Jurnal Reading Metro

29
JOURNAL READING: Faktor-Faktor Resiko Terjadinya infeksi dan Menderita Sakit pada Anak dengan Kontak MDR-TB: Pendekatan Cross-Sectional OLEH: RIZKY BAYU AJIE 1118011112 KARIMAH IHDA HUSNAYAIN 1118011 BELINDA APRIANNANTI BEAUTY 1118011 NOVITA DWISWARA PUTRI 1118011 PEMBIMBING: dr. FIRDAUS DJUNED, SpA 1

description

nknmkmkmk

Transcript of Jurnal Reading Metro

Page 1: Jurnal Reading Metro

JOURNAL READING:

Faktor-Faktor Resiko Terjadinya infeksi dan Menderita Sakit pada Anak

dengan Kontak MDR-TB: Pendekatan Cross-Sectional

OLEH:

RIZKY BAYU AJIE 1118011112

KARIMAH IHDA HUSNAYAIN 1118011

BELINDA APRIANNANTI BEAUTY 1118011

NOVITA DWISWARA PUTRI 1118011

PEMBIMBING:

dr. FIRDAUS DJUNED, SpA

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

RUMAH SAKIT UMUM JENDRAL AHMAD YANI METRO

2015

1

Page 2: Jurnal Reading Metro

Faktor-Faktor Resiko Terjadinya infeksi dan Menderita Sakit pada Anak

dengan Kontak MDR-TB: Pendekatan Cross-Sectional

James A Seddon1,2*, Anneke C Hesseling1, Peter Godfrey-Faussett2, Katherine Fielding3

and H Simon Schaaf1,4

Abstrak

Latar Belakang : Anak-anak yang terpapar Mycobacterium tuberculosis memiliki risiko

tinggi berkembangnya penyakit yang mengikuti terjadinya infeksi. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui faktor risiko terjadinya infeksi Mycobacterium tuberculosis dan penyakit

TBC pada anak-anak yang terkena paparan dewasa dengan multidrug-resistant (MDR)

tuberculosis (TB).

Metode : Penelitian Cross-sectional; semua anak usia <5 tahun, secara rutin dirujuk dari

pedoman lokal ke klinik TB-MDR spesialis tingkat Provinsi, Provinsi Western Cape, Afrika

Selatan, yang teridentifikasi memiliki kontak dengan dewasa yang merupaka sumber kasus

MDR-TB, memenuhi syarat untuk pendaftaran dari Mei 2010 hingga April 2011. Demografi,

klinis dan sosial karakteristik dikumpulkan. Semua anak menjalani HIV tes dan tes kulit

tuberkulin.

Hasil : Dari 228 anak yang terdaftar (median usia: 30 bulan), 102 (44,7%) diklasifikasikan

sebagai terinfeksi. Dari jumlah tersebut, 15 (14,7%) memiliki penyakit TB pada saat

pendaftaran. Dari 217 anak-anak diuji untuk HIV, 8 (3,7%) yang positif. Dalam analisis yang

disesuaikan, usia anak (AOR: 1,43; 95% CI: 1,13-1,91; p = 0,002) dan riwayat pengobatan

TB sebelumnya (AOR: 2.51; 95% CI: 1,22-5,17; p = 0,01) merupakan faktor risiko

independen untuk infeksi. Peningkatan usia sumber kasus TB-MDR (AOR: 0.67; 95% CI:

0,45-1,00; p = 0,05) adalah pelindung dan kasus sumber penggunaan alkohol (AOR: 2.59;

95% CI: 1,29-5,22; p = 0,007) adalah dikaitkan dengan peningkatan kemungkinan infeksi

pada analisis yang disesuaikan. Penurunan usia anak (p = 0,01) dan positif Status HIV (AOR:

25,3; 95% CI: 1,63-393; p = 0,01) dikaitkan dengan penyakit TB lazim.

Kesimpulan : Sebagian besar dari anak-anak yang terpapar MDR-TB, terinfeksi

Mycobacterium tuberculosis atau sakit TBC. Melacak kontak TBC dari awal memberikan

kesempatan untuk mencegah perkembangan penyakit TB pada anak yang diidentifikasi telah

terpajan MDR-TB

2

Page 3: Jurnal Reading Metro

Latar Belakang

Perkembangan dari TB tergantung pada pajanan dengan infeksi Mycobacterium

tuberculosis, infeksi berikutnya dan pada akhirnya progresi menjadi penyakit [1]. Resiko

pergerakan dari satu stadium ke stadium selanjutnya ditentukan oleh multiple mikrobiologi,

immunologi, sosial dan faktor budaya [1]. Diagnosis infeksi Mycobacterium tuberculosis dan

penyakit TBC pada anak-anak memiliki keterbatasan. Tuberculin Skin Test (TST) dan

komersial interferongamma release assays (IGRAs) memiliki keterbatasan sensitifitas dan

untuk mendeteksi infeksi Mycobacterium tuberculosis digabungkan pada standar referensi

dari gradient pajanan Mycobacterium tuberculosis atau konfirmasi penyakit [2]. Karena sifat

paucibacillary dari TB anak, bersama dengan tantangan dalam memperoleh klinis

sampel, TB mikrobiologis dikonfirmasi diperoleh dalam waktu kurang dari 30% anak dengan

radiologi / bukti klinis penyakit intra-toraks, bahkan ketika induksi dahak dan laboratorium

rujukan tersedia [3]. Diagnosis TB bergantung pada riwayat, pemeriksaan,

imunologi, radiologi dan bakteriologi, semua dengan terbatas sensitivitas dan spesifisitas [4].

Dengan tidak adanya akurat tes infeksi dan penyakit, penting untuk memahami epidemiologi

dari masing-masing paparan, infeksi dan tahap penyakit, dan faktor risiko menentukan

perkembangan.

Pada anak-anak yang terpajan oleh TB yang rentan terhadap obat, resiko terjadinya

infeksi bergantung pada berapa besar infeksiusnya sumber kasus,intensitas dan durasi

interaksi antara kasus sumber dan kontak anak, dan imun respon dari penjamu. Pengaruh dari

micobacterium terhadap resiko infeksi tidak jelas, sumber kasus dengan keterlibatan paru

yang luas lebih menular dibandingkan mereka dengan zona yang terkena dampak yang lebih

sedikit pada radiografi dada [8-10]. Anak-anak yang berkontak dengan sumber kasus dengan

BTA postif lebih infeksius dibandingakan jika berkontak dengan hasil BTA sputum negative,

dengan beban basiler lebih meningkatkan infektivitas [10,12]. Meskipus HIV positif dengan

TB lebih menunjukan hasil BTA sputum negative daripada dewasa dengan HIV negative.

Meskipun begitu, hal tersebut tidak menunjukan mereka tidak menular, mungkin

menunjukkan epidemiologi terkait HIV. Faktor-faktor yang unik untuk rumah tangga yang

terkena dampak HIV. yang tinggal berdekatan secara fisik ke kontak anak yang lebih

cenderung menginfeksi anak-anak, dan semakin besar setiap hari interaksi dan semakin lama

durasi interaksi, besar risiko infeksi [16,17]. Durasi dari batuk pada sumber kasus juga

berdampak pada resiko penularan [18]. Lebih dekat suatu hubungan, lebh mudah menginfeksi

anak daripada hubungan yang jauh, dan tidur diruangan yang sama meningkatkan resiko

terinfeksi [8-10,16,19-21]. Terdapatnya perokok di rumah menunjukan peningkatan transmisi

3

Page 4: Jurnal Reading Metro

Mycobacterium tuberculosi [11,16,22,23]s, begitu pula kepadatan [16] dan ventilasi rumah

yang kurang baik [24].

Resiko dari progresi penyakit TB pada anak yang terinfeks Mycobacterium

tuberculosis ditentukan dari vilrulensi mycobacteria [25], jumlah micobacterial [26], usia

[27] dan system imun penjamu [28]. Dari studi dari era kemoterapi, hal ini ditentukan dari

anak yang terinfeksi (<12 bulan), memiliki 50% resiko terjadinya progresi penyakit yang

mengikuti infeksi, dengan penurunan resiko atas semakin bertambahnya umur [6.27]. Anak-

anak yang lebih muda juga memiliki resiko yang tinggi terhadap bentuk yang berat dari

penyakit seperti TB milier dan TB meningitis [27]. Dewasa dengan HIV positif dan terinfeksi

Mycobacterium tuberculosis memiliki 7-10% resiko berkembangnya TB setiap tahun jika

tidak dilakukan terapi pencegahan [29,30]. HIV positif pada anak-anak memiliki

kemungkinan >20x untuk terjadinya perkembangan TB dibandingkan dengan HIV negative

[31]. Anak-anak dengan malnutrisi memiliki kemungkinan progresi menjadi TB darpada

anak-anak dengan nutrisi yang baik [11].

Meskipun data surveilans terbatas, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

memperkirakan ada 650.000 kasus umum dari multidrug-resistant (MDR)-TB di seluruh

dunia pada tahun 2010 [32]. MDR-TB didefinisikan sebagai M. Tuberculosis resisten

terhadap rifampisin dan isoniazid [33]. Sebuah penelitian MDR-TB sebelumnya telah

menunjukkan hampir dua anak kurang dari lima tahun kontak untuk setiap MDR-TB

di Afrika Selatan, menetapkan kemungkinan tinggi terjadi TB [34], menunjukkan bahwa

sejumlah besar anak-anak terkena MDR-TB dalam konteks tersebut. Menentukan

dimana anak berada pada risiko tertinggi menjadi terinfeksi dan mengembangkan penyakit

akan memungkinkan informasi perencanaan kesehatan dan penggunaan target kesehatan yang

tersedia sumber informasi. Sebuah desain studi kohort, di mana anak-anak diikuti dari waktu

pemaparan, memungkinkan untuk pemantauan transisi dari paparan infeksi, dan dari infeksi

penyakit, dari waktu ke waktu. Akan Tetapi, desain studi cross-sectional, dimana anak-anak

diidentifikasi yang memiliki eksposur tetapi tidak ada infeksi, paparan dan infeksi dan orang-

orang yang hadir dengan penyakit TB, juga memungkinkan untuk penilaian faktor risiko

untuk masing-masing negara. Kami bertujuan untuk mengetahui faktor risiko transisi

dari paparan infeksi, dan dari infeksi penyakit pada anak dengan kontak MDR, menggunakan

rancangan studi cross-sectional.

4

Page 5: Jurnal Reading Metro

Metode

Pengaturan dan populasi

Tingkat pemberitahuan penyakit TB secara keseluruhan di Barat Provinsi Cape Afrika

Selatan adalah 976 / 100.000 pada tahun 2009 [35]; dengan kejadian pada anak-anak kurang

dari 13 tahun ditemukan lebih dari 400 / 100.000 pada tahun 2003-2004 [36]. Itu tingkat

tahunan infeksi TB di antara anak-anak sekolah di Cape Town adalah sekitar 4%,

menunjukkan tingkat yang sangat tinggi transmisi [37,38]. 8,9% dari anak-anak dengan

konfirmasi kultur. TB di salah satu dari dua rumah sakit rujukan regional, Rumah Sakit

Tygerberg Anak (TCH), memiliki MDR-TB selama 2007-2009 [39]. Cape Town terdiri dari

Hitam (terutama dari kelompok etnis Xhosa), Putih (terutama dari kelompok etnis keturunan

campuran) populasi. semua anak-anak dievaluasi pada TCH atau komunitas spesialis

penjangkauan klinik TB pediatrik selama Mei 2010 hingga April 2011, yang memenuhi

syarat jika mereka berumur kurang dari lima tahun, telah berhubungan signifikan dengan

infeksi (sputum BTA positif atau kultur) paru sumber MDR-TB kasus dalam enam bulan

sebelumnya dan memiliki tersedia Hasil TST. Pajanan yang signifikan ditentukan dengan

tinggal bersama atau memiliki interaksi sehari-hari yang teratur denga sumber kasus MDR-

TB. Anak-anak yang memenuhi persyaratan, dimintai informed consest dari orantua atau

pengasuhnya untuk mengikuti penelitian ini. studi ini dilakukan oleh Stellenbasch University

dan London School of Hygiene ad Tropical Medicine Ethical Commitees, dengan bantuan

pihak yang berwenang dalam bidang kesehatan setempat.

Standard perawatan

Setelah diagnosis MDR-TB pada orang dewasa, kontak tracing dilakukan oleh tim

klinik setempat untuk mengidentifikasi anak-anak rentan. Anak-anak terkena infeksi

MDR-TB kasus dan mereka yang diduga MDR-TB Penyakit dirujuk ke anak MDR-TB

spesialis klinik di TCH atau penjangkauan masyarakat klinik dihadiri oleh spesialis yang

sama. Tes HIV secara rutin dilakukan. Berikut informed consent dari orang tua atau hukum

wali menggunakan ELISA pada anak-anak yang lebih tua dari 18 bulan atau DNA PCR jika

muda atau ASI. Kombinasi Terapi antiretroviral (ART) secara rutin dimulai pada semua

Anak HIV-positif setelah evaluasi yang tepat. TST secara rutin dilakukan oleh staf klinik

setempat, dilakukan keluar dengan menyuntikkan dua unit tuberkulin intradermal (purified

protein derivative rt23, Statens Serum Institute) dengan hasil baca di 48-72 jam. Semua aak-

anak yang dinilai menggunaka skrining gejala TB, evaluasi klinik, dan rontgen dada (secara

antero-posterior dan lateral). Anak-anak yang diduga memiliki sakit TB (secara klinis

5

Page 6: Jurnal Reading Metro

maupun rontgen) menjalani investigasi mikrobiologi. Sample sputum, aspirasi gaster atau

biopsy dari jaringan extra pulmoner dikirim untuk kultur berbasis cairan (system MGIT 960;

Becton Dickinson, Sparks, MD, USA) dan drug susceptibility testing (DST) menggunakan

Line Probe Assay komersial (GenoType MTBDRplus, Hain Lifescience, Nehren, Germany).

Bahan-bahan tersebut mulai pada pengobatan rejimen yang disesuaikan dengan DST dari

sumber kasus, atau, jika penyakit tersebut konfirmasi secara bakteriologi, berasal dari anak.

Sesuai dengan petunjuk program per wilayah, anak-anak yang tanpa gejala, tanda, dan

radiologi kemungkinan TB, diobati dengan tiga regimen obat profilaksis terapi yaitu

ofloxacin (15-20 mg/kg sehari), etambutol (20-25 mg/kg sehari), dan dosis tinggi dari

isoniazid (15-20 mg/kg sehari) untuk enam bulan dengan follow up berkala selama satu tahun

untuk memonitor insiden penyakit [40].

Pengumpulan data dan klasifikasi

Penelitian ini dikerjakan secara cross-sectional. Mengikuti informed consent, keluarga

diwawancarai oleh tim penelti dan data dikumpulkan sesuai dengan profil demografi dan

kondisi klinis dari anak-anak. Informasi pada sumber kasus dikumpulkan dari keluarga yang

hadir dan lebih lanjut dari register TB wilayah provinsi. Hubungan dan intensitas dari

interaksi antara sumber kasus dan anak-anak, dilaporkan oleh orang tua/pengasuh,

didokumentasikan sesuai dengan durasi pajanan. Anak-anak diklasifikasikan ke dalam

kelompok terinfeksi atau tidak terinfeksi, dan jika terinfeksi, apakah memiliki penyakit TB

atau tidak. Sementara kami bermaksud untuk menilai faktor-faktor resiko yang sesuai pada

penyakit TB, konfirmasi diagnosis bergantung pada pemeriksaan radiologi dan bakteriologi,

di beberapa kasus memerlukan beberapa minggu untuk hasil kultur cairan. Definisi standard

peneliti diaplikasikan untuk mengklasifikasi penyakit TB [41]; anak-anak yang sudah

dikonfirmasi atau kemungkinan menderita penyakit dimasukan. Diklasifikasikan sebagai

terinfeksi jika memiliki TST positif; infeksi juga diasumsikan dalam kehadirannya pada

penyakit TB. Hasil TST positif pada anak jika diameter ≥ 10 mm pada HIV negative dan

≥5mm pada HIV positif.

Analisis statistic

Data dimasukan ke dalam database dan diperiksa untuk data eror. Regresi logistic

harus dinilai faktor resiko untuk terjadi (i) infeksi M.tuberculosis dan (ii) penyakit TB

(didahului dengan infeks). Hasil dilaporkan dalam bentuk sudah disesuaikan dan belum

disesuaikan dengan Odds Ratio (OR), 95% Confidence Intervals (CIs) dan nilai P,

6

Page 7: Jurnal Reading Metro

dikalkulasikan menggunakah Likelihood Ratio Test (LRT). Untuk variable ordinal tes, untuk

trend dan keberangkatan dari linieritas menggunakan LRT telah dilakukan. Untuk model

penilaian faktor resiko infeksi, pajanan dimasukan jika data-data tersebut menunjukan

hubungan antaraa infeksi pada analisis univariabel didasarkan pada p < 0,05. Jika dua

pajanan dipikirkan merupakan co-linier, data-data tersebut dimasukan bersamaan pada model

yang sama. Untuk model penilaian faktor resiko dari penyakit, variable-variabel tersebut

hanya disesuaikan berdasarkan umur ank-anak yang menderita penyakt. Umur dari seorang

anak dan sumber kasus di rekam sebagai variable ordinal, menggunakan pita usia. Hubungan

antara pajanan dinilai menggunakan uji X2. Semua analisis statistic menggunakan software

Stats (versi 11;Stata Corp, College Station, TX).

Hasil

Deskripsi cohort

Selama dua belas bulan penelitian 377 anak dirujuk ke klinik spesialis sebagai anak

dengan kontak sumber kasus MDR-TB. Jumlah anak-anak tidak menemukan eligibilitas

criteria untuk penelitian. Sumber kasus yang tidak memiliki MDR-TB (n=27), anak yang

berusia lebih dari lima tahun (n=56), intensitas dari kontak tidak dinilai signifikan oleh tim

klinis (n=11) atau hasil TST tidak tersedia pada anak asimtomatik (n=2). Sebanyak 281 anak-

anak memenuhi syarat untuk penelitian, 228 (81%) direkrut. Sebanyak 53 anak tidak dibawa

ke klinik oleh orang tuanya atau pengasuh legal yang dapat memberikan informed consent

(n=31), orang tua tidak menyetujui dalam penelitian (n=3) atau keluarga yang meninggal

sebelum tim peneliti berbicara padamereka (n=19). Anak-anak ini semuanya melakukan

standard pengobatan rutin. Rata-rata usia anak-anak yang dikumpulkan adalah usia 30 bulan

(inter-quartile rate [IQR]: 13-43 bulan); 217 anak-anak dilakukan uji HIV, 8 (3,7%) positif.

228 anak, 102 (44,7%) diklasifikasikan sebagai terinfeksi M.tuberculosis. 102 anak yang

terinfeksi, 15 (14,7%) berpenyakit TB.

Faktor Resiko untuk Infeksi

Dalam analisis disesuaikan, bertambahnya usia dari anak itu berkaitan dengan

peningkatan kemungkinan infeksi (disesuaikan sesuai rasio (aor) meningkat selama satu

tahun dalam usia 95 persen: 1.43; ci: 1.13-1.91; p = 0.002 ); anak-anak berwarna

(dibandingkan dengan anak-anak dari etnis etnis xhosa) juga lebih mungkin untuk menjadi

terinfeksi (aor: 2.51; 95 persen ci: 1.22-5.17; p = 0,01). Anak yang memiliki sejarah

pengobatan sebelumnya yang lebih mungkin untuk menjadi terinfeksi dalam analisis

7

Page 8: Jurnal Reading Metro

univariable, dengan efek berkurang setelah penyesuaian. Lihat tabel 1. Bertambahnya usia

dari sumber yang terkait dengan kasus adalah mengurangi kemungkinan infeksi ( aor 0,67

perkiraan yaitu untuk meningkatkan 10 tahun dalam usia 95 persen; ci: 0.45-1.00; p = 0,05

dan alkohol digunakan oleh sumber melaporkan kasus tersebut terjadi berhubungan dengan

peningkatan kemungkinan infeksi (aor: 2.59; 95 persen ci: 1.29-5.22; p = 0.007). Sebelum

penyesuaian ada sebuah hubungan yang kuat antara status kasus hiv di sumber dan m .

Penularan tb pada anak,positivity dengan hiv dalam kasus sumber yang terkait dengan

kemungkinan lebih rendah dari infeksi. Dalam analisis multivariabel asosiasi ini berkurang

(AOR 0,48, 95% CI 0,22-1,04; p = 0,06). Lihat Tabel 2

8

Page 9: Jurnal Reading Metro

Faktor risiko untuk penyakit TB

Usia yang lebih muda dari anak dikaitkan dengan peningkatan kemungkinan penyakit (p

value untuk uji tren; p = 0,01) sebagai adalah status HIV-positif pada anak (AOR: 25,3; 95%

CI: 1,63-393; p = 0,01), positif HIV kasus sumber (AOR: 4,07; 95% CI: 1,19-13,8; p = 0,03),

meningkatkan jumlah kamar di rumah (AOR: 1,39; 1,02-1,91; p = 0,04) dan penggunaan

alkohol oleh kasus sumber (AOR 2.90; 95% CI 0,90-9,31; p = 0,07). Pria jender (AOR: 0,29;

95% CI: 0,08-1,00; p = 0,04) dikaitkan dengan kemungkinan berkurangnya penyakit. Lihat

Tabel 3 dan 4.

Hubungan antara eksposur

Positif HIV dalam kasus sumber dikaitkan dengan Status HIV-positif pada anak (p = 0.019),

tetapi juga dengan etnisitas (p <0,001), dan dengan usia kasus sumber (p-nilai uji tren =

0,003). Etnis anak dikaitkan dengan jenis tempat tinggal (p <0,001), jenis sumber air (p

<0,001) dan jenis buang hajat (p <0,001). Usia kasus sumber dikaitkan dengan sputum. Status

smear (p = 0,001), dengan kasus sumber yang lebih tua kurang cenderung memiliki BTA

positif sputum TB.

9

Page 10: Jurnal Reading Metro

10

Page 11: Jurnal Reading Metro

Diskusi

Ini adalah studi pertama, untuk pengetahuan kita, untuk menilai faktor resiko infeksi

M.tuberkulosis dan penyakit pada anak-anak terpajan TB-MDR dewasa. Konsisten dengan

data dari sejarah alam TB yang rentan terhadap obat di anak-anak, kami menunjukkan bahwa

sebagai anak-anak yang lebih tua, mereka lebih mungkin terinfeksi tetapi setelah terinfeksi,

bahwa anak-anak yang lebih muda lebih mungkin untuk berkembang menjadi penyakit. Kami

juga menunjukkan anak-anak yang HIV-positif, sementara memiliki risiko tambahan

terinfeksi M. tuberculosis, memiliki substansial meningkatkan risiko penyakit setelah infeksi.

Proporsi anak yang HIV-positif dalam penelitian kami relatif rendah sejalan dengan yang

11

Page 12: Jurnal Reading Metro

sedang berlangsung studi rumah tangga penyakit yang rentan terhadap obat dalam komunitas

yang sama (komunikasi pribadi: Anneke Hesseling) dan investigasi kontak serumah

sebelumnya dilakukan dalam pengaturan ini [7]. Ini mungkin mencerminkan efektif

pencegahan program penularan HIV dari ibu-ke-bayi di Western Cape. Penggunaan alkohol

pada sumber kasus tampaknya menjadi faktor risiko infeksi pada anak dan mungkin untuk

penyakit. Hubungan antara etnis, HIV positif, usia dan status sputum BTA-sumber tersebut

kasus yang kompleks. Dalam penelitian kami, sumber kasus yang lebih tua lebih mungkin

HIV-positif dan etnis itu sangat terkait dengan positif HIV. Penelitian lain telah menunjukkan

bahwa orang dewasa HIV-positif dengan TB paru lebih jarang member haril BTA-positif

dibandingkan orang dewasa HIV-negatif [42]. Peningkatan risiko penyakit TB pada kontak

anak HIV-positif kasus sumber mungkin karena biologi (misalnya peningkatan risiko positif

HIV) dan epidemiologi faktor dalam rumah tangga yang terkena dampak HIV.

Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa anak-anak semakin tua mereka

lebih mungkin untuk menjadi terinfeksi, mungkin karena meningkatnya durasi paparan

potensi lebih sumber kasus dan lebih banyak interaksi dengan masyarakat selain paparan

rumah tangga [9]. Hubungan antara penggunaan alkohol pada sumber kasus dan kedua

infeksi dan penyakit pada anak memerlukan studi lebih lanjut. Mungkin bahwa alkohol

merupakan bagian untuk faktor sosial ekonomi lainnya, tetapi alkohol tidak dikaitkan dengan

etnis atau salah satu eksposur sosial ekonomi lainnya dicatat dalam penelitian kami. Mungkin

sumber kasus yang minum dalam beberapa cara yang lebih menular daripada mereka yang

tidak minum atau bahwa perilaku mereka lebih cenderung menyebabkan infeksi (misalnya

kontak yang terlalu lama karena diagnostik dan pengobatan delay) pada anak [43]. Kepatuhan

terhadap pengobatan mungkin terpengaruh perilaku untuk hidup sehat. Alkohol adalah

menunjukkan faktor risiko untuk penyakit TB pada orang dewasa dengan rentan terhadap

obat [44] dan MDR-TB [45]. Positif HIV [31] dan usia yang lebih muda [27] pada anak

terkait dengan peningkatan risiko perkembangan penyakit, mengikuti Infeksi, baik dijelaskan

dalam TB yang rentan terhadap obat , dan kami telah menunjukkan bahwa hal itu juga

muncul benar untuk anak-anak terkena MDR-TB. Proporsi anak-anak dengan penyakit

konsisten dengan lainnya.Studi kontak rumah tangga dari pengaturan ini [7]. Asosiasi antara

jenis kelamin anak dan penyakit juga membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut. Ada

kemungkinan bahwa anak perempuan lebih mungkin mengembangkan penyakit atau asosiasi

ini mungkin mencerminkan beberapa sikap sosiologis dan budaya untuk membesarkan anak

atau perilaku mencari kesehatan. Rumah dengan lebih kamar mungkin pengganti untuk status

sosial ekonomi, enularan TB, gaya hidup, perilaku atau nutrisi. Mungkin beberapa keluarga

12

Page 13: Jurnal Reading Metro

tinggal di rumah dengan lebih kamar, sedangkan bangunan dengan kamar lebih sedikit hanya

rumah satu keluarga.

Keterbatasan penelitian kami adalah jumlah anak-anak yang terlibat dalam penelitian

yang relatif kecil, dan sejumlah kecil anak-anak dengan penyakit. Ini mungkin memiliki

asosiasi tersembunyi yang mungkin jelas jika angka yang lebih besar telah

disertakan. Dalam studi tentang kontak anak yang rentan terhadap obat sebelumnya, ukuran

intensitas (misalnya kedekatan tidur) dan durasi paparan menunjukkan hubungan bergradasi

dengan risiko infeksi pada anak, seperti yang dilakukan penularan yang dari kasus sumber

[9,46]. Kami tidak dapat menunjukkan hubungan tersebut. Kami juga tidak membandingkan

anak-anak terkena MDR-TB dengan anak-anak terkena TB yang rentan terhadap obat untuk

menentukan apakah perbedaan sistematis antara dua populasi yang ada (misalnya pada anak

dan sumber demografi kasus atau faktor risiko untuk infeksi dan Penyakit). Ada

kemungkinan bahwa MDR-TB dalam kasus sumber,di mana jangka waktu pemaparan

biasanya panjang terlihat karena gagal pengobatan lini pertama sebelumnya, mungkin

berpotensi jelas hubungan antara faktor risiko dan infeksi. Hal ini juga akan berguna untuk

membandingkan MDR-TB terpajan anak-anak dengan kontrol masyarakat tanpa diketahui

kasus sumber untuk mendokumentasikan latar belakang (yaitu masyarakat, tingkat infeksi

mungkin rentan terhadap obat). Selanjutnya Keterbatasan adalah desain studi; meskipun

faktor risiko untuk negara yang berbeda (exposure, infeksi dan penyakit) dievaluasi,itu tidak

mungkin untuk menentukan apakah anak atau kasus sumber diidentifikasi diperoleh infeksi /

penyakit lebih dulu. Akhirnya, definisi infeksi pada penelitian kami adalah satu pengukuran

TST dilakukan di evaluasi awal. Tidak hanya TST ukuran yang tidak sempurna dari infeksi,

tapi kami juga tidak menyelesaikan pengujian ulang TST di follow-up kunjungan studi cross-

sectional ini.

13

Page 14: Jurnal Reading Metro

Kesimpulan

Penelitian kami memiliki beberapa implikasi. kewaspadaan terus-menerus harus

digunakan dalam evaluasi klinis rumah tangga anak kontak, terutama sangat muda (kurang

dari tiga tahun) atau anak-anak HIV-positif, setelah paparan ke MDR-TB kasus sumber,

berdasarkan risiko tinggi penyakit kemajuan. Dalam terang risiko menunjukkan tinggi

14

Page 15: Jurnal Reading Metro

infeksi M. tuberculosis dan perkembangan penyakit, kebutuhan untuk penyelidikan kontak

menyusul MDRTB diagnosis dalam kasus sumber ditekankan, seperti perlu melakukan

penyelidikan ini cepat sehingga anak diidentifikasi sebelum mereka telah berkembang ke

penyakit. Program ketergantungan alkohol harus terintegrasi ke dalam program MDR-TB

diberikan hubungan dekat antara kedua epidemi. Akhirnya, implikasi dari etnis dan faktor

sosial ekonomi terhadap risiko infeksi dan penyakit pada anak-anak memerlukan evaluasi

lebih lanjut.

References

1. Rieder HL: Epidemiologic Basis of Tuberculosis Control. International Union Against

Tuberculosis and Lung Disease: First Edition; 1999.

2. Mandalakas AM, Detjen AK, Hesseling AC, Benedetti A, Menzies D: Interferon-

gamma release assays and childhood tuberculosis: systematic review and meta-

analysis. Int J Tuberc Lung Dis 2011, 15(8):1018–1032.

3. Zar HJ, Hanslo D, Apolles P, Swingler G, Hussey G: Induced sputum versus gastric

lavage for microbiological confirmation of pulmonary tuberculosis in infants and

young children: a prospective study. Lancet 2005, 365(9454):130–134.

4. Marais BJ, Gie RP, Schaaf HS, Beyers N, Donald PR, Starke JR: Childhood

pulmonary tuberculosis: old wisdom and new challenges. Am J Respir Crit Care Med

2006, 173(10):1078–1090.

5. Middelkoop K, Bekker LG, Morrow C, Zwane E, Wood R: Childhood tuberculosis

infection and disease: a spatial and temporal transmission analysis in a South African

township. S Afr Med J 2009, 99(10):738–743.

6. Marais BJ, Gie RP, Schaaf HS, Hesseling AC, Obihara CC, Nelson LJ, Enarson DA,

Donald PR, Beyers N: The clinical epidemiology of childhood pulmonary

tuberculosis: a critical review of literature from the pre-chemotherapy era. Int J

Tuberc Lung Dis 2004, 8(3):278–285.

7. Marais BJ, Hesseling AC, Schaaf HS, Gie RP, Van Helden PD, Warren RM:

Mycobacterium tuberculosis transmission is not related to household genotype in a

setting of high endemicity. J Clin Microbiol 2009, 47(5):1338–1343.

8. Lienhardt C, Fielding K, Sillah J, Tunkara A, Donkor S, Manneh K, Warndorff D,

McAdam KP, Bennett S: Risk factors for tuberculosis infection in sub- Saharan

Africa: a contact study in The Gambia. Am J Respir Crit Care Med 2003, 168(4):448–

455.

15

Page 16: Jurnal Reading Metro

9. Lienhardt C, Sillah J, Fielding K, Donkor S, Manneh K, Warndorff D, Bennett S,

McAdam K: Risk factors for tuberculosis infection in children in contact with

infectious tuberculosis cases in the Gambia, West Africa. Pediatrics 2003, 111(5 Pt

1):e608–e614.

10. Gessner BD, Weiss NS, Nolan CM: Risk factors for pediatric tuberculosis infection

and disease after household exposure to adult index cases in Alaska. J Pediatr 1998,

132(3):509–513.

11. Singh M, MynakML, Kumar L,Mathew JL, Jindal SK: Prevalence and risk factors for

transmission of infection among children in household contact with adults having

pulmonary tuberculosis. Arch Dis Child 2005, 90(6):624–628.

12. Shaw JB, Wynn-Williams N: Infectivity of pulmonary tuberculosis in relation to

sputum status. Am Rev Tuberc 1954, 69(5):724–732.

13. Siddiqi K, Lambert ML, Walley J: Clinical diagnosis of smear-negative pulmonary

tuberculosis in low-income countries: the current evidence. Lancet Infect Dis 2003,

3(5):288–296.

14. Cruciani M, Malena M, Bosco O, Gatti G, Serpelloni G: The impact of human

immunodeficiency virus type 1 on infectiousness of tuberculosis: A meta-analysis.

Clin Infect Dis 2001, 33(11):1922–1930.

15. Escombe AR, Moore DA, Gilman RH, Pan W, Navincopa M, Ticona E, Martinez C,

Caviedes L, Sheen P, Gonzalez A, et al: The infectiousness of tuberculosis patients

coinfected with HIV. PLoS Med 2008, 5(9):e188.

16. Tipayamongkholgul M, Podhipak A, Chearskul S, Sunakorn P: Factors associated

with the development of tuberculosis in BCG immunized children. Southeast Asian J

Trop Med Public Health 2005, 36(1):145–150.

17. Lienhardt C: From exposure to disease: the role of environmental factors in

susceptibility to and development of tuberculosis. Epidemiol Rev 2001,23(2):288–

301.

18. Loudon RG, Spohn SK: Cough frequency and infectivity in patients with pulmonary

tuberculosis. Am Rev Respir Dis 1969, 99(1):109–111.

19. Rouillon A, Perdrizet S, Parrot R: Transmission of tubercle bacilli: The effects of

chemotherapy. Tubercle 1976, 57(4):275–299.

20. Andersen S, Geser A: The distribution of tuberculous infection among households in

African communities. Bull World Health Organ 1960, 22:39–60.

16

Page 17: Jurnal Reading Metro

21. Narain R, Nair SS, Rao GR, Chandrasekhar P: Distribution of tuberculous infection

and disease among households in a rural community. Bull World Health Organ 1966,

34(4):639–654.

22. Den Boon S, Verver S, Marais BJ, Enarson DA, Lombard CJ, Bateman ED, Irusen E,

Jithoo A, Gie RP, Borgdorff MW, et al: Association between passive smoking and

infection with Mycobacterium tuberculosis in children. Pediatrics 2007, 119(4):734–

739.

23. Lienhardt C, Fielding K, Sillah JS, Bah B, Gustafson P, Warndorff D, Palayew M,

Lisse I, Donkor S, Diallo S, et al: Investigation of the risk factors for tuberculosis: a

case–control study in three countries in West Africa. Int J Epidemiol 2005,

34(4):914–923.

24. Wood R, Johnstone-Robertson S, Uys P, Hargrove J, Middelkoop K, Lawn SD,

Bekker LG: Tuberculosis transmission to young children in a South Seddon et al.

BMC Infectious Diseases 2013, 13:392 Page 9 of 10

http://www.biomedcentral.com/1471-2334/13/392 African community: modeling

household and community infection risks. Clin Infect Dis 2010, 51(4):401–408.

25. De Jong BC, Hill PC, Aiken A, Awine T, Antonio M, Adetifa IM, Jackson-Sillah DJ,

Fox A, Deriemer K, Gagneux S, et al: Progression to active tuberculosis, but not

transmission, varies by Mycobacterium tuberculosis lineage in The Gambia. J Infect

Dis 2008, 198(7):1037–1043.

26. Grzybowski S, Barnett GD, Styblo K: Contacts of cases of active pulmonary

tuberculosis. Bull Int Union Tuberc 1975, 50(1):90–106.

27. Marais BJ, Gie RP, Schaaf HS, Hesseling AC, Obihara CC, Starke JJ, Enarson DA,

Donald PR, Beyers N: The natural history of childhood intra-thoracic tuberculosis: a

critical review of literature from the pre-chemotherapy era. Int J Tuberc Lung Dis

2004, 8(4):392–402.

28. Jones C, Whittaker E, Bamford A, Kampmann B: Immunology and pathogenesis of

childhood TB. Paediatr Respir Rev 2011, 12(1):3–8.

29. Guelar A, Gatell JM, Verdejo J, Podzamczer D, Lozano L, Aznar E, Miro JM,

Mallolas J, Zamora L, Gonzalez J, et al: A prospective study of the risk of

tuberculosis among HIV-infected patients. AIDS 1993, 7(10):1345–1349.

30. Selwyn PA, Hartel D, Lewis VA, Schoenbaum EE, Vermund SH, Klein RS, Walker

AT, Friedland GH: A prospective study of the risk of tuberculosis among intravenous

17

Page 18: Jurnal Reading Metro

drug users with human immunodeficiency virus infection. N Engl J Med 1989,

320(9):545–550.

31. Hesseling AC, Cotton MF, Jennings T, Whitelaw A, Johnson LF, Eley B, Roux P,

Godfrey-Faussett P, Schaaf HS: High incidence of tuberculosis among HIV-infected

infants: evidence from a South African population-based study highlights the need for

improved tuberculosis control strategies. Clin Infect Dis 2009, 48(1):108–114.

32. World Health Organization: Global tuberculosis control. Geneva, Switzerland:

WHO/HTM/TB/201116; 2011. Available at: http://www.who.int/tb/

publications/global_report/2011/gtbr11_full.pdf (accessed August 2013).

33. World Health Organization: Guidelines for the programmatic management of drug-

resistant tuberculosis - Emergency update. Geneva, Switzerland: WHO/

HTM/TB/2008.402; 2008. Available at: http://whqlibdoc.who.int/publications/

2008/9789241547581_eng.pdf (accessed August 2013).

34. Schaaf HS, Gie RP, Kennedy M, Beyers N, Hesseling PB, Donald PR: Evaluation of

young children in contact with adult multidrug-resistant pulmonary tuberculosis: a 30-

month follow-up. Pediatrics 2002, 109 (5):765–771.

35. South African Health Review: Health and related indicators; 2010. Available at:

http://www.hst.org.za/sites/default/files/sahr10_21.pdf (accessed August 2013).

36. Marais BJ, Hesseling AC, Gie RP, Schaaf HS, Beyers N: The burden of childhood

tuberculosis and the accuracy of community-based surveillance data. Int J Tuberc

Lung Dis 2006, 10(3):259–263.

37. Kritzinger FE, Den Boon S, Verver S, Enarson DA, Lombard CJ, Borgdorff MW, Gie

RP, Beyers N: No decrease in annual risk of tuberculosis infection in endemic area in

Cape Town, South Africa. Trop Med Int Health 2009, 14(2):136–142.

38. Wood R, Liang H, Wu H, Middelkoop K, Oni T, Rangaka MX, Wilkinson RJ,

Bekker LG, Lawn SD: Changing prevalence of tuberculosis infection with increasing

age in high-burden townships in South Africa. Int J Tuberc Lung Dis 2010,

14(4):406–412.

39. Seddon JA, Hesseling AC, Marais BJ, Jordaan A, Victor T, Schaaf HS: The evolving

epidemic of drug-resistant tuberculosis among children in Cape Town, South Africa.

Int J Tuberc Lung Dis 2012, 16(7):928–933.

40. Seddon JA, Godfrey-Faussett P, Hesseling AC, Gie RP, Beyers N, Schaaf HS:

Management of children exposed to multidrug-resistant Mycobacterium tuberculosis.

Lancet Infect Dis 2012, 12(6):469–479.

18

Page 19: Jurnal Reading Metro

41. Graham SM, Ahmed T, Amanullah F, Browning R, Cardenas V, Casenghi M,

Cuevas LE, Gale M, Gie RP, Grzemska M, et al: Evaluation of tuberculosis

diagnostics in children: 1. Proposed clinical case definitions for classification of

intrathoracic tuberculosis disease. Consensus from an expert panel. J Infect Dis 2012,

205(Suppl 2):S199–S208.

42. Getahun H, Harrington M, O’Brien R, Nunn P: Diagnosis of smear-negative

pulmonary tuberculosis in people with HIV infection or AIDS in resourceconstrained

settings: informing urgent policy changes. Lancet 2007, 369(9578):2042–2049.

43. Kiwuwa MS, Charles K, Harriet MK: Patient and health service delay in pulmonary

tuberculosis patients attending a referral hospital: a crosssectional study. BMC Publ

Health 2005, 5:122.

44. Lonnroth K, Williams BG, Stadlin S, Jaramillo E, Dye C: Alcohol use as a risk factor

for tuberculosis - a systematic review. BMC Publ Health 2008, 8:289.

45. Suarez-Garcia I, Rodriguez-Blanco A, Vidal-Perez JL, Garcia-Viejo MA, Jaras-

Hernandez MJ, Lopez O, Noguerado-Asensio A: Risk factors for multidrugresistant

tuberculosis in a tuberculosis unit in Madrid, Spain. Eur J Clin Microbiol Infect Dis

2009, 28(4):325–330.

46. Rutherford ME, Hill PC, Maharani W, Apriani L, Sampurno H, Van Crevel R,

Ruslami R: Risk factors for Mycobacterium tuberculosis infection inIndonesian

children living with a sputum smear-positive case. Int J Tuberc Lung Dis 2012,

16(12):1594–1599.

19