Modul Lab Kimor 2015

download Modul Lab Kimor 2015

of 15

description

modul laboratorium kimia organik

Transcript of Modul Lab Kimor 2015

  • MODUL

    PRAKTUKUM KIMIA ORGANIK

    Disusun oleh:Agus Rochmat S.Si., M.Farm.

    Meri Yulvianti S.Pd., M.Si.Jayanudin ST., M.Eng.

    Laboratorium Pengembangan ProdukUniversitas Sultan Ageng Tirtayasa

    Banten2015

  • DAFTAR ISI

    No Judul Dosen Pengampu

    1 Sintesis Trans-Esterifikasi Agus Rochmat S.Si., M.Farm

    2 Sintesis Metil Salisilat Agus Rochmat S.Si., M.Farm

    3 Sintesis Aspirin Meri Yulvianti S.Pd., M.Si.

    4 Sintesis Karet Sintesis Meri Yulvianti S.Pd., M.Si.

    5 Ekstraksi Minyak Atsiri Jayanudin ST., M.Eng.

  • SINTESIS TRANS-ESTERIFIKASI

    Tujuana. Mempelajari reaksi transesterifikasi pembuatan biodiesel dengan katalis yang berbedab. Melakukan uji mutu biodiesel dan membandingkannya dengan SNI

    Teori DasarReaksi transesterifikasi dengan katalis basa biasanya menggunakan logam alkali

    alkoksida, NaOH, KOH, dan NaHCO3 sebagai katalis. Katalis basa ini lebih efektif dibandingkan katalis asam, konversi hasil yang diperoleh lebih banyak, waktu yang dibutuhkan juga lebih singkat serta dapat dilakukan pada temperatur kamar. (Anonim, 2005).

    Agar reaksi berjalan cepat tahap transesterifikasi memerlukan pengadukan dan pemanasan (50-55 oC) atau di bawah titik didih methanol (64,7 oC) untuk memisahkan gliserin dan metil ester (biodiesel). Pada reaksi transeseterifikasi ini, sebagai reaktan dapat digunakan metanol atau etanol. Pada proses ini dipilih metanol sebagai reaktan karena merupakan alkohol yang paling reaktif. Alkohol dengan atom C lebih sedikit mempunyai kereaktifan yang lebih tinggi daripada alkohol dengan atom C lebih banyak. Reaksi transesterifikasi merupakan reaksi yang bersifat ireversible. (Pelly, 2000)

    Gambar 1. Reaksi transesterifikasi trigliserida (minyak nabati)

    I. Alat dan Bahan

    Alat

    1. Labu distilasi

    2. Gelas beker

    3. Magnetik stirrer

    4. Batang magnet

    5. Termometer

    6. Buret

    7. Erlenmeyer

    8. Gelas ukur

    9. Gelas arloji

    10. Sendok sungu

    11. Neraca analitik

    12. Piknometer

    Bahan

    1. Minyak jelantah

    2. Minyak kelapa

    3. Minyak jarak

    4. NaOH

    5. KOH

    6. HCl

    7. Indikator PP

  • 13. Pipet tetes

    14. Pipet gondok

    15. Bulbpet

    II. Prosedur Kerja

    a. Pembuatan Biodiesel dengan katalis Basa

    1. Labu ekstraksi diisi dengan NaOH sebanyak 0.5 gr, kemudian dilarutkan dalam 25

    ml metanol sampai homogen disertai pengadukan dan dipanaskan sampai pada

    suhu 40oC.

