Jurnal Reading OM
-
Upload
nina-burhanudin -
Category
Documents
-
view
30 -
download
8
description
Transcript of Jurnal Reading OM
Infeksi Virus Herpes Simpleks Tipe I yang Parah Setelah Prosedur Dental
Lara El Hayderi, Laurent Raty, Valerie Failla, Marie Caucanas, Dilshad Paurobally, Arjen F. Nikkels
Department of Dermatology, University Medical Center Liège, Belgium
Med Oral Patol Oral Cir Bucal. 2011 Jan 1;16 (1):e15-8.
Pendahuluan
Alphaherpesviruses:Herpes Simplex virus type I (HSV-I)
Herpes Simplex virus type II (HSV-II)
Infeksi Primer
Laten di ganglion saraf sensoris
Faktor inisiasi: -Sistemik (demam, menstruasi, imunosupresi iatrogenik dan stres)-Lokal (cedera bibir, paparan dingin,sinar matahari, angin, dan trauma iatrogenik)
Recurrent Herpes Labialis (RHL) 16%- 38% dari populasi.
Frekuensi menurun menjadi 20% pada usia lanjut
kambuhnya infeksi HSV membutuhkan reaktivasi
virus secara simultan di tingkat ganglia trigeminal
&permitivitas kulit
replikasi virus intra-epidermal
pembentukan lesi.
Rekurensi
Pada bagian anatomi yang sama . Pada umumnya perbatasan Vermillion
dari bibir atas atau bawah.
Terdapat tanda klinis yang serupa dalam hal durasi, rasa sakit dan keparahan lesi.
Faktor inisiasi yang paling sering adalah stres
Recurrent Herpes Labialis (RHL) dapat menjadi komplikasi dari perawatan gigi seperti:
- Fixed prosthodontic tissue- Operasi rongga mulut
Tidak terdapat data karena jarang terjadi tetapi Tujuh pasien menunjukkan adanya infeksi HSV-I yang luas dan parah
setelah ekstraksi gigi.
Laporan kasus
Pasien - 3 laki-laki - 4 perempuan- usia rata-rata: 37,2 tahun, mininum: 19 tahun,
maksimum: 55 tahun menderita RHL, mengalami antara rekurensi 3-8 kali pertahun.
- Riwayat medis: alergi (-), bedah (-)- Tidak mengonsumsi obat imunosupresan
Faktor inisiasi yang paling sering adalah stres.
Dua pasien terkena paparan sinar matahari berhubungan rekurensi. Sebelumnya, tidak ada yang mengalami RHL
setelah perawatan gigi.
Lima pasien mengakui tanda-tanda prodromal yang khas, termasuk menyengat, membakar, dysesthesia, dan gatal-
gatal, terjadi 1 sampai 2 hari sebelum rekurensi. Tanda-tanda prodromal yang jauh lebih parah dari biasanya.
Lima pasien mengunjungi unit gawat darurat dan yang lainnya berkonsultasidengan dr .GP atau dokter kulit.
Salah satu pasien yang dirawat di unit gawat darurat awalnya salah didiagnosis sebagai erisipelas dan menerima antibiotik intravena (Amoxicilline / asam
clavulinic, Augmentin ®, 3x1000mg/day, Smith Kline Beecham).
sakit perluasan ke pipi kanan, hidung, dagu, rongga mulut dan bibir atas. Eritematosa, vesikular, dan terdapat lesi berkulit (krusta). Keduanya mengalami demam (39 ° C), adenopati regional dan tidak bisa makan. Pemeriksaan fisik lebih lanjut biasa-biasa saja.
Kedua pasien tersebut Memerlukan rawat inap dan asiklovir intravena (5mg/kg/day selama 8 hari, Zovirax ®, GSK).
Serostatus positif untuk HSV (IgG: +, IgM: -). Topikal dan intraoral desinfeksi dengan povidon
iodine (Isobetadine ®, MEDA Pharma) diberikan 3xsehari.
Skrining darah hanya menunjukkan peningkatan ringan dari tingkat sedimentasi.
Pemeriksaan laboratorium lainnya, termasuk hati, ginjal, dan fungsi tiroid serta jumlah sel darah merah dan putih berada dalam batas normal.
Serologi (-) untuk HIV, hepatitis A dan B.
Lima pasien lainnya infeksi HSV-1 muncul kembali meluas ke lipatan nasolabial, dagu, dan pipi, yang sebagian besar mengenai daerah dimana prosedur tersebut dilakukan.
Para pasien di beri valasiklovir oral (Zelitrex ®, 500mg selama 7 hari) atau asiklovir oral (5 x 200 mg selama 7 hari). Rekurensi infeksi HSV 2 sampai 3 hari setelah intervensi gigi.
Anestesi :anestesi lokal ( blok anestesi saraf alveolar
inferior / infiltrasi periodontal lokal untuk geraham atas) menggunakan lidokain.
Tindakan ekstraksi molar (5), ekstraksi gigi insisivus (1) dan restorasi (1).
Tzanck smears dilakukan pada 6 pasien menunjukkan :
- Multinucleated- syncytial giant cells - banyak neutrofil polynuclear, menunjukkan infeksi α-
herpesvirus .
Imunohistokimia menggunakan antibodi spesifik diarahkan terhadap HSV-I, HSV-II dan Varicella
Zoster Virus (VZV)
HSV-I (+)
Pada satu pasien, swab yang dilakukan untuk kultur sel virus, menggambarkan HSV-I
dengan imunofluoresensi setelah 48 jam. Proses penyembuhan alveolar setelah
ekstraksi tidak terganggu atau tertunda.
