Isi Lansia Fix
-
Upload
selina-bryant -
Category
Documents
-
view
135 -
download
6
Transcript of Isi Lansia Fix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia (Budi Anna Keliat, 1999). Beberapa tipe pada lansia
bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental,
sosial, dan ekonominya (Nugroho, 2000).
Keberadaan usia lanjut ditandai dengan umur harapan hidup yang
semakin meningkat dari tahun ke tahun, hal tersebut membutuhkan upaya
pemeliharaan serta peningkatan kesehatan dalam rangka mencapai masa tua yang
sehat, bahagia, berdaya guna, dan produktif (Pasal 19 UU No. 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan).
Pada tahun 2000 jumlah lansia di Indonesia diproyeksikan sebesar 7,28%
da pada tahun 2020 menjadi sebesar 11,34% (BPS, 1992). Bahkan data Biro
Sensus Amerika Serikat memperkirakan Indonesia akan mengalami pertambahan
warga usia lanjut terbesar di seluruh dunia pada tahun 1990-2025, yaitu sebesar
414% (Kinsella dan Taeubeur, 1993).
Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh instansi pemerintah, para
profesional kesehatan, serta bekerja sama dengan pihak swasta dan masyarakat
untuk mengurangi angka kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) lansia.
Adapun bentuk pelayanan keperawatan bagi lansia saling berbeda antarnegara
serta juga mengalami perubahan dengan cepat. Bahkan di negara yang sama pun
terdapat perbedaan antar daerahnya. Secara tradisional, perawatan bagi lansia
merupakan tanggung jawab anggota keluarganya serta dilaksanakan dalam
konteks “extended family”. Di negara-negara maju, tanggung jawab pelaksanaan
pelayanan lansia diambil alih oleh pemerintah/negara dan badan-badan sosial
masyarakat (Siti Maryam, 2008).
Banyak di antara para lansia tidak memiliki perencanaan adekuat untuk
pengeluaran medis yang sering kali menyertai penyakit kronik yang mereka
Asuhan Keperawatan pada Komunitas Lansia Page 1
laami. Lansia sering kali mengalami keterbatasan dalam mengakses pelayanan
preventif, oleh karena itu bentuk pelayanan kesehatan komunitas di Indonesia
hanya sebatas pelayanan keluarga. Umumnya di negara barat, fasilitas atau
institusi pelayanan bagi lansia bersifat mandiri, tetapi juga ada yang berupa
pelayanan lanjutan yang tersedia bagi komunitas pensiunan, atau sebagai cabang
dri suatu nursing home (S. Tamher, 2009).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahuan tentang konsep dan peranan pelayanan kesehatan komunitas
pada lansia.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi Lansia
2. Mengetahui konsep keperawatan Lansia
3. Mengetahui pelayanan kesehatan komunitas Lansia di Indonesia
4. Mengetahui kesehatan komunitas Lansia di Negara lain
5. Mengetahui asuhan keperawatan komunitas pada Lansia
1.3 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Lansia?
2. Bagaimana konsep keperawatan pada komunitas Lansia?
3. Bagaimana pelayanan kesehatan komunitas Lansia di Indonesia?
4. Bagaimana pelayanan kesehatan komunitas Lansia di negara lain?
5. Bagaimana asuhan keperawatan pada komunitas Lansia?
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang ingin dicapai dengan adanya makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Mahasiswa
Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami definisi, konsep
Asuhan Keperawatan pada Komunitas Lansia Page 2
keperawatan, pelayanan kesehatan, dan asuhan keperawatan pada komunitas
lansia.
2. Dosen
Makalah ini dapat dijadikan tolok ukur sejauh mana mahasiswa mampu
mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen dan sebagai bahan
pertimbangan dosen dalam menilai mahasiswa.
Asuhan Keperawatan pada Komunitas Lansia Page 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Lansia
Menurut Hurlock (2002), tahap terakhir dalam perkembangan ini dibagi menjadi usia lanjut dini yang berkisar antara usia enampuluh sampai tujuh puluh tahun dan usia lanjut yang dimulai pada usia tujuh puluh tahun hingga akhir kehidupan seseorang. Orangtua muda atau usia tua (usia 65 hingga 74 tahun) dan orangtua yang tua atau usia tua akhir (75 tahun atau lebih) (Baltes, Smith&Staudinger, Charness&Bosmann) dan orang tua lanjut (85 tahun atau lebih) dari orang-orang dewasa lanjut yang lebih muda (Johnson & Perlin).
Menurut J.W. Santrock (J.W.Santrock, 2002, h.190), ada dua pandangan tentang definisi orang lanjut usia atau lansia, yaitu menurut pandangan orang barat dan orang Indonesia. Pandangan orang barat yang tergolong orang lanjut usia atau lansia adalah orang yang sudah berumur 65 tahun keatas, dimana usia ini akan membedakan seseorang masih dewasa atau sudah lanjut. Sedangkan pandangan orang Indonesia, lansia adalah orang yang berumur lebih dari 60 tahun. Lebih dari 60 tahun karena pada umunya di Indonesia dipakai sebagai usia maksimal kerja dan mulai tampaknya ciri-ciri ketuaan.
Menurut Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995) masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya.
Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses penuaan yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegrasi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu : usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
Asuhan Keperawatan pada Komunitas Lansia Page 4
Konsep Lansia
2.2 Pelayanan Kesehatan Lansia di Indonesia
A. Puskesmas Lansia
Menurut Notoatmodjo (2007), Posyandu lansia merupakan wahana
pelayanan bagi kaum lansia, yang dilakukam dari, oleh dan untuk kaum usila
yang menitik beratkan pada pelayanan promotif dan preventif, tanpa
mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitative. Sementara menurut Pedoman
Pengelolaan Kesehatan di Kelompok Usia Lanjut, Depkes RI (2003),
pelayanan kesehatan di kelompok usia lanjut meliputi pemeriksaan kesehatan
fisik dan mental emosional. Kartu Menuju Sehat (KMS) usia lanjut sebagai
alat pencatat dan pemantau untuk mengetahui lebih awal penyakit yang
Asuhan Keperawatan pada Komunitas Lansia Page 5
diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi dan
mencatat perkembangannya dalam Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan
(BPPK) usia lanjut atau catatan kondisi kesehatan yang lazim digunakan di
Puskesmas.
Seiring dengan semakin meningkatnya populasi lansia, pemerintah
telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan usia lanjut
ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia
untuk mencapai masa tua bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan
keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya. Sebagai wujud nyata
pelayanan sosial dan kesehatan pada kelompok usia lanjut ini, pemerintah
telah mencanangkan pelayanan pada lansia melalui beberapa jenjang.
