ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 3 Karbohidrat

48
ACARA III KARBOHIDRAT A. Tujuan Tujuan pada praktikum Acara III Karbohidrat ini adalah : 1. Mengetahui adanya senyawa karbohidrat secara umum melalui uji molisch. 2. Mengetahui adanya gula reduksi dan kecepatan reduksi suatu bahan melalui uji benedict dan uji barfoed. 3. Membedakan monosakarida aldosa dan ketosa dengan uji selliwanoff. 4. Mengetahui adanya kandungan polisakarida dalam suatu bahan dengan uji iod. B. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Bahan Glukosa ialah monomer dari karbohidrat. Glukosa dapat disintesis oleh tumbuhan hijau semasa proses fotosintesis. Glukosa termasuk monosakarida yang mempunyai rumus umum C 6 H 12 O 6 yang disebut sebagai dekstrosa atau gula anggur. Glukosa adalah suatu gula monosakarida yang merupakan salah satu karbohidrat terpenting yang

Transcript of ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 3 Karbohidrat

Page 1: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 3 Karbohidrat

ACARA III

KARBOHIDRAT

A. Tujuan

Tujuan pada praktikum Acara III Karbohidrat ini adalah :

1. Mengetahui adanya senyawa karbohidrat secara umum melalui uji

molisch.

2. Mengetahui adanya gula reduksi dan kecepatan reduksi suatu bahan

melalui uji benedict dan uji barfoed.

3. Membedakan monosakarida aldosa dan ketosa dengan uji selliwanoff.

4. Mengetahui adanya kandungan polisakarida dalam suatu bahan dengan uji

iod.

B. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Bahan

Glukosa ialah monomer dari karbohidrat. Glukosa dapat disintesis

oleh tumbuhan hijau semasa proses fotosintesis. Glukosa termasuk

monosakarida yang mempunyai rumus umum C6H12O6 yang disebut

sebagai dekstrosa atau gula anggur. Glukosa adalah suatu gula

monosakarida yang merupakan salah satu karbohidrat terpenting yang

digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan. Glukosa

merupakan salah satu utama fotosintesis dan awal bagi respirasi. Bentuk

alami (D-glukosa) disebut juga dekstrosa, terutama pada industri pangan

(Edahwati, 2010).

Laktosa merupakan gula utama dalam ASI dan susu sapi (4 sampai

8 % laktosa). Hidrolisis laktosa menghasilkan D-galaktosa dan D-glukosa

dalam jumlah mol yang equivalen. Karbon anomerik pada unit galaktosa

mempunyai konfigurasi ß pada C-1 dan bertautan dengan gugus hidroksil

pada C-4 di unit glukosa. Sukrosa merupakan gula pasir yan diperoleh

Page 2: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 3 Karbohidrat

secara komersial dari batang tebu dan bit gula, yang kadarnya 14 sampai

20 % dari cairan tumbuhan tersebut. Hidrolisis sukrosa memberikan D-

glukosa dan ketosa D-fruktosa dengan jumlah mol yang equivalen.

Sukrosa berbeda dari disakarida lain karena karbon anomerik kedua

unitnya terlibat dalam ikatan glikosidik. Selain itu, karena tidak ada gugus

aldehida bebas yang berpotensi, sukrosa tidak dapat mereduksi reagen

Tollens, Fehling, atau Benedict. Oleh karena itu sukrosa disebut sebagai

gula non-pereduksi. Alkohol atau fenol yang terdapat di alam sering

dijumpai di dalam sel bergabung sebagai glikosida dengan beberapa gula,

umumnya dengan glukosa. Dengan cara ini, segmen gula dalam glikosida

yang banyak mengandung gugus hidroksil itu akan melarutkan senyawa

alkohol atau fenol (kalau tidak, alkohol dan fenol itu tidak akan larut

dalam protoplasma sel). Contohnya ialah salisin yang rasanya pahit, yang

terdapat dalam kulit pohon willow ( Hart, 1983).

Pereaksi benedict berupa larutan yang mengandung kuprisulfat,

natrium karbonat dan natrium sitrat. Glukosa dapat mereduksiion Cu++

dari kuprisulfat menjadi ion Cu+ yang kemudian mengendap sebagai

Cu2O. Adanya natrium karbonat dan natrium sitrat membuat pereaksi

benedict bersifat basa lemah. Endapan yang terbentuk berwarna hijau,

kuning atau merah bata. Sedangkan pereaksi barfoed terdiri atas larutan

kupriasetat dan asam asetat dalam air, dan digunakan untuk membedakan

antara monosakarida dengan disakarida. Monosakarida dapat mereduksi

lebih cepat daripada disakarida. Jadi Cu2O terbentuk lebih cepat oleh

monosakarida daripada disakarida dalam larutan tidak berbeda banyak

(Poedjiadi, 2009).

Dekstrin adalah polisakarida yang menyerupai gom, larut dalam air.

Jika pati dipanaskan, terjadilah dekstrin. Terjadinya dekstrin dengan cara

ini merupakan proses penganjian dan mengkilapkan pakaian. Dalam

kehidupan sehari-hari pati digunakan untuk membuat sirop-glukosa,

Page 3: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 3 Karbohidrat

membuat dekstrin, menganji pakaian dan mengkilapkan tenunan.

Glikogen (C6H10O5)n adalah polisakarida yang terdapat dalam badan

hewan, terutama dalam hati. Glikogen juga terdapat pada tumbuh-

tumbuhan rendah. Glikogen dapat diambil dari dalam hati dengan jalan

merebus bersama larutan KOH (Pringgomulyo, 1982).

