Makalah IKM BSK

download Makalah IKM BSK

If you can't read please download the document

description

Prevalensi BSK hampir seluruh dunia

Transcript of Makalah IKM BSK

BAB IPENDAHULUAN

I.1. Latar BelakangPenyakit batu saluran kemih yang selanjutnya disingkat BSK adalah terbentuknya batu yang disebabkan oleh pengendapan substansi yang terdapat dalam air kemih yang jumlahnya berlebihan atau karena faktor lain yang mempengaruhi daya larut substansi. BSK sudah diderita manusia sejak zaman dahulu, hal ini dibuktikan dengan diketahui adanya batu saluran kemih pada mummi Mesir yang berasal dari 4800 tahun sebelum Masehi. Hippocrates yang merupakan bapak ilmu Kedokteran menulis 4 abad sebelum Masehi tentang penyakit batu ginjal disertai abses ginjal dan penyakit Gout.Batu saluran kemih (BSK) merupakan masalah kesehatan yang besar yang sudah lama dikenal, dan menempati urutan ketiga di bidang urologi setelah penyakit infeksi saluran kemih (ISK) dan kelainan prostat. Distribusi penyakit batu saluran kemih sangat bervariasi dan penyebarannya merata di seluruh dunia, hampir 15% dari jumlah populasi di negara-negara barat. Negara dengan insidensi tertinggi untuk penyakit batu saluran kemih dikenal dengan istilah stone belt, yang termasuk negara stone belt adalah Myanmar, Sudan, Thailand, Filipina, Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, Pakistan, India, dan termasuk juga Indonesia.Batu saluran kemih saat ini merupakan fenomena yang sangat kompleks dan belum diketahui sepenuhnya. Tidak hanya satu faktor yang berkontribusi terhadap terbentuknya batu tetapi ada banyak faktor, misalnya infeksi, pengaruh hormon, gangguan metabolik, faktor genetik, faktor lingkungan, faktor diet atau obstruksi dari sistem saluran kemih atau meningkatnya ekskresi dari komponen-komponen kimia seperti oksalat, kalsium, karbonat, magnesium, fosfat, dan sistin, serta bisa diakibatkan karena menurunnya konsentrasi penghambat batu pada urin, seperti sitrat, fosfat, dan klorida.Komponen kimia yang paling sering membentuk batu saluran kemih adalah kalsium (75-80%) termasuk kalsium oksalat dan kalsium fosfat. 10-15% terdiri dari struvit, magnesium, amonium dan fosfat. Untuk asam urat sekitar 6% dan hanya 1-2% yang mengandung sistin.Batu Saluran Kemih pada laki-laki 3-4 kali lebih banyak daripada wanita. Hal ini mungkin karena kadar kalsium air kemih sebagai bahan utama pembentuk batu pada wanita lebih rendah daripada laki-laki dan kadar sitrat air kemih sebagai bahan penghambat terjadinya batu (inhibitor) pada wanita lebih tinggi daripada laki-laki. Batu saluran kemih banyak dijumpai pada orang dewasa antara umur 30-60. Umur terbanyak penderita batu di negara-negara Barat 20-50 tahun dan di Indonesia antara 30-60 tahun. Kemungkinan keadaan ini disebabkan adanya perbedaan faktor sosial ekonomi, budaya dan diet.Angka kekambuhan BSK dalam satu tahun 15-17%, 4-5 tahun 50%, 10 tahun 75% dan 95-100% dalam 20-25 tahun. Apabila BSK kambuh maka dapat terjadi peningkatan mortalitas dan peningkatan biaya pengobatan. Manifestasi BSK dapat berbentuk rasa sakit yang ringan sampai berat dan komplikasi seperti urosepsis dan gagal ginjal.Di Indonesia sendiri, penderita batu saluran kemih masih banyak, tetapi data lengkap kejadian penyakit ini masih belum banyak dilaporkan. Menurut Departemen Kesehatan RI (2004), jumlah pasien rawat inap penderita BSK di rumah sakit seluruh Indonesia yaitu 17.059 penderita, dengan Case Fatality Rate (CFR) 0,97%. Menurut DepKes RI (2006), jumlah pasien rawat inap penderita BSK di Rumah Sakit seluruh Indonesia yaitu 16.251 penderita dengan CFR 0,94%. Hardjoeno dkk di Makassar (2002-2004) menemukan 297 kasus, Rahardjo dkk (2001-2003) 245 penderita BSK, Puji Rahardjo dari RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo menyatakan penyakit BSK yang diderita penduduk Indonesia sekitar 0,5%, bahkan di RS PGI Cikini menemukan sekitar 530 orang penderita BSK pertahun. Di Jakarta dilaporkan 34,9% kasus urologi adalah batu saluran kemih. Data rekam medis RS Dr. Kariadi Semarang, diketahui bahwa kasus batu saluran kemih menunjukkan peningkatan dari 32,8% dari kasus urologi pada tahun 2003 menjadi 35,4% dari kasus urologi pada tahun 2004 dan meningkat menjadi 39,1% pada tahun 2005. Peningkatan ini sebagian besar disebabkan mulai tersedianya alat pemecah batu ginjal non-invasif Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL) yang secara total mencakup 86% dari seluruh tindakan bidang urologi. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan prevalensi BSK sebesar 0,6%. Prevalensi tertinggi di DI Yogyakarta (1,2%), diikuti aceh (0,9%), Jawa Barat, Jawa Tengah dan Sulawesi Tengah masing-masing sebesar 0,8%. Sedangkan berdasarkan usia, prevalensi BSK meningkat seiring dengan bertambahnya usia, tertinggi pada kelompok umur 55-64 tahun (1,3%), menurun sedikit pada kelompok umur 65-74 tahun (1,2%) dan umur > 75 tahun (1,1%). Prevalensi lebih tinggi pada laki-laki (0,8%) dibanding perempuan (0,4%). Prevalensi tertinggi pada masyarakat tidak bersekolah dan tidak tamat SD (0,8%) serta masyarakat wiraswasta (0,8%) dan status ekonomi hampir sama mulai kuintil indeks kepemilikan menengah ke bawah sampai menengah ke atas (0,6%). Prevalensi di pedesaan sama tinggi dengan perkotaan (0,6%).Salah satu komplikasi batu saluran kemih yaitu terjadinya gangguan fungsi ginjal yang ditandai kenaikan kadar ureum dan kreatinin darah, gangguan tersebut bervariasi dari stadium ringan sampai timbulnya sindroma uremia dan gagal ginjal, bila keadaan sudah stadium lanjut bahkan bisa mengakibatkan kematian.

BAB IIPembahasan

II.1. DefinisiBatu Saluran Kemih (BSK) adalah penyakit dimana didapatkan adanya massa keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih baik saluran kemih atas (ginjal dan ureter) dan saluran kemih bawah (kandung kemih dan uretra), yang dapat menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih dan infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Batu ini terbentuk dari pengendapan garam kalsium, magnesium, asam urat, atau sistin. BSK dapat berukuran dari sekecil pasir hingga sebesar buah anggur. Batu yang berukuran kecil biasanya tidak menimbulkan gejala dan biasanya dapat keluar bersama dengan urine ketika berkemih. Batu yang berada di saluran kemih atas (ginjal dan ureter) menimbulkan kolik dan jika batu berada di saluran kemih bagian bawah (kandung kemih dan uretra) dapat menghambat buang air kecil. Batu yang menyumbat ureter, pelvis renalis maupun tubulus renalis dapat menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalis (nyeri kolik yang hebat di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggang yang menjalar ke perut juga daerah kemaluan dan paha sebelah dalam). Hal ini disebabkan karena adanya respon ureter terhadap batu tersebut, dimana ureter akan berkontraksi yang dapat menimbulkan rasa nyeri kram yang hebat.II.2. EpidemiologiPembentukan batu primer dan pembentukan batu berulang adalah tantangan terbesar yang dihadapi urologis sekarang ini dan tetap menjadi sumber utama morbiditas pada manusia. Puncak usia terjadinya pembentukan batu ialah pada dekade ketiga, dan prevalensinya meningkat sampai usia 70 tahun. Selama beberapa dekade terakhir, prevalensi BSK pada pria dan wanita meningkat di negara-negara industri. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan gaya hidup dan pola makan pada negara-negara tersebut. Peningkatan insidensi BSK di dunia industri dikaitkan dengan peningkatan standar hidup (termasuk konsumsi protein dan mineral yang tinggi). Insidensi BSK bervariasi di seluruh dunia, insidensi tertinggi pada negara Skandinavia, negara Mediterania, Inggris, Australia bagian Utara, Eropa Tengah, beberapa bagian Semenanju Malaya, Cina, Pakistan, dan India bagian Utara sedangkan kejadian pembentukan BSK lebih rendah di area seperti Amerika Tengah dan Selatan, dan beberapa bagian Afrika. Di Asia pembentukan BSK dilaporkan semakin meluas ke seleruh Sudan, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Iran, Pakistan, India, Myanmar, Thailand, Indonesia, dan Filipina. Di India, isitilah stone belt digunakan untuk beberapa daerah seperti Maharashtra, Gujarat, Punjab, Haryana, Delhi, dan Rajasthan. Pengaruh geografi pada kejadian BSK bisa jadi secara langsung, melalui pengaruh suhu; suhu yang tinggi meningkatkan perspirasi, yang dapat mengakibatkan urin terkonsentrasi, yang akhirnya meningkatkan kristalisasi urin.Secara umum, BSK mempengaruhi semua kelompok umur dari usia kurang 1 tahun sampai usia lebih 70 tahun, dengan rasio pria dibanding wanita yaitu 2:1. Usia puncak pembentukan batu kalsium oksalat yaitu pada usia 50-60 tahun. Resiko pembentukan batu secara umum lebih tinggi pada pria; namun hal ini lebih sering terjadi pada wanita muda. Pria berada pada risiko terbesar terkena BSK dengan tingkat insiden dan prevalensi antara 2-4 kali lipat dari wanita, yang bisa disebabkan oleh massa otot yang lebih besar pada laki-laki dibandingkan perempuan. Angka kejadian BSK lebih tinggi pada pria dibandingkan pada wanita juga dapat disebabkan oleh peningkatan kapasitas testosteron dan kapasitas penghambat estrogen dalam pembentukan batu. Juga, peningkatan kerusakan harian jaringan pada pria dapat mengakibatkan peningkatan sisa metabolisme dan kecenderungan untuk pembentukan batu. Penyebab lain yang lebih signifikan mungkin karena saluran kemih laki-laki lebih rumit daripada saluran kemih wanita. Estrogen juga dapat membantu mencegah pembentukan batu kalsium dengan menjaga alkali urin dan meningkatkan jumlah sitrat pelindung. Namun, baru-baru ini ada laporan dari peningkatan dramatis selama periode 1997-2002 dalam prevalensi BSK antara perempuan dan perubahan rasio pria dibandingkan wanita dari 1,7: 1 menjadi 1.3: 1. Meningkatnya kejadian BSK pada wanita mungkin disebabkan karena gaya hidup yang terkait faktor risiko, seperti obesitas. Beberapa laporan telah menggambarkan bahwa vegetarian memiliki risiko lebih rendah untuk pembentukan batu dibandingkan dengan non-vegetarian.Di Indonesia, prevalensi penderita batu ginjal yang terdiagnosis dokter sebesar 0,6 persen. Prevalensi tertinggi di DI Yogyakarta (1,2%), diikuti Aceh (0,9%), Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sulawesi Tengah masingmasing sebesar 0,8%.Prevalensi penyakit batu ginjal meningkat seiring dengan bertambahnya umur, tertinggi pada kelompok umur 55-64 tahun (1,3%), menurun sedikit pada kelompok umur 65-74 tahun (1,2%) dan umur 75 tahun (1,1%). Prevalensi lebih tinggi pada laki-laki (0,8%) dibanding perempuan (0,4%). Prevalensi tertinggi pada masyarakat tidak bersekolah dan tidak tamat SD (0,8%) serta masyarakat wiraswasta (0,8%) dan status ekonomi hampir sama mulai kuintil indeks kepemilikan menengah bawah sampai menengah atas (0,6%). Prevalensi di perdesaan sama tinggi dengan perkotaan (0,6%).

II.3. Penyebab Pembentukan Batu Saluran KemihPenyebab pasti pembentukan BSK belum diketahui, oleh karena banyak faktor yang dilibatkannya, sampai sekarang banyak teori dan faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan BSK yaitu:II.3.1. Teori Fisiko Kimiawi Prinsip dari teori ini adalah terbentuknya BSK karena adanya proses kimia, fisika maupun gabungan fisiko kimiawi. Dari hal tersebut diketahui bahwa terjadinya batu sangat dipengaruhi oleh konsentrasi bahan pembentuk batu di saluran kemih. Berdasarkan faktor fisiko kimiawi dikenal teori pembentukan batu, yaitu: II.3.1.1. Teori Supersaturasi Supersaturasi air kemih dengan garam-garam pembentuk batu merupakan dasar terpenting dan merupakan syarat terjadinya pengendapan. Apabila kelarutan suatu produk tinggi dibandingkan titik endapannya maka terjadi supersaturasi sehingga menimbulkan terbentuknya kristal dan pada akhirnya akan terbentuk batu. Supersaturasi dan kristalisasi dapat terjadi apabila ada penambahan suatu bahan yang dapat mengkristal di dalam air dengan pH dan suhu tertentu yang suatu saat akan terjadi kejenuhan dan terbentuklah kristal. Tingkat saturasi dalam air kemih tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah bahan pembentuk BSK yang larut, tetapi juga oleh kekuatan ion, pembentukan kompleks dan pH air kemih.II.3.1.2. Teori Matrik Di dalam air kemih terdapat protein yang berasal dari pemecahan mitokondria sel tubulus renalis yang berbentuk laba-laba. Kristal batu oksalat maupun kalsium fosfat akan menempel pada anyaman tersebut dan berada di sela-sela anyaman sehingga terbentuk batu. Benang seperti laba-laba terdiri dari protein 65%, heksana 10%, heksosamin 2-5% sisanya air. Pada benang menempel kristal batu yang seiring waktu batu akan semakin membesar. Matriks tersebut merupakan bahan yang merangsang timbulnya batu. II.3.1.3. Teori Tidak Adanya Inhibitor Dikenal 2 jenis inhibitor yaitu organik dan anorganik. Pada inhibitor organik terdapat bahan yang sering terdapat dalam proses penghambat terjadinya batu yaitu asam sitrat, nefrokalsin, dan tamma-horsefall glikoprotein sedangkan yang jarang terdapat adalah gliko-samin glikans dan uropontin. Pada inhibitor anorganik terdapat bahan pirofosfat dan Zinc. Inhibitor yang paling kuat adalah sitrat, karena sitrat akan bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium sitrat yang dapat larut dalam air. Inhibitor mencegah terbentuknya kristal kalsium oksalat dan mencegah perlengketan kristal kalsium oksalat pada membaran tubulus. Sitrat terdapat pada hampir semua buah-buahan tetapi kadar tertinggi pada jeruk. Hal tersebut yang dapat menjelaskan mengapa pada sebagian individu terjadi pembentukan BSK, sedangkan pada individu lain tidak, meskipun sama-sama terjadi supersanturasi. II.3.1.4. Teori Epitaksi Pada teori ini dikatakan bahwa kristal dapat menempel pada kristal lain yang berbeda sehingga akan cepat membesar dan menjadi batu campuran. Keadaan ini disebut nukleasi heterogen dan merupakan kasus yang paling sering yaitu kristal kalsium oksalat yang menempel pada kristal asam urat yang ada.II.3.1.5. Teori Infeksi Teori terbentuknya BSK juga dapat terjadi karena adanya infeksi dari kuman tertentu. Pengaruh infeksi pada pembentukan BSK adalah teori terbentuknya batu survit dipengaruhi oleh pH air kemih > 7 dan terjadinya reaksi sintesis amonium dengan molekul magnesium dan fosfat sehingga terbentuk magnesium ammonium fosfat (batu survit) misalnya saja pada bakteri pemecah urea yang menghasilkan urease. Bakteri yang menghasilkan urease yaitu Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan Staphiloccocus. Teori pengaruh infeksi lainnya adalah teori nano bakteria dimana penyebab pembentukan BSK adalah bakteri berukuran kecil dengan diameter 50-200 nanometer yang hidup dalam darah, ginjal dan air kemih. Bakteri ini tergolong gram negatif dan sensitif terhadap tetrasiklin. Dimana dinding pada bakteri tersebut dapat mengeras membentuk cangkang kalsium kristal karbonat apatit dan membentuk inti batu, kemudian kristal kalsium oksalat akan menempel yang lama kelamaan akan membesar. Dilaporkan bahwa 90% penderita BSK mengandung nano bakteria. II.3.1.6. Teori Kombinasi Banyak ahli berpendapat bahwa BSK terbentuk berdasarkan campuran dari beberapa teori yang ada. II.3.2. Teori VaskulerPada penderita BSK sering didapat penyakit hipertensi dan kadar kolesterol darah yang tinggi, maka Stoller mengajukan teori vaskuler untuk terjadinya BSK, yaitu: II.3.2.1. Hipertensi Pada penderita hipertensi 83% mempunyai perkapuran ginjal sedangkan pada orang yang tidak hipertensi yang mempunyai perkapuran ginjal sebanyak 52%. Hal ini disebabkan aliran darah pada papilla ginjal berbelok 180 dan aliran darah berubah dari aliran laminer menjadi turbulensi. Pada penderita hipertensi aliran turbulen tersebut berakibat terjadinya pengendapan ion-ion kalsium papilla (Ranalls plaque) disebut juga perkapuran ginjal yang dapat berubah menjadi batu. II.3.2.2. Kolesterol Adanya kadar kolesterol yang tinggi dalam darah akan disekresi melalui glomerulus ginjal dan tercampur didalam air kemih. Adanya butiran kolesterol tersebut akan merangsang agregasi dengan kristal kalsium oksalat dan kalsium fosfat sehingga terbentuk batu yang bermanifestasi klinis (teori epitaksi). Menurut Hardjoeno (2006), diduga dua proses yang terlibat dalam BSK yakni supersaturasi dan nukleasi. Supersaturasi terjadi jika substansi yang menyusun batu terdapat dalam jumlah yang besar dalam urine, yaitu ketika volume urine dan kimia urine yang menekan pembentukan menurun. Pada proses nukleasi, natrium hidrogen urat, asam urat dan kristal hidroksipatit membentuk inti. Ion kalsium dan oksalat kemudian merekat (adhesi) di inti untuk membentuk campuran batu. Proses ini dinamakan nukleasi heterogen. Analisis batu yang memadai akan membantu memahami mekanisme patogenesis BSK dan merupakan tahap awal dalam penilaian dan awal terapi pada penderita BSK.II.4. Determinan Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya BSK pada seseorang. Faktor-faktor tersebut adalah faktor intrinsik, yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang dan faktor ekstrinsik, yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan disekitarnya.II.4.1. Faktor Intrinsik Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam individu sendiri. Yang termasuk faktor intrinsik adalah umur, jenis kelamin, keturunan, riwayat keluarga. II.4.1.1. Umur Umur terbanyak penderita BSK di negara-negara Barat adalah 20-50 tahun, sedangkan di Indonesia terdapat pada golongan umur 30-60 tahun. Penyebab pastinya belum diketahui, kemungkinan disebabkan karena adanya perbedaan faktor sosial ekonomi, budaya, dan diet. Berdasarkan penelitian Latvan, dkk (2005) di RS. Sydney Australia, proporsi BSK 69% pada kelompok umur 20-49 tahun. Menurut Basuki (2011), penyakit BSK paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun.II.4.1.2. Jenis kelamin Kejadian BSK berbeda antara laki-laki dan wanita. Jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien perempuan. Tingginya kejadian BSK pada laki-laki disebabkan oleh anatomis saluran kemih pada laki-laki yang lebih panjang dibandingkan perempuan, secara alamiah di dalam air kemih laki-laki kadar kalsium lebih tinggi dibandingkan perempuan, dan pada air kemih perempuan kadar sitrat (inhibitor) lebih tinggi, laki-laki memiliki hormon testosterone yang dapat meningkatkan produksi oksalat endogen di hati, serta adanya hormon estrogen pada perempuan yang mampu mencegah agregasi garam kalsium. Insiden BSK di Australia pada tahun 2005 pada laki-laki 100-300 per 100.000 populasi sedangkan pada perempuan 50-100 per 100.000 populasi. II.4.1.3. Heriditer/ Keturunan Faktor keturunan dianggap mempunyai peranan dalam terjadinya penyakit BSK. Walaupun demikian, bagaimana peranan faktor keturunan tersebut sampai sekarang belum diketahui secara jelas. Berdasarkan penelitian Latvan, dkk (2005) di RS. Sydney Australia berdasarkan keturunan proporsi BSK pada laki-laki 16,8% dan pada perempuan 22,7%.II.4.2. Faktor EkstrinsikFaktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari lingkungan luar individu seperti geografi, iklim, serta gaya hidup seseorang. II.4.2.1. Geografi Prevalensi BSK banyak diderita oleh masyarakat yang tinggal di daerah pegunungan. Hal tersebut disebabkan oleh sumber air bersih yang dikonsumsi oleh masyarakat dimana sumber air bersih tersebut banyak mengandung mineral seperti phospor, kalsium, magnesium, dan sebagainya. Letak geografi menyebabkan perbedaan insiden BSK di suatu tempat dengan tempat lainnya. Faktor geografi mewakili salah satu aspek lingkungan dan sosial budaya seperti kebiasaan makanannya, temperatur, dan kelembaban udara yang dapat menjadi predoposisi kejadian BSK. II.4.2.2. Faktor Iklim dan CuacaFaktor iklim dan cuaca tidak berpengaruh langsung, namun kejadiannya banyak ditemukan di daerah yang bersuhu tinggi. Temperatur yang tinggi akan meningkatkan jumlah keringat dan meningkatkan konsentrasi air kemih. Konsentrasi air kemih yang meningkat dapat menyebabkan pembentukan kristal air kemih. Pada orang yang mempunyai kadar asam urat tinggi akan lebih berisiko menderita penyakit BSK. II.4.2.3. Jumlah Air yang di Minum Dua faktor yang berhubungan dengan kejadian BSK adalah jumlah air yang diminum dan kandungan mineral yang berada di dalam air minum tersebut. Pembentukan batu juga dipengaruhi oleh faktor hidrasi. Pada orang dengan dehidrasi kronik dan asupan cairan kurang memiliki risiko tinggi terkena BSK. Dehidrasi kronik menaikkan gravitasi air kemih dan saturasi asam urat sehingga terjadi penurunan pH air kemih. Pengenceran air kemih dengan banyak minum menyebabkan peningkatan koefisien ion aktif setara dengan proses kristalisasi air kemih. Banyaknya air yang diminum akan mengurangi rata-rata umur kristal pembentuk batu saluran kemih dan mengeluarkan komponen tersebut dalam air kemih. Kandungan mineral dalam air salah satu penyebab BSK. Air yangmengandung sodium karbonat seperti pada soft drink penyebab terbesar timbulnya batu saluran kemih. Air sangat penting dalam proses pembentukan BSK. Apabila seseorang kekurangan air minum maka dapat terjadi supersaturasi bahan pembentuk BSK. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya BSK. Pada penderita dehidrasi kronik pH air kemih cenderung turun, berat jenis air kemih naik, saturasi asam urat naik dan menyebabkan penempelan kristal asam urat.Dianjurkan minum 2500 ml air per hari atau minum 250 ml tiap 4 jam ditambah 250 ml tiap kali makan sehingga diharapkan tubuh menghasilkan 2000 ml air kemih yang cukup untuk mengurangi terjadinya BSK. Banyak ahli berpendapat bahwa yang dimaksud minum banyak untuk memperkecil kambuh yaitu bila air kemih yang dihasilkan minimal 2 liter per 24 jam39. Berbagai jenis minuman berpengaruh berbeda dalam mengurangi atau menambah risiko terbentuknya batu saluran kemih. Alkohol banyak mengandung kalsium oksalat dan guanosin yang pada metabolisme diubah menjadi asam urat. Peminum alkohol kronis biasanya menderita hiperkalsiuria dan hiperurikosuria akan meningkatkan kemungkinan terkena batu kalsium oksalat.II.4.2.4. Diet/Pola makan Diperkirakan diet sebagai faktor penyebab terbesar terjadinya batu saluran kemih. Diet berbagai makanan dan minuman mempengaruhi tinggi rendahnya jumlah air kemih dan substansi pembentukan batu yang berefek signifikan dalam terjadinya BSK. Bila dikonsumsi berlebihan maka kadar kalsium dalam air kemih akan naik, pH air kemih turun, dan kadar sitrat air kemih juga turun. Diet yang dimodifikasi terbukti dapat mengubah komposisi air kemih dan risiko pembentukan batu.Kebutuhan protein untuk hidup normal per hari 600 mg/kg BB, bilaberlebihan maka risiko terbentuk batu saluran kemih akan meningkat. Protein hewani akan menurunkan keasaman (pH) air kemih sehingga bersifat asam, maka protein hewani tergolong acid ash food, Akibat reabsorbsi kalsium dalam tubulus berkurang sehingga kadar kalsium air kemih naik. Selain itu hasil metabolisme protein hewani akan menyebabkan kadar sitrat air kemih turun, kadar asam urat dalam darah dan air kemih naik. Konsumsi protein hewani berlebihan dapat juga menimbulkan kenaikan kadar kolesterol dan memicu terjadinya hipertensi, maka berdasarkan hal tersebut diatas maka konsumsi protein hewani berlebihan memudahkan timbulnya batu saluran kemih.Karbohidrat tidak mempengaruhi terbentuknya batu kalsium oksalat, sebagian besar buah adalah alkali ash food (Cranberry dan kismis). Alkasi ash food akan menyebabkan pH air kemih naik sehingga timbul batu kalsium oksalat.Sayur bayam, sawi, daun singkong menyebabkan hiperkalsiuria. Sayuran yang mengandung oksalat adalah sawi, bayam, kedelai, brokoli, asparagus, menyebabkan hiperkalsiuria dan resorbsi kalsium sehingga menyebabkan hiperkalsium yang dapat menimbulkan batu kalsium oksalat. Sebagian besar sayuran menyebabkan pH air kemih naik (alkali ash food) sehingga menguntungkan, karena tidak memicu terjadinya batu kalsium oksalat. Sayuran mengandung banyak serat yang dapat mengurangi penyerapan kalsium dalam usus, sehingga mengurangi kadar kalsium air kemih yang berakibat menurunkan terjadinya BSK. Pada orang dengan konsumsi serat sedikit maka kemungkinan timbulnya batu kalsium oksalat meningkat. Serat akan mengikat kalsium dalam usus sehingga yang diserap akan berkurang dan menyebabkan kadar kalsium dalam air kemih berkurang. Sebagian besar buah merupakan alkali ash food yang penting untuk mencegah timbulnya batu saluran kemih. Hanya sedikit buah yang bersifat acid ash food seperti kismis dan cranberi. Banyak buah yang mengandung sitrat terutama jeruk yang penting sekali untuk mencegah timbulnya batu saluran kemih, karena sitrat merupakan inhibitor yang paling kuat. Karena itu konsumsi buah akan memperkecil kemungkinan terjadinya batu saluran kemih.Beberapa studi telah dilakukan untuk mengetahui hubungan antara tingginya asupan makanan dengan ekskresi kalsium dalam air kemih. Pengaruh diet tinggi kalsium hanya 6% pada kenaikan kalsium air kemih.II.4.2.5. Jenis Pekerjaan Kejadian BSK lebih banyak terjadi pada orang-orang yang banyak duduk dalam melakukan pekerjaannya. II.4.2.6. Kebiasaan Menahan Buang Air KemihKebiasaan menahan buang air kemih akan menimbulakan statis air kemih yang dapat berakibat timbulnya Infeksi Saluran Kemih (ISK). ISK yang disebabkan oleh kuman pemecah urea dapat menyebabkan terbentuknya jenis batu struvit.II.4.2.7. StresDiketahui pada orang-orang yang menderita stres jangka panjang, dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya batu saluran kemih. Secara pasti mengapa stres dapat menimbulkan batu saluran kemih belum dapat ditentukan secara pasti. Tetapi, diketahui bahwa orang-orang yang stres dapat mengalami hipertensi, daya tahan tubuh rendah, dan kekacauan metabolisme yang memungkinkan kenaikan terjadinya BSK.II.4.2.8. Olah ragaSecara khusus penelitian untuk mengetahui hubungan antara olah raga dan kemungkinan timbul batu belum ada, tetapi memang telah terbukti BSK jarang terjadi pada orang yang bekerja secara fisik dibanding orang yang bekerja di kantor dengan banyak duduk.II.4.2.9. Obesitas (kegemukan)Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan peningkatan lemak tubuh baik diseluruh tubuh maupun di bagian tertentu. Obesitas dapat ditentukan dengan pengukuran antropometri seperti IMT, distribusi lemak tubuh/ persen lemak tubuh melalui pengukuran tebal lemak bawah kulit. Dikatakan obese jika IMT 25 kg/m2. Pada penelitian kasus batu kalsium oksalat yang idiopatik didapatkan 59,2% terkena kegemukan. Hal inidisebabkan pada orang yang gemuk pH air kemih turun, kadar asam urat, oksalat dan kalsium naik.

II.5. Gejala Batu Saluran KemihManisfestasi klinik adanya batu dalam saluran kemih bergantung pada adanya obstruksi, infeksi, dan edema. Ketika batu menghambat aliran urine, terjadi obstruksi yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal. Infeksi biasanya disertai gejala demam, menggigil, dan dysuria. Namun, beberapa batu jika ada gejala tetapi hanya sedikit dan secara perlahan akan merusak unit fungsional (nefron) ginjal, dan gejala lainnya adalah nyeri yang luar biasa (kolik).

Gejala klinis yang dapat dirasakan yaitu:a. Rasa Nyeri Lokasi nyeri tergantung dari letak batu. Rasa nyeri yang berulang (kolik) tergantung dari lokasi batu. Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan diseluruh area kostovertebratal, tidak jarang disertai mual dan muntah, maka pasien tersebut sedang mengalami kolik ginjal. Batu yang berada di ureter dapat menyebabkan nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik yang menyebar ke paha dan genitalia. Pasien sering ingin merasa berkemih, namun hanya sedikit urine yang keluar, dan biasanya air kemih disertai dengan darah, maka pasien tersebut mengalami kolik ureter. b. Demam Demam terjadi karena adanya kuman yang beredar di dalam darah sehingga menyebabkan suhu badan meningkat melebihi batas normal. Gejala ini disertai jantung berdebar, tekanan darah rendah, dan pelebaran pembuluh darah di kulit. c. Infeksi BSK jenis apapun seringkali berhubungan dengan infeksi sekunder akibat obstruksi dan statis di proksimal dari sumbatan. Infeksi yang terjadi di saluran kemih karena kuman Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan Staphiloccocus. d. Hematuria dan kristaluria Terdapatnya sel darah merah bersama dengan air kemih (hematuria) dan air kemih yang berpasir (kristaluria) dapat membantu diagnosis adanya penyakit BSK. e. Mual dan muntah Obstruksi saluran kemih bagian atas (ginjal dan ureter) seringkali menyebabkan mual dan muntah.

II.6. Klasifikasi Batu Saluran Kemih Komposisi kimia yang terkandung dalam batu ginjal dan saluran kemih dapat diketahui dengan menggunakan analisis kimia khusus untuk mengetahui adanya kalsium, magnesium, amonium, karbonat, fosfat, asam urat oksalat, dan sistin. II.6.1. Batu kalsiumKalsium adalah jenis batu yang paling banyak menyebabkan BSK yaitu sekitar 70%-80% dari seluruh kasus BSK. Batu ini kadang-kadang di jumpai dalam bentuk murni atau juga bisa dalam bentuk campuran, misalnya dengan batu kalsium oksalat, batu kalsium fosfat atau campuran dari kedua unsur tersebut. Terbentuknya batu tersebut diperkirakan terkait dengan kadar kalsium yang tinggi di dalam urine atau darah dan akibat dari dehidrasi. Batu kalsium terdiri dari dua tipe yang berbeda, yaitu: Whewellite (monohidrat) yaitu, batu berbentuk padat, warna cokelat/hitam dengan konsentrasi asam oksalat yang tinggi pada air kemih dan kombinasi kalsium dan magnesium menjadi weddllite (dehidrat) yaitu batu berwarna kuning, mudah hancur daripada whewellite.II.6.2. Batu asam uratLebih kurang 5-10% penderita BSK dengan komposisi asam urat. Pasien biasanya berusia > 60 tahun. Batu asam urat dibentuk hanya oleh asam urat. Kegemukan, peminum alkohol, dan diet tinggi protein mempunyai peluang lebih besar menderita penyakit BSK, karena keadaan tersebut dapat meningkatkan ekskresi asam urat sehingga pH air kemih menjadi rendah. Ukuran batu asam urat bervariasi mulai dari ukuran kecil sampai ukuran besar sehingga membentuk staghorn (tanduk rusa). Batu asam urat ini adalah tipe batu yang dapat dipecah dengan obat-obatan. Sebanyak 90% akan berhasil dengan terapi kemolisis. II.6.3. Batu struvit (magnesium-amonium fosfat) Batu struvit disebut juga batu infeksi, karena terbentuknya batu ini disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah golongan kuman pemecah urea atau urea splitter yang dapat menghasilkan enzim urease dan merubah urine menjadi bersuasana basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Kuman yang termasuk pemecah urea di antaranya adalah: Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan Staphiloccocus. Ditemukan sekitar 15-20% pada penderita BSK. Batu struvit lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki. Infeksi saluran kemih terjadi karena tingginya konsentrasi ammonium dan pH air kemih >7. Pada batu struvit volume air kemih yang banyak sangat penting untuk membilas bakteri dan menurunkan supersaturasi dari fosfat. II.6.4. Batu sistinBatu sistin terjadi pada saat kehamilan, disebabkan karena gangguan ginjal. Merupakan batu yang paling jarang dijumpai dengan frekuensi kejadian 1-2%. Reabsorbsi asam amino, sistin, arginin, lysin dan ornithine berkurang, pembentukan batu terjadi saat bayi. Disebabkan faktor keturunan dan pH urine yang asam. Selain karena urine yang sangat jenuh, pembentukan batu dapat juga terjadi pada individu yang memiliki riwayat batu sebelumnya atau pada individu yang statis karena imobilitas. Memerlukan pengobatan seumur hidup, diet mungkin menyebabkan pembentukan batu, pengenceran air kemih yang rendah dan asupan protein hewani yang tinggi menaikkan ekskresi sistin dalam air kemih.

II.7. Penatalaksanaan Batu Saluran Kemih Tujuan dasar penatalaksanaan medis BSK adalah untuk menghilangkan batu, menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infeksi, dan mengurangi obstruksi yang terjadi. Batu dapat dikeluarkan dengan cara konservatif, pengobatan medik selektif dengan pemberian obat-obatan, tanpa operasi, dan pembedahan terbuka.

II.7.1. KonservatifTerapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang berukuran lebih kecil yaitu dengan diameter kurang dari 5 mm, karena diharapkan batu dapat keluar tanpa intervensi medis. Dengan cara mempertahankan keenceran urine dan diet makanan tertentu yang dapat merupakan bahan utama pembentuk batu (misalnya kalsium) yang efektif mencegah pembentukan batu atau lebih jauh meningkatkan ukuran batu yang telah ada. Setiap pasien BSK harus minum paling sedikit 8 gelas air sehari. II.7.2. Medikamentosa Analgesia dapat diberikan untuk meredakan nyeri dan mengusahakan agar batu dapat keluar sendiri secara spontan. Opioid seperti injeksi morfin sulfat yaitu petidin hidroklorida atau obat anti inflamasi nonsteroid seperti ketorolac dan naproxen dapat diberikan tergantung pada intensitas nyeri. Propantelin dapat digunakan untuk mengatasi spasme ureter. Pemberian antibiotik apabila terdapat infeksi saluran kemih atau pada pengangkatan batu untuk mencegah infeksi sekunder. Setelah batu dikeluarkan, BSK dapat dianalisis untuk mengetahui komposisi dan obat tertentu dapat diresepkan untuk mencegah atau menghambat pembentukan batu berikutnya.II.7.3. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy) Merupakan tindakan non-invasif dan tanpa pembiusan, pada tindakan ini digunakan gelombang kejut eksternal yang dialirkan melalui tubuh untuk memecah batu. Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proximal, atau menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. ESWL dapat mengurangi keharusan melakukan prosedur invasif dan terbukti dapat menurunkan lama rawat inap di rumah sakit. II.7.4. Endourologi Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan BSK yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukan langsung kedalam saluran kemih. Alat tersebut dimasukan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Beberapa tindakan endourologi tersebut adalah: PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) adalah usaha mengeluarkan batu yang berada di dalam saluran ginjal dengan cara memasukan alat endoskopi ke sistem kalies melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.

Litotripsi adalah memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukan alat pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli.

Ureteroskopi atau uretero-renoskopi adalah dengan memasukan alat ureteroskopi per-uretram. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan ureteroskopi/ureterorenoskopi ini.

Ekstrasi Dormia adalah mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya melalui alat keranjang Dormia.

II.7.5. Tindakan Operasi Penanganan BSK, biasanya terlebih dahulu diusahakan untuk mengeluarkan batu secara spontan tanpa pembedahan/operasi. Tindakan bedah dilakukan jika batu tidak merespon terhadap bentuk penanganan lainnya. Ada beberapa jenis tindakan pembedahan, nama dari tindakan pembedahan tersebut tergantung dari lokasi dimana batu berada, yaitu:Nefrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di dalam ginjal

Ureterolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di ureter

Vesikolitomi merupakan operasi tebuka untuk mengambil batu yang berada di vesica urinearia

Uretrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di uretra

II.8. Pencegahan Batu Saluran Kemih Pencegahan BSK terdiri dari pencegahan primer atau pencegahan tingkat pertama, pencegahan sekunder atau pencegahan tingkat kedua, dan pencegahan tersier atau pencegahan tingkat ketiga. Tindakan pencegahan tersebut antara lain: II.8.1. Pencegahan PrimerTujuan dari pencegahan primer adalah untuk mencegah agar tidak terjadinya penyakit BSK dengan cara mengendalikan faktor penyebab dari penyakit BSK. Sasarannya ditujukan kepada orang-orang yang masih sehat, belum pernah menderita penyakit BSK. Kegiatan yang dilakukan meliputi promosi kesehatan, pendidikan kesehatan, dan perlindungan kesehatan. Contohnya adalah untuk menghindari terjadinya penyakit BSK, dianjurkan minum 2500 ml air per hari atau minum 250 ml tiap 4 jam ditambah 250 ml tiap kali makan sehingga diharapkan tubuh menghasilkan 2000 ml air kemih yang cukup untuk mengurangi terjadinya BSK. Banyak ahli berpendapat bahwa yang dimaksud minum banyak untuk memperkecil kambuh yaitu bila air kemih yang dihasilkan minimal 2 liter per 24 jam.Serta olahraga yang cukup terutama bagi individu yang pekerjaannya lebih banyak duduk atau statis. II.8.2. Pencegahan Sekunder Tujuan dari pencegahan sekunder adalah untuk menghentikan perkembangan penyakit agar tidak menyebar dan mencegah terjadinya komplikasi. Sasarannya ditujukan kepada orang yang telah menderita penyakit BSK. Kegiatan yang dilakukan dengan diagnosis dan pengobatan sejak dini. Diagnosis batu saluran kemih dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan fisik, laboraturium, dan radiologis. Urinalisis dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi infeksi yaitu peningkatan jumlah leukosit dalam darah, hematuria dan bakteriuria, dengan adanya kandungan nitrit dalam urine. Selain itu, nilai pH urine harus diuji karena batu sistin dan asam urat dapat terbentuk jika nilai pH kurang dari 6,0, sementara batu fosfat dan struvit lebih mudah terbentuk pada pH urine lebih dari 7,2.II.8.3. Pencegahan TersierTujuan dari pencegahan tersier adalah untuk mencegah agar tidak terjadi komplikasi sehingga tidak berkembang ke tahap lanjut yang membutuhkan perawatan intensif. Sasarannya ditujukan kepada orang yang sudah menderita penyakit BSK agar penyakitnya tidak bertambah berat. Kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan rehabilitasi seperti konseling kesehatan agar orang tersebut lebih memahami tentang cara menjaga fungsi saluran kemih terutama ginjal yang telah rusak akibat dari BSK sehingga fungsi organ tersebut dapat maksimal kembali dan tidak terjadi kekambuhan penyakit BSK, dan dapat memberikan kualitas hidup sebaik mungkin sesuai dengan kemampuannya.

II.9. IndikatorPenyakit batu saluran kemih termasuk Penyakit Tidak Menular (PTM), jadi secara umum untuk mengetahui sampai seberapa jauh keberhasilan pelaksanaan strategi penanggulangan PTM, ada beberapa patokan yang dapat dipergunakan untuk monitoring dan evaluasi melalui sistem pencatatan dan pelaporan kegiatan pencegahan dan penanggulangan PTM. Indikator keberhasilan strategi promosi dan pencegahan PTM yaitu:

II.9.1. Indikator UmumMenurunnya angka kematian (mortalitas) penderita PTM

Menurunnya angka kesakitan (morbiditas) penderita PTM

Menurunnya angka kecacatan (disabilitas) penderita PTM

Menurunnya angka faktor risiko bersama PTM

II.9.2. Indikator KhususPenurunan 3 faktor risiko utama PTM (merokok, kurang aktifitas fisik dan konsumsi rendah serat)

Penurunan proporsi penduduk yang mengalami obesitas, penyalahgunaan alkohol dan BBLR

Peningkatan kebijakan dan regulasi lintas sektor yang mendukung penanggulangan PTM

Peningkatan bina suasana melalui kemitraan dalam pemberdayaan potensi masyarakat

Tersedianya model-model intervensi yang efektif dalam promosi dan pencegahan PTM

Peningkatan pelaksanaan promosi dan pencegahan di institusi pelayanan

Pemantauan Rencana Operasional Promosi Kesehatan dalam Pengendalian PTM dilakukan secara berjenjang dan berkesinambungan setiap tahun dalam kurun waktu 5 tahun (2010-2014). Pemantauan merupakan upaya untuk mengamati seberapa jauh kegiatan yang direncanakan sudah dilaksanakan. Evaluasi dilaksanakan untuk melihat kemajuan dan keberhasilan pelaksanaan kegiatan promosi kesehatandalam Pengendalian PTM. Pemantauan rencana dan pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan untuk pengendalian PTM dilaksanakan oleh pengelola program pengendalian PTM, pengelola program promosi kesehatan dan mitra terkait pada masing-masing jenjang administrasi mulai dari pusat, provinsi sampai kabupaten/kota. Melalui lingkup Promosi Kesehatan secara menyeluruh mulai dari kegiatan advokasi, bina suasana, pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan kemitraan, maka upaya Pengendalian PTM akan memberikan hasil yang optimal.

II.10. KebijakanPromosi dan pencegahan PTM dilakukan pada seluruh fase kehidupan, melalui pemberdayaan berbagai komponen di masyarakat seperti organisasi profesi, LSM, media massa, dunia usaha/swasta. Upaya promosi dan pencegahan PTM tersebut ditekankan pada masyarakat yang masih sehat (well being) dan masyarakat yang berisiko (at risk) dengan tidak melupakan masyarakat yang berpenyakit (deseased population) dan masyarakat yang menderita kecacatan dan memerlukan rehabilitasi (rehabilitated population).Penanggulangan PTM mengutamakan pencegahan timbulnya faktor risiko utama dengan meningkatkan aktivitas fisik, menu makanan seimbang dan tidak merokok

Promosi dan pencegahan PTM juga dikembangkan melalui upaya upaya yang mendorong/memfasilitasi diterbitkannya kebijakan publik yang mendukung upaya pencegahan dan penanggulangan PTM

Promosi dan pencegahan PTM dilakukan melaui pengembangan kemitraan antara pemerintah, masyarakat, organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi termasuk dunia usaha dan swasta

Promosi dan pencegahan PTM merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam semua pelayanan kesehatan yang terkait dengan penanggulangan PTM

Promosi dan pencegahan PTM perlu didukung oleh tenaga profesional melalui peningkatan kemampuan secara terus menerus (capacity building)

Promosi dan pencegahan PTM dikembangkan dengan menggunakan teknologi tepat guna sesuai dengan masalah, potensi dan social budaya untuk meningkatkan efektifitas intervensi yang dilakukan di bidang penanggulangan PTM

BAB IIIKesimpulanDari bebrapa jurnal yang membahas tentang batu saluran kemih, maka dapat disimpulkan bahwa;Prevalensi penderita batu saluran kemih terbanyak adalah pria. Hal ini dibuktikan dimana didapatkan bahwa prevalensi penderita pria lebih tinggi daripada penderita wanita. (P 4.53% dan W 3.78%) di Italia,di Amerika Serikat sendiri prevalensi BSK 10.6% pada pria lebih tinggi dibandingkan dengan 7.1% pada wanita. Dan di Indonesia prevalensi lebih tinggi pada laki-laki (0,8%) dibanding perempuan (0,4%). Prevalensi berdasarkan usia menunjukkan bahwa angka kejadian batu saluran kemih meningkat seiring dengan pertambahan usia. Usia tengah pasien adalah 71.66.3 tahun. Rentang usia antara 75-84 tahun dan lebih dari 85 tahun, masing masing 73,5% (n = 133), 21% (n = 38) dan 5,5% (n = 10).

Faktor yang mempengaruhi pembentukan batu saluran kemih terbagi dua yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Yang termasuk di dalam faktor intrinsik ialah umur, jenis kelamin, serta keturunan. Sedangkan yang termasuk faktor ekstrinsik ialah geografi, iklim dan cuaca, jumlah air yang diminum, diet/pola makan, jenis pekerjaan, kebiasaan menahan buang air kemih, stres, olah raga, dan obesitas.

Pencegahan pembentukan batu saluran kemih terbagi menjadi tiga, yaitu pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Pencegahan primer bertujuan untuk mencegah agar tidak terjadinya penyakit batu saluran kemih dengan cara mengendalikan faktor penyebab dari penyakit tersebut. Pencegahan sekunder bertujuan untuk menghentikan perkembangan penyakit agar tidak menyebar dan mencegah terjadinya komplikasi. Sedangkan pencegahan tersier bertujuan untuk mencegah agar tidak terjadi komplikasi sehingga tidak berkembang ke tahap lanjut yang membutuhkan perawatan intensif.

DAFTAR PUSTAKAAltaf J, Adeel H, Nand L, Shafique R, 2013, Chemical Analysis of Urinary Stones and its Locations Associated to Urinary Tract, [online]. (www.lumhs.edu.pk/jlumhs/Vol12No03/pdfs/15.pdf, diakses tanggal 20 Oktober 2015)

Singh KB, Sailo S, 2013, Understanding Epidemiology and Etiologic Factors of Urolithiasis: An Overview, [online], (http://oaji.net/articles/1315-1413290226.pdf, diakses tanggal 20 Oktober 2015)

Krisna D, 2012, Faktor Risiko Penyakit Batu Ginjal, [online], (http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas/article/view/1793, diakses tanggal 20 Oktober 2015)

Dewi D, Subawa A, 2012, Profil Analisis Batu Saluran Kemih di Instalasi Laboratorium Klinik RSUP Sanglah Denpasar, [online], (http://ojs.unud.ac.id/index.php/jim/article/viewFile/3835/2831, diakses tanggal 20 Oktober 2015)

Risi A, Ali N, Ahuja A, 2014, Study on Prevalence and Management of Renal Stones among Omani in-Patients at Sohar Hospital, [online], (http://saspublisher.com/wp-content/uploads/2014/03/SJAMS-21A22-33.pdf, diakses tanggal 4 Desember 2014)

Rahman E, 2012, Gambaran Bakteri pada Infeksi Saluran Kemih Pasien dengan Batu Ginjal di RSUP Sardjito, [online], (http://fkunlam.ac.id/modules/download/file/The%20Bacterial%20Pattern%20in%20UTI%20at%20Kidney%20stone(jurnal).pdf, diakses tanggal 4 Desember 2014)

Lina N, 2012, Faktor Faktor Risiko Kejadian Batu Saluran Kemih pada Laki-Laki, [online], (http://eprints.undip.ac.id/18458/1/Nur_Lina.pdf, diakses tanggal 4 Desember 2014)