Butter dan Buttermilk_Nita Silviani Arifin_13.70.0069_A4_Unika Soegijapranata
Peluang Investasi Industri Pengolahan Kakao Pasta, Kakao Butter Dan Kakao Powder Tahun Anggaran 2007
-
Upload
fujiwara-andrie -
Category
Documents
-
view
226 -
download
11
description
Transcript of Peluang Investasi Industri Pengolahan Kakao Pasta, Kakao Butter Dan Kakao Powder Tahun Anggaran 2007
PELUANG INVESTASI
INDUSTRI PENGOLAHAN KAKAO PASTA, KAKAO
BUTTER DAN KAKAO POWDER
TAHUN ANGGARAN 2007 _______________________________________________
INVESTMENT OPPORTUNITY ON
COCOA PASTA, COCOA BUTTER AND COCOA
POWDER PROCESSING INDUSTRY
BUDGET YEAR 2007
Daftar Isi Table of Content
Kata Pengantar/Foreword................................................................................................i
Daftar Isi/Table of Content ............................................................................................. iiDaftar Tabel/List of Table.............................................................................................. iii
Daftar Gambar/List of Figure ......................................................................................... iv
Pendahuluan/Introduction ..............................................................................................1
Ketersediaan Bahan Baku/Raw Material Availability ..........................................................2
Pelaku Usaha/Business Actors.........................................................................................4Proses Produksi/Production Process ................................................................................8
Sarana dan Prasarana/Facility and Infrastructure ...........................................................14
Rekomendasi Lokasi/Location Recommended ................................................................14
Indikasi Kelayakan/Feasibility Indication ........................................................................16
Kebijakan Pengembangan Industri/ ndustrial Development PolicyI ...................................19
Penutup/Closing ..........................................................................................................20
ii
Daftar Tabel List of Table
Table 1. Jumlah Perusahaan Pengolahan Kakao dan Kapasitasnya Th. 2007/Numberof Cocoa Processing Factory and their Capacity in 2007
t
....................................5
Table 2. Persyaratan Mutu Biji Kakao sebagai Bahan Baku Produk Coklat/
Requiremen of cocoa seed quality as main raw material for chocolate product .......................................................................................................11
Table 3. Hasil Analisis Lokasi Pengembangan Industri Pengolahan Kakao/ Location Analysis Result on Cocoa Processing Industrial Development...........................15
Table 4. Biaya Investasi Pendirian Pabrik Pengolahan Kakao Kapasitas 5000 ton/
Investment cost on cocoa processing factory with 5,000 tons of capacity .........17
Table 5. Biaya Produksi Kakao Pasta, Butter dan Powder/Production Cost of Cocoa Pasta, Butter and Powder ............................................................................18
iii
Daftar Gambar List of Figure
Figure 1. Peta Sebaran Luasan Perkebunan Kakao di Indonesia/Dis ribution map of cocoa plantation in Indonesia (hectare)
t
t
...........................................................3
Figure 2. Peta Sebaran Produksi Kakao di Indonesia/Dis ribution map of Cocoa production in Indonesia (tons) ........................................................................3
Figure 3. Diagram Alir Proses Pengolahan Kakao Pasta/Process flow diagram of Cocoa Pasta, Butter and Powder processing..............................................................9
Figure 4. Layout Pabrik Pengolahan Kakao Pasta, Butter dan Powder/Cocoa pasta, Butter and Powder processing factory layout (Mars Factory Elisabeth Town,
1996)..........................................................................................................10
iv
PENDAHULUAN INTRODUCTION
Industri pengolahan biji kakao akan
menghasilkan tiga jenis produk setengah jadi
yaitu kakao pasta, kakao butter dan kakao
powder. Ketiga jenis produk tersebut dapat
dihasilkan oleh satu perusahaan dalam satu
rangkaian, tetapi perusahaan juga dapat
memproduksi satu jenis produk yaitu kakao
pasta atau dua jenis produk kakao lainnya
yaitu butter dan kakao powder. Hasil kajian
peluang pasar dan peluang investasi
pengembangan industri pengolahan biji kakao
menunjukkan bahwa kapasitas terpasang riil
pabrik pada tahun 2007 sebesar 200 ribu ton
dan kapasitas terpakai tahun 2006 mencapai
180 ribu ton atau 90% dari kapasitas
terpasang riil pabrik.
Cocoa processing factory produce three semi finished product types i.e cocoa pasta,cocoa butter and cocoa powder. One single company in a series of factories could produce only one, two or even those three product types The analysis of market and investment opportunity on cocoa seed processing factory indicates that actual actory installed capacity in 2007 is 200
thousand tons and i s capacity used in 2006 was 180 thousand tons or 90% o the actual factory installed capacity.
ft
f
l
t
Selama 7 tahun terakhir (setelah resesi
ekonomi), laju peningkatan produksi kakao
setengah jadi rata-rata 7,98%/tahun.
Sementara itu, laju peningkatan ekspor hasil
olahan kakao rata-rata 8,08%/tahun, laju
peningkatan konsumsi domestik rata-rata
6,91% dan laju peningkatan impor rata-rata
4,92%/tahun. Untuk mempertahankan laju
peningkatan produksi dan ekspor kakao
setengah jadi tersebut diperlukan upaya
pengembangan kapasitas terpasang riil pabrik
mulai tahun 2008.
During the last 7 years (after economic recession), average acce eration of semi finished cocoa products is 7.98% per year. Meanwhile, average acceleration of cocoa final product export , domes ic consumption and import are 8.08%, 6.91% and 4.92% per year respectively. To maintain average acceleration of production and export of semi finished cocoa product, the increase ofactual installed capacity of the factory is urged since 2008.
Untuk lebih jelasnya berikut ini akan diuraikan
secara singkat hasil pra studi kelayakan
pengembangan industri pengolahan kakao
untuk beberapa lokasi sentra produksi
perkebunan kakao Indonesia. Pra studi
kelayakan dilakukan dengan menitikberatkan
pada prospek dan peluang pasar,
To be more comprehensive, result of Pre Feasibility Study on cocoa processing industrial development in several locations of cocoa estate centres in Indonesia will be elaborated below.. The study is conducted by focusing on the prospect and market opportunities, raw material availability,
1
ketersediaan bahan baku, sebaran industri
pengolahan kakao yang sudah ada,
ketersediaan energi, tenaga kerja, kondisi
sarana dan prasarana pendukung serta
indikator kelayakan. Kajian ini dirancang
untuk pembangunan pabrik berkapasitas olah
5.000 ton biji kakao/tahun dengan satu jenis
produk yaitu kakao pasta.
distribution o existing cocoa processing industries, energy supply, labour, infrastructure facilities and feasibility indicators.This study is designed for facto y development with the processing capac ty of 5,000 cocoa seed tons every year with three product types that are cocoa pasta, cocoa butter and cocoa powder.
f
ri
tf i
KETERSEDIAAN BAHAN BAKU RAW MATERIAL AVAILABILITY
Indonesia sebagai penghasil kakao terbesar
ketiga dunia memiliki ketersediaan bahan
baku yang cukup besar dan pada saat ini
sekitar 80% produksi perkebunan kakao
diekspor dalam bentuk biji kering. Pada tahun
2006, produksi biji kakao Indonesia
diperkirakan mencapai 779 ribu ton,
sementara yang diolah hanya sekitar 180 ribu
ton. Hal ini menunjukkan bahwa dari aspek
bahan baku, peluang pengembangan industri
pengolahan kakao masih sangat terbuka.
