FITRI HILYA MILLATINA-FKIK.PDF

58
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia serta menjadi masalah kesehatan masyarakat walaupun secara umum angka kesakitan masih berfluktuasi dan kematian diare yang dilaporkan oleh sarana pelayanan dan kader kesehatan mengalami penurunan namun penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (kejadian luar biasa) yang cukup banyak bahkan menimbulkan kematian. Di dunia, diare adalah penyebab kematian paling umum, kematian balita, dan membunuh lebih besar dari 1,5 juta orang per-tahun. Di Indonesia, hasil survey yang dilakukan oleh program diperoleh angka kesakitan diare untuk tahun 2000 sebesar 301 per 1000 penduduk, angka ini meningkat bila dibandingkan dengan hasil survey yang sama pada tahun 1996 sebesar 280 per 1000 penduduk (Sardjana, 2007). Data menunjukkan bahwa seorang bayi (umur kurang 1 tahun) atau anak balita (umur 1-4 tahun) mendapat serangan diare satu - dua kali setahun. Penderita diare pada semua golongan umur di Indonesia berkisar 160 - 300 per 1000 penduduk setiap tahun, dari jumlah penderita diare ini sebanyak 60 - 70% diantaranya adalah bayi dan balita, sebesar 18%, 15% kematian bayi dan 26,4% kematian anak balita disebabkan penyakit diare (Sardjana, 2007). 1

Transcript of FITRI HILYA MILLATINA-FKIK.PDF

  • BAB I

    PENDAHULUAN A. Latar Belakang

    Penyakit diare sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia

    serta menjadi masalah kesehatan masyarakat walaupun secara umum angka

    kesakitan masih berfluktuasi dan kematian diare yang dilaporkan oleh sarana

    pelayanan dan kader kesehatan mengalami penurunan namun penyakit diare

    masih sering menimbulkan KLB (kejadian luar biasa) yang cukup banyak bahkan

    menimbulkan kematian. Di dunia, diare adalah penyebab kematian paling umum,

    kematian balita, dan membunuh lebih besar dari 1,5 juta orang per-tahun. Di

    Indonesia, hasil survey yang dilakukan oleh program diperoleh angka kesakitan

    diare untuk tahun 2000 sebesar 301 per 1000 penduduk, angka ini meningkat bila

    dibandingkan dengan hasil survey yang sama pada tahun 1996 sebesar 280 per

    1000 penduduk (Sardjana, 2007).

    Data menunjukkan bahwa seorang bayi (umur kurang 1 tahun) atau anak balita

    (umur 1-4 tahun) mendapat serangan diare satu - dua kali setahun. Penderita diare

    pada semua golongan umur di Indonesia berkisar 160 - 300 per 1000 penduduk

    setiap tahun, dari jumlah penderita diare ini sebanyak 60 - 70% diantaranya

    adalah bayi dan balita, sebesar 18%, 15% kematian bayi dan 26,4% kematian

    anak balita disebabkan penyakit diare (Sardjana, 2007).

    1

  • Diare merupakan salah satu penyebab angka kematian dan kesakitan tertinggi

    pada anak, terutama pada anak di bawah umur 5 tahun (balita). Di dunia, sebesar

    6 juta anak meninggal setiap tahunnya karena diare, dimana sebagian kematian

    tersebut terjadi di negara berkembang. Berdasarkan laporan WHO, kematian

    karena diare di negara berkembang di perkirakan sudah menurun dari 4,6 juta

    kematian pada tahun 1982 menjadi 2,5 juta kematian pada tahun 2003. Di

    Indonesia, angka kematian diare juga telah menurun tajam. Berdasarkan data hasil

    survey rumah tangga, kematian karena diare di perkirakan menurun 40% pada

    tahun 1972 hingga 24,9% pada tahun 1980, 16% tahun 1985 hingga 7,4% tahun

    1996 dari semua kasus kematian.Walaupun angka kematian kerena diare telah

    menurun, angka kesakitan karena diare tetap tinggi di negara maju maupun

    negara berkembang. Berdasarkan Survei Demografi Kasehatan Indonesia tahun

    2002-2003, prevalensi diare pada anak-anak dengan usia kurang dari 5 tahun di

    indonesia adalah: laki-laki 10,8% dan perempuan 11,2%. Berdasarkan umur,

    prevalensi tertinggi terjadi pada usia 6-11 bulan (19,4%), 12-13 bulan (14,8%),

    dan 24-35 bulan (12,0%) (SKRT, 2007).

    Dari hasil data yang di peroleh dari P2PL jumlah penderita diare Di Propinsi

    Banten pada tahun 2004-2008 berjumlah 833.752 orang penderita sedangkan

    penderita yang meninggal pada tahun 2004 berjumlah 19 orang, tahun 2005

    berjumlah 63 orang, tahun 2006 hanya 1 orang, tahun 2007 berjumlah 644 orang

    dan tahun 2008 berjumlah 74 orang. Pada tahun 2008 Di Ciputat Tangerang

    2

  • jumlah penduduk Ciputat berkisar 16.404 dengan penderita diare sebanyak 459

    orang pertahun.

    Sebagian besar diare muncul pada tahun pertama umur anak, dengan proporsi

    tertinggi pada kelompok anak umur 6-11 bulan. Penyakit diare yang terjadi

    sebagian besar merupakan diare akut yang berlangsung antara 3-5 hari dan

    sebesar 5-15 % kejadian berlangsung 14 hari atau lebih (Sardjana, 2007).

    Masih tingginya angka-angka kesakitan dan kematian karena diare tersebut

    disebabkan oleh beberapa faktor, baik karena infeksi enteral maupun parenteral

    serta faktor lain yang ikut berperan dalam timbulnya diare yaitu higiene yang

    kurang baik perorang maupun lingkungan, pola pemberian makanan, keadaan

    sosial-ekonomi dan sosial budaya maupun pendidikan dan perilaku masyarakat

    secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi penyakit diare serta

    keadaan gizi /nutrisi yang belum memadai pada saat diare (Astuti, 2004).

    Pada saat balita mengalami diare, keadaan gizi akan berubah karena menurunkan

    nafsu makan dan anorexia, keadaan ini akan menimbulkan gizi yang berkurang,

    keadaan gizi yang kurang terjadi karena tubuh kekurangan satu atau beberapa

    jenis zat gizi yang dibutuhkan. Beberapa hal yang dapat menyebabkan tubuh

    kekurangan zat gizi antara lain: jumlah zat gizi yang dikonsumsi pada saat sakit

    kurang, mutunya rendah atau keduanya. Selain itu zat gizi yang di konsumsi juga

    mungkin gagal untuk diserap oleh tubuh. Keadaan yang pertama dapat disebabkan

    oleh faktor sosial ekonomi seperti kebiasaan makan, kepercayaan dan kemiskinan

    3

  • atau daya beli yang rendah sedang keadaan keduanya disebabkan adanya

    gangguan fungsi alat pencernaan (Ngastiyah, 2005).

    Pengaruh serangan diare pada taraf gizi terjadi pada semua umur, pada anak-anak

    penurunan taraf gizi ini selain karena kehilangan cairan tubuh, juga dapat

    disebabkan karena kebiasaan orang tua menghentikan makanan sewaktu sakit

    diare atau karena tidak adanya nafsu makan sewaktu sakit, tidak sanggup

    memasukkan makanannya sendiri serta anak tidak mau makan karena anoreksia

    saat diare. Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan

    akibat terjadinya penurunan berat badan dalam waktu yang singkat. Hal ini

    disebabkan karena makanan sering dihentikan oleh orang tua. Walaupun susu

    diteruskan, sering diberikan pengenceran. Makanan yang diberikan sering tidak

    dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik (Yayan,

    2008).

    Anak yang menderita diare biasanya juga menderita anoreksia sehingga masukan

    nutrisinya menjadi berkurang. Kekurangan kebutuhan nutrisi akan bertambah

    jika, anak juga menderita muntah-muntah atau diare lama. Keadaan ini

    menyebabkan makin turunnya daya tahan tubuh sehingga penyembuhan tidak

    lekas tercapai, bahkan dapat menimbulkan komplikasi. Anak yang sering

    menderita diare atau menderita diare kronis, seperti pasien malabsorsi akhirnya

    dapat menderita MEP (Malnutrition Energy Protein) jika tidak mendapatkan

    penanganan yang baik. Untuk mencegah kurangnya masukan nutrisi dan

    membantu menaikkan daya tahan tubuh, anak yang diare harus segara diberi

    makanan setelah dehidrasi teratasi dan makan harus mengandung cukup kalori,

    4

  • protein, mineral, dan vitamin tetapi tidak menimbulkan diare kembali (Ngastiyah,

    2005).

    Kebiasaan penderita diare di puasakan tampaknya berakibat lebih buruk terhadap

    penderita. Untuk mengendalikan kehilangan energi dan protein akibat puasa itu

    akan memerlukan waktu berhari-hari oleh karena itu, pemberian makanan pada

    penderita diare harus tetap dilakukan. Jika anak masih menyusu maka selam anak

    menderita diare anak harus tetap disusui. Penelitian terhadap diare, penderita

    diare menunjukkan bahwa 80% zat makanan masih dapat diserap oleh dinding

    usus. Karena itu, pemberian makanan harus tetap dilakukan sungguhpun ini

    berarti memperbanyak tinja anak. Selain dapat mempertahankan tingkat gizi anak

    juga anak dapat cepat sembuh lebih cepat (Moehji, 1999).

