Wardatul Washilah - fkik.pdf

74
HUBUNGAN LAMA MENDERITA DIABETES DENGAN PENGETAHUAN PENCEGAHAN ULKUS DIABETIK DI PUSKESMAS CIPUTAT TAHUN 2013 Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) Oleh: Wardatul Washilah 108104000054 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M

Transcript of Wardatul Washilah - fkik.pdf

  • HUBUNGAN LAMA MENDERITA DIABETES DENGAN PENGETAHUAN PENCEGAHAN ULKUS

    DIABETIK DI PUSKESMAS CIPUTAT TAHUN 2013

    Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

    Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

    Oleh: Wardatul Washilah

    108104000054

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    1435 H/2014 M

  • iv

    LEMBAR PERNYATAAN

    Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :

    Nama : Wardatul Washilah

    NIM : 108104000054

    Mahasiswa Program : Ilmu Keperawatan

    Tahun Akademik : 2008

    Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan skripsi saya yang

    berjudul :

    HUBUNGAN LAMA MENDERITA DIABETES DENGAN PENGETAHUAN PENCEGAHAN ULKUS DIABETIK DI PUSKESMAS CIPUTAT TAHUN 2013 Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya akan menerima

    sangsi yang telah ditetapkan.

    Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

    Jakarta, 20 Juni 2012

    Wardatul Washilah

  • v

    RIWAYAT HIDUP

    Nama : Wardatul Washilah

    Tempat/Tanggal Lahir : Probolinggo, 11 Mei 1991

    Agama : Islam

    Alamat : Desa Brani Kulon RT 06/02, Kec. Maron, Probolinggo Jawa Timur

    Telepon/Hp : 085310831188

    Email : [email protected]

    Riwayat Pendidikan :

    1. RA Al-Kholafiah (1995-1996)

    2. MIN Brani Kulon (1996-2002)

    3. SLTP Nurul Jadid Paiton (2002-2005)

    4. SMA Unggulan Haf-Sa Genggong (2005-2008)

    5. S-1 Keperawatan

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2008-2012)

  • vi

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan Rahmat,

    Taufik, Hidayah serta Rizqi-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal Skripsi ini.

    Sholawat serta salam senantiasa peneliti limpahkan kehadirat Nabi Muhammad SAW,

    pembawa syariahnya bagi semua manusia dalam setiap waktu dan tempat sampai akhir zaman. Atas rahmat dan karunia-Nya yang Maha besar sehingga peneliti dapat

    menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul Hubungan Lama Menderita Diabetes

    Melitus dengan Pengetahuan Pencegahan Ulkus Diabetik Di Puskesmas Ciputat Tahun

    2013.

    Dalam menyelesaikan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang peneliti

    jumpai, namun Syukur Alhamdulillah berkat rahmat dan Hidayah-Nya dan kesungguhan

    yang disertai bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik langsung maupun tidak

    langsung, segala kesulitan dapat diatasi dengan sebaik-baiknya yang pada akhirnya proposal

    skripsi ini dapat diselesaikan.

    Oleh sebab itu sudah sepantasnyalah pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan

    terimakasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada:

    1. Allah SWT yang telah memberikan hamba kesempatan untuk terus belajar di bangku

    kuliah.

    2. Prof. Dr (hc). dr. M.K. Tajudin, Sp.And dan Drs. H. Ahmad Gholib, MA, selaku

    dekan dan pembantu dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

    Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

  • vii

    3. Bapak Waras Budi Utomo, S.Kep., M.Kes. dan Ibu Ns. Eni Nuraini Agustini, S.Kep.,

    M.Sc., selaku ketua Program Studi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas

    Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

    dan dosen pembimbing, dengan ketulusan hati saya mengucapkan banyak

    terimakasih.

    4. Bapak Jamaludin, S.Kep, M.Kep., selaku dosen pembimbing skripsi, yang selama ini

    telah meluangkan waktunya selama membimbing peneliti dengan ketulusan hati

    mengucapkan terimakasih atas bimbingannya.

    5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen atau Staf Pengajar, pada lingkungan Program Studi

    Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

    Syarif Hidayatullah Jakarta.

    6. Segenap Jajaran Staf dan Karyawan Akademik dan Perpustakaan Fakultas

    Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    7. Kepala Puskesmas dan Seluruh Jajaran Staf Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan,

    yang telah memberikan kesempatan bagi peneliti untuk pengambilan data dan

    penelitian. Sebagai bahan rujukan Proposal Skripsi.

    8. Kementerian Agama RI yang telah membiayai perkuliahan selama saya kuliah sampai

    sekarang, saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya.

    9. Ucapan terimakasih peneliti haturkan kepada Ibunda tersayang Sitrowati dan Ayahanda yang terhormat Hamid yang senantiasa memberikan dukungan penuh berupa Nasehat yang memotivasi dan Doa yang selalu mengiringi setiap langkahku sehingga peneliti dapat menyelesaikan pendidikan pada jenjang perguruan tinggi.

  • Viii

    10. Adikku tersayang Qotrun Nada Alawiyah yang turut mendoakan dan menjadi motivator peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

    11. Terimakasih penulis ucapkan pada oppa yang sangat membantu dan mendukung penulis sampai penyelesaian skripsi ini. Terimakasih selalu mendampingi setiap

    tahap penelitian yang penulis lakukan.

    12. Teman- teman seperjuangan Program Studi Ilmu Keperawatan yang tidak dapat

    peneliti sebutkan satu persatu. Terimakasih atas dukungan, semangat, kenangan

    dan kebersamaan yang indah selama ini.

    13. Teman-teman, kakak-kakak dan adik-adik CSS MoRA yang super, yang telah

    banyak menginspirasi dan memotivasi peneliti.

    Akhir kata peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga

    peneliti dapat memperbaiki skripsi ini. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat

    bermanfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi pembaca yang

    mempergunakannya terutama untuk kemajuan proses pendidikan selanjutnya.

    Jakarta, 20 Juni 2012

    Wardatul Washilah

  • ix

    DAFTAR ISI

    LEMBAR PERSETUJUAN . i

    LEMBAR PENGESAHAN .. ii

    LEMBAR PERNYATAAN ... iv

    RIWAYAT HIDUP . .. v

    KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi

    DAFTAR ISI ... ix

    DAFTAR TABEL ..... xii

    DAFTAR BAGAN ....... xiii

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ xiv

    ABSTRAK ..................................................................................................................... xv

    ABSTRACT .................................................................................................................. xvi

    BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

    A. Latar Belakang . 1 B. Rumusan masalah .................................................................................................. 5 C. Tujuan Penelitian .................................................................................................. 5

    1. Tujuan Umum ................................................................................................. 5 2. Tujuan Khusus ................................................................................................ 5

    D. Manfaat Hasil Penelitian ....................................................................................... 6 1. Bagi Pendidikan Keperawatan ........................................................................ 6 2. Bagi Masyarakat ............................................................................................. 6 3. Bagi Institusi ................................................................................................... 6 4. Bagi Peneliti Selanjutnya ................................................................................ 6

  • x

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 7

    A. Pengetahuan .......................................................................................................... 7

    1. Definisi ........................................................................................................... 7

    2. Tingkat Pengetahuan ..................................................................................... 7

    3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ...................................................... 8

    4. Pengukuran Pengetahuan .............................................................................. 10

    B. Ulkus Diabetik .................................................................................................... 11 1. Definisi ......................................................................................................... 13 2. Klasifikasi Ulkus Diabetik ............................................................................ 15 3. Tanda dan Gejala Ulkus Diabetik ................................................................. 17 4. Prenatalaksanaan .......................................................................................... 17

    C. Pencegahan Ulkus Diabetik ................................................................................ 18 D. Penelitian Terkait ................................................................................................ 20

    E. Kerangka Teori .................................................................................................... 22

    BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN ........................ 22

    A. Kerangka Konsep ................................................................................................ 23 B. Definisi Operasional ............................................................................................ 24 C. Hipotesis .............................................................................................................. 24

    BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ..................................................................... 25

    A. Desain Penelitian ................................................................................................ 25 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................... 25 C. Populasi dan Sampel ........................................................................................... 26 D. Instrument Penelitian ........................................................................................... 27

    E. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen ............................................................... 28 F. Pengolahan Data .................................................................................................. 29 G. Analisis Statistik .................................................................................................. 30 H. Etika Penelitian ................................................................................................... 31

    BAB V HASIL PENELITIAN ...................................................................................... 32

  • xi

    A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................................... 33 B. Analisa Univariat ................................................................................................. 35 C. Analisa Bivariat ................................................................................................... 40

    BAB VI PEMBAHASAN ............................................................................................... 41

    A. Pembahasan Variabel .......................................................................................... 42 B. Keterbatasan Penelitian ....................................................................................... 43

    BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 45

    A. Simpulan ............................................................................................................. 45 B. Saran ................................................................................................................... 45

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • xii

    DAFTAR TABEL

    No. tabel Tabel 3.1 Definisi Operasional Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Lama Menderita Diabetes Melitus pada pasien di

    Puskesmas Ciputat 2012 Tabel 5.2 Distribusi frekuensi pengetahuan pasien DM tentang pencegahan Ulkus

    Diabetik di Puskesmas Ciputat Tabel 5.3 Distribusi Prosentase Jawaban Tentang Pengetahuan Pencegahan Ulkus

    Diabetik Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Hubungan Antara Lama Menderita Diabetes Melitus

    dengan Pengetahuan Pencegahan Ulkus Diabetik pada Pasien Diabetes Melitus di Puskesmas Ciputat tahun 2012

  • xiii

    DAFTAR BAGAN

    No Bagan

    Bagan 2.1 Kerangka Teori

    Bagan 3.1 Kerangka Konsep

  • xiv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran

    1. Informed consent 2. Kuesioner

    3. Output hasil uji validitas reliabilitas instrumen 4. Output hasil analisa inivariat dan bivariat 5. Grafik Scatterplot

  • xv

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN Skripsi, Januari, 2013

    Wardatul Washilah, NIM :108104000054

    Hubungan Lama Menderita Diabetes Melitus dengan Pengetahuan Pencegahan Ulkus Diabetik di Puskesmas Ciputat Tahun 2013

    xvii + 47 halaman + 5 tabel + 2 bagan + 5 lampiran

    ABSTRAK

    Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit menahun yang akan diderita seumur hidup. Dalam pengelolaan penyakit tersebut, selain tenaga kesehatan, peran pasien dan keluarga sangat penting. Penderita DM beresiko 29 kali untuk terjadi ulkus diabetika. Sehingga pengetahuan pasien DM tentang pencegahan ulkus diabetik menjadi sangat penting. Ulkus diabetik adalah infeksi, ulserasi yang berhubungan dengan neuropati dan penyakit vaskuler perifer pada tungkai bawah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan lama menderita DM dengan pengetahuan pencegahan ulkus diabetik. Desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen. Sampel yang dipilih dengan insidental sampling akan mengisi kuesioner dan evaluasi hasil penelitian dilakukan dengan melihat skor atau jumlah nilai benar dibandingkan untuk menilai pengetahuan dengan lamanya pasien menderita DM.Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara lama menderita DM dengan pengetahuan pencegahan ulkus diabetik. Dengan nilai p = 0,061. Analisis bivariat dengan Regresi Linier Sederhana didapatkan nilai slope 0,847. Hal ini berarti setiap perubahan satu satuan dari lama menderita Diabetes Melitus akan diikuti perubahan Pengetahuan Pencegahan Ulkus Diabetik sebesar 0,847. Prosentase pengetahuan pasien DM yang menjawab benar semua pertanyaan dalam kuesioner hanya 6,7%.

