KARSINOMA KOLORECTAL

26
Kasus Ada Apa Denganku..?? Pak Ujang (51 tahun) dating ke IGD rumah sakit dengan keluhan perdarahan per rectum disertai nyeri. Pak Ujang mengatakan sudah dua belas hari kesulitan buang air besar. Hasilpengkajian didapatkan bahwa sejak 6 bulan yang lalu Pak Ujang mengalami konstipasi. Awalnya frekuensi buang air besar berkurang, tetapi lama kelamaan Pak Ujang tidak merasakan keinginan buang air besar sama sekali. Puncaknya pak Ujang tidak BAB selama 12 hari dan harus dibawa ke IGD karena nyeri perdarahan. Hasil pemeriksaan rectal toucher teraba massa pada jam 12, permukaan mukosa kasar berbenjol-benjol, konsistensi kenyal, sarung tangan berlendir darah positif. Hasil pemeriksaan rontgen menunjukkan sebuah benjolan di usus besar yang menghalangi STEP 1 1. Konstipasi 2. Rectal Toucher 3. Rectum 4. Rontgen 5. Feses 6. Teraba massa 7. Konsistensi kenyal

description

2. EpidemiologiDi Eropa, penyakit ini menempati urutan kedua sebagai kanker yang paling sering terjadi pada pria dan wanita pada tingkat insidensi dan mortalitas (Depkes, 2006).Di Amerika Serikat, insidensi dari kanker kolorektal adalah lebih tinggi di bahagian utara dan timur, manakala lebih rendah di bahagian selatan dan barat. Kanker kolon dan rektal merupakan suatu masalah utama dengan 200,000 kes baru telah didiagnosa setiap tahun. Dengan lebih terperinci 135,000 adalah kolorektal dan 98,200 adalah kolon. Kanker ini membunuh kira-kira 60,000 orang setiap tahun di Amerika. Pada laki-laki dewasa, kanker kolorektal menduduki tangga kedua selepas kanker paru manakala pada wanita dewasa, kanker kolorektal menduduki tangga ketiga selepas kanker payu dara dan paru (Paul Miskovitz, Marian Betancourt, 2005).Perkiraan insiden kanker di Indonesia adalah 100/100000 penduduk. Namun hanya 3,2% dari kasus kanker yang baru mencapai perawatan di RS. Data yang dikumpulkan dari 13 pusat kanker menunjukkan bahwa kanker kolorektal salah satu dari 5 kanker yang paling sering terdapat pada pria maupun wanita (Depkes,2002).

Transcript of KARSINOMA KOLORECTAL

Page 1: KARSINOMA KOLORECTAL

Kasus

Ada Apa Denganku..??

Pak Ujang (51 tahun) dating ke IGD rumah sakit dengan keluhan perdarahan per rectum

disertai nyeri. Pak Ujang mengatakan sudah dua belas hari kesulitan buang air besar.

Hasilpengkajian didapatkan bahwa sejak 6 bulan yang lalu Pak Ujang mengalami konstipasi.

Awalnya frekuensi buang air besar berkurang, tetapi lama kelamaan Pak Ujang tidak merasakan

keinginan buang air besar sama sekali. Puncaknya pak Ujang tidak BAB selama 12 hari dan

harus dibawa ke IGD karena nyeri perdarahan.

Hasil pemeriksaan rectal toucher teraba massa pada jam 12, permukaan mukosa kasar

berbenjol-benjol, konsistensi kenyal, sarung tangan berlendir darah positif. Hasil pemeriksaan

