JUrnal Reading
-
Upload
abdul-kodir -
Category
Documents
-
view
26 -
download
0
description
Transcript of JUrnal Reading
A.C. Rossi, F. Prefumo / European Journal of Obstetrics & Gynecology and Reproductive Biology 169 (2013) 149–154
Review
Outcome Perinatal pada kasus oligohidramnion terisolir pada kehamilan matur dan post matur: review sistemik dengan meta-analisis
A. Cristina Rossia,*, Federico Prefumob
aDepartment of Obstetrics and Gynecology, University of Bari, Bari, ItalybMaternal-Fetal Medicine Unit, Department of Obstetrics and Gynecology, University of Brescia, Brescia, Italy
INFO ARTIKEL
Riwayat artikel:Diterima 28 Desember 2012Diterima dengan peninjauan dari 6 Maret 2013Disetujui 8 maret 2013
Kata kunci:Oligohidramnion terisolirCairan amionKehamilan maturKehamilan postmaturAFI (indeks cairan amnion)Outcome perinatal
ABSTRAK
Objektif: manajemen oligohidramnion terisolir (IO) pada kehamilan post/matur masih kontroversial. Tujuan paper ini untuk mengulas outcome kehamilan matur dan postmatur dengan IO dibandingkan dengan AF (cairan amnion) yang normal pada evaluasi persalinanDesain penelitian: penelitian pada PubMed, Medline, EMBASE dan berbagai referensinya akan diulas. Kriteria inklusi untuk pemilihan artikel yaitu: kehamilan tunggal. definisi oligohidramnion dengan kriteria AFI < 5 cm, AF dinilai pada usia gestasi 37-42 minggu. Kriteria ekslusi: malformasi janin, persalinan prematur, KPD, IUGR. Outcome perinatal: intevensi obstetrik tanpa menilai laju DJJ (SC, persalinan operatif), cairan amnion dengan pewarnaan mekonium, skor APGAR < 7 pada 5 menit pertama, pH arteri umbilikus < 7.0, kecil masa kehamilan (SGA), perawatan NICU dan kematian perinatal. Meta analisis membandingkan outcome kehamilan dengan cairan amnion IO dibandingkan dengan normal. Penelitian-penelitian intern yang heterogen diperiksa. OR (odd ratio) dan CI ( confidence interval ) 95% dihitung. Perbedaan antara 2 kelompok dipertimbangkan signifikan bila CI 95% tidak memlebihi 1. Diikuti dengan guideline MOOSE.Hasil: 4 artikel memuat 679 kasus (17.2%) dengan IO dan 3264 (82.8%) dengan AF yang normal. Intervensi obstetrik terjadi lebih sering pada kelompok IO dibandingkan dengan kelompok AF yang normal (IO: 89/679, 13% vs normal; AF:166/3354, 5%; OR: 2.30; 95% CI: 1.00–5.29). meta analisis tidak menunjukkan perbedaan dengan perbedaan variabel yang berkenaan dengan mekonium, Apgar, pH, SGA, NICU dan kematian perinatal.Kesimpulan: pada kehamilan matur maupun postmatur, IO berhubungan dengan peningkatan risiko intervensi obstetrik tetapi outcomenya ternyata sama saja dengan kehamilan dengan AF yang normal.
2013 Elsevier Ireland Ltd. All rights reserved.
1
A.C. Rossi, F. Prefumo / European Journal of Obstetrics & Gynecology and Reproductive Biology 169 (2013) 149–154
Isi
1. Pendahuluan..............................................................................................................2
2. Material dan metode..................................................................................................3
3. Hasil..........................................................................................................................6
4. Diskusi.......................................................................................................................7.................................................................................................................................Referensi...................................................................................................................14
1. Pedahuluan
Insidensi oligohidraminion sangatlah beragam, dari sekitar 0.5% hingga
5%, tergantung pasa populasi penelitian dan definisi oligohidramnion yang
digunakan. Oligohidramnion dapat terisolir atau berhubungan dengan kondisi
maternal maupun janin seperti hipertensi, KPD, IUGR, dan anomali kongenital.
