KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

81
KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR.WAHIDIN SUDIROHUSODO PERIODE JUNI 2016 – JUNI 2017 OLEH: Anugrah Astang C111 14 517 PEMBIMBING: Dr. dr. M. Fadjar Perkasa, Sp.THT-KL(K) DISUSUN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN STUDI PADA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN 2017

Transcript of KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

Page 1: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA

PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR.WAHIDIN

SUDIROHUSODO PERIODE JUNI 2016 – JUNI 2017

OLEH:

Anugrah Astang

C111 14 517

PEMBIMBING:

Dr. dr. M. Fadjar Perkasa, Sp.THT-KL(K)

DISUSUN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN

STUDI PADA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2017

Page 2: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

i

KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA

PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. WAHIDIN

SUDIROHUSODO PERIODE JUNI 2016 – JUNI 2017

Diajukan Kepada Universitas Hasanuddin

Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat

Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran

Anugrah Astang

C111 14 517

Pembimbing :

Dr. dr. M. Fadjar Perkasa, Sp.THT – KL (K)

UNIVERSITAS HASANUDDIN

FAKULTAS KEDOKTERAN

MAKASSAR

2017

Page 3: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Telah disetujui untuk dibacakan pada seminar akhir di Ruang Pertemuan Bagian

Telinga Hidung Tenggorokan – Kepala Leher Rumah Sakit Pendidikan Universitas

Hasanuddin dengan judul :

“Karakteristik Penderita Karsinoma Nasofaring Pada Pasien Rawat Jalan Di

RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Periode Juni 2016 – Juni 2017”

Hari/Tanggal : Jumat, 15 Desember 2017

Waktu : 08.00 wita – selesai

Tempat : Ruang Pertemuan Bagian Telinga Hidung

Tenggorokan – Kepala Leher Rumah Sakit

Pendidikan Universitas Hasanuddin

Makassar, 15 Desember 2017

(Dr. dr. M. Fadjar Perkasa, Sp.THT – KL (K))

Page 4: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Anugrah Astang

NIM : C111 14 517

Fakultas/Program Studi : Kedokteran/Pendidikan Dokter

Judul Skripsi : Karakteristik Penderita Karsinoma Nasofaring Pada

Pasien Rawat Jalan Di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.

Wahidin Sudirohusodo Periode Juni 2016 – Juni 2017

Telah berhasil dipertahankan di hadapan dewan penguji dan diterima sebagai

bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar sarjana

kedokteran pada Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Dr. dr. M. Fadjar Perkasa, Sp.THT – KL (K)

(.....................................)

Penguji 1 : dr. Azmi Mir’ah Zakiah, Sp.THT (K)

(.....................................)

Penguji 2 : Dr. dr. Nova A. L. Pieter, Sp.THT-KL,FICS

(.....................................)

Ditetapkan di : Makassar

Tanggal : 15 Desember 2017

Page 5: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

iv

BAGIAN TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN – KEPALA LEHER

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

2017

TELAH DISETUJUI UNTUK DICETAK DAN DIPERBANYAK

Judul Skripsi :

“Karakteristik Penderita Karsinoma Nasofaring Pada Pasien Rawat Jalan Di

RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Periode Juni 2016 – Juni 2017”

Makassar, 15 Desember 2017

(Dr. dr. M. Fadjar Perkasa, Sp.THT – KL (K))

Page 6: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala

berkat dan rahmat-NYA, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Karakteristik Penderita Karsinoma Nasofaring Pada Pasien Rawat Jalan di RSUP

Dr. Wahidin Sudirohusodo Periode Juni 2016 – Juni 2017” sebagai salah satu syarat

unuk menyelesaikan studi pada program studi pendidikan dokter, Fakultas

Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Penulis tertartik mengambil topik mengenai karsinoma nasofaring sebab

gejala dini yang tidak spesifik dan belum memadainya pelayanan untuk mendeteksi

dini penyakitnya. Oleh karena itu, diperlukan informasi mengenai karakteristik

karsinoma nasofaring agar masyarakat dapat mengenal gejala dan tanda-tanda dari

karsinoma nasofaring.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik

tanpa adanya bantuan dorongan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dr. dr. M. Fadjar Perkasa, Sp.THT – KL (K) selaku pembimbing skripsi yang

telah meluangkan waktu, dan sabar dalam memberikan arahan, bimbingan,

petunjuk, dan saran kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan

dengan baik dan berjalan dengan lancar.

2. Seluruh dosen Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin yang telah

memberikan ilmu dan motivasi untuk menjadi seorang dokter yang baik

3. Kedua orang tua, Bapak H. Astang dan Ibu Hj. Salma, serta saudara-saudara

saya Kak Anita, Kak Amin, Kak Akbar, Kak Aswar, Kak Amran, Kak Fitri,

Page 7: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

vi

Kak Ifa, Febi, Kak Fajrin, Alif, Asraf, Dabi, yang selalu memberikan

semangat dan motivasi agar saya dapat menyelesaikan studi pendidikan

dokter.

4. Teman-teman sejawat Alma, Anisa, Adinda, Anggi, Ame, Putri, Asvika,

Audina, Alya, Rara, Talia, Weni, dan Nadya, serta teman angkatan

Neutrof14vine yang selalu ada menyemangati saya hingga berada pada tahap

ini.

5. Teman-teman sepermainan Citra, Novi, Dina, Dini, Nanda, Astari, Nana,

Hani, dan Wida yang selama ini ada dengan penuh dukungan hingga saya

dapat menyelesaikan studi kedokteran.

6. Terkhusus buat Muh. Abdi Afandy, terima kasih atas waktu dan dukungan

yang diberikan hingga berada pada tahap akhir.

7. Para staf rekam medis Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo

yang telah membantu penulis dalam mencari daftar rekam medis yang ingin

diteliti.

Penulis berharap semoga apa yang disajikan dalam skripsi ini dapat menjadi

sumbangan pemikiran bagi ilmu pengetahuan. Penulis menyadari masih banyak

kekurangan dari skripsi ini.Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan

saran yang membangun agar di masa yang akan datang penulis dapat menjadi lebih

baik.

Makassar, 15 Desember 2017

Penulis

Page 8: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

vii

SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN Desember 2017

Anugrah Astang Dr. dr. M. Fadjar Perkasa, Sp.THT – KL (K) Karakteristik Penderita Karsinoma Nasofaring Pada Pasien Rawat Jalan Di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Periode Juni 2016 – Juni 2017

ABSTRAK Latar Belakang: Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang berasal dari sel-sel epithelial yang menutupi permukaan nasofaring. Karsinoma nasofaring memiliki 3 tipe yaitu tipe 1, tipe 2, dan tipe 3. Kasus terbanyak terbanyak yang ditemukan adalah tipe 2 dan tipe 3, sedangkan tipe 1 belum pernah ditemukan di Indonesia. Faktor ekstrinsik seperti virus Epstein-Barr, nitrosamin, lingkungan dan faktor intrinsik misalnya gen HLA, gen onkogen, gen supresor dicurigai sebagai faktor penyebab. Oleh karena itu, karsinoma nasofaring sering menyebabkan metastasis ke kelenjar limfe leher dan menimbulkan gangguan saraf otak sehingga penderita datang pada stadium lanjut yang menyebabkan tingginya angka kematian. Metode Penelitian: Penelitian ini bersifat deskriptif retrospektif dengan sampel sebanyak 55 pasien di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo. Hasil penelitian: Berdasarkan data yang didapatkan, ditemukan proporsi tinggi penderita karsinoma nasofaring di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo periode Juni 2016 – Juni 2017, berdasarkan usia penderita karsinoma nasofaring terbanyak pada kelompok usia 40 – 60 tahun (58,2%), berdasarkan jenis kelamin penderita karsinoma nasofaring terbanyak adalah penderita laki-laki (56,4%), berdasarkan suku penderita karsinoma nasofaring terbanyak adalah suku Bugis (38,2%), berdasarkan pekerjaan penderita karsinoma nasofaring terbanyak adalah penderita yang tidak bekerja (47,3%), berdasarkan keluhan utama penderita karsinoma nasofaring terbanyak adalah pasien yang mengaku nyeri kepala (76,4%), berdasarkan stadium penderita karsinoma nasofaring terbanyak ditemui pasien dengan stadium IV (52,7%), dan berdasarkan klasifikasi histopatologi penderita karsinoma nasofaring terbanyak pada pasien dengan tipe undifferentiated noneratinizing squamos cell carcinoma (50,9%). Kata Kunci:,karakteristik, karsinoma nasofaring, rumah sakit umum pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo, Kepustakaan: 42 Referensi

Page 9: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

viii

THESIS FACULTY OF MEDICINE

UNIVERSITY OF HASANUDDIN Desember 2017

Anugrah Astang Dr. dr. M. Fadjar Perkasa, Sp.THT – KL (K) The Characteristic of Nasopharyngeal Carcinoma at Dr. Wahidin Sudirohusodo Hospital Period June 2016 – June 2017 ABSTRACT Background: Nasopharyngeal carcinoma is a malignant tumor originating from epithelial cells covering the surface of the nasopharynx. Nasopharyngeal carcinoma has 3 types of type 1, type 2, and type 3. Most cases found are type 2 and type 3, while type 1 has never been found in Indonesia. Extrinsic factors such as Epstein-Barr virus, nitrosamines, environment and intrinsic factors such as HLA genes, oncogenes genes, suspected suppressor genes as a contributing factor. Therefore, nasopharyngeal carcinoma often causes metastasis to the lymph nodes of the neck and cause brain neurological disorders so that patients come at an advanced stage that causes high mortality. Methods: This study was a retrospective descriptive study with a sample of 55 patients at Dr. General Hospital. Wahidin Sudirohusodo. Results: Based on the data obtained, found a high proportion of patients with nasopharyngeal carcinoma in Dr. Wahidin Sudirohusodo period June 2016 - June 2017, based on age of patient nasopharyngeal carcinoma most in age group 40-60 years old (58,2%), based on gender of patient nasopharynx carcinoma most is male (56,4%), the majority of nasopharyngeal carcinoma patients were Bugis (38,2%), based on occupation of most nasopharyngeal carcinoma patients who were not working (47,3%), based on the main complaint of nasopharyngeal carcinoma patients were patients who claimed headache (76,4% ), based on patients with stage IV staging (52,7%), and histopathologic classification of patients with nasopharyngeal carcinoma in patients with type undifferentiated noneratinizing squamos cell carcinoma (50,9%). Keywords: characteristic, nasopharyngeal carcinoma, central hospital Wahidin Sudirohusodo, Literature: 42 References

Page 10: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

ix

DAFTAR ISI

JUDUL .......................................................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ................................................................................................. v

ABSTRAK ................................................................................................................. vii

DAFTAR ISI ................................................................................................................ ix

DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiv

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 5

1.3.1 Tujuan Umum ...................................................................................... 5

1.3.2 Tujuan Khusus ..................................................................................... 5

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 6

2.1 Anatomi Nasofaring ...................................................................................... 6

2.2 Epedimiologi Karsinoma Nasofaring ............................................................ 8

2.3 Etiologi Karsinoma Nasofaring ..................................................................... 9

2.3.1 Faktor Genetik ..................................................................................... 9

2.3.2 Faktor Lingkungan .............................................................................. 9

Page 11: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

x

2.3.3 Virus Ebstein Barr ............................................................................. 10

2.4 Patogenesis .................................................................................................. 11

2.5 Histopatologi ............................................................................................... 12

2.5.1 Keratinizing Squamous Cell Carcinoma .......................................... 12

2.5.2 Non Keratinizing Squamous Cell Carcinoma ................................... 12

2.5.3 Undifferentiated Carcinoma .............................................................. 13

2.6 Diagnosis ..................................................................................................... 13

2.6.1 Gejala Klinis ...................................................................................... 13

2.6.2 Pemeriksaan Nasofaring .................................................................... 15

2.6.3 Pemeriksaan Radiologi ...................................................................... 15

2.6.4 Pemeriksaan Serologi ........................................................................ 15

2.6.5 Pemeriksaan Patologi ........................................................................ 17

2.6.5.1 Biopsi Nasofaring ................................................................. 17

2.6.5.2 Biopsi Aspirasi Jarum Halus Kelenjar Leher ........................ 17

2.7 Stadium ........................................................................................................ 18

2.8 Penatalaksanaan ........................................................................................... 20

2.8.1 Radioterapi ........................................................................................ 20

2.8.2 Kemoterapi ........................................................................................ 21

2.8.3 Kemoradiasi ....................................................................................... 21

2.9 Deteksi Dini ................................................................................................. 22

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL HIPOTESIS PENELITIAN ....................... 23

3.1 Kerangka Teori ............................................................................................ 23

3.1 Kerangka Konsep ........................................................................................ 24

Page 12: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

xi

3.3DefinisiOperasional ...................................................................................... 25

3.3.1 Usia .................................................................................................... 25

3.3.2 Jenis Kelamin .................................................................................... 25

3.3.3 Suku ................................................................................................... 25

3.3.4 Pekerjaan ........................................................................................... 26

3.3.5 Keluhan Utama .................................................................................. 27

3.3.6 Stadium .............................................................................................. 28

3.3.7 Histopatologi ..................................................................................... 28

BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................................ 29

4.1 Jenis Penelitian ............................................................................................ 29

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................... 29

4.2.1 Lokasi Penelitian ............................................................................... 29

4.2.2 Waktu Penelitian ............................................................................... 29

4.3 Populasi Penelitian ...................................................................................... 29

4.4 Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 30

4.5 Pengolahan dan Penyajian Data ................................................................. 30

4.6 Etika Penelitian ............................................................................................ 30

BAB V HASIL PENELITIAN .................................................................................. 31

BAB VI PEMBAHASAN .......................................................................................... 38

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 46

7.1 Kesimpulan .................................................................................................. 46

7.3 Saran ............................................................................................................ 46

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 48

LAMPIRAN ............................................................................................................... 53

Page 13: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi berdasarkan TNM .................................................................... 18

Tabel 2.2 Pedoman Modalitas Terapi pada KNF ........................................................ 20

Tabel 5.1 Distribusi Proporsi Pasien Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Usia yang

Dirawat Jalan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar

(Juni 2016 – Juni 2017)............................................................................................... 31

Tabel 5.2 Distribusi Proporsi Pasien Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Jenis

Kelamin yang Dirawat Jalan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar (Juni 2016 – Juni 2017) .............................................................................. 32

Tabel 5.3 Distribusi Proporsi Pasien Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Suku yang

Dirawat Jalan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar

(Juni 2016 – Juni 2017)............................................................................................... 33

Tabel 5.4 Distribusi Proporsi Pasien Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Pekerjaan

yang Dirawat Jalan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. WahidinSudirohusodo

Makassar (Juni 2016 – Juni 2017) .............................................................................. 34

Tabel 5.5 Distribusi Proporsi Pasien Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Keluhan

Utama yang Dirawat Jalan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar (Juni 2016 – Juni 2017) .............................................................................. 35

Tabel 5.6 Distribusi Proporsi Pasien Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Stadium

yang Dirawat Jalan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar (Juni 2016 – Juni 2017) .............................................................................. 36

Page 14: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

xiii

Tabel 5.7 Distribusi Proporsi Pasien Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Klasifikasi

Histopatologi yang Dirawat Jalan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar (Juni 2016 – Juni 2017) ....................................................... 37

Page 15: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

xiv

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 2.1 AnatomiNasofaring .............................................................................. 7

GAMBAR 3.1 KerangkaTeori .................................................................................... 23

GAMBAR 3.2 KerangkaKonsep ................................................................................ 24

Page 16: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penelitian

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian dan Pengambilan Data

Lampiran 3. Surat Rekomendasi Persetujuan Etik

Lampiran 4. Master Data

Lampiran 5. Surat Keterangan Selesai Penelitian

Lampiran 6. Biodata Peneliti

Page 17: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang berasal dari

sel-sel epithelial yang menutupi permukaan nasofaring. Karsinoma

nasofaring memiliki 3 tipe yaitu tipe 1, tipe 2, dan tipe 3. Kasus terbanyak

pada anak dan remaja adalah tipe 3, tapi juga ditemukan beberapa kasus

tipe 2 (Brennan, 2006). Sampai saat ini belum diketahui pasti penyebab

karsinoma nasofaring.

Faktor ekstrinsik seperti virus Epstein-Barr, nitrosamin, lingkungan

dan faktor intrinsik misalnya gen HLA, gen onkogen, gen supresor

dicurigai sebagai faktor penyebab (Munir, 2008). Pada masyarakat

Taiwan kebiasaan mengunyah kacang betel selama lebih dari 20 tahun

meningkatkan resiko terkena karsinoma nasofaring 70%. Di Cina Selatan

ditemukan kandungan nikel pada nasi, air minum, dan rambut

penduduknya juga dicurigai sebagai faktor penyebab. Di Indonesia sendiri

kebiasaan memakan ikan asin, merokok, dan mengunyah tembakau

dianggap sebagai faktor resiko terjadinya karsinoma nasofaring

(Ariwibowo, 2013).

Karsinoma nasofaring terjadi 0,7% pada keselurunan kejadian

kanker di dunia, menempati urutan ke-24 pada kejadian kanker yang

paling sering terdiagnosis di seluruh dunia. Paling banyak terjadi di negara

dengan ekonomi yang berkembang, tetapi sangat jarang terjadi di negara-

Page 18: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

2

negara barat seperti Eropa dan Amerika. Bagian tenggara asia adalah

daerah dengan angka kejadian tertinggi meliputi Cina, Malaysia,

Indonesia, Filipina, Thailand, dan negara disekitarya, dengan ras cina dan

melayu sebagai ras yang paling sering terkena. Ini mungkin lebih

dikarenakan genetik karena di negara-negara dengan angka kejadian

rendah penderita yang terkena mayoritas adalah imigran asal China

(Munir, 2008). Pada tahun 2008 terdapat lebih dari 84.000 kasus baru

karsinoma nasofaring degan 80% terjadi di Asia dan 5% di Eropa (Zhang

et al, 2013).

Penyakit ini banyak ditemukan pada ras Mongoloid sehingga

sering terjadi pada penduduk Cina Selatan, Hongkong, Vietnam, Thailand,

Malaysia, Singapura, dan Indonesia. Insidensi karsinoma nasofaring di

Cina Selatan menempati kedudukan tertinggi yaitu 50 per 100.000

penduduk per tahun, khususnya provinsi Guang Dong dan daerah Guangxi

(Yenita & Asri, 2012). Angka kejadian karsinoma nasofaring di Indonesia

adalah 6,5 per 100.000 penduduk dengan mortalitas 3,3 per 100.000

penduduk (International Agency for Research on Cancer, 2010).

Kanker nasofaring merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher

yang paling banyak ditemukan di Indonesia (hampir 60%), sisanya tumor

ganas hidung dan sinus paranasal (18%), laring (16%), dan tumor ganas

rongga mulut, tonsil, hipofaring (cukup rendah). Prevalensi KNF di

Indonesia cukup tinggi yaitu 4,7 per 100.000 penduduk. Sebagian besar

datang berobat dalam stadium lanjut, sehingga hasil pengobatan dan

prognosis menjadi buruk. Catatan dari berbagai rumah sakit di Indonesia

Page 19: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

3

menunjukkan bahwa KNF menduduki urutan keempat setelah kanker leher

rahim, payudara, dan kulit. Distribusi KNF di Indonesia hampir merata di

setiap daerah. Di RSCM Jakarta ditemukan lebih dari 100 kasus setahun,

RS. Hasan Sadikin Bandung 60 kasus, Makassar 25 kasus, Palembang 25

kasus, Denpasar 15 kasus dan 11 kasus di Padang dan Bukittinggi.

Demikian pula di Medan, Semarang, Surabaya dan kota-kota lainnya.

Hipotesis pertama kali dikemukakan oleh Jackson pada tahun

1901. Ia mengemukakan bahwa iritasi debu pada pekerja gabus dapat

merusak epitel saluran nafas. Semenjak itu patogenesis KNF mulai diteliti

lebih lanjut, khususnya untuk perbedaan geografis serta variasi rasial.

Beberapa tahun belakangan, banyak ditemukan bahwa ada hubungan

antara faktor genetik dan lingkungan dengan resiko terjadinya KNF

(McDermott et al, 2001).

Penelitian terhadap kasus ini mendapat banyak perhatian. Hal

tersebut dikarenakan adanya interaksi yang kompleks dari etiologi

penyakit seperti faktor genetik, lingkungan, dan virus Epstein-Barr.

Hubungan antara virus Epstein-Barr dengan Karsinoma Nasofaring

diterangkan di beberapa penelitian, dimana didapatkan titer virus Epstein-

Barr yang cukup tinggi di seluruh penderita penyakit ini (Ganguly, 2003).

Selain itu, diduga ikan yang diasinkan, makanan yang di awetkan,

merokok, asap memasak, faktor genetik dan lingkungan juga menjadi

faktor resiko dari kejadian karsinoma nasofaring (Rozein A et al, 2001).

Merokok sejak tahun 1950 telah dinyatakan sebagai penyebab kanker.

Page 20: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

4

Penyebab terjadinya karsinoma nasofaring ini bersifat

multifaktorial yaitu ras dimana karsinoma nasofaring lebih sering

ditemukan pada ras Mongoloid dibandingkan ras lainnya, genetik yaitu

HLA-A2-Bw46 dan B-17 dapat meningkatkan risiko terjadinya karsinoma

nasofaring, diet sering konsumsi ikan asin dan makanan yang diawetkan,

virus Eipsten-Barr, lingkungan, dan pekerjaan (Ariwibowo, 2013).

Diagnosis dini karsinoma nasofaring sangat menentukan prognosis pasien.

Hal ini cukup sulit dilakukan karena gejala awal tidak jelas dan lokasinya

yang tersembunyi serta berhubungan dengan banyak daerah penting di

dalam tengkorak (Roezin & Adham, 2012). Oleh karena itu, karsinoma

nasofaring sering menyebabkan metastasis ke kelenjar limfe leher dan

menimbulkan gangguan saraf otak sehingga penderita datang pada stadium

lanjut yang menyebabkan tingginya angka kematian (Haryanto et al.,

2010). Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti

tentang karakteristik penderita karsinoma nasofaring di RSUP Dr.

Wahidin Sudirohusodo.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana karakteristik penderita karsinoma nasofaring pada pasien rawat

jalan di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode Juni 2016 – Juni

2017?

Page 21: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

5

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik penderita karsinoma nasofaring pada

pasien rawat jalan di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar

Periode Juni 2016 – Juni 2017.

1.3.2 Tujuan Khusus

Untuk mengidentifikasi pola distribusi penderita karsinoma nasofaring

di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode Juni 2016 – Juni

2017 berdasarkan usia, jenis kelamin, suku, pekerjaan, keluhan utama,

stadium, dan jenis histopatologi.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Lebih memperdalam ilmu pengetahuan mengenai karsinoma nasofaring.

2. Menjadi informasi yang berharga bagi Rumah Sakit untuk meningkatkan

pelayanan terhadap pasien karsinoma nasofaring.

3. Sebagai bahan evaluasi bagi para tenaga kesehatan untuk dapat

meningkatkan upaya promotif dan preventif terhadap penyakit karsinoma

nasofaring di kemudian hari.

4. Sebagai pengalaman yang berharga bagi peneliti dalam memperluas

wawasan dan pengetahuan dalam melakukan penelitian khususnya

mengenai karsinoma nasofaring.

5. Sebagai bahan atau informasi untuk mengedukasi masyarakat awam

tentang gejala awal karsinoma nasofaring sehingga mereka datang untuk

berobat.

Page 22: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Nasofaring

Nasofaring adalah ruang trapezoid di belakang koana yang berhubungan

dengan orofaring dan terletak di superior palatum molle. Ukuran nasofaring pada

orang dewasa yaitu 4 cm tinggi, 4 cm lebar dan 3 cm pada dimensi anteroposterior.

Dinding posteriornya sekitar 8 cm dari aparatus piriformis sepanjang dasar hidung

(Chew, 1997). Bagian atap dan dinding posterior dibentuk oleh permukaan yang

melandai dibatasi oleh basis sfenoid, basis oksiput dan vertebra cervical I dan II.

Dinding anterior nasofaring adalah daerah sempit jaringan lunak yang merupakan

batas koana posterior. Batas inferior nasofaring adalah palatum molle. Batas

dinding lateral merupakan fasia faringobasilar dan m. konstriktor faring superior

(Witte and Neel, 1998; Lin, 2006).

Pada kedua dinding lateral nasofaring terdapat ostium tuba Eustachius

dengan tonjolan tulang rawan di bagian superoposterior yang disebut torus tubarius.

Di bagian posterior torus tubarius ini terdapat lekukan kecil yang agak datar disebut

resesus faringeal lateralis atau fosa Rosenmuller, merupakan tempat tersering awal

mula kanker nasofaring. Tepi atas dari torus tubarius adalah tempat melekatnya

muskulus levator veli palatini. Perluasan tumor pada KNF akan mengganggu fungsi

dari muskulus ini untuk membuka ostium tuba (William, 2006).

Page 23: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

7

Gambar 2.1 Anatomi Nasofaring

Secara anatomis, bagian ini berhubungan dengan beberapa organ penting yang

menjadi sumber penyebaran tumor dan menentukan presentasi klinis serta

prognosis. Adapun bagian-bagian tersebut yakni, (1) anterior: tuba Eustachius; (2)

antero-lateral: otot levator veli palatine; (3) posterior: retropharyngeal space; (4)

superior: di bagian medial terdapat foramen laserum, bagian posterior terdapat

apeks petrosus dan kanalis karotikus, serta foramen ovale dan spinosum di bagian

anterolateral; (5) lateral: otot tensor veli palatine dan pharyngeal space; (6) inferior:

otot konstriktor superior.

Nasofaring mempunyai pleksus submukosa limfatik yang luas. Kelompok

pertama adalah kelompok nodul pada daerah retrofaringeal yang terdapat pada

ruang retrofaring antara dinding posterior nasofaring, fasia faringobasilar dan fasia

prevertebra. Pada dinding lateral di daerah tuba Eustachius paling kaya akan

pembuluh limfe. Aliran limfe berjalan ke arah anterosuperior dan bermuara di

Page 24: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

8

kelenjar retrofaringeal atau kelenjar yang paling proksimal dari masing-masing sisi

rantai kelenjar spinal dan jugularis interna, rantai kelenjar ini terletak di bawah otot

sternokleidomastoideus. Pembuluh limfe di daerah nasofaring sangat kompleks dan

membentuk pleksus yang saling menyilang melewati garis tengah. Aliran getah

bening menuju arah posterior, selanjutnya ke kelenjar getah bening Rouviere di

ruang retrofaring bagian lateral dan retro parotis kemudian menuju ke rangkaian

kelenjar getah bening di sekitar vena jugularis interna bagian superior, terutama

kelompok jugulo digastrik (Anita, 2006).

2.2 Epidemiologi Karsinoma Nasofaring

Karsinoma nasofaring merupakan kanker yang umum terjadi di Cina

Selatan dan Asia Tengggara. KNF merupakan tumor endemis di Asia Tenggara

terutama pada pria dan sangat jarang ditemui di bagian lain dunia. Angka kematian

penderita KNF etnik Cina yang lahir di Amerika meningkat 20x dibanding pada

populasi etnik lainnya. Di Tunisia dan Afrika Timur ditemukan angka insidensi

KNF yang tinggi. Insidensi lebih tinggi ditemukan pada populasi Cina dan Tunisia

yang tinggal di Inggris. Sekitar 1/3 neoplasma nasofaring ditemukan pada usia

anak. Di Cina bagian Selatan, Asia Selatan, Mediterania dan Alaska, insidensi KNF

agak meningkat. Angka kejadian di Cina sekitar 2/1.000.000. Di Negara lain seperti

India, insidensi seimbang dengan di Inggris yaitu sekitar 0,9/1.000.000, dengan

puncak usia sama seperti di Inggris, pada usia lebih muda yaitu pada dekade kedua.

Di Indonesia, pada tahun 2008 menunjukkan bahwa insidensi dan mortalitas

tertinggi ke lima di antara kanker tubuh ditempat oleh KNF. Sedangkan, menurut

Page 25: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

9

GLOBOCAN (Global Burden of Cancer Study) tahun 2012, menyatakan bahwa

insidens KNF di Indonesia mencapai 5,6 per 100.000 penduduk/tahun, di mana

pravalensi tertinggi pada dekade 4-5 dengan perbandingan laki-laki dan perempuan

adalah 2,3:1.15-18

2.3 Etiologi Karsinoma Nasofaring

Karsinoma nasofaring umumnya disebabkan oleh gabungan antara genetic,

factor lingkungan, dan virus Ebstein Barr (EBV).19-20

2.3.1 Faktor Genetik

Karsinoma nasofaring tidak termasuk tumor genetic, tetapi kerentanan

terhadap karsinoma nasofaring pada kelompok masyarakat tertentu relative

lebih menonjol dan memiliki agregasi familial. Analisis korelasi

menunjukkan orang yang memiliki gen HLA-A2, HLA-B17, dan HLA-

Bw26 beresiko dua kali lebih besar menderita karsinoma nasofaring.

Studi pada orang Cina dengan keluarga menderita karsinoma

nasofaring dijumpai adanya kelemahan lokus pada region HLA. Studi dari

kelemahan HLA pada orang-orang Cina menunjukkan bahwa orang-orang

dengan HLA A*0207 atau B*4601 tetapi tidak pada A*0201 memiliki

resiko yang meningkat untuk terkena karsinoma nasofaring.

2.3.2 Faktor Lingkungan

Karsinoma nasofaring kerap kali dipengaruhi oleh lingkungan yang

tidak sehat. Merokok sangat memengaruhi peningkatan resiko karsinoma

Page 26: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

10

nasofaring, dalam sebuah penelitian menunjukkan adanya paparan jangka

panjang dari bahan-bahan polusi memegang peranan dalam pathogenesis

karsinoma nasofaring.

Paparan dari ikan asin dan makanan yang mengandung volatile

nitrosamine merupakan penyebab karsinoma nasofaring pada Cantonese.

Konsumsi ikan asin selama masa anak-anak berhubungan dengan

peningkatan resiko karsinoma nasofaring di Cina Timur. Hal ini didukung

dengan penelitian pada binatang dimana tikus yang diberikan diet ikan asin

akan mendapat karsinoma pada rongga hidung dengan dosis tertentu.

Orang yang bekerja di industry tekstil memiliki peluang lebih besar

mengidap karsinoma nasofaring yang disebabkan akumulasi dari debu

kapas, asam, caustic atau dyeing process karena paparan dari formaldehid

pada udara dan debu kayu juga berhubungan dengan peningkatan insiden

karsinoma nasofaring. Faktor lingkungan lain yang juga dapat

meningkatkan resiko karsinoma nasofaring yang pernah dilaporkan adalah

penggunaan herbal cina, dijumpainya nikel pada daerah endemic,

penggunaan alcohol, dan infeksi jamur pada kavum nasi.

2.3.3 Virus Ebstein Barr

Banyak perhatian ditujukan kepada hubungan langsung antara

karsinoma nasofaring dengan ambang titer antibody virus Epstein-Barr

(EBV). Serum pasien-pasien orang Asia dan Afrika dengan karsinoma

nasofaring primer maupun sekunder telah dibuktikan mengandung antibody

Ig G terhadap antigen kapsid virus (VCA) EB dan seringkali pula terhadap

Page 27: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

11

antigen dini (EA); dan antibody Ig A terhadap VCA (VCA-IgA), sering

dengan titer yang tinggi. Hubungan ini juga terdapat pada pasien di Amerika

yang mendapat karsinoma nasofaring aktif. Bentuk-bentuk anti-EBV ini

berhubungan dengan karsinoma nasofaring tidak berdifrensiasi

(undifferentiated) dan karsinoma nasofaring non-keratinisasi (non-

keratinizing) yang aktif (dengan mikroskop cahaya) tetapi biasanya tidak

berhubung dengan tumor sel skuamosa atau elemen limfoid dalam

limfoepitelioma (Nasir, 2009 dan Nasional Cancer Institute, 2009).

2.4 Patogenesis

Perubahan genetik yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan, baik virus

maupun faktor kimiawi mengakibatkan terjadinya Karsinoma Nasofaring atau

KNF. Pada tahap awal perkembangan kanker ada keterlibatan faktor kerentanan

genetic dan delesi pada kromosom 3p/9p. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan

genetic dapat dirangsang oleh karsinogen kimia di lingkungan yang menyebabkan

transformasi epitel normal ke lesi pra-kanker tingkat rendah, seperti NPIN I dan II.

Pada penemuan selanjutnya menunjukkan bahwa infeksi laten virus EB berperan

dalam progresi lesi pra-kanker tingkat rendah ke tingkat tinggi yaitu NPIN III.

Dalam proses seleksi klonal dan perkembangan lebih lanjut, infeksi laten virus EB

juga berperan penting.

Dalam penghambatan proses apoptosis, ekspresi bcl-2 yang terdapat di

dalam sel displastik dari lesi pra-kanker tingkat tinggi (NPIN III) turut berperan.

Kemudian, faktor lingkungan, perubahan genetic seperti aktivasi telomerase,

Page 28: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

12

inaktivasi gen p16/p15, delesi kromosom 11q dan 14q juga berperan dalam tahap

awal perkembangan Karsinoma Nasofaring (KNF).

Dalam progresi karsinoma yang invasive terdapat peranan LOH (Loss of

Heterozygosity) pada kromsom 14q dan overekspresi dari gen c-myc, protein ras

dan p53. Selain itu, yang berperan dalam proses metastasis adalah mutasi gen p53

dan perubahan genetik lainnya.

2.5 Histopatologi

Karsinoma nasofaring merupakan kanker sel skuamus yang berasal dari

epitel yang melapisi nasofaring. Menurut World Health Organization (WHO), KNF

diklasifikasikan dalam 3 tipe yaitu:

2.5.1 Keratinizing Squamous Cell Carcinoma

Tipe karsinoma sel skuamosa berkeratin ini ditandai dengan

adanya bentuk kromatin di dalam mutiara skuamosa atau sebagian sel

mengalami keratinisasi (diskratosis), adanya stratifikasi dari sel,

terutama pada sel yang terletak di permukaan atau suatu rongga kistik,

adanya jembatan intersel (intercellular bridges).

2.5.2 Non Keratinizing Squamous Cell Carcinoma

Tipe karsinoma sel skuamosa tidak berkeratin ditandai dengan

sel tumor yang mempunyai batas yang jelas dan terlihat tersusun

teratur berjajar, terihat bentuk poliform yang mungkin terlihat sebagai

sel tumor yang jernih atau terang yang disebabkan adanya glikogen

Page 29: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

13

dalam sitoplasma sel, tidak terdapat musin atau diferensiasi dari

kelenjar.

2.5.3 Undifferentiated Carcinoma

Pada tipe karsinoma tidak berdiferensiasi ini ditandai dengan

susunan sel tumor berbentuk sinsitial, batas sel satu dengan yang lain

sulit dibedakan, sel tumor berbentuk spinder dan beberapa sel

mempunyai inti yang hiperkromatik dan sel ini sering bersifat

dominan, sel tumor tidak memproduksi musin (Adham et al., 2012).

2.6 Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan nasofaring,

radiologi, serologi, dan patologi.

2.6.1 Gejala Klinis

Karsinoma Nasofaring tidak menimbulkan gejala yang spesik karena

mirip dengan infeksi hidung lainnya dan letak tumor yang tersembunyi

sehingga sulit diperiksa. Pada umumnya, penderita KNF yang datang berobat

menunjukkan benjolan di lehar sebagai gejala pertama. Kemudian, gejala dini

ketika tumor masih terbatas di nasofaring adalah rasa penuh di telinga, rasa

berdenging atau krebek-krebek dan kadang disertai dengan penurunan

pendengaran. Gejela tersebut disebabkan oleh oklusi muara tuba Eustachius

akibat pendesakan tumor (William, 2006; Anita, 2006; Thompson, 2006).

Page 30: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

14

Gejala lanjut KNF disebabkan oleh perluasan tumor ke jaringan

sekitarnya. Tumor dapat meluas ke arah superior menuju ke intra kranial dan

menjalar sepanjang fosa kranii media. Tumor dapat masuk ke rongga

tengkorak melalui foramen laserum, menimbulkan kerusakan atau lesi pada

kelompok saraf kranialis anterior yaitu N. III, IV, V dan VI. Perluasan tumor

ke arah anterior menuju rongga hidung, sinus paranasalis, fosa pterigopalatina

sampai orbita, menyebabkan lesi pada saraf kranialis I dan II. Tumor yang

besar dapat mendesak palatum mole, menimbulkan gejala obstruksi jalan

napas atas dan jalan makanan. Perluasan tumor ke arah posterolateral menuju

ruang parafaring dan fosa pterigopalatina, masuk ke foramen jugularis

sehingga menimbulkan kerusakan kelompok saraf kranialis posterior yaitu N.

IX, X, XI dan XII serta nervus simpatikus servikalis yang berjalan menuju

fisura orbitalis. Dua jenis sindrom nervus kranial yang berhubungan dengan

KNF adalah retroparotid syndrome yang melibatkan gangguan saraf kranial

IX, X, XI dan XII dan petrosphenoid syndrome dengan gangguan saraf

kranial III, IV, V dan VI. Lesi saraf kranial II juga bisa terjadi melalui

foramen laserum (William, 2006; Wolden, 2006).

Metastasis tumor ke kelenjar getah bening regional sering terjadi yaitu

sekitar 65%-80%. Selanjutnya sel-sel kanker dapat mengikuti aliran darah

dan mengadakan metastasis jauh mengenai organ tubuh yang lain seperti

tulang, hati dan paru (William, 2006; Wolden, 2006).

Page 31: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

15

2.6.2 Pemeriksaan Nasofaring

Pemeriksaan tumor primer di nasofaring dapat dilakukan dengan ara

rinoskopi posterior (tidak langsung) dan nasofaringoskop (langsung) serta

fibernasofaringoskopi.22

2.6.3 Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan ini digunakan untuk melihat massa tumor nasofaring dan

melihat massa tumor yang menginvasi pada jaringan sekitarnya dengan

menggunakan:

1. Computed Tornografi (CT), dapat memperlihatkan

penyebaran ke jaringan ikat lunak pada nasofaring dan

penyebaran ke ruang paranasofaring. Sensitif mendeteksi erosi

tulang, terutama pada dasar tengkorak.

2. Magnetic Resonance Imaging (MRI) yakni pemeriksaan

tambahan dari CT scan yang dapat membedakan antara

jaringan lunak dan cairan misalnya retensi cairan akibat invasi

ke sinus paranasal.23

2.6.4 Pemeriksaan Serologi

Diagnosis KNF ditunjang beberapa pemeriksaan tambahan yaitu

pemeriksaan serologi, misalnya imunglobulin A anti-viral capsid antigen (Ig

anti-VCA), Ig G anti-early antigen (EA), imunohistokimia, dan polymerase

chain reaction (PCR). Pemeriksaan serologi dapat dilakukan sebagai

skrinning untuk deteksi dini, sering mendahului munculnya KNF dan

Page 32: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

16

berfungsi sebagai petanda tumor remisi dan kekambuhan. Ji, et al,

melaporkan window period selama 3 tahun sesudah peningkatan antibodi dan

menetap tinggi sampai muncul gejala klinis.

Bentuk endemik KNF dikatikan dengan VEB, meskipun peran VEB

yang tepat dalam pathogenesis KNF masih belum jelas. Deteksi antibodi IgG

(dijumpai pada masa awal infeksi virus) dan antibodi IgA VCA mendukung

diagnosis karsinoma nasofaring. Titer antibodi IgA untuk VEB viral capsid

antigen (EBV-IgA-VCA) dan VEB antigen awal (EBV-EA) pada

pemeriksaan immunofluorescent dapat digunakan untuk skrining KNF.

Peningkatan titer IgA antibodi pada VEB viral capsid antigen (VCA) biasa

ditemukan pada pasien KNF. Antibodi terhadap VEB baik IgG maupun IgA

pendertia KNF meningkat 8-10 kali lebih tinggi dibandingkan penderita

tumor lain atau orang sehat. Peningkatan titer IgA ini dapat diketahui sebelum

perkembangan KNF dan berkorelasi dengan besar tumor, remisi, dan

rekurensi. Dalam beberapa tahun terakhir, tes enzyme-linked immunosorbent

assay (ELISA) yang menggunakan antigen VEB rekombinan dimurnikan

makin dianjurkan untuk menggantikan immunofluorescent tradisional.

Virus juga dapat dideteksi pada tumor dengan pemeriksaan hibridisasi

in situ dan teknik imunohistokimia. Selain itu, dapat juga dideteksi dengan

teknik PCR pada material aspirasi biopsy jarum metastasis kelenjar getah

bening leher.24-26

Page 33: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

17

2.6.5 Pemeriksaan Patologi

Pemeriksaan patologi anatomi dengan spesimen berasal dari biopsi

nasofaring. Hasil biopsy menunjukkan jenis keganasan dan derajat

diferensiasi. Pengambilan spesimen biopsi dari nasofaring dapat dikerjakan

dengan bantuan anestesi lokal ataupun dengan anestesi umum.27

2.6.5.1 Biopsi Nasofaring

Diagnosis pasti berdasarkan pemeriksaan PA dari biopsi

nasofaring BUKAN dari Biopsi Aspirasi Jarum Halus (BAJH) atau

biopsi insisional/eksisional kelenjar getah bening leher. Biopsi

dilakukan dengan menggunakan tang biopsi yang dimasukkan melalui

hidung atau mulut dengan tuntunan rinoskopi posterior atau tuntunan

nasofaringoskopi rigid/fiber.27

2.6.5.2 Biopsi Aspirasi Jarum Halus Kelenjar Leher

Pembesaran kelenjar leher yang diduga keras sebagai metastasis

tumor ganas nasofaring yaitu, internal jugular chain superior,

posterior cervical triangle node, dan supraclavicular node jangan di

biopsy terlebih dul sebelum ditemukan tumor induknya. Yang

mungkin dilakukan adalah Biopsi Aspirasi Jarum Halus (BAJH).27

Page 34: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

18

2.7 Stadium

Tabel 2.1 Klasifikasi berdasarkan TNM (AJCC, 7th ed, 2010)

Tumor Primer (T)

Tx Tumor primer tidak dapat dinilai

T0 Tidak terdapat tumor primer

Tis Karsinoma in situ

T1 Tumor terbatas pada nasofaring, atau tumor meluas ke

orofaring dan atau rongga hidung tanpa perluasan ke

parafaringeal

T2 Tumor dengan perluasan ke parafaringeal

T3 Tumor melibatkan struktur tulang dari basis kranii atau

sinus paranasal

T4 Tumor dengan perluasan intracranial dan atau

keterlibatan saraf kranial, hipofaring, orbita, atau

dengan perluasan ke fossa infratemporal/masticator

space

KGB regional (N)

NX KGB regional tidak dapat dinilai

N0 Tidak terdapat mestasis ke KGB regional

N1 Metastasis unilateral di KGB, 6 cm atau kurang di atas

fossa supraklavikula

N2 Mestasis bilateral di KGB, 6 cm atau kurang dalam

dimensi terbesar di atas fosa supraklavikula

N3 Metastasis di KGB, ukuran > 6 cm

Page 35: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

19

N3a Ukuran >6 cm

N3b Perluasan ke fosa supraklavikula

Metastasis Jauh (M)

MX Metastasis jauh tidak dapat dinilai

M0 Tidak terdapat metastasis jauh

M1 Terdapat metastasis jauh

Sumber: Perhimpunan Onkologi Indonesia, 2010

Pengelompokkan Stadium

Stadium T N M

Stadium 0 Tis N0 M0

Stadium I T1 N0 M0

Stadium II T1 N1 M0

T2 N0-N1 M0

Stadium III T1-T2 N2 M0

T3 N0-N2 M0

Stadium IVA T4 N0-N2 M0

Stadium IVB T1-T4 N3 M0

Stadium IVC T1-T4 N0-N3 M1

Sumber: Perhimpunan Onkologi Indoesia, 201028

Page 36: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

20

2.8 Penatalaksanaan

Terapi dapat mencakup radiasi, kemoterapi, kombinasi keduanya, dan

didukung dengan terapi simptomatik sesuai dengan gejala.27-28

Tabel 2.2 Pedoman Modalitas Terapi pada KNF

Stadium dini Stadium I

(T1N0M0)

Radiasi saja Rekomendasi II,

A

Stadium

intermediet

Stadium II

(T1-2, N1-2, M0)

Kemoradiasi

konkuren

I, B

Stadium lokal

lanjut

Stadium III, IVA,

IVB, (T3-4, N0-

3), M0)

Kemoradiasi

konkuren +/-

kemoterapi

adjuvan

I, A

Perencenaan

terapi radiasi

problematik

(tumor yang

berbatasan

dengan organ at

risk, mis: kiasma

optikum)

Stadium IVA,

IVB (T4 atau N3)

Kemoterapi

induksi, diikuti

dengan

kemoradiasi

konkuren

II, B

2.8.1 Radioterapi

Terapi radiasi adalah mengobati penyakit dengan menggunakan gelombang

atau partikel energi radiasi tinggi yang dapat menembus jaringan untuk

menghancurkan sel kanker (Kelvin dan Tyson, 2011). Radioterapi masih

memegang peranan terpenting dalam pengobatan karsinoma nasofaring (Soejipto

Page 37: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

21

cit Iskandar et al, 1989). Radioterapi merupakan pengobatan utama, sedangkan

pengobatan tambahan yang diberikan dapat berupa diseksi leher, pemberian tetra

siklin, faktor transfer, interferon, kemoterapi, seroterapi, vaksin dan anti virus

(Soepardi et al, 2012).

Dosis yang diberikan 200 rad / hari sampai mencapai 6000-6600 rad untuk

tumor primer, untuk kelenjar leher yang membesar diberikan 6000 rad. Jika tidak

ada pembesaran diberikan juga radiasi elektif sebesar 4000 rad (Soejipto cit

Iskandar et al, 1989).

Kesulitan-kesulitan yang dihubungkan dengan pemberian terapi radiasi

dapat dibagi menjadi komplikasi dini dan lanjut. Kompilikasi dini dan lanjut

tersebut dapat berupa mukositis dengan disertai rasa tidak enak pada faring,

hilangnya nafsu makan (anoreksia), nausea (mual) dan membran mukosa yang

kering (Adams, 1994).

2.8.2 Kemoterapi

Kemoterapi merupakan pengobatan kanker dengan obat-obatan.

Kemoterapi dapat menjalar melalui tubuh dan dapat membunuh sel kanker

dimanapun di dalam tubuh. Kemoterapi juga dapat merusak sel normal dan sehat,

terutama sel sehat dalam lapisan mulut dan sistem gastrointestinal, sumsung tulang

serta kantung rambut (Kelvin dan Tyson, 2011).

2.8.3 Kemoradiasi

Terapi radiasi adalah terapi sinar menggunakan energi tinggi yang dapat

menembus jaringan dengan tujuan membunuh sel neoplasma. Penyembuhan total

terhadap karsinoma nasofaring apabila hanya menggunakan terapi radiasi harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut.

• Belum didapatkannya sel tumor di luar area radiasi

Page 38: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

22

• Tipe tumor yang radiosensitif

• Besar tumor yang kira-kira radiasi mampu mengatasinya

• Dosis yang optimal

• Jangka waktu radiasi tepat

Terapi kemoradiasi adalah pemberian kemoterapi bersamaan dengan

radioterapi dalam rangka mengontrol tumor secara lokoregional dan meningkatkan

ketahanan hidup penderita dengan cara mengatasi sel kanker secara sistemik lewat

mikrosirkulasi. Begitu banyak variasi agen yang digunakan dalam kemoradiasi ini

sehingga sampai saat ini belum didapatkan standar kemoradiasi yang definitif. 31

2.9 Deteksi Dini

Gejala yang berkaitan dengan KNF tahap awal biasanya tidak spesifik,

sebagian besar pasien KNF terdiagnosis pada stadium lanjut; padahal hasil

pengobatan KNF stadium lanjut tidak memuaskan, sehingga diagnosis dini dan

manajemen yang tepat penting untuk mencapai hasil pengobatan yang baik.

Pengembangan protokol skrining primer yang baik dapat berkontribusi pada deteksi

dini dan meningkatkan hasil pengobatan.

Diagnosis dini KNF dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis gejala,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang seperti nasofaringoskopi, radiologi,

dan pemeriksaan histopatologi. Pemeriksaan histopatologi biopsi nasofaring

sampai saat ini diakui sebagai standar baku emas untuk diagnosis KNF.

Page 39: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

23

GENETIK LINGKUNGAN

VIRUS EBSTEIN

BARR

FAKTOR MAKANAN PAPARAN

LINGKUNGAN (DEBU)

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Teori

Gambar 3.1 Kerangka Teori

LESI PRA KANKER

KARSINOMA

NASOFARING

HISTOPATOLOGI

Page 40: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

24

KARSINOMA

NASOFARING

3.2 Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

Gambar 3.2 Kerangka Konsep

: Variabel Dependen

: Variabel Independen

GENETIK LINGKUNGAN VIRUS EBSTEIN BARR

KARAKTERISTIK

1. USIA

2. JENIS KELAMIN

3. SUKU

4. PEKERJAAN

GEJALA KLINIS

1. BENJOLAN DI

LEHER

2. HIDUNG

TERSUMBAT

3. INGUS

CAMPUR

DARAH

4. NYERI KEPALA

5. PENGLIHATAN

DOBEL

6. TINITUS

7. PENDENGARAN

MENURUN

8. DLL.

STADIUM

1. STADIUM I

2. STADIUM II

3. STADIUM III

4. STADIUM IV

HISTOPATOLOGI

1. KERATINIZING

SQUAMOS CELL

CARCINOMA

2. NONKERATINIZING

SQUAMOS CELL

CARCINOMA

3. UNDIFFERENTIAT

ED CARCINOMA

Page 41: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

25

3.3 Definisi Operasional

3.3.1 Usia

Definisi : Lama waktu hidup responden sejak dilahirkan. (KBBI, 2015)

Alat ukur : Rekam medik pasien

Cara ukur : Mencatat umur dari data rekam medik pasien

Hasil ukur : Berupa data kategori, yaitu:

1. <20 tahun

2. 20 – 40 tahun

3. 40 – 60 tahun

4. >60 tahun

3.3.2 Jenis Kelamin

Definisi : Perbedaan jenis kelamin dari pasien sesuai dengan yang

tercatat dalam rekam medis.

Alat ukur : Rekam medis.

Cara ukur : Pencatatan status pasien melalui rekam medis pasien.

Hasil ukur : Berupa data kategori, yaitu:

1. Laki-laki

2. Perempuan

3.3.3 Suku

Definisi : (a) Golongan orang-orang (keluarga) yang seturunan;

suku sakaat; (b) golongan bangsa sebagai bagian dari

bangsa yang besar (KBBI, 2015).

Page 42: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

26

Alat ukur : Rekam medis.

Cara ukur : Pencatatan golongan pasien berdasarkan suku.

Hasil ukur : Berupa data kategori sebagai berikut:

1. Suku Bugis

2. Suku Makassar

3. Suku Toraja

4. Suku Mandar

5. Suku Mandarin

6. Suku Jawa, dll.

3.3.4 Pekerjaan

Definisi : Pencaharian; yang dijadikan pokok penghidupan; Sesuatu

yang dilakukan untuk mendapatkan nafkah oleh responden

(KBBI, 2015).

Alat ukur : Rekam medik pasien.

Cara ukur : Mencatat pekerjaan dari data rekam medik pasien.

Hasil ukur : Berupa data kategori sebagai berikut:

1. Tukang

2. Pegawai

3. Buruh Pabrik

4. Tidak memiliki pekerjaan

5. Lainnya

Page 43: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

27

3.3.5 Keluhan Utama

Definisi : Keluhan yang dirasakan pasien. Pada umumnya,

penderita KNF yang datang berobat menunjukkan

benjolan di lehar sebagai gejala pertama. Kemudian,

gejala dini ketika tumor masih terbatas di nasofaring

adalah rasa penuh di telinga, rasa berdenging atau krebek-

krebek dan kadang disertai dengan penurunan

pendengaran. Gejela tersebut disebabkan oleh oklusi

muara tuba Eustachius akibat pendesakan tumor.Gejala

lanjut KNF disebabkan oleh perluasan tumor ke jaringan

sekitarnya.

Alat ukur : Rekam medis

Cara ukur : Pencatatan status pasien melalui rekam medis pasien.

Hasil ukur : Berupa data kategorik, yaitu:

1. Benjolan di leher

2. Hidung tersumbat

3. Ingus campur darah

4. Nyeri kepala

5. Penglihatan dobel

6. Tinitus

7. Pendengaran menurun

8. Dan lain-lain

Page 44: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

28

3.3.6 Stadium

Definisi : Tingkatan tentang progresifitas sel-sel kanker pada tubuh

dan lokasinya. Stadium dalam penelitian ini adalah stadium

berdasarkan AJCC 2010 ketika pertama kali terdiagnosis

menderita karsinoma nasofaring.

Alat ukur : Rekam medis.

Cara ukur : Pencatatan status pasien melalui rekam medis pasien.

Hasil ukur : Berupa data kategorik, yaitu:

1. Stadium I

2. Stadium II

3. Stadium III

4. Stadium IV

3.3.7 Histopatologi

Definisi : Suatu pemeriksaan dengan cara mengambil jaringan atau

masa tumor dari nasofaring kemudian hasilnya dapat

diperiksa pada patologi anatomi.

Alat ukur : Rekam medis

Cara ukur : Pencatatan status pasien melalui rekam medis pasien

Hasil Ukur : Berupa data kategorik yaitu:

1. Keratinizing squamos cell carcinoma

2. Nonkeratinizing squamous cell carcinoma

3. Undifferentiated carcinoma

Page 45: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

29

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian retrospektif

deskriptif. Jenis penelitian ini dimaksudkan untuk memaparkan karakteristik

penderita karsinoma nasofaring (KNF) berdasarkan fakta yang terdapat di

lapangan. Metode yang digunakan untuk memperoleh data karakteristik variabel

tersebut digunakan dengan review status rekam medik pasien KNF.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.

Wahidin Sudirohusodo Kota Makassar.

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Oktober hingga Desember

2017.

4.3 Populasi Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah semua data pasien karsinoma nasofaring

yang menjalani rawat jalan di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo pada periode Juni

2016 – Juni 2017.

Page 46: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

30

4.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data sekunder dari rekam medis pasien

penderita KNF yang menjalani rawat jalan di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

pada periode Juni 2016 – Juni 2017.

4.5 Pengolahan dan Penyajian Data

Pengolahan data yang dikumpulkan diolah secara deskriptif dengan

menggunakan program Statistic Package for Social Science (SPSS) dan Microsoft

Excel. Data yang telah diolah kemudian disajikan dalam tabel.

4.6 Etika Penelitian

1. Sebelum melakukan penelitian, peneliti menyertakan surat pengantar yang

ditujukan kepada pihak Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar sebagai permohonan izin.

2. Setiap subjek akan dijamin kerahasiaannya atas data yang diperoleh melalui

rekam medik dengan tidak menuliskan nama atau identitas pribadi pasien

tapi hanya berupa inisial.

3. Peneliti mengharapkan adanya manfaat dari penelitian ini kepada semua

pihak yang terkait berdasarkan manfaat penelitian yang telah dijabarkan

sebelumnya.

Page 47: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

31

BAB V

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar, pada bulan November – Desember 2017. Data yang

didapatkan sebanyak 55 kasus karsinoma nasofaring. Data diperoleh dari data

sekunder melalui rekam medik pasien penderita karsinoma nasofaring yang dirawat

jalan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar pada

periode Juni 2016 – Juni 2017 untuk mengetahui karakteristiknya berdasarkan

variabel usia, jenis kelamin, suku, pekerjaan, keluhan utama, stadium, dan

klasifikasi histopatologi. Adapun hasil penelitian, disajikan dalam bentuk tabel

sebagai berikut:

5.1 Distribusi Pasien Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Usia

Berdasarkan hasil penelitian tentang karakteristik pasien penderita karsinoma

nasofaring yang dirawat jalan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar periode Juni 2016 – Juni 2017, diperoleh distribusi

proporsi berdasarkan umur sebagai berikut :

Tabel 5.1 Distribusi Proporsi Pasien Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Usia

yang Dirawat Jalan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar (Juni 2016 – Juni 2017)

Usia Frekuensi (n) Persentase (%)

<20 tahun 2 3.6

20 – 40 tahun 15 27.3

40 – 60 tahun 32 58.2

Page 48: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

32

>60 tahun 6 10.9

Total 55 100.0

Berdasarkan tabel 5.1, dapat diketahui bahwa dari 55 pasien penderita

karsinoma nasofaring yang dirawat jalan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar periode Juni 2016 – Juni 2017, proporsi tertinggi

berdasarkan usia ada pada kelompok usia 40 – 60 tahun yaitu sebanyak 32 orang

atau sebesar 58,2% dan proporsi terendah ada pada kelompok usia <20 tahun

sebanyak 2 orang atau sebesar 3,6%. Penderita karsinoma nasofaring termuda

adalah umur 19 tahun dan yang tertua adalah umur 77 tahun.

5.2 Distribusi Pasien Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian tentang karakteristik pasien penderita karsinoma

nasofaring yang dirawat jalan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar periode Juni 2016 – Juni 2017, diperoleh distribusi

proporsi berdasarkan jenis kelamin sebagai berikut:

Tabel 5.2 Distribusi Proporsi Pasien Karsinoma Nasofaring Berdasarkan

Jenis Kelamin yang Dirawat Jalan di Rumah Sakit Umum Pusat

Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar (Juni 2016 – Juni 2017)

Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)

Laki-laki 31 56.4

Perempuan 24 43.6

Total 55 100.0

Berdasarkan tabel 5.2, dapat diketahui bahwa dari 55 pasien penderita

karsinoma nasofaring yang dirawat jalan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin

Page 49: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

33

Sudirohusodo Makassar periode Juni 2016 – Juni 2017, proporsi tertinggi

berdasarkan jenis kelamin adalah pasien laki - laki yaitu sebanyak 31 orang atau

sebesar 56,4% sedangkan pasien perempuan sebanyak 24 orang atau sebesar 43.6%.

5.3 Distribusi Pasien Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Suku

Berdasarkan hasil penelitian tentang karakteristik pasien penderita karsinoma

nasofaring yang dirawat jalan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar periode Juni 2016 – Juni 2017, diperoleh distribusi

proporsi berdasarkan suku sebagai berikut :

Tabel 5.3 Distribusi Proporsi Pasien Karsinoma Nasofaring Berdasarkan

Suku yang Dirawat Jalan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.

Wahidin Sudirohusodo Makassar (Juni 2016 – Juni 2017)

Suku Frekuensi (n) Persentase (%)

Ambon 4 7.3

Bugis 21 38.2

Jawa 2 3.6

Kaili 1 1.8

Lianjo 1 1.8

Luwuk 1 1.8

Makassar 14 25.5

Mandar 1 1.8

Palu 1 1.8

Papua 1 1.8

Tidore 1 1.8

Tolaki 1 1.8

Toraja 5 9.1

Wakatobi 1 1.8

Page 50: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

34

Total 55 100.0

Berdasarkan tabel 5.3, dapat diketahui bahwa dari 55 pasien penderita

karsinoma nasofaring yang dirawat jalan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar periode Juni 2016 – Juni 2017, proporsi tertinggi

berdasarkan suku adalah pasien suku Bugis yaitu sebanyak 21 orang atau sebesar

38,2% dan proporsi terendah berdasarkan suku adalah pasien suku Kalili, Lianjo,

Luwuk, Mandar, Palu, Papua, Tidore, Tolaki, Wakatobi masing-masing sebanyak

1 orang atau sebesar 1,8%.

5.4 Distribusi Pasien Karsinoma Nasofajring Berdasarkan Pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian tentang karakteristik pasien penderita karsinoma

nasofaring yang dirawat jalan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar periode Juni 2016 – Juni 2017, diperoleh distribusi

proporsi berdasarkan pekerjaan sebagai berikut:

Tabel 5.4 Distribusi Proporsi Pasien Karsinoma Nasofaring Berdasarkan

Pekerjaan yang Dirawat Jalan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.

Wahidin Sudirohusodo Makassar (Juni 2016 – Juni 2017)

Pekerjaan Frekuensi (n) Persentase (%)

Pegawai Negeri 2 3.6

Pegawai Swasta 3 5.5

Petani 11 20

POLRI/TNI 1 1.8

Wiraswasta 12 21.8

Tidak Bekerja 26 47.3

Total 55 100.0

Page 51: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

35

Berdasarkan tabel 5.4, dapat diketahui bahwa dari 55 pasien penderita

karsinoma nasofaring yang dirawat jalan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar periode Juni 2016 – Juni 2017, proporsi tertinggi

berdasarkan pekerjaan adalah pasien yang tidak bekerja yaitu sebanyak 26 orang

atau sebesar 47,3% dan proporsi terendah adalah pasien POLRI/TNI sebanyak 1

orang atau sebesar 1,8%.

5.5 Distribusi Pasien Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Keluhan Utama

Berdasarkan hasil penelitian tentang karakteristik pasien penderita karsinoma

nasofaring yang dirawat jalan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar periode Juni 2016 – Juni 2017, diperoleh distribusi

proporsi berdasarkan keluhan utama sebagai berikut :

Tabel 5.5 Distribusi Proporsi Pasien Karsinoma Nasofaring Berdasarkan

Keluhan Utama yang Dirawat Jalan di Rumah Sakit Umum Pusat

Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar (Juni 2016 – Juni 2017)

Keluhan Utama Frekuensi (n) Persentase (%)

Benjolan di leher 34 61.8

Gangguan Penglihatan 3 5.5

Hidung berdarah 9 16.4

Hidung tersumbat 27 49.1

Nyeri kepala 42 76.4

Penglihatan berganda 4 7.3

Sulit Menelan 8 14.6

Tinitus 2 3.6

Telinga nyeri 1 1.8

Page 52: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

36

Berdasarkan tabel 5.5, dapat diketahui bahwa dari 55 pasien penderita

karsinoma nasofaring yang dirawat jalan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar periode Juni 2016 – Juni 2017, proporsi tertinggi

berdasarkan keluhan utama adalah pasien dengan keluhan nyeri kepala yaitu

sebanyak 42 orang atau sebesar 76.4% dan proporsi terendah adalah pasien dengan

keluhan telinga nyeri yaitu 1 orang atau sebesar 1.8%.

5.6 Distribusi Pasien Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Stadium

Berdasarkan hasil penelitian tentang karakteristik pasien penderita karsinoma

nasofaring yang dirawat jalan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar periode Juni 2016 – Juni 2017, diperoleh distribusi

proporsi berdasarkan stadium diagnosis awal sebagai berikut:

Tabel 5.6 Distribusi Proporsi Pasien Karsinoma Nasofaring Berdasarkan

Stadium yang Dirawat Jalan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.

Wahidin Sudirohusodo Makassar (Juni 2016 – Juni 2017)

Stadium Frekuensi (n) Persentase (%)

I 1 1.8

II 13 23.6

III 12 21.8

IV 29 52.7

Total 55 100.0

Berdasarkan tabel 5.6, dapat diketahui bahwa dari 55 pasien penderita

karsinoma nasofaring yang dirawat jalan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar periode Juni 2016 – Juni 2017, proporsi tertinggi

berdasarkan stadium diagnosis awal adalah pasien dengan stadium IV yaitu

Page 53: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

37

sebanyak 29 orang atau sebesar 52,7% dan proporsi terendah adalah pasien dengan

stadium I yaitu sebanyak 1 orang atau sebesar 1,8%.

5.7 Distribusi Pasien Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Klasifikasi

Histopatologi

Berdasarkan hasil penelitian tentang karakteristik pasien penderita karsinoma

nasofaring yang dirawat jalan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar periode Juni 2016 – Juni 2017, diperoleh distribusi

proporsi berdasarkan klasifikasi histopatologi sebagai berikut:

Tabel 5.7 Distribusi Proporsi Pasien Karsinoma Nasofaring Berdasarkan

Klasifikasi Histopatologi yang Dirawat Jalan di Rumah Sakit

Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar (Juni 2016 –

Juni 2017)

Histopatologi Frekuensi (n) Persentase (%)

Differentiated nonkeratinizing

squamos cell carcinoma

27 49.1

Undifferentiated nonkeratinizing

squamos cell carcinoma

28 50.9

Total 55 100.0

Berdasarkan tabel 5.7, dapat diketahui bahwa dari 55 pasien penderita

karsinoma nasofaring yang dirawat jalan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar periode Juni 2016 – Juni 2017, proporsi tertinggi

berdasarkan klasifikasi histopatologi adalah pasien dengan tipe undifferentiated

nonkeratinizing squamos cell carcinoma yaitu sebanyak 28 orang atau sebesar

50,9% dan proporsi terendah adalah pasien dengan tipe differentiated

Page 54: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

38

nonkeratinizing squamos cell carcinoma yaitu sebanyak 27 orang atau sebesar

49,1%.

Page 55: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

39

BAB VI

PEMBAHASAN

Penelitian tentang insiden karsinoma nasofaring pada pasien rawat jalan di

Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Juni2016

– Juni 2017 yang telah dilaksanakan pada rumah sakit tersebut. Penelitian ini

menggunakan metode deskriptif retrospektif yang melihat berdasarkan rekam

medik pasien. Penelitian ini bertujuan mengetahui insiden penyakit karsinoma

nasofaring berdasarkan usia, jenis kelamin, suku, pekerjaan, keluhan utama,

stadium, dan histopatologi. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa jumlah kasus

karsinoma nasofaring pada RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo periode Juni 2016 –

Juni 2017 ditemukan sebanyak 55 pasien yang memiliki rekam medik yang

lengkap.

6.1 Usia

Persentasi kasus karsinoma nasofaring berdasarkan usia dapat diliat pada

tabel 5.1 yang menunjukkan angka terbesar dari kriteria usia pada KNF rawat jalan

di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo periode Juni 2016 – Juni 2017 yaitu pada

kelompok usia 40-60 tahun sebanyak 32 kasus (58,2%) sedangkan kelompok usia

<20 tahun merupakan kelompok usia dengan angka kejadian KNF yang paling

rendah yaitu sebanyak 2 kasus (3,6%).

Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukri Rahman

dkk (2015) dari Universitas Andalas Padang bahwa insiden karsinoma nasofaring

mulai meningkat setelah usia 30 tahun dengan puncak tertinggi saat usia 45 – 55

tahun. Begitupun hasil penelitian Ferdinand Maubere (2014) di Rumah Sakit

Page 56: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

40

Umum Pusat Sanglah Denpasar yang menemukan bahwa dari 68 sampel pasien

didapatkan kelompok usia dengan insiden karsinoma nasofaring terbanyak yaitu

kelompok usia 30 – 50 tahun dengan jumlah 35 kasus (51,5%).

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan kepustakaan yang mengatakan bahwa

insiden tertinggi penderita karsinoma nasofaring ada pada kisaran usia 30 – 50

tahun. Dimana pada kisaran usia tersebut semakin meningkat disebabkan adanya

pengaruh faktor genetik, faktor lingkungan atau paparan bahan karsinogenik pada

usia sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa sejak pertama kali terpapar bahan

karsinogenik atau faktor lainnya hingga timbul kanker membutuhkan waktu yang

lama.

6.2 Jenis Kelamin

Persentasi kasus karsinoma nasofaring berdasarkan jenis kelamin dapat

dilihat pada tabel 5.2 yang menunjukkan bahwa angka tertinggi dari kriteria jenis

kelamin pada karsinoma nasofaring rawat jalan di RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo Periode Juni 2016 – Juni 2017 yaitu laki-laki sebanyak 31 kasus

(56,4%) dibandingkan perempuan sebanyak 24 kasus (43,6%).

Hasil penelitian ini sejalan dengan kepustakaan yang mengatakan bahwa laki

– laki berhubungan erat dengan insidensi karsinoma nasofaring dibandingkan

perempuan. Selain itu, prognosis karsinoma nasofaring lebih baik pada perempuan

dibandingkan laki – laki. Angka harapan hidup lima tahun penderita karsinoma

nasofaring pada perempuan sebesar 84% sedangkan pada laki – laki sebesar 78%.

Hal tersebut terjadi karena pengaruh gaya hidup laki – laki dan perempuan

yang berbeda. Contohnya kebiasaan merokok dimana jumlah perokok laki – laki

Page 57: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

41

lebih tinggi daripada perempuan. Begitupun dengan kebiasaan minum alkohol

dimana jumlah peminum alkohol laki – laki lebih tinggi daripada perempuan. Hasil

penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Riska Adriana

(2015) di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Hasilnya menunjukkan bahwa

dari 215 sampel pasien didapatkan insidensi karsinoma nasofaring terbanyak adalah

pasien berjenis kelamin laki – laki yaitu sebanyak 148 orang atau sebesar 68,8%

sedangkan pasien perempuan sebanyak 67 orang atau sebesar 31,2%.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Ferdinand Maubere (2014) di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar yang

menemukan bahwa dari 68 sampel pasien didapatkan jumlah pasien laki – laki lebih

banyak yaitu 50 orang atau sebesar 73,5% dibandingkan jumlah pasien perempuan

dengan jumlah 18 orang atau sebesar 26,5%. Dan sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Wulan Melani (2013) di Rumah Sakit H.Adam Malik. Hasil

penelitian menunjukkan jumlah laki-laki 103 orang (68.2%) dan perempuan 48

orang (31.8%).

6.3 Suku

Persentasi kasus karsinoma nasofaring berdasarkan suku dapat dilihat pada

tabel 5.3 yang menunjukkan bahwa proporsi tertinggi yang dirawat jalan di Rumah

Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Juni 2016 – Juni

2017adalah pasien suku Bugis yaitu sebanyak 21 orang atau sebesar 38,2%, disusul

pasien suku Makassar sebanyak 14 orang (25,5%) dan proporsi terendah

berdasarkan suku adalah pasien suku Kalili, Lianjo, Luwuk, Mandar, Palu, Papua,

Tidore, Tolaki, Wakatobi masing-masing sebanyak 1 orang atau sebesar 1,8%.

Page 58: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

42

Hasil penelitian ini sejalan dengan kepustakaan yang mengatakan bahwa suku

paling banyak menjadi penderita kanker nasofaring sesuai dengan suku mayoritas

di daerah mana penelitian dilakukan, sesuai penelitian yang dilakukan oleh Pieter

NAL (2013) yang dilakukan di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar yang

didapatkan suku terbanyak adalah suku Bugis sebanyak 29 orang (58%) diikuti

suku Makassar sebanyak 10 orang (20%). Dan sejalan dengan penelitian oleh

Savitri E (2014) juga di RSUP Dr. Wahidin Makassar menunjukkan suku Bugis

sebanyak 7 orang (48,3%) adalah suku terbanyak pada penderita karsinoma

nasofaring.

6.4 Pekerjaan

Persentasi kasus karsinoma nasofaring berdasarkan pekerjaan dapat dilihat

pada tabel 5.4 yang menunjukkan bahwa proporsi tertinggi yang dirawat jalan di

Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Juni 2016

– Juni 2017 adalah pasien yang tidak memiliki pekerjaan yaitu sebanyak 26 orang

atau sebesar 47,3% dan proporsi terendah berdasarkan pekerjaan adalah pasien

yang berprofesi sebagai POLRI/TNI sebanyak 1,8%.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Kota

Pekanbaru tahun 2009-2013 yang menemukan penderita KNF yang memiliki

proporsi paling besar adalah pasien yang tidak memiliki pekerjaan sebanyak 32

orang (Diniati A, 2016). Pekerjaan dapat menjadi salah satu hal yang penting untuk

diperhatikan pada kasus kanker nasofaring, karena terdapat hubungan antara

pekerjaan dengan substansi berbahaya di lingkungan kerja terhadap keganasan

nasofaring. Namun pada penelitian ini yang paling tinggi pasien yang tidak bekerja,

Page 59: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

43

bisa saja disebabkan karena pasien yang datang ke RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo paling banyak sudah berada pada usia 40 – 60 tahun dengan stadium

akhir IV yang sudah memasuki usia non produktif (Adham M, 2012).

6.5 Keluhan Utama

Persentasi kasus karsinoma nasofaring berdasarkan keluhan utama dapat

dilihat pada tabel 5.5 yang menunjukkan bahwa proporsi tertinggi yang dirawat

jalan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode

Juni 2016 – Juni 2017 adalah pasien yang mengaku nyeri kepala yaitu sebanyak 42

orang atau sebesar 76,4%, kemudian disusul dengan keluhan benjolan di leher

sebanyak 34 orang atau sebesar 61,8% dan proporsi terendah berdasarkan keluhan

utama adalah pasien yang mengaku nyeri pada telinga yakni sebanyak 1 orang atau

sebasar 1,8%.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Melani W (2012)

yang menemukan bahwa proporsi pasien karsinoma nasofaring dengan keluhan

nyeri kepala cukup tinggi sebanyak 60 orang. Gejala seperti nyeri kepala ini terjadi

akibat perluasan tumor ke arah intracranial melalui foramen laserum, dan

menimbulkan kerusakan atau lesi pada saraf otak, hal ini juga mungkin diakibatkan

karena pasien KNF di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo sudah dengan stadium IV.

Selain itu keluhan kedua terbanyak adalah benjolan di leher, keluhan ini yang paling

sering mendorong pasien untuk dating berobat, karena leher juga merupakan

penyebaran terdekat secara limfogen dari sel kanker di nasofaring (Dewi YA,

2010).

Page 60: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

44

6.6 Stadium

Persentasi kasus karsinoma nasofaring berdasarkan stadium dapat dilihat

pada tabel 5.6 yang menunjukkan angka terbesar dari kriteria stadium pada KNF

rawat jalan di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo periode Juni 2016 – Juni 2017 yaitu

pada stadium IV sebanyak 29 kasus (52,7%) sedangkan stadium I merupakan

stadium dengan angka kejadian KNF yang paling rendah yaitu sebanyak 1 kasus

(1,8%).

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan di tempat

lain. Penelitian di India, ditemukan penederita stadium IV sebanyak 58,9% dari 29

kasusnya. Kemudian, penelitian di Jakarta mendapatkan stadium KNF paling

banyak adalah stadium IV yaitu sebanyak 60%. Penelitian di Universitas Sumatera

Utara ditemukan stadium KNF paling banyak adalah stadium IV yaitu 56 penderita

atau sebanding dengan 49,6%, stadium III ditemukan 39 penderita (34,5%), dan

stadium I hanya ditemukan pada 1 penderita. Selain itu, penelitian di Bandung

tepatnya di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung ditemui 267 orang (54,2%) yang

terdiagnosis KNF stadium IV, kemudian diikuti oleh stadium III sebanyak 12,2%,

stadium II sebanyak 11,4%, dan stadium penyakit terendah adalah stadium I yaitu

sebanyak 2,2%.

Dari hasil penelitian tersebut dapat dilihat bahwa banyaknya penderita yang

ditemukan pada stadium lanjut yang menunjukkan adanya keterlambatan deteksi

dini dari adanya tumor pada nasofaring. Hal tersebut dapat disebabkan oleh gejala

dini yang tidak khas dan kurangnya kesadaran masyarakat untuk datang ke dokter

sampai keluhannya memburuk. Selain itu pula, masih banyak masyarakat yang

Page 61: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

45

tidak mengetahui tentang penyakit kanker terutama KNF, lebih percaya berobat ke

dukun yang sifatnya non-medis, takut berobat ke dokter, dan kurangnya

pengetahuan dokter dan tenaga kesehatan pada lini pertama terhadap gejala dan

tanda KNF.

6.7 Histopatologi

Persentasi kasus karsinoma nasofaring berdasarkan histopatologi dapat

dilihat pada tabel 5.7 yang menunjukkan bahwa angka tertinggi dari kriteria

histopatologi pada karsinoma nasofaring rawat jalan di RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo Periode Juni 2016 – Juni 2017 yaitu pada jenis undifferentiated

nonkeratinizing squamos cell carcinoma sebanyak 28 kasus atau sebesar 50,9%

dibandingkan jenis differentiated nonkeratinizing squamos cell carcinoma yaitu

sebanyak 27 orang atau sebesar 49,1%.

Hasil penelitian tersebut sesuai dengan beberapa penelitian di Indonesia. Di

RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Periode Tahun 2006 – 2010 menunjukkan

bahwa tipe 3 yaitu karsinoma tidak berdiferensiasi adalah jenis histopatologi yang

paling banyak ditemui yakni sebanyak 350 orang atau 71,0%, kemudian diikuti oleh

tipe 1 yakni karsinoma sel skuamosa berkeratin. Selain itu, di Instalasi Patologi

Anatomi RSUD Dr. Soetomo Surabaya tahun 1992 didapatkan jenis WHO tipe 1,2

dan 3 masing-masing sebanyak 17,91%, 10,45%, dan 71,64%. Selanjutnya, hasil

penelitian ini juga sejalan dengan penelitian pasien KNF di Poliklinik THT-KL

RSUD Dr. Soetomo Surabaya tahun 2000 yang ditemukan bahwa jenis WHO tipe

1, 2, dan 3 sebesar 5,59%, 8,04%, dan 85,66%. Di Medan, ada sebuah penelitian

yang juga mendapatkan WHO tipe 3 paling banyak yaitu 53%, WHO tipe 1

Page 62: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

46

sebanyak 29%, dan WHO tipe 2 sebanyak 29% dari 55 kasusnya. Dari beberapa

hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini, faktor yang mempengaruhi

dominasi jenis histopatologi ternyata belum dapat diketahui, dan untuk hal tersebut

dibutuhkan penelitian lebih lanjut.

6.8 Keterbatasan

Pada penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.

Wahidin Sudirohusodo Makassar, terdapat kendala yaitu data pada rekam medik

yang diperlukan ada yang tidak lengkap sesuai dengan variabel yang dicari.

Page 63: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

46

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai karakteristik

penderita karsinoma nasofaring di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar Periode Juni 2016 – Juni 2017 didapatkan sampel

sebanyak 55 orang, maka dapat disimpulkan beberapa hal bahwa penderita KNF

yang datang berobat dominan berjenis kelamin laki-laki dengan usia rata-rata 40 –

60 tahun yang bersuku bugis karena lokasi rumah sakit sebagai tempat penelitian

mayoritas penduduknya bersuku bugis. Penderita KNF dominan adalah orang yang

tidak memiliki pekerjaan, adapun keluhan utama yang membuat kebanyakan

penderita KNF datang berobat ke rumah sakit adalah nyeri kepala, dan mereka yang

datang berobat telah berada pada stadium IV, yang mana ditemukan hasil

histopatologinya adalah tipe undifferentiated noneratinizing squamos cell

carcinoma.

7.3 Saran

1. Bagi rumah sakit, puskesmas, serta institusi kesehatan yang terkait

bekerjasama untuk memberikan penyuluhan tentang informasi yang

berkaitan dengan karsinoma nasofaring sehingga masyarakat daat mengenal

gejala dan tanda KNF.

2. Dibutuhkan kerjasama dari berbagai sektor terkait seperti Dinas Kesehatan,

Pemda, LSM, Institusi Pendidikan Dokter atau Perawat, dan IDI untuk

Page 64: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

47

melakukan deteksi dini pada karsinoma nasofaring. Mengingat bahwa

banyak hasil penelitian yang menujukkan bahwa pasien karsinoma

nasofaring paling banyak terdiagnosis pasa stadium IV.

3. Diharapkan dokter atau tenaga kesehatan pada lini pertama untuk

meningkatkan pengetahuan mengenai karsinoma nasofaring, melakukan

deteksi dini, melakukan pemeriksaan nasofaring dengan teknik sederhana,

mengetahui prinsip terapi, dan upaya pencegahan KNF.

4. Untuk menunjang penelitian, diharapkan pengisian status rekam mendis

pasian yang lebih lengkap dari sebelumnya.

Page 65: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

48

DAFTAR PUSTAKA

Adham M, et al. 2012. Nasopharyngeal Carcinoma in Indonesia: Epidemiology,

Incidence, Sign, and Symptoms at Presentation.

Adriana, Riska., Yussy Afriani dan Dindy Samiadi. 2015. Kesintasan Penderita

Karsinoma Nasofaring dan Faktor yang Mempengaruhinya di RSHS. Bandung:

Universitas Padjajaran.

Ariwibowo, H., 2013. Faktor Risiko Karsinoma Nasofaring. Available from:

http://www.kalbemed.com/Portals/6/08_254Deteksi%20Dini%20dan%20Diagnos

is%20Karsinoma%20Nasofaring.pdf [akses pada 17 Agustus 2017]

Bernand B, 2006. Nasopharyngeal Carcinoma Review in Orphanet Journal in Rare

Disease. Biomed Central.

Brady LW, Heilmann HP, Nieder C, 2010. Medical radiology-radiation oncology.

Chan ATC, Gregoire V, Lefebvre J-L, et al, 2010. Nasopharyngeal Cancer: Clinical

Practice Guidelines for Diagnosis, treatment and follow up.

Chew CT, 1997. Nasopharynx (The Post Nasal Space). Scott-Brown

Otolaryngology, vol.5, 6th edition, Butterworth Heinemann, Oxford: 1-22.

Depdiknas, 2015. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Dewi YA, 2010. Karsinoma Nasofaring. Fakultas Kedokteran UNPAD, THT-KL:

Bandung.

Page 66: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

49

Dharishini P. 2011. Gambaran Karakteristik Penderita Karsinoma Nasofaring Di

Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Dari Januari Sampai Desember 2009.

Medan: Universitas Sumatera Utara.

Diniati A, Wiwit AFW, Harianto. 2016. Distribusi Keganasan Nasofaring

Berdasarkan Pemeriksaan Histopatologi pada Rumah Sakit di Kota Pekanbaru

Tahun 2009 – 2013. JOM F; 3(1).

Ferlay J, et al. GLOBOCAN 2012. Cancer Incidence and Mortality Worldwide.

Available from http://globocan.iarc.fr

Forman D, et al, 2014. Cancer incidence in five continents. Lyon: WHO Press.

Ganguly NK, 2003. Epidemiological and Etiological Factors Associated with

Nasopharyngeal Carcinoma. ICMR Bulletin. Hal: 33.

Haryanto R, et al, 2010. Radiasi Eksternal Karsinoma Nasofaring sebagai Penyebab

Gangguan Dengar. Tesis, Fakultas Kedokteran UNPAD, Bandung.

Hasselt CAV, Gibb AG, 1999. Nasopharyngeal Carcinoma. Hong Kong and

London: The Chinesse University Press, Greenwich Medical Media LTD.

International Agency for Research on Cancer (IARC), 2010. Interphone study

reports on mobile phone use and brain cancer risk. Lyon Press

Jeyekumar, Anita, et al, 2006. Review of Nasopharyngeal Carcinoma. ENT-Ear,

Nose &Throat Journal March 2006.

Kartikawati H, 2005. Penatalaksanaan karsinoma nasofaring menuju terapi

kombinasi / kemoradioterapi. Semarang: Fakultas Kedokteran UNDIP

Page 67: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

50

Kelvin J. F. dan Tyson, L. B, 2011. 100 Tanya-Jawab Mengenai Gejala Kanker dan

Efek Samping Pengobatan Kanker. Jakarta: PT Indeks.

King AD, Bhatia KSS, 2010. Magnetic Resonance Imaging Staging of

Nasopharyngeal Carcinoma in the Head and Neck. World Journal of Radiology.

Lin, 2006. Malignant Nasopharyngeal Tumors. Available at www.emedicine.com.

Maubere, Ferdinand. 2014. Karakteristik Pasien Karsinoma Nasofaring di

Poliklinik Telinga Hidung Tenggorokan – Kepala Leher Rumah Sakit Umum Pusat

Sanglah Denpasar Pada Bulan November – Desember 2014. Denpasar: Universitas

Udayana.

McDermott, et al, 2001. The Aectiologi of Nasopharyngeal Carcinoma. Clinical

Otolaryngology. 26th Edition. Hal: 89-92.

Melani, Wulan. 2013. E-jurnal FK USU “Karakteristik Penderita Karsinoma

Nasofaring di Rumah Sakit H. Adam Malik Medan”. Volume 1 No.1. Medan:

Universitas Sumatera Utara.

Munir D, 2008. Asosiasi Antara Alel Gen HLA-DRB1 dengan Kerentanan

Timbulnya Karsinoma Nasofaring pada Suku Batak. Disertasi, Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.

Munir D. 2009. Karsinoma Nasofaring. Medan: USU press.

Nasir, N, 2009. Karsinoma Nasofaring. Kedokteran Islam. Available from:

www.nasriyadinasi.co.cc. Diakses pada 17 Agustus 2017.

Page 68: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

51

National Cancer Institute, 2013. Nasopharyngeal Cancer Treatment. Available

from: www.cancer.gov

NCCN Clinical Practice Guidelines in Oncology: Head and Neck Cancer. Version

1

Pieter NAL, Yusuf I, Savitri E. 2013. Profil IgA(VCA-p18+EBNA1) dan Viral

Load DNA EBV Sebagai Faktor Resiko Keluarga Penderita Karsinoma Nasofaring

dengan EBV Positif. Makassar: Universitas Hasanuddin.

Rahman, Sukri., Bestari Jaka dan Histawara Subroto. 2015. Faktor Risiko Non

Viral Pada Karsinoma Nasofaring. Padang: Universitas Andalas.

Roezin A, Adham M, 2009. Karsinoma Nasofaring. Dalam: Buku Ajar Ilmu

Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala, dan Leher. Edisi 6. Jakarta: Balai

Penerbit FKUI. hlm. 182-187.

Rubin E, Gorstein F, et al, 2005. Rubin’s Pathology: Clinicopathologic Foundations

of Medicine. In: The head and neck: Tumors of the Nasopharynx. Baltimore:

Lippincott.

Savitri E, Kuhuwael FG, Punagi AQ, Agus IG. 2014. HIA-a24 Gen Allele At

Peripheral Blood Samples And Nasopharyngeal Cytobrush In Nasopharyngeal

Carcinoma Patients In Makassar. International Journal of Biological & Medical

Research; 5(3): 4350-4354.

Thompson MP, Kurzrock R, 2004. Epstein-Barr Virus and Cancer. American

Association for Cancer Research.

Page 69: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

52

Wahyono DJ, Hermani B. 2005. Ekspresi gen litik virus Epsteinn Barr: Manfaatnya

untuk Penegakan Diagnosis karsinoma Nasofaring. Tesis, Fakultas Kedokteran UI,

Jakarta.

Wei Wl, Chua DT. Head and neck surgery-otolaryngology. 5th ed. Bailey BJ HG,

Johnson JT, Rosen CA, editors. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Witte MC, Neel, 1998. Nasopharyngeal Cancer. In: Byron J. Bailey, editors. Head

and Neck otolaryngology, 2nd ed. Lippincot-Raven. Philadelphia.

Zhang, et al, 2013. Emerging Treatment Options for Nasopharyeal Carcinoma.

Available from:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3565571/pdf/dddt-7-037.pdf

[akses pada 17 agustus 2016]

Page 70: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

Lampiran 1. Jadwal Penelitian

“Karakteristik Penderita Karsinoma Nasofaring Pada Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin

Sudirohusodo Periode Juni 2016 – Juni 2017”

KEGIATAN Agustus September Oktober November Desember

KET 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Mendapatkan Topik

2. Seminar Proposal

3. Pengumpulan Data

4. Pengolahan Data

5. Penyusunan Laporan

6. Ujian Akhir dan

Pengumpulan Nilai

Page 71: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

LAMPIRAN

Page 72: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian dan Pengambilan Data

Page 73: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

Lampiran 3. Surat Rekomendasi Persetujuan Etik

Page 74: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

Lampiran 4. Data Karakteristik Penderita Karsinoma Nasofaring pada Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum

Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Periode Juni 2016 – Juni 2017

No Rm Usia Jenis Kelamin Suku Pekerjaan Gejala Klinis Stadium Histopatologi

1 763097 49 Laki-laki Toraja Petani Nyeri kepala, benjolan di leher IV Differentiated Nonkeratinizing squamos cell carcinoma

2 765398 46 Perempuan Bugis Tidak bekerja Hidung berdarah IV

Undifferentiated Nonkeratinizing squamos cell

carcinoma

3 765637 35 Laki-laki Ambon POLRI/TNI Nyeri kepala, benjolan di leher,

Hidung tersumbat, sulit menelan, Gangguan penglihatan

IV Undifferentiated

Nonkeratinizing squamos cell carcinoma

4 764944 41 Laki-laki Ambon Pegawai swasta Nyeri kepala, benjolan di leher IV

Undifferentiated Nonkeratinizing squamos cell

carcinoma

5 763983 53 Perempuan Bugis Tidak bekerja

Nyeri kepala, hidung tersumbat, Hidung berdarah III Differentiated Nonkeratinizing

squamos cell carcinoma

6 768914 50 Perempuan Bugis Tidak bekerja Nyeri kepala, benjolan di leher IV Nonkeratinizing squamos cell

carcinoma

7 767588 52 Perempuan Makassar Tidak bekerja Hidung tersumbat II

Undifferentiated Nonkeratinizing squamos cell

carcinoma

8 763996 59 Laki-laki Makassar Petani Benjolan di leher, hidung tersumbat, penglihatan berganda II

Undifferentiated Nonkeratinizing squamos cell

carcinoma

9 749447 34 Perempuan Bugis Pegawai swasta

Nyeri kepala, benjolan di leher, Hidung tersumbat IV

Undifferentiated Nonkeratinizing squamos cell

carcinoma 10 759386 50 Perempuan Bugis Tidak Nyeri kepala IV Differentiated Nonkeratinizing

Page 75: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

bekerja squamos cell carcinoma

11 767315 46 Laki-laki Ambon Wiraswasta Nyeri kepala, benjolan di leher, Hidung tersumbat, Gangguan

penglihatan IV

Undifferentiated Nonkeratinizing squamos cell

carcinoma

12 766460 44 Laki-laki Toraja Petani Nyeri kepala II Differentiated Nonkeratinizing squamos cell carcinoma

13 773419 39 Laki-laki Bugis Tidak bekerja Nyeri kepala, benjolan di leher II Differentiated Nonkeratinizing

squamos cell carcinoma

14 776259 32 Laki-laki Bugis Tidak bekerja

Benjolan di leher, hidung tersumbat, sulit menelan II Differentiated Nonkeratinizing

squamos cell carcinoma

15 772887 25 Laki-laki Bugis Petani Nyeri kepala III Undifferentiated

Nonkeratinizing squamos cell carcinoma

16 769284 41 Laki-laki Luwuk Wiraswasta Nyeri kepala, hidung berdarah, Penglihatan berganda II

Undifferentiated Nonkeratinizing squamos cell

carcinoma

17 771991 51 Laki-laki Wakatobi Wiraswasta Nyeri kepala, benjolan di leher,

Hidung tersumbat, Gangguan penglihatan

III Undifferentiated

Nonkeratinizing squamos cell carcinoma

18 734034 45 Laki-laki Bugis Wiraswasta Sulit menelan, tinitus IV Undifferentiated

Nonkeratinizing squamos cell carcinoma

19 774646 38 Perempuan Tidore Tidak bekerja Nyeri kepala, benjolan di leher III Nonkeratinizing squamos cell

carcinoma

20 723666 32 Laki-laki Toraja Petani Nyeri kepala, hidung tersumbat IV Nonkeratinizing squamos cell carcinoma

21 655305 32 Laki-laki Bugis Wiraswasta Nyeri kepala, benjolan di leher, Hidung berdarah IV Nonkeratinizing squamos cell

carcinoma

22 778565 67 Laki-laki Bugis Petani Benjolan di leher, hidung berdarah IV Nonkeratinizing squamos cell carcinoma

23 773585 48 Laki-laki Makassar Pegawai Hidung tersumbat, Penglihatan IV Nonkeratinizing squamos cell

Page 76: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

negeri berganda, sulit menelan carcinoma

24 738737 45 Laki-laki Bugis Wiraswasta Benjolan di leher IV Nonkeratinizing squamos cell carcinoma

25 779105 71 Perempuan Makassar Tidak bekerja Nyeri kepala, benjolan di leher II Nonkeratinizing squamos cell

carcinoma

26 778890 19 Perempuan Mandar Tidak bekerja Nyeri kepala III Nonkeratinizing squamos cell

carcinoma

27 751869 32 Laki-laki Makassar Wiraswasta Nyeri kepala, benjolan di leher, Hidung tersumbat, sulit menelan III

Undifferentiated Nonkeratinizing squamos cell

carcinoma

28 776627 29 Perempuan Makassar Tidak bekerja Nyeri kepala, hidung tersumbat II

Undifferentiated Nonkeratinizing squamos cell

carcinoma

29 736831 58 Perempuan Bugis Wiraswasta Sulit menelan IV Differentiated Nonkeratinizing squamos cell carcinoma

30 766228 19 Perempuan Bugis Tidak bekerja

Nyeri kepala, benjolan di leher, Hidung tersumbat IV Nonkeratinizing squamos cell

carcinoma

31 779231 72 Laki-laki Tolaki Petani Nyeri kepala, benjolan di leher, Hidung tersumbat IV

Undifferentiated Nonkeratinizing squamos cell

carcinoma

32 777984 44 Perempuan Toraja Tidak bekerja

Nyeri kepala, benjolan di leher, Sulit menelan IV

Undifferentiated Nonkeratinizing squamos cell

carcinoma

33 780985 52 Perempuan Makassar Tidak bekerja Nyeri kepala, benjolan di leher II Differentiated Nonkeratinizing

squamos cell carcinoma

34 784808 44 Perempuan Bugis Tidak bekerja Hidung tersumbat II

Undifferentiated Nonkeratinizing squamos cell

carcinoma

35 781550 41 Laki-laki Jawa Petani Hidung berdarah, tinitus, Telinga nyeri IV Differentiated Nonkeratinizing

squamos cell carcinoma 36 786749 25 Laki-laki Kalili Pegawai Nyeri kepala, benjolan di leher, III Nonkeratinizing squamos cell

Page 77: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

swasta Hidung tersumbat carcinoma

37 757529 61 Laki-laki Bugis Wiraswasta Nyeri kepala, hidung tersumbat IV Differentiated Nonkeratinizing squamos cell carcinoma

38 653135 43 Perempuan Bugis Pns Benjolan di leher IV Differentiated Nonkeratinizing squamos cell carcinoma

39 767126 27 Laki-laki Palu Tidak bekerja Nyeri kepala, benjolan di leher III

Undifferentiated Nonkeratinizing squamos cell

carcinoma

40 766216 42 Laki-laki Lianjo Wiraswasta Nyeri kepala, benjolan di leher, Hidung tersumbat I

Undifferentiated Nonkeratinizing squamos cell

carcinoma

41 743276 43 Perempuan Makassar Tidak bekerja

Nyeri kepala, benjolan di leher, Hidung tersumbat, hidung

berdarah, sulit menelan II

Undifferentiated Nonkeratinizing squamos cell

carcinoma

42 784773 42 Perempuan Makassar Tidak bekerja Nyeri kepala III

Undifferentiated Nonkeratinizing squamos cell

carcinoma

43 787507 77 Perempuan Bugis Tidak bekerja

Nyeri kepala, benjolan di leher, Hidung tersumbat III

Undifferentiated Nonkeratinizing squamos cell

carcinoma

44 786159 67 Perempuan Bugis Tidak bekerja Hidung tersumbat IV

Undifferentiated Nonkeratinizing squamos cell

carcinoma

45 789671 45 Laki-laki Makassar Wiraswasta Nyeri kepala, benjolan di leher IV Differentiated Nonkeratinizing squamos cell carcinoma

46 792361 48 Perempuan Makassar Tidak bekerja Nyeri kepala, hidung tersumbat III Nonkeratinizing squamos cell

carcinoma

47 785388 51 Perempuan Toraja Tidak bekerja Nyeri kepala, benjolan di leher IV Nonkeratinizing squamos cell

carcinoma

48 794601 47 Laki-laki Papua Tidak bekerja Nyeri kepala IV Undifferentiated

Nonkeratinizing squamos cell

Page 78: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

carcinoma

49 793222 36 Perempuan Bugis Tidak bekerja

Nyeri kepala, benjolan di leher, Hidung tersumbat, hidung

berdarah II

Undifferentiated Nonkeratinizing squamos cell

carcinoma

50 793735 37 Laki-laki Ambon Tidak bekerja

Nyeri kepala, benjolan di leher, Hidung tersumbat IV Differentiated Nonkeratinizing

squamos cell carcinoma

51 798921 40 Laki-laki Jawa Petani

Nyeri kepala, benjolan di leher, Hidung tersumbat, hidung

berdarah, Penglihatan berganda

IV Differentiated Nonkeratinizing squamos cell carcinoma

52 795254 58 Laki-laki Makassar Petani Nyeri kepala, hidung tersumbat IV Undifferentiated

Nonkeratinizing squamos cell carcinoma

53 803083 42 Perempuan Makassar Tidak bekerja Nyeri kepala, benjolan di leher IV

Undifferentiated Nonkeratinizing squamos cell

carcinoma

54 800566 50 Laki-laki Makassar Wiraswasta Nyeri kepala, benjolan di leher III Undifferentiated

Nonkeratinizing squamos cell carcinoma

55 795921 51 Laki-laki Bugis Petani Nyeri kepala, benjolan di leher, Hidung tersumbat II

Undifferentiated Nonkeratinizing squamos cell

carcinoma

Page 79: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

Lampiran 5. Surat Keterangan Selesai Penelitian

Page 80: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

Lampiran 6. Biodata Peneliti

BIODATA PENELITI

Data Pribadi:

Nama Lengkap : Anugrah Astang

Nama Panggilan : Anugrah

Tempat/Tanggal Lahir : Ujung Pandang, 02 November 1995

Pekerjaan : Mahasiswa

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Gol. Darah : A

Nama Orang Tua

• Ayah : H. Astang

• Ibu : Hj. Salma

Pekerjaan Orang Tua

• Ayah : Wiraswasta

Page 81: KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA …

• Ibu : IRT

Anak ke : 6

Alamat saat ini : Jl. Laccukang Lr. 1 No. 5A

No. Telp : 087788396799

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan Formal

Periode Sekolah/Institusi/Universitas Jurusan

2002 - 2008 SD Inpres Baraya I Makassar -

2008 - 2011 SMP Negeri 4 Makassar -

2011 - 2014 SMA Negeri 5 Makassar IPA

2014 - sekarang Fakultas Kedokteran Universitas

Hasanuddin

Pendidikan Dokter

Riwayat Organisasi

Periode Organisasi Jabatan

2014 - sekarang Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat

Kedokteran Unhas

Anggota