Glukosa dinamakan juga dekstrosa atau gula anggur, terdapat luas

di alam dalam jumlah sedikit, yaitu di dalam sayur, buah, sirup jagung,

sari pohon, dan bersaman dengan fruktosa dalam madu. Glukosa

merupakan hasil akhir pencernaan pati, sukrosa, maltosa, dan laktosa pada

hewan dan manusia. Dalam proses metabolisme, glukosa merupakan

bentuk karbohidrat yang beredar dalam tubuh dan di dalam sel merupakan

sumber energi. Fruktosa dinamakan juga levulosa atau gula buah, adalah

gula paling manis. Fruktosa mempunyai rumus kimia yang sama dengan

glukosa C6H12O6, namun strukturnya berbeda. Susunan atom dalam

fruktosa merangsang jonjot kecapan pada lidah sehingga menimbulkan

rasa manis. Fruktosa dapat diolah dari pati dan digunakan secara

komersial sebagai pemanis. Sukrosa atau sakarosa dinamakan juga gula

tebu atau gula bit. Secara komersial gula pasir yang 99% terdiri atas

sukrosa dibuat dari kedua macam bahan makanan tersebut melalui proses

penyulingan dan kristalisasi. Laktosa (gula susu) hanya terdapat dalam

susu dan terdiri atas satu unit glukosa dan satu unit galaktosa. Laktosa

adalah gula yang paling tidak manis (seperenam manis glukosa) dan lebih

sukar larut daripada disakarida lainnya (Almatsier, 1982).

2. Tinjauan Teori

Karbohidrat merupakan senyawa yang terbentuk dari molekul

karbon, hydrogen, dan oksigen. Di dalam ilmu gizi, secara sederhana

karbohidrat dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu karbohidrat sederhana

dan karbohidrat kompleks. Contoh dari karbohidrat sederhana adalah

monosakarida seperti glukosa, fruktosa dan galaktosa atau juga disakarida

Page 4: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 3 Karbohidrat

seperti sukrosa dan laktosa. Monosakarida ini merupakan jenis karbohidrat

sederhana yang terdiri dari 1 gugus cincin. Sedangkan contoh dari

karbohidrat kompleks adalah pati (starch), glikogen (simpanan energi di

dalam tubuh), selulosa, dan serat (fiber). Karbohidrat kompleks

merupakan karbohidrat yang terbentuk oleh hamper lebih 20.000 unit

molekul monosakarida terutama glukosa (Irawan, 2007).

Penentuan gula reduksi selama ini dilakukan dengan metode

pengukuran konvensional seperti metode osmometri, polarimetri, dan

refraktometri maupun berdasarkan reaksi gugus fungsional dari senyawa

sakarida tersebut (seperti metode Luff-Schorl, Selliwanoff, Nelson-

Somogyi dan lain-lain). Hasil analisanya adalah kadar gula pereduksi total

dan tidak dapat menentukan gula pereduksi secara individual

(Ratnayani, et al, 2008).

Karbohidrat merupakan kelas penting dari molekul yang digunakan

untuk makanan oleh semua hewan. Enzim mencerna gula kompleks ini

dan mengubahnya menjadi molekul yang lebih sederhana, bertindak

dalam konsentrasi busana tergantung tanpa mengubah diri mereka sendiri.

Salah satu enzim yang umum adalah amilase, yang memecah pati menjadi

glukosa (Cochran, 2008).

Istilah karbohidrat timbul karena rumus kebanyakan senyawa

sejenis ini dapat dinyatakan sebagai Cn(H2O)n atau karbon. Glukosa

misalnya mempunyai rumus molekul C6H12O6. Karbohidrat didefinisikan

sebagai polihidroksialdehida, polihidroksiketon atau senyawa yang

menghasilkan senyawaan yang serupa pada hidrolisis. Dengan demikian,

kimia karbohidrat adalah gabungan antara kimia dua gugus fungsi, gugus

hidroksil dan gugus karbonil. Karbohidrat pada umumnya digolongkan

menurut strukturnya yaitu monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida

(Hart, 1983).

Page 5: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 3 Karbohidrat

Dalam tubuh membran sel darah merah mengandung glikoprotein

atau glikolipid, dan jenis gula yang bergabung dengan protein lipid ini

bervariasi dari satu orang ke orang lain. Adapun, peningkatan glukosa

plasma dan konsentrasi insulin selama berkepanjangan intensitas latihan

dengan menambah variabel dengan karbohidrat ditemukan untuk

cadangan glikogen otot dan meningkatkan daya tahan aerobik. Selain itu,

selain protein untuk suplemen karbohidrat akan meningkatkan respon

insulin dari suplemen karbohidrat (Widzer, 2003).

Sebuah jumlah kecil dari ekstrak dilarutkan terpisahkan dalam 5 ml

air suling dan disaring itu filtrat menjadi sasaran tes berikut untuk

mendeteksi keberadaan karbohidrat. Dalam uji molisch ekstrak filtrate

diobati dengan 2 tetes alkohol solusi α-naftol dalam uji coba tabung

terpisah dan 2 ml terkonsentrasi asam sulfat ditambahkan dengan hati-hati

sepanjang sisi tabung reaksi. Pembentukan cincin ungu pada

persimpangan mungkin menunjukkan adanya karbohidrat

(Kumar, et al, 2012).

Uji karbohidrat reagen molish telah ditambahkan ke 2 ml dari kedua

ekstrak. Sebuah jumlah sedikit terkonsentrasi asam sulfat ditambahkan ke

dalamnya dan dibiarkan membentuk lapisan. Campuran dikocok, dan

didiamkan selama beberapa menit, yang kemudian diencerkan dengan

menambahkan 5 ml air suling. Endapan yang terbentuk seperti cincin yang

berwarna ungu menunjukkan adanya karbohidrat (Manimozhi, 2011).

Uji kualitatif karbohidrat dibedakan atas uji umum dan uji khusus.