Sementara outcome perinatal berhubungan dengan oligohidramion terkait karena
ada kondisi yang mendasarinya, sedangkan pada kasus oligohidramnion yang
terisolir masih belum begitu jelas. Pada kehamilan post-matur, insufisiensi
plasenta dianggap sebagai faktor utama yang menyebabkan berkurangnya volume
cairan amnion [3]. Alternatif lainnya, maturitas sistem renal dapat menyebabkan
peningkatan fisiologis dan penyerapan cairan amnion [3].
Manajemen optimal pada kehamilan matur dan post-matur terisolir masih
kontroversial. Meta analisis terbaru yang paling banyak mengenai topik ini
menunjukkan AFI < 5 cm berhubungan dengan peningkatan risiko 2 kali lipat SC
karena fetal distress dan peningkatan risiko 5 kali lipat dengan skor Apgar < 7
pada 5 menit pertama dibandingkan dengan kehamilan dengan jumlah cairan
amnion yang normal [4]. Meta-analisis tersebut diterbitkan pada tahun 1999.
Tujuan dari review ini adalah untuk menganalisa literatur yang baru, agar dapat
menentukan apakah risiko efek samping outcome perinatal pada kehamilan
2
A.C. Rossi, F. Prefumo / European Journal of Obstetrics & Gynecology and Reproductive Biology 169 (2013) 149–154
dengan komplikasi dengan oligohidramnion terisolir pada saat persalinan
meningkat dibandingkan dengan kehamilan dengan cairan amnion yang normal.
2. Material dan metode
Sebagaimana dari meta-analisis yang dikemukakan sebelumnya oleh
Chauhan dkk [4]. Disini didefinisikan AFI < 5 cm pada kasus dengan persalinan
fase aktif.
Penelitian di PubMed, EMBASE, Medline dan referensi lainnya yang
dihubungkan dengan artikel yang relevan yang membandingkan outcome
perinatal pada kehamilan matur maupun postmatur dengan komplikasi
oligohidrmanion terisolir (kelompok yang diteliti) dengan kehamilan matur dan
postmatur dengan volume cairan amnion yang normal (kelompok kontrol).
Periode penelitian pada review ini bermula dari Januari 2000 hingga januari 2012.
kata kuncinya yaitu: cairan amnion, kehamilan matur, oligohidramnino terisolir,
volume cairan amnion (AFI), outcome perinatal. Kriteria inklusi untuk seleksi
pada penelitian ini yaitu kehamilan tunggal, definisi oligohidramnion dengan AFI
< 5 cm, pendeteksian oligohidramnion pada usia gestasi 37-42 minggu, penentuan
volume cairan amnion dimulai pada masa persalinan dan fase aktif,
oligohidramnion ditentukan selama persalinan dan outcome yang ada
dibandingkan dengan kontrol. Kriteria ekslusi diantaranya: tidak adanya paling
tidak satu dari kriteria inklusi tersebut, malformasi janin, persalinan prematur,
oligohidramnion sekunder disebabkan oleh KPD, deteksi antenatal adanya IUGR
dan data disajikan dalam bentuk grafik dan persentasi dibandingkan dengan porsi
penjumlahan. Komunikasi personal, surat-surat dan publikasi non berbahasa
inggris juga disingkirkan.
Outcome perinatal didefinisikan sebagai cairan amnion mekonium
staining, intervensi obstetrik dengan DJJ yang tidak teratur (persalinan pervaginal
operatif atau SC sito), skor Apgar < 7 pada 5 menit pertama, pH arteri umbilikalis
3
A.C. Rossi, F. Prefumo / European Journal of Obstetrics & Gynecology and Reproductive Biology 169 (2013) 149–154
< 7.0. SGA (misalnya SGA bila berat lahir < 20 persentil menurut usia gestasi),
perawatan di NICU dan kematian perinatal (lahir mati atau kematian neonatal
dalam 28 hari pertama). Data kemudian dikelompokkan untuk kehamilan dengan
risiko tinggi dan dengan risiko rendah. Wanita dengan risiko tinggi didefinisikan
sebagai kehamilan dengan komplikasi dengan pre/eklamsia, IUGR, malformasi
janin yang menyebabkan oligohidramnion, penyakit ginjal maternal, atau
gangguan hipertensi lainnya.
Dilakukan kontak pada penulis untuk mendapatkan data yang inkomplet
atau yang belum diterbitkan. 2 penulis mereview artikel yang idependen dan data
inkomplet. Diikuti dengan guideline MOOSE . risiko bias dan antara penelitian
dinilai berdasarkan Cochrane Collaboration’s untuk menilai risiko bias.
