KARSINOMA ENDOMETRIUM

34
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karsinoma endometrium merupakan salah satu kanker ginekologi dengan angka kejadian tertinggi, terutama di negara-negara maju. Selama tahun 2005, diperkirakan di Amerika terdapat sekitar 40.880 kasus baru dengan sekitar 7.100 kematian terjadi karena karsinoma endometrium. Karsinoma endometrium paling sering terdiagnosis pada usia pasca menopause, dimana 75% kasus terjadi pada wanita usia pasca menopause. Meskipun demikian sekitar 20% kasus terdiagnosis pada saat premenopause. Karsinoma endometrium uterus telah mengalami peningkatan angka kejadian di Indonesia, sebagian karena penderita hidup lebih lama dan pelaporan lebih akurat. Sekitar 32.000 kasus di perkirakan akan terjadi setiap tahunnya dengan 5900 kematian. Sepertiga wanita dengan perdarahan pascamenopause mempunyai kanker uterus. Usia rata-rata adalah 61 dan kebanyakan pasien setidaknya berusia 55 tahun (Anwar, 2011). Secara epidemiologi terdapat beberapa faktor risiko yang berkaitan dengan karsinoma endometrium yaitu hormon replacement theraphy, terapi tamoxifen, obesitas, wanita pasca menopause, nulipara atau dengan paritas rendah, dan keadaan anovulasi. Hal- 1

description

KARSINOMA ENDOMETRIUM

Transcript of KARSINOMA ENDOMETRIUM

Page 1: KARSINOMA ENDOMETRIUM

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karsinoma endometrium merupakan salah satu kanker ginekologi dengan

angka kejadian tertinggi, terutama di negara-negara maju. Selama tahun 2005,

diperkirakan di Amerika terdapat sekitar 40.880 kasus baru dengan sekitar

7.100 kematian terjadi karena karsinoma endometrium. Karsinoma

endometrium paling sering terdiagnosis pada usia pasca menopause, dimana

75% kasus terjadi pada wanita usia pasca menopause. Meskipun demikian

sekitar 20% kasus terdiagnosis pada saat premenopause. Karsinoma

endometrium uterus telah mengalami peningkatan angka kejadian di

Indonesia, sebagian karena penderita hidup lebih lama dan pelaporan lebih

akurat. Sekitar 32.000 kasus di perkirakan akan terjadi setiap tahunnya

dengan 5900 kematian. Sepertiga wanita dengan perdarahan pascamenopause

mempunyai kanker uterus. Usia rata-rata adalah 61 dan kebanyakan pasien

setidaknya berusia 55 tahun (Anwar, 2011).

Secara epidemiologi terdapat beberapa faktor risiko yang berkaitan

dengan karsinoma endometrium yaitu hormon replacement theraphy, terapi

tamoxifen, obesitas, wanita pasca menopause, nulipara atau dengan paritas

rendah, dan keadaan anovulasi. Hal-hal tersebut berkaitan dengan keadaan

upopposed estrogen yang meningkatkan risiko terjadinya karsinoma

endometrium. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemaparan terhadap

estrogen atau meningkatkan kadar progesteron, seperti penggunaann

kontrasepsi oral dan merokok, merupakan faktor yang bersifat protektif.

Karsinoma endometrium stadium awal memiliki prognosis yang cukup baik.

Karsinoma endometrium terdiagnosis saat masih terlokalisir memiliki

survival rate lima tahunnya mencapai 96%, dan menurun sampai ke 44%

pada stadium lanjut (Anwar, 2011).

1

Page 2: KARSINOMA ENDOMETRIUM

B. Tujuan

Untuk mengetahui lebih dalam tentang penyakit Karsinoma

Endometrium yang meliputi :

1. Mengetahui pengertian Karsinoma endometrium

2. Mengetahui etiologi dari Karsinoma endometrium

3. Mengetahui patogenesis dan patofisiologi dari Karsinoma endometrium

4. Mengetahui penetapan diagnosis dini serta tata laksana Karsinoma

endometrium

2

Page 3: KARSINOMA ENDOMETRIUM

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Karsinoma endometrium adalah tumor ganas yang muncul dari sel-sel

epitel primer lapisan endometrium. Umumnya dengan differensiasi glandular

dan berpotensi mengenai miometrium dan menyebar jauh. 75% tumor ganas

endometrium adalah adenokarsinoma, sisanya ialah karsinoma epidermoid

atau karsinoma tipe sel squamous (5-10%), adenoakantoma dan

adenosquamous (30%), sarkoma uterin (1-5%) (Barlin, 2010).

Secara biologis dan histologis, karsinoma endometrium adalah jenis

neoplasma yang memiliki dua model patogenesis. Karsinoma endometrium

tipe 1 dengan estrogen dependen dan mempunyai prognosis lebih baik dan

untuk karsinoma endometrium tipe 2 non- estrogen dependen yang lebih

agresif dan berprognosis lebih buruk (Simpson, 2014).

B. Etiologi

Kebanyakan kasus karsinoma endometrium (80%) dihubungkan dengan

endometrium terpapar stimulasi estrogen secara kronis (hormonal) dari

sumber endogen dan eksogen lain. Kanker yang dihubungkan dengan

estrogen (estrogen dependen) cenderung untuk mengalami hiperplasia dan

berdiferensiasi lebih baik dan secara umum punya prognosis baik. Sementara

itu, tipe karsinoma endometrium yang tidak bergantung pada estrogen (non

estrogen dependen) berkembang dengan non hiperplasia dan berdiferensiasi

jelek dan lebih agresif. Banyak kasus karsinoma endometrium yang

dilaporkan pada wanita tanpa faktor resiko yang sudah diketahui seperti

mereka dengan gangguan hormonal. Beberapa studi menunjukan bahwa

sindroma ovarium polikistik dan resistensi insulin yang merupakan

komponen dari sindrom metabolik dapat berperan dalam patogenesis

karsinoma endometrium (Barlin, 2010).

3

Page 4: KARSINOMA ENDOMETRIUM

C. Epidemiologi

Karsinoma endometrium adalah kejadian keganasan tertinggi keenam

yang paling sering terjadi yang terjadi pada wanita di seluruh dunia. Dari

290.000 kasus baru yang dilaporkan pada 2008, terhitung 5% dari semua

kasus keganasan baru pada wanita. Penyakit ini paling banyak terjadi di

negara maju seperti Amerika, negara-negara di Eropa tengah dan Eropa timur

dan insiden lebih rendah di Afrika timur. Tingkat kejadian karsinoma

endometrium seiring pertambahan usia juga meningkat di negara-negara

berkembang (Simpson, 2014).

Di seluruh dunia, angka kejadian karsinoma endometrium seiring

pertambahan usia berkisar antara 15 per 100.000 wanita (di daerah Amerika

dan sebagian Eropa) sampai kurang dari 5 per 100.000 wanita (di daerah

Afrika dan 8 Asia). Risiko karsinoma endometrium meningkat seiring usia,

dimana kebanyakan kasus terdiagnosa setelah menopause (Simpson, 2014).

Di Indonesia, sebuah penelitian tahun 2005 mendapatkan prevalensi

karsinoma endometrium di Jakarta mencapai 7,2 kasus per tahun. Usia

penderita yang cenderung lebih muda pada penelitian tersebut jika

dibandingkan dengan penderita di negara-negara barat dan eropa (berusia >50

tahun terbanyak), kemungkinan disebabkan di indonesia pengguanaan TSH

masih sangat jarang. Pemakaian TSH menyebabkan tingginya jumlah

penderita kanker ini di negara Barat dan Eropa di era tahun 70-an (Simpson,

2014).

D. Faktor Risiko

Faktor risiko dari penyakit karsinoma endometrium adalah (Schorge JO.,

et all. 2008 ; Anwar M., et all. 2011) :

1. Faktor risiko reproduksi dan menstruasi

2. Usia menarche dini (<12 tahun)

3. Hormon

a. Hormon endogen

b. Hormon eksogen pascamenopause

4

Page 5: KARSINOMA ENDOMETRIUM

4. Kontrasepsi oral

Peningkatan risiko secara bermakna terdapat pada pemakaian

kontrasepsi oral yang mengandung estrogen dosis tinggi dan rendah

progestin.

5. Tamoksifen

Tamoksifen merupakan antiestrogen yang berkompetisi dengan

estrogen untuk menduduki reseptor. Di endometrium, tamoksifen

bertindak sebagai faktor pertumbuhan yang meningkatkan siklus

pembelahan sel.

6. Obesitas

7. Faktor diet

8. Kondisi medis

9. Faktor genetik

10. Merokok

11. Ras

12. Pendidikan dan status sosial ekonomi

Tabel 2.1. Faktor Risiko karsinoma endometrium (Schorge JO., et all. 2008).

Risk Factors for Endometrial Cancer

Factors Influencing Risk Estimated Relative

Riska

Obesity 2–5

Polycystic ovarian syndrome >5

Long-term use of high-dose menopausal estrogens 10–20

Early age of menarche 1.5–2

Late age of natural menopause 2–3

History of infertility 2–3

Nulliparity 3

Menstrual irregularities 1.5

Residency in North America or northern Europe 3–18

5

Page 6: KARSINOMA ENDOMETRIUM

Higher level of education or income 1.5–2

White race 2

Older age 2–3

High cumulative doses of tamoxifen 3–7

History of diabetes, hypertension, or gallbladder

disease

1.3–3

Long-term use of high-dose combination oral

contraceptives

0.3–0.5

Cigarette smoking 0.5

E. Tanda dan Gejala

Keluhan utama yang dirasakan pasien karsinoma endometrium adalah

perdarahan pascamenopause bagi pasien yang telah menopause dan

perdarahan intermenstruasi bagi pasien yang belum menopause. Keluhan

keputihan merupakan keluhan yang paling banyak menyertai keluhan utama,

gejalanya bisa berupa (Schorge JO., et all. 2008 ; Anwar M., et all. 2011) :

a. Perdarahan rahim yang abnormal

b. Siklus menstruasi yang abnormal

c. Perdarahan diantara 2 siklus menstruasi (pada wanita yang masih

mengalami menstruasi)

d. Perdarahan vagina atau spotting pada wanita pascamenopause

e. Perdarahan yang sangat lama, berat dan sering (pada wanita yang berusia

diatas 40 tahun)

f. Nyeri perut bagian bawah atau kram panggul

g. Keluar cairan putih yang encer atau jernih (pada wanita pascamenopause)

h. Nyeri atau kesulitan dalam berkemih

i. Nyeri ketika melakukan hubungan seksual

F. Penegakan Diagnosis

1. Anamnesis

6

Page 7: KARSINOMA ENDOMETRIUM

Perdarahan abnormal vagina pascamenopause bagi yang telah

menopause dan intermenstruasi yang belum menopause bisa juga bukan

perdarahan tetapi discharge abnormal seperti keputihan yang banyak

bercampur nanah atau darah dari vagina. Selain itu, gejala dapat berupa

nyeri pelvis dan terasa ada massa, serta penurunan berat badan.   Riwayat

keluarga ada kemungkinan terkena karsinoma endometrium, jika terdapat

anggota keluarga yang terkena kanker ini, meskipun prosentasenya

sangat kecil. Rasa sakit saat menstruasi, rasa sakit yang parah dan terus

menerus pada perut bagian bawah, rasa sakit ini akan bertambah pada

saat berhubungan seks (Barlin, 2010).

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan ginekologi (Barlin, 2010) :

a. Pembesaran uterus dan atau massa tumor di rongga panggul

b. Dilakukan pemeriksaan rektovaginal.

3. Pemeriksaan Penunjang

a. USG

Sebuah USG transvaginal (TVUS) sering disukai untuk melihat

rahim. Untuk tes ini, probe TVUS (yang bekerja dengan cara yang

sama sebagai transduser USG) dimasukkan ke dalam vagina.

Gambar dari TVUS dapat digunakan untuk melihat apakah rahim

mengandung massa (tumor) atau jika endometrium lebih tebal dari

biasanya yang dapat menjadi tanda karsinoma endometrium.

Mungkin juga membantu melihat apakah kanker tumbuh ke dalam

lapisan otot rahim (miometrium). Air garam (saline) dapat

dimasukkan melalui tabung kecil ke dalam rahim sebelum USG

sehingga bisa melihat dinding rahim lebih jelas. Prosedur ini disebut

infus saline sonogram atau hysterosonogram (Wright, 2012).

b. Biopsi

Biopsi endometrium adalah tes yang paling umum dilakukan

untuk karsinoma endometrium dan sangat akurat pada wanita

menopause. Didalam prosedur tabung fleksibel sangat tipis

dimasukkan ke dalam rahim melalui serviks. Kemudian dengan

7

Page 8: KARSINOMA ENDOMETRIUM

menggunakan hisap, sejumlah kecil endometrium dihapus melalui

tabung. Penyedotan mengambil sekitar satu menit atau kurang.

Ketidaknyamanan ini mirip dengan kram menstruasi dan dapat

dibantu dengan mengambil obat anti-inflamasi nonsteroid seperti

ibuprofen sebelum prosedur. Kadang-kadang mati rasa obat (bius

lokal) disuntikkan ke dalam serviks sebelum prosedur untuk

membantu mengurangi rasa sakit (Wright, 2012)..

c. Histeroskopi

Teknik ini dokter memasukkan teleskop kecil (sekitar 1/6 inci

diameter) ke dalam rahim melalui leher rahim. Rahim diisi dengan

air garam (saline). Ini memungkinkan dokter melihat dan biopsi

sesuatu yang abnormal, seperti kanker atau polip. Hal ini biasanya

dilakukan dengan menggunakan (obat mati rasa) anestesi lokal

dengan pasien terjaga (Wright, 2012).

d. Dilatasi dan kuretase

Jika sampel biopsi endometrium tidak menyediakan jaringan

yang cukup, atau jika biopsi menunjukkan kanker tetapi hasilnya

tidak pasti, dilatasi dan kuretase harus dilakukan. Dalam prosedur

rawat jalan ini, pembukaan serviks diperbesar (melebar) dan alat

khusus yang digunakan untuk mengikis jaringan dari dalam rahim.

Hal ini dapat dilakukan dengan atau tanpa histeroskopi.

Prosedur ini memakan waktu sekitar satu jam dan mungkin

memerlukan anestesi umum (di mana pasien dalam kondisi tertidur)

atau sadar sedasi (diberi obat ke dalam pembuluh darah untuk

membuat pasien mengantuk) baik dengan anestesi lokal disuntikkan

ke dalam leher rahim atau tulang belakang (Wright, 2012).

G. Patogenesis

Estrogen yang berlebihan diasosiasikan dengan faktor risiko yang

berhubungan dengan karsinoma endometrium. Estrogen yang berlebihan

menyebabkan stimulasi yang terus-menerus pada endometrium yang dapat

menyebabkan hiperplasia endometrium. Wanita dengan hiperplasia tetapi

8

Page 9: KARSINOMA ENDOMETRIUM

tanpa penemuan sitologik atipikal digolongkan menjadi hyperplasia simple

atau kompleks pada basis arsitektur selular yang memiliki risiko yang rendah

terkena karsinoma uterus (Sonoda Y. 2010).

Obesitas merupakan salah satu dari risiko terkena karsinoma

endometrium. Perkembangan kanker pada wanita obese dipercaya dimediasi

oleh estrogen endogen melalui konversi androstenedione menjadi estrogen

oleh enzim aromatase pada jaringan lemak. Menarche awal dan menopause

terlambat keduanya merupakan faktor risiko karsinoma endometrium

terutama sejak memanjangnya paparan estrogen pada endometrium (Sonoda

Y. 2010 ; Schorge JO, et all. 2008).

Dua puluh persen wanita dengan karsinoma endometrium adalah

premenopause, lima persennya kurang dari 40 tahun. Kebanyakan wanita

muda dengan karsinoma endometrial adalah obese atau memiliki kadar

estrogen endogen yang tinggi karena mereka mengalami anovulasi kronik,

seperti polycystic ovarian syndrome. Adapun kadar serum estrogen dan

progesteron meningkat menjelang kehamilan, progesteron adalah hormon

pada kehamilan yang predominan. Kehamilan melindungi dari karsinoma

endometrium dengan menginterupsi stimulasi endometrium berlanjut oleh

estrogen. Nulliparitas merupakan faktor risiko karsinoma endometrium

(Sonoda Y. 2010 ; Anwar M., et all. 2011).

Tamoxifen adalah antiestrogen sintetik (estrogen antagonis) yang

digunakan pada terapi karsinoma mammae. Di samping itu, tamoxifen juga

memiliki efek estrogenik (agonis) pada endometrium dan meningkatkan

risiko karsinoma endometrium (Sonoda Y. 2010).

9

Page 10: KARSINOMA ENDOMETRIUM

Gambar 2.1. Patogenesis Karsinoma Endometrium I (Sonoda Y. 2010).

Gambar 2.2. Patogenesis Karsinoma Endometrium II (Sonoda Y. 2010).

10

Page 11: KARSINOMA ENDOMETRIUM

Sebelum menopause Setelah menopause

Persisten adenokarsinoma feminizing tumor ovarium

Anovulasi hiperplasi stroma ovarium

Produksi kel. Adrenal

Sindroma Stein karsinoma penyimpanan dalam jaringan lemak

Leventhal in situ kerusakan hati

Perubahan ova terapi estrogen

rium lainnya hyperplasia

Terapi estrogen adenomat

Hyperplasia gld. Hyperplasia adenomat adenokar

Kistik sinoma

Regresi tetap ca insitu

Folikel kembali regresif

Persisten normal hyperplasia

Gambar 2.3. Hubungan Estrogen dengan Kejadian Karsinoma endometrium

(Sonoda Y. 2010).

H. Patofisiologi

Hubungan patogenesis berkembangnya hiperplasia endometrium menjadi

suatu karsinoma endometrium dipengaruhi oleh aktivitas paparan estrogen

yang mengakibatkan proliferasi yang tidak terkontrol. Aktivitas proliferasi

tersebut seharusnya dikendalikan oleh mekanisme apoptosis (kematian sel

yang terprogram) yang mempunyai peranan dalam proses karsinogenesis.

Proses tersebut tidak hanya dijelaskan secara sederhana dengan adanya

peningkatan stimulasi pertumbuhan sel tetapi juga disebabkan oleh hilangnya

faktor supresi dan pengendali proliferasi sel serta perubahan pada proses

apoptosis yang sampai saat ini masih belum jelas. Hal tersebut ditunjukkan

dari penelitian Kurman dkk, dengan selain didapatkan progresi juga terdapat

regresi dari hiperplasia non-atipik simpleks sebanyak 80% dan kompleks

sebesar 79% (Kokawa, 2011).

Beberapa penelitian mengenai peranan efek stimulasi estrogen terhadap

pengendalian pertumbuhan endometrium menjadi suatu lesi prakanker telah

diteliti melalui pemeriksaan immunohistokimia. Didapatkan bahwa reseptor

11

Page 12: KARSINOMA ENDOMETRIUM

hormon steroid seks yaitu reseptor estrogen dan progesteron memegang

peranan utama pada pengaturan proses apoptosis endometrium, yaitu ditandai

dengan terdapat perubahan bentuk dan ukuran pada sel kelenjar dan stroma

endometrium selama siklus menstruasi (Nunobiki, 2013).

