YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

273
TINGKAT PEMENUHAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA BANGUNAN GEDUNG DAN LINGKUNGAN DI UNIT PRODUKSI AMONIAK PT PETROKIMIA GRESIK TAHUN 2014 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) Disusun Oleh: YUSUF AL AZIZ NIM : 1110101000091 PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M/1435 H

Transcript of YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

Page 1: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

TINGKAT PEMENUHAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN

PADA BANGUNAN GEDUNG DAN LINGKUNGAN DI UNIT

PRODUKSI AMONIAK PT PETROKIMIA GRESIK TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Disusun Oleh:

YUSUF AL AZIZ

NIM : 1110101000091

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014 M/1435 H

Page 2: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf
Page 3: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

iii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANPROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKATPEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJASkripsi, April-Juni 2014

Yusuf Al Aziz, NIM : 1110101000091

TINGKAT PEMENUHAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADABANGUNAN GEDUNG DAN LINGKUNGAN DI UNIT PRODUKSI AMONIAKPT PETROKIMIA GRESIK TAHUN 2014

xxiii + 220 Halaman + 47 Tabel + 2 Bagan + 14 gambar + 6 Lampiran

ABSTRAK

PT Petrokimia Gresik merupakan perusahaan produsen pupuk dan bahan-bahan kimia berbahaya di Indonesia. Hasil produksinya beragam, dari produk pupukhingga bahan kimia berbahaya seperti amoniak. Hasil identifikasi bahaya kebakaranyang dilakukan oleh Departemen Manajemen Risiko PT Petrokimia Gresikmenunjukkan Unit Produksi Amoniak memiliki peluang terjadinya kebakaran yangtinggi (high risk), frekuensi terjadinya kebakaran yang sering (frequently) serta dampakyang ditimbulkan juga sangat besar (catastrophic). Data menunjukkan telah terjadi 11kasus kebakaran dalam 5 tahun terakhir. Perusahaan telah menerapkan sistem proteksikebakaran namun belum mengevaluasi tingkat pemenuhannya.

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis tingkat pemenuhan sistemproteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan di Unit Produksi AmoniakPT Petrokimia Gresik tahun 2014 dengan menggunakan standar acuan Permen PU No.26/PRT/M/2008, Standar Nasional Indonesia (SNI) dan National Fire ProtectionAssociation (NFPA). Penelitian ini bersifat kualitatif dengan melakukan observasi,wawancara mendalam serta dengan melakukan telaah dokumen. Informan penelitiandalam penelitian ini yaitu 1 orang informan kunci, 5 orang informan utama dan 4 oranginforman pendukung. Penelitian ini dilakukan dari bulan April hingga Juli 2014.

Hasil penelitian menunjukkan tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaranpada bangunan gedung dan lingkungan di Unit Produksi Amoniak secara keseluruhanadalah sebesar 74,22%, artinya sebagian besar komponen sistem proteksi kebakarandapat berfungsi dengan baik, namun masih terdapat sub komponen yang

Page 4: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

iv

pemenuhannya kurang sempurna, diantaranya yaitu tingkat pemenuhan komponenakses dan pasokan air untuk pemadam kebakaran sebesar 20% (tidak tersedia jalurkhusus akses pemadam kebakaran), tanda petunjuk arah evakuasi sebesar 45%,konstruksi tahan api sebesar 90%, detektor kebakaran sebesar 78%, sistem springklerotomatik sebesar 86%, sistem pipa tegak sebesar 71,4%, APAR sebesar 91,4% danpusat pengendali kebakaran sebesar 70%.

Saran yang dapat diberikan adalah pihak perusahaan sebaiknya segeramenyediakan jalur khusus untuk kendaraan pemadam kebakaran dengan penandaankhusus, menyediakan kepala springkler cadangan yang sesuai tipe dan spesifikasinyadengan springkler yang sudah terpasang, dan menyelesaikan instalasi central fire panelindicator yang ada di ruang pusat pengendali kebakaran. Selain itu pemeliharaan jugaperlu dilakukan secara berkala agar sistem proteksi kebakaran yang sudah terpasangselalu dalam keadaan baik dan siap digunakan setiap saat.

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judulKata Kunci: Tingkat Pemenuhan, Sistem Proteksi Kebakaran, AmoniakDaftar Bacaan: 44 (1970-2013)

Page 5: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

v

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCESTUDY PROGRAM OF PUBLIC HEALTHOCCUPATIONAL SAFETY AND HEALTHUndergraduate Thesis, April - June 2014

Yusuf Al Aziz, NIM : 1110101000091

THE COMPLIANCE LEVEL OF FIRE PROTECTION SYSTEM FORBUILDING AND ENVIRONMENT AT AMMONIA PRODUCTION UNIT OFPT PETROKIMIA GRESIK IN 2014

xxiii + 220 Pages + 47 Tables + 3 Graphics + 14 Pictures + 6 Appendixes

ABSTRACT

PT Petrokimia Gresik are fertilizers producer and hazardous chemicalsmanufacturer in Indonesia. Its products vary from a wide range of fertilizers up tohazardous chemical such as Ammonia. The outcome of fire hazard identification fromRisk Management Department of PT Petrokimia Gresik indicates that AmmoniaProduction Unit has high probability to be caught on fire (high risk), on which itsnumber of fire occurrences are high (frequently), and its impact is also disastrous(catastrophic). The data showed that 11 cases of fires have occurred in the last 5 years(2009-2013). Although the company has implemented a fire protection system, it hasnot evaluated its level of compliance yet.

This study was conducted to analyze the compliance level of fire protectionsystem for building and environment at Ammonia Production Unit of PT PetrokimiaGresik in 2014 by using standards reference of Permen PU No. 26/PRT/M/2008,Standar Nasional Indonesia (SNI) and National Fire Protection Association (NFPA).This is a qualitative study using the observation methods, in depth interview, anddocument review. The informants of this study are one person as a key informant, 5people as main informants, and 4 people as proponent informants. This study wasconducted from April to July 2014.

The result showed that the compliance level of fire protection system forbuilding and environment in Ammonia Production Unit is equal to 74,22%. It can beimplied that most of the components of fire protection system have been complied, but

Page 6: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

vi

there are still a discrepancy in some of the installation, they are 20% of access andwater supply for fire truck (inadequate fire truck access), 45% of evacuation sign, 90%of fire resistance construction, 78% of fire detector, 86% of automatic water sprinklersystem, 71,4% of stand pipe system, 91,4% of fire extinguisher, and 70% of central firecontrol room.

Company is advised to provide the special track for fire truck and complete itwith giving a sign to the track, provide the compatible type and specification ofsprinkler head’s spare part, and finish the installation of central fire panel indicator infire control room. In addition, company has to maintain all installed components of fireprotection system to keep them in ready to use in its optimal condition.

Key Words: The level of compliance. Fire Protection System, AmmoniaReading List: 44 (1970-2013)

Page 7: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf
Page 8: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf
Page 9: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

ix

1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Yusuf Al Aziz

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat, tanggal Lahir : Batam, 23 Maret 1992

Warganegara : Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Komp. Tiban III Blok A 1 nomor 08 RT 01 RW

05 Kelurahan Patam Lestari, Kecamatan

Sekupang, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau

Telepon/Handphone : 085668268205

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan

1. S1 Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : 2010-2014

2. SMA Negeri 1 Batam : 2007-2010

3. SMP Negeri 3 Batam : 2004-2007

4. SD Negeri 002 Sekupang Batam : 1998-2004

5. TK Islam Al Azhar – Sekupang Batam : 1996-1998

Riwayat Organisasi1. Manager Departemen Occupational Safety and Health (OSH) Science Forum

Studi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (FSK3) UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta periode 2013-2014

2. Kepala Departemen Pengembangan Ekonomi BEM Program Studi Kesehatan

Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2011-2012

Page 10: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

x

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, puji serta syukur selalu dilantunkan Kepada Allah SWT, Sang

Pemilik Pengetahuan dan Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Rasulullah

Muhammad SAW, yang telah berhasil membawa peradaban umat manusia ke zaman

yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Dengan memanjatkan rasa syukur atas segala

nikmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Tingkat

Pemenuhan Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan

Lingkungan di Unit Produksi Amoniak PT Petrokimia Gresik Tahun 2014”.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak dukungan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Keluarga tercinta, Abah Abdullah, Umi Yusmawarni, dan Adinda Masitha

Ayuni, terima kasih atas doa, perhatian, serta kasih sayang kalian yang sangat

luar biasa.

2. Prof. Dr. (hc). dr. M. K. Tajudin, Sp. And selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Ibu Febrianti, M.Si

selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat.

3. Pak Yuli Prapanca Satar MARS., dan Bu Iting Shofwati ST., M.KKK, selaku

Pembimbing I dan II Skripsi, terima kasih penulis ucapkan atas bimbingan,

Page 11: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

xi

saran dan arahan serta motivasi kepada penulis agar senantiasa berupaya

maksimal dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Pak Harto Agianto dan Pak Sugeng Hariadi selaku pembimbing TA di PT

Petrokimia Gresik, terimakasih atas kemudahan dan fasilitas yang telah

diberikan kepada penulis dalam proses pemgumpulan data.

5. Nadita Anggiasari, thank you ♥

6. Sahabat super Permana Eka Satria, Muhammad Amri Yusuf, dan Agung

Raharjo, yang senatiasa “mengganggu” penulis dalam menyelesaikan skripsi.

7. Teman-teman peminatan K3 2010 yang tidak terlewatkan Sony, Zaki, Dani,

Dika, Dian, Randy, Iqbal, Evi, Kiki, Sinta, Asri, Dini,dan Dewi, terimakasih

atas kebersamaannya selama 5 semester ini.

8. Teman-teman yang inspiratif Ilham, Fuad, Prima, Alul, Supri, Angga, Bayu,

Harun, Richo, Angger, Akbar, Febri dan Furin.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak

kekurangan. Kritik dan saran yang membangun senantiasa penulis harapkan agar

dapat dijadikan masukan di waktu mendatang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat

untuk penulis serta pembaca.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jakarta, Juli 2014

Yusuf Al Aziz

Page 12: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

xii

DAFTAR ISI

Lembar Pernyataan……………………………………………………………… ii

Abstrak…………………………………………………………………………… iii

Abstract…………………………………………………………………………… v

Lembar Pengesahan………............……………………………………………… vii

Lembar Persetujuan………............……………………………………………… viii

Daftar Riwayat Hidup…………………………………………………............... ix

Kata Pengantar…………………………………………………………………… x

Daftar Isi………………………………………………………………………….. xii

Daftar Tabel……………………………………………………........................... xvii

Daftar Bagan…………………………………………………………………….. xx

Daftar Gambar………………………………………………………………… xxi

Daftar Singkatan………………………………………………………………… xxii

Daftar Lampiran………………………………………………………………... xxiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang……………………………………………………………........ 1

1.2. Rumusan Masalah…………………………………………………………….. 7

1.3. Pertanyaan Penelitian…………………………………………………………. 7

1.4. Tujuan………………………………………………………………………… 9

1.4.1. Tujuan Umum…………………………………………………………. 9

Page 13: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

xiii

1.4.2. Tujuan Khusus……………………………………….………………... 9

1.5. Manfaat Penelitian……………………………………………...……………... 11

1.5.1. Bagi Mahasiswa………………………………………...……………... 11

1.5.2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Jakarta…………….. 11

1.5.3. Bagi PT Petrokimia Gresik….………………………………………… 11

1.6. Ruang Lingkup ……………………………………………………………….. 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Api…………………………………………………………………….... 13

2.1.1 Segitiga Api…………………………………………………………… 13

2.1.2 Tetrahedron Api……………………………………………………….. 14

2.1.3 Cara Penjalaran Api…………………………………………………… 14

2.2 Kebakaran……………………………………………………………………. 16

2.2.1 Definisi Kebakaran…………………………………………………… 16

2.2.2 Klasifikasi Kebakaran………………………………………………… 17

2.2.3 Bentuk Kebakaran…………………………………………………….. 17

2.3. Peraturan Mengenai Kebakaran di Indonesia…………………………………. 19

2.3.1 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2009 ……………19

2.3.2 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26/PRT/M/2008…………….19

2.4. Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan……….. 20

2.4.1 Akses dan Pasokan Air untuk Pemadam Kebakaran…………………. 20

2.4.2 Sarana Penyelamatan Jiwa……………………………………………. 22

Page 14: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

xiv

2.4.3 Sarana Proteksi Kebakaran Pasif…………………………………….. 25

2.4.4 Sarana Proteksi Kebakaran Aktif………………………………........ 27

2.4.5 Utilitas Bangunan Gedung……..…………………………………….. 40

2.5 Tingkat Pemenuhan………………………………………………………….... 43

2.5.1 Teknik Skoring……………………………………………………….. 43

2.5.2 Teknik Pembobotan…………………………………………………... 45

BAB III KERANGKA BERFIKIR DEFINISI ISTILAH

3.1 Kerangka Teori………………………………………………………………... 46

3.2 Kerangka Berfikir..……………………………………………………………. 47

3.3 Definisi Istilah………………………………………………………………. 50

3.3.1 Akses dan Pasokan Air untuk Pemadam Kebakaran…………………. 50

3.3.2 Sarana Penyelamatan Jiwa……………………………………………. 51

3.3.3 Sarana Proteksi Kebakaran Pasif…………………………………….. 54

3.3.4 Sarana Proteksi Kebakaran Aktif………………………………........ 55

3.3.5 Utilitas Bangunan Gedung……..……………………………………… 62

BAB IV METODELOGI PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian ……………………………………………...………………... 65

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian…………………………………………………. 65

4.3. Informan…………….…………………………………………………………66

4.4. Instrumen Penelitian………………………………………………………….…69

4.5. Metode Pengumpulan Data……………………………………………………70

Page 15: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

xv

4.5.1 Observasi...…………………………………………………………….. 70

4.5.2 Wawancara…………………………………………………………….. 71

4.5.3 Telaah Dokumen……………………………………………………….. 71

4.6. Validasi Data………………………………………………………………….. 72

4.6.1 Triangulasi sumber…………………………………………………….. 72

4.6.2 Triangulasi metode…………………………………………………….. 74

4.7. Analisis Data…………………………………………………………………...76

BAB V HASIL

5.1 Gambaran Umum PT Petrokimia Gresik……….……...………………........ 84

5.1.1 Profil PT Petrokimia Gresik………………………………………….. 84

5.1.2 Kebijakan, Visi dan Misi PT Petrokimia Gresik……………………… 85

5.1.3 Fasilitas Pabrik…………………………………………………………86

5.1.4 Kepegawaian dan Shift Kerja…………………………………………. 90

5.1.5 Gambaran Departemen Lingkungan dan K3………………………….. 91

5.1.6 Gambaran Proses Produksi di Unit Produksi Amoniak……………… 93

5.1.7 Gambaran Hasil Identifikasi Potensi bahaya Kebakaran…………….. 95

5.2 Gambaran Tingkat Pemenuhan Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan

Gedung dan Lingkungan di Unit Produksi Amoniak………………………… 96

5.2.1 Tingkat Pemenuhan Akses pasokan air untuk pemadam kebakaran…. 99

5.2.2 Tingkat Pemenuhan Sarana Penyelamatan Jiwa……………………… 104

5.2.3 Tingkat Pemenuhan Sarana proteksi kebakaran pasif….……............ 112

Page 16: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

xvi

5.2.4 Tingkat Pemenuhan Sarana proteksi kebakaran aktif….……............. 115

5.2.5 Tingkat Pemenuhan Utilitas Bangunan Gedung……......……………. 139

5.3 Gambaran Tingkat Pemenuhan Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan

Gedung dan Lingkungan di Unit Produksi Amoniak………………………… 148

BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian………………………………………………………. 154

6.2 Tingkat Pemenuhan Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan

Lingkungan di Unit Produksi Amoniak………………………………………. 154

6.2.1 Pembahasan Tingkat Pemenuhan Akses dan Pasokan Air Untuk

Pemadam Kebakaran…………………………………………………. 159

6.2.2 Pembahasan Tingkat Pemenuhan Sarana Penyelamatan Jiwa…......... 166

6.2.3 Pembahasan Tingkat Pemenuhan Sarana Proteksi Kebakaran Pasif…. 174

6.2.4 Pembahasan Tingkat Pemenuhan Sarana Proteksi Kebakaran Aktif... 176

6.2.5 Pembahasan Tingkat Pemenuhan Utilitas Bangunan Gedung………. 198

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan…………………………………………………………………....... 210

7.2 Saran…………………………………………………………………............. 212

7.2.1 Saran Untuk Perusahaan……………………………………............... 212

7.2.2 Saran Untuk Peneliti Selanjutnya…………………………................. 215

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………...216

LAMPIRAN…………………………………………………………………………………..221

Page 17: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tingkat penilaian audit kebakaran…………………………………. 44

Tabel 2.2 Hasil Pembobotan menurut Permen PU No.26 tahun 2008………. 45

Tabel 3.1 Definisi Istilah Akses dan pasokan air untuk pemadam kebakaran. 50

Tabel 3.2 Definisi Istilah Sarana jalan keluar……………………...…………. 51

Tabel 3.3 Definisi Istilah Tanda petunjuk arah evakuasi…………..………….52

Tabel 3.4 Definisi Istilah Tempat berhimpun………………….......…………. 53

Tabel 3.5 Definisi Istilah Konstruksi tahan api………………………………..54

Tabel 3.6 Definisi Istilah Detektor kebakaran………………………………... 55

Tabel 3.7 Definisi Istilah Alarm kebakaran……..…………………………….56

Tabel 3.8 Definisi Istilah Titik panggil manual………………………………. 57

Tabel 3.9 Definisi Istilah Sistem springkler otomatik..……………………… 58

Tabel 3.10 Definisi Istilah Hidran…………..…………………………………..59

Tabel 3.11 Definisi Istilah Sistem pipa tegak…….…………………………… 60

Tabel 3.12 Definisi Istilah Alat Pemadam Api Ringan……………………….. 61

Tabel 3.13 Definisi Istilah Sumber daya listrik………..……………………… 62

Tabel 3.14 Definisi Istilah Pusat pengendali kebakaran………….……………. 63

Tabel 3.15 Definisi Istilah Sistem proteksi petir………………………………. 64

Tabel 4.1 Jabatan dan kode informan penelitian………..……………………. 69

Tabel 4.2 Validasi data dengan triangulasi sumber……..……………………. 73

Tabel 4.3 Validasi data dengan triangulasi metode…. ………………………. 75

Page 18: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

xviii

Tabel 4.4 Jadwal Kegiatan Audit……………………..……………………….79

Tabel 5.1 Jumlah karyawan berdasarkan tingkat pendidikan terakhir……… 90

Tabel 5.2 Jumlah karyawan berdasarkan jabatan…………………………… 90

Tabel 5.3 Jumlah karyawan berdasarkan kelompok shift……………………. 91

Tabel 5.4 Tingkat Penilaian Audit Kebakaran………………………………. 97

Tabel 5.5 Tingkat Pemenuhan Akses dan pasokan air untuk pemadam

kebakaran…………………………………………………….......... 100

Tabel 5.6 Tingkat Pemenuhan Sarana jalan keluar……………………...… 105

Tabel 5.7 Tingkat Pemenuhan Tanda petunjuk arah evakuasi…………..… 107

Tabel 5.8 Tingkat Pemenuhan Tempat berhimpun…………………...……… 110

Tabel 5.9 Tingkat Pemenuhan Konstruksi tahan api………………………… 112

Tabel 5.10 Tingkat Pemenuhan Detektor kebakaran………………………….. 115

Tabel 5.11 Tingkat Pemenuhan Alarm kebakaran……..…………………….... 121

Tabel 5.12 Tingkat Pemenuhan Titik panggil manual……………………….... 123

Tabel 5.13 Tingkat Pemenuhan Sistem springkler otomatik..………………… 124

Tabel 5.14 Tingkat Pemenuhan Hidran…………..………………………........ 128

Tabel 5.15 Tingkat Pemenuhan Sistem pipa tegak…….……………………… 130

Tabel 5.16 Tingkat Pemenuhan Alat Pemadam Api Ringan………………….. 133

Tabel 5.17 Klasifikasi Api pada tabung APAR Dry Chemical Powder………. 137

Tabel 5.18 Tingkat Pemenuhan Sumber daya listrik………..………………... 139

Tabel 5.19 Tingkat Pemenuhan Pusat pengendali kebakaran………….……… 143

Tabel 5.20 Tingkat Pemenuhan Sistem proteksi petir………………………… 146

Page 19: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

xix

Tabel 5.21 Rata-rata tingkat pemenuhan sarana penyelamatan jiwa…………. 149

Tabel 5.22 Rata-rata tingkat pemenuhan sarana proteksi kebakaran aktif …… 150

Tabel 5.23 Rata-rata tingkat pemenuhan utilitas bangunan gedung……. …… 151

Tabel 5.24 Hasil pembobotan sistem proteksi kebakaran menurut Permen PU

No. 26 tahun 2008…………………………………………………. 152

Tabel 5.25 Tingkat Pemenuhan Sistem proteksi kebakaran pada bangunan

Gedung dan lingkungan di Unit Produksi Amoniak………………..153

Tabel 6.1 Rekomendasi Jarak pandang dengan tinggi huruf yang ideal…….. 205

Page 20: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

xx

DAFTAR BAGAN

3.1 Kerangka Berfikir…………………………………………………...…… 47

5.1 Struktur organisasi Departemen Lingkungan dan K3 PT Petrokimia…… 92

5.2 Diagram hasil tingkat pemenuhan komponen sistem proteksi kebakaran pada

bangunan gedung dan lingkungan di Unit Produksi Amoniak………….… 92

Page 21: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

xxi

DAFTAR GAMBAR

2.1 Teori Segitiga Api…………………………………………………………. 13

3.1 Kerangka Teori….…………………………………………………………. 46

5.1 Flow diagram produksi Amoniak PT Petrokimia Gresik………………….. 94

5.2 Ilustrasi tanda petunjuk arah evakuasi serta ukuran huruf...………………. 109

5.3 Ilustrasi tempat berhimpun di Unit Produksi Amoniak ………...………… 111

6.1 Ilustrasi lebar kendaraan pemadam kebakaran dan jalan lingkungan…….. 163

6.2 Ilustrasi jalan lingkungan dengan 3 unit damkar………………………….. 164

6.3 Sarana jalan keluar (tampak atas)………….……………………………… 167

6.4 Tanda petunjuk arah evakuasi dengan iluminasi…………..……………… 170

6.5 Ilustrasi instalasi detektor kebakaran di Unit Produksi Amoniak ……… 178

6.6 Ilustrasi penempatan titik panggil manual ………………….…………….. 185

6.7 Ilustrasi penempatan APAR……………..………………….…………….. 196

6.8 Penandaan ruang pusat pengendali kebakaran…………..….…………….. 205

Page 22: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

xxii

DAFTAR SINGKATAN

BUMN : Badan Usaha Milik Negara

PIHC : Pupuk Indonesia Holding Company

PLN : Perusahaan Listrik Negara

SPP : Sistem Proteksi Petir

NFPA : National Fire Protection Association

SNI : Standar Nasional Indonesia

APAR : Alat Pemadam Api Ringan

K3 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja

PMK : Pemadam Kebakaran

SMK3 : Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

STG : Steam Turbine Generator

GTG : Gas Turbine Generator

P2K3 : Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Permen PU : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

AHP : Analytical Hierarchical Process

IEC : International Electrotechnical Commision

FD : Flame Detector

GD : Gas Detector

DCS : Distributed Control System

Page 23: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

xxiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Pernyataan Perizinan Pengambilan Data

Lampiran 2 Lembar Checklist dan Pedoman Wawancara

Lampiran 3 Matriks Wawancara

Lampiran 4 Dokumentasi Komponen Sistem Proteksi Kebakaran

Lampiran 5 Sertifikat Pengesahan

Lampiran 6 Lay Out

Page 24: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di zaman yang modern ini, keadaan darurat merupakan satu-satunya

kondisi yang tidak akan pernah terlepas dan akan selalu terjadi dimana saja,

baik dalam bentuk bencana alam maupun non alam, salah satunya adalah

kebakaran. Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26 tahun 2008

kebakaran merupakan suatu fenomena yang timbul akibat adanya peningkatan

suhu dari suatu bahan yang kemudian bereaksi secara kimia dengan oksigen

sehingga menghasilkan panas dan pancaran api, mulai dari awal terjadinya api,

ketika proses penjalaran api, hingga asap dan gas yang ditimbulkan

(Departemen Pekerjaan Umum, 2008). Selain itu kebakaran juga dapat

diartikan sebagai suatu reaksi eksotermis di dalam proses oksidasi yang cepat,

dimana bagian dari energi yang dikeluarkan akan mendukung berlangsungnya

proses tersebut (Fire Safety Bureau, 1997). Dan menurut World Health

Organization, kebakaran merupakan suatu kejadian yang dapat terjadi dimana

saja baik itu di wilayah pemukiman penduduk, tempat umum, perkotaan,

industri, maupun di hutan (WHO, 2010).

Di Amerika Serikat pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2013

peristiwa kebakaran mencapai 1.375.000 kasus (United State Fire

Administration, 2013). Sedangkan di negara bagian West Virginia, pada tahun

Page 25: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

2

2012 sampai dengan 2013 terjadi 73.579 kejadian kebakaran dengan jumlah

kebakaran di pedesaan sebanyak 23.279 dan di perkotaan sebanyak 32.350 serta

di kawasan industri sebanyak 17.950 kasus (Karter, 2013).

Faktor-faktor penyebab terjadinya kebakaran di suatu kawasan industri

secara umum menurut Ramli dalam Petunjuk Praktis Manajemen Kebakaran

(2010) yaitu faktor manusia dan faktor teknis. Untuk kasus kebakaran di

kawasan industri dan pemukiman di Indonesia, faktor teknis yang paling utama

sebagai penyebab terjadinya kebakaran diantaranya yaitu minimnya sarana dan

sistem proteksi kebakaran, buruknya penataan ruang atau housekeeping, serta

adanya hubungan pendek arus listrik (Nugroho, 2010).

Kawasan industri yang serangkaian aktivitas produksinya berpotensi

menimbulkan kebakaran serta prosesnya menggunakan bahan-bahan mudah

terbakar memiliki risiko kebakaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan

pemukiman dan tempat umum lainnya. Berkaitan dengan hal tersebut, Undang-

Undang Nomor 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja menyatakan bahwa

suatu perusahaan harus berupaya untuk menciptakan tempat kerja yang sehat,

selamat, dan aman dari bahaya kebakaran. Salah satu upaya yang dapat

dilakukan yaitu dengan menerapkan sistem proteksi kebakaran di tempat kerja.

Sistem tersebut kemudian perlu dievaluasi secara berkala agar tetap berfungsi

sebagaimana mestinya sehingga suatu tempat kerja dapat terhindar dari

kerugian akibat terjadinya kebakaran.

Page 26: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

3

Suatu industri yang mengalami bencana kebakaran akan memiliki

kerugian yang sangat besar karena menyebabkan terhentinya proses produksi

dan hilangnya peluang kerja yang pada akhirnya berdampak pada menurunnya

produktivitas perusahaan (Eckhoff, 2005). Dengan besarnya tingkat kerugian

tersebut maka pihak perusahaan perlu berupaya untuk lebih meningkatkan

upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap bencana kebakaran, salah satu

caranya yaitu dengan mengevaluasi penerapan sistem proteksi kebakaran di

perusahaan tersebut.

Evaluasi terhadap sistem merupakan salah satu penerapan utama dari

tujuan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yaitu

continuous improvement. Oleh karena itu sangat penting bagi suatu perusahaan

untuk mengetahui seberapa efektif sistem yang sedang mereka jalankan

(Furness, 2007). Dengan dilakukannya evaluasi terhadap sistem proteksi

kebakaran, diharapkan perusahaan dapat mengetahui kondisi aktual dari sistem

yang sedang dijalankan, dapat memahami kesesuaian sistem terhadap standar

yang ada, dan dapat mengukur seberapa besar tingkat pemenuhan sistem

proteksi kebakaran yang sedang dijalankan tersebut.

PT Petrokimia Gresik merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

dibawah jangkauan Departemen Perindustrian dan Perdagangan yang bergerak

di bidang produksi pupuk, dan bahan-bahan kimia (H2SO4, H3PO4, NH3, CO2,

cement retarder, dan alumunium fluoride). PT Petrokimia Gresik mempunyai 3

lokasi pabrik yang masing-masing memiliki proses produksi dan menghasilkan

Page 27: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

4

bahan yang berbeda-beda. Pabrik I (pabrik pupuk nitrogen) menghasilkan

Amoniak, ZA I dan III, Urea, CO2 dan Dry Ice, dan Utility. Pabrik II (Pabrik

pupuk Phospat) menghasilkan pupuk Phonska, ZK dan NPK. Sedangkan pabrik

III (pabrik Asam Fosfat) menghasilkan Asam Sulfat (H2SO4), Asam Fosfat

(H3PO4), Alumunium Fluoride (AlF3), Cement Retarder, ZA II, serta Utilitas

Batu Bara (Company Profile PT Petrokimia Gresik, 2013).

Ketiga lokasi pabrik tersebut masing-masing memiliki karakteristik

tersendiri, mulai dari raw material yang digunakan, suhu dan tekanan dari

mesin yang dioperasikan, serta proses produksi yang dijalankan, sehingga

masing-masing pabrik mempunyai tingkat potensi bahaya kebakaran yang

berbeda-beda pula. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan

pada studi pendahuluan, lokasi pabrik yang memiliki tingkat potensi bahaya

kebakaran paling tinggi di PT Petrokimia Gresik yaitu di pabrik I tepatnya di

Unit Produksi Amoniak.

Data kejadian kebakaran dan ledakan industri amoniak di dunia

menunjukkan terdapat 2 kasus ledakan tangki penyimpanan amoniak pada

tahun 2013, yaitu di industri pupuk West Fertilixer Company Texas yang

menyebabkan 15 orang korban jiwa, 200 orang terluka dan sekitar 350 rumah

rusak pada April 2013 (US Chemical Safety and Hazard Investigation, 2013).

Selain itu ledakan juga terjadi di pabrik Weng’s Cold Storage Industrial Co, Ltd

kota Shanghai pada agustus 2013, yang disebabkan karena adanya kebocoran

pada mesin pendingin di tangki penyimpanan amoniak (JPNN, 2013)

Page 28: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

5

Untuk Unit Produksi Amoniak, titik penyalaan (flammability) dari

amoniak (16%-25% vol) di udara adalah lebih tinggi dari pada hydro karbon,

sehingga semprotan amoniak cair dapat menimbulkan kebakaran. Amoniak

juga memiliki suhu penyalaan sendiri (Auto Ignition Temperature) yaitu pada

suhu 659,11oC dengan tekanan uapnya mencapai 10 atm pada suhu 25,7oC

(Departemen Manajemen Resiko PT Petrokimia Gresik, 2013). Berdasarkan

teori segitiga api untuk menentukan konsep terjadinya suatu kebakaran,

keseluruhan proses produksi di Unit Produksi Amoniak memenuhi ketiga unsur

penyalaan api, yaitu adanya sumber panas yang potensial, terdapat bahan bakar,

serta oksigen. Dengan adanya konsentrasi oksigen yang tinggi di udara,

ditambah dengan proses produksi yang menggunakan sumber panas dari mesin

reactor, maka uap amoniak sebagai bahan bakar jenis flammable gas tersebut

dengan mudah akan terbakar.

Data kebakaran menunjukkan, selama 5 tahun terakhir di Unit Produksi

Amoniak telah terjadi kebakaran sebanyak 11 kasus dari tahun 2009 hingga

bulan November 2013. Rata-rata kebakaran terjadi karena adanya kebocoran

pada pipa gas yang mengandung amoniak, ataupun pipa yang mengandung gas

alam seperti H2. Saat kebocoran tersebut terjadi, secara bersamaan terdapat

pekerjaan pemeliharaan yang memerlukan kegiatan pengelasan di unit produksi

tersebut. Dikarenakan line pipa yang mengandung gas alam tersebut bocor dan

tidak terdeteksi oleh sistem detektor yang sudah ada, maka ledakan serta

semburan api terjadi. Dampak yang ditimbulkan akibat kebakaran tersebut yaitu

Page 29: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

6

hilangnya waktu produksi antara 3 hari hingga 2 pekan, yang otomatis

mengurangi keuntungan perusahaan. Tidak hanya itu dampak lainnya adalah

kerusakan pada mesin dan cidera pada pekerja.

Untuk menanggulangi potensi bahaya kebakaran di Unit Produksi

Amoniak tersebut, PT Petrokimia Gresik sudah menerapkan sistem proteksi

kebakaran, namun pihak perusahaan belum melakukan evaluasi terhadap

tingkat pemenuhan sistem proteksi yang sudah ada. Dilihat dari jumlah

kejadian kebakaran yang terjadi dan dampak kerugian yang ditimbulkan, serta

belum dievaluasinya tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran yang sudah

ada, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui

tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan

lingkungan di Unit Produksi Amoniak PT Petrokimia Gresik tahun 2014.

Penelitian ini menggunakan beberapa standar acuan diantaranya

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26 tahun 2008 tentang Persyaratan

Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan,

Standar Nasional Indonesia (SNI) serta National Fire Protection Association

(NFPA). Peneliti menggunakan Permen PU Nomor 26 tahun 2008 sebagai

standar acuan, karena Unit Produksi Amoniak termasuk ke dalam klasifikasi

bangunan gedung kelas 8, yaitu bangunan gedung yang dipergunakan untuk

tempat pemrosesan suatu produk, perakitan, perubahan, perbaikan, pengepakan,

finishing, atau pembersihan barang-barang produksi dalam rangka perdagangan

atau penjualan.

Page 30: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

7

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil wawancara pada studi pendahuluan yang

dilaksanakan pada 20 Februari 2014, dengan Pak Susantyo, Kepala bagian

Pemadam Kebakaran (PMK) PT Petrokimia Gresik, beliau mengatakan bahwa

hasil identifikasi risiko yang dilakukan oleh Departemen Manajemen Risiko PT

Petrokimia Gresik, menunjukkan Unit Produksi Amoniak memiliki potensi

bahaya kebakaran yang tinggi (high), frekuensi terjadinya kebakaran yang

sering (frequently) serta dampak yang ditimbulkan juga tergolong besar

(catastrophic). Beliau menambahkan, sistem proteksi kebakaran di Unit

Produksi Amoniak yang sudah diterapkan sampai saat ini belum dievaluasi

tingkat pemenuhannya. Hal tersebut membuat peneliti tertarik untuk

mengetahui tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di Unit Produksi

Amoniak PT Petrokimia Gresik tahun 2014. Penelitian ini menggunakan

beberapa standar acuan diantaranya Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor

26 tahun 2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada

Bangunan Gedung dan Lingkungan, Standar Nasional Indonesia (SNI) serta

National Fire Protection Association (NFPA)

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana tingkat pemenuhan akses dan pasokan air untuk pemadam

kebakaran di Unit Produksi Amoniak PT Petrokimia Gresik terhadap

Permen PU No.26/PRT/M/2008?

Page 31: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

8

2. Bagaimana tingkat pemenuhan sarana jalan keluar di Unit Produksi

Amoniak PT Petrokimia Gresik terhadap SNI 03-1746-2000?

3. Bagaimana tingkat pemenuhan tanda petunjuk arah evakuasi di Unit

Produksi Amoniak PT Petrokimia Gresik terhadap Permen PU

No.26/PRT/M/2008?

4. Bagaimana tingkat pemenuhan tempat berhimpun di Unit Produksi

Amoniak PT Petrokimia Gresik terhadap Standar NFPA 101 Life Safety

Code?

5. Bagaimana tingkat pemenuhan konstruksi tahan api di Unit Produksi

Amoniak PT. Petrokimia Gresik terhadap SNI 03-1736-2000?

6. Bagaimana tingkat pemenuhan detektor kebakaran di Unit Produksi

Amoniak PT Petrokimia Gresik terhadap SNI 03-3985-2000?

7. Bagaimana tingkat pemenuhan alarm kebakaran di Unit Produksi Amoniak

PT Petrokimia Gresik terhadap SNI 03-3985-2000?

8. Bagaimana tingkat pemenuhan titik panggil manual di Unit Produksi

Amoniak PT Petrokimia Gresik terhadap SNI 03-3985-2000?

9. Bagaimana tingkat pemenuhan sistem springkler otomatik di Unit Produksi

Amoniak PT Petrokimia Gresik terhadap SNI 03-3989-2000?

10. Bagaimana tingkat pemenuhan hidran di Unit Produksi Amoniak PT

Petrokimia Gresik terhadap SNI 03-1745-2000?

11. Bagaimana tingkat pemenuhan sistem pipa tegak di Unit Produksi

Amoniak PT Petrokimia Gresik terhadap SNI 03-1745-2000?

Page 32: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

9

12. Bagaimana tingkat pemenuhan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) di Unit

Produksi Amoniak PT Petrokimia Gresik terhadap Permen PU No.

26/PRT/M/2008?

13. Bagaimana tingkat pemenuhan sumber daya listrik di Unit Produksi

Amoniak PT Petrokimia Gresik terhadap Permen PU No. 26/PRT/M/2008?

14. Bagaimana tingkat pemenuhan pusat pengendali kebakaran di Unit

Produksi Amoniak PT Petrokimia Gresik terhadap Permen PU No.

26/PRT/M/2008?

15. Bagaimana tingkat pemenuhan sistem proteksi petir di Unit Produksi

Amoniak PT Petrokimia Gresik terhadap Permen PU No. 26/PRT/M/2008?

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran pada

bangunan gedung dan lingkungan di Unit Produksi Amoniak PT.

Petrokimia Gresik.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui tingkat pemenuhan akses dan pasokan air untuk

pemadam kebakaran di Unit Produksi Amoniak PT Petrokimia

Gresik.

2. Mengetahui tingkat pemenuhan sarana jalan keluar di Unit Produksi

Amoniak PT Petrokimia Gresik.

Page 33: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

10

3. Mengetahui tingkat pemenuhan tanda petunjuk arah evakuasi di

Unit Produksi Amoniak PT Petrokimia Gresik..

4. Mengetahui tingkat pemenuhan tempat berhimpun di Unit Produksi

Amoniak PT Petrokimia Gresik.

5. Mengetahui tingkat pemenuhan konstruksi tahan api di Unit

Produksi Amoniak PT Petrokimia Gresik.

6. Mengetahui tingkat pemenuhan detektor kebakaran di Unit

Produksi Amoniak PT Petrokimia Gresik.

7. Mengetahui tingkat pemenuhan alarm kebakaran di Unit Produksi

Amoniak PT Petrokimia Gresik.

8. Mengetahui tingkat pemenuhan titik panggil manual di Unit

Produksi Amoniak PT Petrokimia Gresik.

9. Mengetahui tingkat pemenuhan sistem springkler otomatik di Unit

Produksi Amoniak PT Petrokimia Gresik.

10. Mengetahui tingkat pemenuhan hidran di Unit Produksi Amoniak

PT Petrokimia Gresik.

11. Mengetahui tingkat pemenuhan sistem pipa tegak di Unit Produksi

Amoniak PT Petrokimia Gresik.

12. Mengetahui tingkat pemenuhan Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

di Unit Produksi Amoniak PT Petrokimia Gresik.

13. Mengetahui tingkat pemenuhan sumber daya listrik di Unit

Produksi Amoniak PT Petrokimia Gresik.

Page 34: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

11

14. Mengetahui tingkat pemenuhan pusat pengendali kebakaran di Unit

Produksi Amoniak PT Petrokimia Gresik.

15. Mengetahui tingkat pemenuhan sistem proteksi petir di Unit

Produksi Amoniak PT Petrokimia Gresik.

1.5 Manfaat

1.5.1 Manfaat bagi mahasiswa

a. Hasil dari penelitian ini dapat menambah wawasan dan

pengetahuan mahasiswa mengenai sistem proteksi kebakaran pada

bangunan gedung dan lingkungan.

b. Menambah wawasan, pengetahuan, pemahaman serta pengalaman

mahasiswa dalam merancang dan melaksanakan suatu penelitian

1.5.2 Manfaat bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Jakarta

a. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk mengembangkan

penelitian, khususnya mengenai sistem proteksi kebakaran pada

bangunan gedung dan lingkungan.

b. Dapat dijadikan masukan yang bermanfaat untuk kurikulum

Peminatan K3 Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

1.5.3 Manfaat bagi PT Petrokimia Gresik

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi

pihak perusahaan untuk memperbaiki sistem proteksi kebakaran pada

Page 35: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

12

bangunan gedung dan lingkungan di Unit Produksi Amoniak yang

belum sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26

tahun 2008, Standar Nasional Indonesia (SNI), dan National Fire

Protection Association (NFPA).

1.6 Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pemenuhan sistem

proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan dengan

menggunakan standar acuan Permen PU No. 26/PRT/M/2008, Standar Nasional

Indonesia (SNI), dan standar internasional yaitu NFPA. Penelitian ini

dilaksanakan di Unit Produksi Amoniak PT Petrokimia Gresik, pada bulan

April-Juni 2014. dengan alasan berdasarkan studi pendahuluan dapat diketahui

bahwa hasil identifikasi resiko kebakaran yang dilakukan oleh Departemen

Manajemen Risiko di PT Petrokimia Gresik menunjukkan Unit Produksi

Amoniak memiliki peluang terjadinya kebakaran yang tinggi (high risk),

frekuensi terjadinya kebakaran yang sering (frequently) serta dampak yang

ditimbulkan juga sangat besar (catastrophic). Data menunjukkan dalam 5 tahun

terakhir terjadi sebanyak 11 kasus kebakaran, rata-rata kebakaran terjadi karena

adanya kebocoran pipa amoniak yang tidak terdeteksi yang kemudian bereaksi

dengan percikan api dari pekerjaan pengelasan pada kegiatan pemeliharaan. PT

Petrokimia Gresik telah menerapkan sistem proteksi kebakaran namun belum

mengevaluasi tingkat pemenuhannya. Pengambilan data pada penelitian ini

yaitu dengan melakukan observasi, telaah dokumen dan wawancara.

Page 36: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Api

2.1.1 Segitiga Api

Menurut Davletshina dalam Industrial Fire Safety Guidebook

(1998), teori segitiga api (fire triangle) merupakan teori sederhana yang

menjelaskan tiga faktor penting yang menyebabkan munculnya api

mulai dari awal timbulnya api tersebut sampai terjadinya kebakaran.

Tiga faktor tersebut, yaitu:

a. Bahan bakar (fuel)

b. Sumber panas (heat)

c. Oksigen

Gambar 2.1Teori segitiga api

BAHAN BAKARGas mudah terbakar

Cairan mudah terbakarBahan padat mudah terbakar

SUMBER PENYALAANPermukaan panas

Alat-alat listrikListrik statis

Rokok/Api terbuka

OKSIGENSelalu ada di udara bebas

Page 37: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

14

Menurut Furness dalam Introduction to Fire Safety Management

(2007), semua komponen tersebut memiliki kemampuan untuk

menimbulkan titik api jika diberikan panas. Ketika ketiga unsur

penyalaan api tersebut saling bereaksi maka api akan menyala. Dan

sebaliknya jika salah satu dari komponen tersebut dikendalikan, maka

api akan padam.

2.1.2 Tetrahedron Api

Tetrahedron of fire merupakan pengembangan dari teori segitiga

api dimana selain ketiga unsur penyalaan api berupa bahan bakar,

sumber panas, dan oksigen, masih ada satu unsur lagi yang sangat

mempengaruhi penyalaan api, yaitu rantai reaksi kimia. Menurut

Mehaffey dalam Fire Protection NIOSH Instructional Module (1997),

konsep keempat unsur api inilah yang menjadi landasan dalam

pengembangan teori kebakaran, menjadi acuan yang baik dalam

mengembangkan sarana dan teknik pemadaman kebakaran serta

menjadi panduan merancang sistem proteksi kebakaran yang handal.

2.1.3 Cara Penjalaran Api

Fenomena kebakaran biasanya berawal dari penyalaan api yang

kecil, kemudian membesar dan menyebar ke daerah sekitarnya. Menurut

Page 38: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

15

Eckhoff dalam Explosion Hazard in the Process Industries (2005),

perambatan api dapat terjadi melalui beberapa cara, yaitu:

a. Konduksi

Konduksi adalah proses perambatan api melalui benda

padat, misalnya api merambat melalui kayu, tembok beton, ataupun

besi. Apabila terjadi kebakaran di suatu ruangan, maka panas dapat

merambat melalui tembok tersebut sehingga ruangan di sebelahnya

akan mengalami pemanasan juga sehingga api dapat merambat

dengan mudah.

b. Konveksi

Konveksi adalah perambatan api melalui media cairan

ataupun uap air. Apabila terjadi kebakaran di suatu ruangan, maka

panas juga dapat merambat melalui pergerakan atau aliran udara

panas ke daerah sekitar ruangan tersebut. Aliran udara panas akan

mengalir dari suatu ruangan yang lebih panas menuju ke ruangan

yang lebih dingin.

c. Radiasi

Radiasi adalah proses perambatan api melalui media

gelombang elektromagenetik dan pancaran cahaya yang keluar dari

api yang menyala. Salah satu contoh perambatan panas melalui

proses radiasi adalah adalah panas matahari yang dapat dirasakan

oleh manusia di bumi. Dalam proses radiasi, terjadi proses

Page 39: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

16

perpindahan panas (heat transfer), misalnya jika terjadi kebakaran

di suatu bangunan dan ketika api mulai membesar, maka api akan

menyebarkan energi panas dalam bentuk pancaran cahaya sehingga

memungkinkan bangunan lain disekitarnya akan terbakar juga

meskipun berada di jarak yang agak jauh.

2.2 Kebakaran

2.2.1 Definisi Kebakaran

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26 tahun

2008 kebakaran merupakan suatu fenomena yang timbul akibat adanya

peningkatan suhu dari suatu bahan yang kemudian bereaksi secara kimia

dengan oksigen sehingga menghasilkan panas dan pancaran api, mulai

dari awal terjadinya api, ketika proses penjalaran api, hingga asap dan

gas yang ditimbulkan (Departemen Pekerjaan Umum, 2008). Selain itu

kebakaran juga dapat diartikan sebagai suatu reaksi eksotermis di dalam

proses oksidasi yang cepat, dimana bagian dari energi yang dikeluarkan

akan mendukung berlangsungnya proses tersebut (Fire Safety Bureau,

1997). Kebakaran dapat terjadi dimana saja baik itu di wilayah

pemukiman penduduk, tempat umum, perkotaan, industri, maupun di

hutan (WHO, 2010).