    2. Setelah NaOH larut semua, secara cepat ditambahkan 100 ml minyak jelantah ke

    dalam reaktor dan dipanaskan sampai suhu 70oC kemudian diaduk selama 30

    menit

    3. Mendinginkan campuran selama 10 menit

    4. Memasukkan campuran ke dalam corong pisah

    5. Memisahkan antara biodisel dengan gliserolnya menggunakan corong pisah

    6. Biodiesel yang diperoleh dicuci dengan 150 ml air panas. Lakukan 3 kali

    pencucian

    7. Memanaskan biodiesel selama 15 menit lebih kurang dengan suhu 1008. Menambahkan CaCl2 sebanyak 2 gr

    9. Melakukan penyaringan dengan kertas saring

    10. Ukur volume biodisel yang dihasilkan

    b. Pembuatan Biodiesel dengan katalis Asam

    a. Ambil 10 ml H2 SO4 pekat tempatkan di beaker glass 250 ml dan campurkan

    perlahan lahan dengan methanol sebanyak 25 ml

    b. Tambahkan 100 ml minyak jelantah sedikit demi sedikit

    c. Refluks campuran pada temperature 55 60 0C dengan kecepatan pengadukan

    konstan, 300 500 rpm selama 50 60 menitd. Mendinginkan campuran selama 10 menit

    e. Memasukkan campuran ke dalam corong pisah

    f. Memisahkan antara biodisel dengan gliserolnya menggunakan corong pisah

    g. Biodiesel yang diperoleh dicuci dengan 150 ml air panas. Lakukan 3 kali

    pencucian

    h. Memanaskan biodiesel selama 15 menit lebih kurang dengan suhu 100i. Menambahkan CaCl2 sebanyak 2 gr

  • j. Melakukan penyaringan dengan kertas saring

    k. Ukur volume biodisel yang dihasilkan

    c. Prosedur Uji Mutu

    a. Penentuan Bilangan Asam

    1. Ditimbang sampel biodiesel yang peroleh sebanyak 2 gram dan dimasukkan

    ke dalam labu erlemeyer.

    2. Kemudian ditambahkan 10 ml campuaran pelarut (50% dietil eter dan 50%

    etanol 95%v).

    3. Larutan tersebut diaduk dan ditritasi dengan larutan KOH 0,1 N alkoholik

    sampai berwarna merah jambu. Warna merah jambu harus bertahan minimal

    15 detik.

    4. Dihitung bilangan asam dari volume titran.

    biodieselgram

    KOHmg

    M

    NV1,56asamBilangan

    V : volume KOH yang dibutuhkan pada titrasi (ml)N : normalitas KOHM : berat sampel biodiesel (gram)56,1 : berat molekul KOH

    b. Penentuan Bilangan Penyabunan

    1. Sampel biodiesel ditimbang 2 gram dan dimasukkan ke dalam labu distilasi

    250 ml, tambahkan 25 ml NaOH 0,1 N alkoholis, dipanaskan di bawah

    pendingin balik (direflux), dan didinginkan. Ditambahkan 1 ml indikator PP

    dan dititrasi dengan HCl 0,5 M, dicatat volumenya (contoh).

    2. NaOH 0,1 N alkoholis diambil 50 ml, dipanaskan di bawah pendingin balik,

    didinginkan dan ditambahkan 1 ml indikator PP kemudian dititrasi dengan

    HCl 0,5 M, dicatat volumenya sebagai volume blanko.

    biodieselgram

    KOHmg

    M

    N)CB(1,56penyabunanBilangan

    B : volume HCl 0,5 pada titrasi blangko (ml)C : volume HCl 0,5 pada titrasi contoh (ml)

    c. Bilangan Ester

  • Bilangan ester (Ae) = [ Bilangan penyabunan (As) Bilangan asam (Aa) ]

    d. Pengujian Density

    1. Timbang labu piknometer yang telah bersih dan kering sebagai a gram.

    2. Labu piknometer diisi dengan contoh dan diimpitkan pada suhu T C kemudian

    timbang sebagai b gram.