    B. Rumusan Masalah

    Penyebab diare telah dikemukakan lebih dahulu baik secara enteral maupun

    parenteral serta faktor lain ikut berperan dalam timbulnya diare. Hal-hal tersebut

    antara lain pola higiene yang kurang, baik perorangan maupun lingkungan, sosial

    ekonomi, sosial budaya dan pola pemberian makanan. Sewaktu anak menderita

    diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat terjadinya penurunan berat

    badan dalam waktu yang singkat. Hal ini disebabkan selain hilangnya cairan

    tubuh juga karena menurunnya nafsu makan serta kebiasaan menghentikan

    pemberian makanan karena makanan sering dihentikan oleh orang tua sehingga

    asupan gizi (asupan makanan) berkurang. Sehubungan dengan itu dalam

    5

  • penelitian ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana gambaran asupan gizi pada

    balita yang mengalami diare akut.

    C. Pertanyaan Peneliti

    1. Bagaimana gambaran asupan gizi pada balita yang mengalami diare akut

    D. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

    Mengetahui gambaran asupan gizi pada balita yang mengalami diare akut

    di puskesmas Ciputat.

    E. Manfaat penelitian

    1. Bagi Pelayanan Kesehatan Puskesmas Ciputat

    Informasi yang diperoleh dapat menjadi masukan bagi pelayanan

    kesehatan puskesmas Ciputat mengenai asupan gizi pada balita saat

    mengalami diare akut serta sebagai acuan untuk evaluasi program

    khususnya yang berkaitan dengan gizi.

    2. Bagi Institusi pendidikan program studi ilmu keperawatan UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan

    keperawatan komunitas dalam mengembangkan program pembelajaran

    keperawatan komunitas.

    6

  • Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai rujukan tambahan

    untuk melakukan pengabdian kepada masyarakat.

    3. Peneliti selanjutnya

    Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran atau informasi untuk

    menambah wawasan dan pengembangan penelitian selanjutnya tentang

    asupan gizi pada balita diare akut.

    F. Ruang Lingkup Penelitian

    Penyakit diare merupakan penyakit infeksi yang banyak menyerang golongan

    umur anak-anak terutama balita. Dimana hal ini dapat mempengaruhi

    perkembangan pertumbuhan balita dan kualitas hidup anak. Hadirnya penyakit

    diare dalam tubuh anak akan membawa pengaruh terhadap keadaan gizi anak

    sebagai akibat reaksi pertama akibat diare adalah menurunya nafsu makan anak

    sehingga menolak makanan yang diberikan. Penolakan terhadap makanan berarti

    berkurangnya pemasukan zat gizi ke dalam tubuh anak.

    Keadaan akan berangsur memburuk jika diare disertai dengan muntah yang

    mengakibatkan hilangnya zat gizi. Keadaan yang buruk itu sering diperburuk oleh

    adanya pembatasan makanan yang tidak jarang dilakukan oleh para orang tua.

    Kehilangan nafsu makan dan adanya muntah saat balita mengalami diare akan

    sangat cepat mengubah keadaan atau taraf gizi anak ke arah kurang bahkan dapat

    menjadi buruk.

    7

  • 8

    Berdasarkan hal diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

    Gambaran Asupan Gizi pada Balita Yang Mengalami Diare Akut di Puskesmas

    Ciputat Kota Tangerang Selatan.Puskesmas Ciputat merupakan salah satu

    Puskesmas di Provinsi Banten.

    Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Ciputat tahun 2010. Populasi penelitian ini

    adalah anak dibawah lima tahun (Balita) dengan diare akut. Desain penelitian

    menggunakan pendekatan kuantitatif dengan tehnik pengambilan sampel

    aksidental/ Accidental sampling.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Konsep diare

    1. Pengertian Diare

    Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi

    dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, apat

    berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja

    (Ngastiyah, 2005).

    Diare adalah kondisi dimana terjadi defekasi yang abnormal (lebih dari 3

    kali per hari) serta perubahan dalam isi (lebih dari 200 gr per hari) dan

    konsistensi feses cair (Sardjana, 2007).

    Diare Akut adalah buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa cairan

    saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya 3 kali atau lebih

    dalam sehari) dan berlangsung selama 14 hari (Ngastiyah, 2005).

    Diare akut adalah diare yang berlangsung antara beberapa jam sampai

    kurang dari 14 hari. Diare ini dapat mengakibatkan dehidrasi, kehilangan

    berat badan pada bayi jika menyusui tidak dilanjutkan (Endah, 2005).

    9

  • 2. Faktor Penyebab diare:

    a. Infeksi. Infeksi virus atau infeksi bakteri pada saluran pencernaan

    merupakan penyebab diare pada anak.

    b. Malabsorpsi. Gangguan absorpsi biasanya terhadap zat-zat gizi yaitu

    karbohidrat (umumnya laktosa), lemak dan protein.

    c. Makanan. Makanan basi, beracun, atau alergi terhadap makanan tertentu.

    d. Kebersihan lingkungan

    e. Sanitasi

    3. Klasifikasi diare

    Berdasarkan Gejala, Jenis diare dibedakan dalam 3 jenis yaitu diare akut,

    diare kronik (presisten) dan disentri.

    a. Diare akut

    Diare akut adalah buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa

    cairan saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya 3 x

    atau lebih dalam sehari) dan berlangsung kurang dari 14 hari.

    b. Diare kronik (presisten)

    Diare kronik (presisten) adalah diare akut yang berlanjut sampai 14 hari

    atau lebih. Batasan 14 hari tersebut semata-mata suatu kesepakatan

    karena banyaknya usul untuk menentukan batasan waktu diare kronik.

    c. Disentri

    Disentri merupakan diare yang di sertai darah dengan ataupun tanpa lendir

    10

  • Sedangkan menurut Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) klasifikasi

    diare di bedakan sebagai berikut,

    Untuk dehidrasi:

    a. Dehidrasi Berat, terdapat dua atau lebih dari tanda-tanda berikut:

    Letargi atau tidak sadar. mata cekung, tidak bisa minum, cubitan kulit

    perut kembalinya sangat lambat

    b. Dehidrasi Ringan/sedang, terdapat dua atau lebih tanda-tanda berikut:

    Gelisah, rewel/mudah marah, mata cekung, haus, minum dengan

    lahap, cubitan di kulit perut kembalinya lambat

    c. Tanpa Dehidrasi, tidak cukup tanda-tanda untuk di klasifikasikan

    sebagai dehidrasi berat atau ringan/sedang.

    d. Jika Diare 14 hari atau lebih

    1) Tanda Ada dehidrasi, (diare presisten berat)

    2) Tanda tanpa dehidrasi, (diare presisten)

    e. Dan jika ada Darah dalam tinja

    1) Disentri

    (Manajemen terpadu balita sakit Depkes RI, 2005)

    4. Bahaya diare

    Dua bahaya diare dalah kematian dan kurang gizi. Kematian karena diare

    akut sering disebabkan oleh kehilangan air dan garam dari tubuh,

    kehilangan ini disebut dehidrasi. Diare lebih berat pada anak yang kurang

    gizi diare dapat pula menimbulkan kurang gizi dan menjadi berat karena

    pada diare:

    11

  • a. Pada diare makanan hilang dari tubuh

    b. Zat makanan digunakan untuk memperbaiki jaringan yang rusak dan

    bukan untuk pertumbuhan

    c. Balita yang menderita diare mungkin tidak lapar dan ibu balita

    mungkin tidak memberi makan dengan baik selama diare/ bahkan

    sampai beberapa hari setelah diare membaik. Untuk mencegah kurang

    gizi, makanan harus diberikan pada anak diare begitu mereka (balita)

    mau makan.

    Pada diare akut perubahan-perubahan yang terjadi adalah: kehilangan cairan,

    perubahan keseimbangan asam basa, hipoglikemi, gangguan gizi dan

    gangguan sirkulasi. Dari segi nutrisi, diare akut berakibat buruk terhadap

    keadaan gizi; melalui 4 mekanisme, yakni:

    a. masukan makanan berkurang oleh karena anoreksia, kebiasaan

    mengurangi/meniadakan pemberian makanan

    Pe

    A

    M

    K

    b. bsorpsi makanan berkurang oleh karena kerusakan mukosa usus, vili

    menjadi pendek dan atrofi dan enzim laktasedan disakarida lainnya

    berkurang

    c. etabolisme dan endokrin fungsinya terganggu pada keadaan infeksi

    sistemik

    d. ehilangan langsung cairan dan elektrolit, serta kehilangan nitrogen

    melalui tinja dan keluarnya plasma protein dan darah karena kekurangan

    jaringan usus (IKG.Suandi, 1999).

