IKM
description
Transcript of IKM
BAGIAN IKM- IKK JULI 2015
FAKULTAS KEDOKTERAN PROPOSAL
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGELOLAAN LIMBAH PADAT MEDIS
DI RUMAH SAKIT ISLAM FAISAL
DI SUSUN OLEH :
1. SEMY FARASTOMO 110 203 055
2. EVA ROSDIANAH 110 205 143
3. CHINDY PERMATASARI 110 206 135
4. ASTUTI MAPPUTJI 110 207 080
5. SITTI JAIFAH JALIAS 110 208 027
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
M A K A S S A R
2015
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah lingkungan erat sekali hubungannya dengan dunia kesehatan.
Untuk mencapai kondisi masyarakat yang sehat diperlukan lingkungan yang baik
pula. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan
keterkaitan tersebut. Sarana pelayanan kesehatan merupakan tempat bertemunya
kelompok masyarakat penderita penyakit, kelompok masyarakat pemberi
pelayanan, kelompok pengunjung dan kelompok lingkungan sekitar. Adanya
interaksi di dalamnya memungkinkan menyebarnya penyakit bila tidak didukung
dengan kondisi lingkungan yang baik dan saniter.1,2
Limbah rumah sakit adalah limbah yang mencakup semua buangan yang
berasal dari instalasi kesehatan, fasilitas penelitian, dan laboratorium. Kepmenkes
Republik Indonesia No.1204/Menkes/SK/X/2004, mengatakan Limbah Rumah
Sakit ada 3 macam yakni; 1) Limbah cair artinya semua air buangan termasuk
tinja yang berasal dari kegiatan rumah sakit yang kemungkinan mengandung
mikrooganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif yang berbahaya bagi
kesehatan. 2) Limbah Gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal
dari kegiatan pembakaran di rumah sakit seperti insenerator, dapur, perlengkapan
generator, anastesi, dan pembuatan obat Sitotoksik. 3) Limbah padat adalah semua
limbah rumah sakit yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit
yang terdiri dari limbah medis padat dan limbah padat non medis.2,3
2
Limbah medis padat adalah limbah yang langsung dihasilkan dari tindakan
diagnosis dan tindakan medis terhadap pasien. Limbah medis padat yang terdiri
dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi,
limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer
bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi. Limbah padat
non medis artinya limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di rumah sakit di
luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan halaman yang dapat di
manfaatkan kembali apabila ada teknologinya. Limbah padat non medis meliputi
kertas-kertas pembungkus atau kantong dan plastik yang tidak berkaitan dengan
cairan tubuh. Pewadahan limbah padat non medis dipisahkan dari limbah medis
padat dan ditampung dalam kantong plastik warna hitam khusus untuk limbah
medis non padat.4,5
Jumlah limbah medis yang bersumber dari fasilitas kesehatan diperkirakan
semakin lama semakin meningkat. Penyebabnya yaitu jumlah rumah sakit,
puskesmas, balai pengobatan, maupun laboratorium medis yang terus bertambah.
Pada Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010 menyebutkan bahwa jumlah rumah
sakit di Indonesia mencapai 1.632 unit. Sementara itu, jumlah puskesmas
mencapai 9.005 unit. Fasilitas kesehatan yang lain diperkirakan jumlahnya akan
terus meningkat dan tidak dijelaskan berapa jumlah yang tepat.4
Limbah yang dihasilkan dari upaya medis seperti puskesmas, poliklinik
dan rumah sakit yaitu jenis limbah yang termasuk dalam kategori biohazard yaitu
jenis limbah yang sangat membahayakan lingkungan, di mana di sana banyak
terdapat buangan virus, bakteri maupun zat-zat yang membahayakan lainnya
3
sehingga harus dimusnahkan dengan jalan dibakar dalam suhu di atas 800 derajat
celcius.5
Limbah yang dihasilkan rumah sakit dapat membahayakan kesehatan
masyarakat, yaitu limbah berupa virus dan kuman yang berasal dan laboratorim
virology dan mikrobiologi yang sampai saat ini belum ada alat penangkalnya
sehingga sulit untuk dideteksi. Limbah cair dan limbah padat yang berasal dan
rumah sakit/puskesmas dapat berfungsi sebagai media penyebaran gangguan atau
penyakit bagi para petugas, penderita maupun masyarakat. Limbah alat suntik dan
limbah lainnya dapat menjadi faktor risiko penularan berbagai penyakit 3 seperti
penyakit akibat infeksi nosokomial, penyakit HIV/AIDS, Hepatitis B dan C serta
penyakit lain yang ditularkan melalui darah (Depkes RI, 2004). Apabila limbah
medis tersebut tidak dikelola dengan baik akan berdampak negatif dan merugikan
bagi masyarakat di sekitar rumah sakit maupun bagi rumah sakit itu sendiri.
Dampak negatif tersebut dapat berupa gangguan kesehatan dan pencemaran.5,6
4
BAB II
RUANG LINGKUP
A. Tujuan Umum
Survey ini dilakukan untuk mengetahui tentang pengelolaan limbah padat
di Rumah Sakit Islam Faisal, Makassar.
B. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui Pemilahan Limbah Medis Padat yang Berasal dari
Rumah Sakit Islam Faisal, Makassar.
2. Untuk mengetahui Pengumpulan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit
Islam Faisal, Makassar.
3. Untuk mengetahui Penampungan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit
Islam Faisal, Makassar.
4. Untuk mengetahui pemindahan dan pengumpulan Limbah Medis Padat di
Rumah Sakit Islam Faisal, Makassar.
5. Untuk mengetahui pengangkutan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit
Islam Faisal, Makassar.
6. Untuk mengetahui pemusnahan limbah medis padat di Rumah Sakit Islam
Faisal, Makassar.
