Hiperplasia Endometrium

34
PENDAHULUAN Hyperplasia endometrium adalah keadaan dimana endometrium tumbuh secara berlebihan. Kelainan ini bersifat benigna ( jinak ) ; akan tetapi pada sejumlah kasus dapat berkembang kearah keganasan uterus. Sejumlah wanita berada pada resiko tinggi menderita hiperplasia endometrium. Penebalan pada lapisan dinding dalam rahim atau yang disebut dengan hyperplasia endometrium terjadi karena kerja hormon estrogen. Makanya, jika terjadi penebalan berlebih itu menunjukkan adanya peningkatan berlebih dari kadar hormon estrogen itu sendiri. Pada kasus umum, peningkatan hormon estrogen bisa terjadi akibat dipicu oleh tumbuhnya kista. Pada kasus lain, penebalan dinding rahim juga terjadi karena faktor ketidakseimbangan hormonal dimana peningkatan hormon estrogen tak diimbangi oleh peningkatan progesteron. Kondisi ini juga biasanya dialami oleh wanita yang tergolong berbadan gemuk karena produksi estrogennya berlebihan. Jadi, hiperplasia endometrium sebenarnya bisa dialami siapa pun, baik yang sudah memiliki anak maupun belum Tulisan ini akan memberi penjelasan mengenai : 1. Pemeriksaan Diagnostik 2. Terapi 3. Pencegahan Hiperplasia Endometrium

Transcript of Hiperplasia Endometrium

Page 1: Hiperplasia Endometrium

PENDAHULUAN

Hyperplasia endometrium adalah keadaan dimana endometrium tumbuh secara berlebihan.

Kelainan ini bersifat benigna ( jinak ) ; akan tetapi pada sejumlah kasus dapat berkembang

kearah keganasan uterus. Sejumlah wanita berada pada resiko tinggi menderita hiperplasia

endometrium.

Penebalan pada lapisan dinding dalam rahim atau yang disebut dengan hyperplasia

endometrium terjadi karena kerja hormon estrogen. Makanya, jika terjadi penebalan

berlebih itu menunjukkan adanya peningkatan berlebih dari kadar hormon estrogen itu

sendiri.

Pada kasus umum, peningkatan hormon estrogen bisa terjadi akibat dipicu oleh tumbuhnya

kista. Pada kasus lain, penebalan dinding rahim juga terjadi karena faktor

ketidakseimbangan hormonal dimana peningkatan hormon estrogen tak diimbangi oleh

peningkatan progesteron. Kondisi ini juga biasanya dialami oleh wanita yang tergolong

berbadan gemuk karena produksi estrogennya berlebihan. Jadi, hiperplasia endometrium

sebenarnya bisa dialami siapa pun, baik yang sudah memiliki anak maupun belum

Tulisan ini akan memberi penjelasan mengenai :

1. Pemeriksaan Diagnostik

2. Terapi

3. Pencegahan

Hiperplasia Endometrium

Page 2: Hiperplasia Endometrium

HIPERPLASIA ENDOMETRIUM

1. Anatomi dan Fisiologi Endometrium

Uterus adalah organ muscular yang berbentuk buah pir yang terletak di dalam

pelvis dengan kandung kemih di anterior dan rectum di posterior. Uterus biasanya terbagi

menjadi korpus dan serviks. Korpus dilapisi oleh endometrium dengan ketebalan

bervariasi sesuai usia dan tahap siklus menstruasi. Endometrium tersusun oleh kelenjar-

kelenjar endometrium dan sel-sel stroma mesenkim, yang keduanya sangat sensitive

terhadap kerja hormone seks wanita. Hormon yang ada di tubuh wanita yaitu estrogen dan

progesteron mengatur perubahan endometrium, dimana estrogen merangsang pertumbuhan

dan progesterone mempertahankannya.1

Pada ostium uteri internum, endometrium bersambungan dengan kanalis

endoserviks, menjadi epitel skuamosa berlapis.

Hiperplasia Endometrium

Page 3: Hiperplasia Endometrium

Endometrium adalah lapisan terdalam pada rahim dan tempatnya menempelnya

ovum yang telah dibuahi. Di dalam lapisan Endometrium terdapat pembuluh darah yang

berguna untuk menyalurkan zat makanan ke lapisan ini. Saat ovum yang telah dibuahi

(yang biasa disebut fertilisasi) menempel di lapisan endometrium (implantasi),

maka ovum akan terhubung dengan badan induk dengan plasenta yang berhubung dengan

tali pusat pada bayi.

Lapisan ini tumbuh dan menebal setiap bulannya dalam rangka mempersiapkan diri

terhadap terjadinya kehamilan,agar hasil konsepsi bisa tertanam. Pada suatu fase

dimana ovum tidak dibuahi oleh sperma, maka kurpus luteum akan berhenti memproduksi

hormon  progesteron  dan berubah menjadi  korpus albikan yang menghasilkan sedikit

hormon diikuti meluruhnya lapisan endometrium yang telah menebal, karena

hormon estrogen dan progesteron telah berhenti diproduksi. Pada fase ini, biasa

disebut menstruasi atau peluruhan dinding rahim.3

2. Siklus Endometrium Normal

Endometrium normal menunjukkan perubahan siklik yang disebabkan oleh

perubahan terkait dalam produksi hormon ovarium. Pemeriksaan histologik endometrium

pada specimen biopsy atau kuretase memungkinkan evaluasi fase siklus endometrium.

Bersama dengan riwayat menstruasi pasien, hal ini dapat memberikan informasi penting

mengenai kemungkinan penyebab perdarahan uterus abnormal.1

Siklus endometrium terbagi menjadi fase proliferative praovulasi yang merupakan

akibat stimulasi estrogen dan fase sekresi pascaovulasi yang diatur oleh sekresi

progesterone korpus luteum. Hari pertama siklus adalah mulainya menstruasi.

Pada fase proliferative, terjadi pembentukan kembali endometrium yang terlepas

dari basal dan gambaran mitotic pada sel-sel stroma maupun kelenjar. Endometrium

menebal, dan kelenjar mulai menjadi berkelok-kelok. Fase sekretori dimulai setelah

ovulasi dengan sekresi progesterone luteum. Bukti histologis pertama bahwa endometrium

berada dalam fase sekretorik terlihat 2 sampai 4 hari setelah ovulasi, ketika vakuol

sekretorik subinti muncul di dalam kelenjar. Kemudian, sekresi hal tersebut bergerak ke

puncak sel inti bergerak kembali ke dasar. Edema stroma tampak pada hari ke tujuh

Hiperplasia Endometrium

Page 4: Hiperplasia Endometrium

pascaovulasi. Kelenjar tersebut menjadi lebih berkelok-kelok secara progresif dan secara

tipikal ujungnya berbentuk seperti gerigi pada siklus.

Arteriol spiral menjadi menonjol pada hari ke sembilan setelah ovulasi. Mulai pada

hari ke sembilan setelah ovulasi, sel-sel stroma menjadi lebih besar, dengan peningkatan

kandungan glikogen dan banyaknya sitoplas (perubahan pradesidua). Pada saat fertilisasi

tidak terjadi, neutrofil tampak di dalam stroma sekitar 13 hari setelah ovulasi, disertai

dengan meningkatnya perdarahan dan nekrosis fokal kelenjar. (fase pramenstruasi). Dalam

fase sekretorik siklus ini, histology endometrium memungkinkan penilaian yang sangat

akurat (dalam 2 hari) mengenai tanggal siklus tersebut dalam kaitan dengan ovulasi.

Menstruasi terjadi akibat penurunan mendadak estrogen dan progesterone akibat

degenerasi korpus luteum. Arteriol spiral kolaps, menyebabkan degenerasi iskemik pada

endometrium. Endometrium menstrual menunjukkan terlepasnya kelenjar, perdarahan, dan

infiltrasi oleh leukosit neutrofil. Keseluruhan permukaan endometrium hingga lapisan

basal terlepas selama menstruasi, keseluruhan proses ini memerlukan waktu 3-5 hari.1

3. Hiperplasia Endometrium

3.1. Defenisi

Hiperplasia endometrium adalah pertumbuhan yang berlebih dari kelenjar, dan

stroma disertai pembentukan vaskularisasi dan infiltrasi limfosit pada endometrium.

Bersifat noninvasif, yang memberikan gambaran morfologi berupa bentuk kelenjar

yang irreguler dengan ukuran yang bervariasi. Pertumbuhan ini dapat mengenai sebagian

maupun seluruh bagian endometrium.3

Hiperplasia Endometrium

Page 5: Hiperplasia Endometrium

Hyperplasia endometrium juga didefenisikan sebagai lesi praganas yang

disebabkan oleh stimulasi estrogen yang tanpa lawan. Hal ini biasanya terjadi sekitar atau

setelah menopause dan terkait dengan perdarahan uterus berlebihan dan ireguler.1

Menurut referensi lain, hiperplasia endometrium adalah suatu masalah dimana

terjadi penebalan/pertumbuhan berlebihan dari lapisan dinding dalam rahim

(endometrium), yang biasanya mengelupas pada saat menstruasi.3

Hiperplasia endometrium biasa terjadi akibat rangsangan / stimulasi hormon

estrogen yang tidak diimbangi oleh progesteron. Pada masa remaja dan beberapa tahun

sebelum menopause sering terjadi siklus yang tidak berovulasi sehingga pada masa ini

estrogen tidak diimbangi oleh progesteron dan terjadilah hiperplasia. Kejadian ini juga

sering terjadi pada ovarium polikistik yang ditandai dengan kurangnya kesuburan (sulit

hamil).4

3.2. Klasifikasi

Risiko keganasan berkorelasi dengan keparahan hyperplasia, sehingga diklasifikasikan

sebagai berikut :

1) Hyperplasia sederhana (hyperplasia ringan). Dicirikan dengan peningkatan jumlah

kelenjar proliferative tanpa atipia sitologik. Kelenjar tersebut, meskipun berdesakan

dipisahkan oleh stroma selular padat dan memiliki berbagai ukuran. Pada beberapa

kasus, pembesaran kelenjar secara kistik mendominasi (hyperplasia kistik). Risiko

karsinoma endometrium sangat rendah.

2) Hyperplasia kompleks tanpa atipia (hyperplasia sedang/hyperplasia adenomatosa).

Menunjukkan peningkatan jumlah kelenjar dengan posisi berdesakan. Epitel pelapis

berlapis dan memperlihatkan banyak gambaran mitotic. Sel-sel pelapis

Hiperplasia Endometrium

Page 6: Hiperplasia Endometrium

mempertahankan polaritas normal dan tidak menunjukkan pleomorfisme atau atipia

sitologik. Stroma selular padat masih terdapat di antara kelenjar.

3) Hyperplasia kompleks dengan atipia (hyperplasia berat/hyperplasia adenomatosa

atipikal). Dicirikan dengan berdesakannya kelenjar dengan kelenajr yang saling

membelakangi dan nyatanya atipia sitologik yang ditandai dengan pleomorfisme,

hiperkromatisme dan pola kromatin inti abnormal. Hyperplasia kompleks dengan

atipia menyatu dengan adenokarsinoma in situ pada endometrium dan

menimbulkan risiko karsinoma endometrium yang tinggi.1,2

3.3. Pathogenesis

Hiperplasia endometrium ini diakibatkan oleh hiperestrinisme atau adanya

stimulasi unoppesd estrogen (estrogen tanpa pendamping progesteron / estrogen tanpa

hambatan). Kadar estrogen yang tinggi ini menghambat produksi Gonadotrpin (feedback

mechanism). Akibatnya rangsangan terhadap pertumbuhan folikel berkurang, kemudian

terjadi regresi dan diikuti perdarahan.

Pada wanita perimenopause sering terjadi siklus yang anovulatoar sehingga terjadi

penurunan produksi progesteron oleh korpus luteum sehingga estrogen tidak diimbangi

oleh progesteron. Akibat dari keadaan ini adalah terjadinya stimulasi hormon estrogen

terhadap kelenjar maupun stroma endometrium tanpa ada hambatan dari progesteron yang

menyebabkan proliferasi berlebih dan terjadinya hiperplasia pada endometrium. Juga

terjadi pada wanita usia menopause dimana sering kali mendapatkan terapi hormon

penganti yaituprogesteron dan estrogen, maupun estrogen saja.

Estrogen tanpa pendamping progesterone (unoppesd estrogen) akan menyebabkan

penebalan endometrium. Peningkatan estrogen juga dipicu oleh adanya kista ovarium

serta pada wanita dengan berat badan berlebih.

3.4. Gejala Klinis

Siklus menstruasi tidak teratur, tidak haid dalam jangka waktu lama (amenorrhoe)

ataupun menstruasi terus-menerus dan banyak (metrorrhagia).

Hiperplasia Endometrium

Page 7: Hiperplasia Endometrium

Selain itu, akan sering mengalami flek bahkan muncul gangguan sakit kepala,

mudah lelah dan sebagainya. Dampak berkelanjutan dari penyakit ini, adalah penderita bisa

mengalami kesulitan hamil dan terserang anemia berat. Hubungan suami-istri pun

terganggu karena biasanya terjadi perdarahan yang cukup parah.

3.5. Factor Risiko

Hiperplasia Endometrium seringkali terjadi pada sejumlah wanita yang memiliki resiko

tinhggi :

1. Sekitar usia menopause

2. Didahului dengan terlambat haid atau amenorea

3. Obesitas ( konversi perifer androgen menjadi estrogen dalam jaringan lemak )

4. Penderita Diabetes melitus

5. Pengguna estrogen dalam jangka panjang tanpa disertai pemberian progestin pada

kasus menopause

6. PCOS – polycystic ovarian syndrome 7. Penderita tumor ovarium dari jenis granulosa theca cell tumor

3.6. Diagnosis

Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa hyperplasia

endometrium dengan cara USG, Dilatasi dan Kuretase, lakukan pemeriksaan Hysteroscopy

dan dilakukan juga pengambilan sampel untuk pemeriksaan PA. Secara mikroskopis sering

disebut Swiss cheese patterns.

Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)

Hiperplasia Endometrium

Page 8: Hiperplasia Endometrium

Pada wanita pasca menopause ketebalan endometrium pada pemeriksaan ultrasonografi

transvaginal kira kira < 4 mm. Untuk dapat melihat keadaan dinding cavum uteri secara

lebih baik maka dapat dilakukan pemeriksaan hysterosonografi dengan memasukkan cairan

kedalam uterus.

Biopsy

Diagnosis hiperplasia endometrium dapat ditegakkan melalui pemeriksaan biopsi yang

dapat dikerjakan secara poliklinis dengan menggunakan mikrokuret. Metode ini juga

dapatmenegakkan diagnosa keganasan uterus.

Dilatasi dan Kuretase

Dilakukan dilatasi dan kuretase untuk terapi dan diagnosa perdarahan uterus.

Histeroskopi

Histeroskopi adalah tindakan dengan memasukkan peralatan teleskop kecil kedalam

uterusuntuk melihat keadaan dalam uterus dengan peralatan ini selain melakukan inspeksi

juga dapat dilakukan tindakan pengambilan sediaan biopsi untuk pemeriksaan

histopatologi.

Hiperplasia Endometrium

Page 9: Hiperplasia Endometrium

3.7. Diagnosis Banding

Hiperplasia mempunyai gejala perdarahan abnormal oleh sebab itu dapat dipikirkan

kemungkinan:

1) karsinoma endometrium,

2) abortus inkomplit

3) leiomioma

4) polip

3.8. Terapi

Terapi atau pengobatan bagi penderita hiperplasia, antara lain sebagai berikut:

1) Tindakan kuratase selain untuk menegakkan diagnosa sekaligus sebagai terapi untuk

menghentikan perdarahan.

2) Selanjutnya adalah terapi progesteron untuk menyeimbangkan kadar hormon di dalam

tubuh. Namun perlu diketahui kemungkinan efek samping yang bisa terjadi, di antaranya

mual, muntah, pusing, dan sebagainya. Rata-rata dengan pengobatan hormonal sekitar 3-4

bulan, gangguan penebalan dinding rahim sudah bisa diatasi. Terapi progestin sangat

efektif dalam mengobati hiperplasia endometrial tanpa atipi, akan tetapi kurang efektif

untuk hiperplasia dengan atipi. Terapi cyclical progestin (medroxyprogesterone asetat 10-

20 mg/hari untuk 14 hari setiap bulan) atau terapi continuous progestin (megestrol asetat

20-40 mg/hari) merupakan terapi yang efektif untuk pasien dengan hiperplasia endometrial

Hiperplasia Endometrium

Page 10: Hiperplasia Endometrium

tanpa atipi. Terapi continuous progestin dengan megestrol asetat (40 mg/hari)

kemungkinan merupakan terapi yang paling dapat diandalkan untuk pasien dengan

hiperplasia atipikal atau kompleks. Terapi dilanjutkan selama 2-3 bulan dan dilakukan

biopsi endometrial 3-4 minggu setelah terapi selesai untuk mengevaluasi respon

pengobatan.

3) Jika pengobatan hormonal yang dijalani tak juga menghasilkan perbaikan, biasanya

akan diganti dengan obat-obatan lain.

Tanda kesembuhan penyakit hiperplasia endometrium yaitu siklus haid kembali normal.

Jika sudah dinyatakan sembuh, ibu sudah bisa mempersiapkan diri untuk kembali

menjalani kehamilan. Namun alangkah baiknya jika terlebih dahulu memeriksakan diri

pada dokter. Terutama pemeriksaan bagaimana fungsi endometrium, apakah salurannya

baik, apakah memiliki sel telur dan sebagainya.

4) Khusus bagi penderita hiperplasia kategori atipik, jika memang terdeteksi ada kanker,

maka jalan satu-satunya adalah menjalani operasi pengangkatan rahim. Penyakit

hiperplasia endometrium cukup merupakan momok bagi kaum perempuan dan kasus

seperti ini cukup dibilang kasus yang sering terjadi, maka dari itu akan lebih baik jika bisa

dilakukan pencegahan yang efektif.

3.9. Prognosis

Umumnya lesi pada hiperplasia atipikal akan mengalami regresi dengan terapi

progestin, akan tetapi memiliki tingkat kekambuhan yang lebih tinggi ketika terapi

dihentikan dibandingkan dengan lesi pada hiperplasia tanpa atipi.

Penelitian terbaru menemukan bahwa pada saat histerektomi 62,5% pasien dengan

hiperplasia endometrium atipikal yang tidak diterapi ternyata juga mengalami karsinoma

endometrial pada saat yang bersamaan. Sedangkan pasien dengan hiperplasia endometrial

tanpa atipi yang di histerektomi hanya 5% diantaranya yang juga memiliki karsinoma

endometrial.

3.10. Pencegahan

Langkah-langkah yang bisa disarankan untuk pencegahan, seperti :

Hiperplasia Endometrium

Page 11: Hiperplasia Endometrium

1. Melakukan pemeriksaan USG dan / atau pemeriksaan rahim secara rutin, untuk

deteksi dini ada kista yang bisa menyebabkan terjadinya penebalan dinding rahim.

2. Melakukan konsultasi ke dokter jika mengalami gangguan seputar menstruasi

apakah itu haid yang tak teratur, jumlah mestruasi yang banyak ataupun tak

kunjung haid dalam jangka waktu lama.

3. Penggunaan etsrogen pada masa pasca menopause harus disertai dengan pemberian

progestin untuk mencegah karsinoma endometrium.

4. Bila menstruasi tidak terjadi setiap bulan maka harus diberikan terapi progesteron

untuk mencegah pertumbuhan endometrium berlebihan. Terapi terbaik adalah

memberikan kontrasepsi oral kombinasi.

5. Rubah gaya hidup untuk menurunkan berat badan.

KESIMPULAN

Hiperplasia Endometrium adalah suatu kondisi di mana lapisan dalam rahim

(endometrium) tumbuh secara berlebihan. Kondisi ini merupakan proses yang jinak

(benign), tetapi pada beberapa kasus (hiperplasia tipe atipik) dapat menjadi kanker rahim.

Endometrium merupakan lapisan paling dalam dari rahim. Lapisan ini tumbuh dan

menebal setiap bulannya dalam rangka mempersiapkan diri terhadap terjadinya kehamilan,

agar hasil konsepsi bisa tertanam. Jika tidak terjadi kehamilan, maka lapisan ini akan

keluar saat menstruasi.

Hormon yang ada di tubuh wanita: estrogen dan progesteron mengatur perubahan

endometrium, dimana estrogen merangsang pertumbuhannya dan progesteron

mempertahankannya. Sekitar pertengahan siklus haid, terjadi ovulasi (lepasnya sel telur

Hiperplasia Endometrium

Page 12: Hiperplasia Endometrium

dari indung telur). Jika sel telur ini tidak dibuahi (oleh sperma), maka kadar hormon

(progesteron) akan menurun, sehingga timbullah haid/menstruasi.

Pada saat mendekati menopause, kadar hormon2 ini berkurang. Setelah menopause

wanita tidak lagi haid, karena produksi hormon ini sangat sedikit sekali. Untuk mengurangi

keluhan/gejala menopause sebagian wanita memakai hormon pengganti dari luar tubuh

(terapi sulih hormon), bisa dalam bentuk kombinasi estrogen + progesteron ataupun

estrogen saja.

Estrogen tanpa pendamping progesteron (unoppesd estrogen) akan menyebabkan

penebalan endometrium. Pada beberapa kasus sel2 yang menebal ini menjadi tidak normal

yang dinamakan Hiperplasis atipik yang merupakan cikal bakal kanker rahim.

Risiko terjadinya hiperplasia endometrium bisa tinggi pada: usia sekitar

menopause, menstruasi yang tidak beraturan atau tidak ada haid sama sekali, over-weight,

diabetes, SOPK (PCOS), mengkonsumsi estrogen tanpa progesteron dalam mengatasi

gejala menopause. Gejalanya yang biasa/sering adalah perdarahan pervagina yang tidak

normal (bisa haid yang banyak dan memanjang).

Berikut ini beberapa pemeriksaan yang biasa dilakukan pada hiperplasia

endometrium:

USG: Terutama yang transvaginal.

Biopsi : pengambilan sampel endometrium, selanjutnya di periksa dengan mikroskop (PA)

Dilatasi dan Kuretase (D&C): leher rahim dilebarkan dengan dilatator kemudian

hiperplasianya dikuret. Hasil kuret lalau di PA-kan.

Hysteroscopy: memasukkan kamera (endoskopi) kedalam rahim lewat vagina. Dilakukan

juga pengambilan sampel untuk di PA-kan.

Pada kebanyakan kasus hiperplasisa dapat diobati dengan obat2an yaitu dengan

memakai progesteron. Progesteron menipiskan/menghilangkan penebalan serta

mencegahnya tidak menebal lagi. Namun pemakain progesteron ini menimbulkan bercak

(spotting).

Hiperplasia Endometrium

Page 13: Hiperplasia Endometrium

Setelah mengkonsumsi progeteron dalam waktu tertentu, dilakukan evaluasi

kembali endometriumnya dengan cara di biopsi atau metode sampling lainnya. Jika tidak

ada perbaikan, dilakukan dapat diberikan obat lagi. Histerektomi atau pengangkatan rahim

dilakukan jika anak sudah cukup atau hiperplasia nya jenis atipik. Namun jika masih ingin

punya anak maka masih ada pilihan dilakukan terapi hormonal.

DAFTAR PUSTAKA

1. Chandrasoma, Parakrama dan Taylor, Clive. R. Patologi Anatomi. Edisi 2. Jakarta : EGC. 2006.

2. Cotran dan Robbins. Dasar Patologis Penyakit. Edisi 7. Jakarta : EGC. 20083. http://didi.blogspot.cm 4. http://newanda.files.wordpress.com 5. www.e-learning.com 6. www.menstruasi.com

Hiperplasia Endometrium

Page 14: Hiperplasia Endometrium

STATUS PASIEN

ANAMNESA PRIBADI

Nama : Ny. Sulha

Umur : 39 Tahun

Pekerjaan : Wiraswasta

Agama : Islam

Suku/bangsa : Melayu/Indonesia

Hiperplasia Endometrium

Page 15: Hiperplasia Endometrium

Pendidikan : SD

Alamat : Jl. Imam Bonjol gang Dodol

Nama Suami : Kamarozama

Tgl. Masuk : 21 Mei 2011 pukul 10:00 Wib

ANAMNESA PENYAKIT

KU : Perdarahan pervagina

Telaah : Os datang ke RSU,Dr.R.M.DJOELHAM dengan keluhan keluar

darah dari vagina, bergumpal (+), volume darah lebih kurang 4

kali ganti doek. Hal ini dialami os lebih kurang 40 hari yang lalu.

Riwayat mentruasi sebelumnya:

Menarche : 14 tahun

Siklus : 28 hari

Banyak : 2 kali ganti duk

Lamanya : 7 hari

HPHT : 26 November 2010

TTP : 03 September 2011

Riwayat persalinan:

Os mempunyai 7 orang anak, semuanya dilahirkan secara spontan

pervaginam tanpa operasi.

RPT : (-)

RPO : (-)

PEMERIKSAAN FISIK

Status Present

Hiperplasia Endometrium

Page 16: Hiperplasia Endometrium

1. Keadaan Umum

Sensorium : Compos Mentis

Tekanan darah : 100/70mmHg

Respirasi Rate : 20x/menit

Heart Rate : 80x/menit

Suhu : 36,5 0 C

2. Keadaan Penyakit

Anemia : (-)

Sianosis : (-)

Dyspnoe : (-)

Ikterus : (-)

Edema : (-)

Status Lokalisata

1. Kepala

Mata : conjungtiva palpebra superior pucat (-/-)

Telinga : dbn

Hidung : dbn

Leher : pembesaran kelenjar getah brning (-/-)

2. Thorax

Inspeksi : simetris

Hiperplasia Endometrium

Page 17: Hiperplasia Endometrium

Palpasi : Sterm fremitus kanan dan kiri sama

Perkusi : Sonor (+/+)

Auskultasi : Vesikuler (+/+),suara tambahan (-/-)

3. Abdomen

Inspeksi : Massa (-), striae gravidarum (-), bekas operasi (-)

Palpasi : Hati tidak teraba, Lien tidak teraba, nyeri tekan abdomen(+)

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Peristaltic usus normal

4. Ektremitas

Superior : dbn

Inferior : dbn

Status Obstetri dan Ginekologi

1. Abdomen

Inspeksi : Abdomen belum tampak membesar, massa (-), striae

gravidarum (-), bekas operasi (-)

Palpasi : Fundus uteri teraba, nyeri tekan abdomen (+)

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Peristaltik usus normal

2. Genetalia Ekterna

Hiperplasia Endometrium

Page 18: Hiperplasia Endometrium

Vulva: Tanda radang (-), massa(-), Udem (-), Perdarahan (+), lesi(-),

Vagina: massa (-), nodul (-), darah (+), radang (-)

3. Genetalia Interna

Vaginal Toucher dilakukan

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. USG

Dilakukan pada tanggal 20 Mei 2011 (os melakukan USG sebelum datang kerumah

sakit, hasilnya adalah :

Hiperplasia endometrium

2. Laboratorium

Dilakukan pada tanggal 21 Mei 2011

Darah rutin :

Hb : 9,9 gr/dl

Leukosit : 12.200

Golongan Darah : B

Urin rutin : (-)

RESUME

ANEMNESA

KU : Perdarahan pervagina

Telaah : Os datang ke RSU,Dr.R.M.DJOELHAM dengan keluhan keluar

darah dari vagina berwarna coklat kemerah-merahan, bergumpal

(+), hal ini dialami os lebih kurang 7 hari yang lalu, os juga

mengaku perut nya mules (+), sebelumnya os pernah tes urin dan

hasilnya positif.

Hiperplasia Endometrium

Page 19: Hiperplasia Endometrium

PEMERIKSAAN FISIK

Status present

1. Keadaan Umum

Tekanan darah : 100/70mmHg

Status Lokalisata

1. Abdomen

Palpasi : Nyeri tekan abdomen (+)

Status Obstetri dan Ginekologi

1. Abdomen

Inspeksi : Abdomen belum tampak membesar

Palpasi : Fundus uteri tidak teraba, nyeri tekan abdomen (+)

2. Genetalia Ekterna

Vagina : Ada darah keluar dari vagina

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. USG

Dilakukan tanggal 20 Mei 2011 :

Hyperplasia endometrium

DIAGNOSA BANDING

karsinoma endometrium,

abortus inkomplit

leiomioma endometrium

Hiperplasia Endometrium

Page 20: Hiperplasia Endometrium

polip endometrium

DIAGNOSA KERJA

Hyperplasia endometrium

PENATALAKSANAAN

- IVFD RL 20 gtt/ menit

- Inj. Kalnex I gr / 8 Jam

- Ciprofloxacin 3 x 1

- Viferron 1 x 1

- Neorolut 2 x 1

RENCANA

- Kurretage

LAPORAN KURRETAGE

Dilakukan pada tanggal 25 Mei 2011 pukul 14.20 wib

- Ibu dalam posisi litotomi

- Operator melakukan teknik sterilisasi

- Dilakukan anestesi local sebelumnya infuse terpasang baik

- Dilakukan hygiene vulva

- Vagina dibuka dengan menggunakan inspekulo sehingga tampak darah dan mulut

rahim dijepit dengan menggunakan cunam cervik

- Dimasukkan sonde uterus untuk menentukan kedalamam uterus

- Setelah sonde uterus dikeluarkan maka dimasukkan alat untuk mengikis dinding

uterus / endometrium

Hiperplasia Endometrium

Page 21: Hiperplasia Endometrium

- Setelah dinding uterus bersih dikikis maka inspekulo dikeluarkan dan dikasih

betadin

TERAPI POST KURRETAGE

- IVFD RL 20 gtt/ menit

- Asam Mefenamat 500 mg 3x1

- Ciprofloksasin 500 mg 3x1

- Metronidazol 500 mg 3x1

- Neorolut 2x1

- Diet MB

Hiperplasia Endometrium

Page 22: Hiperplasia Endometrium

FOLLOW UP

Tanggal/jam 21-5- 201122.30 Wib

22-5-201105.30 Wib

22-5-201113.15 Wib

23-5-201105.30 WIB

23-5-201110.00 WIB

KU Baik Baik Baik Baik Baik

Kesadaran CM CM CM CM CM

Keluhan Darah masih keluar (+)

Mules (+)

Darah masih keluar (+) Darah masih keluar (+) Darah masih keluar (+) Darah masih keluar (+)