    12

  • 5. Diare menyebabkan dehidrasi

    Tubuh mengambil air dan garam yang di perlukan dari makanan dan

    minuman (input). Pengeluaran air dan garam melalui bab, bak, dan keringat

    (output). Bila pencernaan sehat, air dan garam dari usus akan masuk

    keperedaran darah. bila diare, usus tidak bisa bekerja secara normal. Air dan

    garam sedikit yang masuk kedarah dan lebih banyak yang keluar melalui

    usus oleh karena itu dalam tinja akan lebih banyak terkandung air dan

    garam.

    Hilangnya air dan garam dalam jumlah besar menyebabkan timbulnya

    dehidrasi. Dehidrasi terjadi bila output air dan garam lebih banyak

    dibanding inputnya. Semakin banyak tinja yang dikeluarkan berarti semakin

    banyak balita tersebut kehilangan cairan. Diare dapat disebabkan oleh

    muntah banyak yang sering menyertai diare (Muhadjin, 2002).

    Dehidrasi terjadi karena kehilangan air lebih banyak daripada pemasukan

    air. Derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan gejala klinis dan kehilangan

    berat badan. Derajat dehidrasi menurut kehilangan berat badan,

    diklasifikasikan menjadi empat, dapat dilihat dari tabel berikut.

    Tabel 2.1 derajat dehidrasi berdasarkankehilangan berat badan

    Derajat dehidrasi Penurunan berat badan (%) Tidak dehidrasi < 2 Dehidrasi ringan 2 - 5 Dehidrasi sedand 5 -10 Dehidrasi berat 10

    13

  • Tabel 2.2 Derajat dehidrasi berdasarkan gejala klinis

    Penilaian A B C Keadaan umum

    Baik, sadar Gelisah , Rewel Lesu, tidak sadar

    Mata Normal Cekung Sangat cekung Air mata Ada Tidak ada Tidak ada Mulut, lidah Basah Kering Sangat kering Rasa haus Minum seperti biasa Haus, ingin minum

    banyak Malas minum, tidak bias minum

    Periksa: Turgor kulit

    Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat lambat

    Hasil pemeriksaan

    Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan/ sedang.

    Bila ada 1 tanda ditambah 1/ lebih tanda lain

    Dehidrasi berat

    Bila ada 1 tanda di tambah 1/ lebih tanda lain

    Terapi Rencana pengobatan A

    Rencana pengobatan B

    Rencana pengobatan C

    6. Pencegahan dehidrasi

    a. Dehidrasi dapat dicegah dengan cara menambah cairan yang diminum

    segera setelah diare mukai cairan rumah tangga yang di anjurkan adalah

    air teh, air tajin, air sup dan air matang. Tindakan yanga paling penting

    adalah memberikan cairan lebih banyak dari biasanya.

    b. Rehidrasi, Bila penderita dehidrasi, penderita harus segera

    mendapatkan terapi dengan memberikan larutan oralit. Penderita

    dengan dehidrasi berat pada awalnya membutuhkan rehidrasi dengan

    cairan intravena, tetapi larutan oralit tetap harus digunakan sebagai

    tambahan cairan intravena setelah dehidrasi hilang oralit oralit tetap

    digunakan.

    14

  • c. Makanan, pemberian makanan selama balita diare akan memberikan

    nutrisi yang diperlukan anak agar tetap kuat dan tumbuh serta

    mencegah kehilangan berat badan. Bagi anak yang masih mendapatkan

    ASI harus tetap diberi bahkan harus lebih sering anak yang berumur 6

    bulan atau lebih (bayi yang sudah mendapatkan makanan padat) harus

    sering diberi makanan yanga bergizi dan mudah dicerna dalam jumlah

    kecil.

    7. Penatalaksanaan diare

    a. Diare dengan dehidrasi berat: Berikan oralit dan ASI diteruskan selama

    masih bisa minum, segera bawa ke rumah sakit atau puskesmas dengan

    fasilitas perawatan.

    b. Diare dengan dehidrasi ringan/sedang: Berikan oralit, ASI diteruskan,

    teruskan pemberian makanan yang lunak mudah dicerna dan tidak

    merangsang, bila tidak ada perubahan segera bawa ke puskesmas.

    c. Diare tanpa dehidrasi (kekurangan cairan): Untuk mencegah dehidrasi

    beri anak minum lebih banyak dari biasanya, ASI diteruskan makanan

    diberikan seperti biasanya, bila keadaan anak bertambah berat segera

    dibawa ke puskesmas terdekat (MTBS Depkes RI, 2005).

    15

  • 8. Pencegahan Diare

    a. Pemberian ASI

    ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi. Komponen zat

    makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna

    dan diserap secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk

    menjaga pertumbuhan sampai umur 4-6 bulan. Tidak ada makanan lain

    yang dibutuhkan selama masa ini.

    ASI bersifat steril, bebeda dengan sumber susu yang lain seperti susu

    formula atau cairan lain yang yag disiapkan dengan air atau bahan-

    bahan yang dapat terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian

    ASI saja, tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa menggunakan botol,

    menghindarikan anak dari bahaya bakteri dan organisme lain yang

    kanmenyebabkan diare. Keadaan seperti ini disebut disusui secara

    penuh (memberikan ASI Ekslusif).

    Bayi-bayi harus disusui secara penuh sampai mereka berumur 6 bulan.

    Setelah 6 bulan dari kehidupannya, pemberian ASI harus diteruskan

    sambil ditambahkan dengan makanan lain (proses menyapih).

    ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya

    antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan

    perlindungan terhadap diare. Pada bayi yang baru lahir, pemberian ASI

    secara penuh mempunyai daya lindung 4 x lebih besar terhadap diare

    dari pada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Flora normal

    usus bayi-bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri penyebab

    16

  • diare. Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan

    pertama kehidupan, mempunyai resiko mendapat diare 30 x lebih besar.

    Pemberian susu formula merupakan cara lain dari menyusui.

    Penggunaan botol susu formula, berisiko tinggi menyebabkan diare

    yang dapat mengakibatkan terjadinya gizi buruk.

    b. Makanan pendamping ASI

    Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap

    mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Pada masa tersebut

    merupakan masa yang berbahaya bagi bayi sebab perilaku pemberian

    makanan pendamping ASI dapat meningkatkannya resiko terjadinya

    diare ataupun penyakit lain yang menyebabkan lematian. Perilaku

    pemberian makanan pendamping ASI yang baik meliputi perhatian

    terhadap kapan, apa dan bagaimana makanan pendamping ASI

    diberikan.

    Ada beberapa saran yang dapat meningkatkan cara pemberian makanan

    pendamping ASI yang lebih baik, yaitu:

    1) Perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 6 bulan

    dan dapat teruskan pemberian ASI. Tambahkan macam

    makanan setelah anak berumur sehari, serta teruskan

    pemberian ASI bila mungkin.

    2) Tambahkan minyak, lemak dan gul ke dalam nasi/bubur

    dan biji-bijian untuk energi. Tambahkan hasil olahan susu,

    17

  • telur, ikan, daging, kacang-kacangan, buah-buahan dan

    sayuran berwarna hijau ke dalam makanannya.

    3) Cuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi

    anak. Suapi anak dengan sendok yang bersih.

    4) Masak atau rebus makanan dengan benar, simpan sisanya

    pada tempat yang dingin dan panaskan dengan benar

    sebelum di berikan kepada anak.

    c. Menggunakan air bersih yang cukup

    Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui

    fecal-oral kuman-kuman tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam

    mulut melalui cairan atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya

    air minum, jari-jari tangan, makanan yang disiapkan dalam panci yang

    dicuci dengan air tercemar. Masyarakat yang terjangkau oleh penyedian

    air yang benar-benar bersih mempunyai resiko menderita diare lebih

    kecil di banding dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih.

    Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu

    dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari

    kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan dirumah.

    d. Mencuci tangan

    Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang

    penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci

    tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah

    membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum

    18

  • menyuapi makan anak dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam

    kejadian diare.

    e. Menggunakan jamban

    Pengalaman di bebrapa Negara membuktikan bahwa upaya

    pengggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan

    resiko tehadap diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus

    membuat jamban dan keluarga harus buang air besar di jamban.

    f. Membuang tinja bayi yang benar

    Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya. Hal

    ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada

    anak-anak dan orng tuanya. Tinja bayi harus dibuang secara benar.

    g. Pemberian imunisasi campak

    Anak yang sakit campak sering disertai diare, sehingga pemberian

    imunisasi campak juga dapat mencegah diare. Oleh karena itu segera

    beri anak imunisasi campak segera setelah berumur 9 bulan.

    B. Konsep Gizi

    1. Pengertian gizi

    Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi

    secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan,

    metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk

    mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-

    organ, serta menghasilkan energi. Zat gizi (nutrients) adalah ikatan kimia

    19

  • yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan

    energi, membangun dan memelihara jaaringan, serta mengatur proses-proses

    kehidupan. (Sunita, 2005)

    Zat makanan menurut ilmu gizi adalah bahan-bahan dasar yang menyusun

    bahan makanan. Fungsi zat makanan secara umum adalah sebagai sumber

    energi/tenaga, menyokong pertumbuhan badan, memelihara jaringan tubuh,

    mengatur metabolisme dan berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh

    terhadap penyakit bila tubuh tidak cukup kuat mendapat zat-zat gizi maka

    fungsi-fungsi itu akan mengalami gangguan dan hambatan.