    Kata Kunci : Lama Menderita DM, Pengetahuan Pencegahan Ulkus Diabetik,

    Daftar bacaan 24 (2002-2013)

  • xvi

    FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE

    SCHOOL OF NURSING

    ISLAMIC STATE UNIVERSITY (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Undergraduates Thesis, January 2013

    Wardatul Washilah, NIM :108104000054

    Relationship Between the Long-Suffering Diabetes With Diabetic Ulcer Prevention Knowledge in Year 2013

    xvii + 47 pages + 5 tables + 2 charts + 5 attachments

    ABSTRACT

    Diabetes mellitus (DM) is a chronic disease that will suffer for life. In the management of the disease, in addition to health, the role of the patient and family is essential. Diabetics are at risk of going 29 times for diabetic ulcers. So knowledge about the prevention of diabetic ulcers are very important. Diabetic ulcers are infection, ulceration associated with neuropathy and peripheral vascular disease in the lower limbs. This study aims to look at the relationship long-suffering diabetes with diabetic ulcer prevention knowledge. The design of this study is Cross Sectional Study using the questionnaire as an instrument. Samples were selected by incidental sampling will fill out a questionnaire and evaluation of the results of research carried out by looking at the score or the number of true value compared to assess the knowledge of the length of patients suffering DM.result showed that there was no link between long suffered from diabetes mellitus with diabetic ulcer prevention knowledge. With a value of p = 0.061. Bivariate analysis with Simple Linear Regression slope values obtained 0.847. This means that any change in one unit of the long-suffering Diabetes Mellitus will be followed by changes in Diabetic Ulcer Prevention Knowledge of 0.847. The percentage of patients' knowledge of diabetes who answered correctly all the questions in the questionnaire only 6.7%.

    Keywords: Long Suffering DM, Diabetic Ulcer Prevention Knowledge,

    Reading list of 24 (2002-2013)

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Sistem kesehatan nasional menyatakan bahwa segala upaya dalam

    pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk mencapai derajat

    kesehatan yang lebih tinggi yang memungkinkan orang hidup lebih produktif

    baik sosial maupun ekonomi. Meningkatnya status sosial ekonomi, pelayanan

    kesehatan masyarakat, perubahan gaya hidup, bertambahnya umur harapan

    hidup, maka indonesia mengalami pergeseran pola penyakit dari penyakit

    menular menjadi penyakit tidak menular, hal ini dikenal dengan transisi

    epidemiologi. Kecenderungan meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular

    salah satunya adalah Diabetes Mellitus (Hastuti, 2008).

    Diabetes Melitus (DM) disebut juga The Great Imitator karena dapat

    mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai keluhan (Suyono,

    2005). DM merupakan penyakit menahun yang akan diderita seumur hidup.

    Dalam pengelolaan penyakit tersebut, selain dokter, perawat, ahli gizi dan

    tenaga kesehatan lain, peran pasien dan keluarga menjadi sangat penting.

    Edukasi kepada pasien dan keluarganya guna memahami lebih jauh tentang

    perjalanan penyakit DM, pencegahan, penyulit DM dan penatalaksanaannya

  • 2

    akan sangat membantu meningkatkan keikutsertaan mereka dalam usaha

    memperbaiki usaha hasil pengelolaan (PERKENI, 2006) .

    Menurut survei yang dilakukan oleh organisasi kesehatan dunia (WHO)

    jumlah penderita DM di Indonesia pada tahun 2000 terdapat 8.4 juta orang,

    jumlah tersebut menempati urutan ke-4 dunia, sedangkan urutan di atasnya

    adalah india (31.7juta ), Cina(42.3 juta), Amerika Serikat (30.3 juta) dan

    Indonesia (21.3 juta). Jumlah penderita Diabetes melitus tahun 2000 di dunia

    termasuk Indonesia tercatat 175.4 juta orang, dan diperkirakan tahun 2020

    menjadi 300 juta orang dan 2030 menjadi 366 juta orang (Soegondo, 2008).

    Di Indonesia berdasarkan penelitian epidemiologis secara epidemiologi,

    diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi Diabetes Melitus (DM) di

    Indonesia mencapai 21,3 juta orang (Diabetes Care, 2004). Sedangkan hasil

    Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa proporsi

    penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah

    perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%, dan daerah pedesaan, DM

    menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8% (Kemenkes, 2007).

    DM dibandingkan dengan non DM mempunyai kecenderungan dua kali

    lebih mudah mengalami trombosis serebral. Komplikasi menahun DM di

    Indonesia untuk terjadinya ulkus diabetika sebanyak 15% (Soegondo, 2008).

    Penderita DM beresiko 29 kali terjadi ulkus diabetika. Ulkus diabetika

    merupakan luka terbuka pada permukaan kulit yang disebabkan adanya

    makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insufisiensi dan neuropati. Ulkus

  • 3

    diabetika mudah sekali menjadi infeksi karena masuknya kuman atau bakteri

    dan adanya gula darah yang tinggi menjadi tempat strategis untuk pertumbuhan

    kuman (Riyanto, 2007 dalam Hastuti, 2008)

    Ulkus diabetik merupakan luka dengan angka kejadian paling sering

    muncul dibandingkan tukak lain dari keseluruhan pasien yang mengalami

    tukak. Dari 202 pasien yang mengalami tukak, 184 di antaranya merupakan

    pasien tukak diabetik. Sementara, sisanya adalah tukak dekubitus, tukak vena,

    dan tukak arteri (Divisi Bedah Vaskular Fakultas Kedokteran Universitas

    Indonesia, 2009).

    Ulkus diabetik terutama terjadi pada penderita DM yang telah menderita 10

    tahun atau lebih, apabila kadar glukosa darah tidak terkendali, karena akan

    muncul komplikasi yang berhubungan dengan vaskuler sehingga mengalami

    makroangiopati-mikroangiopati yang akan terjadi vaskulopati dan neuropati

    yang mengakibatkan menurunnya sirkulasi darah dan adanya robekan/luka

    pada kaki Penderita diabetik yang sering tidak dirasakan (Hastuti, 2008)

    Penelitian di USA oleh Boyko (1999) pada 749 penderita DM dengan hasil

    bahwa lama menderita DM 10 tahun merupakan faktor risiko terjadinya ulkus diabetika dengan RR-nya sebesar 3 (95 % CI : 1,2 6,9) (Hastuti, 2008).

    Ulkus diabetika jika tidak segera mendapatkan pengobatan dan perawatan

    maka akan meningkatkan resiko infeksi yang dalam keadaan lebih lanjut

    memerlukan tindakan amputasi (Misnadiarly, 2006 dalam Hastuti, 2008). Di

    RSCM tahun 2003, masalah ulkus diabetika merupakan masalah serius,

    sebagian besar penderita DM dirawat katena mengalami ulkus diabetika.

  • 4

    Angka kematian dan angka amputasi cukup tinggi, masing-masing sebesar

    32.5% dan 23.5% penderita DM paska amputasi sebanyak 14.3% akan

    meninggal dalam setahun dan 37% akan meninggal dalam 3 tahun (PERKENI,

    2006).

    Ulkus diabetik merupakan komplikasi DM yang dapat dicegah atau

    diminimalkan kejadiannya. Hal ini dapat dilakukan dengan pencegahan ulkus

    diabetik, seperti perawatan kaki dan pemakaian alas kaki yang tepat. Sehingga

    pengetahuan pencegahan ulkus menjadi sangat penting. Pengetahuan

    merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan

    penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui

    panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa

    dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

    telinga ( Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan pasien tentang perawatan DM

    diperoleh 53,1% pengetahuan pasien kurang (Saputra, 2011).

    Pasien dengan ulkus diabetik dan yang berisiko tinggi harus diajarkan

    mengenai faktor risiko dan manajemen yang tepat. Pasien yang beresiko harus

    memahami implikasi dari hilangnya sensasi protektif, pentingnya pemeriksaan

    kaki setiap hari, perawatan yang tepat pada kaki, termasuk kuku dan perawatan

    kulit,dan pemilihan alas kaki yang sesuai. Untuk mengontrol komplikasi ulkus

    diabetik, pengetahuan pasien dan praktek dapat berkontribusi untuk mencegah

    ulkus diabetik (Pollock, Unwin, & Connolly, 2003). Menurut penelitian Sayeed

    (2005), perawatan kaki dapat menurunkan masalah kaki sebesar 40% pada

    pasien Diabetes melitus.

  • 5

    B. Rumusan masalah

    Meningkatnya penderita DM yang berisiko tinggi terjadi ulkus semakin

    meningkat setiap tahunnya. Lama menderita Diabetes melitus merupakan

    faktor resiko terjadinya ulkus diabetik. Terjadinya ulkus diabetik dapat dicegah

    dengan perawatan kaki yang baik dan pemilihan sepatu yang tepat. Pencegahan

    ini dapat dilakukan jika pengetahuan pasien memadai. Menurut Notoatmodjo

    pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman (lamanya menderita Diabetes),

    sehingga dalam penelitian ini peneliti ingin melihat seberapa erat hubungan

    lama menderita Diabetes Melitus dengan pengetahuan pencegahan ulkus

    diabetik.

    C. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan umum

    Mengetahui hubungan antara lama menderita diabetes dengan

    pengetahuan pasien tentang pencegahan ulkus diabetik.

    2. Tujuan khusus

    a. Melihat lama menderita Diabetes Melitus

    b. Mengetahui tingkat pengetahuan tentang pencegahan ulkus

    diabetik

    c. Mengetahui hubungan lama menderita diabetes dengan tingkat

    pengetahuan pasien tentang pencegahan ulkus diabetik

  • 6

    D. Manfaat Penelitian

    1. Institusi

    Untuk memberikan informasi bahwa penderita ulkus diabetik yang

    lama dan yang baru pengetahuannya tentang pencegahan ulkus

    diabetik sama atau berbeda. Sehingga institusi dapat membuat program

    lebih baik agar peningkatan pengetahuan ini dapat tercapai.

    2. Masyarakat

    Mengetahui pentingnya pengetahuan pencegahan ulkus diabetik.

    Sehingga masyarakat akan mempunyai keinginan untunk mengetahui

    lebih banyak tentang pencegahan ulkus diabetik ini.

    3. Peneliti

    Sebagai bahan masukan untuk peneliti berikutnya.

    4. Ilmu Pengetahuan

    Sebagai bahan kepustakaan tentang hubungan lama menderita terhadap

    pengetahuan pasien DM terhadap pencegahan ulkus diabetik.

  • 7

    BAB II

    TINJAUAN TEORI

    A. Pengetahuan

    1. Pengertian pengetahuan

    Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang

    melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan ini terjadi

    melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

    rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

    telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

    perilaku seseorang ( Notoatmodjo, 2007).