Uji umum berlaku untuk semua karbohidrat, sedangkan uji khusus hanya

berlaku untuk karbohidrat tertentu. Dalam uji umum semua karbohidrat

yang mempunyai lima atom karbon atau lebih akan memberikan hasil akhir

yang sama. Uji molisch merupakan uji umum karbohidrat. Uji khusus

karbohidrat anatara lain uji terhadap karbohidrat pereduksi , uji untuk

ketosa dan uji untuk pentose. Uji terhadap karbohidrat pereduksi dapat

Page 6: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 3 Karbohidrat

ditunjukkan dengan berbagai cara antara lain uji fehling, uji benedict, uji

asam pikrat, uji tollens, dan uji barfoed. Pereaksi yang digunakan untuk uji

barfoed adalah asam. Pereaksi dibuat dengan melarutkan 13,3 gram Kristal

kupri sulfat netral dalam 200 ml air. Setelah disaring, filtrat ditambah 1,8

ml asam asetat glasial. Pada pemanasan karbohidrat pereduksi

menggunakan pereaksi barfoed, terjadi reaksi oksidasi karbohidrat

pereduksi menjadi asam onat dan reduksi pereaksi barfoed sebagai ion

kupri menjadi endapan kupri oksida. Suasana asam dalam pereaksi barfoed

dapat mengakibatkan waktu terjadinya pengendapan kupro oksida pada

reaksi dengan disakarida dan monosakarida berbeda. Pada konsentrasi dan

kondisi yang sama disakarida memberikan endapan yang lebih lambat

daripada monosakarida. Berdasarkan hal ini uji ini dapat membedakan

antara karbohidrat disakarida dan monosakarida (Sumardjo, 2006).

Pati yang berikatan dengan iodin (I2) akan menghasilkan warna

biru. Sifat ini dapat digunakan untuk menganalisis adanya pati. Hal ini

disebabkan oleh struktur molekul pati yang berbentuk spiral, sehingga akan

mengikat molekul iodin dan terbentuklah warna biru. Bila pati dipanaskan,

spiral merenggang, molekul-molekul iodin terlepas, sehingga warna biru

hilang. Pati akan merefleksikan warna biru bila berupa polimer glukosa

yang lebih besar dari dua puluh, misalnya molekul-molekul amilosa. Bila

polimernya kurang dari dua puluh seperti amilopektin, maka akan dapat

dihasilkan warana merah. Sedangkan dekstrin dengan polimer 6, 7, dan 8

membentuk warna coklat. Polimer yang lebih kecil dari lima tidak

memberikan warna dengan iodin ( Winarno, 2008).

Page 7: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 3 Karbohidrat

C. Metodologi

1. Alat

a. Tabung reaksi

b. Pipet

c. Penangas air

d. Pipet volume

e. Tes plate

f. Rak tabung

g. Propipet

h. Penjepit

2. Bahan

a. Larutan glukosa 0,02 M

b. Larutan amilum 0.02 M

c. Air (aquadest)

d. Larutan alpha naptol 5%

e. Larutan H2SO4 pekat 3 ml

f. Larutan glukosa 0,01 M

g. Larutan glukosa 0,04 M

h. Larutan benedict

i. Larutan fruktosa 0,01 M

j. Larutan laktosa 0,01 M

k. Larutan sakarosa 0,01 M

l. Larutan barfoed 5 ml

m. Larutan HCl pekat

n. Larutan resorsinol 0,5 %

o. Larutan amilum 1 %

p. Larutan dextrin 1 %

q. Larutan CMC 1 %

Page 8: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 3 Karbohidrat

r. Larutan glikogen 1 %

s. Larutan iod (0,05 N dalam 3 % KI)

3. Cara Kerja

a. Uji Molisch

Disiapkan 3 tabung reaksi

1 ml 0,02 M glukosa Dimasukkan ke tabung reaksi 1

1 ml 0,02 amilum dimasukkan ke tabung reaksi 2

1 ml aquadest dimasukkan ke tabung reaksi 3

2 tetes larutan alpha ditambahkan ke dalam masing-masing Napthol 5 % dalam tabung reaksi

alkhohol

dicampur baik-baik

3 ml asam sulfat dituangkan melalui dinding Pekat hingga tampak 2 lapisan

Diamati timbulnya warna pada ke 2 lapisan

Page 9: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 3 Karbohidrat

b. Uji BenedictDisiapkan 3 tabung reaksi

3 ml larutan benedict diisikan ke dalam masing-masing tabung

1 ml 0,01 M glukosa Dimasukkan ke tabung reaksi 1

1 ml 0,02 M glukosa dimasukkan ke tabung reaksi 2

1 ml 0.04 M glukosa Dimasukkan ke tabung reaksi 3

dicampur baik-baik

air mendidih dipanaskan selama 10 menit

Diamati perubahannya

Dibandingkan kecepatan Perubahannya

Page 10: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 3 Karbohidrat

c. Uji Barfoed

Disiapkan 4 tabung reaksi

5 ml larutan barfoed Dimasukkan ke tabung reaksi 1 + 5 ml 0,01 M glukosa

5 ml larutan barfoed Dimasukkan ke tabung reaksi 2 + 5 ml 0,01 M fruktosa

5 ml larutan barfoed Dimasukkan ke tabung reaksi 3 + 5 ml 0,01 M laktosa

5 ml larutan barfoed Dimasukkan ke tabung reaksi 4 + 5 ml 0,01 M sakarosa

Dipanaskan ke 4 tabung itu dalam penangas air selama 10 menit

Didinginkan segera

Dibandingkan kecepatan reduksinya

Page 11: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 3 Karbohidrat

d. Uji Selliwanoff

Disiapkan 2 tabung reaksi

2 ml 0,01 M glukosa Dimasukkan ke tabung reaksi 1

2 ml 0,01 M fruktosa Dimasukkan ke tabung reaksi 2

1 ml HCl pekat Ditambahkan

Dicampur baik-baik

Dipanaskan dalam penangas air mendidih selama 30 menit

0,5 ml 0,5 % larutan Ditambahkan resolsinol

Dicatat perubahan warnanya

Page 12: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 3 Karbohidrat

e. Uji Iod

Disiapkan 4 tabung reaksi

5 ml larutan amilum1 % Dimasukkan ke tabung reaksi 1

5 ml dekstrin 1 % Dimasukkan ke tabung reaksi 2

5 ml CMC 1 % Dimasukkan ke tabung reaksi 3

5 ml glikogen 1 % Dimasukkan ke tabung reaksi 4

Diambil 2 tetes masing-masing larutan Kemudian dimasukkan dalam tes plate

1 tetes iod Ditambahkan ke dalam masing-masing tes

plate

Diamati yang terjadi

Dipanaskan sisa larutan yg diambil 1 tetes tadi selama 10 menit

Diambil lagi 2 tetes tadi dimasukkan test plate

Ditambah 1 tetes iod

Diamati yang terjadi

Page 13: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 3 Karbohidrat

D. Hasil dan Pembahasan1. Uji Molisch

Tabel 3.1 Uji MollischKelom

pokSampel

Warna awal

Warna yang terbentuk

Keterangan

1

0,02 M Glukosa

BeningCoklat bening

Terbentuk 2 lapisan (cincin)