Analisis komparatif dilakukan antara kelompok penelitian dengan
kelompok kontrol. Untuk tujuan ini, penelitian intern yang heterogen ditetapkan
berdasarkan Higgins dkk [5] dengan persentasi total varian melampaui penelitian
karena heterogenitas dibandingkan kesempatan (I2) dan di tes dengan tes chi-
squared untuk heterogenitasnya dengan level yang signifikan P=0,10. Model
efek acak dihasilkan ketika I2 ≥25%. OR dan CI 95% diperhitungkan.
Perbandingkan intergroup dipertimbangkan secara statistik bila CL 95% tidak
melampaui nilai 1. Meta analisis dilakukan dengan RevMan (Revision Manager,
Version 4.2 for Windows, Copenaghen: The Nordic Cochrane Centre, The
Cochrane Collaboration 2003).
4
Penelitian relevan yang potensial mengenai IO pada kehamilan post/matur
N=710
Pengkajian lagi penelitian dgn evaluasi yang lebih detailN=17
Penelitian yang potensial yang dimasukkan ke dalam review sistemik
N=10
Penelitian dengan informasi yang bergunas dimasukkan ke dalam review sistemik
N=4
Penelitian yang disingkirkan berdasarkan judul atau abstrak
N=693
Penelitian yang disingkirkan dari review sistemik karena tidak sesuai dengan kriteria
inklusiN=6
A.C. Rossi, F. Prefumo / European Journal of Obstetrics & Gynecology and Reproductive Biology 169 (2013) 149–154
Gambar 1. Skema seleksi penelitian
Tabel 1. Karakteristik penelitian yang dimasukkan
Penulis Tahun Sampel Ukuran sampel
Faktor risiko maternal
Indikasi penilaian
Penentuan usia gestasi
Locatelli 2004 Oligohidramnionkontrol
3412708
Rendahrendah
Rutin 40-42
Alchalabi 2006 Oligohidramnionkontrol
66114
Tinggitinggi
Induksi 37-42
Rainford 2001 Oligohidramnionkontrol
44188
Rendahrendah
Postmatur, pergerakan janin
37-42
Manzanares 2007 Oligohidramnionkontrol
206206
Rendahrendah
N/A 37-42
5
A.C. Rossi, F. Prefumo / European Journal of Obstetrics & Gynecology and Reproductive Biology 169 (2013) 149–154
3. Hasil
Langkah-langkah meta-analisis ditampilkan pada gambar 1. 4 artikel yang
tersedia, yang mana 1 artikel [6] melibatkan kehamilan dengan oligohidramnion
risiko tinggi karena kondisi maternal dan 3 penelitian lainnya [7-9] dilakukan
dengan kehamilan tanpa menilai faktor risiko maternal untuk oligohidramnion.
Tabel 1 menunjukkan karakteristik artikel yang dimuat, secara keseluruhan, 3873
kasus diambil, yang mana 657 (17.0%) kasus berupa IO (kelompok penelitian)
dan 3216 (83%) memiliki volume cairan amnion yang normal (kelompok
kontrol). Intervensi obstetrik untuk DJJ yang tidak teratur terdapat pada 254
kasus dan yang terdiri atas persalinan pervaginal operatif terdapat 76 (29.8%) dan
Sc sito 178 (70.8%) kehamilan. Meta-analisis menunjukkan insidensi yang lebih
tinggi pada intervensi obstetrik pada kelompok penelitian (89/657;13.5%)
dibandingkan dengan kelompok kontrol (165/3306;5.0%) (gambar 2). Cairan
amnion yang terwarnai mekonium umumnya sama dalam kelompok penelitian ini
(86/657; 13.1%) dan kelompok kontrol (387/3216; 12.0%; gambar 3). Pada
pelahiran, tidak ada perbedaan yang ditemukan terkait dengan Apgar skor yang <
7.0 (kelompok penelitian 4/657, 0.6% versus kelompok kontrol 18/3216, 0.5%
(gambar 4). pH arteri umbilikalis < 7 (kelompok penelitian 11/547, 2.0% vs
kelompok kontrol :24/2914, 0.8%) (gambar 5), dan perawatan di NICU
( kelompok penelitian 18/316, 5.7% vs kelompok kontrol 27/428, 6.3%)
(gambar 6). Dari 2 artikel, insidensi neonatus SGA dianalisis [7,8]. Ditemukan
pada kelompok penelitian ini (57/547; 10.4%) dan pada kelompok kontrol
(166/2914; 5.7%) dengan frekuensi yang sama (gambar 7).
Kematian neonatus ditemukan hanya pada 1 kehamilan. Ini terjadi pada
usia gestasi 41.2 minggu, diikuti dengan kehamilan tanpa komplikasi dengan AFI
10 cm dan mungkin sekunder disebabkan oleh terlipatnya tali pusat dan 3 lilitan
pada leher [7].
6
A.C. Rossi, F. Prefumo / European Journal of Obstetrics & Gynecology and Reproductive Biology 169 (2013) 149–154
Ketika meta analisis dilakukan hanya dengan menggunakan kehamilan
dengan risiko rendah, outcome perinatal sama antara pada OI dan kelompok
kontrol (tabel 2).
Gambar 2. Meta-analisis untuk intervensi obstetrik
Gambar 3. Meta-analisis untuk cairan amnion yang terwarnai mekonium
Gambar 4. Meta-analisis untuk skor Apgar < 7
Gambar 5. Meta-analisis untuk pH<7.0
4. Diskusi
7
A.C. Rossi, F. Prefumo / European Journal of Obstetrics & Gynecology and Reproductive Biology 169 (2013) 149–154
Review ini menunjukkan IO pada kehamilan matur dan postmatur tanpa
komplikasi berhubungan dengan peningkatan risiko 2 kali lipat untuk persalinan
operatif dan SC karena adanya fetal distress. Meskipun demikian, fetal distress
sekunder karena oligohidramnion tidak menyebabkan meningkatnya risiko nilai
Apgar yang rendah, pH arteri umbilikalis yang rendah, dan perawatan di NICU
dan angka mortalitas dibandingkan dengan kehamilan dengan cairan amnion yang
normal. Hal ini dapat menjadi perdebatan bahwa outcome perinatal secara
signifikan tidak berbeda antara kelompok oligohidramnion dan cairan amnion
yang normal karena intervensi yang disebabkan oleh oligohidramnion mencegah
mortalitas perinatal pada kelompok oligohidramnion. Tidak ada evidence,
bagaimanapun, yang menentukan volume cairan amnion dan identifikasi IO pada
kehamilan matur untuk mengurangi mortalitas perinatal [10].
Masalah utama dalam menyajikan data ini yang mana dari semua
penelitian termasuk diantaranya pengaturan yang acak untuk menghasilkan
penilaian cairan amnion dan 2 diantaranya secara spesifik dari institut tertentu
mengindikasikan induksi persalinan pada kasus IO. Oleh karena itu, janin dengan
AFI < 5 cm lebih cenderung akan dilakukan induksi persalinan dan pemeriksaan
janin dengan kardiotokografi. Karena interpretasi peningkatan DJJ sangatlah
subjektif, ini dapat dispekulasikan adanya oligohidramnion memmpengaruhi ahli
kandungan untuk melakukan intervensi obstetrik yang mungkin sebenarnya tidak
diperlukan, karena outcome bayi yang normal pada persalinan. Pandangan ahli
kandungan terhadap intervensi yang dilakukannya pada kasus IO dibandingkan
dengan kehamilan normal didemonstrasikan oleh Elsandabesee dkk [11], yang
melaporkan tidak adanya ketetapan umum yang spesifik, 50% wanita dengan
risiko rendah oligohidramnion berisiko dilakukan intervensi obstetrik, terutama
dengan dilakukannya induksi persalinan yang mana ini meningkatkan
kemungkinan risiko persalinan operatif [12]. Pendapat kami, ini akan menarik bila
dilakukan penelitian mengenai manajemen ahli kandungan pada persalinan yang
dapat berubah bila mereka tidak mengetahui penilaian USG dari cairan amnion.
Selain itu, bila penelitian ini yang memasukkan kehamilan risiko tinggi
disingkirkan, masih terdapat insidensi yang lebih tinggi untuk intervensi obstetrik
8
A.C. Rossi, F. Prefumo / European Journal of Obstetrics & Gynecology and Reproductive Biology 169 (2013) 149–154
pada bayi gawat janin pada kelompok penelitian oligohidramnion dibandingkan
dengan kelompok kontrol, walaupun perbedaannya secara statisitik tidak
signifikan. Ini juga penting untuk meneliti lebih jauh lagi mengenai peningkatan
persalinan operatif yang diobservasi pada review ini yang sekunder disebabkan
oleh induksi persalinan atau oligohidramnion.
Gambar 6. Meta-analisis untuk perawatan di NICU
Gambar 7. Meta-analisis untuk SGA
Berdasarkan dari review yang kami lakukan, monitoring elektronik janin
digunakan, oligohidramnion secara konsisten berhubungan dengan abnormalitas
DJJ pada saat persalinan, yang mana ini sebagai indikasi utama dilakukannya
intervensi obstetrik.
Kontroversi yang ada mengenai hubungan antara oligohidramnion dengan
amnion yang berwarna mekonium. Review yang kami lakukan menunjukkan IO
tidak menyebabkan keluarnya mekonium dan konfirmasi lebih lanjut
menunjukkan kondisi ini tidak menimbulkan faktor risiko pada janin.
Ini telah disugestikan bahwa berkurangnya cairan amnion pada kehamilan
matur dapat berhubungan dengan involusi plasenta; yang menyebabkan
pertumbuhan janin yang terhambat [13]. Oleh karena itu, oligohidramnion
diajukan sebagai metode skrining tunggal untuk mendeteksi neonatus yang SGA
9
A.C. Rossi, F. Prefumo / European Journal of Obstetrics & Gynecology and Reproductive Biology 169 (2013) 149–154
pada kehamilan matur, karena kehamilan matur tanpa komplikasi meningkatkan >
2 kali lipat risiko neonatus yang menjadi SGA [7]. Kami menemukan insidensi
neonatus dengan berat lahir < 10 persentil lebih tinggi pada kelompok
oligohidramnion (10%) dibandingkan dengan kelompok kontrol (5%), tetapi
perbedaan ini tidak mencapai tingkat yang signifikan secara statistik. Pada ulasan
artikel tersebut, tidak ada informasi yang ada mengenai pertumbuhan janin selama
kehamilan. Ketidak berkurangnya cairan amnion ditemukan pada usia kehamilan
< 37 minnggu, intervensi obstetrik dapat menyebabkan janin yang lahir kurang
berat badan. Walaupun hubungan antara oligohidramnion dan neonatus SGA
premature jelas dipengaruhi oleh prematuritas iatrogenik, hubungan antara
oligohidramnion dan menurunnya laju pertumbuhan pada kehamilan matur masih
belum begitu jelas.
Dibandingkan dengan meta-analisis sebelumnya [4], kami sepakat dengan
adanya peningkatan risiko yang signifikan untuk SC pada kehamilan dengan
gawat janin dengan IO pada persalinan. Bagaimanapun, Chauhan dkk, juga
melaporkan Apgar yang rendah pada 5 menit pertama pada kelompok
oligohidramnion, namun tidak ditemukan morbiditas neonatus yang lebih tinggi
[4]. Penjelasan yang memungkinkan mengenai hal ini yang mana termasuk
diantaranya pH arteri umbilikalis < 7.0, perawatan bayi di NICU sebagai outcome
neonatus tambahan, dan yang berbedanya dengan penelitian yang dilakukan
Chauhan dkk, yang hanya memeriksa skor Apgar karena karena kurangnya
informasi dari artikel yang mereka miliki. Selain itu, Chauhan dkk, dimana
artikelnya dipublikasikan pada periode 1987-1997. Karena artikel yang kami
telaah ini dipublikasikan pada dekade terakhir ini, ini beralasan untuk menarik
kesimpulan bahwa kami menemukan angka morbiditas yang lebih rendah dengan
perbaikan pelayanan pada obstetrik dan pediatrik dalam 10 tahun terakhir ini.
Keterbatasan review ini mesti dijelaskan. Dalam satu artikel,
oligohidramnion dianggap sebagai kehamilan dengan risiko tinggi, dan ini dapat
berhubungan dengan kondisi maternal dibandingkan dengan terisolasi. Kami
percaya, bagaimanapun, adanya suatu penyakit pada maternal tidak menyebabkan
bias pada hasil penelitian kami, karena hal tersebut mempengaruhi wanita dari
10
A.C. Rossi, F. Prefumo / European Journal of Obstetrics & Gynecology and Reproductive Biology 169 (2013) 149–154
kelompok penelitian maupun juga pada kelompok kontrol. Tambahan pula,
morbiditas dan mortalitas neonatus sama antara 2 kelompok, dan hal tersebut
tidak dipengaruhi oleh kondisi maternal. Ini dikonfirmasi dengan temuan kami
pada penelitian ini dengan menyingkirkannya dari meta-analisis kami, outcome
perinatal sama antara kehamilan dengan IO dengan kontrol.