Pelayanan kesehatan di tingkat masyarakat adalah Posyandu lansia, pelayanan
kesehatan lansia tingkat dasar adalah Puskesmas, dan pelayanan kesehatan
tingkat lanjutan adalah Rumah Sakit.
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia
lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh
masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan Posyandu
lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui
pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program
Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh
masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya.
Tujuan pembentukan posyandu lansia secara garis besar antara lain :
a. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga
terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia
b. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta
dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara
masyarakat usia lanjut.
Asuhan Keperawatan pada Komunitas Lansia Page 6
Sasaran posyandu lansia
1. Sasaran langsung:
a. Pra usia lanjut (pra senilis) 45-59 thn
b. Usia lanjut 60-69 thn
c. Usia lanjut risiko tinggi: usia lebih dari 70 thn atau usia lanjut berumur 60
thn atau lebih dgn masalah kesehatan
2. Sasaran tidak langsung:
a. Keluarga dimana usia lanjut berada
b. Masyarakat di lingkungan usia lanjut
c. Organisasi sosial yg peduli
d. Petugas kesehatan
e. Masyarakat luas
Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia
Berbeda dengan posyandu balita yang terdapat sistem 5 meja,
pelayanan yang diselenggarakan dalam posyandu lansia tergantung pada
mekanisme dan kebijakan pelayanan kesehatan di suatu wilayah kabupaten
maupun kota penyelenggara. Ada yang menyelenggarakan posyandu lansia
sistem 5 meja seperti posyandu balita, ada juga hanya menggunakan sistem
pelayanan 3 meja, dengan kegiatan sebagai berikut :
1. Meja I : pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat badan dan
atau tinggi badan
2. Meja II : Melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh
(IMT). Pelayanan kesehatan seperti pengobatan sederhana dan rujukan kasus
juga dilakukan di meja II ini.
3. Meja III : melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling, disini juga bisa
dilakukan pelayanan pojok gizi.
Kendala Pelaksanaan Posyandu Lansia
Asuhan Keperawatan pada Komunitas Lansia Page 7
Beberapa kendala yang dihadapi lansia dalam mengikuti kegiatan
posyandu antara lain :
1. Pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu.
Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari
pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan menghadiri
kegiatan posyandu, lansia akan mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana cara
hidup sehat dengan segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang melekat
pada mereka. Dengan pengalaman ini, pengetahuan lansia menjadi meningkat,
yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi
mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia.
2. Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh atau sulit dijangkau
Jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau
posyandu tanpa harus mengalami kelelahan atau kecelakaan fisik karena
penurunan daya tahan atau kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam menjangkau
lokasi posyandu ini berhubungan dengan faktor keamanan atau keselamatan bagi
lansia. Jika lansia merasa aman atau merasa mudah untuk menjangkau lokasi
posyandu tanpa harus menimbulkan kelelahan atau masalah yang lebih serius,
maka hal ini dapat mendorong minat atau motivasi lansia untuk mengikuti
kegiatan posyandu. Dengan demikian, keamanan ini merupakan faktor eksternal
dari terbentuknya motivasi untuk menghadiri posyandu lansia.
3. Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun mengingatkan lansia
untuk datang ke posyandu.
Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau
kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia. Keluarga bisa
menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan diri untuk
mendampingi atau mengantar lansia ke posyandu, mengingatkan lansia jika lupa
jadwal posyandu, dan berusaha membantu mengatasi segala permasalahan
bersama lansia.
4. Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu.
Asuhan Keperawatan pada Komunitas Lansia Page 8
Penilaian pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas merupakan dasar
atas kesiapan atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan
sikap yang baik tersebut, lansia cenderung untuk selalu hadir atau mengikuti
kegiatan yang diadakan di posyandu lansia. Hal ini dapat dipahami karena sikap
seseorang adalah suatu cermin kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek.
Kesiapan merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara-cara
tertentu apabila individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya
suatu respons.
Bentuk Pelayanan Posyandu Lansia
Pelayanan Kesehatan di Posyandu lanjut usia meliputi pemeriksaan
Kesehatan fisik dan mental emosional yang dicatat dan dipantau dengan Kartu
Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita
(deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi. Jenis
Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada usia lanjut di Posyandu Lansia
seperti:
a. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam
kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun
tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya.
b. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental
emosional dengan menggunakan pedoman metode 2 (dua ) menit.
c. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran
tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks masa tubuh (IMT).
d. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta
penghitungan denyut nadi selama satu menit.
e. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau cuprisulfat
f. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit
gula (diabetes mellitus)
g. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi
awal adanya penyakit ginjal.
Asuhan Keperawatan pada Komunitas Lansia Page 9
h. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan
kelainan pada pemeriksaan butir 1 hingga 7. Dan
i. Penyuluhan Kesehatan.
Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat
seperti Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dengan memperhatikan aspek
kesehatan dan gizi lanjut usia dan kegiatan olah raga seperti senam lanjut usia,
gerak jalan santai untuk meningkatkan kebugaran.
Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di Posyandu Lansia, dibutuhkan,
sarana dan prasarana penunjang, yaitu: tempat kegiatan (gedung, ruangan atau
tempat terbuka), meja dan kursi, alat tulis, buku pencatatan kegiatan, timbangan
dewasa, meteran pengukuran tinggi badan, stetoskop, tensi meter, peralatan
laboratorium sederhana, thermometer, Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia.
B. JPKM
Adapun program kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia yang
diperuntukkan khusunya bagi lansia adalah JPKM yang merupakan salah satu
program pokok perawatan kesehatan masyarakat yang ada di puskesmas
sasarannya adalah yang didalamnya ada keluarga lansia. Perkembangan
jumlah keluarga yang terus menerus meningkat dan banyaknya keluarga yang
berisiko tentunya menurut perawat memberikan pelayanan pada keluarga
secara professional. Tuntutan ini tentunya membangun “ Indonesia Sehat
2010 “ yang salah satu strateginya adalah Jaminan Pemeliharan Kesehatan
Masyarakat (JPKM). Dengan strategi ini diharapkan lansia mendapatkan yang
baik dan perhatian yang selayaknya.
Kewajiban pemerintah tersebut tertuang jelas di dalam Undang-
Undang No.13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia. Pada pasal 5,
dituliskan delapan hak para lansia yang harus dipenuhi pemerintah berkaitan
Asuhan Keperawatan pada Komunitas Lansia Page 10
dengan kesejahteraan sosialnya. Diantaranya mendapatkan perlindungan
social, bantuan social dan pelayanan kesehatan.
C. Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Seperti kegiatan pelayanan sosial anak, Pelayanan Sosial Lanjut Usia
(dilaksanakan oleh Direktorat Pelayanan Sosial Lanjut Usia) adalah salah satu
kegiatan Ditjen Yanrehsos yang memfokuskan pada pelayanan sosial bagi
lanjut usia. Pelayanan yang diberikan meliputi :
Dalam Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial tahun 2010-2014, cross
cutting issues mengenai keadilan dan kesetaraan gender akan mendapat
perhatian karena memberikan Kontribusi positif terhadap keberhasilan
program yang berkelanjutan.
1. Program pelayanan lansia dalam panti yang meliputi: pelayanan reguler,
pelayanan harian (day care services),pelayanan subsidi silang, yang
kesemuanya dilakukan di 237 panti (2 panti milik Kementerian Sosial, 70
milik pemda, dan 165 milik swasta/masyarakat).
2. Program pelayanan lansia luar panti yang meliputi: home care services (6
unit), foster care, day care services (6 unit), UEP, Kube (bantuan dan
pembinaan).
3. Program kelembagaan meliputi: jejaring dan pemberdayaan lembaga lansia.
4. Perlindungan dan aksesibilitas meliputi antarlembaga nasional dan
internasional, koordinasi antar dan intersektor, penyelenggaraan Hari Lanjut
Usia Nasional (HLUN) dan Hari Lanjut Usia Internasional (HLUIN),
pembinaan Jaminan Sosial Lanjut Usia/JSLU (2006-2009), Trauma Centre (5
unit), aksesibilitas sosial, pelayanan kedaruratan, dan jaringan penanganan
antar lembaga.
Kegiatan ini dilaksanakan untuk mewujudkan:
1. Dukungan keluarga dan masyarakat terhadap kehidupan lanjut usia
Asuhan Keperawatan pada Komunitas Lansia Page 11
2. Sistem perlindungan dan jaminan sosial yang dapat meningkatkan kehidupan
penduduk lanjut usia
3. Kesempatan kerja dan aktivitas untuk mengaktualisasikan diri dalam keluarga
dan masyarakat
4. Iklim kehidupan yang mendorong lanjut usia dapat melakukan kegiatan sosial
keagamaan dan kerohanian
5. Aksesibilitas lanjut usia terhadap sarana dan pelayanan umum.
D. Jaminan Sosial Usia Lanjut (JSUL)
Jaminan Sosial Lanjut Usia (JSLU) adalah program pemerintah berupa
perlindungan sosial bagi masyarakat khususnya bagi lanjut usia yang mulai
diuji cobakan pada tahun 2006. Program ini adalah salah satu bentuk
perhatian dan tanggung jawab pemerintah dalam mengangkat harkat dan
martabat para lanjut usia yang sifatnya permanen, tidak seperti Bantuan
Langsung Tunai (BLT) dimana para lansia menerima bantuan selama 12
bulan sampai yang bersangkutan meninggal dunia, yang kemudian dilanjutkan
lansia lain yang telah masuk daftar tunggu. Salah satu indikator keberhasilan
pembangunan adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk.
Dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan
jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun.
Permasalahan lansia terlantar di Indonesia semakin banyak seiring
bertambahnya jumlah lansia. Lanjut usia mempunyai hak yang sama dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pemerintah bertugas
mengarahkan, membimbing, dan menciptakan suasana yang menunjang bagi
terlaksananya upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia. Sedangkan
pemerintah, masyarakat dan keluarga bertanggungjawab atas terwujudnya
upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia. Akhir tahun 2009, jumlah
lansia terlantar mencapai 2.994.330 orang, yaitu 12,47 persen dari jumlah
seluruh lansia di Indonesia sebanyak 23,9 Juta Jiwa. Dana JSLU berasal dari
APBN Negara yang disalurkan melalui Kantor Pos setempat yang melibatkan
Asuhan Keperawatan pada Komunitas Lansia Page 12
Dinas Sosial Propinsi serta Kabupaten/Kota. Namun beberapa kendala yang
terjadi di lapangan seperti pendataan dan masalah pendanaan yang tidak
semua mencakup atau secara bertahap. Untuk mengatasi hal tersebut, maka
perlu dilakukan pembinaan baik dari pendamping serta proses sosialisasi
sampai tingkat pemerintahan yang paling rendah. Di Desa Jabong, Kecamatan
Pagaden misalnya masih banyak warga lanjut usia yang belum mendapatkan
jaminan sosial tersebut. Sebanyak 513 jiwa lansia dengan komposisi 199 jiwa
laki-laki dan 314 jiwa perempuan serta sebanyak 99 jiwa masuk dalam
kategori terlantar.
2.3 Pelayanan Kesehatan Komunitas Lansia di Taiwan
Budaya di Taiwan menjunjung tinggi rasa hormat kepada orang tua
dan secara tradisi orang yang tua yang telah lanjut usia di rawat sendiri
dirumah oleh keluarganya. Namun populasi lansia di Taiwan semakin banyak,
terjadi pergeseran demografis serta terjadi berbagai perubahan sosial ekonomi,
sehingga muncul suatu tempat perawatan baru untuk lansia yaitu panti jompo.
Suatu survei nasional menunjukkan bahwa 69% orang tua di Taiwan
berpikir bahwa lingkungan perumahan yang terbaik adalah hidup dengan
anak-anak mereka sendiri dan pasangan (Kementerian Dalam Negeri Taiwan,
2000). Hal yang penting untuk dilakukan olerh pemerintah adalah
mempromosikan fungsi dukungan keluarga dan memberi dukungan berupa
sumber daya kesehatan bagi anggota keluarga untuk memungkinkan mereka
merawat orang tuanya dengan baik. Masalah lainnya ialah kurangnya anggota
keluarga untuk menjaga lansia yang ada dirumah, masalah ekonomi, dan
kurangnya keterampilan dalam merawat anggota keluarga sehingga
menurunkan niat untuk mengurus anggota keluarga yang lansia. Selain itu,
beberapa orang masih mengalami kesulitan dalam mengakses pelayanan
kesehatan. Misalnya, anggota keluarga tidak tahu di mana dan bagaimana
untuk mendapatkan bantuan layanan kesehatan karena layanan kesehatan
Asuhan Keperawatan pada Komunitas Lansia Page 13
kurang dipublikasikan. Sebagian besar layanan kesehatan terpusat di daerah
perkotaan. Hal ini menjadi lebih sulit bagi masyarakat untuk menemukan
layanan kesehatan di daerah pedesaan.