9Bening

Coklat bening

Terbentuk 2 lapisan (cincin)

20Bening

Coklat bening

Terbentuk 2 lapisan (cincin)

2

0,02 M Amilum

BeningCoklat bening

Terbentuk 2 laisan (cincin)

8Bening

Coklat bening

Terbentuk 2 lapisan (cincin)

21Bening

Coklat tembaga bening

Terbentuk 2 lapisan (cincin)

3

Aquades

BeningCoklat bening

Terbentuk 2 lapisan (cincin)

7 BeningCoklat bening

Terbentuk 2 lapisan (cincin)

22 BeningCoklat

tembaga bening

Tidak terbentuk 2 lapisan (cincin)

Sumber : Laporan Sementara

Uji molisch digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya senyawa

karbohidrat dalam suatu bahan pangan. Prinsip pada uji molisch ini adalah

asam sulfat pekat akan menghidrolisis ikatan glikosidik karbohidrat

menjadi monosakarida, selanjutnya menjadi dehidrasi membentuk furfural

dan derivatnya. Fungsi H2SO4 pekat dalam reaksi Molisch (dapat

digantikan asam kuat lainnya) adalah untuk menghidrolisis ikatan pada

sakarida sehingga menghasilkan furfural dan turunannya yang kemudian

dikombinasikan dengan alfa-naftol untuk membentuk produk berwarna.

Furfural ini kemudian bereaksi dengan reagent Molisch, α-naphthol

Page 14: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 3 Karbohidrat

membentuk cincin yang berwarna ungu. Reaksi pembentukan furfural ini

adalah reaksi dehidrasi atau pelepasan molekul air dari suatu senyawa.

Pada praktikum kali ini dilakukan uji molisch terhadap glukosa,

amilum dan aquadest. Dari hasil percobaan terhadap glukosa 0,02 M

sebanyak 1 ml, setelah ditambah 2 tetes alphanapthol dan 3 ml asam sulfat

pekat terdapat reaksi, dibuktikan dengan adanya perubahan warna dari

bening lalu terbentuk cincin. Kemudian dari hasil percobaan terhadap

amilum 0,02 M sebanyak 1 ml, setelah ditambah 2 tetes alphanapthol dan 3

ml asam sulfat pekat terjadi reaksi yang ditandai dengan perubahan warna,

dari bening lalu terbentuk cincin. Sedangkan untuk hasil percobaan

terhadap sampel aquadest, pada kelompok 3 dan 7 setelah ditambah 2 tetes

alphanapthol dan 3 ml asam sulfat pekat, ada perubahan warna yaitu coklat

dan membentuk lapisan cincin. Menurut Winarno (2008), dalam uji

molisch akan timbul dua lapisan cairan di dalam tabung reaksi dimana

larutan sampel akan berada di lapisan atas. Cincin berwarna merah ungu

pada batas kedua cairan menunjukkan adanya karbohidrat dalam sampel.

Pada kelompok 3 dan kelompok 7 aquadest membentuk 2 lapisan cincin

yang berwarna coklat tembaga, seharusnya dalam percobaan menggunakan

sampel aquadest tidak terbentuk lapisan cincin karena aquadest bukan

merupakan senyawa karbohidrat yang mempunyai ikatan glikosidik (ikatan

antar molekul satuan dasar yang satu terhadap yang lainnya) jadi warna

akhirnya tidak terbentuk cincin.

Hasil yang didapatkan pada percobaan menggunakan sampel glukosa

dan amilum tidak tergolong karbohidrat karena lapisan cincin yang

terbentuk tidak berwarna merah ungu melainkan berwarna coklat bening.

Sedangkan menurut teori, glukosa dan amilum merupakan karbohidrat.

Penyimpangan yang terjadi dapat disebabkan karena penggunaan H2SO4

encer. Dalam larutan asam yang encer, saat dipanaskan monosakarida akan

tetap stabil, namun jika dipanaskan dengan asam kuat yang pekat akan

Page 15: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 3 Karbohidrat

menghasilkan furfural atau derivatnya. Selain itu kurangnya ketelitian

praktikan dalam membaca skala yang ada pada alat juga mempengaruhi

berjalannya reaksi.

2. Uji Benedict

Tabel 3.2 Uji BenedictKelompok

SampelWarna awal

Warna yang terbentuk

KeteranganKecepatan

reduksi

3

0,01 M Glukosa

Biru Biru beningTidak ada endapan

+++

4

Biru

Bagian atas bening

bagian bawah biru

Tidak ada endapan

+++

26 Biru tua pekat

Biru tua Ada endapan +++

2

0,02 M Glukosa

Biru tua Bening

Biru bening tipis

Lapisan atas biru keputihan, lapisan bawah

biru muda

++

5Biru

Biru agak muda

Biru agak muda, tidak ada endapan

++

27 Biru tua Biru Ada endapan ++

1

0,04 M Glukosa

Biru bening tua

Biru bening muda

Tidak ada endapan

+++

6Biru

beningBiru bening lebih muda

Tidak ada endapan maupun

perubahan warna

+

25Biru agak

tuaBiru muda

Tidak ada endapan

+

Sumber : Laporan Sementara

Keterangan kecepatan reduksi :

+++ : Cepat

++ : Kurang cepat

+ : Tidak cepat

Page 16: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 3 Karbohidrat

Dalam uji benedict ini digunakan benedict untuk mengetahui ada

tidaknya gula pereduksi dalam suatu larutan dengan indikator, yaitu

perubahan warna menjadi merah bata. Prinsip uji benedict adalah adanya

gugus aldehid atau keton bebas gula akan mereduksi kuprioksida dalam

pereaksi Benedict menjadi kuprioksida yang berwarna (merah bata). Reaksi

dari uji bennedict adalah gula reduksi yang memiliki kemampuan mereduksi

ion Cu++ yang mengendap jadi CuO, endapan yang diperoleh berupa endapan

merah bata. Berdasarkan hasil percobaan diketahui adanya gula pereduksi

pada glukosa pada berbagai variasi konsentrasi larutan glukosa yang ditandai

dengan perubahan warna dan timbulnya endapan. Menurut Poedjiadi (2009),

endapan yang terbentuk dapat berwarna hijau, kuning, atau merah bata.Warna

endapan ini bergantung pada konsentrasi karbohidrat yang diperiksa. Glukosa

merupakan gula pereduksi sebab gula mampu mereduksi pengoksidasi, di

mana ujung pereduksinya adalah ujung yang mengandung aldehid.

Pada praktikum ini, pengamatan sampel glukosa 0,01 M kelompok 3

dan kelompok 4 dan sampel glukosa 0,04 M kelompok 1,6 dan kelompok 25

hasil percobaan setelah dilakukan pemanasan tidak menunjukkan adanya

endapan. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang telah dikemukakan oleh

Poedjiadi (2009), bahwa seharusnya pada saat setelah glukosa ditetesi dengan

larutan benedict akan terbentuk endapan merah bata. Fungsi pemanasan disini

adalah untuk mempercepat reaksi, melihat perubahan warna yang terbentuk

dan untuk menentukan kecepatan reduksi yang dihasilkan dari berbagai

larutan glukosa dengan molaritas yang berbeda-beda.

Pada praktikum ini, reagen benedict digunakan untuk menguji kehadiran

gula pereduksi dalam larutan. Monosakarida yang bersifat reduktor, dengan

diteteskannya reagen akan menimbulkan endapan merah bata. Selain menguji

adanya gula pereduksi, juga semakin banyak yang berlaku secara kuantitatif,

karena semakin banyak konsentrasi gula dalam larutan maka semakin gelap

warna endapan. Hal ini tidak sesuai dengan teori Poedjiadi (2009), yang

Page 17: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 3 Karbohidrat

menyatakan bahwa warna endapan tergantung pada konsentrasi karbohidrat

yang diperiksa, sehingga seharusnya pada konsentrasi terbanyak yaitu 0,04 M

glukosa terbentuk endapan dengan warna yang lebih gelap dari larutan yang

konsentrasinya lebih kecil. Kecepatan mereduksinya juga tidak sesuai dengan

teori seharusnya kecepatan reduksi sebanding dengan besarnya molaritas

glukosa. Jadi faktor yang mempengaruhi kecepatan reduksi adalah molaritas,

artinya makin besar molaritas glukosa, kecepatan mereduksinya makin cepat,

begitu juga sebaliknya, begitu juga dengan endapan yang terbentuk, makin

besar molaritas glukosa makin banyak endapan. Pada uji benedict ini yang

paling cepat mereduksi adalah glukosa 0,01 M lalu glukosa 0,02 M, dan yang

paling akhir adalah glukosa 0,04 M.

Page 18: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 3 Karbohidrat

3. Uji BarfoedTabel 3.3 Uji BarfoedKelompok

Sampel Warna awal Warna yang terbentuk

Keterangan Kecepatan

reduksi6

0,01 M glukosa

Biru Biru Terbentuk endapan merah bata

+ + +

7 Biru Biru Terbentuk endapan merah bata

+ + +

25 Biru Biru gelap Ada endapan merah bata + +

26 Biru pekat Biru pepsi Ada endapan merah+ +

5

0,01 M Fruktos

a

Biru Biru Terbentuk endapan merah bata

+ +

8 Biru Biru Terbentuk endapan merah bata

+ +

23 Atas biru, Bawah agak gelap

Biru gelap Ada endapan merah bata + +

27 Biru bening Biru pekat Ada endapan merah + +

4

0,01 M Laktosa

Biru Biru Terbentuk endapan putih +

9 Biru Biru Terbentuk endapan putih +

16 Biru bening Biru pepsi Tidak ada endapan +

24 Biru Biru terang Sangat sedikit endapan +

10

0,01 M Sukrosa

biru, kuning, bening

biru, merah coklat, merah bata

Ada endapan merah bata + +

13 biru, kuning, bening

biru, merah bata, orange

Ada endapan warna putih kehijauan

+ +

17 Atas biru terang, bawah kuning, tengah hijau

Biru pekat, merah, kuning pekat

Ada endapan warna kuning

+ + +

20 Atas biru, bawah kuning

Atas biru tua, bawah coklat kuning

Ada endapan warna kuning

+ + +

Sumber : Laporan Sementara

Page 19: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 3 Karbohidrat

Keterangan kecepatan reduksi :

+++ : Cepat

++ : Kurang cepat

+ : Tidak cepat

Pada praktikum Acara III Karbohidrat ini, untuk mengetahui adanya

gugus reduksi maka dilakukan uji barfoed. Prinsip dalam uji barfoed adalah

monosakarida akan mereduksi reagen barfoed yang bersifat asam sehingga

kekuatan hidrolisis menurun dan mengakibatkan tidak dapat mereduksi

disakarida. Larutan barfoed hanya dapat direduksi oleh monosakarida.

Menurut Tauber dan Kleiner (dalam Poedjiadi, 2009) modifikasi atas pereaksi

dengan mengganti asam asetat dengan asam laktat dan ion Cu+ yang

dihasilkan direaksikan dengan pereaksi warna fosfomolibdat hingga

menghasilkan warna biru yang menunjukkan adanya monosakarida.

Disakarida dengan konsentrasi rendah tidak menghasilkan hasil positif.

