Kasus
Ada Apa Denganku..??
Pak Ujang (51 tahun) dating ke IGD rumah sakit dengan keluhan perdarahan per rectum
disertai nyeri. Pak Ujang mengatakan sudah dua belas hari kesulitan buang air besar.
Hasilpengkajian didapatkan bahwa sejak 6 bulan yang lalu Pak Ujang mengalami konstipasi.
Awalnya frekuensi buang air besar berkurang, tetapi lama kelamaan Pak Ujang tidak merasakan
keinginan buang air besar sama sekali. Puncaknya pak Ujang tidak BAB selama 12 hari dan
harus dibawa ke IGD karena nyeri perdarahan.
Hasil pemeriksaan rectal toucher teraba massa pada jam 12, permukaan mukosa kasar
berbenjol-benjol, konsistensi kenyal, sarung tangan berlendir darah positif. Hasil pemeriksaan
rontgen menunjukkan sebuah benjolan di usus besar yang menghalangi
STEP 1
1. Konstipasi
2. Rectal Toucher
3. Rectum
4. Rontgen
5. Feses
6. Teraba massa
7. Konsistensi kenyal
1. Kondisi dimana kesulitan buang air besar ditandai dengan BAB keras dan kurang dari 2 kali
seminggu akibat terganggunya penyerapan dan kekurangan serat
2. Salah satu pemeriksaan untuk memeriksa massa feses dengan cara menggunakan hanscoon
lalu mengolesinya dengan gel
3. Tempat pengumpulan feses sebelum dikeluarkan melalui anus dan terdapat diantara prostura
sigmoid
4. Salah satu pemeriksaan diagnostic menggunakan sinar-X dan dapat melihat sampai ke
jaringannya
5. Zat sisa makanan yang dilakukan dikeluarkan melalui anus
6. Adanya penumpukan massa feses, dimana massa tersebut dapat diraba dengan palpasi
7. Keadaan dimana mukosa kenyal seperti gel
STEP 2
1. Mengapa terjadi perdarahan pada rectum dan nyeri ?
2. Mengapa teraba massa hanya pada jam 12 saja ?
3. Mengapa frekuensi buang air besarnya berkurang dan lama kelamaan hilang ?
4. Apa penyebab permukaan mukosanya kenyal, kasar, dan berbenjol ? Apakah normal atau
tidak ?
5. Dari kasus diatas, Apa penyakit yang diderita oleh klien tersebut ?
6. Apa penyebab benjolan di usus besar ?
7. Obat-obat apa saja yang dapat diberikan pada klien untuk mengatasi masalahnya ?
8. Bagaimana tindakan mandiri perawat untuk mengurangi nyeri klien ?
9. Pola makanan yang bagaimana yang dapat menyebabkan komplikasi ?
10. Gejala apa yang dialami klien selain nyeri ?
11. Bagaimana hubungan riwayat kesehatan sebelumnya dengan keadaan klien saat ini ?
12. Bagaimana penatalaksanaan yang harus dilakukan pada klien ?
13. Apa yang akan dialami pasien jika penyakitnya tidak segera ditangani ?
STEP 3
1. Perdarahan terjadi akibat BAB yang keras karena penumpukan feses berlebih sehingga
tekanan saat mengedan meningkat maka terjadi perdarahan
2. Karena jam 12 merupakan puncak dari pembuangan dalam siklus pencernaan
3. Frekuensi BAB lama kelamaan hilang karena adanya benjolan pada usus besar sehingga feses
tertahan dan tidak sampai ke rectum
4. Tidak normal. Hal tersebut terjadi karena dipegaruhi dari faktor makanan seperti bahan
pengawet, pewarna, dll.
5. Karsinoma kolorectal karena terdapat benjolan/pertumbuhan jaringan abnormal
6. Adanya benjolan di usus besar diakibatkan oleh pertumbuhan jaringan abnormal yang
disebabkan oleh factor makanan seperti kolesterol, pewarna buatan, pengawet makanan, dan
dapat pula disebabkan oleh zat-zat yang terkandung dalam rokok
7. Obat-obat pencahar seperti microlax, dulkolax, dan lain-lain. Pemberian cairan enema agar
feses lunak dan pemberian analgetik untuk menangani nyeri pasien
8. Melakukan teknik relaksasi yaitu nafas dalam, melakukan distraksi yaitu pengalihan perhatian
ataupun dengan hipnotis
9. Makanan yang dapat mengakibatkan komplikasi yaitu makanan yang kurang serat dan kurang
minum air putih
10. Kelemahan, penurunan BAB, tidak mau makan, mual
11. Berhubungan, dimana riwayat dahulu pasien sudah mengalami konstipasi dan tidak mengubah
gaya hidup dan pola makannya agar lebih baik sehingga terjadi kanker
12. Penatalaksanaan yang harus dilakukan pada pasien yaitu istirahat yang cukup, minum air
putih, makan makanan berserat, memberikan obat-obat pencahar untuk melunakkan feses,
pemberian kemoterapi agar pertumbuhan jaringan abnormal pada kolonnya tidak semakin
berkembang, dan apabila jaringan tersebut terus tumbuh maka akan dilakukan pembedahan
13. Feses akan terus menumpuk, feses tersebut mengandung racun apabila tidak dikeluarkan akan
menyebabkan tubuh pasien keracunan
STEP 4
.
Faktor Predisposisi :
Makanan ↓ serat Kolesterol ↑ Pengawet ↑ Sering menahan BAB dll
Gangguan penyerapan pada kolon
Feses keras
Konstipasi
Menumpuk di rectum
Perdarahan di rectum
Muncul benjolan pada
colon
Feses terhambat ke rectum
Reflex defekasi ↓/menghilang
Feses tertumpum di usus besar
Gangguan pola eliminasiNyeri
STEP 5
1. Mengetahui defenisi Karsinoma Kolorectal
2. Mengetahui Epidemiologi Karsinoma Kolorectal
3. Mengetahui Etiologi Karsinoma Kolorectal
4. Mengetahui Faktor Resiko Karsinoma Kolorectal
5. Mengetahui Klasifikasi Karsinoma Kolorectal
6. Mengetahui Manifestasi klinik Karsinoma Kolorectal
7. Mengetahui Patofisiologi Karsinoma Kolorectal
8. Mengetahui Stadium Karsinoma Kolorectal
9. Mengetahui Penatalaksanaan Medis dan Non medis Karsinoma Kolorectal
10. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Karsinoma Kolorectal
11. Mengetahui Komplikasi Karsinoma Kolorectal
12. Mengetahui Askep Karsinoma Kolorectal
13. Mengetahui Pencegahan Karsinoma Kolorectal
14. MengetahuiTterapi Herbal Karsinoma Kolorectal
STEP 7
1. Defenisi
Kanker kolorektal adalah kanker yang berasal dalam permukaan usus besar (kolon) atau
rektum/rektal, umumnya kanker kolorektal berawal dari pertumbuhan sel yang tidak
ganas terdapat adenoma atau berbentuk polip.
Kanker kolorektal adalah suatu penyakit neoplasma yang ganas yang berasal atau tumbuh
di dalam struktur saluran usus besar (kolon) dan atau rektum
Kanker kolorektal adalah tumbuhnya sel-sel ganas dalam tubuh di dalam permukaan usus
besar atau rektum. Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang
tidak ganas biasa disebut adenoma yang dalam stadium awal membentuk polip
Kemsimpulan : Karsinoma Kolorektal merupakan tumor ganas yang ditemukan pada kolon
dan rektum yang merupakan bagian dari sistem pencernaan dan terdapatnya adenoma serta
polip
2. Epidemiologi
Di Eropa, penyakit ini menempati urutan kedua sebagai kanker yang paling sering terjadi
pada pria dan wanita pada tingkat insidensi dan mortalitas (Depkes, 2006).
Di Amerika Serikat, insidensi dari kanker kolorektal adalah lebih tinggi di bahagian utara
dan timur, manakala lebih rendah di bahagian selatan dan barat. Kanker kolon dan rektal
merupakan suatu masalah utama dengan 200,000 kes baru telah didiagnosa setiap tahun.
Dengan lebih terperinci 135,000 adalah kolorektal dan 98,200 adalah kolon. Kanker ini
membunuh kira-kira 60,000 orang setiap tahun di Amerika. Pada laki-laki dewasa, kanker
kolorektal menduduki tangga kedua selepas kanker paru manakala pada wanita dewasa,
kanker kolorektal menduduki tangga ketiga selepas kanker payu dara dan paru (Paul
Miskovitz, Marian Betancourt, 2005).
