Makalah Nefrolitiasis & Urolitiasis

64
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit yang diakibatkan oleh terbentuknya batu di dalam ginjal ini merupakan salah satu penyakit yang banyak diderita di Indonesia.Batu ginjal lebih sering terjadi bila dibandingkan batu kandung kemih. Di Indonesia, data yang dikumpulkan dari rumah sakit di seluruh Indonesia pada tahun 2002 adalah sebanyak 37.636 kasus baru dengan jumlah kunjungan sebesar 58.959 orang. Sedangkan jumlah pasien yang dirawat adalah sebesar 19.018 orang, dengan jumlah kematian adalah sebesar 378 orang. Batu ginjal yang paling sering terbentuk adalah batu kalsium oksalat (80%).Jenis batu lainnya yang tersering berturut-turut adalah batu asam urat, batu kalsium fosfat, batu struvit, dan batu sistin. Di Indonesia sendiri dicurigai adanya fenomena gunung es dimana jumlah kasus yang tidak terdeteksi jauh lebih banyak daripada yang terdeteksi akibat kurangnya pengetahuan masyarakat dan jangkauan pelayanan kesehatan yang masih rendah. Gejala penyakit batu ginjal sangat bervariasi, mulai dari tidak ada gejala sama sekali sampai dengan nyeri pinggang yang hebat disertai kencing berdarah. Pada banyak kasus bahkan berupa gejala “silent stone” yaitu adanya batu ginjal tidak dirasakan sama sekali oleh penderitanya dan terdeteksi secara tidak sengaja pada saat cek kesehatan rutin. 1

Transcript of Makalah Nefrolitiasis & Urolitiasis

Page 1: Makalah Nefrolitiasis & Urolitiasis

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit yang diakibatkan oleh terbentuknya batu di dalam ginjal ini merupakan salah

satu penyakit yang banyak diderita di Indonesia.Batu ginjal lebih sering terjadi bila

dibandingkan batu kandung kemih. Di Indonesia, data yang dikumpulkan dari rumah sakit di

seluruh Indonesia pada tahun 2002 adalah sebanyak 37.636 kasus baru dengan jumlah

kunjungan sebesar 58.959 orang. Sedangkan jumlah pasien yang dirawat adalah sebesar

19.018 orang, dengan jumlah kematian adalah sebesar 378 orang. Batu ginjal yang paling

sering terbentuk adalah batu kalsium oksalat (80%).Jenis batu lainnya yang tersering

berturut-turut adalah batu asam urat, batu kalsium fosfat, batu struvit, dan batu sistin.

Di Indonesia sendiri dicurigai adanya fenomena gunung es dimana jumlah kasus yang

tidak terdeteksi jauh lebih banyak daripada yang terdeteksi akibat kurangnya pengetahuan

masyarakat dan jangkauan pelayanan kesehatan yang masih rendah. Gejala penyakit batu

ginjal sangat bervariasi, mulai dari tidak ada gejala sama sekali sampai dengan nyeri

pinggang yang hebat disertai kencing berdarah. Pada banyak kasus bahkan berupa gejala

“silent stone” yaitu adanya batu ginjal tidak dirasakan sama sekali oleh penderitanya dan

terdeteksi secara tidak sengaja pada saat cek kesehatan rutin.

Menyikapi isu diatas, maka peran perawat sebagai salah satu pemberi asuhan

keperawatan bukan hanya memberikan pelayanan keperawatan yang bersifat komperhensif

tetapi juga sebagai edukator dan konselor sangat diperlukan dalam memberikan

pengetahuan kepada masyarakat terkait penyakitNefrolitiasis &urolitiasis dan

perawatannya selama sakit ataupun setelah menjali pengobatan dirumah.

1

Page 2: Makalah Nefrolitiasis & Urolitiasis

B. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum

Mahasiswa memahami tentang Nefrolitiasis &Urolitiasis dan Asuhan

keperawatannya dan menyusun asuhan keperawatan dengan klien urolithiasis &

Nefrolitiasis

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa memahami tentang anatomi dan fisiologi ginjal

b. Mahasiswa memahami definisi Nefrolitiasis &Urolitiasis

c. Mahasiswa memahami etiologi Nefrolitiasis &Urolitiasis

d. Mahasiswa memahami manfestasi klinis Nefrolitiasis &Urolitiasis

e. Mahasiswa memahami patofisiologi Nefrolitiasis &Urolitiasis

f. Mahasiswa memahami komplikasi yang terjadi pada Nefrolitiasis &Urolitiasis

g. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan medis Nefrolitiasis &Urolitiasis

h. Mahasiswa mampu memahami konsep askep Nefrolitiasis &Urolitiasis

i. Mahasiswa memahami asuhan keperawatan dengan klien gangguan N Nefrolitiasis

&Urolitiasis

3. METODE PENULISAN

Adapun metode penulisan dalam makalah ini dengan metode deskrptif dan melalui

pengumpulan- pengumpulan literatur dari berbagai sumber. Dalam penyampain ini kami

menggunakan metode presentasi supaya audien dapat dengan mudah mencerna materi

ini

4. SISTEMATIKA PENULISAN

Adapun sistematika penulisan dalam makalah ini yaitu:

Bab I: Pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang, tujuan penulisan,metode

penulisan, dan sistematika enulisan

Bab II: Tinjauanteoritis yang terdiri dari:Anatomi dan fisiologi ginjal, konsep dasar

penyakit urolitiasis, dan rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan urolitiasis.

Bab III: Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan saran

DAFTAR PUSTAKA

2

Page 3: Makalah Nefrolitiasis & Urolitiasis

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI GINJAL

1. ANATOMI GINJAL

Menurut (Smeltzer dan Suzanne, 2001), yaitu :

Sistem perkemihan (urinari) terdiri atas ginjal beserta salurannya, ureter, buli-

buli dan uretra.

a. Ginjal

sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga retroperitoneal bagian

atas di sepanjang kolumna vertebra. Pada posisi supine ginjal terletak antara

vertebra thorakal XII – vertebra lumbal III, pada saat posisi trendelenberg posisinya

bisa naik ke atas sampai ruang intercosta X, sedangkan pada saat berdiri letak ginjal

bisa turun sampai di atas permukaan sacroiliaka. Karena adanya hepar, ginjal kanan

sedikit lebih rendah dari ginjal kiri.

Bentuk ginjal menyerupai kacang mente dengan sisi cekungnya menghadap ke

medial dan disebut sebagai hilus renalis, yaitu tempat struktur-struktur pembuluh

darah, sistem limfatik, sistem saraf dan ureter menuju dan meninggalkan ginjal.

Besar dan berat ginjal sangat bervariasi, hal ini tergantung pada jenis kelamin, umur

serta ada tidaknya ginjal pada sisi yang lain.

Pada autopsi klinik didapatkan bahwa ukuran ginjal orang dewasa rata-rata

adalah 11,5 cm (panjang) x 6 cm (lebar) x 3,5 cm (tebal). Beratnya bervariasi antara

120-170 gram atau kurang lebih 0,4 % dari berat badan. Ginjal dibungkus oleh

jaringan fibrus tipis dan mengkilat yang disebut true capsule (kapsula fibrosa) ginjal

dan di luar kapsul ini terdapat jaringan lemak perirenal.Di sebelah kranial ginjal

terdapat kelenjar anak ginjal atau glandula adrenal/suprarenalis yang berwarna

kuning.Kelenjar adrenal bersama-sama ginjal dan jaringan lemak perirenal

dibungkus oleh fasia gerota.

3

Page 4: Makalah Nefrolitiasis & Urolitiasis

Fasia ini berfungsi sebagai barier yang berfungsi menghambat meluasnya

perdarahan dari parenkim ginjal serta menghambat ekstravasasi urine pada saat

terjadi trauma, di luar fasia gerota terdapat jaringan lemak retroperitoneal atau

disebut jaringan lemak pararenal.Di sebelah posterior, ginjal dilindungi oleh otot-

otot punggung yang tebal serta tulang rusuk XI dan XII, sedangkan di sebelah

anterior dilindungi oleh organ – organ intraperitoneal.Ginjal kanan di kelilingi oleh

hepar, kolon dan duodenum; sedangkan ginjal kiri dikelilingi oleh lien, lambung,

pankreas, jejunum dan kolon. Secara anatomik jaringan parenkim ginjal terdiri atas :

korteks, medulla.

Gambar 2.1 struktur ginjal

1) Korteks

Bagian korteks merupakan bagian luar yang berhubungan langsung

dengan kapsul, sedang medula merupakan bagian dalam yang berada di bawah

korteks.

2) Medula

Ginjal terbagi menjadi beberapa massa jaringan berbentuk kerucut yang

disebut piramida ginjal, terdapat 12 sampai 18 piramida tiap ginjal. Kolumna dari

Bertin merupakan tonjolan korteks ke dalam medula dan memisahkan

medula.Ujung atau bagian akhir piramida disebut papila yang menyalurkan urine

4

Page 5: Makalah Nefrolitiasis & Urolitiasis

yang terbentuk ke dalam ‘collecting system’ dan berhubungan dengan kaliks

minor. Beberapa kaliks minor bergabung membentuk kaliks mayor, dimana kaliks

mayor akan bergabung lagi membentuk pelviks renal yang terletak di atas ureter.