Page 40: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

17

2.2.2 Klasifikasi Kebakaran

Klasifikasi kebakaran menurut National Fire Protection

Association (NFPA), kebakaran dapat digolongkan:

a. Kebakaran bahan padat kecuali logam (Golongan A);

b. Kebakaran bahan cair atau gas yang mudah terbakar (Golongan B);

c. Kebakaran instalasi listrik bertegangan (Golongan C);

d. Kebakaran bahan logam (Golongan D), dan

e. Kebakaran akibat peralatan atau aktivitas memasak (Golongan K)

2.2.3 Bentuk Kebakaran

Bentuk kebakaran atau api bermacam-macam sesuai dengan

sumber bahan bakar yang digunakan dan kondisi lingkungannya.

Menurut Wiley dalam Guidelines for Fire Protection in Chemical,

Petrochemical, and Hydrocarbon Processing Facilities (2003), bentuk

kebakaran diantaranya yaitu:

a. Api Kilat (Flash fire)

Flash fire atau api kilat merupakan api yang tiba-tiba

menyala seperti kilat, berlangsung dalam waktu yang singkat yaitu

dalam jangka waktu 0-5 detik dan terjadi ketika suatu uap bahan

bakar yang bocor kemudian menguap dari sumbernya dan bereaksi

dengan oksigen yang ada di udara kemudian mencapai titik nyala.

Api jenis ini dapat menghanguskan benda atau orang di dekatnya.

Page 41: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

18

b. Bola api (ball fire)

Ball fire atau bola api merupakan jenis api yang menyala

akibat terjadinya kebocoran dalam suatu wadah yang mengandung

gas bertekanan. Wadah yang bocor tersebut kemudian

mengakibatkan gas mengembang dengan cepat ke udara dan tiba-tiba

terbakar Kebakaran jenis ini juga berlangsung singkat yaitu dalam

jangka waktu 5 – 20 detik, namun dampaknya dapat menghancurkan

satu area yang cukup luas.

c. Kolam api (pool fire)

Pool fire atau kolam api merupakan jenis api yang menyala

jika suatu bahan bakar cair seperti minyak atau bahan kimia tumpah

dan mengenai suatu tempat atau dalam wadah terbuka, seperti tangki

timbun. Besarnya api ditentukan oleh jumlah bahan yang terbakar,

sifat kimiawi dan fisis bahan tersebut, serta kondisi arah angin, cuaca

dan kondisi lingkungan lainnya.

d. Api jet (jet fire)

Jet fire atau api jet merupakan jenis api yang menyala jika

terdapat bahan bakar berbentuk gas dengan tekanan yang tinggi

keluar dari dalam lubang yang kecil akibat adanya suatu kebocoran

pada pipa atau peralatan produksi lainnya. Api jenis ini biasanya

mengeluarkan suara desis yang tinggi dan menimbulkan energi panas

yang sangat besar.

Page 42: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

19

2.3 Peraturan Mengenai Kebakaran di Indonesia

2.3.1 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2009

Permen PU No. 20/PRT/M/2009 mengenai Pedoman Teknis

Manajemen Proteksi Kebakaran di Perkotaan, merupakan peraturan

yang mengganti dan menyempurnakan Kepmen PU No. 11 Tahun 2000

mengenai Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran di

Perkotaan. Peraturan ini berisi tentang manajemen proteksi kebakaran di

perkotaan, lingkungan, dan pada bangunan gedung (Departemen

Pekerjaan Umum Republik Indonesia, 2009).

2.3.2 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26/PRT/M/2008

Permen PU No. 26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan Teknis

Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan,

merupakan peraturan yang mengganti dan menyempurnakan Kepmen

PU No. 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap

Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan. Peraturan

ini berisi persyaratan teknis mengenai akses dan pasokan air untuk

pemadaman kebakaran, sarana penyelamatan jiwa, sistem proteksi

kebakaran pasif, sistem proteksi kebakaran aktif, utilitas bangunan

gedung, pencegahan kebakaran bangunan gedung, pengelolaan proteksi

kebakaran pada bangunan gedung, serta pengawasan dan pengendalian

(Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia, 2008).

Page 43: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

20

2.4 Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan

Menurut Peraturan Menteri PU Nomor 26 tahun 2008, sistem proteksi

kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan adalah sistem yang terdiri

atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun terbangun

pada bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sarana proteksi aktif, sarana

proteksi pasif maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi

bangunan dan lingkungannya terhadap bahaya kebakaran. Agar tetap dapat

melakukan pekerjaannya, dapat meningkatkan produktivitas serta

meningkatkan kualitas hidupnya, maka keselamatan masyarakat yang berada di

dalam suatu bangunan gedung dan lingkungan harus menjadi prioritas utama,

khususnya terhadap bahaya kebakaran. Sistem proteksi kebakaran pada

bangunan gedung dan lingkungan terdiri dari beberapa komponen, antara lain

sebagai berikut.

2.4.1 Akses dan Pasokan Air untuk Pemadam Kebakaran

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26 tahun

2008, untuk lingkungan perumahan, perdagangan, dan industri

ketersediaan sumber air berupa hidran halaman, sumur kebakaran atau

reservoir air harus direncanakan sedemikian rupa agar dapat

memudahkan instansi pemadam kebakaran untuk menggunakannya

ketika terjadi kebakaran. Selain itu, sebagai upaya dalam proteksi

terhadap meluasnya kebakaran dan memudahkan operasi pemadaman,

Page 44: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

21

maka di lingkungan bangunan gedung harus tersedia jalan lingkungan

dengan perkerasan agar dapat dilalui oleh kendaraan pemadam

kebakaran (Furness, 2007). Kriteria untuk akses dan pasokan air untuk

pemadam kebakaran adalah sebagai berikut.

1. Tersedia sumber air berupa hidran halaman, sumur kebakaran atau

reservoir air dan sebagainya.

2. Dilengkapi dengan sarana komunikasi umum yang dapat dipakai

setiap saat untuk memudahkan penyampaian informasi kebakaran.

3. Tersedia jalur khusus untuk akses mobil pemadam kebakaran

4. Tersedia jalan lingkungan perkerasan di dalam lingkungan

bangunan gedung agar dapat dilalui kendaraan pemadam kebakaran

5. Lebar lapis perkerasan pada jalur masuk yang digunakan untuk

mobil pemadam kebakaran lewat minimal 4 m.

6. Area jalur masuk kedua sisinya ditandai dengan warna yang

kontras.

7. Area jalur masuk pada kedua Sisinya ditandai dengan bahan yang

bersifat reflektif.

8. Penandaan jalur pemadam Kebakaran diberi jarak antara tidak lebih

dari 3 m satu sama lain.

9. Penandaan jalur pemadam kebakaran dibuat di kedua sisi jalur

Penandaan jalur pemadam kebakaran diberi tulisan “Jalur pemadam

kebakaran, jangan dihalangi” (Departemen Pekerjaan Umum, 2008)

Page 45: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

22

2.4.2 Sarana Penyelamatan Jiwa

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26 tahun

2008, setiap bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana

penyelamatan jiwa yang dapat digunakan oleh penghuni bangunan

gedung, sehingga memiliki waktu yang cukup untuk menyelamatkan

diri dengan aman tanpa terhambat hal-hal yang diakibatkan oleh

keadaan darurat. Selain itu, sarana penyelamatan jiwa dibuat untuk

mencegah terjadinya kecelakaan atau luka pada waktu melakukan

evakuasi pada saat keadaan darurat terjadi (Suprapto, 2007). Sub

komponen yang harus terdapat dalam sarana penyelamatan jiwa adalah

sarana jalan keluar, tanda petunjuk arah evakuasi dan tempat

berhimpun.

a. Sarana jalan keluar

Sarana jalan keluar pada bangunan gedung dan lingkungan

harus disediakan agar penghuni yang berada di dalamnya dapat

menggunakannya untuk penyelamatan diri (Departemen Pekerjaan

Umum, 2008). Sedangkan menurut SNI 03-1746-2000 mengenai

tata cara perencanaan dan pemasangan sarana jalan keluar untuk

penyelamatan, terdapat 7 persyaratan yang menjadi pokok penilaian

sarana jalan keluar, antara lain sebagai berikut.

1. Terdapat koridor yang digunakan sebagai akses EXIT

Page 46: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

23

2. Sarana jalan keluar dipelihara terus menerus bebas dari segala

hambatan atau rintangan

3. Perabot, dekorasi atau benda-benda lain tidak diletakkan

sehingga menggangu EXIT, akses ke sana, jalan ke luar dari

sana atau mengganggu pandangan

4. Tidak ada cermin yang dipasang di dalam atau dekat EXIT

manapun sedemikian rupa yang dapat membingungkan arah

jalan ke luar

5. Lebar akses EXIT ≥ 71 cm

6. Jumlah sarana jalan keluar ≥ dua

7. EXIT berakhir pada jalan umum atau bagian luar dari EXIT

pelepasan

b. Tanda petunjuk arah evakuasi

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26

tahun 2008 sarana jalan keluar sebagai rute evakuasi harus diberi

tanda yang disetujui dan mudah terlihat dari setiap arah evakuasi.

Selain itu tanda yang diberikan juga harus mudah terlihat di semua

keadaan walaupun untuk mencapainya tidak tampak langsung oleh

para penghuni. Beberapa kriteria untuk tanda petunjuk arah

evakuasi yaitu sebagai berikut.

Page 47: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

24

1. Terdapat tanda petunjuk arah pada saran jalan keluar

2. Warna tanda petunjuk arah nyata dan kontras

3. Pada setiap lokasi ditempatkan tanda arah dengan indikator

arah

4. Tanda arah dengan iluminasi eksternal dan internal harus dapat

dibaca pada kedua mode pencahayaan normal dan darurat.

5. Setiap tanda arah diiluminasi terus menerus

6. Tanda petunjuk arah terbaca “EXIT” atau kata lain yang tepat

dan berukuran ≥ 10 cm.

7. Lebar huruf pada kata EXIT ≥ 5 cm kecuali huruf “I” Spasi

minimum antara huruf pada kata “EXIT” ≥ 1 cm (Departemen

Pekerjaan Umum, 2008)

c. Pintu Darurat

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26

tahun 2008, setiap pintu pada sarana jalan keluar harus dirancang

dan dipasang sehingga mampu berayun dari posisi manapun hingga

mencapai posisi terbuka penuh. Kunci-kunci yang digunakan untuk

pintu darurat juga tidak harus membutuhkan sebuah anak kunci atau

alat lainnya sebagai upaya tindakan untuk membukanya dari dalam

bangunan gedung. Selain itu, grendel atau alat pengunci lain pada

sebuah pintu harus disediakan dengan alat pelepas yang mempunyai

Page 48: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

25

metode pengoperasian yang dapat dilihat di semua kondisi

pencahayaan. Mekanisme pelepasan untuk grendel manapun harus

ditempatkan sekurang-kurangnya 87 cm, dan tidak lebih dari 120

cm di atas lantai (Departemen Pekerjaan Umum, 2008).

d. Tempat Berhimpun

Menurut NFPA 101 Life Safety Code (2006), tempat

berhimpun adalah tempat di area sekitar atau diluar lokasi yang

dijadikan sebagai tempat berhimpun atau berkumpul setelah proses

evakuasi pada saat terjadi kebakaran. Tempat berhimpun darurat

harus aman dari bahaya kebakaran dan lainnya. Tempat ini pula

merupakan lokasi akhir yang dituju oleh penghuni suatu bangunan

gedung ketika menyelamatkan diri Kriteria tempat berhimpun

menurut National Fire Protection Association 101 mengenai Life

Safety Code antara lain sebagai berikut.

1. Tersedia tempat berhimpun setelah evakuasi

2. Tersedia petunjuk tempat berhimpun

3. Luas tempat berhimpun sesuai, minimal 0,3 m2 / orang

2.4.3 Sarana Proteksi Kebakaran Pasif

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26 tahun

2008, sarana proteksi kebakaran pasif adalah sistem proteksi kebakaran

yang terbentuk atau terbangun melalui pengaturan penggunaan bahan

Page 49: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

26

dan komponen struktur bangunan, kompartemenisasi atau pemisahan

bangunan berdasarkan tingkat ketahanan api, serta perlindungan

terhadap bukaan. Salah satu sub komponen dari sarana proteksi

kebakaran pasif yaitu sebagai berikut.

a. Konstruksi Tahan Api

Konstruksi tahan api merupakan kesatuan dari penghalang

api, dinding api, dinding luar dikaitkan dengan lokasi bangunan

gedung yang dilindungi, partisi penahan penjalaran api, dan

penutup asap (Departemen Pekerjaan Umum, 2008). Konstruksi

tahan api tersebut harus dipelihara, diperbaiki, dan diperbarui atau

diganti dengan tepat apabila terjadi kerusakan, perubahan,

keretakan, penembusan, pemindahan atau akibat pemasangan yang

salah (Badan Standardisasi Nasional, 2000). Menurut SNI 03-1736-

2000 mengenai tata cara perencanaan sistem proteksi pasif, Elemen

persyaratan pada konstruksi tahan api antara lain sebagai berikut

1. Terdapat dinding penghalang api untuk membagi bangunan

gedung untuk mencegah penyebaran api.

2. Terdapat pintu tahan api

3. Dilakukan pemeliharaan konstruksi tahan api secara berkala

4. Pintu tahan api harus mempunyai perlengkapan menutup

sendiri atau menutup secara otomatis.

Page 50: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

27

2.4.4 Sarana Proteksi Kebakaran Aktif

Menurut Wiley dalam Guidelines for Fire Protection in

Chemical, Petrochemical, and Hydrocarbon Processing Facilities

(2003) sarana proteksi kebakaran aktif merupakan serangkaian alat

proteksi kebakaran yang secara lengkap terdiri atas sistem deteksi dan

alarm kebakaran, sistem springkler otomatik, hidran dan sistem pipa

tegak serta Fire Extinguisher. Penjelasan mengenai setiap sub

komponen sarana proteksi kebakaran aktif yaitu sebagai berikut.

a. Detektor Kebakaran

Menurut Ramli dalam Petunjuk Praktis Manajemen

Kebakaran (2010), detektor kebakaran adalah suatu alat yang

dirancang untuk mendeteksi adanya kebakaran. Dan menurut NFPA

72 mengenai National Fire Alarm and Signaling Code (2010),

detektor kebakaran dapat digolongkan menjadi beberapa jenis yaitu:

1. Detektor asap (smoke detector)

Detektor asap adalah suatu alat yang dirancang untuk

mendeteksi keberadaan asap yang sifat fisiknya merupakan

suatu partikel-partikel karbon hasil pembakaran yang tidak

sempurna. Oleh karena itu, detektor asap sangat tepat

digunakan di dalam bangunan di mana banyak terdapat

kebakaran kelas A yang banyak menghasilkan asap.

Page 51: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

28

2. Detektor panas (heat detector)

Detektor panas merupakan alat yang secara otomatis

akan mendeteksi kebakaran melalui panas yang diterimanya.

Detektor panas ini sangat sesuai ditempatkan di area dengan

kelas kebakaran kelas B atau cairan dan gas mudah terbakar.

Jenis-jenis detektor panas diantaranya yaitu detektor suhu tetap,

detektor jenis peningkatan suhu, dan detektor pemuaian.

3. Detektor nyala (flame detector)

Flame detector merupakan serangkaian alat yang

berfungsi untuk mendeteksi penyalaan api. Api yang menyala

akan mengeluarkan radiasi sinar infra merah dan ultra violet.

yang dapat dideteksi oleh sensor yang terpasang dalam

detektor. Jenis-jenis detektor nyala antara lain sebagai berikut.

i. Detektor foto elektris (photo electric detector)

ii. Detektor infra merah (infrared detector)

iii. Detektor UV (ultra violet detector)

4. Detektor gas

Detektor gas merupakan suatu alat yang dapat

mendeteksi kenaikan konsentrasi gas-gas yang bersifat mudah

terbakar. Jenis-jenis detektor gas antara lain sebagai berikut.

i. Hydrocarbon Gas Detector

ii. Combustible Gas Detector

Page 52: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

29

Sedangkan menurut Standar Nasional Indonesia SNI 03-

3985-2000, kriteria yang menjadi elemen penilaian untuk detektor

kebakaran (fire detector) adalah sebagai berikut:

1. Terdapat detektor kebakaran yang dipasang di seluruh ruangan.

2. Setiap detektor yang terpasang dapat dijangkau untuk

pemeliharaan dan untuk pengujian secara periodik

3. Detektor diproteksi terhadap kemungkinan rusak karena

gangguan mekanis.

4. Dilakukan inspeksi, pengujian dan pemeliharaan.

5. Rekaman hasil dari semua inspeksi, pengujian, dan

pemeliharaan, harus disimpan untuk jangka waktu 5 tahun untuk

pengecekan oleh instansi yang berwenang (Badan Standardisasi

Nasional, 2000)

b. Alarm Kebakaran

Menurut Soehatman Ramli (2010), jenis-jenis alarm

kebakaran diantaranya sebagai berikut.

1. Bell

Alarm jenis bel dapat digerakkan secara manual

maupun secara otomatis melalui interkoneksi dengan sistem

deteksi kebakaran. Alarm jenis bel sesuai untuk digunakan

dalam ruangan terbatas seperti di dalam bangunan gedung.

Page 53: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

30

2. Horn

Suara yang dikeluarkan oleh alarm jenis horn berupa

sirine, dapat dioperasikan secara manual maupun otomatis

otomatis. Alarm jenis horn dapat mengeluarkan suara yang

lebih keras daripada jenis bel, sehingga sesuai digunakan di

tempat kerja yang luas seperti kawasan industri.

3. Pengeras suara (public address)

Khusus untuk penggunaan di suatu bangunan gedung

yang luas dimana penghuni yang berada di dalamnya tidak

dapat mengetahui keadaan darurat secara cepat, perlu dipasang

jaringan pengeras suara sebagai pengganti alarm jenis bell

maupun jenis horn. Penerapan pengeras suara ini bertujuan

untuk menyampaikan informasi secara searah kepada penghuni

bangunan gedung seperti menyampaikan panduan evakuasi

atau rute evakuasi.

Menurut Standar Nasional Indonesia SNI 03-3985-2000,

Elemen yang menjadi penilaian untuk alarm kebakaran (fire alarm)

adalah sebagai berikut.

1. Terdapat alarm kebakaran pada unit produksi

2. Sinyal suara alarm kebakaran berbeda dari sinyal suara yang

dipakai untuk penggunaan lain. (Badan Standardisasi Nasional,

2000).

Page 54: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

31

c. Titik Panggil Manual

Menurut SNI 03-3985-2000, titik panggil manual adalah

suatu alat yang dioperasikan secara manual guna memberi isyarat

adanya kebakaran. Sedangkan menurut NFPA 72 tentang National

Fire Alarm and Signaling Code (2010), titik panggil manual terdiri

dari 2 jenis, yaitu berupa titik panggil manual secara tuas (Pull

down) dan titik panggil manual secara tombol tekan (Push button).

Pemasangan titik panggil manual harus dirancang sedemikian rupa

agar terhubung dengan sistem deteksi dan alarm kebakaran di area

tersebut. Menurut SNI 03-3985-2000 mengenai tata cara

perencanaan, pemasangan dan pengujian sistem deteksi dan alarm

kebakaran, elemen yang menjadi penilaian pada titik panggil

manual antara lain sebagai berikut.

1. Titik panggil manual harus bewarna merah & dipasang pada

lintasan menuju keluar

2. Semua titik panggil manual dipasang pada lintasan menuju ke

luar dan dipasang pada ketinggian 1,4 meter dari lantai.

3. Lokasi penempatan tidak mudah terkena gangguan, mudah

kelihatan & dicapai

4. Jarak suatu titik sembarang ke posisi titik panggil manual

maksimum 30 m. (Badan Standardisasi Nasional, 2000).

Page 55: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

32

d. Sistem Springkler Otomatik

Menurut NFPA 13 tentang Standard for the Installation of

Sprinkler Systems (2010), springkler merupakan suatu sistem yang

terpadu mulai dari pipa bawah tanah dan pipa di atas tanah yang

didesain dengan standar teknik proteksi kebakaran. Proses kerja dari

suatu sistem springkler otomatik yaitu ketika terjadi kebakaran,

maka panas dari api akan melelehkan sambungan solder atau

memecahkan bulb, kemudian kepala springkler akan mengeluarkan

air. Menurut Ramli dalam Petunjuk Praktis Manajemen Kebakaran

(2010), jenis-jenis sistem springkler antara lain sebagai berikut.

1. Sistem springkler pipa basah

Sistem springkler pipa basah merupakan jaringan pipa

yang berisi air dengan tekanan tertentu. Jika terjadi kebakaran,

maka springkler akan meleleh dan terbuka sehingga air

langsung memancar.

2. Sistem springkler pipa kering

Pada sistem pipa kering, jalur pipa pemadam tidak

berisi air. Air dapat mengalir katup yang terpasang di pipa

induk atau pipa jaringannya dibuka secara manual. Dengan

demikian, jika terjadi kebakaran dan katup pada pipa induk

dibuka maka seluruh springkler yang ada dalam satu jaringan

akan langsung menyemburkan air.

Page 56: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

33

3. Sistem penyembur air (Water Sprayer System)

Sistem penyembur air penerapannya sangat tepat jika

digunakan untuk memproteksi peralatan atau bangunan yang

memerlukan air dalam jumlah yang besar untuk pendinginan

misalnya bejana, tangki, bangunan, dan peralatan lainnya.

Misalnya untuk pengamanan dan pendinginan tangki amoniak,

sekelilingnya dipasang water sprayer system yang dapat

memancarkan air untuk menutupi, melindungi, dan

menurunkan suhu pada tangki.

Menurut Standar Nasional Indonesia SNI 03-3989-2000

mengenai tata cara perencanaan dan pemasangan sistem springkler

otomatik, elemen penilaian untuk sistem springkler otomatik adalah

sebagai berikut.

1. Terpasang springkler otomatis

2. Springkler tidak diberi ornament, cat, atau diberi pelapisan

3. Air yang digunakan tidak mengandung bahan kimia yang dapat

menyebabkan korosi, tidak mengandung serat atau bahan lain

yang dapat mengganggu bekerjanya springkler

4. Setiap sistem springkler otomatis harus dilengkapi satu jenis

sistem penyediaan air yang bekerja secara otomatis, bertekanan

dan berkapasitas cukup, dan harus dibawah penguasaan pemilik

gedung

Page 57: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

34

5. Jarak minimum antara dua kepala springkler ≤ 2 m

6. Kepala springkler yang terpasang merupakan kepala springkler

yang tahan korosi

7. Kotak penyimpanan kepala springkler cadangan dan kunci

kepala springkler ruangan ditempatkan di ruangan ≤ 38 ˚C.

8. Jumlah persedian kepala springkler cadangan ≥ 36

9. Springkler cadangan sesuai baik tipe maupun temperature

rating dengan semua springkler yang telah dipasang. Tersedia

sebuah kunci khusus untuk springkler (special springkler

wrench) (Badan Standardisasi Nasional, 2000).

e. Hidran

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26

tahun 2008, hidran adalah alat yang dilengkapi dengan slang dan

mulut pancar untuk mengalirkan air bertekanan, yang digunakan

bagi keperluan pemadaman kebakaran. Sistem hidran terdiri dari

sumber persediaan air, tersedianya pompa-pompa kebakaran, selang

kebakaran, kopling penyambung dan perlengkapan lainnya

(Departemen Pekerjaan Umum, 2008).

Menurut Furness dalam Introduction to Fire Safety

Management (2007), klasifikasi hidran kebakaran berdasarkan jenis

dan penempatannya, dibagi 2 jenis hidran, yaitu:

Page 58: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

35

1. Hidran gedung (indoor hydrant)

Hidran gedung adalah hidran yang instalasi serta

peralatannya disediakan serta dipasang di dalam suatu

bangunan gedung. Hidran gedung menggunakan pipa tegak 4

inchi, panjang selang minimum 15 m, diameter 1,5 inchi serta

mampu mengalirkan air 380 liter/menit.

2. Hidran halaman (outdoor hydrant)

Hidran halaman adalah hidran yang instalasi serta

peralatannya dipasang di lingkungan atau di luar area suatu

bangunan gedung. Hidran halaman biasanya menggunakan pipa

induk 4-6 inchi. Panjang selang 30 m dengan diameter 2,5 inchi

serta mampu mengalirkan air 950 liter/menit.

Menurut Standar Nasional Indonesia SNI 03-1745-2000

mengenai tata cara perencanaan dan pemasangan sistem pipa tegak

dan slang, elemen penilaian untuk hidran adalah sebagai berikut.

1. Lemari hidran hanya digunakan untuk menempatkan peralatan

kebakaran.

2. Setiap lemari hidran dicat dengan warna yang menyolok

3. Sambungan slang dan kotak hidran tidak boleh terhalang

4. Slang kebakaran dilekatkan dan siap untuk digunakan

5. Terdapat nozel

6. Terdapat hidran halaman

Page 59: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

36

7. Hidran halaman dilekatkan di sepanjang halur akses mobil

pemadam kebakaran

8. Jarak hidran dengan sepanjang akses mobil pemadam

kebakaran ≤ 50 m dari hidran

9. Hidran halaman bertekanan 3,5 bar (Badan Standardisasi

Nasional, 2000).

f. Sistem Pipa Tegak

Menurut NFPA 14 tentang Standard for the Installation of

Standpipe and Hose Systems (2010), sistem pipa berdiri atau tegak

adalah pengaturan dari pemipaan, katup, dan peralatan lainnya yang

dipasang di sebuah bangunan dilengkapi dengan sambungan selang

yang terletak sedemikian rupa sehingga air dapat dialirkan atau

disemprotkan melalui selang dan nozel dengan tujuan untuk

pemadaman kebakaran dan melindungi sebuah bangunan (NFPA,

2010). Komponen-komponen pada sistem pipa tegak antara lain

pipa dan tabung, alat penyambung, gantungan, katup, kotak slang,

sambungan slang, sambungan pemadam kebakaran, dan tanda

petunjuk (Departemen Pekerjaan Umum, 2008)

Menurut Standar Nasional Indonesia SNI 03-1745-2000

kriteria untuk sistem pipa tegak adalah sebagai berikut.

1. Sambungan pemadam kebakaran minimal dua buah

Page 60: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

37

2. Sambungan pemadam kebakaran harus dipasang dengan

penutup untuk melindungi sistem dari kotoran-kotoran yang

masuk.

3. Dilakukan pemeliharaan terhadap sistem pipa tegak

4. Sambungan pemadam kebakaran harus pada sisi jalan dari

bangunan, mudah terlihat dan dikenal dari jalan atau terdekat

dari titik jalan masuk peralatan pemadam kebakaran

5. Setiap sambungan pemadam kebakaran harus dirancang dengan

suatu penandaan dengan huruf besar, tidak kurang 25 mm (1

inci) tingginya, di tulis pada plat yang terbaca : “PIPA

TEGAK”.

6. Suatu penandaan juga harus menunjukkan tekanan yang

dipersyaratkan pada inlet untuk penyaluran kebutuhan sistem.

7. Setiap pipa tegak dilengkapi dengan saluran pembuangan.

Katup pembuangan dipasang pada titik terendah dari pipa tegak

dan harus dapat membuang air pada tempat yang disetujui.

(Badan Standardisasi Nasional, 2000).

g. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

APAR merupakan alat pemadam api yang beratnya tidak

melebihi 10 kg, serta dapat dijinjing dan dioperasikan oleh satu

orang, bersifat praktis dalam penggunaannya, dan efektif untuk

Page 61: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

38

memadamkan api kecil atau awal kebakaran sesuai dengan

klasifikasi kebakarannya dengan media pemadamnya berupa air,

serbuk kimia, busa dan gas (Departemen Pekerjaan Umum, 2008).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penempatan APAR

menurut Rmli dalam Petunjuk Teknis Manajemen Kebakaran

(2010) antara lain sebagai berikut.

1. Faktor lingkungan fisik yang dapat mempengaruhi kualitas

APAR. Temperatur ruangan yang tinggi misalnya di dalam

bengkel dapat mempengaruhi kualitas media pemadaman.

Untuk itu temperatur dijaga tidak lebih dari 50˚C. Cuaca yang

lembab dengan humiditi tinggi juga dapat mempengaruhi

kualitas media dan tabung.

2. APAR tidak boleh terhalang oleh benda atau pintu. APAR

harus terlindung dari benturan, hujan, sinar matahari langsung,

debu dan getaran. Hindarkan berdekatan dengan bahan kimia

yang korosif.

Sedangkan menurut Peraruran Menteri Pekerjaan Umum

Nomor 26 tahun 2008, Elemen yang menjadi penilaian pada APAR

adalah sebagai berikut.

1. Tersedia Alat Pemadam Api Ringan

2. Terdapat klasifikasi APAR yang terdiri dari huruf yang

menunjukkan kelas api di mana alat pemadam api terbukti

Page 62: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

39

efektif, didahului dengan angka (hanya kelas A dan kelas B)

yang menunjukkan efektifitas pemadaman relatif yang

ditempelkan pada APAR.

3. APAR diletakkan di tempat yang terlihat mata, mudah

dijangkau dan siap dipakai.

4. APAR selain jenis APAR beroda dipasang kokoh pada

penggantung, atau pengikat buatan manufaktur APAR, atau

pengikat yang terdaftar yang disetujui untuk tujuan tersebut,

atau ditempatkan dalam lemari atau dinding yang

konstruksinya masuk ke dalam.

5. Jarak antara APAR dengan lantai ≥ 10 cm

6. Instruksi pengoperasian harus ditempatkan pada bagian depan

dari APAR dan harus terlihat jelas

7. Label sistem identifikasi bahan berbahaya, label pemeliharaan

enam tahun, label uji hidrostatik, atau label lain harus tidak

boleh ditempatkan pada bagian depan dari APAR atau

ditempelkan pada bagian depan APAR.

8. APAR harus mempunyai label yang ditempelkan untuk

memberikan informasi nama manufaktur atau nama agennya,

alamat surat dan nomor telepon

9. APAR diinspeksi secara manual atau dimonitor secara

elektronik

Page 63: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

40

10. APAR diinspeksi pada setiap interval waktu kira-kira 30 hari

11. Arsip dari semua APAR yang diperiksa (termasuk tindakan

korektif yang dilakukan) disimpan

12. Dilakukan pemeliharaan terhadap APAR pada jangka waktu ≤

1 tahun

13. Setiap APAR mempunyai kartu atau label yang dilekatkan

dengan kokoh yang menunjukkan bulan dan tahun

dilakukannya pemeliharaan

14. Pada label pemeliharaan terdapat identifikasi petugas yang

melakukan pemeliharaan (Departemen Pekerjaan Umum, 2008)

2.4.5 Utilitas Bangunan Gedung

a. Sumber Daya Listrik

Menurut Peraturan Menteri PU Nomor 26 Tahun 2008,

sumber daya listrik yang dipasok untuk mengoperasikan sistem

daya listrik darurat diperoleh sekurang-kurangnya dari dua sumber

tenaga listrik, yaitu dari PLN atau sumber daya listrik darurat

berupa batere, ataupun generator dan lain-lain. Selain itu sumber

daya listrik darurat harus dirancang sedemikian rupa agar dapat

bekerja secara otomatis apabila sumber daya listrik utama tidak

bekerja. Sumber daya listrik yang digunakan harus memenuhi

kriteria sebagai berikut.

Page 64: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

41

1. Daya listrik yang dipasok untuk mengoperasikan sistem daya

listrik darurat diperoleh sekurang-kurangnya dari PLN atau

sumber daya listrik darurat.

2. Bangunan gedung atau ruangan yang sumber daya listrik

utamanya dari PLN harus dilengkapi juga dengan generator

sebagai sumber daya listrik darurat.

3. Semua kabel distribusi yang melayani sumber daya listrik

darurat harus memenuhi kabel dengan Tingkat Ketahanan Api

(TKA) selama 1 jam (Departemen Pekerjaan Umum, 2008).

b. Pusat Pengendali Kebakaran

Pusat pengendali kebakaran merupakan suatu tempat yang

disediakan khusus untuk melakukan tindakan pengendalian dan

pengarahan selama berlangsungnya operasi penanggulangan

kebakaran atau penanganan kondisi darurat lainnya yang dilengkapi

dengan sarana alat pengendali, panel kontrol, telepon, mebel,

peralatan dan sarana lainnya (Departemen Pekerjaan Umum, 2008).

Elemen penilaian Pusat pengendali kebakaran yaitu sebagai berikut.

1. Pintu yang menuju ruang pengendali membuka ke arah dalam

ruang tersebut.

2. Pintu tidak terhalang oleh orang yang menggunakan jalur

evakuasi dari dalam bangunan

Page 65: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

42

3. Pintu pada ruang pengendali kebakaran dapat dikunci.

4. Ruang pengendali kebakaran harus dilengkapi dengan panel

indikator kebakaran dan sakelar kontrol dan indikator visual

yang diperlukan untuk semua pompa kebakaran kipas

pengendali asap, dan peralatan pengamanan kebakaran lainnya

yang dipasang di dalam bangunan.

5. Ruang pengendali kebakaran harus dilengkapi dengan telepon

yang memiliki sambungan langsung.

6. Luas lantai ruang pengendali kebakaran ≥ 10 m2.

7. Panjang sisi bagian dalam ruang pengendali kebakaran ≥ 2,5 m

8. Terdapat ventilasi di ruang pengendali kebakaran.

9. Permukaan luar pintu yang menuju ke dalam ruang pengendali

diberi tanda dengan tulisan “Ruang Pengendali Kebakaran”

10. Huruf pada tanda ruang pengendali kebakaran memiliki tinggi

≥ 50 mm

11. Warna huruf tanda ruang pengendali kebakaran kontras dengan

latar belakangnya (Departemen Pekerjaan Umum, 2008).

c. Sistem Proteksi Petir

Menurut Peraturan Menteri Nomor 26 tahun 2008, setiap

bangunan dan gedung harus dilengkapi dengan instalasi sistem

proteksi petir (SPP) yang dapat melindungi bangunan, manusia dan

Page 66: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

43

peralatan di dalamnya dari bahaya sambaran petir. Instalasi SPP

bangunan gedung di pasang dengan memperhatikan faktor letak dan

sifat geografis bangunan, kemungkinan sambaran petir, kondisi

petir dan densitas sambaran petir ke tanah serta risiko petir terhadap

peralatan dan lain-lain. Kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan

pengujian instalasi sistem proteksi petir harus dilakukan oleh tenaga

yang ahli (Departemen Pekerjaan Umum, 2008).

2.5 Tingkat Pemenuhan

Dalam Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 mengenai SMK3, telah

disebutkan bahwa penjadwalan pemeriksaan dan pemeliharaan terhadap mesin-

mesin dan alat produksi, alat-alat pengaman maupun sistem proteksi keadaan

darurat, semuanya telah ditetapkan oleh peraturan perundangan, standar dan

pedoman teknis yang berlaku. Dengan demikian, sistem proteksi kebakaran,

pada bangunan gedung dan lingkungan di Unit Produksi Amoniak PT

Petrokimia Gresik juga perlu diperiksa dan diuji secara berkala untuk

mengetahui seberapa besar tingkat pemenuhan dari sistem yang sudah

dilaksanakan tersebut. Salah satu cara untuk mengetahui tingkat pemenuhannya

adalah dengan melakukan skoring (penilaian).

2.5.1 Teknik Skoring

Teknik skoring digunakan untuk menilai tingkat pemenuhan

terhadap hasil observasi sistem proteksi kebakaran pada bangunan

Page 67: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

44

gedung dan lingkungan di Unit Produksi Amoniak yang mencakup

akses dan pasokan air pemadam kebakaran, sarana penyelamatan jiwa,

sarana proteksi kebakaran pasif, sarana proteksi kebakaran aktif dan

utilitas bangunan gedung dengan melihat kesesuaiannya dengan standar

acuan. Menurut Puslitbang Departemen Pekerjaan Umum, tingkat

penilaian audit kebakaran dapat ditentukan dengan menggunakan tabel

sebagai berikut:

Tabel.2.1Tingkat penilaian audit kebakaran

Nilai Kesesuaian Kondisi Fisik Komponen

Baik

(>80– 100% )

Sesuai

Persyaratan

Semua komponen sistem proteksi kebakaran

berfungsi sempurna

Cukup

(60-80%)

Terpasang,

namun ada

ketidaksesuaian

di sebagian

instalasi

komponen sistem proteksi kebakaran masih

berfungsi baik, namun ada sub komponen

utilitas yang berfungsi kurang sempurna, atau

kapasitasnya kurang dari yang ditetapkan

dalam spesifikasi,

Kurang

(<60%)

Tidak sesuai

sama sekali

Semua komponen sistem proteksi kebakaran

ada yang rusak/tidak berfungsi kapasitasnya

jauh dibawah dari nilai yang ditetapkan dalam

spesifikasi

Tidak ada

(0%)

Tidak

terpasang

Terdapat komponen sistem proteksi

kebakaran yang sama sekali tidak terpasang

Sumber : Puslitbang Pemukiman Tahun 2005

Page 68: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

45

2.5.2 Teknik Pembobotan

Untuk dapat mengetahui tingkat pemenuhan secara

keseluruhan sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan

lingkungan di Unit Produksi Amoniak, maka perlu dilakukan

pembobotan nilai. Menurut Peraturan Menteri PU nomor 26 tahun 2008,

pembobotan terhadap setiap komponen sistem proteksi kebakaran

tersebut dilakukan dengan metode Analytical Hierarchycal Process

(AHP). Hasil pembobotan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.2Hasil Pembobotan Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan

Lingkungan menurut Permen PU No.26 tahun 2008

No. Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan

Gedung dan LingkunganPembobotan

1 Akses dan dan pasokan air untuk pemadam

kebakaran20%

2 Sarana Penyelamatan Jiwa 20%

3 Sarana Proteksi Kebakaran Pasif 20%

4 Sarana Proteksi Kebakaran Aktif 20%

5 Utilitas Bangunan Gedung 20%

Page 69: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

46

BAB III

KERANGKA TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN DEFINISI ISTILAH

3.1 Kerangka Teori

Berdasarkan Permen PU nomor 26 tahun 2008 tentang persyaratan

teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan, sistem

proteksi kebakaran menurut peraturan ini terdiri dari komponen-komponen

sebagai berikut.

Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan1. Akses dan pasokan air untuk pemadam kebakaran2. Sarana penyelamatan jiwa

a. Sarana jalan keluarb. Tanda petunjuk arah evakuasic. Pintu darurat

3. Sarana proteksi kebakaran pasifa. Konstruksi tahan apib. Bahan pelapis interiorc. Partisi penghalang asapd. Partisi penghalang api

4. Sarana proteksi kebakaran aktifa. Detektor kebakaran, alarm kebakaran, dan titik panggil manualb. Sistem springkler otomatikc. Hidran dan sistem pipa tegakd. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

5. Utilitas bangunan gedunga. Sumber daya listrikb. Pusat pengendali kebakaranc. Sistem proteksi petir

Selain itu menurut NFPA 101, sarana penyelamatan jiwa juga harus

dilengkapi dengan tempat berhimpun sementara (National Fire Protection

Association, Life Safety Code, 2006).

Page 70: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

47

3.2 Kerangka Berfikir

Bagan 3.1Kerangka Berfikir

Akses dan Pasokan Air untukPemadam Kebakaran

Sarana dan PenyelamatanJiwa

Sarana Jalan Keluar

Tanda Petunjuk Arah Evakuasi

Tempat Berhimpun

Sarana Proteksi KebakaranPasif

Konstruksi Tahan Api

Sarana Proteksi KebakaranAktif

Alarm Kebakaran

Sistem Springkler Otomatik

Hidran

Alat Pemadam Api Ringan

Utilitas Bangunan Gedung

Sumber Daya Listrik

Pusat Pengendali Kebakaran

Sistem Proteksi Petir

Peraturan Menteri PUNo. 26/PRT/M/2008

SNI-03-1746-2000(perencanaan sarana jalan

keluar untuk penyelamatan)

Peraturan Menteri PUNo. 26/PRT/M/2008

Peraturan Menteri PUNo. 26/PRT/M/2008

NFPA 101 (Life Safety Code)

SNI-03-1745-2000(pemasangan sistem pipa tegak

dan slang)

Peraturan Menteri PUNo. 26/PRT/M/2008

SNI-03-3989-2000(perencanaan sistem springkler

otomatik)

SNI-03-3985-2000(perencanaan pemasanganpengujian sistem deteksi &

alarm kebakaran)

SNI-03-1736-2000(perencanaan sistem proteksi

pasif kebakaran)

TingkatPemenuhan

TerhadapStandarDetektor Kebakaran

Titik Panggil Manual

Sistem Pipa Tegak

Page 71: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

48

Penelitian ini dilakukan dengan melakukan observasi dan penilaian

terhadap sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan

yang terdiri dari beberapa komponen yaitu akses dan pasokan air untuk

pemadam kebakaran, sarana penyelamatan jiwa, sarana proteksi kebakaran

pasif, sarana proteksi kebakaran aktif, dan utilitas bangunan gedung. Setiap

komponen tersebut akan dibandingkan dengan beberapa standar acuan.

Untuk komponen akses dan pasokan air untuk pemadam kebakaran,

dibandingkan dengan standar acuan Permen PU No. 26/PRT/M/2008.

Sedangkan untuk komponen sarana penyelamatan jiwa terdiri dari sarana jalan

keluar, tanda petunjuk arah evakuasi, dan tempat berhimpun. Sarana jalan

keluar dibandingkan dengan standar acuan yaitu SNI 03-1746-2000 (Tata cara

perencanaan dan pemasangan sarana jalan ke luar untuk penyelamatan).

Sedangkan tanda petunjuk atah evakuasi dibandingkan dengan Permen PU No.

26/PRT/M/2008. Untuk tempat berhimpun dibandingkan dengan standar acuan

yaitu NFPA 101 mengenai life safety code. Namun penelitian ini tidak

melakukan observasi dan penilaian terhadap pintu darurat, karena Unit

Produksi Amoniak ini termasuk jenis pabrik yang terbuka, sehingga

disesuaikan dengan kondisi aktual pabrik yang sudah ada.

Komponen sarana proteksi kebakaran pasif yaitu konstruksi tahan api

dibandingkan dengan standar acuan yaitu SNI 03-1736-2000 (Tata cara

perencanaan sistem proteksi pasif kebakaran). Namun khusus untuk sarana

proteksi pasif dalam penelitian ini tidak melakukan observasi dan penilaian

Page 72: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

49

terhadap bahan pelapis interior, serta partisi penghalang api dan asap, karena

disesuaikan dengan struktur bangunan yang sudah ada dan tidak

memungkinkan untuk diubah lagi.

Untuk komponen sarana proteksi kebakaran aktif, maka dibandingkan

dengan standar acuan yang sesuai untuk menilai tiap komponennya, yaitu:

a. Sistem deteksi kebakaran, yaitu detektor kebakaran, alarm kebakaran, dan

titik panggil manual, dibandingkan dengan SNI 03-3985-2000 (Tata cara

perencanaan, pemasangan dan pengujian sistem deteksi dan alarm

kebakaran)

b. Sprinkler otomatik dibandingkan dengan SNI 03-3989-2000 (Tata cara

perencanaan dan pemasangan sistem springkler otomatik)

c. Sistem pipa tegak dan hidran, dibandingkan dengan SNI 03-1745-2000

(Tata cara perencanaan dan pemasangan sistem pipa tegak dan slang)

d. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dibandingkan dengan Peraturan

Menteri Pekerjaan Umum No.26/PRT/M/2008

Untuk komponen utilitas bangunan gedung yang terdiri dari sumber

daya listrik, pusat pengendali kebakaran, dan sistem proteksi petir juga

dibandingkan dengan Permen PU No. 26/PRT/M/2008.

Page 73: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

50

3.3 Definisi Istilah

3.3.1 Akses dan pasokan air untuk pemadam kebakaran

Akses dan pasokan air untuk pemadam kebakaran yaitu sumber

air yang digunakan untuk pemadam kebakaran serta jalur khusus

untuk akses kendaraan pemadam kebakaran (fire truck).

Tabel 3.1 Definisi Istilah Akses dan pasokan air untuk pemadam kebakaran

Cara ukur : Observasi dan telaah dokumen

Alat ukur :

Lembar checklist, meteran, digital camera, dan

Instruksi Kerja Fasilitas pemadam kebakaran media air

(IK-16-4019)

Hasil Ukur :

1. Baik : apabila seluruh elemen yang dianalisa

memiliki tingkat kesesuaian >80-100%

2. Cukup : apabila seluruh elemen yang dianalisa

memiliki tingkat kesesuaian 60-80%

3. Kurang : apabila seluruh elemen yang dianalisa

memiliki tingkat kesesuaian < 60%

4. Tidak ada : apabila seluruh elemen yang dianalisa

memiliki tingkat kesesuaian 0%

Standar yang

digunakan :

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.

26/PRT/M/2008

Page 74: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

51

3.3.2 Sarana Penyelamatan Jiwa

3.3.2.1 Sarana jalan keluar

Sarana jalan keluar adalah jalur dari setiap titik pada

suatu bangunan yang tidak terhalang dan tersambung ke jalur

umum atau tempat terbuka.

Tabel 3.2 Definisi Istilah Sarana jalan keluar

Cara ukur : Observasi

Alat ukur : Lembar checklist, digital camera dan meteran

Hasil Ukur :

1. Baik : apabila seluruh elemen yang dianalisa

memiliki tingkat kesesuaian >80-100%

2. Cukup : apabila seluruh elemen yang dianalisa

memiliki tingkat kesesuaian 60-80%

3. Kurang : apabila seluruh elemen yang dianalisa

memiliki tingkat kesesuaian < 60%

4. Tidak ada : apabila seluruh elemen yang dianalisa

memiliki tingkat kesesuaian 0%

Standar yang

digunakan :

SNI 03-1746-2000 (Tata cara perencanaan dan

pemasangan sarana jalan ke luar untuk penyelamatan)

Page 75: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

52

3.3.2.2 Tanda petunjuk arah evakuasi

Tanda petunjuk arah evakuasi adalah tanda gambar atau

tulisan yang ditempatkan di lokasi-lokasi strategis untuk

mengarahkan karyawan dalam suatu gedung ke tempat yang

aman.

Tabel 3.3 Definisi Istilah Tanda petunjuk arah evakuasi

Cara ukur : Observasi

Alat ukur : Lembar checklist, digital camera, dan meteran

Hasil Ukur :

1. Baik : apabila seluruh elemen yang dianalisa

memiliki tingkat kesesuaian >80-100%

2. Cukup : apabila seluruh elemen yang dianalisa

memiliki tingkat kesesuaian 60-80%

3. Kurang : apabila seluruh elemen yang dianalisa

memiliki tingkat kesesuaian < 60%

4. Tidak ada : apabila seluruh elemen yang dianalisa

memiliki tingkat kesesuaian 0%

Standar yang

digunakan :

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.

26/PRT/M/2008

Page 76: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

53

3.3.2.3 Tempat berhimpun (assembly point)

Tempat berhimpun (assembly point) adalah suatu

tempat di area luar gedung atau bangunan yang diperuntukkan

sebagai tempat berhimpun sementara setelah proses evakuasi

dan dilakukan perhitungan jumlah karyawan pada saat terjadi

kebakaran.

Tabel 3.4 Definisi Istilah Tempat berhimpun

Cara ukur : Observasi, telaah dokumen dan wawancara

Alat ukur :

Lembar checklist, meteran, digital camera, pedoman

wawancara, recorder dan dokumen Daftar Karyawan

Organik PT Petrokimia Gresik Tahun 2014

Hasil Ukur :

1. Baik : apabila seluruh elemen yang dianalisa

memiliki tingkat kesesuaian >80-100%

2. Cukup : apabila seluruh elemen yang dianalisa

memiliki tingkat kesesuaian 60-80%

3. Kurang : apabila seluruh elemen yang dianalisa

memiliki tingkat kesesuaian < 60%

4. Tidak ada : apabila seluruh elemen yang dianalisa

memiliki tingkat kesesuaian 0%

Standar yang

digunakan :NFPA 101 mengenai life safety code

Page 77: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

54

3.3.3 Sarana Proteksi Kebakaran Pasif

3.3.3.1 Konstruksi tahan api

Konstruksi tahan api yaitu bagian-bagian dari suatu

bangunan yang terbuat dari bahan yang memiliki ketahanan

terhadap api.

Tabel 3.5 Definisi Istilah Konstruksi tahan api

Cara ukur : Observasi dan wawancara

Alat ukur :Lembar checklist, meteran, digital camera, recorder

dan pedoman wawancara

Hasil Ukur :

1. Baik : apabila seluruh elemen yang dianalisa

memiliki tingkat kesesuaian >80-100%

2. Cukup : apabila seluruh elemen yang dianalisa

memiliki tingkat kesesuaian 60-80%

3. Kurang : apabila seluruh elemen yang dianalisa

memiliki tingkat kesesuaian < 60%

4. Tidak ada : apabila seluruh elemen yang dianalisa

memiliki tingkat kesesuaian 0%

Standar yang

digunakan :

SNI 03-1736-2000 (Tata cara perencanaan sistem

proteksi pasif kebakaran)

Page 78: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

55

3.3.4 Sarana Proteksi Kebakaran Aktif

3.3.4.1 Detektor Kebakaran

Detektor kebakaran adalah suatu alat yang berfungsi

untuk mendeteksi terjadinya api. Detektor terdiri dari beberapa

jenis, yaitu detektor asap, detektor nyala, detektor detektor

panas, dan detektor gas.

Tabel 3.6 Definisi Istilah Detektor kebakaran

Cara ukur : Observasi, telaah dokumen dan wawancara

Alat ukur :

Lembar checklist, digital camera, pedoman

wawancara, recorder dan Instruksi Kerja

Pemeliharaan Fasilitas Penanggulangan Kebakaran

(IK-16-4011)

Hasil Ukur :

1. Baik : apabila seluruh elemen yang dianalisa

memiliki tingkat kesesuaian >80-100%

2. Cukup : apabila seluruh elemen yang dianalisa

memiliki tingkat kesesuaian 60-80%

3. Kurang : apabila seluruh elemen yang dianalisa

memiliki tingkat kesesuaian < 60%

4. Tidak ada : apabila seluruh elemen yang dianalisa

memiliki tingkat kesesuaian 0%

Standar yang

digunakan :

SNI 03-3985-2000 (Tata cara perencanaan

pemasangan dan pengujian sistem deteksi dan alarm

kebakaran)

Page 79: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

56

3.3.4.2 Alarm kebakaran

Alarm kebakaran adalah suatu alat yang berfungsi

untuk menyampaikan peringatan dan pemberitahuan kepada

semua pihak jika terjadi suatu kebakaran.

Tabel 3.7 Definisi Istilah Alarm kebakaran

Cara ukur : Observasi dan telaah dokumen

Alat ukur :

Lembar checklist, digital camera, Instruksi Kerja

Pemeliharaan Fasilitas Penanggulangan Kebakaran

(IK-16-4011) dan Prosedur Penanggulangan Keadaan

Darurat Pabrik (PR-28-0017)

Hasil Ukur :

1. Baik : apabila seluruh elemen yang dianalisa

memiliki tingkat kesesuaian >80-100%

2. Cukup : apabila seluruh elemen yang dianalisa

memiliki tingkat kesesuaian 60-80%

3. Kurang : apabila seluruh elemen yang dianalisa

memiliki tingkat kesesuaian < 60%

4. Tidak ada : apabila seluruh elemen yang dianalisa

memiliki tingkat kesesuaian 0%

Standar yang

digunakan :

SNI 03-3985-2000 (Tata cara perencanaan,

pemasangan dan pengujian sistem deteksi dan alarm

kebakaran)

Page 80: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

57

3.3.4.3 Titik panggil manual

Titik panggil manual merupakan alat yang dioperasikan

secara manual untuk memberi isyarat adanya kebakaran dan

diletakkan di sepanjang jalan menuju keluar.

Tabel 3.8 Definisi Istilah Titik panggil manual

Cara ukur : Observasi

Alat ukur : Lembar checklist, meteran, dan digital camera

Hasil Ukur :

1. Baik : apabila seluruh elemen yang dianalisa

memiliki tingkat kesesuaian >80-100%

2. Cukup : apabila seluruh elemen yang dianalisa

memiliki tingkat kesesuaian 60-80%

3. Kurang : apabila seluruh elemen yang dianalisa

memiliki tingkat kesesuaian < 60%

4. Tidak ada : apabila seluruh elemen yang dianalisa

memiliki tingkat kesesuaian 0%

Standar yang

digunakan :

SNI 03-3985-2000 (Tata cara perencanaan,

pemasangan dan pengujian sistem deteksi dan alarm

kebakaran)

Page 81: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

58

3.3.4.4 Sistem springkler otomatik

Sistem springkler otomatik adalah alat pemancar air

untuk pemadaman kebakaran yang mempunyai tudung

berbentuk delektor pada ujung mulut pancarnya, sehingga air

dapat memancar kesemua arah secara merata.

Tabel 3.9 Definisi Istilah Sistem springkler otomatik

Cara ukur : Observasi dan telaah dokumen

Alat ukur :

Lembar checklist, digital camera, meteran dan

Instruksi Kerja Pemeriksaan Manual Water Sprayer

System (IK-16-4010)

Hasil Ukur :

1. Baik : apabila seluruh elemen yang dianalisa

memiliki tingkat kesesuaian >80-100%

2. Cukup : apabila seluruh elemen yang dianalisa

memiliki tingkat kesesuaian 60-80%

3. Kurang : apabila seluruh elemen yang dianalisa

memiliki tingkat kesesuaian < 60%

4. Tidak ada : apabila seluruh elemen yang dianalisa

memiliki tingkat kesesuaian 0%

Standar yang

digunakan :

SNI 03-3989-2000 (Tata cara perencanaan dan

pemasangan sistem springkler otomatik)

Page 82: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

59

3.3.4.5 Hidran

Hidran adalah alat yang dilengkapi dengan slang dan

mulut pancar (nozzle) untuk mengalirkan air bertekanan, yang

digunakan untuk pemadaman kebakaran. Terdapat 2 jenis

hidran yaitu hidran gedung yang terletak di suatu gedung dan

instalasi serta peralatannya disediakan serta dipasang dalam

bangunan/ gedung tersebut, dan hidran halaman, yaitu hidran

yang penempatannya di area luar gedung.

Tabel 3.10 Definisi Istilah Hidran

Cara ukur : Observasi

Alat ukur : Lembar checklist, digital camera, dan meteran.

Hasil Ukur :

1. Baik : apabila seluruh elemen yang dianalisa

memiliki tingkat kesesuaian >80-100%

2. Cukup : apabila seluruh elemen yang dianalisa

memiliki tingkat kesesuaian 60-80%

3. Kurang : apabila seluruh elemen yang dianalisa

memiliki tingkat kesesuaian < 60%

4. Tidak ada : apabila seluruh elemen yang dianalisa

memiliki tingkat kesesuaian 0%

Standar yang

digunakan :

SNI 03-1745-2000 (Tata cara perencanaan dan

pemasangan sistem pipa tegak dan slang)

Page 83: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

60

3.3.4.6 Sistem pipa tegak

Sistem pipa tegak yaitu suatu susunan dari pemipaan,

katup, sambungan slang, dan kesatuan peralatan dalam

bangunan, dengan sambungan slang yang dipasangkan

sedemikian rupa sehingga air dapat dipancarkan atau

disemprotkan melalui slang dan nozel, untuk memadamkan api

Tabel 3.11 Definisi Istilah Sistem pipa tegak

Cara ukur : Observasi dan telaah dokumen

Alat ukur :

Lembar checklist, digital camera, meteran dan

Instruksi Kerja Pemeriksaan Sistem Pipa Tegak dan

Hidran Kebakaran (IK-16-4006)

Hasil Ukur :

1. Baik : apabila seluruh elemen yang dianalisa

memiliki tingkat kesesuaian >80-100%

2. Cukup : apabila seluruh elemen yang dianalisa

memiliki tingkat kesesuaian 60-80%

3. Kurang : apabila seluruh elemen yang dianalisa

memiliki tingkat kesesuaian < 60%

4. Tidak ada : apabila seluruh elemen yang dianalisa

memiliki tingkat kesesuaian 0%

Standar yang

digunakan :

SNI 03-1745-2000 (Tata cara perencanaan dan

pemasangan sistem pipa tegak dan slang)

Page 84: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

61

3.3.4.7 Alat Pemadam Api Ringan

APAR (Alat Pemadam Api Ringan) adalah alat

pemadam yang bisa diangkut, diangkat dan dioperasikan oleh

satu orang pekerja yang digunakan untuk memadamkan

kebakaaran pada fase awal.

Tabel 3.12 Definisi Istilah Alat Pemadam Api Ringan

Cara ukur : Observasi dan telaah dokumen

Alat ukur :

Lembar checklist, digital camera, meteran dan

Instruksi Kerja Pemeriksaan Alat Pemadam Api

Ringan/Portable Fire Extinguisher (IK-16-4001)

Hasil Ukur :

1. Baik : apabila seluruh elemen yang dianalisa

memiliki tingkat kesesuaian >80-100%

2. Cukup : apabila seluruh elemen yang dianalisa

memiliki tingkat kesesuaian 60-80%

3. Kurang : apabila seluruh elemen yang dianalisa

memiliki tingkat kesesuaian < 60%

4. Tidak ada : apabila seluruh elemen yang dianalisa

memiliki tingkat kesesuaian 0%

Standar yang

digunakan :

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.

26/PRT/M/2008

Page 85: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

62

3.3.5 Utilitas Bangunan Gedung

3.3.5.1 Sumber daya listrik

Sumber daya listrik yaitu sumber yang memasok atau

menyediakan daya listrik bagi suatu unit produksi ketika terjadi

keadaan darurat kebakaran.

Tabel 3.13 Definisi Istilah Sumber daya listrik

Cara ukur : Observasi, telaah dokumen dan wawancara

Alat ukur :

Lembar checklist, digital camera, pedoman

wawancara, recorder, dan Instruksi Kerja (IK-16-

4011) Pemeliharaan Fasilitas Penanggulangan

Kebakaran

Hasil Ukur :

1. Baik : apabila seluruh elemen yang dianalisa

memiliki tingkat kesesuaian >80-100%

2. Cukup : apabila seluruh elemen yang dianalisa

memiliki tingkat kesesuaian 60-80%

3. Kurang : apabila seluruh elemen yang dianalisa

memiliki tingkat kesesuaian < 60%

4. Tidak ada : apabila seluruh elemen yang dianalisa

memiliki tingkat kesesuaian 0%

Standar yang

digunakan :

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.

26/PRT/M/2008

Page 86: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

63

3.3.5.2 Pusat pengendali kebakaran

Pusat pengendali kebakaran adalah suatu ruangan yang

berisi alat untuk mendeteksi kebakaran, yang di dalamnya ada

micro phone untuk menginformasikan terjadinya kebakaran ke

seluruh karyawan, serta tombol untuk mengaktifkan sistem

proteksi kebakaran.

Tabel 3.14 Definisi Istilah Pusat pengendali kebakaran

Cara ukur : Observasi

Alat ukur : Lembar checklist, meteran, dan digital camera.

Hasil Ukur :

1. Baik : apabila seluruh elemen yang dianalisa

memiliki tingkat kesesuaian >80-100%

2. Cukup : apabila seluruh elemen yang dianalisa

memiliki tingkat kesesuaian 60-80%

3. Kurang : apabila seluruh elemen yang dianalisa

memiliki tingkat kesesuaian < 60%

4. Tidak ada : apabila seluruh elemen yang dianalisa

memiliki tingkat kesesuaian 0%

Standar yang

digunakan :

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.

26/PRT/M/2008

Page 87: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

64

3.3.5.3 Sistem proteksi petir

Sistem proteksi petir adalah suatu instalasi untuk

mencegah dan menahan sambaran petir pada suatu gedung atau

bangunan untuk melindungi bangunan, fasilitas dan orang dari

bahaya sambaran petir.

Tabel 3.15 Definisi Istilah Sistem Proteksi Petir

Cara ukur : Observasi, telaah dokumen, dan wawancara

Alat ukur :

Lembar checklist, digital camera, pedoman

wawancara, recorder dan Laporan pengujian dan

Sertifikat pengesahan penggunaan instalasi penyalur

petir No. 566/35/403.58/2005

Hasil Ukur :

1. Baik : apabila seluruh elemen yang dianalisa

memiliki tingkat kesesuaian >80-100%

2. Cukup : apabila seluruh elemen yang dianalisa

memiliki tingkat kesesuaian 60-80%

3. Kurang : apabila seluruh elemen yang dianalisa

memiliki tingkat kesesuaian < 60%

4. Tidak ada : apabila seluruh elemen yang dianalisa

memiliki tingkat kesesuaian 0%

Standar yang

digunakan :

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.

26/PRT/M/2008

Page 88: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

65

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah analisis kualitatif dengan

pendekatan observasional untuk menganalisis tingkat pemenuhan sistem

proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan di Unit Produksi

Amoniak PT Petrokimia Gresik tahun 2014. Hasil observasi kemudian

dibandingkan dengan standar acuan yang digunakan, yaitu Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum No. 26/PRT/M/2008 tentang persyaratan teknis sistem

proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan, SNI 03-3989-2000

tentang tata cara perencanaan dan pemasangan sistem springkler otomatik, SNI

03-1736-2000 tentang tata cara perencanaan sistem proteksi pasif kebakaran,

SNI 03-1746-2000 tentang tata cara perencanaan dan pemasangan sarana jalan

ke luar untuk penyelamatan, SNI 03-1745-2000 tentang tata cara perencanaan

dan pemasangan sistem pipa tegak dan slang, dan SNI 03-3985-2000 tentang

tata cara perencanaan, pemasangan dan pengujian sistem deteksi dan alarm

kebakaran, serta NFPA 101 mengenai life safety code.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Unit Produksi Amoniak PT Petrokimia

Gresik yang terletak di Jl. Jenderal Ahmad Yani, Kota Gresik, Jawa Timur.

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan April sampai dengan Juni tahun 2014.

Page 89: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

66

4.3 Informan Penelitian

Pemilihan informan untuk penelitian kualitatif ini dilakukan secara

purposive sampling, yaitu peneliti mempunyai pertimbangan dan kriteria

tertentu dalam pengambilan informan sesuai dengan tujuan penelitian

(Notoatmodjo, 2010). Selain itu, Sugiyono pada tahun 2009 menjelaskan bahwa

jenis informan dalam penelitian kualitatif terbagi menjadi 3, yaitu informan

kunci (key informant), informan utama, dan informan pendukung.

4.3.1 Informan Kunci

Informan kunci merupakan seseorang yang secara

profesionalitas memiliki pengetahuan yang mendalam mengenai

penelitian ini namun tidak terkait secara langsung dengan objek

penelitian. Informan kunci pada penelitian ini adalah Agus Wijaya SH,

beliau merupakan seorang Staff Dinas Pemadam Kebakaran Jakarta

Selatan. Informan kunci tersebut membantu peneliti dalam memberi

skoring penilaian terhadap hasil obseservasi sistem proteksi kebakaran

yang kesesuaiannya pada standar acuan masih kurang sempurna.

Beberapa elemen yang penilaiannya menggunakan expert adjustment

dari seorang informan kunci adalah sebagai berikut.

1. Pada komponen tanda petunjuk arah evakuasi, terdapatnya tanda

petunjuk arah evakuasi di setiap lokasi mendapat penilaian sebesar

Page 90: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

67

60%, dalam memberi penilaian tersebut, informan kunci

berpedoman pada standar NFPA 101 mengenai Life Safety Code.

2. Pada komponen komponen konstruksi tahan api, pemeliharaan yang

harus dilakukan secara berkala mendapat penilaian sebesar 60%,

dalam memberi penilaian tersebut, informan kunci berpedoman

pada standar NFPA 251 mengenai Standards Methods of Tests of

Fire Resistance of Building Construction and Materials..

3. Pada komponen detektor kebakaran, upaya proteksi detektor

terhadap bahaya mekanis mendapat penilaian sebesar 90%, dalam

memberi penilaian tersebut, informan kunci berpedoman pada

standar NFPA 72 mengenai National Fire Alarm and Signaling

Code.

4. Pada komponen sistem springkler otomatik, pengoperasian water

sprayer system secara manual dan jumlah persediaan kepala

springkler cadangan mendapat penilaian sebesar 80%, dalam

memberi penilaian tersebut, informan kunci berpedoman pada

standar NFPA 13 mengenai Standard for the Installation of

Sprinkler System.

5. Pada komponen APAR, penempatan instruksi pengoperasian APAR

mendapat penilaian sebesar 80%, dalam memberi penilaian

tersebut, informan kunci berpedoman pada standar NFPA 10

mengenai Standard for Portable Fire Extinguisher.

Page 91: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

68

6. Pada komponen pusat pengendali kebakaran, instalasi central fire

panel indicator, mendapat penilaian sebesar 70%, informan kunci

berpedoman pada standar NFPA 72 mengenai National Fire Alarm

and Signaling Code.

4.3.2 Informan Utama

Informan utama adalah orang yang paling mengetahui informasi

mengenai objek yang sedang diteliti. Dalam penelitian ini yang menjadi

informan utama adalah sebagai berikut.

1. Kepala Bagian PMK

2. Karu Perawatan Bagian PMK

3. Kasi Operasional Bagian PMK

4. Kepala Bagian Unit Produksi Amoniak

5. Operator Bagian Unit Produksi Amoniak

4.3.3 Informan Pendukung

Informan pendukung dalam penelitian ini adalah orang yang

secara struktural terlibat dengan objek penelitian. Pada penelitian ini

yang menjadi informan pendukung adalah sebagai berikut.

1. Manager Departemen LK3

2. Kepala Bagian K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

3. Staff Inspeksi Teknik Khusus

4. Staff Pemeliharaan I Bagian Listrik

Page 92: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

69

Berikut ini adalah daftar informan penelitian beserta kode informan

dalam penelitian ini.

Tabel 4.1 Jabatan dan Kode Informan Penelitian

Jabatan Kode Informan

Kepala Bagian Unit Produksi Amoniak PKG-1

Staff Pemeliharaan I bagian listrik PKG-2

Kasi Operasional bagian PMK PKG-3

Staff Inspeksi Teknik Khusus PKG-4

Manager Departemen LK3 PKG-5

Kepala Bagian K3 PKG-6

Operator Bagian Unit Produksi Amoniak PKG-7

Karu Perawatan bagian PMK PKG-8

Kepala Bagian PMK PKG-9

4.4 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan alat (instrumen)

pengumpul data utama, karena peneliti adalah manusia dan hanya manusia yang

dapat berhubungan dengan informan atau objek lainnya, serta mampu

memahami kaitan kenyataan-kenyataan di lapangan. Oleh karena itu, peneliti

juga berperan serta dalam pengamatan atau participant observation (Moleong,

2006). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan alat-alat bantu untuk

mengumpulkan data, antara lain yaitu :

Page 93: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

70

1. Lembar checklist, yang digunakan ketika melakukan pengamatan terhadap

sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan.

2. Pedoman wawancara, yang berisi daftar pertanyaan untuk informan utama

maupun informan pendukung.

3. Digital camera, yang digunakan untuk mendokumentasikan hasil observasi

setiap komponen sistem proteksi kebakaran pada bangunan dan gedung.

4. Recorder, yang digunakan untuk merekam suara informan penelitian pada

saat peneliti melakukan wawancara.

5. Meteran sepanjang 5 meter yang digunakan untuk melakukan pengukuran

terhadap beberapa komponen, seperti sarana jalan keluar, tanda petunjuk

arah evakuasi, tempat berhimpun, konstruksi tahan api, titik panggil

manual, sistem springkler otomatik, hidran, sistem pipa tegak, APAR, dan

pusat pengendali kebakaran.

4.5 Metode Pengumpulan Data

Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara,

antara lain sebagai berikut.

4.5.1 Observasi

Observasi dalam penelitian ini menggunakan instrumen penelitian

berupa lembar checklist, dan meteran serta didukung oleh camera digital

untuk mendokumentasikan hasil pengamatan. Observasi dilakukan

dengan cara mengamati secara langsung kondisi aktual dari setiap

Page 94: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

71

komponen sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan

lingkungan di Unit Produksi Amoniak PT Petrokimia Gresik.

4.5.2 Wawancara

Wawancara dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan

keakuratan informasi dan keabsahan data-data yang merupakan hasil

observasi atau pengamatan terhadap sistem proteksi kebakaran pada

bangunan gedung dan lingkungan di Unit Produksi Amoniak. Instrumen

penelitian yang digunakan pada saat wawancara dalam penelitian ini yaitu

pedoman wawancara dan recorder. Wawancara dilakukan kepada Kabag

PMK, Karu Perawatan Bagian PMK, Kasi Operasional Bagian PMK,

Kabag dan Operator Unit Produksi Amoniak, Manager Departemen LK3,

Kabag K3, Staff Inspeksi Teknik Khusus dan Staff Pemeliharaan I Bagian

Listrik.

4.5.3 Telaah Dokumen

Telaah dokumen pada penelitian ini dilakukan dengan tujuan

untuk melakukan penyelidikan, kajian dan pemeriksaan terhadap

dokumen-dokumen milik perusahaan yang terkait dengan komponen

sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan di Unit

Produksi Amoniak yang diamati. Dokumen-dokumen tersebut antara lain

sebagai berikut.

Page 95: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

72

1. Instruksi Kerja Fasilitas Pemadam Kebakaran Media Air (IK-16-

4019)

2. Daftar karyawan organik PT Petrokimia Gresik tahun 2014

3. Instruksi Kerja Pemeliharaan Fasilitas Penanggulangan Kebakaran

(IK-16-4011)

4. Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat Pabrik (PR-28-0017)

5. Instruksi Kerja Pemeriksaan Manual Water Sprayer System (IK-16-

4010)

6. Instruksi Kerja Pemeriksaan Sistem Pipa Tegak dan Hidran

Kebakaran (IK-16-4006)

7. Instruksi Kerja Pemeriksaan Alat Pemadam Api Ringan/Portable

Fire Extinguisher (IK-16-4001)

8. Laporan pengujian dan Sertifikat pengesahan penggunaan instalasi

penyalur petir No. 566/35/403.58/2005

4.6 Validasi Data

Untuk menjaga keabsahan dan keakuratan data yang telah diperoleh,

peneliti melakukan validasi data. Dalam penelitian ini validasi data yang

dilakukan yaitu dengan melakukan triangulasi sumber dan triangulasi metode.

4.6.1 Triangulasi sumber

Triangulasi sumber dilakukan dengan cara melakukan

wawancara mendalam kepada beberapa informan yang berbeda

Page 96: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

73

kemudian mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang

didapatkan tersebut, hal ini dilakukan sebagai upaya untuk menjaga

keabsahan data yang telah diperoleh. Pada penelitian ini, terdapat 6

komponen sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan

lingkungan yang pengambilan datanya dengan melakukan wawancara

kepada informan penelitian menggunakan pedoman wawancara.

Komponen tersebut diantaranya sumber daya listrik, sistem proteksi

petir, tempat berhimpun, konstruksi tahan api, detektor kebakaran, serta

akses dan pasokan air untuk pemadam kebakaran. Penggunaan pedoman

wawancara disesuaikan dengan keterlibatan informan terhadap keenam

komponen yang dinilai tersebut. Berikut adalah tabel triangulasi sumber.

Tabel 4.2 Validasi data dengan Triangulasi Sumber

Informan

penelitian

Pedoman wawancara

*Listrik *SPPTempat

berhimpun

Konstruksi

tahan api

Detektor

kebakaran

*Akses

kebakaran

*Kabag Amoniak √ √ √ √ √*Staff Listrik I √ √Kasi Operasional

Bagian PMK√ √

Staff Inspeksi

Teknik Khusus√ √

Manager

Departemen LK3√ √

Page 97: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

74

Informan

penelitian

Pedoman wawancara

*Listrik *SPPTempat

berhimpun

Konstruksi

tahan api

Detektor

kebakaran

*Akses

kebakaran

Kepala bagian K3 √ √*OperatorAmoniak √ √ √ √ √Karu PerawatanBagian PMK √ √Kepala BagianPMK √ √

4.6.2 Triangulasi metode

Triangulasi metode yaitu memperoleh informasi dengan metode

yang berbeda, diantaranya yaitu mengobservasi secara langsung,

komponen-komponen sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung

dan lingkungan di Unit Produksi Amoniak, kemudian melakukan

wawancara mendalam untuk memperoleh data yang tepat, akurat dan

terpercaya, serta melakukan telaah dokumen terhadap data sekunder

yang telah didapatkan sebagai upaya untuk menjaga keabsahan data

yang telah diperoleh. Berikut adalah tabel triangulasi metode.

Keterangan: *Listrik : Sumber daya listrik

*SPP : Sistem proteksi petir

*Akses Kebakaran : Akses dan pasokan air untuk pemadam kebakaran

*Kabag Amoniak : Kepala Bagian Unit Produksi Amoniak

*Staff Listrik I : Staff Pemeliharaan I Bagian Listrik

*Operator Amoniak : Operator bagian Unit Produksi Amoniak

Page 98: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

75

Tabel 4.3 Validasi data dengan triangulasi metode

No.

Komponen Sistem Proteksi

Kebakaran pada Bangunan

Gedung dan Lingkungan

Triangulasi Metode

Observasi WawancaraTelaah

Dokumen

1 Akses dan pasokan air untuk

pemadam kebakaran√ √ √

2 Sarana Penyelamatan Jiwa

a. Sarana jalan keluar √

b. Tanda petunjuk arah evakuasi √

c. Tempat berhimpun √ √ √

3 Sarana Proteksi Kebakaran Pasif

a. Konstruksi tahan api √ √

4 Sarana Proteksi Kebakaran Aktif

a. Detektor kebakaran √ √ √

b. Alarm kebakaran √ √

c. Titik panggil manual √

d. Sistem springkler otomatik √ √

e. Hidran √

f. Sistem pipa tegak √ √

g. Alat Pemadam Api Ringan √ √

5 Utilitas Bangunan Gedung

a. Sumber daya listrik √ √ √

b. Pusat pengendali kebakaran √

c. Sistem proteksi petir √ √ √

Page 99: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

76

4.7 Analisa Data

Analisa data dalam penelitian ini mengacu kepada tahapan-tahapan

dalam melakukan Audit K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja). Audit K3

menurut OHSAS 18001 Tahun 2007 merupakan suatu penilaian sistematis

untuk menentukan apakah suatu aktivitas sesuai dengan pengaturan yang telah

direncanakan dan apakah pengaturan tersebut diterapkan secara efektif dan

sesuai untuk mencapai kebijakan dan tujuan organisasi. Tahapan-tahapan audit

K3 diantaranya yaitu tahap perencanaan, tahap persiapan, tahap pelaksanaan,

tahap pembuatan laporan dan tahap tindak lanjut. Berikut adalah rincian analisa

data yang dilakukan dalam penelitian ini.

1. Tahap Perencanaan Audit

a. Tujuan dan ruang lingkup audit

Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui tingkat

pemenuhan sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan

lingkungan di Unit Produksi Amoniak PT Petrokimia Gresik. Analisis

tingkat pemenuhan dilakukan dengan metode observasi, wawancara

dan telaah dokumen.

b. Tim pelaksana audit

Kegiatan penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa peminatan

K3 Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang bertindak sebagai peneliti atau auditor.

Page 100: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

77

c. Tugas dan tanggung jawab auditor

Tugas dan tanggung jawab dari peneliti atau auditor pada

penelitian ini yaitu:

i. Melakukan penelitian mulai dari tahap perencanaan

ii. Melakukan pengumpulan informasi, tinjauan dokumen atau studi

literatur mengenai standar yang menjadi acuan dalam penelitian ini.

iii. Mempersiapkan segala bentuk instrument penelitian seperti lembar

checklist, pedoman wawancara, digital camera, recorder, serta

meteran

iv. Menentukan jadwal kegiatan penelitian.

v. Melaksanaan kegiatan penelitian yang terdiri dari observasi setiap

komponen sistem proteksi kebakaran bangunan gedung dan

lingkungan, wawancara terhadap informan penelitian, serta

melakukan telaah dokumen.

vi. Membuat laporan hasil penelitian

vii. Memberikan rekomendasi kepada pihak auditee atas temuan yang

didapat selama peneltian berlangsung

2. Tahap Persiapan Audit

a. Pengumpulan informasi dan peninjauan dokumen

Pada tahap ini peneliti atau auditor melakukan kegiatan studi

literatur selama bulan Januari hingga April 2014. Peneliti juga

Page 101: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

78

melakukan peninjauan dokumen-dokumen terkait dengan tujuan

penelitian di instansi tersebut selama bulan Februari 2014 dalam

kegiatan magang. Hal ini dilakukan sebagai persiapan peneliti dalam

menentukan kriteria audit atau standar yang menjadi acuan.

b. Mempersiapkan lembar checklist dan pedoman wawancara

Tahap selanjutnya yaitu peneliti membuat lembar checklist dan

pedoman wawancara sebagai instrumen atau pedoman selama kegiatan

penelitian berlangsung. Penentuan kriteria audit atau standar yang

menjadi acuan untuk kegiatan observasi ini merupakan hasil dari tahap

pengumpulan informasi dan peninjauan dokumen yang dilakukan

peneliti selama bulan Januari hingga April 2014. Pembuatan lembar

checklist yang menjadi pedoman selama penelitian berlangsung

mengacu kepada beberapa standar dan disesuaikan dengan masing-

masing komponen sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung

dan lingkungan yang akan diobservasi.

c. Pembuatan jadwal audit

Pembuatan jadwal dilakukan oleh peneliti atau auditor ketika sudah

berada di lokasi penelitian, bersama dengan pihak auditee agar

mendapatkan waktu yang tepat untuk melakukan setiap rangkaian

kegiatan seperti observasi dan wawancara. Jadwal kegiatan audit atau

penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 102: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

79

Tabel 4.4 Jadwal Kegiatan Audit

No. Hari/Tanggal Rangkaian Kegiatan Keterangan1 Senin

14-04-2014 Perkenalan dengan pihak auditee Pembuatan jadwal kegiatan audit Membuat janji pertemuan dengan

informan penelitian untuk melakukanwawancara

Auditor difasilitasi dandibimbing oleh staff K3PT Petrokimia Gresik

2 Selasa15-04-2014

Pertemuan pembuka (openingmeeting)

Wawancara Kepala Bagian PMK Observasi akses dan pasokan air untuk

pemadam kebakaran

Auditor melakukanobservasi ditemani olehsafety inspector pabrik I

3 Rabu16-04-2014

Wawancara Kepala Bagian UnitProduksi Amoniak

Wawancara operator Unit ProduksiAmoniak

Observasi komponen konstruksi tahanapi

Auditor melakukanobservasi ditemani olehOperator Unit ProduksiAmoniak

4 Kamis17-04-2014

Observasi Utilitas bangunan gedungyaitu komponen sumber daya listrikdan sistem proteksi petir

Telaah dokumen terkait sumber dayalistrik dan sistem proteksi petir

Auditor difasilitasi olehstaff bagian K3

5 Jumat18-04-2014

Observasi komponen saranapenyelamatan jiwa, yaitu sarana jalankeluar, tanda petunjuk arah evakuasi,dan tempat berhimpun.

Telaah dokumen terkait komponentempat berhimpun

Auditor melakukanobservasi ditemani olehsafety inspector pabrik I

6 Senin21-04-2014

Observasi komponen APAR dansistem springkler otomatik

Telaah dokumen terkait sistemspringkler otomatik

Auditor melakukanobservasi ditemani olehstaff perawatan PMK

7 Selasa22-04-2014

Observasi komponen APAR, detektorkebakaran, alarm kebakaran dan titik

Auditor melakukanobservasi ditemani oleh

Page 103: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

80

No. Hari/Tanggal Rangkaian Kegiatan Keteranganpanggil manual

Telaah dokumen terkait detektor danalarm kebakaran

staff perawatan PMK

8 Rabu23-04-2014

Observasi komponen APAR Telaah dokumen terkait APAR Wawancara staff pemeliharaan I

bagian listrik

Auditor melakukanobservasi ditemani olehstaff perawatan PMK

9 Kamis24-04-2014

Observasi komponen hidran dansistem pipa tegak

Telaah dokumen terkait komponensistem pipa tegak

Wawancara Staff Inspeksi TeknikKhusus.

Auditor melakukanobservasi ditemani olehstaff perawatan PMK

10 Jumat25-04-2014

Telaah dokumen terkait komponenakses dan pasokan air untuk pemadamkebakaran

Wawancara Karu Perawatan PMK

Auditor difasilitasi olehstaff bagian K3

11 Senin28-04-2014

Observasi komponen pusat pengendalikebakaran

Wawancara Kasi Operasional PMK

Auditor difasilitasi olehstaff bagian K3

12 Selasa29-04-2014

Wawancara Kepala Bagian K3 Wawancara Manager Departemen

LK3

Auditor difasilitasi olehstaff bagian K3

13 Rabu30-04-2014

Pertemuan penutup (closing meeting) Presentasi hasil temuan dan

rekomendasi Perpisahan

Auditor difasilitasi olehstaff bagian K3

Page 104: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

81

3. Tahap Pelaksanaan Audit

a. Pertemuan pembuka

Pertemuan pembuka atau biasa disebut dengan opening meeting

dilakukan sebelum kegiatan observasi dilakukan pada hari Selasa 14

April 2014. Dalam kegiatan ini peneliti sebagai pihak auditor

menjelaskan kepada perwakilan pihak auditee yang terdiri dari Kepala

Bagian PMK dan beberapa staff bagian K3 mengenai tujuan dan ruang

lingkup kegiatan audit tersebut, menjelaskan pedoman audit yang

digunakan, serta menginformasikan tentang jadwal rangkaian kegiatan

yang akan dilaksanakan. Opening meeting dilaksanakan di ruang rapat

kantor bagian PMK selama kurang lebih 1 jam.

b. Pelaksanaan kegiatan audit

Kegiatan diaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah

ditetapkan. Auditor melakukan observasi dengan didampingi oleh

pihak auditee yaitu safety inspector pabrik I atau staff perawatan

bagian PMK. Auditor menggunakan pedoman audit berupa lembar

checklist yang telah dipersiapkan sebelumnya. Disamping observasi,

auditor juga melakukan telaah dokumen terkait dengan beberapa

komponen sistem, serta melakukan wawancara kepada beberapa

informan penelitian sebagai upaya validasi data untuk menjaga

keabsahan dan keakuratan data yang sudah didapatkan.

Page 105: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

82

Hasil observasi, wawancara, dan telaah dokumen tersebut

kemudian dibandingkan dengan standar acuan yang tertera di lembar

checklist untuk mengetahui kesesuaian dan tingkat pemenuhannya

terhadap standar acuan. Hasil temuan baik kesesuaian maupun

ketidaksesuaian masing-masing komponen tersebut selanjutnya

dibahas di pertemuan penutup.

c. Pertemuan penutup

Pertemuan penutup atau biasa disebut dengan closing meeting

ini dlakukan pada tanggal 30 April 2014 di ruang rapat kantor bagian

K3. Dalam closing meeting ini peneliti selaku auditor memaparkan

beberapa temuan hasil dari observasi sistem proteksi kebakaran pada

bangunan gedung dan lingkungan di Unit Produksi Amoniak tersebut.

Setelah menyampaikan pemaparan hasil audit, peneliti juga

memberikan rekomendasi perbaikan terkait dengan beberapa

komponen yang tidak sesuai dengan standar acuan.

4. Tahap Pembuatan Laporan

Laporan hasil penelitian ini dibuat secara bertahap selama bulan

Mei hingga bulan Juli 2014. Rincian kegiatan pembuatan laporan adalah

sebagai berikut.

a. Peneliti mendeskripsikan secara rinci kondisi aktual dari setiap

komponen yang diobservasi.

Page 106: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

83

b. Kemudian peneliti membuat transkrip wawancara dari hasil

wawancara kepada informan penelitian.

c. Hasil observasi, wawancara dan telaah dokumen dari masing-masing

komponen tersebut diolah dalam bentuk tabel tingkat pemenuhan

sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan.

d. Setelah itu untuk mengetahui tingkat pemenuhannya peneliti

melakukan skoring atau penilaian terhadap masing-masing komponen

dengan cara berdiskusi dengan seorang ahli dan berpengetahuan,

dalam penelitian ini disebut juga dengan key informan atau informan

kunci. Informan kunci pada penelitian ini adalah seorang staff Dinas

Pemadam Kebakaran Kota Jakarta Selatan.

e. Dari hasil skoring tersebut, selanjutnya peneliti membahasnya dengan

menggunakan beberapa teori pendukung.

f. Kemudian peneliti memberi kesimpulan mengenai tingkat pemenuhan

sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan di

Unit Produksi Amoniak dan memberikan rekomendasi perbaikan

untuk beberapa komponen yang tidak sesuai dengan standar acauan.

5. Tahap Tindak Lanjut

a. Memberi masukan kepada pihak manajemen

Auditor atau peneliti telah memberikan masukan atas temuan-

temuan yang didapatkan kepada pihak auditee pada saat pertemuan

penutup (closing meeting) di tahap peaksanaan.

Page 107: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

84

BAB V

HASIL

5.1 Gambaran Umum PT Petrokimia Gresik

5.1.1 Profil PT Petrokimia Gresik

PT Petrokimia Gresik merupakan Badan Usaha Milik Negara

(BUMN) dalam lingkup Departemen Perindustrian dan Perdagangan

RI yang bernaung dibawah Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC).

PT Petrokimia Gresik bergerak di bidang produksi pupuk, bahan-

bahan kimia dan jasa lainnya seperti konstruksi dan engineering. Selain

itu juga merupakan pabrik pupuk terlengkap diantara pabrik pupuk

lainnya di Indoensia. Jenis pupuk yang diproduksi oleh pabrik ini

antara lain adalah Zwavelzuur Amonium (ZA), Super Phosphate (SP),

NPK, Phonska dan Urea. Nama Petrokimia berasal dari kata

“Petroleum Chemical” disingkat menjadi “Petrocemical”, yaitu

bahan-bahan kimia yang dibuat dari minyak bumi dan gas.

PT Petrokimia Gresik saat ini menempati lahan kompleks seluas

450 Ha. Area tanah yang ditempati berada di tiga kecamatan, yaitu

Kecamatan Gresik, Kecamatan Kebomas dan Kecamatan Manyar. Pada

saat ini PT. Petrokimia Gresik berlokasi di Jalan Jenderal Ahmad Yani

Gresik dan juga memiliki kantor perwakilan Jakarta yang beralamat di

Jl. Tanah Abang III No. 16 Jakarta Pusat.

Page 108: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

85

5.1.2 Kebijakan, Visi dan Misi PT Petrokimia Gresik

PT Petrokimia Gresik bertekad untuk menjadi produsen pupuk

dan produk kimia lainnya yang berdaya saing tinggi dan produknya

diminati oleh konsumen dengan memberikan jaminan pemenuhan

persyaratan dan pelayanan yang terbaik. Untuk mendukung tekad

tersebut, PT Petrokimia Gresik menerapkan sistem manajemen mutu

yang berbasis pada upaya penyempurnaan yang berkesinambungan. Hal

tersebut sesuai dengan motto perusahaan yaitu “Hari ini harus lebih

baik dari hari kemarin, Hari esok harus lebih baik dari hari ini”.

PT Petrokimia Gresik memiliki visi dan misi perusahaan, yaitu :

a. Visi Perusahaan

Menjadi produsen pupuk dan produk kimia lainnya yang

berdaya saing tinggi, dan produknya paling diminati konsumen.

b. Misi Perusahaan

1. Mendukung penyediaan pupuk nasional untuk tercapainya

program swasembada pangan.

2. Meningkatkan hasil usaha untuk menunjang kelancaran

kegiatan operasional dan pengembangan usaha perusahaan.

3. Mengembangkan potensi usaha untuk mendukung industri

kimia nasional dan berperan aktif dalam community

development.

Page 109: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

86

5.1.3 Fasilitas Pabrik

a. Fasilitas Produksi Pupuk

PT Petrokimia Gresik memiliki sejumlah unit produksi

pupuk, diantaranya yaitu:

1. Pupuk Urea, mulai beroperasi pada tahun 1994 dengan

kapasitas produksi 460.000 ton/tahun.

2. Pupuk Fosfat mulai beroperasi pada tahun 1979, 1983, 2009

dengan kapasitas produksi 500.000 ton/tahun.

3. Pupuk ZA I, II, dan III mulai beroperasi pada tahun 1972,

1984, 1986 dengan kapasitas produksi 650.000 ton/tahun.

4. Pupuk NPK Phonska mulai beroperasi pada tahun 2000, 2005,

2009 dan 2011 dengan kapasitas produksi 2.340.000 ton/tahun.

5. Pupuk NPK I, II, III, dan IV mulai beroperasi pada tahun 2005,

2008, 2009 dengan kapasitas produksi 400.000 ton/tahun.

6. Pupuk NPK Blending, mulai beroperasi pada tahun 2003

dengan kapasitas produksi 60.000 ton/tahun.

7. Pupuk ZK, mulai beroperasi pada tahun 2005 dengan kapasitas

produksi 10.000 ton/tahun.

8. Pupuk Petroganik mlai beroperasi pada tahun 2005 dengan

kapasitas produksi 10.000 ton/tahun.

Page 110: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

87

b. Pabrik Non Pupuk

Fasilitas produksi non pupuk, antara lain sebagai berikut.

1. Amoniak mulai beroperasi pada tahun 1994 dengan kapasitas

produksi 445.000 ton/tahun,

2. Asam Sulfat (H₂SO₄) mulai beroperasi pada tahun 1994,

dengan kapasitas produksi 550.000 ton/tahun,

3. Asam Fosfat (H3PO₄) mulai beroperasi pada tahun 1985

dengan kapasitas produksi 200.000 ton/tahun.

4. Cement Retrader mulai beroperasi pada tahun 1985 dengan

kapasitas produksi 440.000 ton/tahun.

5. Alumunium Fluorida mulai beroperasi pada tahun 1985 dengan

kapasitas produksi 12.600 ton/tahun. Total kapasitas pabrik

6.077.600 ton/tahun.

c. Fasilitas Pendukung

Dalam menunjang kelancaran aktivitas produksi maupun

pemasaran, PT Petrokimia Gresik memiliki bebagai sarana dan

prasarana penunjang yang memadai, diantaranya yaitu :

1. Dermaga

i. Dermaga bongkar muat berbentuk huruf “T” yang memiliki

panjang 625 m dan lebar 36 m. Dermaga ini mampu

disandari kapal berbobot maksimal 60.000 ton. Selain itu

Page 111: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

88

juga memiliki fasilitas bongkar muat seperti Continuous

Ship Unloader (CSU), Multiple Loading Crane, Cangaroo

Crane, ban berjalan, fasilitas pompa dan pipa untuk

pengangkutan bahan cair, dan Multiple Loading Crane.

ii. Dermaga khusus batubara, yang dilengkapi dengan

Unloader dan Conveyor System. Total kapasitas bongkar

muat dermaga khusus ini mencapai 480.000 ton/tahun.

2. Utilitas Batubara

Utilitas Batubara tersebut dapat menghasilkan total

kapasitas 25 Megawatt Nett, selain untuk menyuplai kebutuhan

listrik ke Pabrik II, pengoperasian Unit Utilitas Batubara juga

mampu menghemat penggunaan Gas sebesar 6,3 MMSCFD.

3. Unit Penjernihan Air

PT Petrokimia Gresik memiliki dua unit air yang

terletak di luar kota, yaitu Gunung Sari Surabaya dari sungai

Brantas (dengan kapasitas 720 m3/jam dan panjang pipa 22

km) dan Babat dari sungai Bengawan Solo (dengan kapasitas

2.500 m3/jam dan panjang pipa 60 km). Total kapasitas dari

dua unit Penjernihan Air ini sebesar 3.200 m3/jam.

Page 112: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

89

4. Pembangkit Tenaga Listrik

PT Petrokimia Gresik mengoperasikan Gas Turbin

Generator (GTG) dan Steam Turbine Generator (STG) yang

secara keseluruhan menghasilkan daya listrik sebesar 68 MV

5. Unit Penyedia Steam

Sebagian besar steam digunakan untuk proses pabrik

amoniak, urea, dan ZA. Steam diperoleh dari 2 jenis boiler,

yaitu Boiler B-1101 A/B/C/D yang menghasilkan 4x40 ton/jam

dengan tekanan 65 kg/cm2 dan temperatur 465 0C, dan boiler

jenis Waste Heat Boiler, yang dapat menghasilkan steam 60

ton/jam dengan tekanan 65 kg/cm2 dan temperatur 465 0C.

6. Pengelolaan limbah

PT Petrokimia Gresik mengoperasikan satu unit

pengelolaan limbah cair yang berkapasitas 240 m3/jam dan dua

unit pengelolahan/pengendalian limbah gas, PT Petrokimia

Gresik menjamin bahwa semua limbah cair maupun gas yang

keluar dari areal pabrik telah melewati proses pengolahan yang

ketat dan berstandar internasional.

7. Laboratorium

PT Petrokimia Gresik juga melengkapi dirinya dengan

laboratorium produksi yang digunakan untuk pengendalian

proses dan pengujian kualitas produk.

Page 113: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

90

5.1.4 Kepegawaian dan Shift Kerja

Jumlah karyawan PT. Petrokimia Gresik pada bulan Desember

2013 adalah sebanyak 3.275 orang. Berikut adalah tabel jumlah

karyawan berdasarkan pendidikan terakhir.

Tabel 5.1Jumlah Karyawan berdasarkan tingkat pendidikan terakhir

Pendidikan Jumlah Karyawan

Pasca Sarjana 111

Sarjana 546

Diploma III 67

SLTA 2377

SLTP 174

SD 0Jumlah 3275

Sumber : Knowledge Management Intranet PT Petrokimia Gresik

Berdasarkan jabatan, PT Petrokimia Gresik membaginya

menjadi 8 golongan. Jumlah karyawan berdasarkan jabatan adalah

sebagai berikut.

Tabel 5.2Jumlah Karyawan berdasarkan Jabatan

Jabatan JumlahKaryawan

Direksi 5General Manager (Eselon I) 27Manager/ Staf Utama Muda (Eselon II) 72Kabag/ Staf Madya (Eselon III) 196

Page 114: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

91

Jabatan JumlahKaryawan

Kasi/ Staf Muda (Eselon IV) 618Karu/ Staf Pemula (Eselon V) 1133Pelaksana 1208Bulanan Percobaan 16Jumlah 3275Sumber : Knowledge Management Intranet PT Petrokimia Gresik

Berdasarkan kelompok shift, PT Petrokimia Gresik membaginya

menjadi 4 kelompok ditambah dengan pekerja Normal Day. Berikut

tabel jumlah karyawan berdasarkan kelompok shift.

Tabel 5.3Jumlah Karyawan berdasarkan kelompok shift

Kelompok Shift Jumlah Pekerja

Shift Group A 352

Shift Group B 349

Shift Group C 348

Shift Group D 351

Normal Day 1875

Jumlah 3275Sumber : Knowledge Management Intranet PT Petrokimia Gresik

5.1.5 Gambaran Departemen Lingkungan dan K3

Di Departemen Lingkungan dan Keselamatan Kesehatan Kerja

PT. Petrokimia Gresik, terdapat 2 jenis organisasi yaitu:

Page 115: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

92

a. Organisasi Struktural

Departemen LK3 Petrokimia Gresik berada di bawah

General Manager dari Kompartemen Teknologi. Berikut struktur

organisasi Departemen LK3

Bagan 5.1

Struktur Organisasi Departemen Lingkungan dan K3 PT Petrokimia

Gresik Tahun 2014

General ManagerKompartemen

Teknologi

DepartemenLingkungan dan

K3

Staf Lingkungan

BagianPengendalianLingkungan

Bagian TeknikLingkungan

Bagian K3

StaffPerlengkapan

Bina Sidik (PBS)

Staff SafetyInspector Pabrik I

Staff SafetyInspector Pabrik

II

Staff SafetyInspector Pabrik

III

Staff KesehatanKerja

Bagian PMK

Staff Operasional

Staff Perawatan

Page 116: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

93

b. Organisasi Non Struktural

Organisasi non struktural dalam K3 di PT Petrokimia Gresik

adalah sebagai berikut :

1) Panitia Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3).

Dibentuk sebagai wadah kerja sama antara unsur pimpinan

perusahaan dan tenaga kerja dalam menangani masalah K3 di

perusahaan. Program Kerja P2K3 di PT Petokimia Gresik

adalah safety meeting, identifikasi dan inventerisasi sumber

bahaya, penerapan norma K3, inspeksi atau safety patrol,

penyelidikan dan analisa kecelakaan, pendidikan dan latihan.

2) Safety Representative. Dibentuk sebagai perwakilan K3 di unit-

unit kerja yang bersangkutan sebagai usaha mempercepat

pembudayaan K3, melakukan peningkatan K3 dan menjadi model

K3 di unit kerjanya.

3) Sub P2K3, adalah organisasi yang dibentuk di unit kerja untuk

menangani aspek K3 secara teknis di unit kerja kompartemen.

5.1.6 Gambaran Proses Produksi di Unit Produksi Amoniak

Proses pembuatan amoniak yang dilakukan saat ini seluruhnya

menggunakan sistem otomatis yang dikontrol melalui DCS (Distributed

Control System) dengan pemantauan di lapangan oleh operator pada

setiap unit. Flow diagram produksi amoniak yaitu:

Page 117: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

94

Gambar 5.1Flow diagram produksi amoniak PT. Petrokimia Gresik

Sumber :Departemen Produksi PT. Petrokimia Gresik

Secara garis besar, amoniak dihasilkan melalui proses reaksi antara

gas H2 dengan gas N2. Gas H2 diperoleh dari reaksi gas bumi dan steam,

sedangkan gas N2 diperoleh dari udara luar yang dimasukkan ke dalam

sistem secondary reformer. Gas alam yang masuk ke sistem desulfurisasi

tersebut digunakan untuk menghilangkan kotoran dan senyawa kimia yang

dapat mengganggu proses seperti sulfur organik dengan katalis Co-Mo dan

ZnO, kemudian dialirkan ke primary reformer dan secondary reformer

yang direaksikan dengan steam dan udara yang berfungsi untuk memecah

gas alam sehingga terbentuk menjadi gas sintesa. Gas sintesa tersebut

kemudian dialirkan ke shift conventer untuk diubah dari gas karbon

monoksida (CO) menjadi karbon dioksida (CO2), setelah itu gas sintesa

diolah lebih lanjut menggunakan gas purification dengan sistem High

Tempertur Shift Converter (HTS) dan dilanjutkan ke Low Temperatur Shift

Converter (LTS) untuk didinginkan.

Page 118: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

95

CO2 yang terbentuk kemudian dimasukkan ke CO2 removal dengan

sistem absorber, benfield dan stripper. CO2 yang dihasilkan lalu dikirim ke

urea untuk digunakan sebagai bahan baku yang dipasarkan sebagai CO2 dan

sebagai gas inert dari gas sintesa (synth gas) . Lalu sisa-sisa gas CO2 yang

tidak terserap dialirkan ke methanator untuk dijadikan metana (CH4). Lalu

dinaikkan tekanannya di NH3 converter untuk mengkonversikan gas

nitrogen (N2) dan hidrogen (H2) menjadi amoniak (NH3). NH3 yang

terbentuk dialirkan ke dalam ammoniak refrigerant untuk menjadi amoniak

cair lalu disimpan di ammoniak storage tank.

5.1.7 Gambaran Hasil Identifikasi Potensi Bahaya Kebakaran di Unit

Produksi Amoniak

Unit Produksi Amoniak merupakan tempat yang berpotensi

menimbulkan bahaya kebakaran. Derajat penyalaan (flammability) dari

amoniak di udara adalah lebih tinggi dari pada hydro karbon, sehingga

semprotan amoniak cair dapat menimbulkan kebakaran. (Departemen

Manajemen Risiko PT Petrokimia Gresik, 2013). Berdasarkan teori

segitiga api untuk menentukan konsep terjadinya suatu kebakaran,

keseluruhan proses produksi di unit amoniak memenuhi ketiga unsur

penyalaan api, yaitu adanya sumber panas yang potensial, terdapat

bahan bakar, serta oksigen. Dengan adanya konsentrasi oksigen yang

tinggi di udara, ditambah dengan proses produksi yang menggunakan

Page 119: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

96

sumber panas dari mesin-mesin reactor, maka uap amoniak sebagai

bahan bakar jenis flammable gas tersebut akan dengan mudah terbakar.

Berdasarkan hasil identifikasi bahaya kebakaran yang dilakukan

oleh Departemen Manajemen Risiko PT Petrokimia Gresik, Unit

Produksi Amoniak memiliki peluang terjadinya kebakaran yang tinggi

(high risk), frekuensi terjadinya kebakaran yang sering (frequently) serta

dampak yang ditimbulkan juga sangat besar (catastrophic). Selain itu

hasil identifikasi risiko menyebutkan bahwa karakteristik kebakaran di

unit produksi amoniak termasuk ke dalam kebakaran kelas B dan C

yaitu kebakaran yang disebabkan oleh cairan atau gas yang mudah

terbakar serta kebakaran yang disebabkan oleh listrik (NFPA 101, Life

Safety Code). Kebakaran jenis ini biasanya berskala besar,

membutuhkan media pemadam yang sesuai dan teknik yang tepat, serta

memerlukan waktu lama untuk proses pemadamannya (Ramli, 2010).

5.2 Gambaran Tingkat Pemenuhan Sistem Proteksi Kebakaran pada

Bangunan Gedung dan Lingkungan di Unit Produksi Amoniak

Pemaparan gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran

pada bangunan gedung dan lingkungan di Unit Produksi Amoniak PT

Petrokimia Gresik dijelaskan satu per satu setiap komponennya berdasarkan

hasil observasi, wawancara dan telaah dokumen. Komponen sistem proteksi

kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan tersebut diantaranya:

Page 120: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

97

1. Akses dan pasokan air untuk pemadam kebakaran

2. Sarana penyelamatan jiwa yang terdiri dari sarana jalan keluar, tanda

petunjuk arah evakuasi, dan tempat berhimpun

3. Sarana proteksi kebakaran pasif yaitu mengenai konstruksi tahan api

4. Sarana proteksi kebakaran aktif yang terdiri dari detektor kebakaran, alarm

kebakaran, titik panggil manual, sistem springkler otomatik, hidran, sistem

pipa tegak, dan Alat Pemadam Api Ringan

5. Utilitas bangunan gedung yang terdiri dari sumber daya listrik, pusat

pengendali kebakaran dan sistem proteksi petir.

Dari hasil observasi, wawancara dan telaah dokumen terhadap setiap

komponen, kemudian penulis melakukan skoring atau penilaian dengan tujuan

untuk mengetahui tingkat pemenuhan dari masing-masing komponen tersebut.

Teknik penilaian atau skoring dilakukan dengan mengacu pada pedoman audit

kebakaran Puslitbang Departemen Pekerjaan Umum tahun 2005. Tingkat

penilaian atau skoring dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.4Tingkat Penilaian Audit Kebakaran

Nilai Kesesuaian Kondisi Fisik Komponen

Baik

(>80– 100% )

Sesuai

Persyaratan

Semua komponen sistem proteksi kebakaran

telah sesuai dengan elemen persyaratan

Cukup

(60-80%)

Terpasang,

namun ada

Sebagian besar komponen sistem proteksi

kebakaran sesuai dengan elemen persyaratan,

Page 121: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

98

Nilai Kesesuaian Kondisi Fisik Komponen

ketidaksesuaian

di sebagian

instalasi

namun ada beberapa komponen yang

kapasitasnya kurang dari yang ditetapkan

dalam spesifikasi atau persyaratan

Kurang

(<60%)

Tidak sesuai

sama sekali

Sebagian besar komponen sistem proteksi

kebakaran tidak sesuai dengan elemen

persyaratan dan kapasitasnya jauh dibawah

dari nilai yang ditetapkan dalam spesifikasi.

Tidak ada

(0%)

Tidak

terpasang

Terdapat komponen sistem proteksi

kebakaran yang sama sekali tidak terpasang

Hasil tingkat pemenuhan dari masing-masing komponen tersebut

dijelaskan pada diagram berikut.

Bagan 5.2Tingkat Pemenuhan masing-masing komponen sistem proteksi kebakaran pada

bangunan gedung dan lingkungan Unit Produksi Amoniak

Page 122: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

99

Berdasarkan bagan di atas dapat diketahui bahwa dari 15 komponen

sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan di Unit

Produksi Amoniak, maka terdapat 7 komponen sistem proteksi yang memiliki

tingkat pemenuhan sebesar 100%, komponen tersebut diantaranya yaitu sarana

jalan keluar, tempat berhimpun, alarm kebakaran, titik panggil manual, hidran,

sumber daya listrik, dan sistem proteksi petir. Selain itu, terdapat 3 komponen

yang termasuk ke dalam kategori baik (>80-100%), antara lain yaitu konstruksi

tahan api, sistem springkler otomatik, dan Alat Pemadam Api Ringan.

Sedangkan komponen yang termasuk kategori cukup (60-80%) yaitu detektor

kebakaran, sistem pipa tegak, dan pusat pengendali kebakaran. Namun masih

terdapat komponen yang termasuk kategori kurang (<60%), diantaranya yaitu

komponen akses dan pasokan air untuk pemadam kebakaran dan tanda petunjuk

arah evakuasi. Hasil tingkat pemenuhan dari masing-masing komponen tersebut

dijelaskan sebagai berikut.

5.2.1 Tingkat Pemenuhan Akses dan Pasokan Air Untuk Pemadam

Kebakaran

Penilaian terhadap tingkat pemenuhan akses dan pasokan air

untuk pemadam kebakaran menggunakan standar acuan berupa

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26 tahun 2008. Terdapat 10

persyaratan yang menjadi pokok penilaian, berikut tabel tingkat

pemenuhan akses dan pasokan air untuk pemadam kebakaran.

Page 123: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

100

Tabel 5.5Tingkat Pemenuhan Akses dan Pasokan Air untuk Pemadam Kebakaran

NNo (Permen PU No.26/PRT/M/2008) Kondisi Aktual

Sesuai/TidakSesuai

Nilai

1 Tersedia sumber air berupa hidran

halaman, sumur kebakaran atau

reservoir air dan sebagainya.

Tersedia sumber air yang berasal

dari hidran halaman, yang

dilengkapi dengan water pump.

Sesuai 100 %

2 Dilengkapi dengan sarana

komunikasi umum yang dapat

dipakai setiap saat untuk

memudahkan penyampaian

informasi kebakaran.

Sarana komunikasi yang disediakan

yaitu jenis HT (Handy Talky) untuk

para operator yang berada di ruang

DCS (Distributed Control System)

Sesuai 100 %

3 Tersedia jalur akses mobil

pemadam kebakaran

Jalur akses untuk mobil pemadam

kebakaran tidak tersediaTidakSesuai 0 %

4 Tersedia jalan lingkungan

perkerasan di lingkungan bangunan

gedung agar dapat dilalui oleh

kendaraan pemadam kebakaran

Tidak tersedia jalan lingkungan

perkerasan di sekitar plant amoniak

untuk dapat dilalui kendaraan

pemadam kebakaran

TidakSesuai 0 %

5 Lebar lapis perkerasan pada jalur

masuk yang digunakan untuk mobil

pemadam kebakaran lewat minimal

4 meter.

Tidak tersedia lapis perkerasan

pada jalur masuk untuk mobil

pemadam kebakaranTidakSesuai 0 %

Page 124: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

101

NNo (Permen PU No.26/PRT/M/2008) Kondisi Aktual

Sesuai/TidakSesuai

Nilai

6 Area jalur masuk kedua sisinya

ditandai dengan warna yang

kontras.

Jalur masuk untuk kendaraan

pemadam kebakaran tidak ditandai

dengan warna yang kontras

TidakSesuai 0 %

7 Area jalur masuk pada kedua

Sisinya ditandai dengan bahan yang

bersifat reflektif.

Area jalur masuk kendaraan

pemadam kebakaran tidak ditandai

dengan bahan yang bersifat

reflektif.

TidakSesuai 0 %

8 Penandaan jalur pemadam

Kebakaran diberi jarak antara tidak

lebih dari 3 m satu sama lain..

Tidak terdapat penandaan terhadap

jalur pemadam kebakaran TidakSesuai 0 %

9 Penandaan jalur pemadam

kebakaran dibuat di kedua sisi jalur

Tidak terdapat penandaan terhadap

jalur pemadam kebakaranTidakSesuai 0 %

10 Penandaan jalur pemadam

kebakaran diberi tulisan “Jalur

pemadam kebakaran, jangan

dihalangi

Tidak terdapat penandaan terhadap

jalur pemadam kebakaranTidakSesuai 0 %

Tingkat Pemenuhan Akses dan Pasokan Air Untuk Pemadam Kebakaran 20%

Berdasarkan tabel 5.5 hasil penilaian terhadap akses dan pasokan

air untuk pemadam kebakaran memiliki tingkat pemenuhan sebesar

Page 125: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

102

20%. Dari 10 persyaratan yang menjadi pokok penilaian hanya 2

persyaratan yang sudah sesuai dengan standar Permen PU Nomor 26

Tahun 2008, yaitu tersedianya sumber air berupa hidran halaman, dan

tersedianya sarana komunikasi berupa HT (Handy Talky).

Sedangkan persyaratan yang belum terpenuhi yaitu mengenai

ketersediaan jalur khusus untuk akses kendaraan pemadam kebakaran,

ketersediaan lapis perkerasan untuk jalur masuk pemadam kebakaran,

dan mengenai penandaan jalur pemadam kebakaran. Berikut kutipan

hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap informan penelitian.

“…Dulu ada jalur khusus pemadam, namun kendalanya, pabrik

sekarang situasinya makin ruwet, pengangkutan bahan baku kan pakai

mobil truk, jadi jalan utama pabrik itu lalulintas truknya sangat padat,

selain itu struktur jalan juga banyak yang rusak, jadi udah engga bisa

dibenahi lagi, jalur pemadam sudah engga aktif lagi…” (PKG-9)

Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa PT

Petrokimia Gresik tidak memiliki jalur khusus akses kendaraan

pemadam kebakaran, termasuk akses pemadam kebakaran dari kantor

bagian PMK ke Unit Produksi Amoniak, sehingga kendaraan pemadam

kebakaran masih menggunakan jalan utama yang ada di pabrik. Tidak

tersedianya jalur khusus kendaraan pemadam kebakaran tersebut

dikarenakan kondisi pabrik yang sangat kompleks.

Page 126: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

103

Namun untuk menunjang keandalan proses penanggulangan

kebakaran, PT Petrokimia Gresik memiliki 7 unit kendaraan pemadam

kebakaran dan 1 unit mobil rescue. Setiap unit kendaraan pemadam

kebakaran tersebut diparkir di kantor bagian PMK. Berikut adalah

spesifikasinya:

1. Water and foam fire truck dengan nomor polisi W 8064 A kapasitas

4000 liter air dan 1000 liter foam.

2. Water and foam fire truck dengan nomor polisi W 8093 A kapasitas

3000 liter air dan 300 liter foam.

3. Water tender fire truck dengan nomor polisi W 7223 D kapasitas

6000 liter air.

4. Foam tender fire truck dengan nomor polisi W 7790 E kapasitas

4000 liter foam.

5. Water tender fire truck dengan nomor polisi W 7791 E kapasitas

2000 liter air.

6. Water tender fire truck dengan nomor polisi W 8003 A kapasitas

9500 liter air. Fire truck ini dilengkapi dengan portable pump.

7. Water dan foam fire truck dengan nomor polisi W 8253 B kapasitas

4500 liter air dan 1000 liter foam.

Selain itu, pasokan air pemadam kebakaran di Unit Produksi

Amoniak telah dilengkapi dengan hidran halaman yang sumber airnya

Page 127: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

104

berasal dari 2 unit penjernihan air yang dimiliki PT Petrokimia Gresik

yang disimpan di demind plant. Pasokan air tersebut juga telah

dilengkapi dengan fasilitas pompa untuk memberikan pressure tertentu

untuk menunjang performa pemadam kebakaran. Di Unit Produksi

Amoniak terdapat beberapa unit fire pump yang terletak di Pump

Station, diantaranya yaitu:

1. Dua buah Electric Fire Water Jockey Pump (JP-2252 A-B) dengan

kapasistas sebesar 28,3 m3/jam

2. Electric Fire Water Motor Pump (MP-2251 A) dengan kapasistas

sebesar 672 m3/jam

3. Diesel Fire Water Pump (DP-2251 B) dengan kapasistas sebesar

672 m3/jam

5.2.2 Sarana Penyelamatan Jiwa

Komponen sarana penyelamatan jiwa pada penelitian ini terdiri

dari sarana jalan keluar, tanda petunjuk arah evakuasi, dan tempat

berhimpun. Berikut adalah tingkat pemenuhan sarana penyelamatan

jiwa.

5.2.2.1 Tingkat Pemenuhan Sarana Jalan Keluar

Penilaian terhadap tingkat pemenuhan sarana jalan keluar

menggunakan standar acuan SNI 03-1746-2000 mengenai tata cara

perencanaan dan pemasangan sarana jalan keluar untuk penyelamatan.

Page 128: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

105

Terdapat 7 persyaratan yang menjadi pokok penilaian, berikut tabel

tingkat pemenuhan sarana jalan keluar di Unit Produksi Amoniak

Tabel 5.6Tingkat Pemenuhan Sarana Jalan Keluar

No SNI 03-1746-2000 Kondisi AktualSesuai/TidakSesuai

Nilai

1 Terdapat koridor yang digunakan

sebagai akses EXIT

Koridor yang digunakan untuk

akses EXIT tersedia Sesuai 100%

2 Sarana jalan keluar dipelihara terus

menerus bebas dari segala

hambatan atau rintangan.

Sarana jalan keluar bebas dari

hambatan dan rintangan dan

dipelihara terus menerus

Sesuai 100%

3 Perabot, dekorasi atau benda-benda

lain tidak diletakkan sehingga

menggangu EXIT, akses ke sana,

jalan ke luar dari sana atau

mengganggu pandangan

Tidak terdapat perabot dan benda

benda lain yang mengganggu akses

EXIT atau mengganggu pandangan, Sesuai 100%

4 Tidak ada cermin yang dipasang di

dalam atau dekat EXIT manapun

sedemikian rupa yang dapat

membingungkan arah jalan ke luar

Tidak terdapat cermin yang

dipasang di dekat EXIT manapun

Sesuai 100%

5 Lebar akses EXIT ≥ 71 cm Lebar akses EXIT yaitu 315 cmpada koridor A dan 205 cm padakoridor B dan C

Sesuai 100%

Page 129: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

106

No SNI 03-1746-2000 Kondisi AktualSesuai/TidakSesuai

Nilai

6 Jumlah sarana jalan keluar ≥ dua Terdapat 3 koridor yang digunakan

sebagai sarana jalan keluar Sesuai 100%

7 EXIT berakhir pada jalan umum

atau bagian luar dari EXIT

pelepasan

EXIT berakhir di jalan umum di

bagian luar yang mengelilingi plant

amoniak

Sesuai 100%

Tingkat Pemenuhan Sarana Jalan Keluar 100%

Berdasarkan tabel 5.6 hasil penilaian terhadap sarana jalan

keluar memiliki tingkat pemenuhan sebesar 100%, artinya seluruh

persyaratan yang menjadi pokok penilaian sudah sesuai dengan

standar acuan, yaitu SNI 03-1746-2000 mengenai tata cara

perencanaan dan pemasangan sarana jalan keluar untuk penyelamatan.

Sarana jalan keluar di Unit Produksi Amoniak menggunakan 3 koridor

yang dijadikan akses EXIT yang masing-masing memiliki lebar 3,15

meter pada koridor A, dan 2,05 meter untuk koridor B dan C. Akses

EXIT tersebut dipelihara secara terus menerus, serta bebas dari

hambatan dan rintangan. Akses EXIT tidak terhalang oleh perabot atau

benda-benda lain seperti cermin yang dapat mengganggu pandangan.

Page 130: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

107

5.2.2.2 Tingkat Pemenuhan Tanda Petunjuk Arah Evakuasi

Penilaian terhadap tingkat pemenuhan tanda petunjuk arah

evakuasi menggunakan standar acuan berupa Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum No. 26 tahun 2008. Terdapat 8 persyaratan yang

menjadi pokok penilaian, berikut tabel tingkat pemenuhan tanda

petunjuk arah evakuasi di Unit Produksi Amoniak.

Tabel 5.7Tingkat Pemenuhan Tanda Petunjuk Arah Evakuasi

No (Permen PU No.26/PRT/M/2008) Kondisi AktualSesuai/TidakSesuai

Nilai

1 Terdapat tanda petunjuk arah pada

sarana jalan keluar

Terdapat tanda petunjuk arah pada

akses EXIT Sesuai 60%

2 Warna tanda petunjuk arah nyata

dan kontras

Warna tanda petunjuk arah tidak

nyata dan tidak kontrasTidakSesuai 0%

3 Pada setiap lokasi ditempatkan

tanda arah dengan indikator arah

Tanda arah dengan indikator arah

hanya tertulis pada koridor yang

menjadi akses EXIT

TidakSesuai 0%

4 Tanda arah dengan iluminasi

eksternal dan internal harus dapat

dibaca pada kedua mode

pencahayaan normal dan darurat.

Tanda arah tidak teriluminasi

secara internal TidakSesuai 0%

5 Setiap tanda arah diiluminasi terus

menerus

Tanda arah tidak diiluminasi secara

terus menerusTidakSesuai 0%

Page 131: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

108

No (Permen PU No.26/PRT/M/2008) Kondisi AktualSesuai/TidakSesuai

Nilai

6 Tanda petunjuk arah terbaca

“EXIT” atau kata lain yang tepat

dan berukuran ≥ 10 cm.

Tanda petunjuk arah evakuasi

tertulis di koridor dengan tulisan

EXIT yang berukuran 95 cm

Sesuai 100%

7 Lebar huruf pada kata EXIT ≥ 5 cm

kecuali huruf “I”

Lebar huruf pada kata EXIT

kecuali huruf “I” yaitu 45 cm Sesuai 100%

8 Spasi minimum antara huruf pada

kata “EXIT” ≥ 1 cm

Spasi antara huruf pada kata EXIT

yaitu 15 cm Sesuai 100%

Tingkat Pemenuhan Tanda Petunjuk Arah Evakuasi 45%

Berdasarkan tabel 5.7 hasil penilaian terhadap tanda petunjuk

arah evakuasi memiliki tingkat pemenuhan sebesar 45%. Dari 8

persyaratan yang menjadi pokok penilaian terdapat 4 persyaratan yang

tidak sesuai dengan standar acuan, yaitu mengenai warna tanda arah

dan mengenai iluminasi internal dan eksternal pada tanda petunjuk

arah evakuasi tersebut. Berikut adalah ilustrasi tanda petunjuk arah

evakuasi yang terdapat pada koridor akses EXIT.

Page 132: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

109

(a) (b)

Gambar 5.2(a) Tanda petunjuk arah evakuasi pada koridor (tampak atas)(b) Tinggi dan Lebar Tulisan EXIT pada petunjuk evakuasi

Tanda petunjuk arah evakuasi yang terdapat di Unit Produksi

Amoniak tertulis tepat di koridor yang menjadi akses EXIT. Tanda

dengan tulisan EXIT dan indikator arah tersebut dituliskan dengan cat

berwarna kuning, namun tulisan tanda petunjuk arah evakuasi sudah

pudar, tidak nyata dan tidak kontras.

5.2.2.3 Tingkat Pemenuhan Tempat Berhimpun

Penilaian terhadap tingkat pemenuhan tempat berhimpun

menggunakan standar acuan berupa NFPA 101 mengenai Life Safety

Code. Terdapat 3 persyaratan yang menjadi pokok penilaian, berikut

tabel tingkat pemenuhan tempat berhimpun di Unit Produksi

Amoniak.

Page 133: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

110

Tabel 5.8Tingkat Pemenuhan Tempat Berhimpun

No NFPA 101 Life Safety Code Kondisi AktualSesuai/TidakSesuai

Nilai

1 Tersedia tempat berhimpun setelah

evakuasi

Tempat berhimpun atau Assembly

Point terletak di depan transport Sesuai 100%

2 Tersedia petunjuk tempat

berhimpun

Terdapat rambu-rambu berwarna

hijau dengan tulisan AP. (Assembly

Point) dan terdapat tanda checklist

Sesuai 100%

3 Luas tempat berhimpun sesuai,

minimal 0,3 m2 / orang

Luas tempat berhimpun 1841,67 m2

cukup untuk menampung sebanyak

6140 karyawan

Sesuai 100%

Tingkat Pemenuhan Tempat Berhimpun 100%

Berdasarkan tabel 5.8 hasil penilaian terhadap tempat

berhimpun memiliki tingkat pemenuhan sebesar 100% artinya seluruh

persyaratan yang menjadi pokok penilaian telah sesuai dengan standar

acuan yaitu NFPA 101 Life Safety Code. Berikut kutipan hasil

wawancara yang dilakukan peneliti terhadap beberapa informan

penelitian.

“…Assembly point untuk amoniak itu jadi satu sama seluruh

yang ada di pabrik I, engga hanya amoniak, urea, ZA, perkantoran

juga, letaknya di depan gedung transport ya, kalo untuk nampung

Page 134: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

111

seluruh karyawan cukup mas, tapi menurut saya masih terlalu deket

dengan sumber bahaya kalau di situ itu…” (PKG-5)

“…Kalo terjadi keadaan darurat kan assembly pointnya

berada di depan transport, saya kira paling ideal disana ya, soalnya

kan assembly point untuk berkumpul dan dibawa ketempat yang lebih

aman kan, kalau ditaro di area pabrik saya kira malah ga aman ya,

dan menurut saya untuk mengarah ke sana, jalan atau lari pun ya ga

terlalu jauh…” (PKG-6)

Gambar 5.3 Ilustrasi tempat berhimpun di Unit Produksi Amoniak

Dari hasil observasi dan wawancara dan gambar ilustrasi di

atas, dapat diketahui bahwa tempat berhimpun yang digunakan oleh

Unit Produksi Amoniak merupakan Assembly Point untuk seluruh

kompartemen pabrik I, berada di depan gedung transport dan memiliki

luas 1841,67 m2 dan berjarak ± 250 meter dari plant amoniak. Tempat

berhimpun juga dilengkapi dengan rambu-rambu berwarna hijau

dengan tulisan AP. (Assembly Point) dan tanda checklist.

Page 135: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

112

5.2.3 Sarana Proteksi Kebakaran Pasif

Komponen sarana proteksi kebakaran pasif pada penelitian ini

adalah konstruksi tahan api. Berikut tingkat pemenuhan konstruksi tahan

api di Unit Produksi Amoniak PT Petrokimia Gresik.

5.2.3.1 Tingkat Pemenuhan Konstruksi Tahan Api

Penilaian terhadap tingkat pemenuhan konstruksi tahan api

menggunakan standar acuan yaitu SNI 03-1736-2000 mengenai tata

cara perencanaan sistem proteksi pasif kebakaran. Terdapat 4

persyaratan yang menjadi pokok penilaian, berikut tabel tingkat

pemenuhan konstruksi tahan api di Unit Produksi Amoniak.

Tabel 5.9Tingkat Pemenuhan Konstruksi Tahan Api

No SNI 03-1736-2000 Kondisi AktualSesuai/TidakSesuai

Nilai

1 Terdapat dinding penghalang api

untuk membagi bangunan gedung

untuk mencegah penyebaran api.

Terdapat dinding yang didesain

untuk mencegah penyebaran api di

Ruang DCS (Distributed Control

System) Unit Produksi Amoniak

Sesuai 100%

2 Terdapat pintu tahan api Terdapat pintu tahan api di setiap

ruangan yang ada di DCS Sesuai 100%

3 Dilakukan pemeliharaan konstruksi

tahan api secara berkala

Dilakukan pemeliharaan namun

tidak dilakukan secara berkala Sesuai 60%

Page 136: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

113

No SNI 03-1736-2000 Kondisi AktualSesuai/TidakSesuai

Nilai

4 Pintu tahan api harus mempunyai

perlengkapan menutup sendiri atau

menutup secara otomatis.

Pintu tahan api didisain dapat

menutup secara otomatis Sesuai 100%

Tingkat Pemenuhan Konstruksi Tahan Api 90%

Berdasarkan tabel 5.9 hasil penilaian terhadap konstruksi tahan

api memiliki tingkat pemenuhan sebesar 90%. Seluruh persyaratan

yang menjadi pokok penilaian telah sesuai dengan standar acuan yaitu

SNI 03-1736-2000 tentang tata cara perencanaan sistem proteksi pasif

kebakaran, namun terdapat 1 persyaratan yang belum dipenuhi secara

sempurna, yaitu mengenai pemeliharaan terhadap konstruksi tahan api.

Berikut kutipan hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap

beberapa informan penelitian.

“…penerapan konstruksi tahan api ini di gedung DCS, control

roomnya amoniak, DCS ini didisain untuk keselamatan keamanan

terhadap api maupun tekanan, mengapa demikian karena dalam

keadaan normal, ya tidak banyak orang yang turun di plant, mereka

stand by di control room ini…” (PKG-1)

“…pemeliharaan konstruksi tahan api ini dianggarkan di

Departemen Har 1, bagiannya Candal (perencanaan pengendalian).

Page 137: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

114

Jadi di candal ini ada yang membawahi peralatan pabrik, ada yang

fasilitas pabrik, nah gedung DCS ini termasuk fasilitas penunjang

pabrik, pemeliharaannya ngga rutin, jadi missal ada yang harus dicat

ulang, atau ada yang bocor perlu diperbaiki, kita tinggal ngusulkan

aja, kita buat laporan, untuk minta perbaikan ke pihak candal

tersebut…” (PKG-7)

Dari hasil observasi dan wawancara tersebut, dapat diketahui

bahwa penerapan konstruksi tahan api di Unit Produksi Amoniak yaitu

di gedung DCS (Distributed Control System). Di gedung DCS juga

telah terdapat pintu tahan api di setiap ruangan yang ada di dalamnya

dan dilengkapi dengan perlengkapan menutup secara otomatis (door

closer). Pintu tahan api tersebut lebarnya 55 mm, terbuat dari plat baja

yang diperkuat dengan sistem tulang penguat di dalam daun pintu, dan

memiliki fire rating selama 2 jam.

Pemeliharaan terhadap konstruksi tahan api merupakan

tanggung jawab dari Departemen Pemeliharaan (Har 1) bagian

Perencanaan dan Pengendalian (Candal). Pemeliharaan tersebut tidak

dilakukan secara berkala, namun dilakukan hanya ketika terdapat

komponen-komponen dari suatu fasilitas konstruksi tahan api yang

mengalami kerusakan.

Page 138: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

115

5.2.4 Sarana Proteksi Kebakaran Aktif

Komponen sarana proteksi kebakaran aktif pada penelitian ini

diantaranya yaitu detektor kebakaran, alarm kebakaran, titik panggil

manual, sistem springkler otomatik, hidran, sistem pipa tegak, dan Alat

Pemadam Api Ringan (APAR). Berikut adalah tingkat pemenuhan

komponen sarana proteksi kebakaran aktif.

5.2.4.1 Tingkat Pemenuhan Detektor Kebakaran

Penilaian terhadap tingkat pemenuhan detektor kebakaran

menggunakan standar acuan yaitu SNI 03-3985-2000 mengenai tata

cara perencanaan, pemasangan dan pengujian sistem deteksi dan alarm

kebakaran. Terdapat 5 persyaratan yang menjadi pokok penilaian,

berikut tabel tingkat pemenuhan detektor kebakaran di Unit Produksi

Amoniak.

Tabel 5.10Tingkat Pemenuhan Detektor Kebakaran

No SNI 03-3985-2000 Kondisi AktualSesuai/TidakSesuai

Nilai

1 Terdapat detektor kebakaran di

seluruh ruangan.

Terdapat detektor kebakaran jenis

flame detector dan gas detector

yang diletakkan sesuai dengan

potensi kebakaran di area tersebut

Sesuai 100%

Page 139: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

116

No SNI 03-3985-2000 Kondisi AktualSesuai/TidakSesuai

Nilai

2 Detektor yang terpasang dapat

dijangkau untuk pemeliharaan dan

untuk pengujian secara periodik

Setiap detektor yang terpasang

mudah dijangkau untuk pengujian

dan pemeliharaan secara periodic

Sesuai 100%

3 Detektor diproteksi terhadap

kemungkinan rusak karena

gangguan mekanis.

Detektor tidak diproteksi namun

peletakannya disesuaikan dengan

kondisi area pabrik

Sesuai 90%

4 Dilakukan inspeksi, pengujian dan

pemeliharaan.

Inspeksi pengujian dan

pemeliharaan dilakukan setiap 3

bulan sekali

Sesuai 100%

5 Rekaman hasil dari semua inspeksi,

pengujian, dan pemeliharaan, harus

disimpan untuk jangka waktu 5

tahun untuk pengecekan oleh

instansi yang berwenang

Rekaman hasil inspeksi disimpan di

kantor bagian PMK namun tidak

terdapat rekaman hasil inspeksi

pengujian dan pemeliharaan selama

jangka waktu 5 tahun

TidakSesuai 0%

Tingkat Pemenuhan Detektor Kebakaran 78%

Berdasarkan tabel 5.10 hasil penilaian terhadap detektor

kebakaran memiliki tingkat pemenuhan sebesar 78%. Dari 5

persyaratan yang menjadi pokok penilaian, terdapat 1 persyaratan yang

tidak sesuai dengan standar acuan yaitu SNI 03-3985-2000 tentang

Page 140: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

117

tata cara perencanaan, pemasangan dan pengujian sistem deteksi dan

alarm kebakaran, yaitu mengenai penyimpanan rekaman hasil inspeksi

yang harus disimpan dalam jangka waktu 5 tahun. Berikut kutipan

hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap beberapa informan

penelitian.

“…ini baru sebetulnya detektornya, dulunya sudah ada,

namun diperbarui oleh PMK, mulai dioperasikan beberapa bulan

yang lalu ya, monitornya itu ada di control room, dan ada tempat

tempat tertentu di lapangan yang dipasang sensor untuk flame sama

gas detector…” (PKG-1)

“…sebelumnya sudah pernah dipasang detektor, tapi dalam

perjalan terdapat kendala, yaitu ada sistem yang kurang sempurna

sehingga menyebabkan sistem itu, alarm itu ngga mau diam, ngga

bisa di reset, sehingga tidak diaktifkan, kemudian dalam perjalanan

dianggarkan untuk dipasang lagi, terealisasi di tahun 2013, lalu

sudah dapat beroperasi di tahun 2014 ini…” (PKG-7)

Dari hasil observasi dan wawancara dapat diketahui bahwa

instalasi detektor kebakaran di Unit Produksi Amoniak baru

dioperasikan pada bulan Januari tahun 2014, sehingga inspeksi dan

pemeliharaan baru sekali dilakukan, yaitu pada bulan April tahun

2014. Jadi hanya terdapat satu kali rekaman hasil inspeksi detektor

kebakaran.

Page 141: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

118

Detektor kebakaran yang digunakan di Unit Produksi Amoniak

adalah jenis flame detector sebanyak 5 unit, dan jenis gas detector

sebanyak 6 unit. Untuk Flame detector, terdapat dua tipe yang

digunakan, yiatu X3301 Multispectrum IR Flame Detector X3301 dan

X3302 Multispectrum IF Hydrogen Flame Detector. Sedangkan untuk

gas detector yang digunakan yaitu tipe PIRECL (PointWatch Eclipse

IR Hydrocarbon Gas Detector dan tipe Catalytic Combustible Gas

Sensor (CGS). Penempatan detektor kebakaran tersebut juga

memperhatikan beberapa kriteria tertentu. Berikut kutipan hasil

wawancara mengenai penempatan detektor kebakaran.

“…Jadi hal itu disesuaikan ya, sebelumnya kita kompromi

dulu, pertimbangannya itu dari record tahun yang lalu, missal di 105-

GT itu record kebakaran tahun lalunya mencapai 5 kasus kebakaran,

selain itu contohnya lagi di area vessel-vessel, didaerah ini berpotensi

karena mengandung cairan mudah terbakar, atau di area-area tempat

untuk lay down pressure, ini ada potensi kebocoran dan ledakan…”

(PKG-1)

“…ya penempatannya itu berdasarkan kajian yang disepakati

oleh beberapa ahli ya, misalnya di area compressor, jadi begini,

compressor itu kan media yang diolah kan gas ya, jadi perlu ada gas

detector di area tersebut, sehingga dimungkinkan kebocoran-

Page 142: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

119

kebocoran yang ada disana tuh cepat terdeteksi oleh detektor gas

yang ada disana…” (PKG-8)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat diketahui bahwa

penempatan detektor kebakaran disesuaikan dengan potensi kebakaran

yang ada di suatu area, data-data rekaman kejadian kebakaran ya

pernah terjadi, lalu melihat karakteristik kondisi fisik area pabrik

tersebut serta dari hasil pertimbangan dan diskusi yang dilakukan oleh

beberapa ahli terkait. Selain itu, inspeksi dan pemeliharaan terhadap

detektor kebakaran yang terpasang dilakukan secara berkala, berikut

kutipan hasil wawancara mengenai pengujian dan pemeliharaan

detektor kebakaran.

“…kalo detektor itu 3 bulan sekali ditest ya oleh bagian PMK

sendiri, Untuk gas detector itu jadi diujinya menggunakan seperti gas

tabung gitu, atau istilahnya sinar yang nanti bisa dibaca sebagai

nyala api kalo untuk yang flame detector…” (PKG-9)

“…pengujian itu dilakukan setiap 3 bulannya, bersama-sama

dari bagian PMK, pihak ketiga yang menjadi supplier detektor

tersebut, serta staff amoniak sendiri, kalau untuk gas detector

pengujiannya dilakukan dengan alat berbentuk tabung yang berisi gas

methane 25% LEL, sedangkan untuk yang flame detector, alat tester

yang dipakai itu namanya flame detector tester, untuk melihat

keandalan sensor yang ada di detektor tersebut…” (PKG-8)

Page 143: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

120

Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa

pengujian serta pemeliharaan detektor kebakaran dilakukan secara

berkala setiap 3 bulan sekali. Pengujian detektor kebakaran dilakukan

oleh staff perawatan bagian PMK dan staff bagian amoniak serta pihak

dari perusahaan supplier detektor kebakaran tersebut.

Untuk gas detector, pengujian dilakukan dengan menggunakan

alat test gas cylinder 110 liter, yang mengandung gas methane

konsentrasi rendah yang disemprotkan di sekitar gas detector untuk

melihat keandalan sensor dalam mendeteksi combustible gas.

Sedangkan pengujian flame detector dilakukan dengan menggunakan

alat Universal IR flame detector test lamp T-229/4P. Alat ini didisain

secara khusus untuk menguji respon detektor terhadap api dari jarak

lebih dari 9 meter tanpa perlu menyalakan api langsung di depan

detektor atau tanpa harus kontak fisik dengan detektor tersebut.

5.2.4.2 Tingkat Pemenuhan Alarm Kebakaran

Penilaian terhadap tingkat pemenuhan alarm kebakaran

menggunakan acuan SNI 03-3985-2000 mengenai tata cara

perencanaan pemasangan dan pengujian sistem deteksi dan alarm

kebakaran. Terdapat 2 persyaratan yang menjadi pokok penilaian,

berikut tabel tingkat pemenuhan alarm kebakaran di Unit Produksi

Amoniak.

Page 144: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

121

Tabel 5.11Tingkat Pemenuhan Alarm Kebakaran

No SNI 03-3985-2000 Kondisi AktualSesuai/TidakSesuai

Nilai

1 Terdapat instalasi alarm kebakaran Alarm kebakaran yang dipasang di

Unit Produksi Amoniak yaitu jenis

Horn.

Sesuai 100%

2 Sinyal suara alarm kebakaran

berbeda dari sinyal suara yang

dipakai untuk penggunaan lain.

Sinyal suara alarm kebakaran

dibedakan dari alarm untuk

penggunaan yang lain, diatur dalam

Prosedur Penanggulangan Keadaan

Darurat Pabrik) PR–28-0017

Sesuai 100%

Tingkat Pemenuhan Alarm Kebakaran 100%

Berdasarkan tabel 5.11 hasil penilaian terhadap alarm

kebakaran memiliki tingkat pemenuhan sebesar 100% artinya seluruh

persyaratan yang menjadi pokok penilaian telah sesuai dengan standar

acuan yaitu SNI 03-3985-2000 tentang tata cara perencanaan,

pemasangan dan pengujian sistem deteksi dan alarm kebakaran. Jenis

alarm kebakaran yang digunakan di Unit Produksi Amoniak yaitu

jenis Horn, dengan tipe vibrating bell, berukuran 6 inchi gong

menggunakan tegangan sebesar 24 volt DC dan memiliki level suara

maksimal 110 dB.

Page 145: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

122

Berdasarkan hasil telaah dokumen yang dilakukan peneliti,

alarm kebakaran yang ada di Unit Produksi Amoniak sudah terkoneksi

dengan detektor kebakaran serta titik panggil manual yang ada, sistem

ini disebut dengan Manual and Automatic Signaling Devices. Cara

kerja dari alarm kebakaran tersebut yaitu yaitu apabila salah satu

detektor mendeteksi adanya gas atau nyala api di salah satu area, atau

titik panggil manual ditekan/ditarik maka lampu indicator pada panel

system akan menyala dan secara bersamaan akan mengaktifkan horn

secara otomatis dan berbunyi sebagai tanda awal untuk evakuasi.

Sinyal suara yang timbul dari horn tersebut berbeda dengan

sinyal suara untuk penggunaan yang lain. PT Petrokimia Gresik telah

mengaturnya dalam Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat

Pabrik PR-28-0017 mengenai bunyi suara alarm ketika terjadi keadaan

darurat pabrik. Prosedur ini dapat dilihat pada lampiran.

5.2.4.3 Tingkat Pemenuhan Titik Panggil Manual

Penilaian terhadap tingkat pemenuhan titik panggil manual

menggunakan standar acuan yaitu SNI 03-3985-2000 mengenai tata

cara perencanaan, pemasangan dan pengujian sistem deteksi dan alarm

kebakaran. Terdapat 4 persyaratan yang menjadi pokok penilaian,

berikut tabel tingkat pemenuhan titik panggil manual di Unit Produksi

Amoniak.

Page 146: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

123

Tabel 5.12Tingkat Pemenuhan Titik Panggil Manual

No SNI 03-3985-2000 Kondisi AktualSesuai/TidakSesuai

Nilai

1 Titik panggil manual harus bewarna

merah & dipasang pada lintasan

menuju keluar

Titik panggil manual yaitu jenis

pull down berwarna merah, dan

dipasang pada lintasan menuju

keluar

Sesuai 100%

2 Semua titik panggil manual

dipasang pada ketinggian 1,4 meter

dari lantai.

Titik panggil manual dipasang pada

ketinggian 1, 45 m dari lantai Sesuai 100%

3 Lokasi penempatan tidak mudah

terkena gangguan, mudah kelihatan

& dicapai

Lokasi penempatan mudah

kelihatan dan dicapai serta aman

dari gangguan

Sesuai 100%

4 Jarak suatu titik sembarang ke

posisi titik panggil manual

maksimum 30 m.

Jarak titik panggil manual satu ke

yang lain yaitu 20 m Sesuai 100%

Tingkat Pemenuhan Titik Panggil Manual 100%

Berdasarkan tabel 5.12 hasil penilaian terhadap titik panggil

manual memiliki tingkat pemenuhan sebesar 100% artinya seluruh

persyaratan yang menjadi pokok penilaian telah sesuai dengan standar

acuan yaitu SNI 03-3985-2000 tentang tata cara perencanaan,

Page 147: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

124

pemasangan dan pengujian sistem deteksi dan alarm kebakaran. Dari

hasil observasi diketahui bahwa titik panggil manual yang yang

digunakan yaitu jenis pull down dan ditempatkan di gedung DCS dan

di Amonia Reformer. Lokasi penempatannya yaitu di sepanjang

lintasan menuju keluar, mudah kelihatan dan dicapai serta aman dari

gangguan. Jarak antar titik panggil manual adalah 20 meter.

5.2.4.4 Tingkat Pemenuhan Sistem Springkler Otomatik

Penilaian terhadap tingkat pemenuhan sistem springkler

otomatik menggunakan standar acuan yaitu SNI 03-3989-2000

mengenai tata cara perencanaan dan pemasangan sistem springkler

otomatik. Terdapat 10 persyaratan yang menjadi pokok penilaian,

berikut tabel tingkat pemenuhan sistem springkler otomatik di Unit

Produksi Amoniak.

Tabel 5.13Tingkat Pemenuhan Sistem Springkler Otomatik

No SNI 03-3989-2000 Kondisi AktualSesuai/TidakSesuai

Nilai

1 Terpasang springkler otomatis Springkler yang digunakan yaitu

jenis water sprayer system

pengoperasiannya secara manual.

Sesuai 100%

2 Springkler tidak diberi ornament,

cat, atau diberi pelapisan

Springkler tidak diberi ornament,

cat atau pelapisanSesuai 100%

Page 148: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

125

No SNI 03-3989-2000 Kondisi AktualSesuai/TidakSesuai

Nilai

3 Air yang digunakan tidak

mengandung bahan kimia yang

dapat menyebabkan korosi, tidak

mengandung serat atau bahan yang

mengganggu bekerjanya springkler

Air yang digunakan berasal dari

demind plant di Utilitas I yang

merupakan hasil dari Unit

penjernihan air yang dimiliki PT

Petrokimia Gresik.

Sesuai 100%

4 Setiap sistem springkler otomatis

harus dilengkapi satu jenis sistem

penyediaan air yang bekerja secara

otomatis, bertekanan dan

berkapasitas cukup

Water Sprayer system bekerja

secara manual, air berasal dari

pompa hidran yang bertekanan 12

kg/cm3.

Sesuai 80%

5 Jarak minimum antara dua kepala

springkler ≤ 2 m

Jarak antara dua kepala springkler

yaitu 1,5 meterSesuai 100%

6 Kepala springkler yang terpasang

merupakan kepala springkler yang

tahan korosi

Kepala springkler yang digunakan

terbuat dari bahan stainless +

kuningan yang anti korosif

Sesuai 100%

7 Kotak penyimpanan kepala

springkler cadangan dan kunci

kepala springkler ruangan

ditempatkan di ruangan ≤ 38 ˚C.

Kepala springkler cadangan

disimpan di gudang kantor bagian

PMK, dilengkapi dengan AC dan

suhu ruangan rata-rata 250C

Sesuai 100%

Page 149: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

126

No SNI 03-3989-2000 Kondisi AktualSesuai/TidakSesuai

Nilai

8 Jumlah persedian kepala springkler

cadangan ≥ 36

Jumlah persedian kepala springkler

30 buah Sesuai 80%

9 Springkler cadangan sesuai baik

tipe maupun temperature rating

dengan semua springkler yang telah

dipasang.

Springkler cadangan yang disimpan

berbeda tipe dengan kepala

springkler yang telah dipasang.TudakSesuai

0%

10 Tersedia sebuah kunci khusus

untuk springkler (special sprinkler

wrench)

Tersedia special sprinkler wrench

yang disimpan di gudang PMK Sesuai 100%

Tingkat Pemenuhan Sistem Springkler Otomatik 86%

Berdasarkan tabel 5.13 hasil penilaian terhadap sistem

springkler otomatik memiliki tingkat pemenuhan sebesar 86%. Dari 10

persyaratan yang menjadi pokok penilaian, terdapat 1 persyaratan yang

tidak sesuai dengan standar SNI 03-3989-2000 tentang tata cara

perencanaan dan pemasangan sistem springkler otomatik, yaitu

mengenai tipe kepala springkler cadangan yang tersedia tidak sesuai

dengan instalasi water sprayer system yang ada. Selain itu terdapat 2

persyaratan yang tidak terpenuhi sempurna, yaitu mengenai

pengoperasian water sprayer dan jumlah kepala springkler cadangan.

Page 150: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

127

Dari hasil observasi dan telaah dokumen yang dilakukan

peneliti, dapat diketahui bahwa sistem springkler otomatik yang

digunakan di Unit Produksi Amoniak adalah jenis water sprayer

system yang pengoperasiannya dilakukan secara manual. Instalasi

water sprayer system tersebut tepatnya berada di mesin Ammonia

Converter 105-D, hal ini dikarenakaan potensi bahaya kebakaran dan

ledakan yang sangat tinggi di mesin tersebut.

Pasokan air untuk water sprayer system ini berasal dari pompa

hidran yang tekanannya mencapai 12 Bar. Air tersebut berasal dari

demind plant yang merupakan air hasil olahan Unit Penjernihan Air

yang ada di Utilitas I, sehingga air terbebas dari kandungan mineral

seperti Fe, Mn, Mg, dan Na yang dapat menyebabkan springkler

korosif. Selain itu, kepala springkler yang digunakan terbuat dari

bahan stainless dan kuningan sehingga anti korosif. Jarak antara 2

kepala springkler 1,5 meter dengan jarak pancar air sejauh 3 meter.

5.2.4.5 Tingkat Pemenuhan Hidran

Penilaian terhadap tingkat pemenuhan hidran menggunakan

standar acuan yaitu SNI 03-1745-2000 mengenai tata cara

perencanaan dan pemasangan sistem pipa tegak dan slang. Terdapat 9

persyaratan yang menjadi pokok penilaian, berikut tabel tingkat

pemenuhan hidran di Unit Produksi Amoniak.

Page 151: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

128

Tabel 5.14Tingkat Pemenuhan Hidran

No SNI 03-1745-2000 Kondisi AktualSesuai/TidakSesuai

Nilai

1 Lemari hidran hanya digunakan

untuk menempatkan peralatan

kebakaran.

Lemari hidran digunakan untuk

menempatkan nozel, selang hidran,

dan kunci hidran

Sesuai 100%

2 Setiap lemari hidran dicat dengan

warna yang menyolok

Lemari hidran dicat dengan warna

merah Sesuai 100%

3 Sambungan slang dan kotak hidran

tidak boleh terhalang

Sambungan slang hidran tepat

berada di samping kotak hidran Sesuai 100%

4 Slang kebakaran dilekatkan dan

siap untuk digunakan

2 buah Slang hidran dilekatkan di

kotak hidran dan siap digunakan Sesuai 100%

5 Terdapat Nozel Terdapat 1 nozel jenis jet/spray Sesuai 100%

6 Terdapat hidran halaman Terdapat 15 hidran halaman yang

mengelilingi unit produksi amoniak Sesuai 100%

7 Hidran halaman dilekatkan di

sepanjang jalur akses mobil

pemadam kebakaran

Hidran halaman dilekatkan di

sepanjang jalur untuk mobil

pemadam kebakaran

Sesuai 100%

8 Jarak hidran dan sepanjang akses

mobil pemadam kebakaran ≤ 50 m

dari bangunan

Jarak hidran dan jalur pemadam

kebakaran dengan unit produksi

amoniak adalah 12 meter

Sesuai 100%

Page 152: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

129

No SNI 03-1745-2000 Kondisi AktualSesuai/TidakSesuai

Nilai

9 Hidran halaman bertekanan 3,5 Bar Hidran bertekanan 9,5-10 Bar Sesuai 100%

Tingkat Pemenuhan Hidran 100%

Berdasarkan tabel 5.14 hasil penilaian terhadap hidran

memiliki tingkat pemenuhan sebesar 100%, artinya seluruh

persyaratan yang menjadi pokok penilaian telah sesuai dengan standar

SNI 03-1745-2000 mengenai tata cara perencanaan dan pemasangan

sistem pipa tegak dan slang. Dari hasil observasi tersebut diketahui

bahwa hidran yang ada di Unit Produksi Amoniak adalah jenis hidran

pillar atau hidran halaman. Setiap hidran pilar dicat dengan warna

merah dan telah dilengkapi dengan kotak hidran (fire box) yang berisi

2 roll slang pemadam api berdiameter 2,5 inchi, 1 buah nozel jenis

jet/spray berdiameter 2,5 inchi, serta satu buah kunci valve atau kunci

hidran. Seluruh kotak hidran tersebut hanya digunakan untuk

menyimpan peralatan kebakaran.

Sistem sambungan (coupling) pada hidran tersebut adalah jenis

Machino dilengkapi dengan interlock system. Hidran halaman

diletakkan di sepanjang jalur kendaraan pemadam kebakaran dan

berjarak 12 meter dari plant amoniak tersebut serta memiliki tekanan

sebesar 9,5-10 Bar.

Page 153: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

130

5.2.4.6 Tingkat Pemenuhan Sistem Pipa Tegak

Penilaian terhadap tingkat pemenuhan sistem pipa tegak

menggunakan standar acuan yaitu SNI 03-1745-2000 mengenai tata

cara perencanaan dan pemasangan sistem pipa tegak dan slang.

Terdapat 7 persyaratan yang menjadi pokok penilaian, berikut tabel

tingkat pemenuhan sistem pipa tegak di Unit Produksi Amoniak.

Tabel 5.15Tingkat Pemenuhan Sistem Pipa Tagak

No SNI 03-1745-2000 Kondisi AktualSesuai/TidakSesuai

Nilai

1 Sambungan pemadam kebakaran

minimal dua buah

Terdapat dua sambungan pemadam

kebakaran Sesuai 100%

2 Sambungan pemadam kebakaran

harus dipasang dengan penutup

untuk melindungi sistem dari

kotoran-kotoran yang masuk

Sambungan pemadam kebakaran

dipasang dengan penutup

Sesuai 100%

3 Dilakukan pemeliharaan terhadap

sistem pipa tegak

Pemeliharaan pipa tegak dilakukan

setiap 3 bulan sekali Sesuai 100%

4 Sambungan pemadam kebakaran

harus pada sisi jalan dari bangunan,

mudah terlihat dan dikenal dari

jalan atau terdekat dari jalan masuk

peralatan pemadam kebakaran

Sambungan pemadam kebakaran

berada tepat di sisi jalan dari

bangunan Sesuai 100%

Page 154: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

131

No SNI 03-1745-2000 Kondisi AktualSesuai/TidakSesuai

Nilai

5 Setiap sambungan pemadam

kebakaran harus dirancang dengan

suatu penandaan dengan huruf

besar, tidak kurang 25 mm (1 inci)

tingginya, di tulis pada plat yang

terbaca : “PIPA TEGAK”.

Tidak ada penandaan terhadap pipa

tegak

Tidaksesuai 0%

6 Suatu penandaan juga harus

menunjukkan tekanan yang

dipersyaratkan pada inlet untuk

penyaluran kebutuhan sistem.

Tidak ada penandaan yang

menunjukkan tekanan yang

dipersyaratkanTidaksesuai 0%

7 Setiap pipa tegak harus dilengkapi

dengan katup pembuangan yang

dipasang pada titik terendah dari

pipa tegak dan harus diatur untuk

dapat membuang air pada tempat

yang disetujui.

Pipa tegak dilengkapi dengan katup

pembuangan sebagai sarana saluran

pembuangan dan dipasang di titik

terdendah dari pipa tegak tersebut Sesuai 100%

Tingkat Pemenuhan Sistem Pipa Tegak 71,4%

Berdasarkan tabel 5.15 hasil penilaian terhadap sistem pipa

tegak memiliki tingkat pemenuhan sebesar 71,4%. Dari 7 persyaratan

Page 155: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

132

yang menjadi pokok penilaian, terdapat 2 persyaratan yang tidak

sesuai dengan standar SNI 03-1745-2000 tentang tata cara

perencanaan dan pemasangan sistem pipa tegak dan slang, yaitu

mengenai penandaan terhadap pipa tegak.

Dari hasil observasi dan telaah dokumen, dapat diketahui

bahwa sistem pipa tegak yang digunakan di Unit Produksi Amoniak

yaitu pipa tegak dengan dua sambungan pemadam kebakaran (2,5

inchi X 2,5 inchi). Pipa tegak tersebut merupakan terusan dari line

pipa hidran yang berdiameter 10 inchi. Sambungan pipa tegak tersebut

dilengkapi dengan penutup sebagai proteksi terhadap kotoran-kotoran

yang dapat masuk. Selain itu pipa tegak juga dilengkapi dengan katup

pembuangan sebagai saluran untuk membuang air sisa.

Pemeliharaan terhadap sistem pipa tegak dilakukan secara

berkala setiap 3 bulan sekali. Pemeliharaan yang dilakukan

diantaranya memastikan sambungan air tidak macet/mudah dibuka,

kopling pada sambungan siap digunakan dan selalu dilengkapi dengan

penutup, melihat keadaan pipa jika ada yang bocor atau korosi, serta

melakukan tes tekanan dengan menggunakan alat pressure test untuk

memastikan tekanan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan sistem.

Rekaman hasil pemeliharaan tersebut disimpan di kantor bagian PMK.

Page 156: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

133

5.2.4.7 Tingkat Pemenuhan Alat Pemadam Api Ringan

Penilaian terhadap tingkat pemenuhan Alat Pemadam Api

Ringan menggunakan standar acuan berupa Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum No. 26 tahun 2008. Terdapat 14 persyaratan yang

menjadi pokok penilaian, berikut tabel tingkat pemenuhan Alat

Pemadam Api Ringan di Unit Produksi Amoniak.

Tabel 5.16Tingkat Pemenuhan Alat Pemadam Api Ringan

No (Permen PU No.26/PRT/M/2008) Kondisi AktualSesuai/TidakSesuai

Nilai

1 Tersedia Alat Pemadam Api

Ringan

Tersedia APAR sebanyak 60 buah

Sesuai 100%

2 Terdapat klasifikasi APAR terdiri

dari huruf menunjukkan kelas api

di mana APAR tersebut efektif,

didahului dengan angka sebagai

penunjuk keefektifitas pemadaman

yang ditempelkan pada APAR.

Terdapat klasifikasi APAR yang

menunjukkan kelas api, dan telah

tertera pada tabung APAR tersebut.

Sesuai 100%

3 APAR diletakkan di tempat yang

terlihat mata, mudah dijangkau dan

siap dipakai.

APAR diletakkan di dalam box

berwarna merah, tidak terkunci

terlihat mata mudah dijangkau dan

siap digunakan

Sesuai 100%

Page 157: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

134

No (Permen PU No.26/PRT/M/2008) Kondisi AktualSesuai/TidakSesuai

Nilai

4 APAR selain jenis APAR beroda

dipasang kokoh pada penggantung,

atau pengikat buatan manufaktur

APAR, atau pengikat yang terdaftar

yang disetujui untuk tujuan

tersebut, atau ditempatkan dalam

lemari atau dinding yang

konstruksinya masuk ke dalam.

APAR diletakkan di dalam box

berwarna merah yang digantungkan

di pilar-pilar bangunan

Sesuai 100%

5 Jarak APAR dengan lantai ≥ 10 cm Jarak APAR 45 cm dari lantai Sesuai 100%

6 Instruksi pengoperasian harus

ditempatkan pada bagian depan dari

APAR dan harus terlihat jelas

Instruksi pengoperasian APAR

tertera di bagian samping APAR

dan tertulis juga di label atau kartu

pemeliharaan APAR

Sesuai 80%

7 Label pemeliharaan enam bulan,

label uji hidrostatik, atau label lain

harus tidak boleh ditempatkan pada

bagian depan dari APAR atau

ditempelkan pada bagian depan

APAR.

Label pemeliharaan APAR tidak

ditempelkan di bagian depan APAR

melainkan digantungkan pada

APAR. Sesuai 100%

Page 158: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

135

No (Permen PU No.26/PRT/M/2008) Kondisi AktualSesuai/TidakSesuai

Nilai

8 APAR harus mempunyai label yang

ditempelkan untuk memberikan

informasi nama manufaktur atau

nama agennya, alamat surat dan

nomor telepon

APAR mempunyai label untuk

memberi informasi nama

manufaktur yang ditempelkan di

APAR

Sesuai 100%

9 APAR diinspeksi secara manual

atau dimonitor secara elektronik

APAR diinspeksi secara manual

100%

10 APAR diinspeksi pada setiap

interval waktu kira-kira 30 hari

APAR diinspeksi setiap tiga bulan

sekali bersamaan dengan kegiatan

pemeliharaan

TidakSesuai 0%

11 Arsip dari semua APAR yang

diperiksa (termasuk tindakan

korektif yang dilakukan) disimpan

Arsip pemeliharaan APAR

disimpan di kantor bagian PMK Sesuai 100%

12 Dilakukan pemeliharaan terhadap

APAR pada jangka waktu ≤ 1 tahun

Pemeliharaan terhadap APAR

dilakukan 4 kali dalam satu tahun Sesuai 100%

13 Setiap APAR mempunyai label

yang dilekatkan dengan kokoh yang

menunjukkan bulan dan tahun

dilakukannya pemeliharaan

Setiap APAR dilengkapi label

pemeliharaan, digantungkan di

APAR, yang menunjukkan bulan &

tahun pelaksanaan pemeliharaan

Sesuai 100%

Page 159: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

136

No (Permen PU No.26/PRT/M/2008) Kondisi AktualSesuai/TidakSesuai

Nilai

14 Pada label pemeliharaan terdapat

identifikasi petugas yang

melakukan pemeliharaan.

Pada label tersebut tercantum

identitas petugas yang melakukan

pemeliharaan

Sesuai 100%

Tingkat Pemenuhan Alat Pemadam Api Ringan 91,4%

Berdasarkan tabel 5.16 hasil penilaian terhadap Alat Pemadam

Api Ringan memiliki tingkat pemenuhan sebesar 91,4%. Dari 14

persyaratan yang menjadi pokok penilaian, terdapat 1 persyaratan yang

tidak sesuai dengan Peraturan Menteri PU Nomor 26 tahun 2008, yaitu

mengenai inspeksi berkala terhadap APAR. APAR yang digunakan di

Unit Produksi Amoniak secara keseluruhan berjumlah 58 buah,

diantaranya yaitu:

1. APAR jenis Dry Chemical Powder : 35 buah

2. APAR jenis Pasca Halon : 11 buah

3. APAR jenis CO2 : 9 buah

4. APAR jenis Foam : 3 buah

Seluruh APAR yang ada tersebut dilengkapi dengan label yang

berisi klasifikasi APAR menunjukkan kelas api yang sesuai dengan

penggunaan APAR tersebut. Berikut tabel klasifikasi api yang tertulis

pada tabung APAR.

Page 160: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

137

Tabel 5.17

Klasifikasi Api pada tabung APAR jenis Dry Chemical Powder

Type of Fire Japanese, U.S. European

Paper, Wood A A

Oil B B

Gas B C

Electric C E

Selain itu APAR juga dilengkapi dengan label yang

ditempelkan untuk memberikan informasi tentang nama manufaktur,

alamat atau nomor telepon dari manufaktur APAR tersebut. Label

yang ditempelkan di bagian belakang APAR tersebut menunjukkan

CV. Berkah Jihan Jayamulia sebagai manufaktur dan beralamat di Jl.

Krembangan Jaya Selatan II-A / 2 Surabaya.

Kemudian setiap APAR juga memiliki kartu pemeriksaan atau

label pemeliharaan yang digantungkan dengan kokoh pada APAR.

Kartu pemeriksaan tersebut berisi:

1. Lokasi penempatan APAR

2. Jenis dan tipe APAR

3. Kapasitas APAR

4. Tanggal, bulan dan tahun pemeriksaan APAR

5. Identitas pemeriksa, berupa NIK (Nomor Induk Karyawan) serta

paraf pemeriksa.

Page 161: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

138

Setiap APAR juga dilengkapi dengan instruksi pengoperasian

yang tertera di bagian samping tabung APAR, tertulis dalam bahasa

inggris dan dilengkapi dengan gambar petunjuk untuk memperjelas

cara pengoperasian APAR. Selain itu, setiap APAR juga memiliki

instruksi pengoperasian dalam bahasa Indonesia, tepatnya tertulis di

bagian belakang pada kartu pemeriksaan APAR.

Setiap APAR diletakkan di dalam kotak yang dicat dengan

warna merah. Kotak tersebut dipasang pada pilar-pilar bangunan dan

diletakkan 45 cm di atas lantai bangunan. APAR diletakkan di tempat

yang terlihat oleh mata, mudah dijangkau dan siap untuk digunakan.

Pemeliharaan dan inspeksi APAR dilakukan secara berkala

setiap 3 bulan sekali, dan merupakan tanggung jawab dari staff

perawatan bagian PMK. Rekaman hasil pemeriksaan dan pemeliharaan

APAR disimpan di kantor bagian PMK. Berdasarkan telaah dokumen

yang dilakukan peneliti, hal-hal yang diperiksa dalam kegiatan

inspeksi APAR yaitu:

1. Segel pengaman (safety pin) terpasang dengan benar,

2. Alat pancar, tidak bocor atau pecah,

3. Tabung APAR tidak terkorosi atau tidak bocor,

4. Kartu pemeriksaan, plastic pembungkus kartu tidak bocor,

5. Penempatan APAR, berada dalam kondisi baik di dalam kotak

APAR.

Page 162: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

139

5.2.5 Utilitas Bangunan Gedung

Komponen utilitas bangunan gedung pada penelitian ini

diantaranya yaitu sumber daya listrik, pusat pengendali kebakaran, dan

sistem proteksi petir. Berikut adalah tingkat pemenuhan komponen

utilitas bangunan gedung.

5.2.5.1 Tingkat Pemenuhan Sumber Daya Listrik

Penilaian terhadap tingkat pemenuhan sumber daya listrik

menggunakan standar acuan berupa Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum No. 26 tahun 2008. Terdapat 3 persyaratan yang menjadi

pokok penilaian, berikut tabel tingkat pemenuhan sumber daya listrik

di Unit Produksi Amoniak.

Tabel 5.18Tingkat Pemenuhan Sumber Daya Listrik

No (Permen PU No.26/PRT/M/2008) Kondisi AktualSesuai/TidakSesuai

Nilai

1 Daya listrik yang dipasok untuk

mengoperasikan sistem daya listrik

darurat diperoleh sekurang-

kurangnya dari PLN atau sumber

daya listrik darurat.

Daya listrik yang dipasok untuk

operasi sistem daya listrik darurat

berasal dari PLN serta dari STG

(Steam Turbine Generator) yang

ada di Utilitas II, III dan Unit

Batubara.

Sesuai 100%

Page 163: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

140

No (Permen PU No.26/PRT/M/2008) Kondisi AktualSesuai/TidakSesuai

Nilai

2 Bangunan gedung atau ruangan

yang sumber daya listrik utamanya

dari PLN harus dilengkapi juga

dengan generator sebagai sumber

daya listrik darurat

Sumber daya listrik utama berasal

dari GTG (Gas Turbine Generator)

di Utilitas I, dan untuk sumber

daya listrik darurat pasokannya

berasal dari PLN, dan STG (Steam

Turbine Generator) yang ada di

Utilitas II Utilitas III serta Unit

Batubara.

Sesuai 100%

3 Semua kabel distribusi yang

melayani sumber daya listrik

darurat harus memenuhi kabel

dengan Tingkat Ketahanan Api

(TKA) selama 1 jam.

Kabel distribusi yang digunakan

adalah jenis XLPE tipe N2Xfgby

dengan tingkat ketahanan api

selama 1,5 jam

Sesuai 100%

Tingkat Pemenuhan Sumber Daya Listrik 100%

Berdasarkan tabel 5.18 hasil penilaian terhadap sumber daya

listrik yang dipasok oleh Unit Produksi Amoniak memiliki tingkat

pemenuhan sebesar 100% artinya seluruh persyaratan yang menjadi

pokok penilaian telah sesuai dengan standar acuan Permen PU No. 26

Page 164: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

141

tahun 2008. Berikut kutipan hasil wawancara yang dilakukan peneliti

terhadap beberapa informan penelitian.

“…jadi teorinya begini, jika misal pabrik I mati, kekurangan

power berapa, itu akan diisi sementara oleh PLN, lalu listrik dari

pabrik II dan III bisa masuk bertahap, untuk meng-cover dari yang

PLN, sehingga pelan-pelan supply yang dari PLN itu berhenti…”

(PKG-2)

“…ini yang diaplikasikan oleh Petrokimia yang terbaru ya…

sebenernya Petrokimia masing-masing di pabrik I, II dan III memiliki

listrik sendiri-sendiri dan mulai tahun lalu, sudah didesain secara

interkoneksi antara pabrik I, II, dan III…” (PKG-1)

“…yang dipakai itu jenis kabel yang XLPE, kalo yang

standarnya itu kan PVJ ya, namun ya kualitasnya masih di bawah

XLPE, itu cocok buat yang kabel medium voltage maupun yang low

voltage, itu udah pakai yang XLPE semua…” (PKG-2)

Dari beberapa kutipan hasil wawancara di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa pasokan sumber daya listrik di PT Petrokimia

Gresik secara keseluruhan sudah didesain secara interkoneksi di setiap

unit pabrik dan dikendalikan di Gedung Sub Station. Khusus untuk

Unit Produksi Amoniak, sumber daya listrik yang digunakan berasal

dari Gas Turbine Generator (GTG) yang berada di Unit Utilitas Pabrik

I. Sedangkan untuk pengoperasian sumber daya listrik daruratnya

Page 165: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

142

menggunakan 2 sumber, yaitu PLN dan Steam Turbine Generator

(STG). Pasokan listrik dari PLN hanya sebagai back up sementara

apabila GTG sedang shutdown ataupun ketika terjadi kondisi darurat

pabrik, kemudian sistem pengoperasian listrik darurat secara bertahap

akan dipasok dari STG yang berasal dari Unit Utilitas di Pabrik II dan

III serta Unit Batubara.

Selain itu, kabel distribusi yang digunakan adalah jenis XLPE

(Cross-Linked Poly Ethylene) yang bersifat fire resistance dengan

Tingkat Ketahanan Api (TKA) selama 1,5 jam. Isolasi kabel jenis ini

terbuat dari bahan semikonduktor yang memiliki nilai suhu konduktor

maksimum 250’C. Tipe kabel yang digunakan yaitu N2Xfgby yang

sesuai untuk penggunaan jenis tegangan rendah maupun tegangan

medium.

5.2.5.2 Tingkat Pemenuhan Pusat Pengendali Kebakaran

Penilaian terhadap tingkat pemenuhan pusat pengendali

kebakaran menggunakan standar acuan berupa Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum No. 26 tahun 2008. Terdapat 11 persyaratan yang

menjadi pokok penilaian, berikut tabel tingkat pemenuhan pusat

pengendali kebakaran di Unit Produksi Amoniak.

Page 166: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

143

Tabel 5.19Tingkat Pemenuhan Pusat Pengendali Kebakaran

No (Permen PU No.26/PRT/M/2008) Kondisi AktualSesuai/TidakSesuai

Nilai

1 Pintu yang menuju ruang

pengendali membuka ke arah dalam

ruang tersebut.

Pintu ruang pusat pengendali

kebakaran membuka ke arah dalam

ruangan tersebutSesuai 100%

2 Pintu pada ruang pengendali

kebakaran dapat dikunci.

Pintu pada ruang pusat pengendali

kebakaran dapat dikunci Sesuai 100%

3 Pintu tidak terhalang oleh orang

yang menggunakan jalur evakuasi

dari dalam bangunan

Pintu ruang pusat pengendali

kebakaran jauh dari jalur evakuasi

sehingga tidak terhalang

Sesuai 100%

4 Ruang pengendali kebakaran harus

lengkap dengan panel indikator

kebakaran, sakelar, indikator visual

yang diperlukan untuk semua

pompa kebakaran & peralatan

pengamanan kebakaran lainnya

yang dipasang di dalam bangunan.

Instalasi central fire panel indicator

di ruang pusat pengendali

kebakaran masih pada tahap

pengerjaan (on progress), namun

panel indicator kebakaran sudah

terdapat di control room di masing

masing unit produksi di PT

Petrokimia Gresik

Sesuai 70%

5 Ruang pengendali kebakaran harus

dilengkapi dengan telepon yang

memiliki sambungan langsung.

Ruang pusat pengendali kebakaran

dilengkapi telepon dan HT (Handy

Talky)

Sesuai 100%

Page 167: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

144

No (Permen PU No.26/PRT/M/2008) Kondisi AktualSesuai/TidakSesuai

Nilai

6 Luas lantai ruang pengendali

kebakaran ≥ 10 m2.

Ruang pusat pengendali kebakaran

memiliki luas 18,2 m2 Sesuai 100%

7 Panjang dari sisi bagian dalam

ruang pengendali kebakaran

≥ 2,5 m

Ruang pusat pengendali kebakaran

memiliki ukuran panjang 4,85

meter dan lebar 3,75 meter

Sesuai 100%

8 Terdapat ventilasi di ruang

pengendali kebakaran.

Terdapat 2 unit AC sebagai Local

Exhaust Ventilation (LEV) Sesuai 100%

9 Permukaan luar pintu yang menuju

ke dalam ruang pengendali diberi

tanda dengan tulisan “Ruang

Pengendali Kebakaran”

Tulisan pada permukaan luar pintu

ruang pusat pengendali kebakaran

tersebut yaitu “R. Karu

Operasional”

TidakSesuai 0%

10 Huruf pada tanda ruang pengendali

kebakaran memiliki tinggi ≥ 50 mm

Huruf pada tanda ruang pengendali

kebakaran memiliki tinggi 35 mmTidakSesuai 0%

11 Warna huruf pada tanda ruang

pengendali kebakaran kontras

dengan latar belakangnya.

Warna huruf pada tanda ruang

pengendali kebakaran tidak kontras,

dengan warna huruf hitam dan latar

berwarna coklat

TidakSesuai 0%

Tingkat Pemenuhan Pusat Pengendali Kebakaran 70 %

Page 168: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

145

Berdasarkan tabel 5.19 hasil penilaian terhadap pusat

pengendali kebakaran memiliki tingkat pemenuhan sebesar 70 %. Dari

11 persyaratan yang menjadi pokok penilaian, terdapat 3 persyaratan

yang belum sesuai dengan standar Permen PU nomor 26 tahun 2008,

yaitu mengenai kelengkapan panel indikator kebakaran serta tulisan

pada permukaan pintu ruang pusat pengendali kebakaran.

Berdasarkan hasil observasi, dapat disimpulkan bahwa ruang

pusat pengendali kebakaran untuk saat ini masih menggunakan

ruangan Karu Operasional PMK yang berada di Kantor Bagian PMK.

Ruangan ini dilengkapi dengan sarana komunikasi, seperti telepon dan

Handy Talky, namun instalasi central fire panel indicator masih dalam

proses pengerjaan sehingga proses pengendalian kebakaran secara

terpusat belum dapat dilakukan secara maksimal.

5.2.5.3 Tingkat Pemenuhan Sistem Proteksi Petir

Penilaian terhadap tingkat pemenuhan Sistem Proteksi Petir

(SPP) menggunakan standar acuan berupa Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum No. 26 tahun 2008. Terdapat 2 persyaratan yang

menjadi pokok penilaian, berikut tabel tingkat pemenuhan sistem

proteksi petir di Unit Produksi Amoniak.

Page 169: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

146

Tabel 5.20Tingkat Pemenuhan Sistem Proteksi Petir

No (Permen PU No.26/PRT/M/2008) Kondisi AktualSesuai/TidakSesuai

Nilai

1 Terdapat instalasi sistem proteksi

petir pada bangunan

Terdapat instalasi SPP di 3 tempat

di unit produksi amoniak,

diantaranya :

a. TK – 191 (tinggi = 14,16 m)

b. 101 – E (CO2 Absorber, tinggi

= 43, 27 m )

c. 102 – E (CO2 Stripper, tinggi =

65, 45 m )

Sesuai 100%

2 Perencanaan, pelaksanaan,

pengujian instalasi sistem proteksi

petir dilakukan oleh tenaga yang

ahli.

Perencanaan, pelaksanaan,

pengujian instalasi SPP dilakukan

oleh pihak ketiga dan diawasi oleh

Dept. Inspeksi Teknik Khusus

Sesuai 100%

Tingkat Pemenuhan Pusat Pengendali Kebakaran 100%

Berdasarkan tabel 5.20 hasil penilaian terhadap sistem proteksi

petir memiliki tingkat pemenuhan sebesar 100% artinya seluruh

persyaratan yang menjadi pokok penilaian telah sesuai dengan standar

Permen PU Nomor 26 tahun 2008. Berikut kutipan hasil wawancara

yang dilakukan peneliti terhadap beberapa informan penelitian.

Page 170: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

147

“…yang amoniak, pakai yang jenis konvensional karena

kebetulan letaknya di area yang panas sehingga cepet rusak kalo

pakai yang jenis elektrostatis, sehingga kita pakai yang

konvensional…” (PKG-2)

“…tiap dua tahun sekali kita sertifikasi ulang, dicek lagi, ohm-

nya dan sebagainya, jadi ada pihak katiga yang melakukan

pengecekan, kita sebagai pengawas lah istilahnya ya, setelah hasilnya

ada ya kita ajukan ke disnaker untuk dikeluarkan sertifikatnya…”

(PKG-4)

Dari hasil wawancara dan telaah dokumen yang dilakukan

peneliti, dapat diketahui bahwa instalasi sistem proteksi petir yang ada

di Unit Produksi Amoniak sudah disahkan oleh Dinas Tenaga Kerja

Kabupaten Gresik dengan nomor pengesahan Nomor : 566/35/403.58/

2005. Spesifikasi instalasi SPP tersebut adalah sebagai berikut:

1. Jenis SPP/ Type Penerima : Konvensional / Splitz CU

2. Konstruksi Pemasangan : Diklem dengan baut baja

3. Tinggi SPP/ Tiang Penerima : 3 meter

4. Jenis Penghantar : Kabel BC – 35

5. Elektrode Pertahanan : Copper rod ¾” x 3 meter

6. Diperiksa dan diuji oleh : CV. Melati Jaya

Sistem Proteksi Petir yang digunakan yaitu jenis konvensional,

hal tersebut disesuaikan dengan karakteristik pabrik yang bersuhu

Page 171: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

148

ekstrim (high temperature). Instalasi SPP tersebut yaitu di mesin 101-

E CO2 absorber, mesin 102-E CO2 stripper dan tangki amoniak TK-

191.

Selain itu, perencanaan, pelaksanaan, dan pengujian SPP

dilakukan secara berkala setiap 2 tahun sekali oleh instansi yang telah

ditunjuk sebagai instalatir yaitu CV. Melati Jaya. Kegiatan pengujian

SPP juga diawasi oleh seorang staff Departemen Inspeksi Teknik

Khusus yang telah ditunjuk sebagai Ahli K3 Spesialis Bidang Listrik.

Hasil pengujian SPP kemudian diajukan kembali ke Dinas Tenaga

Kerja Kabupaten Gresik untuk sertifikasi.

5.3 Hasil Tingkat Pemenuhan Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan

Gedung dan Lingkungan di Unit Produksi Amoniak

Dari hasil pemaparan gambaran tingkat pemenuhan setiap komponen

sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan tersebut,

maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Untuk komponen akses dan pasokan air untuk pemadam kebakaran, tingkat

pemenuhannya adalah sebesar 20% yaitu kurang (<60%) dimana masih

terdapat elemen-elemen yang rusak atau tidak terpasang dan tidak sesuai

dengan persyaratan.

2. Untuk komponen sarana penyelamatan jiwa, terdiri dari 3 sub komponen

yaitu pertama adalah sarana jalan keluar dengan tingkat pemenuhan sebesar

Page 172: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

149

100%, yang kedua adalah tanda petunjuk arah evakuasi dengan tingkat

pemenuhan sebesar 45%, dan yang ketiga yaitu tempat berhimpun dengan

tingkat pemenuhan sebesar 100%. Berikut adalah tabel rata-rata tingkat

pemenuhan sarana penyelamatan jiwa.

Tabel 5.21Rata-rata tingkat pemenuhan sarana penyelamatan jiwa

No Sub Komponen Tingkat Pemenuhan

1 Sarana Jalan Keluar 100%

2 Tanda Petunjuk Arah Evakuasi 45%

3 Tempat Berhimpun 100%

Rata-rata 81,6 %

Berdasarkan tabel 5.21 maka rata-rata tingkat pemenuhan komponen sarana

penyelamatan jiwa adalah sebesar 81,6 % yaitu baik (>80-100%) dimana

setiap sub komponen telah sesuai dengan persyaratan walaupun masih

terdapat beberapa elemen yang terpasang kurang sempurna dari yang

ditetapkan dalam persyaratan.

3. Untuk komponen sarana proteksi kebakaran pasif, yaitu konstruksi tahan

api memiliki tingkat pemenuhan sebesar 90% yaitu baik (>80-100%)

dimana sebagian besar elemen penilaian sudah sesuai dengan persyaratan

walaupun masih terdapat beberapa elemen yang kurang sesuai dengan

persyaratan yang ditetapkan.

Page 173: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

150

4. Untuk komponen sarana proteksi kebakaran aktif, terdiri dari 7 sub

komponen diantaranya yaitu detektor kebakaran dengan tingkat pemenuhan

sebesar 78%, alarm kebakaran dengan tingkat pemenuhan sebesar 100%,

titik panggil manual dengan tingkat pemenuhan sebesar 100%, sistem

springkler otomatik dengan tingkat pemenuhan sebesar 86%, hidran dengan

tingkat pemenuhan sebesar 100%, sistem pipa tegak dengan tingkat

pemenuhan sebesar 71,4%, dan yang terkahir APAR dengan tingkat

pemenuhan sebesar 91,4%. Berikut adalah tabel rata-rata tingkat

pemenuhan komponen sarana proteksi kebakaran aktif.

Tabel 5.22Rata-rata tingkat pemenuhan sarana proteksi kebakaran aktif

No. Sub Komponen Tingkat Pemenuhan

1 Detektor Kebakaran 78%

2 Alarm Kebakaran 100%

3 Titik Panggil Manual 100%

4 Sistem Springkler Otomatik 86%

5 Hidran 100%

6 Sistem Pipa Tegak 71,4%

7 Alat Pemadam Api Ringan 91,4%

Rata-rata 89,5 %

Page 174: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

151

Berdasarkan tabel 5.22 maka rata-rata tingkat pemenuhan komponen sarana

proteksi kebakaran aktif adalah sebesar 89,5% yaitu baik (>80-100%)

dimana setiap sub komponen telah sesuai dengan persyaratan walaupun

masih terdapat beberapa elemen yang terpasang kurang sempurna dari yang

ditetapkan dalam persyaratan.

5. Untuk komponen utilitas bangunan gedung, terdiri dari 3 sub komponen

diantaranya yaitu sumber daya listrik dengan tingkat pemenuhan sebesar

100%, pusat pengendali kebakaran dengan tingkat pemenuhan sebesar 70%,

dan sistem proteksi petir dengan tingkat pemenuhan sebesar 100%. Berikut

tabel rata-rata tingkat pemenuhan komponen utilitas bangunan gedung.

Tabel 5.23Rata-rata tingkat pemenuhan utilitas bangunan gedung

No Sub Komponen Tingkat Pemenuhan

1 Sumber daya listrik 100%

2 Pusat Pengendali Kebakaran 70%

3 Sistem Proteksi Petir 100%

Rata-rata 90 %

Berdasarkan tabel 5.23 rata-rata tingkat pemenuhan komponen utilitas

bangunan gedung adalah sebesar 90 % yaitu baik (>80-100%) dimana

setiap sub komponen telah sesuai dengan persyaratan walaupun masih

terdapat beberapa elemen yang terpasang kurang sempurna dari yang

ditetapkan dalam persyaratan.

Page 175: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

152

Untuk dapat mengetahui tingkat pemenuhan secara keseluruhan sistem

proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan di Unit Produksi

Amoniak, maka perlu dilakukan pembobotan nilai. Menurut Peraturan Menteri

PU nomor 26 tahun 2008, pembobotan terhadap setiap komponen sistem

proteksi kebakaran tersebut dilakukan dengan metode Analytical Hierarchycal

Process (AHP). Hasil pembobotan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.24

Hasil Pembobotan Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung

dan Lingkungan menurut Permen PU No.26 tahun 2008

No. Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan

Gedung dan LingkunganPembobotan

1 Akses dan dan pasokan air untuk pemadam

kebakaran20%

2 Sarana Penyelamatan Jiwa 20%

3 Sarana Proteksi Kebakaran Pasif 20%

4 Sarana Proteksi Kebakaran Aktif 20%

5 Utilitas Bangunan Gedung 20%

Dengan menggunakan pembobotan nilai pada tabel di atas, maka

tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan

lingkungan di Unit Produksi Amoniak secara keseluruhan dapat disimpulkan

sebagai berikut.

Page 176: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

153

Tabel 5.25

Tingkat Pemenuhan Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung

dan Lingkungan di Unit Produksi Amoniak

No. KomponenTingkat

PemenuhanBobot Hasil

1 Akses dan pasokan air untuk

pemadam kebakaran20% 20% 4%

2 Sarana penyelamatan jiwa 81,6% 20% 16,32%

3 Sarana proteksi kebakaran pasif 90% 20% 18%

4 Sarana proteksi kebakaran aktif 89,5% 20% 17,9%

5 Utilitas bangunan gedung 90% 20% 18%

Tingkat Pemenuhan Sistem Proteksi Kebakaran pada

Bangunan Gedung dan Lingkungan74,22%

Berdasarkan tabel 5.25, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan

tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan

lingkungan di Unit Produksi Amoniak PT Petrokimia Gresik adalah sebesar

74,22%, artinya sebagian besar komponen sistem proteksi kebakaran pada

bangunan gedung dan lingkungan telah sesuai dan terpenuhi, namun masih

terdapat beberapa sub komponen yang berfungsi kurang sempurna atau

kapasitasnya kurang dari yang ditetapkan pada standar acuan.

Page 177: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

154

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan penelitian, diantaranya

yaitu peneliti tidak melakukan tes fungsi komponen sarana proteksi kebakaran

aktif seperti detektor kebakaran, alarm kebakaran, titik panggil manual sistem

springkler otomatik, hidran dan sistem pipa tegak serta APAR karena kebijakan

dari perusahaan, sehingga hasil skoring tingkat pemenuhan pada komponen-

komponen tersebut tidak bisa menjamin keandalan mereka dalam upaya

proteksi terhadap bangunan gedung dan lingkungan di Unit Produksi Amoniak.

Namun sebagai solusinya, peneliti telah memeriksa dan menelaah dokumen-

dokumen mengenai rekaman hasil inspeksi dan pengujian terhadap masing-

masing komponen, sehingga peneliti dapat dengan cermat memberikan

rekomendasi perbaikan kepada pihak perusahaan, berdasarkan pada temuan-

temuan yang tertera di rekaman inspeksi komponen-komponen tersebut.

6.2 Tingkat Pemenuhan Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung

dan Lingkungan di Unit Produksi Amoniak

Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui tingkat pemenuhan

sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan di Unit

Produksi Amoniak. Peneliti menggunakan standar acuan berupa Peraturan

Page 178: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

155

Menteri Pekerjaan Umum nomor 26 tahun 2008. Menurut peraturan tersebut

terdapat 5 komponen sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan

lingkungan yaitu akses dan pasokan air untuk pemadam kebakaran, sarana

penyelamatan jiwa, sarana proteksi kebakaran pasif, sarana proteksi kebakaran

aktif dan utilitas bangunan gedung.

Untuk menilai tingkat pemenuhan masing-masing komponen tersebut,

peneliti menggunakan pembobotan nilai dengan metode AHP yang dikeluarkan

oleh Permen PU Nomor 26 tahun 2008. Berdasarkan tabel 5.25 pada bab

sebelumnya, secara keseluruhan tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran

pada bangunan gedung dan lingkungan di Unit Produksi Amoniak PT

Petrokimia Gresik adalah sebesar 74,22%, artinya sebagian besar komponen

sistem telah cukup terpenuhi namun masih terdapat ketidaksesuaian di sebagian

instalasi (Puslitbang Departemen PU, 2005)

Untuk komponen akses dan pasokan air untuk pemadam kebakaran,

rata-rata tingkat pemenuhan elemen persyaratan yang terpenuhi hanya sebesar

20%, angka tersebut tergolong kecil mengingat setelah dilakukan pembobotan,

tingkat pemenuhan dari komponen akses dan pasokan air untuk pemadam

kebakaran tersebut hanya sebesar 4% dari bobot yang ditetapkan untuk

komponen ini yaitu 20%. Penerapan akses dan pasokan air untuk pemadam

kebakaran merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk memudahkan petugas

pemadam kebakaran dalam melakukan upaya penanggulangan kebakaran di

suatu lingkungan (Furness, 2007). Elemen yang belum terpenuhi pada

Page 179: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

156

komponen ini yaitu mengenai tidak tersedianya jalur khusus untuk akses

kendaraan pemadam kebakaran, tidak tersedianya lapis perkerasan untuk jalur

masuk pemadam kebakaran di lingkungan Unit Produksi Amoniak, dan

mengenai penandaan jalur pemadam kebakaran. Dengan ketidaktersediaan jalur

khusus pemadam kebakaran akan menghambat upaya penanggulangan

kebakaran yang sedang terjadi (Badan Standardisasi Nasional, 2000).

Pemenuhan terhadap komponen akses dan pasokan air untuk pemadam

kebakaran ini sangat perlu ditingkatkan sebagai upaya untuk melakukan

proteksi terhadap meluasnya kebakaran dan memudahkan operasi

penanggulangan kebakaran di lingkungan perumahan, perdagangan, maupun

industri (Departemen Pekerjaan Umum, 2008).

Untuk komponen sarana penyelamatan jiwa, tingkat pemenuhannya

mencapai 16,32% dari total bobot yang ditetapkan yaitu 20%. Sub komponen

sarana penyelamatan jiwa yang ada di Unit Produksi Amoniak diantaranya

yaitu sarana jalan keluar, tanda petunjuk arah evakuasi, dan tempat berhimpun.

Sarana penyelamatan jiwa merupakan sarana yang dapat digunakan oleh

penghuni bangunan gedung, sehingga memiliki waktu yang cukup untuk

menyelamatkan diri dengan aman (Departemen Pekerjaan Umum, 2008). Sub

komponen yang belum sepenuhnya terpenuhi adalah tanda petunjuk arah

evakuasi, hal tersebut dapat menghambat proses evakuasi yang diakibatkan

oleh keadaan darurat (Badan Standardisasi Nasional, 2000). Tingkat

pemenuhan dari komponen sarana penyelamatan jiwa tersebut masih perlu

Page 180: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

157

ditingkatkan sebagai upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan atau luka

pada saat melakukan evakuasi ketika dalam keadaan darurat (Suprapto, 2007).

Untuk komponen sarana proteksi kebakaran pasif tingkat pemenuhannya

mencapai 18% dari total bobot yang ditetapkan yaitu 20%. Sarana proteksi

kebakaran pasif bertujuan untuk melindungi bangunan dari penyebaran api dan

dari keruntuhan serentak akibat kebakaran (Fire Safety Bureau, 1997). Elemen

yang belum terpenuhi yaitu pemeliharaan terhadap konstruksi tahan api yang

belum dilakukan secara berkala. Dengan tidak dilakukannya pemeliharaan

secara berkala, maka akan terjadi kerusakan, perubahan dan keretakan pada

konstruksi tahan api, sehingga dapat menurunkan keandalannya. (Departemen

Pekerjaan Umum, 2008). Pemenuhan komponen tersebut perlu ditingkatkan

sebagai upaya menjaga keandalan konstruksi tahan api agar dapat melindungi

penghuni ketika menyelamatkan diri, serta melindungi keselamatan petugas

pemadam kebakaran saat operasi pemadaman dan penyelamatan (Suprapto,

2007).

Untuk komponen sarana proteksi kebakaran aktif, tingkat

pemenuhannya secara keseluruhan mencapai 17,9% dari jumlah bobot yang

ditetapkan sebesar 20%. Angka pemenuhan tersebut menunjukkan bahwa masih

terdapat beberapa elemen penilaian yang belum memenuhi standar atau belum

sesuai dengan persyaratan yang menjadi acuan. Menurut Wiley dalam

Guidelines for Fire Protection in Chemical, Petrochemical, and Hydrocarbon

Processing Facilities (2003) sarana proteksi kebakaran aktif merupakan

Page 181: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

158

serangkaian alat proteksi kebakaran yang secara lengkap terdiri atas sistem

deteksi dan alarm kebakaran, sistem springkler otomatik, hidran dan sistem

pipa tegak serta Fire Extinguisher. Oleh karena itu pemenuhan terhadap sarana

proteksi kebakaran aktif perlu ditingkatkan agar tujuan penerapannya dapat

tercapai, diantaranya yaitu untuk mencegah berkembangnya api yang tak

terkendali, mendeteksi terjadinya api sedini mungkin, dan memadamkan api

dengan cepat (Rahman, 2003).

Sedangkan untuk komponen utilitas bangunan gedung yang terdiri dari

sub komponen sumber daya listrik, pusat pengendali kebakaran dan sistem

proteksi petir, secara keseluruhan tingkat pemenuhannya mencapai 18% dari

nilai bobot yang ditetapkan yaitu 20%. Utilitas bangunan gedung merupakan

suatu rangkaian sarana prasarana yang dimiliki oleh suatu bangunan gedung

dan lingkungan yang berfungsi untuk menunjang kelancaran setiap kegiatan di

bangunan gedung tersebut (Departemen Pekerjaan Umum, 2008). Berdasarkan

hasil observasi, elemen yang belum sepenuhnya sesuai dengan standar acuan

yaitu mengenai ruang pusat pengendali kebakaran khususnya instalasi central

fire panel indicator yang belum selesai. Hal tersebut dapat menurunkan

efektivitas kinerja petugas PMK dalam melakukan tindakan pengendalian dan

pengarahan selama berlangsungnya operasi penanggulangan kebakaran

(Rahman, 2003). Pemenuhan komponen utilitas bangunan gedung juga perlu

ditingkatkan dalam rangka mempertahankan segala perlengkapan dan prasarana

Page 182: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

159

yang digunakan sebagai fasilitas untuk menunjang unsur-unsur keselamatan di

suatu bangunan gedung dan lingkungan (Ramli, 2010).

Pembahasan terhadap masing-masing komponen sistem proteksi

kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan di Unit Produksi Amoniak

dapat dilihat sebagai berikut.

6.2.1 Pembahasan Tingkat Pemenuhan Akses dan Pasokan Air Untuk

Pemadam Kebakaran

Menurut Peraturan Menteri PU Nomor 26 Tahun 2008, akses

dan pasokan air untuk pemadam kebakaran merupakan suatu upaya

yang dilakukan untuk proteksi terhadap meluasnya kebakaran dan

memudahkan operasi pemadaman, baik di lingkungan perumahan,

perdagangan, dan industri, dengan cara menyediakan sumber air berupa

hidran halaman, sumur kebakaran atau reservoir air agar memudahkan

instansi pemadam kebakaran untuk menggunakannya. Selain itu

menurut Furness dalam Introduction to Fire Safety Management (2007)

untuk memudahkan petugas pemadam kebakaran dalam melakukan

upaya penanggulangan kebakaran, maka perlu direncanakan sedemikian

rupa jalur akses khusus untuk kendaraan pemadam kebakaran, dan

tersedia jalan lingkungan perkerasan agar dapat dilalui kendaraan

pemadam kebakaran di dalam lingkungan bangunan gedung tersebut.

Berdasarkan tabel 5.5, tingkat pemenuhan akses dan pasokan air untuk

Page 183: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

160

pemadam kebakaran di Unit Produksi Amoniak hanya mencapai 20%

artinya sebagian besar elemen persyaratan belum terpenuhi atau tidak

sesuai dengan standar acuan.

Elemen-elemen yang sudah sesuai dengan persyaratan adalah

tersedianya sumber air berupa hidran halaman, dan tersedianya sarana

komunikasi berupa HT (Handy Talky). Sedangkan persyaratan yang

belum terpenuhi yaitu mengenai ketersediaan jalur khusus untuk akses

kendaraan pemadam kebakaran, ketersediaan lapis perkerasan untuk

jalur masuk pemadam kebakaran, dan mengenai penandaan jalur

pemadam kebakaran.

Pasokan air untuk pemadam kebakaran yang tersedia di Unit

Produksi Amoniak adalah hidran halaman yang sumber airnya berasal

dari unit penjernihan air milik PT Petrokimia Gresik. Dengan

tersedianya hidran halaman tersebut diharapkan mampu memberikan

kecukupan pasokan air, hal tersebut sesuai dengan fungsi hidran sebagai

salah satu sumber air untuk menanggulangi bencana kebakaran yang

mungkin terjadi (Ramli, 2010). Hidran halaman tersebut sudah

dilengkapi dengan beberapa unit fire pump untuk memberikan pressure

tertentu sehingga dapat menunjang performa pemadam kebakaran.

Khusus Unit Produksi Amoniak, pompa-pompa kebakaran yang ada

diantaranya adalah jenis fire water jockey pump, electric fire

motorpump, dan diesel fire water pump.

Page 184: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

161

Menurut SNI-09-7053-2004 mengenai Kendaraan dan peralatan

pemadam kebakaran pompa, masing-masing pompa tersebut memiliki

fungsi tersendiri, diantaranya yaitu sebagai berikut.

1. Jockey pump berfungsi untuk menjaga tekanan air di jaringan pipa

agar selalu dalam kondisi yang stabil, jadi apabila terjadi kebocoran

kecil di jaringan pipa, maka jockey pump akan segera beroperasi

untuk memulihkan tekanan

2. Electric pump berfungsi sebagai pompa utama untuk memompa air

yang dihisap dari reservoir air dan didistribusikan ke seluruh

jaringan pipa hidran yang ada

3. Diesel pump berfungsi sebagai pompa cadangan bila pompa lain

tidak mendapat pasokan listrik (Badan Standardisasi Nasional,

2004).

Untuk sarana komunikasi dalam upaya penanggulangan

kebakaran, pihak perusahaan telah menyediakan media Handy Talkie

(HT). HT merupakan alat komunikasi yang bersifat searah,

pengoperasiannya menggunakan gelombang radio frekuensi khusus, dan

memiliki 2 fungsi, pertama yaitu fungsi one to many, artinya dapat

berkomunikasi dari satu orang yang memberikan komando atau

perintah, dan dapat didengarkan oleh banyak pengguna lainnya dan

yang kedua yaitu terdapat fungsi kesegeraan atau instant communication

(Prabhawa. 2013). Dengan demikian menurut penulis, media Handy

Page 185: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

162

Talkie ini sangat tepat digunakan sebagai sarana komunikasi ketika

dalam kondisi darurat, seperti penanggulangan kebakaran.

Elemen yang belum terpenuhi yaitu tidak tersedianya jalur

khusus untuk akses kendaraan pemadam kebakaran. Untuk saat ini bila

terjadi kebakaran di Amoniak, kendaraan pemadam kebakaran dari

kantor bagian PMK menuju ke plant amoniak masih menggunakan jalan

utama pabrik PT Petrokimia Gresik. Sedangkan jalan utama pabrik

tersebut setiap saat juga dilalui oleh truk-truk pengangkut pupuk,

maupun truk-truk yang mengangkut produk kimia. Hal ini dapat

berakibat fatal terhadap proses penanggulangan kebakaran di Unit

Produksi Amoniak. Dikhawatirkan pada saat kendaraan pemadam

kebakaran sedang menuju ke Unit Produksi Amoniak, kendaraan

tersebut terhambat oleh truk-truk yang secara bersamaan juga sedang

melintasi jalan utama pabrik, sehingga dapat memakan waktu yang

banyak untuk sampai di Unit Produksi Amoniak dan pada akhirnya,

ketidaktersediaan jalur khusus pemadam kebakaran akan menghambat

upaya penanggulangan kebakaran yang sedang terjadi (Badan

Standardisasi Nasional, 2000).

Selain itu di area Unit Produksi Amoniak juga tidak tersedia

lapisan perkerasan untuk pemadam kebakaran. Namun, Unit Produksi

Amoniak secara keseluruhan telah dikelilingi oleh jalan lingkungan

yang juga telah dilengkapi dengan hidran halaman di sisinya. Jalan

Page 186: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

163

lingkungan boleh digunakan sebagai lapisan perkerasan asalkan lokasi

jalan tersebut sesuai dengan persyaratan jarak dari bukaan akses

pemadam kebakaran (Badan Standardisasi Nasional, 2000). Berdasarkan

hasil observasi, lebar jalan lingkungan tersebut yaitu 10,85 m, hal ini

sudah sesuai dengan standar acuan yang menyatakan lebar minimal lapis

perkerasan adalah 4 meter. Selain itu, kendaraan pemadam kebakaran

yang dimiliki PT Petrokimia Gresik rata-rata memliki lebar 2,45 m.

Berikut gambar ilustrasi lebar jalan lingkungan yang digunakan sebagai

lapis perkerasan dan lebar rata-rata kendaraan pemadam kebakaran yang

dimiliki PT Petrokimia Gresik.

(b)

Gambar 6.1(a) Lebar kendaraan pemadam kebakaran

(b) Jalan lingkungan unit produksi amoniak (tampak atas)

Page 187: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

164

Dari gambar ilustrasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa di

setiap sisi bangunan Unit Produksi Amoniak telah dikelilingi oleh jalan

lingkungan dengan lebar 10,85 meter yang dapat digunakan oleh

pemadam kebakaran dalam upaya menanggulangi kebakaran yang

terjadi. Dan berdasarkan rata-rata lebar kendaraan pemadam kebakaran

yang dimiliki PT Petrokimia Gresik, yaitu 2,45 meter, maka penulis

berpendapat bahwa sisi lebar jalan lingkungan tersebut dapat dipenuhi

sebanyak 3 kendaraan pemadam kebakaran. Ilustrasinya dapat dilihat

pada gambar berikut.

Gambar 6.2 Ilustrasi jalan lingkungan dengan 3 unit damkar

Dengan demikian apabila terjadi kebakaran yang besar di salah

satu sisi bangunan, misalnya di Ammonia Converter (105-D), dan

memerlukan unit kendaraan pemadam kebakaran yang cukup banyak

untuk menanggulangi kebakaran tersebut, maka menurut penulis jalan

lingkungan yang mengelilingi Unit Produksi Amoniak sudah cukup

Page 188: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

165

lebar setidaknya untuk mengoperasikan 3 unit kendaraan pemadam

kebakaran. Walaupun demikian jalan lingkungan tersebut masih perlu

dilengkapi dengan lapisan perkerasan, karena konstruksi lapisan

perkerasan bertujuan untuk menahan beban statik dari kendaraan

pemadam kebakaran (Badan Standardisasi Nasional, 2000).

Dengan tingkat pemenuhan sebesar 20%, maka tingkat

pemenuhan akses dan pasokan air untuk pemadam kebakaran tergolong

dalam kategori kurang (<60%) artinya sebagian besar komponen sistem

proteksi kebakaran tidak sesuai dengan elemen persyaratan dan

kapasitasnya jauh dibawah dari nilai yang ditetapkan dalam spesifikasi.

Saran yang dapat diberikan adalah perusahaan segera menyediakan jalur

khusus untuk kendaraan pemadam kebakaran dari kantor bagian PMK

menuju ke Unit Produksi Amoniak, sehingga kendaraan pemadam dapat

terbebas dari hambatan seperti terhalang truk angkut barang atau

kendaraan lainnya selama dalam perjalanan menuju Unit Produksi

Amoniak. Selain itu penulis juga menyarankan agar disediakan lapisan

perkerasan di lingkungan bangunan gedung Unit Produksi Amoniak

sesuai dengan persyaratan yang menjadi acuan. Kemudian perusahaan

juga perlu mempertahankan kelengkapan sumber air seperti hidran

halaman dan pompa kebakaran serta kelengkapan sarana komunikasi,

sebagai upaya untuk menunjang kegiatan penanggulangan kebakaran di

Unit Produksi Amoniak.

Page 189: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

166

6.2.2 Pembahasan Tingkat Pemenuhan Sarana Penyelamatan Jiwa

Komponen sarana penyelamatan jiwa, tingkat pemenuhannya

mencapai 16,32% dari total bobot yang ditetapkan yaitu 20%. Angka

tersebut masih perlu ditingkatkan sebagai upaya untuk mencegah

terjadinya kecelakaan atau luka pada saat melakukan evakuasi ketika

dalam keadaan darurat. Sub komponen sarana penyelamatan jiwa yang

ada di Unit Produksi Amoniak diantaranya yaitu sarana jalan keluar,

tanda petunjuk arah evakuasi, dan tempat berhimpun. Berikut adalah

pembahasan masing-masing sub komponen sarana penyelamatan jiwa.

6.2.2.1 Tingkat Pemenuhan Sarana Jalan Keluar

Menurut Peraturan Menteri PU Nomor 26 Tahun 2008, sarana

jalan keluar dari bangunan gedung harus disediakan agar penghuni

bangunan gedung dapat menggunakannya untuk penyelamatan diri.

Sedangkan menurut Standar Nasional Indonesia SNI-03-1746-2000,

sarana jalan keluar merupakan suatu jalan lintas yang menerus dan

tidak terhambat dari titik manapun dalam bangunan gedung ke jalan

umum, sarana jalan keluar terdiri dari tiga bagian yang jelas dan

terpisah, yaitu akses eksit, eksit dan eksit pelepasan. Berdasarkan tabel

5.6, tingkat pemenuhan sarana jalan keluar di Unit Produksi Amoniak

mencapai 100% artinya seluruh persyaratan yang menjadi pokok

penilaian telah sesuai dengan standar acuan berupa SNI 03-1746-2000

Page 190: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

167

mengenai tata cara perencanaan dan pemasangan sarana jalan keluar

untuk penyelamatan. Berikut gambar ilustrasi sarana jalan keluar di

Unit Produksi Amoniak.

Gambar 6.3 Sarana Jalan Keluar (tampak atas)

Berdasarkan ilustrasi tersebut, sarana jalan keluar di Unit

Produksi Amoniak menggunakan 3 koridor yang dijadikan akses EXIT

yang masing-masing memiliki lebar 3,15 meter pada koridor A, dan

2,05 meter untuk koridor B dan C. Akses EXIT tersebut dipelihara

secara terus menerus, serta bebas dari hambatan dan rintangan. Akses

EXIT tidak terhalang oleh perabot atau benda-benda lain seperti cermin

yang dapat mengganggu pandangan pada saat proses evakuasi.

Page 191: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

168

Dengan tingkat pemenuhan sebesar 100%, maka bedasarkan

tabel audit kebakaran menurut Puslitbang Departemen PU, tingkat

pemenuhan sarana jalan keluar tergolong dalam kategori baik (80-

100%) artinya semua elemen penilaian telah sesuai dengan persyaratan

yang ada pada standar acuan. Saran yang dapat diberikan adalah

perusahaan harus tetap memelihara kondisi sarana jalan keluar agar

tetap aman dan bebas dari benda-benda yang dapat menghalangi

proses evakuasi, sehingga ketika terjadi kebakaran maupun keadaan

darurat lainnya di Unit Produksi Amoniak, setiap pekerja dapat dengan

segera dievakuasi dengan aman tanpa adanya rintangan dan hambatan.

6.2.2.2 Tingkat Pemenuhan Tanda Petunjuk Arah Evakuasi

Menurut Peraturan Menteri PU Nomor 26 Tahun 2008, sarana

jalan keluar sebagai rute evakuasi harus diberi tanda yang disetujui dan

mudah terlihat dari setiap arah evakuasi dan di semua keadaan

walaupun untuk mencapainya tidak tampak langsung oleh para

penghuni (Departemen Pekerjaan Umum, 2008). Berdasarkan tabel

5.7, tingkat pemenuhan tanda petunjuk arah evakuasi di Unit Produksi

Amoniak hanya mencapai 45% artinya sebagian besar dari persyaratan

yang menjadi pokok penilaian belum sesuai dengan standar yang

menjadi acuan, masih terdapat elemen-elemen yang kapasitasnya

dibawah dari nilai yang ditetapkan dalam spesifikasi.

Page 192: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

169

Beberapa elemen yang sudah sesuai dengan persyaratan adalah

tersedianya tanda petunjuk arah evakuasi pada sarana jalan keluar dan

penulisan tanda petunjuk arah, tinggi dan lebar huruf serta spasi

minimum pada tulisan. Sedangkan persyaratan yang belum terpenuhi

yaitu mengenai warna dari tanda petunjuk arah evakuasi, penempatan

tanda dan indikator arah, serta pemberian iluminasi eksternal maupun

internal pada tanda petunjuk arah evakuasi tersebut.

Berdasarkan hasil observasi, dapat diketahui bahwa tanda

petunjuk arah evakuasi yang terdapat di Unit Produksi Amoniak

tertulis tepat di koridor yang menjadi akses EXIT. Tanda dengan

tulisan EXIT dan indikator arah tersebut dituliskan dengan cat

berwarna kuning, namun kondisi aktualnya adalah tulisan tanda

petunjuk arah evakuasi sudah pudar, tidak nyata dan tidak kontras.

Tanda petunjuk arah juga hanya berada di koridor yang menjadi akses

EXIT, sedangkan menurut SNI 03-1746-2000, tanda petunjuk arah

dengan indikator arah harus ditempatkan di setiap lokasi (Badan

Standardisasi Nasional, 2000). Pihak perusahaan menjelaskan bahwa

seluruh karyawan yang berkerja di Unit Produksi Amoniak sudah

mengetahui dan memahami sarana jalan keluar atau yang menjadi

akses EXIT, sehingga perusahaan tidak menyediakan sign-sign

tambahan sebagai petunjuk evakuasi. Namun demikian menurut

penulis, Unit Produksi Amoniak masih perlu dilengkapi dengan tanda

Page 193: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

170

petunjuk arah evakuasi dengan tulisan EXIT dan indikator arah yang

diletakkan di setiap lokasi strategis untuk dilihat orang, karena apabila

seaktu-waktu unit tersebut sedang dikunjungi tamu perusahaan

(visitors), maka tanda petunjuk arah yang tersedia dapat membantu

para pengunjung untuk melakukan evakuasi ketika terjadi kebakaran

atau kondisi darurat lainnya. Selain itu tanda petunjuk arah evakuasi

tersebut tidak diiluminasi, baik secara internal maupun eksternal.

Menurut Departemen Pekerjaan Umum tahun 2008, tanda petunjuk

arah evakuasi juga perlu diberikan iluminasi secara terus menerus, baik

eksternal maupun internal, sehingga tanda petunjuk arah evakuasi

tersebut tetap dapat dilihat dan dibaca pada kedua mode pencahayaan,

baik normal maupun darurat (Departemen Pekerjaan Umum, 2008).

Berikut ini adalah contoh tanda petunjuk arah evakuasi yang diberikan

iluminasi secara terus menerus baik secara internal maupun eksternal.

(a) (b)Sumber: www.harshcombo.com sumber: www.limelite.com

Gambar 6.4(a) Tanda petunjuk arah evakuasi dengan iluminasi eksternal(b) Tanda petunjuk arah evakuasi dengan iluminasi internal

Page 194: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

171

Dengan tingkat pemenuhan sebesar 45%, maka bedasarkan

tabel audit kebakaran menurut Puslitbang Departemen PU, tingkat

pemenuhan tanda petunjuk arah evakuasi tergolong dalam kategori

kurang (<60%) artinya sebagian besar komponen sistem proteksi

kebakaran tidak sesuai dengan elemen persyaratan dan kapasitasnya

jauh dibawah dari nilai yang ditetapkan dalam spesifikasi. Saran yang

dapat diberikan adalah perusahaan agar memperbaiki tanda petunjuk

arah evakuasi yang sudah ada dengan mengecat ulang pada koridor

yang menjadi akses EXIT tersebut dengan menggunakan bahan fosfor

sehingga dapat menyala dalam keadaan gelap (glow in the dark), dan

menambahkan tanda petunjuk arah dalam bentuk sign-sign yang

terpasang di setiap lokasi secara konsisten. Selain itu penulis juga

menyarankan agar tanda petunjuk arah evakuasi diberikan iluminasi

terus menerus secara internal dan eksternal sehingga dapat terbaca

dalam 2 mode pencahayaan, baik normal maupun darurat.

6.2.2.3 Tingkat Pemenuhan Tempat Berhimpun

Menurut NFPA 101 Life Safety Code (2006), tempat

berhimpun adalah tempat di area sekitar atau diluar lokasi yang

dijadikan sebagai tempat berhimpun atau berkumpul setelah proses

evakuasi pada saat terjadi kebakaran. Tempat berhimpun harus aman

dari bahaya kebakaran dan keadaan darurat lainnya, memiliki tanda

Page 195: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

172

petunjuk tempat berhimpun serta memiliki luas yang sesuai yaitu 0,3

m2 per orang. Berdasarkan tabel 5.8, tingkat pemenuhan tempat

berhimpun di Unit Produksi Amoniak mencapai 100% artinya seluruh

persyaratan yang menjadi pokok penilaian telah sesuai dengan standar

acuan National Fire Protection Association NFPA 101 mengenai Life

Safety Code.

Tempat berhimpun di Unit Produksi Amoniak merupakan

Assembly Point untuk seluruh kompartemen pabrik I, berada di depan

gedung transport, dan berjarak ±250 meter dari plant amoniak. Tempat

berhimpun juga dilengkapi dengan rambu-rambu berwarna hijau

dengan tulisan AP. (Assembly Point) dan tanda checklist. Tempat

berhimpun berada sejauh ±250 meter dari Unit Produksi Amoniak,

sehingga menurut penulis tempat berhimpun tersebut sudah aman

untuk tempat evakuasi sementara, dan jauh dari sumber bahaya yang

berasal dari Unit Produksi Amoniak. Selain itu, perhitungan luas dari

tempat berhimpun adalah sebagai berikut.

Luas Tempat Berhimpun = Panjang X Lebar

= 94.20 m X 19.55 m

= 1841,67 m2

Page 196: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

173

Menurut NFPA 101 mengenai Life Safety Code, luas tempat

berhimpun yang sesuai adalah minimal 0,3 m2 per orang. Dengan

mengacu pada standar tersebut, maka daya tampung tempat berhimpun

di kompartemen pabrik I PT Petrokimia Gresik dapat diketahui melalui

perhitungan sebagai berikut.

Daya tampung maksimumtempat berhimpun

= Luas tempat berhimpun0,3 m2

= 1841,67 m2

0,3 m2

= 6140 orang

Dari hasil perhitungan di atas, diketahui bahwa tempat

berhimpun untuk kompartemen pabrik I dapat menampung maksimum

sebanyak 6140 orang. Sedangkan data dari Departemen Personalia

pada bulan Desember tahun 2013 menunjukkan jumlah pekerja (shift

maupun normal day) di kompartemen pabrik I PT Petrokimia Gresik

adalah sebanyak 635 pekerja. Dengan demikian dapat dipastikan

tempat berhimpun yang ada sudah memiliki luas yang ideal untuk

menjadi tempat berkumpul sementara pada saat proses evakuasi.

Dengan tingkat pemenuhan sebesar 100%, maka bedasarkan

tabel audit kebakaran menurut Puslitbang Departemen PU, tingkat

pemenuhan tempat berhimpun tergolong dalam kategori baik (80-

100%) artinya semua elemen penilaian telah sesuai dengan persyaratan

yang ada pada standar acuan. Saran yang dapat diberikan adalah

Page 197: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

174

perusahaan harus tetap memelihara tempat berhimpun agar selalu

dalam kondisi yang aman sebagai tempat berkumpul sementara pada

saat proses evakuasi ketika terjadi kebakaran di Unit Produksi

Amoniak.

6.2.3 Pembahasan Tingkat Pemenuhan Sarana Proteksi Kebakaran Pasif

Untuk komponen sarana proteksi kebakaran pasif tingkat

pemenuhannya mencapai 18% dari total bobot yang ditetapkan yaitu

20%. Angka pemenuhan sarana proteksi kebakaran pasif yang terdiri

dari konstruksi tahan api ini tergolong baik melihat dari hanya sebagian

kecil elemen yang belum terpenuhi sesuai dengan standar yang menjadi

acuan. Berikut pembahasan mengenai tingkat pemenuhan konstruksi

tahan api.

6.2.3.1 Tingkat Pemenuhan Konstruksi Tahan Api

Menurut Peraturan Menteri PU Nomor 26 Tahun 2008,

konstruksi tahan api merupakan kesatuan dari penghalang api, dinding

api, dinding luar dikaitkan dengan lokasi bangunan gedung yang

dilindungi, partisi penahan penjalaran api, dan penutup asap. Menurut

Standar Nasional Indonesia SNI-03-1736-2000, konstruksi tahan api

tersebut harus dipelihara, diperbaiki, dan diperbarui atau diganti

dengan tepat apabila terjadi kerusakan, perubahan, keretakan,

penembusan, pemindahan atau akibat pemasangan yang salah.

Page 198: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

175

Berdasarkan tabel 5.9, tingkat pemenuhan konstruksi tahan api di Unit

Produksi Amoniak mencapai 90% artinya sebagian besar persyaratan

yang menjadi pokok penilaian telah sesuai dengan standar acuan SNI-

03-1736-2000 mengenai tata cara perencanaan sistem proteksi pasif

kebakaran, namun masih terdapat satu elemen yang pemenuhannya

belum sempurna yaitu mengenai pemeliharaan terhadap konstruksi

tahan api.

Dari hasil wawancara terhadap informan penelitian, dapat

disimpulkan bahwa pemeliharaan terhadap konstruksi tahan api tidak

dilakukan secara berkala, namun dilakukan hanya ketika terdapat

komponen-komponen dari suatu fasilitas konstruksi tahan api yang

mengalami kerusakan. Menurut penulis, hal tersebut kurang tepat,

mengingat bencana kebakaran yang dapat terjadi kapan saja, sehingga

keandalan konstruksi tahan api juga perlu dipertahankan dan diperiksa

secara berkala. Dengan dilakukannya pemeliharaan secara berkala,

maka diharapkan konstruksi tahan api tersebut tetap memiliki

keandalan yang baik sebagai upaya untuk melindungi bangunan dari

penyebaran api dan dari keruntuhan serentak akibat kebakaran,

memberi waktu bagi penghuni untuk menyelamakan diri, serta

melindungi keselamatan petugas pemadam kebakaran saat operasi

pemadaman dan penyelamatan (Suprapto, 2007).

Page 199: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

176

Dengan tingkat pemenuhan sebesar 90%, maka bedasarkan

tabel audit kebakaran menurut Puslitbang Departemen PU, tingkat

pemenuhan konstruksi tahan api tergolong dalam kategori baik (80-

100%) artinya sebagian besar elemen yang menjadi penilaian telah

sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam standar acuan. Saran

yang dapat diberikan adalah perusahaan sebaiknya melakukan

pemeliharaan terhadap konstruksi tahan api secara berkala, mengecek

kondisi fisik struktur bangunan, untuk menghidari adanya kerusakan

akibat korosif, agar keandalan konstruksi tahan api dapat

dipertahankan sebagai upaya mencegah penyebaran api ketika terjadi

suatu kebakaran di Unit Produksi Amoniak.

6.2.4 Pembahasan Tingkat Pemenuhan Sarana Proteksi Kebakaran Aktif

Untuk komponen sarana proteksi kebakaran aktif yang terdiri

dari sub komponen yaitu detektor kebakaran, alarm kebakaran, titik

panggil manual, sistem springkler otomatik, hidran sistem pipa tegak,

dan APAR, tingkat pemenuhannya secara keseluruhan mencapai 17,9%

dari jumlah bobot yang ditetapkan sebesar 20%. Angka pemenuhan

tersebut menunjukkan bahwa masih terdapat beberapa elemen penilaian

pada komponen tersebut yang belum memenuhi standar atau belum

sesuai dengan persyaratan yang menjadi acuan. Berikut pembahasan

dari masing-masing sub komponen sistem proteksi kebakaran aktif.

Page 200: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

177

6.2.4.1 Tingkat Pemenuhan Detektor Kebakaran

Menurut Ramli dalam Petunjuk Praktis Manajemen Kebakaran

(2010), detektor kebakaran adalah alat yang dirancang untuk

mendeteksi adanya kebakaran. Dan menurut NFPA 72 mengenai

National Fire Alarm and Signaling Code (2010), detektor kebakaran

digolongkan menjadi beberapa jenis diantaranya detektor asap,

detektor panas, detektor nyala, dan detektor gas. Berdasarkan tabel

5.10, tingkat pemenuhan detektor kebakaran yang ada di Unit

Produksi Amoniak mencapai 78% artinya sebagian besar persyaratan

yang menjadi pokok penilaian telah sesuai dengan standar acuan SNI

03-3985-2000 tentang tata cara perencanaan, pemasangan dan

pengujian sistem deteksi dan alarm kebakaran, namun masih terdapat

beberapa persyaratan yang pemenuhannya belum sempurna.

Elemen-elemen yang sudah sesuai dengan persyaratan adalah

terpasangnya detektor kebakaran sesuai dengan potensi kebakaran di

area tersebut, detektor yang terpasang dapat dijangkau untuk

pemeliharaan, serta inspeksi dan pengujian terhadap detektor.

Sedangkan persyaratan yang belum terpenuhi yaitu tidak tersedianya

rekaman hasil dari semua inspeksi dan pemeliharaan yang harus

disimpan untuk jangka waktu 5 tahun untuk pengecekan oleh instansi

yang berwenang.

Page 201: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

178

Instalasi detektor kebakaran di Unit Produksi Amoniak adalah

jenis flame detector sebanyak 5 unit, dan jenis gas detector sebanyak 6

unit. Penempatan detektor kebakaran tersebut disesuaikan dengan

beberapa kriteria tertentu. Berikut adalah gambar ilustrasi penempatan

instalasi detektor kebakaran di Unit Produksi Amoniak.

Gambar 6.5 Ilustrasi instalasi detektor kebakaran di Unit Produksi Amoniak

Dari ilustrasi pemasangan detektor kebakaran diatas, dapat

disimpulkan bahwa terdapat 3 area yang masing-masing dilengkapi

dengan kedua jenis detektor kebakaran yaitu flame detector dan gas

detector, kemudian terdapat 3 area yang hanya dilengkapi dengan gas

Keterangan:

Flame Detector

Gas Detector

Page 202: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

179

detector saja, dan 2 area yang hanya dilengkapi dengan flame detector

saja. Berdasarkan hasil wawancara terhadap informan penelitian, dapat

diketahui bahwa penempatan detektor kebakaran tersebut disesuaikan

dengan potensi kebakaran yang ada di area tersebut, kemudian dengan

melihat rekaman kejadian kebakaran yang pernah terjadi, lalu melihat

karakteristik kondisi fisik area pabrik tersebut serta berdasarkan hasil

pertimbangan dan diskusi yang dilakukan oleh beberapa ahli terkait.

Untuk area-area yang hanya dilengkapi dengan gas detector

saja, diantaranya yaitu di area mesin Ammonia Absorber (101-E)

dilengkapi dengan gas detector GD 1004, untuk area di sekitar mesin

Ammonia Refrigerant, dilengkapi dengan gas detector GD 1006, dan

pada unit Waste Heat Boiler dipasang gas detector GD 1007. Proses

produksi dari ketiga area tersebut memiliki karakteristik yang sama,

yaitu mengolah gas sintesa dengan tekanan dan suhu yang tinggi

(Departemen Manajemen Resiko PT Petrokimia Gresik, 2013).

Dengan demikian, penulis berpendapat bahwa penempatan instalasi

detektor gas di ketiga area tersebut sudah sesuai sebagai upaya untuk

mendeteksi sesegera mungkin kebocoran gas yang dapat terjadi.

Dengan terdeteksinya kebocoran gas jenis combustible gas pada

peralatan dan mesin-mesin reactor di suatu industri, maka kebocoran

tersebut dapat segera diminimalisir serta dapat dicegah untuk tidak

berubah menjadi kebakaran atau ledakan (Miyata, 2011)

Page 203: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

180

Sedangkan untuk area-area yang hanya dilengkapi dengan

flame detector saja, diantaranya yaitu di area sekitar mesin Primary

Reformer (101-B) dilengkapi dengan flame detector FD 1002, dan di

sekitar area High Temperature Shift Conventer (104-D1) dilengkapi

dengan flame detector FD 1006. Berdasarkan hasil wawancara

terhadap informan, kedua area tersebut memiliki potensi kebakaran

yang sangat tinggi karena tahapan proses produksinya yaitu

mengkonversikan tekanan dan suhu yang tinggi ke tekanan dan suhu

operasi (lebih rendah) sehingga berpotensi menimbulkan kebocoran

oli pada vessel-vessel di mesin tersebut. Menurut International Safety

Equipment Association (2013), kebocoran oli (liquid) dengan suhu

yang tinggi apabila terkena peralatan atau mesin yang suhunya tinggi

pula akan menyebabkan terjadinya percikan api, sehingga menurut

penulis penempatan instalasi flame detector di kedua area tersebut

sudah tepat sebagai upaya untuk mendeteksi percikan api yang

mungkin timbul akibat adanya kebocoran oli bersuhu tinggi.

Untuk area yang dilengkapi dengan kedua jenis detektor

kebakaran, yaitu di area mesin NH3 Conventer (105-D) dilengkapi

dengan flame detector FD 1003 dan gas detector GD 1010, kemudian

di area Syntesa Gas Compressor (103-J) dilengkapi dengan FD 1007

dan GD 1001, dan di sekitar area Low Temperature Shift Conventer

Page 204: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

181

(104-D2) dilengkapi dengan FD 1004 dan GD 1005. Ketiga area

tersebut memiliki karakteristik yang sama, yaitu peluang terjadinya

kebakaran yang tinggi (high risk), frekuensi terjadinya kebakaran yang

sering (frequently) serta dampak yang ditimbulkan juga sangat besar

(catastrophic) (Departemen Manajemen Resiko PT Petrokimia Gresik,

2013). Penulis berpendapat instalasi kedua jenis detektor tersebut

sudah tepat sebagai upaya ekstra dalam mendeteksi adanya kebocoran

gas dan timbulnya percikan api. Menurut Hind dalam Fire and Gas

Detection and Control in the Process Industry (2009), integrasi antara

gas detector dan flame detector merupakan upaya tambahan dalam

memberikan perlindungan terhadap suatu proses produksi untuk

mengurangi konsekuensi ketika sistem proteksi lainnya belum cukup.

Elemen persyaratan yang belum terpenuhi yaitu mengenai

penyimpanan rekaman hasil inspeksi dan pengujian terhadap detektor

kebakaran. Berdasarkan hasil wawancara terhadap informan, rekaman

hasil inspeksi dan pengujian detektor disimpan di kantor bagian PMK,

namun rekaman tersebut belum sesuai dengan standar acuan yang

menyatakan bahwa rekaman hasil dari semua inspeksi, pengujian, dan

pemeliharaan, harus disimpan untuk jangka waktu 5 tahun untuk

pengecekan oleh instansi yang berwenang (Badan Standardisasi

Nasional, 2000). Kondisi aktualnya adalah hanya terdapat satu

rekaman hasil inspeksi yang ada di kantor bagian PMK, hal ini

Page 205: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

182

dikarenakan instalasi detektor kebakaran di Unit Produksi Amoniak

baru dioperasikan pada bulan Januari tahun 2014, sehingga inspeksi

dan pemeliharaan baru sekali dilakukan, yaitu pada bulan April tahun

2014. Dengan tidak adanya rekaman hasil inspeksi dalam jangka

waktu 5 tahun, dikhawatirkan pihak perusahaan akan mendapat denda

atau sanksi administratif lainnya dari instansi yang berwenang untuk

mengecek rekaman hasil inspeksi dan pemeliharaan tersebut.

Dengan tingkat pemenuhan sebesar 78%, maka bedasarkan

tabel audit kebakaran menurut Puslitbang Departemen PU, tingkat

pemenuhan detektor kebakaran tergolong dalam kategori cukup (60-

80%), artinya sebagian besar komponen sistem proteksi kebakaran

sesuai dengan elemen persyaratan, namun ada beberapa komponen

yang kapasitasnya kurang dari yang ditetapkan dalam spesifikasi atau

persyaratan. Saran yang dapat diberikan adalah perusahaan tetap

melakukan inspeksi, pengujian dan pemeliharaan terhadap detektor

secara berkala untuk menajaga keandalan dari fungsi detektor.

Kemudian seluruh rekaman hasil inspeksi tersebut harus disimpan

untuk jangka waktu 5 tahun untuk pengecekan oleh instansi yang

berwenang. Selain itu penulis menyarankan agar peletakan detektor

juga harus diperhatikan dan disesuaikan sebagai upaya proteksi

terhadap kerusakan pada detektor akibat gangguan mekanis.

Page 206: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

183

6.2.4.2 Tingkat Pemenuhan Alarm Kebakaran

Menurut NFPA 72 mengenai National Fire Alarm and

Signaling Code (2010), alarm kebakaran merupakan alat dari suatu

sistem yang bekerja untuk memberikan isyarat atau tanda ketika terjadi

suatu bencana kebakaran. Sistem alarm kebakaran terdiri dari 2 jenis,

yaitu sistem manual dan sistem otomatis. Sedangkan kriteria alarm

kebakaran menurut SNI 03-3985-2000, sinyal suara alarm kebakaran

harus berbeda dengan sinyal suara yang dipakai untuk penggunaan

lain. Berdasarkan tabel 5.11, tingkat pemenuhan alarm kebakaran yang

ada di Unit Produksi Amoniak mencapai 100%, artinya seluruh

persyaratan yang menjadi pokok penilaian telah sesuai dengan standar

acuan berupa SNI 03-3985-2000 tentang tata cara perencanaan,

pemasangan dan pengujian sistem deteksi dan alarm kebakaran.

Jenis alarm kebakaran yang digunakan di Unit Produksi

Amoniak yaitu jenis Horn, dengan tipe vibrating bell, berukuran 6

inchi gong menggunakan tegangan sebesar 24 volt DC dan memiliki

level suara maksimal 110 dB. Menurut Shalna dalam ABC’s of fire

alarm systems (2009) alarm jenis horn mampu memberikan output

suara yang sangat keras dan mengejutkan, dengan demikian penerapan

alarm jenis horn sesuai untuk Unit Produksi Amoniak sebagai upaya

memberi peringatan kepada setiap pekerja atas adanya bencana

Page 207: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

184

kebakaran atau kondisi darurat lainnya, sehingga pekerja dapat dengan

segera melakukan evakuasi dan meminimalisir kerugian.

Mengenai sinyal suara alarm kebakaran yang diterapkan di PT

Petrokimia Gresik, pihak perusahaan telah mengaturnya dalam

prosedur Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat Pabrik PR-28-

0017 mengenai bunyi suara alarm ketika terjadi keadaan darurat

pabrik. Sinyal suara yang timbul dari horn tersebut berbeda dengan

sinyal suara untuk penggunaan yang lain. Suara alarm harus

mempunyai bunyi serta irama yang khas sehingga mudah dikenal

sebagai alarm kebakaran (Badan Standardisasi Nasional, 2000)

Dengan tingkat pemenuhan sebesar 100%, maka bedasarkan

tabel audit kebakaran menurut Puslitbang Departemen PU, tingkat

pemenuhan alarm kebakaran tergolong dalam kategori baik (80-100%)

artinya semua elemen penilaian telah sesuai dengan persyaratan yang

ada pada standar acuan. Saran yang dapat diberikan untuk menjaga

keandalan alarm kebakaran tersebut, yaitu perusahaan tetap melakukan

pemeliharaan secara berkala terhadap alarm, selalu mengecek apakah

alarm kebakaran dengan detektor maupun titik panggil manual telah

terkoneksi dengan baik sehingga penerapan Manual and Automatic

Signaling Devices tersebut dapat berfungsi sempurna dan mampu

mendukung upaya penanggulangan ketika terjadi kebakaran di Unit

Produksi Amoniak.

Page 208: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

185

6.2.4.3 Tingkat Pemenuhan Titik Panggil Manual

Menurut SNI 03-3985-2000, titik panggil manual adalah suatu

alat yang dioperasikan secara manual guna memberi isyarat adanya

kebakaran. Sedangkan menurut NFPA 72 tentang National Fire Alarm

and Signaling Code (2010), titik panggil manual terdiri dari 2 jenis,

yaitu berupa titik panggil manual secara tuas (Pull down) dan titik

panggil manual secara tombol tekan (Push button). Berdasarkan tabel

5.12, tingkat pemenuhan titik panggil manual yang ada di Unit

Produksi Amoniak mencapai 100%, artinya seluruh persyaratan yang

menjadi pokok penilaian telah sesuai dengan standar acuan berupa SNI

03-3985-2000 tentang tata cara perencanaan, pemasangan dan

pengujian sistem deteksi dan alarm kebakaran.

Titik panggil manual di Unit Produksi Amoniak adalah jenis

pull down dan ditempatkan di gedung DCS dan di Primary Reformer

(101-B. Berikut gambar ilustrasi penempatan titik panggil manual.

Gambar 6.6 Ilustrasi penempatan titik panggil manual

Page 209: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

186

Berdasarkan ilustrasi pada gambar di atas, dapat diketahui

bahwa lokasi penempatan titik panggil manual sudah sesuai dengan

standar acuan SNI 03-3985-2000 yaitu titik panggil manual berjarak

1,45 meter dari lantai dan terletak di sepanjang lintasan menuju keluar

atau akses EXIT, titik panggil manual tersebut bewarna merah, dan

bebas dari gangguan, sehingga menurut penulis apabila terjadi

kebakaran atau keadaan darurat lainnya, maka diharapkan titik panggil

manual mudah dikenali, dapat dilihat dan dicapai dengan mudah oleh

pekerja ketika sedang melakukan evakuasi.

Dengan tingkat pemenuhan sebesar 100%, maka bedasarkan

tabel audit kebakaran menurut Puslitbang Departemen PU, tingkat

pemenuhan titik panggil manual tergolong dalam kategori baik (80-

100%) artinya semua elemen penilaian telah sesuai dengan persyaratan

yang ada pada standar acuan. Saran yang dapat diberikan untuk

menjaga keandalan titik panggil manual tersebut, yaitu perusahaan

tetap melakukan inspeksi secara rutin, mengecek fungsi tuas pada titik

panggil manual, serta memastikan penempatannya bebas dari

hambatan dan rintangan sehingga titik panggil manual tersebut mampu

mendukung upaya pencegahan dan penanggulangan ketika terjadi

kebakaran di Unit Produksi Amoniak.

Page 210: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

187

6.2.4.4 Tingkat Pemenuhan Sistem Springkler Otomatik

Menurut Peraturan Menteri PU Nomor 26 Tahun 2008,

springkler merupakan suatu alat pemancar air yang digunakan untuk

memadamkan kebakaran, memiliki bentuk tudung yang meneyerupai

deflector, sehingga air dapat semprotkan secara merata ke semua arah.

Sedangkan menurut NFPA 13 tentang Standard for the Installation of

Sprinkler Systems (2010), springkler merupakan suatu sistem yang

terpadu mulai dari pipa bawah tanah dan pipa di atas tanah yang

didesain dengan standar teknik proteksi kebakaran. Berdasarkan tabel

5.13, tingkat pemenuhan sistem springkler otomatik yang ada di Unit

Produksi Amoniak mencapai 86% artinya sebagian besar persyaratan

yang menjadi pokok penilaian telah sesuai dengan standar acuan SNI

03-3989-2000 mengenai tata cara perencanaan dan pemasangan sistem

springkler otomatik, namun masih terdapat beberapa persyaratan yang

pemenuhannya belum sempurna.

Elemen-elemen yang sudah sesuai dengan persyaratan adalah

terpasangnya springkler jenis water sprayer system yang

pengoperasiannya secara manual, penggunaan air yang tidak

mengandung bahan kimia yang dapat menyebabkan korosif,

kelengkapan sistem penyediaan air, jarak minimum 2 kepala springkler

yang sudah sesuai, penyimpanan kepala springkler cadangan dengan

suhu yang sesuai, serta ketersediaan kunci khusus untuk springkler.