Di Taiwan terdapat lembaga-lembaga untuk menampung serta
merawat orang tua yang diklasifikasikan ke dalam lima kategori yaitu
lembaga akomodasi lansia, panti jompo, penampungan masyarakat lansia,
program pendidikan menjalani usia tua, dan lembaga pelayanan sosial. Orang
tua yang hidup di lembaga dalam kategori pertama adalah orang yang perlu
perhatian medis sehingga lembaga tersebut diawasi oleh Departemen
Kesehatan. Sisanya 4 kategori lainnya diawasi oleh Departemen Dalam
Negeri. Beberapa orang berpendapat bahwa lembaga dan layanan lansia diatur
oleh dua unit administratif dengan persepsi dan standar yang berbeda dan
faktor ini dapat mempengaruhi kualitas layanan yang ada. Misalnya, lembaga-
lembaga tersebut memiliki standar yang berbeda untuk kualifikasi perawat
dan pekerja sosialnya sedangkan Departemen Kesehatan hanya membahas
fungsi dari profesi medis dan mengabaikan pentingnya penyediaan
kesejahteraan sosial. Situasi ini sering membingungkan masyarakat dan lansia
pada khususnya. Hal ini juga menyebabkan tumpang tindih dan pemborosan
sumber daya. Layanan yang diberikan oleh komunitas adalah salah satu
sumber daya yang penting untuk pelayanan kesejahteraan lansia. Misalnya,
pusat penitipan lansia pada siang hari di komunitas dapat membantu
meringankan beban keluarga untuk menjaga anggota keluarga lansia.
Pelayanan komunitas juga dapat melayani dalam memberikan nutrisi yang
lebih baik untuk orang-orang tua yang hidup sendiri atau yang tidak bisa
memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari. Namun, karena kurangnya kerjasama
antara beberapa penyedia layanan kesehatan di masyarakat, menyebabkan
pelayanan komunitas yang tumpang tindih di beberapa daerah dan beberapa
komunitas tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk memberikan
pelayanan sosial. Selain itu, kurangnya komunikasi antar pekerja profesional
Asuhan Keperawatan pada Komunitas Lansia Page 14
yang terlibat dalam pelayanan sosial untuk lansia sering menghambat dan
merusak kualitas pelayanan sosial yang ada.
Di Taiwan, terdapat 404 panti jompo yang terakreditasi oleh
pemerintah pada tahun 2000. Dan juga terdapat tiga ratus dua puluh delapan
(328) panti jompo yang beroperasi secara ilegal (Kementerian Dalam Negeri
Taiwan, 2000). Untuk memastikan pelayanan sosial terjadi secara profesional,
maka dilakukan penilaian dan evaluasi hasil pelayanan sosial. Sehingga
kebijakan sosial harus dikembangkan untuk menentukan standar penilaian dan
membentuk sistem pemantauan untuk mengontrol kualitas pelayanan sosial.
Beberapa contoh lokasi yang memiliki panti jompo atau tempat pelayanan
sosial untuk lansia di Taiwan ialah Wan – Han Lansia Service Centre, di kota
Taipei, Ann - Ping Lansia Service Centre, di kota Tainan, Mennonite
Yayasan Kesejahteraan Sosial di kabupaten Hualien, serta Home Care
Support Centre di Changhua county. Tujuan umumnya sama, lembaga-
lembaga pelayanan komunitas ini ingin memberikan pelayanan yang terbaik
untuk membantu lansia yang ada disekitarnya.
Setiap profesi dalam pelayanan komunitas ini berfokus pada
kemampuan mereka sendiri dan memiliki pandangan yang berbeda-beda
terhadap lansia. Pada waktu khusus para pemberi layanan kesehatan
melakukan pertemuan bersama untuk berbagi pengalaman dan membahas
masalah-masalah yang berkaitan dengan pelayanan sosial, klien, dan
homecarers. Kebanyakan pelayan kesehatan dari satu profesi tidak memahami
peran profesi lain sampai mereka bekerja sama. Mereka dapat saling
memahami ketika kursus pelatihan bersama, ibadah bersama atau dengan
membaca beberapa buku atau buku panduan yang sama sehingga mereka
dapat mengerti peran masing-masing. Dengan demikian setiap profesi dapat
menghormati satu sama lain dan saling bekerja sama untuk meningkatkan
komuikasi serta sumberdaya dalam melayani masyarakat.
Asuhan Keperawatan pada Komunitas Lansia Page 15
2.4 Pelayanan Kesehatan Lansia di China
Populasi lansia ( 60 tahun atau lebih ) di Cina adalah sekitar 128 juta
orang, populasi ini adalah yang terbesar di dunia. Diperkirakan bahwa Cina
bisa memiliki sekitar 400 juta lansia pada tahun 2050. Sensus Nasional kelima
pada bulan November tahun 2000 menunjukkan bahwa jumlah orang tua
dengan usia 60 tahun atau lebih, telah mencapai 126 juta lansia dan
merupakan 10% dari total populasi di China. Hal ini menunjukkan bahwa
populasi yang menua akan terus tumbuh sebanyak 3% setiap 10 tahun sampai
tahun 2050, dengan periode pertumbuhan tercepat 2010-2040. Pada tahun
2050 , jumlah orang berusia 60 tahun dan lebih tua akan mencapai 400 juta,
sekitas 25% dari total populasi ( Z. Wang , 2004).
Cina telah berubah secara dramatis dalam beberapa tahun terakhir,
termasuk dalam perubahan struktur keluarga. Dalam masyarakat tradisional
Cina, orang tua terbiasa hidup dengan salah satu anak mereka. Namun saat ini,
semakin banyak orang dewasa yang pindah, dan meninggalkan orang tua
mereka sendiri. Para ahli mengatakan bahwa pengasuhan berbasis keluarga
kini praktis dilakukan karena kebanyakan anak-anak setengah baya memiliki
sedikit waktu untuk mengurus orang tua mereka. Jadi salah satu hal yang
harus orang tua alami saat ini adalah bagaimana mengatur masa tuanya ketika
keluarga mereka tidak bisa mengurus mereka lagi.
Ada tiga hal penting yang dapat mendukung kesejahteraan lansia di
Cina yaitu dukungan keuangan, bantuan aktivitas sehari-hari ( ADL ), dan
kesejahteraan psikologis ( Du , Ding , Li , & Gui , 2004 ). Dukungan finansial
dasar diperlukan oleh lansia untuk biaya hidup dan biaya perawatan
kesehatan, bantuan ADL mengacu pada ketersediaan bantuan formal dan
informal dalam melakukan kegiatan sehari-hari yang penting, dan
kesejahteraan psikologis didefinisikan sebagai sedikitnya penyakit mental dan
Asuhan Keperawatan pada Komunitas Lansia Page 16
gangguan emosional. Ketiga hal ini mempengaruhi kualitas hidup pada lansia
( Kang , 2004) .