    3. Labu dibersihkan dengan sabun, kemudian dengan alkohol dan dikeringkan.

    4. Lakukan langkah 2 dengan contoh aquadest.

    5. Hitung harga density metil ester.

    e. Pengujian Viskositas

    1. Bersihkan terlebih dahulu alat ostwald dengan contoh 2 - 3 kali.

    2. Pipet 5 mL sampel dan masukkan ke dalam alat ostwald.

    3. Tetapkan berapa waktu yang diperlukan untuk mengalirkan sampel dengan jalan

    menghisapnya sampai melebihi tanda garis atas. Bila miniskus berhimpit

    perhitungan dimulai lagi dengan tanda garis bawah.

    4. Pengamatan dilakukan berulang minimal 3 kali.

    5. Catat juga suhu pada saat pengamatan.

    6. Ulangi langkah diatas dengan menggunakan aquadest.

    Catatan : pembuatan larutan Indikator PP (Larutkan 0.5 gam fenoftalein dalam 100

    mL etanol).

  • SINTESIS METIL SALISILAT

    Tujuana. Mempelajari reaksi esterifikasi pembuatan metil salisilatb. Melakukan uji organoleptik ada produk yang dihasilkan

    Dasar Teori

    Reaksi esterifikasi adalah suatu reaksi antara asam karboksilat dan alkohol

    membentuk ester. Turunan asam karboksilat membentuk ester asam karboksilat. Ester asam

    karboksilat ialah suatu senyawa yang mengandung gugus -CO2 R dengan R dapat berupa

    alkil maupun aril. Esterifikasi dikatalisis asam dan bersifat dapat balik (Fessenden, 1981).

    Laju esterifikaasi asam karboksilat tergantung pada halangan sterik dalam alkohol

    dan asam karboksilat. Kekuatan asam dari asam karboksilat hanya mempunyai pengaruh

    yang kecil dalam laju pembentukan ester (Anonima, 2009).

    Ester dihasilkan apabila asam karboksilat dipanaskan bersama alkohol dengan

    bantuan katalis asam. Katalis ini biasanya adalah asam sulfat pekat. Terkadang

    juga digunakan gas hidrogen klorida kering, tetapi katalis-katalis ini cenderung melibatkan

    ester-ester aromatik (yakni ester yang mengandung sebuah cincin benzen) (Clark, 2007).

    Asam salisilat merupakan salah satu bahan kimia yang cukup penting dalam

    kehidupan sehari-hari serta mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi karena dapat

    digunakan sebagai bahan intermediat dari pembuatan obat-obatan seperti antiseptik dan

    analgesik (Supardani, dkk., 2006).

    Salah satu turunan dari asam salisilat adalah metil salisilat. Metil salisilat adalah

    cairan kuning kemerahan dengan bau wintergreen. Tidak larut dalam air tetapi larut dalam

    alkohol dan eter. Metil salisilat sering digunakan sebagai bahanfarmasi, penyedap rasa pada

    makanan, minuman, gula-gula, pasta gigi, antiseptik,dan kosmetik serta parfum. Metil

    salisilat telah digunakan untuk pengobatan sakit syaraf, sakit pinggang, radang selaput dada,

    dan rematik, juga sering digunakan sebagai obat gosok dan balsem (Supardani, dkk., 2006).

    Alat dan BahanAlat :

    1. Kondensor spiral2. Labu destilasi3. Water bath4. Pipa along5. Erlenmeyer

    Bahan :

    1. Asam salisilat2. Methanol absolut3. Asam sulfat pekat4. Larutan

    NaHCO3 jenuh

  • 6. Kondensor lurus7. Corong pemisah8. Thermometer9. Lampu spirtus10. Pendingin balik11. Labu alas bulat12. Batang pengaduk

    5. MgSO4 anhidrat6. Batu didih

    Cara Kerja1. Masukkan ke dalam labu alas bulat 10 gram asam salisilat, 20 ml methanol, 2ml asam

    sulfat pekat dan batu didih, lalu menggojoknya.2. Lengkapi labu dengan pendingin balik, kemudian refluk campuran selama 1 jam

    diatas water bath.3. Kemudian pindahkan campuran kedalam labu destilasi. Destilasi kelebihan methanol

    absolut pada 65oC (menghitung volume methanol berlebih teoritis), lalu mendinginkanya.