    2. Kebutuhan asupan gizi (asupan makanan/nutrisi) balita diare

    Pada saat balita mengalami diare, keadaan gizi akan berubah karena

    menurunkan nafsu makan dan anoreksia, keadaan ini akan menimbulkan gizi

    yang berkurang, keadaan gizi yang kurang terjadi karena tubuh kekurangan

    satu atau beberapa jenis zat gizi yang dibutuhkan serta karena daya tahan

    tubuh balita yang menurun. Kebutuhan zat gizi pada saat balita mengalami

    diare berbeda dengan balita yang sehat, untuk mengembalikan daya tahan

    tubuh yang menurun selama diare jumlah kalori perlu ditambahkan menjadi

    30% dan protein juga dinaikkan, protein yang di perlukan anak balita pada

    umumnya adalah 2.5 g/kg BB/hari sedangkan pada saat diare perlu

    ditambahkan menjadi 3-4 g/kg BB/hari di samping anak juga di berikan

    minum yang banyak.

    20

  • Selama serangan diare tubuh dapat kehilangan rata-rata 3 gm/kg Berat badan/

    hari, oleh karena itu selama serangan diare seorang anak antara umur 1-4 tahun

    di anjurkan di berikan makan 1 kali lebih banyak dari pada makanan

    sebelumnya jumlah yang biasa atau beri anak ekstra makanan sampai ia

    mencapai berat badan sebelum sakit (Ngastiyah, 2005).

    Asupan nutrisi (makanan) yang tidak adekuat dapat menyebabkan menurunnya

    berat badan atau gangguan pertumbuhan dan juga menyebabkan pengurangan

    persediaan nutrien dalam tubuh. Keadaan ini berasosiasi dengan menurunnya

    imunitas dan mungkin dengan defisiensi energi, protein dan vitamin A. Secara

    progresif dapat terjadi kerusakan mukosa, menurunnya resistensi terhadap

    kolonisasi dan invasi kuman patogen. Menurunnya imunitas dan dan kerusakan

    mukosa memegang peranan utama dalam mekanisme pertahanan tubuh

    Insiden, severitas dan durasi penyakit mempunyai kaitan erat dengan kedua

    faktor tersebut. Penyakit yang terjadi menyebabkan kehilangan nutrien sebagai

    akibat respon metabolik dan kehilangan melalui saluran cerna. Pada saat yang

    sama terjadi penurunan nafsu makan yang pada gilirannya menyebabkan

    asupan nutrien makin menurun (Tomkins dan Watson dalam Aminudin, 2001).

    21

  • Secara skematis dapat dilihat pada gambar 2.1

    Gambar 2.1 Skematis insiden, severitas dan durasi diare (Tomkins dan

    Watson dalam Aminuddin, 2001)

    Pengaturan makanan yang sehat untuk balita tidak sama dengan orang

    dewasa, kebutuhan sehari-hari balita akan energi (kalori) dan zat gizi lainnya

    sangat tinggi terutama sewaktu balita mulai berjalan. Dimasa ini balita

    menjadi lebih aktif dan tumbuh dengan pesat namun karena perut mereka

    lebih kecil, balita tidak dapat makan dalam jumlah besar dalam sekali makan.

    Porsi makan untuk balita biasanya 1/3-1/2 porsi orang dewasa karena balita

    juga butuh makanan selingan yang bergizi tinggi yang mudah di cerna dan

    bergizi tinggi.

    Nafsu makan menurun Kehilangan Nutrien

    Malabsorpsi Gangguan

    Berat badan Menurun Gangguan Pertumbuhan

    Imunitas Menurun Kerusakan Menurun

    Sakit: Insiden

    Severitas Durasi

    Asupan Nutrien Tidak Adekuat

    22

  • Secara harfiah, balita/anak dibawah lima tahun adalah anak usia kurang dari

    lima tahun balita memiliki kebutuhan gizi yang berbeda dari orang dewasa.

    Mereka butuh lebih banyak bahan makanan sumber energi seperti karbohidrat,

    protein, lemak serta vitamin, mineral dan serat wajib dikonsumsi anak setiap

    hari. Atur agar semua sumber gizi tersebut ada dalam menu sehari.

    C. Metode pengukuran konsumsi makanan

    a. Metode Food Recall

    Prinsip dari metode recall 24 jam, dilakukan dengan mencatat jenis dan

    jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu.

    Dalam metode ini, responden, ibu, atau pengasuh disuruh menceritakan

    semua yang diminum dan dimakan selam 24 jam yang lalu (kemarin).

    Biasanya dimulai sejak bangun pagi kemarin sampai dia istirahat tidur

    dimalam harinya, atau dapat juga dari waktu saat dilakukan wawancara

    mundur kebelakang sampai 24 jam penuh. Wawancara dilakukan oleh

    petugas dengan menggunakan kuesioner.

    Kelebihan metode recall 24 jam:

    1) Mudah melaksanakannya serta tidak terlalu membebani responden

    2) Biaya relatif murah, karena tidak memerlukan peralatan khusus dan

    tempat yang luas untuk wawancara

    3) Cepat, sehingga dapat mencakup banyak responden

    4) Dapat digunakan oleh responden yang buta huruf

    23

  • 5) Dapat memberikan gambaran nyata yang benar-benar dikonsumsi

    individu sehingga dapat dihitung intake zat gizi sehari

    Kekurangan dari meode ini yaitu, ketepatan tergantung pada daya ingat

    responden, tidak cocok dilakukan pada anak usia di bawah 7 tahun dan

    orang tua diatas umur 70 tahun, membutuhkan tenaga yang terlatih dan

    terampil dalam menggunakan URT, Kurang menggambarkan asupan

    makanan sehari-hari bila dilakukan recall satu hari saja.

    Kekurangan metode recall 24 jam:

    1) Metode ini tidak dapat di gunakan pada lansia di karenakn dalam metode

    ini daya ingat yang di jadikan alat ukur untuk mengingat makan apa saja

    yang telah di berikan selama 24 jam atu sehari.

    2) Metode recall 24 jam bersifat kualitatif maka untuk mendapatkan hasil

    yang bersifat kuantiatif harus dilakukan 2x24 jam atau 2 hari dan tidak

    boleh dilakukan 2 hari berturut-turut melainkan di beri jeda atau selang 1

    hari.

    D. Perawat Komunitas

    a. Pengertian Keperawatan Komunitas

    Menurut WHO (1959, dalam Mahyudin, 2009), keperawatan komunitas

    adalah bidang perawatan khusus yang merupakan gabungan keterampilan

    ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan bantuan sosial, sebagai

    bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan guna

    meningkatkan kesehatan, penyempurnaan kondisi sosial, perbaikan

    24

  • lingkungan fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih

    besar, ditujukan kepada individu, keluarga, yang mempunyai masalah

    dimana hal itu mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan.

    Keperawatan kesehatan komunitas adalah pelayanan keperawatan

    profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan pada

    kelompok resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang

    optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan dengan

    menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan

    melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan

    evaluasi pelayanan keperawatan (Spradley, 1985; Logan and Dawkin,

    1987 dalam Mahyudin 2009).

    Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perawatan

    kesehatan komunitas adalah suatu bidang dalam ilmu keperawatan yang

    merupakan keterpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat

    dengan dukungan peran serta masyarakat, serta mengutamakan pelayanan

    promotif dan preventif secara berkesinambungan dengan tanpa

    mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif, secara menyeluruh dan

    terpadu ditujukan kesatuan yang utuh melalui proses keperawatan untuk

    ikut meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal.

    b. Tatanan Pelayanan Keperawatan Komunitas

    Perawatan di komunitas difokuskan untuk meningkatkan dan

    mempertahankan kesehatan, pendidikan dan managemen serta

    25

  • mengkoordinasikan dan melanjutkan perawatan retoratif di dalam

    lingkungan komunitas klien. Perawatan komunitas mengkaji kebutuhan

    kesehatan individu, keluarga, dan komunitas serta membantu klien

    berupaya melawan penyakit dan masalah kesehatan.

    Perawatan komunitas juga mengacu pada kesehatan komunitas dan

    interaksi antar individu dalam komunitas tersebut. Komunitas dapat

    berupa suatu lokasi khusus misalnya area perkotaan atau area pelosok

    atau sekelompok tertentu (Pery&Potter, 2005 dalam Wahit dkk, 2006).

    Perawat komunitas memiliki memiliki tempat kerja yang bervariasi,

    meliputi wilayah komunitas, pusat-pusat kesehatan okupasi, sekolah,

    lembaga pelayanan kesehatan rumah, klinik kesehatan, dan tempat

    praktik swasta (Pery & Potter, 2005 dalam Wahit dkk, 2006).

    E. Kerangka teori

    Konsumsi makanan baik dari segi kualitas maupun kuantitas dapat

    mempengaruhi keadaan gizi seseorang, kualitas makanan menunjukkan

    tersedianya bahan makanan yang mengandug semua jenis zat gizi yang

    diperluksn tubuh dalam hidangan. Sedangkan kuantitas makanan menunjukkan

    jumlah masing-masing zat gizi terhadap kebutuhan tubuh (Soediaoetomo dalam

    Siti, 2008).