Untuk memfasilitasi tercapainya kehidupan lansia yang
makmur,diperlukan 3 hal yaitu dukungan keluarga, perawatan diri , dan sistem
dukungan sosial ( Mu , 2002 ). Dukungan untuk lansia dianggap menjadi
tanggung jawab pertama dan terutama dari keluarga dekat di Cin . Anggota
keluarga mendukung sumber utama fisik, emosional, dukungan sosial,
psikologis, dan keuangan untuk lansia di Cina. Orang dewasa sering terlibat
dalam aktivitas perawatan langsung untuk orang tua mereka yang lanjut usia.
Karena orang tua membesarkan anak-anak , itu adalah tanggung jawab anak-
anak untuk menunjukkan bakti mereka ketika orang tua mereka menjadi tua.
Tradisi ini ditulis ke dalam Konstitusi Republik Rakyat China pada tahun
1949( Shang , 2002). Namun dukungan keluarga untuk merawat lansia di
Cina berubah karena perubahan sosial dan budaya yang terjadi dalam 20 tahun
terakhir, misalnya struktur keluarga “4-2-1” mengacu pada piramida empat
kakek-nenek , dua orang tua , dan satu anak tunggal dalam keluarga. Bagi
pasangan dewasa muda merupakan hal sulit untuk merawat empat orang tua
yang lanjut usia atau orangtua mereka sambil mengurus anak mereka sendiri
dan mempertahankan karir mereka yang sukses di Cina ( An & Dong , 2002).
Saat ini orang tua di Cina harus bergantung pada diri mereka sendiri.
Namun kemampuan perawatan diri mereka tidak mungkin optimal oleh
karena tingginya prevalensi penyakit kronis dan kurangnya sumber daya
keuangan. Sebuah survei kesehatan umum menunjukkan bahwa persentase
lansia dengan penyakit kronis sekitar 74,5 % , dan gangguan kognitif menjadi
masalah yang paling umum (Liu & Pan , 1998).
Saat ini di Cina tersedia Sistem Perawatan Kesehatan dan Sosial
untuk orang tua atau lansia. Dukungan sosial seperti fasilitas perawatan
kesehatan yang disponsori oleh pemerintah , hanya tersedia bagi beberapa
Asuhan Keperawatan pada Komunitas Lansia Page 17
orang tua yang memiliki hak istimewa yaitu mereka yang tinggal di kota-kota
di mana dana pensiun dan asuransi kesehatan tersedia. Meskipun mayoritas
penduduk Cina yang lebih tua tinggal di daerah pedesaan, namun sangat
sedikit dukungan sosial yang tersedia bagi mereka.( Zimmer & Kwong ,
2004 ). Misalnya, di Shanghai terdapat sekitar 400 layanan kesehatan yang
disponsori pemerintah, dan juga swasta menyediakan berbagai jenis layanan
kesehatan untuk lansia berupa panti jompo, rumah sakit, apartemen untuk
orang tua, tempat penitipan lansia, dan perawatan di rumah sakit. Namun
jumlah tempat tidur yang tersedia kurang dari 30.000, hanya dapat memenuhi
kebutuhan sekitar 10% dari jumlah lansia yang ada ( Wei , Zakus , Liang , &
Sun , 2005). Pada saat yang sama, layanan kesehatan yang didanai swasta
seperti panti jompo telah berkembang pesat sejak pertengahan tahun 1990-an.
Fasilitas perawatan yang disediakan oleh swasta hanya memberikan
pelayanan kepada orang-orang kaya karena biaya pendaftaran tinggi.
Peningkatan jumlah fasilitas jenis ini mungkin bukan solusi terbaik untuk
memenuhi kebutuhan lansia karena kebanyakan lansia memilih untuk
menghabiskan hidup di tempat tinggalnya. Maka harus ada cara-cara kreatif
dan beragam untuk menyediakan layanan kesehatan yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan lansia di Cina ( Zhan , 2005).
Peran perawat menjadi penting disini untuk memenuhi kebutuhan
perawatan keluarga dan sosial bagi lansia. Tiga hal utama yang mendukung
proses perawatan lansia yaitu praktek profesi keperawatan, bantuan ADL dan
kesejahteraan psikologis. Terinspirasi oleh perkembangan keperawatan
gerontologi di Amerika Serikat, maka pemberian asuhan keperawatan di Cina,
dapat diterapkan dengan model keperawatan berbasis masyarakat dan
mereformasi kurikulum keperawatan dengan fokus gerontologi. Model
keperawatan berbasis komunitas mengacu pada pelayanan perawatan di
rumah mereka sendiri dan di masyarakat di mana mereka tinggal ( XH Li ,
2005). Di Amerika Serikat, perawatlah yang memimpin dalam
Asuhan Keperawatan pada Komunitas Lansia Page 18
mengembangkan dan melaksanakan praktek-praktek yang inovatif untuk
merawat lansia ( Schoenfeelder , Maas , & Specht , 2005 ).
Kebutuhan perawatan kesehatan yang belum terpenuhi juga
merupakan alasan utama untuk menempati panti jompo, terutama bagi mereka
yang berusia 80 tahun atau lebih tua dengan beberapa penyakit kronis dan
tidak ada keluarga yang merawat mereka. Keuntungan dari panti jompo di
Cina adalah ketersediaan pelayanan kesehatan 24 jam dengan perawat
terampil. Departemen Ekonomi di China menetapkan peraturan mengenai
biaya rumah jompo yang diklasifikasikan menjadi tiga tingkatan : 750 yuan
perbulan bagi mereka yang mampu mengurus diri sendiri , 850 yuan perbulan
untuk mereka yang sebagian bergantung , dan 950 menjadi 1.100 yuan
perbulan bagi mereka yang benar-benar tergantung dengan perawatan yang
ada. Oleh karena itu, model panti jompo hanya sesuai untuk orang dengan
ekonomi menengah ke atas. Orang-orang dengan pendapatan terbatas tidak
mungkin mampu membayar panti jompo kecuali mereka menerima dukungan
keuangan dari anak-anak mereka atau kerabat atau pemerintah.
Singkatnya, model keperawatan berbasis komunitas dioperasikan dan
dikendalikan oleh perawat. Dalam model ini, perawat mendidik pengasuh
lansia dan memberi informasi tentang perawatan kesehatan untuk lansia.
Perawat juga berkolaborasi dengan penyedia layanan kesehatan lain untuk
meningkatkan kualitas pelayanan sosial ( Caffrey , 2005). Standar pendidikan
untuk perawat telah diakui sebagai faktor penting untuk meningkatkan
kualitas perawatan ( Harrington , 2005). Oleh karena itu, mendidik perawat
masa depan dan meningkatkan tenaga kerja keperawatan merupakan hal yang
penting dalam memenuhi kebutuhan lansia di China.