Aliran darah ginjal

Aliran darah ke ginjal berasal dari arteri renal, merupakan arteri tunggal (end

artery) cabang dari aorta abdominalis, sedangkan darah vena dialirkan melalui vena

renalis yang bermuara ke dalam vena cava inferior.Saluran getah bening (limfe) dari

ginjal mengalir ke kelenjar limfe di hilus renalis selanjutnya ke kelenjar limfe

paraaorta.Persyarafan dari ginjal dilaksanakan oleh sistem otonom, yaitu simpatis dan

parasimpatis. Bila diperiksa secara histologik maka ginjal terdiri dari satuan unit

fungsional yang disebut nefron, masing-masing ginjal terdapat 1 juta sampai 1,25 juta

nefron, semua berfungsi sama dan independen.

Nefron

Tiap nefron terbentuk dari dua komponen utama:Glomerulus dan Kapsula

Bowman’s, tempat air dan larutan difiltrasi dari darah dan Tubulus, yang mereabsorpsi

material penting dari filtrat dan memungkinkan bahan-bahan sampah dan material yang

tidak dibutuhkan untuk tetap dalam ‘filtrat’ (material hasil filtrasi glomerulus) dan

mengalir ke pelvis renalis sebagai urine. Glomerulus terdiri atas sekumpulan kapiler-

kapiler yang mendapat suplai nutrisi dari arteriole afferen dan diperdarahai oleh

arteriole afferen. Glomerulus dikelilingi oleh kapsula bowman’s, arteriole efferen

mensuplai darah ke kapiler peritubuler. Cairan filtrat dari kapiler masuk ke kapsula

kemudian mengalir ke dalam sistem tubular, yang terdiri atas empat bagian: tubulus

proksimus, ansa henle, tubulus distalis, tubulus kolegentes.

5

Page 6: Makalah Nefrolitiasis & Urolitiasis

Gambar 2.2: Bagian- bagian dari nefron

Berdasarkan letak nefron pada massa ginjal, ada dua tipe nefron :

1. Nefron kortikal

Nefron yang memiliki glomerulus dan terletak di luar korteks disebut nefron kortikal,

nefron tersebut mempunyai ansa henle pendek yang menembus ke dalam medula

dengan jarak dekat.Struktur vaskuler nefron kortikal, seluruh sistem tubulus

dikelilingi oleh jaringan kapiler peritubular yang luas.

2. Nefron jukstamedular

Nefron jukstamedular kira-kira 20 % sampai 30 % mempunyai glomerulus dan

terletak di korteks renal sebelah dalam dekat medula, nefron ini mempunyai ansa

henle yang panjang dan masuk sangat dalam ke medula, pada beberapa tempat

semua berjalan ke ujung papila renal. Struktur vaskuler jusktamedular, arteriol

efferen panjang akan meluas dari glomerulus turun ke bawah menuju medula bagian

luar dan kemudian membagi diri menjadi kapiler-kapiler peritubular khusus yang

disebut vasa rekta, meluas ke bawah menuju medula dan terletak berdampingan

dengan ansa henle.

6

Page 7: Makalah Nefrolitiasis & Urolitiasis

b. Ureter

Ureter adalah tuba dari ginjal ke kandung kemih.masing-masing ureter

mempunyai panjang kira-kira 25cm,dimulai pada pelvis bagian yang melebar

melekat ke hilum ginjal,menjalar ke bawah dari dinding posterior abdomen

dibelakang peritorium,pada pelvis menurun kea rah luar dank e dalam untuk

memasuki kandung kemih melalui dinding-dindingnya yang menjalar secara oblik.

Struktur

Ureter mempunyai membrane mukosa yang dilapisi dengan Epitel kuboid dan

dinding otot yang tebal.Urin disemprotkan ke bawah ureter oleh gelombang

peristaltikyang terjadi sekitar 1-4 kali per menit,urin memasuki kandung kemih

dalam serangkaian semburan.masuk melalui dinding kandung kemih menjamin

bahwa ujung dasarnya tertutup selama mikturisi oleh kontraksi kandung

kemih,sehingga menghalangi arus balik urin ke ureter dan menghalangi penyebaran

infeksi dari kandung kemih kea rah atas.

c. Kandung kemih

Kandung kemih adalah kantong yang berbentuk dari otot tempat urin mengakir

dari ureter.Ketika kandung kemih kosong atau terisi setengahnya kandung kemih

tersebut terletak di dalam pelvis,ketika kandung kemih terisi lebih dari setengahnya

maka kandung kemih tersebut menekan dan timbul ke atas dalam abdomen di atas

pubis.

Struktur

Kandung kemih terdiri membrane mukosa jatuh ke dalam lipatan ketika

kandung kemih dalam keadaan kosong

lapisan submukosa

lapisan otot;membentuk bagian yang terbesar dari dinding kandung kemih yang

tebal sebagian darinya membentuk spinkter melingkar ostium uretra

fasia peritorium atau pelvis pada sebelah luar

7

Page 8: Makalah Nefrolitiasis & Urolitiasis

Gambaran klinis

Kandung kemih dapat mengalami distensi yang berlebihan bila terdapat

obstruksi aliran urin melalui uretra,misalnya laki-laki oleh perbesaran dari kelenjar

prostat.adalah merupakanhal yang mungkin untuk mengalirkan seluruh isi kandung

kemih atau mendapatkan specimen urin melalui stab suprapubic jarum diinsersikan

melalui dinding abdomen langsung kedalam kantong kemih;tidak terdapat bahaya

untuk melakukan fungsi pada peritorium karena hal ini akan mengurangi tekanan

pada bagian atas dari kandung kemih.Sistitis adalah imflamasi kandung kemih urin

secara khusus mungkin dapat terinfeksi apabila terdapat obstruksi terhadap

alirannya.Sitoskopi adalah pemeriksaan bagian anterior dari kandung kemih

melalui sistoskop,sebuah tuba yang diatur dengan Cermin dan cahaya yang

melewati uretra,karena dikemas menjadi tuba yang tipis maka dapat diinsersikan

ke dalam ostium uretrae denganTujuan bahwa urin dari maisng-masing ginjal dapat

dikumpulkan secara terpisah.

d. Uretra

Uretra pada laki-laki merupakan tuba dengan Panjang kira-kira 20 cm dan

memanjang dari kandung kemih ke ujung penis.uretra pada laki-laki mempunyai 3

bagian:

Uretra prostatika;panjang sekitar 3 cm;terletak arah transversal dari kelenjar

prostat;menerima dua buah duktus ejakulatoris dan beberapa duktus yang kecil dari

kelenjar prostat.

Uretra membranosa mempunyai panjang sekitar 2cm;terletak arah transversal

denganDiafragma urogenial,lapisan fibrosa tepat dibawah kelenjar prostat;ditutup

oleh spinkter dari serat-serat otot.Disebut sebagai membranosa karena terdapat

membrane yang tipis.

Uretra spongiosa;mempunyai panjang kira-kira 15cm menjalar melalui korpus

spongiosa dari penis samapi ke ujungnya.

8

Page 9: Makalah Nefrolitiasis & Urolitiasis

Urin didorong; sepanmajng uretra oleh kontraksi dari kandung kemih .Masuk ke

dalam uretra dan dikeluarkan oleh kontraksi spinkter yang mengitari uretra

membranosa.

Gambaran klinis

Ruptur uretra dapat diikuti dengan Astride;bila pasien kemudian mengosongkan

kandung kemig urin memasuki jaringan lunak sekitar ureter.uretritis adalah

imflamasi dari ureter penyebab yang umum adalah gonorea dan infeksi kelamin

yang tidak spesifik.stenosis dari uretra adlah sehunungan denganTerbentuknya

jaringan parut setelah penyembuhan dari rupture atau setelah mendapat serangan

gonorea.

Uretra pada wanita merupakan tube yang mempunyai panjang 3 cm dan

memanjang dari kandung kemih kea rah ositilium di antara labia minora kira-kira 2,5

cm disebelah belakang klitoris.uretra menjalar tepat disebelah depan vagina.

Uretritis merupakan imflamasi dari uretra secara umum berhubungan dengan

Gonorea dan infeksi kelamin yang tidak spesifik.

2. FISIOLOGI GINJAL

Ginjal menjalankan berbagai fungsi penting untuk mempertahankan

homeostasis, antara lain:

a. Pengeluaran cairan

Elektrolit dan keseimbangan asam basa serta pengeluaran nitrogen dan produk sisa

b. Aktivitas hormonal

Melalui efek beberapa hormon dan pengaturan keseimbangan cairan, ginjal juga ikut

mengatur tekanan darah.

1) Fungsi regulasi/pengaturan

Proses fisiologis yang terlibat dalam pengaturan lingkungan interna adalah

termasuk :

9

Page 10: Makalah Nefrolitiasis & Urolitiasis

a) Filtrasi glomerulus

Merupakan proses penting dalam pembentukan urine. Sewaktu darah

mengalir dari arteriole afferen masuk glomerulus, sejumlah air, elektrolit dan

zat terlarut (seperti kreatinin, urea nitrogen dan glukosa) difiltrasi melewati

membran glomerular masuk kapsul bowman’s membentuk filtrat. Substansi

dan berat molekul lebih dari 69.000 terlalu besar untuk melewati membran

dan merupakan subyek terjadinya ’penolakan elektrostasis’ pada membran

kapiler glomerulus (Guyton, 1991), sehingga substansi seperti protein-albumin,

globulin dan SDM normalnya tidak terdapat dalam filtrat. Adanya tekanan

positif memungkinkan terjadinya filtrasi glomerulus.