Perkiraan insiden kanker di Indonesia adalah 100/100000 penduduk. Namun hanya 3,2%
dari kasus kanker yang baru mencapai perawatan di RS. Data yang dikumpulkan dari 13
pusat kanker menunjukkan bahwa kanker kolorektal salah satu dari 5 kanker yang paling
sering terdapat pada pria maupun wanita (Depkes,2002).
3. Etiologi
Diet : kebiasaan mengkonsumsi makanan yang rendah serat (sayur-sayuran, buah-
buahan), kebiasaan makan makanan berlemak tinggi dan sumber protein hewani.
Kelainan kolon : Adenoma di kolon : degenerasi maligna menjadi adenokarsinoma.
Familial poliposis : polip di usus mengalami degenerasi maligna menjadi karsinoma.
Kondisi ulserative Penderita colitis ulserativa menahun mempunyai risiko terkena
karsinoma kolon.
Genetik Anak yang berasal dari orangtua yang menderita karsinoma kolon mempunyai
frekuensi 3 ½ kali lebih banyak daripada anak – anak yang orangtuanya sehat.
Faktor gaya hidup: Orang yang merokok, atau menjalani pola makan yang tinggi lemak
dan sedikit buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat risiko yang lebih besar terkena
kankercolorectal.
4. Faktor Resiko
Usia > 40 tahun dan memiliki riwayat gangguan pencernaan
Menderita poliposis atau ada keluarga yang menderita poliposis
Kebiasaan merokok. Perokok memiliki resiko jauh lebih besar untuk terkena kanker
kolorektal dibandingkan bukan perokok.\
Kebiasaan makan. Pernah di teliti bahwa kebiasaan makan banyak daging
dan sedikit buah, sayuran, serta ikan turut meningkatkan resiko terjadinya kanker
kolorektal.
Sedikit beraktivitas. Orang yang beraktivitas fisik lebih banyak memiliki resiko lebih
rendah untuk terbentuk kanker kolorektal.
5. Stadium
1. Stadium A yaitu hanya terbatas pada dinding usus dan angka harapan hidup untuk 5
tahun kedepan 95 – 100 %
2. Stadium B yaitu menembus dinding usus tanpa adanya metastase dan angka harapan
hidup untuk 5 tahun kedepan sekitar 65 – 75 %
3. Stadium C yaitu sudah terjadi metastase. Apabila metastasenya hanya ke kelenjar getah
bening angka harapan hidup untuk 5 tahun kedepan sekitar 30 – 40 % sedangkan apabila
metastasenya sudah menjauh maka perkiraan angka harapan hidup 5 tahun kedepan < 1
%
Prognosis dari pasien kanker kolorektal berhubungan dengan dalamnya penetrasi tumor atau
metastasis jauh. Semua variabel ini digabung sehingga dapat ditentukan sistem satingnya/
tahapannya. Pada tabel ini diaplikasikan dalam mrtode klasifikasi TNH dalam hal ini :
T : menunjukkan kedalaman penetrasi tumor
N : menunjukkan keterlibatan kelenjar getah bening
M : ada tidaknya metastasi jauh
DukesStadium
Deskripsi histopatologiBertahan 5
tahun (%)TNM Derajat
A T1N0M0 IKanker terbatas pada
mukosa/submukosa
>90
B1 T2N0M0 I Kanker mencapai muskularis 85
B2 T3N0M0 IIKanker cenderung masuk /
melewati lapisan serosa
70-80
C TXN1M0 IIITumor melibatkan KGB
regional
35-65
D TXNXM1 IV Metastasis 5
Sumber : Sudoyo, Aru, W. 2009. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : EGC
6. Manifestasi Klinis
Manifestasi kanker kolon secara umum adalah :
Perdarahan rektum
Perubahan pola BAB
Obstruksi intestinal
Nyeri abdomen
Kehilangan berat badan
Anorexia
Mual dan muntah
Anemia
Massa palpasi
Colon Kanan Colon Kiri Rektal/Rectosigmoid
Nyeri dangkal abdomen.
Anemia
Melena (feses hitam, seperti
tar)
Dyspepsia
Nyeri di atas umbilicus
Anorexia, nausea, vomiting
Rasa tidak nyaman diperut
kanan bawah
Teraba massa saat palpasi
Penurunan BB
Obstruksi (nyeri abdomen
dan kram, penipisan feses,
konstipasi dan distensi )
Adanya darah segar dalam
feses.
Tenesmus
Perdarahan rektal
Perubahan pola BAB
Obstruksi intestine
Evakuasi feses
yang tidak lengkap
setelah defekasi.
Konstipasi dan
diare bergantian.
Feses berdarah.
Perubahan
kebiasaan defekasi.
Perubahan BB
Kanker di kolon tranversum
Jarang memberi keluhan, demikian pula fungsi kolon tak terganggu. Kalau ada keluhan
biasanya akan mengalami metastase ke paru-paru dan hepar.
Gambaran Klinis berdasarkan Stadium
Stadium I : Perdarahan merah segar, tanpa rasa nyeri dan gatal
Stadium II : Perdarahan menonjol, nyeri, dan reposisi spontan
Stadium III : Perdarahan menonjol, sangat nyeri, dan reposisi manual
Stadium IV : Perdarahan tetap, nyeri terus-menerus, dan tidak dapat reposisi
7. Patofisiologi
Penyebab jelas kanker usus besar belum diketahui secara pasti, namun makanan
merupakan faktor yang penting dalam kejadian kanker tersebut. Yaitu berkorelasi dengan
faktor makanan yang mengandung kolesterol dan lemak hewan tinggi, kadar serat yang
rendah, serta adanya interaksi antara bakteri di dalam usus besar dengan asam empedu dan
makanan, selain itu dapat juga dipengaruhi oleh minuman yang beralkohol, khususnya bir.
Kanker kolon dan rektum terutama berjenis histopatologis (95%) adenokarsinoma
(muncul dari lapisan epitel dalam usus = endotel). Munculnya tumor biasanya dimulai
sebagai polip jinak, yang kemudian dapat menjadi ganas dan menyusup, serta merusak;
jaringan normal dan meluas ke dalam struktur sekitarnya. Tumor dapat berupa masa
polipoid, besar, tumbuh ke dalam lumen, dan dengan cepat meluas ke sekitar usus sebagai
striktura annular (mirip cincin). Lesi annular lebih sering terjadi pada bagi rektosigmoid,
sedangkan lesi polipoid yang datar lebih sering terjadi pada sekum dan kolon asendens.
8. Komplikasi
Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.
Metastase ke organ sekitar, melalui hematogen, limfogen dan penyebaran langsung.
Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang
menyebabkan hemorragi.
Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses.
Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.
Pembentukan abses
9. Pemeriksaan Penunjang
Barium enema
Akan terlihat tanda-tanda obstruksi usus yang akan terjadi
Pemeriksaan rectal Toucher
Merupakan pemeriksaan colok dubur yang akan teraba adanya massa. Pemeriksaan darah
samar pada tinja dapat mengindikasikan adanya kanker
Hitung darah lengkap
Akan ditemukan anemia defesiensi zat besi ( Fe )
Ultrasonografi dan Foto Toraks
Untuk melihat ada atau tidaknya metastase dapat dilakukan pemeriksaan fungsi hati.
Endoskopi. Pemeriksaan endoskopi perlu dilakukan baik sigmoidoskopi maupun
kolonoskopi dengan menggunakan teropong, melihat gambaran rektum dan sigmoid
adanya polip atau daerah abnormal lainnya dalam layar monitor. Sigmoidoskopi atau
kolonoskopi adalah test diagnostik utama digunakan untuk mendeteksi dan melihat
tumor. Sekalian dilakukan biopsy jaringan. Sigmoidoskopi fleksibel dapat mendeteksi 50
% sampai 65 % dari kanker kolorektal. Pemeriksaan enndoskopi dari kolonoskopi
direkomendasikan untuk mengetahui lokasi dan biopsy lesi pada klien dengan perdarahan
rektum. Bila kolonoskopi dilakukan dan visualisasi sekum, barium enema mungkin tidak
dibutuhkan. Tumor dapat tampak membesar, merah, ulseratif sentral, seperti penyakit
divertikula, ulseratif kolitis
Radiologis: - Foto dada untuk melihat apakah ada metastasis ke paru.
- Foto kolon (barium enema)
USG untuk melihat ada atau tidaknya metastasis kanker ke kelenjar getah bening di
abdomen dan hati
CT scan dan MRI yaitu untuk mengkaji apakahsudah ada metastase atau tidak
CEA (carcinoembryogenic antigen) adalah ditemukannya glikoprotein di membran sel
pada banyak jaringan, termasuk kanker kolorektal. Antigen ini dapat dideteksi oleh
radioimmunoassay dari serum atau cairan tubuh lainnya dan sekresi. Karena test ini tidak
spesifik bagi kanker kolorektal dan positif pada lebih dari separuh klien dengan lokalisasi
penyakit, ini tidak termasuk dalam skreening atau test diagnostik dalam pengobatan
penyakit. Ini terutama digunakan sebagai prediktor pada prognsis postoperative dan untuk
deteksi kekambuhan mengikuti pemotongan pembedahan
Test Guaiac pada feces untuk mendeteksi bekuan darah di dalam feces, karena semua
kanker kolorektal mengalami perdarahan intermitten.
Pemeriksaan jumlah sel-sel darah untuk evaluasi anemia. Anemia mikrositik, ditandai
dengan sel-sel darah merah yang kecil, tanpa terlihat penyebab adalah indikasi umum
untuk test diagnostik selanjutnya untuk menemukan kepastian kanker kolorektal
Kolonoskopi digunakan untuk menunjukan gambaran seluruh mukosa kolon dan rectum.
Sebuah standar kolonoskopi panjangnya dapat mencapai 160 cm. Kolonoskopi
merupakan cara yang paling akurat untuk dapat menunjukkan polip dengan ukuran
kurang dari 1 cm dan keakuratan dari pemeriksaan kolonoskopi sebesar 94%, lebih baik
daripada barium enema yang keakuratannya hanya sebesar 67% (Depkes, 2006)
10. Penatalaksanaan
a. Medis
PembedahanLuas reseksi usus tergantung pada lokasi tumor. Upaya reseksi usus dibuat setidaknya 5 cm dari usus normal disetiap sisi tumor.
KemoterapiDengan 5- Flourourasil (5 FU) mencegah terjadinya perkembangan sel-sel abnormal
dan memperbaiki angka harapan hidup.
Terapi Radiasi
Sebelum maupun sudah pembedahan mampu mengurangi tumor dalam batas lokal.
Pasien dengan kanker kolorektal stadium II dan III memiliki resiko tinggi lebih lanjut,
lokal, maupun sistemik, sehingga perlu dilakaukan terapi radiasi
Imunoterapi
Sebagai terapi pelengkap yang digunakan untuk merangsang dan meningkatkan daya
tahan tubuh (imunitas) untuk melawan sel-sel kanker.
b. Non Medis
Penatalaksanaan Diet
Yang perlu diperhatikan yaitu : cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur-sayuran dan
buah-buahan. Serat dapat melancarkan pencemaan dan buang air besar sehingga
berfungsi menghilangkan kotoran dan zat yang tidak berguna di usus, karena kotoran
yang terlalu lama mengendap di usus akan menjadi racun yang memicu sel kanker.
Konsumsi Kacang-kacangan (lima porsi setiap hari), menghindari makanan yang
mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi terutama yang terdapat pada daging
hewan, menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik, karena hal tersebut
dapat memicu sel karsinogen / sel kanker.
11. Pencegahan
Mengurangi konsumsi makanan yang banyak mengandung bahan pengawet, bahan kimia,
dan pewarna makanan. Mengurangi makanan yang berselera pedas terlalu tinggi,
makanan bersantan kental, banyak mengandung lemak, kalori, dan tinggi protein serta
rendah serat.
Perbanyak konsumsi buah dan sayuran yang banyak mengandung serat alami, nilai gizi
seimbang, kalsium, asam folat, vitamin E, vitamin D, kaya anti oksidan yang dapat
melindungi serangkaian sistem pencernaan tetap aman
Jangan melakukan diet ketat yang dapat menurunkan daya imunitas tubuh
Pertahankan indeks massa tubuh antara 18,5 – 25,0 kg/m2
Tidak merokok
Segera melakukan kolonoskopi dan polipektomi pada pasien yang ditemukan adanya
polip
Melakukan deteksi dini dengan tes darah samar sejak usia 40 tahun untuk mengetahui
adanya penyakit pada stadium dini sehingga dapat dilakukan penanganan atau terapi
kuratif
Diet yang direkomendasikan :
- Menurunkan lemak dari 40 % ke 30% dari total kalori
- Meningkatkan konsumsi makanan yang banyak mengandung serat
- Membatasi makanan yang diasinkan, diawetkan, dan diasapkan
- Mengurangi konsumsi alkohol
Melaksanakan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur.
12. Terapi Herbal
Kunir putih dengan cara menyeduhnya yaitu campurkan 1 sdt bubuk kunir putih dengan
setengah gelas 200ml air hangat, aduk sampai rata lalu di minum
Aturan minumnya.
o Pengobatan 3x1 sesudah makan
o Pencegahan 1x1 sesudah makan
Terapi ajuvan untuk menurunkan tingkat rekurensi KKR setelah operasi.
Ace max :salah satu obat herbal terbaik untuk mengatasi kanker usus secara aman tanpa
efek samping yang membahayakan bagi tubuh dan berdasarkan hasil penelitian obat
herbal ace maxs terkandung senyawa zat berkhasiat yang memiliki daya kerja 10.000 X
lipat lebih kuat dalam merusak dan membunuh sel kanker dibanding dengan kemoterapi
modern.
13. Askep
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Lakukan pengkaijian pada identitas klien dan isi identitasnya meliputi Nama, Jenis
Kelamin, Suku Bangsa, Tanggal Lahir, Alamat, Agama, dan Tanggal Pengkajian
b. Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan : kesehatan adalah perasaan
lelah, nyeri abdomen atau rektal.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Penderita penyakit kanker kolorektal menampakkan gejala nyeri abdomen, cepat
lelah, dan nyeri rektal
d. Riwayat kesehatan terdahulu
Penyakit yang pernah dialami pasien sebelum masuk rumah sakit, kemungkinan
pasien pernah menderita penyakit sebelumnya seperti radang usus.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit adanya penyakit kanker kolorektal pada anggota keluarga yang lain.
f. Data dasar pengkajian pasien
1. Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda kanker kolorektal tergantung letak, tanda-tanda biasanya :
Perdarahan pada rektal
Anemia
Perubahan feses
2. Pemeriksaan psikososial
Orang-orang sering terlambat untuk mencoba perawatan kesehatan karena
khawatir dengan diagnosa kanker. Kanker biasanya berhubungan dengan
kematian dan kesakitan. Banyak orang tidak sadar dengan kemajuan pengobatan
dan peningkatan angka kelangsungan hidup. Deteksi dini adalah cara untuk
mengontrol Ca Colon dan keterlambatan dalam mencoba perawatan kesehatan
dapat mengurangi kesempatan untuk bertahan hidup dan menguatkan
kekhawatiran klien dan keluarga klien.
Orang-oarang yang hidup dalam gaya hidup sehat dan mengikuti oedoman
kesehatan mungkin merasa takut bila melihat pengobatan klinik, klien ini
mungkin merasa kehilangan kontrol, tidak berdaya dan shock. Proses diagnosa
secara umum meluas dan dapat menyebabkan kebosanan dan menumbuhkan
kegelisahan pada pasien dan keluarga pasien. Perawat membolehkan klien untuk
bertanya dan mengungkapkan perasaanya selama proses ini.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan 1 : Konstipasi b.d lesi obstruksi
Tujuan : setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam, diharapkan pasien tidak
mengalami, konstipasi lagi
Kriteria evaluasi :
1. konstipasi berkurang
2. nyeri berkurang
Intervensi Rasional
Pertahankan eliminasi frekuensi dan
konsistensi defekasi. Dorong asupan harian,
sedikitnya 2 liter cairan sampai dengan 8-10
gelas
menurunkan resiko iritasi mukosa
Anjurkan satu gelas air hangat yang diminum
30 menit sebelum sarapan
cairan ini bertindak sebagai stimulus untuk
peeluaran feses
Kolaborasi, berikan pelunak feses sesuai
indikasi
mungkin perlu untuk merangsang
peristaltik dengan perlahan
Diagnosa keperawatan 2: Nyeri b.d kerusakan integritas jaringan, respon pembedahan.
Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam pasca bedah nyeri berkurang atau teradaptasi
Kriteria evaluasi :
3. Secara subjektif pernyataan nyeri berkurang atau beradaptasi
4. Skala nyeri 0 – 1 (0-4)
5. TTV dalam batas normal, wajah pasien rileks.
Intervensi Rasional
Jelaskan dan bantu pasien dengan tindakan
pereda nyeri nonfarmakologi dan noninvasif
Pendekatan dengan menggunakan
relaksasi dan nonfarmakologi lainnya
telah menunjukkan keefektifan dalam
mengurangi nyeri.
Beri oksigen nasal apabila skala nyeri > 3
(0-4)
Istirahatkan pasien pada saat nyeri
muncul.
Atur posisi fisiologis
Ajarkan teknik relaksasi pernapasan
dalam pada saat nyeri muncul.
Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri
Pemberian oksigen, dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan oksigen pada saat
pasien mengalami nyeri pascabedah yang
dapat mengganggu kondisi hemodinamik.
Istirahat secara fisiologis akan
menurunkan kebutuhan metabolisme
basal.
Pengaturan posisi semifowler dapat
membantu merelaksasi otot- otot
abdomen pascabedah sehingga dapat
menurunkan stimulus nyeri daari luka
pasca bedah.
Mengingatkan intake oksigen sehingga
akan menurunkan nyeri sekunder dari
penurunan oksigen local.
Distraksi (penglihatan perhatian )dapat
Lakukan manajemen sentuhan
menurunkan stimulus internal.
Manajemen sentuhan pada saat nyeri
berupa sentuhan dukungan psikologis
dapat membantu menurunkan nyeri.
Tingkatkan pengetahuan tentang sebab-sebab
nyeri dan menghubungkan berapa lama nyeri
akan berlangsung.
Pengetahuan yang akan dirasakan
membantu mengurangi nyerinya dan dapat
membantu mengembangkan kepatuhan
pasien terhadap rencana terapeutik.
Kolaborasi dengan tim medis untuk
pemberian:
Analgetik melalui intravena
Analgetik diberikan untuk membantu
menghambat stimulus nyeri ke pusat
persepsi nyeri di korteks serebri sehingga
nyeri dapat berkurang.
Diagnosa Keperawatan 3: Gangguan defekasi b.d perubahan eliminasi alvi akibat
penurunan asupan cairan dan serat, kelemahan otot abdomen
sekunder akibat Ca Rectum
Tujuan :
1. Klien akan menunjukkan pengetahuan akan program defekasi yang dibutuhkan.
2. Melaporkan keluarnya feses dengan berkurangnya nyeri dan mengejan.
Kriteria Evaluasi: Setelah dilakukan perawatan 3x24jam pola defekasi pasin normal
kembali (2x1hari), bentuk feses lonjong dan lunak, nyeri saat defekasi
berkurang skala: 3-4
Intervensi Rasional
observasi warna dan konsistensi feses,
frekuensi, keluarnya flatus, bising usus dan
nyeri terkan abdomen.
Pantau tanda gejala rupture usus dan/atau
peritonitis.
Merupakan tindakan dependent
perawat dalam memberikan bantuan
defekasi kepada klien.
Observasi faktor penyebab konstipasi. Mengetahui dengan jelas faktor
penyebab memudahkan pilihan
intervensi yang tepat.
Ajarkan klien dalam bantuan eleminasi defekasi. Akan meningkatkan pola defekasi
yang optimal.
Anjurkan klien untuk menghindari mengejan
selama defekasi.
Keadaan ini dapat menjadi penyebab
kelemahan otot abdomen dan
penurunan peristaltic usus, yang dapat
menyebakan konstipasi.
Observasi bising usus dan peristaltic perut klien Untuk mengetahui aktivitas kinerja
sistem pencernaan klien
Konsultasikan pada ahli gizi untuk meningkatkan
serat dan cairan dalam diet.
Pada keadaan kekurangan serat dan
cairan
Konsultasikan dengan dokter untuk memberikan
bantuan eleminasi, seperti: diet, pelembut feses,
enema dan laksatif.
Tindakan kolaboratif untuk
mempercepat penyembuhan
Daftar Pustaka
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo
Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.
Davey, Patrick .2005. at al. Aglance Medicine. Jakarta : Erlangga
Smeltzer and Bare. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. (Edisi VIII). akarta: EGC.
Wijayakusuma, Hembing. 2005. Atasi kanker dengan Tanaman Obat. Jakarta : Perpustakaan
Nasional RI
Zahari, A. 2002. Deteksi dan Diagnosa dini dan Penatalaksanaanya. Simposium Onkologi
Terkini : Padang