    26

  • Pengetahuan zat gizi

    Kebiasaan makanan

    Konsumsi makanan

    (asupan gizi) Daya beli keluarga (pendapatan)

    Keadaan gizi

    Pendidikan Kesehatan

    Gambar 2.2 Kerangka teori

    Sumber : ( Persagi (1999) (Daly et all (1979) dalam Siti, 2008)

    27

  • BAB III

    KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

    A. Kerangka Konsep

    Dalam penelitian ini, variabel yang akan di teliti adalah variabel dependen

    yang akan di teliti adalah Asupan gizi pada balita yang mengalami diare akut.

    Variabel Dependen

    ASUPAN GIZI

    BALITA DIARE

    Gambar 2.3 Kerangka konsep

    B. Definisi Operasional Tabel 2.3. Definisi operasional, alat ukur, cara ukur, hasil ukur dan skala ukur

    Variabel Definisi operasional

    Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur

    Asupan gizi (Konsumsi makanan)

    Jumlah makanan yang di konsumsi balita yang mengalami diare akut di kumpulkan dengan menggunakan metode recall 2x24 jam yang di konversi ke dalam Kkal dan gr.

    Lembar food recall

    Food recall 1. Baik

    Jika:

    a. 0-6 bulan:

    550 Kkal

    b. 7-11 bulan:

    650 Kkal

    c. 1-3 tahun

    1000 Kkal

    d. 4-6 tahun

    1550 Kkal

    Rasio

    28

  • 29

    Variabel Definisi operasional

    Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur

    Asupan gizi (Konsumsi makanan)

    terdiri dari zat makro yaitu protein, karbohidrat, lemak dan zat mikro terdiri dari vitamin

    Lembar food recall

    Food recall 2. Kurang

    Jika:

    a. 0-6 bulan :

    < 550 Kkal

    b. 7-11 bulan :

  • BAB IV

    METODE PENELITIAN

    A. Desain Penelitian

    Sesuai dengan tujuan penelitian yang bersifat deskriptif atau menggambarkan variabel

    yang akan diteliti yaitu asupan gizi (konsumsi makanan) pada balita yang megalami diare

    akut. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dengan menggunakan rancangan

    penelitian kuantitatif dengan tehnik sampling Non probability sampling (Accidental

    sampling).

    B. Populasi, Sampel dan Kriteria Sampel

    Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan

    diteliti. Bukan hanya objek atau subjek yang dipelajari saja tetapi seluruh karakteristik

    atau sifat yang dimilki subjek atau objek tersebut (Hidayat, 2008). Populasi dalam

    penelitian ini adalah keluarga dengan anak balita yang sedang mengalami diare akut di

    puskesmas ciputat.

    Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari

    karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Kriteria sampel penelitian ini adalah keluarga

    dengan anak balita yang mengalami diare di Puskesmas ciputat. Kriteria sampel yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah:

    a. Ibu dengan balita diare akut yang berkunjung di puskesmas Ciputat

    b. Bisa baca tulis

    c. Bersedia dijadikan responden

    30

  • Tsa

    b

    ad

    p

    K

    N

    N

    P

    d

    D

    y

    Tehnik peng

    ampling yai

    ertemu akan

    dalah sesua

    enelitian yai

    Keterangan:

    N

    N

    Dengan cada

    ang dibutuhk

    gambilan sa

    itu sampling

    n terpilih me

    ai dengan k

    itu rumus sam

    = Jumlah s

    = Besar po

    = 1,96 (D

    sebesar 5%

    = Jumlah p

    = Derajat P

    bali

    angan 10% u

    kan adalah s

    ampel dalam

    g yang terj

    njadi sample

    etentuan rum

    mpel uji esti

    sampel yang

    opulasi

    Derajat kema

    %)

    penderita (ba

    Presisi yang

    ita

    untuk mengh

    sebanyak 69+

    m penelitian

    jadi secara

    e. Besar sam

    mus besar

    imasi propor

    g dibutuhkan

    aknaan 95%

    alita) diare d

    g di inginkan

    hindari drop

    +6,9 =75,9 d

    n ini meng

    aksidental,

    mpel yang di

    sampel yan

    rsi.

    n

    % CI/Confide

    di puskesmas

    n

    p out respond

    dibulatkan m

    ggunakan te

    siapa saja

    gunakan dal

    ng sesuai de

    ence Interva

    s Ciputat tah

    eknik Accid

    yang kebe

    lam penelitia

    engan ranca

    al dengan

    hun 2009

    dental

    etulan

    an ini

    angan

    n ()

    den sehingg

    menjadi 76 or

    ga jumlah sa

    rang.

    ampel

    31

  • C. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan Banten dan Waktu

    pelaksanaan penelitian dilaksanakan bulan Maret sampai dengan April Tahun 2010.

    D. Instrumen penelitian

    Instrumen pada penelitian ini adalah Form Food Recall untuk mengetahui kecukupan

    asupan gizi (konsumsi makanan/asupan makanan) dalam sehari (kecukupan energi,

    protein, karbohidrat dan zat-zat gizi lainnya seperti Vitamin A, B12, C). Food recall

    dipergunakan pada level individu, prosedur untuk melihat rata-rata asupan makanan tiap

    individu selama 24 atau 48 jam dengan interview. Kuantitas makanan biasanya dilihat

    dari pengukuran atau penggunaan ukuran rumah tangga.

    Prinsip dari metode food recall adalah dengan mencatat jenis dan jumlah makanan yang

    dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Perlu diketahui bahwa data yang diperoleh

    pada recall cenderung lebih bersifat kualitatif. Oleh sebab itu untuk mendapatkan data

    pengukuran kuantitatif, pengukuran dilakukan selama 48 jam tetapi tidak berturut-turut,

    yaitu dengan memberikan jeda atau selang hari, yaitu 1 hari setelah dilakukan

    pengukuran serta jumlah konsumsi makanan individu diukur dengan menggunakan URT

    (Sendok, gelas, piring, dll) atau ukuran lainnya yang di perlukan atau di pergunakan

    sehari-hari (Supariasa, 2002).

    32

  • Tabel 3.2 Form Food Recall

    Waktu

    makan

    Nama makanan

    yang dikonsumsi

    Jumlah yang

    dimakan

    Bahan

    Pagi

    Siang

    Sore

    E. Metoda Pengumpulan Data

    1. Data Primer

    Data yang di peroleh berdasarkan jawaban responden yaitu:

    a. Data mengenai ibu dan balita (umur, jenis kelamin, berat badan, alamat)

    b. Data mengenai jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi balita recall 2 x 24

    jam dilakukan melalui wawancara langsung kepada responden (ibu balita)

    dengan menanyakan seluruh makanan yang dimakan oleh anak balita hari

    33

  • kemarin selama 2 x 24 jam dari mulai bangun tidur pagi hari sampai menjelang

    tidur malam hari.

    2. Data Sekunder

    Data yang diperoleh mengenai gambaran umum lokasi penelitian (puskesmas Ciputat

    kota Tangerang Selatan tahun 2010) Data primer di peroleh dari metode food recall

    untuk mengetahui konsumsi makanan dan data sekunder diperoleh dari pihak

    puskesmas Ciputat melalui bagian tata usaha.

    F. Pengolahan Data

    Dalam proses pengolahan data peneliti mengunakan langkah-langkah pengolahan data

    diantaranya:

    Seluruh data yang terkumpul akan diolah melalui tahap-tahap sebagai berikut:

    1. Mengkode data (data coding)

    Proses pemberian kode kepada setiap variabel yang telah dikumpulkan untuk

    memudahkan dalam pengelolaan lebih lanjut.

    2. Menyunting data (data editing)

    Dilakukan untuk memeriksa kelengkapan dan kebenaran data seperti kelengkapan

    pengisian, kesalahan pengisian, konsistensi pengisian setiap jawaban kuesioner. Data

    ini merupakan data input utama untuk penelitian ini.

    3. Memasukkan data (data entry)

    Memasukkan data dalam program software komputer berdasarkan klasifikasi.

    4. Membersihkan data (data cleaning)

    34

  • 35

    Pengecekan kembali data yang telah dimasukkan untuk memastikan data tersebut

    tidak ada yang salah, sehingga dengan demikian data tersebut telah siap diolah dan

    dianalisis.

    G. Etika Penelitian

    Etika penelitian bertujuan untuk menjamin kerahasiaan identitas responden, melindungi

    dan menghormati hak responden dengan mengajukan surat pernyataan persetujuan

    (informed consent). Sebelum menandatangani surat persetujuan, peneliti menjelaskan

    judul penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan menjelaskan kepada responden

    bahwa penelitian tidak membahayakan bagi responden. Peneliti akan menjamin

    kerahasiaan identitas responden, dimana data yang diperoleh hanya akan digunakan

    untuk kepentingan penelitian dan apabila penelitian telah selesai maka data tersebut akan

    dimusnahkan.

    H. Analisa Data

    Analisa data menggunakan analisa univariat atau data secara deskriptif untuk melihat

    distribusi frekuensi. Analisa ini dilakukan dengan cara membuat tabel distribusi frekuensi

    kecukupan zat mikro (vitamin) dan zat makro (protein, karbohidrat, lemak, energi) dari

    hasil penelitian akan ditampilkan dalam bentuk distribusi, frekuensi dan prosentase

    namun tidak di lakukan uji statistik atau analisa bivariat.

  • BAB V

    HASIL PENELITIAN

    Hasil penelitian disajikan dalam bentuk analisa univariat yang menggambarkan

    distribusi frekuensi dari responden.

    A. Gambaran Tempat Penelitian

    1. Gambaran Umum

    Sejarah berdirinnya puskesmas ciputat berawal dari balai pengobatan yang

    dipimpin oleh H. Kamsari Kadri tamatan Sekolah Perawat RSUP Jakarta

    tahun 1935. Pada tahun 1950-1955, balai pengobatan ini semakin

    berkembang, pasien yang berobat bukan saja warga masyarakat kecamatan

    ciputat, akan tetapi dari serpong, pondok aren, pondok betung bahkan dari

    pondok pinang sampai masyarakat kemang, sebab pada waktu itu kedinasan

    Kesehatan masih bergabung dengan Kebayoran lama. Pada tahun 1956

    sampai dengan sekarang, setelah menjadi Puskemas ciputat, gedung, sarana

    dan prasarana bertambah lengkap begitu juga tenaga paramedik.

    Puskesmas ciputat terletak 6 km sebelah Utara Kota Tangerang Selatan.

    Luas wilayah kecamatan Ciputat kira-kira 13.311 Ha dengan sebagian besar

    berupa tanah darat/kering (93,64%) sisanya adalah tanah rawa/danau.

    Puskesmas ciputat merupakan salah satu dari 3 puskesmas yang ada di

    wilayah kecamatan ciputat. Letaknya berbatasan dengan:

    a. Sebelah Utara : Wilayah Kerja Puskesmas Kampung sawah

    36

  • b. Sebelah Selatan : Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang

    c. Sebelah Barat : Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang

    d. Sebelah Timur : Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Timur

    Puskesmas ciputat terletak di jalan Ki Hajar Dewantara No. 7 Kelurahan

    ciputat, Kecamatan ciputat, Kota Tangerang Selatan Propinsi Banten. Di

    bangun di atas tanah seluas 693 m2 dengan luas bangunan lebih kurang

    1200 m2 terdiri dari 2 lantai. Kegiatan pelayanan di pusatkan di lantai

    1sedangkan lantai 2 di fungsikan sebagai ruang pimpinan, staf, data dan

    ruang rapat. Di lantai 2 juga terdapat ruang pelayanan TB paru, klinik

    sanitasi dan laboratorium.

    Wilayah kerja puskesmas Ciputat terdiri dari 2 kelurahan yaitu kelurahan

    Ciputat dan kelurahan Cipayung.

    2. Sosial Ekonomi

    a. Tingkat pendapatan/mata pencaharian

    1) PNS/ABRI : 4026 (16,19%)

    2) Swasta : 763 (3,21%)

    3) Tani : 361(1,52%)

    4) Pedagang : 4028 (16,96%)

    5) Jasa : 829 (3,94%)

    6) Buruh : 3282(13,82%)

    7) Lain-lain : 2826 (11,9%)

    37

  • b. Tingkat Pendidikan

    1) SD/MI : 7799 Orang

    2) SLTP/MTs : 5436 Orang

    3) SLTA/SMA : 5567 Orang

    4) DIPLOMA : 3848 Orang

    5) UNIVERSITAS : 4761 Orang

    3. Visi dan misi Puskesmas Ciputat

    a. Visi

    Unggul dalam pelayanan kesehatan dasar tahun 2010

    b. Misi

    1) Meningkatkan sumber daya manusia Mewujudkan

    pelayanan prima

    2) Menggalang kemitraan dengan lintas programlintas

    sektoral dan swasta

    3) Mendorong kemandirian

    4. Program Pokok Puskesmas

    a. Program Kesehatan Dasar

    1) Promosi Kesehatan

    2) Kesehatan Lingkungan

    3) Kesehatan Ibu dan Anak

    4) Perbaikan Gizi

    38

  • b. Program Pengembangan Wajib

    1) Usaha Kesehatan Sekolah

    2) Lansia

    3) NAPZA

    c. Program Pengembangan Pilihan

    1) Kesehatan Jiwa

    2) UKGMD

    3) Laboratorium

    5. Sumber Daya Kesehatan

    a. Ketenagaan

    1) Dokter Umum PNS : 1 orang

    2) Dokter gigi PNS : 1 Orang

    3) Perawat gigi : 1 orang

    4) Perawat : 4 orang

    5) Bidan : 6 orang

    6) Tenaga Pelaksana Gizi : 1 orang

    7) Asisten Apoteker : 1 orang

    8) Tenaga Administrasi : 3 orang

    9) Pekarya Kesehatan :1 orang

    10) Tenaga honorer : 8 orang

    39

  • 6. Jumlah kasus dan data penyakit

    Penyakit yang mendominasi di Puskesmas Ciputat adalah penyakit

    menular dan penyakit menular langsung. Data yang di peroleh mengenai

    penyakit-peyakit di Puskesmas Ciputat seperti: DBD, di Kecamatan

    Ciputat yaitu sebanyak 59 kasus dengan rincian 13 kasus dari Kelurahan

    Ciputat dan 46 kasus dari Kelurahan Cipayung. Filariasis ditemukan

    sebanyak 5 orang penderita. TB (Tuberkolusa) sebanyak 56 jumlah TB

    klinis sedangkan untuk TB paru positif sebayak 45 pasien. Diare, terdapat

    967 kasus, 492 kasus ditemukan di Kelurahan Ciputat dan 475 kasus

    terdapat di Kelurahan Cipayung. Penyakit Kusta, penderita penyakit kusta

    ditemukan sebanyak 7 kasus. Pneumonia, kasus penyakit pneumonia yang

    ditemukan di Puskesmas Ciputat sebayak 919 kasus, 202 diantaranya

    adalah balita. Penyakit HIV/AIDS, kasus penyakit ini ditemukan

    berjumlah 3 kasus tetapi tiudak ada satupun kasus yang ditangani.

    Penyakit IMS, jumlah kasus IMS terdapat 109 kasus yang ditemukan di

    Puskesmas Ciputat.

    B. Analisa Univariat

    1. Kandungan Zat Gizi makanan

    Distribusi frekuensi asupan makanan (energi, protein, karbohidrat,

    lemak dan Vitamin) pada balita yang mengalami diare di Puskesmas

    Ciputat Kabupaten Tangerang tahun 2010 di peroleh hasil yang di

    sajikan dalam bentuk tabel

    40

  • a. Asupan Energi

    Tabel 3.2

    Distribusi frekuensi asupan energi pada balita yang mengalami diare

    di Puskesmas Ciputat (n=76)

    Kategori N %

    Kurang 76 100

    Baik 0 0

    Total 76 100

    Berdasarkan tabel, distribusi frekuensi asupan energi pada balita di

    puskesmas ciputat kabupaten Tangerang tahun 2010 yang mengalami

    diare adalah seluruh responden yaitu sebanyak 76 (100%) balita dalam

    kategori kurang dan 0 (0%) balita dalam kategori baik.

    b. Asupan Protein

    Tabel 4.1

    Distribusi frekuensi Asupan protein pada balita yang mengalami diare

    di Puskesmas Ciputat (n=76)

    Kategori n %

    Kurang 75 99

    Baik 1 1

    Total 76 100

    41

  • Berdasarkan tabel, distribusi frekuensi asupan protein pada balita di

    puskesmas ciputat tahun 2010 yang mengalami diare adalah seluruh

    responden yaitu sebanyak 75 (99%) balita dan 1 (1%) balita dalam

    kategori baik.

    c. Asupan Karbohidrat

    Tabel 4.2

    Distribusi frekuensi Asupan Karbohidrat pada balita yang mengalami

    diare di Puskesmas Ciputat (n=76)

    Kategori n %

    Kurang 76 100

    Baik 0 0

    Total 76 100

    Berdasarkan tabel, distribusi frekuensi asupan karbohidrat pada balita

    di puskesmas ciputat kabupaten Tangerang tahun 2010 yang

    mengalami diare yaitu sebanyak 76 (100%) balita dalam kategori

    kurang dan 0 (0%) balita dalam kategori baik.

    d. Asupan Lemak

    Tabel 5.1

    Distribusi frekuensi Asupan lemak pada balita yang mengalami diare

    di puskesmas ciputat (n=76)

    Kategori n %

    42

  • Kurang 75 99

    Baik 1 1

    Total 76 100

    Berdasarkan tabel, distribusi frekuensi asupan lemak pada balita di

    Puskesmas Ciputat tahun 2010 yang mengalami diare yaitu sebanyak

    75 (99%) dalam kategori kurang balita dan 1 (1%) balita dalam

    kategori baik.

    e. Asupan Vitamin A

    Tabel 5.2

    Distribusi frekuensi Asupan vitamin A pada balita yang mengalami

    diare di Puskesmas Ciputat (n=76)

    Kategori n %

    Kurang 72 95

    Baik 4 5

    Total 76 100

    Berdasarkan tabel, distribusi frekuensi asupan Vitamin A pada balita

    di Puskesmas Ciputat tahun 2010 yang mengalami diare yaitu

    sebanyak 72 (99%) balita dalam kategori kurang dan 4 (5%) balita

    dalam kategori baik.