Tekanan hidrostatik merupakan tekanan utama yang mendukung

terjadinya ultrafiltrasi darah dimana ada tekanan yang melawan filtrasi

glomerulus, yaitu tekanan onkotik plasma dari darah di dalam glomerulus dan

tekanan filtrat tubular dari filtrat di dalam kapsul bowman’s.Filtrat glomerulus

terjadi apabila tekanan hidrostatik lebih besar dari tekanan oposisinya

(tekanan onkotik plasma dan filtrat tubular).

Ginjal mempunyai kemampuan autoregulasi untuk mempertahankan

atau mengatur tekanan dan aliran darah ginjal, sehingga memungkinan

Glomerular Filtration Rate (GFR) berjalan relatif konstan dimana otot polos

arteriole afferen dan efferen bertanggung jawab dalam proses ini. Hal ini dapat

kita lihat, meskipun tekanan darah sistemik darah meningkat dan dapat

meningkatkan GFR, namun vasodilatasi dari arteriole afferen akan menurunkan

tekanan darah ke ginjal, sehingga GFR berlangsung konstan. Hal yang sama juga

terjadi apabila tekanan darah sistemik menurun, maka akan terjadi

vasokonstriksi arteriole afferen, sehingga tekanan darah ke ginjal naik,

akibatnya filtrasi tetap berlangsung tanpa perubahan yang besar.

Autoregulasi akan terjadi selama tekanan sistolik dipertahankan antara

75 sampai 160 mmHg (Guyton, 1991). Setiap hari sekitar 180 liter terbentuk

filtrat dari glomerulus atau normalnya GFR berkisar 125 ml/menit, dari

10

Page 11: Makalah Nefrolitiasis & Urolitiasis

sejumlah tersebut hanya sekitar 1 sampai 2 liter yang dikeluarkan sebagai

urine.

b) Reabsorpsi tubular

Merupakan proses kedua yang juga ikut mempertahankan konsentrasi

plasma normal dan pengeluaran cairan serta solut melalui urine secara tepat.

Sewaktu filtrat mengalir melalui komponen tubular dari nefron, sejumlah air,

elektrolit dan solut lain direabsorpsi oleh tubuh. Reabsorpsi terjadi dari filtrat

yang berada dalam lumen tubular masuk ke dalam kapilar peritubuler atau vasa

rekta.Di dalam tubulus proksimal direabsorpsi sekitar 65 % dari filtrat.

Reabsorpsi air : lebih dari 99 % filtrat air direabsorpsi kembali oleh tubulus ke

dalam tubuh. Beberapa proses juga membantu ginjal dalam mempertahankan

keseimbangan cairan antara lain kemampuan mempertahankan interstisial

medula hipertonik dan kemampuan memproduksi variasi dalam volume urine.

Sebagian besar air direabsorpsi dari filtrat ke dalam plasma saat melewati

tubulus proksimal, saat filtrat berada pada pars desenden air juga direabsorpsi.

Pada pars asenden yang berdinding berdinding tipis, sodium dan klorida secara

aktif direabsorpsi, akan tetapi dindingnya tidak permeabel terhadap air,

sehingga cairan jaringan interstisial medula menjadi hipertonik.

Pada saat filtrat melewati tubulus distal reabsorpsi air juga terjadi karena

dindingnya permeabel terhadap air.Dinding membran tubulus distal dapat

menjadi lebih permeabel terhadap air atas pengaruh vasopresin (ADH).ADH

meningkatkan permeabilitas membran terhadap air dan meningkatkan

reabsorpsi air.Aldosteron juga mengubah permeabilitas membran, aldosteron

meningkatkan reabsorpsi sodium dalam tubulus distal; sedangkan reabsorpsi

air terjadi sebagai hasil perpindahan sodium.Reabsorpsi solut : sebagian besar

sodium, clorida dan air direabsorpsi sewaktu di tubulus proksimal dan

reabsorpsi yang sama juga terjadi pada tubulus koligentes dan biasa terjadi atas

pengaruh aldosteron. Potassium utamanya direabsorpsi pada tubulus proksimal

dimana 20 % sampai 40 % potassium direabsorpsi pada pars asenden yang

11

Page 12: Makalah Nefrolitiasis & Urolitiasis

berdinding tebal. Bikarbonat, kalsium dan phospat utamanya juga direabsorpsi

pada tubulus proksimal dan sebagian pada pars asenden dan tubulus distal.

Reabsorpsi bikarbonat menjadi dasar penetralan asam dalam plasma dan

membantu mempertahankan pH serum normal.Kalsitonin dan paratiroid

hormon (PTH) juga mempengaruhi reabsorpsi dan sekresi kalsium. Magnesium

terutama direabsorpsi pada pars asenden dinding tebal dan sebagian kecil pada

tubulus proksimal. Biasanya ambang batas ginjal terhadap glukosa adalah pada

tingkat kadar glukosa serum sekitar 220 mg/dl. Normalnya hampir semua

glukosa dan beberapa asam amino atau protein yang difiltrasi kemudian

direabsorpsi kembali, sekitar 50 % dari urea yang ada difiltrat difiltrasi dan tidak

ada kreatinin yang diabsorpsi.

c) Sekresi tubular

Sekresi tubular adalah proses ketiga dalam pembentukan urine dan

merupakan perpindahan substansi dari plasma ke dalam filtrat tubular. Selama

sekresi tubular, molekul-molekul mengalir dari kapiler peritubular melewati

membran kapiler masuk ke dalam sel di sekitar tubular.Sebuah pertukaran

molekul secara konstan dan reaksi koreksi kimia memungkinkan pengeluaran

hydrogen (melalui ammonium klorida), pelepasan potassium dari tubuh dan

regenerasi bikarbonat.

Adapun mekanisme masing-masing proses di atas meliputi :

Difusi

Transport aktif

Osmosis

Filtrasi

d) Fungsi hormonal

Ginjal memproduksi beberapa hormon yang signifikan mempengaruhi fisiologi,

antara lain :

12

Page 13: Makalah Nefrolitiasis & Urolitiasis

1) Erithropoetin

Erythropoetin diproduksi dan dikeluarkan sebagai respon terhadap

penurunan tekanan oksigen pada suplai darah ginjal.Erythropoetin menstimuli

pembentukan SDM dalam sumsum tulang. Saat massa parenkim ginjal

menurun; produksi erythropoetin juga menurun.

2) Pengaktif vitamin D

Ginjal menghasilkan bentuk aktif vitamin D, yaitu 1,25-Dihidroksi vitamin

D3, dimana bentuk aktif ini diperlukan pada pengaturan kalsium dan phospat.

3) Rennin

Renin memegang peranan dalam pengaturan tekanan darah.Renin

dibentuk dan dikeluarkan apabila ada penurunan dalam aliran darah, volume

atau tekanan dalam arteriole serta apabila adanya penurunan konsentrasi ion

sodium yang dideteksi oleh reseptor jukstaglomerular.

Angiotensinogen yang dihasilkan oleh hati diaktifkan oleh

angiotensinogen I pada waktu terdapatnya renin.Enzim pada paru-paru

mengubah angiotensin I menjadi bentuk aktif; angiotensinogen

II.Angotensinogen II merupakan vasokonstriktor yang kuat yang juga

merangsang dikeluarkannya aldosteron oleh kelenjar adrenal.Aldosteron

meningkatkan reabsorpsi sodium oleh ginjal, air mengikuti sodium, berdampak

peningkatan volume darah.

4) Prostaglandin

Prostaglandin diproduksi salah satunya termasuk dalam parenkim

ginjal.Prostaglandin dibentuk dari metabolisme asam arakidonik yang

merupakan derivat dari asam lemak.Protaglandin spesifik yang diproduksi

dalam korteks renal adalah prostaglandin E2 (PGE2) dan prostasiklin

(PGI2).Prostaglandin ini memegang peranan dalam pengaturan filtrasi

glomerulus, resistensi vaskular dan produksi renin.

Didalam medulla PGE2 mempengaruhi tubulus distal dan koligentes

dalam menghambat sekresi ADH, menurunkan permeabilitas membran,

13

Page 14: Makalah Nefrolitiasis & Urolitiasis

meningkatkan sekresi sodium dan air.Sekresi lain seperti kinin, mempengaruhi

aliran darah ginjal dan permeabilitas kapiler. Ginjal juga berperan dalam

penghambatan dan pengeluaran insulin.

B. KONSEP DASAR PENYAKIT UROLITIASIS

1. DEFINISI

Menurut (Smeltzer dan Suzanne, 2001), yaitu :

Urolithiasis merujuk pada adanya kalkuli (batu) dalam urinari tract, sedang

nephrolitiasis menggambarkan bahwa kalkuli terbentuk dalam parenkim ginjal.

Urolithiasis adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat, kalkuli (batu

ginjal) pada ureter atau pada daerah ginjal.Urolithiasis terjadi bila batu ada di dalam

saluran perkemihan.Batu itu sendiri disebut kalkuli.

