Jurnal Reading

download Jurnal Reading

of 15

description

JR

Transcript of Jurnal Reading

Jumlah testosteron dan gejala neuropsikiatri pada pria usia lanjut dengan penyakit Alzheimer

Jumlah testosteron dan gejala neuropsikiatri pada pria usia lanjut dengan penyakit Alzheimer

Journal ReadingMutia Rizki1102011184Kepaniteraan Ilmu Penyakit Saraf RSUD ArjawinangunFakultas Kedokteran Universitas YARSI

ABSTRAKPendahuluan: Telah ada peningkatan yang signifikan dalam penggunaan testosteron pada pria yang mengalami penuaan, namun sedikit penyelidikan atau penelitian mengenai dampaknya pada pria dengan penyakit Alzheimer (AD). Temuan dari beberapa studi yang telah dilakukan adalah tidak konsisten. Dalam penelitian ini, kami meneliti hubungan antara testosteron total (TT) dan Gejala neuropsikiatri (NPS) dalam sampel yang baik dari pria usia lanjut dengan AD ringan samai sedang.Metode: Sampel yang diambil dari Texas Alzheimers Research Care Consortium Longitudinal Research Cohort, termasuk 87 orang yang memenuhi kriteria untuk AD ringan sampai dengan sedang. Terjadinya NPS dikumpulkan dari pengasuh dan atau anggota keluarga dengan Inventarisasi Neuropsychiatric. TT dianalisis, dan sampel dibagi menjadi kelompok rendah testosteron (TT 2.5 ng / ml; n = 44) dan dalam ambang batas / kelompok normal (TT 2.6 ng / ml; n = 43).Hasil: TT berkorelasi dengan gejala halusinasi, delusi, agitasi, iritabilitas dan aktivitas motorik.Perbatasan / kelompok normal secara signifikan lebih mungkin untuk memiliki halusinasi (rasio odds (OR) = 5.56), delusi (OR = 3,87), aktivitas motorik (OR = 3,13) dan iritabilitas (OR = 2,77) dibandingkan dengan kelompok rendah testosteron. Status kesehatan dan status apolipoprotein E 4 bukan merupakan faktor yang signifikan.Kesimpulan: Temuan dari penelitian ini memiliki implikasi untuk penggunaan terapi pengganti testosterone pada pria dengan AD atau tahap prodromal dari penyakit ini.

PendahuluanMayoritas individu dengan penyakit Alzheimer (AD) mengalami satu atau lebih gejala neuropsikiatri (NPS) selama perjalanan penyakitnya. Munculnya gejala ini memiliki dampak yang signifikan terhadap kualitas hidup, baik untuk pasien dan untuk pengasuh mereka, dan meningkatkan risiko penempatan pasien pada panti jompo dan kematian. Terjadinya gejala ini pada AD dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk jenis kelamin, riwayat psikiatri sebelumnya, tahap penyakit dan faktor situasional. Penyakit Alzheimer memiliki dampak yang signifikan pada area otak yang terlibat dalam ekspresi dan kontrol perilaku emosional. Studi mengenai agresifitas pada pria telah menemukan hubungan antara kadar tinggi testosteron dan kekerasan dan agresi. METODE - PESERTATerdaftar dalam Longitudinal Research Cohort of the Texas Alzheimers Research Care Consortium (TARCC)Memiliki panel biomarker serum lengkap dan sudah selesai wawancara NPI (Neuropsychiatric Inventarisasi)Sampel akhir terdiri dari 87 laki-laki yang memenuhi kriteria diagnostik untuk AD. Usia rata-rata dari sampel adalah 75,67 tahun (standar deviasi (SD) = 8.03); Rata-rata tingkat pendidikan adalah 13,44 tahun (SD = 4,32); Nilai rata-rata Mini Mental State Examination (MMSE) adalah 20,07 (SD = 6.79); Nilai rata-rata skala Clinical Dementia Rating (CDR) adalah 1,10 (SD = 0,73);Nilai rata-rata CDR Sum box adalah 6.62 (SD = 4.47). Pembawa APOE 4 sebanyak 54% dari peserta, dan 96% dari peserta non-Hispanik Kaukasia.

BiomarkerPlatform penelitian TARCC menggunakan Myriad RBM Huma Multi Analyte Profile multiplexed immunoassay untuk menganalisis biomarker berbasis (dengan menggunakan) darah.Assays (Test)Sampel dimasukkan ke dalam jarum berukuran 21-23 G yang berisi serum pemisah (tiger top) vacutainer tube pada saat wawancara. Sampel dibekukan dalam suhu kamar selama 30 menit sebelum disentrifugasi pada 1.300 x g selama 10 menit. Berikutnya, aliquot 1-ml diteteskan ke tabung polypropylene cryovial dan ditempatkan pada suhu freezer -20 C atau -80 C sampai pengiriman ke TARCC Biobank untuk jangka panjang penyimpanan pada suhu -80 C. Total waktu pemrosesan (dari jarum suntik sampai penyimpanan dalam freezer) adalah 2 jam atau kurang.Analisis DataPeserta dikelompokkan menjadi hipogonadisme atau dalam ambang batas normal.Hipogonadisme sebagai TT (testosterone total) 2.5 ng / ml. Peserta dikelompokkan menjadi kelompok testosterone rendah (Low T) (TT 2.5 ng / ml) atau testosteran dalam ambang batas atau normal (T Normal) (TT 2.6 ng / ml). Jumlah peserta dengan TT 2.5 ng / ml adalah 44, dan 43 peserta TT 2.6 ng / ml dan dengan demikian berada di kelompok testosterone normal.HASIL

HASIL

HASIL

DISKUSIAdanya hubungan antara tingkat atau jumlah testosteron dan kejadian NPS spesifik pada pria usia lanjut dengan AD. Hubungan ini merupakan gejala yang dapat digambarkan sebagai "Aktif," atau "bertindak diluar batas (acting out)" atau dalam istilah biasa digunakan untuk menggambarkan gejala positif skizofrenia.Individu dengan tingkat testosteron dalam ambang batas sampai normal secara signifikan lebih cenderung memiliki halusinasi, delusi, aktivitas motorik menyimpang dan iritabilitas dibandingkan dengan testosteron rendah.DISKUSIPerubahan patologis yang terjadi pada AD khususnya degenerasi di hippocampus, dapat membuat otak lebih rentan terhadap efek sekalipun berasal dari tingkat testosteron yang normal.Hippocampus memiliki hubungan dengan hipotalamus dan amigdala, yaitu struktur yang terlibat dalam reaktivitas emosi dan penghambatan perilaku emosional melalui proyeksi ke system otonom dan endokrin. Jaringan salience, yang memiliki koneksi atau hubungan dengan struktur ini, dikatakan terlibat dalam reaktivitas terhadap rangsangan emosional.DISKUSIStruktur yang terlibat dalam proses ini memiliki reseptor hormone seks yang responsif terhadap testosteron.Seiring dengan pengaruhnya terhadap reaktivitas, testosteron menurunkan fungsi dari konektivitas antara sub kortikal dan kortikal dengan mengurangi hambatan emosional melalui struktur korteks yang lebih tinggi. Testosteron menurunkan kontrol pengaturan dari korteks orbitofrontal dari amygdala.DISKUSIAda sejumlah implikasi dari temuan peneliti. Strategi menggunakan TRT untuk meningkatkan mood di hipogonadisme pria dengan AD mungkin memiliki konsekuensi yang tidak diinginkan, dan karena itu TRT harus digunakan secara bijaksana. Menilai fungsi kognitif mungkin diperlukan untuk membantu dalam menentukan apakah perlu TRT untuk pria yang lebih tua atau usia lanjut yang mungkin teridentifikasi AD prodromal. Selain itu, pengukuran testosteron pada pria yang lebih tua dengan AD dapat membantu dalam mengidentifikasi individu yang memiliki kemungkinan lebih besar terkena NPS sebagai penyakit berkembang.

KESIMPULANPenelitian cross-sectional ini pada sampel dari pria dengan penyakit Alzheimer ringan sampai moderat menemukan bahwa pria dengan tingkat kolesterol total normal memiliki frekuensi secara signifikan lebih tinggi dari gejala neuropsychiatri syndrome seperti halusinasi, delusi, aktivitas motorik dan lekas marah atau iritabel daripada pria yang diklasifikasikan sebagai hipogonadisme. Temuan ini, jika didukung oleh penelitian lebih lanjut, makan akan memiliki implikasi yang signifikan untuk penggunaan TRT pada AD dan menyarankan mekanisme-mekanisme yang digunakan untuk mengidentifikasi mereka yang memiliki resiko tinggi untuk berkembangnya suatu gejala neuropsikiatri.