JIWA fix

46
Efektivitas logoterapi terhadap klien dengan gangguan psikososial.

description

Ns

Transcript of JIWA fix

Efektivitas logoterapi terhadap klien dengan gangguan psikososial.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan bedah jurnal dengan judul Efektifitas Logoterapi Terhadap Pasien Gangguan Psikososial.Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat :1. Direktur Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.2. H.M. Firman Ismana, MM, selaku Ketua STIKes Cirebon.3. Supriatin, S.Kep.,Ners, selaku Ketua Prodi Profesi Ners STIKes Cirebon.4. Uus Husni M, S.Kp.,M.Si, selaku Pembimbing Akademik yang telah meluangkan waktunya untuk penulis dalam menyelesaikan tugas ini.5. Endah Sari, S.Kep.,Ners, selaku Pembimbing Akademik yang telah meluangkan waktunya untuk penulis dalam menyelesaikan tugas ini.6. Hj.Sri Kurniati, S.Kep.,Ners, selaku Pembimbing Lapangan yang telah membimbing dan meluangkan waktunya untuk penulis.7. Eni Budiasih, S.Kep.,Ners, selaku Pembimbing Lapangan yang telah membimbing dan meluangkan waktunya untuk penulis.8. Agus Kusnandar, S.Kep.,Ners, selaku Pembimbing Lapangan yang telah membimbing dan meluangkan waktunya untuk penulis.Semoga segala kebaikan serta amal baik yang telah diberikan menjadi amal sholeh dan mendapatkan pahala dari Allah SWT. Akhir kata semoga ada manfaat terutama bagi penulis dan semua pihak yang membutuhkan.Bandung, Juni 2015

PenulisBAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPerkembangan merupakan proses perubahan secara progress baik secara fisik maupun non fisik menuju kesempurnaan. Perkembangan secara fisik merupakan perkembangan yang terjadi pada aspek-aspek biologis seorang individu, Sedangkan perkembangan non fisik didalamnya terdapat perkembangan emosi, perkembangan kognitif, dan perkembangan pada aspek sosial peserta didik. Peserta didik sebagai makhluk sosial membutuhkan peran lingkungannya atau bantuan dari orang lain untuk dapat tumbuh kembang menjadi manusia yang utuh. Dalam perkembangannya, pendapat dan sikap peserta didik dapat berubah karena interaksi dan saling berpengaruh antar sesama peserta didik maupun dengan proses sosialisasiManusia adalah makhluk biopsikososial yang unik dan menerapkan system terbuka serta saling berinteraksi. Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan ini disebut dengan sehat. Sedangkan seseorang dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan keseimbangan diri dan lingkungannya. Sebagai makhluk sosial, untuk mencapai kepuasana dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal positif (Mirzal Tawi, 2008).Psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu, baik yang bersifat psikologik maupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik. masalah kejiwaan dan kemasyarakatan yang mempunyai pengaruh timbal balik, sebagai akibat terjadinya perubahan sosial atau gejolak sosial dalam masyarakat yang dapat menimbulkan gangguan jiwa (Depkes, 2011).Contoh masalah psikososial antara lain: psikotik gelandangan dan pemasungan, penderita gangguan jiwa, masalah anak: anak jalanan dan penganiayaan anak, masalah anak remaja: tawuran dan kenakalan, penyalahgunaan narkotika dan psikotropika, masalah seksual: penyimpangan seksual, pelecehan seksual dan eksploitasi seksual, tindak kekerasan sosial, stress pasca trauma, pengungsi/ migrasi, masalah usia lanjut yang terisolir, masalah kesehatan kerja: kesehatan jiwa di tempat kerja, penurunan produktifitas dan stres di tempat kerja, dan lain-lain: HIV/AIDS (Depkes, 2011).Kesehatan adalah suatu kondisi yang bukan hanya bebas dari penyakit, cacat, kelemahan tapi benar-benar merupakan kondisi positif dan kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang memungkinkan untuk hidup produtif. Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, individu dituntut untuk lebih meningkatkan kinerjanya agar segala kebutuhannya dapat terpenuhi tingkat sosial di masyarakat lebih tinggi. Hal ini merupakan dambaan setiap manusia ( Dep Kes RI. 2000 ).Kesehatan mental bukan saja merupakan ketiadaan penyakit mental. Kesehatan mental yang positif melibatkan suatau perasaan sejahtera dari sisi psikologis, yang berjalan beriringan dengan perasaan sehat (keyes dan saphiro,2004;ryff dan singer,1998). Perasaan subjektif akan kesejahteraan, atau kebahagian, Merupakan penilain seseorang akan kehidupannya (diener,2002), dan hal ini cenderung ini meningkat di masa paruh baya (lachman,2004).Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, menunjukkan bahwa prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan adalah sebesar 6% untuk usia 15 tahun ke atas atau sekitar 14 juta orang. Sedangkan, prevalensi gangguan jiwa berat, seperti schizophrenia adalah 1,7 per 1000 penduduk atau sekitar 400.000 orang.Salah satu bentuk pelayanan keperawatan adalah corectional health nursing yang merupakan cabang profesi keperawatan dengan memberikan pelayanan keperawatan kepada klien di fasilitas corectional. Oleh karena itu, seyogyanya perawat mampu memberikan kontibusinya dalam meningkatkan kesehatan jiwa bagi indivudu, keluarga dan masyarakat di berbagai setting corecctional, salah satunya adalah pemberian terapi untuk membantu mengurangi masalah psikososial. Menurut kapplan dan saddock terapi yang dibutuhkan pada klien dengan masalah psikososial yaitu dengan terapi kognitif, tingkah laku terapi interpersonal psikoterapi kelompok dan atau terapi keluarga serta obat-obatan. Pada penelitian ini penulis menggunakan terapi logoterapi sebagai salah satu psikoterapi untuk mengurangi masalah psikososial.

1.2 Tujuan1.2.1 Tujuan UmumMeningkatkan kesehatan jiwa dan mencegah terjadinya masalah psikososial1.2.2 Tujuan Khusus1) mengetahui gambaran tentang masalah psikososial2) mengetahui gambaran tentang logoterapi3) mengetahui tentang pengaruh logoterapi terhadap masalah psikososial

1.3 Manfaat1.3.1 Bagi Institusi PendidikanMemberikan kontribusi perbendaharaan literature dan memperoleh gambaran jurnal tentang logo terapi untuk masalah psikososial1.3.2 Bagi RSJ. Provinsi Jawa BaratBisa dijadikan bahan referennsi untuk digunakan dan diaplikasikan di rawat jalan sebagai terapi untuk menurunkan masalah psikososial1.3.3 Bagi Pasien dan KeluargaMembantu individu, keluarga dan masyarakat dalam mengurangi masalah psikososial dengan logoterapi sehingga meningkatkan kinerja individu yang lebih tinggi sesuai dambaannya sebagai mahluk sosial agar segala kebutuhannya dapat terpenuhi ditingkatan sosial masyarakat 1.3.4 Bagi MahasiswaTinjauan jurnal ini dapat menambah wawasan, ilmu pengetahuan dan pengalaman bagi mahasiswa, serta dapat dijadikan pedoman atau sebagai masukan untuk mahasiswa selanjutnya agar mengaplikasikan logoterapi untuk menangani masalah psikososial.BAB IITINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Psikososial Manusia adalah makhluk biopsikososial yang unik dan menerapkan system terbuka serta saling berinteraksi. Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan ini disebut dengan sehat. Sedangkan seseorang dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan keseimbangan diri dan lingkungannya. Sebagai makhluk social, untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal positifPsikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu, baik yang bersifat psikologik maupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik. masalah kejiwaan dan kemasyarakatan yang mempunyai pengaruh timbal balik, sebagai akibat terjadinya perubahan sosial dan atau gejolak sosial dalam masyarakat yang dapat menimbulkan gangguan jiwa (Depkes, 2011).2.1.1 Konsep Dasar PsikososialDalam kebutuhan Maslow dinyatakan bahwa tingkat yang paling tinggi dalam kebutuhan manusia adalah tercapainya aktualisasi diri untuk mencapai aktualisasi diri diperlukan konsep diri yang sehat.1) Konsep diriKonsep diri adalah semua perasaan kepercayaan dan nilai yang diketahui tentang dirinya dan memengaruhi individu dalam bersosialisasi dengan orang lain. Konsep diri berkembang secara bertahap saat bayi molai mengenal dan membedakan dirinya dengan orang lain.Pembentukan konsep diri ini sangat dipengaruhi oleh asuhan orang tua dan lingkungannya.2) Komponen Konsep Diri Citra diri Adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup presepsi dari pasangan tentang ukuran, bentuk, dan fungsi penampilan tubuh saat ini dan masa lalu. Ideal diriPresepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku sesuai dengan standar perilaku. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi. Harga diriHarga diri adalah penilaian terhadap hasil yang dicapai dengan analisis, sejauh mana perilaku memenuhi ideal diri. Jika individu selalu sukses maka cenderung harga dirinya akan tinggi dan jika mengalami kegagalan cenderung harga diri menjadi rendah. Harga diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Peran diriPeran diri adalah pola sikap, perilaku nilai yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat. Identitas diriIdentitas diri adalah kesadaran akan dirinya sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian yang merupakan sintesis dari semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh.

2.1.2 Tahap Perkembangan PsikososialDelapan tahap/fase perkembangan kepribadian memiliki ciri utama setiap tahapnya adalah di satu pihak bersifat biologis. Adapun tingkatan dalam delapan tahap perkembangan yang dilalui oleh setiap manusia adalah sebagai berikut:1) Trust vs Mistrust (percaya vs tidak percaya)1. Terjadi pada usia 0 s/d 18 bulan.2. dari lahir sampai usia satu tahun dan merupakan tingkatan paling dasar dalam hidup.3. bayi sangat tergantung dari pengasuhan.4. Jika anak berhasil membangun kepercayaan, dia akan merasa selamat dan aman dalam dunia. 2) Autonomy vs Shame and Doubt (otonomi vs malu dan ragu-ragu)1. Terjadi pada usia 18 bulan s/d 3 tahun2. masa awal kanak-kanak dan berfokus pada perkembangan besar dari pengendalian diri.3. latihan penggunaan toilet adalah bagian yang penting.4. Kejadian-kejadian penting lain meliputi pemerolehan pengendalian lebih yakni atas pemilihan makanan, mainan yang disukai, dan juga pemilihan pakaian.5. Anak yang berhasil melewati tingkat ini akan merasa aman dan percaya diri, sementara yang tidak berhasil akan merasa tidak cukup dan ragu-ragu terhadap diri sendiri.3) Initiative vs Guilt ( inisiatif dan rasa bersalah)1. Terjadi pada usia 3 s/d 5 tahun.2. masa usia prasekolah mulai menunjukkan kekuatan dan kontrolnya akan dunia melalui permainan langsung dan interaksi sosial lainnya.3. Anak yang berhasil dalam tahap ini merasa mampu dan kompeten dalam memimpin orang lain. Adanya peningkatan rasa tanggung jawab dan prakarsa.4. Mereka yang gagal mencapai tahap ini akan merasakan perasaan bersalah, perasaan ragu-ragu, dan kurang inisiatif.5. Rasa bersalah dapat digantikan dengan cepat oleh rasa berhasil.4) Industry vs inferiority (tekun vs rasa rendah diri)1. Terjadi pada usia 6 s/d pubertas.2. Melalui interaksi sosial, anak mulai mengembangkan perasaan bangga terhadap keberhasilan dan kemampuan mereka.3. Anak yang didukung dan diarahkan oleh orang tua dan guru membangun peasaan kompeten dan percaya dengan ketrampilan yang dimilikinya.4. Anak yang menerima sedikit atau tidak sama sekali dukungan dari orang tua, guru, atau teman sebaya akan merasa ragu akan kemampuannya untuk berhasil.5. Prakarsa yang dicapai sebelumnya memotivasi mereka untuk terlibat dengan pengalaman baru.6. Ketika beralih ke masa pertengahan dan akhir kanak-kanak, mereka mengarahkan energi mereka menuju penguasaan pengetahuan dan keterampilan intelektual.7. Permasalahan yang dapat timbul pada tahun sekolah dasar adalah berkembangnya rasa rendah diri, perasaan tidak berkompeten dan tidak produktif.8. Guru memiliki tanggung jawab khusus bagi perkembangan ketekunan anak-anak.