2. ETIOLOGI

Menurut (Price, 2006), yaitu :

a. Hiperkalemia dan hiperkalsiuria disebabkan oleh hiperparatiroidisme, asidosis

tubulus ginjal, multiple myeloma, serta kelebihan asupan vitamin D, susu, dan

alkali.

b. Dehidrasi kronis, asupan cairan yang buruk, dan imobilitas.

c. Diet tinggi purin dan abnormalitas metabolismr purin (hiperuremia dan gout)

d. Infeksi kronis dengan urea mengandung bakteri (proteus vulgaris).

e. Sumbatan kronis di mana urine tertahan akibat benda asing dalam saluran kemih.

f. Kelebihan absorbsi oksalat pada penyakit inflamasi usus dan reseksi atau

ileostomi.

g. Tinggal di daerah yang beriklim panas dan lembab.

14

Page 15: Makalah Nefrolitiasis & Urolitiasis

3. FAKTOR PRESDIPOSISI

Menurut (Price, 2006), yaitu :

a. Sekitar tiga atau empat pasien dengan batu ginjal adalah laki-laki dengan rentang

usia 20-30 tahun. Banyak batu berpindah dari atas ke bawah (menyebabkan kolik

hebat) dan ditemukan di saluran kemih bawah). Batu secara spontan pada saluran

dapat diantisipasi 80% pada pasien urolitiasis.

b. Batu bisa tertinggal di dalam pelvis ginjal, ureter, atau leher kandung kemih yang

menyebabkan sumbatan, edema, infeksi sekunder, dan berbagai kasus kerusakan

nefron.

c. Orang yang pernah menderita batu ginjal cenderung untuk kambuh.

4. PATOFISIOLOGI

Menurut (Price, 2006), yaitu :

Urolitiasis mengacu pada adanya batu (kalkuli) di traktus urinarius.Batu

terbentuk ketika konsentrasi substansi seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat dan

asam urat meningkat.Batu juga dapat terbentuk ketika difisiensi substrats

tertentu.Seperti sitrat yang secaa normal mencegah kristalisasi dalam urine, serta

status cairan pasien.Infeksi, stasis urine, serta drainase renal yang lambat dan

perubahan metabolic kalsium, hiperparatiroid, malignansi, penyakit granulo matosa

(sarkoldosis, tuberculosis), masukan vitamin D berlebih merupakan penyebab dari

hiperkalsemia dan mendasari pembentukan batu kalsium.

Batu asam urat dapat dijumpai pada penyakit Gout. Batu struvit mengacu pada

batu infeksi, terbentuk dalam urine kaya ammonia – alkalin persisten akibat uti

kronik. Batu urinarius dapat terjadi pada inflamasi usus atau ileostomi.Batu sistin

terjadi pada pasien yang mengalami penurunan efek absorbsi sistin (asam ammonia)

turunan.

15

Page 16: Makalah Nefrolitiasis & Urolitiasis

5. PATHWAY UROLITIASIS

Asam urat Kalsium fosfat Defisiensi sitrat Periode Immobilisasi

Kristal Asam Kristal Kalsium Kristalisasi Statis Urine

Oksalat fosfat

Akumulasi anorganik

Nefrolitiasis

Mengganggu saluran Urine tertahan

Kemih

Obtruksi Tekanan hidrostatik /

Tekanan arah balik Merusak jaringan

Menuju kearah ginjal Dan

terjebak di traktus urinarius

Merusak jaringan

Skema 2.1 Pathway Urolitiasis

16

Gangguan eliminasi

urine

Resiko infeksi

Nyeri

Page 17: Makalah Nefrolitiasis & Urolitiasis

6. MANIFESTASI KLINIS

Menurut (Smeltzer dan Suzanne, 2001), yaitu :

a. Nyeri : pola tergantung pada lokasi sumbatan.

b. Batu ginjal menimbulkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi pelvis ginjal

serta ureter proksimal yang menyebabkan kolik. Nyeri hilang setelah batu keluar.

c. Batu ureter yang besar menimbulkan gejala atau sumbatan seperti saat turun ke

ureter (kolik uretra).

d. Batu kandung kemih menimbulkan gejala yang mirip sistisis.

e. Sumbatan : batu menutup aliran urine akan menimbulkan gejala infeksisaluran

kemih, demam dan menggigil.

f. Gejala gastrointestinal : meliputi mual, muntah, diare, dan perasaan tidak mual di

perut berhubungan dengan refluks renointestinal dan penyebaran saraf (ganglion

celic) antara ureter dan infestin.

7. KOMPLIKASI

Menurut (Price, 2006), yaitu :

a. Sumbatan : akibat pecahan batu.

b. Infeksi : akibat diseminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi.

c. Kerusakan fungsi ginjal : akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan dan

pengangkatan batu ginjal.

8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Menurut (Smeltzer dan Suzanne, 2001), yaitu :

a. Ultrasonografi

1) Dapat menunjukkan ukuran, bentuk dan posisi batu

2) Pemeriksaan ini diperlukan pada perempuan hamil dan pasien yang alergi

kontras radiologi

17

Page 18: Makalah Nefrolitiasis & Urolitiasis

3) Dapat diketahui adanya batu radiolusen dan dilatasi sistem kolektikus.

Keterbatasan pemeriksaan ini adalah kesulitan untuk menunjukkan batu ureter,

da tidak dapat membedakan batu kalsifikasi dan batu radiolusen.

b. Pemeriksaan radiografi

Foto abdomen biasa

1) Dapat menunjukkan ukuran, bentuk dan posisi

2) Membedakan batu kalsifikasi

3) Densitas tinggi: kalsium oksalat dan kalsium fosfat

4) Densitas rendah: struvite, sistin, dan campuran keduanya

5) Indikasi dilakukan uji kualitatif sistin pada pasien muda

c. Urogram

1) Dateksi batu radiolusen sebagai defek pengisisan (filling) (batu asam urat,

xantin, 2,8 dihidroksiadenin ammonium urat)

2) Menunjukkan likasi batu dalam sistem kolektikus

3) Menunjukkan kelainan anatonis

d. CT-scan halikal dan kontras

Pemeriksaan labotarurium ritin, sampel dan air kemih. Pemeriksaan Ph, berat

jenis air kemih, sedimen air kemih untuk menentukan hematuri, leukosituria, dan

kristaluria. Pemeriksaan kultur kuman penting untuk adanya infeksi saluran kemih.

Apabila batu keluar, diperlukan pencarian faktor risiko dan mekanisme timbulnya

batu.

Perlu dilakukan :

1) Penampunganair kenih 24 jam (atau waktu tertentu)

2) Pengurangan pH air kemih

3) Penampungan air kenih denagn bahan pengawet 10 mL timol 5% di dalam

isopropanol untuk 2 L atau 15 mL HCL6 N

4) Pemeriksaan serum

5) Mengikuti protokol diet

18

Page 19: Makalah Nefrolitiasis & Urolitiasis

Cara pengumpulan air kemih :

1) Pada hari penampugan air kemih, air kemih dibuang sesudah bangun pagi dan

dicatat waktu penggosongan air kemih

2) Sesudahnya, semua air kemih ditampung ke dalam botol. Diusahakan jangan

ada air kemih yang hilang. Tampungan disimpan dalam tempat dingin

3) Penampungan sampai dengan waktu yang sama dengan sehari sebelumnya

4) Bila pengumpulan lengkap, kemudian dibawa ke laboraturium secepatnya

9. PENATALAKSANAAN MEDIS

Menurut (Smeltzer dan Suzanne, 2001), yaitu :

Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih secepatnya harus

dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi untuk

melakukan tindakan/terapi pada batu saluran kemih adalah batu yang telah

menimbulkan : obstruksi, infeksi atau indikasi sosial. Batu dapat dikeluarkan dengan

cara medikamentosa, dipecahkan dengan ESWL, melalui tindakan endourologi,

bedah laparaskopi atau pembedahan terbuka.

Endourologi merupakan tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu

saluran kemih yang terdiri atas memecah batu dan kemudian mengeluarkannya dari

saluran kemih melalui alat yang dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih.Alat

tersebut dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit

(perkutan).Sedangkan pemecahnya dapat dilakukan secara mekanik dengan

memakai energi hidraulik, energi gelombang suara atau dengan energi laser.Salah

satu tindakan endourologi adalah PNL (Percutaneus Nephro Litholapaxy).

C. KONSEP DASAR PENYAKIT NEFROLITIASIS

1. PENGERTIAN NEFROLITIASIS

Menurut (Smeltzer dan Suzanne, 2001), yaitu :

Nefrolitiasis adalah adanya batu/kalkulus dalam parenkim ginjal, sedangkan

urolitiasis adalah adanya batu/kalkulus dalam sistem urinarius.Urolithiasis mengacu

19

Page 20: Makalah Nefrolitiasis & Urolitiasis

pada adanya batu (kalkuli) ditraktus urinarius.Batu terbentuk dari traktus urinarius

ketika konsentrasi subtansi tertentu seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam

urat meningkat.

Nefrolitiasis merujuk pada penyakit batu ginjal.Batu atau kalkuli dibentuk di

dalam ginjal (parenkim ginjal) oleh kristalisasi dari substansi ekskresi di dalam

urine.Urolitiasis merujuk pada adanya batu dalam sistem perkemihan.Sebanyak 60%

kandungan batu ginjal terdiri atas kalsium oksalat, asam urat, magnesium, amonium,

dan fosfat atau gelembung asam amino.