Dua pasien diperlukan ekstraksi molar berikutnya dan profilaksis valacyclovir oral (500 mg bid, Zelitrex ®, Glaxo Smith Kline) diberikan 48 jam sebelum sampai tiga hari setelah perawatan gigi.
Tidak ada rekurensi infeksi herpes lebih lanjut diamati pada kedua pasien. Obat ini ditoleransi dengan baik.
Pembahasan
• Tujuh kasus menunjukkan infeksi berat HSV yang berhubungan dengan ekstraksi gigi.
• Perhitungan untuk cedera gigi harus diambil dengan tindakan pencegahan.
• Semua pasien memiliki riwayat RHL, tidak ada sejarah RHL saat penambalan gigi, tidak ada RHL pada saat ekstraksi, infeksi muncul kembali signifikan lebih parah dari biasanya, anestesi lokal, interval waktu 2-3 hari, dan waktu penyembuhan meningkat dari kemunculan yang sama. Semua rekurensi dimulai pada lokasi episode sebelumnya.
• Meskipun ekstraksi gigi biasanya dicurigai sebagai faktor inisiasi, HSV juga dapat komplikasi dari fixed prosthodontic tissue.
• Tidak ada data mengenai prosedur gigi lainnya yang umum, seperti penambalan atau pembersihan plak gigi.
• Data frekuensi ekstraksi terkait RHL jarang dan kontradiktif.
• Dalam sebuah penelitian, 4/20 pasien dengan riwayat RHL mengalami RHL setelah ekstraksi gigi sedangkan tidak ada kekambuhan yang dicatat dalam 19 pasien tanpa riwayat RHL .
• Studi besar mengevaluasi komplikasi pasca ekstraksi pada 3818 kasus, tidak ada satu kasus HSV dibuktikan.
• Studi lain : - 48 pasien yang menjalani ekstraksi molar ketiga - frekuensi HSV-1 positive nested polymerase
chain reaction (PCR) adalah rendah (4,2%) - tidak signifikan secara statistik dengan kelompok
kontrol yang menjalani prosedur konvensional.
Pemicu munculnya kembali infeksi HSV multi-faktorial.
• Pertama, rasa takut dan stres untuk prosedur gigi meningkatkan HSV asimtomatik shedding. Hal ini dapat lebih ditingkatkan dengan cedera saraf selama ekstraksi.
• Bahkan, selama prosedur bedah yang melibatkan trigeminal nerve root, HSV reaktivasi terjadi hingga 50% dari pasien. Namun, HSV shedding tampaknya terjadi secara independen dari rekurensi klinis.
• Ketiga, iritasi saraf dengan blok anestesi juga dapat menjadi reaktivasi virus, seperti saraf alveolar inferior adalah cabang dari saraf mandibula, cabang ketiga dari saraf trigeminal, di mana tempat tersebut menjadi latensi virus.
Ketiga unsur tersebut mungkin menyebabkan viral load yang lebih tinggi, sehingga muncul
infeksi lebih berat. Perluasan HSV pada kulit sering difasilitasi
oleh keratinocytic injury, diamati selama deep chemical peelings, abrasive laser resurfacing, dermabrasi dan prosedur
kosmetik lainnya.
Prosedur ini secara sistematis memerlukan pengobatan antivirus profilaksis. Namun, tidak
ada tanda-tanda cedera kulit sebelumnya pada pasien. Tidak jelas, apakah manipulasi
dan perluasan pada bibir selama prosedur gigi sebagai faktor risiko.
• Proses penyembuhan alveolar setelah ekstraksi tampaknya tidak tertunda atau terganggu.
• Diagnosis klinis RHL ekstraksi terkait biasanya jelas. Namun, konfirmasi imunohistokimia pada smear Tzanck disarankan , khususnya post-ekstraksi herpes zoster .
• Sero-prevalensi mencapai 90 sampai 95% pada populasi orang dewasa, serologi bukan metode diagnostik yang direkomendasikan.
• Pengobatan infeksi HSV terkait ekstraksi gigi ini bergantung pada terapi antiviral oral atau intravena, sesuai dengan tingkat keparahan klinis.
• Pada dua pasien, pengobatan antivirus profilaksis efektif karena tidak ada RHL setelah ekstraksi molar berikutnya dengan anestesi lokal.
• Data yang lebih diperlukan untuk merekomendasikan terapi antivirus profilaksis.
• Saat ini, hanya orang-orang tertentu dengan riwayat RHL yang memenuhi syarat untukprofilaksis antivirus.
• Pengobatan antiviral profilaksis untuk prosedur kosmetik abrasif, skema berikut bisa diusulkan; valasiklovir oral (500mg, Zelitrex ®, Glaxo Smith Kline), 48 jam sebelum sampai tiga hari setelah perawatan gigi. Famsiklovir atau asiklovir juga dapat dipertimbangkan.
Kesimpulan
• Rekurensi infeksi HSV dapat dipicu oleh ekstraksi gigi. Infeksi ini tampaknya lebih parah dari wabah biasa.
• Data kejadian masih kurang.• Pengobatan antivirus profilaksis dapat
dipertimbangkan untuk pasien RHL secara individual.
• Dokter gigi harus mengetahui hal ini merupakan komplikasi yang parah dari ekstraksi gigi.