KAKAO

11
Peluang Usaha http://www.disbun.jatimprov.go.id/peluangusaha.php Dinas Perkebunan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Peluang Bisnis Perkebunan Propinsi Jawa Timur memiliki potensi besar bagi para investor maupun pengusaha untuk mengembangkan bisnis khususnya pada sub sektor perkebunan. Komoditi perkebunan di Jawa Timur yang diusahakan pada Perkebunan Rakyat meliputi kelapa, kakao, kopi, jambu mete, cengkeh, tembakau, tebu, kapok randu, kapas dan jarak merupakan komoditi utama yang mempunyai prospek sangat bagus untuk diusahakan, dikembangkan dan dikelola menjadi bisnis perkebunan yang besar sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasar domestik maupun ekspor ke manca negara. Komoditi Kelapa : Sentra pertanaman di kabupaten Sumenep, Banyuwangi, Pacitan, Blitar, Trenggalek, Tulungagung, Malang, Jember, dan Tuban. Kelapa dapat dimanfaatkan dan diolah menjadi beragam jenis produk, seperti bahan baku minyak, minyak kelapa murni (VCO), sabun, kosmetik, makanan dan minuman, obat-obatan, bahan bangunan, furnitur, perabot rumah tangga. Sabut kelapa diolah menjadi tali dan keset, serat dan serbuk sabut kelapa (cocodust) diolah menjadi dinding peredam suara, kayu partikel, media tanam, matras, jok mobil, dan pelapis tempat tidur pegas. Komoditi Kakao : Sentra pertanaman kakao di kabupaten Madiun, Pacitan, Blitar, Trenggalek, Ponorogo, dan Ngawi. Kakao dapat diolah bijinya menjadi coklat sebagai bahan baku makanan, sedangkan limbah kakao dapat dimanfaatkan dan diolah menjadi bahan pakan ternak. Komoditi Kopi : Sentra pertanaman kopi arabika di kabupaten Pasuruan, Probolinggo, Situbondo, Malang, dan Jember. Sentra pertanaman kopi robusta di kabupaten Malang, Jember, Lumajang, Bondowoso, Pasuruan, Blitar, Probolinggo, Pacitan, Kediri, dan Jombang. Kopi dimanfaatkan dan diolah bijinya menjadi bahan baku minuman. Komoditi Jambu Mete : Sentar pertanaman di kabupaten Sumenep, Sampang, Bangkalan, dan Pamekasan. Jambu mete dapat dimanfaatkan mulai dari akar, batang, daun, dan buahnya. Biji mete diolah menjadi kacang mete. Buah mete semu dapat diolah menjadi beberapa bentuk olahan seperti sari buah mete, anggur mete, manisan kering, selai mete, buah kalengan, dan jem jambu mete. Kulit kayu jambu mete mengandung cairan berwarna coklat dapat digunakan untuk bahan tinta, bahan pencelup, atau bahan pewarna. Kulit batang pohon jambu mete juga berkhasiat sebagai obat kumur atau obat sariawan. Batang pohon mete menghasilkan gum atau blendok untuk bahan perekat buku yang kuat dan berfungsi sebagai anti ngengat. Akar jambu mete berkhasiat sebagai pencuci perut. Daun Jambu mete yang masih muda dimanfaatkan sebagai lalap, terutama di daerah Jawa Barat. Daun yang tua dapat digunakan untuk obat luka bakar.

Transcript of KAKAO

Page 1: KAKAO

Peluang Usaha http://www.disbun.jatimprov.go.id/peluangusaha.php Dinas Perkebunan

Pemerintah Provinsi Jawa Timur

Peluang Bisnis Perkebunan 

Propinsi Jawa Timur memiliki potensi besar bagi para investor maupun pengusaha untuk mengembangkan

bisnis khususnya pada sub sektor perkebunan. Komoditi perkebunan di Jawa Timur yang diusahakan pada

Perkebunan Rakyat meliputi kelapa, kakao, kopi, jambu mete, cengkeh, tembakau, tebu, kapok randu, kapas

dan jarak merupakan komoditi utama yang mempunyai prospek sangat bagus untuk diusahakan, dikembangkan

dan dikelola menjadi bisnis perkebunan yang besar sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasar domestik

maupun ekspor ke manca negara.