    Menurut Bloom dan skinner (2003), pengetahuan adalah kemampuan seseorang

    untuk mengungkapkan kembali apa yang diketahuinya dalam bentuk bukti jawaban

    baik lisan ataupun tulisan. Jawaban tersebut merupakan suatu reaksi dari suatu

    stimulasi yang berupa pertanyaan baik lisan ataupun tulisan.

    2. Tingkat pengetahuan dalam kognitif

    a). Tahu berarti mengingat suatu materi yang telah dipelajari atau rangsangan

    yang sudah diterima sebelumnya. Tahu merupakan tingkat pengetahuan

    yang paling rendah.

    b). Memahami berarti mampu menjelaskan secara benar tentang objek yan

    diketahuinya dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

    c). Aplikasi adalah kemampuan menjabarkan materi atau objek kedalam

    bagian-bagian yang lebih kecil, tetapi masih dalam struktur organisasi dan

    ada kaitannya satu sama lain.

  • 8

    d). Sintesis merupakan kemampuan menyusun formulasi baru dari formulasi

    yang sudah ada.

    e). Evaluasi berkaitan dengan kemampuan melakukan penilaian terhadap suatu

    materi atau objek. (Notoatmodjo, 2003)

    3. Faktor faktor yang mempengaruhi pengetahuan

    a. Menurut Notoatmodjo (2003: 18) faktor internal dan faktor eksternal

    yang mempengaruhi terbentuknya pengetahuan Faktor internal yaitu Jasmani

    diantaranya adalah kesehatan indera seseorang sedang faktor Rohani diantaranya

    adalah kesehatan psikis, intelektual, psikomotor, serta kondisi afektif dan kognitif

    individu. Faktor internal dan eksternal ini jika diperluas lagi akan terbagi sebagai

    berikut:

    a. Intelegensi

    Intelegensi merupakan kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang

    memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. Orang

    berpikir menggunakan inteleknya atau pikirannya. Cepat atau tidaknya dan

    terpecahkan tidaknya suatu masalah tergantung kemampuan intelegensinya.

    Salah satu faktor yang mempengaruhi penerimaan pesan dalam komunikasi

    adalah taraf intelegensi seseorang. Secara commonsence dapat dikatakan

    bahwa orang yang lebih intelegen akan lebih mudah menerima suatu pesan.

    Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa orang yang mempunyai taraf

    intelegensi ntinggi akan mempunyai pengetahuan yang baik dan sebaliknya.

    b. Pendidikan

    Tugas-tugas dari pendidikan adalah memberikan atau meningkatkan

    pengetahuan, menimbulkan sifat positif, serta memberikan ataumeningkatkan

    kemampuan masyarakat atau individu tentang aspek-aspek yang bersangkutan,

  • 9

    sehingga dicapai suatu masyarakat yang berkembang. Pendidikan formal dan

    non formal. Sistem pendidikan yang berjenjang diharapkan mampu

    meningkatkan pengetahuanmelalui pola tertentu (Notoatmodjo: 2003; 18). Jadi

    tingkat pengetahuan seseorang terhadap suatu objek sangat ditentukan oleh

    tingkat pendidikan.

    c. Pengalaman

    Menurut teori Determinan perilaku yang disampaikan WHO,

    menganalisa bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku tertentu

    salah satunya disebabkan karena adanya pemikiran dan perasaan dalam diri

    seseorang yang terbentuk dalam pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan-

    kepercayaan, dan penilaian-penilaian seseorang terhadap objek tersebut,

    dimana seseorang mendapatkan pengetahuan baik dari pengalaman pribadi

    maupun pengalaman oranglain (Notoatmodjo: 2003; 143)

    d. Informasi

    Teori depedensi mengenai efek komunikasi massa, disebutkan bahwa

    media massa dianggap sebagai sistem informasi yang memiliki peranan

    penting dalam proses pemeliharaan, perubahan, dan konflik dalam tatanan

    masyarakat, kelompok atau individu dalam aktivitas sosial dimana media

    massa ini nantinya akan mempengaruhi fungsi kognitif, afektif, dan

    behavioral. Pada fungsi kognitif diantaranya adalah berfungsi untuk

    menciptakan atau menghilangkan ambiguitas, pembentukan sikap, perluasan

    sistem, keyakinan masyarakat dan penegasan atau penjelasan nilai-

    nilaitertentu (Notoatmodjo: 2003; 102). Media dibagi menjadi tiga yaitu media

    cetak yang meliputi booklet, leaflet, rubrik yang terdapat pada surat kabar atau

  • 10

    majalah dan poster. Kemudian media elektronik yang meliputi televisi, video,

    slide, dan film serta papan (billboard) (Notoatmodjo: 2003; 99)

    e. Kepercayaan

    Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang, mengenai apa yang

    berlaku bagi objek sikap, sekali kepercayaan itu telah terbentuk, maka ia akan

    menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan

    dari objek tertentu.

    f. Umur

    Umur dapat mempengaruhi seseorang, semakin cukup umur tingkat

    kemampuan; kematangan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan

    menerima informasi.

    g. Sosial budaya

    Sosial budaya termasuk di dalamnya pandangan agama, kelompok etnis

    dapat mempengaruhi proses pengetahuan khususnya dalam penerapan nilai-

    nilai keagamaan untuk memperkuat super egonya.

    h. Status sosial ekonomi

    Status sosial ekonomi berpengaruh terhadap tingkah lakunya .Individu

    yang berasal dari keluarga yang bestatus sosial ekonomi baik dimungkinkan

    lebih memiliki sikap positif memandang diri dan masa depannya dibandingkan

    mereka yang berasal dari keluarga dengan status ekonomi rendah.

    4. Pengukuran Pengetahuan

    Dua cara pokok bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang benar yaitu,

    mendasarkan diri pada rasional dan pengalaman. Cara pengukuran pengetahuan dalam

    penalitian bisa menggunakan angket dan biasanya dituliskan dalam prosentase. Baik =

    76-100%; Cukup = 56-75%; Kurang = 55% (Nursalam, 2003: 124).

  • 11

    Hidayat (2007) menjelaskan bahwa salah satu skala yang dapat digunakan dalam

    mengukur pengetahuan adalah menggunakan skala Guttman. Skala guttman terdiri

    dari benar-salah atau ya-tidak. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan skala

    guttman dengan pilihan jawaban benar dan salah dalam pengukuran pengetahuan

    klien tentang pencegahan ulkus diabetik.

    B. Diabetes Melitus

    1. Definisi

    Diabetes Melitus (DM) disebut juga The Great Imitator karena dapat mengenai

    semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai keluhan (Suyono,2005)

    Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis serius yang disebabkan oleh faktor

    keturunan atau lingkungan. DM adalah gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan

    protein yang berhubungan dengan defisiensi relatif atau absolut kerja insulin yang

    ditandai dengan hiperglikemia (powers AC, 2005 dalam eva, 2008)

    2. Komplikasi Diabetes melitus

    DM dapat menyerang hampir seluruh sistem tubuh manusia, mulai dari kulit

    sampai jantung. Bentuk- bentuk komplikasi itu bisa berupa masing-masing pada

    sistem:

    1. Sistem kardiovaskuler: hipertensi, infark miokard, insufisiensi koroner.

    2. Mata: retinopati diabetika, katarak.

    3. Saraf: neuropati diabetika

    4. Paru-paru: TBC

    5. Ginjal: pielonefritis, glumerulosklerosis

    6. Hati: sirosis hepatik

    7. Kulit: gangren, ulkus, furunkel(Bustan, 2007).

  • 12

    C. Ulkus Diabetik

    1. Definisi

    Ulkus diabetik adalah infeksi, ulserasi, atau destruksi jaringan ikat dalam yang

    berhubungan dengan neuropati dan penyakit vaskuler perifer pada tungkai bawah.

    Hiperglikemia pada DM yang tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan berbagai

    komplikasi kronis yaitu neuropati perifer dan angiopati. Dengan adanya angiopati

    perifer dan neuropati, trauma ringan dapat menimbulkan ulkus pada penderita DM.

    Ulkus DM mudah terinfeksi karena respon kekebalan tubuh pada penderita DM

    biasanya menurun. Ketidaktahuan pasien dan keluarga membuat ulkus bertambah

    parah menjadi gangren yang terinfeksi (Waspadji, 2006).

    Ulkus diabetik adalah salah satu bentuk komplikasi kronik DM berupa luka

    terbuka pada permukaan kulit yang dapat disertai kematian jaringan setempat

    (Frykberb R. G., 2002, dalam Rini, 2008)

    Ulkus diabetik merupakan pennyebab tersering dilakukannya amputasi yang

    didasari oleh kejadian non traumatik. Resiko amputasi 15-40 kali lebih sering pada

    penderita DM dibandingkan dengan non DM. Sebagian besar amputasi pada ulkus

    diabetik bermula dari ulkus pada kulit. Bila dilakukan deteksi dini dan pengobatan

    yang adekuat akan mengurangi kejadian tindakan amputasi. Ironisnya evaluasi dini

    dan penanganan yang adekuat di rumah sakit tidak optimal (Darcoli, 2007).

    2. Etiologi

    Faktor-faktor yang berpengaruh atas terjadinya ulkus diabetik dibagi menjadi

    faktor endogen dan eksogen;

    a. Faktor endogen ; genetik, metabolik, angiopati diabetik dan neuropati diabetik.

    b. Faktor eksogen ; trauma, infeksi, obat.

    3. Patofisiologi

  • 13

    Terjadinya ulkus diabetik diawali adanya hiperglikemia pada penyandang DM

    yang menyebabkan kelainan pada pembuluh darah. Neuropati, baik neuropati sensorik

    maupun motorik dan autonomik akan mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit

    dan otot, yang kemudian menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada

    telapak kaki dan selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus. Adanya

    kerentanan terhadap infeksi menyebabkan infeksi mudah merebak menjadi infeksi

    yang lebih luas. Faktor aliran darah yang kurang juga akan lebih lanjut menambah

    rumitnya pengelolaan kaki diabetes. Berikut gambar patofisiologi terjadinya ulkus

    diabetik:

    Infeksi

    Diabetes melitus

    neuropati

    Neuropati

    Somatik

    Penyakit vaskular

    periperal

    Hiperlipidemia

    merokok

    Otot hipotropik

    Masalah

    Ortopedi

    Pain sensasion

    menurun

    Limited joint

    movement

    Keringat

    menurun

    Altered

    blood flow

    Autonomic

    neuropathy

    Engorged

    vein, warm

    foot

    Dry skin fissura Plantar pressure

    Ischemic limb Ulkus pada kaki

    Callus

  • 14

    Bulton AJM. Diabetic Med. Dalam Waspadji, 2006

    4. Klasifikasi

    Klasifikasi Ulkus diabetik pada penderita Diabetes melitus menurut Wagner

    dikutip oleh Rini, terdiri dari 6 tingkatan :

    a. Tingkatan 0 = Tidak ada luka terbuka, kulit utuh.

    b. Tingkatan 1 = Ulkus superfisialis, terbatas pada kulit.

    c. Tingkatan 2 = Ulkus lebih dalam sering dikaitkan dengan inflamasi

    jaringan.

    d. Tingkatan 3 = Ulkus yang melibatkan tulang, sendi dan formasi abses.

    e. Tingkatan 4= Ulkus dengan kematian jaringan tubuh terlokalisir seperti

    pada ibu jari kaki, bagian depan kaki atau tumit.

    f. Tingkatan 5 = Ulkus dengan kematian jaringan tubuh pada seluruh kaki.