    43

  • f. Asupan Vitamin B12

    Tabel 6.1

    Distribusi frekuensi Asupan vitamin B12 pada balita yang mengalami

    diare di Puskesmas Ciputat (n=76)

    Kategori n %

    Kurang 63 82

    Baik 13 18

    Total 76 100

    Berdasarkan tabel, distribusi frekuensi asupan Vitamin B pada balita

    di Puskesmas Ciputat tahun 2010 yang mengalami diare yaitu

    sebanyak 63 (82%) balita dalam kategori kurang dan 13 (18%) balita

    dalam kategori baik.

    g. Asupan Vitamin C

    Tabel 6.2

    Distribusi frekuensi Asupan vitamin C pada balita yang mengalami

    diare di Puskesmas Ciputat (n=76)

    Kategori N %

    Kurang 75 99

    Baik 1 1

    Total 76 100

    44

  • Berdasarkan tabel, distribusi frekuensi asupan Vitamin c pada balita di

    Puskesmas Ciputat tahun 2010 yang mengalami diare yaitu sebanyak 75

    (99%) balita dalam kategori kurang dan 1 (1%) balita dalam kategori

    baik.

    2. Gambaran Kandungan Zat Gizi makanan berdasarkan rata-rata

    konsumsi

    Kandungan zat gizi makanan adalah bahan-bahan dasar menurut ilmu

    gizi yang menyusun bahan makanan dan memiliki fungsi sebagai

    sumber energi atau tenaga untuk menunjang pertumbuhan badan,

    memelihara jaringan tubuh, serta mengatur metabolisme tubuh yang

    berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap penyakit

    (Achmad dalam Anis, 2006). Kandungan zat gizi makanan di bedakan

    menjadi dua kategori, zat gizi makro dan mikro. Yang termasuk zat gizi

    makro adalah energi, lemak, protein, dan karbohidrat. Sedangkan yang

    dimaksud dengan zat gizi mikro adalah vitamin dan mineral.

    a. Konsumsi Zat Makro

    Tabel 7.1

    Distribusi Frekuensi Rata-rata asupan zat gizi (asupan makanan) energi

    dan protein pada balita yang mengalami diare di Puskesmas Ciputat

    (n=76)

    45

  • Zat Gizi makro Rata-rata Min-Max

    Energi 117.225 Kkal 21 - 618.1 Kkal

    Protein 2.74 g 0.2 - 25.95 g

    Dari tabel diatas dapat dilihat rata-rata kandungan zat gizi yang

    dikonsumsi balita yang mengalami diare yaitu sebesar 117.225 Kkal

    untuk rata-rata energi dengan kisaran antara 21 kal dengan 618.1 kal.

    Sedangkan konsumsi protein rata-rata balita yang mengkonsumsi

    sebesar 2.74 g dengan kisaran rata-rata konsumsi minimum yaitu

    sebesar 0.2 g dan rata-rata konsumsi maksimum yaitu sebesar 25.95 g.

    Tabel 7.2

    Distribusi Frekuensi Rata-rata asupan zat gizi (asupan makanan)

    Karbohidrat dan Lemak pada balita yang mengalami diare di Puskesmas

    Ciputat (n=76)

    Zat Gizi makro Rata-rata Min-Max

    Karbohidrat 15.7 g 0 - 433 g

    Lemak 3.26 g 0 -154 g

    Dari tabel diatas dapat dilihat rata-rata kandungan zat gizi yang

    dikonsumsi balita yang mengalami diare yaitu sebesar 15.7 untuk rata-rata

    46

  • Karbohidrat dengan kisaran antara 0 kal dengan 433. Sedangkan konsumsi

    Lemak rata-rata balita yang mengkonsumsi sebesar 3.26 dengan kisaran

    rata-rata konsumsi minimum yaitu sebesar 0 dan rata-rata konsumsi

    maksimum yaitu sebesar 154.

    b. Konsumsi Zat Gizi Mikro (vitamin)

    Tabel 8.1

    Distribusi Frekuensi Rata-rata Kandungan vitamin pada balita yang

    mengalami diare di Puskesmas Ciputat (n=76)

    Vitamin Rata-rata Min - Max

    Vitamin A 71.01 RE 0 - 530 RE

    Vitamin B12 1.7 ug 0 -79.35 ug

    Vitamin C 6 mg 0 - 60.45 mg

    Dari keseluruhan responden rata-rata konsumsi vitamin (vit) adalah, vit C

    yaitu sebesar 6 mg dengan rata-rata konsumsi minimum sebesar 0 mg dan

    rata-rata konsumsi maksimum sebesar 60.45 mg. Untuk vitamin B12 rata-

    rata konsumsi yaitu sebesar 1.7 ug dengan rata-rata konsumsi minimum

    sebesar 0 mg dan rata-rata konsumsi maksimum sebesar 79.35. Sedangkan

    untuk rata-rata konsumsi vitamin A yaitu sebesar 71.01 RE dengan kisaran

    konsumsi 0 RE hingga 530 RE.

    47

  • 48

    3. Gambaran Asupan Gizi pada balita berdasarkan pengelompokan umur

    Tabel 8.2

    Asupan energi pada balita yang mengalami diare akut di Puskesmas

    Ciputat (n= 76)

    Umur n %

    0-6 bulan 6 8

    7-11 bulan 14 18.4

    1-3 tahun 53 69.7

    4-5 tahun 3 4

    Total 76 100

    Berdasarkan tabel diatas dapat di lihat asupan gizi yang kurang pada balita

    yang mengalami diare berdasarkan pengelompokan umur yang paling

    banyak terdapat pada umur 1-3 tahun yaitu 53 (69.7%) balita, 14 (18.4%)

    balita pada umur 7-11 bulan, 6 (8%) balita pada umur 0-6 bulan dan 3

    (4%) balita pada umur 4-6 tahun.

  • BAB VI

    PEMBAHASAN

    A. Keterbatasan Penelitian

    1. Kuantitas dan kualitas data yang dikumpulkan

    Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan populasi balita (Ibu

    balita yang mempunyai balita dengan keluhan diare) yang datang

    berkunjung di Puskesmas Ciputat dengan keluhan diare atau sedang

    mengalami diare dengan cara pengambilan sampel aksidental sampling

    yaitu siapa saja yang bertemu langsung dijadikan sampel dengan kriteria

    balita tersebut sedang mengalami diare akut, ibu balita bersedia dijadikan

    responden, serta dapat membaca dan menulis dengan jumlah 76 responden.

    Sehingga data yang terkumpul tersebut dapat mewakili populasi puskesmas

    ciputat Kota Tangerang Selatan.

    Keterbatasan penelitian:

    a. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini hanya pada asupan gizi

    (asupan makanan).

    b. Variabel asupan gizi (asupan makanan) hanya menggunakan frekuensi

    makan sehingga kurang mencerminkan kualitas makanan balita yang

    mengalami diare..

    c. Hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan secara luas dan hanya

    terbatas pada tempat lokasi penelitian.

    50

  • B. Tehnik pengumpulan dan pengolahan data

    Metode penelitian yang digunakan adalah metode food recall 24 hours. Prinsip

    dari metode food recall 24 hours dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah

    bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam lalu. Responden (ibu

    balita) atau yang mengasuh disuruh menceritakan semua yang dimakan dan

    diminum selama 24 jam yang lalu (kemarin). Biasanya dimulai sejak bangun

    pagi kemarin sampai tidur malam harinya. Untuk mendapatkan data yang

    kuantitatif maka jumlah konsumsi makanan individu dinyatakan secara teliti

    dengan menggunakan alat Ukuran Rumah Tangga (URT) atau ukuran lainnya

    yang biasa dipergunakan.

    Langkah-langkah pelaksanaan recall 24 jam yaitu: Pewawancara menanyakan

    kembali dan mencatat semua makanan dan minuman yang dikonsumsi

    responden dalam URT selama kurun waktu 24 jam. Kemudian dikonversi dari

    URT kedalam ukuran berat (gram), Kemudian menganalisis bahan makanan ke

    dalam zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Makanan (DKBM),

    Selanjutnya membandingkan dengan Daftar Kecukupan Gizi yang dianjurkan

    (DKGA) atau Angka Kecukupan Gizi (AKG).

    Walaupun dengan metode ini di dapat hasil konsumsi makanan secara

    kuantitatif tetapi metode ini juga dapat menimbulkan adanya bias pada hasil

    penelitian yang diperoleh. Daya ingat merupakan parameter ketepatan pada

    metode food recall. Ada kecenderungan bagi responden melebihkan atau

    mengurangi porsi makanannya dalam melaporkan konsumsi makanan pada

    balitanya.