rontgen menunjukkan sebuah benjolan di usus besar yang menghalangi

STEP 1

1. Konstipasi

2. Rectal Toucher

3. Rectum

4. Rontgen

5. Feses

6. Teraba massa

7. Konsistensi kenyal

1. Kondisi dimana kesulitan buang air besar ditandai dengan BAB keras dan kurang dari 2 kali

seminggu akibat terganggunya penyerapan dan kekurangan serat

2. Salah satu pemeriksaan untuk memeriksa massa feses dengan cara menggunakan hanscoon

lalu mengolesinya dengan gel

3. Tempat pengumpulan feses sebelum dikeluarkan melalui anus dan terdapat diantara prostura

sigmoid

4. Salah satu pemeriksaan diagnostic menggunakan sinar-X dan dapat melihat sampai ke

jaringannya

5. Zat sisa makanan yang dilakukan dikeluarkan melalui anus

Page 2: KARSINOMA KOLORECTAL

6. Adanya penumpukan massa feses, dimana massa tersebut dapat diraba dengan palpasi

7. Keadaan dimana mukosa kenyal seperti gel

STEP 2

1. Mengapa terjadi perdarahan pada rectum dan nyeri ?

2. Mengapa teraba massa hanya pada jam 12 saja ?

3. Mengapa frekuensi buang air besarnya berkurang dan lama kelamaan hilang ?

4. Apa penyebab permukaan mukosanya kenyal, kasar, dan berbenjol ? Apakah normal atau

tidak ?

5. Dari kasus diatas, Apa penyakit yang diderita oleh klien tersebut ?

6. Apa penyebab benjolan di usus besar ?

7. Obat-obat apa saja yang dapat diberikan pada klien untuk mengatasi masalahnya ?

8. Bagaimana tindakan mandiri perawat untuk mengurangi nyeri klien ?

9. Pola makanan yang bagaimana yang dapat menyebabkan komplikasi ?

10. Gejala apa yang dialami klien selain nyeri ?

11. Bagaimana hubungan riwayat kesehatan sebelumnya dengan keadaan klien saat ini ?

12. Bagaimana penatalaksanaan yang harus dilakukan pada klien ?

13. Apa yang akan dialami pasien jika penyakitnya tidak segera ditangani ?

STEP 3

1. Perdarahan terjadi akibat BAB yang keras karena penumpukan feses berlebih sehingga

tekanan saat mengedan meningkat maka terjadi perdarahan

2. Karena jam 12 merupakan puncak dari pembuangan dalam siklus pencernaan

3. Frekuensi BAB lama kelamaan hilang karena adanya benjolan pada usus besar sehingga feses

tertahan dan tidak sampai ke rectum

4. Tidak normal. Hal tersebut terjadi karena dipegaruhi dari faktor makanan seperti bahan

pengawet, pewarna, dll.

5. Karsinoma kolorectal karena terdapat benjolan/pertumbuhan jaringan abnormal

6. Adanya benjolan di usus besar diakibatkan oleh pertumbuhan jaringan abnormal yang

disebabkan oleh factor makanan seperti kolesterol, pewarna buatan, pengawet makanan, dan

dapat pula disebabkan oleh zat-zat yang terkandung dalam rokok

Page 3: KARSINOMA KOLORECTAL

7. Obat-obat pencahar seperti microlax, dulkolax, dan lain-lain. Pemberian cairan enema agar

feses lunak dan pemberian analgetik untuk menangani nyeri pasien

8. Melakukan teknik relaksasi yaitu nafas dalam, melakukan distraksi yaitu pengalihan perhatian

ataupun dengan hipnotis

9. Makanan yang dapat mengakibatkan komplikasi yaitu makanan yang kurang serat dan kurang

minum air putih

10. Kelemahan, penurunan BAB, tidak mau makan, mual

11. Berhubungan, dimana riwayat dahulu pasien sudah mengalami konstipasi dan tidak mengubah

gaya hidup dan pola makannya agar lebih baik sehingga terjadi kanker

12. Penatalaksanaan yang harus dilakukan pada pasien yaitu istirahat yang cukup, minum air

putih, makan makanan berserat, memberikan obat-obat pencahar untuk melunakkan feses,

pemberian kemoterapi agar pertumbuhan jaringan abnormal pada kolonnya tidak semakin

berkembang, dan apabila jaringan tersebut terus tumbuh maka akan dilakukan pembedahan

13. Feses akan terus menumpuk, feses tersebut mengandung racun apabila tidak dikeluarkan akan

menyebabkan tubuh pasien keracunan

STEP 4

.

