antislip di kamar
mandinya
3.1.6.8 Lantai kamar mandi
Klien mengatakan lantai kamar mandinya adalah plesteran
3.1.7 Riwayat Rekreasi
3.1.7.1 Hobby / minat
Klien mengatakan suka memasak
3.1.7.2 Keanggotaan organisasi
Klien mengatakan mengikuti pengajian rutin mingguan setiap
hari Selasa
3.1.7.3 Liburan
Klien mengatakan hiburannya yaitu menonton TV
3.1.8 Sumber / Sistem Pendukung
Klien mengatakan jarang kontrol ke dokter atau fasilitas Kesehatan lainnya.
Karena, keterbatasan biaya, klien juga mempunyai KIS tetapi, jarak tempuh
rumah klien dari pukesmas sejauh 11 KM sehingga tidak ada yang
mengatarnya. Namun, klien cek tekanan darah pada perawat setempat dan
perawat tersebut mengedukasi untuk tidak memakan makanan tinggih garam
dan makan gurih.
50
3.1.9 Obat-obatan
3.1.9.1 Nama
Klien mengatakan jika terjadi keluhan beliau minum jenis obat
Oskadon Original yang mengandung 500 mg paracetamol dan
35 mg caffein, yang bekerja aktif di pusat rasa sakit, seperti
sakit kepala. Produk ini berbentuk tablet.
3.1.9.2 Alergi
Klien mengatakan tidak ada alergi obat, makanan atau faktor-
faktor lingkungan
3.1.10 Nutrisi
3.1.10.1 Diet, pembatasan makanan minuman
Klien mengatakan tidak membatasi makanan dan minuman
3.1.10.2 Riwayat peningkatan / penurunan berat badan
Klien mengatakan tidak tau apakah ada penurunan atau
peningkatan berat badan, karena beliau tidak pernah
menimbang badannya
3.1.10.3 Pola konsumsi makanan
Klien mengatakan makan 3 kali sehari, terkadang makan
sendiri jika suaminya bekerja. Suami klien juga memakan
semua masakan yang di masak oleh istrinya. Klien biasanya
memasak sayuran bayam dengan tambahan garam atau
penyedap rasa berlebihan dengan ikan asin.
51
3.1.10.4 Masalah-masalah yang mempengaruhi masukan makanan
(missal: pendapatan tidak adekut, kurang transpotasi, masalah menelan
/ mengunyah, stress emosional)
Klien mengatakan makan sesuai dengan hasil perolehan kerja
suami, tidak ada masalah menelan / mengunyah
3.1.11 Tinjauan Sistem
3.1.11.1 Umum
Klien tampak kelelahan, terjadinya perubahan nafsu makan,
tidak terdapat demam, tidak mengeluarkan keringat dimalam
hari, tidak pilek
3.1.11.2 Integumen
Tidak ada lesi, tidak ada memar, terjadinya perubahan tekstur,
adanya pigmentasi kulit
3.1.11.3 Hemopoitik
Tidak ada perdarahan, tidak ada pembengkakan kelenjar limfe,
tidak ada Riwayat tranfusi darah
3.1.11.4 Kepala
Tidak ada trauma masa lalu, rambut sedikit memutih, persebaran
rambut merata, tidak ada benjolan
3.1.11.5 Mata
Mata kiri sedikit juling karena bawaan sejak lahir, terdapat
gangguan penglihatan rabun jauh dan rabun dekat karea faktor
usia
52
3.1.11.6 Telinga
Bentuk telinga simetris kanan dan kiri, tidak terdapat kelainan,
tidak ada lesi
3.1.11.7 Hidung dan Sinus
Tidak ada lesi, bentuk hidung simetris, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada pendarahan pada hidung, tidak ada cairan yang
keluar berlebihan
3.1.11.8 Mulut dan Tenggorokan
Tidak sakit tenggorokan, tidak ada lesi, tidak kesulitan
menelan, tidakada Riwayat infeksi, pola menggosok gigi 2 kali
sehari sehabis mandi, tidak terdapat gigi palsu
3.1.11.9 Leher
Terdapat kekakuan leher bagian belakang akibat tekanan darah
tinggi, terdapat nyeri tekan tengkuk bagian belakang, tidak ada
benjolan
3.1.11.10 Payudara
Bentuk payudara simetris, tidak ada lesi, tidak terdapat
benjolan, tidak ada nyeri tekan, tidak mengeluarkan cairan
pada putting susu
3.1.11.11 Sistem Pernafasan
Bentuk dada simetris , irama nafas teratur, tidak ada retaksi
otot bantu nafas, vocal premitus kanan kiri sama, tidak batuk,
tidak ada sputum
53
3.1.11.12 Sistem Kardiovaskuler
Tidak ada nyeri tekan dada / nyeri dada, tidak ada sesak
nafas, tidak ada edema, terdapat kenaikan tekanan darah
3.1.11.13 Gastrointestinal
Perubahan nafsu makan, tidak ada nyeri ulu hati, tidak
terdapat diare atau konstipasi, tidak toleran terhadap makan
3.1.11.14 Sistem Perkemihan
Tidak ada edema pada pasien, tidak ada nyeri saat berkemih,
tidak terdapat hematuria, tidak ada infeksi saluran kemih
terdapat nocturia pada klien sering buang air kecil pada
malam hari.
3.1.11.15 Genito Reproduksi Wanita
Tidak ada lesi, tidak ada perdarahan, tidak ada nyeri pelvic,
tidak ada penyakit kelamin, tidak ada infeksi. Riwayat
mentruasi tidak terkaji riwayat menopause tidak terkaji
3.1.11.16 Muskuloskeletal
Nyeri sendi karena faktor usia dan aktivitas berlebihan,
kekakuan pada leher, tidak ada pembengkakan sendi, tidak
ada nyeri panggul, tidak pernah olah raga
3.1.11.17 Sistem Saraf Pusat
Terdapat sakit kepala akibat dari tekanan darah tinggi, tidak
terjadi kejang, tidak tremor, tidak ada cedera, tidak ada
masalah memori
54
3.1.11.18 Sistem Edokrin
Perubahan warna rambut, tidak terdapat polyuria, pigmentasi
kulit, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
55
3.1.12 Pengkajian Fungsional Klien
INDEKS KATZ
(Indeks Kemandirian Pada Aktifitas Kehidupan Sehari-hari)
Nama Klien : Ny. S Tanggal: 02 Maret
2021
Jenis Kelamin : Perempuan TB/BB:
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : Belum tamat SD
Alamat : Desa Darunga RT 01 RW 04 Yosowilangun-Lumajang
Table: 2.7 Indeks Kemandirian Pada Aktifitas Kehidupan Sehari-hari pada Ny.
S dengan Diagnosa Medis Hipertensi di Desa Darungan Lumajang
Skore Kriteria
A Mandiri dalam makan, kontinensia (BAK/BAB), menggunakan pakaian,
pergi ketoilet, berpindah dan mandi B Mandiri, semuanya kecuali salah satu saja dari fungsi di atas
C Mandiri, kecuali mandi dan satu fungsi yang lain
D Mandiri, kecuali mandi berpakian dan satu fungsi lainnya
E Mandiri, kecuali mandi berpakian, ke toilet dan satu fungsi lainnya
F Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu fungsi yang
lain G Ketergantungan
H Lain-lain: tergantung pada sedikitnya dua fungsi tetapi tidak diklarifikasikan
sebagai C, D, A atau F
Keterangan:
Pada indekz kats klien mengatakan mandiri tanpa pengawasan pengarahan
tanpa bantuan aktif dari orang lain
56
3.1.13 Barthel Indeks
Termasuk manakah klien ?