    Suatu klasifikasi lain yang juga praktis dan erat dengan pengelolaan adalah

    klasifikasi yang berdasar pada perjalanan alamiah ulkus diabetik (Edmonds 2004-

    2005):

    a. Stage 1: Normal Foot

    b. Stage 2 : High Risk Foot

    c. Stage 3 : Ulcerated Foot

    d. Stage 4: Infected Foot

    e. Stage 5 : Necrotic Foot

    f. Stage 6 : Unsavable Foot

    Untuk stage 1 dan 2, pencegahan primer sangat penting, dan semuanyadapat

    dikerjakan dalam pelayanan kesehatan primer baik oleh podiatrist, dokter umum atau

    dokter keluarga.

  • 15

    Untuk stage 3 dan 4 kebanyakan sudan memerlukan perawatan di tingkat

    pelayanan kesehatan yang lebih memadai umumnya sudah memerlukan pelayanan

    spesialistik.

    Untuk stage 5, apalagi stage 6, jelas merupakan kasus rawat inap, dan jelas sekali

    memerlukan kerja sama tim yang sangat erat, dimana harus ada dokter bedah,

    terutama bedah vaskular/ ahli bedah plastik dan rekonstruksi.

    5. Tanda dan Gejala

    Tanda dan gejala ulkus diabetik yaitu:

    a. Sering kesemutan.

    b. Nyeri kaki saat istirahat.

    c. Sensasi rasa berkurang.

    d. Kerusakan jaringan (nekrosis).

    e. Penurunan denyut nadi arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea.

    f. Kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal.

    g. Kulit kering (Misnadiarly, 2006).

    6. Penatalaksanaan

    Lebih dari 90% ulkus akan sembuh apabila diterapi secara komprehensif dan

    multidisipliner, melalui upaya; mengatasi penyakit komorbid,

    menghilangkan/mengurangi tekanan beban (offloading), menjaga luka agar selalu

    lembab (moist), penanganan infeksi, debridemen, revaskularisasi dan tindakan bedah

    elektif, profilaktik, kuratif atau emergensi sesuai dengan indikasi.

    Pengelolaan ulkus diabetik dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu

    pencegahan terjadinya ulkus diabetik dan pencegahan agar tidak terjadi kecacatan

    yang lebih parah.

  • 16

    7. Pencegahan ulkus diabetik

    A. Pencegahan Primer

    Pencegahan primer ini merupakan kiat kiat untuk pencegahan terjadinya ulkus

    diabetik. Penyuluhan mengenai terjadinya ulkus diabetik sangat penting untuk

    mencegah ulkus diabetik. Penyuluhan ini harus dilakukan pada setiap kesempatan

    pertemuan pada penyandang DM, dan harus diingatkan kembali tanpa bosan. Hal-

    hal kecil yang harus diketahui diantaranya adalah perawatan kaki, yaitu bagaimana

    perawatan kaki yang baik. Kejadian yang tampak sepele dapat mengakibatkan

    kejadian yang mungkin fatal. Demikian pula pemeriksaan yang nampak sepele

    dapat memberikan manfaat yang sangat besar. Periksalah selalu kaki penderita DM

    setiap setelah melepaskan sepatu dan kausnya (Waspadji, 2006).

    Misnadiarly (2006) mengatakan pencegahan ulkus dapat dilakukan dengan

    melakukan hal berikut:

    1) Memperbaiki kelainan vaskuler.

    2) Memperbaiki sirkulasi.

    3) Pengelolaan pada masalah yang timbul.

    4) Edukasi perawatan kaki ; kaki harus dicuci dengan teratur setiap hari.

    Sesudah dicuci keringkan dengan seksama dan beri perhatian khusus pada

    sela-sela jari kaki.

    5) Pemberian obat-obat yang tepat untuk infeksi dan vaskularisasi, obat

    penurunan gula darah maupun menghilangkan keluhan dan penyulit DM.

    6) Olahraga teratur dan menjaga berat badan ideal.

    7) Menghentikan kebiasaan merokok

    8) Merawat kaki secara teratur setiap hari dengan cara:

    a) Selalu menjaga kaki dalam keadaan bersih

  • 17

    b) Membersihkan dan mencuci kaki setiap hari dengan menggunakan air

    suam-suam kuku dengan memakai sabun dan mengeringkan secara

    sempurna terutama diantara jari-jari kaki.

    c) Memakai krem kaki yang baik pada kulit dan tumit kaki yang retak-

    retak, supaya kulit tetap mulus dan jangan menggosok antara sila-sela

    jari kaki.

    d) Tidak memakai bedak sebab ini akan membuat kulit menjadi kering

    dan retak.

    e) Kuku sebaiknya jangan digunting tapi dikikir. Rasa nyeri pada kaki

    dapat berkurang, sehingga bila kulit disekitar kuku terluka tidaka akan

    teerasa. Jangan kikir kuku terlalu pendek, atau terlalu dalam pada tepi

    kanan kirinya. Bila penglihatan kurang terang mintalah oranglain untuk

    merawat kaki, jangan lupa informasikan bahwa pasien penyandang

    DM, dan oleh karena itu rasa sakit dikaki berkurang.

    f) Memeriksa kaki dan celah kaki setiap hari apakah terdapat kalus, bula,

    luka atau lecet

    g) Menghindari penggunaan air panas atau bantal panas.

    9). Penggunaan alas kaki tepat, dengan cara:

    a) Jangan berjalan tanpa alas kaki, termasuk di pasir.

    b) Memakai sepatu yang sesuai atau sepatu yang nyaman untuk kaki dan

    dipakai.

    c) Sebelum memakai sepatu, memeriksa sepatu terlebih dahulu, kalau ada

    batu atau lain-lain, karena dapat menyebabkan iritasi dan lukka

    terhadap kulit.

  • 18

    d) Sepatu harus terbuat dari kulit, kuat pas (cukup ruang untuk ibu jari

    kaki dan tidak buleh dipakai tanpa kaos kaki).

    e) Sepatu baru harus dipakai secara berangsur-angsur dan hati-hati.

    f) Pakailah kaos kaki bila dingin dan ganti setiap hari.

    g) Kaos kaki terbuat dari bahan wol atau katun, jangan memakai dari

    bahan sintetis karena akan menyebabkan kaki berkeringat.

    10). Menghindari obat-obat yang bersifat vasokonstriktor misalnya adrenalin,

    ikotin.

    11). Hindari trauma berulang.

    12). Memeriksa diri secara rutin ke dokter dan memeriksa kaki setiap kontrol

    walaupun ulkus diabetik sudah sembuh (Misnadiarly, 2006).

    B. Pencegahan Sekunder

    Dalam pengelolaan ulkus diabetik, kerjasama multi-disipliner sangat diperlukan.

    Berbagai hal yang harus ditangani dengan baik agar diperoleh dasil pengelolaan yang

    maksimal dapat digolongkan sebagai berikut dan semuanya harus dikelola bersama-sama:

    a. Kontrol Metabolik

    Keadaan umum paien harus diperhatikan dan diperbaiki. Kadar glukosa darah

    diusahakan selalu senormal mungkin, untuk mempengaruhi berbagai faktor terkait

    hiperglikemia yang dapat menghambat penyembuhan luka.

    b. Kontrol Vaskular

    Keadaan vaskular yang buruk tentu akan menghambat penyembuhan luka. Berbagai

    langkah diagnostik dan terapi dapat dilakukan sesuai kondisi pasien. Umumnya

    kelainan pembuluh darah perifer dapat dikenali melalui berbagai cara sederhana

    seperti : warna dan suhu kulit, perabaan arteri Dorsalis Pedis dan arteri Tibialis

    Posterior serta ditambah pengukuran tekanan darah

  • 19

    c. Wound Control

    Perawatan luka sejak pertama kali klien datang merupakan hal yang harus dikerjakan

    dengan baik dan teliti. Evaluasi luka harus dikerjakan secermat mungkin. Klasifikasi

    ulkus PEDIS dilakukan setelah debridemen yang adekuat.saat ini banyak sekali macam

    dressing yang masing-masing tentu dapat dimanfaatkan sesuai dengan keadaan luka,

    dan juga letak luka tersebut. Dressing yang digunakan mengandung komponen zat

    penyerap seperti carbonate dressing, alginete dressing akan bermanfaat pada keadaan

    luka yang masih produktif. Tetapi tindakan debridemen tetap menjadi syarat mutlak

    yang harus dikerjakan terlebih dahulu sebelum mengklasifikasikan luka.

    Beberapa terapi topikal dapat dimanfaatkan untuk mengurangi mikroba pada luka

    seperti cairan salin sebagai pembersih luka dan lain lain. demikian pula berbagai cara

    debridemen non suurgikal dapat dimanfaatkan untuk mempercepat pembersihan

    jaringan nekrotik luka, seperti preparat enzim.

    Jika luka sudah lebih baik dan tidak terinfeksi lagi, dressing seperti hydrocolloid

    dressing yang dapat dipertahankan beberapa hari dapat digunakan. Tentu saja untuk

    penyembuhan luika kronik seperti ulkus diabetik, suasana sekitar luka yang kondusif

    untuk penyembuhan harus dipertahankan. Yakinkan bahwa luka selalu dalam keadaan

    optimal dengan demikian penyembuhan luka akan terjadi sesuai dengan tehapan

    penyembuhan luka yang harus selalu dilewati dalam rangka proses penyembuhan.

    d. Microbiological Control

    Data mengenai pola kuman harus diperbaiki secara berkala untuk setiap daerah yang

    berbeda. Di RSCM data terakhir menunjukan bahwa pada pasien yang datang dari

    luar, umumnya didapatkan infeksi bakteri yang multipel, anaerob, dan aerob.

    Antibiotik yang dianjurkan harus selalu disesuaikan dengan hasil biakan kuman dan

    hasil resistensinya. Sebagai acuan, dari penelitian tahun 2004 di RSCM, umumnya

  • 20

    didapatkan pola kuman polimikrobial, campuran gram positif dan gram negatif serta

    kuman anaerob untuk luka yang dalam dan berbau. Karena itu untuk lini pertama

    lpemberian antibiotik harus diberikan antibiotik spektrum luas(misalnya golongan

    sefalosparin), dikombinasikan dengan obat yang bermanfaat terhadap kuman anaerob

    (misalnya metronidazol).

    e. Pressure Control

    Jika tetap dipakai untuk berjalan berarti kaki dipakai untuk menyanggah bada, luka

    yang selalu mendapat tekanan tidak akan sempat menyembuh, apalagi jika luka

    terletak dibagian pelantar seperti luka kaki charcot. Peran jajaran rehabilitasi medis

    pada usaha preassure control ini juga sangat mencolok.

    f. Education Control

    Edukasi sangat penting untuk semua tahap pengelolaan ulkus diabetik. Dengan

    penyuluhan yang baik pasien dan keluarganya diharapkan akan dapat membantu dan

    mendukung berbagai tindakan yang diperlukan untuk kesembuhan luka yang optimal.

