Bab Isi Urolitiasis FIX

45
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi. Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, buli- buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra. Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu slauran kemih yang paling sering terjadi. Penyakit batu saluran kemih menyebar di seluruh dunia dengan perbedaan di negara berkembang banyak ditemukan batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih banyak dijumpai 1

description

perkemihan

Transcript of Bab Isi Urolitiasis FIX

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangBatu ginjal merupakan batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi. Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra.Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu slauran kemih yang paling sering terjadi.Penyakit batu saluran kemih menyebar di seluruh dunia dengan perbedaan di negara berkembang banyak ditemukan batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih banyak dijumpai batu saluran kemih bagian atas (gunjal dan ureter), perbedaan ini dipengaruhi status gizi dan mobilitas aktivitas sehari-hari. Angka prevalensi rata-rata di seluruh dunia adalah 1-12 % penduduk menderita batu saluran kemih.Penyakit urolithiasis ini banyak disebabkan oleh berbagai faktor penyebab, diduga berhubungan dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik). Untuk itu, penulis akan membahas lebih lanjut mengenai konsep dari penyakit Urolithiasis dan bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien Urolithiasis.

1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas, maka didapatkanlah rumusan masalah sebagai berikut:a. Bagaimana konsep dari penyakit Urolithiasis?b. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan Urolithiasis ?1.3 TujuanTujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :a. Untuk mengetahui konsep dari penyakit urolithiasis b. Untuk mengetahui Asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien urolithiasis

BAB IIPEMBAHASAN2.1Defenisi UrolithiasisMenurut brunner and suddart (2002) Urolithiasis adalah adanya batu (kalkuli) di traktus urinarius . Urolithiasis adalah kalsifikasi dengan sistem urinari kalkuli, seringkali disebut batu ginjal. Batu dapat berpindah ke ureter dan kandung kemih (Black, Joyce, 1997, hal. 1595).Batu ginjal adalah bentuk deposit mineral, paling umum oksalat dan fosfat;namun asam urat dan kristal lain juga pembentuk batu. Meskipun kalkus ginjal dapat terbentuk dimana saja dari saluran perkemihan, batu ini paling umum ditemukan pada pelvis dan kalik ginjal. (Marilynn, 2000; 686) Batu ginjal adalah batu(kalkuli) didalam nefron dan keberadaanya dapat menghambat aliran urin, terjadinya obstruksi, secara perlahan dapat merusak unit fungsional (nefron) ginjal. Selain itu dapat menyebabkan nyeri yang luar biasa dan ketidaknyamanan. (Smeltzer, 1996 ; 1460) 2.2 Anatomi dan Fisiologi Ginjal2.2.1 AnatomiGinjal merupakan salah satu bagian saluran kemih yang terletak retroperitoneal dengan panjang lebih kurang 11-12 cm, disamping kiri kanan vertebra.Pada umumnya, ginjal kanan lebih rendah dari ginjal kiri oleh karena adanya hepar dan lebih dekat ke garis tengah tubuh. Batas atas ginjal kiri setinggi batas atas vertebra thorakalis XII dan batas bawah ginjal setinggi batas bawah vertebra lumbalis III.Pada fetus dan infan, ginjal berlobulasi. Makin bertambah umur, lobulasi makin kurang sehingga waktu dewasa menghilang.Parenkim ginjal terdiri atas korteks dan medula. Medula terdiri atas piramid-piramid yang berjumlah kira-kira 8-18 buah, rata-rata 12 buah. Tiap-tiap piramid dipisahkan oleh kolumna bertini.Dasar piramid ini ditutup oleh korteks, sedang puncaknya (papilla marginalis) menonjol ke dalam kaliks minor. Beberapa kaliks minor bersatu menjadi kaliks mayor yang berjumlah 2 atau 3 ditiap ginjal. Kaliks mayor/minor ini bersatu menjadi pelvis renalis dan di pelvis renalis inilah keluar ureter. Korteks sendiri terdiri atas glomeruli dan tubili, sedangkan pada medula hanya terdapat tubuli. Glomeruli dari tubuli ini akan membentuk Nefron. Satu unit nefron terdiri dari glomerolus, tubulus proksimal, loop of henle, tubulus distal (kadang-kadang dimasukkan pula duktus koligentes). Tiap ginjal mempunyai lebih kurang 1,5-2 juta nefron berarti pula lebih kurang 1,5-2 juta glomeruli.Pembentukan urin dimulai dari glomerulus, dimana pada glomerulus ini filtrat dimulai, filtrat adalah isoosmotic dengan plasma pada angka 285 mosmol. Pada akhir tubulus proksimal 80 % filtrat telah di absorbsi meskipun konsentrasinya masih tetap sebesar 285 mosmol. Saat infiltrat bergerak ke bawah melalui bagian desenden lengkung henle, konsentrasi filtrat bergerak ke atas melalui bagian asenden, konsentrasi makin lama makin encer sehingga akhirnya menjadi hipoosmotik pada ujung atas lengkung. Saat filtrat bergerak sepanjang tubulus distal, filtrat menjadi semakin pekat sehingga akhirnya isoosmotic dengan plasma darah pada ujung duktus pengumpul. Ketika filtrat bergerak turun melalui duktus pengumpul sekali lagi konsentrasi filtrat meningkat pada akhir duktus pengumpul, sekitar 99% air sudah direabsorbsi dan hanya sekitar 1% yang diekskresi sebagai urin atau kemih (Price,2001 : 785).