    51

  • C. Analisa Univariat

    1. Gambaran Kandungan Zat Gizi makanan

    a. Konsumsi Zat Makro balita yang mengalami diare akut

    Dari hasil analisis di dapat jumlah rata-rata konsumsi energi secara

    keseluruhan pada balita sebesar 117.225 Kkal dengan kisaran 21-618.1

    Kkal per hari dan protein sebesar 2.74 gr dengan kisaran 0.2-25.95 gr

    per hari. Dari hasil kisaran konsumsi energi dan protein dikatan

    kurang, menurut Ngastiyah bahwa kebutuhan energi pada saat diare

    balita harus memerlukan/ditambahkan sebanyak 30% dari angka

    normal yaitu 550 Kkal-1550 Kkal. Sedangkan untuk protein juga

    dinaikan, protein yang di perlukan anak balita umumnya adalah 2.5 g/

    kg BB/ hari perlu ditambah menjadi 3-4 g/ kg BB/hari. Di banding

    dengan penelitian Endah Sriyani mengenai hubungan asupan energi

    dan protein pada balita di wilayah bandung, di Puskesmas Ciputat

    asupan energi dan protein lebih rendah jika dibandingkan dengan

    konsumsi energi dan protein pada balita di wilayah Bandung (Cililin).

    b. Konsumsi Zat Mikro (Vitamin) balita yang mengalami diare akut

    Sebagian besar diantara vitamin-vitamin yang di teliti konsumsi rata-

    ratanya kurang dari AKG untuk kecukupan zat gizinya yaitu vitamin

    A, B dan C. Pada vitamin A rata-rata konsumsi balita adalah sebesar

    71.01 RE, dengan kisaran 0 530 RE berdasarkan AKG kecukupan

    vitamin A perhari yang harus dipenuhi adalah sebesar 375 - 450 RE,

    52

  • untuk vitamin B rata-rata konsumsi balita yaitu sebesar 1,7 ug dengan

    kisaran 0 79.35 ug sedangkan untuk vitamin C rata-rata konsumsi

    adalah sebesar 6 mg dengan kisaran 0 60.45 mg. Berdasarkan AKG

    kecukupan vitamin B dan C per hari yang harus dipenuhi adalah

    sebesar 0.4 0.9 ug untuk vitamin B. Untuk vitamin C yaitu sebesar 4

    45 mg.

    Pada saat diare tubuh tidak cukup mendapat zat-zat gizi maka akan

    mengalami gangguan dan hambatan oleh karena itu asupan makanan

    saat balita diare sangat dibutuhkan oleh tubuh guna menghindari

    gangguan yang lebih lanjut dalam mekanisme pertahanan tubuh dan

    metabolisme serta akan mengarah ke keadaan status gizinya.

    2. Gambaran kandungan zat gizi makanan balita berdasarkan rata-rata

    konsumsi sehari

    Untuk asupan vitamin, Jumlah balita yang kurang yaitu sebanyak 95

    % (71.01 RE. jumlah rata-rata per hari yang di konsumsi) dari

    jumlah balita yang di teliti dan hanya 5 % balita yang mencukupi

    asupan vitamin untuk vitamin A. Sementara untuk vitamin B dan C

    sebanyak 82 % (1,7 ug, jumlah rata-rata per hari yang dikonsumsi)

    dan 99 % (6 mg, jumlah rata-rata yang dikonsumsi per hari),

    kekurangan vitamin B jarang terjadi karena dalam makanan, akan

    tetapi sebagian besar akibat dari penyakit saluran cerna atau pada

    gangguan absorpsi dan transportasi sehingga menyebabkan

    53

  • jumlahnya berkurang. Jumlah balita dengan asupan energi, protein,

    karbohidrat dan lemak yang kurang adalah hampir keseluruhan dari

    jumlah balita. Jumlah balita mengenai gambaran konsumsi makanan

    sehari, semua merupakan rata-rata sangat rendah dari angka

    kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan. Ini berarti semua balita

    yang mengalami diare di Puskesmas Ciputat mengalami kekurangan

    energi, protein dan zat makro lainnya. Bila hal ini di biarkan

    berlanjut maka dapat mempengaruhi status gizi, biaya kesehatan dan

    kualitas hidup balita tersebut.

    3. Gambaran asupan gizi pada balita berdasarkan pengelompokan umur

    Jumlah asupan gizi pada balita berdasarkan penglompokan umur,

    asupan makanan pada balita yang mengalami diare rata-rata

    keseluruhan adalah kurang. Balita dengan umur 0-6 bulan

    berjumlah 6 orang dengan presentase sebesar 7.89 %, untuk umur

    7-11 bulan berjumlah 14 orang dengan presentae 18.4 % sedangkan

    untuk umur 4-6 tahun berjumlah 3 orang dengan presentase 3.94 %

    dan untuk umur 1-3 tahun berjumlah 53 balita dengan presentase

    69.7 %. Pada umur 1-3 tahun presentase dan jumlah balita yang

    mengalami diare merupakan presentase paling tinggi diantara

    jumlah balita umur 0-6 bulan, 7-11 bulan dan 4-6 tahun.

    Dari hasil di atas dapat di lihat bahwa jumlah asupan zat-zat gizi

    pada balita yang mengalami diare adalah kurang, akibat dari

    kekurangan zat gizi di dalam tubuh, maka simpanan zat gizi pada

    54

  • 55

    tubuh di gunakan untuk memenuhi kebutuhan serta memperbaiki

    jaringan yang rusak. Dengan meningkatnya defisiensi zat gizi maka

    akan muncul perubahan biokimiawi dan rendahnya zat-zat gizi

    dalam tubuh. Apabila keadaan ini berlasung lama, maka akan

    terjadi perubahan fungsi tubuh dan akhirnya akan menderita

    malnutrisi pada balita yang diare dan mempengaruhinya status

    gizinya. Secara harfiah balita/ anak dibawah lima tahun adalah anak

    usia kurang dari lima tahun balita memiliki kebutuhan gizi yang

    berbeda mereka butuh lebih banyak bahan makanan sumber energi,

    seperti protein, karbohidrat, lemak serta vitamin dan mineral.

  • BAB VII

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijabarkan pada bab

    sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat ditarik dalam penelitian ini adalah

    sebagai berikut.

    1. Rata rata umur responden dalam penelitian ini adalah 1 3 tahun

    yang terserang diare dengan umur temuda 3 bulan dan umur tertua 4

    tahun

    2. Asupan gizi (asupan makanan) pada balita yang mengalami diare di

    puskesmas ciputat untuk semua rata-rata kurang dan tidak sesuai

    dengan AKG (angka kecukupan gizi)

    3. Asupan gizi (asupan makanan) pada balita yang mengalami diare di

    puskesmas ciputat untuk semua konsumsi energi, protein, vitamin,

    karbohidrat dan lemak tidak sesuai dengan AKG (angka kecukupan

    gizi)

    B. Saran

    1. Perlu diadakannya konseling kepada ibu balita mengenai masalah

    asupan gizi pada balita yang mengalami diare sehingga asupan gizi

    dapat mencukupi sekalipun balita tersebut sedang menderita diare.

    56

  • 57

    2. Mengadakan pendidikan dan penyuluhan gizi kepada para ibu balita

    untuk mengetahui kegunaan dan manfaat gizi bagi kelangsungan hidup

    serta asupan gizi yang baik.

    3. Penyediaan Sumber Daya yang mengandung terselenggaranya

    pelayanan kesehatan gizi pada balita yang mengalami diare.

  • no R1 r2 rata AKG kategori1 590.4 276 433.2 550 kurang2 110.3 193 151.653 402 834.2 618.14 237 348.2 292.65 80.2 390 235.16 190.8 99.2 1457 586.6 390 488.38 120 60 909 178 118 148

    10 390 390 39011 476 124.6 300.312 36 60 4813 142.2 178 160.114 142.2 55 98.615 96 96 9616 120 60 9017 120 120 12018 65 65 6519 8.9 17.8 13.3520 17.8 8.921 130 6522 17.8 8.923 36 142.8 89.424 142.8 142.8 142.825 178 37.1 107.5526 24 65 44.527 838.2 85.8 46228 53.4 89 71.229 178 48 11330 35.6 17.831 142.8 142.8 142.832 65 65 6533 89 36 62.534 87.5 87.5 87.535 229 142.8 185.936 153.1 153.1 153.137 148.8 65 106.938 65 65 6539 25.9 162.1 9440 23 30 26.5

    53.4 30 41.741 89 65 7742 65 65 6543 53.4 105 79.244 13.8 137.4 75.645 53.4 26.746 89 11.5 50.2547 137.4 68.748 35.6 17.849 42 2150 178 89

  • 51 178 8952 35.6 17.853 35.6 35.6 35.654 53.4 26.755 60 60 6056 49.6 9.2 29.457 65 65 6558 53.4 94.4 73.959 231.4 142.8 187.160 174.4 160 167.261 96 30 6362 36 142.8 89.463 106.8 53.464 53.4 12 32.765 65 65 6566 65 65 6567 65 65 6568 200 65 132.569 48 202.7 125.3570 60 60 6071 53.4 40.5 46.9572 89 476 282.573 65 65 6574 285.6 285.6 285.675 190.4 190.4 190.476 0

    BAB IF. Ruang Lingkup Penelitian

    REVISI BAB II HILYABAB II

    REVISI BAB IIIREVISI BAB IV HILYAMETODE PENELITIAN

    REVISI BAB V HILYAREVISI BAB VIREVISI BAB VIIPERHITUNGAN ASUPAN GIZIAKG