    4. Menuang residu (cairan dalam labu destilasi) kedalam 250 ml air pada bekker glass, aduk dan dinginkan.

    5. Setelah lapisan ester mengendap. Cuci ester berturut turut dengan 25 ml air. Tambahkan NaHCO3 sampai netral, lalu cek dengan kertas lakmus. Pisahkan esternya dengan mendekater atau dengan corong pemisah.

    7. Keringkan dengan 5 gram MgSO4 anhidrat dalam Erlenmeyer selama 30 menit.8. Saring ester dengan kertas saring, tampung cairan kedalam labu destilasi9. Lakukan destilasi dengan kondensor udara pada penangas pasir.10. Kumpulkan methyl salisilat pada suhu 221 224oC.11. Hitung rendemennya.

    Uji Mutu Kadar Metil Salisilat

    - Persiapkan alat dan bahan.- Dimasukkan sample kedalam labu ukur alas datar, ditambahkan NaOH 0,1 N

    sebanyak 25 ml.- Dididihkan perlahan-lahan dalam refluks selama 30 60 menit. Hingga sample larut.- Setelah larut didinginkan , bilas kondensor dengan beberapa ml air .- Ditambahkan indikator phenolftalein 2 tetes.- Dititrasi kelebihan basa dengan asam sulfat 0,1 N, hingga warna merah muda hilang.- Dilakukan juga penetapan blangko dan hitung normalitas

    catatan: 1 ml NaOH 1N setara dengan 152,2 mg metil salisilat (Depkes, 1995)

  • SINTESIS ASPIRIN

    Tujuan

    Mempelajari reaksi esterifikasi gugus fenol Menentukan pengaruh katalis asam pada pembuatan aspirin

    Teori Dasar

    Aspirin (asam asetil salisilat) yang merupakan salah satu turunan dari fenol morohidris ialah fenol dengan satu gugus hidroksil yang berikatan pada inti aromatisnya. Fenol tidak dapat didestilasi dalam air secara memuaskan. oleh karena itu, asetilasi berlangsung baik pada anhidrida asam asetat dengan adanya penambahan sedikit asam mineral yang berfungsi sebagai katalis

    kegunaan aspirin secara umum adalah sebagai obat pengurang rasa sakit (analgesik) dan penurun panas (antipiretik).

    Bahan :

    1. Asam salisilat 500 mg

    2. Asam fosfat (H3PO4) 85% 5 tetes

    3. Anhidrida asetat 1.25 mL

    4. Etanol-air 25% 5ml

    5. Air es

    Bahan :

    1. Tabung reaksi 13 x 100mm

    2. Labu Erlenmeyer 50 mL

    3. Boiling bell (pipa kapiler yang kedua ujungnya ditutup)

    4. Corong Hirsch

  • Prosedur:

    1. 500 mg asam salisilat dan 5 tetes Asam fosfat (H3PO4) 85% dimasukkan ke dalam tabung reaksi ukuran 13 x 100mm

    2. 1.25 ml anhidrida asetat dimasukkan melalui dinding tabung reaksi, kemudian tabung dicelupkan ke dalam penangas air pada suhu 80-85C selama 10 menit

    3. 5 ml air ditambahkan secara hati-hati dan tabung dibiarkan menjadi dingin (reaksi antara air dan kelebihan anhidrida asetat dapat menimbulkan panas)

    4. Bila mulai terbentuk kristal, tabung reaksi untuk dimasukkan ke dalam bak berisi es selama 15 menit untuk menyempurnakan proses kristalisasi.