Page 211: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

188

Sedangkan persyaratan yang belum terpenuhi yaitu mengenai kepala

springkler cadangan yang disimpan berbeda tipe dengan kepala

springkler yang telah terpasang di Unit Produksi Amoniak tersebut.

Sistem springkler yang dipasang di Unit Produksi Amoniak

khususnya di mesin NH3 Conventer (105 D) adalah jenis water sprayer

system yang dioperasikan secara manual. Berdasarkan telaah dokumen

yang dilakukan penulis, pemilihan sprayer system ini didasarkan pada

karakteristik mesin tersebut, yakni memiliki suhu yang sangat tinggi

yang mencapai 530oC, angka tersebut jauh di atas peringkat suhu

maksimal suatu springkler otomatik yaitu jenis springkler dengan kode

warna oren dan warna hitam pada glass bulb, dengan sensor suhu

maksimal springkler 343oC (United State Fire Administration, 2013).

Dengan demikian dapat diketahui bahwa penggunaan sistem springkler

otomatik pada mesin NH3 Conventer (105 D) tidak akan berjalan

efektif, dapat dipastikan glass bulb akan pecah setiap saat dan

springkler otomatik akan selalu menyemburkan air, sehingga

springkler otomatik tidak memungkinkan untuk digunakan.

Sprayer system yang dipasang pada mesin NH3 Conventer (105

D) menggunakan jenis sistem pipa kering (dry pipe system) yaitu jalur

pemipaan yang tidak berisi air, air akan mengalir ketika katup pengalir

(valve) yang terpasang pada pipa induk dibuka secara manual oleh

seorang petugas (Ramli, 2010).

Page 212: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

189

Selain itu pasokan air untuk water sprayer system ini berasal

dari pompa hidran yang tekanannya mencapai 12 kg/cm3. Air yang

digunakan merupakan hasil olahan dari Unit Penjernihan Air yang

dimiliki PT Petrokimia Gresik. Penjernihan air pada kegiatan industri

bertujuan untuk menghilangkan kandungan-kandungan mineral air

yang dapat menyebabkan korosif, seperti Fe, Mn, Mg, dan Na

(Syahrir, 2012). Dengan demikian diharapkan air yang digunakan tidak

akan menyebabkan water sprayer system menjadi korosif, baik pada

pemipaannya maupun pada kepala springkler.

Elemen yang belum sesuai adalah tipe kepala springkler

cadangan yang disimpan berbeda tipe dengan kepala springkler yang

terpasang. Water sprayer system yang telah terpasang menggunakan

kepala springkler terbuka (open head), sedangkan kepala springkler

cadangan yang tersedia di kantor bagian PMK adalah jenis tertutup

(close head). Hal ini tidak sesuai karena menurut Badan Standardisasi

Nasional (2000), kepala springkler cadangan harus sesuai baik tipe

maupun temperature rating dengan semua kepala springkler yang telah

dipasang. Perbedaan tipe antara kepala springkler yang terpasang dan

kepala springkler cadangan, dikhawatirkan dapat menghambat kinerja

springkler ketika memancarkan air pada saat proses penanggulangan

kebakaran (Badan Pengawas Tenaga Nuklir, 2012)

Page 213: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

190

Dengan tingkat pemenuhan sebesar 86%, maka bedasarkan

tabel audit kebakaran menurut Puslitbang Departemen PU, tingkat

pemenuhan sistem springkler otomatik tergolong dalam kategori baik

(80-100%) artinya sebagian besar elemen yang menjadi penilaian telah

sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam standar acuan. Saran

yang dapat diberikan adalah perusahaan sebaiknya menyediakan

kepala springkler cadangan yang sesuai tipe dan spesifikasinya

terhadap springkler yang sudah terpasang dan menyediakannya dalam

jumlah yang cukup sesuai dengan yang telah dipersyaratkan.

Kemudian penulis menyarankan agar dipastikan terdapat minimal satu

orang operator yang stand by di dekat dengan tuas water sprayer

system, mengingat sistem ini dikendalikan secara manual, sehingga

bila terjadi kebakaran, air dapat dialirkan sesegera mungkin. Selain itu,

perusahaan juga perlu mempertahankan elemen lainnya yang telah

sesuai dengan standar seperti melakukan pemeriksaan dan pengujian

terhadap water sprayer system secara berkala.

6.2.4.5 Tingkat Pemenuhan Hidran

Menurut Peraturan Menteri PU Nomor 26 Tahun 2008, hidran

adalah alat yang dilengkapi dengan slang dan mulut pancar untuk

mengalirkan air bertekanan, yang digunakan bagi keperluan

pemadaman kebakaran. Furness dalam Introduction to Fire Safety

Page 214: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

191

Management (2007) mengklasifikasikan hidran berdasarkan jenis dan

penempatannya, yaitu hidran gedung (indoor hydrant) dan hidran

halaman (outdoor hydrant). Berdasarkan tabel 5.14, tingkat

pemenuhan hidran yang ada di Unit Produksi Amoniak mencapai

100%, artinya seluruh persyaratan yang menjadi pokok penilaian telah

sesuai dengan standar acuan berupa SNI 03-1745-2000 mengenai tata

cara perencanaan dan pemasangan sistem pipa tegak dan slang.

Hidran yang ada di Unit Produksi Amoniak adalah jenis hidran

pillar atau hidran halaman. Setiap hidran pilar dicat dengan warna

merah dan telah dilengkapi dengan kotak hidran (fire box) yang berisi

2 roll slang pemadam api berdiameter 2,5 inchi, 1 buah nozel jenis

jet/spray berdiameter 2,5 inchi, serta satu buah kunci valve atau kunci

hidran. Mengenai standar pewarnaan dan tanda-tanda khusus untuk

setiap sistem hidran, NFPA 101 tentang Life Safety Code (2010)

secara spesifik menyatakan hidran kebakaran harus diwarnai dengan

kuning chrome, atau warna lain yang mudah terlihat, diantaranya

warna putih, merah menyala, warna silver atau kuning lime. Akan

tetapi, menurut Porteous dalam Fire Hydrant Systems Principle of

Operation (2012), aspek terpenting dalam pewarnaan sistem hidran

adalah warna tersebut harus konsisten terutama dalam satu wilayah

tertentu. Dengan demikian, ketika terjadi peristiwa kebakaran hidran

halaman mudah terlihat dan dapat segera digunakan.

Page 215: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

192

Dengan tingkat pemenuhan sebesar 100%, maka bedasarkan

tabel audit kebakaran menurut Puslitbang Departemen PU, tingkat

pemenuhan hidran tergolong dalam kategori baik (80-100%) artinya

semua elemen penilaian telah sesuai dengan persyaratan yang ada pada

standar acuan. Saran yang dapat diberikan yaitu perusahaan tetap

melakukan pemeriksaan hidran secara rutin agar hidran selalu siap

digunakan dan berfungsi dengan baik sehingga penggunaan hidran

tersebut mampu mendukung upaya pencegahan dan penanggulangan

ketika terjadi kebakaran di Unit Produksi Amoniak.

6.2.4.6 Tingkat Pemenuhan Sistem Pipa Tegak

Menurut SNI 03-1745-2000, sistem pipa tegak adalah suatu

susunan dari pemipaan, katup, sambungan slang, dan kesatuan

peralatan dalam bangunan, dengan sambungan slang yang

dipasangkan sedemikian rupa sehingga air dapat dipancarkan atau

disemprotkan melalui slang dan nozel, untuk keperluan memadamkan

api (Badan Standardisasi Nasional, 2000). Sedangkan menurut NFPA

14 tentang Standard for the Installation of Standpipe and Hose

Systems (2010), sistem pipa berdiri atau tegak adalah pengaturan dari

pemipaan, katup, dan peralatan lainnya yang dipasang di sebuah

bangunan dilengkapi dengan sambungan selang yang terletak

sedemikian rupa sehingga air dapat dialirkan atau disemprotkan

Page 216: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

193

melalui selang dan nozel dengan tujuan untuk pemadaman kebakaran

dan melindungi sebuah bangunan. Berdasarkan tabel 5.15, tingkat

pemenuhan sistem pipa tegak yang ada di Unit Produksi Amoniak

mencapai 71,4% artinya masih terdapat ketidaksesuaian di sebagian

kecil elemen-elemen yang menjadi pokok penilaian dengan standar

acuan SNI 03-1745-2000 mengenai tata cara perencanaan dan

pemasangan sistem pipa tegak dan slang.

Elemen-elemen yang sudah sesuai dengan persyaratan adalah

terdapat minimal dua buah sambungan pemadam kebakaran yang

dipasang penutup, dan berada tepat di sisi jalan dari bangunan,

kemudian mengenai pemeliharaan sistem pipa tegak yang dilakukan

secara berkala, serta terdapat katup pembuangan pada pipa tegak.

Sedangkan persyaratan yang belum terpenuhi yaitu mengenai tidak

adanya penandaan pada pipa tegak, yaitu penandaan yang

menunjukkan pipa tegak dan penandaan yang menunjukkan tekanan

yang dipersyaratkan pada pipa tegak tersebut.

Dari hasil observasi dan telaah dokumen, sistem pipa tegak

yang digunakan di Unit Produksi Amoniak yaitu pipa tegak dengan

dua sambungan pemadam kebakaran (2,5 inchi X 2,5 inchi). Pipa

tegak tersebut merupakan terusan dari line pipa hidran yang

berdiameter 10 inchi, sehingga penandaan terhadap pipa tegak belum

sesuai dengan standar acuan yang menyatakan bahwa setiap

Page 217: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

194

sambungan pemadam kebakaran harus dirancang dengan suatu

penandaan dengan huruf besar, tidak kurang 25 mm (1 inci) tingginya,

di tulis pada plat yang terbaca “PIPA TEGAK”. Selain itu suatu

penandaan juga harus menunjukkan tekanan yang dipersyaratkan pada

inlet untuk penyaluran kebutuhan sistem (Badan Standardisasi

Nasional, 2000). Tidak adanya penandaan pipa tegak dikhawatirkan

akan membuat petugas kesuliltan untuk mengetahui apakah tekanan

air pada pipa tegak tersebut sudah sesuai dengan yang dipersyaratkan.

Dengan tingkat pemenuhan sebesar 71,4%, maka tingkat

pemenuhan sistem pipa tegak tergolong dalam kategori cukup (60-

80%), artinya sebagian besar komponen sistem proteksi kebakaran

sesuai dengan elemen persyaratan, namun ada beberapa komponen

yang kapasitasnya kurang dari yang ditetapkan dalam spesifikasi atau

persyaratan. Saran yang dapat diberikan adalah perusahaan perlu

memberikan penandaan pada sistem pipa tegak sesuai dengan

persyaratan yang bedada pada standar acuan. Selain itu, perusahaan

juga tetap melakukan pemeriksaan secara rutin terhadap sistem pipa

tegak, yaitu secara berkala setiap tiga bulan sekali. Hal tersebut

bertujuan agar pipa tegak yang telah terpasang selalu dalam kondisi

berfungsi dengan baik dan siap untuk digunakan setiap saat sebagai

upaya penanggulangan ketika terjadi kebakaran di Unit Produksi

Amoniak.

Page 218: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

195

6.2.4.7 Tingkat Pemenuhan APAR

Menurut Peraturan Menteri PU Nomor 26 Tahun 2008, APAR

adalah alat pemadam api yang beratnya tidak melebihi 10 kg, serta

dapat dijinjing dan dioperasikan oleh satu orang, bersifat praktis dalam

penggunaannya, dan efektif untuk memadamkan api kecil atau awal

kebakaran sesuai dengan klasifikasi kebakarannya dengan media

pemadamnya berupa air, serbuk kimia, busa dan gas. Sedangkan

menurut NFPA 10 tentang Standard for Portable Fire Extinguisher

(2010), APAR merupakan alat pemadam yang bersifat ringan, berisi

tepung, cairan atau gas yang bertekanan, dapat disemprotkan untuk

tujan pemadaman kebakaran. Berdasarkan tabel 5.16, tingkat

pemenuhan Alat Pemadam Api Ringan di Unit Produksi Amoniak

mencapai 91,4% artinya sebagian besar persyaratan yang menjadi

pokok penilaian telah sesuai dengan standar acuan.

Elemen-elemen yang sudah sesuai dengan persyaratan adalah

tersedianya APAR yang sudah dilengkapi dengan klasifikasi APAR,

petunjuk penggunaaan APAR, label petunjuk manufaktur APAR dan

petunjuk pemeliharaan APAR, kemudian mengenai penempatan

APAR pada tempatnya, dan pemeliharaan APAR yang dilakukan

secara berkala. Sedangkan persyaratan yang belum terpenuhi yaitu

mengenai inspeksi terhadap APAR yang tidak dilakukan dalam

interval waktu kira-kira setiap 30 hari.

Page 219: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

196

Berdasarkan hasil observasi, diketahui bahwa setiap APAR di

Unit Produksi Amoniak diletakkan di dalam kotak yang dicat dengan

warna merah. APAR diletakkan di tempat yang terlihat oleh mata,

mudah dijangkau dan siap untuk digunakan. Berikut adalah gambar

ilustrasi penempatan APAR.

Gambar 6.7 Ilustrasi penempatan APAR

Dari gambar ilustrasi tersebut, dapat diketahui bahwa APAR

diletakkan di dalam kotak yang dipasang pada pilar-pilar bangunan

dan diletakkan 45 cm di atas lantai bangunan. Penempatan APAR di

dalam kotak tersebut merupakan upaya yang dilakukan pihak

perusahaan dalam memproteksi APAR dari bahaya korosif akibat

karakteristik pabrik yang bersifat asam. Menurut Priandani dalam

Korosi di Unit Sintesa Amoniak (2008), amoniak disintesa pada

temperatur yang tinggi (450-500oC) sehingga gas-gas sintesa amoniak

cenderung dapat menitridasi logam, nitridasi yaitu proses masuknya

nitrogen sebagai salah satu kontaminan penyebab korosif.

Page 220: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

197

Elemen yang belum memenuhi persyaratan yaitu inspeksi

terhadap APAR yang tidak dilakukan dalam interval waktu kira-kira

30 hari. Berdasarkan telaah dokumen yang dilakukan penulis, prosedur

inspeksi terhadap APAR dilakukan secara bersamaan dengan jadwal

pemeliharaan secara berkala yaitu setiap 3 bulan sekali, dengan

demikian dikhawatirkan terdapat perubahan yang tidak diketahui pada

APAR, sehingga APAR yang tersedia tidak siap untuk digunakan

ketika terjadi kebakaran. Menurut Gromicko dan Shepard dalam

Maintenance and Testing of Portable Fire Extinguishers (1998), untuk

memastikan APAR dapat digunakan sesuai dengan fungsinya ketika

dibutuhkan, maka APAR perlu diinspeksi secara visual setidaknya

setiap bulannya. Hal-hal yang perlu diperiksa pada monthly inspection

terhadap APAR menurut NFPA 10 tentang Standard for Portable Fire

Extinguisher (2010), yaitu sebagai berikut.

1. Pastikan APAR berada di tempat yang telah ditentukan

2. Pastikan tidak ada hambatan pada akses menuju APAR

3. Segel pengaman tidak rusak atau hilang

4. Pastikan tidak terdapat kerusakan fisik, korosif, bocor, atau nozel

yang tersumbat

5. Pastikan tekanan berada pada ukuran yang tepat

6. Pastikan terdapat instruksi pengoperasian APAR dan menghadap

keluar

Page 221: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

198

Dengan tingkat pemenuhan sebesar 91,4%, maka bedasarkan

tabel audit kebakaran menurut Puslitbang Departemen PU, tingkat

pemenuhan Alat Pemadam Api Ringan tergolong dalam kategori baik

(80-100%) artinya semua elemen penilaian telah sesuai dengan

persyaratan yang ada pada standar acuan. Saran yang dapat diberikan

adalah perusahaan harus melakukan inspeksi terhadap APAR sesuai

dengan yang ditetapkan dalam standar acuan, yaitu monthly inspection

atau pemeriksaan secara berkala setiap satu bulan sekali. Hal tersebut

bertujuan agar APAR dapat dipastikan selalu dalam kondisi berfungsi

dengan baik dan siap untuk digunakan setiap saat. Selain itu,

perusahaan perlu mempertahankan elemen-elemen lainnya yang telah

sesuai dengan standar sebagai upaya penanggulangan ketika terjadi

kebakaran di Unit Produksi Amoniak.

6.2.5 Pembahasan Tingkat Pemenuhan Utilitas Bangunan Gedung

Untuk komponen utilitas bangunan gedung yang terdiri dari sub

komponen sumber daya listrik, pusat pengendali kebakaran, dan sistem

proteksi petir, tingkat pemenuhannya mencapai 18% dari total bobot

yang ditetapkan yaitu 20%. Angka pemenuhan tersebut tergolong baik

melihat dari hanya sebagian kecil elemen yang belum terpenuhi sesuai

dengan standar yang menjadi acuan. Berikut pembahasan mengenai

tingkat pemenuhan utilitas bangunan gedung.

Page 222: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

199

6.2.5.1 Tingkat Pemenuhan Sumber Daya Listrik

Menurut Peraturan Menteri PU Nomor 26 Tahun 2008, sumber

daya listrik yang dipasok untuk mengoperasikan sistem daya listrik

darurat diperoleh sekurang-kurangnya dari dua sumber tenaga listrik,

yaitu dari PLN atau sumber daya listrik darurat berupa batere, ataupun

generator dan semua kabel distribusi yang melayani sumber daya

listrik darurat harus memenuhi kabel dengan Tingkat Ketahanan Api

(TKA) selama 1 jam. Berdasarkan tabel 5.18, tingkat pemenuhan

sumber daya listrik di Unit Produksi Amoniak mencapai 100% artinya

seluruh persyaratan yang menjadi pokok penilaian telah sesuai dengan

standar acuan.

Sumber daya listrik utama yang digunakan di Unit Produksi

Amoniak yaitu berasal dari Gas Turbine Generator (GTG), sedangkan

untuk sumber daya listrik daruratnya berasal dari 2 sumber, yaitu PLN

dan Steam Turbine Generator (STG). Hal tersebut sesuai dengan

persyaratan yang menyebutkan listrik darurat minimal berasal dari 2

sumber daya listrik (Departemen Pekerjaan Umum, 2008). Selain itu,

sumber daya listrik secara keseluruhan sudah didisain secara

interkoneksi di setiap pabrik, sehingga jika terjadi gangguan pada

sumber listrik utama di Unit Produksi Amoniak maka listrik darurat

langsung akan dipasok dari PLN dan secara bertahap akan dipasok dari

STG yang ada di pabrik II, III dan Unit Batubara.

Page 223: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

200

Dengan demikian, jika terjadi kondisi darurat pabrik seperti

kebakaran yang memungkinkan terjadinya shutdown pada GTG

sebagai sumber daya listrik utama di Unit Produksi Amoniak, maka

diharapkan sumber daya listrik darurat tersebut dapat menunjang

kegiatan penanggulangan selama berlangsungnya kebakaran. Selain

mengenai sumber listrik darurat, Pengaturan kabel distribusi yang

digunakan yaitu jenis kabel dengan Tingkat Ketahanan Api (TKA)

selama 1 jam. Berdasarkan hasil wawancara terhadap staff

Pemeliharaan bagian listrik, kabel distribusi yang digunakan pada

instalasi listrik di Unit Produksi Amoniak adalah jenis XLPE (Cross-

Linked Poly Ethylene) dengan tipe N2Xfgby.

Kabel jenis XLPE memiliki tingkat ketahanan api yang lebih

baik dibandingkan dengan kabel jenis PVC yang merupakan standar

SNI. Tingkat Ketahanan Api dari kabel XLPE yaitu selama 1,5 jam,

selain itu kabel XLPE juga tahan terhadap minyak, serta sinar

ultraviolet. Isolasi kabel jenis ini terbuat dari bahan tembaga

semikonduktor sehingga mampu memperlambat penjalaran api yang

termasuk dalam kategori A, B, dan C. Hal tersebut menunjukkan

penggunaan XLPE sesuai dengan klasifikasi kebakaran di Unit

Produksi Amoniak yaitu kelas B (kebakaran akibat cairan dan gas

mudah terbakar) dan kelas C (kebakaran akibat listrik).

Page 224: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

201

Dengan tingkat pemenuhan sebesar 100%, maka bedasarkan

tabel audit kebakaran menurut Puslitbang Departemen PU, tingkat

pemenuhan sumber daya listrik tergolong dalam kategori baik (80-

100%) artinya semua elemen penilaian telah sesuai dengan persyaratan

yang ada pada standar acuan. Saran yang dapat diberikan kepada

perusahaan yaitu perusahaan harus dapat mempertahankan penerapan

sumber daya listrik darurat yang sudah dijalankan ini sehingga mampu

mendukung upaya pencegahan dan penanggulangan ketika terjadi

kebakaran di Unit Produksi Amoniak.

6.2.5.2 Tingkat Pemenuhan Pusat Pengendali Kebakaran

Menurut Permen PU Nomor 26 tahun 2008, pusat pengendali

kebakaran merupakan suatu tempat yang disediakan khusus untuk

melakukan tindakan pengendalian dan pengarahan selama

berlangsungnya operasi penanggulangan kebakaran atau penanganan

kondisi darurat lainnya yang dilengkapi dengan sarana alat pengendali,

panel kontrol, telepon, mebel, peralatan dan sarana lainnya.

Berdasarkan tabel 5.19, hasil penilaian tingkat pemenuhan pusat

pengendali kebakaran adalah sebesar 70 %. Dari 11 persyaratan yang

menjadi penilaian, terdapat 1 persyaratan yang belum terpenuhi secara

sempurna dan terdapat 3 persyaratan yang tidak sesuai dengan standar

acuan Permen PU Nomor 26 tahun 2008.

Page 225: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

202

Ruangan pusat pengendali kebakaran dilengkapi dengan pintu

yang membuka ke arah dalam ruangan tersebut serta dapat dikunci dan

pintu berada jauh dari jalur evakuasi, sehingga petugas yang akan

masuk tidak terhalang oleh orang yang menggunakan jalur evakuasi.

Selain itu ruangan tersebut juga dilengkapi dengan sarana komunikasi,

diantaranya telepon yang memiliki sambungan langsung ke unit

produksi amoniak dan alat Handy Talky (HT) untuk memudahkan

petugas dalam mengintruksikan upaya penanggulangan kebakaran di

lapangan. Kemudian ruang pusat pengendali kebakaran yang ada

memiliki panjang 4,85 meter dan lebar 3,75 meter serta luas ruangan

yaitu 18,2 m2 hal ini berarti melebihi luas minimal yang telah diatur

dalam persyaratan yaitu 10 m2. Selain itu ruangan juga dilengkapi

dengan 2 unit AC sebagai Local Exhaust Ventilation untuk kebutuhan

sirkulasi udara di ruangan tersebut sehingga dapat menunjang

kesehatan dan kenyamanan petugas PMK selama standby dan bertugas

disana. Semua hal di atas telah sesuai dengan standar acuan.

Namun yang belum sepenuhnya sesuai dengan standar acuan

adalah mengenai panel indikator kebakaran. Instalasi central fire panel

indicator di ruang pusat pengendali kebakaran masih dalam tahap

pengerjaan (on progress), artinya pengendalian penanggulangan

kebakaran secara terpusat oleh petugas bagian PMK belum dapat

dilakukan secara maksimal. Untuk menangani masalah tersebut,

Page 226: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

203

bagian PMK telah melengkapi fire panel indicator pada control room

yang ada di masing-masing unit produksi. Untuk Unit Produksi

Amoniak, telah terdapat detector panel indicator yang berada di ruang

DCS (Distributed Control System). Dengan demikian jika terjadi suatu

kebakaran dan terdeteksi oleh detektor yang ada di unit tersebut, maka

panel akan menyala dan petugas yang berada di control room tersebut

dapat memberi informasi langsung melalui telepon atau HT ke petugas

bagian PMK. Walau demikian, penanggulangan kebakaran akan

maksimal jika central fire panel indicator di ruang pusat pengendali

kebakaran sudah dapat dioperasikan sehingga apabila terjadi

kebakaran maka operator dapat segera mengambil tindakan tanpa

harus menunggu laporan dari pihak operator di ruang DCS.

Selain itu, persyaratan lain yang belum sesuai adalah mengenai

penandaan pada ruang pusat pengendali kebakaran. Menurut Permen

PU nomor 26 tahun 2008, permukaan luar pintu yang menuju ke

dalam ruang pengendali diberi tanda dengan tulisan “Ruang

Pengendali Kebakaran”, namun kondisi aktualnya adalah tulisan pada

permukaan luar pintu ruang pusat pengendali kebakaran yaitu “R.

Karu Operasional”. Hal tersebut dikarenakan dalam pengoperasiannya.

ruang pusat pengendali kebakaran saat ini masih menggunakan Ruang

Kepala Regu (Karu) Operasional di kantor bagian PMK. Hal ini tidak

sesuai dengan persyaratan bahkan dapat menimbulkan kesalahan

Page 227: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

204

persepsi pada petugas atau karyawan lainnya, dikhawatirkan karyawan

lain dapat beranggapan bahwa ruangan ini hanya sebatas ruangan

kantor andministrasi dari bagian PMK, padahal ruangan ini merupakan

suatu ruangan khusus untuk mengendalikan secara terpusat selama

kegiatan penanggulangan kebakaran berlangsung. Namun demikian

Pihak PMK menjelaskan bahwa nantinya ruangan tersebut akan

diproyeksikan khusus menjadi pusat pengendali kebakaran di PT

Petrokimia Gresik dan seterusnya menjadi sarana atau tempat untuk

melakukan tindakan pengendalian secara terpusat selama

berlangsungnya penanggulangan kebakaran.

Selain itu, tinggi huruf dan warna huruf pada penandaan ruang

pusat pengendali kebakaran juga tidak sesuai dengan persyaratan

Permen PU Nomor 26 tahun 2008. Warna tulisan pada tanda ruang

pusat pengendali kebakaran tidak kontras terhadap warna latar

belakangnya, yaitu hurufnya berwarna hitam dan latarnya berwarna

cokelat gelap. Berikut ilustrasi perbandingan kondisi aktual dengan

persyaratan yang menjadi acuan terhadap penandaan ruang pusat

pengendali kebakaran.

Page 228: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

205

Gambar 6.8(a) Penandaan Ruang Pusat pengendali kebakaran sesuai Permen PU

(b) Kondisi Aktual Penandaan Ruang Pusat Pengendali kebakaran

Selain itu, di dalam persyaratan dijelaskan bahwa huruf pada

tanda ruang pengendali kebakaran memiliki tinggi ≥ 50 mm,

sedangkan kondisi aktualnya adalah huruf memiliki tinggi 35 mm.

Kroemer dan Grandjean dalam Fitting the Task to the Human (1997)

merekomendasikan perbandingan tinggi huruf yang ideal dengan jarak

pandang mata seseorang, yaitu pada tabel berikut.

Tabel 6.1Rekomendasi Jarak pandang dengan tinggi huruf yang ideal

Jarak dari mata (cm) Tinggi huruf yang ideal (cm)0-500 2,5

501-900 5,0901-1800 9,0

1801-3600 18,03601-6000 30,0

Page 229: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

206

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa tulisan pada

penandaan raung pengendali kebakaran yang tinggi hurufnya 35 mm

(3,5cm) hanya dapat terlihat pada jarak pandang 0-5 meter, sedangkan

dalam persyaratan menyebutkan minimal tinggi huruf pada penandaan

yaitu 5 cm sehingga mudah dan ideal untuk dilihat dari jarak 5 – 9

meter.

Dengan tingkat pemenuhan sebesar 70%, maka berdasarkan

tabel audit kebakaran menurut Puslitbang Departemen PU, tingkat

pemenuhan pusat pengendali kebakaran tergolong dalam kategori

cukup (60-80%), artinya sebagian besar komponen sistem proteksi

kebakaran sesuai dengan elemen persyaratan, namun ada beberapa

komponen yang kapasitasnya kurang dari yang ditetapkan dalam

spesifikasi atau persyaratan. Saran yang dapat diberikan kepada

perusahaan yaitu instalasi panel kebakaran pusat (central fire panel

indicator) yang ada di ruang pusat pengendali kebakaran segera

diselesaikan untuk memaksimalkan petugas PMK dalam melakukan

tindakan pengendalian dan pengarahan selama berlangsungnya operasi

penanggulangan kebakaran di Unit Produksi Amoniak. Kemudian

peneliti menyarankan agar ruang pusat pengendali kebakaran agar

segera dilengkapi dengan penandaan yang sesuai dengan persyaratan

yang ada di Permen PU Nomor 26 tahun 2008.

Page 230: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

207

6.2.5.3 Tingkat Pemenuhan Sistem Proteksi Petir

Menurut Permen PU Nomor 26 tahun 2008, Sistem Proteksi

Petir (SPP) merupakan suatu rangkaian sistem yang dapat melindungi

manusia, bangunan, dan peralatan di dalamnya dari bahaya sambaran

petir. Setiap bangunan dan gedung harus dilengkapi dengan instalasi

SPP dengan memperhatikan faktor letak dan sifat geografis bangunan,

kemungkinan sambaran petir, kondisi petir dan densitas sambaran

petir ke tanah serta risiko petir terhadap peralatan dan lain-lain.

Berdasarkan tabel 5.20, tingkat pemenuhan sistem proteksi petir di

Unit Produksi Amoniak mencapai 100% artinya seluruh persyaratan

yang menjadi pokok penilaian telah sesuai dengan standar acuan.

Instalasi SPP di Unit Produksi Amoniak tepatnya berada di 2

mesin produksi yaitu pada mesin 101-E CO2 absorber dan mesin 102-

E CO2 stripper serta pada 1 tangki penyimpanan (storage tank) yaitu

tangki amoniak TK-191. Pihak unit produksi amoniak menjelaskan

bahwa instalasi SPP tersebut ditentukan berdasarkan skala perioritas.

Menurut penulis ketiga tempat itu secara geografis berada di

ketinggian dan sangat memungkinkan untuk terkena sambaran petir,

dengan rincian sebagai berikut:

1. Mesin 102-E CO2 stripper dengan ketinggian 65,45 meter

2. Mesin 101-E CO2 absorber dengan ketinggian 43,27 meter

3. TK-191 Tangki Amoniak dengan ketinggian 14,16 meter

Page 231: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

208

Menurut International Electrotechnical Commission (2000),

jenis bangunan yang perlu diberi SPP dikelompokan menjadi :

1. Bangunan tinggi seperti gedung bertingkat, menara dan cerobong.

2. Bangunan penyimpanan bahan mudah meledak atau terbakar,

misalnya pabrik amunisi, gudang bahan kimia.

3. Bangunan untuk kepentingan umum seperti gedung sekolah,

stasiun, bandara dan sebagainya.

4. Bangunan yang mempunyai fungsi khusus dan nilai estetika

misalnya museum, gedung arsip negara.

Berdasarkan kelompok bangunan tersebut, maka Unit Produksi

Amoniak termasuk ke dalam kelompok bangunan nomor 1 dan 2.

Dengan demikian berarti instalasi SPP yang sudah ada merupakan

tindakan tepat yang dilaksanakan oleh Unit Produksi Amoniak dalam

memproteksi bangunan dan gedung dari akibat sambaran petir, yaitu:

1. Akibat Elektrikal yang menyebabkan terjadinya arus listrik

berkekuatan tinggi mencapai ribuan ampere sehingga dapat

merusak peralatan pabrik.

2. Akibat thermal, yang menyebabkan terjadinya panas sehingga dapat

membakar benda-benda yang terkena sambaran

3. Akibat mekanikal, terjadinya pergeseran benda-benda yang dilalui

arus listrik akibat getaran, ledakan, atau pemuaian (International

Electrotechnical Commission, 2000)

Page 232: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

209

Dari telaah dokumen yang dilakukan peneliti, seluruh instalasi

SPP yang ada di Unit Produksi Amoniak telah memiliki sertifikat yang

sudah disahkan oleh Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Gresik.

Pelaksanaan pengujian terhadap SPP juga telah dilakukan secara

berkala setiap 2 tahun sekali oleh pihak instalatir yaitu CV. Melati

Jaya dan diawasi oleh seorang staff Departemen Inspeksi Teknik

Khusus yang telah ditunjuk sebagai Ahli K3 Spesialis Bidang Listrik.

Dengan tingkat pemenuhan sebesar 100%, maka bedasarkan

tabel audit kebakaran menurut Puslitbang Departemen PU, tingkat

pemenuhan sumber daya listrik tergolong dalam kategori baik (80-

100%) artinya semua elemen penilaian telah sesuai dengan persyaratan

yang ada pada standar acuan. Saran yang dapat diberikan kepada

perusahaan yaitu perusahaan harus dapat mempertahankan keandalan

instalasi sistem proteksi petir yang sudah dijalankan ini sehingga

mampu melindungi manusia, bangunan, dan peralatan yang ada di

Unit Produksi Amoniak dari bahaya sambaran petir. Selain itu, peneliti

juga menyarankan agar perencanaan pelaksanaan pengujian instalasi

SPP dilakukan secara berkala dan tepat waktu.

Page 233: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

210

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

1. Tingkat pemenuhan akses dan pasokan air untuk pemadam kebakaran

adalah sebesar 20%. Masih terdapat 8 elemen penilaian yang belum sesuai

dengan standar acuan Peraturan Menteri PU Nomor 26 Tahun 2008, yaitu

mengenai ketersediaan jalur khusus untuk akses kendaraan pemadam

kebakaran, ketersediaan lapis perkerasan untuk jalur masuk pemadam

kebakaran, dan mengenai penandaan jalur pemadam kebakaran.

2. Tingkat pemenuhan sarana jalan keluar telah 100% sesuai dengan standar

acuan SNI 03-1746-2000

3. Tingkat pemenuhan tanda petunjuk arah evakuasi adalah sebesar 45%.

Masih terdapat 4 elemen penilaian yang belum sesuai dengan standar acuan

Peraturan Menteri PU Nomor 26 Tahun 2008, yaitu mengenai warna pada

tanda petunjuk evakuasi, penempatan tanda evakuasi, pemberian iluminasi

eksternal dan internal serta pemberian iluminasi secara terus menerus pada

tanda petunjuk arah evakuasi.

4. Tingkat pemenuhan tempat berhimpun telah 100% sesuai dengan standar

acuan NFPA 101 Life Safety Code.

Page 234: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

211

5. Tingkat pemenuhan konstruksi tahan api adalah sebesar 90%. Masih

terdapat 1 elemen penilaian yang belum terpenuhi dengan baik sesuai

dengan standar acuan SNI 03-1736-2000, yaitu mengenai pemeliharaan

terhadap konstruksi tahan api.

6. Tingkat pemenuhan detektor kebakaran adalah sebesar 78%. Masih

terdapat 1 elemen penilaian yang belum sesuai dengan standar acuan SNI

03-3985-2000, yaitu mengenai penyimpanan rekaman hasil inspeksi.

7. Tingkat pemenuhan alarm kebakaran telah 100% sesuai dengan standar

acuan SNI 03-3985-2000.

8. Tingkat pemenuhan titik panggil manual telah 100% sesuai dengan standar

acuan SNI 03-3985-2000.

9. Tingkat pemenuhan sistem springkler otomatik adalah sebesar 86%. Masih

terdapat 1 elemen penilaian yang belum sesuai dengan standar acuan SNI

03-3989-2000, yaitu mengenai kesesuaian tipe dan temperature rating pada

kepala springkler cadangan.

10. Tingkat pemenuhan hidran telah 100% sesuai dengan standar acuan SNI

03-1745-2000.

11. Tingkat pemenuhan sistem pipa tegak adalah sebesar 71,4%. Masih

terdapat 2 elemen penilaian yang belum sesuai dengan standar acuan SNI

03-1745-2000, yaitu mengenai penandaan pada pipa tegak dan penandaan

tekanan pada pipa tegak.

Page 235: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

212

12. Tingkat pemenuhan Alat Pemadam Api Ringan adalah sebesar 91,4%.

Masih terdapat 1 elemen penilaian yang belum sesuai dengan standar acuan

Peraturan Menteri PU Nomor 26 Tahun 2008, yaitu mengenai inspeksi

pada APAR.

13. Tingkat pemenuhan sumber daya listrik telah 100% sesuai dengan standar

acuan Peraturan Menteri PU Nomor 26 Tahun 2008.

14. Tingkat pemenuhan pusat pengendali kebakaran adalah sebesar 70%.

Masih terdapat 3 elemen penilaian yang belum sesuai dengan standar acuan

Peraturan Menteri PU Nomor 26 Tahun 2008, yaitu mengenai penulisan

penandaan ruang pusat pengendali kebakaran.

15. Tingkat pemenuhan sistem proteksi petir telah 100% sesuai dengan standar

acuan Peraturan Menteri PU Nomor 26 Tahun 2008.

16. Secara keseluruhan, tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran pada

bangunan gedung dan lingkungan di Unit Produksi Amoniak PT

Petrokimia Gresik adalah sebesar 74,22%, artinya sebagian besar

komponen sistem telah cukup terpenuhi namun masih terdapat

ketidaksesuaian di sebagian instalasi.

7.2 Saran

7.2.1 Saran Untuk Perusahaan

Saran yang penulis berikan khususnya untuk komponen-komponen

sistem yang sudah sesuai dengan standar acuan yaitu perusahaan perlu menjaga

Page 236: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

213

kondisi sarana jalan keluar dan tempat berhimpun agar tetap aman, kemudian

perusahaan sebaiknya tetap konsisten dalam melakukan pemeliharaan terhadap

alarm kebakaran dan titik panggil manual, serta mempertahankan kelengkapan

sumber air seperti hidran halaman dan pompa kebakaran, kelengkapan sarana

komunikasi, penerapan sumber daya listrik dan sistem proteksi petir sebagai

upaya untuk menunjang kegiatan penanggulangan kebakaran di Unit Produksi

Amoniak. Adapun saran yang dapat penulis berikan untuk komponen-

komponen yang belum sepenuhnya sesuai dengan standar acuan, diantaranya

sebagai berikut.

1. Perusahaan diharapakan segera menyediakan jalur khusus untuk kendaraan

pemadam kebakaran dari kantor bagian PMK menuju ke Unit Produksi

Amoniak, dan memberikan penandaan pada jalur khusus tersebut agar tidak

dilalui kendaraan selain pemadam kebakaran, sehingga kendaraan

pemadam kebakaran terbebas dari hambatan selama dalam perjalanan

menuju ke Unit Produksi Amoniak. Selain itu perlu disediakan lapisan

perkerasan di lingkungan bangunan gedung Unit Produksi Amoniak sesuai

dengan persyaratan yang menjadi acuan.

2. Perusahaan diharapkan segera memperbaiki tanda petunjuk arah evakuasi

yang sudah ada, dengan mengecat ulang pada koridor yang menjadi akses

EXIT, menggunakan cat dengan bahan fosfor sehingga dapat menyala

dalam keadaan gelap (glow in the dark) sebagai iluminasi internal.

Perusahaan juga perlu menambahkan tanda petunjuk arah dalam bentuk

Page 237: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

214

sign-sign dengan indikator arah maupun tulisan pada setiap lokasi yang

strategis secara konsisten dan dilengkapi dengan iluminasi secara eksternal

maupun internal.

3. Perusahaan sebaiknya melakukan pemeliharaan terhadap konstruksi tahan

api secara berkala setiap tahunnya sesuai dengan persyaratan pada standar

acuan, mengecek kondisi fisik struktur bangunan, untuk menghidari adanya

kerusakan akibat korosif, agar keandalannya dapat dipertahankan sebagai

upaya mencegah penyebaran api ketika terjadi suatu kebakaran.

4. Perusahaan sebaiknya tepat waktu dalam melakukan inspeksi dan

pemeliharaan detektor kebakaran untuk menjaga keandalannya dalam

upaya proteksi, sehingga fungsi manajemen kebakaran yaitu mencegah

terjadinya kebakaran dan menanggulangi dampak kebakaran dapat

terwujud. Selain itu, perusahaan perlu menyimpan rekaman hasil

pemeliharaan untuk jangka waktu yang ditentukan dalam standar acuan.

5. Perusahaan harus menyediakan kepala springkler cadangan yang sesuai

tipe dan spesifikasinya terhadap springkler yang sudah terpasang dan

menyediakannya dalam jumlah yang cukup sesuai dengan ketentuan pada

standar acuan. Selain itu dikarenakan water sprayer system dikendalikan

secara manual, maka perusahaan perlu menunjuk minimal satu orang

operator untuk stand by di dekat tuas water sprayer system dan

bertanggung jawab membuka tuas air sehingga bila terjadi kebakaran, air

dapat dialirkan sesegera mungkin.

Page 238: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

215

6. Perusahaan sebaiknya memberikan penandaan pada pipa tegak sesuai

dengan yang dipersyaratkan dalam standar acuan, yaitu dalam bentuk

tulisan untuk menunjukkan pipa tegak itu sendiri, dan penandaan untuk

menunjukkan tekanan air pada pipa tegak tersebut.

7. Perusahaan harus melakukan inspeksi terhadap APAR sesuai dengan yang

ditetapkan dalam standar acuan, yaitu monthly inspection dengan tujuan

untuk memastikan APAR selalu dalam kondisi berfungsi dengan baik dan

siap untuk digunakan setiap saat.

8. Perusahaan sebaiknya segera menyelesaikan instalasi central fire panel

indicator yang ada di ruang pusat pengendali kebakaran untuk

memaksimalkan petugas PMK dalam melakukan tindakan pengendalian

dan pengarahan selama berlangsungnya operasi penanggulangan

kebakaran. Selain itu, ruang pusat pengendali kebakaran sebaiknya segera

dilengkapi dengan penandaan yang sesuai dengan persyaratan dalam

standar acuan.

7.2.2 Saran Untuk Peneliti Selanjutnya

Adapun saran dari penulis yaitu peneliti selanjutnya sebaiknya tidak

hanya melakukan evaluasi terhadap tingkat pemenuhan sistem proteksi

kebakaran saja melainkan juga perlu melakukan evaluasi terhadap tingkat

pemenuhan manajemen penanggulangan kebakaran dengan mengacu pada

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun 2009.

Page 239: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

216

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawas Tenaga Nuklir. 2012. Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga

Nuklir Nomor 1 Tahun 2012 Ketentuan Desain Sistem Proteksi Kebakaran dan

Ledakan Internal pada Reaktor Daya. Jakarta: Badan Tenaga Nuklir Nasional.

Badan Standar Nasional Indonesia. 2000. SNI 03-1736-2000 Tata Cara Perencanaan

Sistem Proteksi Pasif Konstruksi Tahan Api untuk Pencegahan Bahaya

Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung. Jakarta: Badan Standar

Nasional Indonesia.

Badan Standar Nasional Indonesia. 2000. SNI 03-1745-2000 Tata Cara Perencanaan

dan Pemasangan Sistem Pipa Tegak dan Slang untuk Pencegahan Bahaya

Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung. Jakarta: Badan Standar

Nasional Indonesia.

Badan Standar Nasional Indonesia. 2000. SNI 03-1746-2000 Tata Cara Perencanaan

Sarana Jalan Keluar untuk Penyelamatan Jiwa. Jakarta: Badan Standar

Nasional Indonesia.

Badan Standar Nasional Indonesia. 2000. SNI 03-3985-2000 Tata Cara Perencanaan,

Pemasangan, dan Pengujian Sistem Deteksi dan Alarm Kebakaran untuk

Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung. Jakarta: Badan

Standar Nasional Indonesia.

Page 240: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

217

Badan Standar Nasional Indonesia. 2000. SNI 03-3989-2000 Tata Cara Perencanaan

dan Pemasangan Sistem Springkler Otomatik untuk Pencegahan Bahaya

Kebakaran pada Bangunan Gedung. Jakarta: Badan Standar Nasional

Indonesia.

Badan Standar Nasional Indonesia. 2004. SNI 09-7053-2004 Kendaraan dan

Peralatan Pemadam Kebakaran Pompa. Jakarta: Badan Standar Nasional

Indonesia.

Company Profile. PT Petrokimia Gresik. 2013.

Davletshina, Tatyana A. 1998. Industrial Fire Safety Guidebook. New Jersey: Noyes

Publications.

Departemen Hukum dan Perundang-undangan. 1970. Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1970 Keselamatan Kerja. Jakarta: Departemen Hukum dan Perundang-

undangan Republik Indonesia.

Departemen Manajemen Risiko PT Petrokimia Gresik. 2013.

Departemen Pekerjaan Umum. 2008. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor

26/PRT/M/2008 Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Bangunan

Gedung dan Lingkungan. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum Republik

Indonesia.

Departemen Pekerjaan Umum. 2009. 2008. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

Nomor 20/PRT/M/2009 Pedoman Teknis Manajemen Proteksi Kebakaran di

Perkotaan. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia.

Page 241: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

218

Ekchoff, Rolf K. 2005. Explosion Hazard in the Process Industries. Houston, Texas:

Gulf Publishing Company.

Fire Safety Bureau. 1997. Fire Precautions in Buildings. Singapura: Singapore Civil

Defence Force.

Furness, Andrew dan Martin Muckett. 2007. Introduction to Fire Safety

Management. Oxford: Elsevier Ltd.

Gromicko, Nick dan Kenton Shepard. 1998. Maintenance and Testing of Portable

Fire Extinguishers. Ontario: Queens University Department of Environmental

Health and Safety.

Hind, Jon. 2009. Fire and Gas Detection and Control in the Process Industry.

Astana: Kazakhstan Risk and Safety Groups.

International Electrotechnical Commission. 2000. International Standards for

Electrical Technologies. Jenewa: Advisory Committee on Electromagnetic

Compatibility.

International Safety Equipment Association. 2013. Fixed Systems for Your Flame and

Gas Detection Application Solutions. Virginia: Personal Protective Equipment

and Technologies.

JPNN, 2013. Weng’s Cold Storage Industrial Ammonia Explosion.

Karter, Michael J. 2013. Fire Loss in the United States. NFPA: Fire Analysis and

Research.

Mehaffey, James R. dan Joel L. Bert. 1997. Fire Protection, NIOSH Instructional

Module. Ohio: U.S. Department of Health and Human Services.

Page 242: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

219

Miyata, Eisaburo. 2011. Optimization of Gas Detector Locations by Application of

Atmospheric Dispersion Modeling Tools. Tokyo: Sumitomo Chemical Co Ltd

Process and Production Technology Centre.

Moleong, Lexy J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

NFPA (National Fire Protection Association) 10, 2010. Standard for Portable Fire

Extinguisher.

NFPA (National Fire Protection Association) 13, 2010. Standard for the Installation

of Sprinkler Systems.

NFPA (National Fire Protection Association) 14, 2010. Standard for the Installation

of Standpipe and Hose Systems.

NFPA (National Fire Protection Association) 72, 2010. National Fire Alarm and

Signaling Code.

NFPA (National Fire Protection Association) 101, 2006. Life Safety Code.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: P.T

Gramedia.

Nugroho, Sutopo P. 2010. Karakteristik Bencana Gagal Teknologi di Indonesia.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB): Jurnal Dialog

Penanggulangan Bencana Vol. 1 No. 2

Porteous, Russ. 2012. Fire Hydrant Systems, Principle of Operation. Victoria:

Firewize Holding Pty, Ltd.

Prabhawa, Budi D. 2013. Teknologi Komunikasi “Handy Talkie”. Universitas

Udayana Bali: Jurnal Elektro Vol. 1 No. 1

Page 243: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

220

Priandani, Manik. 2008. Korosi di Unit Sintesa Amoniak. Bontang: Corrosion and

Process Engineer.

Ramli, Soehatman. 2010. Petunjuk Praktis Manajemen Kebakaran (Fire

Management). Jakarta: Dian Rakyat.

Rahman, Vinky N Ir. 2003. Kajian Penerapan Sistem Proteksi Pasif Desain Site

Planing pada Beberapa Kasus Rumah Susun di Jakarta dan Bandung.

Universitas Sumatera Utara: Jurnal Arsitektur Vol. 38 No. 1-4

Shalna, Anthony J. 2009. The ABC’s of Fire Alarm Systems. Massachusetts:

International Municipal Signal Association.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: Alfabeta

Suprapto, 2007. Sistem Proteksi Kebakaran Pasif kaitannya dengan aspek

keselamatan jiwa. Pusat Litbang Pemukiman: Jurnal Pemukiman Vol. 2 No. 2

Syahrir, Suryani. 2012. Studi Pengolahan Air Melalui Media Filter Pasir Kuarsa

(Studi Kasus Sungai Malimpung). Universitas Hasanudin Makasar: Jurnal

Teknik Sipil Vol. 3 No. 3

United State Chemical Safety and Hazard Investigation, 2013.

United State Fire Administration. 2013. Sprinkler System Installation and Repair.

New York: Working for a Fire Safe America.

Wiley, John. 2003. Guidelines for Fire Protection in Chemical, Petrochemical, and

Hydrocarbon Processing Facilities. New York: American Institute of Chemical

Engineer.

Page 244: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

LAMPIRAN I

PERIZINAN PENGAMBILAN DATA

Page 245: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

Tingkat Pemenuhan Sistem Proteksi Kebakaran Pada BangunanGedung dan Lingkungan di Unit Produksi AmoniakPT Petrokimia GresikLembar Checklist

1. Tingkat Pemenuhan Akses dan Pasokan Air untuk Pemadam Kebakaran

NNo

(Permen PU No.26/PRT/M/2008) Kondisi AktualSesuai/TidakSesuai

Nilai

1 Tersedia sumber air berupa hidranhalaman, sumur kebakaran ataureservoir air dan sebagainya.

2 Dilengkapi dengan sarana komunikasiumum yang dapat dipakai setiap saatuntuk memudahkan penyampaianinformasi kebakaran.

3 Tersedia jalur akses mobil pemadamkebakaran

4 Tersedia jalan lingkungan perkerasandi lingkungan bangunan gedung agardapat dilalui oleh kendaraan pemadamkebakaran

5 Lebar lapis perkerasan pada jalurmasuk yang digunakan untuk mobilpemadam kebakaran lewat minimal 4m.

6 Area jalur masuk kedua sisinyaditandai dengan warna yang kontras.

7 Area jalur masuk pada kedua Sisinyaditandai dengan bahan yang bersifatreflektif.

8 Penandaan jalur pemadam Kebakarandiberi jarak antara tidak lebih dari 3 msatu sama lain..

9 Penandaan jalur pemadam kebakarandibuat di kedua sisi jalur

10 Penandaan jalur pemadam kebakarandiberi tulisan “Jalur pemadamkebakaran, jangan dihalangi

Tingkat Pemenuhan Akses dan Pasokan Air Untuk Pemadam Kebakaran

Page 246: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

Tingkat Pemenuhan Sistem Proteksi Kebakaran Pada BangunanGedung dan Lingkungan di Unit Produksi AmoniakPT Petrokimia Gresik2. Tingkat Pemenuhan Sarana Penyelamatan Jiwa

a. Tingkat Pemenuhan Sarana Jalan Keluar

No SNI 03-1746-2000 Kondisi AktualSesuai/TidakSesuai

Nilai

1 Terdapat koridor yang digunakansebagai akses EXIT

2 Sarana jalan keluar dipelihara terusmenerus bebas dari segala hambatanatau rintangan.

3 Perabot, dekorasi atau benda-bendalain tidak diletakkan sehinggamenggangu EXIT, akses ke sana, jalanke luar dari sana atau mengganggupandangan

4 Tidak ada cermin yang dipasang didalam atau dekat EXIT manapunsedemikian rupa yang dapatmembingungkan arah jalan ke luar

5 Lebar akses EXIT ≥ 71 cm6 Jumlah sarana jalan keluar ≥ dua7 EXIT berakhir pada jalan umum atau

bagian luar dari EXIT pelepasan

Tingkat Pemenuhan Sarana Jalan Keluar

b. Tingkat Pemenuhan Tanda Petunjuk Arah Evakuasi

No (Permen PU No.26/PRT/M/2008) Kondisi AktualSesuai/TidakSesuai

Nilai

1 Terdapat tanda petunjuk arah padasarana jalan keluar

2 Warna tanda petunjuk arah nyata dankontras

3 Pada setiap lokasi ditempatkan tanda

Page 247: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

Tingkat Pemenuhan Sistem Proteksi Kebakaran Pada BangunanGedung dan Lingkungan di Unit Produksi AmoniakPT Petrokimia GresikNo (Permen PU No.26/PRT/M/2008) Kondisi Aktual

Sesuai/TidakSesuai

Nilai

arah dengan indikator arah4 Tanda arah dengan iluminasi eksternal

dan internal harus dapat dibaca padakedua mode pencahayaan normal dandarurat.

5 Setiap tanda arah diiluminasi terusmenerus

6 Tanda petunjuk arah terbaca “EXIT”atau kata lain yang tepat dan berukuran≥ 10 cm.

7 Lebar huruf pada kata EXIT ≥ 5 cmkecuali huruf “I”

8 Spasi minimum antara huruf pada kata“EXIT” ≥ 1 cm

Tingkat Pemenuhan Tanda Petunjuk Arah Evakuasi

c. Tingkat Pemenuhan Tempat Berhimpun

No NFPA 101 Life Safety Code Kondisi AktualSesuai/TidakSesuai

Nilai

1 Tersedia tempat berhimpun setelahevakuasi

2 Tersedia petunjuk tempat berhimpun

3 Luas tempat berhimpun sesuai,minimal 0,3 m2 / orang

Tingkat Pemenuhan Tempat Berhimpun

Page 248: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

Tingkat Pemenuhan Sistem Proteksi Kebakaran Pada BangunanGedung dan Lingkungan di Unit Produksi AmoniakPT Petrokimia Gresik3. Tingkat Pemenuhan Sarana Proteksi Kebakaran Pasif

a. Tingkat Pemenuhan Konstruksi Tahan Api

No SNI 03-1736-2000 Kondisi AktualSesuai/TidakSesuai

Nilai

1 Terdapat dinding penghalang api untukmembagi bangunan gedung untukmencegah penyebaran api.

2 Terdapat pintu tahan api

3 Dilakukan pemeliharaan konstruksitahan api

4 Pintu tahan api harus mempunyaiperlengkapan menutup sendiri ataumenutup secara otomatis.

Tingkat Pemenuhan Konstruksi Tahan Api

4. Tingkat Pemenuhan Sarana Proteksi Kebakaran Aktifa. Tingkat Pemenuhan Detektor Kebakaran

No SNI 03-3985-2000 Kondisi AktualSesuai/TidakSesuai

Nilai

1 Terdapat detektor kebakaran di seluruhruangan.

2 Detektor yang terpasang dapatdijangkau untuk pemeliharaan danuntuk pengujian secara periodik

3 Detektor diproteksi terhadapkemungkinan rusak karena gangguanmekanis.

4 Dilakukan inspeksi, pengujian danpemeliharaan.

5 Rekaman hasil dari semua inspeksi,pengujian, dan pemeliharaan, harusdisimpan untuk jangka waktu 5 tahununtuk pengecekan instansi berwenang

Tingkat Pemenuhan Detektor Kebakaran

Page 249: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

Tingkat Pemenuhan Sistem Proteksi Kebakaran Pada BangunanGedung dan Lingkungan di Unit Produksi AmoniakPT Petrokimia Gresikb. Tingkat Pemenuhan Alarm Kebakaran

No SNI 03-3985-2000 Kondisi AktualSesuai/TidakSesuai

Nilai

1 Terdapat instalasi alarm kebakaran

2 Sinyal suara alarm kebakaran berbedadari sinyal suara yang dipakai untukpenggunaan lain.

Tingkat Pemenuhan Alarm Kebakaran

c. Tingkat Pemenuhan Titik Panggil Manual

No SNI 03-3985-2000 Kondisi AktualSesuai/TidakSesuai

Nilai

1 Titik panggil manual harus bewarnamerah & dipasang pada lintasanmenuju keluar

2 Semua titik panggil manual dipasangpada ketinggian 1,4 meter dari lantai.

3 Lokasi penempatan tidak mudahterkena gangguan, mudah kelihatan &dicapai

4 Jarak suatu titik sembarang ke posisititik panggil manual maksimum 30 m.

Tingkat Pemenuhan Titik Panggil Manual

Page 250: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

Tingkat Pemenuhan Sistem Proteksi Kebakaran Pada BangunanGedung dan Lingkungan di Unit Produksi AmoniakPT Petrokimia Gresikd. Tingkat Pemenuhan Sistem Springkler Otomatik

No SNI 03-3989-2000 Kondisi AktualSesuai/TidakSesuai

Nilai

1 Terpasang springkler otomatis

2 Springkler tidak diberi ornament, cat,atau diberi pelapisan

3 Air yang digunakan tidak mengandungbahan kimia yang dapat menyebabkankorosi, tidak mengandung serat ataubahan lain yang dapat mengganggubekerjanya springkler

4 Setiap sistem springkler otomatis harusdilengkapi satu jenis sistempenyediaan air yang bekerja secaraotomatis, bertekanan dan berkapasitascukup, dan harus dibawah penguasaanpemilik gedung

5 Jarak minimum antara dua kepalaspringkler ≤ 2 m

6 Kepala springkler yang terpasangmerupakan kepala springkler yangtahan korosi

7 Kotak penyimpanan kepala springklercadangan dan kunci kepala springklerruangan ditempatkan di ruangan ≤ 38˚C.

8 Jumlah persedian kepala springklercadangan ≥ 36

9 Springkler cadangan sesuai baik tipemaupun temperature rating dengansemua springkler yang telah dipasang.

10 Tersedia sebuah kunci khusus untukspringkler (special springkler wrench)

Tingkat Pemenuhan Sistem Springkler Otomatik

Page 251: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

Tingkat Pemenuhan Sistem Proteksi Kebakaran Pada BangunanGedung dan Lingkungan di Unit Produksi AmoniakPT Petrokimia Gresike. Tingkat Pemenuhan Hidran

No SNI 03-1745-2000 Kondisi AktualSesuai/TidakSesuai

Nilai

1 Lemari hidran hanya digunakan untukmenempatkan peralatan kebakaran.

2 Setiap lemari hidran dicat denganwarna yang menyolok

3 Sambungan slang dan kotak hidrantidak boleh terhalang

4 Slang kebakaran dilekatkan dan siapuntuk digunakan

5 Terdapat Nozel6 Terdapat hidran halaman7 Hidran halaman dilekatkan di

sepanjang jalur akses mobil pemadamkebakaran

8 Jarak hidran dan sepanjang aksesmobil pemadam kebakaran ≤ 50 m daribangunan

9 Hidran halaman bertekanan 3,5 bar

Tingkat Pemenuhan Hidran

f. Tingkat Pemenuhan Sistem Pipa Tagak

No SNI 03-1745-2000 Kondisi AktualSesuai/TidakSesuai

Nilai

1 Sambungan pemadam kebakaranminimal dua buah

2 Sambungan pemadam kebakaran harusdipasang dengan penutup untukmelindungi sistem dari kotoran-kotoran yang masuk

3 Dilakukan pemeliharaan terhadap

Page 252: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

Tingkat Pemenuhan Sistem Proteksi Kebakaran Pada BangunanGedung dan Lingkungan di Unit Produksi AmoniakPT Petrokimia GresikNo SNI 03-1745-2000 Kondisi Aktual

Sesuai/TidakSesuai

Nilai

sistem pipa tegak4 Sambungan pemadam kebakaran harus

pada sisi jalan dari bangunan, mudahterlihat dan dikenal dari jalan atauterdekat dari titik jalan masukperalatan pemadam kebakaran

Sesuai

5 Setiap sambungan pemadamkebakaran harus dirancang dengansuatu penandaan dengan huruf besar,tidak kurang 25 mm (1 inci) tingginya,di tulis pada plat yang terbaca : “PIPATEGAK”.

Tidaksesuai

6 Suatu penandaan juga harusmenunjukkan tekanan yangdipersyaratkan pada inlet untukpenyaluran kebutuhan sistem.

Tidaksesuai

7 Setiap pipa tegak harus dilengkapidengan katup pembuangan yangdipasang pada titik terendah dari pipategak dan harus diatur untuk dapatmembuang air pada tempat yangdisetujui.

Sesuai

Tingkat Pemenuhan Sistem Pipa Tegak

g. Tingkat Pemenuhan Alat Pemadam Api Ringan

No (Permen PU No.26/PRT/M/2008) Kondisi AktualSesuai/TidakSesuai

Nilai

1 Tersedia Alat Pemadam Api Ringan

2 Terdapat klasifikasi APAR terdiri darihuruf menunjukkan kelas api di manaAPAR tersebut efektif, didahuluidengan angka sebagai penunjukkeefektifitas pemadaman yang

Page 253: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

Tingkat Pemenuhan Sistem Proteksi Kebakaran Pada BangunanGedung dan Lingkungan di Unit Produksi AmoniakPT Petrokimia GresikNo (Permen PU No.26/PRT/M/2008) Kondisi Aktual

Sesuai/TidakSesuai

Nilai

ditempelkan pada APAR.

3 APAR diletakkan di tempat yangterlihat mata, mudah dijangkau dansiap dipakai.

4 APAR selain jenis APAR berodadipasang kokoh pada penggantung,atau pengikat buatan manufakturAPAR, atau pengikat yang terdaftaryang disetujui untuk tujuan tersebut,atau ditempatkan dalam lemari ataudinding yang konstruksinya masuk kedalam.

5 Jarak APAR dengan lantai ≥ 10 cm6 Instruksi pengoperasian harus

ditempatkan pada bagian depan dariAPAR dan harus terlihat jelas

7 Label pemeliharaan enam bulan, labeluji hidrostatik, atau label lain harustidak boleh ditempatkan pada bagiandepan dari APAR atau ditempelkanpada bagian depan APAR.

8 APAR harus mempunyai label yangditempelkan untuk memberikaninformasi nama manufaktur atau namaagennya, alamat surat dan nomortelepon

9 APAR diinspeksi secara manual ataudimonitor secara elektronik

10 APAR diinspeksi pada setiap intervalwaktu kira-kira 30 hari

11 Arsip dari semua APAR yangdiperiksa (termasuk tindakan korektifyang dilakukan) disimpan

12 Dilakukan pemeliharaan terhadapAPAR pada jangka waktu ≤ 1 tahun

13 Setiap APAR mempunyai label yang

Page 254: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

Tingkat Pemenuhan Sistem Proteksi Kebakaran Pada BangunanGedung dan Lingkungan di Unit Produksi AmoniakPT Petrokimia GresikNo (Permen PU No.26/PRT/M/2008) Kondisi Aktual

Sesuai/TidakSesuai

Nilai

dilekatkan dengan kokoh yangmenunjukkan bulan dan tahundilakukannya pemeliharaan

14 Pada label pemeliharaan terdapatidentifikasi petugas yang melakukanpemeliharaan.

Tingkat Pemenuhan Alat Pemadam Api Ringan

5. Tingkat Utilitas Bangunan Gedunga. Pemenuhan Sumber Daya Listrik

No (Permen PU No.26/PRT/M/2008) Kondisi AktualSesuai/TidakSesuai

Nilai

1 Daya listrik yang dipasok untukmengoperasikan sistem daya listrikdarurat diperoleh sekurang-kurangnyadari PLN atau sumber daya listrikdarurat.

2 Bangunan gedung atau ruangan yangsumber daya listrik utamanya dari PLNharus dilengkapi juga dengangenerator sebagai sumber daya listrikdarurat

3 Semua kabel distribusi yang melayanisumber daya listrik darurat harusmemenuhi kabel dengan TingkatKetahanan Api (TKA) selama 1 jam.

Tingkat Pemenuhan Sumber Daya Listrik

Page 255: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

Tingkat Pemenuhan Sistem Proteksi Kebakaran Pada BangunanGedung dan Lingkungan di Unit Produksi AmoniakPT Petrokimia Gresikb. Tingkat Pemenuhan Pusat Pengendali Kebakaran

No (Permen PU No.26/PRT/M/2008) Kondisi Aktual

Sesuai/

Tidak

Sesuai

Nilai

1 Pintu yang menuju ruang pengendali

membuka ke arah dalam ruang

tersebut.

2 Pintu pada ruang pengendali

kebakaran dapat dikunci.

3 Pintu tidak terhalang oleh orang yang

menggunakan jalur evakuasi dari

dalam bangunan

4 Ruang pengendali kebakaran harus

lengkap dengan panel indikator

kebakaran, sakelar, indikator visual

yang diperlukan untuk semua pompa

kebakaran & peralatan pengamanan

kebakaran lainnya yang dipasang di

dalam bangunan.

5 Ruang pengendali kebakaran harus

dilengkapi dengan telepon yang

memiliki sambungan langsung.

6 Luas lantai ruang pengendali

kebakaran ≥ 10 m2.

7 Panjang dari sisi bagian dalam ruang

pengendali kebakaran

≥ 2,5 m

8 Terdapat ventilasi di ruang pengendali

kebakaran.

Page 256: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

Tingkat Pemenuhan Sistem Proteksi Kebakaran Pada BangunanGedung dan Lingkungan di Unit Produksi AmoniakPT Petrokimia GresikNo (Permen PU No.26/PRT/M/2008) Kondisi Aktual

Sesuai/

Tidak

Sesuai

Nilai

9 Permukaan luar pintu yang menuju ke

dalam ruang pengendali diberi tanda

dengan tulisan “Ruang Pengendali

Kebakaran”

10 Huruf pada tanda ruang pengendali

kebakaran memiliki tinggi ≥ 50 mm

11 Warna huruf pada tanda ruang

pengendali kebakaran kontras dengan

latar belakangnya.

Tingkat Pemenuhan Pusat Pengendali Kebakaran

c. Tingkat Pemenuhan Sistem Proteksi Petir

No (Permen PU No.26/PRT/M/2008) Kondisi AktualSesuai/TidakSesuai

Nilai

1 Terdapat instalasi sistem proteksi petirpada bangunan

2 Perencanaan, pelaksanaan,pengujian instalasi sistem proteksipetir dilakukan oleh tenaga yang ahli.

Tingkat Pemenuhan Sistem Proteksi Petir

Page 257: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

Tingkat Pemenuhan Sistem Proteksi Kebakaran Pada BangunanGedung dan Lingkungan di Unit Produksi AmoniakPT Petrokimia GresikPedoman Wawancara

Informan :

Nama :

Hari/tgl :

Daftar Pertanyaan

Tempat Berhimpun

1. Jelaskan bagaimana penerapan tempat berhimpun di unit produksi amoniak PT

Petrokimia Gresik?

2. Bagaimana kesesuaian tempat berhimpun yang sudah ada tersebut dengan jumlah

pekerja yang ada di unit produksi amoniak? Jelaskan!

Konstruksi tahan api

1. Jelaskan bagaimana kondisi aktual konstruksi tahan api yang telah diterapkan di unit

produksi amoniak PT Petrokimia Gresik?

2. Bagaimana menurut anda kelengkapan konstruksi tahan api yang sudah ada di unit

produksi amoniak tersebut dalam mencegah penyebaran api?

3. Jelaskan bagaimana prosedur pemeliharaan terhadap konstruksi tahan api di unit

produksi amoniak?

Detektor Kebakaran

1. Jelaskan bagaimana kondisi aktual instalasi detektor kebakaran yang sudah diterapkan

di unit produksi amoniak PT Petrokimia Gresik?

2. Bagaimana prosedur mengenai pemeliharaan dan pengujian secara periodik terhadap

detektor kebakaran yang sudah ada tersebut?

3. Bagaimana tindakan proteksi terhadap detektor kebakaran yang sudah ada tersebut

terhadap kemungkinan rusak karena gangguan mekanis? Jelaskan!

4. Jelaskan bagaimana proses penyimpanan rekaman hasil dari semua inspeksi, pengujian,

dan pemeliharaan terhadap detektor kebakaran tersebut?

Page 258: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

Tingkat Pemenuhan Sistem Proteksi Kebakaran Pada BangunanGedung dan Lingkungan di Unit Produksi AmoniakPT Petrokimia GresikSumber daya listrik

1. Jelaskan bagaimana menurut anda penerapan sumber daya listrik yang ada di Unit

Produksi Amoniak PT Petrokimia Gresik?

2. Jelaskan berasal dari mana saja sumber daya listrik yang digunakan oleh unit produksi

amoniak PT Petrokimia Gresik ketika terjadi kondisi darurat pabrik?

3. Apabila sumber daya listrik utama yang digunakan berasal dari PLN, bagaimana

penerapan pasokan sumber daya listrik darurat yang ada? Jelaskan!

4. Bagaimana kondisi kabel distribusi yang digunakan untuk melayani sumber daya listrik

darurat di unit produksi amoniak? Jelaskan!

5. Bagaimana kesesuaian Tingkat Ketahanan Api (TKA) dari kabel distribusi yang

digunakan tersebut?

Sistem Proteksi Petir

1. Bagaimana menurut anda penerapan sistem penangkal petir di unit produksi amoniak

PT Petrokimia Gresik? Jelaskan!

2. Jelaskan bagaimana perencanaan instalasi penangkal petir di unit produksi amoniak PT

Petrokimia Gresik?

3. Jelaskan bagaimana pelaksanaan instalasi penangkal petir di unit produksi amoniak PT

Petrokimia Gresik?

4. Jelaskan bagaimana pengujian instalasi penangkal petir di unit produksi amoniak PT

Petrokimia Gresik?

Akses dan Pasokan Air Untuk Pemadam Kebakaran

1. Bagaimana menurut anda pasokan air untuk pemadam kebakaran di unit produksi

Amoniak PT Petrokimia Gresik?

2. Jelaskan hambatan apa yang mendasari penerapan akses untuk kendaraan pemadam

kebakaran di Unit Produksi Amoniak?

Page 259: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

Matrix Kategorisasi Hasil Wawancara

Tingkat Pemenuhan Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan di Unit Produksi Amoniak PT

Petrokimia Gresik Tahun 2014

1. Akses dan Pasokan Air Untuk Pemadam Kebakaran

No. Pertanyaan PKG-3 PKG-5 PKG-6 PKG-9

1 Bagaimana menurut

anda pasokan air untuk

pemadam kebakaran di

unit produksi Amoniak

PT Petrokimia Gresik?

“…air untuk pemadam ituasalnya dari demint plantya, itu langsung dipasokdari gunung sari samababat, kemudian diprosesdisana sebelum disimpandi Utilitas I…”

“…pasokan air ituberasal dari unitpenjernihan air, selain ituunit amoniak jugadilengkapi dengan pompapompa untuk penunjangkeandalan fasiltaskebakaran yang ada,seperti pompa hidran,bisa sodara lihat di PumpStation Utilitas I…”

“…air itu awalnyadipasok dari unitpenjernihan air ya, jadisegala bentuk kzndunganmineral air seperti Fe,Mg, atau Na yang bisabikin fasilitas pemadamkorosif itu diharapkantidak terkandung lagidalam air…”

“…air di unit amoniak itukhusus ya, jadi karenabahaya kebakarannyatinggi, pasokan airtersebut juga dilengkapidengan pressure yangtinggi juga. Di Amoniakjuga dilengkapi denganpompa-pompa kebakaran,lengkap ada jenis motorpump, jockey pump, dandiesel pump…”

2 Jelaskan hambatan apa

yang mendasari

penerapan akses untuk

kendaraan pemadam

kebakaran di Unit

Produksi Amoniak?

“…kendalanya itu karenakompleksitas pabrik ya,jadi kalau saja pabrik dipetrokimia inimenggunakan systemconveyor semuanya,kemungkinan jalur khususpemadam kebakaran bisaditerapkan…”

“…memang harusnya adajalur khusus untuk timpemadam, namun situasipabrik ini penuh dengantruk ya, jalan utamapabrik sudah tidak bisalagi dipakai hanya khususuntuk tim pemadam, sayakira perlu adanyapenambahan sisi jalanatau pelebaran jalan, tapibutuh cost yang besarbuat hal tersebut...”

“…hambatan untukpenerapan jalur khsususmobil pemadam itu yakarena proses angkutbarang yang masih viatruk ya. Petro sudahmerencanakan untuk buatsetiap pabrikmenggunakan conveyorsystem untukpengangkutan, jadidiharapkan kalau itusudah terlaksana, akseskhusus untuk damkar yabisa kita terapkan…”

“…Dulu ada jalur khususpemadam namunkendalanya, pabriksekarang situasinyamakin ruwet,pengangkutan bahan bakukan pakai mobil truk, jadijalan utama pabrik itulalulintas truknya sangatpadat, selain itu strukturjalan juga banyak yangrusak, jadi udah enggabisa dibenahi lagi, jalurpemadam sudah enggaaktif lagi…”

Page 260: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

2. Tempat Berhimpun

No. Pertanyaan PKG-1 PKG-5 PKG-6 PKG-7

1 Jelaskan bagaimana

penerapan tempat

berhimpun di unit

produksi amoniak PT

Petrokimia Gresik?

“…assembly point beradadi depan kantor produksi1, kalo di pabrik Ididepan kantor tersebut,kemudian selanjutnyadiarahkan dengankendaraan ke SORtridarma sana, untukdievakuasi selanjutnya…”

“…Assembly point untukamoniak itu jadi satusama seluruh yang ada dipabrik I, engga hanyaamoniak, urea, ZA,perkantoran juga,letaknya di depan gedungtransport ya...”

“…Kalo terjadi keadaandarurat kan assemblypointnya berada di depantransport…”

“…assembly point untukamoniak itu gabung samaseluruh yang ada dikompartemen pabrik 1,unit urea, unit ZA, danperkantoran semuanyaberkumpul di AP di depankantor transport…”

2 Bagaimana kesesuaian

tempat berhimpun yang

sudah ada tersebut

dengan jumlah pekerja

yang ada di unit

produksi amoniak?

Jelaskan!

“…menurut saya kurang,harusnya ada beberapaAP disesuaikan denganunit plant yang ada dipabrik I, jadi amoniakpunya sendiri, urea punyasendiri, ZA punyasendiri…”

“…kalo untuk nampungseluruh karyawan cukupmas, tapi menurut sayamasih terlalu deketdengan sumber bahayakalau di situ itu…”

saya kira paling idealdisana ya, soalnya kanassembly point untukberkumpul dan dibawaketempat yang lebih amankan, kalau ditaro di areapabrik saya kira malah gaaman ya, dan menurutsaya untuk mengarah kesana, jalan atau lari punya ga terlalu jauh…”

“…Kalo di amoniak ada 4shift dan masing-masingnya itu ada 11orang dan yang normalday 2 orang, jadi jumlahkeseluruhannya yaitu ada46 orang. Dan menurutsaya assembly point yangada itu belum mengcoverutk semua pekerja yangada…”

Page 261: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

3. Konstruksi Tahan Api

No. Pertanyaan PKG-1 PKG-4 PKG-7 PKG-8

1 Jelaskan bagaimana

kondisi aktual

konstruksi tahan api

yang telah diterapkan di

unit produksi amoniak

PT Petrokimia Gresik?

“…penerapan konstruksitahan api ini di gedungDCS, control roomnyaamoniak, DCS ini didisainuntuk keselamatankeamanan terhadap apimaupun tekanan…”

“…dari awalperencanaan controlroom ini didisain dengankonstruksi tahan api,aktualnya saat ini ya bisasodara observasilangsung di gedung DCStersebut…”

“…control room di unitamoniak ini jelas khususya, disainnya dirancanguntuk menahan tekanan,juga penyebaran api,karena memang unitamoniak ini sangat rawanya terhadap bencanakebakaran maupunpeledakan…”

“…penerapan konstruksitahan api di amoniak yadi control roomnya ya,gedung DCS, untuk saatini kondisinya ready foruse…”

2 Bagaimana menurut

anda kelengkapan

konstruksi tahan api

yang sudah ada di unit

produksi amoniak

tersebut dalam

mencegah penyebaran

api?

“…jadi untuk DCS inisudah dilengkapi dengantembok yang bisamenahan penyebaran apikurang lebih dua jam ya,sodara bisa langsungTanya detailnya samabagian candal, lalu setiapruangan yang ada itudilengkapi dengan pintutahan api…”

“…semua ruangan diDCS itu sudah ada pintutahan apinya loh, lengkapsama door closernya, jadibisa menutup secaraotomatis…”

“…sudah lengkap ya, jadiDCS ini memang didesainuntuk menahanpenyebaran api, yadiharapkan operator yangstandby di control roomini bisa terlindungi…”

“…DCS itu didisaintahan terhadap api dantekanan, fire ratingnya ituuntuk dinding dan pintutahan apinya selama 2jam, pintunya terbuat dariplat baja dilengkapisistem rangka di dalamdaun pintu tahan apitersebut…”

3 Jelaskan bagaimana

prosedur pemeliharaan

terhadap konstruksi

tahan api di unit

produksi amoniak?

“…Pemeliharaannya iniya kalau ada kerusakansaja, missalnya pintutahan api ada yangkaratan, ya kita ganti,jadi nanti kita tinggallaporan ke pihakpemeliharaan I, lalumereka yang buatanggaran perbaikannantinya, seperti itu…”

“…yang saya tahu itumengenai konstruksitahan api maintenancenya merupakan tanggungjawab Har 1 ya.. bagiancandal, jadi bagianamoniak nantiberkordinasi denganpihak candal, berkalaatau tidaknya sayakurang tahu…”

“…pemeliharaankonstruksi tahan api inidianggarkan diDepartemen Har 1,bagiannya Candal. Jadicandal ini mengurusifasilitas pabrik, nahgedung DCS ini termasukfasilitas penunjangpabrik,

“…pemeliharaannyangga rutin, jadi missalada yang harus dicatulang, atau ada yangbocor perlu diperbaiki,kita tinggal ngusulkanaja, kita buat laporan,untuk minta perbaikan kepihak candal tersebut…”

Page 262: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

4. Detektor Kebakaran

No. Pertanyaan PKG-1 PKG-7 PKG-8 PKG-9

1 Jelaskan bagaimana

kondisi aktual instalasi

detektor kebakaran

yang sudah diterapkan

di unit produksi

amoniak PT Petrokimia

Gresik?

“…ini baru sebetulnyadetektornya, dulunyasudah ada, namundiperbarui oleh PMK,mulai dioperasikanbeberapa bulan yang laluya, monitornya itu ada dicontrol room, dan adatempat tempat tertentu dilapangan yang dipasangsensor untuk flame samagas detector…”

“…sebelumnya sudahpernah dipasang detektor,tapi dalam perjalanterdapat kendala, yaituada sistem yang kurangsempurna sehinggamenyebabkan sistem itu,alarm itu ngga mau diam,ngga bisa di reset,sehingga tidak diaktifkan,kemudian dalamperjalanan dianggarkanuntuk dipsang lagi,terealisasi di tahun 2013,lalu sudah dapatberoperasi di tahun 2014ini…”

“…di unit amoniak saatini sudah ada instalasidetektor kebakaran jenisflame sebanyak 5 unit dandetektor gas sebanyak 6unit…”

“…detector kebakaranyang ada di amoniak yasesuai karakteristikbahaya kebakarannya,dipasang dua jenis ya,ada yang flame, ada yanggas. Instalasi detektor itujuga sudah dilengkapidengan fire detector panelyang berada di gedungDCS, jadi operatoramoniak bisa terusmemantau sewaktu-waktupanel bisa kasih indikasiketika detektor mendeteksiapi atau gas…”

2 Bagaimana prosedur

mengenai pemeliharaan

dan pengujian secara

periodik terhadap

detektor kebakaran

yang sudah ada

tersebut?

“…Kalo detector itu 3bulan sekali itu di test,oleh bagian pmk sendiri,kalo APAR APAR itubiasanya tiap bulan…”

“…pengujian detektorflame maupun gas itudilakukan 3 bulan sekali,sama seperti alat proteksilainnya, PMKbertanggung jawab penuhdalam maintenancedetektor yang sudahterpasang tersebut…”

“…Jadi gini, kita kanpemakai kan pmk, jadibiasanya itu kitapengecekan secarabareng sama orang daripihak ketiga, ketikaproyek itu loh, kemudianjuga sama sama orangdari bagian pemeliharaandi unit pabrik setempatberarti kalo untukamoniak Har 1…”

“…kalo detektor itu 3bulan sekali ditest ya olehbagian PMK sendiri,Untuk gas detector itujadi diujinyamenggunakan seperti gastabung gitu, atauistilahnya sinar yangnanti bisa dibaca sebagainyala api kalo untuk yangflame detector…”

3 Bagaimana proses

penempatan atau

instalasi detektor

“…Jadi hal itudisesuaikan ya,sebelumnya kitakompromi dulu,

“…jadi untuk gasdetector itu ditaronya didekat compressor,dibawahnya reformer,

“…ya penempatannya ituberdasarkan kajian yangdisepakati oleh beberapaahli ya, misalnya di area

“…Disesuaikan dengankeadaan di pabrik itu,jadi di amoniak itudetektor ditempatkan

Page 263: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

No. Pertanyaan PKG-1 PKG-7 PKG-8 PKG-9

kebakaran di Unit

Produksi Amoniak?

pertimbangannya itu darirecord tahun yang lalu,missal di 105-GT iturecord kebakaran tahunlalunya mencapai 5 kasuskebakaran, selain itucontohnya lagi di areavessel-vessel, didaerah iniberpotensi karenamengandung cairanmudah terbakar, atau diarea-area tempat untuklay down pressure, iniada potensi kebocorandan ledakan…”

lalu di bawah chin lube(sintesa tertutup),memang amoniak itutidak ada gas atauapapun yang keluar,posisinya harus tertutupsemuanya…”

compressor, jadi begini,compressor itu kan mediayang diolah kan gas ya,jadi perlu ada gasdetector di area tersebut,sehingga dimungkinkankebocoran-kebocoranyang ada disana tuh cepatterdeteksi oleh detektorgas yang ada disana…”

disitu ya memang untukmendeteksi disitu ada gasada api, seperti di mesincompressor, itu yangdipasang disitu karenaada gas, ada flame nyajuga mas, jadi diprediksidisitu tuh adakemungkinan bisa timbulapi juga dan kebocorangas juga…”

4 Jelaskan bagaimana

proses penyimpanan

rekaman hasil dari

semua inspeksi,

pengujian, dan

pemeliharaan terhadap

detektor kebakaran

tersebut?

“…hasil laporanpengujian itu langsungdisimpan di bagian PMKmas, mereka yangbertanggung jawabmembuat dokumen hasilpengujiannya secaraberkala…”

“…setelah melakukaninspeksi, hasilnyadisimpan di kantor bagianpmk…”

“…rekaman hasilpengujian detektor disimpan di PMK di kantorKaru Perawatan proteksibagian PMK, jadi semuahasil rekaman inspeksialat-alat proteksikebakaran ada disitusemuanya…”

“ya karena ini tanggungjawab kita sebagai PMK,tentunya rekaman hasilinspeksi ada di kita,dokumen ini disimpanuntuk diperiksa olehpihak terkait sepertidisnaker…”

Page 264: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

5. Sumber Daya Listrik

No. Pertanyaan PKG-1 PKG-2 PKG-3 PKG-7

1 Jelaskan bagaimana

menurut anda

penerapan sumber daya

listrik yang ada di Unit

Produksi Amoniak PT

Petrokimia Gresik?

“…ini yang diaplikasikanoleh Petrokimia yangterbaru ya… sebenernyaPetrokimia masing-masing di pabrik I, II danIII memiliki listriksendiri-sendiri dan mulaitahun lalu, sudah didesainsecara interkoneksiantara pabrik I, II, danIII…”

“…intinya sih kalo diamoniak, sumber dayalistrik utamanya dari gasturbin generator ya,sudah cukup mengcoveruntuk kegiatan prosesproduksi…”

“untuk pabrik I itusumber daya listriknyasemuanya dipasok dariGTG yang berada diUtilitas pabrik I…”

“…pabrik amoniak itupunya listrik sendiri yaitudari gas turbin, atau gtg,namun di petro sendirikan selain gtg punyasumber-sumber yang lain,dari pln, lalu dari unitbatubara, terus daristeam turbin di pabrik III,maka sekarang adanamanya sinkronisasipower…”

2 Jelaskan berasal dari

mana saja sumber daya

listrik yang digunakan

oleh unit produksi

amoniak PT Petrokimia

Gresik ketika terjadi

kondisi darurat pabrik?

“…nah karena sudahinterkoneksi, jadi jikaGTG itu trip maka secaraotomatis listrik langsungdipasok dari PLN, lalusecara berangsur dibantuoleh STG yang ada dipabrik II dan III Petro…”

“…jadi teorinya begini,jika misal pabrik I mati,kekurangan powerberapa, itu akan diisisementara oleh PLN, lalulistrik dari pabrik II danIII bisa masuk bertahap,untuk meng-cover dariyang PLN, sehinggapelan-pelan supply yangdari PLN itu berhenti…”

“…Jadi misalnya kalauterjadi kebakaran dansupply listrik terhambat,maka tetap ada backupnya, kita ambil sajacontohnya hidran sistem,itu ya tetep berjalan,karna menggunakanpompa yang ada di pumpstation…”

“…kalo pabrik daruratsampai bikin gtgshutdown, maka PLNlangsung bantu supplylistrik ke amoniak, yaCuma sekedar back upsementara, setelah itusistem sinkrpnisasi itubekerja, maka STG jugabantu supply keamoniak…”

3 Bagaimana kondisi

kabel distribusi yang

digunakan untuk

melayani sumber daya

listrik darurat di unit

produksi amoniak?

Jelaskan!

“…untuk kabel distribusisaya rasa sudahmemenuhi SNI ya, untuklebih jelas nya mastanyakan langsung kebagian listrik ya di Har1…”

“…yang dipakai itu jeniskabel yang XLPE, kaloyang standarnya itu kanPVJ ya, namun yakualitasnya masih dibawah XLPE, itu cocokbuat yang kabel mediumvoltage maupun yang lowvoltage, itu udah pakaiyang XLPE semua…”

“…kabel distribusi yangdipakai jelas memenuhistandar, minimal SNI,coba mas pastikan di Har1 bagian listrik ya,mengenai spesifikasikabel dan dokumententang instalasi listrikada disana…”

“untuk spesifikasi kabelsaya kurang memahamiya, namun menurut sayasudah sesuai denganstandar, karena instalasilistrik di amoniak sendiriudah tersertifikasi olehdisnaker kabupatengresik…”

Page 265: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

No. Pertanyaan PKG-1 PKG-2 PKG-3 PKG-7

4 Bagaimana kesesuaian

Tingkat Ketahanan Api

(TKA) dari kabel

distribusi yang

digunakan tersebut?

Saya rasa untuk tingkatketahanan api dari kabelsendiri sudah sesuai,instalasi kabel tersebutsudah groundingsoalnya…”

Kabel jenis XLPE inimempunyai TKA selama1,5 jam loh, jadi sudahsangat sesuai denganstandar SNI yaitu TKA 1jam, kalo dari SNI itubiasanya kabel jenis PVJyang dipakai…”

“…Jadi kalo menurutsaya, sudah sesuaidengan SNI ya ketahananterhadap apinya, namundisamping itu kita jugasudah berupaya utkmengcover danmengamankan jika terjdikebakaran di kabel kabel,jadi sudah dipasangwater sprayer…”

“…Kalo masalah ini,coba Tanya sama temen-temen listrik ya, biasanyaseperti ini yang mengalirdi kabel itu beapa amperekan disesuaikan denganisolasinya, seperti, itukalo kabelnya besar kantapi amperenya kecilmungkin kan isolasinyaga sebesar kaloamperenya besar kangitu…”

6. Sistem Proteksi Petir

No. Pertanyaan PKG-1 PKG-2 PKG-4 PKG-7

1 Bagaimana menurut

anda penerapan sistem

penangkal petir di unit

produksi amoniak PT

Petrokimia Gresik?

Jelaskan!

“…penangkal petir itusekarang kan kalo adamesin yang berada diketinggian itu kan dikasiharde, atau dikasihgrounding, misalnya ditower paling tinggi diamoniak itu kan di 102 E,nah itu juga di lengkapidengan alat recordnyajadi berapa kali kesambarpetir itu bisa diketahui…”

“…yang amoniak, pakaiyang jenis konvensionalkarena kebetulan letaknyadi area yang panassehingga cepet rusak kalopakai yang jeniselektrostatis, sehinggakita pakai yangkonvensional…”

“…Di amoniak sudahditerapkan semua mas,sudah dipasang semua, di102 E, terus di GTG juga,sudah ada yangditerapkan ya adarecordnya, tapi memangada juga yang belum,yang model lama tuhbelum ada, belumdiperbaruilahistilahnya….”

“…Jadi untuk kabelgrounding dan penyalurpetir sendiri sudah terpasang di amoniak danurea, tidak hanya dikedua unit tersebut dikeseluruhan petro jugaterpasang ya penyalurpetir…”

2 Jelaskan bagaimana

perencanaan instalasi

penangkal petir di unit

“…Kalo dari awalnyamemang sudah ada, tapitidak ada recorder ataubelum dimodifikasi…”

“…dari awal unitamoniak ini didesain yasudah sekalian dilengkapidengan dengan penyalur

“…Kalo untukperdncanannya mugnkindari awal proyek dulu ya.sudah masuk ke

“…Ya dari awal, jadimulai proyek tersebutdirencanakan, penangkalpetir tersebut suda

Page 266: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

No. Pertanyaan PKG-1 PKG-2 PKG-4 PKG-7

produksi amoniak PT

Petrokimia Gresik?

petir ya, namun adabeberapa yangdimodifikasi, disesuaikandengan karakteristikamoniak sendiri…”

perencanaan ya sekarangkalo tiap dua tahun sekalikita sertifikasi ulang…”

htermasuk dari disainawal, sudah dipersiapkan,soalnya kita bayangkankalo seandainya itu tidakdilengkapi dengam ituwah itu kan rawan sekaliterutama untuk mesinnyajuga untuk manusianyajuga…”

3 Jelaskan bagaimana

pelaksanaan instalasi

penangkal petir di unit

produksi amoniak PT

Petrokimia Gresik?

“…jadi saat ini penyalurpetir ini sudahdimodifikasi, sekarangada alat yang bisamendeteksi petir, dantambahin recorder untukmembaca berapa kalitersambar petir , itusaja…”

“…Ya kalau secara teoriitu sudah mencukupi,karna di dua plantberdekatan itu kita sudahpunya dua , satu di ureaitu sudah bisa mengcoverdi amoniak sebenernya,karena ketinggiannyasudah mencaapai sekitar100 meter…”

“…Selama ini, contohnyadi 102E itu efektif juga,yang penting ga kenayang lain ya. Karenamemang di sertifikasi kitacek ulang kankualitasnya…”

“…alhamdulillah sejauhini terbukti efektif yaproteksi petir yang ada diamoniak, instalasinya dibeberapa mesin yangberada di ketinggiansudah tepat, dangroundingnya juga tidakbermasalah…”

4 Jelaskan bagaimana

pengujian instalasi

penangkal petir di unit

produksi amoniak PT

Petrokimia Gresik?

“…untuk pengujian cobamas tanyakan langsung kebagian inspeksi teknik ya,tapi menurut sayapengecekan dilakukansecara berkala, dandisertifikasi ulang setiapberapa tahun sekali sayatidak tahu pasti…”

“…penyalur petir ini diujisecara berkala, karenawajib disertifikasi ulangsetiap dua tahun sekalioleh disnaker…”

“…tiap dua tahun sekalikita sertifikasi ulang,dicek lagi, ohm-nya dansebagainya, jadi adapihak katiga yangmelakukan pengecekan,kita sebagai pengawaslah istilahnya ya, setelahhasilnya ada ya kitaajukan ke disnaker untukdikeluarkansertifikatnya…”

“pemeriksaan keandalanpenyalur petir ini secaraperiodic dilakukan olehbagian inspeksi teknik,jadi ada seorang ahli K 3listrik yang ditunjuksebagai pengawasnya,kemudian pengujian olehpihak supplier, lalu hasiluji diserahkan ke disnakeruntuk prosessertifikasi…”

Page 267: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

LAMPIRAN 4

DOKUMENTASI KOMPONEN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN

Pasokan Air di Demine Plant Petrokimia Fire Truck di Kantor Bagian PMK Petrokimia

Tempat Berhimpun Kompartemen Pabrik I Tanda Petunjuk Tempat Berhimpun

Pintu tahan api di ruang DCS Flame Detector di Unit Produksi Amoniak

Page 268: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

Titik Panggil Manual di Ruang DCS Hidran dan SIstem Pipa Tegak

Petunjuk Penggunaan APAR Kartu Pemeliharaan APAR

Fire Control Panel di Pusat Pengendali Kebakaran Sistem Proteksi Petir di Tangki Amoniak

Page 269: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

LAMPIRAN 5

5.1 PENGESAHAN SISTEM PROTEKSI PETIR

Page 270: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

5.2 LEMBAR PEMERIKSAAN SISTEM PROTEKSI PETIR

Page 271: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

5.3 PENGESAHAN SUMBER DAYA LISTRIK

Page 272: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

LAMPIRAN 6

6.1 LAY OUT AMONIAK

Page 273: YUSUF AL AZIZ - fkik.pdf

6.2 LAY OUT HIDRAN PILLAR