Isi Getah. Fix

download Isi Getah. Fix

of 33

description

pisang

Transcript of Isi Getah. Fix

I. PENDAHULUAN1.1 . Latar Belakang

Ikan merupakan salah satu jenis sumber makanan sehat yang rendah lemak jenuh, tinggi protein, dan sebagai sumber penting asam lemak omega 3. Menu makanan dari ikan sangat baik untuk diet karena kaya akan vitamin, mineral, dan nutrisi yang dibutuhkan agar tubuh tetap sehat. Orang yang sering mengkonsumsi ikan cenderung lebih sedikit dibandingkan yang mengkonsumsi daging dan keju. Beberapa cara sehat untuk memasukkan ikan dalam program diet di antaranya bisa dengan cara dipanggang, rebus, dan dikukus. Ikan sangat direkomendasikan oleh banyak pakar kesehatan sebagai makanan dengan manfaat kesehatan yang kompleks. Ikan memiliki kandungan vitamin A, vitamin D, fosfor, magnesium, selenium, yodium, serta kalsium. Secara mendasar ikan memiliki protein hewani yang sama dengan daging sapi, namun kelebihan ikan adalah tidak memiliki kandungan lemak yang tinggi , di samping itu kandungan protein dan nutrisinya sangat mudah diserap tubuh (Astawan, 2005). Oleh karenanya tidak mengherankan apabila permintaan pasar terhadap ketersediaan ikan sangat tinggi.Permintaan produk perikanan yang sangat tinggi tersebut telah menempatkan perikanan pada posisi yang penting sehingga dilakukan intensifikasi dalam usaha budidayanya. Di sisi lain, apabila usaha budidaya intensif tidak didukung dengan pengelolaan yang benar, dapat berakibat timbulnya berbagai masalah. Budidaya intensif pada umumnya menerapkan padat tebar yang tinggi pada lahan terbatas, sehingga dapat berdampak buruk pada kondisi lingkungan. Pada akhirnya dapat menimbulkan masalah berupa munculnya serangan penyakit . Serangan penyakit pada ikan dapat menimbulkan kerugian pada usaha perikanan (Astawan, 2005). Penyakit yang menyerang ikan dapat berupa penyakit parasiter dan non-parasiter serta akibat malnutrisi. Menurut Suyanto (1981) serangan penyakit yang disebabkan oleh bakteri pathogen dapat menurunkan produktivitas pada ikan. Oleh karena itu, untuk meningkatkan mutu dan pengembangan budidaya ikan maka perlu adanya upaya menjaga kesehatan ikan, agar tidak mudah terserang penyakit. Menurut Syadza (2012) usaha penanggulangan perlu dilakukan karena salah satu faktor yang dapat mempengaruhi produksi ikan adalah kesehatan dari ikan tersebut. Pencegahan serangan penyakit pada ikan dapat dilakukan dengan cara memberikan pakan yang bergizi dengan jumlah yang cukup serta tepat waktu. Selain itu, perlu dijaga kualitas media pemeliharaannya dan mencegah timbulnya sumber penyakit dengan menggunakan desinfektan, baik yang berasal dari bahan kimia maupun alami. Bahan obat tradisional, baik yang berasal dari hewan maupun dari tumbuhan telah banyak digunakan untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan sejak zaman nenek moyang kita dulu. Penggunaan obat tradisional tersebut merupakan salah satu alternative untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat di bidang kesehatan. Konsumsi beraneka jenis obat tertentu menurut Mursito (2002) mempunyai berbagai tujuan, mulai dari upaya pencegahan (preventif), mempertahankan atau meningkatkan kesehatan tubuh (promotif), dan melakukan pengobatan guna penyembuhan suatu penyakit (kuratif), untuk keperluan tersebut masyarakat memiliki berbagai pilihan cara pengobatan. Bahan obat tradisional biasanya digunakan berdasarkan pengalaman empiris. Salah satu bahan tradisional yang digunakan untuk pengobatan adalah pohon pisang yang memiliki berbagai manfaat. Setiap bagian pohon memiliki manfaat yang berbeda, salah satunya adalah getah batang pohon pisang yang dapat digunakan sebagai obat penyembuh luka (Versteegh, 1988). Pisang umumnya merupakan tanaman pekarangan, walaupun di berbagai daerah sudah dibudidayakan untuk diambil buahnya. Pisang merupakan tanaman yang berbuah hanya sekali, kemudian mati. Pohon pisang selalu beregenerasi sebelum berbuah melalui tunas-tunas yang tumbuh pada bonggolnya. Iklim yang sesuai dan kondisi tanah yang banyak mengandung humus memungkinkan pisang tersebar luas di Indonesia. Pisang tidak mengenal musim panen. Pohon ini dapat berbuah kapan saja (Dalimartha, 2005).

Secara tradisional batang pisang dapat digunakan untuk berbagai tujuan antara lain untuk bahan dekorasi, pembungkus tembakau dan atau obat-obatan. Air yang keluar dari batang pisang yang baru ditebang biasa juga dipakai untuk mencuci rambut. Getahnya mengandung bahan yang tidak mudah luntur sehingga dapat monadai baju seperti halnya daun sirih (Rivai, 1976) dan juga getahnya sudah lama dipercaya sebagai obat penyembuh luka. Batang pohon pisang yang selama ini hanya dikenal sebagai limbah dan tidak pernah dimanfaatkan, getahnya dipercaya dapat digunakan untuk mengobati luka dengan hasil yang cukup baik.

Beberapa pengujian secara ilmiah mengenai khasiat dari pohon pisang untuk penyembuh luka pernah dilaporkan. Salah satunya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Listyanti (2006), bahwa getah batang pohon pisang ambon (Musa paradisiaca var. sapientum) yang diaplikasikan secara topikal dalam bentuk sediaan segar, pada proses penyembuhan luka menggunakan hewan coba mencit memperlihatkan hasil yang memuaskan. 1.2 . Perumusan Masalah

Permintaan ikan konsumsi air tawar yang tinggi di pasaran menjadi suatu tantangan bagi para petani ikan untuk memperoleh hasil panen yang tinggi. Namun seringkali usaha budidayanya terkendala oleh adanya serangan penyakit dan untuk mengatasi kondisi tersebut, biasanya digunakan obat kimia, yang harus dibeli dengan harga yang cukup mahal. Pada umumnya penggunaan obat kimia tersebut dilakukan terus-menerus dan tidak tepat dosisnya, sehingga memberikan efek samping yang kurang baik terhadap lingkungan. Selain berdampak buruk terhadap lingkungan , mahalnya harga obat tersebut juga menjadi beban tersendiri bagi para petani ikan. Oleh karenanya, petani ikan perlu dicarikan solusi untuk mengatasi serangan penyakit ikan dengan menggunakan obat alami yang berharga murah dan mudah diperoleh.Alternatif pengobatan yang perlu diperkenalkan kepada petani ikan yaitu dengan memanfaatkan getah batang pisang yang dicampur dengan garam dapur untuk melakukan pencegahan dan pengobatan penyakit ikan air tawar. Mengingat tanaman pisang merupakan salah satu tanaman tropika serba guna, selain untuk konsumsi, tanaman pisang ini memiliki kegunaan sebagai penyembuh luka. Sementara itu, tanaman pisang banyak ditemukan di sekitar kita, sehingga mudah diperoleh. Namun, selama ini para petani ikan belum memanfaatkan tanaman tersebut secara optimal sebagai obat penyakit ikan yang ramah lingkungan, murah serta mudah diperoleh. 1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk :

a. mengoptimalkan hasil produksi perikanan air tawar

b. meningkatkan kualitas produksi ikan air tawar melalui manajemen kesehatan yang baik dan ramah lingkungan

c. mengurangi ketergantungan petani ikan terhadap obat-obatan kimia dalam menangani ikan sakit

1.4 . Manfaat

Manfaat dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk:

a. mengurangi biaya pengobatan yang harus dikeluarkan petani ikan,

b. mengurangi resiko pemberian dosis berlebih terhadap ikan dan lingkungan,c. peningkatan produksi budidaya ikan,d. memperkaya wawasan petani ikan dalam memanfaatkan obat alami untuk mengelola kesehatan ikan.II. TELAAH PUSTAKA 2.1 . Pohon Pisang Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan di Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Tanaman ini kemudian menyebar ke Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan dan Tengah. Di Jawa Barat, pisang disebut dengan Cau, di Jawa Tengah dan Jawa Timur dinamakan gedang (Astuti, 1989). Menurut sejarah, pisang berasal dari Asia Tenggara yang oleh para penyebar agama Islam disebarkan ke Afrika Barat, Amerika Selatan dan Amerika Tengah. Keberadaan pohon pisang selanjutnya menyebar ke seluruh dunia, meliputi daerah tropis dan subtropis. Negara-negara penghasil pisang yang terkenal di antaranya adalah: Brasilia, Filipina, Panama, Honduras, India, Equador, Thailand, Karibia, Columbia, Mexico, Venezuela, dan Hawai. Indonesia merupakan negara penghasil pisang nomor empat di dunia. Klasifikasi tanaman pisang adalah sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Keluarga : Musaceae

Genus : Musa

Spesies : Musa spp. (Tjitrosoepomo, 1994)

Gambar 1. Pohon Pisang (Sumber : Ace Maxs Blog) Suhu merupakan faktor utama untuk pertumbuhan. Di sentra-sentra produksi utamanya suhu udara tidak pernah turun sampai di bawah 15 C dengan jangka waktu yang cukup lama; suhu optimum untuk pertumbuhannya adalah sekitar 27 C, dan suhu maksimumnya 38 C. Di dataran tinggi daerah ekuator, pisang tak dapat tumbuh pada ketinggian di atas 1600 m dpl.

Kebanyakan pisang tumbuh baik di lahan terbuka, tetapi kelebihan penyinaran akan menyebabkan terbakar-matahati (sunburn). Dalarn keadaan cuaca berawan atau di bawah naungan ringan, daur pertumbuhannya sedikit panjang dan tandannya lebih kecil. Pisang sangat sensitif terhadap angin kencang, yang akan merobek-robek daunnya, menyebabkan distorsi tajuk dan dapat merobohkan pohonnya.

Diperlukan pasokan air yang cukup; untuk pertumbuhan optimalnya curah hujan hendaknya 200-220 mm, dan kelembapan tanahnya jangan kurang dari 60- 70% dari kapasitas lapangan, jadi sebagian besar lahan memerlukan pengairan tambahan. Tanah yang paling baik untuk pertumbuhan pisang adalah tanah liat yang dalam dan gembur, yang memiliki pengeringan dan aerasi yang baik (Purwanto dan Sujiprihati, 1985). Kesuburan yang tinggi akan sangat menguntungkan dan kandungan bahan organiknya hendaknya 3% atau lebih. Tanaman pisang toleran terhadap pH 4,5-7,5.Pisang merupakan salah satu tanaman buah yang mempunyai prospek yang cukup cerah, mengingat sebagian besar orang gemar mengkonsumsi buah pisang. Tanaman pisang dapat hidup dengan baik di daerah yang mempunyai iklim tropis sampai ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut. Pada keadaan kering pun masih bisa hidup, hal ini berhubungan dengan batangnya yang mengandung air (Purwanto dan Suprihati, 1985).

Pisang barangan merupakan jenis buah pisang yang sangat terkenal sebagai pisang meja atau segar yang dinikamti setelah makan nasi. Ciri-ciri buah pisang barangan adalah bentuk buah lurus, pangkal bulat, panjang buah 12-18 cm, diameter buah 3-4 cm. Warna kulit buah kuning kemerahan dengan bintik-bintik cokelat, warna daging buah agak orange. Rasa daging buah enak dan aromanya harum (Purwanto, 1985).

Manfaat pisang bagi kesehatan cukup potensial karena buah pisang mengandung gizi lengkap. Menurut ilmuwb an dari Universitas Johns Hopkins di Amerika Serikat, bahwa potasium (kalsium) dalam pisang sangat membantu memudahkan pemindahan garam (natrium) dalam tubuh, sehingga akan cepat menurunkan tekanan darah (Purwanto, 1985).

Pisang barangan termasuk buah meja yang populer di Indonesia. Pertandan terdiri dari 6-12 sisir, dengan berat 12-20 kg. Setiap sisir terdiri dari 12-20 buah. Bentuk buah lurus, pangkal bulat, panjang 11 cm, diameter 2,9 cm. Daging buah kuning keputihan, tidak berbiji, manis, kering dan beraroma. Berat per buah 60 gram (Surabaya Post, 2011).

Buah pisang mengandung energi, protein, lemak, berbagai vitamin dan mineral, komposisi zat gizi pisang per 100 gram bahan (Tabel 1.).

Tabel 1. Kandungan Gizi Buah Pisang, per 100 gram bahanSenyawaKompetensi

Air (gram)75,00

Energi (K) 88,00

Karbohidrat (gram) 23,00

Protein (gram) 1,20

Lemak (gram) 0,20

Ca (mg) 8,00

P (mg) 28,00

Fe (mg) 0,60

Vitamin A 439,00

Vitamin B-1 (mg) 0,04

Vitamin C (mg) 78,00

(Sumber: Purwanto, 1985)

2.2 Manfaat Pohon Pisang

2.2.1 Manfaat Buah Buah pisang memang sudah sejak lama menjadi salah satu buah favorit Rakyat Indonesia karena banyak vitamin yang terkandung di dalamnya, seperti vitamin A, B1, B2 dan C. Selain itu buah pisang dapat membantu mengurangi asam lambung dan membantu menjaga keseimbangan air dalam tubuh. Buah pisang jugadapat menanggulangi atau mengobati beragam penyakit dan gangguan kesehatan lain seperti: gangguan pada lambung, penyakit jantung dan stroke, stress, dan menurunkan kadar koleterol dalam darah (Surabaya Post, 2011).

2.2.2 Manfaat Daun

Daun pisang selama ini juga sering digunakan sebagai alternatif pembungkus makanan (Surabaya Post, 2011). 2.2.3 Manfaat BonggolMenurut Priosoeryanto et al. (2006), getah bonggol pisang Ambon mengandung tannin, flavonoid dan saponin sebagai antibiotik dan perangsang pertumbuhan sel-sel baru pada luka. Selain mengandung saponin, tannin dan flavonoid, bonggol pisang Ambon juga mengandung vitamin A, vitamin C, lemak dan protein yang bekerja dalam proses penyembuhan luka.

2.2.4 Manfaat BatangGedebogatau batang pohon pisang selama ini justru lebih banyak dianggap sebagai sampah ketimbang bahan baku yang berpotensi ekonomi tinggi. Padahal di dalamgedebogpisang mengandung getah yang menyimpan banyak maanfaat, yang salah satunya digunakan di dalam dunia medis.Getah pisang mengandungsaponin,antrakuinon, dankuinonyang dapat berfungsi sebagai antibiotik dan penghilang rasa sakit (Surabaya Post, 2011). Selain itu, terdapat pula kandunganlektinyang berfungsi untuk menstimulasi pertumbuhan sel kulit. Kandungan-kandungan tersebut dapat membunuh bakteri agar tidak dapat masuk pada bagian tubuh kita yang sedang mengalami luka. Getahgedebogpisang bersifat mendinginkan. Zattaninpada getah batang pisang bersifat antiseptik, sedangkan zatsaponinberkhasiat mengencerkan dahak. Pisang, terutama pisang raja, mengandung kalium yang bermanfaat melancarkan air seni. Selain itu, juga mengandung vitamin A, B, C, zat gula, air, dan zat tepung. Berdasarkan fakta-fakta tersebut, maka ada potensi untuk membuat zat antiseptik berbahangedebog pisang (Surabaya Post, 2011). Getah pohon pisang bermanfaat dalam mempercepat proses persembuhan luka dan memberikan efek estetika dengan memperbaiki struktur kulit rusak tanpa meninggalkan jaringan bekas luka atau jaringan parut. Getah tersebut juga mempercepat re-epitelisasi jaringan dermis, pembentukan pembuluh darah baru (neokapilerisasi), pembentukan jaringan ikat (fibroblas) dan infiltrasi sel-sel radang di daerah luka (Maiwahyudi,1999). Air yang keluar dari pangkal batang dapat digunakan untuk mengobati penyakit raja singa melalui penyuntikan saluran kemih, serta pengobatan disentri dan diare. Getah yang keluar dari bagian akar pohon pisang bersifat anti demam dan demikian daya pemulihannya kembali (Venheij, 1995). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak batang pohon pisang Ambon mengandung tanin, saponin dan flavonoid (Tabel 2.). Saponin merupakan glikosida yang terdistribusi secara luas pada tumbuhan dan biasanya bersifat sangat iritan terhadap mukosa tubuh. Saponin mempunyai aktivitas antiseptik dan pembersih serta meningkatkan kekebalan tubuh (Surabaya Post, 2011).

Flavonoid merupakan senyawa polifenol yaitu satu golongan fenol alam yang terbesar dan bersifat polar sehingga mudah larut dalam pelarut polar seperti air, etanol, methanol, butanol, dan aseton. Flavonoid umumnya ditemukan dalam bentuk glikosida yang larut air. Flavonoid mempunyai kemampuan bereaksi dengan komponen lainnya seperti allergi, virus, dan karsinogen sehingga flavonoid dapat berfungsi sebagai anti alergi, anti kanker dan anti inflamasi (Markham, 1988), sedangkan tannin adalah senyawa polifenol dari kelompok yang berfungsi sebagai antioksidan kuat, anti kanker dan anti peradangan.

Tanin juga dikenal sebagai zat samak untuk pengawetan kulit, dimana efek tannin yang utama yaitu sebagia astringensia yang banyak digunakan sebagai pengencang kulit dalam kosmetika atau estetika (Olivia et al.,2004). Tabel 2. Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Batang Pisang Ambon (Prasetyo, 2008). UjiHasil Analisis Ekstrak Batang Pisang

Alkaloid-

Saponin++

Flavonoid+

Steroid-

Tanin+

Triterpenoid-

Masing-masing bagian dari pohon pisang (Gambar 2.) mempunyai khasiat yang berbeda-beda. Adapun beberapa contoh pengujian terhadap manfaat getah batang pisang dalam penyembuhan luka adalah sebagai berikut.

Gambar 2 Bagian-bagian Pohon Pisang (Sumber :Surabaya Post)1. Salep Ekstrak Batang Pohon Pisang Raja (Musa sapientum ) Penyembuhan Luka Bekas Pencabutan Gigi (Kompas, 2010). Pisang raja (Musa sapientum) dikenal sebagai jenis pisang yang cocok untuk dikonsumsi langsung, tidak perlu diolah lebih dulu. Sebagai buah konsumsi, cita rasa pisang tersebut memang enak. Namun, sayangnya, pisang kerap kali mengandung getah, terutama pada bagian pohonnya. Getah itu merupakan limbah yang dianggap kebanyakan masyarakat tidak berguna. Getah dari batang pisang mereka manfaatkan untuk menyembuhkan luka. Caranya, getah tersebut dioleskan pada bagian tubuh yang luka. Selama ini diketahui bahwa pencabutan gigi pada umumnya menimbulkan luka. Penyembuhan luka pasca pencabutan gigi itu perlu dipercepat karena, jika terlalu lama didiamkan, bisa mengakibatkan infeksi. Namun, masyarakat di sejumlah desa justru menggunakannya untuk menyembuhkan luka. Setelah diteliti, kebiasaan masyarakat itu memiliki dasar ilmiah yang kuat.

Getah pisang diketahui mengandung tiga zat yang berperan dalam menyembuhkan luka. Ketiga zat itu ialah saponin, flavonoid, dan asam askorbat. Getah tanaman pisang banyak mengandung saponin yang berperan dalam pembentukan pembuluh darah baru, flavonoid untuk memperpendek fase peradangan (inflamasi) yang dapat mencegah infeksi, dan asam askorbat untuk membentuk jaringan ikat kolagen. .

Selain membuktikan khasiat getah pisang dari sisi sains, penelitian itu bermaksud menemukan dosis dan efek dari pengobatan menggunakan getah pisang. Apabila getah pisang digunakan dalam bentuk segar, penyembuhan luka lebih lama karena konsentrasi air pada getah itu sangat tinggi. Oleh karena itu, pengobatan akan lebih manjur apabila getah pisang diolah terlebih dahulu. Penelitian yang ini baru diujicobakan pada 24 ekor marmut.

Getah pisang yang diberikan kepada hewan percobaan itu telah diolah dalam bentuk salep. Hasilnya, pada bagian tubuh hewan yang terluka diketahui adanya peningkatan jumlah angiogenesis dan osetoblas serta kepadatan kolagen. Ke-24 marmut itu awalnya dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama diberi kontrol positif dengan menggunakan obat penyembuh luka.

Kelompok kedua diberi kontrol negatif dengan gel CMC Na (Carboxymethyl Cellulose Natrium), dan kelompok ketiga diberikan kombinasi antara getah tanaman pisang raja dan CMC Na. Dari hasil percobaan, didapati proses penyembuhan pada marmut yang diberi kombinasi obat antara getah tanaman pisang dan CMC Na lebih cepat. Marmut yang mendapatkan perlakuan kombinasi dapat sembuh dua kali lebih cepat dibandingkan marmut yang tidak mendapat perlakuan tersebut.

Dalam waktu lima hari, luka pada tubuh marmut sudah sembuh, dan tingkat kesembuhannya bisa mencapai 100 persen. Hasil tersebut, tambah dia, membuktikan bahwa getah pisang raja dapat mempercepat penyembuhan luka setelah pencabutan gigi meski sementara ini baru diujicobakan pada marmut.

Proses pembuatan obat luka dari getah tanaman pisang raja terbilang sederhana serta mudah diaplikasikan. Awalnya, tanaman pisang raja dipotong-potong, kemudian air dan getahnya diperas. Air dan getah pisang itu kemudian dikeringkan dengan menggunakan oven selama tiga hari.Suhu pengeringan mencapai 55o celcius. Hasil pengeringan itu kemudian dicampurkan dengan CMC Na. Dengan perbandingannya, getah pisang 80 persen sedangkan CMC Na sekitar 20 persen.Komposisi seperti demikian, maka luka lebih cepat tertutup 30 hingga 60 persen. 2. Gel Ekstrak Batang Pisang Ambon (Musa paradisca var.sapientum) dalam Proses Persembuhan Luka Pada Mencit (Prasetyo, 2008). Menurut Djulkarnain (1998) batang pohon pisang Ambon memiliki kandungan saponin, antarkuinon , dan kuinion oleh karena itu dapat menghilangkan rasa sakit dan merangsang pembentukan sel-sel baru pada kulit. Lignin yang terkandung dalam batang pisang Ambon membantu peresapan senyawa pada kulit sehingga dapat digunakan untuk mengobati luka memar, luka bakar, bekas gigitan serangga dan sebagai obat-obatan seperti getahnya yang dihasilkan mampu untuk mengobati luka pada kulit karena getah tersebut mampu meningkatkan aliran darah ke daerah luka dan juga dapat menstimulasi fibroblast sebagai respon untuk penyembuhan luka ( Priosoeryanto et al., 2003). Penggunaan getah batang pisang pada proses persembuhan luka pada hewan coba mencit memperlihatkan hasil yang sangat baik dan secara histologik memberikan efek kosmetik dengan memperbaiki struktur kulit yang rusak tanpa meninggalkan jaringan bekas luka atau jaringan parut dan mempercepat proses penyembuhan (Maiwahyudi, 1999).

Penelitian tersebut menggunakan gel sebagai bentuk ekstrak dari getah batang pisang. Pemilihan sediaan gel ini dikarenakan pengujian ini menggunakan control positif sebagai bentuk sediaan karena tahan lama, tidak cepat tengik, tidak berbau, tidak mengiritasi kulit dan mempunyai tampilan yang menarik.

Empat puluh lima ekor mencit strain DDY yang berumur 6-8 minggu digunakan sebagai hewan coba, dan dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok I (kontrol) diberi sediaan placebe, kelompok II yang diberi preparat obat komersil, serta kelompok III yang diberi sediaan gel ekstrak batang pisang Ambon. Setiap kelompok terdiri atas 15 ekor mencit. Mencit dilukai pada bagian punggung dengan panjang luka 1-1,5 cm menggunakan scalpel steril dan diberikan pemberian obat sehari dua kali dengan menggunakan kappas steril. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pengamatan patologi anatomi kelompok gel ekstrak lebih cepat membentuk keropeng dan menutup luka. Hasil uji statistik pada parameter infiltrasi sel-sel radang pada kelompok gel ekstrak menunjukkan hasil yang berbeda dengan kelompok kontrol negative. Pada kelompok gel ekstrak batang pisang Ambon, jaringan ikat lebih cepat terbentuk dibandingkan dengan kelompok control negative dan control positif. Berdasarkan hasil tersebut pemberian gel ekstrak batang pohon pisang ambon mempercepat proses persembuhan luka. 3. Salep Ekstrak Bonggol Pisang Ambon (Musa paradisiaca var. sapientum (L.)) Terhadap Penyembuhan Luka Terbuka Kulit Tikus Putih Jantan Galur Wistar (Rattus norvegicus) (Pongsipulung, 2008)Menurut Priosoeryanto et al. (2006), getah bonggol pisang Ambon mengandung tannin, flavonoid dan saponin sebagai antibiotic dan perangsang pertumbuhan sel-sel baru pada luka. Selain mengandung saponin, tannin dan flavonoid, bonggol pisang Ambon juga mengandung vitamin A, vitamin C, lemak dan protein yang bekerja dalam proses penyembuhan luka.

Luka ialah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh atau rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang. Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul diantaranya hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ, respon stres simpatis, perdarahan dan pembekuan darah, kontaminasi bakteri dan kematian sel (Kaplan & Hentz, 1992).

Sediaan salep yang akan dibuat dalam penelitian ini memiliki konsentrasi ekstrak bonggol pisang Ambon yang berbeda-beda, yaitu 10%, 15% dan 20% sebanyak 20g untuk 3 kali pemakaian dalam sehari selama 8 hari pengamatan.Waktu yang diperlukan untuk proses penyembuhan luka dengan sediaan SBPA relatif sama dengan kelompok kontrol positif, tetapi berbeda untuk kontrol negatif dan luka tanpa perlakuan. Hal ini dipengaruhi oleh bahan aktif yang terkandung dalam bonggol pisang Ambon yaitu tannin, saponin dan flavonoid yang berguna sebagai antibiotik dan merangsang pertumbuhan sel-sel baru pada luka (Priosoeryanto et al., 2006).

Protein dapat mempengaruhi tingkat dan kualitas penyembuhan luka, diperlukan dalam proses inflamasi untuk respon kekebalan tubuh dan pengembangan jaringan granulasi dan juga protein utama disintesis selama proses penyembuhan kolagen dan kekuatan kolagen menentukan kekuatan luka. Lemak dapat mensintesis sel-sel baru, sebagai anti-inflamasi dalam membantu penyembuhan luka dan memiliki peran dalam struktur dan fungsi sel. Vitamin C memiliki peran penting dalam sintesis kolagen, dalam pembentukan ikatan antara helai serat kolagen dimana kolagen merupakan protein yang membantu pembentukan jaringan ikat dikulit ligament. Sedangkan vitamin A yang terlibat dalam silang kolagen dan proliferasi sel epitel (Anonymous, 2000). Juga basis salep berlemak yaitu campuran vaseline album dan adeps lanae yang dapat menarik lebih banyak air sehingga luka cepat kering, tidak membusuk dan menutupi luka (Anief, 1997). Hasil dari data diatas dapat disimpulkan bahwa salep ekstrak bonggol pisang ambon mempunyai efek sebagai penyembuhan luka terbuka pada kulit tikus putih jantan.

III. METODE PENULISAN3.1 Objek PenulisanObjek penulisan karya tullis ilmiah ini adalah pemanfaatan getah batang pisang dan garam dapur untuk pencegahan dan pengobatan penyakit ikan air tawar, dalam rangka meningkatkan hasil produksi perikanan air tawar.3.2 Dasar Penulisan Objek

Penulisan karya tulis ilmiah ini didasarkan pada :

1. ikan sebagai sumber protein hewani yang harganya relatif terjangkau oleh masyarakat luas, namun belum dimanfaatkan secara optimal dalam pemenuhan gizi masyarakat, 2. hasil budidaya ikan belum optimal, karena seringkali terkendala serangan penyakit,3. umumnya petani ikan menggunakan obat kimia untuk pengobatan penyakit ikan, yang dapat berakibat buruk pada lingkungan, apabila pemberiannya tidak sesuai dengan dosis,4. pohon pisang merupakan tanaman yang mudah didapatkan dan mengandung bahan obat yang ramah lingkungan.5. garam dapur merupakan salah satu bahan yang memiliki banyak khasiat dalam pengobatan penyakit ikan.3.3 Waktu, Tempat dan Cara KerjaPenulisan karya tulis mahasiswa ini dilakukan sejak tanggal 15 Maret 2013 sampai dengan tanggal 4 April 2013 bertempat di Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Pengkajian pustaka dilakukan di Pusat Informasi Ilmiah (PII) Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto serta melalui internet. Cara kerja penulisan adalah sebagai berikut.a. Persiapan penyusunan materi dan bahan penulisan, yang meliputi penggalian ide dan penyiapan sarana dan prasarana penulisan.

b. Pelaksanaan penulisan, dilakukan melalui diskusi dengan dosen pembimbing dan pencarian data pendukung serta kegiatan penyusunan penulisan sesuai dengan ketentuan Pedoman Pemilihan Mahasiswa Berprestasi Program Diploma Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan 2013.3.4 Jenis Data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang bersumber dari buku , jurnal dan referensi lain.IV. ANALISIS DAN SINTESIS4.1 Analisis4.1.1 Timbulnya Penyakit IkanMenurut Sachlan (1972), penyakit ikan adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan pada ikan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Gangguan terhadap ikan dapat disebabkan oleh organisme lain, pakan maupun kondisi lingkungan kurang menunjang kehidupan kita. Dengan demikian timbulnya serangan penyakit ikan di kolam merupakan hasil interaksi yang tidak serasi ini telah menyebabkan stres pada ikan, sehingga mekanisme pertahanan diri yang dimilikinya menjadi lemah dan akhirnya mudah diserang oleh penyakit.Manusia memegang peranan penting dalam upaya mencegah terjadinya serangan penyakit pada ikan di kolam budidaya, yaitu dengan cara memelihara kesehatan lingkungan serta saran dan prasarana kolam. Umumnya wabah penyakit yang menyerang ikan di kolam disebabkan oleh kesalahan manusia dalam mengelola lingkungan kolam. Jarang sekali dijumpai adanya serangan penyakit terhadap ikan yang dipelihara di kolam-kolan yang terawat baik (Afrianto, 1992).Kerugian yang diderita karena serangan penyakit sebenarnya dapat dihindari apabila petani ikan tersebut mempunyai pengetahuan yang memadai mengenai cara menjaga keserasian antara ketiga komponen utama penyebab penyakit ikan. Disamping itu, ketelitian dan kecermatan petani juga sangat menentukan keberhasilan tersebut. Adanya informasi yang memadai mengenai cara mencegah dan mengobati penyakit sangat bermanfaat dalam upaya mempercepat peningkatan pengetahuan petani ikan yang selama ini masih banyak menggunakan teknologi sederhana dari nenek moyang.

Gambar 3. Hubungan antara parasit, ikan (host) dan faktor stress lingkungan terhadap proses terjadinya penyakit

Timbulnya penyakit ikan ini disebabkan oleh penanganan ikan yang kurang cermat, penggunaan peralatan dan kolam yang tidak steril atau tidak dilakukannya proses karantina merupakan beberapa kesalahan petani yang sering tidak disadarinya. Penyakit yang sering menyerang ikan dapat diklasifikasikan sebagai (1) penyakit menular, yaitu penyakit yang disebabkan oleh aktivitas mikrorganisme seperti bakteri, virus, jamur atau protozoa dan (2) penyakit tidak menular, yaitu penyakit yang disebabkan bukan oleh mikroorganisme melainkan hal lain, misalnya karena kekurangan pakan, keracunan, konsentrasi oksigen dalam air rendah atau penyakit gelembung udara (air bubble) (Afrianto, 1992). Hubungan antara parasit, ikan (host) dan faktor lingkungan adalah sangat berkaitan erat terhadap kemungkinan timbulnya penyakit. Tahapan pertama yang menjadi penyebab yaitu buruknya kondisi kualitas lingkungan sekitar kolam beserta sarana dan prasarananya. Kondisi kolam yang buruk mengakibatkan ikan (inang) menjadi stres. Ikan stress biasanya terjadi bila kandungan oksigen (O2) rendah, senyawa beracun seperti ammonia yang tinggi di kolam yang sebabkan oleh pengkontrolan kolam yang jarang serta aerasi kolam kurang tak jarang mengakibatkan za-zat sisa buangan ikan serta sisa-sisa pakan mengendap di dasar, hal inilah yang menyebabkan kandungan senyawa racun terutama ammonia di kolam tinggi. Bila kondisi ikan stres yang disebabkan oleh beberapa faktor di atas tersebut, ikan akan berenang tidak terkontrol, menabrak ikan lain, timbul luka dan bila hal ini tidak segera ditangani , luka tersebut akan menimbulkan penyakit sekunder yang berasal dari jamur atau bakteri (penyakit parasiter). Kondisi ini hanya akan memperparah penyakit ikan. Maka penanganan melalui kegiatan karantina perlu dilakukan.

Secara garis besar cara berjangkit maupun penularan penyakit ikan adalah sebagai berikut (Afrianto, 1992) :a. Melalui air ; apabila air yang digunakan telah tercemar oleh penyakit, biasanya ikan yang diperlihara juga akan terserang oleh oenyakit tersebut. Penggunaan air yang berkualitas rendah atau air yang telah tercemar oleh senyawa racun dapat menyebabkan timbulnya penyakit.b. Melalui kontak atau gesekan badan secara langsung dengan ikan yang telah terserang penyakit. Gesekan badan umumnya terjadi pada saat pemindahan ikan atau jika kepadatan ikan terlalu tinggi.c. Melalui peralatan yang telah digunakan untuk menangani atau mengangkut ikan sakit. d. Terbawa oleh ikan, pakan hidup atau tumbuhan dari daerah asalnya dan berkembang dengan pesat di daerahn (kolam) yang baru. Mungkin saja organisme penyakit tersebut tidak dapat tumbuh dengan baik di daerah asalnya, sedangkan di daerah baru ia dapat tumbuh dengan pesat akrena lingkungan yang lebih mendukung.

e. Konstruksi kolam yang kurang memenuhi syarat, sehingga memungkinkan sumber penyakit berupa organisme predator atau kompetitor memasuki kolam. Penyakit ikan yang disebabkan oleh organisme parasiter dan non parasiter. Penyakit non parasiter ini disebabkan oleh predator atau hadirnya kompetitior. Sedangkan penyakit parasiter ini disebabkan oleh virus, bakteri, cacing, artrophoda dan jamur. 4.1.2 Pencegahan Penyakit Ikan Pencegahan penyakit pada ikan dapat dilakukan melalui beberapa tahapan :a. Kesehatan InangKesehatan inang harus diperhatikan yaitu dengan pemberian pakan yang baik dan bergizi dengan ditambahkan vitamin guna penambah imunitas. Pakan merupakan sumber energi utama bagi semua organisme hidup, termasuk juga ikan. Pakan yang baik harus mampu memenuhi kebutuhan gizi yang diperlukan oleh ikan untuk dapat hidup dengan normal. Pada perikanan tradisional, pakan bukan merupakan masalah utama, karena sudah dapat dipenuhi dari produksi alami. Akan tetapi pada perikanan yang lebih maju, dimana sebagian besar pakan merupakan pakan bautan, sering menjadi masalah penyakit yang disebabkan oleh pakan. Untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh pakan, sebaiknya ikan diberi pakan yang memenuhi kebutuhan jumlah maupun kualitasnya (Afrianto,1992).Pakan yang tidak memenuhi syarat, baik jumlah maupun kualitas, dapat menimbulkan pengaruh kurang baik terhadap ikan peliharaan. Penebaran pakan hendaknya dilakukan tepat pada saat ikan sedang lapar, dengan demikian sebagian besar pakan yang diberikan akan segera dikonsumsi oleh ikan. Pakan yang tidak segera dikonsumsi oleh ikan biasanya akan hanyut atau membusuk di dasar kolam, sehingga tentu saja hal ini dapat menyebabkan timbulnya masalah penyakit. Selain diberikan pada saat yang tepat, pakan juga harus disenangi oleh ikan sehingga sebagian besar pakan yang diberikan akan dikonsumsi oleh ikan. Untuk mengetahui pakan ikan yang disenangi oleh ikan, sebaiknya dipelajari sifat biologis ikan tersebut (Afrianto, 1992).Selain jumlah, kualitas pakan juga harus diperhatikan agar tidak menimbulkan masalah penyakit. Pakan buatan hendaknya dibuat dengan komposisi nutrient yang tepat sesuai dengan kebutuhan ikan. Hendaknya para petani menghindari penggunaan pakan yang mengandung senyawa racun karena dapat membahayakan kesehatan ikan. Timbulnya senyawa racun tersebut dapat karena bahan baku pakan tersebut memang mengandung racun atau timbulnya senyawa racun akibat pemyimpanan pakan atau bahan yang kurang memenuhi syarat (Afrianto, 1992). b. PenyakitPencegahan penyakit pada ikan dapat dilakukan dengan memutus siklus hidup organisme parasit dan sterilisasi tempat budidaya.b.1 Memutus siklus hidup Memutus siklus hidup suatu organisme contohnya pada penyakit ikan yang disebabkan oleh protozoa Ichthyophthirius multifilis (White spot). Ciri-ciri penyakit yang ini adalah ikan cenderung mengapung. Ada bintik putih di sirip,tutup insang, ekor. Ikan mengosok-gosokkan tubuhnya. Menurut Suyanto (1981) dan Suyanti (1981), siklus hidup I.multifilis dapat dibagi menjadi :1. Fase Parasiter

Fase ini berada di tubuh ikan hingga menjadi dewasa dan akhirnya akan melepaskan diri dari inangnya untuk berenang di air.

2. Fase Pre-CystefYaitu fase di mana I.multifilis sudah melepaskan diri dari tubuh ikan, tetapi masih mencari tempat yang cocok untuk membentuk kista.

Gambar 4 Siklus Hidup I.multifilis (Sumber : Wheda Asmara Putra Official Web)3. Fase Cyste

Fase ini I.multifilis sudah melekat pada suatu benda dan membentuk cysta. Di dalam cysta ini terjadi pembelahan diri sehingga terbentuk individu baru dalam jumlah yang besar.

4. Fase Post- Cyste

Merupakan fase dimana I.multifilis muda keluar dari cysta dan mencari inangnya.

Hingga saat ini belum ada metode yang efektif untuk memberantas protozoa ini dalam fase cysta, sebab obat-obatan tidak dapat meresap ke dalam tubuh I.multifilis yang terbungkus lendir. Pengobatan yang paling efektif dilakukan pada fase pre-cysta atau post-cysta, sebab obab tidak perlu menembus lapisan lendir untuk mencapai tubuh I.multifilis. b.2. Sterilisasi Tempat Budidaya Upaya yang paling baik yang dapat dilakukan oleh petani ikan dalam menghadapi kemungkinan serangan penyakit ikan dalam menghadapi kemungkinan serangan penyakit ikan adalah melakukan tindakan pencegahan. Tindakan pencegahan ini dapat dilaksanakan dengan melakukan upaya pembersihan (sterilisasi) secara berkesinambungan, baik terhadap kolam pemeliharaan, ikan peliharaan maupun semua peralatan yang digunakan.

Kegiatan sterilisasi ini dapat dilakukan dengan pemberian larutan PK dosis rendah (3-20 ppm) selama 30 menit (alat); pengeringan dan pengapuran dengan tujuan untuk membunuh atau memutuskan siklus hidup organisme penyakit yang ada di kolam serta untuk menguraikan beracun yang ada di dasar kolam. Pengeringan dilakukan selama 3-7 hari (kolam); penyuntikan antibodi ke dalam tubuh ikan untuk menambah sistem kekebalan tubuh ikan agar tidak mudah terserang penyakit (ikan) (Afrianto, 1992).c. Lingkungan Kegiatan pencegahan penyakit ikan dapat dilakukan dengan menjaga kualitas air yaitu senantiasa memperhatikan pengaliran air. Adanya aliran air yang lancer akan menghanyutkan sisa pakan dan hasil ekskresi, sehingga tidak terdapat senyawa beracun hasil dekomposisi bahan tersebut. Aliran air juga dapat mempertahankan temperature dan konsentrasi oksigen di dalam kolam tetap menunjang kehidupan ikan. Pada kolam yang tidak mengalir (stagnant), temperatur air sering meningkat -terutama pada siang hari- sehingga pertumbuhan organisme penyakit menjadi lebih cepat. Pada saat yang sama konsentrasi oksigen juga akan menurun, sehingga ikan bertambah stress karena sulit bernafas (Afrianto, 1992).

Selain menjaga kualitas air, kita juga harus menerapkan konsep biosecurity. Biosecurity adalah tindakan perlindungan dari efek yang merugikan dari organisme seperti agen penyakit dan hama yang membahayakan bagi manusia, hewan, tanaman dan lingkungan. Biosecurity didefinisikan sebagai serangkaian usaha untuk mencegah atau mengurangi peluang masuknya suatu penyakit ke suatu sistem budidaya dan mencegah penyebarannya dari suatu tempat ke tempat lain yang masih bebas. Prinsip dasar dalam pengaplikasiannya adalah isolasi dan desinfeksi. Di Indonesia khususnya sektor perikanan, istilah dan pelaksanaan biosecurity masih sangat relatif baru sehingga konsep ini belum banyak diterapkan. Paling tidak ada dua hal yang menyebabkan para pembudidaya belum melaksanakan program ini, antara lain kurangnya pengetahuan dan miskonsepsi terutama tentang besarnya biaya dalam penerapan biosecurity tanpa mempertimbangkan keuntungan yang akan diperoleh. Efektivitas program biosecurity tergantung pada beberapa hal, baik faktor teknis, managerial maupun ekonomi. Oleh karenanya, dalam pelaksanaannya sangat memerlukan kedisiplinan dan kepedulian yang tinggi baik pada level pelaksana maupun manager. Aplikasi di tingkat petani harus dilakukan secara komprehensif sehingga dapat mencegah masuk, berkembang dan menyebarnya pathogen tertentu yang sangat berbahaya. Dalam suatu kegiatan budidaya, pelaksanaan konsep ini diharapkan mampu menjadi solusi alternatif bagi terciptanya budidaya perikanan yang berkelanjutan (Anonymous, 2011). 4.2 . Sintesis 4.2.1 Manfaat Senyawa Saponin, Flavonoid, Tannin dan Garam Dapur Senyawa yang juga terkandung dalam ekstrak batang pohon pisang adalah saponin, yang merupakan glikosida yang memiliki sifat khas membentuk busa. Saponin terdiri atas agligen polisiklik yang disebut sapogenin dan gula sebagai glikon. Sapogenin dapat diuraikan kembali dari struktur kimia ikatan hidrogennya menjadi dua bentuk, yaitu steroid dan triterpenoid. Adanya saponin dalam tanaman diindikasikan dengan adanya rasa pahit. Bila saponin dicampur dengan air akan membentuk busa stabil (Cheek, 2005).Saponin merupakan senyawa racun yang bersifat selektif untuk meberantas hama ikan di kolam (Afrianto,1992). Khususnya dalam proses persembuhan luka, getah batang pohon pisang dapat dijadikan penghilang rasa sakit dan perangsang pertumbuhan sel-sel baru pada kulit. Getah batang pohon pisang mengandung saponin, antrakuinon dan kuinon sebagai antimikrobial. Sedangkan lignin, membantu peresapan senyawa pada kulit sehingga dapat digunakan untuk mengobati luka memar, luka bakar,bekas gigitan serangga dan sebagai anti radang (Djulkarnain, 1998).Menurut Priosoeryanto et al. (2006), ekstrak batang pohon pisang ambon mengandung tanin, saponin dan flavonoid yang dapat berguna sebagai antimikrobial dan perangsang pertumbuhan sel-sel baru pada luka. Ekstrak batang pohon pisang ambon mampu untuk mengobati luka pada kulit karena kandungan bahan aktifnya mampu meningkatkan aliran darah ke daerah luka dan juga dapat menstimulasi fibroblast sebagai respon untuk persembuhan luka.Flavonoid merupakan senyawa polifenol yang merupakan satu golongan fenol alam yang terbesar dan bersifat polar sehingga mudah larut dalam pelarut polar seperti air, etanol, metanol, butanol, aseton,dan sebagainya. Flavonoid umumnya ditemukan dalam bentuk glikosida yang larut air, sehingga pelarut air sangat baik untuk glikosida. Flavonoid mempunyai respon biologi secara alami karena mempunyai kemampuan bereaksi dengan komponen lainnya seperti allergen, virus dan karsinogen sehingga flavonioid dapat berfungsi sebagai anti alergi, antikanker dan anti inflamasi (Markham, 1988). Senyawa flavonoid mempunyai efek biologis yang sangat kuat sebagai antioksidan, merangsang produksi oksidasi nitrit yang dapat melebarkan pembuluh darah. Flavonoid juga dapat meningkatkan aliran darah ke otak sehingga berperan dalam memperbaiki kerusakan pembuluh darah dan bermanfaat bagi kesehatan jantung. Flavonoid umumnya terdapat dalam tumbuhan, terikat pada gula sebagai glikosida (Harborne, 1987).Efek utama dari tanin yaitu sebagai adstringensia yang banyak digunakan sebagai pengencang kulit dalam segi kosmetik. Kandungan zat aktif tannin menurut batasannya dapat bereaksi dengan protein membentuk kopolimer mantap yang tak larut air. Di dalam tumbuhan, letak tanin terpisah dari protein dan enzim sitoplasma sehingga berada diantaranya, tetapi bila pada jaringan rusak, misalnya dalam kondisi termakan oleh hewan, maka reaksi penyamakan dapat terjadi. Reaksi ini menyebabkan protein lebih sukar dicapai oleh cairan pencernaan hewan. Sebagian besar tumbuhan yang banyak memiliki tannin dihindari oleh hewan karena rasanya yang sepat (Harborne 1987).Garam dengan nama senyawa kimia sodium atau natrium chlorida (NaCl) yang merupakan bagian dari sodium yang sangat diperlukan tubuh. Agar dapat berfungsi dengan baik, tubuh memerlukan kandungan garam tertentu. Sodium membantu tubuh menjaga konsentrasi cairan di dalam tubuh. Garam ini juga berperan sebagai transmisi elektronik dalam saraf dan membantu sel-sel tubuh membentuk nutrisi (Anonymous, 2013).Pemberian garam termasuk aman bagi ikan, asal diberikan dengan dosis yang sesuai. Selain itu juga aman bagi manusia. Garam akan membantu menyeimbangkan kembali proses osmoregulasi dan memicu daya tahan tubuh ikan terhadap penyakit yang dideritanya. Sampai tahap tertentu diketahui garam mampu memblokir efek nitrit, yaitu nitrit dalam air dapat terserap kedalam system peredaran darah ikan, sehingga darah berubah menjadi kecoklatan. Kehadiran nitrit akan menyebabkan kemampuannya untuk membawa oksigen menjadi menurun, sehingga pada kondisi kelebihan nitrit sering terjadi penyakit darah coklat. Dengan adanya garam kejadian demikian bisa dihindari. Garam mampu membunuh parasit-parasit bersel tunggal seperti Ich (white spot), jamur dan bakteri lainnya. Sementara itu, garam mudah didapat dan mudah dibeli, sehingga bisa tersedia setiap saat pada waktu diperlukan (Anonymous, 2012).4.2.2 Pencegahan Serangan Penyakit Menggunakan Getah Batang PisangTimbulnya serangan penyakit dapat dicegah dengan melakukan sterilisasi terhadap peralatan yang akan digunakan untuk mendukung kegiatan pembenihan maupun pembesaran ikan air tawar. Cara yang dapat diterapkan yaitu dengan membuat larutan yang berasal dari getah pisang dicampur dengan garam dapur dan ditambah air tawar bersih untuk merendam peralatan yang akan digunakan. Getah batang pisang diperoleh dengan cara memeras batang pisang sehingga keluar semua getahnya. Metode ini dapat diterapkan sebagai pengganti penggunaan desinfektan berbahan kimia, yang biasa digunakan untuk sterilisasi peralatan pada usaha budidaya ikan.4.2.3 Pengobatan Ikan Sakit Dengan Getah Batang Pisang Dicampur Dengan Garam Dapur Langkah pemberian perlakuan getah batang pisang pada ikan sakit :1. Disediakan tempat (wadah) untuk membuat larutan getah batang pisang yang dicampur dengan garam dapur; wadah untuk karantina ikan yang sedang dalam pengobatan2. wadah untuk larutan diisi air tawar bersih dan ditambah garam dapur 3. batang pisang yang masih segar dipotong-potong kemudian dimasukkan ke dalam kain bekas (bersih) dan peras hingga keluar getahnya4. getah yang diperoleh kemudian dilarutkan bersama garam dengan cara diaduk selama beberapa menit sampai air dalam wadah berubah warna kecoklatan.larutan disaring agar bersih5. ikan sakit dimasukkan ke dalam wadah berisi larutan dan dibiarkan selama 5- 10 menit (short bathing) sambil mengusap-usap tubuh ikan yang luka. Apabila ikan gelisah setelah beberapa menit perendaman maka ikan diambil dari wadah untuk kemudian dikembalikan tempat karantina. Perlakuan ini dilakukan sampai ikan sembuh.Penggunaan getah batang pisang yang dicampur dengan garam dapur, merupakan pilihan yang tepat untuk pengobatan penyakit ikan air tawar. Pada usaha budidaya intensif dengan kepadatan tinggi, seringkali terjadi gesekan antar ikan sehingga menimbulkan luka. Adanya luka akan memicu timbulnya serangan bakteri maupun jamur.Pada kadar yang tinggi, garam dapat berfungsi untuk mematikan penyakit terutama yang diakibatkan oleh jamur dan bakteri. Meskipun demikian lama pemberiannya harus diperhatikan dengan seksama agar jangan sampai ikan mengalami dehidrasi. Pada saat ikan sakit, luka, atau stress proses osmosis akan terganggu sehingga air akan lebih banyak masuk kedalam tubuh ikan, dan garam lebih banyak keluar dari tubuh, akibatnya beban kerja ginjal ikan untuk memompa air keluar dari dalam tubuhnya meningkat. Bila hal ini terus berlangsung, bisa sampai menyebabkan ginjal menjadi rusak (gagal ginjal) sehingga ikan tersebut mati. Selain itu, hal ini juga akan diperparah oleh luka dan atau penyakitnya itu sendiri. Dalam keadaan normal ikan mampu memompa keluar air kurang lebih 1/3 dari berat total tubuhnya setiap hari. Penambahan garam kedalam air diharapkan dapat membantu menjaga ketidak seimbangan ini, sehingga ikan dapat tetap bertahan hidup dan mempunyai kesempatan untuk memulihkan dirinya dari luka, atau penyakitnya. Tentu saja dosisnya harus diatur sedemikan rupa sehingga kadar garamnya tidak lebih tinggi dari pada kadar garam dalam darah ikan (Anonymous, 2012). Sementara itu, getah batang pisang mengandung berbagai macam zat aktif yang mampu berperan sebagai penyembuh luka. Menurut Listyanti (2006), selain mempercepat penyembuhan luka, secara histologik juga memberikan efek kosmetik dengan memperbaiki struktur kulit yang rusak tanpa meninggalkan jaringan bekas luka atau jaringan parut. Getahnya sekaligus mempercepat proses re-epitelisasi jaringan epidermis, pembentukan pembuluh darah baru (neokapilarisasi), pembentukan jaringan ikat (fibroblas) dan infiltrasi sel-sel radang pada daerah luka. V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI5.1 . Kesimpulana. Getah batang pohon pisang ambon mengandung tanin, saponin dan flavonoid yang dapat berguna sebagai antimikrobial dan perangsang pertumbuhan sel-sel baru pada luka.b. Ekstrak batang pohon pisang mampu untuk mengobati luka pada kulit karena kandungan bahan aktifnya mampu meningkatkan aliran darah ke daerah luka dan juga dapat menstimulasi fibroblas sebagai respon untuk persembuhan luka.c. Garam dapur dapat berperan sebagai pembunuh bakteri dan jamur serta penyeimbang proses osmosis dalam tubuh ikan, sehingga ikan dapat tetap bertahan hidup dan mempunyai kesempatan untuk memulihkan dirinya dari luka, atau penyakitnya.5.2 . RekomendasiGetah batang pisang yang dicampur dengan garam dapur dapat menjadi obat alami alternatif untuk pencegahan dan pengobatan penyakit ikan air tawar. Namun demikian, masih perlu dikaji lebih mendalam, tentang kandungan zat aktif getah batang pisang yang mampu berperan dalam proses penyembuhan penyakit ikan serta spesifikasi penyakit yang mampu disembuhkannya. Penelitian lebih lanjut juga diperlukan untuk mendapatkan dosis yang tepat dari kombinasi antara larutan garam dan getah batang pisang untuk penyembuhan penyakit ikan air tawar. DAFTAR PUSTAKA Afrianto. 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Kanisius. Yogyakarta. Anief, Moh. 1997. Ilmu Meracik Obat . UGM Press. Yogyakarta.Anonymous.2000.Nutrisi.http://www.dietetics.co.uk/article-nutrition-wound-healing. Diakses 18 April 2013.Anonymous. 2011. Manajemen Kesehatan dan Biosecurity System pada Ikan Mas (Cyprinus carpio). http://blog.ub.ac.id. Diakses tanggal 21 April 2013.

Anonymous. 2012. Garam Ikan. http://blog.ub.ac.id . Diakses tanggal 22 April 2013.Astawan M. 2005. Ikan Air Tawar Kaya Protein Dan Vitamin. http://www.senior.co.id. Diakses tanggal 18 April 2013. Cheek PR. 2005. Applied Animal Nutrition: Feeds and Feeding Thrid Edition. Upper Sadle River. United States of America.Dalimartha S. 2005. Tanaman Obat di Lingkungan Sekitar. Cetakan I. Penebar Swadaya. Jakarta. hlm : 25-26.Djulkarnain HB.1998. Pohon Obat Keluarga.Intisari.Jakarta.Harborne JB.1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Terbitan ke 2. Institut Teknologi Bandung. Bandung.Kaplan NE, Hentz VR, 1992. Emergency Management of Skin and Soft Tissue Wounds, An Illustrated Guide, Little Brown, Boston, USA.Kompas Forum. 2010.Getah Pisang. http://forum.kompas.com. Diakses tanggal 18 April 2013.Listyanti AR. 2006. Pengaruh Pemberian Getah Batang Pohon Pisang Ambon (Musa parasidiaca var. Sapientum) dalam Proses Persembuhan Luka pada Mencit (Mus musculus albinus). [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.Maiwahyudi. 1999. Aktivitas getah batang pohon pisang (Musa acuminata) dalam mempercepat proses persembuhan luka pada mencit (Mus musculus). Skripsi S-1. Fakultas Kedokteran Hewan IPB.Markham KR. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Bandung: Penerbit ITB.

Mursito B. 2002. Ramuan Tradisional untuk Gangguan Ginjal. Penebar Swadaya.Olivia, F., Syamsir A., Iwan H. 2004. Seluk Beluk Food Suplement. Gramedia. Jakarta. Prasetyo, Bambang Febram. 2008. Aktivitas Dan Uji Stabilitas Sediaan Gel Ekstrak Batang Pisang Ambon (Musa paradisiacal var sapientum) Dalam Proses Persembuhan Luka Pada Mencit (Mus musculus albinus). [Tesis]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.Priosoeryanto BP, Huminto H, Wientarsih I, Estuningsih S. 2006. Aktivitas Getah Batang Pohon Pisang dalam Proses Persembuhan Luka dan Efek Kosmetiknya pada Hewan. Lembaga Penelitian dan Pemberdayan Masyarakat. Institut Pertanian Bogor. Pongsipulung, Grace R., Paulina V. Y. Yamlean, Yos Banne. 2008. Formulasi dan Pengujian Salep Ekstrak Bonggol Pisang Ambon (Musa paradisiaca var. sapientum (L.)) Terhadap Luka Terbuka Pada Kulit Tikus Putih Jantan Galur Wistar (Rattus norvegicus). Jurnal

Purwanto R, Sujiprihati S. 1985. Studi Pengaruh Jenis Bibit Serta Taraf Pemupukan Nitrogen Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pisang. Laporan Penelitian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Rivai.1976. Pendayagunaan Tanaman Pisang. Sebuah Tinjauan Etnobotani dalam Pohon Berguna Indonesia. Perpustakaan LIPI.Sachlan, M. 1972. Penyakit Ikan. Correspondence Course Centre. Surabaya Post. 2011. Antiseptik Alami dari Batang Pisang. http://www.surabayapost.co.id. Diakses tanggal 18 April 2013.Suyanto, R. 1981. Parasit Ikan dan Cara-cara Pemberantasannya. Pusat Penerbitan Yayasan Sosial Tani Membangun. Jakarta. Syadza, Annisa. 2012. Karakteristik Gen Virulen Dan Uji Patogenesis Aeromonas hydrophila Strain A2 Pada Ikan Gurami (Osphronemus gouramy). UPI Press. Bandung. Tjitrosoepomo G. 1994. Toksonomi Tumbuhan Obat-obatan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Venheij. 1976. Buah-buahan dan Buah Geluk yang Dapat Dimakan. Perpustakaan Botani. LIPI. Bogor. Versteegh JK. 1988. Petunjuk Lengkap Mengenai Tanam-tanaman di Indonesia dan Khasiatnya sebagai Obat-obatan Tradisionil. Edisi ke-2. Diterjemahkan oleh CD.RS. Bethesda Yogyakarta. Penerbit CD.RS. Bethesda Yogyakarta dan Andi Offset. Yogyakarta.Ikan

Penyakit

Ling

kungann

Parasit

14