    D. Penelitian Terkait

    Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara lama

    menderita DM 10 tahun dengan kejadian ulkus diabetika (p=0,0001) dan lama DM 10 tahun merupakan faktor risiko untuk terjadinya ulkus diabetika (OR=6,0; 95% CI=2,2-

    16,7), yang artinya bahwa lama DM 10 tahun mempunyai risiko terjadi ulkus diabetika sebesar 6,0 kali dibandingkan dengan lama DM < 5 tahun (Hastuti, 2008).

    Dari hasil uji statistik yang dilakukan terdapat hubungan bermakna antara merawatan

    kaki secara rutin dengan kejadian ulkus diabetik. Hal ini berarti pasien DM yang memiliki

    kebiasaan buruk dalam pemeriksaan visual kakinya maka resiko kejadian ulkus

    diabetiknya semakin besar. Dalam penelitian ini juga disebutkan pasien yang

  • 21

    sedangkan pada responden yang 10 tahun menderita DM sebanyak 52,4% menderita ulkus diabetik, dan 33,3%tidak menderita ulkus diabetik (Arlina, 2006).

  • 22

    6. Kerangka Teori

    Sumber : Smeltzer, 2001, Doengoes 2000 dan Notoatmodjo, 2003 dengan modifikasi.

    mikroangiopati Makroangiopati

    Angiopati diabetik

    Hiperglikemia

    DM

    Penurunan asupan O2

    Terganggunya aliran

    darah ke kaki

    Trauma

    Ekonomgangguan

    sensori motoriki

    Neuropati perifer

    Uklus diabetik

    Pengetahuan Pengalaman (Lama)

    Pendidikan Ekonomi

    Rohani Jasmani

  • 22

    BAB III

    KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

    A. Kerangka Konsep

    Dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti adalah variabel terikat

    (dependen) yaitu pengetahuan pasien diabetes tentang pencegahan ulkus diabetik.

    Sedangkan variabel bebas (independen) adalah lamanya pasien menderita diabetes

    dalam hitungan tahun. Maka kerangka konsep penelitian terlihat pada Bagan 3.1

    Variabel Independen Variabel Dependen

    Bagan 3.1

    (kerangka konsep)

    Lama Menderita Diabetes

    Melitus (Pengalaman)

    Pengetahuan Tentang Pencegahan

    Ulkus Diabetik

  • 23

    B. Definisi Operasional

    Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

    ukur

    Lama

    menderita

    DM

    (pengalama

    n)

    Lamanya

    subyek

    menderita

    DM sejak

    awal pertama

    kali

    didiagnosis

    terkena DM

    oleh dokter

    sampai saat

    dilakukan

    penelitian,

    dihitung

    dalam satuan

    tahun.

    Kuesioner; dalam

    kuesioner akan ada

    pertanyaan berapa

    lama pasien

    menderita DM,

    lalu peneliti akan

    mencocokan

    dengan melihat

    rekam medis

    pasien.

    Kuesioner

    penelitian

    Data Numerik

    dalam Tahun :

    Rasio

    Pengetahuan Kemampuan

    klien untuk

    memahami

    informasi

    yang

    diperoleh

    tentang

    Kuesioner;

    kuesioner untuk

    pengetahuan klien

    berisi 12

    pertanyaan, yang

    terdiri atas tiga

    bagian kuesioner

    Kuesioner Data Numerik

    : jawaban

    responden dilihat

    jumlah jawaban

    benar lalu

    dilakukan

    skoring. Semakin

    Rasio

  • 24

    pencegahan

    ulkus

    diabetik.

    yaitu : kuesioner a

    berisi 2 pertanyaan

    tentang pengertian

    ulkus diabetik.

    Kuesioner b berisi

    6 pertanyaan

    tentang perawatan

    kaki, dan

    kuesioner c berisi

    4 pertanyaan

    tentang pemakaian

    dan pemilihan

    sepatu pada

    penderita DM.

    banyak nilai

    benar semakin

    baik pengetahuan

    responden.

    C. Hipotesa

    Hipotesa dalam penelitian ini adalah,

    Ada hubungan lama menderita diabetes dengan pengetahuan terhadap pencegahan

    Ulkus diabetik.

  • 25

    BAB IV

    METODE PENELITIAN

    A. Desain

    Desain penelitian ini adalah jenis desain kuantitatif dengan metoda cross sectional study yaitu desain penelitian yang meneliti suatu kejadian pada titik waktu, dimana variabel dependen dan independen diteliti sekaligus pada saat yang sama. Dengan studi ini akan

    diperoleh prevalensi atau efek fenomena (variabel dependen) dihubungkan dengan penyebab

    (variabel independen) (Setiadi, 2007).

    B. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian dilakukan di wilayah ciputat pada juli 2012. Karena masih banyaknya

    warga yang melakukan berobat jalan di puskesmas tersebut. Selain itu data rekam medis dan

    kegiatan posbindu di Puskesma Ciputat juga sudah terorganisir, sehingga lebih memudahkan

    dalam validasi lamanya pasien menderita diabetes. Sebelum melakukan penelitian, peneliti

    melakukan uji validitas di daerah yang sama namun orang yang berbeda dengan responden.

    Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan pada juni 2012 didapatkan jumlah

    penderita DM selama tahun 2011 terdapat 475 orang, sedangkan tahun 2012 terhitung mulai

    Januari sampai bulan Mei 2012 terdapat 218 orang.

  • 26

    C. Populasi dan Sampel

    1. Populasi

    Menurut Arikunto (2006) Populasi adalah sekelompok objek yang akan diselidiki. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah penderita diabetes melitus baik yang tidak

    terkena ulkus diabetik maupun yang sudah terkena ulkus di kelurahan ciputat.

    2. Sampel

    Arikunto (2006) menjelaskan Sampel adalah sebagian atau wakilpopulasi yang akan diselidiki. Margono (2004: 121) menyataka bahwa sampel adalah sebagai bagian dari populasi, sebagai sampel yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu.

    a. Besarnya sampel

    Besarnya sampel menggunakan rumus uji hipotsis beda dua proporsi sebagai

    berikut:

    Keterangan :

    n : Jumlah sample yang dibutuhkan : 1,96 (Derajat Kepercayaan 95%, derajat kemaknaan 5%) : 1,28 (kekuatan Uji 90%) : 0,33 (Proporsi pasien diabetes melitus yang 10 tahun dan tidak menderita ulkus diabetik, dalam penelitian Arlina dewi di RS PKU

    Muhammadiyah Yogyakarta, tahun 2005). p1-30%=0,03 = 0,33+0,03/2=0,34

  • 27

    n= 41,33= 41 Responden.

    Peneliti menambahkan 10% dari jumlah sampel minimal, untuk menghindari

    terjadinya sampel yang drop out dan sebagai cadangan. Cadangan 10% x 41 = 4 = 45

    responden. Jadi total responden pada penelitian kali ini adalah 41+4 = 45 Responden.

    b. Teknik sampling

    Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Insidental Sampling yaitu

    mengambil responden sebagai sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara

    kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila orang yang kebetulan

    ditemui cocok sebagai sumber data. Teknik ini biasanya dilakukan karena keterbatasan

    waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh

    (Sugiyono, 2004). Keuntungan dari pada teknik ini adalah terletak pada ketepatan peneliti

    memilih sumber data sesuai dengan variabel yang diteliti (Arikunto, 2002).

    1) Kriteria inklusi :

    a) Penderita Diabetes melitus

    b) Penderita Diabetes melitus yang berobat jalan di puskesmas ciputat

    dan bersedia menjadi responden dengan informed consent.

    2) Kriteria eksklusi :

    a) Penderita diabetes melitus dengan sakit/ kondisi tidak

    memungkinkan

    b) Tidak bersedia menjadi responden

  • 28

    3) Pengambilan sampel dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

    a) Peneliti datang ke puskesmas dan mencari pasien DM yang berobat

    ke puskesmas

    b) Pasien yang sesuai dengan kriteria sampel akan dipilih menjadi

    responden

    c) Peneliti melihat data rekam medis pasien untuk

    melihat/mencocokkan lama menderita DM.

    d)

    D. Instrumen Penelitian

    Instrumen merupakan suatu alat ukur pengumpulan data agar memperkuat

    hasil penelitian. Alat ukur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah kuesioner yang telah dibuat oleh peneliti dan mengacu pada kepustakaan yang

    terdiri atas beberapa pertanyaan yang harus dijawab responden.

    Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan lembar

    kuesioner untuk pengetahuan klien berisi 12 pertanyaan, yang terdiri atas tiga bagian

    kuesioner yaitu : kuesioner a berisi 2 pertanyaan tentang pengertian ulkus diabetik.

    Kuesioner b berisi 7 pertanyaan tentang perawatan kaki, dan kuesioner c berisi 3

    pertanyaan tentang pemakaian dan pemilihan sepatu pada penderita DM. Pengukuran

    tingkat pengetahuan menggunakan skala Guttman dan Scoring. Pertanyaan peneliti

    terdiri dari pertanyaan positif dan negatif. Responden menjawab dengan jawaban

    benar atau salah (Hidayat, 2007). Pernyataan positif pada responden menjawab benar

    diberi nilai 1,dan jika salah diberi nilai 0. Pernyataan negatif, pada responden

    menjawab benar diberi nilai 0, dan jika salah diberi nilai 1.

  • 29

    E. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen

    Sebelum melakukan penelitian peneliti melakukan uji validitas dan reabilitas

    untuk mendapatkan instrumen yang valid untuk penelitian. Uji validitas yang

    dilakukan di puskesmas ciputat timur yang mempunyai data kunjungan klien diabetes

    melitus. Uji validitas dilakukan bulan Juli 2012, dan sampel yang akan diambil

    sebanyak 30 responden.

    Validitas adalah suatu indeks yang ditunjukkan alat ukur itu benar-benar

    mengukur apa yang diukur. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada

    kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner

    tersebut. Dalam hal ini digunakan beberapa item pertanyaan yang dapat secara tepat

    mengungkapkan variabel yang diukur tersebut. Sesuatu instrumen dikatakan valid

    atau shahih apabila korelasi tiap butiran memiliki nilai positif dan nilai t hitung > t

    table (0,361) (Hidayat, 2007).

    Reabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

    pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan

    sejauh mana hasil pengukuan itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali.

    Atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama.

    Pengukuran reabilitas menggunakan bantuan software computer dengan rumus alpha

    cronbach. Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai alpha cronbach >

    0,60 (Hidayat, 2007). Hasil dari uji validitas dan reliabilitas kuesioner pada 30 orang

    responden didapatkan nilai alpha cronbach sebesar 0,815.

    F. Pengolahan Data

    Dalam proses pengolahan data peneliti menggunakan langkah-langkah

    pengolahan data menurut Hidayat (2007) diantaranya:

  • 30

    1) Editing

    Editing adalah upaya memeriksa kembali kebenaran data atau formulir

    koesioner yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada

    tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

    2) Coding

    Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data

    yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila

    pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam

    pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code

    book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari

    suatu variabel.

    3) Entry data

    Data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam

    master table atau data base komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi

    sederhana atau bisa dengan membuat tabel kontingensi.

    4) Cleaning data

    Merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang sudah di entry, apakah ada

    kesalahan atau tidak sehingga data siap dianalisa.

    G. Analisis Statistik

    1. Analisa Univariat

    Analisis univariat bertujuan menggambarkan deskriptif karakteristik

    responden dan faktor risiko ulkus diabetika pada penderita DM, dilakukan dengan

    menyajikan distribusi frekuensi dari variabel yang diteliti dan disajikan dalam bentuk

    tabel dan grafik untuk mengetahui proporsi masingmasing variabel yang akan diteliti.

  • 31

    2. Analisa Bivariat

    Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel

    dependen dan variabel independennya, yaitu lama menderita Diabetes melitus dengan

    pengetahuan pencegahan ulkus diabetik. Teknik analisa menggunakan Regresi Linier

    Sederhana dengan menggunakan derajat kepercayaan 95% dengan 5%. Sehingga jika P (p value) 0,05 berarti hasil perhitungan statistik bermakna (signifikan) atau menunjukkan hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen, dan

    apabila p-value > 0,05 berarti perhitungan statistik tidak bermakna atau tidak ada

    hubungan antara variabel dependen dan variabel independen. Regresi linier adalah

    metode statistika yang digunakan untuk membentuk model hubungan antara variabel

    terikat (dependen; respon; Y) dengan satu atau lebih variabel bebas (independen,

    prediktor, X). Apabila banyaknya variabel bebas hanya ada satu, disebut regresi linier

    sederhana, sedangkan apabila terdapat lebih dari satu variabel bebas, disebut sebagai

    regresi linier berganda. Analisis regresi linear sederhana dipergunakan untuk

    mengetahui pengaruh antara satu buah variabel bebas terhadap satu buah variabel

    terikat. Persamaan umumnya adalah:

    Y = a + b X.

    Dengan Y adalah variabel terikat dan X adalah variabel bebas. Koefisien a

    adalah konstanta (intercept) yang merupakan titik potong antara garis regresi dengan

    sumbu Y pada koordinat kartesius.

    H. Etika Penelitian

    Masalah etika dalam penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat

    penting dalam penelitian mengingat peneliti keperawatan akan berhubungan langsung

    dengan manusia, maka segi etika peneliti harus diperhatikan karena manusia memiliki

  • 32

    hak asasi dalam penelitian (Hidayat, 2008). Dalam melakukan penelitian menekankan

    masalah etika penelitian yang meliputi:

    1. Lembar persetujuan ( informed consent )

    Lembar persetujuan ini diberikan dan dijelaskan kepada responden yang akan

    diteliti yang memenuhi kriteria sampel dan disertai judul penelitian serta manfaat

    penelitian dengan tujuan responden dapat mengerti maksud dan tujuan penelitian.

    2. Tanpa Nama (anonimity)

    Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan

    mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data yang diisi oleh

    responden, tetapi lembar tersebut hanya diberi kode tertentu.

    3. Kerahasiaan ( confidentally)

    Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok data tertentu

    yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

  • 33

    BAB V HASIL PENELITIAN

    A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    1. Gambaran Umum

    Puskesmas ciputat terletak 6 km sebuah Utara kota Tangerang Selatan. Luas

    wilayah kecamatan Ciputat kir-kira 13.311 Ha dengan sebagian besar berupa

    tanah darat/kering (93,64%) sisanya adalah tanah rawa/danau. Puskesmas ciputat

    adalah salah satu dari 3 puskesmas yang ada di wilayah Kecamatan Ciputat.

    Letaknya berbatasan dengan :

    Sebelah Utara : Wilayah kerja Puskesmas Kampung Sawah

    Sebelah selatan : Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang

    Sebelah Barat : Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang

    Sebelah Timur : Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Timur

    Puskesmas Ciputat terletak di jalan Ki Hajar Dewantara No. 7 Kelurahan Ciputat,

    Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Dibangun diatas

    tanah seluas 693 m dengan luas bangunan kurang lebih 1200 m terdiri dari 2

    (dua) lantai. Kegiatan pelayanan di puskesmas di lantai 1 (satu) sedangkan lantai 2

    difungsikan sebagai ruang pimpinan, staf, data dan ruang rapat. Di lantai dua juga

    terdapat pelayanan pengobatan TB paru, klinik sanitasi, klinik PTRM (Pusat

    Terapi Rumatan Metadon) dan laboratorium.

    Wilayah kerja Puskesmas Ciputat terdiri dari dua kelurahan yaitu Kelurahan

    Ciputat dan Kelurahan Cipayung.

  • 34

    2. Visi dan Misi Puskesmas Ciputat

    a. Visi:

    Unggul dalam pelayanan kesehatan dasar pada tahun 2012.

    b. Misi:

    1) Meningkatkan sember daya manusia.

    2) Mewujudkan pelayanan prima.

    3) Menggalang kemitraan dengan melihat program, lintas sektoral dan

    swasta.

    4) Mendorong kemandirian masyarakat.

    3. Program Pokok Puskesmas Ciputat

    a. Program Kesehatan Dasar

    1) Promosi Kesehatan

    2) Kesehatan Lingkungan

    3) Kesehatan Ibu dan Anak

    4) Perbaikan Gizi

    5) P2PL

    6) pengobatan

    b. Program Pengembangan Wajib

    1) Usaha Kesehatan Sekolah

    2) Lnjut Usia

    3) NAPZA

    c. Program Pengembangan Pilihan

    1) Kesehatan Jiwa

    2) UKGMD

    3) Laboratorium

  • 35

    B. Analisa Univariat

    Pada analisa univariat akan mendeskripsikan variabel lama menderita

    diabetes melitus dengan pengetahuan pencegahan ulkus diabetik.

    Tabel 5.1

    Distribusi Frekuensi Lama Menderita Diabetes Melitus (th) Pada Pasien di

    Puskesmas Ciputat 2012

    Variabel Minimal Maksimal Mean Median SD

    Lama

    Menderita

    DM

    1 19 7.71 5 5,19

    Hasil analisa data untuk variabel lama menderita diabetes melitus diperoleh

    nilai median 5. Dalam melihat lama menderita diabetes ini peneliti tidak

    menggolongkan dengan kategori apapun, tetapi menggunakan angka numerik

    pertahun. Hasil yang di dapatkan adalah rata-rata pasien lama menderita diabetes

    melitus adalah 7,71 tahun, dengan nilai minimal 1 tahun dan maksimal 19 tahun.

    Tabel 5.2

    Distribusi frekuensi skor pengetahuan pasien DM tentang pencegahan Ulkus

    Diabetik di Puskesmas Ciputat:

    Variabel Minimal Maksimal Mean Median SD

    Skor Pengetahuan

    pencegahan ulkus diabetik

    25 100 73,89 66

  • 36

    Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata pengetahuan pasien DM

    tentang pencegahan ulus diabetik setelah di skoring yaiu sebesar 73,89. Nilai

    terendah dari skor pengetahuannya adalah 25 dan Skor tertinggi adalah 100.

    Tabel 5.4

    Distribusi Prosentase Jawaban Tentang Pengetahuan Pengertian Ulkus Diabetik

    :

    Pertanyaan

    Jawaban

    Benar Salah

    N % n %

    1.Ulkus Diabetik merupakan komplikasi dari Diabetes Melitus

    40 88,9 5 11,1

    2.Ulkus diabetes merupakan luka pada kaki penderita diabetes melitus yang terjadi karena aliran darah ke kaki tidak lancar

    38 84,4 7 15,5

    Dari tabel 5.4 dapat dilihat bahwa sebagian besar pasien DM menjawab benar

    yaitu pertanyaan nomor 1 sebesar 88,9% menjawab benar dan pertanyaan nomor 2

    sebesar 84,4% menjawab benar. Hal ini menunjukkan pengetahuan pasien DM

    tentang pengertian ulkus diabetik baik.

  • 37

    Tabel 5.5

    Distribusi Prosentase Jawaban Tentang Perawatan Kaki Pada Pasien DM :

    Pertanyaan

    Jawaban

    Benar Salah

    n % n %

    1.Penderita diabetes harus selalu membersihkan dan mencuci kaki setiap hari dengan memakai sabun dan mengeringkan secara sempurna terutama diantara jari-jari kaki, hal ini dapat mengurangi pertumbuhan bakteri dan jamur pada kaki.

    32 72,1 13 28,9

    2.Kuku sebaiknya tidak digunting tapi dikikir karena Rasa nyeri pada kaki dapat berkurang, sehingga bila kulit disekitar kuku terluka tidak akan terasa

    30 66,7 15 33,3

    3.Tidak meng-kikir kuku terlalu pendek, atau terlalu dalam pada tepi kanan kirinya.

    23 51,1 22 48,9

    4.Menghindari penggunaan air panas atau bantal panas pada kaki

    33 73,3 12 26,7

    5.Penderita diabetes melitus TIDAK PERLU memeriksa kaki dan celah kaki setiap hari apakah terdapat pengerasan,

    22 48,9 23 51,1

  • 38

    luka atau lecet 6.Berjalan tanpa alas kaki, termasuk di pasir dapat mengakibatkan lecet atau luka di kaki yang tidak terasa sehingga menjadi ulkus diabetik.

    35 77,7 10 22,2

    7.Pasien diabetes melitus TIDAK PERLU memeriksa diri secara rutin ke dokter dan memeriksa kaki setiap kontrol.

    36 80 9 20

    Pada tabel 5.5 dapat dilihat pengetahuan pasien DM tentang perawatan kaki

    masih kurang ini dapat dilihat hanya satu item pertanyaan yaitu pertanyaan nomor 7

    yang mencapai 80% jawaban benar.

    Tabel 5.6

    Distribusi Prosentase Jawaban Tentang Pengetahuan Penggunaan Alas Kaki

    (Sepatu) :

    Pertanyaan

    Jawaban

    Benar Salah

    n % n %

    1.Sepatu harus terbuat dari kulit, kuat, pas (cukup ruang untuk ibu jari kaki dan tidak buleh dipakai tanpa kaos kaki).

    40 88,9 5 11,1

  • 39

    2.Sebelum memakai sepatu, memeriksa sepatu terlebih dahulu, kalau ada batu atau lain-lain, karena dapat menyebabkan iritasi dan luka terhadap kulit

    39 86,7 6 13,3

    3.Kaos kaki terbuat dari bahan wol atau katun, jangan memakai dari bahan sintetis karena akan menyebabkan kaki berkeringat.

    33 73,3 12 26,7

    Pada tabel 5.6 dapat dilihat pengetahuan pasien dalam pemilihan dan

    penggunaan alas kaki tergolong baik pada item nomor 1 dan 2, sedang pada item

    nomor 3 masih banyak yang belum menjawab benar item pertanyaan tersebut.

    A. Analisa Bivariat

    Analisis bivariat adalah hubungan lama menderita diabetes melitus dengan

    pengetahuan pencegahan ulkus diabetik. Analisis yang digunakan adalah regresi linier

    sederhana.

    Tabel 5.7

    Distribusi Frekuensi Hubungan Antara Lama Menderita Diabetes Melitus

    dengan Pengetahuan Pencegahan Ulkus Diabetik pada Pasien Diabetes Melitus

    di Puskesmas Ciputat tahun 2012

    Variabel r R2 Persamaan garis P value

    Lama

    menderita DM

    0,282 0,080 pengetahuan = 67,750 +

    0,847lama menderitaDM

    0,061

  • 40

    Hubungan lama menderita Diabetes Melitus dengan Pengetahuan pencegahan

    Ulkus Diabetik menunjukkan hubungan yang sedang dengan nilai r = 0,282. Nilai

    koefisien determinasi 0,080 artinya garis regresi yang kita peroleh menunjukkan 8%

    kontribusi atau pengaruh lama menderita Diabetes Melitus terhadap pengetahuan

    pencegahan ulkus diabetik sangat kecil. Nilai p pada penelitian ini adalah 0,061

    sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara lama menderita DM dengan

    pengetahuan pencegahan ulkus diabetik.

    Berdasarkan tabel diatas, maka dapat disusun persamaan regresinya yaitu :

    Y = 67,750 + 0,847X1 pada penelitian ini dapat disusun seperti ini pengetahuan

    =67,750 + 0,847 lama menderita DM. Nilai 0,847 adalah slope perubahan garis

    regresi. Hal ini berarti setiap perubahan satu satuan dari lama menderita Diabetes

    Melitus akan diikuti perubahan Pengetahuan Pencegahan Ulkus Diabetik sebesar

    0,847.

  • 41

    BAB VI

    PEMBAHASAN

    Pada pembahasan akan di uraikan makna hasil penelitian yang dilakukan tentang lama

    menderita Diabetes dengan pengetahuan pencegahan ulkus diabetik di Puskesmas Ciputat.

    Dalam pembahasan ini kegiatan yang akan dilakukan adalah membandingkan hasil penelitian

    dengan konsep teoritis dan penelitian sebelumnya. Pada bab ini juga akan di jelaskan tentang

    keterbatasan penelitian yang telah dilaksanakan.

    A. Pembahasan variabel penelitian

    Menurut Bloom dan skinner (2003), pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk

    mengungkapkan kembali apa yang diketahuinya dalam bentuk bukti jawaban baik lisan

    ataupun tulisan. Jawaban tersebut merupakan suatu reaksi dari suatu stimulasi yang berupa

    pertanyaan baik lisan ataupun tulisan.

    Pengetahuan dalam penelitian ini adalah hal-hal yang diketahui oleh pasien diabetes

    melitus tentang pencegahan ulkus diabetik. Dalam hal ini peneliti memperoleh informasi

    tentang pengetahuan responden dengan kuesioner pengetahuan pencegahan ulkus diabetik

    dan wawancara dengan responden. Dari hasil pengisian kuesioner akan dihitung jumlah

    jawaban benar dari responden lalu akan di skoring. Semakin banyak jawaban benar maka

    akan semakin tinggi skor, ini menunjukkan semakin baik pengetahuan pasien DM tentang

    pencegahan ulkus diabetik.

    Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan pasien DM tentang pencegahan ulkus

    diabetik secara keseluruhan, yang mencakup tiga bagian yaitu pengetahuan tentang

    pengertian ulkus diabetik, perawatan kaki dan pemilihan dan pemakaian alas kaki. Skor

  • 42

    minimal pada penelitian adalah 25 sebanyak satu orang. Sedang nilai maksimal skor yang

    dicapai adalah 100 yang berarti responden menjawab benar semua item pertanyaan dalam

    kuesioner, namun sayangnya yang mendapat nilai 100 ini hanya 3 orang atau 6,7% dari

    seluruh responden. Paling banyak responden memperoleh nilai 58 dan 91 dengan prosentase

    sebesar 22,2 atau sebanyak masing masing 10 orang.

    Di lihat dari masing masing topik pertanyaan, pada topik pertama yaitu pengetahuan

    pasien tentang pengertian ulkus diabetik pengetahuan responden tergolong baik yaitu 80% responden menjawab benar, baik pada item pertanyaan ke1 dan ke 2.

    Pengetahuan pasien DM tentang perawatan kaki masih tergolong kurang dari 7 item

    pertanyaan mengenai perawatan kaki hanya satu item pertanyaan dimana 80% pasien menjawab benar yaitu pada item ke 7 mengenai perlu atau tidaknya pasien DM

    memeriksakan diri secara rutin ke dokter. Hal ini menunjukkan masih kurangnya

    pengetahuan pasien tentang perawatan kaki.

    Topik terakhir dari kuesioner penelitian ini adalah pengetahuan pasien DM tentang

    penggunaan dan pemilihan alas kaki baik sepatu atau sandal. Dari hasil penelitian didapatkan

    hasil terdapat dua item pertanyaan dimana pasien DM 80% menjawab benar. yaitu pada item ke 1 tentang pemilihan ukuran, bahan dan kenyamanan dalam memilih sepatu, dan item

    ke 2 yaitu tentang ketelitian pasien sebelum memakai sepatu harus mengecek ada tidaknya

    batu atau lain-lain yang dapat melukai kaki.

    Hasil diatas menunjukkan pengetahuan pasien DM tentang pencegahan ulkus diabetik

    masih rendah, hal ini dapat dilihat dari jumlah pertanyaan yang dijawab benar oleh 80% pasien DM lebih sedikit dari pada item pertanyaan yang dijawab benar < 80% oleh pasien

    DM.

    Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hastuti (2008) menunjukkan bahwa lama

    menderita diabetes merupakan faktor resiko terjadinya ulkus diabetik. Yaitu bahwa lama DM

  • 43

    10 tahun mempunyai risiko terjadi ulkus diabetika sebesar 6,0 kali dibandingkan dengan lama DM < 5 tahun. Sehingga pengetahuan pencegahan ulkus diabetik harus diketahui sejak

    dini oleh para penderita DM.

    Lama menderita DM pada 45 responden dalam penelitian ini terlama adalah 19 tahun,

    sedang paling sedikit adalah satu tahun. Dengan rata-rata 7 tahun, peneliti tidak membatasi

    lamanya mendeerita DM pada reponden.

    Pasien dengan ulkus diabetik dan yang berisiko tinggi harus diajarkan mengenai faktor

    risiko dan manajemen yang tepat. Pasien yang beresiko harus memahami implikasi dari

    hilangnya sensasi protektif, pentingnya pemeriksaan kaki setiap hari, perawatan yang tepat

    pada kaki, termasuk kuku dan perawatan kulit,dan pemilihan alas kaki yang sesuai. Untuk

    mengontrol komplikasi ulkus diabetik, pengetahuan pasien dan praktek dapat berkontribusi

    untuk mencegah ulkus diabetik (Pollock, Unwin, & Connolly, 2003). Menurut penelitian

    Sayeed (2005), perawatan kaki dapat menurunkan masalah kaki sebesar 40% pada pasien

    Diabetes melitus.

    John Locke (1672-1704) bapak empirisme manyatakan bahwa sumber pengetahuan

    adalah pengalaman pancaindra. Pengalaman disini bersifat lahiriah (sensation) ataupun

    bathiniah (reflection). Berlainan dengan kaum tasionalis maka kaum empiris berpendapat

    bahwa pengetahuan manusia itu bukan didapatkan lewat penalaran rasional yang abstrak

    namun lewat pengalaman yang konkrit.

    Menurut Websters Ninth New Collegiate Dictionary (1991) pengalaman adalah pengetahuan atau keahlian yang didapat dari pengamatan langsung atau partisipasi dalam

    suatu peristiwa dan aktivitas yang nyata.

    Pengalaman dalam penelitian ini adalah pengalaman (lamanya) pasien menderita

    diabetes melitus. Dari hasil uji statistik didapatkan hasil tidak ada hubungan antara Lamanya

  • 44

    Menderita Diabetes Melitus dengan Pencegahan Ulkus diabetik, dengan nilai p = 0,061.

    Meskipun pada nilai koefisien determinasi terdapat pengaruh lamanya menderita diabetes

    melitus dengan pengetahuan pencegahan ulkus diabetik namun hasilnya sangat kecil, Hal ini

    bisa dibuktikan dari nilai slope (0,847), yang berarti setiap perubahan satu satuan dari Lama

    menderita Diabetes Melitus akan diikuti perubahan Pengetahuan Pencegahan Ulkus Diabetik

    sebesar 0,847.

    Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi pengetahuan

    seseorang adalah pengalaman. Namun dalam penelitian ini tidak didapatkan hasil yang

    menyatakan ada hubungan antara lama menderita Diabetes Melitus dengan pengetahuan

    Pencegahan Ulkus Diabetik, Sebab, meski semakin lama responden menderita diabetes

    melitus belum tentu pengetahuannya bertambah, ini juga berhubungan dengan faktor lain

    (confounding; pendidikan, media, sosial ekonomi dll) yang tidak dibahas dalam penelitian

    kali ini. Terkait dengan pengetahuan yang dipengaruhi oleh pengalaman peneliti belum

    menemukan berapa prosentase kontribusi pengalaman dalam pengaruh terhadap pengetahuan.

    Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang. Sehingga

    semakin banyak pengalaman seseorang, maka akan semakin tinggi juga pengetahuannya (Ari

    Kunto, Suhartini, 1997; Notoatmodjo,2003).

    Keterbatasan penelitian

    1. Tidak meneliti variabel confounding ; tingkat pendidikan, intelegensi,

    informasi, kepercayaan, umur, sosial budaya, status sosial ekonomi.

    2. Instrumen penelitian hanya menggunakan kuesioner tentang pengetahuan

    pencegahan ulkus, belum ada wawancara mendalam tentang pengetahuan

    ulkus secara keseluruhan dan sumber pengetahuan responden.

    3. Jumlah dan karakteristik sampel masih belum terlalu homogen.

  • 45

    BAB VII

    SIMPULAN DAN SARAN

    A. Simpulan

    1. Hasil yang di dapatkan adalah rata-rata pasien lama menderita diabetes melitus

    adalah 7,71 tahun, dengan nilai minimal 1 tahun dan maksimal 19 tahun.

    2. Pengetahuan penderita DM tentang pencegahan ulkus diabetik hanya 6,7%

    yang menjawab dengan benar semua item pertanyaan yang terlampir dalam

    kuesioner penelitian.

    3. Dari hasil uji statistik di dapatkan tidak ada hubungan antara lama menderita

    diabetes melitus dengan pengetahuan pencegahan ulkus diabetik dengan nilai

    p=0.061. artinya semakin lama menderita DM belum tentu pengetahuan

    pencegahan ulkus diabetiknya semakin baik.

    B. Saran

    1. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut dan mendalam tentang pengetahuan

    ulkus diabetik.

