Laporan kimor 1

34
BAB I PENDAHULUAN A. Judul Percobaan Analisis Aspirin dan Kafein dalam Tablet B. Tujuan Percobaan 1. Menentukan kadar aspirin suatu tablet 2. Menentukan kadar kafeina suatu tablet

description

kimia organik

Transcript of Laporan kimor 1

Page 1: Laporan kimor 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Judul Percobaan

Analisis Aspirin dan Kafein dalam Tablet

B. Tujuan Percobaan

1. Menentukan kadar aspirin suatu tablet

2. Menentukan kadar kafeina suatu tablet

Page 2: Laporan kimor 1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ASPIRIN

Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin

merupakan salah satu senyawa turunan asam salisilat yang digunakan sebagai

obat analgesik (terhadap rasa sakit atau nyeri minor), antipiretik (terhadap

demam), dan antiinflamasi (Wilmana, 1995). Aspirin juga memiliki efek

antikoagulan dan digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk

mencegah serangan jantung (Anonim, 2008). Menurut Rochmaningsih (2004),

asam salisilat (asam ortohidroksi benzoate) dibuat secara besar-besaran dengan

sintesis Kolbe, yaitu dengan memanaskan natrium fenolat kering dengan gas CO2

pada tekanan 6-7 atm (180 °C – 200 °C). Aspirin dibuat dengan mereaksikan

asam salisilat dengan anhidrida asam asetat menggunakan katalis 85% H3PO4

sebagai zat penghidrasi (Petrucci, 1989). Reaksinya adalah sebagai berikut,

Asam salisilat adalah asam bifungsional yang mengandung dua gugus –OH

dan –COOH. Karenanya asam salisilat ini dapat mengalami dua jenis reaksi yang

berbeda yaitu reaksi asam dan basa. Reaksi dengan anhidrida asam asetat akan

menghasilkan aspirin. Aspirin bersifat antipiretik dan analgesik, sifat antipiretik

dan analgesik yang ditemukan berasal dari senyawa salicin. Salicin merupakan

kelompok glikosida, yaitu senyawa yang memiliki bagian gula terikat pada non-

glikosa L (Wahyuewmuslim, 2008).

Page 3: Laporan kimor 1

Penampakan fisik aspirin yaitu hablur putih, umumnya seperti jarum atau

lempengan tersusun, atau serbuk hablur putih, tidak berbau atau berbau lemah,

stabil di udara kering, di dalam udara lembab secara bertahap terhidrolisa menjadi

asam salisilat dan asam asetat. Sifat-sifat aspirin yaitu sukar larut dalam air tetapi

mudah larut dalam eter atau alcohol. Aspirin bersifat asam sehingga dalam

penentuan kadarnya digunakan metode titrasi alkalimetri, yaitu titrasi yang

menggunakan larutan standard basa untuk menentukan kadar sampel yang

bersifat asam. Larutan standard yaitu larutan yang sudah diketahui

konsentrasinya. Contoh larutan standard asam yaitu larutan HCl dan H2SO4 dan

larutan standard basa yaitu NaOH dan KOH (Damanik, 2010).

Aspirin biasa digunakan untuk mengobati sakit gigi, sakit kepala, artritis, dan

nyeri lainnya. Kerja aspirin di dalam tubuh berhubungan langsung dengan

biosintesis prostaglandin. Prostaglandin merupakan kelompok senyawa yang

berhubungan dengan asam lemak tak jenuh dan dibuat di dalam sel dengan

rangkaian reaksi berkataliskan enzim. Reaksi yang terjadi adalah reaksi dari asam

arakidonat dengan enzim siklooksigenase ( Hart dan Craine, 2003 ).

Peran prostaglandin bekerja pada sistem pencernaan, peredaran darah, dan

reproduksi. Ketika terluka, ternyata tubuh melepas prostaglandin yang

menimbulkan efek nyeri. Dari situlah hubungan kerja aspirin dalam tubuh dimulai

( Hart dan Craine, 2003 ). Kegunaan aspirin yang lain yaitu sebagai standar untuk

mengukur obat anti inflamasi lainnya, mengobati sebagian besar kelainan sendi

dan obat rangka, menghambat sintesis plostoglanain, menurunkan demam, tetapi

hanya sedikit mempengaruhi suhu badan normal.

Dosis aspirin secara oral untuk mendapatkan efek analgetik dan antipiretik

adalah 300-900 mg, diberikan setiap 4-6 jam dengan dosis maksimum 4 g sehari

dan konsentrasi dalam plasma 150-300 mcg/ml. Untuk mendapatkan efek

antiinflamasi, dosis yang digunakan adalah 4-6 g secara oral per hari. Untuk

Page 4: Laporan kimor 1

mendapatkan efek antiagregasi platelet, dosis yang digunakan adalah 60-80 mg

secara oral per hari (Katzung, 2004).