Faktor Predisposisi :

Makanan ↓ serat Kolesterol ↑ Pengawet ↑ Sering menahan BAB dll

Gangguan penyerapan pada kolon

Feses keras

Konstipasi

Menumpuk di rectum

Perdarahan di rectum

Muncul benjolan pada

colon

Feses terhambat ke rectum

Reflex defekasi ↓/menghilang

Feses tertumpum di usus besar

Gangguan pola eliminasiNyeri

Page 4: KARSINOMA KOLORECTAL

STEP 5

1. Mengetahui defenisi Karsinoma Kolorectal

2. Mengetahui Epidemiologi Karsinoma Kolorectal

3. Mengetahui Etiologi Karsinoma Kolorectal

4. Mengetahui Faktor Resiko Karsinoma Kolorectal

5. Mengetahui Klasifikasi Karsinoma Kolorectal

6. Mengetahui Manifestasi klinik Karsinoma Kolorectal

7. Mengetahui Patofisiologi Karsinoma Kolorectal

8. Mengetahui Stadium Karsinoma Kolorectal

9. Mengetahui Penatalaksanaan Medis dan Non medis Karsinoma Kolorectal

10. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Karsinoma Kolorectal

11. Mengetahui Komplikasi Karsinoma Kolorectal

12. Mengetahui Askep Karsinoma Kolorectal

13. Mengetahui Pencegahan Karsinoma Kolorectal

14. MengetahuiTterapi Herbal Karsinoma Kolorectal

STEP 7

1. Defenisi

Kanker kolorektal adalah kanker yang berasal dalam permukaan usus besar (kolon) atau

rektum/rektal, umumnya kanker kolorektal berawal dari pertumbuhan sel yang tidak

ganas terdapat adenoma atau berbentuk polip.

Kanker kolorektal adalah suatu penyakit neoplasma yang ganas yang berasal atau tumbuh

di dalam struktur saluran usus besar (kolon) dan atau rektum

Kanker kolorektal adalah tumbuhnya sel-sel ganas dalam tubuh di dalam permukaan usus

besar atau rektum. Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang

tidak ganas biasa disebut adenoma yang dalam stadium awal membentuk polip

Kemsimpulan : Karsinoma Kolorektal merupakan tumor ganas yang ditemukan pada kolon

dan rektum yang merupakan bagian dari sistem pencernaan dan terdapatnya adenoma serta

polip

Page 5: KARSINOMA KOLORECTAL

2. Epidemiologi

Di Eropa, penyakit ini menempati urutan kedua sebagai kanker yang paling sering terjadi

pada pria dan wanita pada tingkat insidensi dan mortalitas (Depkes, 2006).

Di Amerika Serikat, insidensi dari kanker kolorektal adalah lebih tinggi di bahagian utara

dan timur, manakala lebih rendah di bahagian selatan dan barat. Kanker kolon dan rektal

merupakan suatu masalah utama dengan 200,000 kes baru telah didiagnosa setiap tahun.

Dengan lebih terperinci 135,000 adalah kolorektal dan 98,200 adalah kolon. Kanker ini

membunuh kira-kira 60,000 orang setiap tahun di Amerika. Pada laki-laki dewasa, kanker

kolorektal menduduki tangga kedua selepas kanker paru manakala pada wanita dewasa,

kanker kolorektal menduduki tangga ketiga selepas kanker payu dara dan paru (Paul

Miskovitz, Marian Betancourt, 2005).

Perkiraan insiden kanker di Indonesia adalah 100/100000 penduduk. Namun hanya 3,2%

dari kasus kanker yang baru mencapai perawatan di RS. Data yang dikumpulkan dari 13

pusat kanker menunjukkan bahwa kanker kolorektal salah satu dari 5 kanker yang paling

sering terdapat pada pria maupun wanita (Depkes,2002).

3. Etiologi

Diet : kebiasaan mengkonsumsi makanan yang rendah serat (sayur-sayuran, buah-

buahan), kebiasaan makan makanan berlemak tinggi dan sumber protein hewani.

Kelainan kolon : Adenoma di kolon : degenerasi maligna menjadi adenokarsinoma.

Familial poliposis : polip di usus mengalami degenerasi maligna menjadi karsinoma.

Kondisi ulserative Penderita colitis ulserativa menahun mempunyai risiko terkena

karsinoma kolon.

Genetik Anak yang berasal dari orangtua yang menderita karsinoma kolon mempunyai

frekuensi 3 ½ kali lebih banyak daripada anak – anak yang orangtuanya sehat.

Faktor gaya hidup: Orang yang merokok, atau menjalani pola makan yang tinggi lemak

dan sedikit buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat risiko yang lebih besar terkena

kankercolorectal.