Table: 2.8 Barthel Indeks pada Ny. S dengan Diagnosa Medis Hipertensi di
Desa Darungan Lumajang
NO KRITERIA DENGAN
BANTUAN MANDIRI SKORE
1 Makan 5 10 10
2 Minum 5 10 10
3
Berpindah dari kursi
roda ke tempat tidur,
sebaliknya
5
15
15
4
Personal toilet (cuci
muka, menyisir rambut, gosok gigi)
0
5
5
5
Keluar masuk toilet
(mencuci pakaian.
Menyeka tubuh, menyiram)
5
10
10
6 Mandi 5 15 15
7 Jalan di permukaan
datar 0 5 5
8 Naiki turun tangga 5 10 10
9 Mengenakan pakaian 5 10 10
10 Kontrol Bowel (BAB) 5 10 10
11 Kontrol Bladder
(BAK) 5 10 10
12 Olahraga atau Latihan 5 10 10
13
Rekreasi atau
pemantapan waktu
luang
5
10
10
JUMLAH
130
Keterangan :
Pada Barthel Indekz klien mengatakan semuanya mandiri tanpa bantuan orang
lain dengan skore 130
57
3.1.14 Pengkajian Status Mental Gerontik
Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan Short Portabel
Mental
Status Quesioner (SPMSQ)
Instruksi :
Ajukan pertanyaan 1 – 10 pada daftar dan catat semua jawaban :
Catat jumlah kesalahan total berdasarkan 10 pertanyaan
Table: 2.9 Pengkajian Status Mental Gerontik pada Ny. S dengan Diagnosa
Medis Hipertensi di Desa Darungan Lumajang
BENAR SALAH NO PERTANYAAN
01 Tanggal berapa hari ini ?
02 Hari apa sekarang ?
03 Apa nama tempat ini ?
04 Di mana alamat anda ? 05 Berapa umur anda ?
06 Kapan anda lahir ? ( minimal tahun lahir )
07 Siapa presiden Indonesia sekarang ? 08 Siapa presiden Indonesia sebelumnya ? 09 Siapa nama ibu anda ? 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3
dari setiap angka baru, semua secara
menurun.
JUMLAH 9
Interpretasi Hasil
Pada pengkajian status mental gerontik fungsi intelektual untuh dengan jumlah
benar 9 salah 1.
Sidoarjo, ..........................................
Mahasiswa
58
3.2 ANALISA DATA
Tanggal : 02 Maret 2021
Nama : Ny. S
Umur : 63 tahun
Tabel: 2.10 Analisa data pada Ny. S dengan diagnose medis Hipertensi
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
1
2.
DS: klien
mengatakan nyeri
bagian tengkuk
belakang jika dibuat
aktivitas nyeri
timbul seperti
tertekan di tengkuk
bagian belakang
skala 6 nyeri timbul
sewaktu-waktu
DO: ttv
TD: 170/110
RR: 21 x/menit
N: 81 x/menit
S: 36.6 C
DS: klien
mengatakan tidak
pernah kontrol
Resistensi pembuluh
darah otak
Tekanan pembuluh
darah otak
Nyeri Akut
Beban pembiayaan
program
perawatan/pengobatan
Nyeri akut
Ketidakpatuhan
59
kedokter, karena
terhalang biaya,
klien mempunyai
KIS,
Klien mengatakan
tidak pernah minum
obat
Klien mengatakan
jika makan tidak
menggunakan
banyak garam tidak
enak
DO: TD 170/110
mmHg
-minum obat tidak
sesuai dengan
penyakit yang
diderita
60
3.3 FORMAT SKORING DAN PRIORITAS MASALAH
3.3.1 Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera
biologis
Table 2.11 format skoring dan prioritas masalah
No. Kriteria Bobot Perhitungan Nilai Pembenaran
1 Sifat masalah :
3 Aktual
2 Resiko
tinggi
1 Potensial
1
Skor x Bo
Angka Tertinggi Skor
2/3x1
0,67
Klien merasakan
nyeri pada tengkuk
2 Kemungkinan
masalah dapat
di ubah :
2 Tinggi
1 Sedang
0 Rendah
2
Skor x Bo
Angka Tertinggi Skor
2/2x2
2
Klien mengatakan
masalah teratasi jika
mengonsumsi obat
oskadon saat nyeri
datang
3 Potensi
masalah untuk
di cegah :
3 Tinggi
2 Cukup
1 Rendah
1
Skor x Bo
Angka Tertinggi Skor
3/3x1
1
Klien mengatakan
hipertensi dapat di
cegah dengan cara
mengurangi
konsumsi garam
berlebih
4 Menonjolnya
masalah :
2 Masalah
berat, harus
segera
ditangani
1 Ada
masalah,
tetapi tidak
perlu
ditanggapi
0 Masalah
tidak
dirasakan
1
Skor x Bo
Angka Tertinggi Skor
0/1x1
0
Klien mengatakan
tanpa kontrol ke
dokter nyeri tersebut
dapat teratasidengan
cara minum obat
oskadon
Total nilai 3,67
61
2. Diagnosa Keperawatan : Ketidakpatuhan berhubungan dengan beban
pembiayaan program perawatan / pengobatan
No. Kriteria Bobot Perhitungan Nilai Pembenaran
1 Sifat masalah
:
3 Aktual
2 Resiko
tinggi
1 Potensial
1
Skor x Bo
Angka Tertinggi Skor
3/3x1
1
Klien mengatakn
tidak pernah control
kedokter dan tidak
minum obat
2 Kemungkinan
masalah dapat
di ubah :
2 Tinggi
1 Sedang
0 Rendah
2
Skor x Bo
Angka Tertinggi Skor
2/2x1
1
Klien mengatakan
tidak pernah kontrol
kedokter karen tidak
ada anggota
keluarga yang
mengantar dan jarak
tempuh rumah klien
dengan fasilitas kesehata jauh
3 Potensi
masalah untuk
di cegah :
3 Tinggi
2 Cukup
1 Rendah
1
Skor x Bo
Angka Tertinggi Skor
3/3x1
1
Masalah dapat
dicegah jika klien
menjalani
pengobatan dengan
baik dan mengubah
pola hidupnya
4 Menonjolnya
masalah :
2 Masalah
berat,
harus
segera
ditangani
1 Ada
masalah,
tetapi tidak
perlu
ditanggapi
0 Masalah
tidak
dirasakan
Skor x Bo
Angka Tertinggi Skor
Masalah harus
segera ditangani
untuk menghindari
komplikasi lebih
lanjut
2/2x1 1
1
Total nilai 4
62
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
2. Ketidapatuhan berhubungan dengan beban pembiayaan program perawatan
63
3.4 RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama klien: Ny. S
Tanggal : 02 Maret 2021
Tabel: 2.12 Rencana Tindakan Keperawatan pada Ny. S dengan Diagnosa
Medis Hipertensi di Desa Darungan Lumajang
No Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Setelah dilakukan
Tindakan keperawatan
selama 2x kunjungan
diharapakan nyeri pada
klien berkurang.
Dengan kriteria hasil:
1) Klien mampu
menjelaskan
penyebab nyeri
2) Klien melaporkan
nyeri berkurang
3) Klien mampu
mendemonstrasikan
Teknik dikstraksi
dan istirahat yang
cukup
4) Klien tampak rileks
1) Jelaskan pada
klien penyebab
nyeri pada
kepala dan
penatalaksanaan
ya
2) Anjurkan klien
melaporkan
nyeri dengan
segera
3) Anjurkan untuk
tirah baring
1) Untuk
menambah
pengetahuan
klien
2) Nyeri hebat
dapat
mengakibatkan
shock
kardiogenik
yang berdampak
pada kematian
mendadak
3) Teknik
dikstraksi dapat
mengurangi rasa
nyeri yang
64
2.