Dosis aspirin 80 mg per hari (dosis tunggal dan rendah) dapat menghasilkan

efek antiplatelet (penghambat agregasi trombosit). Secara normal, trombosit

tersebar dalam darah dalam bentuk tidak aktif, tetapi menjadi aktif karena

berbagai rangsangan. Membran luar trombosit mengandung berbagai reseptor

yang berfungsi sebagai sensor peka atas sinyal-sinyal fisiologik yang ada dalam

plasma. Efek antiplatelet aspirin adalah dengan menghambat sintesis tromboksan

A2 (TXA2) dari asam arakidonat dalam trombosit oleh adana proses asetilasi

irreversibel dan inhibisi siklooksigenase, suatu enzim penting dalam sintesis

prostaglandin dan tromboksan A2 (Tjay dan Rahardja, 2002).

Pada dosis biasa, efek samping utama aspirin adalah gangguan pada lambung.

Aspirin adalah suatu asam dengan harga pKa 3,5 sehingga pada pH lambung

tidak terlarut sempurna dan partikel aspirin dapat berkontak langsung dengan

mukosa lambung. Akibatnya mudah merusak sel mukosa lambung bahkan sampai

timbul perdarahan pada lambung. Gejala yang timbul akibat perusakan sel

mukosa lambung oleh pemberian aspirin adalah nyeri epigastrum, indigest rasa

seperti terbakar, mual dan muntah. Oleh karena itu sangat dianjurkan aspirin

diberi bersama makanan dan cairan volume besar untuk mengurangi gangguan

saluran cerna (Katzung, 2004).

Penggunaan obat-obat analgesik terutama dalam jangka panjang seringkali

memberikan banyak efek samping, beberapa diantaranya yaitu mengganggu

fungsi liver, ginjal, gastrointestinal, dan pembekuan darah, serta dapat

menyebabkan agranulositosis dan anemia aplastik. Efek samping aspirin yang lain

yaitu menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerolus, menimbulkan alkolosis

respirasi, penurunan pendengaran dan vertigo, menyebabkan hepatitis ringan

(Shearn, 1989).

Page 5: Laporan kimor 1

B. KAFEIN

Banyak senyawa yang berkhasiat menstimulasi susunan syaraf pusat terdapat

dalam sejumlah organ tumbuhan sehingga telah sangat lama dimanfaatkan orang.

Bahan aktifnya turunan xantina, terutama kafeina, teobromina, dan teofilina.

Terdapat perbedaan khasiat yang bertahap di antara ketiga turunan xantina ini

(Auterhoff dan Kovar, 2002).

Selain mempunyai efek stimulasi terhadap peredaran darah, ketiga turunan

xantina tersebut bersifat diuretik. Berbagai campuran sekunder mempengaruhi

efek tersebut. Di industri, ketiga senyawa turunan xantina ini diisolasi dari

tumbuhan asal, misalnya biji kopi, teh hitam, daun ilex, pasta paulaina, biji coklat

dan biji kola

(Auterhoff dan Kovar, 2002).

Kafeina atau lebih populernya kafein, ialah senyawa alkaloid xantina

berbentuk kristal dan berasa pahit yang bekerja sebagai obat perangsang

psikoaktif dan diuretic ringan. Kafeina ditemukan oleh seorang kimiawan Jerman,

Friendrich Ferdinand Runge pada tahun 1819. Ia menciptakan “kaffein” untuk

merujuk pada senyawa kimia pada kopi. Kafeina juga disebut guaranina ketika

ditemukan pada teh. Semua istilah tersebut sama-sama merujuk pada senyawa

kimia yang sama (Anonim, 2013).

Kafein ialah alkaloid yang tergolong dalam keluarga methylxanthine bersama

sama senyawa tefilin dan teobromin, berlaku sebagai perangsang sistem saraf

pusat. Pada keadaan asal, kafein ialah serbuk putih yang pahit dengan rumus

kimianya C6H10O2 dengan struktur kimianya 1,3,7- trimetilxantin. Berikut rumus

bangun kafein

(Ganiswara, 1995).