Page 6: KARSINOMA KOLORECTAL

4. Faktor Resiko

Usia > 40 tahun dan memiliki riwayat gangguan pencernaan

Menderita poliposis atau ada keluarga yang menderita poliposis

Kebiasaan merokok. Perokok memiliki resiko jauh lebih besar untuk terkena kanker

kolorektal dibandingkan bukan perokok.\

Kebiasaan makan. Pernah di teliti bahwa kebiasaan makan banyak daging

dan sedikit buah, sayuran, serta ikan turut meningkatkan resiko terjadinya kanker

kolorektal.

Sedikit beraktivitas. Orang yang beraktivitas fisik lebih banyak memiliki resiko lebih

rendah untuk terbentuk kanker kolorektal.

5. Stadium

1. Stadium A yaitu hanya terbatas pada dinding usus dan angka harapan hidup untuk 5

tahun kedepan 95 – 100 %

2. Stadium B yaitu menembus dinding usus tanpa adanya metastase dan angka harapan

hidup untuk 5 tahun kedepan sekitar 65 – 75 %

3. Stadium C yaitu sudah terjadi metastase. Apabila metastasenya hanya ke kelenjar getah

bening angka harapan hidup untuk 5 tahun kedepan sekitar 30 – 40 % sedangkan apabila

metastasenya sudah menjauh maka perkiraan angka harapan hidup 5 tahun kedepan < 1

%

Prognosis dari pasien kanker kolorektal berhubungan dengan dalamnya penetrasi tumor atau

metastasis jauh. Semua variabel ini digabung sehingga dapat ditentukan sistem satingnya/

tahapannya. Pada tabel ini diaplikasikan dalam mrtode klasifikasi TNH dalam hal ini :

T : menunjukkan kedalaman penetrasi tumor

N : menunjukkan keterlibatan kelenjar getah bening

M : ada tidaknya metastasi jauh

Page 7: KARSINOMA KOLORECTAL

DukesStadium

Deskripsi histopatologiBertahan 5

tahun (%)TNM Derajat

A T1N0M0 IKanker terbatas pada

mukosa/submukosa

>90

B1 T2N0M0 I Kanker mencapai muskularis 85

B2 T3N0M0 IIKanker cenderung masuk /

melewati lapisan serosa

70-80

C TXN1M0 IIITumor melibatkan KGB

regional

35-65

D TXNXM1 IV Metastasis 5

Sumber : Sudoyo, Aru, W. 2009. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : EGC

6. Manifestasi Klinis

Manifestasi kanker kolon secara umum adalah :

Perdarahan rektum

Perubahan pola BAB

Obstruksi intestinal

Nyeri abdomen

Kehilangan berat badan

  Anorexia

Mual dan muntah

Anemia

Massa palpasi

Colon Kanan Colon Kiri Rektal/Rectosigmoid

Page 8: KARSINOMA KOLORECTAL

Nyeri dangkal abdomen.

Anemia

Melena (feses hitam, seperti

tar)

Dyspepsia

Nyeri di atas umbilicus

Anorexia, nausea, vomiting

Rasa tidak nyaman diperut

kanan bawah

Teraba massa saat palpasi

Penurunan BB

Obstruksi (nyeri abdomen

dan kram, penipisan feses,

konstipasi dan distensi )

Adanya darah segar dalam

feses.

Tenesmus

Perdarahan rektal

Perubahan pola BAB

Obstruksi intestine

Evakuasi feses

yang tidak lengkap

setelah defekasi.

Konstipasi dan

diare bergantian.

Feses berdarah.

Perubahan

kebiasaan defekasi.

Perubahan BB

Kanker di kolon tranversum

Jarang memberi keluhan, demikian pula fungsi kolon tak terganggu. Kalau ada keluhan

biasanya akan mengalami metastase ke paru-paru dan hepar.