Indonesia as the third biggest cocoa producer in the world has multitude supply of cocoa and currently around 80% of cocoa product is exported in dry seed form. In 2006, Indonesia cocoa seed production was predicted to reach 779 thousand tons, however the amount of processed cacao was only about 180 thousand tons. This indicates that from the raw material aspec , opportunity o cocoa processing industr al development is widely opened.
Peta Sebaran Distribution Map
it
. t
r
Sentra produksi utama kakao Indonesia
adalah Sulawesi yang meliputi Sulawesi
Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara
dan Sulawesi Barat serta Sumatera Bagian
Utara yang meliputi Sumatera Utara, Nangroe
Aceh Darussalam dan Sumatera Barat.
Disamping itu masih ada beberapa daerah
yang memproduksi kakao cukup besar seperti
Kalimantan Timur, Jawa Timur, Lampung,
Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Papua.
Ke-13 provinsi tersebut memiliki potensi
bahan baku biji kakao di atas 10 ribu ton.
Kondisi sebaran luasan dan produksi
perkebunan kakao tahun 2006 disajikan pada
Gambar 1 dan 2.
The main Indonesia cocoa central production areas are Sulawesi covering South Sulawesi, Central Sulawesi, South-East Sulawes and West Sulawesi and Northern part of Sumatera covering Nor h Sumatera, Nangroe Aceh Darussalam and West Sumatra. There are still some other areas producing large amount of cocoa product such as East Kalimantan, East Java, Lampung, East Nusa Tenggara, Maluku and Papua Those 13 provinces men ioned above have potential cocoa seeds more than 10 thousand tons. A ea distribution and its cacao production in 2006 is featured in Figures 1 and 2.
PELUANG INVESTASI INDUSTRI KAKAO PASTA, BUTTER DAN POWDER INVESTMENT OPPORTUNITY ON COCOA PASTA, BUTTER DAN POWDER INDUSTRY
2
Gambar 1. Peta Sebaran Luasan Perkebunan Kakao di Indonesia (ha)
Sumber : Ditjenbun (2007) Figure 1. Distribution Map of Cocoa P antation in Indonesia (hectare) l
Source: Directorate General of Plantation (2007)
Gambar 2. Peta Sebaran Produksi Kakao di Indonesia (ton)
Sumber : Ditjenbun (2007) Figure 2. Distribution Map of Cocoa Production in Indonesia (tones)
Source: Directorate General of Plantation (2007)
Industri Pendukung Supporting Factory
t
Industri pendukung industri pengolahan
kakao antara lain industri alat dan permesin-
Supporting factories for cocoa processing industry among others are equipment and machinery fac ory, energy (electricity and
PELUANG INVESTASI INDUSTRI KAKAO PASTA, BUTTER DAN POWDER INVESTMENT OPPORTUNITY ON COCOA PASTA, BUTTER DAN POWDER INDUSTRY
3
an, industri energi (listrik dan solar),
telekomunikasi, bahan pembantu/penolong
dan kemasan. Khusus untuk industri alat dan
permesinan, sebagian sudah bisa diproduksi
dalam negeri dan sudah digunakan oleh
beberapa perusahaan seperti alat/mesin
penyangrai, pemisah kulit dan biji serta
pengepakan. Sementara itu, industri pendu-
kung seperti penyedia energi listrik dan bahan
bakar minyak/gas, serta telekomunikasi di
beberapa daerah sentra produksi kakao telah
tersedia, meskipun masih perlu pengembang-
an. Demikian juga kondisi sarana dan
prasarana transportasi umumnya sudah
tersedia dan membutuhkan peningkatan
kapasitas dan kemampuan/kualitas khususnya
pelabuhan ekspor/antar pulau.
diesel fuel), telecommunications, indirect supporting material and packaging. Especially for equipment and machinery factory, some could already be produced in the country and even used by a number of companies such as non-oiled fry tool/ machine, skin & seed winnow and packing. Meanwhile, supporting industries like electri-city energy and oil uel/gas provider, and telecommunications in some areas of cocoa central production are already available, even though they still need to be develop-ed. Subsequently, transportation facilities and its infrastructures generally are availa-ble although it still needs improvement in its capacity and ability/ quality especially in harbour area.
f
PELAKU USAHA BUSINESS ACTORS
Kapasitas Capacity
.
Pada saat ini tercatat sebanyak 16 buah
industri pengolahan kakao yang tersebar di
enam provinsi yaitu lima buah di Provinsi
Banten, lima buah di Sulawesi Selatan,
masing-masing dua Jawa Barat, dan Jawa
Timur serta masing-masing satu buah di
Sumatera Utara dan Sulawesi Tenggara.
Namun dari 16 buah industri tersebut, yang
aktif hanya 13 perusahaan (Tabel 1). Pelaku
usaha industri pengolahan kakao adalah
perusahaan swasta, baik swasta nasional
maupun swasta asing, bahkan ada perusaha-
an yang menginduk pada perusahaan
multinasional seperti PT. Effem Indonesia
berada dibawah bendera Mars Inc.
There are 16 cocoa processing industries at the moment spreading out in six provinces (five units in Banten, five units in South Sulawesi, two in West Java and East Java, and one unit in North Sumatera and South East Sulawesi respectively. However, among those 16 industries, only 13 units are active (Table 1). Business actors in cocoa processing factory are private sector both domestic and foreign enterprises Moreover there is also a local company thatjoin up with a multinational enterprise such as PT. Effem Indonesia which is under Marsflag Inc.