Page 6: Laporan kimor 1

Dalam manusia, kafein adalah stimulan sistem saraf pusat (SSP), memiliki

efek sementara menangkal mengantuk dan mengembalikan kewaspadaan. Kafein

adalah dunia yang paling banyak dikonsumsi psikoaktif substansi, tetapi tidak

seperti banyak zat lain psikoaktif, hukum dan tidak diatur dalam hampir semua

yurisdiksi. Di Amerika Utara, 90% orang dewasa mengkonsumsi kafeina setiap

hari. US Food and Drug Administration daftar kafein "beberapa tujuan umumnya

diakui sebagai zat makanan yang aman" (Anonim, 2013).

Penelitian sudah membuktikan apabila kafeina memiliki efek positif terhadap

system pernapasan. Berdasarkan majalah Marie Claire, kafeina ditunjukkan

membantu meringankan gelaja penyakit asma karena kafeina memiliki kandungan

yang mirip dengan obat asma, theophylline, yang melebarkan rongga pernapasan

ke paru-paru. Kafeina memiliki efek sangat positif terhadap aliran darah ke otak.

Otak yang mengembang akan menyebabkan sakit kepala, kafeina berfungsi untuk

mengerutkan rongga ini sehingga bias mengurangi rasa sakit (Anonim, 2007).

Meminum kopi atau minuman berkafeina lain bisa membantu mengurangi

resiko terkena dua tipe diabetes. Sebuah penelitian terhadap 126.000 pria dan

wanita dilakukan dan hasilnya menunjukkan kalau mereka yang sedikit

mengkonsumsi kafeina atau tidak sama sekali, kemungkinan besar beresiko

terkena dua tipe diabetes dibandingkan yang mengkonsumsi secara aktif.

Keuntungan lain dari kafeina adalah kemampuannya untuk mencegah atau

menghentikan penyebaran kanker kulit. Peneliti melakukan uji coba terhadap

tikus yang mengidap kanker kulit dengan menyuntikkan kafeina ke kulit tikus dan

menemukan bahwa kafein membunuh sel kanker secara efektif tanpa merusak

kulit (Anonim, 2007).

Kafein mempunyai efek relaksasi otot polos , terutama otot polos, bronchus,

merangsang susunan saraf pusat, otot jantung, dan meningkatkan dieresis. Kadar

rendah kafein dalam plasma akan menurunkan denyut, sebaliknya kadar kafein

dan teofilin yang lebih tinggi menyebabkan tachicardi, bahkan pada individu yang

Page 7: Laporan kimor 1

sensitif mungkin menyebabkan aritmia yang berdampak kepada kontraksi

ventrikel yang premature. Kafein menyebabkan dilatasi pembuluh darah termasuk

pembuluh darah koroner dan pulmonal, karena efek langsung pada otot pembuluh

darah. Resistensi pembuluh darah otak naik disertai pengurangan aliran darah dan

PO2 di otak, ini diduga merupakan refleksi adanya blokade adenosine oleh Xantin

(Ganiswara, 1995). (Ganiswara, 1995).

Kafein mencapai jaringan dalam waktu 5 (lima) menit dan tahap puncak

mencapai darah dalam waktu 50 menit. Ffrekuensi pernafasan, urin, asam lemak

dalam darah, asam lambung bertambah disertai peningkatan tekanan darah.

Kafein juga dapat merangsang otak (7,5-150 mg) dapat meningkatkan aktifitas

neural dalam otak serta mengurangi keletihan), dan dapat memperlambat waktu

tidur. Pemakaian lebih dari 650mg dapat menyebabkan insomnia kronik, gelisah,

dan ulkus. Efek lain dapat meningkatkan denyut jantung dan berisiko terhadap

penumpukan kolesterol, menyebabkan kecacatan pada anak yang dilahirkan

(Hoeger, Turner, and Hafen, 2002).

Kafein diserap sepenuhnya oleh tubuh melalui usus kecil dalam waktu 45

menit setelah penyerapan dan disebarkan ke seluruh jaringan tubuh. Pada orang

dewasa yang sehat jangka waktu penyerapannya adalah 3-4 jam, sedangkan pada

wanita yang memakai kontrasepsi oral waktu penyerapan adalah 5-10 jam. Pada

bayi dan anak memiliki jangka waktu penyerapan lebih panjang (30 jam). Kafein

diuraikan dalam hati oleh sistem enzym sitokhrom P450 oksidasi kepada 3

dimethilxanthin metabolik, yaitu Paraxanthine (84%),mempunyai efek

meningkatkan lipolysis, mendorong pengeluaran gliserol dan asam lemak bebas

didalam plasma darah; Theobromine (12%) melebarkan pembuluh darah dan

meningkatkan volume urin, theobromine merupakan alkaloida utama didalam

kokoa (coklat); Theophyline (4%), melonggarkan otot saluran pernafasan,

digunakan pada pengobatan asma. Masing- masing dari hasil metabolisme ini

Page 8: Laporan kimor 1

akan di metabolisme lebih lanjut dan akan dikeluarkan melalui urin (Burnham ,

2001).