Gambaran Klinis berdasarkan Stadium

Stadium I : Perdarahan merah segar, tanpa rasa nyeri dan gatal

Stadium II : Perdarahan menonjol, nyeri, dan reposisi spontan

Stadium III : Perdarahan menonjol, sangat nyeri, dan reposisi manual

Stadium IV : Perdarahan tetap, nyeri terus-menerus, dan tidak dapat reposisi

7. Patofisiologi

Penyebab jelas kanker usus besar belum diketahui secara pasti, namun makanan

merupakan faktor yang penting dalam kejadian kanker tersebut. Yaitu berkorelasi dengan

faktor makanan yang mengandung kolesterol dan lemak hewan tinggi, kadar serat yang

rendah, serta adanya interaksi antara bakteri di dalam usus besar dengan asam empedu dan

makanan, selain itu dapat juga dipengaruhi oleh minuman yang beralkohol, khususnya bir.

Page 9: KARSINOMA KOLORECTAL

Kanker kolon dan rektum terutama berjenis histopatologis (95%) adenokarsinoma

(muncul dari lapisan epitel dalam usus = endotel). Munculnya tumor biasanya dimulai

sebagai polip jinak, yang kemudian dapat menjadi ganas dan menyusup, serta merusak;

jaringan normal dan meluas ke dalam struktur sekitarnya. Tumor dapat berupa masa

polipoid, besar, tumbuh ke dalam lumen, dan dengan cepat meluas ke sekitar usus sebagai

striktura annular (mirip cincin). Lesi annular lebih sering terjadi pada bagi rektosigmoid,

sedangkan lesi polipoid yang datar lebih sering terjadi pada sekum dan kolon asendens.

8. Komplikasi

Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.

Metastase ke organ sekitar, melalui hematogen, limfogen dan penyebaran langsung.

Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang

menyebabkan hemorragi.

Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses.

Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.

Pembentukan abses

9. Pemeriksaan Penunjang

Barium enema

Akan terlihat tanda-tanda obstruksi usus yang akan terjadi

Pemeriksaan rectal Toucher

Merupakan pemeriksaan colok dubur yang akan teraba adanya massa. Pemeriksaan darah

samar pada tinja dapat mengindikasikan adanya kanker

Hitung darah lengkap

Akan ditemukan anemia defesiensi zat besi ( Fe )

Ultrasonografi dan Foto Toraks

Untuk melihat ada atau tidaknya metastase dapat dilakukan pemeriksaan fungsi hati.

Endoskopi. Pemeriksaan endoskopi perlu dilakukan baik sigmoidoskopi maupun

kolonoskopi dengan menggunakan teropong, melihat gambaran  rektum dan sigmoid

adanya polip atau daerah abnormal lainnya dalam layar monitor. Sigmoidoskopi atau

kolonoskopi adalah test diagnostik utama digunakan untuk mendeteksi dan melihat

tumor. Sekalian dilakukan biopsy jaringan. Sigmoidoskopi fleksibel dapat mendeteksi 50

Page 10: KARSINOMA KOLORECTAL

% sampai 65 % dari kanker kolorektal. Pemeriksaan enndoskopi dari kolonoskopi

direkomendasikan untuk mengetahui lokasi dan biopsy lesi pada klien dengan perdarahan

rektum. Bila kolonoskopi dilakukan dan visualisasi sekum, barium enema mungkin tidak

dibutuhkan. Tumor dapat tampak membesar, merah, ulseratif sentral, seperti penyakit

divertikula, ulseratif kolitis

Radiologis: - Foto dada untuk melihat apakah ada metastasis ke paru.

- Foto kolon (barium enema)

USG untuk melihat ada atau tidaknya metastasis kanker ke kelenjar getah bening di

abdomen dan hati

CT scan dan MRI yaitu untuk mengkaji apakahsudah ada metastase atau tidak

CEA (carcinoembryogenic antigen) adalah ditemukannya glikoprotein di membran sel

pada banyak jaringan, termasuk kanker kolorektal. Antigen ini dapat dideteksi oleh

radioimmunoassay dari serum atau cairan tubuh lainnya dan sekresi. Karena test ini tidak

spesifik bagi kanker kolorektal dan positif pada lebih dari separuh klien dengan lokalisasi

penyakit, ini tidak termasuk dalam skreening atau test diagnostik dalam pengobatan

penyakit. Ini terutama digunakan sebagai prediktor pada prognsis postoperative dan untuk

deteksi kekambuhan mengikuti pemotongan pembedahan

Test Guaiac pada feces untuk mendeteksi bekuan darah di dalam feces, karena semua

kanker kolorektal mengalami perdarahan intermitten.