Percobaan uji barfoed menggunakan empat sampel larutan sakarida yang

berbeda-beda. Empat sampel tersebut adalah 0.01 M glukosa, 0.01 M

fruktosa, 0.01 M laktosa, 0.01 M sukrosa. Pada larutan sakarida 0.01 M

glukosa setelah ditambahkan dengan larutan barfoed warna awalnya adalah

biru kemudian setelah dipanaskan dalam air yang mendidih selama 10 menit

warna berubah menjadi biru gelap dan pada larutan tersebut terbentuk

endapan yang berwarna merah bata sehingga kecepatan reduksinya juga cepat

sekali. Pada larutan sakarida 0.01 M fruktosa warna awal sebelum dipanaskan

adalah biru dan setelah dipanaskan warna yang terbentuk adalah biru juga.

Dalam sampel 0.01 M fruktosa ini juga terbentuk endapan merah bata pada

larutan tersebut dan kecepatan reduksi yang dihasilkan juga kurang cepat tidak

seperti pada sampel 0.01 M glukosa. Sedangkan pada sampel 0.01 M laktosa

ditambahkan dengan larutan barfoed 5 ml warna awal adalah biru dan setelah

dipanaskan warna menjadi biru agak terang. Dalam sampel 0.01 M laktosa ini

ada beberapa kelompok yang hasil praktikumnya menghasilkan adanya

Page 20: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 3 Karbohidrat

endapan berwarna putih, ada yang tidak terbentuk endapan, dan ada juga yang

terbentuk endapan sangat sedikit sehingga kecepatan reduksinya tidak cepat.

Pada sampel keempat yaitu 0.01 M sukrosa warna awal yang dihasilkan

setelah ditambahkan larutan barfoed 5 ml adalah terbentuknya tiga lapisan

warna antara lain lapisan atas berwarna biru, lapisan tengah berwarna kuning,

dan lapisan bawah berwarna bening. Kemudian setelah dipanaskan selama 10

menit dalam penangas air yang mendidih tiga lapisan warna tersebut berubah

menjadi tiga lapisan warna yang berbeda yaitu lapisan atas berwarna biru tua

atau biru pekat, lapisan tengah berwarna merah bata, dan lapisan bawah

berwarna kuning coklat sehingga kecepatan reduksinya cepat.

Endapan merah yang menunjukkan adanya gugus reduksi hanya terdapat

pada sakarida jenis monosakarida (glukosa dan fruktosa). Hal ini disebabkan

larutan barfoed hanya dapat direduksi oleh monosakarida. Pereduksi ini

disebabkan sakarida mempunyai gugus aldehid atau keton bebas, yang

mempunyai sifat mereduksi. Sifat ini dapat diketahui dengan menambahkan

ion kupri dalam suasana alkalis ke dalam larutan barfoed yang nantinya

terbentuk endapan Cu2O yang berwarna merah bata. Sedangkan laktosa dan

sukrosa merupakan golongan oligosakarida sehingga tidak direduksi oleh

larutan barfoed dan tidak timbul adanya endapan merah bata, sedangkan pada

laktosa muncul sedikit endapan merah bata karena adanya kesalahan teknis

yaitu kurang bersihnya pipet yang digunakan untuk mengambil laktosa,

kemungkinan pipet tersebut masih menyisakan glukosa, seharusnya pada

laktosa tidak muncul endapan setelah dipanaskan. Kecepatan mereduksi dari

yang paling cepat ke paling lambat adalah glukosa, fruktosa, laktosa, dan

sukrosa.

Page 21: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 3 Karbohidrat

4. Uji Selliwanoff Tabel 3.4 Uji Selliwanoff

Kelompok Sampel Warna awal Warna yang terbentuk

Keterangan

11

0,01 M Glukosa

Tidak berwarna

Tidak berwarna

Tidak ada gelembung setelah ditetesi resolsinol

14 Tidak berwarna

Tidak berwarna

Tidak ada gelembung setelah ditetesi resolsinol

18 Bening Bening Tidak ada perubahan warna

Bening Bening Tidak ada gelembung

12

0,01 M Fruktosa

Tidak berwarna

Tidak berwarna

Ada sedikit gelembung setelah ditetesi resolsinol

15 Bening Bening Tidak ada gelembung

21 Bening Bening Tidak ada perubahan warna dan tidak ada gelembung

22 Bening Bening Tidak ada perubahan warna dan tidak ada gelembung

Sumber : Laporan SementaraUji selliwanof adalah sebuah uji kimia yang membedakan gula aldosa

dan ketosa. Ketosa dibedakan dari aldosa dikarenakan perbedaan gugus

fungsi. Jika gula mempunyai gugus keton maka disebut ketosa, dan apabila

mempunyai gugus aldehida maka disebut aldosa. Prinsip uji selliwanoff

dalam praktikum yang telah dilakukan adalah fruktosa dengan asam kuat

akan mengalami dehidrasi membentuk empat hidroksi metylfurfural. Bila

ditambahkan resolsinol akan berkondensasi membentuk persenyawaan

Page 22: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 3 Karbohidrat

yang berwarna merah. Uji selliwanof lebih bereaksi positif terhadap ketosa

dikarenakan aldosa sebelum dihidrasi mengalami transformasi dahulu

menjadi ketosa sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama. Ketosa

akan didehidrasi lebih cepat dari aldosa. Furfural akan berkondensasi

dengan resolsinol (1,3- dihidroksi benzena) yang akan memberikan warna

merah kompleks (merah-cherry). Dalam percobaan ini fungsi penambahan

HCl dan larutan resolsinol pada uji selliwanof adalah HCl berguna untuk

menghidrolisis poligosakarida dan oligosakarida menjadi lebih sederhana,

sedangkan resolsinol berguna untuk membantu ketosa menghasilkan warna

merah tua.

Pada percobaan uji seliwanoff dengan sampel glukosa 0.01 M warna

awal yang dihasilkan adalah bening atau tidak berwarna. Namun setelah

ditambahkan HCl pekat dan kemudian dipanaskan dalam penangas air

selama 30 menit serta ditambahkan larutan resolsinol 0.5 % warna tidak

mengalami perubahan dan masih tetap bening serta tidak terbentuknya

gelembung. Perlakuan yang sama juga dilakukan pada sampel fruktosa

0.01 M warna yang dihasilkan juga bening atau tidak berwarna dan setelah

ditambahkan HCl pekat kemudian dipanaskan serta ditambahkan larutan

resolsinol juga warna masih tetap bening. Namun pada kelompok 12

percobaan uji selliwanoff menghasilkan adanya sedikit gelembung setelah

ditetesi resolsinol. Menurut Theodor (1887), ketosa yang terhidrasi

kemudian bereaksi dengan resorsinol, menghasilkan zat berwarna merah

tua. Aldosa dapat sedikit bereaksi dan menghasilkan zat berwarna merah

muda. Fruktosa dan sukrosa merupakan dua jenis gula yang memberikan

uji positif. Sukrosa menghasilkan uji positif karena ia adalah disakarida

yang terdiri dari fruktosa dan glukosa. Hasil dari percobaan ini tidak sesuai

dengan teori dikarenakan mungkin pada saat pemakaian pipet, pipet yang

digunakan untuk mengambil sampel fruktosa belum benar-benar bersih

sehingga masih mengandung glukosa. Seharusnya setelah penambahan

Page 23: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 3 Karbohidrat

larutan resolsinol, sampel fruktosa 0.01 M mengalami perubahan warna

dari bening menjadi merah, karena fruktosa mengandung gugus keton

sehingga lebih cepat bereaksi dari glukosa yang mengandung gugus

aldehid disebabkan gugus keton langsung didehidrasi menjadi furfural

sedangkan gugus aldehid mengalami transformasi dahulu menjadi ketosa

kemudian didehidrasi menjadi furfural. Kecepatan reaksi dalam uji

seliwanoff dipengaruhi oleh ada tidaknya gugus keton pada suatu

karbohidrat, selain itu juga dipengaruhi oleh konsentrasi, sifat zat yang

bereaksi, suhu dan katalisator.

5. Uji Iod

Page 24: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 3 Karbohidrat

Tabel 3.5 Uji Iod

Kel.Samp

elPerlakuan

Warna awal

Warna yang terbentuk

Keterangan

14

Amilum 1 %

Tanpa pemanasan Hitam Hitam -

Pemanasan HitamHitam

kecoklatanPekat

16Tanpa pemanasan Bening Biru tua -

Pemanasan BeningBiru tua makin

gelapPekat

13Tanpa pemanasan Biru tua Biru tua -

Pemanasan Biru tua Biru tua Pekat

12

Dekstrin 1 %

Tanpa pemanasanCoklat muda

Cklat muda -

PemanasanCoklat muda

Coklat tua Pekat

15Tanpa pemanasan Bening Coklat muda -

Pemanasan Bening Coklat tua Pekat

17Tanpa pemanasan Bening Coklat muda -

Pemanasan Bening Coklat tua Pekat

14

CMC 1%

Tanpa pemanasan Kuning Kuning -Pemanasan Kuning Orange Pekat

18Tanpa pemanasan Bening Kuning pucat -

Pemanasan Bening Kuning cerah Pekat

23Tanpa pemanasan Bening Kuning pucat -

Pemanasan Bening Kuning cerah Pekat

10

Glikogen 1

%

Tanpa pemanasanMerah coklat

Merah coklat -

PemanasanMerah coklat

Coklat gelap Pekat

19Tanpa pemanasan Bening Orange -

Pemanasan Bening Orange pekat

24Tanpa pemanasan Bening Kuning pucat -

Pemanasan Bening Kuning cerah pekat Sumber : Laporan Sementara

Uji iod menggunakan sampel larutan amilium 1 %, dekstrin 1 %,

CMC 1 %, dan glikogen 1 %. Kemudian sampel ditetesi dengan iod hingga

Page 25: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 3 Karbohidrat

berubah warna. Uji iod ini bertujuan untuk mengetahui adanya polisakarida

pada sakarida sampel. Prinsip uji iod adalah polisakarida akan membentuk

reaksi dengan iodin dan memberikan warna spesifik tergantung jenis

karbohidratnya. Amilosa dan iodin berwarna biru, amilopektin merah

coklat, glikogen dan dekstrin berwarna merah coklat.

Dari hasil percobaan uji iod, amilum 1 % ditambahkan iod pada

kelompok 14 menghasilkan warna hitam tanpa pemanasan setelah

dipanaskan warna berubah menjadi hitam kecoklatan. Pada kelompok 16

warna awal tanpa pemanasan bening dan setelah dipanaskan menjadi biru

tua. Sedangkan pada kelompok 13 warna awal tanpa pemanasan biru tua

dan setelah dipanaskan warna tetap biru tua. Dengan menggunakan sampel

dekstrin 1 % mulanya tidak berwarna kemudian setelah ditambahkan iod

dan dipanaskan, warnanya berubah menjadi coklat tua, namun hasil

percobaan kelompok 12 warna awal adalah coklat tua dan setelah

dipanaskan warna menjadi coklat tua. Warna larutan CMC 1 % sebelum

ditambahkan dengan iod tidak berwarna, kemudian dipanaskan warnanya

menjadi kuning cerah, berbeda dengan kelompok lain, hasil percobaan

pada kelompok 14 warna awal yang dihasilkan adalah kuning dan setelah

pemanasan menjadi orange. Sedangkan warna glikogen sebelum

ditambahkan iod adalah tidak berwarna. Setelah ditambahkan iod dan

dipanaskan pada kelompok 10 menjadi coklat gelap, kelompok 19

perubahan warnanya menjadi orange dan pada kelompok 24 warnanya

menjadi kuning cerah. Menurut Winarno (2008), pati yang berikatan

dengan iodin (I2) akan menghasilkan warna biru. Sifat ini dapat digunakan

untuk menganalisis adanya pati. Hal ini disebabkan oleh struktur molekul

pati yang berbentuk spiral, sehingga akan mengikat molekul iodin dan

terbentuklah warna biru. Bila pati dipanaskan, spiral merenggang, molekul-

molekul iodin terlepas, sehingga warna biru hilang. Perubahan warna

tersebut terjadi karena iod diabsorbsi oleh polisakarida. Polisakarida

Page 26: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 3 Karbohidrat

memiliki gugus reduksi pada ujung rantai saja sehingga bila mengalami

hidrolisa akan menghasilkan rantai monosakarida maupun oligosakarida

yang lebih pendek yang memiliki gugus reduksi. Pada hasil percobaan,

dapat diketahui bahwa senyawa yang mengandung polisakarida adalah

amilum dan glikogen.

E. Kesimpulan

Dari praktikum Acara III Karbohidrat yang telah dilakukan didapatkan

beberapa kesimpulan, diantaranya adalah sebagai berikut :

Page 27: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 3 Karbohidrat

1. Uji Molish bereaksi positif terhadap glukosa dan amilum ditunjukkan

dengan adanya cincin ungu. Cincin ungu pada glukosa lebih banyak jika

dibandingkan dengan amilum, karena glukosa merupakan monosakarida,

sedangkan amilum adalah polisakarida yang harus dihidrolisis menjadi

monosakarida dahulu sebelum terdehidrasi menjadi furfural.

2. Uji Benedict bereaksi positif dengan glukosa ditunjukkan dengan adanya

perubahan warna; sampel glukosa 0,01 M berwarna biru; glukosa 0,02 M

berwarna biru tua dan glukosa 0,04 berwarna merah bata. Kecepatan

mereduksinya yang tercepat adalah glukosa yang mempunyai molaritas

paling tinggi.

3. Uji Barfoed bereaksi positif dengan glukosa dan fruktosa karena

merupakan monosakarida (ada gugus reduksi), ditunjukkan dengan adanya

endapan merah. Sedangkan untuk laktosa dan sakarosa tidak bereaksi

karena merupakn disakarida, ditunjukkan dengan tidak adanya endapan.

Keempat sampel tersebut mengalami perubahan warna dari bening

menjadi biru. Kecepatan reduksi pada glukosa 0.01 M lebih cepat

dibandingkan dengan kecepatan reduksi pada fruktosa 0.01 M meskipun

keduanya hampir sama.

4. Uji Selliwanof menunjukkan gugus keton (pada fruktosa) lebih cepat

bereaksi dari glukosa yang mengandung gugus aldehid (pada glukosa),

karena gugus keton langsung didehidrasi menjadi furfural, sedangkan

gugus aldehid mengalami transformasi dahulu menjadi ketosa kemudian

didehidrasi menjadi furfural. Ditandai dengan perubahan warna menjdi

pink pada fruktosa, sedangkan tidak terjadi perubahan warna pada glukosa

setelah dipanaskan.

5. Uji Iod iodin dapat diabsrobsi oleh polisakarida hingga terjadi perubahan

warna. Pada amilum berubah warna dari putih bening menjadi biru,

selulosa (CMC) dari putih bening menjadi jingga, dextrin dari putih

Page 28: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 3 Karbohidrat

bening menjadi merah kecoklatan, glikogen dari putih bening menjadi

coklat.

DAFTAR PUSTAKA

Page 29: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 3 Karbohidrat

Almatsier, Sunita. 1982. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia. Jakarta.

Cochran, Beverly. 2008. Kinetic Anlysis of Amylase Using Quantitative Benedict’s and Iodine Starch Reagents. Journal of Chemical Education Volume 85, No.3. Texas.

Edahwati, Luluk. 2010. Perpindahan Massa Karbohidrat Menjadi Glukosa dari Buah Kersen Dengan Proses Hidrolisis. Jurnal Penelitian Ilmu Teknik, Volume 10, No. 1. Jawa Timur.

Hart, Harold. 1983. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat. Edisi Keenam. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Irawan, M. Anwari, 2007. Karbohidrat. Sports Science Brief Volume 01, No. 03.

Kumar, Ashok. 2012. Preliminary Phytochemical Analysis of Leaf and Bark

(Mixture) Extract of Ficus Infectoria Plant. Volume 1 No. 5 Teerthanker Mahaveer University, Moradabad (U.P.). India.

Manimozhi, D.M..2011. Phytochemical Screening of Three Medicinally Important Ficus Sp. Internasional Journal of Pharmaceutical Research and Development Volume 4, No. 1. India.

Poedjiadi, Anna. 2009. Dasar-Dasar Biokimia. Penerbit UI Press. Jakarta

Pringgomulyo, Saroyo. 1982. Kimia Umum Untuk Bagian Kimia Industri. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Ratnayani K. dan Dewi, Gita. 2008. Penentuan Kadar Glukosa dan Fruktosa pada Madu Kelengkeng dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Jurnal Kimia Volume 2, No. 2, Bukit Jimbaran.

Sumardjo, Damin. 2006. Pengantar Kimia. Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta.

Widzer, . 2003. Effect Of a Carbohydrate Protein Supplement On Endurance performance During Exercise Of Varing Intensity. International Journal of Sport Nutrition and Exercise Metabolism. Volume 13. Human Kinetics Publisher, inc.

Winarno, EG. 2008. Kimia Pangan dan Gizi Edisi Terbaru. Gramedia. Jakarta.

Page 30: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 3 Karbohidrat

LAMPIRAN

1. Uji Molish

Gambar 3.1.1 larutan glukosa sebelum Gambar 3.1.2 larutan glukosa ditetesi asam sulfat pekat setelah ditetesi asam sulfat pekat

2. Uji Benedict

Gambar 3.2.1 Larutan glukosa + Gambar 3.2.2 larutam glukosa + Benedictsebelum dipanaskan benedict setelah dipanaskan

Page 31: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 3 Karbohidrat

3. Uji barfoed

Gambar 3.3 Sukrosa + pereaksi, Fruktosa + pereaksi barfoed, glukosa + pereaksi barfoed, laktosa + pereaksi barfoed

4. Uji seliwanoff 5. Uji Iod

Gamabar 3. 4 Fruktosa + pereaksi Gambar 3.5 sampel + iod setelahSelliwanoff dipanaskan