Titrasi redoks merupakan analisis titrimetri yang didasarkan pada reaksi

redoks. Pada titrasi redoks, sampel yang dianalisis dititrasi dengan suatu indicator

yang bersifat sebagai reduktor atau oksidator, tergantung sifat dari analit sampel

dan reaksi yang diharapkan terjadi dalam analisis. Titik ekuivalen pada titrasi

redoks tercapai saat jumlah ekuivalen dari oksidator telah setara dengan jumlah

ekuivalen dari reduktor. Beberapa contoh dari titrasi redoks antara lain adalah

titrasi permanganometri dan titrasi iodometri/iodimetri (Karyadi, 1994).

Titrasi iodometri menggunakan larutan iodium (I2) yang merupakan suatu

oksidator sebagai larutan standar. Larutan iodium dengan konsentrasi tertentu dan

jumlah berlebih ditambahkan ke dalam sampel sehingga terjadi reaksi antara

sampel dengan iodium. Selanjutnya sisa iodium yang berlebih dihitung dengan

cara mentitrasinya dengan larutan standar yang berfungsi sebagai reduktor

(Karyadi, 1994). ( Karyadi, 1994).

Page 9: Laporan kimor 1

BAB III

METODE PERCOBAAN

A. Alat

1. Lumpang dan penumbuk porselin

2. Neraca analitik

3. Erlenmeyer 250 ml

4. Kompor gas

5. Labu ukur

6. Corong

7. Kertas saring

8. Pipet ukur

9. Pro pipet

10. Pipet tetes

11. Buret

12. Statif

13. Gelas pengaduk

B. Bahan

1. Satu tablet aspirin (Bayer)

2. Satu tablet kafein (Paramex)

3. Alkohol 95%

4. Aquadest

5. Indikator phenolphthalein

6. Larutan NaOH 0,1 N

7. Indikator amilum

8. Larutan H2SO4 10%

9. Larutan Iod 0,1 N

10. Larutan Na2S2O3 0,1 N

Page 10: Laporan kimor 1

C. Cara Kerja

1. Percobaan menentukan kadar aspirin pada tablet Bayer

Tablet aspirin ditimbang, dicatat merk dan beratnya. Lalu, tablet digerus

di lumpang porselen. Setelah itu, hasil dimasukkan di Erlenmeyer. Lumpang

yang digunakan dicuci dengan alkohol 95% sebanyak 25 ml kemudian

dimasukkan ke dalam Erlenmeyer. Erlenmeyer digoyang-goyang selama 5

menit.

Setelah itu, erlenmeyer dipanaskan sampai mendidih dan didinginkan.

Larutan yang telah dingin dimasukkan ke dalam labu ukur dan ditambahkan

air sampai tanda batas. Setelah itu larutan diambil sebanyak 20 ml lalu

ditambahkan aquades sebanyak 5 ml dan indikator phenolphthalein sebanyak

3 tetes. Larutan tersebut dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai berubah

warna menjadi merah muda. Percobaan dilakukan sebanyak 3 kali.

Setiap volume titran yang digunakan dicatat. Setelah itu, kadar aspirin

dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut,

a. Menghitung kadar (%)

10020 x∑ rata−rata Volume NaOH x0,01802

berat tabletx100 %

b. Menghitung kadar (mg/ tablet)

10020 x∑ rata−rataVolume NaOH x18,02

2. Percobaan menentukan kadar kafein pada tablet Paramex

Tablet kafein ditimbang, dicatat merk dan kadarnya. Tablet kafein digerus

dalam lumping porselin kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur. Lumpang

porselin dicuci dengan alkohol 95% sebanyak 25 ml kemudian dimasukkan ke

dalam labu ukur. Erlenmeyer yang berisi larutan digoyang-goyang selama 5

Page 11: Laporan kimor 1

menit. Larutan H2SO4 10% sebanyak 5 ml dan larutan iod 0,1 N sebanyak 20

ml ditambahkan ke dalam labu ukur.

Aquades ditambahkan ke dalam labu ukur hingga tanda batas. Setelah itu,

larutan di saring dengan kertas saring. Hasil penyaringan dikocok dan

didiamkan selama 10 menit. Larutan diambil sebanyak 20 ml dan dimasukkan

ke dalam Erlenmeyer. Indicator amilum sebanyak 3 tetes ditambahkan ke

dalam erlenmeyer.

