Jurnal Reading Indo

11
Air Mata Buatan Dibandingkan Ketorolac Trometamin 0,45% yang ditambah dengan Air Mata Buatan Untuk Pengobatan Konjungtivitis Virus Akut Adriana Falcão Veloso Lyra 1 , Lílian Correia Bastos 1 , Raquel Coelho de Souza Lima 1 , Lúcio de Vieira Leite Maranhão 1,2 , Tiago Eugênio Arantes 1,2 ABSTRAK Tujuan: Untuk mengevaluasi efek dari ketorolac trometamin 0,45% bebas pengawet yang ditambah dengan air mata buatan (karboksimetilselulosa) dibandingkan dengan air mata buatan bebas pengawet saja terhadap gejala dan tanda- tanda konjungtivitis virus akut. Metode: Acak, percobaan klinis double-masked/ tersamar ganda yang mencakup 50 pasien yang didiagnosis dengan konjungtivitis virus akut dan didistribusikan ke dalam dua kelompok (Grup 0: air mata buatan dan Grup 1: ketorolac trometamin 0,45% + Karboksimetilselulosa). Para pasien diinstruksikan untuk menggunakan obat 4 kali sehari. Tanda-tanda (hiperemia konjungtiva, kemosis, folikel, dan sekresi) dan gejala (ketidaknyamanan okular, gatal, sensasi benda asing, nyeri, kemerahan, dan pembengkakan pada kelopak mata) yang akan diberikan skor, pengobatan pada hari ketiga dan ketujuh akan dievaluasi menggunakan menggunakan kuesioner dan pasien akan diperiksa pada bagian anterior mata menggunakan slit-lamp. Hasil: Kedua kelompok menunjukkan perbaikan tanda- tanda dan gejala konjungtivitis. Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal gejala dan tanda- tanda pada Grup 0 dan Grup 1 (p> 0,05). Frekuensi efek samping selama pengobatan serupa di antara kedua kelompok (p> 0,05). Kesimpulan: Temuan pada penelitian ini menunjukkan bahwa ketorolac trometamin http://dx.doi.org/10.5935/0004-2749.20140025Arq Bras Oftalmol. 2014;77(2):99-102 1

description

Mata

Transcript of Jurnal Reading Indo

Page 1: Jurnal Reading Indo

Air Mata Buatan Dibandingkan Ketorolac Trometamin 0,45% yang ditambah dengan Air Mata Buatan Untuk Pengobatan

Konjungtivitis Virus Akut

Adriana Falcão Veloso Lyra1, Lílian Correia Bastos1, Raquel Coelho de Souza Lima1, Lúcio de Vieira Leite Maranhão1,2, Tiago Eugênio Arantes1,2

ABSTRAKTujuan: Untuk mengevaluasi efek dari ketorolac trometamin 0,45% bebas pengawet yang ditambah dengan air mata buatan (karboksimetilselulosa) dibandingkan dengan air mata buatan bebas pengawet saja terhadap gejala dan tanda-tanda konjungtivitis virus akut.

Metode: Acak, percobaan klinis double-masked/ tersamar ganda yang mencakup 50 pasien yang didiagnosis dengan konjungtivitis virus akut dan didistribusikan ke dalam dua kelompok (Grup 0: air mata buatan dan Grup 1: ketorolac trometamin 0,45% + Karboksimetilselulosa). Para pasien diinstruksikan untuk menggunakan obat 4 kali sehari. Tanda-tanda (hiperemia konjungtiva, kemosis, folikel, dan sekresi) dan gejala (ketidaknyamanan okular, gatal, sensasi benda asing, nyeri, kemerahan, dan pembengkakan pada kelopak mata) yang akan diberikan skor, pengobatan pada hari

ketiga dan ketujuh akan dievaluasi menggunakan menggunakan kuesioner dan pasien akan diperiksa pada bagian anterior mata menggunakan slit-lamp.

Hasil: Kedua kelompok menunjukkan perbaikan tanda-tanda dan gejala konjungtivitis. Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal gejala dan tanda-tanda pada Grup 0 dan Grup 1 (p> 0,05). Frekuensi efek samping selama pengobatan serupa di antara kedua kelompok (p> 0,05).

Kesimpulan: Temuan pada penelitian ini menunjukkan bahwa ketorolac trometamin 0,45% tidak lebih superior dibandingkan dengan penggunaan air mata buatan saja dalam mengurangi tanda-tanda dan gejala konjungtivitis virus.

Kata kunci: Konjungtivitis, terapi virus/obat; Ketorolac trometamin/terapi yangdigunakan; solusio mata.