PELUANG INVESTASI INDUSTRI KAKAO PASTA, BUTTER DAN POWDER INVESTMENT OPPORTUNITY ON COCOA PASTA, BUTTER DAN POWDER INDUSTRY
4
Tabel 1. Jumlah perusahaan pengolahan kakao dan kapasitasnya tahun 2007 Table 1. Number o cocoa processing factory and their capacity in 2007 f
Nama Perusahaan Name of Company
Lokasi Location
Kapasitas terpasang Installed Capacity
Kapasitas terpakai Used Capacity
PT. Bumi Tangerang Mesindotama
Tangerang, Banten 25.000 ton/thn 20.000 ton/thn
PT. Davonmas Abadi, Tbk Tangerang, Banten 20.000 ton/thn 10.000 ton/thn
PT. Cocoa Wangi Murni Tangerang, Banten 15.000 ton/thn 0 ton/thn
PT. Kakao Mas Gemilang Tangerang, Banten 6.000 ton/thn 6.000 ton/thn
PT. Mas Ganda Tangerang, Banten 6.000 ton/thn 6.000 ton/thn
PT. Maju Bersama Makassar, Sulsel 25.000 ton/thn 15.000 ton/thn
PT. Effem Indonesia Makassar, Sulsel 17.000 ton/thn 17.000 ton/thn
PT. Unicom Makassar Makassar, Sulsel 15.000 ton/thn 7.000 ton/thn
PT. Kopi Jaya Cocoa Makassar, Sulsel 10.000 ton/thn 530 ton/thn
PT. Poleco Makassar, Sulsel 4.000 ton/thn 4.000 ton/thn
PT. General Food Industries
Bandung, Jabar 70.000 ton/thn 70.000 ton/thn
PT. Inti Cocoa Abadi Ind Bekasi , Jabar 25.000 ton/thn 0 ton/thn
PT. Teja Sekawan Cocoa Industries
Surabaya, Jatim 12.000 ton/thn 12.000 ton/thn
PT. Budidaya Kakao Lestari
Surabaya, Jatim 8.000 ton/thn 6.000 ton/thn
PT. Cocoa Ventures Indonesia
Medan, Sumut 12.000 ton/thn 7.000 ton/thn
PT. IKU Kendari Kendari, Sultra 35.000 ton/thn 0 ton/thn
Total 305.000 ton/thn 180.530 ton/thn
Source: ASKINDO, 2007 and AIKI, 2007, in the process.
Tahun 2006, total kapasitas terpasang pabrik
sebesar 305.000 ton/th dengan kapasitas
terpakai sebesar 180.530 ton/th atau 59,19%.
Kondisi ini menggambarkan bahwa industri
pengolahan kakao Indonesia beroperasi masih
jauh dibawah kapasitas. Namun bila ditelusur
lebih jauh akan tampak bahwa ada beberapa
pabrik yang sudah beberapa tahun tidak
beroperasi seperti PT. Poleco dan PT. Inti
Cocoa Abadi Ind. Ada juga perusahaan yang
belum pernah beroperasi, yaitu PT. IKU
Kendari.
In 2006, the total factory installed capacitywas 305.000 tons per yea but only 59.19%(180,530 tons) operating capacity. The condition indicates that cocoa processing factory in Indonesia still operates below i s capacity. Nevertheless, if it is traced down, it can be seen tha there are some factories that had not been operated during the last few years such as PT. Poleco and PT. Inti Cocoa Abadi Industri. There is also company which has never operated until now that is PT. IKU Kendari.
r
t
t
PELUANG INVESTASI INDUSTRI KAKAO PASTA, BUTTER DAN POWDER INVESTMENT OPPORTUNITY ON COCOA PASTA, BUTTER DAN POWDER INDUSTRY
5
Di samping itu, beberapa pabrik pengolahan
kakao yang kapasitas terpasang riilnya lebih
rendah dari yang tercatat. Sebagai contoh PT
Cocoa Ventures Indonesia tercatat berkapasi-
tas terpasang sebesar 12.000 ton/tahun, tapi
kenyataannya hanya berkapasitas 7.000 ton/
tahun. Jadi kapasitas terpasang yang benar-
benar siap beroperasi hanya sekitar 200 ribu
ton, sehingga kapasitas terpakai saat ini
sudah mendekati kapasitas penuh dan perlu
segera ditingkatkan untuk mengantisipasi
peningkatan permintaan pasar dunia.
Untuk mempertahankan laju peningkatan
produksi dan ekspor kakao setengah jadi,
maka diperlukan upaya pengembangan
kapasitas terpasang riil pabrik mulai tahun
2008. Pada tahun 2008 diharapkan terjadi
penambahan kapasitas riil pabrik pengolahan
sebesar 17.000 ton dan tahun-tahun
selanjutnya terbuka kesempatan peningkatan
kapasitas terpasang riil sebesar 20.000 ton
per tahun. Peningkatan kapasitas terpasang
riil pabrik dapat dilakukan dengan menambah
kapasitas pabrik pengolahan kakao yang
sudah ada atau membangun pabrik pengolah-
an kakao yang baru.
Furthermore, there are some cocoa processing actories with lower actual installed capacity than it should. For example PT. Cocoa Ventures Indonesia is recorded to have 12,000 tons/year installed capacity but in real y i has only 7 000 tons/year capacity. Therefore, the actual installed capacity that is ready to operate is around 200 thousand tons, hence the capacity opera ed at the moment has nearlycome to its full capacity and need to be increased to anticipate escalation of demand in world market.
f
it t ,
t
f
it t ,
To maintain product acceleration and export of semi finished cocoa, it is necessary to develop the actual installed capacity of the factory starting from 2008. It is expected that in 2008 the actual capacity of processing factory increases by 17.000 tons and since then there will be a possibility of consistent increase of 20,000 tons yearly. The increase in actual installed capacity of the factory can be achieved by adding either existing cocoa processing factory capacity or develop new cocoa processing factory.
Di samping itu, ada beberapa pabrik
pengolahan kakao yang kapasitas terpasang
riilnya lebih rendah dari yang tercatat. Sebagai
contoh PT. Cocoa Ventures Indonesia tercatat
berkapasitas terpasang sebesar 12.000 ton/th,
tapi kenyataannya hanya berkapasitas 7.000
ton/th.
Jadi kapasitas terpasang yang benar-benar
siap beroperasi hanya sekitar 200 ribu ton,
sehingga kapasitas terpakai saat ini sudah
mendekati kapasitas penuh dan perlu segera
Furthermore, there are some cocoa processing actories with lower actual installed capacity than it should . For example PT Cocoa Ventures Indonesia is recorded to have 12,000 tons/year installed capacity but in real y i has only 7 000 tons/year capacity. Therefore, the actual installed capacity thatis ready to operate is around 200 thousandtons, hence the capacity operated at the moment has nearly come to its full capacity
PELUANG INVESTASI INDUSTRI KAKAO PASTA, BUTTER DAN POWDER INVESTMENT OPPORTUNITY ON COCOA PASTA, BUTTER DAN POWDER INDUSTRY
6
ditingkatkan untuk mengantisipasi peningkat-
an permintaan pasar dunia.
and need to be increased to anticipate escalation o demand in world market. f
Untuk mempertahankan laju peningkatan
produksi dan ekspor kakao setengah jadi,
maka diperlukan upaya pengembangan
kapasitas terpasang riil pabrik mulai tahun
2008. Pada tahun 2008 diharapkan terjadi
penambahan kapasitas riil pabrik pengolahan
sebesar 17.000 ton dan tahun-tahun
selanjutnya terbuka kesempatan peningkatan
kapasitas terpasang riil sebesar 20 ribu ton
per tahun. Peningkatan kapasitas terpasang
riil pabrik dapat dilakukan dengan menambah
kapasitas pabrik pengolahan kakao yang
sudah ada atau membangun pabrik
pengolahan kakao yang baru.