Setelah itu, larutan dititrasi dengan menggunakan larutan Na2S2O3 0,1 N

hingga larutan berubah warna menjadi lebih jernih. Percobaan ini dilakukan

sebanyak 3 kali. Volume titran yang digunakan dihitung kemudian kadar

kafein dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut,

a. Menghitung kadar (%)

20−¿¿

b. Menghitung kadar (mg/ tablet)

20−¿

BAB IV

Page 12: Laporan kimor 1

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil dan Pembahasan

1. Tabel Hasil Perhitungan Kadar Aspirin pada Tablet Bayer

2. Tabel Hasil Perhitungan Kadar Kafein pada Tablet Paramex

B. Pembahasan

1. Aspirin

Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah sejenis obat turunan dari

salisilat yang sering digunakan sebagai senyawa analgesic (penahan rasa sakit

atau nyeri minor), antipiretik (terhadap demam), dan anti-inflamasi

(peradangan). Aspirin juga memiliki efek antikoagulan dan dapat digunakan

dalam tempo lama untuk mencegah serangan jantung. Aspirin dapat dibuat

dari asam salisilat yang diasetilisasikan dengan asetil klorida atau anhidrin

asam asetat dengan katalis H2SO4. Berikut reaksinya,

Volume larutan NaOH (ml) Berat Tablet

(gr)

Kadar Aspirin

% mg/tablet

4,8 4,5 4,7 0,580 72,55 420,7

Rata-rata = 4,67

Volume larutan Na2S2O3

(ml)

Berat Tablet

(gr)

Kadar Kafein

% mg/tablet

1,7 1,5 2,3 0,718 7,298 52,4

Rata-rata = 1,83

Page 13: Laporan kimor 1

Aspirin mempunyai beberapa kegunaan, yaitu mengurangi atau

menghilangkan rasa sakit atau nyeri, menghilangkan demam, meningkatkan

pembuangan atau eliminasi asam urat oleh ginjal melalui urine, sebagai anti

radang terutama reumatik, mencegah thrombus/ sumbatan pada pembuluh

darah terutama jantung. Sedangkan efek sampingnya antara lain dapat

mengiritasi mukosa lambung apabila dimakan dalam keadaan lambung

kosong. Selain itu pada dosis lebih dari 6 gram/hari dapat memperpanjang

waktu pendarahan. Peningkatan volume pembuluh darah mencapai lebih dari

20% akan mengakibatkan penurunan hematokrit (kekentalan darah), oedem

paru, memperberat kerja jantung, dan vasodilatasi perifer. Efek lain yaitu reye

syndrome pada anak dengan gejala muntah, letih, delirium atau koma;

meningkatkan kadar gula dan glukosurie; tinnitus, flushing (rasa panas) dan

gangguan penglihatan; serta dapat menimbulkan reaksi alergi dengan tanda

bercak-bercak merah di kulit dan oedem (Sutedjo, 2008).

Pada percobaan kali ini akan dilakukan analisis kadar aspirin pada tablet,

tablet yang digunakan yaitu aspirin produk Bayer sebagai sampel dengan

kadar tablet pada kemasan 0,5 gr. Tablet aspirin tersebut ditimbang dengan

menggunakan neraca analitik dan memiliki berat 0,58 gr/tablet. Tablet

tersebut digerus dalam lumpang porselin dengan tujuan penggerusan adalah

untuk menghaluskan tablet aspirin agar lebih mudah dilarutkan karena luas

permukaannya lebih kecil dibandingkan dalam bentuk tablet. Tablet yang

telah digerus dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml.

Lumpang porselin yang digunakan untuk menggerus dicuci dengan

menggunakan alcohol 95% supaya sisa gerusan pada lumpang tersebut tidak

tercecer karena akan berpengaruh pada penentuan kadar. Alcohol digunakan

sebagai pelarut karena mampu untuk mempercepat pelarutan. Aspirin bersifat

polar sehingga akan mudah larut dalam alkohol yang juga bersifat polar. Hal

Page 14: Laporan kimor 1

ini berdasarkan teori “ like dissolves like “ yang berarti senyawa polar akan

mudah larut dalam pelarut polar dan senyawa non polar akan mudah larut

dalam pelarut non polar.

Hasil cucian tersebut dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml dan

digoyang-goyang selama 5 menit yang bertujuan agar larutan alkohol dan

aspirin dapat bercampur secara homogen. Jika pelarutan aspirin hanya

dilakukan dengan penambahan alcohol saja, kemungkinan sebagian aspirin

belum larut dan akan berpengaruh pada penentuan kadar. Penggojokkan

selama 5 menit tersebut diikuti dengan pemanasan larutan sampai mendidih

yang bertujuan untuk mempercepat reaksi supaya reaksi berlangsung lebih

sempurna, kemudian didinginkan.