Nefrolitiasis adalah Pembentukan deposit mineral yang kebanyakan adalah

kalsium oksalat dan kalsium phospat meskipun juga yang lain urid acid dan kristal,

juga membentuk kalkulus (batu ginjal)

2. ETIOLOGI

Menurut (Price, 2006), yaitu :

Banyak faktor yang sering menjadi predisposisi timbulnya batu :

a. Faktor Endogen

1) Faktor genetik familial pada hiper sistinuria

Suatu kelainan herediter yang resesif autosomal dari pengangkutan asam

amino di membran batas sikat tubuli proksimal.

2) Faktor hiperkalsiuria primer dan hiper oksaluria primer.

b. Faktor eksogen

1) Infeksi

Infeksi oleh bakteri yang memecahkan ureum dan membentuk amonium akan

mengubah pH urium menjadi alkali dan akan mengendapkan garam-garam

fosfat sehinggga akan mempercepat pembentukan batu yang telah ada.

2) Obstruksi dan statis urin

Mempermudah terjadinya infeksi

3) Jenis kelamin

Lebih banyak ditemukan pada laki-laki

20

Page 21: Makalah Nefrolitiasis & Urolitiasis

4) Ras

5) Keturunan

6) Air minum

7) Pekerjaan

8) Makanan

9) Suhu

3. PATOFISIOLOGI

Batu terbentuk dari traktus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu seperti

kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu juga dapat terbentuk

ketika terdapat defisiensi subtansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal

mencegah kristalisasi dalam urine. Kondisi lain yang mempengaruhi laju

pembentukan batu mencakup pH urin dan status cairan pasien (batu cenderung

terjadi pada pasien dehidrasi).

Batu dapat ditemukan disetiap bagian ginjal sampai kekandung kemih dan ukuran

bervariasi dari defosit granuler yang kecil, yang disebut pasir atau kerikil, sampai

batu sebesar kandung kemih yang berwarna oranye. Factor tertentu yang

mempengaruhi pembentukan batu, mencakup infeksi, statis urine, periode

immobilitas. Faktor-faktor yang mencetuskan peningkatan konsentrasi kalsium

dalam darah dan urine, menyebabkan pembentukan batu kalsium (Price, 2006).

21

Page 22: Makalah Nefrolitiasis & Urolitiasis

4. PATHWAY NEFROLITIASIS

Asam urat Kalsium fosfat Defisiensi sitrat Periode Immobilisasi

Kristal Asam Kristal Kalsium Kristalisasi Statis Urine

Oksalat fosfat

Akumulasi anorganik

Nefrolitiasis

Mengganggu saluran Urine tertahan

Kemih

Obtruksi Tekanan hidrostatik /

Tekanan arah balik Merusak jaringan

Menuju kearah ginjal Dan

terjebak di traktus urinarius

Merusak jaringan

Skema 2.1 Pathway Nefrolitiasis

22

Gangguan eliminasi

urine

Resiko infeksi

Nyeri

Page 23: Makalah Nefrolitiasis & Urolitiasis

5. MANIFESTASI KLINIK

Menurut (Smeltzer dan Suzanne, 2001), yaitu :

Adanya batu dalam traktius urinarius tergantung pada adanya obstruksi, infeksi,

dan edema.Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan

peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter

proksimal.Infeksi dan sistisis yang disertai menggigil, demam, dan disuria dapat

terjadi dari iritasi batu yang terus menerus.Beberapa batu, jika ada, menyebabkan

sedik\it gejala namun secara perlahan merusak unit fungsional ginjal. Sedangkan

yang lain menyebabkan nyeri yang luar biasa dan menyebabkan ketidaknyamanan.

Batu di piala ginjal mungkin berkaitan dengan sakit yang dalam dan terus

menerus diarea konstovertebral.Hematuria dan piuria dapat dijumpai.Batu yang

terjebak diureter menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa, akut, kolik, yang

menyebar kepaha dan genitalia.Pasien merasa selalu ingin berkemih, namun hanya

sedikit urin yang keluar dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasive

batu.Batu yang terjebak dikandung kemih biasanya menyebabkan gejala iritasi dan

berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria.

6. KOMPLIKASI

Menurut (Price, 2006), yaitu :

Batu yang terlelak pada piala ginjal atau ureter dapat memberikan komplikasi

obstruksi baik sebagian atau total.

Hal tersebut diatas dipengaruhi oleh :

a. Sempurnanya obstruksi

b. Lamanya obstruksi

c. Lokasi obstruksi

d. Ada tidaknya infeksi

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan terjadinya infeksi pada obstruksi antara

lain:

23

Page 24: Makalah Nefrolitiasis & Urolitiasis

a. Statis urin meningkatkan pertumbuhan bakteri sehingga mendorong pertumbuhan

organisme maupun pembentukan kristal khususnya magnesium amonium fosfat

atau struvita

b. Meningkatkan tekanan intraluminal menyebabkan pertumbuhan mukosa saluran

kemih berkurangnya, sehingga menurunkan daya tahan tubuh.

c. Kerusakan jaringan dapat menimbulkan penurunan daya tahan tubuh.

7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a. Klinik

1) Jumlah batu yang sebelumnya keluar atau dikeluarkan

2) Derajat kerusakan ginjal

3) Riwayat keluarga

4) Analisa batu

5) Tanda dan gejala penyakit penyebab :

a) Hiperparatiroidisme ; keluhan batu, penyakit tulang, ulkus, pankreatitis.

b) Asidosis Tubuler Renalis ; langkah terhuyung – huyung, sakit pada tulang.

c) Sarkoidosis ; limphadenopati, eritemanodosum.

d) Sebab lain : Infeksi traktus urinarius yang berulang kali, penyakit paget,

imobilisasi, kelebihan vitamin-D, pemasukan purin berlebihan, kelebihan

alkali dan penyakit khusus.

b. Pemeriksaan Laboratorium

1) Urinalisis

2) Hematuria

3) Piuria

4) Kristalisasi

5) Bakteriologi

6) Kerangka kerja metabolic

7) Darah

8) Urine

24

Page 25: Makalah Nefrolitiasis & Urolitiasis

9) Analisa batu untuk unsur kimia dan bakteriologi

10) Status batu

c. Pemeriksaan Radiologi

1) Pielografi ( IVP)

2) Pieolgrafi retrograde

3) U S G

4) Tomografi

5) CT- Scan

8. PENATALAKSANAAN MEDIS

Menurut (Smeltzer dan Suzanne, 2001), yaitu :

a. Terapik medik dan simtomatik

b. Terapik medik => mengeluarkan batu ginjal atau melarutkan batu

c. Pengobatan Simtomatik = > mengusahakan agar nyeri khususnya koli ginjal yang

terjadi menghilang dengan pemberian simpatolitik selain itu dapat diberikan

minum berlebihan disertai diuretikum bendofluezida 5 – 10 mg/hr.

d. Terapi mekanik

E S W L = > Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy

e. Terapi pembedahan

Jika tidak tersedia alat litotriptor

9. PENCEGAHAN

Menurut (Smeltzer dan Suzanne, 2001), yaitu :

Untuk mencegah terbentuknya kembali batu saluran kemih perlu disiplin yang

tinggi dalam melaksanakan perawatan dan pengobatan.

25

Page 26: Makalah Nefrolitiasis & Urolitiasis

Maka perlu adanya pencegahan atau program sepanjang hidup, seperti :

a. Masalah yang mendasari untuk mempermudah terbentuknya batu saluran kemih

harus dikoreksi

b. Infeksi harus dihindari atau pengobatan secara intensif untuk semua jenis type

batu

26

Page 27: Makalah Nefrolitiasis & Urolitiasis

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT UROLITIASIS

LAPORAN KASUS

Pada bab ini seorang penulis menguraikanlaporan kasus tentangasuhan keperawatan

pada Ny ‘’S’” dengan Gangguan Sistem Perkemihan: Batu Ginjal di Ruang (C)

Rumah Sakit Umum Dr. Soedarso Pontianak yang dilakukan pada tanggal 10 November 2012.

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Pengkajian keperawatan penulis lakukan dengan menggunakan metode deskriptif dan

study partisipatif, yang dilakukan pada tanggal 10 november 2012 dengan pengamatan

langsung, wawancara dengan klien, keluarga dan tim kesehatan, pemeriksaan fisik dan

data-data medical record (MR).

1. Identitas Klien

Nama : Ny “S”

Umur : 41 tn

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Bangsa /suku : Indonesia/Melayu

Pendidikan : SD

Pekerjaan :Ibu Rumah tangga

Status perkawinan : Sudah kawin

Alamat :Dusun Sui.Belabun lima, Desa Kalimas Baru Kec.