Pemeriksaan jumlah sel-sel darah untuk evaluasi anemia. Anemia mikrositik, ditandai

dengan sel-sel darah merah yang kecil, tanpa terlihat penyebab adalah indikasi umum

untuk test diagnostik selanjutnya untuk menemukan kepastian kanker kolorektal

Kolonoskopi digunakan untuk menunjukan gambaran seluruh mukosa kolon dan rectum.

Sebuah standar kolonoskopi panjangnya dapat mencapai 160 cm. Kolonoskopi

merupakan cara yang paling akurat untuk dapat menunjukkan polip dengan ukuran

kurang dari 1 cm dan keakuratan dari pemeriksaan kolonoskopi sebesar 94%, lebih baik

daripada barium enema yang keakuratannya hanya sebesar 67% (Depkes, 2006)

Page 11: KARSINOMA KOLORECTAL

10. Penatalaksanaan

a. Medis

PembedahanLuas reseksi usus tergantung pada lokasi tumor. Upaya reseksi usus dibuat setidaknya 5 cm dari usus normal disetiap sisi tumor.

KemoterapiDengan 5- Flourourasil (5 FU) mencegah terjadinya perkembangan sel-sel abnormal

dan memperbaiki angka harapan hidup.

Terapi Radiasi

Sebelum maupun sudah pembedahan mampu mengurangi tumor dalam batas lokal.

Pasien dengan kanker kolorektal stadium II dan III memiliki resiko tinggi lebih lanjut,

lokal, maupun sistemik, sehingga perlu dilakaukan terapi radiasi

Imunoterapi

Sebagai terapi pelengkap yang digunakan untuk merangsang dan meningkatkan daya

tahan tubuh (imunitas) untuk melawan sel-sel kanker.

b. Non Medis

Penatalaksanaan Diet

Yang perlu diperhatikan yaitu : cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur-sayuran dan

buah-buahan. Serat dapat melancarkan pencemaan dan buang air besar sehingga

berfungsi menghilangkan kotoran dan zat yang tidak berguna di usus, karena kotoran

yang terlalu lama mengendap di usus akan menjadi racun yang memicu sel kanker.

Konsumsi  Kacang-kacangan (lima porsi setiap hari), menghindari makanan yang

mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi terutama yang terdapat pada daging

hewan, menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik, karena hal tersebut

dapat memicu sel karsinogen / sel kanker.

11. Pencegahan

Mengurangi konsumsi makanan yang banyak mengandung bahan pengawet, bahan kimia,

dan pewarna makanan. Mengurangi makanan yang berselera pedas terlalu tinggi,

makanan bersantan kental, banyak mengandung lemak, kalori, dan tinggi protein serta

rendah serat.

Page 12: KARSINOMA KOLORECTAL

Perbanyak konsumsi buah dan sayuran yang banyak mengandung serat alami, nilai gizi

seimbang, kalsium, asam folat, vitamin E, vitamin D, kaya anti oksidan yang dapat

melindungi serangkaian sistem pencernaan tetap aman

Jangan melakukan diet ketat yang dapat menurunkan daya imunitas tubuh

Pertahankan indeks massa tubuh antara 18,5 – 25,0 kg/m2

Tidak merokok

Segera melakukan kolonoskopi dan polipektomi pada pasien yang ditemukan adanya

polip

Melakukan deteksi dini dengan tes darah samar sejak usia 40 tahun untuk mengetahui

adanya penyakit pada stadium dini sehingga dapat dilakukan penanganan atau terapi

kuratif

Diet yang direkomendasikan :

- Menurunkan lemak dari 40 % ke 30% dari total kalori

- Meningkatkan konsumsi makanan yang banyak mengandung serat

- Membatasi makanan yang diasinkan, diawetkan, dan diasapkan

- Mengurangi konsumsi alkohol

Melaksanakan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur.

12. Terapi Herbal

Kunir putih dengan cara menyeduhnya yaitu campurkan 1 sdt bubuk kunir putih dengan

setengah gelas 200ml air hangat, aduk sampai rata lalu di minum

Aturan minumnya.

o Pengobatan 3x1 sesudah makan

o Pencegahan 1x1 sesudah makan

Terapi ajuvan untuk menurunkan tingkat rekurensi KKR setelah operasi.