Karakteristik obstetrik lainnya pada cairan amnion yang berukurang ini
dapat berperan pada adanya perbedaan jumlah persalinan operatif dan SC. Ini
dikonfirmasi oleha Locatelli dkk, yang menemukan persalinan SC yang lebih
tinggi pada kehamilan matur dengan komplikasi dengan oligohidramnion
dibandingkan dengan kehamilan matur dengan volume cairan amnion yang
normal [7]. Perbedaan ini, bagaimanapun, hilang setelah dikontrol dengan
nulliparitas dan induksi persalinan. Waktu interval antara penilaian cairan amnion
dan persalinan tidak ditetapkan dalam meta-analisis yang kami lakukan ini. Ini
karena pada kenyataannya sekitar 30% wanita melahirkan dengan diinduksi, dan
ini tentu saja memperpendek penilaian waktu persalinan.
Selain itu, penelitian ini juga berfokus pada membandingkan antara
kehamilan dengan oligohidramnion dan dengan kehamilan dengan volume cairan
amnion yang normal. Kami percaya penelitian selanjutnya diperlukan untuk
membandingkan manajemen konservatif vs intervensi obstetrik pada kehamilan
dengan IO. Dalam satu artikel, yang terbatas oleh ukuran sampel yang kecil,
penulis tidak menemukan perbedaan yang signifikan antara morbiditas dan
mortalitas neonatus pada janin dengan oligohidramnion yang dalam fase induksi
persalinan atau dengan SC elektif karena oligohidramnion sebagai indikasi unik
dan janin dengan oligohidramnion yang ditangani secara konservatif [10]. Sama
halnya, penelitian acak yang membandingkan manajemen konservtif dan induksi
persalinan pada kehamilan dengan oligohidramnion dibawah 40 minggu tidak
dapat mendeteksi adanya perbedaan yang signifikan antara 2 kelompok tersebut
dipandang dari pH arteri umbilkalis yang < 7.0, skor apgar pada 1,5 dan 10 menit
pertama, dan perawatan di NICU [3].
11
A.C. Rossi, F. Prefumo / European Journal of Obstetrics & Gynecology and Reproductive Biology 169 (2013) 149–154
Tabel 2Meta-analisis wanita dengan kehamilan risiko rendah
Model efek random dihasilkan bila heterogenitas > 25%. OR: odd ratio; CI; confidence interval.
Karena kurangnya informasi, kami tidak dapat membandingkan antara
kehamilan matur dengan post-matur. Evidence yang ada kurang memenuhi dalam
kapan melakukan penilaian cairan amnion yang tepat perlu dilakukan . Ini kritis,
karena dengan dilakukan secara rutin sebagai suatu tes skrining pada kehamilan
41-42 minggu, dan bertujuan dalam memutuskan apakah kehamilan dilanjutkan
atau disarankan untuk diinduksi persalinan.
Kami tidak menganalisa apakah metode lainnya dalam menentukan
volume cairan amnion, seperti persentil terhadap usia gestasi dan dalamnya
kantung vertikal, yang mana ini lebih sensitif dalam mendeteksi janin dengan
risiko tinggi mengalami outcome neonatus yang kurang baik. Magann dkk,
menunjukkan baik AF < 5 cm maupun kedalaman kantung vertikal < 2 cm tidak
berbeda dalam menentukan volume cairan yang abnormal [14].
Jumlah sampel pada review ini dapat saja tidak seimbang, karena 17%
pada kelompok penelitian dan 83% pada kelompok kontrol. Ini karena artikel
yang direview tidak memperhitungkan jumlah sampel untuk mencapai 80%
kemampuan mendeteksi perbedaan statistik pada level alfa dengan two-tailed P
≤0.05.
Kesimpulannya, IO pada kehamilan matur berhubungan dengan
meningkatknya risiko intervensi obstetrik. Literatur ini masih kekurangan
informasi, bagaimanapun, apakah intervensi cenderung dilakukan karena adanya
IO karena kemungkinan DJJ yang tidak stabil atau karena perilaku/keinginan dari
ahli obstetrik. Pada review kami ini, literatur sekarang ini tidak memberikan
12
A.C. Rossi, F. Prefumo / European Journal of Obstetrics & Gynecology and Reproductive Biology 169 (2013) 149–154
informasi yang lebih jauh dalam memahami signfikansi oligohidramnion pada
usia gestasi tertentu, baik itu dalam patofisiologinya maupun manajemennya.
Kemungkinan untuk vaildasi kebenaran adalah dengan dilakukan penelitian RCT
(randomized controlled trial), pada wanita dengan oligohidramnion yang diacak
untuk diinduksi dan dengan manajemen ekspektan, dan pada mereka yuang
ditangani dengan manajemen ekspektan dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Referensi
[1] Hill LM, Breckle R, Wolfgram KR, O’Brien PC. Oligohydramnios: ultrasonically detected incidence and subsequent fetal outcome. American Journal of Obstetrics and Gynecology 1983;147:407–10.
[2] Mercer LJ, Brown LG, Petres RE, Messer RH. A survey of pregnancies complicated by decreased amniotic fluid. American Journal of Obstetrics and Gynecology 1984;149:355–61.
[3] Ek S, Andersson A, Johansson A, Kublicas M. Oligohydramnios in uncomplicated pregnancies beyond 40 completed weeks. A prospective, randomised, pilot study on maternal and neonatal outcomes. Fetal Diagnosis and Therapy 2005;20:182–5.
[4] Chauhan SP, Sanderson M, Hendrix NW, Magann EF, Devoe LD. Perinatal outcome and amniotic fluid index in the antepartum and intrapartum periods: a meta-analysis. American Journal of Obstetrics and Gynecology 1999;181:1473–8.
[5] Higgins JP, Thompson SG, Deeks JJ, Altman DG. Measuring inconsistency in meta-analyses. BMJ 2003;327:557–60.
[6] Alchalabi HA, Obeidat BR, Jallad MF, Khader YS. Induction of labor and perinatal outcome: the impact of the amniotic fluid index. European Journal of Obstetrics Gynecology and Reproductive Biology 2006;129:124–7.
[7] Locatelli A, Vergani P, Toso L, Verderio M, Pezzullo JC, Ghidini A. Perinatal outcome associated with oligohydramnios in uncomplicated term pregnancies. Archives of Gynecology and Obstetrics 2004;269:130–3.
[8] Manzanares S, Carrillo MP, Gonzalez-Peran E, Puertas A, Montoya F. Isolated oligohydramnios in term pregnancy as an indication for induction of labor. Journal of Maternal-Fetal and Neonatal Medicine 2007;20:221–4.
[9] Rainford M, Adair R, Scialli AR, Ghidini A, Spong CY. Amniotic fluid index in the uncomplicated term pregnancy. Prediction of outcome. The Journal of Reproductive Medicine 2001;46:589–92.
[10] Haws RA, Yakoob MY, Soomro T, Menezes EV, Darmstadt GL, Bhutta ZA. Reducing stillbirths: screening and monitoring during pregnancy and labour. BMC Pregnancy Childbirth 2009;9(Suppl. 1):S5.
13
A.C. Rossi, F. Prefumo / European Journal of Obstetrics & Gynecology and Reproductive Biology 169 (2013) 149–154
[11] Elsandabesee D, Majumdar S, Sinha S. Obstetricians’ attitudes towards ‘isolated’ oligohydramnios at term. Journal of Obstetrics and Gynaecology 2007;27:574–6.
[12] Xenakis EM, Piper JM, Conway DL, Langer O. Induction of labor in the nineties: conquering the unfavorable cervix. Obstetrics and Gynecology 1997;90: 235–9.
[13] Bar-Hava I, Divon MY, Sardo M, Barnhard Y. Is oligohydramnios in postterm pregnancy associated with redistribution of fetal blood flow? American Journal of Obstetrics and Gynecology 1995;173:519–22.
[14] Magann EF, Chauhan SP, Barrilleaux PS, Whitworth NS, Martin JN. Amniotic fluid index and single deepest pocket: weak indicators of abnormal amniotic volumes. Obstetrics and Gynecology 2000;96:737–40
14