To maintain product acceleration and export of semi finished cocoa, it is necessary to develop the actual installed capacity of the factory starting from 2008. It is expected that in 2008 the actual capacity of processing factory increases by 17.000 tons and since then there will be a possibility of consistent increase of 20,000 tons yearly. The increase in actual installed capacity of the factory can be achieved by adding either existing cocoa processing factory capacity or develop new cocoa processing factory.
Jenis Produksi Product Types
f
i r
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa
pengolahan biji kakao akan menghasilkan tiga
jenis produk kakao setengah jadi yaitu kakao
pasta, kakao butter dan kakao powder. Ketiga
jenis produk tersebut dapat dihasilkan oleh
satu perusahaan dalam satu rangkaian pabrik,
tetapi perusahaan juga dapat memproduksi
satu jenis produk yaitu kakao pasta atau dua
jenis produk kakao butter dan kakao powder.
Kapasitas pabrik yang dapat dibangun mulai
dari skala rumah tangga sampai dengan skala
perusahaan menengah besar. Studi ini dititik
beratkan pada perusahaan menengah dengan
kapasitas olah sebesar 5.000 ton biji kakao
kering per tahun dengan tiga jenis produk
yaitu kakao pasta, kakao butter dan
kakao powder dengan komposisi masing-
masing 18,75% untuk kakao pasta, 24,38%
kakao butter dan 31,88% kakao powder
As already mentioned before, cocoa seed processing will produce three types of semifinished cocoa products i.e cocoa pasta, cocoa butter and cocoa powder. Those three product types could be produced by one company in a series o factory. But a company can also produce only one producttype that is cocoa pasta or the other two product types i.e cocoa butter and cocoa powder. The factory capacity can be set up starting from household level to medium big company scale. The study focuses on medium scale company with 5,000 tons cocoa dry seed processing capacity per yearwith three product types that are cocoa pasta, cocoa butter and cocoa powderwith respect ve composition of 18.75% fo cocoa pasta, 24.38% for cocoa butter and 31.88% for cocoa powder.
PELUANG INVESTASI INDUSTRI KAKAO PASTA, BUTTER DAN POWDER INVESTMENT OPPORTUNITY ON COCOA PASTA, BUTTER DAN POWDER INDUSTRY
7
Kebutuhan Tenaga Kerja Labour Requirement
ft t
f r
i
Industri pengolahan kakao berkapasitas 5.000
ton biji kakao kering ini menyerap tenaga
kerja sebanyak 72 orang yang terdiri dari 62
orang buruh dan 10 orang karyawan tetap
termasuk direktur/manajer perusahaan. Pabrik
beroperasi 16 jam per hari, sehingga pekerja
operasional pabrik dibagi dua regu (shift)
yaitu masing-masing sekitar 31 orang tiap
regu pekerja.
Cocoa processing factory with 5,000 tons cocoa dry seed capacity will require 72 workers (52 labours and 10 permanent staffs) including director/manager o the company. Fac ory operates 16 hours a day,hence the fac ory workers will be split up into two dif e ent groups (shift) whith 31 people in each group.
PROSES PRODUKSI PRODUCTION PROCESS
Proses produksi biji kakao menjadi kakao
setengah jadi (kakao pasta, kakao butter dan
kakao powder) dimulai dari penyiapan bahan
baku, penyangraian, pemisahan kulit
dilanjutkan dengan penghalusan untuk
menghasilkan kakao pasta. Selanjutnya
dilakukan pengempaan untuk menghasilkan
kakao butter dan kakao cake serta
penghalusan dan pengayakan kakao cake
untuk menghasilkan kakao powder. Secara
skematis diagram alir proses pengolahan biji
kakao dapat dilihat pada Gambar 3.
Sedangkan layout pabrik pengolahannya
dapat dilihat pada gambar 4.
Process of Cocoa seed production to become semi finished (cocoa pasta, cocoa butter and cocoa powder) is started from preparing the raw material, dry-frying process, skin winnow and continued with grinding to produce cocoa pasta. It follows with pressing process to produce cocoa butter and cocoa cake and grindingand sieving the cocoa cake to produce cocoa powder. Flow diagram of cocoa seed processing can be perceived in F gure3. whereas layout of its processing factory can be seen in figure 4
PELUANG INVESTASI INDUSTRI KAKAO PASTA, BUTTER DAN POWDER INVESTMENT OPPORTUNITY ON COCOA PASTA, BUTTER DAN POWDER INDUSTRY
8
PELUANG ININVES
VESTASI INDUSTRI KAKAO PASTA, BUTTER DAN POWDER TMENT OPPORTUNITY ON COCOA PASTA, BUTTER DAN POWDER INDUSTRY
Gambar 3. Diagram alir proses pengolahan Kakao Pasta, Butter dan Powder Figure 3. Flow diagram o Cocoa Pasta, Butter and Powder processing f
9
VESTASI INDUSTRI KAKAO PASTA, BUTTER DAN POWDER TMENT OPPORTUNITY ON COCOA PASTA, BUTTER DAN POWDER INDUSTRY 10
Gambar 4. Layout pabrik pengolahan Kakao Pasta, Butter dan Powder (Mars Factory Elisabeth Town, 1996) Figure 4. Cocoa Pasta, Butter and Powder Processing Factory Layout (Mars Factory Elisabeth Town, 1996).
PELUANG ININVES
Penyiapan bahan baku Raw Material Preparation
r
Untuk mendapatkan hasil pengolahan yang
optimum, syarat mutu bahan baku sebaiknya
mengikuti standar nilai seperti pada Tabel 2
berikut.
In order to get optimum processing results,
the of raw material quality requirement
should follow the standard of values as
seen in Table 2 below.
Tabel 2. Persyaratan mutu biji kakao sebagai bahan baku produk coklat Table 2. Requirement c iteria of cocoa seed quality as main raw material for chocolate product
Kriteria Mutu/Quality Criteria Syarat/Requirement
Tingkat fermentasi, hari /Fermentation level, days 5
Kadar air /Water content, % 7
Kadar kulit, % /Skin quality, % 12 – 13
Kadar lemak, % /Fat content, % 50 – 51
Ukuran biji /Seed size Uniform
Kadar kotoran /Dirt quality
Jamur /Fungus 0
Benda asing lunak /Soft foreign matter 0
Benda asing keras /Hard foreign ma er tt 0 Dari aspek rasa dan aroma, makanan dan
minuman cokelat sangat baik jika biji kakao
yang digunakan telah difermentasi secara
penuh (5 hari), dan biji kakao bebas jamur.
Kontaminasi jamur juga akan menyebabkan
rasa tengik atau apek. Sedang dari aspek
efisiensi produksi, biji kakao dengan ukuran
yang seragam akan mudah diolah dan
menghasilkan mutu produk yang seragam
pula. Kadar kulit, kadar kotoran dan kadar air
akan berpengaruh pada rendemen hasil.
Kadar air yang tinggi juga akan menyebabkan
waktu sangrai yang lebih lama. Kontaminasi
benda keras (batu atau besi) akan menyebab-
kan komponen mesin lebih cepat aus, dan
berpengaruh negatif terhadap kualitas cokelat
(kehalusan).
From taste and aroma aspect, chocola e food and beverage would be tas y i cocoa seed used is fully fermented (for 5 days) and fungus free. Fungus contamination willcause change in taste (
tt f
t
t
rancid or musty). From production efficiency aspect, uniformed size cocoa seed is easily processed and produce s andardized product quality as well. Skin, dirt, and watercontent will determine quality of output. High level of water content will cause longer time in dry-frying process. Hard object contamination (gravel or iron) would influence not only durability of machinery components, but also affect chocolate quality (its sof ness).
PELUANG INVESTASI INDUSTRI KAKAO PASTA, BUTTER DAN POWDER INVESTMENT OPPORTUNITY ON COCOA PASTA, BUTTER DAN POWDER INDUSTRY
11
Penyangraian Dry-fry processing
Proses penyangraian bertujuan menghasilkan
aroma dan citarasa khas cokelat dari biji
kakao dengan perlakuan panas. Biji kakao
yang telah difermentasi dan dikeringkan
dengan baik mengandung cukup banyak
senyawa calon pembentuk citarasa dan aroma
khas cokelat, antara lain asam amino dan gula
reduksi. Jika dipanaskan pada suhu dan waktu
yang cukup, keduanya akan bereaksi
membentuk senyawa Maillard (reaksi pem-
bentukan rasa dan aroma). Sedangkan
senyawa gula non reduksi (sukrosa) akan
terhidrolisis oleh air membentuk senyawa gula
reduksi dan kemudian melanjutkan reaksi
Maillard. Suhu ruangan dapat diatur antara
190-225 oC, namun suhu sangrai yang umum
untuk biji kakao adalah antara 105-120 oC.
Waktu sangrai berkisar 10 sampai 35 menit
tergantung pada jumlah biji kakao yang
disangrai dan kadar airnya.
The dry fried process is meant to produce specific chocolate aroma and taste from cocoa seed with high temperature treatment. Well fermented and dried cocoa seed contain su icient compound that forms specific chocolate taste and aroma such as amino acid and the
-
ff
t i
r
f
fructose. If heated at certain tempera ure and t me, both will react to form Maillard compound (resulted from taste and aroma reaction). Meanwhile sugar compound of nonreduction (sucrose) will be hydrolyzed by water and form compound of fructose and then continued with Mailiard reaction. Room temperatu e may be adjusted between 190 -225 0 C, but average dry-fried temperature for cocoa seed is between 105-120 0C. Time span for dry-fried process varies from 10 to35 minutes depend on the amount o dry-fried cocoa seed and its water content.
Pemisahan kulit biji Winnowing the seed
Komponen biji kakao yang berguna untuk
bahan pangan adalah daging biji (nib), sedang
kulit biji merupakan limbah yang saat ini
banyak dimanfaatkan sebagai campuran
pakan ternak.
Proses pemisahan nib dari kulitnya dilakukan
secara mekanis. Saat membentuk silinder
pemecah yang berputar, nib akan pecah
dengan ukuran yang relatif besar dan
seragam karena nib mempunyai sifat elastis.
Sebaliknya, kulit biji karena sifatnya rapuh
terpecah menjadi partikel-partikel yang halus
dan mudah dipisahkan dari butiran nib dengan
cara hembusan. Meski demikian tidak seluruh
butiran nib dapat dipisahkan dari partikel kulit
Cocoa seed component eligible for food is seed flesh (nib), while seed skin waste is currently being used as additional component for manure.
Dissociation process of the nib from its skinis conducted mechanically. When shaping rotatory billows cylinder, the nib will be broken into similar and relatively big pieces. because the nib possess elastic characteristic. On the other hand, due to fragile characteristic of cacao seed skin it is easily broken into fine pieces and dissociated from the nib by blowing. Nevertheless, not all nibs can be separated
PELUANG INVESTASI INDUSTRI KAKAO PASTA, BUTTER DAN POWDER INVESTMENT OPPORTUNITY ON COCOA PASTA, BUTTER DAN POWDER INDUSTRY
12
secara sempurna. Persentase kulit terikut nib
sebesar 0,6%, sebaliknya persentase nib
terikut kulit sebesar 1%.
from its skin particle perfectly. Percentage of skin including its nib is 0.6%, whereas percentage nib with skin is 1%.
Penghalusan dan Pemastaan Attenuation and Pasta Processing
t
) t
Untuk dapat digunakan sebagai bahan baku
makanan dan minuman, nib yang semula
berbentuk butiran padat kasar harus dihancur-
kan sampai ukuran tertentu (<75mµ) dan
menjadi pasta cair kental. Proses pemastaan
atau penghalusan nib kakao umumnya
dilakukan dalam dua tahap, yaitu penghancur-
an untuk merubah biji kakao padat menjadi
pasta dengan kehalusan butiran >10µ.
Kemudian disusul proses pelumutan dengan
alat penghalus pasta atau refiner untuk
menghasilkan kehalusan pasta dengan ukuran
<1µ (tingkat kehalusan <75mµ). Pasta yang
demikian dapat langsung digunakan sebagai
bahan baku berbagai jenis makanan, roti, kue
atau permen cokelat.
In order to make good use of cacao seed as food and beverage raw material, previous granulated solid-harsh nibs should be torn down to certain size pieces (<75mµ) and turn into liquid pas a gel. The pasta processor cocoa nib refining is generally carried outin two phases i.e. breaking process from solid cocoa seed to become pasta with >10 µ particle softness and continued with refining process by using refiner (pasta grinder to produce pas a soft with <1µ particle size (softness level <75mµ). Such Pasta can be directly used as raw material for various kinds of food, like bread, cake orchocolate .
Pengempaan dan Penepungan Pressing and Flouring
Proses lebih lanjut adalah pengempaan untuk
menghasilkan kakao butter dan kakao cake.
Rendemen pengempaan sangat dipengaruhi
oleh kondisi pasta, kadar air, ukuran partikel,
dan tekanan kempa. Lemak kakao akan relatif
mudah dikempa pada suhu antara 40-45 oC,
kadar air < 4 % dan ukuran partikel < 75 mu.
Pengempaan pasta dilakukan dalam tabung
yang dilengkapi dengan penyaring 100 mesh
dengan tekanan hidrolik sampai 40 atm.
Selanjutnya kakao cake dihaluskan dan diayak
untuk menghasilkan kakao powder.
Further process is the pressing that is to produce cocoa butter and cocoa cake. The sucrose content resulted from the pressing is strongly in luenced by pasta condition, level of water content, particle size, and p essure strength. The Cocoa fat is relatively easy to press at temperature between 40-45º C, level of water content <4 % and particle size < 75 mu. Pasta pressing is done in tube with a strainer of 100 mesh with hydraulic pressure up to 40atm. Eventually the cocoa cake is attenuated and sieved to produce cocoa powder.
f
r
PELUANG INVESTASI INDUSTRI KAKAO PASTA, BUTTER DAN POWDER INVESTMENT OPPORTUNITY ON COCOA PASTA, BUTTER DAN POWDER INDUSTRY
13
SARANA DAN PRASARANA FACILITY AND INFRASTRUCTURE
Untuk mendukung pengembangan industri
pengolahan kakao, diperlukan ketersediaan
sarana dan prasarana khususnya transportasi,
telekomunikasi, energi listrik, gas dan air. Di
beberapa sentra produksi kakao, seperti
Sulawesi Selatan dan Sumatera Utara telah
tersedia Kawasan Industri yang telah menye-
diakan berbagai sarana dan prasarana yang
diperlukan. Namun, ketersediaan infrastruktur
di Kawasan tersebut masih belum memadai.
Ketersediaan energi listrik dinilai masih kurang
memadai karena sering terjadi pemadaman
listrik pada saat beban puncak. Demikian juga
dengan kondisi pelabuhan, khususnya di
Medan terlalu padat, sehingga jika terjadi
gangguan pada peralatan di pelabuhan dapat
menyebabkan terganggunya arus barang.
To encourage cocoa processing industria development, it is necessary to provide required infrastructure especially trans-portation, telecommunications, electricity, gas and water facilities. In some cocoa central production areas like South Sulawesi and North Sumatra, there is already industrial area providing a numbe of required infrastructure. However, infra-structure availability in those area has not been adequately installed. Availability of electric energy is considered inadequate since bloc out still often occurs especially atpeak load. This is also similar with harbour condition in Medan which is considered too crowded hence If there is malfunction on port device operating sys em the goods traf ic might be intruded.
l
r
tf
,
Sementara itu pada sentra utama produksi
kakao lainnya seperti Sulawesi Tengah,
Sulawesi Barat dan Sulawesi Tenggara yang
belum memiliki Kawasan Industri memerlukan
penyediaan sarana dan prasarana yang
diperlukan untuk mendukung pengembangan
industri pengolahan kakao di daerah tersebut.
Meanwhile, in other central cocoa production areas like Central Sulawesi, West Sulawesi and South East Sulawesi thathave no established industrial area, need adequate infrastructure to support cocoa processing industrial development in the area.
REKOMENDASI LOKASI LOCATION RECOMMENDED Untuk menentukan lokasi pengembangan
pabrik pengolahan kakao dilakukan analisis
penentuan lokasi dengan menggunakan
beberapa pertimbangan yang meliputi aspek
(i) ketersediaan bahan baku 30%,
(ii) ketersediaan tenaga kerja 10%,
(iii) kondisi infrastruktur: listrik 9%, jalan 8%,
pelabuhan 8%, sarana telekomunikasi 2% dan
kawasan industri 7%, dan (iv) dukungan
To determine location for cocoa processing factory development, an area determinationanalysis is undertaken by considering following aspects (i) raw material availability 30%, (ii) labour availability 10%,(iii) infrastructure condition: electricity 9%, street 8%, port 8%, telecommunications facilities 2% and industrial area 7%, and (iv) local government policy support 20%
PELUANG INVESTASI INDUSTRI KAKAO PASTA, BUTTER DAN POWDER INVESTMENT OPPORTUNITY ON COCOA PASTA, BUTTER DAN POWDER INDUSTRY
14
kebijakan pemerintah daerah 20%, dan
lainnya (misal persaingan) 5%. Sedangkan
skor penilaian berkisar 1 hingga 10. Penilaian
dilakukan oleh Tim berdasarkan hasil deskresearch dan observasi lapang. Hasil analisis
dapat dilihat pada Tabel 3.
)
and others (e.g. competition 5%. Whereas assessment score varies from 1 to 10. The assessment is conducted by a Tim based on desk study result and field observation. The analysis result is illustrated in Table 3 below.
Tabel 3. Hasil Analisis Lokasi Pengembangan Industri Pengolahan Kakao
Table 3. Location Analysis Result on Cocoa Processing Industrial Development
No. Provinsi Sentra Kakao/Cocoa Main Province Nilai/Score
1 Sulawesi Selatan/South Sulawesi 8,6
2 Sulawesi Tengah/Central Sulawesi 7,8
3 Sulawesi Tenggara/South-east Sulawesi 7,6
4 Jawa Timur/East Java 7,6
5 Sumatra Utara/North Sumatera 7,5
6 Sulawesi Barat/West Sulawesi 7,0
7 Sumatra Barat/West Sumatera 6,7
8 Jawa Barat/West Java 6,6
9 Lampung/Lampung 6,5
10 Kalimantan Timur/East Kalimantan 6,1
Berdasarkan hasil analisis tersebut maka
lokasi pembangunan pabrik pengolahan kakao
diarahkan ke sentra-sentra produksi utama
kakao Indonesia antara lain Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Jawa
Timur, Sumatera Utara, Sulawesi Barat,
Sumatera Barat, Jawa Barat, Lampung dan
Kalimantan Timur. Lokasi pabrik bisa
dikembangkan di Kawasan Industri maupun di
daerah/kabupaten sentra produksi kakao
utama di Provinsi penghasil kakao utama
Indonesia. Pendirian pabrik di Kawasan
Industri memiliki keuntungan karena dekat
dengan pelabuhan ekspor dan sudah tersedia
berbagai sarana pendukung walaupun
kondisinya pada saat ini belum/kurang
Based on the analysis result, the location for cocoa processing factory development is directed in Indonesia cocoa main production areas such as South Sulawesi, Cen ral Sulawesi, South-east Sulawesi, East Java, North Sumatera, West Sulawesi, West Sumatra, West Java, Lampung and East Kalimantan. The factory location could be developed in any industrial area or in cocoa central production regencies of the main cocoa producing province in Indonesia. Factory establishment in industrial area has several advantages as it close to export harbour and all necessary supporting system are available even though they are not in sufficient conditions. On the other hand,
t
PELUANG INVESTASI INDUSTRI KAKAO PASTA, BUTTER DAN POWDER INVESTMENT OPPORTUNITY ON COCOA PASTA, BUTTER DAN POWDER INDUSTRY
15
memadai. Sedangkan pendirian pabrik di
Kabupaten Sentra produksi kakao mempunyai
keunggulan karena dekat dengan sumber
bahan baku dan lebih berpeluang untuk
melakukan kemitraan dengan petani kakao,
sekaligus mendukung upaya perbaikan mutu
bahan baku, walaupun sarana pendukungnya
perlu dipersiapkan.
factory establishment in cocoa cen ral production regencies has also some benefits since it is close to raw material source and has better opportunity to establish partnership with cocoa farmers. Furthermore, it could also promote better quality control efforts as well although provision of supporting facilities have to be prepared beforehand.
t
t
t
r
Khusus di beberapa provinsi lokasi kajian
yang meliputi: Sumatera Utara, Sumatera
Barat, Jawa Barat, Sulawesi Selatan dan
Sulawesi Tengah direkomendasikan lokasi
pengem-bangan industri antara lain:
Sumatera Utara adalah di Kawasan Industri
Medan atau di Kabupaten Asahan; Sumatera
Barat di Padang atau di Pasaman; Jawa Barat
disarankan mengembangkan atau membenahi
industri yang sudah ada; Sulawesi Selatan
direkomen-dasikan untuk mengembangkan
atau membenah industri yang sudah ada di
Kawasan Industri Makassar dan mengem-
bangkan disentra produksi seperti di kab.
Bone, Luwu Utara dan Luwu. Sementara di
Sulawesi Tengah diarahkan untuk mengem-
bangkan industri pengolahan kakao di
Kawasan Industri Palu yang sedang dalam
tahap perencanaan pembangunan dan sentra
produksi seperti Donggala dan Poso.
At several cacao study sites including Nor h sumatra, West Sumatera, West Java, South Sulawesi and Central Sulawesi, several industrial developmen locations are recommended i.e. Medan Industrial area and Asahan regency in North Sumatera; Padang or Pasaman In West Sumatra; Improving or adapting existing factory in West Java and South Sulawesi and develop new industries in Bone, North Luwu and Luwu. In Central Sulawesi, cacao processing facto y development is recommended to be developed in Palu industrial area which is now in planning phase towards central production area like Donggala and Poso.
INDIKASI KELAYAKAN FEASIBILITY INDICATION
Biaya Investasi Investment Cost
Pabrik pengolahan kakao yang dianalisis
berkapasitas olah sebesar 5.000 ton biji
kering kakao per tahun. Industri pengolahan
kakao tersebut membutuhkan lahan seluas
3.000 m² yaitu 2.000 m² untuk bangunan
pabrik, gudang dan laboratorium serta 1.000
Cocoa processing factory analysed has 5,000 tons dry cocoa seed processing capacity per year. Such factory requires 3,000 m² area ; 2,000 m² for factory construction, warehouse and laboratory and 1,000 m² or office building and other necessary facilities.
f
PELUANG INVESTASI INDUSTRI KAKAO PASTA, BUTTER DAN POWDER INVESTMENT OPPORTUNITY ON COCOA PASTA, BUTTER DAN POWDER INDUSTRY
16
m² untuk bangunan kantor dan fasilitas
lainnya. Biaya investasi yang dibutuhkan
adalah sebesar Rp 9,43 milyar yang meliputi
biaya pra-investasi Rp 750 juta, biaya
pembelian tanah Rp 1,35 milyar, bangunan
Rp 2,6 milyar, mesin dan peralatan Rp 3,45
milyar dan sarana penunjang Rp 830 juta,
lainnya 350 juta (Tabel 4).
Invesment cost needed is IDR 9.43 billion covering pre-investment cost (IDR 750 million), land/ground purchasing (IDR 1.35 billion building (IDR 2.6 billion), machine y and equipments (IDR 3.45 billion), supporting devices (IDR 830 million) and other related expenses DR 350 mill on (Table 4).
) r
I i
t f Tabel 4. Biaya investasi pendirian pabrik engolahan kakao kapasitas 5.000 ton Table 4. Inves ment cost on cocoa processing factory o 5,000 tons capacity
No. Keterangan/Remark Biaya/Cost (x1000) IDR
1. Pra-investasi /Pre investment - 750,000
2. Lahan/Land 1,350,000
3. Bangunan /Building 2,600,000
4. Mesin dan Peralatan /Machinery and related devices 3,450,000
5. Sarana Penunjang /Supporting facilities 830,000
6. Lainnya /Others 350,000
7. Contingencies /Contingencies 100,000
Biaya investasi /Total investment cost 9,430,000
Biaya Produksi Production Cost
t
Biaya produksi pengolahan kakao pasta,
kakao butter dan kakao powder ini mencapai
Rp 16.571,74/kg yang meliputi biaya
pembelian bahan baku biji kakao, biaya bahan
penolong, biaya pegawai, dan biaya
pemasaran serta biaya lainnya. Biaya untuk
pembelian bahan baku menempati porsi
terbesar yaitu sebesar 15.333,33/kg atau
92,53% dari total biaya, sedangkan biaya
bahan penolong, penyusutan, biaya pegawai
dan lainnya masing-masing sekitar
2,22%,1,34%, 2,74% dan 1,17% (Tabel 5).
The production cost of cocoa pasta, cocoa butter and cocoa powder processing reaches IDR16,571.7458/kg covering purchasing cost of cocoa seed raw material, supporting material cost, labour cost, and marketing cost and other related costs. Expense for raw material purchasing occupy biggest por ion that is 15,333.33/kg or 92.53% from total cost, whereas supporting material cost, contraction, labour cost and others respectively around 2.22%, 1.34%, 2.74% and 1.17% (Table 5).
Tabel 5. Biaya produksi Kakao Pasta, Butter dan Kakao Powder
PELUANG INVESTASI INDUSTRI KAKAO PASTA, BUTTER DAN POWDER INVESTMENT OPPORTUNITY ON COCOA PASTA, BUTTER DAN POWDER INDUSTRY
17
Table 5. Production Cost of Cocoa Pasta, Butter and Powder
No. Biaya/Cost IDR/kg %
1. Biji Kering /Dry seed 15,333.33 92.53
2. Bahan Penolong /Supporting materials 368.28 2.22
3. Listrik & BBM /Electricity & fuels 92.07 0.56
4. Pemeliharaan asset /Asset maintenance 55.65 0.33
5. Penyusutan /Contraction 222.61 1.34
6. Biaya pegawai /Labour expenses 453.76 2.74
7. Overhead /Overhead cost 46.04 0.28
Total Cost 16,571.74 100.00
Kelayakan Usaha Business Feasibility
t
)
f
ft
Berdasarkan biaya investasi dan biaya
operasionaL, serta beberapa asumsi antara
lain: rendemen kakao liquor/paste 75%,
rendemen kakao butter 32,5%, rendemen
kakao powder 42,5%, harga jual kakao pasta
Rp. 18.000/kg, kakao butter Rp. 29.000/kg
dan kakao powder Rp. 10.500/kg, maka
pengembangan industri pengolahan kakao
layak untuk dilaksanakan. Kelayakan usaha
tersebut ditunjukkan oleh nilai NPV (DF 13%)
sebesar Rp. 5,95 milyar dengan IRR=26,74%
dan B/C 1,0202 serta pengembalian modal
(Payback period ) dicapai pada tahun ke lima.
Based on invesment, operating cost and determining assumption that sucrose content in cocoa liquor/paste is 75%, sucrose content in cocoa butter 32.5% and sucrose content in cocoa powder is 42.5%, and the selling priceof cocoa pasta is IDR 18,000/kg, cocoa butter is IDR 29,000/kg and the cocoa powder is IDR 10,500/kg, cocoa processing industrial developmen is feasible to establish. The business feasibility is perform-ed by NPV (DF 13% is IDR 5.59 billion with IRR = 26.74% and B/C is 1.0202 and capital return (payback period) can be achieved by fifth year.
Namun para investor perlu waspada, industri
pengolahan kakao sangat sensitif terhadap
perubahan harga, baik harga bahan baku biji
kakao maupun harga jual produk hasil
olahannya. Kenaikan harga biji kakao sebesar
2,5% menyebabkan penurunan NPV sebesar
90,10%, IRR turun sebesar 49,36% dan B/C
turun sebesar 2,07%. Kondisi yang hampir
sama terjadi jika harga jual kakao butter dan
kakao powder turun sebesar 2,5% yang
Despite all that, investors must be meticulously alert, because the cocoa processing factory is very sensitive to price volatility, either the price o cocoa seed raw material or the selling price of the finished product. Increasing o cocoa seed price to 2.5% may cause degrada ion of NPV to 90.10%, IRR shrinks to 49.36% and B/C goes down to 2.07%. Similar situation may happen if the product selling price of cocoa
PELUANG INVESTASI INDUSTRI KAKAO PASTA, BUTTER DAN POWDER INVESTMENT OPPORTUNITY ON COCOA PASTA, BUTTER DAN POWDER INDUSTRY
18
menyebabkan NPV turun sebesar 99,92%,
IRR turun sebesar 55,01% dan B/C turun
sebesar 2,30%.
butter and cocoa powder down to 2.5% may cause NPV degradation to 99.92%, IRR downto 55.01% and as well B/C goes down to 2.30%.
f
t
i
Kelayakan usaha industri pengolahan kakao
ini bervariasi pada berbagai daerah dan
sangat ditentukan oleh harga bahan baku biji
kakao di lokasi pendirian pabrik dan harga
jual produk.
Disamping itu, ada beberapa faktor yang ikut
mempengaruhi tingkat kelayakan usaha
antara lain biaya investasi (harga tanah, jalan
dan bangunan), sarana dan prasarana
pendukung (transportasi, pelabuhan,
ketersediaan energi, dan telekomunikasi)
Feasibility of cocoa processing factory business varies at different areas and very much determined by price o cocoa seed rawmaterial at factory location and product selling price.
In addition, there are other fac ors influencing level of business viability such as invesment cost (land price, streets and buildings) and infrastructures facilities are (transportation, port, energy availabil ty, and telecommunications).
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI
INDUSTRIAL DEVELOPMENT POLICY
Untuk menunjang kelancaran pengembangan
maupun pembenahan industri pengolahan
kakao, diperlukan dukungan kebijakan ter-
utama kemudahan dalam perizinan, insentif
penghapusan bea masuk mesin dan per-
alatan serta membangun sarana dan pra-
sarana pendukung terutama transportasi,
pelabuhan dan pengadaan energi listrik serta
telekomunikasi.
To support the development and mana-gement of cocoa processing factory, support-ing policies are needed particularly in licensing, import tax incentive for machinery and other equipment and provision of infrastructure facilities like transportation, port, electric energy availability and tele-communication.
Berbagai kebijakan yang mendukung
pengembangan industri pengolahan kakao
yang telah dikeluarkan pemerintah antara
lain: Pengenaan tarif bea masuk produk yang
sama sesuai dengan yang dikenakan oleh
negara lain berlaku sejak Februari 2006 dan
Penghapusan PPN yang telah diberlakukan
sejak awal Januari 2007.
Di samping itu masih ada beberapa
Various supportive policies on cocoa processing industrial development issued by the government are Imposition on cost and tariff for imported products similar to one which has been imposed by other country since February 2006 and VAT omission that had been applied since early January 2007.
Moreover, there are several policy plans
PELUANG INVESTASI INDUSTRI KAKAO PASTA, BUTTER DAN POWDER INVESTMENT OPPORTUNITY ON COCOA PASTA, BUTTER DAN POWDER INDUSTRY
19
rancangan kebijakan yang masih dalam
proses antara lain: kewajiban fermentasi dan
rencana pengenaan pajak ekspor biji kakao.
which are s ill in process for example: fermentation obligation and cocoa exporting tax imposition plan.
t
t
t
t
PENUTUP CLOSING
Sebagai penutup kajian ini dapat disimpulkan
bahwa pengembangan industri pengolahan
biji kakao untuk menghasilkan kakao butter,
powder dan kakao pasta cukup prospektif
dan layak untuk dikembangkan khususnya di
sentra-sentra utama perkebunan kakao
Indonesia. seperti Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tengah, Sulawesi Tenggara, Jawa Timur,
Sumatera Utara, Sulawesi Barat, Sumatera
Barat, Jawa Barat, Lampung dan Kalimantan
Timur. Lokasi pabrik bisa dikembangkan di
Kawasan Industri maupun di
daerah/kabupaten sentra produksi kakao
utama di Provinsi penghasil kakao utama
Indonesia.
From the analysis explained before, it can be concluded that industrial development of cocoa seed processing to produce cocoa butter, cocoa powder and cocoa pasta are vary prospec ive and feasible to develop especially in main cocoa central plantations in Indonesia such as South Sulawesi, Cen ral Sulawesi, South-east Sulawesi, East Java, North Sumatera, West Sulawesi, West Sumatera, West Java, Lampung and East Kalimantan. Those indus ries could be established either in industrial area or in cocoa central production regencies in main cocoa producing Provinces in Indonesia mentioned above
Untuk pabrik berkapasitas 5.000 ton biji
kakao per tahun tersebut dibutuhkan biaya
investasi sebesar Rp 9,43 milyar dan akan
menghasilkan NPV (dp13%) sebesar Rp 5,95
milyar, IRR sebesar 26,74% dan B/C sebesar
1,0202. Ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan dalam pengembangan
pabrik pengolahan kakao terutama
ketersediaan bahan baku, energi listrik,
sarana dan prasarana transportasi serta
dukungan kebijakan.
For factories with 5,000 tons of cocoa seed capacity per year, invesment cost needed is IDR 9,43 billion and it will produce NPV (DF 13%) IDR 5.95 billion, IRR 26,74% and B/C ratio 1.0202. There are some considerations should be taken into account in developing cocoa processing factory especially related toraw material availability, electric energy, transportation facilities and policy support
PELUANG INVESTASI INDUSTRI KAKAO PASTA, BUTTER DAN POWDER INVESTMENT OPPORTUNITY ON COCOA PASTA, BUTTER DAN POWDER INDUSTRY
20