Setelah dilakukan
tindaka keperawatan
selama 2 kali kunjungan
tingkat kepatuhan klien
meningkat. Dengan
kriteria hasil:
1) Klien mampu
menjelaskan
Kembali tentang
pentingnya
kepatuhan dalam
control dan
pengobatan
2) Klien melaporkan
dapat menjalankan
pengobatan dengan
4) Catat
karakteristik
nyeri, lokasi,
intensitas,
lamanya
1) Informasikan
program
pengobatan diet
yang harus dijalani
2) Informasikan
manfaat yang
diperoleh jika
teratur menjalani
pengobatan diet
3) Anjurkan klien dan
keluarga untuk
melakukan
konsultasi
kepelayanan
Kesehatan
dirasakan
4) Variasi
penampilan dan
perilaku klien
karena nyeri
yang terjadi
sebagai temuan
pengkajian
1) Untuk
menambah
pengetahuan
klien
2) Agar klien
memahami
manfaat
pengobatan
3) Agar klien
dan keluarga
mengerti
tentang
penanganan
masalah
kesehtan
65
baik
3) Perilaku
melakukan
pengobatan dengan
baik
4) Resiko komplikasi
penyakit atau
masalah Kesehatan
menurun
4) Libatkan keluarga
untuk mendukung
program pengobtan
yang dijalani
4) Untuk
memotivasi
agar
semangat
melakukan
pengobatan
66
3.5 IMPLEMENTASI KEPERAWAN
Nama klien: Ny. S
Tabel: 2.13 Implementasi Keperawatan pada Ny. S dengan Diagnosa Medis
Hipertensi di Desa Darungan Lumajang
No
Dx
Tanggal
Jam
Implementasi
Nama/Tanda
tangan
1. 03-03- 11.00 1. Menjelaskan pada klien 2021
penyebab nyeri
- klien mengatakan paham akan
penyebab nyeri pada tengkuk dan
penatalaksanaannya
2. Menganjurkan klien
11.05
melaporkan nyeri dengan segera
- klien melaporkan nyeri pada
tengkuk
11.10 3. Menganjurkan klien untuk
beristirahat
- Klien beristirahat atau tirah
baring
4. . Catat karakteristik nyeri,
lokasi, intensitas, lamanya
-klien mengeluh nyeri pada
11.15 tengkuk belakang dengan skala 3
1. Menginformasikan program
67
2.
1.
03-03-
2021
04-03-
2021
11.20
11.25
11.30
11.35
11.40
pengobatan diet yang harus
dijalan
- Klien mampu menjelaskan
Kembali tentang pentingnya
kepatuhan dalam pengobatan
2. Menginformasikan manfaat
yang diperoleh jika teratur
menjalani pengobatan diet
- Klien mampu menjalankan
pengobatan dengan baik
3. Menganjurkan klien dan
keluarga untuk melakukan
konsultasi kepelayanan Kesehatan
- Klien mampu melakukan
pengobatan dengan baik
4. Melibatkan keluarga untuk
mendukung program pengobtan
yang dijalani
- Menurunkan resiko komplikasi
penyakit atau masalah Kesehatan
1. Menjelaskan pada klien
penyebab nyeri
- klien mengatakan paham akan
penyebab nyeri pada tengkuk dan
68
2.
04-03-
2021
11.45
11.50
11.55
14.00
14.05
penatalaksanaannya
2. Menganjurkan klien
melaporkan nyeri dengan segera
- Klien melaporkan nyerinya
berkurang
3. Menganjurkan klien untuk
istirahat
- Klien istirahat atau tirah baring
4. Catat karakteristik nyeri,
lokasi, intensitas, lamanya
-klien tampak rileks
1. Menginformasikan program
pengobatan diet yang harus
dijalani
- Klien mampu menjelaskan
Kembali tentang pentingnya
kepatuhan dalam pengobatan
2. Menginformasikan manfaat
yang diperoleh jika teratur
menjalani pengobatan diet
- Klien melaporkan dapat
menjalankan pengobatan dengan
baik
69
14.10
3. Menganjurkan klien dan
keluarga untuk melakukan
konsultasi kepelayanan Kesehatan
- perilaku melakukan pengobatan
dengan baik
4. Melibatkan keluarga untuk
mendukung program pengobtan
yang dijalani
- Resiko komplikasi penyakit atau
masalah Kesehatan menurun
70
3.6 CATATAN PERKEMBANGAN
Nama klien: Ny. S
Tabel: 2.14 Catatan Perkembangan pada Ny. S dengan Diagnosa Medis
Hipertensi di Desa Darungan Lumajang
Tanggal Diagnosa
Keperawatan Catatan Perkembangan Paraf
03-03- Nyeri akut berhubungan S: Klien mengatakan nyeri
2021 dengan agen cedera bagian tengkuk belakang,
biologis jika dibuat aktivitas nyeri
timbul seperti tertekan di
tengkuk bagian belakang
skala 6 nyeri timbul
sewaktu-waktu
O: Ttv
TD: 170/110 mmHg
RR: 21 x/menit
N: 81 x/menit
S: 36.6 C
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
Ketidakpatuhan
S: Klien mengatakan tidak
03-03- berhubungan dengan pernah kontrol kedokter /
2021 Beban pembiayaan pukesmas, karena terhalang
program biaya namun, klien
71
perawatan/pengobatan mempunyai KIS dan tidak
ada yang mengantarkan ke
pukesmas
O: TD 170/110 mmHg
-Minum obat tidak sesuai
dengan penyakit yang
diderita
-Suka makanan yang asin
dan gurih
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
72
3.7 EVALUASI KEPERAWATAN
Nama klien: Ny. S
Tabel: 2.15 Evaluasi Keperawatan pada Ny. S dengan Diagnosa Medis
Hipertensi di Desa Darungan Lumajang
Tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi Paraf
04-03- Nyeri akut berhubungan S: Klien mengatakan
tidak nyeri kepala
O: K/U cukup baik
Ttv
• TD: 140/90
mmHg
• N: 79 x/menit
• RR: 20 x/menit
• S: 36,4 C
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
S: Klien mengatakan mau
mengubah pola hidupnya
control ke pukesmas
dengan menggunakan
KIS serta meminta
bantuan ke saudaranya
untuk di antar ke
2021
dengan
Ketidakpatuhan
04-03-
2021 berhubungan dengan
beban biaya program
perawatan / pengobatan
73
pukesmas
O: TD: 140/90 mmHg
minum obat sesuai
anjuran dokter
membatasi makanan
rendah garam dan
makanan gurih
A: Masalah terarasi
P: intervensi dihentikan
74
BAB 4
PEMBAHASAN
Pada bab IV akan dilakukan pembahasan mengenai asuhan
keperawatan pada klien Ny. S dengan diagnose medis Hipertensi di Desa
Darungan, Lumajang yang dilakukan mulai tanggal 02 Maret 2021 – 05 Maret
2021. Melalui pendekatan studi kasus untuk mendapatkan kesenjangan antara
teori dan praktek dilapangan. Pembahasan terhadap proses asuhan keperawatan
ini dimulai dari pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.
4.1 Pengkajian
4.1.1 Pengkajian
Penulis melakukan pengkajian pada Ny. S dengan melakukan
anamnesa pada Klien dan keluarga. Melakukan pemeriksaan fisik.
Pembahasan akan dimulai dari
4.1.1.1 Identitas Klien
Data yang didapatkan Ny. S usia 63 tahun. Beragama islam,
Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Jawa. Klien tidak bekerja dan
klien tidak tamat SD. Pendidikan yang rendah rentan mengalami
defisiensi pengetahuan karena kemampuan dalam menerima informasi
menjadi kurang. Akibatnya, klien tidak mengetahui penyakit hipertensi.
Pekerjaan yang paling rentan terjadi hipertensi yaitu IRT (Ibu Rumah
Tangga) dan petani. Dapat dikatakan bahwa hampir semua orang
mengalami setres dengan pekerjaan mereka karena dipengaruhi dengan
tutuntunan kerja dan beban kerja yang dapat memicu terjadinya
74
75
hipertensi. Ibu rumah tangga setiap harinya hanya mengurusi persoalan
rumah banyak yang dipikirkan dan menyebabkan kecemasan serta
setress yang tinggi dibandingkan dengan ibu yang bekerja (Galih, dkk.
2017).
Pada lansia yang berjenis kelamin perempuan lebih cenderung
menderita hipertensi dari pada laki-laki. Terdapat subjek yang berjenis
kelamin perempuan lebih tinggi menderita hipertensi dari pada laki-
laki. Hal ini karena, rata-rata perempuan akan mengalami peningkatan
resiko tekanan darah tinggi (hipertensi) setelah menopause yaitu di usia
diatas 45 tahun. Perempuan yang belum menopause dilindungi oleh
hormone estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High
Density Lipoprotein (HDL) (Singgalingging, 2011).
4.1.1.2 Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada riwayat kesehatan sekarang terjadi kesenjangan antara
tinjauan Pustaka dan tinjauan kasus. Gejala yang dimaksut adalah sakit
kepala, pusing, wajah kemerahan, pendarahan hidung dan kelelahan
yang bisa terjadi pada penderita hipertensi. Jika hipertensi berat atau
menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala sakit kepala, sesak nafas,
muntah, pandangan kabur (Cahyani, 2020). Pada tinjauan kasus didapat
klien mengatakan pusing, nyeri kepala skala 3, kelelahan dan tidak bisa
melakukan aktivitas jika nyeri datang, nyeri seperti tertekan, tidak
pernah minum obat antihipertensi. Pada penderita hipertensi yang tidak
menimbulkan gejala menganggap bahwa pusing, sakit kepala adalah
suatu kondisi yang biasa bukan tanda-tanda penyakit hipertensi.
76
Sementara, tekanan darah tinggi yang terus-menerus dalam jangka
waktu yang panjang dapat menimbulkan komplikasi (Nuraini, 2015).
4.1.1.3 Riwayat Kesehatan Dahulu
Pada riwayat kesehatan dahulu klien tidak terjadi kesenjangan
antara tinjauan Pustaka dan tinjauan kasus klien mempunyai riwayat
penyakit hipertensi dan hiperkolesterol. Hiperkolesterol dan darah
tinggi merupakan dua penyakit yang saling berinteraksi satu sama lain.
Hal ini dikarenkan, adanya penumpukan kolesterol yang membuat
pembuluh darah menyempit sehingga tekanan darah meningkat.
4.1.1.4 Riawayat Kesehatan Keluarga
Pada riwayat kesehatan keluarga tidak terjadi kesenjangan
antara tinjauan pustakan dan tinjauan kasus. Pada tinjauan Pustaka
perlu dikaji adanya keluarga yang menderita penyakit hipertensi,
diabetes militus, penyakit ginjal, obesitas, ada Riwayat merokok,
hiperkoleterol, pengunaan obat kontrasepsi oral dan penggunaan obat
lainnya (Cahyani, 2020). Pada tinjauan kasus didapatkan klien
mengatakan mempunyai riwayat penyakit keturunan yaitu hipertensi.
Factor genetic berperan dalam munculnya penyakit hipertensi, namun
ada beberapa faktor resiko yang dapat terjadi hipertensi, seperti faktor
gaya hidup contohnya kurang aktivitas fisik, stress, kelebihan berat
badan , konsumsi alcohol yang berlebihan ( Anna, 2015).
4.1.1.5 Sistem / Sumber Pendukung
Sistem pendukung yang dapat dipergunakan sebagai tempat
pelayanan Kesehatan antara lain pukesmas, klinik, rumah sakit. (Parta,
77
2020). Pada tinjauan kasus klien mengatakan mengatakan jarang
kontrol ke dokter atau fasilitas Kesehatan lainnya. Hal ini dikarenakan,
jarak tempuh antara pukesmas dengan rumah klien adalam 11 KM.
sedangkan jarak tempuh antara praktek dokter dan rumah klien 2 KM.
namun, klien tidak pernah control karena keterbatasan biaya. Klien
biasanya mengunjungi perawat terdekat untuk cek tekanan darah tinggi.
4.1.1.6 Obat-obatan
Pada tinjauan Pustaka obat yang dipergunakan untuk obat
tekanan darah tinggi yaitu ACE inhibitor yang sering digunakan
captopril, enalapril, ramipil, perindopril. Diberikan pada pasien diatas
65 tahun. Obat diuretik seperti furosemide, torsemide, spironolactone (
Kevin Andrian, 2019). Pada tinjauan kasus klien mengatakan jika
terjadi keluhan beliau minum jenis obat Oskadon Original yang
mengandung 500 mg paracetamol dan 35 mg caffein, yang bekerja aktif
di pusat rasa sakit, seperti sakit kepala. Oskadon dapat berfungsi
menurunkan nyeri kepala namun, tidak dapat menurunkan tekanan
darah. Sebagai kebiasaan klien dalam mengonsumsi obat Kesehatan
tersebut kurang tepat.
4.1.1.7 Nutrisi
Pada nutrisi tidak terjadi kesenjangan antara tinjauan pustaka
dan tinjauan kasus. Pada tinjauan pustaka Diet pada penderita yang
dianjurkan pada penderita hipertensi yaitu diet DASH (Dietary
Approaches to Stop Hypertansion) diet yang dirancang untuk
menurunkan lonjakan tekanan darah. Diet ini menenkankan pada pola
78
makan rendah garam namun tetap mengandung nutrisi seimbang (Meva
Nareza, 2020). Pada tinjauan kasus klien mengatakan tidak membatasi
makanan dan minuman. Klien mengatakan makan 3 kali sehari,
terkadang makan sendiri jika suaminya bekerja. Suami klien juga
memakan semua masakan yang di masak oleh istrinya. Klien biasanya
memasak sayuran bayam dengan tambahan garam atau penyedap rasa
berlebihan dengan ikan asin. Kebiasaan makan tinggi garam pada
penderita hipertensi bisa kurang tepat. Hal ini dikarenakan kadungan
natrium dalam garam jika di konsumsi berlebihan dapat memicu darah
tinggi.
4.1.2 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik didapatkan beberapa masalah yang bisa
dipergunakan sebagai data dalam menengakkan diagnose keperawatan yang
aktual maupun resiko. Adapun pemeriksaan fisik dilakukan berdasarkan
persistem, yaitu:
4.1.1 Umum
Pada tinjauan pustaka ditemukan data adanya Inspeksi pada klien
hipertensi terlihat adanya kelelahan, perubahan nafsu makan, kesulitan
tidur (Barara dan Jauhar, 2011). Pada tinjauan kasus didapatkan inspeksi
klien tampak kelelahan, perubahan nafsu makan, tidak terdapat demam,
tidak mengeluarkan keringat dimalam hari, tidak pilek.
Pada keadaan umum ini tidak ditemukan kesenjangan antara
tinjauan pustaka dan tinjauan kasus. Pada penderita hipertensi dapat
mengalami kelelahan hal ini dikarenanakan terjadinya vasokontruksi
79
menurun sehingga suplai oksigen seluruh jaringan menurun dan
menyebabkan keletihan.
4.1.2 Integumen
Pada tinjauan Pustaka ditemukan data inspeksi pada lansia
terdapat perubahan kelembapan pada kulit, kulit menjadi tipis, ada
perubahan warna rambut (Barara dan Jauhar, 2011). Pada tinjauan
kasus pada klien didapatkan tidak ada lesi, terjadi perubahan warna
rambut, tidak memar, terjadinya perubahan warna rambut yang sedikit
memutih, terjadinya perubahan tekstur.
Pada bagian integumen tidak ditemukan kesenjangan antara
tinjauan pustaka dan tinjauan kasus. Karena, pada lansia keadaan
integumen mempunyai ciri-ciri seperti perubahan tekstur, penuaan
kulit, warna rambut yang memutih.
4.1.3 Hemopoitik
Pada tinjauan Pustaka ditemukan tidak ada pendarahan, tidak
ada pembengkakan kelenjar limfa (Barara dan Jauhar, 2011). Pada
tinjauan kasus didapatkan klien tidak ada perdarahan tidak ada
pembengkakan kelenjar limfe, tidak ada riwayat transfusi darah.
Pada hemopoetik tidak terjadi kesenjangan pada tinjauan
pustaka dan tinjauan kasus. Pada tinjauan kasus tidak terdapat
pembengkakan kelenjar limfe. Hal ini sibebabkan karena klien tidak
mempunyai Riwayat penyakit kelenjar getah bening atau kelenjar limfa
yang terdiri dari limpa, timus, amandel.
80
4.1.4 Kepala
Pada tinjauan Pustaka ditemukan inspeksi terdapat sakit kepala,
pusing, tidak ada trauma pada masa lalu (Barara dan Jauhar, 2011).
Pada tinjauan kasus didapatkan klien merasa sakit kepala, tidak ada
trauma masa lalu, terdapat pusing.
Pada pemeriksaan kepala tidak terjadi kesenjangan pada
tinjauan pustaka dan tinjauan kasus. Pada tinjauan kasus tidak ada
trauma masa lalu. Klien tidak mempunyai riwayat trauma pada kepala
yaitu suatu kondisi struktrur kepala mengalami benturan dari luar dan
berpotensi menimbulkan gangguan pada fungsi otak (Tjin, 2018).
4.1.5 Mata
Pada tinjauan pustaka di dapat inspeksi bentuk mata simetris,
biasanya pada penderita hipertensi terdapat adanya gangguan
penglihatan, pupil isokor, konjungtiva anemis, pada lansia juga bisa
mengalami gangguan penglihatan seperti rabun jauh atau rabun dekat
(Barara dan Jauhar, 2011). Pada tinjauan kasus di temukan mata
sebelah kiri juling, terdapat gangguan penglihatan.
Pada mata tinjauan Pustaka dan tinjauan kasus terdapat
kesenjangan. Pda kasus ditemukan mata juling. Kondisi ini umumnya
merupakan kelainan bawaan lahir , sehingga tidak mempengaruhi status
Kesehatan klien. Pada lansia terdapat gangguan penglihatan hal ini
dikarenakan, factor penuaan yang menyebabkan penurunan berbagai
fungsi berbagai organ tubuh.
81
4.1.6 Telinga
Pada tinjauan pustaka didapat inspeksi bentuk telinga simetris,
tidak terdapat kelianan, tidak ada lesi, biasanya pada lansia terdapat
gangguan pendengaran. Palpasi tidak terdapat nyeri tekan (Barara dan
Jauhar, 2011). Pada tinjauan kasus ditemukan bentuk telinga simetris,
tidak terdapat kelainan, tidak ada lesi.
Pada telingan tinjauan pustaka dan tinjauan kasus terdapat
kesenjangan. Pada tinjauan pustaka terdapat gangguan pendengaran.
Gangguan pendengaran pada lansia bisa terjadi karena faktor usia,
peredaran darah terganggu, efek samping obat ( Istiqomah, 2019).
4.1.7 Hidung dan Sinus
Pada tinjauan pustaka didapat inspeksi bentuk hidung simetris,
tidak dijumpai kelainan, tidak ada lesi. Palpasi tidak ada nyeri tekan, ,
epistaksis (pendarahan pada hidung) (Barara dan Jauhar, 2011). Pada
tinjauan kasus ditemukan tidak dijumpai kelainan, tidak ada lesi, bentuk
hidung simetris, tidak ada nyeri tekan.
Pada tinjauan Pustaka dan tinjauan kasus terdapat kesenjangan.
Yaitu Pada tinjauan Pustaka epistaksis menurut National Health
Service, epistaksis yang serius merupakan indikasi masalah Kesehatan
serius salah satunya tekanan darah tinggi dan pembekuan darah. Hal ini
dikarenakan terjadi ketegangan dan kerusakan akibat tekanan darah
tinggi.
82
4.1.8 Mulut dan Tenggorokan
Pada tinjauan Pustaka di dapat Inspeksi bentuk mulut biasanya
tidak simetris jika terjadi CVA, tidak ada lesi, tidak ada kesulitan
menelan (Barara dan Jauhar, 2011). Pada tinjauan kasus ditemukan
tidak sakit tenggorokan, tidak ada lesi, tidak ada kesulitan menenlan,
tidak ada Riwayat infeksi, pola menggosok gigi 2 kali sehari sehabis
mandi, tidak terdapat gigi palsu.
Pada mulut dan tenggorokan tinjauan Pustaka dan tinjauan
kasus terdapat kesenjangan. Pada tinjauan Pustaka terdapat bentuk
mulut tidak simetris jika terjadi CVA. Hipertensi bisa menyebabkan
pembuluh darah menyempit, bocor, pecah atau tersumbat. Hal ini dapat
mengganggu aliran darah yang membawa oksigen dan nutrisi ke otak.
Sehingga, sel-sel dan jaringan otak pun akan mati dan menyebabkan
terjadinya stroke (Kevin, 2020).
4.1.9 Leher
Pada tinjauan Pustaka didapat inspeksi tidak ada benjolan.
Palpasi terdapat kekakuan bagian belakang, terdapat nyeri tekan pada
bagian belakang (Barara dan Jauhar, 2011). Pada tinjauan kasus
ditemukan terdapat kekakuan leher pada bagian belakang, terdapat
nyeri tekan tengkuk bagian belakang, tidak ada benjolan.
Pada leher tinjauan pustaka dan tinjauan kasus tidak ada
kesenjangan. Pada tinjauan kasus tidak ada benjolan pada klien yang
biasa dilihat pada leher karena klien tidak mempunyai Riwayat
pembesaran kelenjar thyroid.
83
4.1.10 Payudara
Tinjauan pustaka didapat Inspeksi tidak ada lesi, tidak keluar
cairan dari putting susu. Palpasi tidak ada benjolan, tidak ada nyeri
tekan (Barara dan Jauhar, 2011). Pada tinjauan kasus ditemukan Bentuk
payudara simetris, tidak ada lesi, tidak terdapat benjolan, tidak ada
nyeri tekan, tidak mengeluarkan cairan pada putting susu.
Pada payudara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus tidak ada
kesenjangan. Pada tinjauan kasus tidak ada benjolan pada payudara.
Pada klien tidak mempunyai Riwayat kanker atau tumor. Benjolan pada
payudara adalah jaringan lain yang tumbuh didalam payudara. Untuk
mendeteksi terjadinya kajadian yang tidak diinginkan kita perlu
menerapkan SADARI (Tjin, 2018).
4.1.11 Sistem Pernafasan
Pada tinjauan pustaka didapat Inspeksi tidak ada batuk, tidak
ada sesak, tidak ada sputum, tidak ada mengi (Barara dan Jauhar,
2011). Pada tinjauan kasus ditemukan Bentuk dada simetris , irama
nafas teratur, tidak ada retaksi otot bantu nafas, vocal premitus kanan
kiri sama, tidak batuk, tidak ada sputum.
Pada sistem pernafasan tinjauan Pustaka dan tinjauan kasus
tidak ada kesenjangan. Pada tinjauan kasus tidak ada retraksi otot bantu
nafas karena klien tidak mempunyai Riwayat asma.
84
4.1.12 Sistem Kardiovaskuler
Pada tinjauan pustaka didapat kenaikan tekanan darah tidak ada
nyeri tekan, atau nyeri dada, tidak ada sesak, tidak ada edema (Barara
dan Jauhar, 2011). Pada tinjauan kasus ditemukan tidak ada nyeri tekan
dada, tidak ada edema.
Pada sistem kardiovaskuler tinjauan Pustaka dan tinjauan kasus
tidak ada kesenjangan. Pada tinjauan kasus tidak ada edema hal ini
dikarenakan klien tidak mempunyai Riwayat penyakit jantung.
4.1.13 Gastrointestinal
Pada tinjauan Pustaka didapat Inspeksi anoreksia, tidak toleran
terhadap makan, hilangnya nafsu makan, mual, muntah, perubahan
berat badan, perubahan kelembapan kulit (Barara dan Jauhar, 2011).
Pada tinjauan kasus ditemukan perubahan nafsu makan, tidak ada nyeri
ulu hati, tidak terdapat diare atau konstipasi, tidak toleran terhadap
makan.
Pada tinjauan pustaka dan tinjauan kasus terdapat kesenjangan
yaitu pada tinjauan pustakan terdapat mual dan muntah terjadi karena
peningkatan tekanan intracranial sebagai adanya pendarahan pada otak.
4.1.14 Sistem Perkemihan
Pada tinjauan Pustaka didapat Inspeksi tidak ada edema pada
pasien, inkotinensia urine (Barara dan Jauhar, 2011). Pada tinjauan
kasus ditemukan Tidak ada edema pada pasien, tidak ada nyeri saat
berkemih, tidak terdapat hematuria, tidak ada infeksi saluran kemih
terdapat nocturia pada klien sering buang air kecil pada malam hari.
85
Pada system perkemihan tinjauan Pustaka dan tinjauan kasus
terdapat kesenjangan. Pada tinjauan kasus nocturia, paling umum
terjadi pada lansia. Penyebab nokturia adalah konsumsi cairan yang
berlebihan seperti minum minuman berkafein secara berlebihan
menyebabkan bangun tidur dan buang air pada malam hari.
4.1.15 Genito Reproduksi Wanita
Pada tinjauan Pustaka didapat Inspeksi: tidak ada lesi, riwayat
mentruasi, riwayat menopause, tidak ada penyakit kelamin. Palpasi
tidak ada nyeri tekan pelvic (Barara dan Jauhar, 2011). Pada tinjauan
kasus ditemukan Tidak ada lesi, tidak ada perdarahan, tidak ada nyeri
pelvic, tidak ada penyakit kelamin, tidak ada infeksi. Riwayat mentruasi
tidak terkaji, riwayat menopause tidak terkaji.
Pada genito reproduksi wanita tinjauan pustakan dan tinjauan
kasus tidak ditemukan kesenjangan. Pada tinjauan kasus ditemukan
riwayat menopause pada lansia biasanya terjadi saat wanita memasuki
usia 45 hingga 55 tahun. Seseorang dikatakan menopause bila tidak
mengalami menstruasi selama 12 bulan.
4.1.16 Muskuloskeletal
Pada tinjauan Pustaka didapat Nyeri sendi karena faktor usia
dan aktivitas berlebihan, kekakuan pada leher, tidak ada pembengkakan
sendi, tidak ada nyeri panggul, tidak pernah olah raga (Barara dan
Jauhar, 2011). Pada tinjauan kasus ditemukan nyeri sendi, kekakuan
leher bagian belakang, tidak ada pembengkakan sendi, tidak ada nyeri
panggul, tidak pernah olah raga.
86
Pada musculoskeletal tinjauan Pustaka dan tinjauan kasus tidak
didapatkan kesenjangan. Kekakuan leher pada hipertensi terjadi akibat
peningkatan tekanan dinding pembuluh darah didaerah leher sehingga
terjadi peningkatan tekanan vaskuler ke otak yang mengakibatkan
terjadinya penekanan pada serabut otot leher.
4.1.17 Sistem Saraf Pusat
Pada tinjauan Pustaka didapat sakit kepala akibat dari tekanan
darah tinggi, tidak terjadi kejang, tidak tremor, tidak ada cedera, tidak
ada masalah memori (Barara dan Jauhar, 2011). Pada tinjauan kasus
ditemukan terdapat sakit kepala, tidak terjadi kejang, tidak tremor, tidak
ada cedera, tidak ada masalah memori.
Pada sistem saraf pusat tinjauan Pustaka dan tinjauan kasus
tidak ada kesenjangan. Pada tinjauan kasus ditemukan tidak ada
masalah memori, biasanya pada lansia terjadi gangguan memori yang
berkaitan dengan gangguan pada otak yang disebabkan karena
demensia (Rizal, 2020).
4.1.18 Sistem Endokrin
Pada tinjauan Pustaka didapat Perubahan warna rambut, tidak
terdapat polyuria, pigmentasi kulit, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
(Barara dan Jauhar, 2011). Pada tinjauan kasus ditemukan perubahan
warna rambut, tekstur kulit, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
Pada system endokrin tinjauan Pustaka dan tinjauan kasus tidak
ada kesenjangan. Pada tinjauan kasus ditemukan tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid pada klien yang biasa dilihat pada leher.
87
4.2 Diagnosa Keperawatan
Pada diagnose keperawatan Hipertensi yang muncul pada tinjauan pustaka
menurut (Nurarif& Kusuma, 2015) nyeri akut berhubungan dengan
peningkatan tekanan vaskulerserebral dan iskemia, keletihan berhubungan
dengan tidak mampu mempertahankan rutinitas yang biasanya, defisiensi
pengetahuan berhubungan dengan kurang sumber pengetahuan. Menurut
(SDKI) ketidakpatuhan berhubungan dengan ketidakadekuatan informasi
pengobatan.
Pada tinjauan kasus hanya ditemukan dua diagnose keperawatan yaitu
nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis dan ketidakpatuhan
berhubungan dengan beban pembiayaan program perawatan atau pengobatan.
Pada diagnose keperawatan ada kesenjangan antara tinjauan Pustaka
dengan tinjauan kasus. Pada tinjauan kasus tidak muncul diagnose keletihan
berhubungan dengan tidak mampu mempertahankan rutinitas yang biasanya
dikarenakan klien masih mampu mempertahankan aktivitas seperti biasanya.
Diagnose keperawatan defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang
sumber informasi pengobatan tidak muncul dikarenakan klien mengetahui
tentang penyakitnya, klien mengetahui tanda dan gejala tetapi klien terhalang
oleh biaya dan jarak tempuh untuk menjangkau fasilitas kesehatan.
4.3 Intervensi Keperwatan
Pada perumusan perencanaan antara tinjauan Pustaka dan tinjauan
kasus biasanya terjadi kesenjangan yang cukup berarti karena perencanaan
pada tinjauan kasus disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi klien.
Pada diagnose keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen
88
cedera biologis terjadi kesenjangan antara tinjauan Pustaka dengan tinjauan
kasus yaitu pada tinjauan kasus di dapat klien tampak rileks, seperti wajah
tampak menyeringai dikarenakan nyeri sudah menghilang. Perawat
menambahkan untuk istirahat disela-sela aktivitas.
Pada diagnose keperawatan ketidakpatuhan berhubungan dengan beban
pembiayaan program perawatan atau pengobatan tidak terjadi kesenjangan
antara tinjauan Pustaka dan tinjauan kasus, yaitu pada tinjauan kasus perawat
menambahkan klien dapat mengubah pola hidupnya agar tekanan darah tinggi
dapat menurun.
4. 4 Implementasi Keperawatan
Pada tinjauan kasus nyata pelaksanaa disusun dan pelaksanaan adalah
perwujudan dari pelaksanaan yang telah disusun. Pelaksanaan pada tinjauan
Pustaka belum dapat diwujudkan karena hanya membahas teori asuhan
keperawatan. Sedangkan pada tinjauan kasus pelaksanaan diwujudkan pada
klien dan ada pendokumentasian serta intervensi keperawatan.
Pelaksanaan rencana Tindakan keperawatan dilakukan secara
terkoordinasi dan terintegrasi. Dalam melaksanakan perencanaan yang telah
dibuat semua dilakukan dengan mandiri tanpa ada kolaborasi dari perawat
maupun dokter atau petugas Kesehatan lainnya karena semua kegiatan mandiri
di rumah klien.
Diagnose keperawata nyeri akut berhubungan dengan agen cedera
biologis perencanaa tindakan keperawatan telah dilakukan menjelaskan pada
klien penyebab nyeri, menganjurkan klien melaporkan nyeri dengan segera,
mengajarkan teknik diktraksi dan menganjurkan klien untuk beristirahat, klien
89
beristirahat atau tirah baring.
Diagnose keperawatan ketidakpatuhan berhubungan dengan beban
pembiayaan program perawatan atau pengobatan perencanaan tindakan
keperawatan telah dilakukan seperti menginformasikan program pengobatan
diet yang harus dijalan, menginformasikan manfaat yang diperoleh jika teratur
menjalani pengobatan diet, menganjurkan klien dan keluarga untuk melakukan
konsultasi kepelayanan Kesehatan, melibatkan keluarga untuk mendukung
program pengobtan yang dijalani.
4.5 Evaluasi
Pada tinjauan pustaka evaluasi belum dapat dilaksankanan karena
merupakan kasus semu sedangkan pada tinjauan kasus evaluasi dapat
dilakukan karena dapat diketahui keadaan klien.pada akhir evaluasi diagnose
keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis disimpulkan
bahwa masalah keperawatan klien teratasi karena sudah sesuai dengan tujuan
yang ditetapkan oleh perawat yaitu nyeri sudah teratasi.
Diagnose keperawatan ketidakoatuhan berhubungan dengan beban
pembiayaan program Kesehatan atau pengobatan disimpulkan bahwa masalah
keperawatan pada klien teratasi akrena sudah sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan perawat yaitu ketidakpatuhan klien mau mengubah pola hidupnya
dan rutin kontrol kefasilitas Kesehatan.
Pada akhir evaluasi semua tujuan dan kriteria hasil dapat dicapaikarena
adanya kerja sama yang baik antara perawatan klien. Hasil evaluasi pada Ny. S
sudah sesuai harapan, masalah teratasi.
90
BAB 5
PENUTUP
Setelah penulis melakukan pengamatan dan melaksanakan asuhan
keperawatan secara langsung pada klien dengan dengan diagnose medis
Hipertensi di Desa Darungan Lumajang, maka penulis dapat menarik beberapa
kesimpilan sekaligus saran yang dapat bermanfaat dala meningkatkan mutu
asuhan keperawatan pada klien dengan diagnose medis Hipertensi
5.1 Simpulan
Dari hasil yang telah menguraikan tentang asuhan keperawatn pada Ny.
S dengan diagnose medis Hipertensi maka penulis dapat mengambil
kesimpulan sebagai berikut:
5.1.1 fokus pengkajian pada Ny. S yaitu pada sistem kardiovaskuler dengan
data tidak ada nyeri tekan, tidak ada sesak nafas, , tidak ada edema, terdapat
kenaikan tekanna dara. Pada system persyarafan terdapat sakit kepala, akibat
dari tekanan darah tinggi, tidak ada kejang, tidak ada tremor, tidak ada masalah
memori. Pada sistem musculoskeletal nyeri sendi karena factor usia dan
aktivitas berlebihan, kekakuan pada leher, tidak pernah olahraga
5.1.2 Diagnosa keperawatan prioritas pada klien meliputi: nyeri akut
berhubungan dengan agen cedera biologis, ketidakpatuhan berhubungan
dengan beban pembiayaan program perawatan atau pengobatan
5.1.3 Pada kedua diagnose prioritas yang muncul pada klien dilakukan melalui
tindakan mandiri keperawatan karena dilakukan dirumah tanpa ada tindakan
kolaborasi dari dokter atau petugas Kesehatan lainnya
90
91
5.1.4 Implementasi keperawatan dilaksanakan selama dua hari dan semua
Tindakan yang diimplementasikan kepada klien berdasarkan pada rencana
Tindakan keperawatan yang telah ditetapkan oleh perawat
5.1.5 dari kedua diagnose prioritas yang terjadi pada Ny. S didapatkan dua
masalah teratasi. Kondisi Ny. S sudah cukup baik dari sebelumnya
5.2 Saran
Penulis memberikan saran sebagai berikut:
5.2.1 Untuk pencapaian hasil keperawatan yang diharapkan, diperlukan
hubungan yang baik dan keterlibatkan klien dan keluarga
5.2.2 Perawat sebagai petugas pelayanan Kesehatan hendaknya selalu
meningkatkan kemampuan dan keterampilannya
92
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, Lilik Ma’rifatul. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha ilmu.
Diakses pada tanggal 24 Februari 2021, 16.15 WIB
Cahyani N. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. C Dengan Diagnosa
medis Hipertensi. Online. eprints.kertacendekia.ac.id diakses
pada tanggal 28 Januari 2021, 08.00 WIB
Dinarti & Mulyani. (2017). Dokumentasi Keperawatan. Online.
Bppsdmk.kemkes.go.id. Diakses pada tanggal 28 Januari
2021,11.30 WIB
Gede. (2011). Konsep asuhan keperawatan sindrom coroner
akut.samoke2012.wprdpress.com. diakse pada tanggal 27
Januari 2021, 12.30 WIB
https://m.liputan6.com/healt/read/2954635/penyebab-
hipertensi#:~:text:tidak%20ada%20bukti%20stres%20dengan,S
emua%20itu%20dapat%20menyebabkan%20hipertensi.
Diakses tanggal 28 Januari 2021, 10.00 WIB
htpps://n2ncollection.com/asuhan-keperawatan-dengan-keletihan-d-0057//.
Diakses tanggal 24 Februari 2021, 22.50 WIB
health.kompas.com. tanda dan gejala hipertensi. Diakses tanggal 26 Februari
2021, 21.30 WIB
Muttaqin, Arif. (2012). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskuler dan hematologic Jakarta:
Salemba Medika.
Nurarif, Amin Huda & Kusuma , Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-
Noc. Jilid 2.jogjakarta: medication
NANDA-I (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi, ed. 10.
Jakarta: penerbit Buku Kedokteran EGC.
Nuraini, Bianti. (2015). Risk Faktor Hypertension. Online.
juke.kedoketran.unila. diakses 28 Januari 2021, 16.15
Price, A sylvia. Nanda NIC NOC (2015) diagnosis definisi dan klasifikasi
penerbit buku kedokteran EGC.
Prawira Eka Aditya. (2017). Penyebab hipertensi. Online. M.liputan6.com
diakses pada tanggal 26 Januari, 13:00 WIB
93
Singgalingging, G. 2011. Karakteristik Penderita Hipertensi Di Rumah Sakit
Umum Herna Medan 2011. Medan: 1-6
Soenarta, A.A., dkk. (2015). Pedoman Tata Laksana Hipertensi Pada Penyakit
Kardivaskular, 1. Hlm. 1-2. Diakses pada tanggal 27 Januari
2021, 10.00 WIB
Syamsudin. (2011). Buku ajar farmakoterapi kardiovaskuler dan renal.
Salemba medika: Jakarta.
S Widyaningrum. (2012). Hipertensi pada lansia. Online.
respiratory.unej.ac.id diakses pada tanggal 25 Januari, 10.00
WIB
www.aladokter.com. Obat tekanan darah tinggi. Diakses tanggal 27 Februarai
2021, 21.26 WIB
www.aladokter.com. Diet DASH untuk penderita hipertensi. Diakses tanggal
27 Februari 2021, 21.40 WIB
Yasmara, Deni dkk. (2016). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah
penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta
Yuwono, Ridwan dkk. (2017). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang
Hipertensi Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Penderita
Hipertensi. Jks.fikes.unsoed.ac.id. diakses pada tanggal 26
Februari 2021, 20.56 WIB
94
INFORMED CONSENT
Judul : “Asuhan Keperawatan Lansia Ny. S Dengan Masalah
Keperawatan Ketidakpatuhan Pada Diagnosa Medis Hipertensi di Desa
Darungan Lumajang ”
Tanggal pengambilan studi kasus 02 Maret 2021. Sebelum tanda tangan
dibawah, saya telah mendapatkan informasi tentang tugas pengambilan studi
kasus ini dengan jelas dari mahasiswa yang bernama Leli Anggita proses
pengambilan studi kasus ini dan saya mengerti semua yang telah dijelaskan
tersebut.
Saya setuju untuk berpartisispasi dalam proses pengambilan studi kasus
ini san saya telah menerima salinan form ini
Saya, Nona/Nyonya/Tuan ....................................................................... ,
dengan ini saya memberikan kesediaan setelah mengerti semua yang telah
dijelaskan oleh peneliti terkait dengan proses pengambilan studi kasus ini
dengan baik. Semua data dan informasi dari saya sebagai partisipan hanua akan
digunakan untuk tujuan dari studi kasus ini.
Tanda tangan ........................................................................................ Partisipan
(.............................................................)
Tanda tangan ........................................................................................ Saksi
(.............................................................)
Tanda tangan ........................................................................................ Peneliti
(.............................................................)
95
96
SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )
PENYULUHAN KESEHATAN
Bidang Studi : D-III Keperawatan
Bahasan : Hipertensi
Pokok Bahasan : perawatan dan pencegahan
Hari, Tanggal : Selasa , 02 Maret 2021
Waktu : Jam 15.00 - Selesai
Tempat : Rumah warga Desa Darungan - Yosowilangun- Lumajang
Sasaran : Warga Rt 01 Rw 04 Desa Darungan- Yosowilangun-
Lumajang
Pemateri : Leli anggita
A. LATAR BELAKANG
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya
140 mmHg atau tekanan diastoliknya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya
beresiko tinggi menderita penyakit jatung, tetapi juga menderita penyakit
lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan makin tinggi
tekanan darah, makin besar resikonya. (Sylvia A.price, 2015). Hipertensi
pada lansia yaitu hipertensi sistolik terisolasi (HST), meningkatnya tekanan
sistolik menyebabkan besarnya kemungkinan timbulnya kejadian stroke
dan infark miokard walaupun tekanan diastoliknya dalam batas normal
(isolated systolic hypertension) (Siti Widyaningrum, 2012).
97
B. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM ( TIU )
Setelah dilakukan penyuluhan, keluarga Ny. S di RT 01 RW 04 Desa
Darungan- Yosowilangun- Lumajang dapat mengetahui apa itu hipertensi .
C. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS ( TIK )
Setelah dilakukan penyuluhan, keluarga Ny. S RT 01 RW 04 Desa
Darungan diharapkan mampu :
1) Klien dapat memahami pengertian hipertensi
2) Klien dapat mengetahui penyebab hipertensi
3) Klien dapat mengenatahui tanda dan gejala hipertensi
4) Klien dapat mengetahui komplikasi dari hipertensi
5) Klien dapat mengetahui pencegahan hipertensi
D. PENGORGANISASIAN
1) Dosen Pembimbing : Ns. Meli Diana, S.Kep.,M.Kes
2) Pemateri :Leli Anggita (1801037)
3) Moderator : Leli Anggita (1801037)
4) Fasilitaor : Leli Anggita (1801037)
A. MATERI PEMBELAJARAN
1. Pokok Bahasan : Hipertensi
2. Sub Pokok Bahasan :
1) Pengertian hipertensi
2) Penyebab hipertensi
3) Tanda dan gejala hipertensi
4) Komplikasi hipertensi
5) Pencegahan hipertensi
98
B. MEDIA PEMBELAJARAN
1. Ceramah
2. leaflet
C. KEGIATAN
Tahap Waktu Kegitan penyuluhan Kegiatan peserta
14.30- 15.00 Persiapan :
1. Mempersiapkan
tempat
2. Mempersiapkan
anggota keluarga
Pelaksanaan 15.00-15-30 Pembukaan :
1. Memberi salam
2. Perkenalkan
pemateri
3. Menyapa audiens
4. Menjelaskan
kontrak waktu,
topik, dan
tujuanpenyuluhan
Peserta mengikuti
pembukaan
dengan antusias
1. Memberi salam
2. Mendengarkan
dan
memperhatikan
99
15.30-16.00 Pelaksanaan :
Pengertian hipertensi
Penyebab hipertensi
Tanda dan gejala
hipertensi
Komplikasi hipertensi
Pencegahan hipertensi
Peserta mengikuti
sesi penyampaian
materi denga
antusias
Penyaji : Leli
Anggita
Penutup 10.0 -10.20 Penutup :
1. Memberi
kesempatan
audiens untuk
bertanya
2. Menyimpulkan
materi yang
disampaikan
3. Melakukan
evaluasi
4. Menutup
penyuluhan,
mengucapkan
terimakasih dan
memberikan
salam
Leli Anggita
100
D. SETTING TEMPAT
Keterangan :
: Audience
: Penyaji
E. Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
F. EVALUASI
1. Evaluasi struktur
1) Kesiapan media dan tempat
2) Pengorganisasian dilakukan 1 hari sebelumnya
2. Evaluasi proses
1) Kegiatan dilaksanakan sesuai dengan waktunya
2) Klien a diupayakan agar mendapat penjelasan tentang
hipertensi
3) Klien diupayakan tidak boleh meninggalkan sebelum
kegiatan penyuluhan selesai
101
3. Evaluasi hasil
Untuk mendapatkan hasil yang positif ( mengerti dan memahami ) :
1) Klien dapat memahami pengertian hipertensi
2) Klien dapat mengetahui penyebab hipertensi
3) Klien dapat mengenatahui tanda dan gejala hipertensi
4) Klien dapat mengetahui komplikasi dari hipertensi
5) Klien dapat mengetahui pencegahan hipertensi
102
MATERI SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )
HIPERTENSI
A. Pengertian
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastoliknya 90 mmHg. Hipertensi
tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jatung, tetapi juga
menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh
darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya. (Sylvia
A.price, 2015). Hipertensi pada lansia yaitu hipertensi sistolik
terisolasi (HST), meningkatnya tekanan sistolik menyebabkan besarnya
kemungkinan timbulnya kejadian stroke dan infark miokard walaupun
tekanan diastoliknya dalam batas normal (isolated systolic
hypertension) (Siti Widyaningrum, 2012).
B. Penyebab Hipertensi
1) Penyebab hipertensi antara lain:
2) Penyakit saluran kemih
3) Penyakit endokrin
4) Arteriosklerosi
5) Merokok
6) Minum minuman alcohol
7) Tekanan tinggi kolestrol
C. Tanda dan Gejala Hipertensi
1) Gelisa, sakit kepala
2) Sering marah-marah
103
3) Tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg
4) Gangguan penglihatan
5) Nafsu makan menurun
6) Mudah tersinggung
D. Komplikasi Hipertensi
1) Stroke
2) Gagal jantung
3) Kerusakan ginjal
4) Kerusakan jaringan otot
E. Pencegahan Hipertensi
1) Makan-makanan yang bergizi
2) Menghindari makanan yang berlemak dan mengurangi asin
3) Menghindari makanan dengan bahan pengawet
4) Menjaga berat badan tetap ideal
5) Menghindsri merokok
6) Istirahat cukup
7) Peran keluarga sangat penting dalam rangka mengatasi hidup
orang dengan hipertensi dan mencegah hipertensi
104
105