5
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1. Definisi
Lingkungan adalah tanggung jawab bersama bagi semua pihak, demi
terciptanya lingkungan yang aman dan sehat. Limbah Rumah Sakit adalah
tergolong limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun ) , yang penanganannya
diperlukan perlakuan khusus dan tidak boleh ditangani secara sembarangan dan
dibuang di tempat pembuangan sampah yang ada.7
Untuk membantu memecahkan persoalan dalam pengolahan limbah medis
padat/cair infeksius diperlukan suatu perusahaan yang bergerak dibidang
manajemen pengolahan limbah medis padat/cair infeksius yang professional yang
memiliki ijin dan dapat memberikan jasa terpadu dan terintegrasi dengan
memenuhi persyaratan dan perundangan yang ada.7,8
Untuk mewujudkan hal tersebut diatas diperlukan investasi untuk
mendirikan suatu perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan limbah rumah
sakit dan limbah medis padat/cair infeksius yang menggunakan suatu teknologi
mutkhir dalam pemusnahan limbah B3 tersebut yang dimonitor oleh tim ahli
sehingga limbah tersebut dapat perlakukan menjadi ramah lingkungan.8
3.2. Pemilahan Limbah Medis Padat yang Berasal dari Rumah Sakit
Limbah medis yaitu buangan dari kegiatan pelayanan yang tidak dipakai
ataupun tidak berguna termasuk dari limbah pertamanan. Limbah medis
cenderung bersifat infeksius dan kimia beracun yang dapat mempengaruhi
6
kesehatan manusia, memperburuk kelestarian lingkungan hidup apabila tidak
dikelola dengan baik. Limbah medis puskesmas adalah semua limbah yang
dihasilkan dari kegiatan puskesmas dalam bentuk padat dan cair.5,9
Limbah non-medis adalah limbah domestik yang dihasilkan di sarana
pelayanan kesehatan tersebut. Sebagian besar limbah ini merupakan limbah
organik dan bukan merupakan limbah B-3, sehingga pengelolaannya dapat
dilakukan bersama-sama dengan sampah kota yang ada. Jenis limbah non medis
tersebut antara lain, limbah cair dari kegiatan loundry, limbah domestik cair dan
sampah padat.5,9,10
Berdasarkan potensi bahaya yang dapat ditimbulkannya, oleh Departemen
Kesehatan RI limbah medis telah digolongkan sebagai berikut :11,12
Kategori
Limbah
Definisi Contoh limbah
1. Infeksius Limbah yang
terkontaminasi
organisme patogen
(bakteri, virus, parasit,
atau jamur) yang tidak
secara rutin ada
lingkungan dan
organisme tersebut dalam
jumlah dan virulensi
Kultur laboratorium,
limbah dari bangsal
isolasi, kapas, materi,
atau peralatan yang
teresentuh pasien yang
terinfeksi, ekskreta.
7
yang cukup untuk
menularkan penyakit
pada manusia rentan.
2. Patologis Limbah berasal dari
pembiakan dan stock
bahan yang sangat
infeksius, otopsi, organ
binatang percobaan dan
bahan lain yang telah
diinokulasi, terinfeksi
atau kontak dengan
bahan
yang sangat infeksius.
Bagian tubuh manusia
dan hewan (limbah
anatomis), darah dan
cairan tubuh yang lain,
janin.
3. Sitotoksis Limbah dari bahan yang
terkontaminasi dari
persiapan dan pemberian
obat sitotoksis untuk
kemoterapi kanker yang
mempunyai kemampuan
untuk membunuh atau
mengahambat
pertumbuhan sel hidup.
Dari materi yang
terkontaminasi pada saat
persiapan dan pemberian
obat, misalnya spuit,
ampul,
kemasan,obatkedaluarsa,
larutan sisa, urine, tinja,
muntahan pasien yang
mengandung obat
sitotoksik.
8
4. Benda tajam merupakan materi yang
dapat menyebabkan luka
iris atau luka tusuk.
Semua benda tajam ini
memiliki potensi bahaya
dan dapat menyebabkan
cedera melalui sobekan
atau tusukan. Benda-
benda tajam yang
terbuang mungkin
terkontaminasi oleh
darah, cairan tubuh,
bahan mikrobiologi,
bahan beracun atau
radioaktif
jarum, jarum suntik,
skalpel, pisau bedah,
peralatan infus, gergaji
bedah, dan pecahan kaca
5. Farmasi Limbah farmasi
mencakup produksi
farmasi. Kategori ini juga
mencakup barang yang
akan di buang setelah
digunakan untuk
menangani produk
farmasi, misalnya botol
obat-obatan, vaksin, dan
serum yang sudah
kedaluarsa, tidak
digunakan, tumpah, dan
terkontaminasi, yang
tidak diperlukan lagi.
9
atau kotak yang berisi
residu, sarung tangan,
masker, slang
penghubung darah atau
cairan, dan ampul obat.
6. Kimia mengandung zat kimia
yang berbentuk padat,
cair, maupun gas yang
berasal dari aktivitas
diagnostic dan
eksperimen serta dari
pemeliharaan kebersihan
rumah sakit dengan
menggunakan
desinfektan.
Reagent di laboratorium,
film untuk rontgen,
desinfektan yang
kadaluarsa atau sudah
tidak diperlukan lagi,
solven
7. Radioaktif Bahan yang
terkontaminasi dengan
radioisotop yang berasal
dari penggunaan medis
atau riset radio nukleida.
Limbah ini dapat berasal
dari antara lain : tindakan
kedokteran nuklir, radio-
Cairan yang tidak
terpakai dari radioaktif
atau riset dilaboratorium,
peralatan kaca, kertas
absorben yang
terkontaminasi, urine dan
ekskreta dari pasien yang
diobati atau diuji dengan
10
imunoassay dan
bakteriologis; dapat
berbentuk padat, cair
atau gas
radionuklida yang
terbuka.
8. Logam yang
bertekanan
tinggi/ berat
Limbah yang
mengandung logam berat
dalam konsetrasi tinggi
termasuk dalam
subkategori limbah
kimia berbahaya dan
biasanya sangat toksik.
Contohnya adalah limbah
merkuri yang berasal dari
bocoran peralatan
kedokteran yang
rusak
Thermometer, alat
pengukur tekanan darah,
residu dari ruang
pemeriksaan gigi, dan
sebagainya.
9. Kontainer
Bertekanan
Limbah yang berasal dari
berbagai jenis gas yang
digunakan di rumah
sakit.
tabung gas, kaleng
aerosol yang
mengandung residu, gas
cartridge.
11
3.3. Persyaratan Pengelolaan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit
a. Minimasi Limbah:12
Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari
sumber.
Setiap rumah sakit harus mengelola dan mengawasi penggunaan
bahan kimia yang berbahaya dan beracun.
Setiap rumah sakit harus melakukan pengelolaan stok bahan kimia
dan farmasi.
Setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah medis
mulai dari pengumpulan, pengangakutan, dan pemusnahan harus
melalui sertifikasi dari pihak yang berwenang.
b. Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan kembali dan Daur Ulang12
Pemilahan limbah harus selalu dilakukan dari sumber yang
menghasilkan limbah.
Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari
limbah yang tidak dimanfaatkan kembali.
Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa
memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut
harus anti bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka sehingga
orang yang tidak berkepentingan tidak dapat membukanya.
Jarum dan srynges harus dipisahkan sehingga tidak dapat
digunakan kembali.
12
Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan kembali harus
melalui proses sterilisasi, untuk menguji efektifitas sterilisasi panas
harus dilakukan tes Bascillus Stearothermophilus dan untuk
sterilisasi kimia harus dilakukan tes Bacillus subtilis.
Limbah jarum hipodermik tidak dianjurkan untuk dimanfaatkan
kembali. Apabila rumah sakit tidak mempunyai jarum yang sekali
pakai (disposable), limbah jarum hipodermik dapat dimanfaatkan
kembali setelah melalui proses salah satu metode sterilisasi.
Pewadahan limbah medis padat harus memenuhi persyaratan
dengan menggunakan wadah seperti berikut :
Daur ulang tidak bisa dilakukan oleh rumah sakit kecuali untuk
pemulihan perak yang dihasilkan dari proses film sinar X.
13
Limbah Sitotoksik dikumpulkan dalam wadah yang kuat, anti
bocor, dan diberi label bertuliskan “Limbah Sitotoksik”.
c. Tempat penampungan sementara
Bagi rumah sakit yang mempunyai insinerator di lingkungannya
harus membakar limbahnya selambat-lambatnya 24 jam.
Bagi rumah sakit yang tidak mempunyai insinerator maka limbah
medis padatnya harus dimusnahkan melalui kerjasama dengan
rumah sakit lain atau pihak lain yang mempunyai insinerator untuk
dilakukan pemusnahan selambat-lambatnya 24 jam apabila di
simpan pada suhu ruang.
d. Transportasi
Kantong limbah medis padat sebelum dimasukkan ke kendaraan
pengangkut harus diletakkan dalam kontainer yang kuat dan
tertutup.
Kantong limbah medis padat harus aman dari jangkauan manusia
maupun binatang.
Petugas yang menangani limbah, harus menggunakan alat
pelindung diri yang terdiri: Topi, Masker, Pelindung amta, pakaian
panjang (coverall), apron untuk industri, pelindung kaki/sepatu
boot, dan sarung tangan khusus (disposable gloves atau heavy duty
gloves).
14
e. Pengolahan, Pemusnahan dan pembuangan Akhir limbah padat
Limbah infeksius dan benda tajam
a. Limbah yang sangat infeksius seperti biakan dan persediaan agen
infeksius dari laboratorium harus disterilisasi dengan pengolahan
panas dan basah seperti dalam autoclave sedini mungkin. Untuk
limbahinfeksius yang lain cukup dengan cara desinfeksi.
b. Benda tajam harus diolah dengan insinerator bila memungkinkan
dan dapat diolah bersama dengan limbah infeksius lainnya.
Kapsulisasi juga cocok untuk benda tajam
c. Setelah insinerasi atau desinfeksi, residunya dapat dibuaang ke
tempat penampungan B3 atau di buang ke landfill jika residunya
sudah aman.
Limbah Farmasi
Limbah farmasi dalam jumlah kecil dapat diolah dengan insinerator
pirolitik (pyrolitik incinerator), rotary klin, dikubur secara aman,
sanitary landfill, dibuang ke sarana air limbah atau insinerasi. Tetapi
dalam jumlah besar harus menggunakan fasilitas pengolahan yang
khusus seperti rotary kli, kapsulisasi dalam drum logam, dan inersisasi.
Limbah Sitotoksik
a. Limbah Sitotoksik sangat berbahaya dan tidak boleh dibuang
dengan penimbunan (landfiil) atau saluran limbah umum.
15
b. Bahan yang belum dipakai dan kemasannya masih utuh karena
kadaluarsa harus dikembalikan ke distributor apabila tidak ada
insinerator dan diberi keterangan bahwa obat tersebut sudah
kadaluarsa atau tidak dipakai lagi.
c. Insinerasi pada suhu tinggi sekitar 1200°C dibutuhkan untuk
menghancurkan semua bahan sitotoksik. Insinerasi pada suhu
rendah dapat menghasilkan uap sitotoksik yang berbahaya ke
udara.
d. Apabila cara insinerasi maupun degradasi kimia tidak tersedia,
kapsulisasi atau inersisasi dapat di pertimbangkan sebagai cara
yang dapat dipilih.
Limbah bahan kimiawi
a. Pembuangan limbah kimia biasa.
Limbah biasa yang tidak bisa daur ulang seperti asam amino,
garam, dan gula tertentu dapat dibuang ke saluran air kotor.
b. Pembuangan limbah kimia berbahaya dalam jumlah kecil
Limbah bahan berbahaya dalam jumlah kecil seperti residu yang
terdapat dalam kemasan sebaiknya dibuang dengan insinerasi
pirolitik, kapsulisasi, atau ditimbun (landfill).
16
Limbah dengan kandungan logam berat tinggi
Limbah dengan kandungan mercuri atau kadmium tidak boleh
dibakar atau diinsinesrasi karena berisiko mencemari udara dengan uap
beracun dan tidak boleh dibuang landfill karena dapat mencemari air
tanah.
Kontainer Bertekanan
Cara yang terbaik untuk menangani limbah kontainer bertekanan
adalah dengan daur ulang atau pengunaan kembali. Apabila masih
dalam kondisi utuh dapat dikembalikan ke distributor untuk pengisian
ulang gas. Agen halogenida dalam bentuk cair dan dikemas dalam
botol harus di perlakukan sebagai limbah bahan
kimia berbahaya untuk pembuangannya.
