HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI … · DAFTAR ISI Halaman ... Blangko Konsultasi . xii...
Transcript of HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI … · DAFTAR ISI Halaman ... Blangko Konsultasi . xii...
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI
PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG
HEMODIALISA RSUD DR. SOEDIRAN MANGUN
SUMARSO WONOGIRI
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
Oleh :
MS DEWI NAWANGSIH WIJAYANTI
NIM. ST 14 039
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2016
ii
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT., karena berkat tuntunan
dan pimpinanNya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul:
”Hubungan Dukungan Keluarga dengan Motivasi Penderita Gagal Ginjal Kronik
di Ruang Hemodialisa RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri”.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa tanpa dorongan,
bimbingan dan motivasi dari semua pihak, penulis tidak akan mampu
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, penulis menyampaikan
terimakasih yang tak terhingga kepada :
1. Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns.,M.Kep., selaku Ketua STIKes Kusuma
Husada Surakarta dan sekaligus sebagai penguji, yang telah memberi izin
penelitian kepada penulis serta memberikan saran dan koreksinya.
2. Atiek Murhayati, S.Kep.,Ns.,M.Kep., selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan
yang telah memberikan dukungan serta motivasi kepada semua
mahasiswanya.
3. Wahyuningsih Safitri, S.Kep.,Ns.,M.Kep., selaku pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan arahan penulis dengan penuh kesabaran sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
4. Fakhrudin Nasrul Sani, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan arahan penulis dengan penuh kesabaran sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
5. dr. Setyorini, M.Kes., selaku Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri yang telah memberikan ijin
penelitian kepada penulis.
vi
6. Bapak dan Ibu Dosen STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah
memberikan segenap ilmu dan pengalamannya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
7. Keluargaku yang telah memberikan dukungan, doa, nasihat, kasih sayang dan
semangat bagi penulis dalam mengerjakan skripsi ini.
8. Teman-teman Angkatan ST14 yang telah memberikan dukungan dan
bantuannya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Tiada kata yang pantas penulis sampaikan kepada semuanya, kecuali
ucapan terima kasih yang tak terhingga serta iringan doa semoga kebaikan
Bapak/Ibu/Saudara mendapat balasan dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, 05 Februari 2016
MS Dewi Nawangsih Wijayanti
NIM : ST.14 039
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ............................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN ...................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN .......................................................................... iv
KATA PENGANTAR .............................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xi
ABSTRAK ... ............................................................................................ xii
ABSTRACT ... ............................................................................................ xiii
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................... 1
2.1 Latar Belakang ................................................................ 1
2.2 Rumusan Masalah ............................................................ 4
2.3 Tujuan Penelitian ............................................................. 5
2.4 Manfaat Penelitian .......................................................... 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................... 7
2.1 Tinjauan Teori .................................................................. 7
2.2. Keaslian Penelitian ........................................................... 24
2.3 Kerangka Teori ................................................................. 26
2.4 Kerangka Konsep ............................................................. 27
2.5 Hipotesis ........................................................................... 27
viii
BAB III. METODE PENELITIAN ........................................................ 28
3.1 Jenis Penelitian ................................................................. 28
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................... 28
3.3 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ......... 28
3.4 Variabel Penelitian ............................................................ 30
3.5 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran ..................... 31
3.6 Instrumen Penelitian dan Pengumpulan Data ................... 34
3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas ........................................... 35
3.8 Pengolahan dan Analisis Data .......................................... 37
3.9 Etika Penelitian ................................................................. 40
BAB IV. HASIL PENELITIAN .............................................................. 42
4.1 Analisis Univariat ............................................................. 42
4.2 Analisis Bivariate ............................................................. 45
BAB V. PEMBAHASAN ..................................................................... 46
5.1 Karakteristik Responden .................................................. 46
5.2 Hasil Analisis Univariate ................................................. 51
5.3 Hasil Analisis Bivariate ................................................... 55
BAB VI. PENUTUP ................................................................................ 57
6.1 Simpulan .......................................................................... 57
6.2 Saran ................................................................................. 57
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Judul Tabel Halaman
2.1 Keaslian Penelitian .................................................................. 24
3.1 Definisi Operasional Variabel ................................................. 31
3.2 Indikator Instrumen Dukungan Keluarga ................................ 33
3.3 Kisi-kisi Instrumen Variabel Motivasi Pasien Gagal Ginjal
Kronis ...................................................................................... 34
4.1. Pengelompokan responden berdasarkan karakteristik demografi 42
4.2. Distribusi Frekuensi tentang Dukungan Keluarga .................. 44
4.3. Distribusi Frekuensi tentang Motivasi penderita Gagal Ginjal
Kronik di ruang Hemodialisa RSUD dr. Soediran Mangun
Sumarso Wonogiri ................................................................... 44
4.4. Hasil Analisis Korelasi Rank Spearman (τ) ............................. 45
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Judul Gambar Halaman
2.1 Kerangka Teori ........................................................................ 26
2.2 Kerangka Konsep ..................................................................... 27
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran Nama Lampiran
1. Surat Permohonan Menjadi Responden
2. Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden
3. Kuesioner
4. Rekapitulasi Data Hasil Try Out
5. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
6. Rekapitulasi Data Hasil Penelitian
7. Hasil Analisis Penelitian
8. Jadwal Penelitian
9. Usulan Topik Penelitian
10. Pengajuan Judul Skripsi
11. Surat Ijin Studi Pendahuluan
12. Surat Balasan Ijin Pendahuluan
13. Surat ijin Penelitian
14. Surat Balasan Ijin Penelitian
15. Blangko Konsultasi
xii
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2016
MS Dewi Nawangsih Wijayanti
Hubungan Dukungan Keluarga dengan Motivasi Penderita Gagal Ginjal
Kronik di Ruang Hemodialisa RSUD dr.Soediran Mangun Sumarso
Wonogiri
Abstrak
Gagal ginjal kronik merupakan masalah kesehatan yang telah meluas dan
mengenai 5-10% populasi dunia (Kidney International Organization, 2009). Penyakit
ini termasuk ke dalam sepuluh besar penyakit tidak menular yang sering terjadi
dengan prevalensi sebesar 0,2% di Indonesia. Prevalensi GGK seringkali diabaikan,
meskipun GGK merupakan gangguan yang bersifat menahun dan dapat berlangsung
progresif. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis hubungan dukungan keluarga
dengan motivasi penderita Gagal Ginjal Kronik di Ruang Hemodialisa RSUD
dr.Soediran Mangun Soemarso Wonogiri.
Metode yang digunakan adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan
cross sectional. Jumlah sampel 60 responden dan teknik pengambilan sampel dengan
purposive sampling. Alat analisis yang digunakan dengan korelasi rank spearman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: sebagian besar pasien gagal ginjal
kronik yang menjalani hemodialisa mempunyai umur lebih dari 40 tahun (48,7%),
pendidikan akhir SLTA (43,6%) dan berprofesi sebagai buruh/tani (39,7%), sebagian
besar pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa mempunyai dukungan
keluarga cukup yaitu sebanyak 43 orang (71,7%), dan sebagian besar pasien gagal
ginjal kronik yang menjalani hemodialisa mempunyai motivasi tergolong sedang
yaitu sebanyak 40 orang (66,7%), dan terdapat hubungan antara dukungan keluarga
dengan motivasi penderita gagal ginjal kronik di ruang hemodialisa RSUD dr.
Soediran Mangun Sumarso Wonogiri (p-value = 0,011), dan keeratan hubungan
tergolong sedang.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat dukungan keluarga dengan
motivasi penderita gagal ginjal kronik di ruang hemodialisa.
Kata kunci: Dukungan keluarga, Motivasi, Gagal Ginjal Kronik (GGK).
Daftar Pustaka: 24 (2006 – 2014)
xiii
BACHELOR OF NURSING PROGRAM
SCHOOL OF HEALTH SCIENCES OF KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2016
MS Dewi Nawangsih Wijayanti
The Relationship between Family Support and Motivation of Patients with Chronic Renal Failure
at Dialysis Room of dr. Soediran Mangun Sumarso of Wonogiri
Abstract
Chronic renal failure (CRF) is one of widespread health problems, which has infected 5-10%
of world population (Kidney International Organization, 2009). It belongs to big ten non-
communicable diseases, commonly occurring with prevalence of 0.2% in Indonesia. This prevalence
is often ignored although CRF is considered as a chronic progressive disorder. This research aims at
analyzing the relationship between family support and motivation of patients with chronic renal
failure at dialysis room of dr. Soediran Mangun Soemarso Regional Public Hospital of Wonogiri.
The research used descriptive correlative method with cross sectional approach. The number
of samples is 60 respondents taken with purposive sampling technique. Data were later analyzed
using Spearman’s rank correlation.
The research results demonstrate that 1) most hemodialysis patients with CRF are
characterized with age of more than 40 years old (48.7%), educational background of high school
(43.6%), and occupation of laborers or farmers (39.7%); 2) a number of 43 respondents (71.7%) have
fair family support; 3) a number of 40 respondents (66.7%) have moderate family support; and 4)
there exists a relationship between family support and motivation of patients with chronic renal
failure at dialysis room of dr. Soediran Mangun Soemarso Regional Public Hospital of Wonogiri (p-
value of 0.011) and the relationship is considered moderate.
To conclude, family support and motivation of patients with chronic renal failure at dialysis
room are present. For further research it is suggested that other variables which have not been
investigated including age, attitude, experience, environment, health facility with broader samples be
used.
Keyword : family support, motivation, chronic renal failure (CRF)
Bibliography : 24 (2006 – 2014)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan suatu proses patofisiologi
dengan berbagai penyebab (etiologi) yang beragam, mengakibatkan
penurunan fungsi ginjal yang progresif, pada umunnya berakhir dengan gagal
ginjal (Sudoyo, 2006). Pasien dikatakan mengalami GGK apabila terjadi
penurunan Glomerular Filtration Rate (GFR) yakni <60 ml / menit /1.73 m2
selama lebih dari 5 bulan (Black & Hawks, 2009). GGK dapat disebabkan
oleh penyakit seperti diabetes melitus, kelainan ginjal, glomerulonefritis,
nefritis intertisial, kelainan autoimun, sedangkan komplikasi GGK adalah :
edema (baik edema perifer maupun edema paru), hipertensi, penyakit tulang,
hiperkalsemia, dan anemia. Walaupun demikian komplikasi gagal ginjal
kronik dapat diantisipasi dengan tindakan kontrol ketidakseimbangan
eletrolik, kontrol hipertensi, diet tinggi kalori rendah protein dan tentukan
tatalaksana penyebabnya (Davey, 2005).
Gagal ginjal kronik merupakan masalah kesehatan yang telah meluas
dan mengenai 5-10% populasi dunia (Kidney International Organization,
2009). Penyakit ini termasuk ke dalam sepuluh besar penyakit tidak menular
yang sering terjadi dengan prevalensi sebesar 0,2% di Indonesia (Riskesdas,
2013). Prevalensi GGK seringkali diabaikan, meskipun GGK merupakan
gangguan yang bersifat menahun dan dapat berlangsung progresif (Lancet,
2013).
1
2
Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013
prevalensi gagal ginjal kronik di Indonesia sekitar 0,2%. Prevalensi kelompok
umur ≥ 75 tahun dengan 0,6% lebih tinggi daripada kelompok umur yang lain.
Prevalensi gagal ginjal kronik di Provinsi Jawa Tengah yaitu 0,7% (Dinkes
Jateng, 2014).