Komoditi Kelapa :

Sentra pertanaman di kabupaten Sumenep, Banyuwangi, Pacitan, Blitar, Trenggalek, Tulungagung,

Malang, Jember, dan Tuban.

Kelapa dapat dimanfaatkan dan diolah menjadi beragam jenis produk, seperti bahan baku minyak,

minyak kelapa murni (VCO), sabun, kosmetik, makanan dan minuman, obat-obatan, bahan

bangunan, furnitur, perabot rumah tangga. Sabut kelapa diolah menjadi tali dan keset, serat dan

serbuk sabut kelapa (cocodust) diolah menjadi dinding peredam suara, kayu partikel, media tanam,

matras, jok mobil, dan pelapis tempat tidur pegas. 

Komoditi Kakao : 

Sentra pertanaman kakao di kabupaten Madiun, Pacitan, Blitar, Trenggalek, Ponorogo, dan Ngawi.

Kakao dapat diolah bijinya menjadi coklat sebagai bahan baku makanan, sedangkan limbah kakao

dapat dimanfaatkan dan diolah menjadi bahan pakan ternak.

Komoditi Kopi :

Sentra pertanaman kopi arabika di kabupaten Pasuruan, Probolinggo, Situbondo, Malang, dan

Jember.

Sentra pertanaman kopi robusta di kabupaten Malang, Jember, Lumajang, Bondowoso, Pasuruan,

Blitar, Probolinggo, Pacitan, Kediri, dan Jombang.

Kopi dimanfaatkan dan diolah bijinya menjadi bahan baku minuman.

Komoditi Jambu Mete :

Sentar pertanaman di kabupaten Sumenep, Sampang, Bangkalan, dan Pamekasan.

Jambu mete dapat dimanfaatkan mulai dari akar, batang, daun, dan buahnya. Biji mete diolah menjadi

kacang mete. Buah mete semu dapat diolah menjadi beberapa bentuk olahan seperti sari buah mete,

anggur mete, manisan kering, selai mete, buah kalengan, dan jem jambu mete. Kulit kayu jambu mete

mengandung cairan berwarna coklat dapat digunakan untuk bahan tinta, bahan pencelup, atau bahan

pewarna. Kulit batang pohon jambu mete juga berkhasiat sebagai obat kumur atau obat sariawan.

Batang pohon mete menghasilkan gum atau blendok untuk bahan perekat buku yang kuat dan

berfungsi sebagai anti ngengat. Akar jambu mete berkhasiat sebagai pencuci perut. Daun Jambu

mete yang masih muda dimanfaatkan sebagai lalap, terutama di daerah Jawa Barat. Daun yang tua

dapat digunakan untuk obat luka bakar. 

Komoditi Cengkeh :

Sentra pertanaman di kabupaten Pacitan, Blitar, Malang, Trenggalek, Ponorogo, Jombang, Nganjuk,

Lumajang, dan Tulungagung.

Cengkeh dimanfaatkan sebagai bahan baku tambahan untuk rokok, rempah-rempah untuk bahan

makanan, bahan baku kosmetik dan obat-obatan.

Page 2: KAKAO

Komoditi Tembakau : Sentra pertanaman di kabupaten Jember, Bondowoso, Lumajang, Probolinggo,

Pamekasan, Sumenep, Sampang, Bojonegoro, Jombang, dan lamongan.

Tembakau dimanfaatkan sebagai bahan dasar rokok. Berdasarkan penelitian, tumbuhan tersebut

mampu menjadi wadah perkembangan genetik human papilloma virus (HPV) memproduksi sel kuman

yang nantinya dapat menjadi antibodi bagi virus pencetus kanker mulut rahim. 

