Makalah IKM Akhir f3

download Makalah IKM Akhir f3

of 34

Transcript of Makalah IKM Akhir f3

BAB I PENDAHULUAN

I.1

Latar Belakang Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama

pada anak di negara berkembang. Pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak berusia di bawah lima tahun (balita). Diperkirakan hampir seperlima kematian anak diseluruh dunia, lebih kurang 2 juta anak balita meninggal setiap tahun akibat pneumoni, sebagian besar terjadi di Afrika dan Asia Tenggara. Menurut survei kesehatan nasional (SKN) 2001, 27,6% kematian bayi dan 22,6% kematian bayi dan 22,8% kematian balita di Indonesia disebabkan oleh penyakit system respiratori, terutama pneumoni. Terdapat berbagai faktor risiko yamg menyebabkan tingginya angka mortalitas pneumonia pada anak balita di Negara berkembang. Faktor risiko tersebut adalah pneumoni yang terjadi pada masa bayi, berat badan lahir rendah (BBLR), tidak mendapat imunisasi, tidak mendapat ASI yang adekuat, malnutrisi, defisiensi vitamin A, tingginya prevalens kolonisasi bakteri pathogen di nasofaring, dan tingginya pajanan terhadap polusi udara (polusi industri atau asap rokok). Pneumonia adalah inflamasi yamg mengenai parenkim paru. Sebagian besar disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri) dan sebagian kecil disebakan oleh hal lain (aspirasi, radiasi dll). Secara klinis pada anak sulit membedakan pneumonia bacterial dengan pneumonia viral. Demikian pula pemeriksaan radiologis dan laboratorium tidak menunukkan perbedaan yang nyata antara pneumoni bakteri dan virus. Namun sebagai pedoman dapat disebutkan bahwa pneumoni bacterial awitan cepat, batuk produktif, pasien tampak toksis, leukositosis, dan perubahan nyata pada pemeriksaan radiologis. Berdasarkan tempat terjadinya infeksi, dikenal dua bentuk pneumonia, yaitu 1). Pneumonia-masyarakat (community-acquired), bila infeksinya terjadi di masyarakat dan 2). Pneumoni-RS atau pneumoni nosokomial (hospital-acquired pneumonia), bila infeksinya didapat di RS. Selain berbeda dalam lokasi tempat

1

terjadinya infeksi, kedua bentik pneumonia ini juga berbeda dalam spectrum etiologi, gambaran klinis, derajat beratnya penyakit, dan komplikasi yang timbul lebih kompleks. Puskesmas sebagai unit pelayanan terdepan dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat berperan penting dalam pelaksanaan program penanggulangan pneumoni. Puskesmas Putri Ayu yang mempunyai jumlah penduduk 39.195 jiwa telah berusaha semaksimal mungkin untuk melaksanakan program penanggulangan pneumonia ini sesuai dengan pedoman manajemen terpadu balita sakit (MTBS) dan dimonitoring dan dievaluasi oleh Dinas Kesehatan Kota Jambi. Sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pelaksanaan program dan

permasalahan dalam pelaksanaan program pneumonia di Puskesmas Putri Ayu.

I.2

Tujuan

I.2.1

Tujuan Umum: Untuk mengidentifikasi masalah pelaksana program

pneumoni sesui standar MTBS dan mencari pemecahan masalahnya.

I.2.2

Tujuan Khusus: 1. Mengetahui prevalensi penderita Pneumoni di Puskesmas Putri Ayu selama tahun 2010. 2. Mengetahui distribusi frekuensi penderita Pneumonia berdasarkan kelurahan di wilayah kerja puskesmas Putri Ayu tahun 2010. 3. Mengetahui jumlah penderita pneumoni yang dikelompokkan berdasarkan MTBS. 4. Mengetahui masalah yang dihadapi tentang pelaksanakan program Pneumonia yang dilakukan di Puskesmas Putri Ayu selama tahun 2010 beserta kendala yang dihadapi.

5. Menentukan kegiatan-kegiatan dalam pemecahan masalah program pneumonia

2

BAB II BRONCHOPNEUMONIA

2.1

PENDAHULUAN Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang

mengenai parenkim paru, pneumonia pada anak dapat dibedakan: 1. Pneumonia Lobaris 2. Pneumonia Interstitialis (Bronkoliolitis) 3. Bronkopneumonia Penyakit ini biasanya berhubungan dengan daya dahan tubuh tubuh anak yang terganggu yang dapat menyebabkan anak menderita pneumonia berulang atau tidak mampu mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya pneumonia dalah daya tahan tubuh yang menurun, misalnya akibat dari malnutrisi energi protein, penyakit menahun, factor Iatrogen seperti trauma pada paru, Anasthesia, Aspirasi, pengobatan dengan antibiotika yang tidak sempurna. Pneumonia merupakan salah satu penyakit yang menyerang saluran nafas bagian bawah yang terbanyak kasusnya didapatkan di praktek praktek dokter atau rumah sakit dan sering menyebabkan kematian terbesar bagi penyakit saluran nafas bawah yang menyerang anak-anak dan balita hampir diseluruh dunia. Diperkirakan pneumonia banyak terjadi pada bayi kurang dari 2 bulan, oleh karena itu pengobatan penderita pneumonia dapat menurunkan angka kematian anak. Bronchopneumnia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga mengenai alveolus sekitarnya. Bronchopneumonia lebih sering merupakan infeksi sekunder terhadap berbagai keadaan yang melemahkan daya tahan tubuh tetapi bisa juga sebagai infeksi primer yang biasanya kita jumpai pada anak-anak dan dewasa.

3

2.2

DEFINISI Bronchopneumonia ialah infeksi yang mengenai paru disebabkan oleh bakteri,

virus atau mikroorganisme lain yang mengenai bronchiolus dapat menyebabkan inflamasi yang menghasilkan pus.

2.3

EPIDEMIOLOGI Pneumococcus merupakan penyebab utama pneumonia. Pneumococcus

dengan serotipe 1 sampai 8 menyebabkan pneumonia pada orang dewasa lebih dari 80%, sedangkan pada anak ditemukan tipe 14,1,6 dan 9. Angka kejadian kejadian tertinggi ditemukan pada usia kurang dari 4 tahun dan berkurang dengan meningkatnya umur. Pneumonia lobaris hampir selalu disebabkan oleh pneumococcus, ditemukan pada orang dewasa dan anak besar, sedangkan bronkopneumonia lebih sering dijumpai pada anak kecil dan bayi.

2.4

ETIOLOGI Umumnya penyebab Pneumonia adalah bakteri, yaitu streptococcus dan

Haemophilus influenza. Pada bayi dan anak kecil ditemukan Staphylococcus aureus sebagai penyebab pneumonia yang berat, serius dan sangat progresif dengan mortilitas tinggi. Penyebab Bronchopneumonia yang biasa dijumpai adalah: 1. Faktor Infeksi Virus: Virus para influenza, virus influenza, Adenovirus, cytomegalo-vi rus. Organisme Atipikal : Clamydia, Pneumocytis Bakteri : Streptococcus pneumonia, Haemophillus influenza, Bordetella pertusis dll. 2. Faktor Non Infeksi Bronchopneumonia Hydrocarbon

4

Terjadi oleh karena aspirasi selama penelanan muntah atau sonde lambung (zat hydrocarbon seperti : pelitur, minyak tanah dan bensin) Bronchopneumonia Lipoid Terjadi akibat pemasukkan obat yang mengandung minyak secara intranasal, termasuk jeli petroleum. Setiap keadaan yang mengganggu mekanisme menelan seperti palatoskizis, pemberian makanan dengan posisi horizontal, atau pemaksaan pemberian makanan pada anak yang sedang menangis. Selain faktor diatas, daya tahan tibuh sangat berpengaruh untuk terjadinya Bronchopneumonia.

2.5

PATOGENESIS Sebagian besar Pneumonia timbul melalui mekanisme aspirasi kuman atau

penyebaran lansung kuman dari respiratorik atas. Hanya sebagian kecil merupakan akibat sekunder dari viremia / bakterimia atau penyebaran dari infeksi intra abdomen. Masuknya mikroorganisme kedalam saluran nafas dan paru dapat melalui berbagai cara antara lain : Inhalasi langsung dari udara Aspirasi dari bahan-bahan yang ada dinasofaring dan orofaring Perluasan langsung dari tempat-tempat lain Penyebaran secara hematogen Mekanisme daya tahan traktus respiratorius bagian bawah sangat efisien untuk mencegah infeksi yang terdiri dari : Susunan anatomi rongga hidung Jaringan limfoid di nasofaring Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius dan sekret liat yang dikeluarkan oleh sel epitel tersebut Reflek batuk Reflek epiglottis yang mencegah tejadinya aspirasi sekret yang terinfeksi Drainase system limfatik dan fungsi menyaring kelenjar limfe regional

5

Fagositosis, aksi enzimatik dan respon imuno-humoral terutama dari immunoglobulin A (Ig A) Sekresi enzim-enzim dari sel-sel yang melapisi trakeo-bronkial yang bekerja sebagai anti mikroba yang non spesifik Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme dapat melalui jalan nafas sampai ke alveoli yang menyebabkan radang pada dinding alveoli dan jaringan sekitarnya. Setelah itu, mikroorganisme akan membentuk suatu proses peradangan yang meliputi empat stadium, yaitu: 1. Stadium Kongesti Kapiler melebar dan kongesti serta di dalam alveolus terdapat eksudat jernih, bakteri dalam jumlah banyak, beberapa neutrofil dan makrofag. 2. Stadium Hepatisasi Merah Lobus dan Lobulus yang terkena menjadi padat dan tidak mengandung udara, warna menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar. Dalam alveolus didapatkan fibrin, leukosit neutrofil eksudat dan banyak sekali eritrosit dan kuman. Stadium ini berlangsung sangat pendek. 3. Stadium Hepatisasi Kelabu Lobus masih tetap padat dan warna merah menjadi kelabu. Permukaan pleura suram karena diliputi oleh fibrin. Alveolus fibrin dan leukosit tempat terjadi fagositosis pneumococcus. Kapiler tidak lagi kongestif. 4. Stadium Resolusi Eksudat berkurang, makrofag dalam alveolus bertambah dan leukosit mengalami nekrosis dan degenerasi lemak. Fibrin diresorbsi dan menghilang dengan pengobatan antibiotika urutan stadim khas ini tidak terlihat.

2.6

GAMBARAN KLINIS Bronchopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas

selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39o C - 40o C dan mungkin disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dyspnoe, pernafasan cepat dan dangkal serta pernafasan cuping hidung dan sianosis sekitar

6

hidung dan mulut, kadang-kadang disertai muntah dan diare. Batuk biasanya ditemukan pada permulaan penyakit, mungkin terdapat batuk setelah beberapa hari, mula-mula kering dan menjadi produktif. Pada pemeriksaan fisik didapatkan: Inspeksi : pernafasan cuping hidung (+), sianosis sekitar hidung dan mulut, retraksi selai iga Palpasi Perkusi : sterm fremitus meningkat pada sisi yang sakit : sonor memendek

Auskultasi: suara pernafasan mengeras disertai ronki basah gelembung halus sampai sedang Pada bronchopneumonia, hasil pemeriksaan fisik tergantung pada luasnya daerah yang terkena. Bila sarang pneumonia menjadi satu (konfluens) mungkin pada perkusi terdengar suara yang meredup dan suara pernafasan pada auskultasi terdengar mengeras. Tanpa pengobatan biasanya penyembuhan dapat terjadi antara 2-3 minggu.

2.7

PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan darah menunjukkan leukositosis, biasanya 15.000-40.000/mm3 dengan pergeseran ke kiri Nilai Hb biasanya tetap normal atau sedikit menurun Peningkatan Laju Endap Darah (LED) Kultur dahak dapat positif pada 20%-50% pada penderita yang tidak terobati Pemeriksaan radiologis memberikan gambaran infiltrat pada paru

2.8

DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING

2.8.1 DIAGNOSIS Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik yang sesuai dengan gejala disertai pemeriksaan penunjang. Pada

bronchopneumonia, bercak-bercak infiltrat didapatkan pada satu dan beberapa lobus. Foto rontgen dapat juga menunjukkan adanya komplikasi seperti

7

pleuritis, atelektasis, abses paru, pneumothoraks atau perikarditis. Pemeriksaan darah menunjukkan leukositosis. Pada bayi-bayi kecil jumlah leukosit dapat berada dalam batas yang normal. Kadar hemoglobin biasanya normal atau sedikit menurun.

2.8.2 DIAGNOSIS BANDING 1. Bronkiolitis 2. Aspirasi pneumonia 3. Tb paru primer

2.9

KOMPLIKASI 1. Otitis media 2. Bronkiektasis 3. Abses paru 4. Empiema

2.10

PENATALAKSANAAN y Bed Rest y Anak dengan sesak nafas, memerlukan cairan intra vena dan oksigen (1-2 L/mnt) y Jumlah cairan disesuaikan dengan berat badan dan kebutuhan y Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi, tetapi hal ini tidak selalu dapat dilakukan dan memakan waktu yang cukup lama, maka dalam praktek diberikan pengobatan polifragmasi seperti penicillin ditambah dengan kloramfenikol atau diberi antibiotik yang mempunyai spectrum luas seperti Ampicillin. Pemberian antibiotik ada 2 kombinasi: Kombinasi I Ampicillin 100-200 mg/kgBB/hari/4 dosis/iv (test dulu) Kloramfenicol 50-100 mg/kgBB/hari/4 dosis/iv

8

Kombinasi II Ampicillin 100-200 mg/kgBB/hari/4 dosis/iv (test dulu) Gentamicin 5-7 mg/kgBB/hari/2 dosis/iv

y Antipiretik: paracetamol 10-15 mg/kgBB/x beri y Mukolitik: Ambroxol 1,2 1,6 mg/kgBB/2 dosis/oral y Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui selang nasogastrik dengan feeding drip. Jika sesaknya berat maka pasien harus dipuasakan.

2.11

PROGNOSIS Sembuh total dengan pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat, mortality

kurang dari 1%. Anak dalam keadaan malnutrisi energi protein dan terlambat mendapatkan pengobatan menunjukkan mortality yang lebih tinggi.

2.12

PENCEGAHAN Penyakit bronkopneumonia dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan

penderita atau mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya bronkopneumonia ini. Selain itu hal-hal yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan daya tahan tubuh kaita terhadap berbagai penyakit saluran nafas seperti : cara hidup sehat, makan makanan bergizi dan teratur ,menjaga kebersihan ,beristirahat yang cukup, rajin berolahraga, dll. Melakukan vaksinasi juga diharapkan dapat mengurangi kemungkinan terinfeksi antara lain: - Vaksinasi Pneumokokus - Vaksinasi H. influenza - Vaksinasi Varisela yang dianjurkan pada anak dengan daya tahan tubuh rendah - Vaksin influenza yang diberikan pada anak sebelum anak sakit.

9

BAB III METODE PENGUMPULAN DATA

3.1

Data yang dikumpulkan Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer untuk memperoleh informasi mengenai alasan penderita pneumonia berat tidak mau dilakukn rujukan rawat inap, informasi mengenai ada tidaknya penyuluhan khusus..keberhasilan pbatan,,kendala yg dihadapi petugas dl mlksanakn program. diperoleh melalui wawancara yang mendalam pada petugas Puskesma Putri Ayu yang memegang program bronkopneumoni. Sedangkan data sekunder diperoleh dari register pencatatan laporan bulanan penderita ISPA dan dari registeleh data mngenai????jumlah balita, daerah kantong pneumoni, melihat jmlah petugas kesehatan yang menangani program pneumonia, rata kunjungn pneumoni, melihat data lingkungan, jml rumah sehat,faktor resiko lain???data pelaksan pneumoni.??MTBS Puskesmas Putri Ayu yang di berikan oleh petugas Puskesmas serta data mengenai profil Puskesmas Putri Ayu tahun 2010. Data dikumpulkan dari tanggal 24 Juni 9 Juli 2011.

3.2.

Cara pengambilan data Adapun metode yang digunakan dalam pengumpulan data sampai data diolah

dan dianalisa adalah : a. Pengumpulan data Semua data penderita bronkopneumonia yang pernah berkunjung ke Puskesmas Putri Ayu tahun 2010 data register penderita pneumonia di dapat LB1?? Pneumoni umur???dari mana?????TU N KIA data apa yang diambil?? dan di tambah dengan data yang diperoleh hasil wawancara mendalam dengan pemegang program bronkopneumonia. b. Pengolahan data

10

Setelah proses pengumpulan data selesai, data dimasukkan kedalam table jml penderita perbulan, jml brdaarkan kelurahan,pembagian mnrut MTBS, jml penderita pneumonia berat yang dirwat dan tidak dirawt, dan data kualitatif yg di peroleh dari hsl wawancara dilihat kontennya (analisis isi) dan dianalis dan dibandingkan dengan standar penatalaksanaan pneumonia di MTBS. Pengolahan data dilakukan secara manual, bila ad yang tdk sesui dgn MTBS maka itu merupakan masalah. Masalah2 tsb dikumpulkan dan dicari prioritas masalahnya menggunaan metode MCUA dan diambil 3 masalah utama kemudian dicari pemecahan masalahnya dengan metode????

11

BAB IV HASIL KEGIATAN PUSKESMAS

4.1.

Penemuan penderita bronkopneumoni di Puskesmas Putri Ayu Pasif : Penemuan penderita pada saat penderita datang berobat ke Puskesmas dengan

gejala klinis broncopneumoni.

Tabel 4.1 Penemuan Kasus Bronkopneumoni Tahun 2010 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah Bulan Penemuan 28 26 41 36 30 38 18 12 25 13 32 37 335 81 55 104 95

Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil pada triwulan pertama kasus bronkopneumoni sebanyak 97 orang, Triwulan kedua 104 orang, Triwulan ketiga 56, dan Triwulan keempat 85 orang.bandingkan dengan kunjungan penyakit secara umum khusu balita.

12

Tabel 4.2 Distribusi penderita bronkopneumoni berdasarkan Kelurahan Kelurahan Triwulan I Solok Sipin Sei.Putri . Murni Legok Triwulan I Solok Sipin Sei.Putri Murni Legok Triwulan I Solok Sipin Sei.Putri Murni Legok Triwulan I Solok Sipin Sei.Putri Murni Legok Jumlah Frekuensi 18 13 20 46 26 9 16 52 14 2 9 28 18 3 10 51 335 Persentase(%) 5,4% 37,14% 5,97% 13,7% 7,8% 2,69% 4,9% 15,5% 4,2% 0,59% 2,69% 8,36% 5,37% 0,89% 2,99% 15,2% 100%

Berdasarkan table diatas dapat diketahui bahwa dari keempat triwulan dan keempat kelurahan penderita peumoni terbanyak ditemukan dikelurahan Legok sebanyak 177 orang (52,84%), diikuti dengan kelurahan Solok Sipin sebanyak 76 orang ( 22,68%), Murni sebanyak 55 orang (16,42%) dan Sungai Putri sebanyak 27 orang (8,06%)

13

Tabel 4.3 Distribusi penderita bronkopneumoni menurut MTBS Bukan Pneumoni 1 tahun 1-4 tahun 2bln1thn 1158 org 3193 org 35 orang 248 orang 0 Pneumoni 1-4 tahun 2bulan Pneumoni Berat 2bln1thn 3 orang 12 orang 1-4 tahun

Berdasarkan table diatas dapat diketahui bahwa jumlah penderita bukan pneumoni usia 1 tahun sebanyak 1158 orang, usia 1-4 tahun 3193 orang, penderita pneumoni usia 2bln-1thn sebanyak 35 orang, usia 1-4 tahun sebanyak 248 orang, 2bulan tidak ada, sedangkan pneumoni berat usia 2bln-1thn sebanyak 3 orang, dan usia 1-4 tahun sebanyak 12 orang.

Tabel 4.3 Distribusi penderita bronkopneumoni berat yang dirawat dan yang tidak dirawat Pneumoni berat 15 orang Yang dirawat 10 orang Yang tidak di rawat 5 orang

Berdasarkan table di atas dari 15 orang penderita pneumoni berat 10 orang (66,66%) yang dirawat dan hanya 5 orang (3,33%) orang yang tidak dirawat.

14

BAB V MASALAH KESEHATAN

Pada hasil wawancara penlis dengan pemegang program Pneumoni di Puskesmas Putri Ayu adapun kegiatan Pneumoni di Puskesmas Putri Ayu adalah: 1. Pengelompokan berdasarkan MTBS sesuai dengan gejala klinis 2. Melakukan tindakan sesui dengan MTBS 3. Melakukan rujukan rawat inap pada penderita pneumoni berat 4. Penyuluhan pneumonia Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan pemegang program Pneumoni di Puskesmas Putri Ayu bahwa dari ketiga progam diatas yang dianggap menjadi masalah ialah: a. Melakukan pelaksanaan rawat inap pada penderita pneumonia berat yang datang berobat ke Puskesmas Putri Ayu. Hal ini didapatkan dari hasil wawancara dengan petugas pemegang program Pneumoni Puskesmas Putri Ayu: Kegiatan ini dilaksanakan apabila dari gejala klinis penderita menunjukkan diagnose pneumoni berat maka penderita disarankan untuk segea dirawat namun, tidak semua orang tua penderita bersedia anaknya untuk dirawat inap. Penyebab masalah: 1. Masalah ekonomi, penderita pneumoni biasanya dari kalangan ekonomi kebawah 2. Penderita pneumonia biasanya mempunyai saudara yang lebih kecil lagi sehingga orang tua merasa tidak dapat meluangkan waktu untuk menjaga anak yang dirawat dan anak kecil yang ada dirumah

15

b. Penyuluhan Pneumonia Pemegang program mengatakan bahwa penyuluhan hanya dilakukan kepada penderita pneumonia yang datang berobat ke Puskesmas dan melakukan kunjungan kerumah bagi penderita pneumoni berat yang tidak mau di rawat. Pemegang program tidak pernah melakukan penyuluhan berkelompok atau penyuluhan media massa. Penyebab masalah: 1. Waktu khusus petugas pneumonia untuk turun kelapangan tidak ada 2. Dana yang minim untuk melakukan penyuluhan berkelompok atau secara media massa.

16

BAB VI ANALISA PEMECAHAN MASALAH

Masalah adalah kesenjangan antara keadaan spesifik yang diharapkan dengan keadaan yang ingin dicapai, yang menimbulkan rasa tidak puas, dan menimbulkan keinginan untuk memecahkannya. Dengan demikian didapatkan cirri-ciri masalah: Menyatakan hubungan dua variable atau lebih Dapat diukur Dapat diatasi Urutan dalam siklus pemecahan masalah antara lain: 1. Identifikasi/inventarisasi masalah Menetapkan keadaan spesifik yang diharapkan, yang ingin dicapai, menetapkan indikator tertentu sebagai dasar pengukuran kinerja dan membandingkan antara kenyataan yang terjadi dengan indikator yang sudah ditetapkan tersebut. 2. Penentuan prioritas masalah Penyusunan peringkat masalah lebih baik dilakukan oleh banyak orang daripada satu orang saja. Beberapa metoda yeng dapat digunakan adalah metode Hanlon, Delbeq, CARL dan Pareto. 3. Penentuan penyebab masalah Penentuan penyebab masalah dapat digali berdasarkan data atau kepustakaan dengan curah pendapat. Penentuan masalah hendaknya tidak menyimpang dari masalah tersebut. 4. Memilih penyebab yang paling mungkin Penyebab masalah yang paling mungkin harus dipilih dari sebab-sebab yang didukung oleh data atau konfirmasi

17

5.

Menentukan alternatif pemecahan masalah Seringkali pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah dari penyebab yang sudah diidentifikasi. Jika penyebab sudah jelas maka langsung dapat alternatif pemecahan masalah.

6.

Penetapan pemecahan masalah terpilih Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan pemilihan pemecahan terpilih. Apabila ditemukan beberapa alternatif maka digunakan metode Hanlon kualitatif untuk menentukan/memilih pemecahan terbaik.

7.

Penyusunan rencana penerapan Rencana penerapan masalah dibuat dalam bentuk Plan of Action (POA)

8.

Monitoring dan evaluasi Ada dua segi pemantauan yaitu apakah kegiatan penerapan pemecahan masalah yang sedang dilaksanakan sudah diterapkan dengan baik dan menyangkut masalah itu sendiri, apakah permasalahan sudah dapat dipecahkan

18

1. identifikasi masalah

8. monitoring dan evaluasi

2. penentuan prioritas masalah

7. penyusunan rencana penerapan

3. penentuan penyebab maslah

6. penetapan pemecahan masalah terpilih

4. memilih oenyebab yang paling mungkin

5. menentukan alternatif pemecahan masalah

Gambar 6.1 Siklus pemecahan masalah 6.2 Identifikasi Penyebab Masalah Identifikasi penyebab masalah dengan metode fish bone berdasarkan kerangka pendekatan sistem, seperti gambar di bawah ini :

PROSES

P2 P1 P3 MASALAH D II

19

Money Input

Man

Lingkungan

Diagram 6.2 Fish bone

Hal yang mendasari timbulnya kesenjangan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang nyata dicapai dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Untuk menentukan penyebab masalah dilakukan dengan membuat diagram fish bone dengan menggunakan data yang diperoleh selama satu tahun terakhir. Dalam menganalisis penyebab manajemen secara menyeluruh digunakan pendekatan evaluasi yang meliputi input, proses, output, outcome, serta environment. Sehingga dapat ditelusuri hal hal yang menyebabkan munculnya permasalahan.

20

Kemungkinan penyebab masalah adalah: 1. Input Tabel 6.3 Input Fish Bone Kelebihan Man Tersedia kesehatan tenaga di Kekurangan Kurangnya tanggung tenaga rasa jawab kesehatan

Puskesmas (dokter umum, dokter gigi, bidan dan perawat Tersedia semua

yang terkait dalam kegiatan penyuluhan pneumoni

penanggung jawab disetiap bagian Tersedianya tenaga kesehatan mampu kelapangan Money Puskesmas memiliki dana cukup yang turun

Tidak dana

tersedianya untuk

kegiatan pengembangan pneumonia

Methode

-

Tersedianya petunjuk penangan pneumoni tekhnis

-

Kurangnya promosi pneumoni masyarakat, sehingga kurangnya kegiatan kepada

21

kesadaran masyarakat bersedia dirawat untuk anaknya jika

terdiagnosa sebagai penderita pneumoni berat Machine Tersedianya alat Tidak lengkapnya buku seluruh pneumonia laporan kegiatan

transportasi untuk turun kelapangan Buku laporan

kegiatan pneumoni

2. Lingkungan Tidak adanya tempat khusus untuk melaksanakan penyuluhan kegiatan Pneumoni, sehingga kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai bahaya pneumoni berat yang mestinya harus dirawat namun keluarga menolak untuk rawat inap 3. Proses Fungsi manajemen a. P1 (Perencanaan) o Kurangnya perencanaan kegiatan Pneumoni b. P2 (Penggerakan Pelaksanaan) o Kurangnya penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya perawatan pada penderita dengan pneumoni berat c. P3 (Pengawasan, pengendalian, penilaian) o Kurangnya pengawasan terhadap petugas pneumonia. 6.4 Menentukan Penyebab yang paling Dominan

22

Dari beberapa akar penyebab, dicari penyebab yang paling dominan, sebagian besar masalah sudah dapat diselesaikan. Karena itu dilakukan urutan dominan (pentingnya) dengan cara diskusi, adu argumentasi dan justifikasi antara anggota tim pemecah masalah untuk menentukan penyebab yang paling dominan. Dan didapatkan hasil bahwa penyebab yang paling dominan yaitu waktu khusus petugas pneumonia untuk turun kelapangan secara khusus mengenai pneumonia.

6.5

Kemungkinan penyebab masalah dan Penerapannya

Tabel 6.6 Kemungkinan Penyebab Masalah dan Penerapannya Masalah Prioritas Penyebab Alternatif Pemecahan masalah Penyuluhan pneumonia Waktu khusus untuk petugas turun Petugas sebaiknya

pneumonia kelapangan

meluangkan waktunya diluar untuk penyuluhan jam kerjanya

memberikan

penyuluhan tidak ada.

memberikan mengenai

pneumoni, tidak hanya dilakukan penderita pada saat datang

berobat ke puskesmas. Petugas pneumonia

agar lebih berkualitas dan ramah menyenangkan penyuluhan berkepribadian dan agar dapat

berjalan dengan lancar

23

dan

dapat

lebih

di oleh

pahami masyarakat. -

Pada waktu penyuluhan sebaiknya juga dijelaskan mengenai

pembiayaan perawatan bagi penderita

pneumonia yang kurang mampu sehingga

masalah ekonomi tidak menjadi masalah yang besar untuk

dilakukannya perawatan terhadap dengan berat Perlunya mengenai dirumah, imunisasi lingkungan untuk penyuluhan kebiasaan pentingnya dan penderita penderita pneumonia

menanggulangi

berulangnya pneumoni Kepala puskesmas

harus lebih memberikan motivasi, arahan agar petugas lebih giat

melaksanakan program.

24

BAB VII PENUTUP

7.1

Simpulan 1. Target pneumonia tahun 2010 adalah 379 orang, sementara penemuan penderita pneumonia tahun 2010 adalah 335 orang, maka target tidak tercapai atau kurang dari 100%. 2. Dari keempat Triwulan didapatkan hasil pada triwulan pertama kasus bronkopneumoni sebanyak 97 orang, Triwulan kedua 104 orang, Triwulan ketiga 56, dan Triwulan keempat 85 orang. 3. Berdasarkan table diatas dapat diketahui bahwa dari keempat triwulan dan keempat kelurahan penderita peumoni terbanyak ditemukan dikelurahan Legok sebanyak 177 orang (52,84%), diikuti dengan kelurahan Solok Sipin sebanyak 76 orang ( 22,68%), Murni sebanyak 55 orang (16,42%) dan Sungai Putri sebanyak 27 orang (8,06%). 4. Berdasarkan table diatas dapat diketahui bahwa jumlah penderita bukan pneumoni usia 1 tahun sebanyak 1158 orang, usia 1-4 tahun 3193 orang, penderita pneumoni usia 2bln-1thn sebanyak 35 orang, usia 1-4 tahun sebanyak 248 orang, 2bulan tidak ada, sedangkan pneumoni berat usia 2bln1thn sebanyak 3 orang, dan usia 1-4 tahun sebanyak 12 orang. 5. Berdasarkan table di atas dari 15 orang penderita pneumoni berat 10 orang (66,66%) yang dirawat dan hanya 5 orang (3,33%) orang yang tidak dirawat. 6. Kegiatan yang dilaksanakan Program Pneumonia yang dilakukan di Puskesmas Putri Ayu selama tahun 2010 adalah pengelompokan berdasarkan MTBS sesuai dengan gejala klinis, melakukan tindakan sesui dengan MTBS, melakukan rujukan rawat inap pada penderita pneumoni berat, penyuluhan pneumonia

25

7. Masalah yang dihadapi Puskesmas Putri Ayu adalah melakukan rujukan rawat inap penderita pneumoni berat.

7.2

Saran 1. Perlunya penyuluhan lebih mendalam mengenai bahaya serta pentingnya perawatan pada penderita pneumonia berat. 2. Sebaikknya penyuluhan tidak hanya dilakukan pada saat penderita datang berobat kepuskesmas, dengan dilakukannya penyuluhan diluar jam berobat maka masyarakat mempunyai banyak waktu dan kesempatan untuk bertanya. 3. Perlunya penjelasan kepada masyarakat mengenai pembiayaan, adanya program pembiayaan dari pemerintah untuk perawatan sehingga masalah ekonomi tidak menjadi penghalang untuk dilakukannya perawatan pada penderita pneumonia berat.

26

DAFTAR PUSTAKA

1.

Behrman. Re, Vanghari V.C, Nelson, Ilmu Kesehatan Anak, jilid 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2000, halaman 883-1230

2.

Mansjoer A, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, jilid 2, Penerbit Media Aesculapius FKUI, Jakarta, 2000, halaman 465-468

3.

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak, Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak, jilid 3 bagian Ilmu Kesehatan Anak, FKUI, Jakarta, 1985,

halaman 1228-1230 4. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit, Departemen

KesehatanRepublik Indonesia, Jakarta, 2008

27

PROFIL PUSKESMAS PUTRI AYU

Pendahuluan Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi sebagai salah satu unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kota jambi dituntut menjadi ujung tombak pembangunan kesehatan khususnya memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang bersifat promotif, kuratif tanpa mengabaikan pelayanan yang bersifat prefentif dan rehabilitatif untuk mempertinggi derajat kesehatan dengan memberikan prioritas pada upaya peningkatan kesehatan masyarakat pada umumnya dan pada keluarga serta penyebaran dan pemeliharaan Kesehatan diwilayah kerja Puskesmas Putri Ayu, Pelayanan kesehtan ini tertuang dalam 6 program pokok dan program pengembangan Puskesmas yaitu: Promosi kesehatan Kesehatan Lingkungan Kesehatan Ibu dan Anak Keluarga Berencana Perbaikan Gizi Masyarakat Pencegahan dan Pembarantasan Penyakit Menular dan Upaya Pengobatan

Dalam melaksanakan fungsinya Puskesmas Putri Ayu kota Jambi masih banyak mengalami kendala dan pencapaian hasil kegiatan yang belum optimal, hal ini dikarenakan prilaku masyarakat yang belum mencerminkan pola hidup sehat serta sikap dan budaya kerja tenaga kesehatan yang belum optimal.

IV.II Geografi

28

Puskesmas Putri Ayu secara administrasi terletak di Wilayah Kecamatan Telanaipura yang merupakan bagian wilayah kerja Puskesmas putri Ayu Kota jambi, wilayah kerja Puskesmas Putri Ayu meliputi 4 Keluraha yaitu: Kelurahan legok Kelurahan Murni Kelurahan Solok Sipin Kelurahan Sungai Putri

Dan terbagi menjadi : 111 RT (Rukun Tetangga) Letak dan luas wilayah kerja Puskesmas Putri Ayu 962 ha atau 61 km2 yang

terdiri dari daerah dataran tinggi sebelah selatan dan dataran rendah disebelah utara, secara geografis batas-batas wilayah kerja Puskesmas Putri Ayu adalah sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan Sungai Batang hari Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pasar Jambi Sebelah Barat berbatsan dengan kelurahan selamat dan Kecamatan Telanaipura Sebalah Selatan berbtasan dengan Kecamatan Jelutung

IV.III Demografi Jumlah Penduduk Wilayah Keja Puskesmas Putri Ayu berdasarkan data terakhir tahun 2010 adalah 39.195 Jiwa dengan perincian: Legok Murni Sungai Putri Solok Sipin Jumlah Kepala Keluarga Legok Murni Sungai Putri Solok Sipin : 14.420 : 5.384 : 9.168 : 10.223 : : 2.676 : 1.125 : 1.674 : 2.117

29

Tabel Distribusi Penduduk menurut jenis kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Putri Ayu Tahun 2010

No

Nama kelurahan L

Jumlah P 6969 3004 4852 4040

1. 2. 3. 4.

Legok Murni Solok Sipin Sungai Putri

6805 1965 4732 4140

IV.4

Sosialisasi Budaya dan Perekonomian

a. Agama Sebagian Besar penduduk di wilayah kerja Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi adalah beragama Islam dengan kompisisi sebagai berikut:

No 1. 2. 3. 4. 5.

Agama Islam Kristen Katolik Kristen Protestan Budha/hindu Lainnya Jumlah

Jumlah 37.317 448 618 127 60 38.570

Persentase 96.75% 1.16% 1.60% 0.33% 0.16% 98.73%

b. Pendidikan Tingkat pendidikan masyarakat diwilayah kerja Puskesmas puti Ayu sebagian besar tamatan SD dengan distribusi sebagai berikut:

30

No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Tingkat Pendidikan Tamat Perguruan Tinggi Tamat SLTA/sederajat Tamat SLTP/sederajat Tamat SD Tidak tamat SD Masih sekolah Belum Sekolah Tidak Sekolah

Jumlah 5.552 10.488 5.737 5.268 344 2.896 1.991 20 32.296

persentase 17.19% 32.47% 17.76% 16.31% 1.07% 8.97% 6.16% 0.06%

c. Sarana Pendidikan Sarana pendidikan yang terdapat / yang ada diwilayah kerja Puskesmas putri Ayu terdiri dari: Tamatan kanak-kanak SD/Madarasah SLTP/MTS SLTA Perguruan Tinggi : 10 : 27 :5 :6 :2

d. Mata Pencaharian Masyarakat diwilayah kerja Puskesmas Putri Ayu mempunyai mata pencaharian sebagian besar adalah pertukangan / kerajinan dengan distribusi sebagai berikut:

No Mata pencaharian 1. Petani sendiri

Jumlah 102

Persentase 0.84%

31

2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Buruh tani Nelayan Pengusaha Buruh bangunan Pedagang Pengangkat/jasa Pertukangan/kerajinan Pensiunan

70 80 233 2.374 2.204 1.258 122 316 4.943 159 12.161

0.58% 0.66% 1.92% 19.52% 18.12% 10.34% 1.00% 2.60% 40.65% 3.77%

10. PNS/ABRI 11. Lain-lain Jumlah

e. Komunikasi dan Transportasi Semua kelurahan dalam wilayah kerja Puskesmas Putri Ayu dapat di jangkau oleh kendaraan roda empat dan roda dua, sebagian sekitarnya dialiri sungai sehingga harus menggunakan perahu dan semua wilayah dapat dijangkau dengan sarana telekomunikasi telepon. IV.5 Sarana dan Prasarana

Puskesmas Putri Ayu berlokasi di tepi jalan raya dengan luas bangunan 360 M2 yang bertingkat dua yaitu: a. Lantai satu untuk rawat inap Rawat inap terdiri dari: Ruang Rawat Inap Anak dan umum uang mempunyai kapasitas 13 tempat tidur terdiri dari ruang rawat inap Perinatologi, Ruang rawat inap umum, Ruang Jaga dan ruang Dokter. Ruang Rawat Inap Kebidanan yang mempunyai kapasitas 11 tempat tidur yang terdiri dari ruang Vk, ruang rawat inap Kebidanan, ruang periksa Spesialis, ruang jaga.

32

b. Lantai dua untuk rawat jalan Rawat jalan terdiri dari: Ruangan Labor Ruang poli umum dan poli anak Ruang Laktasi Ruangan Apotik Ruang KIA dan ruang KB Ruang poli gigi Ruang Tata Usaha Ruang Kepala Puskesmas Sarana kesehatan yang ada dalam wilayah Kerja Puskesmas Putri Ayu adalah sebagai berikut: Puskesmas induk Puskesmas Pembantu Puskesmas Keliling Apotik Swasta Dokter Praktek Swasta Bidan Praktek Swasta Balai Pengobatan : 1 Buah : 4 Buah : 2 Buah : 4 Buah : 15 Buah : 4 Buah : 1 Buah

Sarana lain yang ada di Puskesmas Putri Ayu adalah sebagai berikut: Rumah dinas paramedis jumlah 3 buah kondisi baik Kendaraan dinas roda 4 jumlah 2 buah kondisi baik dan sepeda motor jumlah 11 unit kondisi layak jalan. Penerangan puskesmas Putri Ayu Listrik (PLN) Sarana komunikasi telepon memrupakan swadana Puskesmas Incerator 2 buah, 1 kondisi rusak dan 1 kondisi baik Ketenangan

33

IV.6

jumlah tenaga kesehatan yang ada dalam lingkungan kerja Puskesmas

Putri Ayu tahun 2010 sebanyak 71 orang No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Tenaga kesehatan yang ada Dokter Umum Dokter Gigi Dokter Spesialis kandungan Sarjana Kesehatan Masyarakat Sarjana Keperawatan Apoteker Akper Bidan SPK Jumlah 2 orang 2orang 2 orang 1 orang 10 orang 30 orang 4 orang 1 orang 1 orang 4 orang 2 orang 4 orang 5 orang 3 orang 14 orang

10. Ahli gizi 11. Analis Kesehatan 12. Perawat gigi 13. Sanitarian 14. Asisten apoteker 15. Administrasi 16. Tenaga honor 17. TKS

34