Ketika sudah dingin, larutan dimasukkan ke dalam labu ukur dan

ditambahkan aquadest sampai tanda batas. Aquades berfungsi untuk

mengencerkan larutan agar lebih mudah bereaksi. Setelah pengenceran,

larutan diambil sebanyak 20 ml dan ditambahkan 5 ml aquadest serta

indicator phenolphthalein sebanyak 3 tetes, dimasukkan ke dalam erlenmeyer

untuk dititrasi dengan menggunakan larutan NaOH 0,1 N. Pemilihan indicator

phenolphthalein dikarenakan perubahan warnanya mencolok yaitu dari bening

ke merah muda dan berada pada pH sekitar 8,4 – 10,4 sehingga akan dengan

mudah untuk menentukan titik akhir titrasi. Dalam percobaan ini, rata-rata

volume larutan NaOH yang digunakan yaitu 4,67 ml.

Penentuan kadar aspirin dalam tablet dilakukan dengan menggunakan

titrasi netralisasi yang tidak mengakibatkan perubahan valensi. Prinsip titrasi

ini yaitu menggunakan larutan standard basa yaitu dalam percobaan ini adalah

larutan NaOH o,1 N,sedangkan aspirin yang akan diuji kadarnya bersifat

asam. Reaksi yang terjadi ketika titrasi yaitu

Page 15: Laporan kimor 1

Penentuan kadar (%) dan kadar (mg/tablet) menggunakan rumus sebagai

berikut,

Menghitung kadar (%)

10020 x∑ rata−rata Volume NaOH x0,01802

berat tabletx100 %

Menghitung kadar (mg/ tablet)

100

20 x∑ rata−rataVolume NaOH x18,02

Tablet aspirin yang diproduksi oleh Perusahaan Bayer tertera bahwa kadar

pada kemasan yaitu 0,5 gram/tablet. Sedangkan pada penghitungan yang telah

dilakukan diperoleh hasil 0,42 gram/tablet atau 72,55%.

Faktor yang mempengaruhi perbedaan kadar tersebut adalah

ketidaktelitian praktikan dalam proses analisis. Kemungkinan terjadi saat

penggerusan dimana saat menuangkan ke erlenmeyer ada aspirin yang masih

menempel pada bibir porselen dan tidak terkena alcohol sehingga tidak larut.

Kemungkinan lain yaitu tablet memiliki kadar yang tidak sesuai dengan kadar

yang tertera pada kemasan atau dengan kata lain terjadi kesalahan saat

memproduksi. Dilihat dari hasil percobaan yang dilakukan, aspirin produksi

Bayer ini masih tergolong aman untuk dikonsumsi karena hasil data yang

diperoleh tidak melebihi kadar pada kemasan.

2. Kafein

Kafeina merupakan alkaloid dengan penamaan kimia 1,3,7-trimethyl

xanthina. Dalam aktivitasnya secara faal, kafein berfungsi sebagai perangsang

Page 16: Laporan kimor 1

atau stimulant. Kadar kafein pada daun teh lebih besar daripada yang terdapat

pada bijih kopi yaitu sebesar 2-4%, sedangkan pada kopi sekita 0,5%

(Vogel, 1985).

Kafeina dapat bereaksi dengan iodium secara adisi sehingga kadar kafeina

dapat diukur dengan larutan iodium yaitu dengan cara menggunakan larutan

iodium berlebih. Kelebihan iodium dianalisis dengan titrasi redoks, yaitu

penetapan kadar zat berdasarkan atas reaksi reduksi dan oksidasi. Rumus

bangun kafein sebagai berikut,

(Syukri, 1999).

Kafeina merupakan antagonis reseptor adenosine. Kafein mampu

merangsang system syaraf pusat, menyempitkan arteriole serebral,

menginduksi diuresis, merangsang jantung dan brokondilatasi. Kafeina

digunakan untuk apnoe pada bayi premature atau nahan kombinasi preparat

analgesic obat bebas untuk sakit kepala (Sutedjo, 2008).

Manfaat kafeina yang lain yaitu menghalangi sintesis senyawa nitrosa

yang dapat menyebabkan kanker. Kafeina dapat juga mengatasi kekejangan

yang sering terjadi pada anak-anak. Kafeina memperlancar air seni dan

perangsang saraf pusat. Namun konsumsi kafeina yang berlebih memiliki efek

samping yaitu insomnia, gelisah, takikardi, dieresis, dan toleransi atau

ketergantungan terhadap sakit kepala, ketegangan otot dan kecemasan.