Limbah radioaktif
Pengelolaan limbah radioaktif yang aman harus diatur dalam
kibijakan dan strategi nasional yang menyangkut perturan,
infrastruktur, organisasi pelaksana
dan tenaga yang terlatih
17
3.4. Tata Cara Pelaksanaan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit
Konsep pengelolaan lingkungan yang memandang pengelolaan lingkungan
sebagai sebuah sistem dengan berbagai proses manajemen didalamnya yang
dikenal sebagai Sistem Manajemen Lingkungan (Environment Management
System), melalui pendekatan ini, pengelolaan lingkungan tidak hanya meliputi
bagaimana cara mengolah limbah sebagai by product (output), tetapi juga
18
mengembangkan strategi-strategi manajemen dengan pendekatan sistematis untuk
meminimasi limbah dari sumbernya dan meningkatkan efisiensi pemakaian
sumber daya sehingga mampu mencegah pencemaran dan meningkatkan performa
lingkungan 12
Pengolahan limbah padat dapat dilakukan dengan berbagai cara yang
tentunya dapat menjadikan limbah tersebut tidak berdampak buruk bagi
lingkungan ataupun kesehatan. Menurut sifatnya pengolahan limbah padat dapat
dibagi menjadi dua cara yaitu pengolahan limbah padat tanpa pengolahan dan
pengolahan limbah padat dengan pengolahan.12
Limbah padat tanpa pengolahan : Limbah padat yang tidak mengandung
unsur kimia yang beracun dan berbahaya dapat langsung dibuang ke tempat
tertentu sebagai TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Limbah padat dengan
pengolahan : Limbah padat yang mengandung unsur kimia beracun dan berbahaya
harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke tempat-tempat tertentu.12
3.5. Dampak pada Pengelolaan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit
Limbah pasti akan berdampak negatif pada lingkungan hidup jika tidak
ada pengolahan yang baik dan benar, dengan adanya limbah padat didalam
linkungan hidup maka dapat menimbulkan pencemaran seperti :13
Timbulnya gas beracun, seperti asam sulfida (H2S), amoniak (NH3),
methan3 (CH4), C02 dan sebagainya. Gas ini akan timbul jika limbah
padat ditimbun dan membusuk dikarena adanya mikroorganisme.
Adanya musim hujan dan kemarau, terjadi proses pemecahan bahan
organik oleh bakteri penghancur dalam suasana aerob/anaerob.
19
Dapat menimbulkan penurunan kualitas udara, dalam sampah yang
ditumpuk, akan terjadi reaksi kimia seperti gas H2S, NH3 dan methane
yang jika melebihi NAB (Nilai Ambang Batas) akan merugikan
manusia. Gas H2S 50 ppm dapat mengakibatkan mabuk dan pusing.
Penurunan kualitas air, karena limbah padat biasanya langsung dibuang
dalam perairan atau bersama-sama air limbah. Maka akan dapat
menyebabkan air menjadi keruh dan rasa dari air pun berubah.
Kerusakan permukaan tanah.
Dari sebagian dampak-dampak limbah padat diatas, ada beberapa dampak
limbah yang lainnya yang ditinjau dari aspek yang berbeda secara umum. Dampak
limbah secara umum di tinjau dari dampak terhadap kesehatan dan terhadap
lingkungan adalah sebgai berikut :13
1. Dampak Terhadap Kesehatan
Dampaknya yaitu dapat menyebabkan atau menimbulkan panyakit.
Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut:
a) Penyakit diare dan tikus, penyakit ini terjadi karena virus yang berasal
dari sampah dengan pengelolaan yang tidak tepat.
b) Penyakit kulit misalnya kudis dan kurap.
2. Dampak Terhadap Lingkungan
Cairan dari limbah – limbah yang masuk ke sungai akan mencemarkan
airnya sehingga mengandung virus-virus penyakit. Berbagai ikan dapat
mati sehingga mungkin lama kelamaan akan punah. Tidak jarang manusia
juga mengkonsumsi atau menggunakan air untuk kegiatan sehari-hari,
20
sehingga menusia akan terkena dampak limbah baik secara langsung
maupun tidak langsung. Selain mencemari, air lingkungan juga
menimbulkan banjir karena banyak orang-orang yang membuang limbah
rumah tanggake sungai, sehingga pintu air mampet dan pada waktu musim
hujan air tidak dapat mengalir dan air naik menggenangi rumah-rumah
penduduk.
3.6. Penggunaan alat pelindung diri dalam pengolaan limbah medis
padat14
Definisi Alat Pelindung Diri (APD)
Alat pelindung diri adalah seperangkat alat yang digunakan
tenaga kerja untuk melindungi sebagia atau seluruh tubuhnya dari
adanya potensi bahaya atau kecelakaan kerja.
Persyaratan Alat Pelindung Diri (APD)
syarat-syarat alat pelindung diri yang baik antara lain :
a. Alat pelindung diri tersebut harus enak dipakai.
b. Alat pelindung diri tersebut harus tidak boleh mengganggu
pekerjaannya.
c. Memberikan perlindungan yang efektif terhadap bahaya yang
dihadapinya.
Ketentuan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
21
Alat pelindung diri yang telah dipilih hendaknya memenuhi ketentuan-
ketentuan sebagai berikut :
a. Harus memberikan perlindungan yang adekuat terhadap bahaya yang
spesifik atau bahaya yang dihadapi oleh pekerja.
b. Beratnya harus seringan mungkin dan tidak menyebabkan rasa
ketidaknyamanan yang berlebihan.
c. Harus dapat dipakai secara fleksibel.
d. Bentuknya harus cukup menarik.
e. Tidak mudah rusak.
f. Tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya.
g. Suku cadangnya harus mudah diperoleh sehingga pemeliharaan alat
pelindung diri dapat dilakukan dengan mudah.
h. Memenuhi ketentuan dari standar yang ada
i. Pemeliharaannya mudah
j. Tidak membatasi gerak
k. Rasa “tidak nyaman” tidak berlebihan (rasa “tidak nyaman” tidak
mungkin hilang sama sekali, namun diharapkan masih dalam batas
toleransi).
Oleh sebab itu pemeliharaan dan control terhadap alat pelindung diri
penting karena alat pelindung diri sensitive terhadap perubahan tertentu,
punya masa kerja tertentu dan APD dapat menularkan beberapa jenis
penyakit jika secara bergantian.
Jenis Alat Pelindung Diri (APD)
22
alat pelindung diri beraneka ragam macamnya, jika digolongkan menurut
bagian tubuh yang dilindungi maka jenis proteksi diri adalah :
a. Kepala : pengikat rambut, penutup, topi dari berbagai bahan
b. Mata : kaca mata dari berbagai jenis
c. Muka : perisai muka
d. Tangan dan jari : sarung tangan
e. Alat pernafasan : masker khusus
f. Telinga : sumbat telinga dan tutup telinga
g. Tubuh : pakaian kerja dari berbagai bahan
Alat Pelindung Diri (APD) pada Pengolahan Limbah
Dalam pengelolaan limbah padat, alat pelindung diri yang digunakan
untuk melindungi diri terhadap faktor bahaya percikan pembakaran
sampah, debu dan benda-benda kecil beterbangan adalah :
1. Mata, dengan menggunakan Goggles, penutup mata
2. Alat pernafasan, menggunakan respirator atau masker khusus
23
3. Lengan, tangan, dan jari dengan menggunakan sarung tangan dan
pakaian berlengan panjang
24
4. Tungkai dan kaki, dengan menggunakan pelindung-pelindung betis,
tungkai dan mata kaki. Dalam hal ini dapat menggunakan sepatu
boots.
25
BAB IV
BAHAN, CARA DAN LOKASI
A. Bahan dan Cara
a. Peralatan yang Diperlukan
Peralatan yang diperlukan untuk melakukan walk through survey antara
lain:
- Alat tulis menulis: Berfungsi sebagai media untuk pencatatan
selama survey jalan sepintas.
- Kamera digital: Berfungsi sebagai alat untuk memotret kegiatan
dan suasana rumah ssakit
- Check List: Berfungsi sebagai alat untuk mendapatkan data primer
mengenai survey jalan sepintas yang dilakukan.
26
b. Cara
Dengan metode walk through survey dengan menggunakan check
list. Walk through survey mengandalkan kemampuan indra penglihatan
dan indra pendengaran sekali-sekali dilakukan wawancara dengan
pekerja.
Sebelum melakukan walk through survey perlu diperhatikan
masalah kerahasiaan perusahaan (trade secrecy) dan konfidensialitas
pekerja. Sebelum melakukan pemotretan perlu dimintakan ijin terlebih
dahulu kepada pimpinan perusahaan. Laporan walk through survey
tidak cukup hanya dengan mengisi check list, melainkan juga harus
menyusun essay. Check list hanyalah merupakan panduan saja agar
tidak ada kelupaan.
B. Lokasi Survei
Survey dilakukan di Rumah Sakit Islam Faisal, Makassar.
27
BAB V
JADWAL
C. Jadwal Survei
Survei dilakukan pada hari ( Rabu, 8 Juli 2015 ) dengan agenda sebagai
berikut:
No. Tanggal Kegiatan
1.6-7 Juli 2015
- Pengarahan kegiatan
- Pembuatan proposal walk through survey
2. 8-9 Juli 2015- Walk through survey
- Pembuatan laporan walk through survey
3. 10 Juli 2015 - Presentasi laporan walk through survey
28
BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PROFIL TEMPAT SURVEY
Rumah Sakit Islam Faisal adalah rumah sakit swasta kelas B.
Rumah sakit ini mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis
dan subspesialis terbatas. Rumah sakit ini juga menampung pelayanan
rujukan dari rumah sakit kabupaten. Tempat ini tersedia 110 tempat
tidur inap, lebih banyak dibanding setiap rumah sakit di Sulawesi
Selatan yang tersedia rata-rata 93 tempat tidur inap.
Dengan 79 dokter, rumah sakit ini tersedia lebih banyak
dibanding rata-rata rumah sakit di Sulawesi Selatan. Perlayanan Inap
Termasuk Kelas Tinggi dengan 26 dari 110 tempat tidur di rumah
sakit ini berkelas VIP keatas.
29
B. HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN
1. Pengelolaan limbah medis di RSI Faisal
Pada pelaksanaan sistem pengelolaan limbah medis di RSI Faisal,
pada tahap pemilahan dan pengumpulan limbah medis yang dilakukan
oleh petugas perawat pada tiap-tiap ruang perawatan medis
menggunakan tempat sampah medis. Pemisahan yang digunakan dalam
sistem pewadahan limbah padat yang dihasilkan di rumah sakit dapat
mempermudah pengelolaan limbah padat jenis B3 di rumah sakit.
Limbah medis dari tiap-tiap ruang perawatan medis kemudian diangkut
oleh petugas pengelola limbah medis yang biasa disebut dengan cleaning
service.
2. Tahap-tahap Pengelolaan Limbah Medis
a. Pemilahan limbah medis
Kunci pengelolaan sampah layanan kesehatan secara efektif adalah
pemilahan dan identifikasi sampah. Pemilahan merupakan tanggung jawab
yang dibebankan pada produsen atau penghasil sampah dan harus
dilakukan sedekat mungkin dengan tempat dihasilkanya sampah. Cara
yang tepat untuk mengidentifikasi kategori sampah/limbah adalah adalah
dengan melakukan pemilahan sampah berdasarkan warna kantong dan
kontainer yang digunakan. Tahap pemilahan yang dilakukan, meliputi:
seluruh tempat sampah yang dimiliki RSI Faisal dibedakan antara limbah
medis dan limbah non medis, menggunakan kantong plastik dan kantong
30
plastik pelapis selalu dipasang dan diganti setiap hari pada saat tempat
sampah dikosongkan. Hal ini sesuai Depkes RI (2002) dan (2004), yaitu
pemilahan sampah harus dilakukan mulai dari sumber yang menghasilkan
sampah. Pemilahan sampah dilakukan untuk memudahkan mengenal
berbagai jenis limbah yang akan dibuang dengan cara menggunakan
kantong berkode (umumnya menggunakan kode warna).
b. Pengumpulan limbah medis
RSI Faisal telah mengupayakan pengumpulan sampah medis sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Persyaratan tempat sampah yang
telah ditentukan sebagai berikut (Depkes RI, 1998):
Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap
air dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya
Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa
mengotori tangan
Terdapat minimal 1 (satu) buah untuk setiap kamar atau setiap
radius 10 meter dan setiap radius 20 meter pada ruang tunggu
terbuka
Setiap tempat pengumpul sampah dilapisi dengan kantung plastik
sebagai pembungkus sampah dengan lambang dan warna yang
telah ditentukan
31
Kantong plastik diangkat setiap hari atau kurang dari sehari bila
2/3 bagian telah terisi sampah
Khusus untuk tempat pengumpul sampah kategori infeksius
(plastik kuning) dan sampah sitotoksik (plastik ungu) segera
dibersihkan dan didesinfeksi setelah dikosongkan, apabila akan
dipergunakan kembali
Tahap pengumpulan yang lakukan meliputi pengumpulan limbah
medis dilakukan pada tiap-tiap ruangan dengan menggunakan tempat
sampah yang terbuat dari plastik. Bentuk tempat sampah medis pada ruang
perawatan bervariasi, antara lain seperti timba (ember), tempat sampah
injak, dan terdapat juga tempat sampah plastik tanpa tutup. Unit pelayanan
medisnya menggunakan tempat sampah medis yang terbuat dari bahan
plastik yang kuat, ringan, tahan karat, kedap air, permukaan halus pada
bagian dalam, dan memiliki tutup yang mudah dibuka dan ditutup
kembali. Terdapat minimal satu buah tempat sampah pada setiap ruang
perawatan. Setiap tempat sampah medis dilapisi kantong plastik sebagai
pembungkus limbah medis. Kantong plastik diangkut setiap hari.
Berdasarkan Depkes RI (1998) tentang syarat-syarat tempat sampah medis
telah sesuai, akan tetapi belum terdapat keseragaman tempat sampah
medis pada tiap-tiap ruang perawatan di rumah sakit ini.
c. Pengangkutan on site
32
Pengangkutan limbah medis dari setiap ruangan penghasil limbah
medis ke tempat penampungan sementara menggunakan troli khusus yang
tertutup. Penyimpanan limbah medis harus sesuai iklim tropis yaitu pada
musim hujan paling ama 48 jam dan musim kemarau paling lama 24 jam
(Permenkes RI, 2004). Rumah sakit ini telah mengupayakan sarana
pengangkut limbah medis sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Persyaratan alat pengangkut sebagai berikut (Depkes RI, 2002):
Permukaan bagian dalam harus rata dan kedap air
Mudah dibersihkan dan dikeringkan
Sampah mudah diisikan dan dikosongkan
Troli/alat angkut dicuci setelah digunakan
Tidak ada tepi tajam yang dapat merusak kantong atau kontainer
selama pemuatan maupun pembongkar muatan
Tahap pengangkutan on site meliputi: pengangkutan yang
dilakukan pada titik awal ke tempat penampungan sementara, limbah
medis dari tiap-tiap ruangan diangkut dengan menggunakan gerobak
limbah medis. Gerobak sampah yang digunakan untuk mengangkut limbah
medis yang telah dipisahkan dengan sampah non medis. Gerobak limbah
medis mempunyai permukaan bagian dalam rata dan kedap air, mudah
dibersihkan dan dikeringkan, limbah medis mudah diisikan dan
dikosongkan. Tidak ada tepi tajam yang dapat merusak kantong atau
kontainer selama pemuatan maupun pembongkaran muatan. Gerobak
33
limbah medis dicuci 3 hari sekali. Hal ini telah sesuai dengan Depkes RI
(2002), yaitu tentang syarat-syarat alat pengangkutan on site.
Pengangkutan dilakukan oleh cleaning service, dalam menangani
limbah medis tersebut cleaning service sudah menggunakan Alat
Pelindung diri (APD) secara lengkap seperti handscoon yang terbuat dari
karet, masker penutup hidung, topi/helm, sepatu boot dan pakaian kerja
khusus. pengelola sampah (cleaning service) sudah menggunakan Alat
Pelindung Diri dalam menangani limbah medis. Berdasarkan hal tersebut,
petugas pengelola sampah (cleaning service) dalam menangani limbah
medis menggunakan Alat Pelindung Diri (APD), hal ini sesuai peraturan
berdasarkan Depkes RI (1997) yang menyatakan setiap petugas hendaknya
dilengkapi dengan alat dan pakaian kerja khusus. Pengangkutan limbah
medis oleh petugas pengelola sampah (cleaning service) dilakukan setiap
hari dengan frekuensi 1x/hari. Hal ini telah sesuai dengan Depkes RI
(1998) yang menyatakan kantong plastik diangkat setiap hari atau kurang
dari sehari bila 2/3 bagian terisi sampah, untuk pengangkutan limbah
medis menyesuaikan dengan jadwal kerja petugas pengelola sampah
(cleaning service) yang bertugas mengangkut sampah setiap hari.
d. Penampungan Sementara
RSI Faisal telah mengupayakan sarana penampungan sementara
limbah medis sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Persyaratan
lokasi atau tempat penampungan sementara sebagai berikut (WHO, 2005):
34
Area penampungan harus memililki lantai yang kokoh,
impermiabel dan drainasenya baik
Harus terdapat persediaan air untuk tujuan pembersihan
Mudah dijangkau oleh staf yang bertugas menangani sampah
serta kendaraan pengangkut sampah.
Persediaan perlengkapan kebersihan, pakaian pelindung dan
kantong plastik harus diletakkan di lokasi yang cukup dekat
dengan lokasi penampungan sampah
Lokasi penampungan tidak boleh berada di dekat lokasi
penyimpanan makanan
Harus ada perlindungan dari sinar matahari dan pencahayaan
yang baik.
RSI Faisal melakukan pelaksanaan pengelolaan tahap
penampungan sementara dengan baik. Tahap penampungan sementara
meliputi: limbah medis yang berasal dari unit pelayanan medis, meliputi
ruang rawat inap, rawat jalan dan Unit Gawat Darurat (UGD) ditampung
pada tempat penampungan sementara sebelum akhirnya dimusnahkan.
Limbah medis tersebut ditampung atau dikemas dalam kantong pelapis
plastik yang terikat. Lokasi penampungan sementara limbah medis terletak
jauh dari lokasi penyimpanan makanan dan bahan makanan. Jarak antara
lokasi penampungan sementara sampah medis dengan lokasi penyimpanan
makanan dan bahan makanan ± 50 meter. Persediaan untuk perlengkapan
kebersihan (sapu, tempat, sampah, dll) pakaian pelindung, kantong pelapis
35
plastik untuk mengemas limbah medis di ruang sanitasi dimana lokasi
tersebut cukup dekat dengan lokasi penampungan sementara limbah
medis. Lokasi atau area tempat penampungan sementara sampah dapat
dikunci untuk mencegah masuknya orang-orang yang tidak
berkepentingan. Limbah medis yang ada ditempat penampungan
sementara dikemas menggunakan kantong pelapis plastik sebelum
akhirnya diangkut oleh kendaraan pengangkut. Menurut Depkes RI
(1996), bahwa limbah medis harus dikemas sesuai dengan ketentuan yang
ada, yaitu dalam kantong yang terikat serta pemberian label pada kontainer
yang memuat informasi dasar mengenai isi dan produsen sampah tersebut.
Informasi yang harus tercantung pada label yaitu, kategori sampah,
tanggal pengumpulan, tempat atau sumber penghasil limbah medis dan
tujuan akhir limbah medis.
e. Pengangkutan off site
Pengangkutan off site yaitu pengangkutan yang dilakukan pada
titik tempat penampungan sementara menuju luar rumah sakit. Limbah
medis yang berada ditempat penampungan sementara limbah medis
diangkut menuju luar rumah sakit. Kendaraan yang digunakan untuk
pengangkutan limbah medis adalah mobil pick up. Pengangkutan limbah
medis dilakukan secara bersamaan menggunakan satu kendaraan, dalam
kendaraan tersebut belum terdapat sekat atau batas untuk memisahkan
36
antara limbah medis dengan materi lainnya. Kendaraan tersebut dalam
keadaan pintu dapat dikunci.
f. Pemusnahan limbah medis
RSI Faisal dalam memusnahkan limbah medisnya dikelola oleh
Rumah sakit sendiri bekerja sama dengan TPA (Tempat Penampungan
Akhir) dengan menggunakan incinerator. Incinerator memiliki kapasits:
80 kg, temperatur: 800-13000 C, bahan bakar minyak tanah, pengaturan
waktu kerja:1 jam, listrik: 500W/220W. Limbah medis kategori benda
tajam seperti jarum suntik, mess slide, botol obat dibakar dengan
temperatur 800- 13000, sedangkan limbah medis yang berupa kapas,
kassa, plester, handscoon dibakar dengan temperatur 500-8000 C.
Pembakaran limbah medis dilakukan 1 kali dalam seminggu tergantung
dari limbah medis yang dihasilkan banyak atau sedikit. Dalam satu kali
proses pembakaran yang dilakukan dalam satu hari, yaitu memasukkan
limbah medis ke dalam incinerator dilakukan satu kali dari semua limbah
medis yang dihasilkan dari tiap-tiap ruang perawatan RSUD Daya.
Hal ini sesuai dengan Depkes RI (1996), bahwa pemusnahan
limbah medis dilakukan dengan cara pembakaran menggunakan
incinerator. Penanganan hasil akhir limbah medis berupa abu setelah
pembakaran dari incinerator menggunakan metode landfill (abu diuruk
tanah) tanpa ada perlakuan khusus sebelum ditanam, hal ini bertentangan
dengan Depkes RI (1997), dalam metode landfill ;imbah yang telah
37
dimusnahkan menjadi abu memerlukan perlakuan khusus sebelum
dibuang. Dalam beberapa perlakuan dengan autoclaving dan desinfektan
menggunakan bahan kimia teretentu dapat membuat limbah infeksius
dibuang ke landfill.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang analisis pelaksanaan
sistem pengelolaan limbah dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pemilahan limbah padat di RSI Faisal
Dilakukan dengan pemilahan sampah berdasarkan warna kantong dan
kontainer yang digunakan, dan dibedakan antara limbah medis dan non
medis.
2. Pengumpulan limbah padat di RSI Faisal
Dilakukan di tiap ruangan dengan menggunakan tempat sampah dari plastik
antara limbah medis dan non medis.
3. Penampungan limbah padat di RSI Faisal
38
Dilakukan dengan cara dikumpul di tempat penampungan sementara sebelum
dimusnahkan antara limbah medis dan non medis.
4. Pengangkutan limbah padat di RSI Faisal
Dilakukan pada titik tempat penampungan sementara menuju luar rumah sakit
menggunakan mobil pick up antara limbah medis dan non medis.
5. Pemusnahan limbah padat di RSI Faisal
Dilakukan dengan menggunakan incinerator yang bekerja sama dengan TPA
(tempat pembungan akhir)
B. SARAN
Harusnya dilengkapi fasilitas-fasilitas tempat sampah sesuai pembagian
jenis-jenis sampah agar tidak terjadi kontaminan dengan yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Arifin M. 2009. Sanitasi lingkungan. http://inspeksisanitasi.
blogspot.com/sanitasi-lingkungan.html. Diakses pada 13 Juni 2015.
2. Budiman Chandra, 2007, Pengantar Kesehatan Lingkungan, Jakarta : EGC.
3. ______, 2004, Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, Jakarta: Depkes RI.
4. ______, 2002. 2002. Pedoman Sanitasi RS di Indonesia, Jakarta : Depkes RI.
5. ______, 2006. Pedoman Penatalaksanaan Pengelolaan Limbah Padat dan cair
di Rumah Sakit, Jakarta: Depkes RI.
6. Depkes RI, 1992. Peraturan Proses Pembungkusan Limbah Padat. Jakarta :
Departemen Kesehatan RI.
7. Wiku Adisasmito, 2008, Audit Lingkungan Rumah Sakit, Jakarta : Rajawali Pers.
39
8. Hapsari, 2010, Analisis Pengelolaan Sampah dengan Pendekatan Sistem di
RSUD dr. Moewardi Surakarta. Tesis: Universitas Diponegoro Semarang
9. Lukman Hery Prasetyo, 2011, Pengelolaan sampah Medis dan Non Medis di
RSUD Tugurejo Semarang. Skripsi : Universitas Negeri Semarang
10. www.its.ac.id, 2011, Identifikasi Pola Penyebaran Limbah Padat B3 Dari
Fasilitas Kesehatan Di Surabaya Timur. Institut Teknologi Surabaya. Diakses
pada tanggal 13 Juni 2015.
11. ______, 2009. Undang–Undang Republik Indonesia No.36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan, Jakarta : Depkes RI.
12. Pruss.A, 2005, Pengelolaan Aman Limbah Layanan Kesehatan, Cetakan I,
Jakarta: Penerbit EGC.
13. Depkes. RI. 2002. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
14. Sulastomo, 2000, Manajemen Kesehatan, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
40
LAMPIRAN CHECKLIST
A. Limbah Padat Medis
No
.Item Yang Diperiksa
Jawaban
Ya Tidak Keterangan
A. Pemilahan
1 Dilakukan pelabelan tempat atau
kode warna dalam proses
pemilahan
2 Dilakukan mulai dari sumber
limbah yang menghasilkan
limbah
3 Limbah yang akan dimanfaatkan
kembali dipisahkan dari limbah
41
4 Limbah benda tajam harus
dikumpulkan dalam wadah
khusus
5 Siapa yang melakukan
pemisahan limbah medis
Cleaning Service
B. Pengumpulan
1 Apakah tempat pengumpulan
limbahnya tertutup
2 Siapa yang melakukan
pengumpulan limbah
Cleaning Service
3 Dimana limbah tersebut biasanya
dikumpulkan
C. Penampungan
1 Terbuat dari bahan yang kuat
2 Cukup ringan dan mudah di
angkut
3 Tahan karat serta kedap air
4 Dikosongkan dan dibersihkan
sekurang-kurangnya 1x24 jam
5 Mempunyai tutup
6 Mempunyai permukaan yang
halus pada bagian dalamnya
7 Volume memadai
42
D. Pemindahan dan pengumpulan
1 Jenis kontainer apa yang
digunakan
2 Adakah jalur khusus
pengangkutan limbah medis ke
TPS
3 Siapa yang melakukan
pengangkutan limbah medis
tersebut
Cleaning Service
E Pengangkutan
1 Permukaan bagian dalam harus
rata dan kedap air
2 Mudah dibersihkan
3 Mudah diisi dan di kosongkan
4 Tersedia troli khusus pengangkut
serat memadai
F Pemusnahan
1 Sarana gedung untuk melindungi
incenerator dari bahaya
kebakaran
2 Penempatan lokasi insinerator
3 Jalur pembuangan abu setelah
43
pembakaran
4 Pembuangan akhir
5 TPA (Tempat Pembuangan
Akhir) serta aman bagi kesehatan
6 Sanitary landfill
G. Incenerator
1 Apakah Rumah Sakit
menggunakan incenerator dalam
penanganan akhir limbah medis
2 Apakah Incenerator tersebut
masih digunakan sampai
sekarang
H. Dampak
1 Apakah terdapat dampak
langsung yang ditimbulkan
akibat pencampuran sampah
tersebut pada pengelola akhir
2 Apakah anda pernah tertusuk
jarum suntik bekas
3 Apakah anda pernah merasakan
gejala suatu penyakit setelah
melakukan pekerjaan ini
I. Alat pelindung diri (APD)
44
1 Apakah rumah sakit
menyediakan alat pelindung diri
dalam proses pengelolaan limbah
medis
2 Apa saja alat pelindung diri yang
disediakan :
a. Kepala : pengikat rambut,
penutup, topi dari
berbagai bahan
b. Mata : kaca mata dari
berbagai jenis
c. Muka : perisai muka
d. Tangan dan jari : sarung
tangan
e. Alat pernafasan : masker
khusus
f. Telinga : sumbat telinga
dan tutup telinga
g. Tubuh : pakaian kerja
dari berbagai bahan
3 Apakah cleaning service
menggunakan alat pelindung diri
dalam pengelolaan limbah medis
45
B. Limbah Padat Non Medis
No
.Item Yang Diperiksa
Jawaban
Ya Tidak Keterangan
A. Pemilahan
1 limbah padat non-medis harus
dipisahkan dari limbah padat
medis dan ditampung dalam
kantong plastik warna hitam
B. Pengumpulan
1 Apakah tempat pengumpulan
limbahnya tertutup
2 Siapa yang melakukan
pengumpulan limbah
3 Dimana limbah tersebut biasanya
dikumpulkan
C. Penampungan
1 Terbuat dari bahan yang kuat
2 Cukup ringan dan mudah di
angkut
3 Tahan karat serta kedap air
46
4 Dikosongkan dan dibersihkan
sekurang-kurangnya 1x24 jam
5 Mempunyai tutup
6 Mempunyai permukaan yang
halus pada bagian dalamnya
7 Volume memadai
D. Pemindahan dan pengumpulan
1 Jenis kontainer apa yang
digunakan
2 Adakah jalur khusus
pengangkutan limbah non medis
ke TPS
3 Siapa yang melakukan
pengangkutan limbah non medis
tersebut
Cleaning
Service
E Pengangkutan
1 Permukaan bagian dalam harus
rata dan kedap air
2 Mudah dibersihkan
3 Mudah diisi dan di kosongkan
4 Tersedia troli khusus pengangkut
serat memadai
F Pemusnahan
47
1 Sarana gedung untuk melindungi
incenerator dari bahaya kebakaran
2 Penempatan lokasi insinerator
3 Jalur pembuangan abu setelah
pembakaran
4 Pembuangan akhir
5 TPA (Tempat Pembuangan
Akhir) serta aman bagi kesehatan
6 Sanitary landfill
G. Incenerator
1 Apakah Rumah Sakit
menggunakan incenerator dalam
penanganan akhir limbah medis
2 Apakah Incenerator tersebut
masih digunakan sampai sekarang
3 Apa ada kendala dalam
penggunaan Incenerator
H. Dampak
1 Apakah terdapat dampak
langsung yang ditimbulkan akibat
pencampuran sampah tersebut
pada pengelola akhir
I. Alat pelindung diri (APD)
48
1 Apakah rumah sakit menyediakan
alat pelindung diri dalam proses
pengelolaan limbah medis
2 Apa saja alat pelindung diri yang
disediakan :
a. Kepala : pengikat rambut,
penutup, topi dari
berbagai bahan
b. Mata : kaca mata dari
berbagai jenis
c. Muka : perisai muka
d. Tangan dan jari : sarung
tangan
e. Alat pernafasan : masker
khusus
f. Telinga : sumbat telinga
dan tutup telinga
g. Tubuh : pakaian kerja dari
berbagai bahan
3 Apakah cleaning service
menggunakan alat pelindung diri
dalam pengelolaan limbah medis
49
DOKUMENTASI SURVEY
Gambar 1. Tempat sampah medis dengan pelapis plastik sesuai kategori sampah
50
Gambar 2. Tempat sampah non medis dilapisi plastik sesuai kategori sampah
Gambar 3.Tempat untuk mengumpulkan jarum suntik (syringe)
Gambar 4. Kontainer (TPS) untuk menampung sampah medis dari ruang perawatan
51
Gambar 5. Tempat non medis yang dilapisi pelapis plastik sesuai kategori sampah
Gambar 6.Kontainer (TPS) yang dilapisi pelapis plastik
Gambar 7.Incinerator yang digunakan untuk memusnahkan sampah medis
52
Gambar 8.Incinerator yang digunakan untuk memusnahkan sampah medis
Gambar 9.Gerobak yang digunakan untuk mengangkut sampah medis menuju TPS
53
Gambar 10.Petugas Pengelola Sampah (cleaning servis) menggunakan APD
54