    5. Kristal disaring dengan corong Hirsch dan dicuci dengan 1.0-1.5 mL air es dan kristal dibiarkan mengering.

    6. Produk aspirin dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 50ml dan ditambahkan kira-kira 5 mL etanol-air 25% dan labu dipanaskan sampai mendidih. Agar tidak terjadi bumping, sebelum pendidihan dimasukkan boiling bell (pipa kapiler yang kedua ujungnya ditutup).

    7. Jika tidak semua kristal melarut, sedikit pelarut etanol-air 25% ditambahkan lagi setetes demi setetes sampai semua kristal tepat larut (jangan sampai berlebih)

    8. Jika tetap masih ada residu, larutan disaring dengan menggunakan pipet (sekali pakai) yang diisi kapas. Pipet dipertahankan tetap panas dengan cara menempatkannya dalam labu yang berisi sedikit pelarut yang mendidih.

    9. Filtrat dibiarkan menjadi dingin dan bila kristalisasi terah sempurna, penyaringan dilakukan dengan corong Hirsch.

    10. Produk yang telah kering ditimbang danditentukan titik lelehnya.

  • Penentuan titik lelehDisiapkan 2 tabung kapiler, lalu di isi dengan sampel aspirin dan hasil sintesis. Dipasang melting blok dan termometer distatif. Dimasukkan juga pipa kapiler yang sudah diisi ke melting blok. Dipanaskan dengan bunsen. Diamati trayek titik lelehnya.

    Analisis kandungan aspirinDimasukkan 100 - 250 mg sample ke erlenmeyer 125 ml. Dimasukkan 10 ml etanol dan 3 tetes fenolftalein, serta aqua dm hingga 50 ml. dititrasi dengan NaOH 0,1 ml hingga berubah warna. Dicatat volumenya lalu dihitung berapa masa asetil salisilat, menurut literatur kekuatan asam asetil salisilat minimal 5 grains (1 grains = 0,0648 g).

  • REAKSI POLIMERISASI KONDENSASI TIOKOL

    Tujuan

    Mempelajari reaksi polimerisasi kondensasi pada sintesis tiokol membuat karet sintesis (TIOKOL) dalam skala laboratorium.

    Dasar Teori

    Tiokol merupakan karet sintesis yang dihasilkan melalui proses polimerisasi

    kondensasi, yaitu proses penggabungan molekul tunggal membentuk molekul besar dan

    melepas molekul lain sebagai hasil samping. Tiokol dapat dihasilkan dari reaksi antara

    campuran dikloro etana dengan natrium polisulfida (NaSx) dan membebaskan natrium klorida sebagai hasil samping.

    Reaksi :

    Cl-CH-CH-Cl + nNaSx (CH-CH-Sx)n + NaCl

    Tiokol merupakan karet polisulfida yang dibuat dengan reaksi kondensasi antara

    polisulfida dengan dikloroetana. Karet polisulfida ini terdapat dalam bentuk R dan X yang

    berbeda sehingga jumlah belerang akan tahan terhadap semua tipe pelarutorganik tetapi

    baunya tidak enak dan juga sifat mekaniknya buruk. (Arizal Ridha1990).

    Keuntungan tiokol sangat tahan terhadap minyak dan pelarut organik, tahan terhadap

    cuaca, tahan terhadap ozon, dan cahaya matahari bagus, kedap udara dan uap. Kekurangan

    tiokol tahanan kikis sobek , cut growth dan retak lentur buruk, pampatan tetap buruk, dan

    kepegasan pantul buruk serta baunya tidak enak. ((Arizal Ridha1990). Tiokol kebanyakan

    digunakan untuk barang yang tahan minyak dan pelarut. Sifat fisika yang buruk dan baunya

    yang tidak disukai telah telah membatasi penggunaan secara umum. (Arizal Ridha1990).

    Polisulfida merupakan perekat termoplastik. Perekat ini dapat lebur , melunak bila

    dipanaskan dan mengalami creep ( jalaran ) bila dikenai beban (stress). Tidak seperti

    termoset, perekat termoplastik tidak mengalami perubahan kimia saat terbentuknya ikatan .