Berdasarkan hasil studi dari data yang didapat dari rekam medik
RSUD dr. Soediran Mangun Soemarso Wonogiri tercatat bahwa penyakit
gagal ginjal pada tahun 2013 termasuk peringkat ke 5 jumlah pasien yang
mengalami GGK yaitu sebanyak 113 orang. Pada tahun 2014 mengalami
peningkatan yaitu 166 orang. Sedang pasien yang menjalani terapi
hemodialisis pada bulan Juni 2015 tercatat 120 orang dan menjalani tindakan
hemodialisis 945 kali.
Pasien GGK harus menjalani hemodialisis yang merupakan salah satu
terapi yang menggantikan sebagian kerja dari fungsi ginjal dalam
mengeluarkan sisa hasil metabolisme dan kelebihan cairan serta zat-zat yang
tidak di butuhkan tubuh melalui difusi dan hemofiltrasi (O`callaghan, 2009).
Pada pasien GGK tindakan hemodialisis tidak dapat menyembuhkan atau
mengembalikan fungsi ginjal secara permanen. Tindakan hemodialisis
tersebut dapat menurunkan resiko kerusakan organ-organ vital lainnya akibat
akumulasi zat toksis dalam sirkulasi. Hemodialisis dilakukan dengan
menggunakan sebuah mesin yang dilengkapi dengan membran penyaring semi
permeabel (ginjal buatan) (Muttaqin & Sari, 2011).
Pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis akan
mengalami berbagai masalah yang dapat menimbulkan perubahan atau
3
ketidakseimbangan yang meliputi biologi, psikologi, sosial dan spritual pasien
(Charuwanno, 2005 dalam Zurmeli dkk, 2014). Dukungan keluarga
merupakan suatu masalah yang akan dialami pasien GGK karena dukungan
keluarga adalah prilaku melayani yang dilakukan oleh keluarga, baik dalam
bentuk dukungan emosional (perhatian, kasih sayang, empati), dukungan
penghargaan (menghargai, umpan balik), dukungan informasi (saran, nasehat,
Informasi) maupun dalam bentuk dukungan instrumental (bentuan tenaga,
dana dan waktu). Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan
keluarga terhadap penderita yang sakit (Friedman, 2010).
Penelitian yang dilakukan oleh Zurmeli, dkk (2014) menjelaskan
bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien
gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis. Penelitian lain yang
dilakukan oleh Ismail dkk (2012) menunjukkan bahwa ada hubungan
pendidikan, pengetahuan dan motivasi dengan kepatuhan diet pada pasien
gagal ginjal kronik. Faktor yang menimbulkan motivasi pada pasien gagal
ginjal kronik untuk melakukan hemodialisa adalah dukungan keluarga,
keinginan untuk hidup lebih lama dan untuk mengurangi rasa sakit yang
diakibatkan karena menumpuknya sisa metabolisme (toksik uremia) di dalam
tubuh.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan melalui
wawancara terhadap 10 orang yang menjalani tindakan hemodialisis, 4 orang
mengatakan mendapat dukungan dari keluarga karena merupakan tanggung
jawab keluarga untuk mendampingi pasien menjalani hemodialisis, 4 orang
4
lagi mengatakan tidak mendapat dukungan dari keluarga untuk menjalani
hemodialisis yang merupakan rutinitas yang membosankan dan 2 orang
mengatakan kadang-kadang keluarga mendukung untuk hemodialisis, kadang-
kadang keluarga tidak mendukung karena mempunyai kesibukan masing-
masing. 10 pasien GGK tersebut juga menunjukkan adanya penurunan
motivasi untuk menjalani terapi hemodialisa akibat kurangnya dukungan
keluarga. Motivasi yang menurun ini dikaitkan dengan perubahan kehidupan
ekonomi, kesehatan fisik dan psikososial, dimana 10 pasien GGK menyatakan
bahwa telah berhenti bekerja sejak menjalani terapi hemodialisis dan
mengalami perubahan kesehatan fisik yang cukup drastis, pasien mengalami
cepat merasa lelah sehingga kegiatannya harus dibantu oleh orang lain.
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka peneliti tertarik
untuk meneliti tentang “Hubungan dukungan keluarga dengan motivasi
penderita Gagal Ginjal Kronik di Ruang Hemodialisa RSUD dr.Soediran
Mangun Sumarso Wonogiri”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah: ”Adakah hubungan dukungan keluarga dengan motivasi penderita
Gagal Ginjal Kronik di Ruang Hemodialisa RSUD dr.Soediran Mangun
Sumarso Wonogiri?”
5
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan motivasi
penderita Gagal Ginjal Kronik di Ruang Hemodialisa RSUD dr. Soediran
Mangun Sumarso Wonogiri.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mendeskripsikan karakteristik responden (umur, jenis kelamin,
pendidikan dan pekerjaan).
2. Mendeskripsikan dukungan keluarga penderita Gagal Ginjal Kronik di
Ruang Hemodialisa RSUD dr.Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.
3. Mendeskripsikan motivasi penderita Gagal Ginjal Kronik di Ruang
Hemodialisa RSUD dr.Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.
4. Menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan motivasi penderita
Gagal Ginjal Kronik di Ruang Hemodialisa RSUD dr. Soediran
Mangun Sumarso Wonogiri.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Institusi Rumah Sakit dan Perawat
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan informasi pada
rumah sakit dalam hal dukungan keluarga hubungannya dengan motivasi
penderita gagal ginjal kronik yang menjalani terapi di ruang hemodialisa,
sehingga dapat meningkatkan pelayanan kesehatan terutama dalam upaya
meningkatkan motivasi dalam menjalani terapi hemodialisa.
6
1.4.2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan acuan dalam proses belajar
mengajar khususnya mata kuliah keperawatan medical bedah dengan topik
hubungan dukungan keluarga dengan motivasi penderita gagal ginjal
kronik yang menjalani terapi di ruang hemodialisa rumah sakit.
1.4.3. Bagi peneliti lain
Untuk peneliti berikutnya dapat digunakan sebagai acuan untuk
pendokumnetasian apabila akan mengadakan penelitian mengenai faktor
lain yang mempengaruhi motivasi misalnya faktor religius, ekonomi dan
pendidikan.
1.4.4. Bagi Peneliti
Menambah wawasan tentang penelitian pada penderita penyakit ginjal
kronik yang sedang menjalani terapi hemodialisa.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teori
2.1.1. Gagal Ginjal Kronik
1. Pengertian
Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah kerusakan ginjal progresif yang
berakibat fatal dan di tandai dengan uremia (urea dan limbah nitrogen lainnya
yang beredar dalam darah serta komplikasinya jika tidak dilakukan dialisis
atau tansplantasi ginjal) (Nursalam, 2008). Gagal ginjal terjadi ketika ginjal
tidak mampu mengangkut sampah metabolik tubuh atau melakukan fungsi
regulernya. Suatu bahan yang biasanya di eliminasi di urine menumpuk dalam
cairan tubuh akibat gangguan ekskresi renal dan menyebabkan gangguan
fungsi endokrin dan metabolik, cairan, elektrolit, serta asam basa (Suharyanto,
dkk., 2009).
Gagal ginjal kronik dapat disebabkan oleh penyakit sistemik seperti
diabetes mellitus, glomerulonefretis kronis, pielonefretis, hipertensi yang tidak
dapat dikontrol, obstuksi traktus urinarius, lesi heriditer, lingkungan dan agen
berbahaya yang mempengaruhi gagal ginjal kronis seperti timah, kadmium,
merkuri, dan kromium (Smeltzer, 2010).
2. Gejala
Beberapa gejala gagal ginjal kronik menurut Alam & Hadibroto
(2008) sebagai berikut : perubahan frekuensi kencing gejala ini dapat terjadi
7
8
karena infeksi kelainan metabolik, hipertensi dan penggunaan obat-obat
tertentu seperti diuretik, sering ingin berkemih pada malam hari menunjukan
penurunan kemampuan ginjal, pembengkakan pada bagian pergelangan kaki
atau edema yang disebabkan retensi cairan dan natrium, kram otot pada
malam hari pada umumnya ini menunjukan gangguan keseimbangan
elektrolit, lemah dan lesu, kurang berenergi, sulit tidur, bengkak seputar mata
pada pagi hari, atau mata merah dan berair (uremic red eye) karena deposit
garam kalsium fosfat yang dapat menyebabkan iritasi hebat pada selaput
lender mata, kulit kering.
3. Komplikasi
Komplikasi yang sering ditemukan pada penderita penyakit gagal ginjal
kronik menurut Alam & Hadibroto (2008) antara lain :
a. Anemia
Terjadinya anemia karena gangguan pada produksi hormon
eritropoietin yang bertugas mematangkan sel darah, agar tubuh dapat
menghasilkan energi yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan sehari-
hari. Akibat dari gangguan tersebut, tubuh kekurangan energi karena sel
darah merah yang bertugas mengangkut oksigen ke seluruh tubuh dan
jaringan tidak mencukupi. Gejala dari gangguan sirkulasi darah adalah
kesemutan, kurang energi, cepat lelah, luka lebih lambat sembuh,
kehilangan rasa (baal) pada kaki dan tangan.
b. Osteodistofi ginjal
Kelainan tulang karena tulang kehilangan kalsium akibat gangguan
metabolisme mineral. Jika kadar kalsium dan fosfat dalam darah sangat
9
tinggi, akan terjadi pengendapan garam dalam kalsium fosfat di berbagai
jaringan lunak (klasifikasi metastatik) berupa nyeri persendian (artritis),
batu ginjal (nefrolaksonosis), pengerasan dan penyumbatan pembuluh
darah, gangguan irama jantung, dan gangguan penglihatan.
c. Gagal jantung
Jantung kehilangan kemampuan memompa darah dalam jumlah yang
memadai ke seluruh tubuh. Jantung tetap bekerja, tetapi kekuatan
memompa atau daya tampungnya berkurang. Gagal jantung pada penderita
gagal ginjal kronis dimulai dari anemia yang mengakibatkan jantung harus
bekerja lebih keras, sehingga terjadi pelebaran bilik jantung kiri (left
venticular hypertrophy/ LVH). Lama-kelamaan otot jantung akan melemah
dan tidak mampu lagi memompa darah sebagaimana mestinya (sindrom
kardiorenal).
d. Disfungsi ereksi
Ketidakmampuan seorang pria untuk mencapai atau memperta-
hankan ereksi yang diperlukan untuk melakukan hubungan seksual dengan
pasangannya. Selain akibat gangguan sistem endokrin (yang memproduksi
hormon testoteron) untuk merangsang hasrat seksual (libido), secara
emosional penderita gagal ginjal kronis menderita perubahan emosi
(depresi) yang menguras energi. Namun, penyebab utama gangguan
kemampuan pria penderita gagal ginjal kronis adalah suplai darah yang
tidak cukup ke penis yang berhubungan langsung dengan ginjal.
10
4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gagal ginjal kronik dapat dijelaskan antara lain :
(Suharyanto, dkk., 2009)
a. Konservatif
Tujuan dari dari penatalaksanaan gagal ginjal kronik dengan
konservatif bertujuan untuk :
1) Mencegah menurunnya faal ginjal yang progresif
2) Meringankan keluhan uremia
3) Mengurangi gejala uremia dengan memperbaiki metabolisme :
a) Pengaturan cairan dan elektrolit dengan pengontrolan yang ketat
terhadap diit dan cairan
b) Pengontrolan tensi/hipertensi dengan obat
c) Meningkatkan kenyamanan pasien.