Tembang Titi Ketapang

Ruangan : C

No. RM :799436

Tanggal Masuk :1 November 2012

Tanggal Pengkajian : 10 November 2012

Diagnosa Medis : Pre op batu ginjal

Penanggung jawab : Tn. M

27

Page 28: Makalah Nefrolitiasis & Urolitiasis

2. Riwayat Kesehatan Klien

a. Kesehatan masa lalu

Klien sudah 4 kali di rawat di RS untuk keluhan penyakit yang sama dengan saat

ini (batu ginjal). Klien pertama kali dirawat di RS Agoesjam selama 7 hari yang

dimulai tanggal 10September 2012.Kemudian klien di rujuk ke RS Sudarso dan

masuk tanggal 10 November 2012 dan dirawat 10 hari, klien pulang karna

rencana operasi dibatalkan, masuk ketiga kali pada tanggal 10 Oktober 2012

untuk rencana operasi ke dua dan dirawat selama 3 hari dan rencana operasi

dibatalkan, yang terakhir tanggal 10 November 2012 sampai sekarang. Menurut

klien rencana operasinya batal dengan alasan yang kurang jelas.

b. Riwayat kesehatan Sekarang

1) Keluhan utama/alasan masuk rumah sakit

Klien mengatakan selama kurang lebih 1 bulan sebelum masuk RS dia

mengalami kencing yang bercampur nanah, dan sakit saat mau BAK seperti

rasa terbakar, kemudian klien pergi ke RS Agoesjam ketapang untuk berobat.

Dari hasil foto USG didapat data bahwa klien mengalami penyakit batu

ginjal.Selama di rawat di RS ketapang klien mendapat pengobatan B1, B6, B

complex, dan antasida.Klien di rujuk ke RS soedarso untuk menjalani operasi

pengangkatan batu ginjal.

2) Keluhan Waktu Didata

Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 10 november 2012 diperoleh data

subjektif

Dari klien dan keluarga yaitu :

a) Klien mengeluh nyeri pada saat BAK

P : Nyeri saat BAK

Q : seperti terbakar

R : abdomen kuadran kanan bawah

S : 4 (sedang)

T : hilang timbul

28

Page 29: Makalah Nefrolitiasis & Urolitiasis

b) Klien mengatakan BAKnya berwarna putihkeruh dan berbau.

c) Klien mengatakanperutnya terasa penuh, mual, sakit jika makan terlalu

banyak.

d) Klien mengatakan abdomen kuadran kanan bawahsering nyeri pada

malam hariseperti rasa terbakar.

e) klien mengatakan badan nya menjadi kurus selama sakit

3. Riwayat Kesehatan Keluarga

Menurut klien didalam keluarganya tidak ada yang menderita

penyakitseperti yang dialaminya saat ini (batu ginjal).Klien juga mengatakan

didalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit keturunan seperti

DM dan asma, serta penyakit menular seperti TBC.

4. Struktur keluarga/genogram

Keterangan :

: Perempuan

:Laki-laki

: Klien

: Meninggal

..... :Satu rumah

29

Page 30: Makalah Nefrolitiasis & Urolitiasis

5. Data biologis

a) Pola nutrisi

Sebelum sakit : Klien makan 3x sehari dengan jenisnasi dan lauk pauk.

Menurut klien ia merasa gatal-gatal jika makan udang. Klien tidak

memilih dalam hal makan.

Saat sakit : klien makan 3x sehari dengan menu yang disediakan RS. Klien

mengatakan perutnya terasa penuh, mual dan nyeri saat makan banyak,

sehingga ia hanya menghabiskan setengah porsi makannannya.

b) Pola minum

Sebelum sakit : klien minum air putih kurang lebih 3 L/hari, menurut klien

jika ada acara-acara besar ia sering minum alcohol dengan jenis arak dan

tuak, kopi dan teh.

Saat sakit : Klien minum air putih kurang lebih 3 L/hari tanpa keluhan

c) Pola eliminasi

Sebelum sakit : klien BAK 5-6x/hari dengan warna urinjernih agak

kekuningan, tanpa keluhan, menurut klien kadang ia terbiasa menahan

BAK nya. Klien BAB 1x/hari dengan konsisternal lunak tanpa keluhan.

Saat sakit : klien BAK kurang lebih 10x/hari, warna urin putih keruh

seperti air cucian beras, tidak berbau dan nyeri seperti terbakar saat BAK.

Klien BAB 1x/2hari tanpa keluhan.

d) Pola istirahat dan tidur

Sebelum sakit : klien tidur siang dari pukul 12.00-14.00, dan malam hari

dari pukul 21.00-06.00. klien tidur dengan menggunakan bantal dan

penerangan cukup. Klien tidak mengalami kesulitan tidur.Klien tidur

kurang lebih 11 jam/hari.

Saat sakit : klien tidur siang dari pukul 12.00-14.00, tidur sore dari pukul

18.00-19.00, dan tidur malam dari pukul 20.00-06.00. klien tidur13

jam/hari

e) Pola kebersihan

30

Page 31: Makalah Nefrolitiasis & Urolitiasis

Sebelum sakit : Klien mandi 2x/hari, gosok gigi dan cuci rambut setiap kali

habis mandi, klien memotong kuku bila panjang.

Saat sakit : klien mandi 2x/hari, gosok gigi dan cuci rambut setiap kali

habis mandi, kuku klien dipotong jika panjang

f) Pola aktifitas

Sebelum sakit : Klien tidak pernah berolahraga. Aktifitas klien sebatas

mengurus rumahdan membantu suaminya berladang.

Saat sakit :Selama di rawat klien tidak pernah berolahraga. Aktifitas klien

hanya berbaring, duduk atau berjalan disekitar ruangan RS.

6. Pemeriksaan Fisik

a. keadaan umum : Lemah

b. kesadaran : Compos mentis

c. Tanda-tanda vital :

TD : 80/60 mmHg LL kiri : 19,5 cm

N : 78x/menit BB sebelum sakit : 40kg

S : 36,6 BB saat ini : 35 kg

R : 18x/menit

d. Kepala, leher dan axila

Kepala : Rambut klien berwarna hitam dan pendek, distribusi rambut merata,

saat di palpasi tidak teraba massa, tidak terdapat lesi pada kepala klien.

Leher : Tidak terdapat bendungan vena jugularis, tidak terdapat pembesaran

kelenjar tyroid, tidak terdapat lesi pada leher klien.

Axila : Saat dipalpasi tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening dan tidak

terdapat lesi pada axila klien.

e. Mata

Bentuk simetris, sclera tidak ikterik, tidak terdapat lingkar hitam pada mataklien,

konjungtiva anemis, pupil isokor, reflek pupil terhadap cahaya +/+, pandangan

agak kabur, klien tidak menggunakan alat bantu penglihatan.

31

Page 32: Makalah Nefrolitiasis & Urolitiasis

f. Telinga

Bentuk simetris, kebersihan baik, tidak terdapat aliran serumenpada kedua

lubang telinga klien, pendengaran telinga kanan dan kiri baik.

g. Hidung

Bentuk simetris, kebersihan baik, mukosa klien lembab, klien tidak mengalami

polip.

h. Mulut dan faring

Bentuk bibir simetris, bibir tidak kering, mukosa mulut lembab dan berwarna

merah muda, gigi geraham bagian atas sudah di cabut karena berlubang, ovula

tidak mengalami peradangan, faring tidak mengalami peradangan, klien tidak

mengalami sariawan, mulut klien tidak halitosis.

i. Dada

1) Rongga thorax

Bentuk simetris, pergerakan dada regular 18x/menit tidak terdapat retraksi

pada pernafasan klien.

2) Paru-paru

Pengembangan antara paru kanan dan kiri sama, getaran antara paru kanan

dan kiri sama saat dilakukan uji focal femitus, saat di auskultasi terdengar

ronchi basah dan weezing, saat diperkusi terdengar bunyi resonan.

3) Jantung

Terdengar bunyi S1 dan S2, tidak terdengar bunyi gallop dan murmur saat di

auskultasi

4) Payudara

Bentuk simetris tidak terdapat lesi, tidak teraba adanya pembesaran kelenjar

mammae.

j. Abdomen

Kulit abdomen keriput, pada kuadran kanan atas teraba adanya pembesaran dan

nyeri tekan pada hati, tidak terdapat asites, saat diperkusi terdengar bunyi

dullness di kuadran kanan atas. Tidak teraba distensi pada kuadran kiri atas,

32

Page 33: Makalah Nefrolitiasis & Urolitiasis

terdengar bunyi tympani saat diperkusi, tidak teraba adanya pembesaran lympa,

padakuadran kanan bawah terdapat nyeri tekan pada ginjal, tidak terdapat

distensi. Bising usus terdengar 6-7x/menit

k. Punggung

Bentuk simetris, tidak terdapat kiposis, scoliosis dan lordosis pada punggung

klien. Klien mengeluh pinggang bagian belakang sering terasa sakit pada malam

hari .

l. Genetalia dan rectum

Klien mengeluh pruritus pada vagina, kebersihan anal dan vagina baik, klien tidak

mengalami keputihan.

m. Ekstermitas

Atas :Pergerakan baik, tidak terdapat oedem dan lesi pada ekstermitas atas,

lengan kanan terpasang infus RL 20 tts/menit, balutan infus tampak

kotor, tidak terdapat phlebitis pada daerah yang terpasang infus, infus

sudah terpasang selama 4 hari, kulit tidak kering, capillary refill >2

detik.

Bawah : Pergerakan baik,tidak terdapat udem dan lesi pada kedua ekstermitas

bawah, kulit tidak kering.