Jantung berdebar

Lemas

Vital Sign TD : 140/70 mmhg

RR : 24 x/i

HR : 60 x/i

T : 36,5 0 C

TD : 100/70 mmHg

RR : 24x/i

HR : 84x/i

T : 36,8 0 C

TD : 90/70 mmHg

RR : 20x/i

HR : 76x/i

T : 36,6 0 C

TD : 110/70 mmHg

RR : 22 x/i

HR : 80 x/i

T : 36,5 OC

TD : 120/90 mmHg

RR : 22 x/i

HR : 84 x/i

T : 36,5 OC

Terapi IVFD RL 20 gtt/i

Inj.Kalnex 1 ampul / 8 jam

Ciprofloksasin 500 mg 3x1

Viferron 1x1

IVFD RL 20 gtt/i

Inj.Kalnex 1 ampul / 8 jam

Ciprofloksasin 500 mg 3x1

Viferron 1x1

IVFD RL 20 gtt/i

Inj.Kalnex 1 ampul / 8 jam

Ciprofloksasin 500 mg 3x1

Viferron 1x1

IVFD RL 20 gtt/i

Inj.Kalnex 1 ampul / 8 jam

Ciprofloksasin 500 mg 3x1

Viferron 1x1

IVFD RL 20 gtt/i

Inj.Kalnex 1 ampul / 8 jam

Ciprofloksasin 500 mg 3x1

Viferron 1x1

Neorolut 2x1

Hiperplasia Endometrium

Page 23: Hiperplasia Endometrium

Neorolut 2x1 Neorolut 2x1 Neorolut 2x1 Neorolut 2x1

FOLLOW UP

Tanggal/jam 23-5- 2011

19.00 Wib

24-5-2011

05.30 Wib

24-5-2011

13.30 Wib

24-5-2011

19.20 WIB

25-5-2011

05.30 WIB

KU Baik Baik Baik Baik Baik

Kesadaran CM CM CM CM CM

Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan Pusing (+)

Vital Sign TD : 120/60 mmhg

RR : 22 x/i

HR : 64 x/i

T : 36,8 0 C

TD : 120/80 mmHg

RR : 22 x/i

HR : 78 x/i

T : 37,2 0 C

TD : 110/70 mmHg

RR : 24 x/i

HR : 80 x/i

T : 36,6 0 C

TD : 110/80 mmHg

RR : 22 x/i

HR : 60 x/i

T : 36,5 OC

TD : 100/80 mmHg

RR : 20 x/i

HR : 72 x/i

T : 37,0 OC

Terapi IVFD RL 20 gtt/i

Inj.Kalnex 1 ampul / 8 jam

Ciprofloksasin 500 mg 3x1

Viferron 1x1

Neorolut 2x1

IVFD RL 20 gtt/i

Inj.Kalnex 1 ampul / 8 jam

Ciprofloksasin 500 mg 3x1

Viferron 1x1

Neorolut 2x1

IVFD RL 20 gtt/i

Inj.Kalnex 1 ampul / 8 jam

Ciprofloksasin 500 mg 3x1

Viferron 1x1

Neorolut 2x1

IVFD RL 20 gtt/i

Inj.Kalnex 1 ampul / 8 jam

Ciprofloksasin 500 mg 3x1

Viferron 1x1

Neorolut 2x1

IVFD RL 20 gtt/i

Inj.Kalnex 1 ampul / 8 jam

Ciprofloksasin 500 mg 3x1

Viferron 1x1

Neorolut 2x1

Hiperplasia Endometrium

Page 24: Hiperplasia Endometrium

Tanggal/jam 25-5- 2011

19.30 Wib

25-5-2011

19.30 Wib

26-5-2011

05.45 Wib

26-5-2011

09.15 WIB

KU Baik Baik Baik Baik

Kesadaran CM CM CM CM

Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan

Vital Sign TD : 140/90 mmhg

RR : 24 x/i

HR : 88 x/i

T : 37,1 0 C

TD : 140/80 mmHg

RR : 24 x/i

HR : 88 x/i

T : 37,1 0 C

TD : 110/70 mmHg

RR : 24 x/i

HR : 72 x/i

T : 36,6 0 C

TD : 110/80 mmHg

RR : 22 x/i

HR : 60 x/i

T : 36,5 OC

Terapi IVFD RL + 1 ampul pitogin 20 gtt/i

Inj. Myomergin 1 ampul (IV)

Ciprofloksasin 500 mg 3x1

Metronidazol 500 mg 3x1

Asam mefenamat

IVFD RL 20 gtt/i

Asam mefenamat 500 mg 3x1

Ciprofloksasin 500 mg 3x1

Metronidazol 500 mg 3x1

Neorolut 2x1

IVFD RL 20 gtt/i

Asam mefenamat 500 mg 3x1

Ciprofloksasin 500 mg 3x1

Metronidazol 500 mg 3x1

Neorolut 2x1

Asam mefenamat 500 mg 3x1

Ciprofloksasin 500 mg 3x1

Metronidazol 500 mg 3x1

Neorolut 2x1

Hiperplasia Endometrium

Page 25: Hiperplasia Endometrium

500 mg 3x1

Neorolut 2x1

Hiperplasia Endometrium

Page 26: Hiperplasia Endometrium

KESIMPULAN

Pada tanggal 26 Mei 2011 pukul 09.45 wib Pasien PBJ

Terapi PBJ adalah

Ciprofloksasin 500 mg 3x1

Asam Mefenamat 500 mg 3x1

Metronidazol 500 mg 3x1

Pasien PBJ dalam kondisi sehat

Hiperplasia Endometrium