CONTOH KASUS
Dari hasil survey di RT 04, RW 07, Kelurahan X diperoleh data dengan
jumlah warganya 50 KK (sekitar 250 orang), dengan rincian usia 0 – 10 tahun
Asuhan Keperawatan pada Komunitas Lansia Page 19
berjumlah 50 orang, usia remaja 11-20 tahun berjumlah 55 orang, usia 21-60 tahun
berjumlah 60 orang dan usia lansia > 60 tahun berjumlah 80 orang dengan rincian 50
laki – laki dan 20 wanita. Mayoritas agama yang dianut di penduduk tersebut adalah
agama Islam (90 %) dan yang 10 % beragama Kristen. Dari hasil wawancara dengan
ketua RT bahwa 95 % lansia yang ada disana sudah tidak bekerja lagi dikarenakan
kondisi fisik yang sudah tidak kuat lagi. Tingkat pendidikan lansia masih rendah
karena 85 % diantaranya hanya lulusan SD. Tetapi kondisi kekeluargaan di RT 04 ini
terjalin dengan baik dan rukun.
Sebanyak 70 % lansia menderita penyakit kronik hipertensi, DM dan penyakit
jantung lainnya. Namun kebanyakan dari mereka enggan untuk pergi ke puskesmas
atau instansi kesehatan setempat dengan alasan takut biaya pengobatannya mahal dan
letaknya juga agak jauh dari lingkungan setempat. Di RT 04 ini sudah terbentuk
posyandu Lansia akan tetapi pelaksanaannya masih kurang efektif, dikarenakan
lokasi posyandu masih cukup jauh dengan lingkungan komunitas lansia sehingga dari
total lansia yang ada (70 orang) hanya sekitar 20 lansia yang aktif mengikuti kegiatan
posyandu lansia. Bahkan 25% Lansia tidak mengetahui tentang posyandu lansia.
BAB III
Asuhan Keperawatan pada Komunitas Lansia Page 20
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
Tujuan perawatan pada lansia adalah untuk mengoptimalkan kesehatan
mereka secara umum, serta memperbaiki / mempertahankan kapasitas fungsionalnya.
Keduanya bertujuan agar lansia dapat tetap dipertahankan dirumahnya untuk
mengurangi biaya perawatan, meningkatkan kualitas hidupnya sehari – hari, dan
mengoptimalkan kapasitas fungsionalnya. Pengkajian yang menyeluruh pada lansia
yang dilakukan oleh perawat meliputi :
a. Data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri dari jumlah penduduk :
250 orang
1) Umur : 0 – 10 th : 50 orang
11 – 20 th : 55 orang
21 – 60 th : 60 orang
> 60 th : 80 orang
2) Pendidikan : Tingkat pendidikan lansia masih rendah karena
85 %
diantaranya hanya lulusan SD
3) Jenis kelamin Lansia : Wanita : 20 orang
Laki-laki : 50 orang
4) Pekerjaan : Para lansia sudah tidak bekerja lagi
dikarenakan kondisi
fisik yang lemah
5) Agama : Mayoritas penduduk RT 04 beragama Islam
90%, dan
10% beragama Kristen
6) Nilai – nilai : Nilai – nilai kekeluargaan di RT 04 ini terjalin
dengan
baik dan rukun
Asuhan Keperawatan pada Komunitas Lansia Page 21
7) Sejarah komunitas :Sebagian besar masyarakat RT.04 adalah
orang-orang
pendatang dari daerah lain atau penduduk
musiman
8) Faktor teknologi (tecnological factors) :
a. Persepsi sehat sakit
b. Kebiasaan berobat:
c. Alasan mencari
bantuan kesehatan,
d. persepsi klien
tentang pemanfaatan
teknologi
: Komunitas lansia di RT 04, RW 07,
Kelurahan X, mempersepsikan semakin
bertambah umur tubuh semakin lemah.
: Tidak terlalu memperdulikan penyakit dan
kalau sudah parah baru memeriksakan diri
ke puskesmas.
: Karena penyakit dengan gejala yang sudah
parah.
: Terkesan takut memeriksakan diri dengan
alat-alat medis, biaya yang terlalu mahal,
dan jarak yang terlalu jauh
b. Delapan subsistem yang mempengaruhi komunitas
1. Lingkungan Fisik
Berdasarkan hasil pengamatan, lingkungan RT 04 RW 07 Kelurahan X
sudah cukup baik, namun kondisi rumah yang padat dan kecil, serta
kapasitas rumah dan penghuni yang tidak seimbang sehingga sanitasi
lingkungan di daerah tersebut kurang baik.
2. Pelayanan kesehatan dan social
Lokasi posyandu masih cukup jauh dengan lingkungan komunitas lansia
sehingga dari total lansia yang ada (70 orang) hanya sekitar 20 lansia yang
aktif mengikuti kegiatan posyandu lansia. Bahkan 25% Lansia tidak
mengetahui tentang posyandu lansia.
Asuhan Keperawatan pada Komunitas Lansia Page 22
3. Ekonomi
Status ekonomi lansia yang ada di RT 04 RW 07 Kelurahan X dari hasil
wawancara dengan ketua RT didapartkan bahwa 95 % lansia yang ada
disana sudah tidak bekerja lagi dikarenakan kondisi fisik yang sudah tidak
kuat lagi.
4. Keamanan
Lingkungan RT 04 dapat dikatakan cukup aman. Hal ini dikarenakan tingkat
kebersamaan dan kerukunan antar warga juga terjalin dengan baik.
5. Politik dan kebijakan pemerintah
Upaya pemerintah yang ada di kawasan tersebut adalah adanya posyandu
lansia. Akan tetapi program-program tersebut belum berjalan maksimal
dikarenakan sosialisasi dari pihak RT dan tenaga kesehatan masih kurang.
6. Sistem komunikasi
Sistem komunikasi dan sosialisasi aparat desa masih kurang baik terkait
dengan masih banyak penduduk yang belum datang dan mengetahui adanya
posyandu lansia.
7. Pendidikan
Tingkat pendidikan lansia masih rendah karena 85 % diantaranya hanya
lulusan SD. Hal ini berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan lansia akan
pentingnya mengikuti posyandu lansia dan program-progran lain yang
berkaitan untuk menunjang kesehatan lansia.
8. Rekreasi
Masyarakat Lansia RT.04 jarang melakukan rekreasi karena tidak terdapat
area rekreasi yang dekat dengan wilayah mereka.