5) Identity vs identify confusion (identitas vs kebingungan identitas)1. Terjadi pada masa remaja, yakni usia 10 s/d 20 tahun2. Selama remaja ia mengekplorasi kemandirian dan membangun kepakaan dirinya.3. Anak dihadapkan dengan penemuan siapa, bagaimana, dan kemana mereka menuju dalam kehidupannya.4. Anak dihadapkan memiliki banyak peran baru dan status sebagai orang dewasa, pekerjaan dan romantisme.5. Jika remaja menjajaki peran dengan cara yang sehat dan positif maka identitas positif akan dicapai.6. Jika suatu identitas remaja ditolak oleh orangtua, jika remaja tidak secara memadai menjajaki banyak peran, jika jalan masa depan positif tidak dijelaskan, maka kebingungan identitas merajalela.7. Bagi mereka yang menerima dukungan memadai maka eksplorasi personal, kepekaan diri, perasaan mandiri dan control dirinya akan muncul dalam tahap ini.8. Bagi mereka yang tidak yakin terhadap kepercayaan diri dan hasratnya, akan muncul rasa tidak aman dan bingung terhadap diri dan masa depannya.6) Intimacy vs isolation (keintiman vs keterkucilan)1. Terjadi selama masa dewasa awal (20an s/d 30an tahun)2. Tahap ini penting, yaitu tahap seseorang membangun hubungan yang dekat & siap berkomitmen dg orang lain.3. Mereka yang berhasil di tahap ini, akan mengembangkan hubungan yang komit dan aman.4. Identitas personal yang kuat penting untuk mengembangkan hubungan yang intim. 5. Jika mengalami kegagalan, maka akan muncul rasa keterasingan dan jarak dalam interaksi dengan orang.

7) Generativity vs Stagnation (Bangkit vs Stagnan)1. Terjadi selama masa pertengahan dewasa 2. Selama masa ini, mereka melanjutkan membangun hidupnya berfokus terhadap karir dan keluarga.3. Mereka yang berhasil dalam tahap ini, maka akan merasa bahwa mereka berkontribusi terhadap dunia .4. Mereka yang gagal melalui tahap ini, akan merasa tidak produktif dan tidak terlibat di dunia ini.8) Integrity vs depair (integritas vs putus asa)1. Terjadi selama masa akhir dewasa.2. cenderung melakukan cerminan diri terhadap masa lalu.3. Mereka yang tidak berhasil pada fase ini, akan merasa bahwa hidupnya percuma dan mengalami banyak penyesalan.4. Individu akan merasa kepahitan hidup dan putus asa.5. Mereka yang berhasil melewati tahap ini, berarti ia dapat mencerminkan keberhasilan dan kegagalan yang pernah dialami.6. Individu ini akan mencapai kebijaksaan, meskipun saat menghadapi kematian.

2.2 Pengertian LogoterapiLogoterapi diperkenalkan oleh Viktor Frankl, seorang dokter ahli penyakit saraf dan jiwa (neuro-psikiater). Logoterapi berasal dari kata logos yang dalam bahasa Yunani berarti makna (meaning) dan juga rohani (spirituality), sedangkan terapi adalah penyembuhan atau pengobatan. Logoterapi secara umum dapat digambarkan sebagai corak psikologi/ psikiatri yang mengakui adanya dimensi kerohanian pada manusia di samping dimensi ragawi dan kejiwaan, serta beranggapan bahwa makna hidup (the meaning of life) dan hasrat untuk hidup bermakna (the will of meaning) merupakan motivasi utama manusia guna meraih taraf kehidupan bermakna (the meaningful life) yang didambakannya.Ada tiga asas utama logoterapi yang menjadi inti dari terapi ini, yaitu:1. Hidup itu memiliki makna (arti) dalam setiap situasi, bahkan dalam penderitaan dan kepedihan sekalipun. Makna adalah sesuatu yang dirasakan penting, benar, berharga dan didambakan serta memberikan nilai khusus bagi seseorang dan layak dijadikan tujuan hidup.2. Setiap manusia memiliki kebebasan yang hampir tidak terbatas untuk menentukan sendiri makna hidupnya. Dari sini kita dapat memilih makna atas setiap peristiwa yang terjadi dalam diri kita, apakah itu makna positif atupun makna yang negatif. Makna positif inilah yang dimaksud dengan hidup bermakna.3. Setiap manusia memiliki kemampuan untuk mangambil sikap terhadap peristiwa tragis yang tidak dapat dielakkan lagi yang menimpa dirinya sendiri dan lingkungan sekitar. Contoh yang jelas adalah seperti kisah Imam Ali diatas, ia jelas-jelas mendapatkan musibah yang tragis, tapi ia mampu memaknai apa yang terjadi secara positif sehingga walaupun dalam keadaan yang seperti itu Imam tetap bahagia.

2.3 Ajaran LogoterapiKetiga asas itu tercakup dalam ajaran logoterapi mengenai eksistensi manusia dan makna hidup sebagai berikut.1. Dalam setiap keadaan, termasuk dalam penderitaan sekalipun, kehidupan ini selalu mempunyai makna.2. Kehendak untuk hidup bermakna merupakan motivasi utama setiap orang.3. Dalam batas-batas tertentu manusia memiliki kebebasan dan tanggung jawab pribadi untuk memilih, menentukan dan memenuhi makna dan tujuan hidupnya.4. Hidup bermakna diperoleh dengan jalan merealisasikan tiga nilai kehidupan, yaitu nilai-nilai kreatif (creative values), nilai-nilai penghayatan (eksperiental values) dan nilai-nilai bersikap (attitudinal values).

2.4 Tujuan LogoterapiTujuan dari logoterapi adalah agar setiap pribadi:1. memahami adanya potensi dan sumber daya rohaniah yang secara universal ada pada setiap orang terlepas dari ras, keyakinan dan agama yang dianutnya;2. menyadari bahwa sumber-sumber dan potensi itu sering ditekan, terhambat dan diabaikan bahkan terlupakan;3. memanfaatkan daya-daya tersebut untuk bangkit kembali dari penderitaan untuk mampu tegak kokoh menghadapi berbagai kendala, dan secara sadar mengembangkan diri untuk meraih kualitas hidup yang lebih bermakna.

2.5 Pandangan Logoterapi terhadap Manusia1. Menurut Frankl manusia merupakan kesatuan utuh dimensi ragawi, kejiwaan dan spiritual. Unitas bio-psiko-spiritual.2. Frankl menyatakan bahwa manusia memiliki dimensi spiritual yang terintegrasi dengan dimensi ragawai dan kejiwaan. Perlu dipahami bahwa sebutan spirituality dalam logoterapi tidak mengandung konotasi keagamaan karena dimens ini dimiliki manusia tanpa memandang ras, ideology, agama dan keyakinannya. Oleh karena itulah Frankl menggunakan istilah noetic sebagai padanan dari spirituality, supaya tidak disalahpahami sebagai konsep agama.3. Dengan adanya dimensi noetic ini manusiamampu melakukan self-detachment, yakni dengan sadar mengambil jarak terhadap dirinya serta mampu meninjau dan menilai dirinya sendiri.4. Manusia adalah makhluk yang terbuka terhadap dunia luar serta senantiasa berinteraksi dengan sesama manusia dalam lingkungan sosial-budaya serta mampu mengolah lingkungan fisik di sekitarnya.2.6 Logoterapi sebagai Teori KepribadianKerangka pikir teori kepribadian model logoterapi dan dinamika kepribadiannya dapat digambarkan sebagai berikut: Setiap orang selalu mendambakan kebahagiaan dalam hidupnya. Dalam pandangan logoterapi kebahagiaan itu tidak datang begitu saja, tetapi merupakan akibat sampingan dari keberhasilan seseorang memenuhi keinginannya untuk hidup bermakna (the will to meaning). Mereka yang berhasil memenuhinya akan mengalami hidup yang bermakna (meaningful life) dan ganjaran (reward) dari hidup yang bermakna adalah kebahagiaan (happiness). Di lain pihak mereka yang tak berhasil memenuhi motivasi ini akan mengalami kekecewaan dan kehampaan hidup serta merasakan hidupnya tidak bermakna (meaningless). Selanjutnya akibat dari penghayatan hidup yang hampa dan tak bermakna yang berlarut-larut tidak teratasi dapat mengakibatkan gangguan neurosis (noogenik neurosis) mengembangkan karakter totaliter (totalitarianism) dan konformis (conformism). Menurut Frankl (dalam Trimardhany, 2003) logoterapi memiliki wawasan mengenai manusia yang berlandaskan tiga pilar filosofis yang satu dengan lainya erat hubunganya dan saling menunjang yaitu:1. Kebebasan berkehendak ( Freedom of Will )Dalam pandangan Logoterapi manusia adalah mahluk yang istimewa karena mempunyai kebebasan. Kebebasan disini bukanlah kebebasan yang mutlak, tetapi kebebasan yang bertanggungjawab. Kebebasan manusia bukanlah kebebasan dari (freedom from) kondisi-kondisi biologis, psikologis dan sosiokultural tetapi lebih kepada kebebasan untuk mengambil sikap ( freedom totake a stand ) atas kondisi-kondisi tersebut. Kelebihan manusia yang lain adalah kemampuan untuk mengambil jarak ( to detach ) terhadap kondisi di luar dirinya, bahkan manusia juga mempunyai kemampuan-kemampuan mengambil jarak terhadap dirinya sendiri ( self detachment ). Kemampuan-kemampuan inilah yang kemudian membuat manusia disebut sebagai the self deteming being yang berarti manusia mempunyai kebebasan untuk menentukan sendiri apa yang dianggap penting dalam hidupnya.2. Kehendak Hidup Bermakna ( The Will to Meaning )Menurut Frankl, motivasi hidup manusia yang utama adalah mencari makna. Ini berbeda dengan psikoanalisa yang memandang manusia adalah pencari kesenangan atau juga pandangan psikologi individual bahwa manusia adalah pencari kekuasaan. Menurut logoterapi ( Koeswara, 1992 ) bahwa kesenangan adalah efek dari pemenuhan makna, sedangkan kekuasaan merupakan prasyarat bagi pemenuhan makna itu. Mengenal makna itu sendiri menurut Frankl bersifat menarik ( to pull ) dan menawari ( to offer ) bukannya mendorong ( to push ). Karena sifatnya menarik itu maka individu termotivasi untuk memenuhinya agar ia menjadi individu yang bermakna dengan berbagai kegiatan yang sarat dengan makna.3. Makna Hidup ( The Meaning Of Life )Makna hidup adalah sesuatu yang dianggap penting, benar dan didambakan serta memberikan nilai khusus bagi seseorang ( Bastaman, 1996 ). Untuk tujuan praktis makna hidup dianggap identik dengan tujuan hidup. Makna hidup bisa berbeda antara manusia satu dengan yang lainya dan berbeda setiap hari, bahkan setiap jam. Karena itu, yang penting bukan makna hidup secara umum, melainkan makna khusus dari hidup seseorang pada suatu saat tertentu. Setiap manusia memiliki pekerjaan dan misi untuk menyelesaikan tugas khusus. Dalam kaitan dengan tugas tersebut dia tidak bisa digantikan dan hidupnya tidak bisa diulang. Karena itu, manusia memiliki tugas yang unik dan kesempatan unik untuk menyelesaikan tugasnya ( Frankl, 2004).Frankl ( Dalam Trimardhany, 2003 ) menyimpulkan bahwa makan hidup bisa ditemukan melalui tiga cara, yaitu:1. Nilai KreatifNilai kreatif dapat diraih melalui berbagai kegiatan. Pada dasarnya seorang bisa mengalami stress jika terlalu banyak beban pekerjaan, namun ternyata seseorang akan merasa hampa dan stress pula jika tidak ada kegiatan yang dilakukannya. Kegitan yang dimaksud tidaklah semata-mata kegiatan mencari uang, namun pekerjaan yang membuat seorang dapat merealisasikan potensi-potensinya sebagai sesuatu yang dinilainya berharga bagi dirinya sendiri atau orang lain maupun kepada tuhan.2. Nilai PenghayatanNilai penghayatan menurut Frankl dapat dikatakan berbeda dari nilai kreatif karena cara memperoleh nilai penghayatan adalah dengan menerima apa yang ada dengan penuh pemaknaan dan penghayatan yang mendalam. Realisasi nilai penghayatan dapat dicapai dengan berbagai macam bentuk penghayatan terhadap keindahan, rasa cinta dan memahami suatu kebenaran ( Frankl dalam Koeswara, 1992 ). Makna hidup dapat diraih melalui berbagai momen maupun hanya dari sebuah momen tunggal yang sangat mengesankan bagi seseorang misalnya memaknai hasil karya sendiri yang dinikmati orang lain.3. Nilai Bersikap Nilai terakhir adalah nilai bersikap. Nilai ini sering dianggap paling tinggi karena di dalam menerima kehilangan kita terhadap kreativitas maupun kehilangan kesempatan untuk menerima cinta kasih, manusia tetap bisa mencapai makna hidupnya melalui penyikapan terhadap apa yang terjadi. Bahkan di dalam suatu musibah yang tak terelakan, seorang masih bisa dijadikannya suatu momen yang sangat bermakan dengan cara menyikapinya secara tepat. Dengan perkataan lain penderitaan yang dialami seseorang masih tetap dapat memberikan makna bagi dirinya.

Menurut Bastaman (1996) menyederhanakan dan memodifikasi metode Logoanalysis sebagai berikut :1. Pemahaman Pribadi Mengenali secara objektif kekuatan dan kelemahan diri sendiri dan lingkungan, baik yang masih merupakan potensi maupun yang telah teraktualisasi untuk kemudian kekuatan-kekuatan itu dikembangkan dan kelemahan-kelemahan dihambat dan dikurangi.2. Bertindak positifMencoba menerapkan dan melaksanakan dalam perilaku dan tindakan-tindakan nyata sehari-hari yang dianggap baik dan bermanfaat. Bertindak positif merupakan kelanjutan dari berfikir positif.3. Pengakraban Hubungan Secara sengaja meningkatkan hubungan yang baik dengan pribadi-pribadi tertentu ( misalnya anggota keluarga, teman, rekan kerja, tetangga ), sehingga masing-masing merasa saling menyayangi, saling membutuhkan dan bersedia bantu-membantu.4. Pengalaman Tri-NilaiBerupaya untuk memahami dan memenuhi tiga ragam nilai yang dianggap sebagai sumber makna hidup yaitu nilai-nilai kreatif ( kerja, karya ), nilai-nilai penghayatan ( kebebaran, keindahan, kasih, iman ), dan nilai-nilai bersikap ( menerima dan mengambil sikap yang tepat atas derita yang tidak dapat dihindari lagi ). 5. Ibadah.Ibadah merupakan upaya mendekatkan diri pada sang pencipta yang pada akhirnya memberikan perasan damai, tentaram, dan tabah. Ibadah yang dilakukan secar terus-menerus dan khusuk memberikan perasan seolah-olah dibimbing dan mendapat arahan ketika melakukan suatu perbuatan.

Menurut Bastaman (1996), terdapat komponen-komponen yang potensia dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah yang dihadapi dan mengembangkan kehidupan bermakna sejauh diaktualisasikan. Komponen ini ternyata cukup banyak ragamnya, tetapi semuanya dapat dikategorikan dalam menjadi tiga Dimensi yaitu :1. Dimensi PersonalUnsur-unsur yang merupakan Dimensi personal adalah :1). Pemahaman diri (self insight), yakni meninggkatnya kesadaran atas buruknya kondisi diri pada saat ini dan keinginan kuat untuk melakukan perubahan ke arah kondisi yang lebih baik.2). Pengubahan sikap (changing attitude), dari semula tidak tepat menjadi lebih tepat dalam menghadapi masalah, kondisi hidup dan musibah yang terelakkan.2. Dimensi SosialUnsur yang merupakan Dimensi sosial adalah dukungan sosial (socialsupprot), yakni hdirnya seseorang atau sejumlah orang yang akrab, dpat dipercaya dan selalu bersedia memberikan bantuan pada saat-saat diperlukan.3. Dimensi Nilai-nilaiAdapun unsur-unsur dari Dimensi nilai-nilai meliputi :1) Makna hidup (the meaning of live), yakni nilai-nilai penting dan sangat berarti bagi kehidupan pribadi seseorang yang berfungsi sebagai tujuan hidup yang harus dipenuhi dan mengarah kegiatan-kegiatanya.2) Keikatan diri (self commitment), terhadap makna hidup yang ditemukan dan tujuan hidup yang ditetapkan.3) Kegiatan terarah (directed activities), yakni upaya-upaya yang dilakukan secara sadar dan sengaja berupa pengembangan potensi-poteni pribadi (bakat, kemampuan, keterampilan) yang positif serta pemanfaatan relasi antar pribadi untuk menunjang tercapainya makna dan tujuan hidup.Unsur-unsur tersebut bila disimak dan direnungkan secara mendalam ternyata merupakan kehendak, kemampuan, sikap, sifat dan tindakan khas insani, yakni kualitas-kualitas yang terpateri pada eksistensi manusia. Karena pengembangan pribadi pada dasarnya adalah mengoptimalisasi keunggulan-keunggulan dan meminimalisasikan kelemahan-kelemahan pribadi. Dengan demikian dilihat dari segi Dimensi-Dimensinya dapat diungkap sebuah prinsip, yaitu keberhasilan mengembangkan penghayatan hidup bermakana dilakukan dengan jalan menyadari dan mengaktualisasikan potensi kualitas-kualitas insani.

2.7 Logoterapi Sebagai Salah Satu Metode KonselingSebelumkita sampai pada teknik atau metode logoterapi dalam konseling, sebaiknya kita mengerti terlebih dahulu konsep logoterapi yang dipakai dalam metode konseling. Sebagai satu metode terapi, logoterapi eksistensial menolong klien untuk mencari dan menemukan makna eksistensi diri yang sepenuhnya. Hal ini berarti menolong klien bukan hanya untuk melihat kemungkinan-kemungkinan dari nilai hidup yang memberi makna tetapi juga menemukan relevansi dari nilai-nilai tersebut dalam kehidupan peribadinya. Logoterapi ini biasanya dilakukan untuk klien-klien yang mengalami PTSD (Post Traumatic Stress Disorder), karena biasanya orang yang stres akibat trauma cenderung menyalahkan diri sendiri bahkan bisa ke resiko mencederai diri dan orang lain.Namun dengan logoterapi, perawat mengupayakan agar dampak dari stres pasca trauma dapat dihindarkan dari klien.Sesuai dengan ajaran logoterapi, Frankl berpendapat bahwa manusia dapat memperoleh makna hidup yang bersumber dari :1. Nilai-nilai kreatif (creatif values), yaitu : berkarya, bekerja, mencipta, dan melaksanakan satu kegiatan dengan baik karena mencintai kegiatan itu.2. Nilai-nilai penghayatan (experiental values), yaitu : meyakini dan menghayati kebenaran, keyakinan, keindahan, cinta kasih, dan keimanan.3. Nilai-nilai bersikap (attitudinal values), yaitu : mengambil sikap tepat atas pengalaman tragis yang tak terhindarkan.Apabila seseorang tidak lagi dapat menemukan makna hidup dari kreativitas atau kegiatan yang dilakukan (creatif values) dan pengalaman hidup tidak lagi memberi makna (experiental values), Frankl berpendapat bahwa seseorang masih dapat menemukan makna hidup dengan cara mengatasi penderitaannya (attitudinal values). Attitudinal values inilah yang merupakan ajaran mendasar dari Frankl dalam logoterapi, yaitu melihat makna positif dari satu penderitaan. Logoterapis mendorong klien untuk melihat sisi baik dari satu penderitaan dengan cara menerima penderitaan tersebut. Dengan demikian, akan memungkinkan klien untuk merealisasikan makna hidup yang tertinggi dan terbaik. Jadi, inti dari ajaran logoterapi adalah semua orang mendapat kesempatan untuk merealisasikan attitudinal values, yaitu menemukan makna hidup dengan menghadapi penderitaan sampai sampai nafas terakhir.Dalam logoterapi pasien dibantu untuk menemukan nilai-nilai baru dan mengembangkan filosofi konstruktif dalam kehidupannya. Oleh karena itu, seorang logoterapis tidaklah mengobati gejala-gejala yang tampak pada pasien atau klien secara langsung, akan tetapi mengadakan perubahan sikap neurotik pasien terlebih dahulu. Pasien bertanggungjawab pada dirinya sendiri dan logoterapis memberikan dorongan untuk memilih, mencari dan menemukan sendiri makna konkrit dari eksistensi pribadinya. Seorang logoterapis membantu klien untuk menyusun 3 macam nilai yang akan memberi arti pada eksistensi, yaitu : creative values, experiental values, dan attitudinal values.Dalam proses terapi, klien diperlihatkan bagaimana membuat hidup menjadi penuh arti dengan the experience of love. Pengalaman ini akan membuatnya mampu menikmati ketulusan, keindahan dan kebaikan dan mampu mengerti akan manusia dengan keunikan-keunikan pribadinya. Dengan demikian, diharapkan klien dapat melihat bahwa penderitaan mungkin sangat berguna untuk membantunya dalam mengubah sikap hidup. Sebagai contoh, situasi yang tidak dapat diperbaiki yang disebut oleh Frankl sebagai takdir mungkin harus diterima. Dimana kita tidak lagi dapat mengubah takdir dengan perbuatan, apapun keadaannya, sikap yang tepat untuk menghadapi takdir adalah kita harus dapat menerimanyaJadi, tujuan dari logoterapi adalah membangkitkan kemauan untuk bermakna dalam individu tersebut, yang bersifat khusus dan pribadi bagi masing-masing orang. Seseorang dapat bertahan dalam kondisi-kondisi yang paling tidak menguntungkan hanya bila tujuan ini terpenuhi. Namun sebelumnya, seorang konselor sebaiknya mampu mengeksplorasi dinamika proses intrapsikis dan menyelidiki hubungan interpersonal klien melalui psikoterapi tradisional dengan teknik psikoanalitik. Oleh karena itu, tampaknya Frankl, tidak sama sekali meninggalkan teori Freud dalam psikoanalitiknya, tetapi keberhasilan logoterapi sangat dipengaruhi oleh keberhasilan terapis dalam mengeksplorasi konflik intrapsikis dari klien.Dengan logoterapi, klien yang menghadapi kesukaran menakutkan atau berada dalam kondisi yang tidak memungkinkannya beraktivitas dan berkreativitas dibantu untuk menemukan makna hidupnya dengan cara bagaimana ia menghadapi kondisi tersebut dan bagaimana ia mengatasi penderitaannya. Dengan cara ini, klien dibantu untuk menggunakan kejengkelan dan penderitaannya sehari-hari sebagai alat untuk menemukan tujuan hidupnya. Peradaban kita saat ini meyakinkan banyak orang untuk melihat penderitaan sebagai satu takdir yang tidak dapat dicegah dan dielakkan. Akan tetapi logoterapi mengajarkan kepada klien untuk melihat nilai positif dari penderitaan dan memberikan kesempatan untuk merasa bangga terhadap penderitaannya. Salah satu teknik yang digunakan dalam logoterapi adalah teknik persuasif, yaitu membantu klien untuk mengambil sikap yang lebih konstruktif dalam menghadapi kesulitannya. Frankl, menggambarkan hal ini dalam satu kasus tentang seorang perawat yang menderita tumor yang tidak dapat dioperasi dan mengalami keputusasaan karena ketidakmampuannya untuk bekerja dalam profesinya yang sangat terhormat.Saya mencoba menolongnya memahami bahwa bekerja 8-10 jam atau berapa jam pun sehari bukanlah hal yang hebat. Banyak orang dapat melakukannya. Tetapi sangat ingin bekerja dan tidak mampu melakukannya seperti yang dia alami, tanpa menjadi berputus asa merupakan suatu prestasi hidup yang hanya sedikit orang mampu melakukannyaSeorang dokter umum tua yang datang pada saya karena ia masih belum dapat mengatasi rasa kehilangannya atas kematian isterinya dua tahun sebelumnya. Pernikahannya sangat bahagia, sehingga sejak ditinggalkan istrinya ia sangat tertekan. Saya bertanya kepadanya dengan sungguh-sungguh: Katakan kepada saya, apa yang akan terjadi bila andalah yang meninggal menggantikan istri anda, dan ia masih hidup? Akan sangat mengerikan katanya.Tidak dapat dibayangkan, betapa istri saya akan menderita.Baiklah, saya menjawab. Istri anda telah terhindar dari hal itu, dan andalah yang telah menghindarkannya dari penderitan itu, meskipun tentu saja anda harus membayarnya dengan terus bertahan hidup dan berduka baginya. Saat itulah dukacitanya telah memberikan makna, yaitu makna pengorbanan. Depresinya berhasil diatasi.Apa yang Frankl sampaikan ialah bahwa ia telah berhasil memberikan makna baru terhadap pengalaman penderitaan kliennya. Walaupun kita belum tahu pasti dinamika yang terlibat dalam perubahan sikap pasien, namun sangat jelas terlihat pengaruh konselor yang memiliki otoritas dalam membantu pasien menghadapi kematian, penderitaan, dan bencana bencana lain dalam kehidupan.Logoterapi merupakan suatu pendekatan eksistensial khsusus yang meliputi 2 prosedur re-edukatif yang berbeda, yaitu : paradoxical intention dan de-reflection.1. Paradoxical-intentionParadoxical intention pada dasarnya memanfaatkan kemampuan mengambil jarak (self-detachment) dan kemampuan mengambil sikap terhadap kondisi diri sendiri dan lingkungan. Paradoxical intention terutama cocok untuk pengobatan jangka pendek pasien fobia (ketakutan irrasional). Dengan teknik ini, konselor mengupayakan agar klien yang mengalami fobia mengubah sikap dari takut menjadi akrab dengan objek fobianya. Selain itu, teknik paradoxical intention sangat bermanfaat untuk menolong klien denganobsesif kompulsif (tindakan yang terus-menerus dilakukan walaupun sadar hal itu tidak rasional). Antisipasi yang menakutkan terhadap suatu kejadian sering menyebabkan reaksi-reaksi yang berkembang dari peristiwa tersebut, misalnya pasien dengan obsesi yang kuat cenderung untuk menghindari obsesif-kompulsifnya. Dengan teknik paradoxical intention, mereka diajak untuk berhenti melawan, tetapi bahkan mencoba untuk bercanda tentang gejala yang ada pada mereka, ternyata hasilnya adalah gejala tersebut akan berkurang dan menghilang. Klien diminta untuk berpikir atau membayangkan hal-hal yang tidak menyenangkan, menakutkan, atau memalukan baginya. Dengan cara ini klein mengembangkan kemampuan untuk melawan ketakutannya, seperti yang terdapat juga dalam terapi perilaku (behaviour therapy).2. De-reflectionTeknik logoterapi lain adalah de-reflection, yaitu memanfaatkan kemampuan transendensi diri (self-transcendence) yang dimiliki setiap manusia dewasa. Setiap manusia dewasa memiliki kemampuan untuk membebaskan diri dan tidak lagi memperhatikan kondisi yang tidak nyaman, tetapi mampu mengalihkan dan mencurahkan perhatiannya kepada hal-hal yang positif dan bermanfaat. Di sini klien pertama-tama dibantu untuk menyadari kemampuan atau potensinya yang tidak digunakan atau terlupakan. Ini merupakan suatu jenis daya penarik terhadap nilai-nilai pasien yang terpendam. Sekali kemampuan tersebut dapat diungkapkan dalam proses konseling maka akan muncul suatu perasaan unik, berguna dan berharga dari dalam diri klien. De-reflection tampaknya sangat bermanfaat dalam konseling bagi klien dengan pre-okupasi somatik, gangguan tidur, dan beberapa gangguan seksual, seperti impotensi dan frigiditas.Konsep hidup bertanggungjawab (responsibility), merupakan batu penjuru dalam logoterapi, demikian juga dalam terapi eksistensial lainnya. Isi pokoknya adalah bahwa masing-masing individu bertanggung jawab untuk membuat hidupnya menjadi seperti apa yang dia inginkan, apakah menjadikan hidupnya menggembirakan atau menjadikan hidupnya bagaikan di neraka. Interpretasi terhadap apa yang dia berikan kepada pengalamannya merupakan faktor penentu. Setiap orang memiliki alat untuk mengubah keadaannya dengan meningkatkan nilai atau makna hidupnya.

BAB IIITINJAUAN JURNAL

3.1 PENGARUH PENERAPAN LOGOTERAPI TERHADAP TINGKAT STRES PADA LANSIA DI BPLU SENJA CERAH PANIKI BAWAH KECAMATAN MAPANGET MANADOArlita Magdalena LomboanHendro Bidjuni, Michael KarundengProgram Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Email: [email protected] eJournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2 Mei 2015

Dari penelitian ini didapatkan bahwa logoterapi dapat berpengaruh terhadap tingkat stres pada lansia. Logoterapi yang merupakan salah satu bentuk pelatihan kebermaknaan hidup ini, selain menjadi sarana bagi lansia untuk menemukan dan meningkatkan makna dan tujuan hidupnya juga dapat menjadi sarana bagi lansia untuk menurunkan depresi yang merupakan efek negatif dari stres. Hal ini sejalan dengan eJournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2 Mei 2015 penelitian yang dilakukan oleh Trisnapati (2012) di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta didapatkan bahwa pelatihan kebermaknaan hidup efektif dalam menurunkan tingkat depresi pada lansia sebesar 77,78%. Pelatihan kebermaknaan hidup ini dapat dikatakan membantu responden dalam menangani tingkat depresi. Stres memiliki hubungan yang sangat erat terhadap terjadinya depresi. Seseorang mengalami depresi akibat tidak mampu berespon atau beradaptasi terhadap stressor dengan baik. Stres yang berkepanjangan akan sangat membahayakan kondisi seseorang, terlebih pada lansia (Hamdiana, 2009). Selain penelitian yang dilakukan Trisnapati (2012), ada juga penelitian yang dilakukan oleh Nauli (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa depresi lansia pada kelompok intevensi di Kelurahan Katulampa Bogor menunjukkan adanya penurunan yang bermakna sebelum dan sesudah dilakukan logoterapi. Logoterapi memiliki pengaruh terhadap penurunan depresi pada lansia dengan jumlah penurunan sebesar 62,44%. Stres pada lansia dapat terjadi karena permasalahan psikologis yang dapat terjadi karena lansia tidak mampu menyelesaikan setiap tahapan perkembangannya dengan baik. Tugas perkembangan lansia yaitu mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi baik fisik/biologis, sosial ekonomi sehingga lansia mengerti dan menerima kehidupan serta mampu menggunakan pengalaman hidup untuk dapat mengikuti perubahan yang terjadi karena proses menua sehingga tercapai integritas diri. Selain dikarenakan permasalahan psikologis, kurangnya perhatian juga dapat berpengaruh terhadap tingkat stres lansia.Mahfiroh (2013) dalam penelitiannya yang dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha Mulia Dharma Kabupaten Kubu Raya di dapatkan sebanyak 27 orang (62,8%) lansia tidak mendapat kunjungan dari keluarga. Hal ini dapat mempengaruhi tingkat stres lansia, karena kurang mendapat perhatian dari keluarga. Dukungan sosial dari orang lain sangat berharga dan akan menambah ketentraman hidupnya. Dukungan tersebut sangat berarti apabila diberikan oleh orang yang berarti dalam hidup lansia. Dari informasi yang didapatkan peneliti, para lansia yang menjadi responden memilih untuk tinggal di panti karena keinginan mereka sendiri. Mereka ingin tinggal di panti karena tidak mau menyusahkan anak-anak dan keluarganya, selain itu, ada juga karena alasan ekonomi dan alasan karena sudah tidak memiliki tempat tinggal yang layak, sehingga memilih untuk tinggal di panti.Jadi kesimpulannya dari penelitian ini yaitu terdapat pengaruh penerapan logoterapi terhadap tingkat stres pada lansia dengan denagan hasil didapatkan nilai p = 0,046. Ini berarti bahwa nilai p < a (0,05) dengan dsain penelitian yaitu Quasi Experimental Design dengan menggunakan rancangan penelitian One Group Pretest Posttest, populasi berjumlah 60 orang dan sampel sebanyak 15 responden didapat menggunakan metode Purposive Sampling. Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner DASS (Depression, Anxiety and Stress Scale).

3.2 PENURUNAN ANSIETAS MELALUI LOGOTERAPI KELOMPOK PADA PENDUDUK PASCA-GEMPA DI KABUPATEN KLATENSutejo Budi Anna Keliat, Sutanto Priyo Hastono, Novy Helena C.D1. Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55293, Indonesia2. Program Studi Magister Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia3. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia4. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesi*Email: [email protected]

Hasil observasi sebelum dan sesudah pada kelompok intervensi terdapat perbedaan secara bermakna pada semua respon ansietas. Hasil self evaluasi sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol juga terdapat perbedaan secara bermakna pada semua respon ansietas. Hasil observasi sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol terdapat perbedaan secara bermakna terhadap respon fisiologis, respon perilaku dan komposit ansietas. Sedangkan respon kognitif tidak terdapat perbedaan secara bermakna. Hasil self evaluasi menunjukkan bahwa usia dan pendidikan berkontribusi terhadap respon fisiologis pada penduduk pasca gempa. Pada respon perilaku dan emosional tidak terdapat faktor yang berkontribusi, sedangkan pada respon kognitif hanya usia yang berkontribusi terhadap respon ansietas penduduk pasca gempa. Faktor yang berkontribusi terhadap komposit yaitu usia, pendidikan dan pekerjaan. Hasil observasi menunjukkan bahwa hanya pendidikan yang berkontribusi terhadap respon ansietas penduduk pasca gempa.Hasil self evaluasi dan observasi menunjukkan bahwa respon ansietas penduduk pasca gempa yang tidak diberikan logoterapi tidak terdapat perbedaan secara bermakna. Hasil self evaluasi menunjukkan bahwa usia dan pendidikan berkontribusi terhadap respon fisiologis pada penduduk pasca gempa. Pada respon perilaku dan emosional tidak terdapat faktor yang berkontribusi, sedangkan pada respon kognitif hanya usia yang berkontribusi terhadap respon ansietas penduduk pasca gempa. Faktor yang berkontribusi terhadap komposit yaitu usia, pendidikan dan pekerjaan. Hasil observasi menunjukkan bahwa hanya pendidikan yang berkontribusi terhadap respon ansietas pada penduduk pasca gempa (BK, TN).3.3 Pengaruh Logotherapi Terhadap Perubahan Harga Diri Nara Pidana Perempuan Dengan Narkotika Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Palembang Oleh Sri Maryatun Tahun 2011

Hasil analisis jurnal yang di teliti oleh sri maryatun universitas Indonesia pada tahun 2011 menunjukan bahwa pada kelompok intervensi terjadi perubahan nilai rata-rata respon kognitif antara pre dan post test. Menunjukan bahwa respon kognitif responden pada kelompok intervensi mengalami perubahan kognitif kearah yang lebih baik dibandingkan sebelum responden mendapatkan logoterapi. Penurunan nilai rata-rata respon kognitif pada kelompok intervensi bermakna secara statistik dimana nilai p lebih kecil dari pada nilai a, (0,000