PENDAHULUANBagian pelayanan penyakit mata dengan diagnosis konjungtivitis terjadi sekitar

25%(1,2) dan 1% -2% dari konsultasi dokter keluarga(3). Di antara jenis konjungtivitis menular, etiologi virus adalah yang paling umum, dan adenovirus yang bertanggung jawab untuk sekitar 60% kasus(4).

Gejala yang berhubungan dengan konjungtivitis virus termasuk kemerahan,berair, pembengkakan, dan iritasi yang sering berlangsung dari 1 sampai 3 minggu, dan, secara umum, pengelolaan kondisi ini terdiri dari penatalaksanaan gejala (3). Meskipun pengobatan standar dengan air mata buatan, kompres dingin, dan vasokonstriktor topikal, pasien sebagian besar masih menderita ketidaknyamanan sampai penyakit sembuh sepenuhnya(5).

http://dx.doi.org/10.5935/0004-2749.20140025Arq Bras Oftalmol. 2014;77(2):99-102 1

Page 2: Jurnal Reading Indo

Obat anti-inflamasi, termasuk steroid topikal, dapat digunakan untuk pengobatan konjungtivitis viral. Umumnya, obat-obat ini ditunjukkan pada kasus yang berat, sepertidengan adanya kekeruhan subepitel kornea dan membran konjungtiva. Efek positif telah dibuktikan dengan steroid topikal(6), namun demikian efek samping seperti hipertensi okular, pembentukan katarak, penyembuhan luka tertunda, dan infeksi sekunder mengakibatkan pembatasan penggunaannya(5). Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa steroid topikal dapat meningkatkan replikasi virus dan memperpanjang durasi virus shedding atau pelepasan virus(7). Ketorolac trometamin adalah topikal nonsteroid (NSAID) yang menghambat enzim siklooksigenase, yang mengkatalisis konversi asam arakidonat menjadi prostaglandin. Beberapa studi telah menunjukkan efektivitas 0,4% dan 0,5% formulasi obat ini dalam mengurangi peradangan dan rasa sakit pada mata, pencegahan dan pengobatan edema makula kistoid pada pasien yang menjalani operasi mata(8,9). Obat topikal ini juga telah digunakan dengan hasil yang baik untuk pengobatan gejala konjungtivitis alergi musiman(10). Dalam konjungtivitis virus terkait dengan varicella, 0,5% ketorolac lebih efektif dalam mengurangi hiperemia konjungtiva dibandingkan dengan air mata buatan(11). Dalam adenoviral konjungtivitis, 0,5% ketorolac menunjukkan hasil yang sama dengan yang air mata buatandalam hal memberikan bantuan pengobatan gejala, tapi ada efek sensasi perih dan panas pada penggunaan tetes mata berangsur-angsur(5). Saat ini, formulasi dari 0,45% ketorolac trometamin terkait dengan karboksimetilselulosa (CMC), dengan tolerabilitas yang lebih baikdalam hal bioavailabilitas, tersedia secara komersial dan diindikasikan untuk pengobatan nyeri dan peradangan pada pasien yang menjalani operasi katarak (8,9,12). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efek 0,45% ketorolac trometamin bebas pengawet dan karboksimetilselulosa dibandingkan air mata buatan pengawet bebas dalam penatalaksanaan gejala dan tanda-tanda konjungtivitis virus akut.

METODEStudi acak prospektif, tersamar ganda, terdapat 50 pasien yang dibagi menjadi 2

kelompok perlakuan: Grup 1, yang menerima 0,45% ketorolac trometamin bebas pengawet dengan CMC (Acular CMC®, Allergan, Irvine, USA), dan Grup 0, yang menerima tetes air mata buatan bebas pengawet (Optive UD®, Allergan, Irvine, USA). Pasien direkrut dari layanan darurat Fundação Altino Ventura, Recife, Pernambuco, antara bulan Juni dan September 2012. Pasien yang memenuhi syarat yang diperlukan memiliki konjungtivitis akut unilateral atau bilateral dengan durasi kurang dari 2 minggu. Selain itu, sampel yang diambil diminta untuk memiliki setidaknya satu dari syarat tambahan berikut yang sesuai dengan konjungtivitis virus: limfadenopati preauricular, infeksi saluran pernafasan atas (ISPA), atau kontak terakhir dengan individu yang menderita konjungtivitis.

Kriteria eksklusi meliputi sejarah alergi konjungtivitis musiman, penyakit herpes mata, operasi mata, dan / atau penyakit okular kronis serta gangguan refraksi, penggunaan obat mata pada awal gejala, memakai lensa kontak, alergi terhadap NSAID, kehamilan, usia kurang dari 18 tahun; perdarahan, pewarnaan epitel kornea dengan fluorescein, dan peradangan intraokular.

Setiap pasien secara acak menggunakan amplop tertutup yang berisi botol teridentifikasi 0,45% ketorolac trometamin dengan CMC atau air mata buatan. Kedua pasien dan pemeriksa tidak mengetahui obat yang diberikan. Pasien diinstruksikan untuk menempatkan satu tetes ke masing-masing mata yang bergejala 4 kali sehari selama 7 hari dan dinilai ulang setelah 3-7 hari dari kunjungan pertama. Pada akhir tindak lanjut untuk pasien ke-50, kode pengacakan terungkap untuk analisis data.

http://dx.doi.org/10.5935/0004-2749.20140025Arq Bras Oftalmol. 2014;77(2):99-102 2

Page 3: Jurnal Reading Indo

Dalam semua evaluasi, pasien menyelesaikan kuesioner standar di mana mereka ditanya tentang gejala berikut: segala ketidaknyamanan, gatal, sensasi benda asing, berair, kemerahan, dan kelopak mata bengkak. Setiap gejala dinilai oleh pasien dan di follow-up pada 4-titik skala: tidak ada (0), ringan (1), sedang (2), dan berat (3). Selama evaluasi ulang, pasien ditanya tentang penggunaan obat yang tepat, efek samping, dan ketidaknyamanan yang terjadi setelah penggunaan obat. Pasien juga ditanya tentang peningkatan gejala setelah penggunaan obat tetes mata.

Pemeriksaan klinis terdiri dari biomicroscopy slit lamp bagian anterior dan evaluasi kembali untuk setiap pasien dilakukan oleh pemeriksa yang sama dari konsultasi awal. Empat tanda-tanda yang dinilai pada pemeriksaan fisik: hiperemia konjungtiva, konjungtiva kemosis, mukus konjungtiva, dan adanya folikel di konjungtiva tarsal bawah. Tanda-tanda yang diklasifikasikan sebagai tidak ada (0), ringan (1), sedang (2), dan berat (3). Untuk hiperemia konjungtiva, kelas 0 menunjukkan tidak ada hiperemia terdeteksi, kelas 1 menunjukkan konjungtiva hiperemia yang hampir tidak terdeteksi, kelas 2 ditunjukkanhiperemia konjungtiva yang mudah terdeteksi, dan 3 ditunjukkan hiperemia konjungtiva yang kuat. Hanya pasien dengan skor hiperemia konjungtiva dari> 1 dilibatkan dalam penelitian tersebut.

Untuk tanda kemosis, kelas 0 menunjukkan tidak ada konjungtiva terdeteksi edema, kelas 1 menunjukkan edema konjungtiva yang nyaris terdeteksi, kelas 2 menunjukkan edema konjungtiva yang mudah terdeteksi, dan kelas 3 menunjukkan edema konjungtiva yang cukup menyebabkan bengkak pada konjungtiva secara berlebihan terlihat saat kelopak mata tertutup. Untuk tanda mukus konjungtiva, kelas 0 menunjukkan tidak ada terdeteksi mukus, kelas 1 menunjukkan mukus itu hampir tidak terdeteksi, kelas 2 menunjukkan mukus yang adalah mudah terdeteksi, dan kelas 3 menunjukkan mukus terkait dengan inflamasi pseudomembran atau membran konjungtiva. Untuk tanda folikel, kelas 0 menunjukkan tidak ada terdeteksi folikel, kelas 1 menunjukkan folikel hampir tidak terdeteksi, kelas 2 ditunjukkan folikel mudah terdeteksi, dan kelas 3 menunjukkan reaksi folikel kuat.

Penelitian ini dimulai setelah persetujuan dari etika kelembagaan Komite. Semua pasien dilibatkan dalam studi setelah perjanjian dan tanda tangan pada formulir persetujuan, dan mereka diperintahkan untuk menghubungi salah satu peneliti jika mereka mengalami efek samping yang signifikan dari obat studi.

Uji likehood ratio digunakan untuk mengevaluasi perbedaan frekuensi antara variabel kategori. Uji t digunakan untuk mengevaluasi perbedaan antara rerata. Nilai p <0,05 digunakan untuk menunjukkan signifikansi statistik.

HASILSebanyak 50 pasien yang memenuhi kriteria kelayakan dan didaftarkan dalam

penelitian ini. Dua puluh enam yang termasuk dalam Grup 0 (air mata buatan) dan 24 di Grup 1 (0,45% ketorolac trometamin + CMC). Selama tindak lanjut, 6 pasien drop out (3 di masing-masing grup; 12% drop out).

Karakteristik umum dari pasien yang terdaftar dalam penelitian ini disajikan dalam tabel 1. Tidak ada perbedaan statistik dalam usia, distribusi jenis kelamin, dan gejala sugestif konjungtivitis virus antara kedua kelompok (p> 0,05).

Persepsi pasien atas perbaikan gejala setelah 3 dan 7 hari pengobatan ditunjukkan pada tabel 2. Tidak ada perbedaan statistik antara kelompok dalam kaitannya dengan perbaikan gejala setelah penggunaan obat (p> 0,05).

Perkembangan gejala konjungtivitis pada hari ke-3 dan ke-7 dari evaluasi ulang ditunjukkan dalam tabel 3 dan 4, masing-masing. Tabel 5 dan 6 menyajikan perbaikan tanda-tanda pada hari-hari ke-3 dan ke-7 pengobatan. Seperti yang tercantum dalam

http://dx.doi.org/10.5935/0004-2749.20140025Arq Bras Oftalmol. 2014;77(2):99-102 3

Page 4: Jurnal Reading Indo

http://dx.doi.org/10.5935/0004-2749.20140025Arq Bras Oftalmol. 2014;77(2):99-102 4

Page 5: Jurnal Reading Indo

tabel, tidak ada perbedaan statistik dalam tanda dan gejala skor antara 2 grup selama masa tindak lanjut (P> 0,05).

Efek samping yang terdiri gejala panas, gatal, dan perih pada eyedrop berangsur-angsur dilaporkan (64% di Grup 0; 57% di Grup 1); Namun, tidak ada perbedaan signifikan yang diamati (P = 0,764).

Selama tindak lanjut, 6 pasien (12%) mengalami perkembangan membaran konjungtiva tarsal (3 pasien dari Grup 0 dan 3 pasien dari kelompok 1). Membran ini telah diobati, kombinasi dari 0,3% ciprofloxacin + 0,1% deksametason ditambahkan ke rejimen awal.

PEMBAHASANKonjungtivitis virus, meskipun penyakit self-limiting, penyakit ini terkait dengan

morbiditas yang tinggi karena gejala dan risiko penularan. Saat ini, tidak ada pengobatan yang efektif untuk mengurangi durasi penyakit dan penularan penyakit, dan hanya pengobatan simtomatik(3). Pilihan pengobatan baru yang sedang dipelajari, termasuk obat antivirus seperti gansiklovir dan povidone-iodine(13-16).

Dalam studi vitro eksperimental dan, ketorolac trometamin tidak menyebabkan replikasi adenoviral berkepanjangan yang terjadi pada penggunaan obat prednisolon, sehingga hal ini membuktikan alternatif yang lebih aman bila dibandingkan dengan kortikosteroid. Karena respon yang baik pada pasien dengan konjungtivitis alergi (10), 0,5% ketorolac diusulkan untuk pengobatan konjungtivitis adenoviral. Namun, itu tidak lebih unggul dari air mata buatan dalam mengurangi gatal, kemerahan, sensasi benda asing, berair, dan edema kelopak mata, namun dikaitkan dengan timbulnya ketidaknyamanan (perih dan panas)(5). Ketidaknyamanan tersebut dikaitkan dengan pengawet benzalkonium klorida (BAK), surfaktan octoxynol-40, dan metal-chelating agent sodium edetate (8,9). Sehubungan dengan itu, dalam penelitian ini, kami mengevaluasi formulasi bebas pengawet dari

http://dx.doi.org/10.5935/0004-2749.20140025Arq Bras Oftalmol. 2014;77(2):99-102 5

Page 6: Jurnal Reading Indo

ketorolac 0,45% dengan air mata buatan (CMC), yang menyajikan profil tolerabilitas yang lebih baik dan penetrasi ke jaringan mata (8.9).

Evaluasi persepsi pasien dari keseluruhan perbaikan pada hari ke-3 dan ke-7 pengobatan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara 2 kelompok yang diteliti, menunjukkan bahwa kedua obat tetes mata memiliki efek yang sama. Temuan ini mirip dengan penelitian sebelumnya pada penggunaan solusio ketorolac trometamin 0,5% dengan pengawet(5). Tidak ada perbedaan signifikan yang ditemukan dari gejala-gejala yangdievaluasi pada pemeriksaan oftalmologi. Berbeda dengan studi sebelumnya mengenai pengobatan menggunakan 0,5% ketorolac dengan pengawet(5), pengobatan dengan 0,45% ketorolac bebas pengawet tidak terkait dengan memburuknya mata yang hiperemis atau perih secara berangsur-angsur. Frekuensi efek samping yang dilaporkan adalah serupa pada kedua kelompok dalam penelitian ini.

KESIMPULANKesimpulannya, 0,45% ketorolac trometamin tidak lebih unggul dari air mata buatan

dalam mengurangi tanda-tanda dan gejala konjungtivitis virus. Studi penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengevaluasi terapi yang aman dan efektif untuk penyakit mata seperti konjungtivitis virus ini.

Ucapan Terima KasihPara penulis mengucapkan terima kasih kepada Leandro Lucena untuk bantuan

statistik analisis.

REFERENCES1. Vieira GM. Um mês em um pronto-socorro de oftalmologia em Brasília. Arq Bras Oftalmol. 2007;70(5):797-802.2. Carvalho R de S, José NK. Ophthalmology emergency room at the University of São Paulo General Hospital: a tertiary

hospital providing primary and secondary level care. clinics (Sao Paulo). 2007;62(3):301-8.3. Visscher KL, Hutnik CM, Thomas M. Evidence-based treatment of acute infective conjunctivitis: breaking the cycle of

antibiotic prescribing. Can Fam Physician. 2009; 55(11):1071-5. Comment in: Can Fam Physician. 2010;56(1):18.4. Sambursky RP, Fram N, Cohen EJ. The prevalence of adenoviral conjunctivitis at the Wills Eye Hospital Emergency

Room. Optometry. 2007;78(5):236-9.5. Shiuey Y, Ambati BK, Adamis AP. A randomized, double-masked trial of topical ketorolac versus artificial tears for

treatment of viral conjunctivitis. Ophthalmology. 2000; 107(8):1512-7.6. Wilkins MR, Khan S, Bunce C, Khawaja A, Siriwardena D, Larkin DF. A randomised placebo-controlled trial of

topical steroid in presumed viral conjunctivitis. Br J Ophthalmol. 2011;95(9):1299-303. Comment in: Br J Ophthalmol. 2012;96(7):1040-1.

7. Romanowski EG, Roba LA, Wiley L, Araullo-Cruz T, Gordon YJ. The effects of corticosteroids of adenoviral replication. Arch Ophthalmol. 1996;114(5):581-5.

8. McCormack PL. Ketorolac 0.45% ophthalmic solution. Drugs Aging. 2011;28(7):583-9.9. Attar M, Schiffman R, Borbridge L, Farnes Q, Welty D. Ocular pharmacokinetics of 0.45% ketorolac tromethamine.

Clin Ophthalmol. 2010;4:1403-8.10. Schechter BA. Ketorolac tromethamine 0.4% as a treatment for allergic conjuctivitis.Expert Opin Drug Metab Toxicol.

2008;4(4):507-11.11. Toker MI, Erdem H, Erdogan H, Arici MK, Topalkara A, Arslan OS, et al. The effects of topical ketorolac and

indomethacin on measles conjunctivitis: randomized controlled trial. Am J Ophthalmol. 2006;141(5):902-5.12. Xu K, McDermott M, Villanueva L, Schiffman RM, Hollander DA. Ex vivo corneal epithelial wound healing

following exposure to ophthalmic nonsteroidal anti-inflammatory drugs. Clin Ophthalmol. 2011;5:269-74.13. Kaufman HE. Adenovirus advances: new diagnostic and therapeutic options. Curr Opin Ophthalmol. 2011;22(4):290-

3. Review14. Trinavarat A, Atchaneeyasakul LO. Treatment of epidemic keratoconjunctivitis with 2% povidone-iodine: a pilot

study. J Ocul Pharmacol Ther. 2012;28(1):53-8.15. Pelletier JS, Stewart K, Trattler W, Ritterband DC, Braverman S, Samson CM, et al. A combination povidone-iodine

0.4%/ dexamethasone 0.1% ophthalmic suspension in the treatment of adenoviral conjunctivitis. Adv Ther. 2009;26(8):776-83.

16. Yabiku ST, Yabiku MM, Bottós KM, Araújo AL, Freitas Dd, Belfort Jr R. Uso de ganciclovir 0,15% gel para tratamento de ceratoconjuntivite adenoviral. Arq Bras Oftalmol. 2011; 74(6):417-21.

17. Gordon YJ, Araullo-Cruz T, Romanowski EG. The effects of topical nonsteroidal antiinflammatory drugs on adenoviral replication. Arch Ophthalmol. 1998;116(7):900-5.

http://dx.doi.org/10.5935/0004-2749.20140025Arq Bras Oftalmol. 2014;77(2):99-102 6

Page 7: Jurnal Reading Indo