Kadar estrogen yang tinggi tanpa diimbangi progesteron dapat ditemukan

pada beberapa kondisi seperti : anovulasi dalam jangka waktu yang lama,

mengkonsumsi estrogen dalam waktu lama, tumor penghasil estrogen,

malfungsi tiroid, dan penyakit hepar (Koplajar, 2012).

Karsinoma endometrium mungkin berasal di area minoris (misalnya,

sebuah polip endometrium) atau multifokal difus. Pertumbuhan awal dari

tumor dicirikan oleh pola eksofitik yang menyebar. Pertumbuhan tumor

ditandai dengan kerapuhan dan perdarahan spontan, bahkan pada tahap awal.

Kemudian pertumbuhan tumor ditandai oleh invasi miometrium dan

pertumbuhan menuju leher rahim. Empat rute penyebaran terjadi di luar

rahim (Koplajar, 2012) :

1. Langsung

Penyebaran adenokarsinoma endometrium biasanya lambat terutama

pada yang differensiasi baik. Penyebarannya ke arah permukaan kavum

uteri dan endoserviks. Dari kavum uteri menuju ke stroma endometrium

ke miomterium ke ligamentum latum dan organ sekitarnya. Jika telah

mengenai endoserviks, penyebaran selanjutnya seperti pada

adenokarsinoma serviks.

2. Melalui kelenjar limfe

Penyebarannya melalui kelenjar limfe ovarium akan sampai ke para

aorta dan melalui kelenjar limfe uterus akan menuju ke kelenjar iliaka

interna, eksterna, dan iliaka komunis serta melalui kelenjar limfe

ligamentum rotundum akan sampai ke kelenjar limfe inguinal dan

femoral.

3. Melalui aliran darah

Biasanya proses penyebarannya sangat lambat dan tempat

metastasisnya adalah paru, hati dan otak.

4. Intrperitoneal atau melalui tuba.

12

Page 13: KARSINOMA ENDOMETRIUM

I. Gambaran Histopatologi

Sembilan puluh persen tumor ganas endometrium/ korpus uterus adalah

adenokarsinoma. Sisanya ialah karsinoma epidermoid, adenoakantoma,

sarkoma, dan karsino-sarkoma (Schorge JO, et all. 2008).

1. Endometrioid Adenokarsinoma

Tipe histologi karsinoma endometrium yang paling sering ditemui

adalah endometrioid adenokarsinoma (75% dari total kasus).

Karakteristik tumor ini adalah terdapat kelenjar yang mirip dengan

endometrium normal. Hiperplasia endometrium berhubungan dengan

tumor grade rendah dan jarang menginvasi endometrium. Apabila

kelenjar berkurang dan digantikan sel yang padat, tumor diklasifikasikan

sebagai grade yang lebih tinggi. Apabila terdapat endometrium yang

atrofik, sering dihubungkan dengan grade tinggi dan sering bermetastasis

(Schorge JO, et all. 2008).

Gambar 2.4. Endometrioid adenokarsinoma yang berasal dari hiperplasia

endometrium (Schorge JO, et all. 2008).

13

Page 14: KARSINOMA ENDOMETRIUM

Gambar 2.5. Gambaran makroskopis polyploid endometrioid

adenokarsinoma (Schorge JO, et all. 2008).

2. Serous Karsinoma

5-10% karsinoma endoetrium adalah tipe serous karsinoma. Serous

karsinonma adalah tumortipe II yang sangat agresif dan berasal dari

endometrium yang atrofik. Tipe ini biasanya terdapat pada wanita berusia

lanjut. Terdapat pola pertumbuhan papiler yang kompleks ditandai

dengan nuklear atipik. Sering disebut uterine papillary serous carcinoma

(UPSC), secara histologis menyerupai kanker ovarium epitelial, dan

terdapat psammoma bodies pada 30 persen pasien (Schorge JO, et all.

2008).

Gambar 2.6. Gambaran histologik uterine papillary serous carcinoma

(UPSC) (Schorge JO, et all. 2008).

14

Page 15: KARSINOMA ENDOMETRIUM

Biasanya, tumor eksofitik dengan penampakan papiler muncul dari

uterus yang kecil dan atrofik. Terkadang, tumor ini dibatasi polip dan

tidak menyebar. UPSC berpotensi menginvsi miometrium dan

menginvasi kelenjar. UPSC dan kanker ovarium epitel dapat dibedakan

lewat pembedahan. Seperti kanker ovarium, tumor ini juga mengsekresi

CA125, pengukuran serum ini juga dapat digunakan sebagai monitor

postoperasi. UPSC adalah tipe sel yang agresif (Schorge JO, et all. 2008).

Gambar 2.7. Gambaran makroskopis UPSC (Schorge JO, et all. 2008).

3. Clear Cell Carcinoma

Kurang dari 5 % karsinoma endometrium adalah tipe clear cell

carcinoma. Penampakan mikroskopik didominasi oleh sel padat, kistik,

tubular atau papiler. Biasanya merupakan gabungan dari 2 atau 3 tipe

tersebut. Endometrial clear cell adenocarcinoma adalah serupa dengan

jenis clear cell yang terdapat di ovarium, vagina, dan serviks. Tidak ada

karakteristik khusus, namun seperti UPSC, cenderung ganas, dan invasif.

Pasien biasanya terdiagnosis saat penyakitnya sudah lanjut dan

prognosisnya buruk (Schorge JO, et all. 2008).

15

Page 16: KARSINOMA ENDOMETRIUM

Gambar 2.8. Clear cell carcinoma tipe solid (Schorge JO, et all. 2008).

Gambar 2.9. Clear cell carcinoma tipe papiler (Schorge JO, et all. 2008).

4. Mucinous Karsinoma

Sekitar 1 sampai 2 persen karsinoma endometrium adalah tipe

mucinous. Sebagian besar endometrioid adenokarsinoma mempunyai

komponen fokal. Umumnya, tumor mucinous mempunyai gambaran

glandular dengan sel yang kolumnar dan stratifikasi minimal. Hampir

semua adalah stadium 1 dan grade 1 dengan prognosis yang baik. Karena

epitelium endoservikal menyatu dengan segmen bawah uterus, diagnosis

masih sulit dibedakan dengan adenokarsinoma yang primer. Oleh sebab

itu, dibutuhkan imuno-staining, selain ini MRI juga dapat digunakan

untuk membedakan asal tumor (Schorge JO, et all. 2008).

16

Page 17: KARSINOMA ENDOMETRIUM

Gambar 2.10. Gambaran histologi mucinous karsinoma (Schorge JO, et

all. 2008).

5. Karsinoma Campuran

Karsinoma endometrium dapat berupa kombinasi dari dua atau lebih

tipe histologik. Karsinoma campuran, terdiri dari paling tidak dua tipe

dengan masing –masing tipe minimal melingkupi 10 % dari seluruh

tumor. Kecuali tipe serous dan clear cell, kombinasi lain biasanya tidak

signifikan. Karsinoma campuran biasanya merupakan campuran antara

karsinoma endometrium tipe I dan tipe II (Schorge JO, et all. 2008).

6. Undifferentiated Carcinoma

Pada 1-2 % karsinoma endometrium, tidak ada bukti adanya

diferensiasi glandular, sarkomatous, atau squamous. Tumor yang tidak

berdeferensiasi ini mempunyai karakteristik proliferasi epitel

monotonous, ukurannya medium tumbuh dari sel yang padat dan tidak

mempunyai pola yang spesifik. Prognosisnya lebih buruk dari

endometrioid adenokarsinoma diferensiasi buruk (Schorge JO, et all.

2008).

17

Page 18: KARSINOMA ENDOMETRIUM

J. Penatalaksanaan

1. Terapi Lama

a. Surgery (bedah)

Terapi bedah terdiri dari histerektomi yang sering bersamaan

dengan salpingo-ooforektomi (Simpson, 2014) :

1) Pengobatan utama untuk karsinoma endometrium adalah operasi

untuk mengangkat rahim dan leher rahim disebut histerektomi.

Ketika rahim tersebut diangkat melalui sayatan di perut, disebut

histerektomi abdominal sederhana atau total. Jika rahim tersebut

diangkat melalui vagina, dikenal sebagai histerektomi vaginal.

Melepaskan ovarium dan tuba falopii, sebuah bilateral salpingo-

ooforektomi (BSO), sebenarnya bukan bagian dari histerektomi.

Untuk karsinoma endometrium, mengangkat rahim tetapi untuk

ovarium atau saluran tuba jarang direkomendasikan, tetapi dapat

dipertimbangkan pada wanita yang premenopause. Ketika

karsinoma endometrium telah menyebar ke leher rahim atau

daerah sekitar leher rahim (disebut parametrium), histerektomi

radikal dilakukan. Dalam operasi ini, seluruh rahim, jaringan

sebelah uterus (parametrium dan ligamen uterosakral), bagian

atas vagina (sebelah serviks) semua diangkat. Kedua saluran

tuba dan ovarium diangkat diwaktu yang sama. Operasi ini

paling sering dilakukan melalui sayatan di perut, tetapi bisa juga

lewat vagina dengan laparoskopi.

2) Salpingo-ooforektomi bilateral

Prosedur ini mengangkat kedua tuba falopii dan ovarium ada

saat yang sama rahim dihapus (baik dengan histerektomi

sederhana atau radikal). Prosedur ini dilakukan jika wanita siap

untuk menopouse. Jika wanita kurang dari 45 tahun maka

didiskusikan dahulu terhadap dokter bedah.

3) Operasi kelenjar getah bening

Dilakukan diseksi kelenjar getah bening pelvici dan para aortici.

Operasi ini menghilangkan kelenjar getah bening dari panggul

18

Page 19: KARSINOMA ENDOMETRIUM

dan daerah sebelah aorta untuk melihat apakah mereka

mengandung sel-sel kanker yang telah menyebar dari tumor

endometrium. Hal ini disebut diseksi kelenjar getah bening

sebagian atau semua. Prosedur ini biasanya dilakukan pada saat

yang sama dengan histerektomi (Simpson, 2014).

b. Terapi radiasi

1) Brachytherapy

Sumber radiasi ditempatkan ke dalam silinder dan dimasukkan

ke dalam vagina. Panjang silinder dapat bervariasi, tetapi bagian

atas vagina selalu diobati. Dengan metode ini, radiasi terutama

mempengaruhi daerah vagina dalam kontak dengan silinder.

Struktur di dekatnya seperti kandung kemih dan rektum

mendapatkan paparan radiasi kurang. Efek samping yang paling

umum adalah perubahan pada lapisan vagina. Ada 2 jenis

brachytherapy digunakan untuk karsinoma endometrium, low

dose rate (LDR) dan high dose rate tinggi (HDR). Dalam LDR

brachytherapy, perangkat radiasi biasanya dibiarkan di tempat

selama sekitar 1 sampai 4 hari. Pasien harus tetap bergerak

untuk menjaga sumber radiasi dari pergerakan terapi dan harus

menginap di rumah sakit sedangkan HDR brachytherapy,

radiasi yang lebih intens. Setiap dosis membutuhkan waktu yang

sangat singkat biasanya kurang dari satu jam), dan pasien bisa

pulang hari yang sama. untuk endometrium kanker, HDR

brachytherapy sering diberikan mingguan atau bahkan harian

selama minimal 3 dosis (Simpson, 2014).

c. Kemoterapi

Penggunaan obat melawan kanker diberikan ke intravena atau

melalui oral. pengobatan berpotensi berguna untuk kanker yang telah

menyebar ke luar endometrium. Penggunaan obatnya dapat dalam

bentuk kombinasi atau tunggal. Kemoterapi sering diberikan dalam

periode pengobatan, diikuti dengan periode istirahat. Obat yang

digunakan sebagai pilihan yaitu taxol, carboplatin, doxorubicin,

19

Page 20: KARSINOMA ENDOMETRIUM

cisplatin. Kombinasi yang paling umum yaitu taxol dengan

carboplatin dan doxorubicin dengan cisplatin (Simpson, 2014).

2. Terapi Baru

Menurut American Cancer Society, 2015 ada beberapa terapi baru

untuk karsinoma endometrium adalah :

a. Target Terapi

Penelitian sekarang menjelaskan lebih banyak tentang

perubahan gen dan protein dalam sel-sel kanker, mereka telah

mampu mengembangkan obat baru yang secara khusus menargetkan

perubahan ini. Target kerja obat yang berbeda dari kemoterapi

standar (kemo) memiliki efek samping yang berbeda. Beberapa

terapi target yang sedang diteliti untuk mengobati karsinoma

endometrium adalah temsirolimus, brivanib, dan gefitinib.

b. Terapi Hormon

Meskipun terapi hormon karsinoma endometrium yang sering

adalah progestin, obat-obatan yang mempengaruhi estrogen juga

dapat membantu. Sebuah studi baru-baru melihat menggunakan

fulvestrant, sebuah obat yang menghalangi reseptor estrogen.

c. Operasi

Biopsi kelenjar getah bening. Mungkin Terapi ini sudah lama

digunakan pada kanker jenis lain seperti kanker payudara, tapi ini

merupaka terapi baru pada karsinoma endometrium.

K. Komplikasi

Karsinoma endometrium dapat menyebabkan rekurensi dan menjadi

karsinoma sekunder dan juga bermetastasis melalui pembuluh limfe. Berikut

komplikasinya yaitu kanker payudara, kanker kolon, kanker rectum, kanker

jaringan lunak, kanker usus halus, kanker vagina, myeloid leukimia (AML)

dan kanker vesica urinaria. Paling sering adalah kanker kolon dan kanker

payudara (Wright, 2012).

20

Page 21: KARSINOMA ENDOMETRIUM

L. Prognosis

Sejumlah faktor prognosa dibawah ini digunakan untuk menilai

kekambuhan dan keberhasilan pengobatan penyakitnya (Schorge JO, et all.

2008) :

1. Umur penderita

Secara umum penderita karsinoma endometrium yang berusia muda

lebih baik prognosanya dari penderita berusia tua. Dari beberapa

penelitian didapatkan angka ketahanan hidup 5 tahun penderita yang

berusia > 70 tahun sebesar 60,9 % dan penderita yang berusia < 50 tahun

sebesar 92,1 %. Dan didapati juga kekambuhan penyakitnya sebesar 33%

pada usia > 75 tahun, 12 % pada usia 50 - 75 tahun dan tidak dijumpai

pada penderita yang berusia < 50 tahun. Angka ketahanan hidup

penderita berusia tua berhubungan dengan peningkatan penyebaran

tumor ke luar uterus dan peningkatan kekambuhannya berhubungan

dengan tingginya angka kejadian tumor grade 3 atau jenis histologi tumor

yang sangat ganas.

2. Jenis histologi

Kira-kira 10 % karsinoma endometrium adalah bukan jenis

endometrioid dan didapati peningkatan kekambuhan dan penyebarannya.

Sebesar 92 % angka ketahanan hidup penderita yang mempunyai jenis

histologinya endomethoid.

3. Differensiasi histologi

Didapati kekambuhan penyakitnya sebesar 7,7 % pada tumor grade

1, tumor grade 2 sebesar 10,5 % dan 36,1 % pada tumor grade 3. Dan

angka keberhasilan 5 tahun pada grade 1 sebesar 92 %, grade 2 sebesar

86 % dan pada grade 3 adalah 64%.

4. lnvasi ke miometrium

Umumnya angka ketahanan hidup 5 tahun penderita yang mengidap

tumor yang hanya invasi ke permukaan saja sebesar 80-90 % dan 60 %

pada tumor yang invasinya lebih dalam.

5. Sitologi peritoneum

21

Page 22: KARSINOMA ENDOMETRIUM

Beberapa penelitian didapati angka kekambuhan yang tinggi pada

sitologi peritoneumnya positif.

6. Metastase kelenjar limfe

Penderita yang didapati metastase kelenjar limfe paraaorta

mempunyai angka kekambuhan 6 kali dibanding tanpa metastase kelenjar

limfe.

7. Metastase adneksa

8. Reseptor hormon

9. Ukuran tumor

10. Lymph vascular space invasion

22

Page 23: KARSINOMA ENDOMETRIUM

III. KESIMPULAN

1. Karsinoma endometrium adalah tumor ganas yang muncul dari sel-sel epitel

primer lapisan endometrium dan merupakan salah satu kanker ginekologi

dengan angka kejadian tertinggi, terutama di negara-negara maju.

2. Gambaran histopatologi karsinoma endometrium yang paling sering ditemui

adalah endometrioid adenokarsinoma di mana karakteristik tumor ini adalah

terdapat kelenjar yang mirip dengan endometrium normal.

3. Karsinoma endometrium dapat menyebabkan rekurensi dan menjadi

karsinoma sekunder dan juga bermetastasis melalui pembuluh limfe.

4. Karsinoma endometrium dihubungkan dengan endometrium terpapar

stimulasi estrogen secara kronis (hormonal) dari sumber endogen dan

eksogen lain.

23

Page 24: KARSINOMA ENDOMETRIUM

DAFTAR PUSTAKA

Anwar M., et all. 2011. Ilmu Kandungan edisi 3. Tridasa Printer : Jakarta

Barlin JN, Puri I, Bristow RE. 2010. “Cytoreductive surgery for advanced or

recurrent endometrial cancer: a meta-analysis”, Gynecol Oncol, Vol.118(1) :

14-18.

Kokawa K, Shikone T, Nakano R. 2011. “Apoptosis in the human uterine

endometrium during the menstrual cycle”, J Clin Endocrinol Metab, Vol.

81 : 4144-47.

Koplajar M. 2012. “Uterine Cancer for Laymen and Student”.

http://www.cancerlinks.org/Endometrial/index.html (diakses 16 Oktober

2015).

Nunobiki O, Taniguchi E, Ishii A, Tang W, Utsunomiya H, Nakamura Y, et al.

2013. “Significance of hormone receptor status and tumor vessels in normal,

hyperplastic and neoplastic endometrium”, Pathol Int, Vol. 53 : 846-52.

Schorge JO, et al. Endometrial Cancer. 2009. Dalam: Schorge JO, Schaffer JI,

Halvorson LM, Hoffman BL, Bradshaw KD, Cunningham FG. Williams

Gynecology. USA:McGraw-Hill.

Simpson AN, Feigenberg T, Clarke BA, et al. 2014. “ Fertility sparing treatment

of complex atypical hyperplasia and low grade endometrial cancer using

oral progestin”, Gynecol Oncol, Vol. 133(2):229-233.

Sonoda Y. 2010. “Screening and the Prevention of Gynecologic Cancer :

Endometrial Cancer. Best bractice and research clin obstet and gynecol”.

vol. 20 (2).

Wright JD, Barrena Medel NI, Sehouli J, Fujiwara K, Herzog TJ. 2012.

“Contemporary management of endometrial cancer”, Lancet, Vol.

379(9823) : 1352-1360.

24