2.2.2 Fisiologi ginjalGinjal berfungsi sebagai salah satu alat ekskresi yang sangat penting melalui ultrafiltrat yang terbentuk dalam glomerulus. Terbentuknya ultrafiltrat ini sangat dipengaruhi oleh sirkulasi ginjal yang mendapat darah 20% dari seluruh cardiac output.

1. Faal glomerolusFungsi terpenting dari glomerolus adalah membentuk ultrafiltrat yang dapat masuk ke tubulus akibat tekanan hidrostatik kapiler yang lebih besar dibanding tekanan hidrostatik intra kapiler dan tekanan koloid osmotik. Volume ultrafiltrat tiap menit per luas permukaan tubuh disebut glomerula filtration rate (GFR). GFR normal dewasa : 120 cc/menit/1,73 m2 (luas pemukaan tubuh). GFR normal umur 2-12 tahun : 30-90 cc/menit/luas permukaan tubuh anak.2. Faal TubulusFungsi utama dari tubulus adalah melakukan reabsorbsi dan sekresi dari zat-zat yang ada dalam ultrafiltrat yang terbentuk di glomerolus. Sebagaimana diketahui, GFR : 120 ml/menit/1,73 m2, sedangkan yang direabsorbsi hanya 100 ml/menit, sehingga yang diekskresi hanya 1 ml/menit dalam bentuk urin atau dalam sehari 1440 ml (urin dewasa).Pada anak-anak jumlah urin dalam 24 jam lebih kurang dan sesuai dengan umur:a. 1-2 hari : 30-60 mlb. 3-10 hari : 100-300 mlc. 10 hari-2 bulan : 250-450 mld. 2 bulan-1 tahun : 400-500 mle. 1-3 tahun : 500-600 mlf. 3-5 tahun : 600-700 mlg. 5-8 tahun : 650-800 mlh. 8-14 tahun : 800-1400 ml

3. Faal Tubulus ProksimalTubulus proksimal merupakan bagian nefron yang paling banyakmelakukan reabsorbsi yaitu 60-80 % dari ultrafiltrat yang terbentuk di glomerolus. Zat-zat yang direabsorbsi adalah protein, asam amino dan glukosa yang direabsorbsi sempurna. Begitu pula dengan elektrolit (Na, K, Cl, Bikarbonat), endogenus organic ion (citrat, malat, asam karbonat), H2O dan urea. Zat-zat yang diekskresi asam dan basa organik.4. Faal loop of henleLoop of henle yang terdiri atas decending thick limb, thin limb danascending thick limb itu berfungsi untuk membuat cairan intratubuler lebih hipotonik.5. Faal tubulus distalis dan duktus koligentesMengatur keseimbangan asam basa dan keseimbangan elektrolit dengan cara reabsorbsi Na dan H2O dan ekskresi Na, K, Amonium dan ion hidrogen. (Rauf, 2002 : 4-5).2.3 EtiologiAda beberapa teori yang mendukung dalam pembentukan batu saluran kencing (Grace, 2006) :1. Teori NukleasiTeroi ini berawal dari prinsip atom yang memiliki inti dari partikel, maka pembentukan batu pun berasal dari inti batu yang berbentuk kristal atau benda asing. Dengan adanya inti, maka lambat laun akan terjadi proses kristalisasi karena adanya senyawa jenuh, sehingga pada urin dengan kepekatan tinggi lebih berisiko untuk terbentuknya batu karena mudah sekali untuk terjadinya kristalisasi. 2. Teori Matriks BatuPada pembentukan urine seringkali terbentuk matriks yang merupakan sekresi dari sel tubulus ginjal, misalnya protein, globulin, dan mukoprotein. Matriks ini akan berfungsi sebagai scaffold dan memacu kristalisasi pada urine dengan kepekatan tinggi. 3. Teori Inhibisi yang BerkurangSecara alamiah, sistem urinary mampu mencegah endapan batu dengan cara menjaga sekresi beberapa senyawa yang mampu menghambat kristalisasi mineral, misalnya magnesium, sitrat, pirofosfat, dan peptida.Dari ketiga teori di atas, dapat disimpulkan bahwa proses kristalisasi batu pada saluran kemih didukung oleh tingkat kepekatan urine yang tinggi. Hal ini disebabkan karena urine yang pekat akan memiliki mobilisasi rendah, sehingga partikel di dalamnya akan bersifat statis dan berkumpul pada sebuah titik tertentu yang akhirnya membentuk suatu batu. Penyebab terbentuknya batu pada saluran kemih antara lain (Corwin, 2009) :1. Peningkatan pH urinePeningkatan pH pada urine merangsang kristalisasi pada senyawa-senyawa tertentu, misalnya kalsium. Ketika pH meningkat (basa), maka ion-ion karbonat akan lebih mudah mengikat kalsium, sehingga lebih mudah terjadinya ikatan antar keduanya, yang memicu terbentuknya batu kalsium bikarbonat.2. Penurunan pH urinepH yang rendah (asam) akan memudahkan senyawa-senyawa yang bersifat asam untuk mengendap, misalnya senyawa asam urat, yang akan membentuk batu asam urat.3. Kandungan matriks batu tinggiPada kondisi dimana kandungan matriks pembentuk batu yang konsentrasinya tinggi dalam darah maupun urin, maka hal itu menyebabkan proses sedimentasi pada ginjal akan semakin cepat yang lambat laun akan membentuk batu.4. Kebiasaan makan (life style)Sumber makanan yang mengandung tinggi purin, kolesterol, dan kalsium berpengaruh pada proses terbentuknya batu. Hal ini dikarenakan senyawa-senyawa tersebut nantinya akan mengalami proses filtrasi pada ginjal karena sari-sari makanan yang telah diserap oleh villi pada mukosa intestinal akan beredar dalam sirkulasi yang pastinya akan melewati ginjal.5. Obat-obatanObat-obatan yang mempengaruhi filtrasi ginjal (glomerolus filtration rate/ GFR) maupun yang mempengaruhi keseimbangan asam basa bisa menjadi pemicu terbentuknya batu.6. Stagnansi urineSesuai dengan prinsip cairan, bahwa mobilitas cairan yang rendah akan mempengaruhi tingkat sedimentasi yang tinggi. Maka, hambatan aliran urine yang diakibatkan oleh berbagai faktor (obstruksi, input inadekuat), dapat meningkatkan risiko pembentukan batu.7. PenyakitBeberapa penyakit seringkali menjadi penyebab terbentuknya batu. Diantaranya infeksi saluran kemih, hiperkalsemia (tingginya kadar kalsium dalam darah), dan asam urat.8. ObesitasKondisi obesitas dapat meningkatkan risiko terbentuknya batu ginjal karena terjadinya peningkatan ekskresi kalsium, oksalat dan asam urat, sehingga menjadi bahan/matriks pembentuk batu.