Ace max :salah satu obat herbal terbaik untuk mengatasi kanker usus secara aman tanpa

efek samping yang membahayakan bagi tubuh dan berdasarkan hasil penelitian obat

herbal ace maxs terkandung senyawa zat berkhasiat yang memiliki daya kerja 10.000 X

lipat lebih kuat dalam merusak dan membunuh sel kanker dibanding dengan kemoterapi

modern.

Page 13: KARSINOMA KOLORECTAL

13. Askep

1. Pengkajian

a. Identitas klien

Lakukan pengkaijian pada identitas klien dan isi identitasnya meliputi Nama, Jenis

Kelamin, Suku Bangsa, Tanggal Lahir, Alamat, Agama, dan Tanggal Pengkajian

b. Keluhan utama

Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan : kesehatan adalah perasaan

lelah, nyeri abdomen atau rektal.

c. Riwayat kesehatan sekarang

Penderita penyakit kanker kolorektal menampakkan gejala nyeri abdomen, cepat

lelah, dan nyeri rektal

d. Riwayat kesehatan terdahulu

Penyakit yang pernah dialami pasien sebelum masuk rumah sakit, kemungkinan

pasien pernah menderita penyakit sebelumnya seperti radang usus.

e. Riwayat kesehatan keluarga

Penyakit adanya penyakit kanker kolorektal pada anggota keluarga yang lain.

f. Data dasar pengkajian pasien

1. Pemeriksaan fisik

Tanda-tanda kanker kolorektal tergantung letak, tanda-tanda biasanya :

Perdarahan pada rektal

Anemia

Perubahan feses

2. Pemeriksaan psikososial

Orang-orang sering terlambat untuk mencoba perawatan kesehatan karena

khawatir dengan diagnosa  kanker. Kanker biasanya berhubungan dengan

kematian dan kesakitan. Banyak orang tidak sadar dengan kemajuan pengobatan

dan peningkatan angka kelangsungan hidup. Deteksi dini adalah cara untuk

mengontrol Ca Colon dan keterlambatan dalam mencoba perawatan kesehatan

dapat mengurangi kesempatan untuk bertahan hidup dan menguatkan

kekhawatiran klien dan keluarga klien.

Page 14: KARSINOMA KOLORECTAL

Orang-oarang yang hidup dalam gaya hidup sehat dan mengikuti oedoman

kesehatan mungkin merasa takut bila melihat pengobatan klinik, klien ini

mungkin merasa kehilangan kontrol, tidak berdaya dan shock. Proses diagnosa

secara umum meluas dan dapat menyebabkan kebosanan dan menumbuhkan

kegelisahan pada pasien dan keluarga pasien. Perawat membolehkan klien untuk

bertanya dan mengungkapkan perasaanya selama proses ini.

Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan 1 : Konstipasi b.d lesi obstruksi

Tujuan : setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam, diharapkan pasien tidak

mengalami, konstipasi lagi

Kriteria evaluasi :

1. konstipasi berkurang

2. nyeri berkurang

Intervensi Rasional

Pertahankan eliminasi frekuensi dan

konsistensi defekasi. Dorong asupan harian,

sedikitnya 2 liter cairan sampai dengan 8-10

gelas

menurunkan resiko iritasi mukosa

Anjurkan satu gelas air hangat yang diminum

30 menit sebelum sarapan

cairan ini bertindak sebagai stimulus untuk

peeluaran feses

Kolaborasi, berikan pelunak feses sesuai

indikasi

mungkin perlu untuk merangsang

peristaltik dengan perlahan

Page 15: KARSINOMA KOLORECTAL

Diagnosa keperawatan 2: Nyeri b.d kerusakan integritas jaringan, respon pembedahan.

Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam pasca bedah nyeri berkurang atau teradaptasi

Kriteria evaluasi :

3. Secara subjektif pernyataan nyeri berkurang atau beradaptasi

4. Skala nyeri 0 – 1 (0-4)

5. TTV dalam batas normal, wajah pasien rileks.

Intervensi Rasional

Jelaskan dan bantu pasien dengan tindakan

pereda nyeri nonfarmakologi dan noninvasif

Pendekatan dengan menggunakan

relaksasi dan nonfarmakologi lainnya

telah menunjukkan keefektifan dalam

mengurangi nyeri.