S S

S S

7. Data Psikologis

a. Status emosi: Klien tampak tenang selama pengkajian, klien tampak kooperatif

dan mau menjawab pertanyaan yang di berikan.

b. Konsep diri

1) Ideal diri : Klien dapat menyebutkan nama dan alamat tempat tinggalnya.

2) Gambaran diri : menurut klien ia menyayangi seluruh anggota tubuhnya.

3) Peran diri : di dalam keluarganya klien berperan sebagai ibu rumat tangga.

33

Page 34: Makalah Nefrolitiasis & Urolitiasis

4) Identitas diri : klien mengatakan orang lain menilai dirinya sebagai seorang

pasien.

5) Harga diri: klien tidak merasa malu dengan penyakit yang dideritanya dan

berharap cepat sembuh.

c. Gaya komunikasi: Komunikasi lancar, kontak mata (+), selama wawancara klien

menggunakan bahasa Indonesia yang kadang di campur dengan bahs daerah

(ketapang)

d. Pola interaksi : Pola interaksi klien hanya sebatas keluarga yang menjaga,

perawat, dan pasien lain yang di rawat di ruangan dengan klien.

e. Pola koping : Klien mengatakan setiap ada permasalahan ia biasanya

menceritakannya dengan keluarga.

8. Data sosial

a. Pendidikan dan pekerjaan

Pendidikan terakhir klien SD dan pekerjaan klien adalah sebagai ibu rumah

tangga dan kadang membantu suaminya di ladang.

b. Hubungan sosial

Menurut klien ia terbiasa berkumpul dengan para tetangganya terutama pada

saat ada acara besar seperti pernikahan atau hari raya.

c. Faktor sosiokultural

d. Klien bersuku bangsa melayu, dan menurut klien tidak ada tindakan medis dan

perawatan yang di terimanya selama di RS yang bertentangan dengan

budayanya.

e. Gaya hidup

Menurut klien sebelum sakit ia terbiasa mengkonsumsi alkohol, klien juga

kadang merokok jika berkumpul bersama tetangganya.

9. Pengetahuan tentang penyakit

Menurut klien ia kurang memahami tentang penyakitnya hingga ia sampai biasa

mengalami kencing batu padahal ia sudah cukup banyak minum, klien juga

34

Page 35: Makalah Nefrolitiasis & Urolitiasis

mengatakan ia belum tahu persiapan apa yang dilakukan sebelum operasi selain

bercukur dan di pasang selang kencing.

10. Data spiritual

Selama dirawat klien selaqlu berdoa kepada Tuhan agar penyakitnya segera sembuh.

11. Data penunjang

a. Hasil laboratorium

1) Tanggal 9 November 2012 :

Jenis pemeriksaan: Normal

Ureum : 22 mg/dl 10-50mg/dl

Creatinine : 0,8mg/dl 0,6-1,1 mg/dl

Gula darah : 116 mg/dl 55-150mg/dl

Leukosit : 8.600/ul 5.000-10.000 mg/dl

Trombosit : 737.000/ul 4-5 juta/ul

Hematocrit : 24,9 vol% 37-43 vol%

2) Tanggal 10 November 2012

Jenis pemeriksaan : Normal

Hb : 9,6 g/dl 12-14 g

12. Pengobatan

35

Page 36: Makalah Nefrolitiasis & Urolitiasis

ANALISA DATA

DATA SENJANG ETIOLOGI PROBLEMDs :- Klien mengeluh nyeri saat BAKP : Nyeri saat BAKQ : seperti terbakarR : Abdomen kuadran kanan bawahS : 4 (Sedang)T : Hilang-timbul- Klien mengeluh abdomen kuadran kanan bawah terasa

terbakar pada malam hari- Klien mengeluh pinggang bagian belakang terasa sakit

pada malam hariDo :- Klien mengalami nyeri tekan pada abdomen kuadran

kanan bawah, dan ditandai dengan klien mengerang saat abdomen kuadran kanan bawah dipalpasi

- TTV = TD : 120/80; N : 90 X/m; RR : 25; S : 37oC.

Trauma jaringan

Nyeri

Ds : - Klien mengeluh perutnya terasa penuh, nyeri dan mual

jika makan terlalu banyak- Klien mengatakan badannya menjadi kurus selama sakit - Klien mengatakan ia hanya menghabiskan setengah porsi

makanan yang diberikan pihak RS padanyaDo :- Klien tampak dapat menghabiskan makanannya saat

ditemani- Hb pada tanggal 10 november 2012 : 9,6 g/dL- Konjungtiva anemis- Berat badan sebelum sakit 40 Kg- Berat badan saat ini 35 Kg- Lingkar lengan tangan klien : 19,5 cm-

Anoreksia, Mual

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Ds : - Klien mengatakan BAK nya berwarna putih keruh dan

berbau- Klien mengeluh nyeri saat BAK - Klien mengatakan balutan infus belum digantiDo :- Hasil leukosit klien pada tanggal 9 november 2012 :

8600/ul.- Urine klien berwarna putih keruh (seperti air cucian beras)

Imflamasi, tindakan invasif

Resiko tinggi infeksi

36

Page 37: Makalah Nefrolitiasis & Urolitiasis

dan tidak berbau- Klien mendapatkan terapi injeksi cefotaxim 3x1 gram- Klien terpasang infus RL 20 tts/mnt, balutan infus klien

tampak kotor

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN- Nyeri akut b/d trauma jaringan. - Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Anoreksia.- Resiko tinggi infeksi b/d inflamasi, tindakan invasif

37

Page 38: Makalah Nefrolitiasis & Urolitiasis

No Diagnosa Keperawatan Perencanaan RasionalTujuan & KH Intervensi1 Nyeri akut b/d trauma jaringan,

d/d :Ds - Klien mengeluh nyeri saat BAKP : Nyeri saat BAKQ : seperti terbakarR : Abdomen kuadran kanan

bawahS : 4 (Sedang)T : Hilang-timbul- Klien mengeluh abdomen

kuadran kanan bawah terasa terbakar pada malam hari

- Klien mengeluh pinggang bagian belakang terasa sakit pada malam hari

Do :- Klien mengalami nyeri tekan

pada abdomen kuadran kanan bawah, dan ditandai dengan klien mengerang saat abdomen kuadran kanan bawah dipalpasi

Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan 3x24 jam, dg KH :Ds:- Klien mengatakan

nyerinya berkurang ke skala 3 (ringan)

Do : - klien tidak

mengerang saat abdomen kuadran kanan bawah dipalpasi

- TTV dalam batas normal

- Observasi TTV

- Kaji ulang karakteristik nyeri

- Jelaskan penyebab nyeri

- Berikan tindakan nyaman (pijatan punggung dan masase punggung)

- Ajarkan tekhnik relaksasi nafas dalam

- Tingkatkan pemasukan cairan sedikitnya 3-4 L/hari

- Berikan kompres hangat pada punggung

- Berikan terapi meditasi anlgesik sesuai indikasi

- Untuk menentukan intervensi selanjutnya

- Untuk mengetahui karakteristik nyeri

- Membantu dan meningkatkan kemampuan koping klien dan dapat menurunkan ansietas

- Meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot dan memperlancar sirkulasi

- Membantu dalam relaksasi otot

- Membantu pencegahan batu selanjutnya

- Mengurangi tegangan otot dan dapat menurunkan refleks spasme

- Analgesik bekerja memblok reseptor nyeri di SSP

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual d/d :Ds :

Kebutuhan nutrisi terpenuhi, setelah dilakukan tindakan 3x24 jam dg KH :Ds :

- Observasi keadaan umum klien

- Kaji ulang jumlah makanan klien

- Mengetahui keadaan klien sebagai dasar intervensi selanjutnya

- Untuk mengetahui adanya perubahan nutrisi yang dialami

38

C. RENCANA KEPERAWATAN

Page 39: Makalah Nefrolitiasis & Urolitiasis

- Klien mengeluh perutnya terasa penuh, nyeri dan mual jika makan terlalu banyak

- Klien mengatakan badannya menjadi kurus selama sakit

- Klien mengatakan ia hanya menghabiskan setengah porsi makanan yang diberikan pihak RS padanya

Do :- Klien tampak dapat

menghabiskan makanannya saat ditemani

- Hb pada tanggal 10 november 2012 : 9,6 g/dL

- Konjungtiva anemis- Berat badan sebelum sakit 40

Kg- Berat badan saat ini 35 Kg- Lingkar lengan tangan klien :

19,5 cm

- Klien mengatakan ia dapat menghabiskan porsi makanan yang diberikan kepadanya.

Do :- Berat badan klien

meningkat- Hb klien meningkat - Klien dapat

menghabiskan porsi makanannya

- Anjurkan klien untuk makan porsi sedikit tapi sering

- Berikan makanan yang disukai klien namun tidak melanggar kontra indikasi

- Berikan diet makanan tinggi karbohidrat rendah protein

- Timbang berat badan setiap hari

- Kolaborasi dalam pemeriksaan hasil lab (Hb)

klien- Memaksimalkan masukan nutrisi

- Untuk meningkatkan pemasukan nutrisi klien

- Untuk memperbaiki status nutrisi klien menjelang operasi

- Untuk mengukur keefektifan nutrisi adekuat

- Untuk mengukur keefektifan intervensi yang diberikan

3 Resiko tinggi infeksi b/d inflamasi, tindakan invasif yang d/d :

Ds : -Klien mengatakan BAK nya

berwarna putih keruh dan berbau

-Klien mengeluh nyeri saat BAK

Infeksi tidak terjadi, setelah dilakukan tindakan 3x24 jam, dengan KH :Ds : - klien mengatakan

balutan infusnya sudah diganti.

Do :

- Monitor TTV

- Lakukan tindakan perawatan infus dengan tekhnik steril

- Observasi urine terhadap tanda-tanda infeksi

- Berikan terapi medikasi

- Untuk mengetahui intervensi selanjutnya.

- Menghindari kemungkinan terjadi infeksi nosokomial.

- Untuk mendeteksi gejala awal infeksi.

- Antibiotik berkerja membunuh

39

Page 40: Makalah Nefrolitiasis & Urolitiasis

-Klien mengatakan balutan infus belum diganti

Do :-Hasil leukosit klien pada tanggal

9 november 2012 : 8600/ul.-Urine klien berwarna putih

keruh (seperti air cucian beras) dan tidak berbau

-Klien mendapatkan terapi injeksi cefotaxim 3x1 gram

Klien terpasang infus RL 20 tts/mnt, balutan infus klien tampak kotor

- Hasil lab leukosit dalam batas normal (5000-10000 /ul)

antibiotik sesuai dengan indikasi

- Kolaborasi dalam pemeriksaan lab (leukosit)

kuman penyebab infeksi.

- Untuk mendeteksi adanya infeksi yang mungkin sedang terjadi

40

Page 41: Makalah Nefrolitiasis & Urolitiasis

NoDx Tanggal Tindakan keperawatan dan evaluasi tindakan keperawatan

1,2,3

11/11/2012

- Mengkaji TTV klien H : - Td : 80/60 mmHg, N : 78x/menit, S : 36,6o c, R : 18x/menit

1 - Mengkaji karakteristik nyeri klien R : P : Nyeri saat BAK, Q : seperti terbakar, R : Abdomen kuadran kanan bawah, S : 4 (Sedang), T : Hilang-timbul

2 - Mengkaji jumlah mkanan yang dapat dihabiskan klienH : klien tampak dapat menghabiskan satu porsi makanannya.

2 - Menimbang berat badan dengan timbangan injak H : berat badan 35 kg

2 - Mengukur lengan kiri klien H : lingkar lengan kiri 19,5 cm

3 - Memonitor pengeluaran urine klien H : urine klien berwarna putih keruh seperti air cucian beras dan tidak berbau

1,2,3

12/11/ 2012

- Mengkaji TTV klien H : - Td : 90/60 mmHg, N : 78x/menit, S : 36,7o c, R : 18x/menit

1 - Mengkaji karakteristik nyeriR : P : Nyeri saat BAK, Q : seperti terbakar, R : Abdomen kuadran kanan bawah, S : 4 (Sedang), T : Hilang-timbul

1,2,3

- Mengkaji keadaan umum klienH : klien tampak lemah

1 - Mengganti alat tenun klien H : alat tenun tampak bersih dan rapi

2 - Mengkaji ulang pemasukan nutrisi klienR : klien mengatakan ia menghabiskan porsi makanannya

3 - Melakukan tindakan melepas infusH : infus klien dilepas

2 - Berkolaborasi dengan tim analis dalam pemeriksaan kadar HbH : nilai Hb 9,8 gr/dl

3 - Memasang infus pada pulmo radialis sebelah kiri dengan menggunakan abocath nomer 22, cairan dextrose 5% , infus makro 20 tts/mnt H : klien terpasang infus dextrose 20 tts/mnt

[Type text] Page 41

D. CATATAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Page 42: Makalah Nefrolitiasis & Urolitiasis

1 - Mengajarkan tentang penggunaan tekhnik relaksasi nafas dalamH : klien mengikuti contoh dengan baik

3 - Menganjurkan klien untuk mempertahankan pemasukan cairan minimal 3-4 ltr/hari

R : klien minum 2 botol aqua besar (1500 cc)

1 - Menjelaskan penyebab nyeri pada klien H : klien tampak mengerti tentang penyebab nyeri

3 - Mengambil urine untuk pemeriksaan labH : urine terdapat 50 cc

2 13/11/2012

- Merapikan tempat tidur klien H : tempat tidur tampak bersih dan rapi

3 - Mengkaji urin klien terhadap tanda-tanda infeksiH : urin klien berwarna putih keruh seperti air cucian beras

1 - Melakukan tindakan masase punggungH : klien tampak merasa nyaman

1,2,3

- Mengkaji TTV klien H : - Td : 90/70 mmHg, N : 78x/menit, S : 37o c, R : 18x/menit.

[Type text] Page 42

Page 43: Makalah Nefrolitiasis & Urolitiasis

5. CATATAN PERKEMBANGAN

No dx Tanggal Perkembangan ( SOAP)1 13/11/2012 S : Kien mengeluh nyeri saat BAK

P : Nyeri saat BAK, Q : seperti terbakar, R : Abdomen kuadran kanan bawah, S : 4 (Sedang), T : Hilang-timbulO : - klien tampak sudah dapat memperagakan tekhnik relaksasi nafas dalamA : masalah teratasi sebagian P : lanjutkan tindakan sesuai intervensi

- Obeservasi TTV - Ajarkan tekhnik masase punggung - Berikan terapi medikasi analgesik

2 S : klien mengatakan dapat menghabiskan semua porsi makanan yang diberikan O :

- klien tampak menghabiskan porsi makanan yang diberikan- hasil lab Hb 9,8 g/dl

A : masalah teratasi sebagian P : lanjutkan tindakan sesuai intervensi

- kaji ulang jumlah makan klien - timbang berat badan klien setiap hari

3 S : klien mengatakan BAK berwarna putih keruh O : - Urine klien tampak putih keruh seperti air cucian beras

- klien tidak terpasang infusA : masalah teratasi sebagian P : lanjutkan tindakan sesuai dengan intervensi

- Monitor TTV - Ganti balutan infus - Pantau urine terhadap tanda tanda infeksi

[Type text] Page 43

Page 44: Makalah Nefrolitiasis & Urolitiasis

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Urolitiasis merujuk pada adanya kalkuli (batu) dalam urinaria tract, sedangkan

nefrolitiasis menggambarkan bahwa kalkuli terbentuk dalam parenkim ginjal. Nefrolitiasis

merujuk pada penyakit batu ginjal. Batu atau kalkuli dibentuk di dalam saluran kemih dari

ginjal ke kandung kemih oleh kristalisasi dari substansi ekskresi di dalam urine. Urolitiasis

merujuk pada adanya batu dalam sistem perkemihan. Sebanyak 60% kandungan batu ginjal

terdiri atas kalsium oksalat, asam urat, magnesium, amonium, dan fosfat atau felembung

asam amino.

Penyebab yang akan timbul hiperkalemia dan hiperkalsiuria disebabkan oleh

hiperparatiroidisme, asidosis tubulus ginjal, multiple myeloma, serta kelebihan asupan

vitamin D, susu, dan alkali. Dehidrasi kronis, asupan cairan yang buruk, dan imobilitas.

Adapun faktor predisposisinya orang yang pernah menderita batu ginjal cenderung untuk

kambuh.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penyusun mengambil saran dalam rangka

meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan pada pasien denagna Nefrolitiasis dan

Urolitiasis. Adapun saran-saran adalah sebagi berikut :

1. Pasien

Apabila sudah mengetahui dan memahami gejala dari penyakit Nefrolitiasis da

Urolitiasis hendaknya segera membawa pasien kerumah sakit agar dapat dilakukan

tindakan keperawatan.

[Type text] Page 44

Page 45: Makalah Nefrolitiasis & Urolitiasis

2. Perawat

Bagi seorang perawat sebaiknya harus memahami dan mengerti baik secra teoritis

maupun praktek tentang Nefrolitiasis dan Urolitiasis agar dapat melakukan tindakan

keperawatan.

3. Rumah sakit

Bagi rumah sakit hendaknya melengkapi fasilitas rumah sakit sehingga pada penderita

Nefrolitiasis da Urolitiasis mendapatkan ruangan dan fasilitas media yang seharusnya

ada sehingga dapat melakukan tndakan keperawatan untuk mengurangi dari gejala dan

komplikasi penyakitNefrolitiasis dan Urolitiasis.

[Type text] Page 45

Page 46: Makalah Nefrolitiasis & Urolitiasis

DAFTAR PUSTAKA

Guyton & Hall. 2008. Buku ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN. EGC : Jakarta

Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit. EGC:

Jakarta.

Pearce, Evelyn C. 2009. ANATOMI DAN FISIOLOGIS UNTUK PARAMEDIS. Pt Gramedia

Pustaka Utama: Jakarta.

Santoso, Beatricia I . 2001. FISIOLOGI MANUSIA : DARI SEL KE SISTEM. EGC : Jakarta.

Sudoyo, Aru W. 2007. ILMU PENYAKIT DALAM. Departemen ilmu penyakit dalam FKUI:

Jakarta.

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku saku DIAGNOSA KEPERAWATAN dengan intervensi NIC

dan kriteria hasil NOC ed.7. EGC: Jakarta.

[Type text] Page 46

Page 47: Makalah Nefrolitiasis & Urolitiasis

[Type text] Page 47