Penelitian terbaru mengenai obat penawar kanker mulut rahim itu kini sedang dilakukan para ilmuwan

dari Pusat Kesehatan Universitas Georgetown (Georgetown University Medical Center) dan

Universitas North Carolina, Amerika Serikat.

Komoditi Tebu :

Sentra pertanaman tebu di kabupaten Malang, Kediri, Lumajang, Jombang, Mojokerto, Jember,

Sidoarjo, Ngawi, Madiun, Pasuruan, Bondowoso, dan Situbonso.

Tebu diolah menghasilkan kristal gula, tetes molases untuk pakan ternak, limbah tebu diolah dan

dimanfaatkan untuk bahan pembuatan dinding alternatif. 

Komoditi Kapok Randu :

Sentra pertanaman kapok randu di kabupaten Pasuruan, Sumenep, Probolinggo, Ngawi, Bangkalan,

lamongan, Ponorogo, Madiun, dan Blitar.

Kapok randu dimanfatkan untuk bahan baku pembuatan kasur, bijinya dapat diolah menjadi minyak

biji kapok sebagai bahan bakar nabati atau sumber energi alternatif. 

Komoditi Kapas :

Sentra pertanaman di kabupaten Lamongan, Mojokerto, Pacitan, Jombang, Banyuwangi, dan

Probolinggo. Kapas dimanfatkan untuk bahan dasar tekstil. 

Komoditi Jarak :

Sentra pertanaman di kabupaten Lumajang, Lamongan, Situbondo, Pamekasan, Nganjuk,

Tuban, dan Sampang. Jarak diolah menjadi minyak lampu, biofuel sumber energi alternatif,

bahan untuk pembuatan sabun dan bahan industri kosmetika. 

Kakao Kakao (Theobroma cacao) merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam

pembangunan sub sektor perkebunan antara lain untuk memenuhi kebutuhan domestik maupun sebagai komoditi ekspor penghasil devisa negara. Di Jawa Timur, komoditi kakao merupakan komoditi strtegis untuk mengangkat martabat masyarakat dengan meningkatkan pendapatan petani perkebunan dan tumbuhnya sentra ekonomi regional. Komoditi kakao dikembangkan pada Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PTPN) dan Perkebunan Besar Swasta (PBS). Areal kakao di Jawa Timur pada tahun 2012 seluas 63.040 Ha terbagi atas 32.010 Ha Perkebunan Rakyat, 26.487 Ha PTPN, dan 4.543 Ha PBS. Berikut ini data perkembangan areal, produksi dan produktivitas komoditi kakao di Jawa Timur dalam kurun waktu 2008- 2012 :

Tabel Perkembangan Areal, produksi dan Produktivitas Komoditi Kakao di Jawa Timur Tahun 2008 -

2012

Tahun Areal(Ha) Produksi(Ton) Produktivitas(Kg/Ha)

2008 52.537 18.269 681,00

2009 54.007 22.667 842,00

2010 54.657 23.192 884,00

2011 61.167 23.522 846

2012* 63.040 32.912 898

Rata-rata 57.082 24.112 872

Page 3: KAKAO

*) Angka Sementara    

Sentra pertanaman kakao pada Perkebunan Rakyat di Jawa Timur seluas 32.010 Ha terbagi atas Kabupaten Madiun 4.784 Ha, Pacitan 4.192 Ha, Trenggalek 3.975 Ha, Blitar 3.537 Ha, serta 18 kabupaten lain di Jawa Timur seperti Ponorogo, Malang dan lain - lain. Produksi kakao pada Perkebunan Rakyat sebesar 14.730 Ton, dengan produktivitas rata-rata 913 kg/ha/tahun biji kering. Kondisi tanaman kakao yang tua/rusak (TT/TR) seluas 913 Ha, tanaman belum menghasilkan (TBM) seluas 14.752 Ha, dan Tanaman menghasilkan (TM) seluas 16.129 Ha. Dari kondisi tersebut maka ada harapan yang menarik untuk produksi kakao di Jawa Timur dengan tersedianya tanaman yang menghasilkan.

Guna meningkatkan kembali produktivitas kakao di Jawa Timur maka sampai tahun 2012 masih terus dilaksanakan kegiatan pengembangan, rehabilitasi, dan intensifikasi kakao. Hal ini juga untuk memberikan peluang kesempatan kerja bagi petani melalui upaya pembibitan yang dilakukannya, dengan benih dan polybag, upah tenaga kerja serta pupuk kandang yang dibantu provinsi. Pengerjaan pembibitan tersebut dilakukan petani (miskin) di sekitar sentra pengembangan.

Kegiatan intensifikasi bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas kakao sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan petani kakao di Jawa Timur. Di lain pihak kegiatan rehabilitasi tanaman dilakukan untuk memperbaiki tanaman yang tua/rusak, serta kegiatan pengembangan untuk menumbuhkan sentra kakao baru di Jawa Timur. Kegiatan pengembangan kakao ini sangat diminati masyarakat karena harga komoditi yang dalam lima tahun ini relatif stabil, tidak dikenal musim berbuah serta teknik budidaya kakao yang relatif mudah dan memerlukan naungan sehingga oleh petani banyak ditanam di antara pertanaman yang telah ada sebelumnya.

Kopi

Kopi (Coffea spp. L.) merupakan salah satu komoditi perkebunan yang masuk dalam katagori komoditi strategis.

Komoditi ini penting karena memenuhi kebutuhan domestik maupun sebagai komoditi ekspor penghasil devisa

negara. Di Jawa Timur, komoditi kopi diusahakan oleh Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara

(PTPN) dan Perkebunan Besar Swasta (PBS). Areal kopi di Jawa Timur pada tahun 2012 seluas 99.122 ha

dengan produksi 54.239 ton serta produktivitas rata-rata 756 kg/ha/tahun. Areal perkebunan kopi rakyat seluas

59.448 ha (58,99 %) dari total areal kopi di Jawa Timur. Sisanya merupakan milik Perkebunan Besar Negara

seluas 21.327 ha (21,15 %) dan Perkebunan Besar Swasta 20.032 ha (19,86 %). Pada tahun 2012 produksi kopi

Jawa Timur mengalami peningkatan yang cukup signifikan setelah pada tahun sebelumnya produksi jatuh

karena keterlambatan pembungaan yang dikibatkan oleh anomali iklim. Berikut disampaikan perkembangan

areal, produksi dan produktivitas komoditi kopi di Jawa Timur pada tahun 2008 - 2012 :

Tabel Perkembangan Areal, Produksi dan Produktivitas Kopi di Jawa Timur Tahun 2008 - 2012

Tahun Areal(Ha) Produksi(Ton) Produktivitas(Kg/Ha)

2008 94.216 51.589 733

2009 95.216 54.019 768

2010 95.266 56.200 798

2011 99.122 37.397 546

2012* 100.847 54.239 756

Rata-rata 96.933 50.687 720

*) Angka Sementara  

Page 4: KAKAO

2 Kopi Ose Kg 50.000,00  

3 Kakao Ose Kg 18.000,00  

BADAN PENANAMAN MODAL PROVINSI JAWA TIMUR

1. KOPI

Potensi : 97.940, 42 ton/tahun

Lokasi : Banyuwangi, Bondowoso, Probolinggo, Jember, Lumajang, Tulungagung, Blitar,

Ponorogo, Malang, Pasuruan, Jombang, Magetan dan Gresik

Peluan

g

:

Pengembangan perkebunan dengan sistem kemitraan

Investasi pengolahan kopi menjadi produk kopi yang bervariasi dan berbagai macam jenis

produk lainnya

2. KAKAO

 