Ada beberapa faktor yang memungkinkan terbentuknya batu pada saluran kemih, yaitu sebagai berikut :1) Hiperkalsiuria Hiperkalsiuria adalah kelainan metabolic yang paling umum. Beberapa kasus hiperkalsiuria berhubungan dengan gangguan usus meningkatkan penyerapan kalsium (dikaitkan dengan kelebihan diet kalsium dan/atau mekanisme penyerapan kalsium terlalu aktif), beberapa kelebihan terkait dengan resorbsi kalsium dari tulang (yaitu hiperparatiroidisme), dan beberapa yang berhubungan dengan ketidakmampuan dari tubulus ginjal untuk merebut kembali kalsium dalam filtrat glomerolus (ginjal kebocoran hiperkalsiuria).1. Pelepasan ADH yang menurun dan peningkatan konsentrasi, kelarutan, dan pH urine.2. Lamanya Kristal terbentuk di dalam urine, dipengaruhi mobilisasi rutin.3. Gangguan reabsorpsi ginjal dan gangguan aliran urine.4. Infeksi saluran kemih.5. Kurangnya asupan air dan diet yang tinggi mengandung zat penghasil batu.6. Idiopatik2.4 Manifestasi KlinisGambaran klinis pada pasien urolitiasis tergantung pada letak batu, tingkat infeksi, dan ada atau tidaknya obstruksi saluran kemih. Hal ini dikarenakan kondisi penyulit yang mengakibatkan menurunya aliran urin. Berikut beberapa gambaran klinis dari pasien urolitiasis (brooker,2009) :1. Kolik ureter2. Hambatan miksi3. Distensi vesika urinaria4. Hematuria5. Mual muntahManifestasi Klienis Urolithiasis (doenges,1999) ,antara lain :1. Aktivitas/Istirahat :a. Pekerjaan monoton dimana pasien terpajan pada lingkungan bersuhu tinggib. Keterbatasan aktivitas/imobilisasi sehubungan dengan kondisi sebelumnya (contoh penyakit tak sembuh, cidera medulla spinalis)2. Sirkulasi a. Peningkatan tekanan darah/ nadi b. Kulit hangat dan kemerahan dan pucat3. Eliminasi a. Penurunan haluan urineb. Diarec. Oliguria, hematuria, piuriad. Perubahan pola berkemih4. Makanan / cairana. Mual/muntah yang dapat menyebabkan nyeri abdomenb. Diet tinggi purin, kalsium oksalat, dan/atau fosfatc. Ketidakcukupan pemasukan cairand. Distensi abdominal5. Nyeri/kenyamanana. Nyeri dapat digambarkan sebagai akut atau hebat yang tidak hilang dengan posisi atau tindakan lainb. Melindungi perilaku distraksic. Nyeri tekan pada area ginjal saat palpasi6. Keamanana. Penggunaan alcoholb. Demam, menggigil7. Riwayat penyakita. Adanya riwayat keluarga dengan penyakit ginjal, hipertensi, gout bahkan ISK kronisb. Adanya riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidismePenggunaan antibiotic, antihipertensim natrium bikarbonat, alupurinol, fosfat tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin2.5 PatofisiologisMekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan urolitiasis belum diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor predisposisi terjadinya batu antara lain : Peningkatan konsentrasi larutan urin akibat dari intake cairan yang kurang dan juga peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi saluran kemih atau stasis urin menyajikan sarang untuk pembentukan batu.Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat, oxalat, dan faktor lain mendukung pembentukan batu meliputi : pH urin yang berubah menjadi asam, jumlah solute dalam urin dan jumlah cairan urin. Masalah-masalah dengan metabolisme purin mempengaruhi pembentukan batu asam urat. pH urin juga mendukung pembentukan batu. Batu asam urat dan batu cystine dapat mengendap dalam urin yang asam. Batu kalsium fosfat dan batu struvite biasa terdapat dalam urin yang alkalin. Batu oxalat tidak dipengaruhi oleh pH urin. Imobilisasi yang lama akan menyebabkan pergerakan kalsium menuju tulang akan terhambat. Peningkatan serum kalsium akan menambah cairan yang akan diekskresikan. Jika cairan masuk tidak adekuat maka penumpukan atau pengendapan semakin bertambah dan pengendapan ini semakin kompleks sehingga terjadi batu.Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi, ada batu yang kecil dan batu yang besar. Batu yang kecil dapat keluar lewat urin dan akan menimbulkan rasa nyeri, trauma pada saluran kemih dan akan tampak darah dalam urin. Sedangkan batu yang besar dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih yang menimbulkan dilatasi struktur, akibat dari dilatasi akan terjadi refluks urin dan akibat yang fatal dapat timbul hidronefrosis karena dilatasi ginjal.Kerusakan pada struktur ginjal yang lama akan mengakibatkan kerusakan pada organ-organ dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronis karena ginjal tidak mampu melakukan fungsinya secara normal. Maka dapat terjadi penyakit GGK yang dapat menyebabkan kematian.