2. Pemeriksaan Fisik yang sering kali ditemukan dan dikeluhkan oleh pasien
lansia (Kone, 1994) :
B1 ( Breath ) : sesak nafas yang progresif, batuk yang menetap
B2 ( Blood ) : ortopneu, angina, edema, palpitasi
B3 ( Brain ) : gangguan penglihatan dan pendengaran
Asuhan Keperawatan pada Komunitas Lansia Page 23
B4 ( Bladder ) : Poliuria, inkontinensia
B5 ( Bowel ) : sulit mengunyah dan menelan, nyeri perut, dan
perubahan
defekasi
B6 ( Bone ) : Nyeri local, kelumpuhan, gangguan sensitifitas
3.2 ANALISIS DATA
Data Masalah
1. Lingkungan Fisik
Berdasarkan hasil pengamatan,
lingkungan RT 04 RW 07
Kelurahan X sudah cukup baik,
namun kondisi rumah yang padat
dan kecil, serta kapasitas rumah
dan penghuni yang tidak
seimbang sehingga sanitasi
lingkungan di daerah tersebut
kurang baik.
2. Pelayanan kesehatan dan social
Lokasi posyandu masih cukup
jauh dengan lingkungan
komunitas lansia
3. Ekonomi
95 % lansia yang ada disana
sudah tidak bekerja lagi
dikarenakan kondisi fisik yang
sudah tidak kuat lagi.
4. Sistem komunikasi
Sistem komunikasi dan sosialisasi
Ketidakefektifan pemeliharaan
kesehatan pada lansia di RT 04 RW
07 Kelurahan X.
Asuhan Keperawatan pada Komunitas Lansia Page 24
aparat desa masih kurang baik
terkait dengan masih banyak
penduduk yang belum datang dan
mengetahui adanya posyandu
lansia
5. Pendidikan
85% pendidikan lansia di RT 04
RW 07 ini hanya lulusan SD
3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada lansia di RT 04 RW 07
Kelurahan X.
3.4 INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosisi
Keperawat
an
Tujuan Rencana
Kegiatan
Sasaran Metode Tempat PJ Sumber
dana
Ketidakefe
ktifan
pemelihara
an
kesehatan
pada lansia
di RT.04
RW.07
Kelurahan
X
Tujuan
jangka
panjang:
Peningka
tan
pengetah
uan
tentang
hipertens
i dan
penyakit
lain pada
Melakukan
pendekata
n informal
dengan
aparat desa
yang
terkait (RT
setempat)
Ketua
RT,
Aparat
desa
Komuni
kasi dan
informa
si
Rumah
RT,
Nav
ira
Mahasis
wa,
warga,
Dinas
kesehat
an
Mediskusi
kan
kegitan
Ketua
RT,
Aparat
Diskusi Balai
RT,
Puskes
Anis
Asuhan Keperawatan pada Komunitas Lansia Page 25
lansia di
RT.04
RW.07
Keluraha
n X
Keluraha
n
Mulyorej
o
Jangka
pendek :
Para
lansia
mendapa
tkan
informasi
tentang
p
enyakitn
ya dan
mampu
mengatas
inya
yang ingin
dilaksanan
kan
dengan
RT, tokoh
penting,
puskesmas
pentingnya
adanya
posyandu
lansia dan
juga
gotong
royong
warga
untuk
meningkat
kan status
kesehatan
lansia
desa,
pihak
pukesm
as
mas
Mendiskus
ikan
dengan
pihak
dinkes
untuk
menyediak
an fasilitas
kendaraan
ataupun
Kepala
dinkes
surabay
a
Diskusi Kantor
Dinkes
Yun
ita
Asuhan Keperawatan pada Komunitas Lansia Page 26
mendirika
n
posyandu
lansia yang
sakit.
Berkoordi
nasi
dengan RT
dan
puskesmas
lansia
untuk
menyiapka
n kader
posyandu
lansia
Puskes
mas,
RT
Kolabor
asi
Balai
RT
Praj
na
Mengadak
an
pertemuan
dengan
pukesmas
dan kader
posyandu
lansia.
Kader
lansia
dan
puskes
mas
Diskusi Balai
RT
Menyajika
n materi
tentang
tugas dan
kewajiban
keder
Kader
lansia
Edukasi
,
komuni
kasi,
informa
si
Balai
RT
Dita
Asuhan Keperawatan pada Komunitas Lansia Page 27
posiayand
u lansia
Melakukan
demonstra
si cara
pengukura
n berat
badan,
Tekanan
darah, dan
pengisisan
KMS.
Kader
lansia
Edukasi
,
komuni
kasi,
informa
si
Balai
RT
Siti
Melakukan
penyuluha
n ke
kepada
para lansia
dan warga
untuk
berobat
bila sakit
dan bahaya
hipertensi
bila tidak
dicegah,
diobati
dabn juga
bila ada
keluhan
bisa
Warga
lansia,
kader
Edukasi
,
komuni
kasi,
informa
si
Balai
RT
Dew
i
Asuhan Keperawatan pada Komunitas Lansia Page 28
dikoordina
sikan
dengan
kader
Evaluasi
dan
monitoring
bekerja
sama
dengan
pukesmas
dari
kegiatan.
Kader,
puskes
mas
Monitor
ing
Wilaya
h
RT.04
RW.07
Kelura
han X
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Tahap terakhir dalam perkembangan dibagi menjadi usia lanjut dini yang
berkisar antara usia enampuluh sampai tujuh puluh tahun dan usia lanjut yang dimulai
pada usia tujuh puluh tahun hingga akhir kehidupan seseorang. Banyak di antara para
lansia tidak memiliki perencanaan adekuat untuk pengeluaran medis yang sering kali
Asuhan Keperawatan pada Komunitas Lansia Page 29
menyertai penyakit kronik yang mereka laami. Lansia sering kali mengalami
keterbatsan dalam mengakses pelayanan preventif.
Bentuk pelayanan keperawatan bagi lansia saling berbeda antarnegara serta
juga mengalami perubahan dengan cepat. Bahkan di negara yang sama pun terdapat
perbedaan antar daerahnya. Secara tradisional, perawatan bagi lansia merupakan
tanggung jawab anggota keluarganya serta dilaksanakan dalam konteks “extended
family”. Di negara-negara maju, tanggung jawab pelaksanaan pelayanan lansia
diambil alih oleh pemerintah/negara dan badan-badan sosial masyarakat (Siti
Maryam, 2008)
Bagaimanapun, profesi perawat telah memiliki pengalaman dan telah
mengikuti pendidikan lanjutan praktik keperawatan gerontologi dan keperwatan klien
dewasa, seiring dengan dimasukkannnya mata kuliah geriatrik dalam kurikulum
pendidikan keperawatan.
4.2 Saran
Dengan adanya makalah ini kita dapat mengetahui dan memahami tentang
pentingnya adanya pelayanan kesehatan bagi komunitas lansia. Dan tentunya kita
sebagai seorang perawat harus mampu dan memahami peran serta fungsi kita sebagai
perawat didalam tenaga kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Kone, 1994. Essential Of Clinical Geriatrics, New York : Mc. GrawHill.
Efendi, Ferry. 2013. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik dalam
Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika
Anderson, T. Elizabeth. Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik Edisi
3. 2007. Jakarta : EGC
Asuhan Keperawatan pada Komunitas Lansia Page 30
S. Tamher. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika
Maryam, R. Siti. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika
(http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19638058 13.51)
An ZL. Exploring the nursing models caring for older adults in rural areas. Journal of
Agricultural Cultivation Economy. 2004;1:37–39.
Tamher.S, Noorkasiani. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan. 2009. Jakarta : Penerbit Salemba Medika
An ZL, Dong YJ. Discussions on choices of patterns of providing for the aged in
rural area in China. Northwest Agriculture and Forest Technology University
Transaction. 2002;2:64–69.
Bertsch DK. A nurse goes shopping for a continuing care retirement community.
Geriatric Nursing. 2005;26:241–244. [PubMed]
Caffrey RA. The rural community care gerontologic nurse entrepreneur: Role
development strategies. Journal of Gerontological Nursing. 2005;31(10):11–17.
[PubMed]
Du P, Ding SH, Li QP, Gui JP. The influence of children thrown in labour force
outside the countryside to their older parents stayed in the countryside. Population
Research. 2004;11:44–52.
Evashwick CJ, Cohn J. Enhancing managed care’s role in long term care: Building
on the aging network. Managed Care Quarterly. 1999;7(1):39–45. [PubMed]
Fang JB, Chen H. The challenge of population aging on nursing. International
Journal of Chinese Nursing. 2004;3(2):147–149.
Flesner MK. Care of the elderly as a global nursing issue. Nursing Administration
Quarterly. 2004;28(1):67–73. [PubMed]
Asuhan Keperawatan pada Komunitas Lansia Page 31
Harrington C. Nurse staffing in nursing homes in the United States: Part I. Journal
of Gerontological Nursing. 2005;31(2):18–24. [PubMed]
Howard W. Wealth grows, but health care withers in China—rural areas lag with
fall of socialized medicine. The New York Times. 2006 January 14;:A1, A7.
Jeffers BR, Campbell SL. Preparing to care for older adults: Engaging college
constituents. Journal of Nursing Education. 2005;44(6):280–283. [PubMed]
Jiang XL. Statistic Bureau of China publicizes population sample survey’s results.
People’s Daily Overseas Edition. 2006 March 17; Version 1.
Kang SX. Analysis and countermeasure research of aging problems for stayed
older adults in the countryside. Gan Su Agriculture. 2004;7(240):111–112.
Keister KJ, Blixen CE. Quality of life and aging. Journal of Gerontological
Nursing. 1998;24(5):22–29. [PubMed]
Kingma M. ICN on healthy aging: A public health and nursing challenge.
International Nursing Review. 1999;46(2):60–61. [PubMed]
Lee R, Miller T. An approach to forecasting health expenditures, with application
to the US Medicare system. Health Services Research. 2002;37(5):1365–1386. [PMC
free article] [PubMed]
Li CS. The need and services for community nursing. Modern Rehabilitation.
2000;4(1):149–150.
Li XH. Community care model and the choice of caring for older adults. Theory
Journal. 2005;10(140):102–103.
Liu JF, Pan MZ. How nursing serves the aged. Journal of Practical Nursing.
1998;14(10):513.
Lu SP, Xie YJ. Population aging and community nursing in China. Journal of
Aging of China. 2005;18(5):26.
Asuhan Keperawatan pada Komunitas Lansia Page 32
Lubben JE, Damron-Rodriguez J. An international approach to health care in
community for older adults. Family and Community Health. 2003;26(4):338–349.
[PubMed]
Mezey M, Boltz M, Esterson J, Mitty E. Evolving models of geriatric nursing care.
Geriatric Nursing. 2005;26(1):11–15. [PubMed]
Mezey M, Fulmer T. The future history of gerontological nursing. Journals of
Gerontology Series A-Biological Sciences & Medical Sciences. 2002;57(7):438–441.
[PubMed]
Milio N. The impact of recent changes in public health insurance on community-
based health care in the USA. Nursing Inquiry. 2000;7(4):266–273.
Moore C. As we age who will care for us? Kansas Nurse. 2005;8(7):12–15.
[PubMed]
Mu GZ. Aging project “3+2”: The special integrative Chinese aging way.
Newspaper Economy Daily. 1998 September 14; Version 1.
Mu GZ. The problem of providing for the aged in cities in China: The case of
Beijing. People’s University Transaction. 2002;2:64–69.
Rabig J, Thomas W, Kane RA, Cutler LJ, McAlilly S. Radical redesign of nursing
homes: Applying the green house concept in Tupelo, Mississippi. The Gerontologist.
2006;46(4):533–539. [PubMed]
Reicherter EA, Billek-Sawhney B. Use of the social system theory for the analysis
of community reintegration of older adults. Topics in Geriatric Rehabilitation.
2003;19(4):298.
Rmn JC. Adverse factors and the mental health of older people: Implications for
social and professional practice. Journal of Psychiatric and Mental Health Nursing.
2005;12:290–296. [PubMed]
Asuhan Keperawatan pada Komunitas Lansia Page 33
Schoenfeelder DP, Maas ML, Specht JK. Innovation in long-term care HomeSafe:
Supportive assistance for elderly individuals through a nurse-managed plan. Journal
of Gerontological Nursing. 2005;31(4):5–11. [PubMed]
Shang G. Problems and methods of families’ support providing for older adults in
rural areas in Beijing. Beijing Society Science. 2002;3:24–28.
Song J. Study review of the provision for rural aging. Population Study.
2001;11:64–69.
Wang QF. 85 free medical sites are established in communities of Sahekou District
in Dalian. China and Foreign Medical Journal. 2006;4(3):130.
Wang Z. Problems of providing for older adults and its countermeasure study.
Journal of Economy. 2004;7:46–47.
Wei X, Zakus D, Liang H, Sun X. The Shanghai case: A qualitative evaluation of
community health reform in response to the challenge of aging population.
International Journal of Health Planning & Management. 2005;20(3):269–286.
[PubMed]
Wu BW, Cao WX. Analysis on challenges faced nursing education in China from
the status difference between China and the US. Chinese Nursing Research.
2005;20(5):1202–1204.
Xian YN, Li GZ. Analysis of the outcome of home care services for 100 cases.
Chinese Journal of Clinical Research. 2006;12(3):330–331.
Yang YH. Status and introspection of nursing education. Shanghai Nursing
Journal. 2006;6(4):1–2.
Zhan HJ. Aging, health care, and elder care: Perpetuation of gender inequalities in
China. Health Care for Women International. 2005;26(8):693–712. [PubMed]
Asuhan Keperawatan pada Komunitas Lansia Page 34