Indikasi penatalaksanaan konservatif meliputi :
1) GGK dan tahap insufisiensi ginjal
2) Faal ginjal 10-100% atau creatinim serum 2 mg% - 10 mg%
Bentuk dari penatalaksanaan konservatif antara lain :
1) Pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit
a) Penahanan kalium dan fosfat dapat terjadi pada GGK (oral dengan
CaCO3).
b) Kontrol dapat dilakukan dengan mengurangi intake kalium dalam
diit.
c) Pemberian aluminium hidroksida untuk mengikat fosfat.
11
d) Pemberian laksatif
e) Pemberian vitamin D.
2) Keseimbangan transport oksigen.
Anemia selalu mengiringi GGK akibatnya pasien cepat letih dan sesak
nafas.
3) Memberikan rasa nyaman, istirahat dan tidur.
a) Umumnya tidak nyaman pada GGK meliputi pruritus, kram otot,
rasa haus, sakit kepala, kulit kering, stress, emosional dan insomnia.
b) Mengurangi tingkat fosfat serum dan alkydrokside untuk
mengurangi gatal-gatal.
c) Menjaga kulit tetap lembab.
d) Memberikan obat anti gatal.
b. Dialisis
Dialisis merupakan terapi pengganti ginjal selain transplantasi
ginjal. Ada dua jenis dialisis, yaitu :
1) Hemodialisis (cuci darah dengan mesin dializer).
Cara yang umum dilakukan di Indonesia adalah dengan
menggunakan mesin cuci darah (dialiser) yang berfungsi sebagai ginjal
buatan. Darah dipompa keluar dari tubuh, masuk ke dalam mesin
dialiser untuk dibersihkan melalui proses difusi dan ultrafiltrasi dengan
dialisat (cairan khusus untuk dialisis), kemudian dialirkan kembali ke
dalam tubuh. Agar prosedur hemodialisis dapat berlangsung, perlu
dibuatkan akses untuk keluar masuknya darah dari tubuh. Akses
12
tersebut dapat bersifat sementara (temporer) Akses temporer berupa
kateter yang dipasang pada pembuluh darah balik (vena) di daerah
leher. Sedangkan akses permanen biasanya dibuat dengan akses fistula,
yaitu menghubungkan salah satu pembuluh darah balik dengan
pembuluh darah nadi (arteri) pada lengan bawah, yang dikenal dengan
nama cimino. Untuk memastikan aliran darah pada cimino tetap lancar,
secara berkala perlu adanya getaran yang ditimbulkan oleh aliran darah
pada cimino tersebut.
2) Peritonial dialisis (cuci darah melalui perut).
Peritonial dialisis Adalah metode cuci darah dengan bantuan
membran selaput rongga perut (peritoneum), sehingga darah tidak perlu
lagi dikeluarkan dari tubuh untuk dibersihkan seperti yang terjadi pada
mesin dialisis. Dapat dilakukan pada di rumah pada malam hari
sewaktu tidur dengan bantuan mesin khusus yang sudah diprogram
terlebih dahulu. Sedangkan continuous ambulatory peritoneal dialysis
(CAPD) tidak membutuhkan mesin khusus tersebut, sehingga dapat
dikatakan sebagai cara dialisis mandiri yang dapat dilakukan sendiri di
rumah atau di kantor (Pernefri, 2005)
c. Transplantasi ginjal yang berasa dari donor hidup atau donor jenazah
(cadaver)
Cangkok atau transplantasi ginjal adalah terapi yang paling ideal
mengatasi gagal ginjal terminal. Ginjal yang dicangkokkan berasal dari
dua sumber, yaitu donor hidup atau donor yang baru saja meninggal
13
(donor kadaver). Akan lebih baik bila donor tersebut dari anggota keluarga
yang hubungannya dekat, karena lebih besar kemungkinan cocok,
sehingga diterima oleh tubuh pasien. Selain kemungkinan penolakan,
pasien penerima donor ginjal harus minum obat seumur hidup. Juga pasien
operasi ginjal lebih rentan terhadap penyakit dan infeksi, kemungkinan
mengalami efek samping obat dan resiko lain yang berhubungan dengan
operasi (Alam & Hadibroto, 2008).
2.1.2. Hemodialisa
Terapi hemodialisis adalah pengobatan dengan menggunakan
hemodialisis yang berasal dari kata hemo yang berarti darah dan dialisis
yang berarti memisahkan darah dari bagian yang lain. Jadi hemodialisis
yaitu memisahkan sampah nitrogen dan sampah yang lain dari dalam
darah melalui membran semipermiabel. Hemodialisis tidak mampu
menggantikan seluruh fungsi ginjal, namun dengan hemodialisis kronis
pada penderita gagal ginjal kronis dapat bertahan hidup bertahun-tahun.
(Nuryandari, 2005).
Indikasi hemodialisis yaitu BUN (> 100 mg/dl), kreatinin (> 10
mg/dl), hiperkalemia, acidosis metabolik. Secara klinis meliputi (1)
Anoreksi, nausea, muntah; (2) Ensepalopati ureikum; (3) Odema paru; (4)
Pericarditis uremikum; (5) Pendarahan uremik (Nuryandari, 2004).
Menurut Nuryandari (2004) menyatakan bahwa dialisis adekuat
disertai dengan tanda-tanda sebagai berikut :
14
a. Tercapai berat badan kering
b. Pasien tampak baik
c. Bebas symtom uremia
d. Nafsu makan baik
e. Aktif
f. Tensi terkendali baik dengan atau tanpa obat
g. Hb > 10 gr%
Keunggulan hemodialisis menurut Nuryandari (2004) sebagai berikut :
a. Produk sampah nitrogen molekul kecil cepat dapat dibersihkan
b. Waktu dialisis cepat Dialiser akan mengeluarkan melekul dengan berat
sedang dengan laju yang lebih cepat dan melakukan ultrafiltrasi dengan
kecepatan tinggi hal ini di perkirakan akan memperkecil kemungkinan
komplikasi dari hemodialisis misalnya emboli udara dan ultrafiltrasi
yang tidak kuat atau berlebihan (hipotensi, kram otot, muntah).
c. Resiko kesalahan teknik kecil
d. Adequasy dapat ditetapkan sesegera, underdialisis segera dapat
dibenarkan
Adequasy hemodialisis atau kecukupan hemodialisis segera
dapat ditetapkan dengan melihat tanda-tanda tercapainya berat badan
kering/tidak ada oedema, pasien tampak baik, aktif, tensi terkendali
dengan baik, hb >10 gr% demikian juga bila terjadi keluhan-keluhan
tersebut berarti tidak terpenuhinya kecukupan dialisis sehinnga dapat di
benarkan terjadi underdialisis.
15
Kelemahan hemodialisis menurut Nuryandari (2004) sebagai berikut:
a. Tergantung mesin
b. Sering terjadi hipotensi, kram otot, disequilibrium sindrom
c. Terjadi activasi: complemen, sitokines, mungkin menimbulkan
amyloidosis d. Vasculer access: infeksi, trombosis
e. Sisa fungsi ginjal cepat menurun, dibandingkan peritoneal dialisis.
Menurut Smeltzer (2007) komplikasi hemodialisis mencakup hal-
hal sebagai berikut :
a. Hipotensi dapat terjadi selama terapi dialisis ketika cairan dikeluarkan.
b. Emboli udara merupakan komplikasi yang jarang tetapi dapat saja
terjadi jika udara memasuki sistem vaskuler pasien.
c. Nyeri dada dapat terjadi karena pCO2 menurun bersamaan dengan
terjadinya sirkulasi darah di luar tubuh.
d. Pruritus dapat terjadi selama terapi dialisis ketika produk akhir
metabolisme meninggalkan kulit.
e. Gangguan keseimbangan dialisis terjadi karena perpindahan cairan
serebral dan muncul sebagai serangan kejang. Komplikasi ini
memungkinkan terjadinya lebih besar jika terdapat gejala uremia yang
berat.
f. Kram otot yang nyeri terjadi ketika cairan dan elektrolit dengan cepat
meninggalkan ruang ekstrasel.
g. Mual dan muntah merupakan peristiwa yang sering terjadi.
16
2.1.3. Dukungan Keluarga
1. Pengertian
Keluarga adalah sekumpulan dua individu atau lebih yang terikat
oleh hubungan darah, perkawinan maupun adopsi yang tinggal dalam satu
rumah, jika tempat tinggal terpisah tetap saling memperhatikan saling
memperhatikan (Muhlisin, 2012)
Dukungan keluarga merupakan bentuk pemberian dukungan
terhadap anggota keluarga lain yang mengalami permasalahan, yaitu
memberikan dukungan pemeliharaan, emosional untuk mencapai
kesejahteraan anggota keluarga dan memenuhi kebutuhan psikososial
(Potter, 2009). Dukungan sosial keluarga menjadikan keluarga mampu
berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal, sehingga akan
meningkatkan kesehatan dan adaptasi dalam kehidupan (Friedman, 2008).
2. Jenis dukungan keluarga
Menurut Safarino (2006), menjelaskan bahwa dukungan keluarga
memiliki 4 jenis antara lain :
a. Dukungan informasional
Keluarga berfungsi sebagai kolektor informasi tentang dunia yang
dapat digunakan untuk mengungkapkan suatu masalah.
b. Dukungan penilaian
Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik,
membimbing dan menengahi masalah serta sebagai sumber validator
identitas anggota keluarga, diantaranya : memberikan support,
pengakuan, penghargaan dan perhatian.
17
c. Dukungan instrumental
Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit,
diantaranya : bantuan langsung dari orang yang diandalkan seperti
materi, tenaga, dan sarana.
d. Dukungan emosional
Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat
dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi.
3. Faktor–faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga
Menurut Purnawan (2009), faktor yang mempengaruhi dukungan
keluarga yaitu :
a. Faktor Internal
1) Tahap perkembangan
Dukungan dapat ditentukan dengan pertumbuhan dan perkem-
bangan faktor usia, dengan demikian setiap rentang usia memiliki
pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan yang
berbeda–beda.
2) Pendidikan atau tingkat pengetahuan
Latar belakang pendidikan, pengetahuan, dan pengalaman masa
lalu akan membentuk cara berfikir seseorang termasuk keyakinan
adanya penting dukungan keluarga.
3) Faktor emosi
Emosi mempengaruhi setiap individu dalam memberikan respon
dukungan. Respons saat stres cenderung melakukan hal yang
18
mengkhawatirkan dan merugikan, tetapi saat respons emosionalnya
kecil akan lebih tenang dalam menanggapi.
4) Aspek spiritual
Aspek ini mencakup nilai dan keyakinan seseorang dalam
menjalani hubungan dengan keluarga, teman dan kemampuan
mencari arti hidup.
b. Faktor eksternal
1) Menerapkan fungsi keluarga
Sejauh mana keluarga mempengaruhi pada anggota keluarga lain
saat mengalami masalah kesehatan serta membantu dalam
memenuhi kebutuhan.
2) Faktor sosial ekonomi
Setiap individu membutuhkan dukungan terhadap kelompok sosial
untuk mempengaruhi keyakinan akan kesehatannya dan cara
pelaksanaanya. Biasanya individu dengan ekonomi diatas rata-rata
akan lebih cepat tanggap terhadap masalah kesehatan yang sedang
dihadapi.
3) Latar belakang budaya
Latar belakang budaya mempengaruhi nilai, keyakinan dan
kebiasaan indvidu dalam memberikan dukungan dan cara
mengatasi masalah kesehatan.
4. Dampak penyakit pada peran keluarga
Ada beberapa jenis peran dalam keluarga sebagai pencari nafkah,
pembuat keputusan, anak, saudara kandung dan orang tua. Saat terjadi
19
sakit, orang tua dan anak beradaptasi terhadap perubahan akibat seseorang
anggota keluarga sedang sakit. Pembalikan peran sering ditemui, jika
orang tua jatuh sakit dan tidak dapat menjalankan aktivitas hariannya, anak
akan mengambil alih tanggung jawab orangtuanya. Pembalikan peran ini
dapat menimbulkan stress, tanggung jawab yang berat dan mengambil
keputusan sering menimbulkan konflik. Individu dan keluarganya sering
membutuhkan konseling dan bimbingan untuk membantu menghadapi
perubahan peran (Potter, 2009).
2.1.3 Motivasi
1. Pengertian motivasi
Motivasi berasal dari kata motif (motive), yang berarti rangsangan,
dorongan dan ataupun pembangkit tenaga, yang dimiliki seseorang
sehingga orang tersebut memperlihatkan perilaku tertentu. Motif
merupakan suatu pengertian yang melengkapi semua penggerak alasan-
alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan
manusia berbuat sesuatu. Semua tingkah laku manusia pada dasarnya
mempunyai motif termasuk tingkah laku secara reflek dan yang
berlangsung secara otomatis mempunyai maksud tertentu, walaupun
maksud itu tidak senantiasa disadari manusia (Russel, 2010).
Motivasi juga merupakan upaya untuk menimbulkan rangsangan
atau dorongan tenaga tertentu pada seseorang agar mau berbuat dan
bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Motivasi atau upaya
untuk memenuhi kebutuhan pada seseorang dapat dipakai sebagai alat
20
untuk menggairahkan seseorang untuk giat melakukan kewajibannya tanpa
harus diperintah atau diawasi (Singgih, 2009).
Motivasi sering disebut sebagai penggerak perilaku (the energizer of
behavior) Motivasi adalah penentu (determinan) perilaku, dengan kata lain
motivasi adalah konstruk teoritis mengenai terjadinya perilaku. Konstruk
teoritis ini meliputi aspek-aspek pengaturan (regulasi). Pengarahan
(direksi), serta tujuan (insentif global ) dari perilaku (Usman, 2005).
2. Motivasi dalam perilaku
Menurut Usman (2005), ciri motivasi dalam perilaku :
a. Penggerak perilaku yang menggejala dalam bentuk tanggapan-
tanggapan yang bervariasi. Motivasi tidak hanya merangsang suatu
perilaku tertentu saja tetapi menstimulasi berbagai kecenderungan
berperilaku yang memungkinkan tanggapan yang berbeda-beda.
b. Kekuatan dan efisiensi perilaku mempunyai hubungan yang bervariasi
dengan kekuatan determinan. Rangsang yang lemah mungkin
menimbulkan reaksi yang hebat atau sebaliknya.
c. Motivasi mengarahkan perilaku pada tujuan tertentu.
d. Penguatan positif (positive reinforcement), menyebabkan suatu perilaku
tertentu cenderung diulangi.
e. Kekuatan perilaku akan melemah bila akibat dari perbuatan itu bersifat
tidak baik.
Perilaku terjadi karena suatu determinan tertentu, baik biologis,
psikologis, maupun yang berasal dari lingkungan. Determinan ini akan
menstimulasi timbulnya suatu keadaan (bio) psikologis tertentu yang
21
dalam tubuh disebut kebutuhan. Kebutuhan menciptakan suatu keadaan
ketengangan (tension), hal ini mendorong perilaku untuk memenuhi
kebutuhan tersebut (perilaku instrumental). Bila kebutuhan sudah
dipenuhi, maka ketegangan akan melemah, sampai timbulnya ketegangan
lagi karena munculnya kebutuhan baru. Inilah yang disebut daur motivasi.
Bila determinan yang menimbulkan kebutuhan itu tidak ada lagi maka
daur tidak terjadi (Daniellle Gales & Carrette, 2003).
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
Beberapa teori dan definisi tentang motivasi maka dapat dipahami
bahwa bila pada individu terdapat bermacam-macam motif yang
mendorong dan menggerakkan manusia untuk melakukan kegitan-kegiatan
dalam mencapai tujuan serta memenuhi kebutuhan hidup dalam rangka
mempertahankan eksistensinya (Hidayat, 2006). Motivasi dipengaruhi
oleh :
a. Energi, merupakan sumber energi yang mendorong tingkah laku,
sehingga seseorang mempunyai kekuatan untuk mampu melakukan
suatu tindakan tertentu.
b. Belajar, dinyatakan bahwa ada interaksi antara belajar dan motivasi
dalam tingkah laku. Semakin banyak seseorang mempelajari sesuatu
maka ia akan lebih termotivasi untuk bertingkah laku sesuai dengan
yang pernah dipelajarinya.
c. Interaksi sosial, dinyatakan bahwa interaksi sosial dengan individu lain
akan mempengaruhi motivasi bertindak. Semakin sering seseorang
22
berinteraksi dengan orang lain akan semakin mempengaruhi motivasi
seseorang untuk melakukan tindakan tertentu.
d. Proses kognitif, yaitu informasi yang masuk pada seseorang diserap
kemudian diproses dan pengetahuan tersebut untuk kemudian
mempengaruhi tingkah laku.
Menurut Sumidjo (2006), faktor yang mempengaruhi motivasi ada
dua, yaitu :
1. Internal
Segala sesuatu dari dalam individu seperti kepribadian, sikap,
pengalaman, pendidikan dan cita-cita
a. Sifat kepribadian adalah corak kebiasaan manusia yang terhimpun
dalam dirinya dan digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri
terhadap rangsangan dari dalam diri maupun lingkungan, sehingga
corak dan cara kebiasaannya itu merupakan kesatuan fungsional
yang khas pada manusia itu, sehingga orang yang berkepribadian
pemalu akan mempunyai motivasi berbeda dengan orang yang
memiliki kepribadian keras.
b. Intelegensi atau pengetahuan merupakan seluruh kemampuan
individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah dan efektif,
sehingga orang yang mempunyai intelegensi tinggi akan mudah
menyerap informasi, saran, dan nasihat.
c. Sikap merupakan perasaan mendukung atau tidak mendukung pada
suatu objek, dimana seseorang akan melakukan kegiatan jika
23
sikapnya mendukung terhadap obyek tersebut, sebaliknya seseorang
tidak melakukan kegiatan jika sikapnya tidak mendukung. Cita-cita
merupakan sesuatu yang ingin dicapai dengan adanya cita–cita maka
seseorang akan termotivasi mencapai tujuan.
2. Eksternal
Faktor eksternal meliputi lingkungan, pendidikan, agama, sosial,
ekonomi, kebudayaan, orang tua, dan saudara.
a. Pengaruh lingkungan baik fisik, biologis, maupun lingkungan sosial
yang ada sekitarnya dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang
sehingga dorongan dan pengaruh lingkungan akan dapat
meningkatkan motivasi individu untuk melakukan sesuatu.
b. Pendidikan merupakan proses kegiatan pada dasarnya melibatkan
tingkah laku individu maupun kelompok. Inti kegiatan pendidikan
adalah proses belajar mengajar. Hasil dari proses belajar mengajar
adalah terbentuknya seperangkat tingkah laku, kegiatan dan aktivitas.
Dengan belajar baik secara formal maupun informal, manusia akan
mempunyai pengetahuan, dengan pengetahuan yang diperoleh
seseorang akan mengetahui manfaat dari saran atau nasihat sehingga
akan termotivasi dalam usaha meningkatkan status kesehatan.
c. Agama merupakan keyakinan hidup seseorang sesuai dengan norma
atau ajaran agamanya. Agama akan menjadikan individu bertingkah
laku sesuai norma dan nilai yang diajarkan, sehingga seseorang akan
termotivasi untuk mentaati saran, atau anjuran petugas kesehatan
24
karena mereka berkeyakinan bahwa hal itu baik dan sesuai dengan
norma yang diyakininya.
d. Sosial ekonomi merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap
tingkah laku seseorang. Keadaan ekonomi keluarga mampu
mencukupi dan menyediakan fasilitas serta kebutuhan untuk
keluarganya. Sehingga seseorang dengan tingkat sosial ekonomi
tinggi akan mempunyai motivasi yang berbeda dengan tingkat sosial
ekonomi rendah.
e. Kebudayaan merupakan keseluruhan kegiatan dan karya manusia
yang harus dibiasakan dengan belajar. Orang dengan kebudayaan
Sunda yang terkenal dengan kehalusannya akan berbeda dengan
kebudayaan Batak, sehingga motivasi dari budaya yang berbeda akan
berbeda pula.
f. Orang Tua yang dianggap sudah pengalaman dalam banyak hal,
sehingga apapun nasihat atau saran dari orang tua akan dilaksanakan.
g. Saudara, dimana saudara merupakan orang terdekat yang akan secara
langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh pada motivasi
untuk berperilaku.
2.2 Keaslian Penelitian
Sejauh penelusuran yang dilakukan, belum pernah ditemukan pada
penelitian yang sama, namun ada beberapa penelitian terdahulu yang dapat
dijadikan acuan, hal ini dapat disajikan dalam tabel berikut.
25
Tabel 2.1. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti Judul Metode Hasil
1. Ismail, dkk
(2014)
Hubungan
Pendidikan,
Pengetahuan dan
Motivasi dengan
Kepatuhan diet
pada pasien gagal
ginjal kronik.
Jenis penelitian
deskriptif
korelasi dengan
pendekatan cross
sectional. Alat
analisis yang
digunakan Chi-
Square.
Terdapat hubungan
pendidikan, pengetahuan
dan motivasi dengan
kepatuhan diet pada
pasien gagal ginjal
kronik.
2. Zurmeli, dkk
(2014)
Hubungan
dukungan keluarga
dengan kualitas
hidup pasien gagal
ginjal kronik yang
menjalani terapi
hemodialisis.
Jenis penelitian
deskriptif
korelasi dengan
pendekatan cross
sectional. Alat
analisis yang
digunakan Chi-
Square.
Ada hubungan antara
dukungan keluarga
dengan kualitas hidup
pasien GGK yang
menjalani terapi
hemodialisis.
3. Putranto, dkk
(2012)
Pengaruh
pemberian
motivasi spiritual
terhadap
penurunan tingkat
depresi pasien
hemodialisa
Penelitian ini
adalah penelitian
quasy eksperi-
men dengan
rancangan One
Group Pretest-
Posttest.
Berdasarkan hasil uji
statistik dengan uji t
didapatkan nilai p
sebesar 0.000 (< 0.05)
sehingga dapat
disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh yang
signifi kan pemberian
motivasi spiritual
terhadap tingkat depresi
pasien hemodialisa.
26
2.3 Kerangka Teori
Secara skematis kerangka teori dalam penelitian ini dapat digambarkan
sebagai berikut :
Gambar 1.
Kerangka Teori (Sumidjo, 2006)
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Motivasi pada
penderita GGK
Faktor Internal;
a. Kepribadian
b. Intelegensi
c. Sikap
Faktor Eksternal
a. Lingkungan
b. Pendidikan
c. Agama
d. Sosial ekonomi
e. Kebudayaan
f. Dukungan Keluarga
27
2.4 Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori di atas maka dapat digambarkan kerangka
konsep penelitian sebagai berikut:
Gambar 2.
Kerangka Konsep
2.5 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari penelitian, patokan duga atau
dalil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian
(Notoatmodjo, 2010). Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ho : Tidak ada hubungan dukungan keluarga dengan motivasi penderita
gagal ginjal kronik di ruang hemodialisis RSUD dr.Soediran Mangun
Soemarso Wonogiri.
Ha : Ada hubungan dukungan keluarga dengan motivasi penderita gagal
ginjal kronik di ruang hemodialisis RSUD dr.Soediran Mangun
Soemarso Wonogiri.
Variabel Independen:
Dukungan Keluarga
Variabel Dependen :
Motivasi pada Penderita Gagal Ginjal Kronik
28
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan
rancangan penelitian deskriptif korelational, dengan menggunakan pendekatan
cross-sectional yaitu dengan melakukan pengukuran sesaat untuk mengetahui
hubungan antara dukungan keluarga dengan motivasi penderita gagal ginjal
kronik yang menjalani terapi hemodialisis di RSUD dr. Soediran Mangun
Soemarso Wonogiri (Setiadi, 2007).
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di Ruang Hemodialisa RSUD dr.
Soediran Mangun Soemarso Wonogiri.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 11 – 25 Desember 2015.
3.3 Populasi, Sampel, dan Sampling
3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti
(Setiadi, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien Gagal
Ginjal Kronik (GGK) yang menjalani terapi hemodialisa secara rutin
28
29
setiap bulannya di RSUD dr. Soediran Mangun Soemarso Wonogiri
berjumlah 71 orang, hal ini didasarkan hasil data yang dilakukan penulis di
Ruang Hemodialisa pada bulan Juli 2014 yaitu terdapat 71 pasien.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang dapat digunakan
sebagai subyek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2008). Sampel
adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Sugiyono, 2006). Sampel pada penelitian ini di ambil dari pasien
gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa di Ruang
Hemodialisa RSUD dr. Soediran Mangun Soemarso.
Besarnya sampel dalam penelitian ini harus representatif bagi
populasi, oleh karena jumlah populasi kurang dari 10.000 maka penentuan
besarnya sampel menggunakan rumus (Notoatmodjo, 2010) yaitu :
n = )(1 2dN
N
+
Keterangan:
n = Besarnya sampel
N = Besarnya populasi
d = Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang digunakan yaitu sebesar
5% atau 0,05
Adapun penerapan rumus yang ada adalah :
n = )05.0(711
712+
n = 1,1775
71
n = 60,30 sehingga dibulatkan menjadi 60 pasien.
30
3.3.3 Teknik pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan teknik purposive sample. Menurut Arikunto
(2006), purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel
berdasarkan atas tujuan tertentu dan syarat-syarat tertentu. Penentuan
sampel dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria inklusi dan kriteria
eksklusi:
1. Kriteria Inklusi
a. Pasien gagal ginjal kronik yang rutin menjalani hemodialisis
minimal 1 kali perminggu di unit HD.
b. Pasien sadar dan dapat berkomunikasi baik.
c. Pasien bersedia menjadi responden
2. Kriteria Eksklusi
a. Pasien dengan kondisi penyakit gagal jantung atau penyakit
jantung, stroke dan disequilibrium syndrome.
b. Pasien mempunyai kondisi tubuh yang tidak normal: tekanan darah
turun (hipotensi) dan gula darah turun (hipoglikemi).
3.4 Variabel Penelitian
3.4.1 Variabel bebas
Variabel bebas adalah variabel yang menyebabkan berubahnya
nilai dari variabel terikat dan merupakan variabel bebas, dalam penelitian
ini adalah dukungan keluarga.
31
3.4.2 Variabel terikat
Variabel terikat adalah variabel yang diduga nilainya akan berubah
karena pengaruh dari variabel bebas. Variabel terikat dalam hal ini adalah
motivasi pada penderita GGK yang menjalani terapi hemodialisa.
3.5 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan
bagaimana caranya menentukan variabel dan mengukur suatu variabel,
sehingga definisi operasional ini merupakan suatu informasi ilmiah yang akan
membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Setiadi,
2007). Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan
ukuran dalam penelitian, sedangkan cara pengukuran merupakan cara dimana
variabel dapat diukur dan ditentukan karakteristiknya. Definisi operasional
dalam penelitian ini dapat dikemukakan dalam tabel berikut :
Tabel 3.1. Definisi Operasional Dukungan Keluarga dan Motivasi Penderita
Gagal Ginjal Kronik yang menjalani terapi hemodialisa.
No Variabel Definisi Operasional Kategori Skala Alat Ukur
1 Dukungan
Keluarga
Dukungan yang
diberikan keluarga
terhadap pasien yang
menjalan terapi
hemodialisa sehingga
penderita GGK
merasa aman nyaman
yang berpengaruh
pada emosi.
1. Baik :
(x) > mean +
1 SD
2. Cukup
mean – 1 SD
≤ x ≤ mean +
1 SD
3. Kurang
(x) < mean - 1
SD
(Riwidikdo,
2009)
Ordinal Kuesioner
32
2 Motivasi
untuk sembuh
Hasrat dan semangat
dalam menjalani terapi
merupakan kegiatan
pasien GGK untuk
mengikuti terapi
sesuai jadwal yang
telah ditentukan agar
cepat sembuh.
3.5.1 Tinggi :
(x) > mean +
1 SD
3.5.2 Sedang
mean – 1 SD
≤ x ≤ mean +
1 SD
3. Rendah
(x) < mean - 1
SD
(Riwidikdo, 2009)
Ordinal Lembar
Kuesioner
3.6 Instrumen Penelitian dan Pengumpulan Data
3.6.1 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner dengan pertanyaan
yang tertutup karena jawaban sudah disediakan sehingga responden
tinggal memilih tidak perlu menjawab dengan kalimatnya sendiri.
Kuesioner ini diberikan dalam bentuk pertanyaan berupa formulir soal–
soal secara tertulis kepada responden untuk memperoleh informasi
(Arikunto, 2006).
1. Kuesioner dukungan keluarga.
Alat ukur dukungan keluarga penderita Gagal Ginjal Kronik
(GGK) berupa kuesioner dengan skala Likert (Sugiyono, 2009).
Bentuk kuesioner ini ada empat alternatif jawaban yaitu selalu diberi
skor 4, sering diberi skor 3, kadang–kadang diberi skor 2, dan tidak
pernah diberi skor 1. Ada dua tipe pertanyaan yaitu favourable
(bersifat positif) dan unfavorable (bersifat negatif). Hasil ukur dari
kuesioner ini menggunakan skala ordinal dengan kategori baik dengan
33
nilai (x) > mean + 1 SD, Cukup mean – 1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD, dan
Kurang (x) < mean - 1 SD (Riwidikdo, 2009).
Tabel 3.2. Kisi-kisi Pertanyaan Dukungan Keluarga
No Sub Variabel Favourable Unfavorable Jumlah
Item
1
2
3
4.
Dukungan
Informasional
Dukungan Penilaian
Dukungan Instrumental
Dukungan Emosional
1,
7,9
12
14,15,19
2,3,4
5,6,8
10,11,13
16,17,18
4
4
4
6
Total 7 12 19
2. Lembar Kuesioner Motivasi penderita GGK dalam menjalani
hemodialisa
Lembar kuesioner ini mengarah pada ketaatan pasien GGK dalam
menjalani terapi hemodialisa di ruang Hemodialisa RSUD dr. Soediran
Mangun Soemarso Wonogiri, dalam mengungkapkan motivasi
penderita gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa
tersebut digunakan lembar kuesioner. Bentuk kuesioner ini ada empat
alternatif jawaban yaitu selalu diberi skor 4, sering diberi skor 3,
kadang–kadang diberi skor 2, dan tidak pernah diberi skor 1. Ada dua
tipe pertanyaan yaitu favourable (bersifat positif) dan unfavorable
(bersifat negatif). Hasil ukur dari kuesioner ini menggunakan skala
ordinal dengan kategori baik dengan nilai (x) > mean + 1 SD, Cukup
mean – 1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD, dan Kurang (x) < mean - 1 SD
(Riwidikdo, 2009).
34
Kisi-kisi dalam pembuatan kuesioner untuk variabel motivasi
penderita gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa dapat
dilihat pada tabel 3.3. berikut
Tabel 3.3. Kisi-kisi Instrumen Variabel Motivasi Menjalani Terapi
No Indikator Nomor Item
Jumlah Favourable Unfavourable
1. Penggerak perilaku 1, 3, 4,5 2 5
2. Kekuatan dan efisien dalam
bertindak
6,7,9,10 8 5
3. Motivasi mengarahkan
perilaku pada tujuan tertentu
11,13,14 12,15 5
4. Penguatan positif dan
kekuatan perilaku
16,17,18,20 19 5
Jumlah 20
3.6.2 Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara :
1. Peneliti mengajukan surat permohonan ijin penelitian dari institusi
kepada Direktur RSUD dr. Soediran Mangun Soemarso Wonogiri.
2. Setelah mendapatkan surat persetujuan dari Direktur RSUD dr.
Soediran Mangun Soemarso Wonogiri, selanjutnya peneliti
menentukan waktu penelitian.
3. Peneliti bertemu dan meminta bantuan kepada Kepala Ruang
Hemodialisa RSUD dr. Soediran Mangun Soemarso Wonogiri atau
perawat yang bertanggung jawab di tempat penelitian untuk
mengumpulkan data kepada perawat yang bertugas di Ruang
Hemodialisa yang akan dijadikan responden. Peneliti mengadakan
pendekatan kepada calon responden dengan menjelaskan tujuan dan
35
manfaat penelitian kemudian responden yang bersedia menjadi
responden menandatangani informed consent dan responden diberi
lembar kuesioner berkaitan dengan dukungan keluarga hubunganya
dengan motivasi penderita gagal ginjal kronik di ruang hemodialisa.
4. Setelah responden mengisi lembar kuesioner, peneliti mengambil
lembar kuesioner tersebut untuk dikumpulkan dan dianalisis data
dalam rangka mengetahui hasil penelitian.
3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dan reliabilitas ini dilakukan di Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Sukoharjo terhadap pasien yang menjalani hemodialisa yang
dilakukan pada tanggal 19 s/d 22 Oktober 2015 sebanyak 30 orang.
1. Uji Validitas
Uji Validitas merupakan tingkat kemampuan suatu instrumen
untuk mengungkapkan sesuatu yang menjadi sasaran pokok pengukuran
yang dilakukan dengan instrumen tersebut (Suharsimi, 2006). Mengetahui
validitas tiap item dari instrumen dengan menggunakan perhitungan
korelasi product moment dari Pearson. Adapun rumus korelasi product
moment adalah :
rXY = ( )( )
( )( ){ } ( ){ }∑ ∑∑ ∑∑ ∑∑
−−
−2222 YYNxXN
YXXYN
Keterangan:
r = koefesien korelasi antara skor item dengan total item
X = Skor pertanyaan
Y = Skor total
N = jumlah responden (Suharsimi, 2006).
36
Kriteria pengukuran yaitu dengan membandingkan antara r hitung
denga r tabel. Pengukuran dinyatakan valid jika rhitung > rtable pada taraf
signifikansi 0,05%. Perhitungan uji validitas instrumen ini dilakukan
dengan Program SPSS for Windows dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Dukungan Keluarga
Berdasarkan hasil uji validitas diketahui bahwa nilai validitas
untuk variabel pengetahuan adalah 0,368 – 0,851 dengan nilai rhitung >
rtabel (0,361), sehingga instrumen valid sebanyak 19 item (item nomor
1, 2, 4, 6, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 20, 21, 22, 23, 24 dan 25)
dan instrumen yang tidak valid ada 6 item yaitu item nomor 3, 5, 7, 9,
17, dan 19, sehingga item yang valid digunakan untuk penelitian
sedangkan nomor item yang tidak valid tidak digunakan untuk
penelitian.
b. Motivasi penderita gagal ginjal kronik
Berdasarkan hasil uji validitas diketahui bahwa nilai validitas
untuk variabel motivasi penderita gagal ginjal kronik nilai validitas
terendah sebesar 0,381 – 0,700 dengan nilai rhitung > rtabel (0,361),
sehingga instrumen valid sebanyak 20 item (item nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6,
7, 9, 11, 12, 13, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, dan 25) dan instrumen
yang tidak valid item nomor 8, 10, 14, 15 dan 17, sehingga item yang
valid digunakan untuk penelitian sedangkan nomor item yang tidak
valid tidak digunakan untuk penelitian.
37
2. Uji reliabilitas
Pengukuran uji reliabilitas kuesioner dukungan keluarga dan
motivasi dalam menjalani terapi hemodialisa dengan menggunakan rumus
alpha cronbach yaitu: (Suharsimi, 2010)
∑
−=
2
2
)!(t
i
iS
S
K
Kr
Keterangan:
ir = koefisien reliabilitas
K = jumlah item pernyataan
∑ 2
iS = mean kuadrat kesalahan
2
tS = varian total
Setelah harga r11 diketahui, kemudian diinterpretasikan dengan indeks
korelasi > 0,600 berarti reliabilitas tinggi (Ghozali, 2009). Hasil uji
reliabilitas untuk variabel dukungan keluarga diketahui sebesar 0,927 dan
untuk variabel motivasi penderita gagal ginjal sebesar 0,827. Hal ini
berarti semua instrumen yang disebarkan reliabel karena nilai
reliabilitasnya lebih besar dari 0,60.
3.8 Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan data
Data yang telah terkumpul dalam tahap pengumpulan data, perlu
diolah dulu. Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan melalui suatu
proses dengan tahapan sebagai berikut:
38
a. Editing
Proses editing dilakukan untuk meneliti kembali apakah isian lembar
kuesioner sudah lengkap atau belum. Editing dilakukan di tempat
pengumpulan data, sehingga apabila ada kekurangan dapat segera di
lengkapi.
b. Coding
Yang dimaksud coding adalah usaha mengklasifikasi jawaban-
jawaban/hasil-hasil yang ada menurut macamnya. Klasifikasi
dilakukan dengan jalan manandai masing-masing jawaban dengan
kode berupa angka, kemudian dimasukkan dalam lembaran tabel kerja
guna mempermudah membacanya. Hal ini penting untuk dilakukan
karena alat yang digunakan untuk analisa data dalam komputer
melalui program SPSS (Statistical Package for Social Science) release
18,00 yang memerlukan suatu kode tertentu.
c. Scoring
Pemberian nilai pada masing-masing jawaban dari pertanyaan yang
diberikan kepada responden sesuai dengan ketentuan penilaian yang
telah ditentukan.
d. Tabulating
Kegiatan memasukkan data-data hasil penelitian ke dalam tabel-tabel
sesuai kriteria sehingga didapatkan jumlah data sesuai dengan
kuesioner.
39
2. Analisis data
Penelitian ini menggunakan analisis:
a. Univariate yaitu analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dari
hasil penelitian. Analisis univariat ini untuk melihat distribusi
frekuensi data: umur, pendidikan, jenis pekerjaan, berat badan, dan
tinggi badan, mendeskripsikan dukungan keluarga dan motivasi
pasien dalam menjalani terapihemodialisa.
b. Bivariate yaitu analisis yang digunakan untuk menerangkan hubungan
dukungan keluarga dengan motivasi menjalani terapi hemodialisa
di RSUD dr. Soediran Mangun Soemarso tahun 2015. Data yang telah
didapat dianalisa dengan menggunakan komputer.
Hasil pengukuran dari dua variabel yang diteliti dikumpulkan dan
diolah dalam bentuk tabel maupun paparan. Data dengan sampel besar
(≥ 30) dan skala datanya berbentuk ordinal sehingga dilakukan uji
hipotesis dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman (Suharsimi,
2010) untuk mencari hubungan antar variabel. Untuk menjawab hipotesa
yang telah dibuat, digunakan interprestasi nilai korelasi (r) Rank Spearman
menurut Suharsimi (2010), adalah:
rhoXY ( )1 - nn
d6-1
2
2∑=
Keterangan :
rhoXY = korelasi Rank Spearman
n = jumlah pasangan data/rank
d = perbedan setiap pasangan rank = penjumlahan
40
Interpretasi :
a. Ho ditolak bila nilai rhoXY > rtab atau nilai ρ < 0.05, yang berarti ada
hubungan dukungan keluarga dengan motivasi penderita gagal ginjal
kronik yang menjalani terapi hemodialisa di RSUD dr. Soediran
Mangun Soemarso Wonogiri.
b. Ho diterima bila rhoXY < rtab atau nilai ρ > 0.05, yang berarti tidak ada
hubungan dukungan keluarga dengan motivasi penderita gagal ginjal
kronik yang menjalani terapi hemodialisa di RSUD dr. Soediran
Mangun Soemarso Wonogiri.
Adapun kekuatan korelasi menurut Colton dalam Sugiyono (2010):
r = 0,00 - 0,25 --> tidak ada hubungan/hubungan lemah
r = 0,26 - 0,50 --> hubungan sedang
r = 0,51 - 0,75 --> hubungan kuat
r = 0,76 - 1,00 --> hubungan sangat kuat/sempurna
3.9 Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu mendapatkan rekomendasi
dari institusi tempat penelitian yang dalam penelitian ini adalah di RSUD dr.
Soediran Mangun Soemarso Wonogiri. Kemudian setelah mendapat
persetujuan barulah melakukan penelitian dengan memperhatikan etika
penelitian sebagai berikut :
1. Inform Concent (lembar persetujuan menjadi responden)
Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan responden
penelitian dengan memberikan lembar persetujuan (Inform concent).
41
Tujuannya adalah supaya responden mengetahui maksud dan tujuan
penelitian. Setelah objek bersedia, maka harus menanda tangani lembar
persetujuan menjadi responden, sebaliknya subjek yang tidak bersedia
menjadi responden penelitian, maka peneliti harus menghormati haknya.
2. Anonimity (tanpa nama)
Peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar alat
ukur, tetapi hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data berupa
angka sesuai dengan jumlah responden.
3. Confidentaly (kerahasiaan)
Peneliti menjamin kerahasiaan dan hasil penelitian baik informasi
maupun masalah-masalah lainnya, semua informasi yang telah
dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data
tersebut yang akan dilaporkan pada hasil riset. (Nursalam, 2008)
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Analisis Univariat
4.1.1 Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini membahas tentang
umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan. Hal ini dapat dikemukakan
seperti tampak pada pembahasan berikut :
1. Umur
Tabel 4.1.
Karakteristik Responden Menurut Umur pasien di RSUD dr. Soediran
Mangun Sumarso Wonogiri tahun 2015 (n = 60)
Usia Jumlah (%)
< 30 4 6,7
30 – 40 11 18,3
> 40 45 75,0
Jumlah 60 100,0
Tabel 4.1. menunjukkan bahwa sebagian besar responden
mempunyai umur lebih dari 40 tahun sebanyak 45 responden
(75,0%).
2. Jenis Kelamin
Tabel 4.2.
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin pasien di RSUD dr. Soediran
Mangun Sumarso Wonogiri tahun 2015 (n = 60)
No. Jenis Kelamin Jumlah (%)
1. Laki-laki 31 51,7
2. Perempuan 29 48,3
Jumlah 60 100,0
Tabel 4.2. menunjukkan bahwa sebagian besar responden
mempunyai jenis kelamin laki-laki (51,7%).
42
43
3. Pendidikan akhir
Tabel 4.3.
Distribusi Frekuensi Pendidikan Akhir pasien di RSUD dr. Soediran
Mangun Sumarso Wonogiri tahun 2015 (n = 60)
No. Pendidikan Jumlah (%)
1. SD 11 18,3
2. SLTP 11 18,3
3. SLTA 27 45,0
4. PT 11 18,3
Jumlah 60 100,0
Tabel 4.3. menunjukkan bahwa dari 60 responden diketahui
mayoritas responden berpendidikan lulus SLTA sebanyak 27 orang
(45,0%).
4. Pekerjaan
Tabel 4.4.
Distribusi Frekuensi Pekerjaan pasien di RSUD dr. Soediran Mangun
Sumarso Wonogiri tahun 2015 (n = 60)
No. Pekerjaan Jumlah (%)
1. PNS 9 15,0
2. Wiraswasta 15 25,0
3. Buruh/tani 18 30,0
4. Lainnya/IRT 18 30,0
Jumlah 60 100,0
Tabel 4.4. menunjukkan bahwa dilihat dari jenis pekerjaan
responden mayoritas responden mempunyai pekerjaan sebagai
buruh/tani yaitu sebanyak 18 orang (30,0%).
44
4.1.2 Dukungan Keluarga
Gambaran dukungan keluarga dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.5.
Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Pasien di RSUD dr. Soediran
Mangun Sumarso Wonogiri tahun 2015 (n = 60)
Dukungan Keluarga Frekuensi Persentase (%)
Kurang
Cukup
Baik
8
43
9
13,3
71,7
15,0
Jumlah 60 100,0
Sumber: Data primer yang diolah, 2015.
Berdasarkan distribusi data tentang dukungan keluarga pada pasien
gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa sebagian besar mempunyai
dukungan cukup masing-masing sebanyak 43 orang (71,7%).
4.1.3 Motivasi penderita Gagal Ginjal Kronik
Gambaran motivasi penderita Gagal Ginjal Kronik yang menjalani
hemodialisa dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut:
Tabel 4.6.
Distribusi Frekuensi tentang Motivasi penderita Gagal Ginjal Kronik di
ruang Hemodialisa RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri
tahun 2015 (n = 60)
Motivasi penderita Gagal Ginjal Kronik Frekuensi Persentase (%)
Rendah
Sedang
Tinggi
7
40
13
11,7
66,7
21,7
Jumlah 60 100,0
Sumber: Data primer yang diolah, 2015.
Berdasarkan distribusi data tentang motivasi penderita Gagal Ginjal
Kronik yang menjalani hemodialisa sebagian besar mempunyai motivasi
sedang yaitu sebanyak 40 orang (66,7%).
45
4.3 Analisis Bivariat
Hasil uji korelasi rank spearman (τ) untuk mengetahui hubungan
dukungan keluarga dengan motivasi penderita Gagal Ginjal Kronik yang
menjalani hemodialisa di ruang hemodialisa RSUD dr. Soediran Mangun
Sumarso Wonogiri. Berikut hasil analisis yang telah diuji yang tersajikan
dalam Tabel 4.7.
Tabel 4.7
Analisis Korelasi Pearson Product Moment
Variabel Nilai Product Moment p-value
Dukungan keluarga
dengan motivasi
0,326 0,011
Berdasarkan Tabel 4.7 di atas diketahui p-value = 0,011 < 0,05,
sehingga Ha diterima dan Ho ditolak, artinya bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara dukungan keluarga dengan motivasi penderita Gagal Ginjal
Kronik yang menjalani hemodialisa di ruang hemodialisa RSUD dr. Soediran
Mangun Sumarso Wonogiri (rhoxy = 0,326), artinya bahwa semakin baik dan
meningkat dukungan keluarga maka semakin baik dan meningkat pula
motivasi penderita gagal ginjal kronik dalam menjalani hemodialisa. Adapun
tingkat hubungan antara dukungan keluarga dengan motivasi adalah sedang.
46
BAB V
PEMBAHASAN
Penelitian ini akan membahas mengenai kriteria-kriteria yang telah
diamati dalam bab IV sebelumnya yang berupa kriteria berdasarkan karakteristik
responden (umur, pendidikan, pekerjaan dan lama dirawat), serta variabel
dukungan keluarga dan motivasi penderita gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa di ruang hemodialisa RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso
Wonogiri.
5.1 Karakteristik Responden
1. Umur
Hasil penelitian tentang karakteristik berdasarkan umur responden
diketahui bahwa dari 60 orang diketahui ada 4 orang (6,7%) berumur
kurang dari 30 tahun, 11 orang (18,3%) berumur antara 30 – 40 tahun, dan
45 orang (75,0%) berumur lebih dari 40 tahun, sehingga dapat diketahui
bahwa responden sebagian besar mempunyai umur lebih dari 40 tahun
yaitu sebesar 45 orang (75,0%). Menurut pengamatan peneliti diketahui
pula bahwa pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa
umumnya tergolong lansia dengan usia pertengahan (middle age) usia 45-
59 tahun dan juga tergolong usia dewasa menengah.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Zurmeri
(2015), yang menyatakan bahwa mayoritas responden yang mengalami
gagal ginjal dan menjalani terapi hemodialisis berada pada rentang umur
dewasa tengah (41-65 tahun) sebanyak 72 orang (68,6%). Hal ini sesuai
46
47
dengan yang dikatakan Sidharta (2008) bahwa secara normal penurunan
fungsi ginjal baru terjadi pada usia lebih dari 40 tahun. Gagal ginjal kronik
adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan oleh penurunan fungsi ginjal
yang bersifat menahun dan berlangsung progresif (Suyono, 2010).
Penurunan fungsi ginjal yang terjadi pada usia lebih dari 40 tahun
merupakan salah satu bentuk proses degeneratif yang dialami manusia.
Setiap ginjal memiliki sekitar 1 juta nefron saat lahir. Memasuki usia 40
tahun, mulai terjadi penurunan sedikit demi sedikit ukuran ginjal dan
jumlah nefron. Hal inilah yang dapat menyebabkan penurunan fungsi
ginjal, sehingga dapat dikatakan seseorang yang berusia diatas 40 tahun
berisiko terjadap kejadian gagal ginjal kronik (Roach, 2010).
2. Jenis Kelamin
Hasil penelitian menurut jenis kelamin diketahui bahwa sebagian
besar responden mempunyai jenis kelamin laki-laki (51,7%) dan yang lain
mempunyai jenis kelamin perempuan (48,3%). Menurut pengamatan
peneliti bahwa pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa di rumah
sakit umumnya memang paling banyak berjenis kelamin laki-laki
dibanding dengan perempuan.
Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2013),
yang meneliti tentang hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup
pasien gagal ginjal kronis. Menurut Roach (2010) gangguan pada sistem
perkemihan terutama pada gagal ginjal dapat terjadi pada laki-laki maupun
perempuan. Sidharta (2008) mengatakan bahwa gangguan gagal ginjal
48
dapat terjadi karena penurunan fungsi yang progresif dan perubahan gaya
hidup. Jenis kelamin bukanlah suatu faktor risiko terkena GGK.
Menurut Agustini (2010) bahwa bersadarkan pola gaya hidup laki-
laki lebih beresiko terkena GGK. Kebiasaan merokok dan minum alkohol
dapat menyebaban ketegangan pada ginjal sehingga memaksa ginjal
bekerja keras. Asap yang mengandung nikotin dan tembakau akan masuk
ke dalam tubuh. Nikotin bersama dengan bahan kimia berbahaya lainnya
seperti karbon monoksida dan alkohol menyebabkan perubahan denyut
jantung, pernapasan sirkulasi dan tekanan darah. Karsinogen alkohol yang
disaring keluar dari tubuh melalui ginjal juga mengubah sel DNA dan
merusak sel-sel ginjal. Perubahan ini mempengaruhi fungsi ginjal dan
memicu GGK (Agustini, 2010).
3. Pendidikan
Hasil penelitian tentang karakteristik berdasarkan pendidikan
responden diketahui bahwa dari 60 orang diketahui ada 11 orang (18,3%)
lulus SD, 11 orang (18,3%) berpendidikan akhir SLTP, 27 orang (45,0%)
berpendidikan akhir SLTA, dan 11 orang (18,3%), hal ini berarti mayoritas
responden berpendidikan lulus SLTA yaitu sebanyak 27 orang (45,0%).
Menurut pengamatan peneliti diketahui pula bahwa umumnya
pasien gagal ginjal kronik memang rata-rata berpendidikan SLTA yang
sebenarnya mereka sedikit banyak mengetahui tentang pencegahan gagal
ginjal kronik, namun karena gaya hidup yang tidak terkontrol akhirnya
mereka terkena gagal ginjal kronik.
49
Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh
Zurmeli (2015) didapatkan pendidikan paling banyak responden dengan
pendidikan akhir SMA berjumlah 51 orang (48,6%). Hal ini berarti pasien
yang memiliki pendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan lebih
baik yang memungkinkan responden itu dapat mengontrol dirinya dalam
mengatasi masalah kesehatannya.
Hasil penelitian ini didukung dengan teori dimana pengetahuan
atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
suatu tindakan, perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng
daripada yang tidak didasari pengetahuan. Pengetahuan (knowledge)
merupakan hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitik
merupakan domain yang penting dalam membentuk tindakan seseorang
(overt behavior). Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan
(Notoatmodjo, 2010). Status pengetahuan seseorang tentang penyakit
gagal ginjal kronis dapat mempengaruhi kemampuannya dalam memilih
dan memutuskan terapi hemodialisis yang sesuai dengan kondisinya,
dengan pengambilan keputusan yang tepat ketaatan klien dalam menjalani
terapi hemodialisis dapat dipertahankan.
4. Jenis Pekerjaan
Hasil penelitian tentang karakteristik berdasarkan pekerjaan
responden diketahui bahwa dari 60 orang diketahui yang mempunyai
50
pekerjaan PNS sebanyak 9 orang (15,0%), sebagai wiraswasta sebanyak
15 orang (25,0), sebagai buruh/tani sebanyak 18 orang (30,0%), dan
sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) sebanyak 18 orang (30,0%), hal ini
berarti mayoritas responden mempunyai pekerjaan sebagai buruh/tani
yaitu sebanyak 18 orang (30,0%). Menurut pengamatan peneliti, apabila
dikaitkan dengan motivasi penderita Gagal Ginjal Kronik, pekerjaan yang
dapat dilihat dari sosial ekonomi keluarga, apabila dikaitkan dengan
motivasi pasien untuk sembuh dan dukungan keluarga maka dengan status
ekonomi yang tinggi yang dimiliki seseorang maka akan mempunyai
dukungan keluarga dan motivasi penderita gagal ginjal kronik.
Hal ini menurut Sumidjo (2006) bahwa sosial ekonomi merupakan
faktor yang sangat berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang. Keadaan
ekonomi keluarga mampu mencukupi dan menyediakan fasilitas serta
kebutuhan untuk keluarganya. Sehingga seseorang dengan tingkat sosial
ekonomi tinggi akan mempunyai motivasi yang berbeda dengan tingkat
sosial ekonomi rendah.
Penghasilan yang rendah akan berhubungan dengan pemanfaatan
pelayanan kesehatan maupun pencegahan. Seseorang kurang
memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada mungkin karena tidak
mempunyai cukup uang untuk membeli obat atau membayar tranportasi
(Notoatmodjo, 2010).
51
5.2 Hasil Analisis Univariat
5.2.1 Dukungan Keluarga
Berdasarkan hasil penelitian tentang dukungan keluarga pada
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa sebagian besar
mempunyai dukungan cukup sebanyak 43 orang (71,7%). Sesuai dengan
pengamatan peneliti diketahui juga bahwa pasien gagal ginjal kronik
umumnya ketika menjalani perawatan maupun menjalani hemodialissis
selalu ditemani oleh keluarganya (suami, istri maupun anggota keluarga
yang lain).
Dukungan dari keluarga merupakan suatu hal yang sangat penting
bagi penderita gagal ginjal kronik dalam menjalani hemodialisa, karena hal
tersebut dapat lebih memotivasi pasien dalam menjalani hemodialisanya.
Jadi pasien merasa bahwa tetap ada yang memberikan perhatian, kasih
sayang atau ada yang peduli kepadanya walaupun dalam keadaan sakit.
Menurut teori Bomar (2006), dukungan keluarga adalah bentuk perilaku
melayani yang dilakukan oleh keluarga, baik dalam bentuk dukungan
emosional (perhatian, kasih sayang, empati), dukungan penghargaan
(menghargai, umpan balik), dukungan informasi (saran, nasehat, informasi)
maupun dalam bentuk dukungan instrumental (bantuan tenaga, dana, dan
waktu).
Penelitian ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh
Surmeli (2015) didapatkan lebih dari separuh dukungan yang diberikan oleh
keluarga kepada responden yang mengalami gagal ginjal dan menjalani
52
terapi hemodialisis adalah cukup positif yaitu sebanyak 53 orang (50,5 %).
Artinya dapat diasumsikan bahwa keluarga telah melaksanakan fungsi tugas
kesehatan keluarga. Berdasarkan pengamatan peneliti, rata-rata keluarga
mendampingi pasien menjalani terapi hemodialisis hingga selesai dan
memberikan dukungan emosional seperti memberikan perhatian dan
semangat kepada pasien. Akan tetapi ada juga beberapa keluarga pasien
yang kurang memberikan dukungan kepada pasien, seperti keluarga hanya
mengantarkan pasien dan tidak menemani pasien menunggu antrian dan saat
menjalani terapi hemodialisis.
Menurut Ratna (2010) dukungan dari keluarga merupakan faktor
penting seseorang ketika menghadapi masalah (kesehatan) dan sebagai
strategi preventif untuk mengurangi stress dan pandangan hidup. Dukungan
keluarga sangat diperlukan dalam perawatan pasien, dapat membantu
menurunkan kecemasan pasien, meningkatkan semangat hidup dan
komitmen pasien untuk tetap menjalani pengobatan.
Hal tersebut didukung oleh pernyataan Sapri (2008), yaitu ada
pengaruh antara keterlibatan keluarga dengan kepatuhan pasien dalam
pengobatan hemodialisis. Keterlibatan keluarga dapat diartikan sebagai
suatu bentuk hubungan sosial yang bersifat menolong dengan melibatkan
aspek perhatian, bantuan dan penilaian dari keluarga. Keluarga juga
merupakan faktor yang berpengaruh dalam menentukan program
pengobatan pada penderita derajat dimana seseorang terisolasi dari
pendampingan orang lain, isolasi sosial secara negatif berhubungan dengan
kepatuhan pengobatan.
53
5.2.1 Motivasi Penderita Gagal Ginjal Kronik
Hasil penelitian diketahui bahwa motivasi penderita Gagal Ginjal
Kronik yang menjalani hemodialisa di ruang hemodialisa RSUD dr.
Soediran Mangun Soemarso Wonogiri diketahui sebagian besar mempunyai
motivasi sedang yaitu sebanyak 40 orang (66,7%). Menurut pengamatan
peneliti juga diketahui bahwa memang sebagian besar responden
mempunyai semangat dalam menjalani hemodialisis karena mereka
beranggapan bahwa gagal ginjal kronik agar dapat mempercepat sembuhnya
maka jalan yang ditempuh tidak lain adalah menjalani hemodialisis secara
rutin.
Menurut hasil pengamatan peneliti, motivasi penderita Gagal Ginjal
Kronik yang menjalani hemodialisa, selain untuk sembuh, karena mereka
ingin bekerja lagi, ingin dihargai pasangannya, sehingga bisa mandiri dan
tidak merepotkan orang lain.
Penelitian oleh Ismail (2012) tentang hubungan pendidikan,
pengetahuan dan motivasi dengan kepatuhan diet pada pasien Gagal Ginjal
Kronik, yang menyimpulkan bahwa sebagian besar responden mempunyai
motivasi tinggi (75,5%) dan lainnya memiliki motivasi yang rendah
(25,5%). Menurut Nursalam (2005), motivasi merupakan sebagai dorongan
internal dan eksternal dalam diri seseorang yang diindikasikan dengan
adanya hasrat dan minat untuk melakukan kegiatan, dorongan dan
kebutuhan untuk melakukan kegiatan, harapan dan cita-cita, penghargaan
dan penghormatan atas diri, lingkungan yang baik serta kegiatan yang
menarik.
54
Menurut Saragih (2012), bahwa motivasi penderita gagal ginjal
kronik menunjukkan 47,4% motivasi tinggi dikarenakan responden merasa
sebagai manusia maka harus mencoba semua cara agar penyakit sembuh
termasuk dengan hemodialisa. Masih ada 43,6% responden yang termotivasi
menjalani hemodialisa karena disarankan oleh kerabat untuk menjalani
hemodialisa agar cepat sembuh, dan sebagian responden yang termotivasi
menjalani hemodialisa karena perawat selalu mengingatkan jadwal
hemodialisa.
Pasien gagal ginjal kronik yang mempunyai motivasi yang baik
disebabkan hemodialisa telah menjadi kebutuhan bagi dirinya yaitu
kebutuhan akan rasa aman. Hemodialisa memberikan jaminan keamanan
bagi kesehatan dirinya karena hemodialisa merupakan pengobatan yang
harus dijalani oleh pasien gagal ginjal kronik. Pasien yang telah mengetahui
manfaat dan dampak hemodialisa bagi kesehatannya dapat menjalani
hemodialisa dengan baik, namun bagi pasien yang tidak mengetahui
manfaat hemodialisa dan efek samping ditimbulkan harus menyesuaikan
dengan keadaan yang baru seperti kondisi yang tidak menyenangkan.
Motivasi pada pasien gagal ginjal kronik bermanfaat selama
menjalani hemodialisa. Pasien yang mempunyai motivasi yang tinggi
akan patuh dalam menjalani hemodialisa. Hal ini sesuai dengan
penelitian Saragih (2012) yang menyatakan bahwa peranan dukungan
keluarga pada penderita yang mengalami hemodialisa berdasarkan
emosional adalah baik.
55
Maslow dalam Purwanto (2006) menyatakan bahwa salah satu
kebutuhan manusia adalah kebutuhan keamanan. Setelah kebutuhan dasar
terpenuhi manusia berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan yang lebih
tinggi yaitu kebutuhan rasa aman dan nyaman (safety need). Kebutuhan ini
sangat diperlukan karena tanpa adanya rasa aman dari berbagai gangguan
yang ada, manusia akan sulit melakukan berbagai kegiatan dalam hidupnya.
5.3 Hasil Analisis Bivariat
Berdasarkan hasil analisis korelasi rank spearman (τ) diketahui bahwa
nilai korelasi hitung sebesar 0,326 dengan nilai probabilitas 0,011 (p value <
0,05), sehingga Ha diterima dan Ho ditolak, artinya bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara dukungan keluarga dengan motivasi penderita gagal
ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di ruang hemodialisa RSUD dr.
Soediran Mangun Sumarso, artinya bahwa semakin baik dan meningkat
dukungan keluarga maka semakin tinggi dan meningkat motivasi penderita
gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa tersebut, dan sifat hubungan
tergolong sedang (Colton dalam Sugiyono, 2010).
Dukungan yang diberikan keluarga dapat menumbuhkan rasa percaya
diri dan meningkatkan motivasi pasien gagal ginjal kronik untuk melakukan
hemodialisa. Hal ini sesuai dengan Stuart & Sundeen (1995 dalam Tamher &
Noorkasiani, 2005) yang menyatakan bahwa dukungan dari keluarga
merupakan unsur terpenting dalam membantu individu menyelesaikan
masalah. Apabila ada dukungan, rasa percaya diri akan bertambah dan
motivasi untuk menghadapi masalah yang terjadi akan meningkat.
56
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif
dan signifikan dukungan keluarga dengan motivasi penderita gagal ginjal
kronik yang menjalani hemodialisa di rumah sakit. Hasil penelitian ini
diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Dani (2015) yang menghasil
penelitian bahwa hasil statistik diperoleh nilai p value (0,004) < α (0,05)
menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara motivasi dengan
kepatuhan pasien GGK untuk menjalani hemodialisis.
Hasil penelitian ini didukung oleh teori: kesejahteraan sebagai
cerminan kesehatan, yang mencakup upaya yang disadari dan disengaja untuk
memaksimalkan kesehatan seseorang. Sejumlah riset mengatakan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara apa yang meraka lalukan terhadap kesehatan
mereka sendiri ( Brunner & Suddarth, 2006 ).
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Zurmeli (2012), hasil uji statistik didapatkan nilai ρvalue = 0,002 < α 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga
dengan kualitas hidup pasien GGK yang menjalani terapi hemodialisis.
Menurut teori yang dikemukakan oleh Potter (2009), bahwa dukungan
keluarga merupakan bentuk pemberian dukungan terhadap anggota keluarga
lain yang mengalami permasalahan, yaitu memberikan dukungan
pemeliharaan, emosional untuk mencapai kesejahteraan anggota keluarga dan
memenuhi kebutuhan psikososial.
57
BAB VI
PENUTUP
6.1. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut:
1. Karakteristik pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa
dengan umur lebih dari 40 tahun sebesar 45 orang (75%), berjenis kelamin
laki-laki sebanyak 31 orang (51,7%), berpendidikan SLTA sebanyak 27
orang (43,6%) dan berprofesi sebagai buruh/tani sebanyak 18 orang
(30,0%).
2. Dukungan keluarga pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa
mempunyai dukungan cukup yaitu sebanyak 43 orang (71,7%).
3. Motivasi pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa
mempunyai motivasi tergolong sedang yaitu sebanyak 40 orang (66,7%).
4. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan motivasi penderita gagal
ginjal kronik di ruang hemodialisa RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso
Wonogiri (rhoxy = 0,36; p-value = 0,011), dengan tingkat keeratan
hubungan tergolong sedang.
6.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan beberapa saran :
1. Bagi tenaga kesehatan
Diharapkan dapat memberikan peningkatan terhadap kualitas asuhan
keperawatan dengan melibatkan keluarga untuk memotivasi responden
57
58
agar bersedia menjalani hemodialisa sesuai dengan anjuran perawat
maupun dokter, misalnya menganjurkan untuk diet rendah garam, tidak
minum minuman bersoda dan alkohol serta rajin melakukan hemodialisa
2. Bagi keluarga, pasien yang menjalani hemodialisa
Bagi pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa agar
mempunyai motivasi yang baik untuk menjalani kehidupannya dan
keluarganya diharapkan untuk selalu memberikan motivasi dengan
memberikan bantuan moril maupun materiil kepada pasien gagal ginjal
kronik.
3. Bagi rumah sakit
Bagi rumah sakit diharapkan dalam memberikan pelayanan kesehatan
terrhadap pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa tidak
hanya dalam pengobatan medis saja namun perlu melibatkan dukungan
keluarga dalam rangka meningkatkan motivasi pasien gagal ginjal kronis,
hal ini dapat berbentuk fasilitas kesehatan seperti mobil gratis dari Solo
Peduli untuk pasien.
4. Bagi peneliti berikutnya
Bagi peneliti lain bisa menggunakan variabel lain yang belum diteliti yang
berhubungan dengan motivasi, seperti umur, sikap, pengalaman,
lingkungan, fasilitas kesehatan dengan sampel yang lebih luas.
59
DAFTAR PUSTAKA
Alam, Syamsir. Hadibroto, Iwan. 2008. Gagal Ginjal. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama. Black, J. M., & Hawks, J. H. 2009. Medical Surgical Nursing Clinical
Management for Positive Outcomes (8th edition ed., vol II). Singapore: Saunders Elsevier.
Dhani, Rahma. 2015. Hubungan Motivasi, Harapan dan Dukungan Petugas
Kesehatan terhadap Kepatuhan Pasien Gagal Ginjal Kronik untuk menjalani Hemodialisa. JOM. Vol 2 No 2, Oktober 2015.
Davey, P. 2005. At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga. Depkes, RI. 2014. Prevalensi kanker di Indonesia dan Dunia. Sumber: http://ma-
najemenrumahsakit.net/2014/01/prevalensi-kanker-di-indonesia-dan-dunia. diakses tanggal 01 Nopember 2014.
Dinkes Jateng. 2014. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Semarang : Dinkes. Dinkes Kab. Wonogiri. 2014. Gambaran Statistika Kejadian Penyakit Tidak
Menular di Kabupaten Wonogiri. Tidak dipublikasikan. Friedman, 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori, Praktik. (5th
ed). Jakarta: EGC. Ismail, dkk. 2012. Hubungan Pendidikan, Pengetahuan dan Motivasi dengan
Kepatuhan Diet pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di Rumah Sakit Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makasar. Jurnal Keperawatan. Volume 1 Nomor 3Tahun 2012. STIKES Makassar.
Muttaqin, A & Sari, K. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika. Notoatmodjo S. 2010. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka
Cipta _____________. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta: PT
Rineka Cipta. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. ________. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan System
Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika. Pratiwi, DT. 2013. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Depresi Pasien
Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa di PTPN RS Gatoel Mojokerto. Medica Majapahit. Mojokerto: STIKES Majapahit.
60
Sapri, M. 2008. Pengaruh dukungan keluarga terhadap respon sosial pasien hemodialisis. Diperoleh tanggal 20 Juni 2015 dari http://digg.com/ educational
Setiadi, 2007. Konsep dan penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Singgih. 2006. Analisis Statistik Parametrik dengan Program SPSS. Jakarta:
Elexmedia Komputindo. Sudoyo. 2006. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid 11. Jakarta Pusat: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam. Sugiyono. 2006. Metodologi Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suharsimi, Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT Rineka Cipta. Smeltzer, S. C., Bare, B. G., Hinkle, J, L., & Cheever, K. H. 2010. Brunner &
Suddarth`s textbook of medical surgical nursing. (12 th edition ed.). Philadelpia: Lippincott. Williams & Wilkins.
Smeltzer, S., & Bare. 2010. Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta: EGC. Suharyanto, T,. & Madjid, A. 2009. Asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan sistem perkemihan. Jakarta: Trans Info Media. Sumidjo, Wahyu. 2006. Gaya Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta: Raja
Grafindo Persada. O`callaghan, 2009. At a Glance Sistem Ginjal. (2 edision ed). (E. Yasmine,
penerj.). Jakarta: Erlangga. The Kidney Disease Outcomes Quality Initiative. 2012. The kidney disease
outcomes quality initiative. Diperoleh pada tanggal 14 Juni 2015 dari http://www.juveska.com.gagal-ginjalkronik–atau-kkd.
Zurmeli dkk, 2014. Hubungan Peran Perawat Pelaksana dengan Kualitas Hidup
pasien GGK yang menjalani terapi hemodialisis. Jurnal Keperawatan. Universitas Riau.
_________, 2014. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup Pasien
Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Terapi Hemodialisis di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Jurnal Keperawatan. Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau.