Journal Reading Hilya Jaehee Sub INDO 2

download Journal Reading Hilya Jaehee Sub INDO 2

of 40

description

jurnal

Transcript of Journal Reading Hilya Jaehee Sub INDO 2

  • PEMBIMBING: DR.A. MUNIR, SP.RAD.

    PRESENTAN : HILYATUS SHALIHAT 1102010125FK YARSIKEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU RADIOLOGI

  • ABSTRAK

  • Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan nilai radiografi toraks dalam mendiagnosis cedera paru-paru parenkimal pada pasien dengan trauma toraks, dan untuk mengevaluasi frekuensi cedera paru parenkimal dengan menggunakan CT Scan toraks

  • DEFINISIPemeriksaan Radiografi thorax atau sering disebut chest x-ray (CXR) bertujuan menggambarkan secara radiografi organ pernafasan yang terdapat di dalam rongga dada.Teknik pemeriksaan CT-SCAN thorax adalah teknik pemeriksaan secara radiologi untuk mendapatkan informasi anatomis irisan crossectional atau penampang aksial thorax.

  • INDIKASI PEMERIKSAAN

  • KEUNTUNGAN & KERUGIAN

  • FOTO THORAX AP

  • An axial slice thoracic of a CT Scan

  • Antara Januari 2005 dan Juni 2006, penelitian ini mengevaluasi secara retrospektif terhadap radiografi toraks anteroposterior (AP) dan CT toraks dari 60 pasien yang ada di unit gawat darurat dan dirawat di rumah sakit karena trauma multi-organ.

  • Anteroposterior (AP) Projection

  • Radiografi toraks menunjukkan cedera parenkim pada 32 pasien, sedangkan CT toraks menunjukkan cedera parenkim terjadi pada 39 pasien dari jumlah total 60 pasien tersebut.

    Hasil CT toraks dianggap sebagai standar utama (gold standard) dalam evaluasi pasien dengan trauma thoraks dan menunjukkan bahwa 65% dari pasien dengan trauma tumpul pada toraks mengalami cedera parenkim.

  • Sensitivitas radiografi toraks anteroposterior dalam mengidentifikasi cedera paru parenkimal tergolong rendah dan memiliki tingkat negatif palsu yang tinggi; Oleh karena itu, evaluasi awal dengan CT toraks sangat membantu dalam melakukan diagnosis dan pengobatan pasien dengan trauma pada dada, yang memerlukan kerja sama antara ahli radiologi dengan dokter yang bekerja di unit gawat darurat.

  • PENDAHULUAN

  • Langkah pertama pemeriksaan radiologi pada pasien dengan trauma toraks adalah X-Ray dada

  • Tujuan dari penelitian ini adalah

  • BAHAN DAN METODE

  • Radiografi toraks anteroposterior dan gambar CT aksial torax dari 65 pasien yang ada di unit gawat darurat dan pasien cedera yang dirawat di rumah sakit antara Januari 2005 dan Juni 2006

    5 pasien yang melakukan CTs lebih dari 1 jam setelah X-ray dada, memiliki hasil sinar-X dada yang tidak memenuhi syarat untuk penilaian parenkim sehingga dikeluarkan dari penelitian.

  • Cedera dalam sampel penelitian disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh dari ketinggian, trauma langsung, dan kecelakaan kerja. Usia rata-rata pasien adalah 43 tahun, 48 tahun laki-laki, dan 12 tahun perempuan. Radiografi toraks dilakukan langsung saat pasien memasuki unit gawat darurat CT toraks diambil dalam waktu 1 jam setelah pemeriksaan radiografi toraks (sinar-X dada). Radiografi toraks pasien diperoleh dalam posisi anteroposterior (AP).

  • Hasil CTs toraks yang diambil menggunakan spiral CT (Xpres / GX, Toshiba, Jepang) , dan dengan pemberian yodium 100 ml secara IV yang mengandung media kontras non ionik tanpa menggunakan injektor otomatis.

    Parameter teknis adalah sebagai berikut: ketebalan bagian, 7 mm; table speed, 7 mm (pitch, 1); kVp, 120; mAs, 150. Penilaian dilakukan oleh 2 ahli radiologi yang berpengalaman dalam radiologi dada dan keputusan akhir dibuat secara konsensus.

  • Dalam CT toraks, cedera parenkim diklasifikasikan sebagai berikut:

    Memar (kontusio): Peningkatan kepadatan parenkim yang cenderung menyatu / ekstravasasi darah akibat trauma ke parenkim paru.Laserasi: robekan rongga berbentuk ruang udara yang terletak di wilayah parenkim paru yang memar; Hematoma: daerah dengan densitas homogen yang tinggi dengan kepadatan darah yang berbatas halus dan biasanya berbentuk bulat (laserasi terisi dengan darah)

  • HASIL

  • Cedera parenkimal pada pasien berdasarkan radiografi dada dan CT toraks

    Patient with parenchymal injuryPatient without parenchymal injuryTotalChest Radiography322860CT Torax392160

  • Di antara 60 pasien dengan radiografi toraks, 32 menunjukkan cedera parenkim, sedangkan 28 tidak ditemukan indikasi cedera parenkim

    Di antara 28 pasien yang tidak ditemukan cedera parenkim berdasarkan pemeriksaan radiografi toraks, ternyata dengan pemeriksaan CTs toraks ditemukan 12 pasien memiliki memar(kontusio) parenkim paru, dan 1 memiliki laserasi yang menyertainya.

  • Mengingat CTs toraks merupakan gold standard, sensitivitas radiografi toraks dalam mendeteksi cedera parenkim pada pasien dengan trauma tumpul adalah 69%, spesifisitas adalah 76%, nilai prediksi positif adalah 84%, dan nilai prediksi negatif adalah 57%.

    Di antara 60 pasien, 37 memiliki memar (62%), 4 memiliki laserasi (7%), dan 2 memiliki hematoma (3%).

    Patologi yang sering disertai cedera parenkim adalah patah tulang rusuk (84%), hemothorax (82%), dan pneumotoraks (73%), dan pneumomediastinum(8%)

  • PEMBAHASAN

  • Tingkat kematian berkisar antara 14% sampai 40% pada pasien multitrauma dengan kontusio paru jika disertai dengan cedera organ lain.

    Dalam sebuah studi oleh Dee, tingkat kematian pasien dengan cedera parenkim tanpa adanya cedera dada yang lain adalah 11%, sedangkan meningkat menjadi 22% dengan adanya cedera organ lain.

  • Komplikasi trauma toraks berupa sindrom gangguan pernapasan, pneumonia aspirasi, dan atelektasis dapat terjadi.

    Dalam radiografi toraks, kontusio paru dapat muncul 6-8 jam setelah trauma. Daerah kontusio (memar) menjadi lebih sulit terlihat dalam kasus-kasus yang disertai dengan hemothorax, pneumonia aspirasi, atau atelektasis.

  • kontusio sering dilihat sebagai non segmental, non lobar, perifer, dan dalam bentuk peningkatan kepadatan pada CT toraks. Hal ini lebih mungkin untuk mendeteksi kontusio dengan CT toraks dibandingkan dengan radiografi toraksPada trauma tumpul, kontusio dilaporkan terjadi 17% -70%. Dalam penelitian ini, tingkat kontusio paru-paru pada trauma toraks tumpul adalah 62%, dan kontusio adalah komponen utama (95%) dari cedera parenkim paru-paru.

  • Laserasi paru terjadi lebih sering pada trauma tembus

    Sulit untuk mendeteksi laserasi dengan radiografi toraks karena biasanya saling tumpang tindih (superimposed bayangan) daerah memar yang menyertainya. Setelah trauma, deteksi peningkatan kepadatan homogen, di samping ruang udara radiolusen, bisa menjadi indikasi laserasi.

    Ketika kontusio paru mulai menyembuh dalam waktu 2-4 hari setelah trauma, luka menjadi lebih terlihat dengan CT toraks dibandingkan rontgen toraks.

  • Gambar 1. a, b. Pada rontgen dada (kiri) tidak ada tanda-tanda cedera parenkimal, sedangkan pada CT gambar axial torax (kanan) pada jendela parenkim, dengan gejala hemoptisis, densitas non homogen yang meningkat, yang mirip dengan kontusio, yang terlihat jelas pada lobus tengah paru kanan dan posterior bilateral daerah paraspinal

  • Gambar 2. a-c. Di radiografi torax (kiri) peningkatan kepadatan mirip dengan kontusio di zona superior dan tengah paru kanan terlihat jelas. Hasil CT axial toraks (tengah, kanan) dari pasien yang sama di jendela parenkim, yang diperoleh setelah rontgen dada, menunjukkan area kontusio yang luas dengan laserasi (panah, tengah) ditambah dengan terlihatnya keju Swiss (panah, kanan) di paru kanan.

  • Gambar 3. a, b. Pada rontgen torax (kiri), tingkat air-fluid (hemopneumothorax) dan atelektasis terlihat di sisi kanan. Peningkatan kepadatan non-homogen dalam parenkim atelektasis di wilayah paracardiac kanan juga terlihat. Pada aksial CT toraks gambar (kanan) di jendela parenkim, terlihat bola hematoma (panah) dengan kepadatan homogen pada paru-paru kanan posterior.

  • Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa radiografi toraks memiliki sensitivitas rendah dibandingkan dengan CT toraks, dalam mendeteksi cedera paru-paru pada trauma toraks.

    Dalam penelitian ini, sensitivitas radiografi toraks dalam mendeteksi cedera parenkim adalah 69%, dan spesifisitas adalah 76%. tingkat negatif palsu radiografi dada adalah 43%.

    Untuk alasan itu, maka indikasi untuk CT toraks harus ditentukan segera untuk pasien dengan trauma toraks yang parah.

  • KESIMPULANSensitivitas radiografi dada anteroposterior dalam mendeteksi cedera parenkim paru yang rendah, dengan tingkat tinggi negatif palsu. Oleh karena itu, bahwa evaluasi CT toraks pasien dengan trauma dada yang parah, pada tahap awal akan bermanfaat untuk diagnosis dan rencana perawatan selanjutnya.

    *