    2. Penderita diabetes melitus harus mempunyai kesadaran yang tinggi untuk

    mencari tau lebih banyak tentang komplikasi diabetes melitus berikut cara

    pencegahannya

    3. Petugas kesehatan seharusnya meningkatkan sosialisasi tentang ulkus diabetik

    pada masyarakat khususnya penderita diabetes melitus. Hal ini untuk

    meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya pencegahan ulkus

    diabetik khususnya pada penderita DM.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Alimun Hidayat Aziz. A., Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika. 2007.

    American Diabetes Association, exercise, In : Phicians Guide to Insulin Dependen (Tipe 1) Diabetes : Diagnosis and Treatment, America Diabetes.

    Begum, Shaule. Dkk, Knowlege and Practice of Prevention of Foot Ulcer Among Patient With Diabetes Melitus. Faculty of Nursing, Prince of Songkla University. 2010.

    Dep.Kes RI. Diabetes Merupakan Masalah yang Serius, diakses tanggal 25 januari 2012. http;//www.depkes.go.id/index.php.

    Dercoli, Eva, dkk. Majalah Kedokteran Indonesia Volume: 58, Nomor: 1, Januari 2008.

    Hastuti, Rini Tri. Faktor-faktor Resiko Ulkus Diabetika Pada Penderita Diabetes Melitus. Universitas Diponegoro Semarang.

    Eprints.undip.ac.id/1886/1/Rini_Tri_Hastuti.pdf.2008.

    Kementrian Kesehatan RI. File:///F:/DM/414-tahun2030-prevalensi-diabetes-melitus-di-indonesia-mencapai-213-juta-orang.html diakses tanggal 12 februari 2012.

    Manaf A. Insulin : Mekanisme Sekresi dan Aspek Metabolisme. Dalam : Aru W, dkk, editors, Ilmu pPenyakit Dalam, jilid III, edisi keempat., Jakarta: Penerbit FK UI. 2006.

    Medika. Jurnal Kedokteran Indonesia. Penanganan Tukak Diabetik Menggunakan Dressing Modern. http://www.jurnalmedika.com/edisi-tahun-2010/edisi-no-06-vol-xxxvi-2010/202-kegiatan/323-penanganan-tukak-diabetik-menggunakan-dressing-modern. Diakses tanggal 6 februari2012.

    Misnadiarly. Diabetes Melllitus : Ulcer, Infeksi, Gangren. Jakarta: Penerbit Populer Obor. 2006.

    Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Keehatan. Jakarta :Rineka Cipta. 2010.

    Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Eka Cipta 2007.

  • Nursalam. Knsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jilid 2. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. 2008.

    PERKENI. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta : 2006.

    Peter J. Watkins, dkk., Diabetes and Its Management. Penerbit Blackwell Publishing. 2004.

    Riyanto B. Infeksi Pada Kaki Diabetik. Dalam : Darmono, dkk, editors. Naskah Lengkap Diabetes Melitus Ditinjau dari Berbagai Aspek Penyakit Dalam dalam Rangka Purna Tugas Prof Dr.dr.RJ Djokomoeljanto. Badan penerbit Universitas Diponegoro Semarang. 2007.

    Setiadi. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu. 2007.

    Subekti I. Neoropati Diabetik. Dalam : Ari W, dkk, , editors, Ilmu pPenyakit Dalam, jilid III, edisi keempat., Jakarta: Penerbit FK UI. 2002.

    The Diabetic Foot Journal, 2010. Vol 13. No 2. Pages 100-103 http://www.diabeticfootjournal.co.uk/journal-content/view/severe-thermal-injury-of-the-neuropathic-diabetic-diabetic-foot-a-case-report/preview diakses tanggal 22 maret 2012.

    Waspadji, S. Kaki Diabetes. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan IPD FKUI. 2006.

    WHO. Prevention of Diabetes Mellitus. Technical Report Series 844, Geneva, 2000.

    Petra christian university library. Pengalaman Audit Akuntan. Petra christian university library-/Jiunkpe/s1/eakt/2007/Jiunkpns-s1-2007-32402074-8929-akuntan-pemeriksa-chapter2.pdf.

    http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20589/4/Chapter%20II.pdf. Diakses pada tanggal 1 januari 2013

    http://arokhman.unsoed.ac.id/files/2009/06/iv-statistik-parametrik.pdf. Diakses pada tanggal 3 januari 2013

  • A. Data Demografi/Identitas :

    1. Nomor Responden :

    2. Inisial Responden :

    3. Lama Menderita DM :

    A. Kuesioner pengetahuan Klien Terhadap Upaya Pencegahan Ulkus Diabetik

    No. Pertanyaan Benar Salah

    a. Pengertian Ulkus Diabetik

    1.a Ulkus Diabetik merupakan komplikasi dari Diabetes Melitus

    2.a Ulkus diabetes merupakan luka pada kaki penderita diabetes melitus yang terjadi karena aliran darah ke kaki tidak lancar

    b. Perawatan kaki

    1.b Penderita diabetes harus selalu membersihkan dan mencuci kaki setiap hari dengan memakai sabun dan mengeringkan secara sempurna terutama diantara jari-jari kaki, hal ini dapat mengurangi pertumbuhan bakteri dan jamur pada kaki.

    2.b Kuku sebaiknya tidak digunting tapi dikikir karena Rasa nyeri pada kaki dapat berkurang, sehingga bila kulit disekitar kuku terluka tidak akan terasa

    3.b tidak meng-kikir kuku terlalu pendek, atau terlalu dalam pada tepi kanan kirinya.

    4.b Menghindari penggunaan air panas atau bantal panas pada kaki

    5.b Penderita diabetes melitus TIDAK PERLU memeriksa kaki dan celah kaki setiap hari apakah terdapat pengerasan, luka atau lecet

    6.b Berjalan tanpa alas kaki, termasuk di pasir dapat mengakibatkan lecet atau luka di kaki yang tidak terasa sehingga menjadi ulkus diabetik.

    7.b Pasien diabetes melitus Tidak perlu memeriksa diri secara rutin ke dokter dan memeriksa kaki setiap kontrol.

    c. Penggunaan Sepatu

  • 1.c Sepatu harus terbuat dari kulit, kuat, pas (cukup ruang untuk ibu jari kaki dan tidak buleh dipakai tanpa kaos kaki).

    2.c Sebelum memakai sepatu, memeriksa sepatu terlebih dahulu, kalau ada batu atau lain-lain, karena dapat menyebabkan iritasi dan luka terhadap kulit

    3.c Kaos kaki terbuat dari bahan wol atau katun, jangan memakai dari bahan sintetis karena akan menyebabkan kaki berkeringat.

  • Hasil uji validitas dan reliabilitas SPSS

  • Output hasil analisa Univariat dan Bivariat

    Univariat Descriptive Statistics

    N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

    lamanya menderita DM dalam tahun

    45 1 19 7.51 5.194

    Valid N (listwise) 45

    Bivariat

    Model Summaryb

    Model R R Square Adjusted R

    Square Std. Error of the

    Estimate

    1 .282a .080 .058 15.140

    a. Predictors: (Constant), lamanya menderita DM dalam tahun b. Dependent Variable: nilai pengetahuan ttg pencegahan ulkus DM

    ANOVAb

    Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

    1 Regression 851.483 1 851.483 3.715 .061a

    Residual 9856.961 43 229.232

    Total 10708.444 44

    a. Predictors: (Constant), lamanya menderita DM dalam tahun

    b. Dependent Variable: nilai pengetahuan ttg pencegahan ulkus DM

  • Coefficientsa

    Model

    Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

    t Sig. B Std. Error Beta

    1 (Constant) 67.750 3.998 16.944 .000 lamanya menderita DM dalam tahun

    .847 .439 .282 1.927 .061

    a. Dependent Variable: nilai pengetahuan ttg pencegahan ulkus DM

  • Grafik Scatterplot

  • KEMENTERHN AGAMAtrNryERsITAS rSLAM r\EGERT ( UIN )SYARIF HIDAYATTJLLAH JAKARTA

    FAKT]LTAS KEDOKIERAN DAN ILMU KESEIIATANl. Kertamukti No. 5 pisansan cipurat r54re S"h;;t. ;ffi.'#jfJ::ill *;{iffiP#1ifl?.r.

    Nomor : Un.0llFl0/KM.}t.zlwt$ t}ltzLampiran : -Hal : Permohonan Izin Penelitian

    Ciputatfl,f, luli20l2

    Kepada Yang TerhormatKepala Puskesmas CiputatJl. Ki Hajar Dewantoro No.7 Ciputatdi

    Ciputat-Tangerang

    Assalamu'alaikum Wr. Wb.Dalam rangka penyelesaian tugas akhir perkuliahan mahasiswa

    diperlukan penyusunan skripsi yang berjudul "Hubungan l-ama MenderitaDiabetes Melitus Dengan Pengetahuan pencegahan ulkus Diabetik diPuskesmas Ciputat Tangerang Selatan 2012"

    sehubungan dengan itu kami mohon diberikan izin melaksanakanpenelitian atas nama:NamaNIMSemesterProgram StudiFakultas

    Wardatul Washilah108104000054VIilIlmu KeperawatanKedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN SyarifHidayatullah Jakarta

    Demikian atas perhatian dan bantuan saudara kami ucapkan terimakasih.

    \Massalamu'alaikum Wr. Wb.

    Tembusan:Dekan FKIK

  • PEMERTNTAH KOTA TANGERANG SELATAI{DINAS KESEHIffAN

    Jl. Witana Harja Komp. Sasmita Jaya No. 27Telp.02l -7M1557,Fax.021 -7441236 - Pamulang m

    Nomor

    Lampiran

    Perihal

    800 |ow"il Dinkes l Yl 1 2012I BerkasPemilerian lzin Pengambilan Data

    Nama

    tlNIM

    Program Studi

    Judul

    Tembusan :Ythl. Ibu Wali kota Tangerang Selatan, (sebagai laporan);2. Kepala UPT Puskesmas Ciputat di Kota Tangerang Selatanl3. Yang Bersanskutan.

    Pamulang, 25 Juni 2012

    Kepada Yth,

    Dekan

    UIN Syarif Hidayatullah JakartaFakultas l(edokteran dan Ilmu l(esehatandi-

    TEMPAT

    Sehubungan dengan adanya surat dari UIN Syarif Hida5,atullah Jakarta Fakultas

    Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Nomor: Un.0l / F.l0 / KM.0l .21 1445 12012, perihalPermohonan lzin Studi Pendahuluan atas nama.

    : Wardatul Washilah

    :108104000054

    : Ilmu Keperawatan

    : "Huburgan Lama Menderita Diabetes dengan Pengelu-

    huan Pencegahan Ullrus Diabetik"Pada dasarnya karni tidak keberatan untuk memberikan Izin Studi Pendahuluan

    yang dilakukan olelr Mahasiswa UIN--Syarif Hidayatullah Jakarta, adapun dalam halpelaksanaannya harap untuk berkoordinasi kepada Kepala UPT Puskesmas yang akarrdikunjungi dan nama-nama mahasiswa terlampir.

    Demikian atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

    SEKRETARIS DINAS KESEHATANKOTA TAN NG SELATAN

    ' NIP."19571220 198901 2 001