    Poli (alkilena polisulfida) kadang-kadang dinyatakan sebagai karet tiokol merupakan

    elastomer yang bermanfaat. Sifat-sifatnya bisa diperbaiki dengan memvariasikan jumlah

    atom karbon dalam unit ulang atau jumlah atom-atom belerang. Naiknya jumlah salah satu

    atom akan meningkatkan kualitas elastomerik dari polimer tersebut. ( Malcom PS 2001).

    Sedang persyaratan khusus bagi suatu polimer untuk berfungsi sebagai elastomer. Elastomer

    adalah suatu bahan yang dapat kembali dengan cepat kebentuk dan ukuran semula setelah

    mengalami formasi karena stress bila stress tersebut ditiadakan .

    Metode terpenting untuk pembuatan elastomer yang bisa dikeraskan pertama

    melibatkan pembentukan polimer terikatt silang yang memakai suatu monomer polihalida ,

    kemudian menguraikan produk tersebut ke suatu polimer dapat lebur yang terterminasi tiol.

    Hal ini diselesaikan lewat reduksi dengan natrium hidrosulfida dalam hadirnya natrium sulfit.

    Berat molekul rata-ratadari polimer yang terurai tersebut bergantung pada jumlah natrium

    hidrosulfida yang digunakan. ( Malcom PS 2001)

  • Alat dan BahanA

    Alat

    Labu leher dua , 1 buah Kondenser Gelas kimia 250 mL 2 buah Corong buchner, labu

    buchner,kertas saring

    Kaca arloji 1 buah Spatula 2 buah Pengaduk 2 buah Termometer 2 buah Penangas air 1 buah Pipet ukur 25 mL 1 buah Bola karet 1 buah

    Bahan

    1,2-dikloroetana Natrium hidroksida

    padat

    Belerang padat Aquadest

    Prosedur

    a. Pembuatan Natrium Polisulfida

    Menimbang 7,5 gr belerang dan memasukkan kedalam labu bundar leher tiga. Menimbang 4,0 gram NaOH dan melarutkan dalam 100 mL airdalam gelas kimia

    250 mL.

    Memasukkan larutan NaOH kedalam labu bundar. Memanaskan perlahan sambil diaduk dengan penangas air. Mengamati reaksi

    yang terjdi setiap 8 menit.

    Menghentikan pemanasan setelah semua belerang larut atau larutan berwarna coklat tua. Mendinginkan larutan hingga suhu ruang.

    Menyaring larutan dingin, mengambil filtrat untuk pembuatan tiokol.

    b. Pembuatan Tiokol

    Memasukkan filtrat ke dalam labu bundar yang telah dicuci bersih dan menambahkan 20 mL 1,2-dikloroetana.

    Merangkai alat seperti sebelumnya. Memanaskan pada suhu (70-80)C hingga terbentuk gumpalan kuning dan larutan

    jernih.

    Mengamatai dan mencatat reaksi yang terjadi. Menghentikan pemanasan setelah gumpalan kuning muda terbentuk banyak dan

    larutan menjadi kurang jernih.

    Menyaring dan menyuci hasil, menyisihkan filtrat. Menimbang hasil.

  • EKSTRAKSI MINYAK ATSIRI BATANG SERAI

    Tujuan Menentukan kadar minyak dalam batang tumbuhan serai

    Dasar TeoriMinyak Atsiri merupakan suatu minyak yang mudah menguap (volatile oil) biasanya

    terdiri dari senyawa organik yang bergugus alkohol, aldehid, keton dan berantai pendek.

    Minyak atsiri dapat diperoleh dari penyulingan akar, batang, daun, bunga, maupun biji

    tumbuhan, selain itu diperoleh juga terpen yang merupakan senyawaan hidrokarbon yang

    bersifat tidak larut dalam air dan tidak dapat disabunkan. Beberapa contoh minyak atsiri yaitu

    minyak cengkeh, minyak sereh, minyak kayu putih, minyak lawang dan dan lain-lain.

    Penyulingan minyak atsiri serai menggunakan sistem penyulingan uap dan air.

    Pemilihan sistem penyulingan ini karena bahan yang digunakan berupa daun dan batang

    sehingga minyak atsiri yang dihasilkan lebih banyak, penyulingan lebih singkat dan bahan

    yang disuling tidak menjadi gosong. Bahan yang akan disuling sebaiknya dipotong-potong

    terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pelepasan minyak atsiri setelah bahan

    tersebut ditembus oleh uap. Bahan yang dipotong harus segera disuling karena bila tidak

    segera diproses maka minyak atsiri yang mempunyai sifat mudah menguap, sebagian akan

    teruapkan sehingga hasil total minyak atsiri yang diperoleh akan berkurang dan komposisi

    minyak atsiri akan berubah sehingga akan mempengaruhi hasilnya.

    Tanaman serai terutama batang dan daun bisa dimanfaatkan sebagai pengusir nyamuk

    karena mengandung zat-zat seperti geraniol, metil heptenon, terpen-terpen, terpen-alkohol,

    asam-asam organik, dan terutama sitronelal sebagai obat nyamuk semprot.

    Minyak serai diperoleh dari hasil penyulingan batang atau akar tumbuhan serai.

    Minyak serai merupakan sumber senyawa geraniol dan sitronellal Senyawa inilah yang dapat

    digunakan sebagai insect repellent dengan memberikan perlindungan terhadap gigitan

    nyamuk.

    Alat dan BahanAlat Bahan

    1. Neraca

    2. Pipet tetes

    3. Gelas Kimia 500 ml

    4. Batang pengaduk

    5. Erlemneyer

    6. Stirrer

    1. Batang serai

    2. Alkohol (Methanol)

    3. N-Hexana

    4. Aquadest

  • Prosedur 1. Batang serai diiris kecil dan tipis, kemudian ditimbang sebanyak 40 gram.

    2. Kemudian irisan tersebut dihaluskan dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer.

    3. Ditambahkan 50 ml n-hexana dan dikocok/diputar selama 30 menit.

    4. Didekantasi dan disaring.

    5. Serai pada kertas saring diekstraksi kembali dengan menambahkan 50 ml n-hexana.

    Dikocok selama 15 menit.

    6. Didekantasi dan disaring.

    7. Hasing saringan diuapkan menggunakan penangas air yang dipanaskan.

    8. Kemudian dipisahkan dengan menggunakan corong pisah.

    9. Kadar minyak yang didapat, ditentukan.

    Uji Mutu Minyak Atsiria. Pengujian Density

    1. Timbang labu piknometer yang telah bersih dan kering sebagai a gram.

    2. Labu piknometer diisi dengan contoh dan diimpitkan pada suhu T C kemudian

    timbang sebagai b gram.

    3. Labu dibersihkan dengan sabun, kemudian dengan alkohol dan dikeringkan.

    4. Lakukan langkah 2 dengan contoh aquadest.

    5. Hitung harga density minyak atsiri

    b. Pengujian Viskositas

    1. Bersihkan terlebih dahulu alat ostwald dengan contoh 2 - 3 kali.

    2. Pipet 5 mL sampel dan masukkan ke dalam alat ostwald.

    3. Tetapkan berapa waktu yang diperlukan untuk mengalirkan sampel dengan jalan

    menghisapnya sampai melebihi tanda garis atas. Bila miniskus berhimpit

    perhitungan dimulai lagi dengan tanda garis bawah.

    4. Pengamatan dilakukan berulang minimal 3 kali.

    5. Catat juga suhu pada saat pengamatan.

    6. Ulangi langkah diatas dengan menggunakan aquadest.