Pada percobaan kali ini akan dilakukan penentuan kadar kafeina pada

tablet merk Paramex dengan kadar yang tertera yaitu 50 mg. Kemudian tablet

ditimbang dengan menggunakan neraca analitik dan diperoleh data yaitu

0,718 gram. Tablet tersebut digerus pada lumpang porselen. Tujuan

Page 17: Laporan kimor 1

penggerusan adalah untuk menghaluskan tablet yang akan dianalisis agar

lebih mudah dilarutkan karena luas permukaannya lebih kecil dibandingkan

dalam bentuk tablet.

Selanjutnya lumpang porselen dicuci dengan menggunakan alcohol 95%

dan dimasukkan ke dalam labu ukur. Setelah itu dilakukan penggojokkaan

selama 5 menit. Penggojokkan dilakukan agar larutan dapat tercampur secara

homogen dan merata. Dalam percobaan ini melibatkan larutan alkohol 95%,

larutan H2SO4 10 %, larutan iod 0,1 N dan aquades. Larutan alkohol berfungsi

untuk mempercepat proses pelarutan.

Larutan ditambah dengan H2SO4 10 % bertujuan untuk mempercepat

reaksi atau sebagai katalisator karena larutan H2SO4 10 % bersifat eksotermis

sehingga larutan tidak perlu dipanaskan. Selain itu juga berfungsi untuk

memutuskan ikatan rangkap pada kafein. Penambahan aquades pada larutan

bertujuan untuk mengencerkan larutan sehingga lebih mudah bereaksi.

Kemudian ditambahkan larutan iod 0,1 N yang memiliki fungsi untuk

menganalisa kafein sehingga akan terjadi reaksi antara ikatan rangkap kafein

dengan ikatan iod yang disebut reaksi addisi. Setelah itu dilakukan

penyaringan dengan menggunakan kertas saring yang bertujuan untuk

memisahkan suatu endapan dari suatu larutan.

Hasil penyaringan dikocok dan didiamkan selama 10 menit, hal ini

bertujuan untuk menyempurnakan reaksi yang terjadi dimana iod akan

mengadisi kafeina. Reaksinya adalah sebagai berikut,

Page 18: Laporan kimor 1

Kelebihan iod setelah terjadi reaksi addisi dititrasi dengan larutan Na2S3O3

0,1 N yaitu dengan mengambil larutan sebanyak 20 ml dan dimasukkan ke

dalam erlemeyer. Proses analisis kafein menggunakan metode titrasi dan salah

satu metode yang digunakan adalah titrasi iodometri. Titrasi iodometri

merupakan analisis titrimetri yang secara tidak langsung menggunakan

oksidator besi III ( Fe3+ ) , tembaga II ( Cu2+ ) direaksikan dengan ion iodida

dalam yang selanjutnya iodium dibebaskan secara kuantitatif dan dititrasi

dengan larutan natrium tiosulfat standar ( Na2S2O3 ) 0,1 N atau asam arsenit.

Larutan ditambahkan amilum sebanyak 3 tetes yang akan berperan

sebagai indicator untuk menentukan titik akhir titrasi. Amilum akan

membentuk kompleks dengan iod berwarna biru. Reaksinya sebagai berikut,

I2 + amilum I2- amilum

Larutan di titrasi dan titik akhir titrasi terjadi, warna berubah dari coklat

menjadi bening. Reaksi yang terjadi saat itu yaitu,

I2 + 2Na2S2O3 2NaI + Na2S4O6

Indicator amilum digunakan dalam proses titrasi natrium tioslufat dan tablet

kafein karena natrium tiosulfat lebih kuat bereaksi dengan iod dibandingkan

dengan amilum sehingga amilum tersebut dapat didesak keluar dari kompleks

iod-amilum. Hal ini menyebabkan warna berubah kembali seperti semula

setelah dilakukannya titrasi.

Volume larutan Na2S2O3 rata-rata yang diperlukan yaitu 1,83 ml

sehingga kadar dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut,

Menghitung kadar (%)

20−¿¿

Menghitung kadar (mg/ tablet)

20−¿

Page 19: Laporan kimor 1

Sehingga diperoleh kadar yaitu 52,4 mg/tablet atau 7,298%, sedangkan dalam

kemasan kadar kafein yang tertera yaitu 50 mg/tablet. Hasil percobaan lebih

tinggi daripada kadar yang tertera pada tablet. Hal ini disebabkan oleh karena

ketidaktelitian praktikan dalam melakukan analisis yaitu ketika penyaringan,

kertas saring bocor. Berdasarkan hasil percobaan, tablet ini tidak layak

konsumsi karena melebihi kadar yang tertera.

Page 20: Laporan kimor 1

BAB V

KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan yaitu menentukan kadar aspirin pada

tablet Bayer dan kafein pada tablet Paramex, maka dapat disimpulkan sebagai

berikut,

1. Analisis aspirin dalam tablet dilakukan dengan menggunakan titrasi

alkalimetri.

2. Analisis kafein dalam tablet dilakukan dengan menggunakan titrasi iodometri.

3. Volume larutan NaOH 0,1 N yang diperlukan untuk titrasi yaitu 4,8 ml; 4,5 ml;

dan 4,7 ml.

4. Volume larutan Na2S2O3 0,1 N yang diperlukan untuk titrasi yaitu 1,7 ml; 1,5

ml; dan 2,3 ml.

5. Kadar aspirin dalam tablet berdasarkan hasil percobaan yaitu 420,7 mg/tablet

atau 0,42 gr/tablet, sedangkan kadar aspirin pada kemasan adalah 0,5 gr/tablet.

6. Kadar hasil analisis lebih rendah daripada kadar pada kemasan karena

kekurangtelitian praktikan dalam proses analisis.

7. Kadar kafein dalam tablet berdasarkan hasil percobaan yaitu 52,4 mg/tablet,

sedangkan kadar kafein pada kemasan yaitu 50 mg/tablet.

8. Kadar hasil analisis kafein lebih tinggi daripada kadar kafein pada kemasan

karena kesalahan yang dilakukan oleh praktikan.

9. Berdasarkan percobaan, tablet aspirin produk Bayer layak dikonsumsi.

10. Berdasarkan percobaan, tablet kafein merk Paramex tidak layak dikonsumsi.

Page 21: Laporan kimor 1

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Pro dan Kontra Tentang Kafein. www. Absindonesia.com. 21 Maret

2013.

Auterhoff, H. dan Kovar, K.A. 2002. Identifikasi Obat. Penerbit ITB. Bandung.

Burnham, T.A. 2001. Drug Fact and Comparison. Wolters Kluwers Company. Saint

Louis.

Damanik, R. 2010. Titrasi Asam Basa. www.sangrisang.com. 21 Maret 2013.

Ganiswara, 1995, Farmakologi Dan Terapi edisi IV, UI, Jakarta

Hoeger, W.W.K., Turner, L.W., dan Hafen, B.Q. 2002. Wellness: Guidelines for a

Healthy Lifestyle. Wadsworth Group.Belmont, CA.

Karyadi, Benny. 1994. Kimia 2. Balai Pustaka. Jakarta.

Rochmaningsih, Noor. 2004. Membuat Bahan Organik. SMK N 2 Depok.

Yogyakarta.

Sutedjo, A.Y. 2008. Mengenal Obat-obatan secara Mudah. Amara Books.

Yogyakarta.

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 1. ITB. Bandung.

Tjay, T.H. dan Rahardja, K. 2002. Obat-obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan

Efek-efek Sampingnya. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Vogel, 1985. Analisa Anorganik Kualitas. KAlmen Media Pustaka. Jakarta.

Wilmana, P. F. 1995. Analgesik, Antipiretik, Antiinflamasi Non Steroid. Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Page 22: Laporan kimor 1

LAMPIRAN

1. Menghitung Kadar Aspirin pada Tablet Bayer

Diketahui:

a. Volume rata-rata larutan NaOH : 4,67 ml

b. Berat tablet : 0,580 gr

Ditanyakan:

a. Kadar aspirin (%)

b. Kadar aspirin pada tablet (mg/tablet)

Jawab:

a. Menghitung kadar (%)

=

10020 x∑ rata−rata Volume NaOH x0,01802

berat tabletx100 %

= 100

20 x 4,67 x0,018020,580

x 100 %

= 0,420767

0,580 x 100%

= 72,55%

b. Menghitung kadar (mg/ tablet)

= 100

20 x∑ rata−rataVolume NaOH x18,02

= 100

20 x 4,67 x 18,02

= 420,7 mg/tablet

Page 23: Laporan kimor 1

2. Menghitung Kadar Kafein pada Tablet Paramex

Diketahui:

a. Volume rata-rata larutan Na2S2O3 : 1,83 ml

b. Berat tablet : 0718 gr

Ditanyakan:

a. Kadar kafein (%)

b. Kadar kafein pada tablet (mg/tablet)

Jawab:

a. Menghitung kadar (%)

¿20−¿¿

¿20−¿¿

¿7,298 %

b. Menghitung kadar (mg/ tablet)

= 20−¿

= 20−¿

= 52,4 mg/ tablet