Beri oksigen nasal apabila skala nyeri > 3

(0-4)

Istirahatkan pasien pada saat nyeri

muncul.

Atur posisi fisiologis

Ajarkan teknik relaksasi pernapasan

dalam pada saat nyeri muncul.

Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri

Pemberian oksigen, dilakukan untuk

memenuhi kebutuhan oksigen pada saat

pasien mengalami nyeri pascabedah yang

dapat mengganggu kondisi hemodinamik.

Istirahat secara fisiologis akan

menurunkan kebutuhan metabolisme

basal.

Pengaturan posisi semifowler dapat

membantu merelaksasi otot- otot

abdomen pascabedah sehingga dapat

menurunkan stimulus nyeri daari luka

pasca bedah.

Mengingatkan intake oksigen sehingga

akan menurunkan nyeri sekunder dari

penurunan oksigen local.

Distraksi (penglihatan perhatian )dapat

Page 16: KARSINOMA KOLORECTAL

Lakukan manajemen sentuhan

menurunkan stimulus internal.

Manajemen sentuhan pada saat nyeri

berupa sentuhan dukungan psikologis

dapat membantu menurunkan nyeri.

Tingkatkan pengetahuan tentang sebab-sebab

nyeri dan menghubungkan berapa lama nyeri

akan berlangsung.

Pengetahuan yang akan dirasakan

membantu mengurangi nyerinya dan dapat

membantu mengembangkan kepatuhan

pasien terhadap rencana terapeutik.

Kolaborasi dengan tim medis untuk

pemberian:

Analgetik melalui intravena

Analgetik diberikan untuk membantu

menghambat stimulus nyeri ke pusat

persepsi nyeri di korteks serebri sehingga

nyeri dapat berkurang.

Diagnosa Keperawatan 3: Gangguan defekasi b.d perubahan eliminasi alvi akibat

penurunan asupan cairan dan serat, kelemahan otot abdomen

sekunder akibat Ca Rectum

Tujuan :

1. Klien akan menunjukkan pengetahuan akan program defekasi yang dibutuhkan.

2. Melaporkan keluarnya feses dengan berkurangnya nyeri dan mengejan.

Kriteria Evaluasi: Setelah dilakukan perawatan 3x24jam pola defekasi pasin normal

kembali (2x1hari), bentuk feses lonjong dan lunak, nyeri saat defekasi

berkurang skala: 3-4

Intervensi Rasional

observasi warna dan konsistensi feses,

frekuensi, keluarnya flatus, bising usus dan

nyeri terkan abdomen.

Pantau tanda gejala rupture usus dan/atau

peritonitis.

Merupakan tindakan dependent

perawat dalam memberikan bantuan

defekasi kepada klien.

Observasi faktor penyebab konstipasi. Mengetahui dengan jelas faktor

penyebab memudahkan pilihan

Page 17: KARSINOMA KOLORECTAL

intervensi yang tepat.

Ajarkan klien dalam bantuan eleminasi defekasi. Akan meningkatkan pola defekasi

yang optimal.

Anjurkan klien untuk menghindari mengejan

selama defekasi.

Keadaan ini dapat menjadi penyebab

kelemahan otot abdomen dan

penurunan peristaltic usus, yang dapat

menyebakan konstipasi.

Observasi bising usus dan peristaltic perut klien Untuk mengetahui aktivitas kinerja

sistem pencernaan klien

Konsultasikan pada ahli gizi untuk meningkatkan

serat dan cairan dalam diet.

Pada keadaan kekurangan serat dan

cairan

Konsultasikan dengan dokter untuk memberikan

bantuan eleminasi, seperti: diet, pelembut feses,

enema dan laksatif.

Tindakan kolaboratif untuk

mempercepat penyembuhan

Daftar Pustaka

Page 18: KARSINOMA KOLORECTAL

Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo

Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.

Davey, Patrick .2005. at al. Aglance Medicine. Jakarta : Erlangga

Smeltzer and Bare. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. (Edisi VIII). akarta: EGC.

Wijayakusuma, Hembing. 2005. Atasi kanker dengan Tanaman Obat. Jakarta : Perpustakaan

Nasional RI

Zahari, A. 2002. Deteksi dan Diagnosa dini dan Penatalaksanaanya. Simposium Onkologi

Terkini : Padang