Potensi : 1.210,78 ton/tahun

Lokasi : Banyuwangi, Bondowoso, Tulungagung, Lumajang, Probolinggo, Malang, Blitar, Gresik,

pasuruan, Ponorogo< Jombang, Magetan dan Jember

Peluan

g

:

Pengembangan perkebunan coklat yang bermitra dengan rakyat

Pembangunan Industri pengolahan coklat di daerah sentra produksi

Pembangunan Industri pengembangan biji coklat

Page 5: KAKAO

LANTAI JEMUR KAKAO PABRIK PENATARAN

Multikomoditi

Penjemuran merupakan cara yang paling murah dan mudah untuk pengeringan biji kopi. Namun, pada cuaca berawan waktu penjemuran menjadi sangat panjang. Pada kondisi demikian jamur (okratoxin) mudah berkembang di permukaan maupun di dalam biji kopi. Fungsi dari alat ini adalah untuk Mempercepat proses difusi air sehingga aman disimpan dan tetap memiliki mutu yang baik sampai ke tahap proses pengolahan berikutnya. Flesibilitas dan Keunggulan yang dimiliki : Multikomoditi [kakao, jagung, gabah] , Kapasitas per satuan luas lebih besar , Perawatan dan murah serta mudah dioperasikan dan Hasil Pengeringan baik

PENGERINGLatar Belakang

Penjemuran merupakan cara yang paling murah dan mudah untuk pengeringan biji kopi. Namun, pada cuaca berawan waktu penjemuran menjadi sangat panjang. Pada kondisi demikian jamur (okratoxin) mudah berkembang di permukaan maupun di dalam biji kopi.

Fungsi

Mempercepat proses difusi air sehingga aman disimpan dan tetap memiliki mutu yang baik sampai ke tahap proses pengolahan berikutnya.

Page 6: KAKAO

Flesibilitas dan Keunggulan

a. Multikomoditi [kakao, jagung, gabah] b. Kapasitas per satuan luas lebih besar c. Perawatan dan murah serta mudah dioperasikand. Hasil Pengeringan baik

Spesifikasi Teknis

a. Kapasitas : 1-4 ton kopi HS/batchb. Penggerak : Motor listrik (0.5 s/d 2.5 HP), 220 V, 1440

rpm, 1 phase     c. Transmisi : Pulley dan sabuk karetd. Sumber panas : Kompor bertekanan (burner) BBM, atau

tungku biomassa     e. Konsumsi bahan bakar : BBM, 4-5 liter/jam

Kayu bakar, 2-3 m3/ton biji kopi [tergantung Ka. kayu]

     

f. Dimensi : 4600 x 2100 x 1150 mmh. Bahan kontruksi : Besi baja, plat alumunium5. Pengeringan

Pengeringan sangat menentukan mutu fisik dan citarasa seduhan akhir kopi. Kadar air biji kopi setelah pencucian dan penuritasan (dripping) berkisar antara 50 - 55 %. Untuk memenuhi syarat standar perdagangan, kadar air tersebut harus diturunkan sampai 12 - 13%. Nilai ini merupakan kadar air keseimbangan biji kopi beras di lingkungan ruang simpan di daerah tropis. Penurunan kandungan air dari biji kopi umumnya dilakukan dengan cara pemanasan. Seperti pada proses pengolahan kering, sumber panas dapat diperoleh dari .

Sinar matahari (penjemuran)

Bahan bakar kayu atau minyak (pengering non-mekanis dan mekanis)

Kombinasi keduanya.

Pengeringan biji kopi relatif lebih mudah dan lebih cepat daripada pengeringan buah kopi, karena jumlah air yang harus diuapkan lebih sedikit, dan biji kopi hanya dilapisi oleh kulit tanduk saja, sehingga hambatan proses penguapan lebih kecil. Dengan demikian, sarana pengeringan untuk buah kopi secara teknis dapat dimanfaatkan untuk pengeringan biji kopi.

a. Penjemuran

Penjemuran merupakan cara pengeringan terbaik untuk citarasa terbaik, selama cuaca memungkinkan dan fasilitas mencukupi. Penjemuran dapat dilakukan dalam dua cara, yaitu di lantai jemur dari semen atau dengan meja pengering. Permukaan semen mempunyai sifat menyerap dan menyimpan energi matahari yang jatuh dipermukaanya. Kemampuan tersebut semakin meningkat jika lantai semen dicat dengan warna gelap (hitam).

Pada pengeringan hari pertama, biji kopi dihamparkan di atas lantai semen dengan ketebalan antara 2 - 5 cm. Mekanisme pengeringan akan dimulai dari kulit tanduk dan diakhiri di dalam biji (kernel). Jika pembalikan dilakukan secara intensif sekali setiap ½ - 1 jam, pada ketebalan tersebut maka kulit tanduk dapat kering dalam satu hari. Pada hari kedua, tebal lapisan biji dapat ditingkatkan tanpa ada resiko pertumbuhan jamur.

Waktu pengeringan biji kopi di lantai jemur sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tebal lapisan, frekuensi pembalikan dan kondisi cuaca. Pada cuaca cerah,

Page 7: KAKAO

waktu pengeringan terpendek antara 7 - 9 hari. Jika penjemuran melebihi 2 rninggu, maka citarasa dan aroma biji kopi akan turun.

Penjemuran biji kopi dapat dilakukan pada meja pengering. Mekanisme pengeringan biji kopi pada meja pengering tidak berbeda dan lantai jemur, namun mempunyai beberapa keuntungan yaitu :

Penirisan air permukaan dari kulit tanduk berjalan lebih sempurna. Pada lantai jemur air permukaan tidak dapat menetes tetapi terakumulasi di dasar lantai.

Proses pengeringan dipercepat dengan adanya aliran udara lingkungan di bagian bawah meja.

Tidak terjadi rambatan (difusi) air tanah ke dalam tumpukan biji 0 Kontaminasi bahan-bahan non-kopi dapat diperkecil,

Page 8: KAKAO

b. Pengeringan mekanis dengan panas pembakaran

Pengeringan buatan dilakuakn jika penjemuran tidak memungkin. Untuk hasil yang terbaik, maka pengeringan dengan panas pembakaran harus semirip mungkin dengan penjemuran pada cuaca baik. Panas untuk pengeringan dibangkitkan dari pembakaran kayu atau minyak bakar (jenis rninyak solar atau IDO). Beberapa keuntungan penggunaan sumber panas buatan adalah :

Panas dapat diatur.

Efisiensi pemanasan tinggi.

Waktu pengeringan pendek.

Kebutuhan lahan dan tenaga kerja kecil.

Tidak tergantung cuaca. .

Pembakaran kayu atau minyak dilakukan di dalam tungku. Intensitas pembakaran dapat diatur dengan pengaturan jumlah udara pembakaran atau jumlah bahan bakar. Gas hasil pembakaran dilewatkan dalam pipa, sedang udara pengering dilewatkan di luar pipa sehingga terjadi perpindahan panas tetapi tidak terjadi perpindahan sisa pembakaran. Suhu udara pengeringan biji kopi sebaiknya tidak lebih dari 60°C. Berdasarkan aliran udara panas, pengering dengan sumber panas buatan dibagi menjadi dua tipe, yaitu non-mekanis dan mekanis.

- Pengering non-mekanis

Pengering tipe ini di kalangan praktisi populer disebut VlS Dryer. Model pengering ini relatif tua dan tidak efisien dari aspek efisiensi panas, kemudahan pengoperasian, tenaga kerja dan mutu hasil. Mekanisme pemanasan udara pengering berlangsung secara alamiah alas dasar beda suhu. Bangunan pengering mirip dengan gedung berlantai dua. Lantai pertama untuk instalasi tungku dan pipa-pipa pemindah panas, sedang lantai kedua untuk ruang pengering yang dibuat dari pelat besi berlubang (perforated plate). Bahan bakar yang dipakai adalah kayu.

Gas hasil pembakaran disalurkan lewat pipa-pipa di lantai pertama, sehingga udara di dalam ruangan tersebut menjadi panas dan berat jenisnya turun. Udara panas bergerak ke atas lewat lantai kedua menembus hamparan biji kopi. Efektifitas pengeringan sangat dipengaruhi oleh suhu udara pengering, tebal lapisan biji kopi dan frekuensi pembalikan biji.

- Pengering mekanis

Perbedaan pengering mekanis dengan non-mekanis terletak pada mekanisme pemanasan udara pengering di dalam pemindah panas dan pemanasan biji kopi. Pada pengering mekanis, udara pengering dihembuskan dengan kipas dengan laju aliran tertentu melewati pipa-pipa pindah panas. Dengan demikian mekanisme perpindahan panas lebih sempurna dan suhu udara yang dihasilkan lebih stabil. Udara panas yang dihasilkan kemudian lewat ke dalam lapisan biji kopi. Jenis pengering mekanis yang populer digunakan di perkebunan kopi adalah MasonIGuardiola dan ADS (American Drying System).

Pengering Mason/Guardiola berbentuk silinder ko-aksial. Dinding masing-masing silinder dibuat dari pelat besi yang berlubang-lubang. Biji kopi dimasukkan pada ruangan di antara silider dalam dan silinder luar. Udara panas dihembuskan lewat dinding silider dalam dan menembus biji kopi. Uap air yang terbentuk bersama udara panas keluar dari dinding silinder sebelah luar. Selama pengeringan, silinder diputar pada kecepatan 4 - 6 rpm. Pengering ini dapat juga digunakan untuk buah kopi seyar.

Pengeringan biji kopi dengan pengering MasonIGuardiola umumnya dilakukan dalam dua tahapan. Biji kopi basah (kadar air 50 - 55 %) dikeringkan pada suhu 90 - 100°C sampai kadar airnya menjadi 25 - 30 %, kemudian diikuti dengan suhu 60 °C hingga kering. Lama pengeringan untuk menghasilkan biji kopi kering berkadar air 12 - 13 % sekitar 20 - 24 jam. Konsumsi kayu bakar antara 2 - 3 m ` per ton biji kopi kering. Kebutuhan daya listrik untuk kipas dan mesin penggerak silinder masing-masing 7,5 PK. Kapasitas pengeringan lebih kurang 10 ton biji kopi basah atau 4 ton biji kopi kering.

Page 9: KAKAO

Pengering jenis ADS mempunyai rancangan lebih baru dibanding pengering Mason. Ruang pengering mempunyai bentuk seperti menara (tower). Ruang pengering dirancang bersekat-sekat dan berdinding ganda. Biji kopi dimasukkan dari ruang pengering bagian atas dan bergerak turun secara gravitasi di antara dinding dalam dan dinding luar. Dinding dalam dibuat sekat-sekat agar aliran biji kopi tidak terlalu cepat dan berpola zig-zag. Udara panas dihembuskan dengan kipas lewat dinding bagian dalam dan bergerak ke atas berlawanan dengan arah gerak biji kopi (counter current). Udara panas menembus lubang-lubang di dinding bagian dalam dan menerobos ke aliran biji kopi untuk penguapan air.

Pengering ADS dilengkapi tungku dengan bahan bakar minyak dan burner. Pengering ADS yang sudah operasional umumnya tidak dilengkapi dengan pipa pemindah panas. Pengaturan pembakaran miyak di dalam burner harus tepat karena gas hasil pembakaran langsung dimanfaatkan sebagai udara pengering. Kapasitas pengering ADS sekitar 8 - 10 ton biji kopi kering. Konsumsi minyak bakar 0,17 - 0,20 liter per kg biji kopi kering. Pengering digerakkan dengan motor listrik 17 - 20 PK. Waktu pengeringan antara 15 - 20 jam dengan mekanisme pengoperasian seperti pada pengering Mason.

- Pengering energi surya

Radiasi matahari di daerah perkebunan kopi berkisar antara 3.000 - 4.500 Watt-jam/ m'. Secara teknis efisiensi pemanfaatan sinar matahari dapat ditingkatkan secara nyata dengan cara mengadopsi teknologi pengering tenaga matahari. Pemanfaatan kolektor tenaga mataharai dan aliran udara secara paksa mampu meningkatkan efisiensi konversi radiasi matahari sebesar 40 - 50 % dari yang semula hanya 10 - 15 % pada cara penjemuran. Waktu pengeringan biji kopi HS atau buah kopi menjadi lebih singkat, yaitu masing-masing antara 4 -5 hari dan 7 - 8 hari.

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao sejak empat tahun terakhir ini secara intensif sudah mengembangkan sebuah model unit pengering kopi mekanis skala 9 - 10 ton biji kopi HS basahlbatch (50 jam). Model berbentuk gedung yang atapnya difungsikan sebagai kolektor tenaga matahari. Luas atap adalah 144 m'. Ruang pengering menggunakan tipe palung (flat bec~ multi plenum yang masing-masing dilengkapi dengan kipas aksial hemat energi listrik. Untuk menghindari ketergantungan operasional pada cuaca, model tersebut dilengkapi dengan sumber panas tambahan dari pembakaran kayu di dalam sebuah tungku mekanis tipe julur api arah bawah (down draft'combustion). Tungku dilengkapi dengan pipa pemindah panas untuk menghindari kontaminasi asap ke dalam biji kopi. Operasi pembakaran diatur secara terkendali dengan jumlah udara pembakaran yang masuk tungku dari sebuah kipas sentrifugal. Laju aliran udara pembakaran optimum adalah 100 ml/jam untuk menghasilkan suhu asap 800 °C dan suhu udara pengering maksimum 80 °C. Keluaran panas pembakaran berkisar anatara 50 - 100 kW. Konsumsi kayu bakar per ton biji kopi HS kering antara 2 - 3 m'. Kombinasi kedua sumber panas tersebut secara serial maupun paralel mampu menghasilkan udara panas antara suhu 70 - 90 oC, dan mempersingkat waktu pengeringan biji kopi menjadi hanya 40 - 50 jam. Pengering dengan sumber energi ganda seperti ini, kolektor tenaga matahari dan tungku mekanis, lebih ekonomis dari aspek konsumsi energi, bersih dan berwawasan lingkungan.

6. Pengupasan kulit buah keringlkulit tanduk kering (Hulling)

Pengupasan ditujukan untuk membebaskan biji kopi dari kulit tanduk kering. Biji kopi hasil pengeringan dianginkan (tempering) selama 24 jam agar suhunya turun dan tidak rusak pada saat pengupasan. Pengupasan biji kopi relatif lebih mudah daripada pengupasan buah kopi kering. Oleh karena itu, mesin pengupas buah kopi kering umumnya dapat digunakan juga untuk pengupas biji kopi berkulit tanduk.

Mekanisme dasar pengupasan kulit buah kopi, kulit buah kering dan kulit tanduk adalah sama, yaitu gesekan dan tekanan antara rotor dan stator. Namun demikian, bentuk geometris dan bahan pembuat rotor dan stator pengupas buah basah sangat berlainan dari buah kering, karena sifat fisik keduanya sangat berbeda, terutama kandungan air, kekerasan, ketebalan dan kerapatannya. Mesin pengupas kulit dilengkapi dengan ayakan di dasar silinder dan kipas sentrifugal untuk menghisap kulit kopi dan kulit ari. Dengan sistem tersebutbiji kopi terpisah dengan kulit tanduk dan kulit arinya.