1

2.6 WOC (Sumber : Prabowo, Eko. 2014. Buku ajar Asuhan keperawatan system perkemihan. Yogyakarta: nuha medika)

Stone teoriPH urin meningkatLife stylePH urin menurunEndapan asam uratTeori inhibisi berkurangKristalisasi matrix batuScaffolding kristalisasikristalisasiTeori matrix batuTeori nuklesiMatriks batuInti batusedimentasiPenurunan senyawa inhibitor batuKristal batuU

UROLITIASIS

Ikatan CaCO3

lifestyleSedimentasiobesitas

matrix batu

Diet tinggi purin, kolesterol, kalsiumStagnansi urin

Obat obatanSedimentasi matrix

Gang. Asam basa filtrasi

infeksi

Mk : gg. Eliminasi urinMk : risiko gg. Fungsi ginjalhidroneprosisirefluksRetensi urinKolonisasi bakteri meningkatHaluaran inadekuatSensitivitas meningkatRegangan otot M destrusor meningkatStagnansi urin pada vesika urinariaAbsorbs nutrient inadekuatKebocoran plasmaMk : ketidakseimbangan nutria kurang dari kebutuhan tubuhNausea, vomitingHCL meningkatStress ulcerMk : risiko ketidak seimbangan vomue cairanhematuriaMk : nyeri akutRobekan vaskulerLesi dan inflamasiIritabilitas ureterPenurunan over flowUROLITIASIS :

Mk : risiko infeksi

Masalah keperawatan

2.7 KomplikasiKomplikasi dari urolitiasi :1) Hidronefrosis yang terinfeksi merupakan komplikasi yang paling mematikan karena adanya infeksi yang berdekatan dengan parenkim ginjal yang sangat vaskuler akan menempatkan pasien pada risiko terjadinya sepsis dan kematian2) Ruptur kaliks dengan ekstravasasi urin akibat tingginya tekanan intrakaliks 3) Obstruksi ureter secara lengkap dapat terjadi pada pasien dengan batu yang termampatkan. Hal ini dapat terlihat dengan pemeriksaan BNO-IVP. Pasien dengan 2 ginjal yang sehat dapat mentoleransi obstruksi ginjal unilateral untuk beberapa hari tanpa efek jangka panjang. 2.8 Pemeriksaan Penunjang1. Foto rontgen BNO untuk memperlihatkan sebagian besar urolithiasis.2. Urografi ekskretori untuk membantu memastikan diagnosis dan menentukan ukuran dan lokasi batu.3. USG ginjal untuk mendeteksi perubahan obstruksi seperti : hidronefrosis unilateral atau bilateral dan melihat batu radiolusen yang tidak tampak pada foto BNO.4. Kultur urine yang memperlihatkan piuria, yaitu tanda infeksi saluran kemih. 5. Koleksi urine 24 jam untuk menentukan tingkat ekskresi kalsium oksalat, fosfor, dan asam dalam urine.6. Analisis batu untuk mengetahui kandungan mineral mineralnya7. Pemeriksaan serial kadar kalsium dan fosfor untuk mendiagnosis hiperparatiroidisme dan peningkatan kalsium terhadap protein serum normal.8. Pemeriksaan kadar protein darah untuk menentukan kadar kalsium bebas yang tidak terikat dengan protein.

2.9 Penatalaksanaan Pada dasarnya penatalaksanaan batu saluran kemih secara farmakologis meliputi dua aspek :1. Menghilangkan rasa nyeri/kolik yang timbul akibat adanya batu, dan2. Menangani batu yang terbentuk, yaitu dengan meluruhkan batu dan juga mencegah terbentuknya batu lebih lanjut (atau dapat juga sebagai pencegahan/profilaksis).Pencegahan terbentuknya batu ginjal harus lebih diperhatikan jika pada pasien terdapat factor risiko sebagai berikut :a. Batu terbentuk sebelum pasien berusia 30 tahunb. Adanya riwayat batu saluran kemih pada keluarga c. Batu multipled. Gagal ginjale. Adanya residu batu setelah dilakukan operasi sebelumnya.Panduan umum dalam menatalaksana batu saluran kemih :1. Setelah mendiagnosa adanya kolik ginjal/ureter, tentukan apakah ada obstruksi dan/atau infeksi2. Obstruksi tanpa infeksi dapat di atasi dengan analgesic dan tindakan untuk membebaskan penyebab obstruksi (batu), sedangkan infeksi tanpa obstruksi dapat diatasi dengan pemberian antibiotic dan merujuk pasien ke urologis3. Jika tidak ada obstruksi (penuh) dan infeksi maka analgesic dan agen untuk mengeluarkan batu dapat diberikan, dimana 90% batu yang berukuran kurang dari 4mm dapat keluar dengan sendirinya (pada literature lain disebutkan batu berukuran kurang dari 5-6 mm)4. Jika ada obstruksi dan infeksi sekaligus maka harus segera dilakukan tindakan bedah dan pasien dirujuk pada urologis.

Panduan khusus dalam menatalaksana batu saluran kemih :1. Pasien dengan dehidrasi harus tetap mendapat asupan cairan yang adekuat2. Tatalaksana untuk kolik ureter adalah analgesic, yang dapat dicapai dengan pemberian opiod (morfin sulfat) atau NSAID/obat antiinflamasi nonsteroid (ketorolak) dan obat antimuntah (metoklopramid). Jika pasien dapat mengonsumsi obat secara peroral maka dapat diberikan kombinasi dari ketiganya (narkotik, NSAID, antimuntah).3. Pada pasien dengan kemungkinan pengeluaran batu secara spontan, dapat diberikan regimen MET (medical expulsive therapy). Regimen ini meliputi kortikosteroid (prednisone), calcium channel blocker (nifedipin) untuk relaksasi otot polos urethra dan alpha blocker (terazosin) atau alpha-1 selective blocker (tamsulosin) yang juga bermanfaat merelaksasikan otot polos uretra dan saluran urinary bagian bawah. Dengan demikian, batu dapat keluar dengan mudah (85% batu yang berukuran kurang dari 3 mm dapat keluar spontan).4. Pemberian analgesic yang dikombinasikan dengan MET dapat mempermudah pengeluaran batu, mengurangi nyeri serta memperkecil kemungkinan operasi. Contoh regimen yang biasa digunakan adalah sebagai berikut : 2 tablet opioid oral/asetaminofen setiap 4 jam 600-800 mg ibuprofen setiap 8 jam 30 mg nifedipin (1x1 hari) 0,4 mg tamsulosin (1x1 hari) atau 4 mg terazosin (1x1 hari)Pemberian regimen ini hanya dibatasi selama 10-14 hari. Apabila terapi ini gagal (batu tidak keluar) maka pasien harus dikonsultasikan lebih lanjut pada urologis.

Pada batu dengan komposisi predominan kalsium, sulit untuk terjadi peluruhan (dissolve). Oleh sebab itu, tatalaksana lebih mengarah pada pencegahan terbentuknya kalkulus lebih lanjut. Hal ini dapat dicapai dengan pengaturan diet, pemberian inhibitor pembentuk batu atau pengikat kalsium di usus, peningkatan asupan cairan serta pengurangan konsumsi garam dan protein.Adapun batu dengan komposisi asam urat dan/atau sistin (cystine) lebih mudah untuk meluruh, yaitu dengan bantuan agen alkalis (untuk menciptakan suasana basa di urin). Agen yang dapat digunakan adalah sodium bikarbonat atau potassium sitrat. pH dijaga agar berada pada kisaran 6.5-7.0. Dengan cara demikian maka batu yang berespons terhadap terapi dapat meluruh, bahkan hingga 1 cm per bulan.Pada pasien batu asam urat, jika terdapat hiperurikosurik/hiperurisemia dapat diberikan allopurinol. Selain itu, pada pasien dengan batu sistin, dapat diberikan D-penicillamine, 2-alpha-mercaptopropionyl-glycine yang fungsinya mengikat sistin bebas di urin sehingga mengurangi pembentukan batu lebih lanjut.Pengangkatan batu melalui pembedahan :a. Pielolitotomib. Uretolitotomic. Sistolitotomid. Lithotripsy ultrasonic perkutan (PUL).Pencegahan urolithiasis/batu ginjal :Setelah batu dikeluarkan, tindak lanjut yang tidak kalah pentingnya adalah upaya mencegah timbulnya kekambuhan. Angka kekambuhan batu saluran kemih rata-rata 7% per tahun atau kambuh lebih dari 50% dalam 10 tahun. Prinsip pencegahan didasarkan pada kandungan unsur penyusun batu yang telah diangkat. Secara umum, tindakan pencegahan yang perlu dilakukan adalah :1. Menghindari dehidrasi dengan minum cukup, upayakan produksi urin 2-3 liter per hari2. Diet rendah zat/komponen pembentuk batu3. Aktivitas harian yang cukup4. MedikamentosaBeberapa diet yang dianjurkan untuk mengurangi kekambuhan adalah :1. Rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi kalsium urin dan menyebabkan suasana urin menjadi lebih asam2. Rendah oksalat3. Rendah garam karena natriuresis akan memacu timbulnya hiperkalsiuria4. Rendah purin5. Rendah kalsium tidak dianjurkan kecuali pada hiperkalsiuria absorbsi tipe II

BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN3.1 PengkajianPengkajan adalah data dasar utama proses keperawatan yang tujuannya adalah untuk memberikan gambaran secara terus menerus mengenai keadaan kesehatan klien yang memungkinkan perawat asuhan keperawatan kepada klien1. Identitas PasienYaitu: mencakup nama, umur, agama, alamat, jenis kelamin, pendidikan, perkerjaan, suku, tanggal masuk, no. MR, identitas keluarga, dll.2. Riwayat Kesehatan a. Riwayat Penyakit SekarangBiasanya klien mengeluh nyeri pinggang kiri hilang timbul, nyeri muncul dari pinggang sebelah kiri dan menjalar ke depan sampai ke penis. Penyebab nyeri tidak di ketahui.b. Riwayat Penyakit DahuluKemungkinan klien sering mengkonsumsi makanan yang kaya vit D, klien suka mengkonsumsi garam meja berlebihan, dan mengkonsumsi berbagai macam makanan atau minuman dibuat dari susu/ produk susu. c. Riwayat Penyakit KeluargaDikaji apakah keluarga klien mengalami batu ginjal atau penyakit lainnya. 3. Pemeriksaan FisikPemeriksaan yang ditemukan pada klien ini adalah sebagai berikut : a. Tanda-tanda vital (TD, nadi, suhu, pernafasan) normal/tidakb. Keadaan klien biasanya CMC Rambut : uraikan bentuk rambut seperti hitam, pedek, lurus, alopsia Kulit kepala : kotor/tidak kotor Mata : Kesimetrisan : simetris ki dan ka Konjungtiva : anemis/tidak anemis Sclera : ikterik/ tdk ikterik Mulut dan gigi Rongga mulut : kotor/tdk Lidah : kotor/tdk Dada dan thorakI : simetris kiri dan kanan P: tidak adanya pembengkakan dan nyeri tekanP: normal/tdkA: normal/tdk Abdomen I : adanya pembesaran pada abdomen bawah bagian belakangP : akan teraba massa bila keadaan sudah lanjutP : n: tympaniA: bising usus (+) n: 5-35x/i GenetaliaObservasi adanya lesi, eritema, fisura, leukoplakia. Inspeksi skrotum untuk mengetahui ukuran, warna dan bentuk kesimetrisan Rectum dan anusI: adanya hemoroid, lesi, kemerahanP: merasakan adanya massa Kulit/ intagumenI: amati adanya perubhan dan pengurangan pigmentasi, pucat, kemerahan, sianosis, lesi kulit, ikterik. 4. Kebutuhan sehari-haria. Makan & minum: Makan : Sehat : 3x sehari, komposisi nasi + lauk, sayur. Sakit : 3x sehari, hanya menghabiskan setengh porsi. Minum: sehat : 6-8 gelas sehari, air putih Sakit : 10-12 gelas sehari, air putihb. Eliminasi: BAK: sehat : 5-7x sehari Sakit : BAK melalui kateter BAB: Sehat : 1x sehari,konsistensi lembek Sakit : 4x sehari konsistensi encerc. Personal hygiene: Mandi: sehat : 2x sehari pake sabun Sakit : 1x sehari dibantu di ats tempat tidurd. Istirahat & Tidur Tidur siang: sehat : 2-3 jam sehari, tidak ada gangguan Sakit : 6-7 jam, gelisah Tidur malam: sehat : 6-8 jam, tidak ada gangguan Sakit : 7-8 jam, gelisahe. Data PsikologisPada klien dengan urolitiasis biasanya akan cemas dengan kondisinya, apalagi eliminasi urine tidak teratur dan nyeri, akan menimbulkan kecemasan yang meningkat. f. Data Social EkonomiMeliputi hubungan sosial klien dengan orang lain dan status ekonominya, urolitiasis dapat menyerang siapa saja baik dari golongan ekonomi rendah maupun tinggi g. Data SpiritualMenyangkut kemampuan klien untuk dapat melakukan ibadah dengan baik untuk memenuhi kebutuhan spiritual dan meliputi adanya keyakinan spiritual yang berhubungan dengan penyakitnya.h. Pemeriksaan Diagnostika) Urinalisa : warna : normal kekuning-kuningan, abnormal merah menunjukkan hematuri (kemungkinan obstruksi urine, kalkulus renalis, tumor,kegagalan ginjal). pH : normal 4,6 6,8 (rata-rata 6,0), asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat), alkali (meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat), Urine 24 jam : Kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat), kultur urine menunjukkan Infeksi Saluran Kencing , BUN hasil normal 5 20 mg/dl tujuan untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang bemitrogen. BUN menjelaskan secara kasar perkiraan Glomerular Filtration Rate. BUN dapat dipengaruhi oleh diet tinggi protein, darah dalam saluran pencernaan status katabolik (cedera, infeksi). Kreatinin serum hasil normal laki-laki 0,85 sampai 15mg/dl perempuan 0,70 sampai 1,25 mg/dl tujuannya untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang bemitrogen. Abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis. b) Darah lengkap : Hb, Ht, abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia. c) Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH merangsang reabsorbsi kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine. d) Foto Rontgen : menunjukkan adanya calculi atau perubahan anatomik pada area ginjal dan sepanjang uriter. e) IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri abdominal atau panggul. Menunjukkan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi ureter). f) Sistoureteroskopi : visualisasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukkan batu atau efek ebstruksi.g) USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.

Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (1999) riwayat keperawatan yang perlu dikaji pada penderita Urothiliasis adalah:1) Aktivitas/istirahat:Gejala:a. Riwayat pekerjaan monoton, aktivitas fisik rendah, lebih banyak dudukb. Riwayat bekerja pada lingkungan bersuhu tinggic. Keterbatasan mobilitas fisik akibat penyakit sistemik lainnya (cedera serebrovaskuler, tirah baring lama)2) SirkulasiTanda:a. Peningkatan TD, HR (nyeri, ansietas, gagal ginjal)b. Kulit hangat dan kemerahan atau pucat3) EliminasiGejala:a. Riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnyab. Penrunan volume urinec. Rasa terbakar, dorongan berkemihd. DiareTanda:a. Oliguria, hematuria, piouriab. Perubahan pola berkemih4) Makanan dan cairan:Gejala:a. Mual/muntah, nyeri tekan abdomenb. Riwayat diet tinggi purin, kalsium oksalat dan atau fosfatc. Hidrasi yang tidak adekuat, tidak minum air dengan cukupTanda:a. Distensi abdomen, penurunan/tidak ada bising ususb. Muntah5) Nyeri dan kenyamanan:Gejala:a. Nyeri hebat pada fase akut (nyeri kolik), lokasi nyeri tergantung lokasi batu (batu ginjal menimbulkan nyeri dangkal konstan)Tanda:a. Perilaku berhati-hati, perilaku distraksib. Nyeri tekan pada area ginjal yang sakit

6) Keamanan:Gejala:a. Penggunaan alkoholb. Demam/menggigil7) Penyuluhan/pembelajaran:Gejala:a. Riwayat batu saluran kemih dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK kronisb. Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidismec. Penggunaan antibiotika, antihipertensi, natrium bikarbonat, alopurinul, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin.Gejala : a. Riwayat batu saluran kemih dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK kronis.b. Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme.c. Penggunaan antibiotika, antihipertensi, natrium bikarbonat, alupurinol, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin.

3.2 Diagnosa Keperawatana. Nyeri akut berhubungan dengan agen ciderab. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi anatomikc. Retensi urin berhubungan dengan sumbatan dan tekanan ureter yang tinggid. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhe. Risiko ketidakseimbangan volume cairanf. Risiko infeksig. Risiko gangguan fungsi ginjal

APLIKASI NANDA NOC NICNoDiagnosa keperawatanOutcomeIntervensi

1Nyeri akut b.d agen cedera (biologis, fisik, dan psikologis)NOC : Level nyeri Kontrol nyeri Dampak nyeri yang dibuktikan dengan indikator (1: berat sekali, 2: Berat, 3: Sedang, 4: Ringan, 5: Tidak ada)

Kriteria Hasil : Mampu menganalisa nyeri Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri) Melaporkan bahwa nyeri berkurang secara periodik pada tenaga kesehatan Menunjukan gejala terhadap nyeri (keluhan, menangis, gerakan lokalisir, ekspresi wajah, gangguan istirahat tidur, agitasi, iritabilita meningkat, diaphoresis, penurunan konsentrasi, kehilangan napsu makan dan nausea) Tanda tanda vital dalam rentang normal Menunjukan perubahan dampak dari nyeri, antara lain penurunan konsentrasi, penurunan motivasi, gangguan tidur, kerusakan mobilitas fisik, gangguan pemenuhan ADL, dan kerusakan eliminasi urine dan alviNIC :Manajemen nyeri Kaji nyeri Kaji pengetahuan klien tentang nyeri serta pengalaman sebelumnya Kaji dampak nyeri Beri lingkungan yang nyaman kepada klien Ajari klien pola manajemen nyeri Ajari klien penggunaan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri Lakukan teknik PCA sesuai kebutuhan Anjurkan klien untuk istirahat yang cukup untuk mengurangi intensitas nyeri Monitoring kepuasan klien atas pelaksanaan manajemen nyeri

Pemberian analgesik Cek kebenaran pengobatan ( obat, dosis dan frekuensi pemberian analgesik) sesuai perintah mendis Cek riwayat alergi obat Evaluasi kemampuan partisipatif klien dalam pengobatan (dosis, rute pemberian) sesuai pemerintah medis Tentukan jenis analgesik yang akan diberikan sesuai instruksi medis Pilih rute pemberian analgesik (IV, IM atau per oral) Monitoring tanda tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesik Catat respon pemberian analgesik Evaluasidampak sedasi jika klien mendapat opioid Ajari klien tentang penggunaan analgesik, dan cara mencegah efek samping

2Gangguan eliminasi urin b.d dengan obstruksi anatomik dan penyebab multipleNOC : Inkontinensia urin Eliminasi urin

Kriteria Hasil : Mampu mengontrol berkemih, mengatur pola berkemih dan toilet training denan teratur Mampu mengosongkan bladder dengan baik (mengeluarkan urin 100-200 cc) Tidak adanya infeksi traktus urinarus Menunjukan patensi eliminasi (bau, jumlah, warna dan kepekatan) Intake cairan adekuat Tidak adanya komponen gangguan dalam urin (endapan darah) Tidak ada sensasi gangguan dalam urin (nyeri, rasa terbakar, hesistansi, frekuensi, urgensi, retensi, nokturia, inkontinensia)

Training Urinary Bladder Kaji kemampuan klien untuk mengosongkan kandung kemih Kaji pasien untuk terjadinya inkontinensia Buat jadwal BAK secara periodik dan anjurkan klien untuk miksi sesuai jadwal yang ditentukan Hindari klien berada dalam toilet lebih dari 5 menit untuk mencegah terjadinya urgensi berulang Ajari dan pantau klien mengenai pelaksanaan bladder training

Manajemen eliminasi urin Monitoring eliminasi urin (frekuensi, konsistensi, bau, volume dan warna) Monitorin tanda dan gejala retensi urin Indentifikasi faktor penyebab inkontinensia Terangkan kepada klien tanda dan gejala infeksi traktus urinarus Catatwaktu terakhir eliminasi urin dan instruksikan klien untuk mencatat output urin Bantu klien untuk eliminasi urin dengan memasang kateter Lakukan pemeriksaan urinalisis pada tengh periode miksi (sebagai urin sample) Anjurkan klien untuk minum air putih yang cukup sesuai diet Instruksikan klien untuk mengosongkan bladder secara periodik

3Retensi Urin b.d sumbatan dan ureter tinggi

NOC :-Urinary Continence-Urinary EliminationKriteria Hasil : Mampu mengontrol berkemih,mengatur pola berkemih dan toilet training dengan teratur Mampu mengosongkan bladder dengan baik (Mengeluarkan urine >100-200 cc) Tidak adanya traktusinfeksi traktus urinarius Menunjukkan patensi eliminasi (bau,jumlah,warna,kepekatan) Intake cairan adekuat Tidak adanya komponen gangguan dalam urine (endapan,darah) Tidak ada sensasi gangguan dalam urine (nyeri,rasa terbakar,hesistansi,frekuensi,urgensi,retensi,nokturia,inkotinensia)Catheterisasi Urine Siapkan alat dan bahan pemasangan kateter sesuai prosedur Gunakan teknik septik dan aseptik dengan baik dan benar Masukkan kateter sesuai ukuran meatus uretralis sampai pada bladder dengan bantuan jelly Sambungan kateter dengan urine bag dan fiksasi kateter pada kulit Monitoring secara ketat input dan output cairan Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan kateter Buang urine secar periodikMonitor Retensi Urin-Kaji status urinarius (outpu urin,patensi,fungsi kontrol miksi,dan gangguan eliminasi uri)

BAB IVPENUTUP4.1KesimpulanUrolithiasis adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat, calculi (batu ginjal) pada ureter atau pada daerah ginjal. Urolithiasis terjadi bila batu ada di dalam saluran perkemihan. Batu itu sendiri disebut calculi. Pembentukan batu mulai dengan kristal yang terperangkap di suatu tempat sepanjang saluran perkemihan yang tumbuh sebagai pencetus larutan urin. Calculi bervariasi dalam ukuran dan dari fokus mikroskopik sampai beberapa centimeter dalam diameter cukup besar untuk masuk dalam velvis ginjal. Gejala yang dirasakan seperti kolik ureter, hambatan miksi,distensi vesika urinaria, hematuria, dan muntah.4.2SaranDengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa keperawatan dapat memahami dan menerapkan asuhan keperawatan sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki..