ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 2 Identifikasi 2

38
ACARA II IDENTIFIKASI II A. Tujuan Tujuan praktikum acara II Identifikasi II adalah sebagai berikut: 1. Menunjukkan adanya protein di dalam putih telur dengan tes pengendapan, tes biuret, dan tes xanthoprotein. 2. Menunjukkan ada tidaknya gugus karbonil pada asam oksalat, aseton, alkohol, dan urea dengan penambahan NaOCl. 3. Menunjukkan adanya gugus amina pada urea dengan mereaksikannya dengan HCl dan KNO 2 . B. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Bahan Tahu merupakan salah satu makanan yang mengandung protein. Pada umumnya tahu dibuat dari kacang kedele. Protein yang ada dalam kacang kedele adalah legumeilin dan glisinin. Selain sebagai sumber protein, tahu juga merupakan sumber kalsium yaitu mineral makro, mineral yang sangat penting untuk pertumbuhan gigi dan tulang (Maryam, 2007). Asam oksalat (COOH) 2 merupakan asam organik (dikarboksilat) yang paling sederhana dan

Transcript of ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 2 Identifikasi 2

Page 1: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 2 Identifikasi 2

ACARA II

IDENTIFIKASI II

A. Tujuan

Tujuan praktikum acara II Identifikasi II adalah sebagai berikut:

1. Menunjukkan adanya protein di dalam putih telur dengan tes

pengendapan, tes biuret, dan tes xanthoprotein.

2. Menunjukkan ada tidaknya gugus karbonil pada asam oksalat, aseton,

alkohol, dan urea dengan penambahan NaOCl.

3. Menunjukkan adanya gugus amina pada urea dengan mereaksikannya

dengan HCl dan KNO2.

B. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Bahan

Tahu merupakan salah satu makanan yang mengandung protein.

Pada umumnya tahu dibuat dari kacang kedele. Protein yang ada dalam

kacang kedele adalah legumeilin dan glisinin. Selain sebagai sumber

protein, tahu juga merupakan sumber kalsium yaitu mineral makro,

mineral yang sangat penting untuk pertumbuhan gigi dan tulang

(Maryam, 2007).

Asam oksalat (COOH)2 merupakan asam organik (dikarboksilat)

yang paling sederhana dan ditemukan pada hampir seluruh jenis

organisme termasuk tumbuhan, hewan, bakteri, dan jamur. Peranan asam

oksalat pada berbagai jenis organisme telah dipelajari dari berbagai aspek

dari yang menguntungkan organisme itu sendiri. Luasnya kajian tentang

peranan asam oksalat dalam berbagai disiplin ilmu tidak terlepas dari

sifat yang dimilikinya, yakni, seagai sumber elektron, sumber proton, dan

sebagai pengikat ion logam yang sangat kuat (Munir, 2005).

Asam oksalat termasuk asam karboksilat bermartabat dua disebut

juga asam etanadioat atau asam dikarboksilat. Asam oksalat bila

dipanaskan dengan H2SO4 pekat akan terurai menjadi CO2, CO, dan H2O.

Page 2: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 2 Identifikasi 2

Asam oksalat dengan KMnO4 dan H2S04 encer pada suhu 60°C akan

terurai menjadi CO2, H2O, K2SO4, dan MnSO4. Rumus molekul asam

oksalat adalah (HOOCCOOH)2H2O (Panjaitan, 2008).

Oksalat yang terdapat dalam berbagai jenis sayuran dan buah-

buahan ternyata menimbulkan masalah dalam penyerapan kalsium.

Oksalat dapat mengendapkan kalsium dan membentuk kalsium oksalat

yang tidak dapat diserap tubuh, sehingga terbentuk endapan garam yang

tidak dapat larut yang menyebabkan munculnya penyakit batu ginjal.

Disamping itu asam oksalat juga dapat menghambat penyerapan zat besi

(Syarif et al, 2007).

2. Tinjauan Teori

Protein ialah poliamida dengan lebih dari 50 satuan asam amino.

Urutan rantai samping dalam suatu protein menentukan struktur lebih

tingginya yang terjadi oleh ikatan hidrogen dalam dan ikatan hidrogen

luar. Struktur lebih tinggi dari protein memberikan aneka ragam sifat fisis

dan kimia sehingga protein itu dapat melakukan berbagai tugas

(Fessenden, 1989).

Protein merupakan poliamida dengan asam α-amino yang menjadi

unit monomernya. Gugus amida yang menghubungkan bersama asam-

asam amino sebagai gugus peptida. Asam-asam amino basa mengandung

lebih dari satu gugus amino basa, sedangkan yang asam lebih dari satu

gugus karboksil (Stevens, 2001).

Protein ialah biopolimer yang terdiri atas banyak asam amino yang

berhubungan satu dengan yang lainnya lewat ikatan amida (peptida).

Protein memainkan berbagai peran dalam sistem biologis. Beberapa

protein merupakan komponen utama dari jaringan struktur. Protein lain

mengangkut molekul dari satu bagian ke bagian lain dalam makhluk

hidup. Masih ada lagi yang bertindak sebagai katalis dalam banyak reaksi

biologis yang diperlukan untuk mempertahankan hidup (Hart, 2003).

Protein merupakan suatu zat makanan yang penting bagi tubuh.

Karena zat ini di samping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh

Page 3: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 2 Identifikasi 2

juga berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein adalah

sumber asam-asam amino yang mengandung unsur C, H, O, dan N yang

tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Molekul protein mengandung

unsur logam sepert zat besi dan tembaga (Winarno, 2002).

Protein mengandung zat nitrogen yang dibentuk oleh asam amino.

Protein berfungsi sebagai komponen utama struktural otot dan jaringan

lain dalam tubuh. Selain itu, protein digunakan untuk memproduksi

hormon, enzim dan hemoglobin. Protein dapatjuga dapat digunakan

sebagai energi, namun bukan pilihan utama sebagai sumber energi

(Hoffman, 2004).

Protein merupakan salah satu zat makanan yang penting bagi

tubuh. Protein mempunyai fungsi sebagai pertumbuhan sel, pengganti sel

yang rusak dan sebagai bahan bakar dalam dalam tubuh manusia. Oleh

sebab itu kekurangan protein dapat menyebabkan gangguan pada

manusia (Rodwell dalam Husni et al, 2007).

Asam amino dan suplemen protein telah menjadi industri besar

yang menguntungkan. Namun, informasi yang berasal dari penelitian

khasiat protein yang tinggi dan konsumsi asam amino, masih relatif

jarang. Ada banyak mengenai nutrisi protein yang belum diselesaikan

(Tipton et al, 2004).

Amina adalah turunan organik dari amonia. Amina bisa disebut

primer, sekunder, atau tersier tergantung pada jumlah gugus R yang

melekat pada nitrogen. Amina primer, sekunder, atau tersier disingkat 1°,

2°, 3° (Wilbraham, 1992).

Amina merupakan turunan dari amonia dengan mengganti satu

atom hidrogen atau lebih dengan sisa hidrokarbon. Amina dibagi menjadi

amina primer, amina sekunder dan amina tersier. Amina primer

contohnya propil-amina dan isopropil-amina. Amina sekunder contohnya

dimetilamina dan metil-amina. Amina tersier contohnya trimetilamina

(Pringgomulyo, 1982).

Page 4: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 2 Identifikasi 2

Metode biuret pertama kali dikembangkan oleh Riegler tahun 14.

Metode ini didadarkan pada prinsip bahwa zat yang mengandung dua

atau lebih ikatan peptida (-CO-NH-) dapat membentuk kompleks

berwarna ungu dengan gram Cu dalam larutan alkali (dalam suasana

basa). Karena seluruh protein mengandung ikatan peptida, maka metode

biuret merupakan salah satu metode terbaik untuk menentukan kadungan

larutan protein (Andarwulan et al, 2011).

C. Metodologi

1. Alat

a. Tabung reaksi

b. Rak tabung

c. Penjepit

d. Bunsen

e. Pipet tetes

f. Pipet volume

g. Propipet

h. Gelas reaksi

2. Bahan

a. Putih telur

b. Sari tahu

c. Sari buah sirsak

d. Aquades

e. (NH4)2SO4

f. CuSO4

g. KOH

h. Asam nitrat

i. Asam oksalat

j. NaOCl

k. Alkohol

l. Aseton

Page 5: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 2 Identifikasi 2

Dikocok satu bagian telur dengan lima bagian aqudest hingga menjadi satu larutan koloidal (sampel A)

Ditambahkan larutan (NH4)2SO4 jenuh ke dalam 5 mL larutan koloidal dan diamati yang terjadi.

Ditambahkan larutan (NH4)2SO4 jenuh ke dalam 5 mL larutan koloidal dan diamati yang terjadi.

Disiapkan sari buah sirsak (sampel B)

Disiapkan sari tahu (sampel C)

Ditambahkan larutan (NH4)2SO4 jenuh ke dalam 5 mL larutan koloidal dan diamati yang terjadi.

m. Urea

n. KNO3

o. HCl

3. Cara Kerja

a. Protein

1) Tes Pengendapan

a) Sampel A (koloidal telur)

b) Sampel B (Sari buah sirsak)

c) Sampel C (Sari tahu)

Page 6: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 2 Identifikasi 2

Ditambahkan larutan CuSO4 20%jenuh ke dalam 5 mL larutan koloidal dan diamati yang terjadi.

Ditambahkan larutan KOH 2% encer tetes demi tetes. Diamati endapan apa dan bagaimana perubahan warnanya.

Dikocok satu bagian telur dengan lima bagian aqudest hingga menjadi satu larutan koloidal (sampel A)

Disiapkan sari buah sirsak (Sampel B)

Ditambahkan larutan CuSO4 20%jenuh ke dalam 5 mL larutan koloidal dan diamati yang terjadi.

Ditambahkan larutan KOH 2% encer tetes demi tetes. Diamati endapan apa dan bagaimana perubahan warnanya.

2) Uji Biuret

a) Sampel A (koloidal telur)

b) Sampel B (Sari buah sirsak)

Page 7: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 2 Identifikasi 2

Disiapkan sari tahu (Sampel C)

Ditambahkan larutan CuSO4 20%jenuh ke dalam 5 mL larutan koloidal dan diamati yang terjadi.Ditambahkan Ditambahkan larutan CuSO4 20% jenuh ke dalam 5 mL larutan koloidal dan diamati yang terjadi.

Ditambahkan larutan KOH 2% encer tetes demi tetes.. Diamati endapan apa dan perubahan warnanya.Ditambahkan larutan KOH 2% encer tetes demi tetes. Diamati endapan apa dan bagaimana perubahan warnanya.

Koagulum ditambah dengan 5 mL asam nitrat. Diamati perubahan warna dan endapan yang terjadi.

Dipanaskan. Diamati perubahannya.

Sari buah sirsak ditambah dengan 5 mL asam nitrat. Diamati perubahan warna dan endapan yang terjadi.

Dipanaskan. Diamati perubahannya.

c) Sampel C (Sari tahu)

3) Tes Xanthoprotein

a) Koagulum

b) Sari buah sirsak (Sampel B)

Page 8: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 2 Identifikasi 2

Sari tahu ditambah dengan asam nitrat. Diamati perubahan warna dan endapan yang terjadi.

Dipanaskan. Diamati perubahannya.

Dipipet 5 ml asam oksalat ke dalam tabung reaksi.

Ditambah 5 ml larutan NaOCl

Diamati perubahan yang terjadi

Dilakukan percobaan di atas dengan reaktan alkohol, aseton, dan urea.

Dicatat hasil percobaan.

c) Sari tahu (Sampel C)

c. Gugus Karbonil

Page 9: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 2 Identifikasi 2

Dipipet 5 ml larutan NaNO2 ke dalam tabung reaksi.

Ditambah 5 ml HCl

Ditambah 7 butir urea kristal

Diamati yang terjadi dan ditulis reaksinya

d. GugusAmina

Page 10: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 2 Identifikasi 2

D. Hasil dan Pembahasan

Tabel 2.1 Pengujian Protein dengan Uji Pengendapan

No Kelompok SampelPerubahan Warna

KeteranganAwal Akhir

1 1

A + (NH4)2SO4

Bening BeningTidak

terbentuk endapan

2 14 Bening BeningTidak

terbentuk endapan

3 3

B + (NH4)2SO4

Putih Keruh

Putih Keruh

Tidak terbentuk endapan

4 16Putih Keruh

Putih Keruh

Tidak terbentuk endapan

5 2

C + (NH4)2SO4

Putih Keruh

Putih Keruh

Sedikit terbentuk endapan

6 15Putih Keruh

Putih Keruh

Sedikit terbentuk endapan

Sumber: Laporan sementaraKeterangan:Sampel A : Koloidal TelurSampel B : Sari Buah SirsakSampel C : Sari Tahu

Dasar reaksi pengendapan oleh logam berat adalah penetralan muatan.

Pengendapan dapat terjadi apabila protein berada dalam bentuk isoelektrik

yang bermuatan negatif. Dengan adanya muatan positif dari logam berat akan

terjadi reaksi netralisasi dari protein dan dihasilkan garam netral proteinat

yang mengendap. Endapan protein ini akan larut kembali pada penambahan

alkali (NH3, NaOH, dan NH4).

Pada percobaan ini digunakan (NH4)2SO4. Jika protein ditambahkan

(NH4)2SO4 akan terbentuk endapan putih. (NH4)2SO4 yang bersifat higroskopis

akan menarik air yang terikat pada protein sehingga protein kehilangan air,

mempunyai kelarutan terkecil dan mudah mengendap. Jadi peranan

(NH4)2SO4 adalah untuk mengendapkan protein yang terkandung dalam

larutan sampel, sehingga menghasilkan larutan yang positif. Hal ini sesuai

Page 11: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 2 Identifikasi 2

dengan teori bahwa salah satu sifat protein adalah mengalami koagulasi.

Menurut Girindra (1986), salah satu sifat protein adalah mengoagulasi

(menggumpal/mengendap/mengental). Reaksi yang terjadi pada pengujian

endapan:

RCH CO OH+ (NH4)2SO4 → 2 R CH COONH4 + H2SO4

NH2 NH4

Kelompok 1 dan 14 menggunakan sampel A ditetesi 5 tetes

(NH4)2SO4, warna awal dan akhir bening (tidak ada perubahan) dan tidak ada

endapan. Berarti dapat disimpulkan bahwa sampel A tidak mengandung

protein. Kelompok 3 dan 16 menguji sampel B ditetesi dengan 5 tetes

(NH4)2SO4, warna awal dan akhir putih keruh, dan tidak ada endapan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel B tidak mengandung protein.

Kelompok 2 dan 15 menguji sampel C ditetesi 5 tetes (NH4)2SO4, warna awal

dan akhir putih keruh, dan terdapat sedikit endapan. Dapat disimpulkan

bahwa sampel C mengandung protein.

Dalam percobaan ini diketahui bahwa sampel A merupakan koloidal

telur, sampel B merupakan sari buah sirsak, dan sampel C merupakan sari

tahu. Hasil pengujian sampel B dan sampel C telah sesuai dengan teori,

bahwa sampel B atau buah sirsak memang tidak mengandung teori, dan pada

sampel C atau sari tahu mengandung protein. Tetapi disini terdapat

penyimpangan pada sampel A atau koloidal telur. Telur semestinya

mengandung protein yang tinggi. Padahal menurut Direktorat Gizi

Departemen Kesehatan RI, dalam 100 gram putih terur, mengandung 10,8%

protein. Tetapi dalam percobaan ini, sampel A atau koloidal telur tidak

mengandung protein karena tidak terjadi pengendapan. Hal tersebut

kemungkinan terjadi karena pencampuran telur dengan aquades yang terlalu

banyak, selain itu karena kurangnya ketelitian praktikan dalam melakukan

percobaan.

Page 12: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 2 Identifikasi 2

Tabel 2.2 Pengujian Protein dengan Uji Biuret

No Kelompok SampelPerubahan Warna

KeteranganAwal Akhir

1 4 A + CuSO4 20%

Putih bening

Biru mudaAda endapan

kentalBiru muda Biru-violet

2 17A + CuSO4 20%

+ KOH 2%

Putih bening

Biru muda Ada endapan kental

Biru muda Biru-violet

3 5 B + CuSO4 20%

Putih keruh

Biru keruh

Ada sedikit endapan

Biru keruh

Atas : kuning

kecoklatan, bawah : biru

kehijauan

4 19B + CuSO4 20%

+ KOH 2%

Putih keruh

Biru keruh Tidak terbentuk endapanBiru keruh

Hijau kebiruan

5 18C + CuSO4 20%

+ KOH 2%Putih Keruh

Atas : bening,

bawah : biru bening

Ada endapan tapi tidak

terlalu kental

Sumber: Laporan sementaraKeterangan:Sampel A : Koloidal TelurSampel B : Sari Buah SirsakSampel C : Sari Tahu

Prinsip pengujian biuret yakni apabila suatu sampel ditambahkan

dengan larutan CuSO4 20% dan KOH 2% kemudian menimbulkan warna

biru-violet atau pink-violet serta muncul endapan, maka sampel tersebut

mengandung protein. Menurut Bintang (2010), uji biuret ini digunakan untuk

uji umum terhadap protein, karena uji ini dapat mendeteksi kehadiran ikatan

peptida. Uji biuret didasarkan pada reaksi antara ion Cu2+ dan ikatan peptida

dalam suasana basa. Warna kompleks ungu menunjukkan adanya protein.

Intensitas warna yang dihasilkan merupakan ukiran jumlah ikatan peptida

yang ada dalam protein. Ion Cu2+ dari pereaksi biuret dalam suasana basa

Page 13: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 2 Identifikasi 2

akan bereaksi dengan polipeptida atau ikatan-ikatan peptida yang menyusun

protein, dan membentuk senyawa kompleks berwarna ungu atau violet.

Menurut Wardio (1982), reaksi biuret disebabkan oleh koordinasi ion

Cu2+ dengan pasangan-pasangan elektron tak terbagi dari N-peptida dan O-

air. Sehingga terbentuk kompleks koordinasi yang berwarna ungu dalam

suasana basa kuat. Reaksi yang terjadi pada pengujian biuret:

2 (R−CH−COOH) + CuSO4 + 2 KOH

HOOC CH NH−Cu NH CH COOH + H2SO4 + H2O

R R

Pada praktikum uji biuret kali ini digunakan CuSO4 20% dan KOH

2% serta tiga macam sampel yaitu, A koloidal telur, B sari buah sirsak, dan C

sari tahu. Tabel di atas dapat dilihat hasil akhir (warna) pada sampel yaitu

sampel A didapatkan hasil warna biru yang menunjukkan adanya protein

pada sampel tersebut. Sedangkan pada sampel B warna akhir yang didapat

adalah biru kehijauan, hal tersebut juga memungkinkan adanya kandungan

protein pada sampel B. Pada sampel C, warna akhir yang dapat adalah adanya

dua lapisan, dimana pada lapisan atas berwarna bening dan lapisan bawah

berwarna biru, maka pada sampel C juga memiliki kandungan protein. Dari

ketiga sampel didapatkan hasil yang berbeda, hal tersebut dapat diartikan

bahwa sampel memiliki kandungan protein namun dengan kadar yang

berbeda.

Page 14: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 2 Identifikasi 2

Tabel 2.3 Pengujian Protein dengan Uji Xhanthoprotein

No Kelompok SampelPerubahan Warna

KeteranganAwal Akhir

1 6Koagulum + Asam Nitrat

Kuning bening

Kuning bening

Gumpalan sedikit

Kuning bening

Gumpalan putih

Gumpalan Putih

2 20Koagulum + Asam Nitrat + dipanaskan

Putih Keruh

Putih keruhGumpalan

sedikit

Putih keruh

Putih susu

Awal ada gumpalan,

akhir gumpalan

lebih banyak

3 8

Sari buah sirsak

(Sampel B) + Asam Nitrat

PutihPutih keruh

sekaliAda gumpalan

sedikitPutih Keruh Sekali

Putih kental

Ada gumpalan coklat

4 22

Sari buah sirsak

(Sampel B) + Asam Nitrat + dipanaskan

Putih Putih susuAda gumpalan yang tercmpur

Putih susu

Putih susu keruh

Awal gumpalan yang

masih bercampur,

akhir gumpalan

berpisah pada bagian atas

5 7Sari tahu

(Sampel C) + Asam Nitrat

Putih Putih keruhAda endapan

sedikit

Putih keruh

Putih kental

Putih keruh ada endapan di bawah tabung

6 21

Sari tahu (Sampel C) + Asam Nitrat + dipanaskan

Putih Putih susuCairan

berwarna putih

Putih susu

Putih keruh

Awal cairan warna putih,

akhir ada endapan

Sumber : Laporan sementara

Page 15: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 2 Identifikasi 2

Pada uji xanthoprotein dilakukan dengann menambahkan sampel

(koagulum, sari buah sirsak, dan sari tahu) dengan asam nitrat. Uji positif

terjadi apabila hasil sampel memberikan warna kuning jika dipanaskan dan

ditambahkan asam nitrat jenuh. Pemansan berlebihan akan menimbulkan

warna orange. Menurut Bintang (2010), Reaksi yang terjadi menyebabkan

nitrasi dari inti benzana dalam molekul protein. Tirosin, fenilalanin, dan

triptofan memberi hasil positif terhadap reaksi ini, karena memiliki cincin

aromatik yang bereaksi dengan asam nitrat pekat bila dipanaskan membentuk

warna kuning sampai jingga. Reaksi yang terjadi dari praktikum uji

xanthoprotein:

O O

CH2 CH C – OH + HNO3 CH2 CH C – OH

NH2 NO2 NH2

Pada percobaan uji xanthoprotein, digunakan sampel koagulum,

sampel B sari buah sirsak dan sampel C sari telur masing-masing 5 ml lalu

ditambahkan dengan larutan asam asetat jenuh sebanyak 5 tetes. Pada sampel

koagulum yang dilakukan kelompok 6 dan 20, menimbulkan warna putih

susu dengan gumpalan sangat banyak atau besar. Pada sampel B yang

dilakukan kelompok 8 dan 22, setelah dipanaskan bahan tidak berubah warna

namun terdapat gumpalan putih keruh diatas cairan putih. Sedangkan pada

sampel C yang dilakukan kelompok 7 dan 21 didapatkan warna sampel dari

putih menjadi putih susu keruh dan terdapat endapan putih di dasar tabung.

Hal ini membuktikan bahwa koagulum mengandung banyak protein.

Dibuktikan dengan adanya endapan atau gumpalan berwarna putih keruh dan

warna bahan menjadi putih keruh.

Page 16: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 2 Identifikasi 2

Tabel 2.4 Uji Gugus Karbonil pada Asam Oksalat

No Kelompok SampelPerubahan Warna

KeteranganAwal Akhir

1 9 5 mL asam oksalat + 5 mL

NaOCl

Bening BeningBergelembung

Banyak

2 23 Bening BeningBergelembung

BanyakSumber: Laporan sementara

Pada uji gugus karbonil pada asam oksalat dilakukan penambahan

asam oksalat dengan NaOCl. Adanya gugus karbonil ditandai dengan adanya

gelembung dan suhu larutan yang hangat. Reaksinya sebagai berikut:

C2H2O4+ NaOCl NaCl + 2CO2 + H2O

Pada uji gugus karbonil ini pada asam oksalat 5 mL dicampur dengan

5 mL NaOCl. Pada percobaan ini tidak ada perubahan warna yang terjadi

pada awal dan akhir tetapi timbul gelembung dan larutan menjadi hangat. Hal

ini menunjukkan bahwa di dalam tabung reaksi tersebut mengandung CO2

yang mengandung gugus karbonil. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

terdapat gugus karbonil pada asam oksalat. Sesuai dengan yang disebutkan

Pine (1988), dalam buku Kimia Organik 1 Terbitan Keempat, bahwa asam

karboksilat mengandung gugus karbonil (Asam oksalat merupakan asam

karboksilat).

Page 17: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 2 Identifikasi 2

Tabel 2.5 Uji Gugus Karbonil pada Alkohol

No Kelompok SampelPerubahan Warna

KeteranganAwal Akhir

1 11

Alkohol + 5 mL NaOCl

Bening BeningSedikit

gelembung + hangat

2 25 Bening BeningSedikit

gelembung + hangat

Sumber: Laporan sementara

Uji gugus karbonil pada alkohol dilakukan dengan mereaksikan

alkohol dengan NaOCl. Adanya gugus karbonil ditandai dengan adanya

gelembung dan suhu larutan yang hangat. Reaksinya sebagai berikut:

CH3−CH2−OH + NaOCl → CH3CH2O + NaCl + H2O

Pada reaksi menunjukkan terdapatnya gugus CH3CH2O dari alkohol

yang bereaksi dengan NaOCl, terdapatnya sedikit gelembung-gelembung

kecil itu pun lama-kelamaan hilang. Dengan demikian alkohol bukan

merupakan gugus karbonil, alkohol hanya terlihat serapan gugus karbonil

(C=O). Menurut Suminar (1990), alkohol dipengaruhi oleh ikatan hidrogen,

kelarutan alkohol juga dipengaruhi oleh panjang pendeknya gugus alkil,

banyaknya cabang dan banyaknya gugus hidroksil yang terikat pada atom

karbon dan bukan gugus karbonil.

Pada uji gugus karbonil pada alkohol dilakukan dengan mencampur

alkohol dengan 5 mL NaOCl tidak ada perubahan warna yang terjadi yaitu

bening, tetapi muncul sedikit gelembung dan larutan menjadi hangat, tetapi

kemudian gelembung yang sedikit itu hilang. Maka dapat disimpulkan bahwa

tidak terdapat gugus karbonil pada alkohol.

Page 18: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 2 Identifikasi 2

Tabel 2.6 Uji Gugus Karbonil pada Aseton

No Kelompok SampelPerubahan Warna

KeteranganAwal Akhir

1 10Aseton + NaOCl

Bening

Kuning (seperti minyak goreng)

Sedikit gelembung +

hangat

2 25 BeningKuning bening

Sedikit gelembung +

hangatSumber: Laporan sementara

Uji gugus karbonil pada aseton dilakukan dengan cara mereaksikan

antara aseton dengan NaOCl. Adanya gugus karbonil dapat dilihat dari

adanya gelembung pada larutan dan suhu larutan yang hangat. Reaksinya

sebagai berikut:

(CH3)2CO + NaOCl C2H6 + NaCl + CO2

Pada percobaan kali ini direaksikan antara aseton dengan NaOCl.

Perubahan warna terjadi dari bening menjadi kuning bening. Selain itu,

timbul adanya sedikit gelembung dan suhu larutan yang menjadi hangat.

Dapat disimpulkan bahwa pada aseton terdapat gugus karbonil. Sesuai

dengan teori yang disebutkan Pine (1988) dalam buku Kimia Organik 1

Terbitan Keempat, bahwa keton mengandung gugus karbonil (aseton

merupakan keton).

Page 19: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 2 Identifikasi 2

Tabel 2.7 Uji Gugus Karbonil pada Urea

No Kelompok SampelPerubahan Warna

KeteranganAwal Akhir

1 12Urea + NaOCl

Bening BeningAda

gelembung + hangat

2 26 Bening BeningBanyak

gelembungSumber: Laporan sementara

Uji gugus karbonil pada urea dilakukan dengan cara mereaksikan

antara urea dengan NaOCl. Adanya gugus karbonil dapat dilihat dari adanya

gelembung pada larutan dan suhu larutan yang hangat. Reaksinya sebagai

berikut:

CO(NH2)2 + NaOCl NaCl + CO2 + N2+ H2O

Pada percobaan kali ini direaksikan antara urea dengan NaOCl. Tidak

ada perubahan warna terjadi. Selain itu, timbul adanya sedikit gelembung dan

suhu larutan yang menjadi hangat. Adanya gelembung-gelembung pada

percobaan menunjukkan adanya CO2 yang merupakan hasil dari reaksi diatas

dan bau khas urea akibat amoniak. Menurut Hart (1983), dalam kimia

organik, gugus karbonil adalah sebuah gugus fungsi yang terdiri dari sebuah

atom karbon yang berikatan rangkap dengan sebuah atom oksigen: C=O.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada urea terdapat gugus karbonil.

Page 20: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 2 Identifikasi 2

Tabel 2.8 Uji Gugus Amina padaUrea

NoKelompo

kSampel

Perubahan WarnaKeterangan

Awal Akhir

1 13

NaNO2 30% + HCl 1 N

Bening BeningSedikit

gelembung kecil

NaNO230% + HCl +7 butir kristal urea

Keruh BeningAda banyak

gelembung dan endapan urea

2 27

NaNO230% + HCL 1 N

Bening BeningAda banyak

gelembung dan endapan urea

NaNO2 30 % + HCl 1 N + 7

butir kristal ureaKeruh Bening

Ada gelembung

yang menempel

pada dinding tabung,

terdapat uap air di sekitar

dinding tabungSumber: Laporan sementara

Uji gugus amina pada urea dilakukan dengan cara mereaksikan antara

NaNO230% dengan HCL 1 N dan antara NaNO2 30 % dengan HCl 0,1 N

ditambah 7 butir kristal urea. Adanya gugus amina dapat dilihat dari adanya

gelembung pada larutan. Reaksinya sebagai berikut:

NaNO2 + HCl + CO(NH2)2 + 2O2 NaCl+2 HNO2 + CO2 + NH3

Menurut Fessenden (1982), adanya gelembung dan adanya uap air

pada dinding tabung setelah reaksi menunjukkan adanya gugus amina pada

urea. Urea merupakan senyawa organik dengan rumus CO(NH2)2. Molekul ini

memiliki 2 NH2 bergabung dengan karbonil (C = O). Jika ditambahkan HNO2

pada urea akan menghasilkan gugus amina karena salah satu atom

hidrogennya digantikan dengan gugus amina. Amina adalah senyawa organik

yang mengandung atom-atom nitrogen trivalen yang terikat pada satu atom

atau lebih. Bila amina diperlakukan dengan asam, elektron yang tak berbagi

digunakan untuk membentuk membentuk sigma dengan asam. Hasilnya

adalah garam amina.

Page 21: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 2 Identifikasi 2

Pengujian gugus amina pada urea yang dilakukan pada sampel NaNO2

30% sebanyak 5 mL, ditambahkan dengan HCl 1 N 5 mL, warna awal

bening, warna akhirnya juga bening. Setelah itu ditambahkan 7 butir kristal

urea, warna yang awalnya keruh menjadi bening. Terdapat gelembung yang

sangat banyak karena adanya CO2, dan kristal urea tetap mengendap.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat gugus amina pada urea.

Page 22: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 2 Identifikasi 2

E. Kesimpulan

Berdasarkan rangkaian percobaan acara II dentifikasi II dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Pada uji protein dengan metode pengendapan hanya sari tahu (sampel C)

yang terdapat endapan putih. Sehingga tahu mengandung protein.

Sedangkan koloidal putih telur (sampel A) dan sari buah sirsak

(sampel B) menunjukkan hasil negatif, kemungkinan putih telur dan

sirsak mengandung protein dalam jumlah yang sangat sedikit atau tidak

mengandung protein sama sekali.

2. Pada uji protein dengan metode biuret, koloidal putih telur (sampel A)

memberikan warna biru-violet (hasil positif), sari buah sirsak (sampel B)

menghasilkan warna biru kehijauan (hasil positif), dan tahu

menghasilkan warna biru terang, sehingga putih telur, sirsak dan tahu

mengandung protein.

3. Pada uji protein dengan metode xanthoprotein, terdapat gumpalan setelah

masing-masing koagulum, sari buah sirsak (sampel B), dan sari tahu

(sampel C) diberikan asam nitrat, lalu setelah dipanasi menjadi gumpalan

putih dan padatan putih. Hal ini menunjukkan adanya protein.

4. Pada uji gugus karbonil, hasil reaksi gugus karbonil pada sampel asam

oksalat, aseton, dan urea positif, hanya alkohol yang negatif karena

alkohol merupakan gugus hidroksil yang mengikat gugus (-OH).

5. Munculnya gelembung-gelembung pada tabung menandakan urea

mengandung gugus amina.

Page 23: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 2 Identifikasi 2

DAFTAR PUSTAKA

Andarwulan, Nuri et al. 2011. Analisis Pangan. Dian Rakyat. Jakarta.

Bintang, Maria. 2010. Biokimia Teknik Penelitian. Erlangga. Jakarta.

Fessenden, Ralp J., et al. 1989. Kimia Organik Jilid 2 Edisi Ketiga. Erlangga. Jakarta.

Girindra, A. 1986. Biokimia I. Gramedia. Jakarta.

Hart, Harold et al. 2003. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat Edisi Kesebelas. Erlangga. Jakarta.

Hoffman, Jay R. et al. 2004. Protein – Which Is Best?. Journal of Sports Science and Medicine (2004) 3, 118-130. Las Vegas.

Husni, Elidahanum et al. 2007. Analisa Zat Pengawet dan Protein dalam Makanan Siap Saji Sosis. Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 12, No. 2, 2007, halaman 108-111. Akreditasi DIKTI Depdiknas RI No. 49/DIKTI/Kep/2003. ISSN : 1410-0177. Padang.

Maryam, Siti. 2007. Penentuan Suhu Optimum Air Saat Menggiling Kedele untuk Menghasilkan Tahu Berkualitas. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora, 1(2), 156-167, JPPSH, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2007. Singaraja.

Munir, Erman. 2005. Peranan Asam Oksalat dalam Degradasi Lignoselulosa. Seminar Nasional Kimia II 2005. Departemen Biologi, FMIPA USU. Medan.

Panjaitan, Rumintang Ruslinda. 2008. Pengembangan Pemanfaatan Sabut Pinang untuk Pembuatan Asam Oksalat. Jurnal berita Litbang Industri. Volume XXXIX, No. 1, Juli 2008, pp 42-49.

Pine, Stanley H. 1988. Kimia Organik I Terbitan Keempat. Penerbit ITB. Bandung.

Pringgomulyo, Saroyo et al. 1982. Kimia Umum. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Jakarta.

Stevens, Malcolm P. 2001. Kimia Polimer. Pradnya Paramita. Jakarta.

Suminar, Ahmadi.1983. Kimia Organik Edisi Keenam. Erlangga. Jakarta.

Syarif, Mardius et al. 2007. Pemeriksaan Kadar Oksalat dalam Daun Singkong (Manihot utilissima Pohl) dengan Metoda Spektrofotomtri Kinetik. Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 12, No. 1, 2007, halaman 50-52. Akreditasi DIKTIDepdiknas RI No. 49/DIKTI/Kep/2003. ISSN : 1410-0177. Padang.

Tipton, Kevin D. et al. 2004. Protein and Amino Acids for Athletes. Journal of Sports Sciences, 2004, 22, 65–79. Galveston.

Page 24: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 2 Identifikasi 2

Wilbraham, Antony C. 1992. Pengantar Kimia Organik dan Hayati. Penerbit ITB. Bandung.

Winarno, F. G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia. Jakarta.

Page 25: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 2 Identifikasi 2

LAMPIRAN

Page 26: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 2 Identifikasi 2

Gambar 2.1 Sampel B (Sari buah sirsak)

Gambar 2.2 Sampel B (Sari buah sirsak) + (NH4)2SO4

Page 27: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 2 Identifikasi 2

Gambar 2.3 Percobaan gugus karbonil

Gambar 2.4 Percobaan gugus karbonil Gambar 2.5 Percobaan gugus karbonil

Page 28: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 2 Identifikasi 2

KIMIA ORGANIK

ACARA II IDENTIFIKASI II

KELOMPOK 3 :AGNES TITAH M (H0912004)ANTONIUS YOSEF BANINDRA (H0912015)AZMINADATUL AISAH (H0912022)DIKA K (H0912039)FRANSISKA PUTERI (H0912056)CANDRA (H1912003)