Home Visite Depresi

80
Klinik Dokter Keluarga FK UWK No Berkas : 24807 Berkas Pembinaan Keluarga No RM : 000 Puskesmas Buduran, Sidoarjo. Nama KK : Tn. A. H. Tanggal kunjungan pertama kali 13 September 2013, Nama Pembina keluarga pertama kali : dr. eri Tabel 1. CATATAN KONSULTASI PEMBIMBING (diisi setiap kali selesai satu periode pembinaan) Tanggal Tingkat Pemahaman Paraf Pembimbin g Paraf Keteranga n KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA Nama Kepala Keluarga : Tn. A.H. Alamat Lengkap : Sidokepung RT 13/RW 03 Buduran. Bentuk Keluarga : Extended family 1

description

Tugas Home Visite Depresi

Transcript of Home Visite Depresi

Page 1: Home Visite Depresi

Klinik Dokter Keluarga FK UWK No Berkas : 24807

Berkas Pembinaan Keluarga No RM : 000

Puskesmas Buduran, Sidoarjo. Nama KK : Tn. A. H.

Tanggal kunjungan pertama kali 13 September 2013,

Nama Pembina keluarga pertama kali : dr. eri

Tabel 1. CATATAN KONSULTASI PEMBIMBING (diisi setiap kali selesai

satu periode pembinaan)

TanggalTingkat

PemahamanParaf

PembimbingParaf Keterangan

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Nama Kepala Keluarga : Tn. A.H.

Alamat Lengkap : Sidokepung RT 13/RW 03 Buduran.

Bentuk Keluarga : Extended family

1

Page 2: Home Visite Depresi

Tabel 2. Daftar Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah

No

NamaKedudukan

dalam keluarga

L/P Umur Pendidikan PekerjaanPasien Klinik (Y/T)

Ket

1 Tn. A. H KK L 54 th Perguuruan Tinggi

Swasta T -

2 Ny. K. D Istri P 48 th SLTP IRT T -3 Tn. F Anak L 26 th Perguruan

Tinggi -- Y Depresi

berat dengan gejala psikosis

4. Ny. H Anak P 24 th Perguruan Tinggi

Pegawai Swasta

T -

5. An. A Anak L 16 th SMK Pelajar T -6. An. E Anak P 14 th SMP Pelajar T -7. Tn. A Menantu L 35 th Perguruan

tinggi Pegawai Negeri

T -

8. An. S Cucu P 2 th - - T -9. An. N Cucu P 9 bln - - T -

Sumber : Data Primer, Juni 2013

LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA

BAB I

STATUS PENDERITA

A. PENDAHULUAN

Laporan ini dibuat berdasarkan kasus poli psikiatri Puskesmas

Buduran dengan mengambil pasien lama yang telah menjalani pengobatan di

Rumah Sakit Sidoarjo. Pasien ini merupakan pasien dari Puskesmas Buduran

yang perawatannya kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Sidoarjo.

Berdasarkan anamnesis dengan keluarga pasien (Ibu Kandung), pasien

telah menjalani pengobatan sejak Nopember 2011. Pasien merupakan warga

pindahan dari Jawa Tengah sejak Juli 2011 ke Kecamatan Buduran, Sidoarjo.

Karena pengobatan yang panjang dan biaya yang besar dengan status

2

Page 3: Home Visite Depresi

pembayaran umum, akhirnya pasien mengurus administrasi mengajukan

pembayaran lewat jamkesda.

Mengingat masih sulit dan lamanya pengobatan untuk pemulihan

pasien psikiatri dan biaya yang dibutuhkan lumayan tinggi maka saya

mengangkat masalah ini sebagai kasus dalam sebagai pasien home visite kali

ini.

Diharapkan dari kegiatan home visite ini, dapat diketahui keadaan

lingkungan dan prilaku keluarga dalam proses terjadinya penyakit dan dalam

proses penyembuhan. Dari home visite juga diharapkan dapat direncanakan

dan pemberian motivasi kepada keluarga terhadap proses penyembuhan

penyakitnya.

B. IDENTITAS PENDERITA

Nama : Tn. F

Umur : 28 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : -

Pendidikan Terakhir : perguruan tinggi tingkat 2 (semester 4)

Agama : Islam

Alamat : Sidokepung, RT 13/ RW 03, Buduran.

Suku : Jawa Tengah

Tanggal home visite : 13 September 2013

C. ANAMNESIS

1. Keluhan Utama : Pasien massih sering diam di kamar. Tidak mau

bersosialisasi dengan sekitar.

2. Riwayat Penyakit Sekarang

a. Hetero Anmnesa Terhadap Ibu Pasien :

Menurut ibu pasien, Pasien sebelumnya adalah anak yang baik.

lahir di Purwokerto, Jawa Tengah. Pasien anak tertua, memiliki 3 orang

3

Page 4: Home Visite Depresi

adik dan ayahnya bekerja sebagai wiraswasta di bidang bangunan dan

pergi ke Aceh sejak pasien berumur 16 tahun, sedangkan ibu pasien

sendiri (nara sumber) bekerja sebagai Ibu rumah tangga. Tubuh normal

seperti anak pada kebanyakan. Kemudian Pasien bersekolah SD, SMP dan

SMK Pembangunan di Purwokerto. Pasien sebelumnya orang yang cukup

ceria, suka bercerita kepada keluarga, punya banyak teman, dan memiliki

klub basket bersama teman-temanya di SMA. Namun memang sering

diam di rumah dan tidak terlalu suka main di luar. Setiap lebaran, banyak

teman-teman pasien yang berbuka di rumah pasien di Jawa Tengah.

Setelah lulus SMA Pasien memutuskan untuk melamar menjadi

angkatan laut di Purwokerto. Pasien masuk menjadi seratus besar dari

ribuan peserta yang melamar di Purwokerto. Namun pasien akhirnya tidak

lulus dalam seleksi akhir. Karena waktu itu, pembukaan untuk kuliah

negeri sudah ditutup, akhirnya pasien memutuskan untuk kuliah di

perguruan tinggi swata di Purwokerto. Pasien mengambil jurusan Tekhnik

sipil. Biaya yang dikeluarkan keluarga pasien untuk kuliah di perguruan

swasta ini besar dan keluarga, namun biaya yang dikeluarkan untuk

menyekolahkan pasien cukup besar. Namun Ibu pasien mengatakan masih

tetap berusahan membiayai sekolah anaknya tersebut dan tidak mengeluh

akan keadaannya ini, sebab ibu pasien merasa anaknya adalah anak yang

baik, membanggakan keluarga.

Ibu pasien juga menceritakan kebaikan anaknya bahwa pasien anak

yang baik, saat temannya merokok, pasien membelikan uangnya untuk

membeli coklat. Banyak dari teman ibu pasien ingin menjodohkan pasien

dengan anak mereka. Namun karena pasien belum bekerja, jadi ibu pasien

menolak perjodohan itu.

Setelah bersekolah selama 4 semester, pasien memutuskan untuk

berhenti kuliah dan mulai bekerja. Alasanya adalah agar keluargaa pasien

dapat membiayai adik perempuannya yang kedua untuk kuliah. Akhirnya

adik pasien kuliah D3 di Purwokerta. Pasien akhirnya memutuskan untuk

bekerja sebagai sekuriti di perusahaan BUMN di kota Jawa Tengah.

4

Page 5: Home Visite Depresi

Namun di sana pasien sering diperdaya oleh teman kerjanya. Pasien

dikatakan membeli makanan di warung sebelah kantornya dan harus

membayar hingga 200 ribu / minggu untuk makanan yang tidak pernah dia

beli. Ibu pasien juga menegaskan bahwa anaknya jika bertugas selalu

membawa bekal makanan dari rumah.

Karena tidak tahan akan perlakuan yang diterimanya, akhirnya

pasien memutuskan untuk melawan. Namun akhirnya terjadi perkelahian

dan pasien memutuskan untuk berhenti bekerja. Selang 3 bulan setelah

berhenti bekerja, pasien memutuskan untuk pergi bekerja ke Aceh. Namun

bekerja selama 6 bulan di aceh, pasien pindah lagi ke Jawa Tengah karena

di tempat kerja ada masalah dengan pegawai lainnya dan juga

menimbulkan perkelahian.

Selama pasien bekerja di Aceh, adik pasien telah meluluskan

kuliah D3 di Purwokerto dan menjalani praktek kerja lapangan di

Borobudur. Di sana adik pasien bertemu dengan suaminya sekarang.

Lewat perkenalan singkat dan komunikasi lewat handpone selama 6 bulan,

akhirnya adik pasien dilamar. Pertama ibu pasien kurang setuju, namun

karena anak pasien sudah menyatakan keinginannya untuk menikah,

akhirnya pasien diizinkan untuk menikah.

Perayaan pernikahan dilakukan di Purwokerto. Saat itu pasien

sudah pulang dari Aceh dan menjadi panitia dalam persiapan pernikahan

adiknya. Adik pasien beserta suaminya tinggal di Purwakarta selama 5

hari yang kemudian pindah ke Wonokromo, Surabaya.

Tak lama beberapa bulan setelah pindah ke Wonokromo, adik

pasien sering menelpon pulang ke rumah dan meminta Ibunya

menemaninya di Surabaya. Tanpa pikir panjang akhirnya ibu pasien

beserta semua keluarga memutuskan untuk pindah ke Surabaya dan

menjual rumahnya di Purwokerto. Pasien sendiri akhirnya ikut juga ke

Surabaya dan tinggal beserta iparnya, dan adik-adiknya. Sedangkan

ayahnya masih bekerja di Aceh

5

Page 6: Home Visite Depresi

Ternyata di rumah iparnya suasana kurang harmonis. Ibu pasien

merasa tidak dihormati oleh menantunya. Anaknya (adik perempuan

pasien) sering pingsan dan menjalani pemeriksaan dokter karena merasa

tertekan oleh mertuanya (Ibu dari Suami). Akhirnya Ibu pasien membeli

rumah di kawasan Buduran dengan hasil penjualan rumah di Purwokerto.

Di sana pasien tinggal bersama Ibu, adiknya dan iparnya.

Ibu pasien mengatakan hubungan pasien dengan iparnya kurang

harmonis. Tidak hanya dengan pasien. Semua anggota keluarga yang lain

juga merasa tidak nyaman dengan suami adik perempuan pasien. Dan

suasana rumah menjadi menegangkan setiap saat. Puncaknya saat Ibu

pasien pergi untuk mengaji, pasien ditemukan sudah tidak ingat akan

dirinya, diam dan tidak menyapa siapa-siapa. Ibu pasien mengatakan

sempat terjadi perkelahian antara anaknya dan menantunya.

Pada tahun 2012 awal pasien sempat dirasakan membaik. Mulai

keluar rumah dan mengantar adiknya ke sekolah, duduk dan mengobrol di

kamar tamu bersama keluarga, dan berbelanja seperti sebelumnya. Mulai

menceritakan bahwa dirinya berkeinginan untuk bekerja kembali namun

tidak melakukan pekerjaan yang berat dulu. Mulai mau mengobrol dengan

tamu yang berkunjung. Namun setelah bulan akhir 2012, pasien mulai

berdiam diri lagi di dalam rumah dan tidak mau lagi mengobrol dengan

orang lain selain anggota keluarga.

Saat itu pasien hanya diam di kamar, sempat tidak mau keluar

ruamah dalam waktu yang lama ( kurang lebih 2 mingguan sebelum

akhirnya di bawa ke dokter psikiatri). mondar mandir di dalam rumah

tanpa alasan jelas, tidak mau bergaul dengan keluarga ataupun dengan

orang lain, bahkan selalu sembunyi jika ada tamu di rumah. Sering lama-

lama di kamar mandi sampai berjam-jam tanpa alasan yang jelas, dan

sangat sering tidak ingat akan keluarganya yang lain, termasuk ibunya.

Pasien juga sempat tertawa sendiri tanpa alasan yang jelas. Setiap

diberikan makanan pasien tidak mau makan dan mengatakan di dalam

makanannya ada racun. Pasien juga sempat berurusan dengan polisi karena

6

Page 7: Home Visite Depresi

dikatakan telah membuat lecet mobil tetangganya, namun akhirnya

urusannya sudah selesai karena tidak ada bukti pasien melakukan hal

tersebut. Pasien selalu berpakaian baik, tidak pernah telanjang, tidak

pernah ditemui berbicara sendiri. Pasien juga dikatakan sering keluar

malam hari dan pulang pagi hari dengan berjalan kaki, dan mengatakan

kalau pergi nongkrong. Setelah berobat sejak 2011, pasien sembuh dan

kambuh lagi. Hingga akhirnya sejak awal 2013 ini pasien sudah mulai

keluar kamar, sudah bisa menjemput adiknya ke sekolah SMP dan sekali-

kali berolah raga bermain basket dengan kedua adik SMK dan SMP nya

ini. Namun terkadang pasien juga sering tidak nyambung, tidak mau

mengobrol dan belum mau untuk mulai bekkerja lagi. Kegiatan sehari –

hari hanya mengantar adiknya sekolah antar jemput, sekali-kali bermain

basket, dan bermmain mobil balap tamiya dan jika ada musim balap

tamiya, pasien sering ikut dan pernah menjadi juara (terakhir pada bulan

Pebruari 2013).

b. Autoanamnesa

Dialkukan pada tanggal 13 September 2013 dengan DM Anjas (DM) dan

Pasien (P)

DM : “Selamat sore Mas.”

P : “ Sore.”

DM : “Lagi sibuk apa Mas?”

P : “TIdak ada.”

DM : “ Boleh saya ngobrol dengan Mas ?”

P : “Boleh. Kamarnya berantakan”

DM : “Iya, ga apa Mas. Kamar saya juga sama berantakan. Wah, Mas

suka Tamiya ya ?”

P : “Iya”

Dm : “Sering ikut lomba Mas ?”

P : “Iya.”

7

Page 8: Home Visite Depresi

DM : “Katanya sempat jadi juara ya Mas ?”

P : “Iya sempat.”

DM : “Main dimana Biasanya Mas ?”

P : “ di Royal.”

DM : “Banyak ya yang diajak main ? Ada perkumpulan khususnya

gitu Mas ?”

P : “ Iya banyak.”

DM : “Kemarin di Puskesmas kenapa tidak mau ngobrol sama saya

Mas ?”

P : “Iya kemarin sakit gigi.”

DM : “Owalah, terus sekarang sudah sembuh ?”

P : “ Iya sudah.”

DM : “Berobat dimana Mas ?”

P : “ Di rumah.”

DM : “Mas apakan ?”

P : “ Digososk pakai sikat gigi.”

DM : “Mas kegiatannya setiap hari ngapai di rumah ?”

P : “Tidur.”hee

DM : “Kata Ibu sering ngantar adik sekolah dan suka main bola basket

?”

P : “Iya.”

DM : “Sekolah di mana adik Mas ? naik apa ke sana ?”

P : “ Di Sidoarjo, naik motor.”

DM : “ Naik motor ? berapa lama Mas ?”

P : “ Paling cepat 30 menit.”

DM : “ Kalo main basket biasanya di mana Mas ?”

P : “ Di sebelah perumahan.”

DM : “main ma siapa biasanya ?”

P : “ Sama teman SMA ?”

DM : “Teman SMS mana Mas ? Bukannya mereka sekolah ? bolosan

ta mereka ?”

8

Page 9: Home Visite Depresi

P : “ Iya Memang bandel, sulit kumpulinnya mereka.”

DM : “ Mainya sama mereka tiap hari ?”

P : “Iya tiap hari.”

DM : “ Berarti besok main lagi dong, boleh saya ikut ?’

P : “Iya main, boleh.”

Dm : “ Jam berapa Mas ?”

P :” Jam 8.”

DM : “ Memang anak SMA ni bolos lagi tiap hari.”

P :” Iya, sulit mengumpulkan mereka. Berarti besok ga bisa main.”

DM :” Mas selain tidur dan mengantar adik sekolah terus main basket,

kegiatan lainnya apa lagi Mas ?”

P : “ Tidak ada.”

DM : “ Kalo nonto TV suka ?”

P : “ Suka.”

DM : “Suka nonton apa Mas ?”

P : “ Tom and Jery.”

M : “Masih ada ya filmnya tu ? di chanel apa Mas ? pagi hari.

P : “Iya pagi hari.”

DM : “ Nonton berita ga suka ? kasusnya anak Ahmad Dhani ?”

P : “ Iya suka, yang tabrakan. El.”

Dm : “ Wah Mas tau juga ya. Hebat ya kayak di film. Mobilnya bisa

terbang di atas pembatas jalan.

P : “ Iya.”

DM : “Mas ga pengen kerja lagi ?”

P : “Tidak.”

DM :”Ko ga kerja lagi ?”

P : “ Ga kenapa.”

DM : “ kalo makan, mandi , tidur enak ?”

P : “ Enak.”

DM : “Sukanya makan apa Mas ?”

P : “Semua.”

9

Page 10: Home Visite Depresi

DM : “ Masih sering keluar sendiri Mas ?”

P : “ Tidak.”

DM : “ Besok saya ke sini main lagi boleh Mas ?”

P : “Boleh.”

DM : “ Jam berapa Mas ?”

P : “ Jam berapa boleh. Saya tunggu di rumah.”

DM : “ Iya Mas, Besok saya ke sini lagi ya Mas. Saya pamit Mas ya,

sudah mahgrib.”

P : “Iya.”

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya. Tidak pernah mengalami

trauma, lahir normal, tanpa penyulit. Tidak pernah memiliki riwayat

dirawat di Rumah Sakit selain ini. Tidak pernah mengalami kejang-kejang.

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga yang seperti ini. Ayah pasien menderita sakit jantung.

Sempat di rawat di ICCU karena jatuh pingsan saat pertengkaran di rumah

Surabaya antara pasien dengan iparnya. Keluarga yang lain tidak memiliki

sakit yang perlu perawatan di Rumah Sakit.

5. Riwayat Kebiasaan

a. Riwayat merokok : disangkal

b. Riwayat kebersihan badan : pasien

mandi 2 kali sehari. Namun

terkadang pasien tidak mandi

seharian.

c. Riwayat olah raga : terkadang sore pasien bermain basket

dengan adiknya.

d. Riwayat pengisian waktu luang : menonton TV, tiduran, bermain

tamiya, menjemput adik sekolah.

10

Page 11: Home Visite Depresi

6. Riwayat Sosial Ekonomi

Penderita tinggal bersama Ibu, ketiga adiknya, iparnya (suami dari adik

nomer dua), dan kedua keponakannya. Ayah pasien bekerja di Aceh

sebagai pegawai kontraktor bangunan. Pulang ke rumah sekitar 6-8 bulan

sekali dan menetap di rumah selama maksimal 1 bulan. Ibu pasien bekerja

sebagai Ibu rumah tangga. Adik kandung berjumlah 3 orang. Adik yang

paling tua bekerja sebagai karyawan swasta, sudah menikah dan

mempunyai 2 anak berusia 2 tahun dan 8 bulan. Suaminya bekerja di dinas

Sidoarjo sebagai pegawai negeri. Adik pasien yang nomer dua masih

bersekolah di SMK Sidoarjo. Adik yang paling kecil bersekolah di SMP

Sidoarjo. Penghasilan utama dari kiriman ayah pasien yang bekerja di

Aceh sebesar 2,5 juta rupiah perbulannya. Sedangkan adik dan iparnya

tidak memberikan uang dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari

keluarganya.

7. Riwayat Gizi

Penderita makan sehari-harinya biasanya antara 2-3 kali dengan nasi

sepiring, sayur, dan lauk pauk seadanya, seperti telur, sayur, dan cukup

sering dengan daging atau ayam. Penderita terkadang sulit untuk makan,

dan sampai tidak makan sama sekali dalam sehari.

D. ANAMNESIS SISTEM

a. Kulit : Warna kulit sawo matang, kulit gatal (-).

b. Kepala : Sakit kepala (-), pusing (-), rambut kepala

tidak rontok, luka pada kepala (-), benjolan

/ borok di kepala (-)

c. Mata : Pandangan mata berkunang-kunang (-),

mata pasien sering merah jika iritaasi,

penglihatan kabur (-), ketajaman baik

d. Hidung : Tersumbat (-), mimisan (-)

11

Page 12: Home Visite Depresi

e. Telinga : Pendengaran berkurang (-), berdengung

(-), keluar cairan (-)

f. Mulut : Sariawan (-), mulut kering (-), lidah terasa

pahit

g. Tenggorokan : Sakit menelan (-), serak (-)

h. Pernafasan : Sesak nafas (-), batuk (-), mengi (-), ronki

(-)

i. Kardiovaskuler : Berdebar-debar (-), nyeri dada (-)

j. Gastrointestinal : Mual (-), muntah (-), diare (-), nafsu

makan menurun (-), nyeri perut (-), BAB

tidak ada keluhan

k. Genitourinaria : BAK lancar, warna dan jumlah biasa

l. Neurologi : Neurologik : kejang (-), lumpuh (-)

m. Muskuloskeletal : Kaku sendi (-), nyeri tangan dan kaki (-),

nyeri otot (-), kesemutan (-)

n. Ekstermitas : Atas : bengkak (-), sakit (-)

Bawah : bengkak (-), sakit (-)

E. PEMERIKSAAN FISIK

a. Keadaan umum

Tidak tampak sakit, kesadaran compos mentis (CGS E4 V5 M6), status gizi

kesan cukup.

b. Tanda Vital dan Status Gizi

Tanda Vital

Nadi : 86x/menit, regular, isi cukup, simetris

Pernafasan : 18 x / menit

Suhu : 36,1°C

Tensi : 110/70 mmHg

Status gizi (Kurva BMI)

BB : kg

12

Page 13: Home Visite Depresi

TB : cm

BB = 72 kg = 21, 74 gizi cukup

TB2 1,822

Status gizi gizi cukup

c. Kulit

Warna : Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-), makula

hipopigmentasi (-) pada kedua lengan, tes sensibilitas

(-/-)

d. Kepala

Bentuk mesocephal, tidak ada luka, rambut tidak mudah dicabut, atrofi m.

temporalis (-), macula (-), papula (-), nodula (-), kelainan mimic wajah /

bells palsy (-)

e. Mata

Conjungiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm),

reflek kornea (+/+), warna kelopak (coklat kehitaman), katarak (-/-),

radang / conjungtivitis / uveitis (+/-), visus (3/6 ODS dalam posisi duduk

dan ruang terbatas)

f. Hidung

Nafas cuping hidung (-), secret (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-),

hiperpigmentasi (-).

g. Mulut

Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-), tepi

lidah hiperemis (-), tremor (-)

h. Telinga

Nyeri tekan mastoid (-), secret (-), pendengaran berkurang (-), cuping

telinga dalam batas normal

i. Tenggorokan

Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-)

j. Leher

JVP (5 + 2) cmH2O tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran

kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe (-), lesi pada kulit (-)

13

Page 14: Home Visite Depresi

k. Thoraks

Simetris, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-)

Cor : I : ictus cordis tak tampak

P : ictus cordis tak kuat angkat

P : batas kiri atas : SIC II 1 cm lateral LPSS

batas kanan atas : SIC II LPSD

batas kiri bawah : SIC V 1 cm lateral LMCS

batas kanan bawah : SIC IV LPSD

batas jantung kesan tidak melebar

A : BJ I-II tunggal, regular, bising (-)

Pulmo Anterior

: I : simetrs /Simetris

: P : Simetris +/+

Ketinggalan gerak -/-

: P : sonor/sonor

: A : Vesikuler +/+, Rho : -/-, whee : -/-

Posterior

: : I : simetrs /Simetris

: P : Simetris +/+

Ketinggalan gerak -/-

: P : sonor/sonor

: A : Vesikuler +/+, Rho : -/-, whee : -/-

l. Abdomen

I : dinding perut sejajar dengan dinding dada, retraksi (-)

P : supel, nyeri tekan (-), defan muskuler (-), hepar dan lien tak teraba

P : timpani seluruh lapang perut

A : peristaltik (-) normal

n. Sistem Collumna Vertebralis

14

Page 15: Home Visite Depresi

I : deformitas (-), scoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)

P : nyeri tekan (-)

P : NKCV (-)

o. Ekstermitas : palmar eritema (-/-)

p. Sistem genetalia : dalam batas normal

q. Pemeriksaan Neurologik :

1. Kesadaran

Kualitatif : compos mentis

Kuantitatif : GCS 4 5 6

2. Meningeal sign

Kaku kuduk : tidak ada

Kernig : tidak ada

Brudzinski I : tidak ada

Brudzinski II : tidak ada

3. Nervus Cranialis : dalam batas normal

4. Motorik : dalam batas normal

Kekuatan otot

Ekstermitas superior : 555/555

Ekstermitas inferior : 555/555

Tonus otot

Ekstermitas superior : 555/555

Ekstermitas inferior : 555/555

Reflek fisiologis : dalam batas normal

Reflek patologis : tidak ditemukan

5. Sensorik : normal

15

- -

- -

Akral dingin

- -

- -

Oedem

Page 16: Home Visite Depresi

6. Autonom : BAK (+), BAB (+)

7. Columna vertebra : dalam batas normal

r. Status Psikiatri :

Kesan umum : penderita terlihat sesuai umurnya, prilaku dan kebiasaan

lebih kecil dari umurnya, kesehatan fisik cukup, tinggi badan normal,

tidak terdapat cacat fisik, motorik melambat, cara berpakaian rapi dan

bersih,sopan, sikap kooperatif, sesuai gender. Kontak : mata (+)

berkurang, verbal (+), terkadang kurang.

Kesadaran Kualitatif : Kompos Mentis.

Kuantitatif : GCS 4-5-6

Proses Berpikir :

o Bentuk : tidak logis

o Arus : relevan

o Isi : isi pikiran miskin, semangat bersosialisasi menurun.

Afek Emosi : Apatis, Depresi -adekuat.

Persepsi : halusinasi -, ilusi -, depersonalisasi + merasa dirinya sulit

beradaptasi, derealisasi : - gangguan somatoform dan psikofisiologis -,

agnosia -.

Kognisi-sensorium : konsentrasi baik, orientasi baik, amnesia -, memori

yang lain dalam batas normal, inteligensi kesan masih terpelihara.

Kemauan : menurun, drive :menurun, motivasi : menurun, fungsi

pekerjaan dan sosial berkurang.

Psikomotor : kesan hipokinesia, hipoaktivitas.

Tilikan : 2 ( menyadari sakit, dan perlu pertolongan namun dalam

waktu bersamaan masih ada denial).

B. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak ada pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk saat ini.

Direncanakan untuk melakukan tes MMPI

16

Page 17: Home Visite Depresi

C. RESUME

Datang ke Puskesmas Buduran untuk kontrol dan mengambil surat rujukan ke

Rumah Sakit Sidoarjo. Saat pasien lulus SMA pasien memutuskan untuk

melanjutkan ke angkatan laut. Namun pasien tidak lulus saat tes terakhir.

Kemudian pasien memutuskan untuk kuliah di tehknik sipil um=niversitas

swasta dengan biaya yang cukup tinggi. Semester 4 pasien memutuskan untuk

berhenti kuliah dan bekerja sebagai sekuriti di perusahaan BUMN karena adik

perempuannya akan kuliah, sehingga dapat mengurangi beban ekonomi

keluarga. Tapi pasien akhirnya berhenti karena bermasalah dengan sesama

sekuriti. Setelah tidak bekerja selama 3 bulan, pasien memutuskan untuk pergi

ke Aceh bekerja dengan ayahnya. Beberapa bulan di Aceh pasien berhenti

bekerja lagi karena masalah dengan pegawai di Aceh. Kemudian pasien

pulang ke Jawa Tengah, dan bertepatan dengan itu adik pasien akan menikah

dan pindah ke Surabaya.

Setelah tiga bulan adik pasien pindah ke Surabaya, keluarga pasien yang

lainnya pindah ke Surabaya karena permintaan adik perempuan pasien.

Rumah di jawa tengah dijual oleh Ibu Pasien. Sesampai di Surabaya pasien

dan keluarganya merasa keluarga iparnya sangat kasar dan sering terjadi

perselisihan. Kemudian sejak nopember 2011 pasien mulai bertingkah aneh.

Sering mondar-mandir di rumah tanpa alasan yang jelas, tidak ingat dengan

keluarganya sendiri, sering keluar berjalan kaki tengah malam dan pulang di

pagi harinya, sering tertawa sendiri, mengurung diri di kamar, tidak mau

keluar rumah jika diminta, terkadang tidak mau makan, sering berlama-lama

di kamar mandi sampai berjam-jam, jika diajak ngobrol sering tidak

nyambung, sering pergi naik motor dan memarkir motornya di rumah orang

lain karena menganggap rumah itu adalah rumahnya.

Setelah berobat selama 2 tahun, pasien sudah jauh membaik. Hanya pasien

masih sering diam di dalam kamar, tiduran, dan nonton TV. Tidak punya

motivasi bekerja, menghindari sosialisasi, dan mengobrol masih kaku.

17

Page 18: Home Visite Depresi

Riwayat penyakit dahulu disangkal, Riwayat keluarga : ayah memiliki riwayat

penyakit jantung, riwayat ekonomi serba berkecukupan, gizi baik.

Anamnesa sistemik didapatkan kelainan pada mata berupa kunjungtivitis

iritan. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital dbn, status gizi cukup,

kunjungtivitis OS, dan pemeriksaan sistemik lainnya dalam batas normal.

Status Psikiatri :

Kesan umum : penderita terlihat sesuai umurnya, prilaku dan kebiasaan

lebih kecil dari umurnya, kesehatan fisik cukup, tinggi badan normal,

tidak terdapat cacat fisik, motorik melambat, cara berpakaian rapi dan

bersih,sopan, sikap kooperatif, sesuai gender. Kontak : mata (+)

berkurang, verbal (+), terkadang kurang.

Kesadaran Kualitatif : Kompos Mentis.

Kuantitatif : GCS 4-5-6

Proses Berpikir :

o Bentuk : tidak logis

o Arus : relevan

o Isi : isi pikiran miskin, semangat bersosialisasi menurun.

Afek Emosi : Apati, Depresi -adekuat.

Persepsi : halusinasi -, ilusi -, depersonalisasi + merasa dirinya sulit

beradaptasi, derealisasi : - gangguan somatoform dan psikofisiologis -,

agnosia -.

Kognisi-sensorium : konsentrasi baik, orientasi baik, amnesia -, memori

yang lain dalam batas normal, inteligensi kesan masih terpelihara.

Kemauan : menurun, drive :menurun, motivasi : menurun, fungsi

pekerjaan dan sosial berkuran.

Psikomotor : kesan hipokinesia, hipoaktivitas.

Tilikan : 2 ( menyadari sakit, dan perlu pertolongan namun dalam

waktu bersamaan masih ada denial).

G. PATIENT CENTER DIAGNOSIS MULTIAXIAL

18

Page 19: Home Visite Depresi

Axis I : F 33.10 Gangguan Depresi Berulang, dengan gejala kini depresi

sedang tanpa gejala somatik.

Axis II : -

Axis III : Masalah penyakit mata, Kunjungtivitis alergika (bukan pencetus).

Axis IV : Primary support group dengan berupa hubungan yang kurang

harmonis dengan ipar.

Masalah dengan pekerjaan sebagai sekuriti dan pekerjaan saat di

Aceh

Masalah keuangan keluarga yang kekurangan.

Axis V : GAF 80-71 (masalah dapat diatasi, disabilitas ringan dalam

sosial, pendidikan dan pekerjaan.

H. TERAPI

A. Nonmedikamentosa

1. Terapi psikoterapi suportif misal yang dapat dilakukan terhadap

pasien adalah menjauhkan dari stresor, persuasi atau bujukan

untuk memulai bersosialisasi dan bekerja, meyakinkan pasien

bahwa dia dapat melakukan hal-hal baru yang ingin dilakukannya,

dan membiarkan pasien mengungkapkan semua keinginan dan

permasalahan yang dia alami.

2. Psikoterapi reduktif misalnya yang dapat dilakukan pasien adalah

konseling akan masalah yang dialami pasien dan jalan keluar yang

baik diambil yang disesuaikan dengan keadaan pasien saat ini.

Sebaiknya dilakukan oleh dokter atau dokter spesialis yang

mengetahui betul perkembangan terapi pasien.

3. Terapi kerja dapat mulai dilakukan mulai dari pekerjaan ringan

misalnya mengantarkan adiknya ke sekolah, membersihkan

kamar, membersihkan rumah, mencuci pakainnya sendiri atau

pakaian keluarga dan mencici piring atau perabotan rumah.

4. Menghindarkan pasien dari hal-hal yang dapatt menyebabkan

iritasi pada maata.

19

Page 20: Home Visite Depresi

B. Medikamentosa

Fluoxetin tab 10 mg 2 x i tab

THD tab 2 mg 2 x 1 tab

Cromolin Na ED gtt 1-2 OD

FOLLOW UP

Tanggal 14 Juli 2013

S : masien merasa baik, tidak ada keluhan

O : Ku : baik, kompos mentis, gizi cukup.

Vital sign :

TD : 110/80 mmHg RR : 18 x/menit

N : 82 x/ menit Tax : 36,8 oC

Status Psikiatri :

Kesan umum : penderita terlihat sesuai umurnya, prilaku

dan kebiasaan lebih kecil dari umurnya, kesehatan fisik cukup,

tinggi badan normal, tidak terdapat cacat fisik, motorik

melambat, cara berpakaian rapi dan bersih,sopan, sikap

kooperatif, sesuai gender. Kontak : mata (+) berkurang, verbal

(+), terkadang kurang.

Kesadaran Kualitatif : Kompos Mentis.

Kuantitatif : GCS 4-5-6

Proses Berpikir :

Bentuk : tidak logis

Arus : relevan

Isi : isi pikiran miskin, semangat bersosialisasi

menurun.

Afek Emosi : Apati, Depresi -adekuat.

20

Page 21: Home Visite Depresi

Persepsi : halusinasi -, ilusi -, depersonalisasi +

merasa dirinya sulit beradaptasi, derealisasi : - gangguan

somatoform dan psikofisiologis -, agnosia -.

Kognisi-sensorium : konsentrasi baik, orientasi baik, amnesia

-, memori yang lain dalam batas normal, inteligensi kesan

masih terpelihara.

Kemauan : menurun, drive :menurun, motivasi :

menurun, fungsi pekerjaan dan sosial berkuran.

Psikomotor : kesan hipokinesia, hipoaktivitas.

Tilikan : 2 ( menyadari sakit, dan perlu

pertolongan namun dalam waktu bersamaan masih ada

denial).

A : Depresi Berulang dengan gejala kini depresi sedang tanpa gejala somatic

P : A. Nonmedikamentosa

1. Berusaha menciptkan suasana keluarga yang harmonis di rumah.

Jika bisa jauhkan dulu antara pasien dengan iparnya.

2. Mendukung pasien untuk menumbuhkan lagi keinginannya,

misalnya mengajak bermain basket.

3. Mulai lebih sering diperkenalkan dengan kehidupan sosial baru,

misalnya jalan sore di areal perumahan.

4. Tetap merawat dan memperhatikan perawatan sehari-hari pasien.

5. Mulai memmberikan motivasi kepada pasien untuk memulai

pekerjaan ringan dengan tanggung jawab yang tidak terlalu besar

(misal berdagang).

6. Hindari dari debu dan hal-hal yang membuat iritasi mata

B. Medikamentosa

Fluoksetin 2 x 1 tab

THD 2 mg 2 x 1 tab

Cromolin/nafazolin/vasacon A ED gtt 1-2 OD

21

Page 22: Home Visite Depresi

FLOW UP.

Tanggal 15 Juli 2013

S : masien merasa baik, tidak ada keluhan

O : Ku : baik, kompos mentis, gizi cukup.

Vital sign :

TD : 110/80 mmHg RR : 18 x/menit

N : 82 x/ menit Tax : 36,8 oC

Status Psikiatri :

Kesan umum : penderita terlihat sesuai umurnya, prilaku

dan kebiasaan lebih kecil dari umurnya, kesehatan fisik cukup,

tinggi badan normal, tidak terdapat cacat fisik, motorik

melambat, cara berpakaian rapi dan bersih,sopan, sikap

kooperatif, sesuai gender. Kontak : mata (+) berkurang, verbal

(+), terkadang kurang.

Kesadaran Kualitatif : Kompos Mentis.

Kuantitatif : GCS 4-5-6

Proses Berpikir :

Bentuk : tidak logis

Arus : relevan

Isi : isi pikiran miskin, semangat bersosialisasi

menurun.

Afek Emosi : Apati, Depresi -adekuat.

Persepsi : halusinasi -, ilusi -, depersonalisasi +

merasa dirinya sulit beradaptasi, derealisasi : - gangguan

somatoform dan psikofisiologis -, agnosia -.

Kognisi-sensorium : konsentrasi baik, orientasi baik, amnesia

-, memori yang lain dalam batas normal, inteligensi kesan

masih terpelihara.

22

Page 23: Home Visite Depresi

Kemauan : menurun, drive :menurun, motivasi :

menurun, fungsi pekerjaan dan sosial berkuran.

Psikomotor : kesan hipokinesia, hipoaktivitas.

Tilikan : 2 ( menyadari sakit, dan perlu

pertolongan namun dalam waktu bersamaan masih ada

denial).

A : Depresi Berulang dengan gejala kini depresi sedang tanpa gejala somatic

P : A. Nonmedikamentosa

1. Berusaha menciptkan suasana keluarga yang harmonis di rumah.

Jika bisa jauhkan dulu antara pasien dengan iparnya.

2. Mendukung pasien untuk menumbuhkan lagi keinginannya,

misalnya mengajak bermain basket.

3. Mulai lebih sering diperkenalkan dengan kehidupan sosial baru,

misalnya jalan sore di areal perumahan.

4. Tetap merawat dan memperhatikan perawatan sehari-hari pasien.

5. Mulai memmberikan motivasi kepada pasien untuk memulai

pekerjaan ringan dengan tanggung jawab yang tidak terlalu besar

(misal berdagang).

6. Hindari dari debu dan hal-hal yang membuat iritasi mata

B. Medikamentosa

Fluosetin 2 x 1 tab

THD 2 mg 2 x 1 tab

Cromolin/nafazolin/vasacon A ED gtt 1-2 OD

23

Page 24: Home Visite Depresi

FLOW SHEET

No Tgl

Tensi

mm

Hg

BB

Kg

TB

Cm

Status

Gizi

Gejala

Psikis

yang

Dominan

Pengobatan

1 14/9/

2013

110/70 72

kg

182 Gizi

cukup

Depresi

sedang 2 14/9/

2013

110/60 72

kg

182 Gizi

cukup

24

Page 25: Home Visite Depresi

BAB II

IDENTIFIKASI FUNGSI- FUNGSI KELUARGA

A. FUNGSI KELUARGA

1. Fungsi Biologis

Keluarga terdiri dari penderita, Ayah penderita (Tn. A.H, 56

tahun), Ibu penderita (Ny. K.D, 51 tahun), Penderita (Tn. F, 28 tahun),

tiga orang Adik penderita (Ny. H 24 tahun, An. A 16 tahun, An. E 14

tahun). Ipar penderita/ Suami dari Ny. H (Tn. A), dua keponakan pendrita

( An. S, 2 tahun ; An. N, 8 bulan). Penderita tinggal serumah dengan

ibunya, ketiga adiknya, kedua keponakannya dan iparnya. Sedangkan

ayah pasien tinggal di Aceh dan pulang tidak menentu, biasanya 6 bulan

sekali.

2. Fungsi Psikologis.

Hubungan pasien dengan keluarga intinya baik. komunikasi antara

ayah, ibu dan adik kandungnya berjalan baik. pasien mengalah untuk tidak

melanjutkan kuliah agar adiknya dapat kuliah karena masalah keuangan

yang serba berkecukupan. Setiap ada masalah selalu disampaikan dalam

keluarga. Sebelum ayahnya berangkat ke Aceh (saat pasien berusia 16

tahun), pasien sangat akrab dengan ayahnya. Dalam rumah pasien terdapat

lemari yang menurut pasien menjadi kenangan, yang dibuat bersama

dengan ayahnya. Permasalahan yang timbul selalu dipecahkan secara

musyawarah dengan ibu dan ayah pasien. Setelah ayah pasien tinggal dan

bekerja di Aceh, pasien sering menyimpan masalahnya sendiri. Dan sering

memikirkan semuanya karena merasa sebagai anak yang paling tua.

Namun semenjak adik perempuannya menikah ke Surabaya dan

pasien beserta keluarga pindah ke Surabaya tinggal bersama dengan ipar

pasien, permasalahan mulai timbul. pasien mulai menyimpan

permasalahan sendiri. Ibu pasien menjadi pusat keluarga yang mengatur

25

Page 26: Home Visite Depresi

semua ekonomi dan sosial di keluarga. Ditambah lagi ipar pasien tidak

mau tahu dengan masalah ekonomi dan sosial dari keluar pasien. Hingga

sekarang, Ibu pasien tetap menjadi pusat dari keluarga.

3. Fungsi Sosial

Sejak penderita mengalami Depresi berat dengan Gejala Psikosis,

pasien mulai kehilangan kontak dengan sosialnya. Pasien sering diam di

kamar. Mengisi waktu luang dengan tidur, nonton tv dan sesekali bermain

tamiya di mall Surabaya. Pasien tidak mengenal tetangga rumahnya.

Pasien tidak pernah bertemu lagi dengan temannya semasa kuliah ataupun

SMA. Kontak dengan orang lain baru pasien hadapi saat mengantar

adiknya sekolah dan menjemputnya di sekolah, atau berbelanja di warung

sesekali.

4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan

Ekonomi pasien dibiayai dari uang kiriman dari ayah pasien yang

bekerja di Aceh. Menurut Ibu pasien, ayah pasien mengirimkan uang

sebesar 2,5 juta rupiah. Uang ini diutamakan unrtuk biaya pendidikan

adik-adiknya, kemudian untuk uang makan, biaya berobat pasien dan

pembayaran listrik dan air. Sebelum mengurus system pembayaran

jamkesda, Ibu pasien sering kekurangan uang untuk memenuhi kebutuhan

hidup sehari-hari. Setelah mengikuti program jamkesda, Ibu pasien merasa

sangat tertolong dan uang sebesar 2,5 juta tersebut cukup untuk keperluan

satu bulan. Anak dan ipar pasien hanya membantu dalam membiayai

pembelian keperluan sabun mandi dan sesekali membelikan lauk untuk

pangan.

Setiap harinya ibu pasien memasak dengan kompor gas, nasi

secukupnya dengan lauk yang tidak menentu. Sayaur, daging diusahakan

ada walapun sedikit. Dan jika tidak sempat memasak, ibu pasien biasanya

membeli lauk dari warung di dusun tetangga.

26

Page 27: Home Visite Depresi

5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi

Pasien masih sangat belum bisa melakukan fungsi sosial, pekerjaan

dan pendidikan secara normal. Sudah mulai bisa keluar rumah sebatas

mengantar adiknya ke sekolah, berbelanja di warung dusun tetangga dan

bermain basket di lapangan dekat rumah pasien. Pasien masih belum bisa

bersosialisasi dengan tetangga bahkan dengan DM yang melakukan home

visite pasien masih belum berani untuk keluar kamar. Dalam hal

perawatan diri dasar seperti mandi, makan dan kebersihan sehari –hari,

pasien melakukannya dengan baik.

B. APGAR SCORE

ADAPTATION

Pasien sekarang sering menutup diri. Jika ada masalah, pasien

mengatakan lebih sering mengungkapkan kepada adik laki-lakinya. Tapi

menurut Ibu pasien, adik pasien yang paling bungsu yang paling sering

menjaga pasien, baik saat pasien di rumah dan saat bermain basket. Saat

pasien berjalan sendirian, adik pasien yang bungsu sering mengikuti pasien

dari belakang.

Ibu pasien sering membeikan dorongan agar pasien mau berobat dan

mendorong untuk bersosialisai serat beberapa kali berusaha memberikan

motivasi agar pasien mulai bekerja yang ringan dulu. Terkadang memang

pasien sulit dibujuk untuk berobat ke RSD Sidoarjo. Ibu pasien harus

membuat berbagai alasan agar pasien mau berobat ke Rumah Sakit Sidoarjo.

PARTNERSHIP

Berdasarkan wawancara dengan ibu pasien, pasien sebagai anak tertua dalam

keluarga memang sering memikirkan masalah keluarga mereka. Namun

setelah sakit, ibu pasien berusaha untuk mengurus masalah dalam keluarga

sendirian dan merahasiakannya dari pasien.

27

Page 28: Home Visite Depresi

GROWTH

Ibu pasien selalu mendorong pasien untuk berobat dan memulai untuk

bersosialisasi serta memulai pekerjaan baru. Begitu juga dengan adik-adiknya

yang lain. Saat pasien mengungkapkan keinginannya untuk bekerja yang tidak

terlalu sulit, ibu pasien sangat mendukung. Namun sampai sekarang pasein

belum menjalankan niatnya untuk bekerja lagi.

AFFECTION

Pasien merasa semua anggota keluarga meperlakukan dirinya sangat baik.

semuanya membrikan perhatian terhadap dirinya. Namun saat ditanya soal

iparnya dan hubungan pasien dengan iparnya tersebut, pasien mengatakan

bahwa iparnya tersebut juga berkelakuan baik terhadap dirinya. Dari informasi

ibu pasien, pasien sangat disayang oleh ketiga adik kandungnya. Namun ipar

pasien selalu membuat pertengkaran dengan pasien. Bahkan semua anggota

keluarga yang lainnya tidak begitu senang dengan iparnya ini.

RESOLVE

Pasien mengatakan sangat menyukai diam dirumah bersama keluarganya.

Mengantarkan adiknya dan berkumpul satu rumah dengan iparnya. Begitu

juga dengan ketiga adiknya. Namun Ibu pasien mengatakan di rumah selalu

tegang jika ipar pasien sudah pulang. Apalagi jika ipar pasien memarahi

pasien. Ibu pasien sangat berharap iparnya segera pindah dari rumah yang

ditempatui pasien.

28

Page 29: Home Visite Depresi

APGAR Tn. F (pasien) Terhadap

Keluarga

Sering/

selalu

Kadang-

kadang

Jarang/

tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke

keluarga saya bila saya menghadapi

masalah

P Saya puas dengancara keluarga

saya membahas dan membagi masalah

dengan saya

G Saya puas dengan cara keluarga

saya menerima dan mendukung

keinginan saya untuk melakukan kegiatan

baru atau arah hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya

mengekspresikan kasih sayangnya dan

merespon emosi saya seperti kemarahan,

perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan

saya membagi waktu bersama-sama√

Total poin = 10 fungsi keluarga dalam keadaan baik

Tn. F mengatakan bahwa semua keadaan di rumahnya berjalan dengan baik.

namun hal ini sangat berlainan dengan informasi dari Ibu dan adiknya. Sepertinya

pasien menutup-nutupi keadaan rumahnya.

29

Page 30: Home Visite Depresi

APGAR Ny. K.D (Ibu Pasien)

Terhadap Keluarga

Sering/

selalu

Kadang-

kadang

Jarang/

tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke

keluarga saya bila saya menghadapi

masalah

P Saya puas dengancara keluarga

saya membahas dan membagi masalah

dengan saya

G Saya puas dengan cara keluarga

saya menerima dan mendukung

keinginan saya untuk melakukan kegiatan

baru atau arah hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya

mengekspresikan kasih sayangnya dan

merespon emosi saya seperti kemarahan,

perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan

saya membagi waktu bersama-sama√

Total poin = 7 fungsi keluarga dalam keadaan cukup

Di dalam rumah tangga pasien menjadi pusat keluarga. Pasien merasa selalu puas

saat bisa berkumpul dengan keluarga jika ada masalah, dan merasa puas dapat

menyampaikan setiap emosi dan perasaan yang dirasakan kepada keluar lainnya.

Pasien merasa kurang dalam membagi waktu kebersamaan dengan anggota

keluargaa lainnya, kurang puas dalam cara memecahkan masalah keluarga

bersama, dan kurangnya dukungan dari keluarga ipar akan kegiatan sehari hari.

.

30

Page 31: Home Visite Depresi

APGAR Ny. H (adik perempuan

pasien) Terhadap Keluarga

Sering/

selalu

Kadang-

kadang

Jarang/

tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke

keluarga saya bila saya menghadapi

masalah

P Saya puas dengancara keluarga

saya membahas dan membagi masalah

dengan saya

G Saya puas dengan cara keluarga

saya menerima dan mendukung

keinginan saya untuk melakukan kegiatan

baru atau arah hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya

mengekspresikan kasih sayangnya dan

merespon emosi saya seperti kemarahan,

perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan

saya membagi waktu bersama-sama√

Total poin = 6 fungsi keluarga dalam keadaan cukup

Adik pasien merasa sangat senang karena keluarganya mau pindah ke Surabaya

untuk menemaninya dan mengurus anak-anaknya. Namun pasien merasa kurang

puas dengan hubungan keluarganya dengan mertua dan suaminya dalam hal

hubungan kassih ayang, saling dukung dalam kegiatan sehari-hari, cara

memecahkan masalah bersama, dan membagi waktu bersama.

31

Page 32: Home Visite Depresi

APGAR Ny. H (adik bungsu pasien)

Terhadap Keluarga

Sering/

selalu

Kadang-

kadang

Jarang/

tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke

keluarga saya bila saya menghadapi

masalah

P Saya puas dengancara keluarga

saya membahas dan membagi masalah

dengan saya

G Saya puas dengan cara keluarga

saya menerima dan mendukung

keinginan saya untuk melakukan kegiatan

baru atau arah hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya

mengekspresikan kasih sayangnya dan

merespon emosi saya seperti kemarahan,

perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan

saya membagi waktu bersama-sama√

Total poin = 10 fungsi keluarga dalam keadaan baik

Adik pasien yang paling bungsu adalah anggota keluarga yang paling netral

fungsinya dalam keluarga. Dia mengatakan nyaman dan suka pada semua anggota

keluarganya termasuk kakak iparnya. Dari wawancara dengan ibu pasien juga

dapat disimpulkan bahwa adik bungsu pasien saying terhadap kakaknya,

keponakan dan iparnya.

Skor APGAR dari Adik laki-laki pasien yang kedua dan ipar pasien tidak dapat

dilakukan karena setiap kunjunganrumah, kedua anggota keluarga ini tidak dapat

dijumpai.

32

Page 33: Home Visite Depresi

C. SCREEM

SUMBER PATHOLOGY KET

Sosial Interaksi pasien dengan keluarga kuraang

harmonis. Terutama dengan ipar pasien.

Selalu terjadi suasanya yang menegangkan

di rumah yang pasien tempati.

+

Cultural Pasien masih sulit untuk melakukan

kegiatan dan kebudayaan. Setiap hajatan

dan kegiatan kegiatan tetangga tidak dapat

pasien ikuti. Namun dari cara menyambut

Dokter Muda kunjungan rumah masih

menunjukkan kesopanan walaupuun setiap

jawaban pertanyaan dan obrolannya singkat

dan minimal ide.

+

Religius

Agama menawarkan

pengalaman spiritual

yang baik untuk

ketenangan individu

yang tidak didapatkan

dari yang lain

Pemahaman pasien agama masih cukup. Di

dalam kamarnya masih terdapat Al Qur’an.

Ibu dan adik perempuan pasien masih

menggunakan jilbab saat Dokter Muda

melakukan kunjungan rumah. Namun pasien

kurang minat dalam membaca Al Qur’an.

-

Ekonomi Ekonomi keluarga ini masih tergolong

ekonomi rata-rata. Rumah pasien cukup

memadai. Namun untuk memenuhi

kebutuhan berobat pasien, keuangan

keluarga masih kurang. Hal ini terjadi

karena keuangan keluarga pasien dibiayai

dari kiriman ayahnya dar Aceh. Walaupun

adik pasien dan suaminya (ipar pasien)

sudah bekerja, namun mereka berdua telah

memiliki keluarga sendiri dan jarang

+

33

Page 34: Home Visite Depresi

SUMBER PATHOLOGY KET

memberikan bantuan kepada keluarga

pasien.

Edukasi Tingkat pendidikan pasien cukup tinggi.

Anggota keluarga lainnya juga

berpendidikan tinggi. Dan akses terhadap

pengetahuan dan informasi baru dapat

dengan mudah dijangkau.

-

Medical

Pelayanan kesehatan

puskesmas memberikan

perhatian khusus

terhadap kasus

penelitian.

Pasien untuk berobat dan memenuhi

kebutuhan kehidupan sehari-hari masih

kurang. Oleh karena itu pasien memutuskan

untuk mengurus program jamkesda dan

dengan adanya program pembayaran ini,

keluarga pasien merasa sangat tertolong dan

dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari

dengan berkecukupan.

-

Keterangan : Keluarga memiliki masalah dalam hubungan sosial dengan anggota

keluarga, cultural dalam pergaulan dalam masyarakat, ekonomi yang serba

berkecukupan, dan sebelumnya memiliki masalah dalam pengobatan. Namun

setelah adanya layanan Jamkesda, pasien menjadi sangat terbantu.

D. KARAKTERISTIK DEMOGRAR KELUARGA

34

Page 35: Home Visite Depresi

Alamat lengkap : Ds. Sido Kepung, RT 13/RW 03, Buduran, Sidoarjo

Bentuk Keluarga : Extended Family

Sumber : Data Primer, 10 Juni 2013

E. Informasi Pola Interaksi Keluarga

35

Ny. K.D Tn. A.H 52 th 56 th Ibu Pasien Ayah Pasien

Tn. F Ny. H Tn. A An. A An. E26 tahun 24 tahun 35 tahun 16 tahun 14 tahun Pasien Adik Ipar Adik Adik

An. S An. N 2 tahun 9 bulan Keponakan Keponakan

Page 36: Home Visite Depresi

Keterangan : Hubungan baik

Hubungan tidak baik

Hubungan antara pasien dengan anggota keluarganya baik. Namun hubungan

pasien dengan iparnya buruk dan sering terjadi perselisihan di antara mereka

berdua.

F. Pertanyaan Sirkuler

36

Ayah Pasien Ibu Pasien

Ipar Adik

Keponakan

Pasien Adik Adik

Keponakan

Page 37: Home Visite Depresi

1. Ketika penderita jatuh sakit apa yang harus dilakukan oleh Ibu?

Jawab :

Ibu membawa pasien berobat ke Rumah sakit dan berdoa serta meminta

didoakan oleh pemuka agama.

2. Ketika Ibu bertindak seperti itu apa yang dilakukan oleh Ayah ?

Jawab :

Ayah mendukung apa yang dilakukan ibu dan memberikan dukungan

melalui telpon serta ikut mengantarkan pasien berobat jika pulang ke

Surabaya.

3. Ketika ayah seperti itu apa yang dilakukan anggota keluarga yang lain?

Jawab :

Ikut mendukung dan membantu. Ipar pasien pun ikut mendukung hal

tersebut.

4. Kalau butuh dirawat ijin siapa yang dibutuhkan?

Jawab :

Ijin dari ibu, karena ibu yang paling dekat dengan pasien. Namun ayah

pasien juga dapat dimintai persetujuan.

5. Siapa anggota keluarga yang terdekat dengan penderita?

Jawab :

Anggota keluarga yang dekat dengan penderita adalah adik laki-laki

pasien.

6. Siapa yang secara emosional jauh dari penderita?

Jawab :

Ayah pasien.

7. Siapa yang selalu tidak setuju dengan pasien?

Jawab :

Ipar pasien.

8. Siapa yang biasanya tidak setuju dengan anggota keluarga lainnya?

Jawab :

Ipar pasien.

37

Page 38: Home Visite Depresi

BAB III

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI KESEHATAN

A. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga

1. Faktor Perilaku Keluarga

Pasien merupakan anak pertama dalam keluarganya. Setiap harinya

sebelum sakit pasien adalah anak yang taat akan orang tua. Tidak suka

merokok dan mengikuti pergaulan yang buruk. Pasien memiliki hobi main

basket dan berteman baik dengan teman sekolahnya. Sampai keluarga

pasien sering kedatangan teman pasien untuk berbuka puasa saat bulan

puasa tiba.

Pasien kesehariannya sering diam di rumah dan jarang keluar

rumah, kecuali jika ada kegiatan yang penting. Pasien sering bercerita

dengan keluarganya, terutama dengan adik laki-lakinya. Namun setelah

ayah pasien berangkat ke Aceh, pasien menjadi sering merenung dan

merasa memiliki peran yang harus lebih besar di dalam keluarga karena

sebagai anak tertua.

Pasien yang tidak pernah merantau dan bergaul di luar rumah dan

sekolah, membuat pasien sering dikerjai saat bekerja oleh teman

sekerjanya. Hingga pasien sampai 2 kali tidak nyaman untuk bekerja.

Ayah pasien yang bekerja jauh di Aceh membuat setip keputusan harus

diambil dengan pertimbangan ibu pasien.

Kepindahan keluarga pasien dari Jawa Tengah dan tinggal di

Surabaya membuat pasien dan keluarga harus menyesuaikan kehidupan di

daerah baru. Ditambah lagi dengan perlakuan dari ipar dan keluar gari

suami adik pasien yang bersikap keras terhadap pasien membuat pasien

bertambah merasa tertekan. Suasana di rumah yang terus tegang dan sikap

ipar pasien yang tidak suka dengan pasien, membuat pasien tidak nyaman

38

Page 39: Home Visite Depresi

tinggal di rumah. Ditambah dengan ayah pasien yang tinggal jauh di Aceh,

membuat keadaan dan suasa di dalam keluar bertambah buruk.

2. Faktor Non Perilaku

Perekonomian keluarga pasien termasuk keluarga menengah rata-

rata. Setiap bulannya ayah pasien mengirimkan uang 2,5 juta rupiah. Ibu

pasien harus mengatur pembelanjaan keuangan agar mencukupi untuk

memenuhi kebutuhan satu bulan. Keluar pasien termasuk keluarga yang

sederhana.

Rumah pasien termasuk rumah dengan besar yang cukup untuk

keluarga inti. Terdiri dari 3 kamar tidur, 1 ruang tengah, 1 kamar tamu,

dapur dan 1 kamar mandi. Di lantai atas terdapat tempat untuk menjemur

pakaian. Karena pasien tinggal dengan adiknya beserta ipar dan

keponakannya maka rumah itu terlihat sangat padat. Ibu pasien tidur

dengan adik perempuan pasien yang paling bungsu dalam satu kamar,

pasien tidur dengan adik laki-laki pasien satu kamar, dan adik perempuan

pasien dan suaminya beserta keponakan pasien tidur dalam satu kamar.

Jadi pasien kurang memiliki privasi dalam kamarnya.

B. Identifikasi Lingkungan Rumah

Gambaran Lingkungan

Pasien tingal di dalam perumahan dengan rumah berukuran 10 m x

8 m. Rumah satu dengan rumah yang lainnya yang bertetanggaan saling

berdempetan dan hanya dibatasi oleh tembok rumah. Jalan di depan rumah

pasien juga sempit berukuran satu setengah lebar mobil, dan terdapat

rumah tetangga. Sehingga antara satu rumah dengan rumah di seberangnya

saling berhadapan.

Terdapat 3 kamar tidur, 1 kamar tamu, 1 kamar mandi, kamar

tengah dan dapur yang langsung bergabung dengan kamar tengah. Lantai

rumah telah dipasang keramik, tembok warna putih bersih. Terdapat 3

lemari yang berjejer di kamar tengah, sehingga membuatnya tampak

39

Page 40: Home Visite Depresi

sempit. Terdapat 2 jendela yang berada di depan rumah berada di kamar

tamu. Satu pintu keluar di depan rumah dan di belakang rumah terdapat

tangga ke lantai atas tempat menjemur pakaian. Kamar tengah, dapur dan

kamar mandi berada dalam satu jalur dalam ruangan. Hal ini membuat

dapur menjadi sangat sempit dan jalan akses untuk masuk ke dalam kamar

mandi harus lewat di dalam dapur dan yang sangat sempit. Hal ini

membuat pandangan dapur menjadi terlihat kumuh dan agak kotor.

Baju pasien di dalam kamar berantakan. Tidak ada ventilasi di

dalama kamar pasien, membuat kamarnya menjadi lembab dan berbau

kuarng enak karena baju pasien berada berantakan di atas kasur pasien.

Ditambah di dalam kamar tidak ada ruang untuk menaruh lemari membuat

baju pasien dan adiknya bergantungan di pintu dan tempat gantungan baju

di dinding kamar.

Atap terbuat dari genting dan lantai atas langsung menjadi atap di

bagian belakang rumah. Tidak ada ventilasi udara di bagian belakang

rumah. Setiap kamar terdapat tempat tidur. Namun hanya kamar adik

pasien dan suaminya saja yang ada dipannya, sedangkan kamar lainnya

tidak ada dipannya. Setiap kamar berisi satu buah televisi, di kamar tengah

terdapat computer PC dan sebuah laptop yang sering dipakai oleh adik

laki-laki pasien. Penerangan di setiap ruangan cukup.

Pasien menggunakan sumber air bersih dari PDAM. Terdapat 3

buah kran. Masing-masing berada di dapur dengan wastafel, kamar mandi

dan di halaman depan. Pasien memasak dengan kompor gas, dan tabung

yang terlihat adalah tabung 3 kg. perabotan rumah tetangga cukup dan di

dalam kamar tamu terdapat satu set tempat duduk dari kayu yang dihias.

40

Page 41: Home Visite Depresi

DENAH RUMAH

dapur K. mandi

K. tengah

K. tidur

K. tidur

10 m

K. TIDUR

R.TAMU

8 m

Keterangan :

: Tembok bata

: Pintu

: Jendela

41

Page 42: Home Visite Depresi

BAB IV

DAFTAR MASALAH

1. Masalah aktif :

Keadaan depresi berulang dengan gelajal ini depresi sedang tanpa gejala

somatic.

2. Faktor resiko :

Kondisi dan suasana keluarga yang kurang harmonis, terutama ketegangan

dan permusuhan dengan ipar pasien.

DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN

(Menggambarkan hubungan antra timbulnya masalah kesehatan kesehatan yang

ada dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien)

42

Tn.F 26 tahun Gejala Kini Depresi

Sedang

1. Ketegangan dengan ipar pasien

2. Keadaan pasien yang belum siap untuk bersosialisasi.

3. keadaan rumah yang padat.

Page 43: Home Visite Depresi

BAB V

PATIENT MANAGEMENT

A. PATIENT CENTERED MANAGEMENT

1. Suport Psikologis

Bagi pasien Psikiatri, support psikologis merupakan suatu hal

paling penting untuk dilakukan. Memberikan dukungan, motivasi dan

menghindarkan pasien dari keadaan stress sangatlah penting untuk

dilakukan. Bagi pasien ini hal yang dapat dilakukan adalah memngurangi

ketegangan di dalam rumah, memberikan motivasi kepada pasien untuk

mulai memasuki kehidupan sosial. Misalnya berinteraaksi dengan tetangga

dengan mengikuti kegiatan rutin warga (sholat berjemaah, jalan sore di

sekitar areal perumahan), memotivasi pasien untuk memulai pekerjaan

yang ringan miisalnya berjualan, membuat industri kecil yang tidak terlalu

berat bagi pasien. Memberikan bimbingan kepada pasien secara perlahan

akan cara bersosialisasi, bekerja dan belajar.

Jika pasien menemui masalah dalam melakukan kehidupan sehari-

harinya, dapat dilakukan konseling/wawancara dengan dokter psikiatri

bagaimana cara pemecahan yang paling baik dilakukan kepada pasien.

Pasien dapat diberikkan kesibukan di dalam rumah yang ringan misalnya

menyapu halaman rumah, membersihkan kamar tidurnya sendiri,

membersihkan rumah dan yang sudah dilakukan pasien adalah

mengantarkan adiknya ke sekolah, bermain basket dan jika bisa, dapat

ditambahkan lagi kegiatan-kegiatan lainnya.

2. Penentraman Hati

Penentraman hati ini sangat penting juga dilakukan. Karena pasien

masih menolak terhadap dirinya bahwa sakit, maka jangan memaksakan

kepada pasien untuk berobat atau jangan mencoba memaksakan

menanamkan kepada dirinya bahwa dirinya sakit. Jika pasien tidak mau

43

Page 44: Home Visite Depresi

berobat, bujuk pasien bahwa dirinya tidak berobat. Hanya melakukan

pemeriksaan rutin kesehatan bulanan saja. Menanamkan kepada pasien

bahwa keadaannya sekarang ini tidak akan membuat pasien dikucilkan

atau dijauhi.

Membiarkan pasien mengungkapkan perasaaannya secara panjang

lebar, walaupun hal itu sudah sering kali dilakukan dan berulang-ulang.

Tanamkan kepada diri pasien kepercayaan diri saat melakukan hal baru.

Tanamkan kepada dirinya bahwa dirinya mampu untuk melakukannya.

Secara halus, keluarga pasien harus melakukkan penjaminan

bahwa pasien akan dapat bekerja kembali dan melakukan kegiatan sehari-

hari seperti yang dilakukan pasien sebelum pasien sakit.

3. Penjelasan, Basic Konseling dan Pendidikan Pasien

Setiap anggota keluarga harus memahami keadaan pasien, dan

mencoba memberikan alasan yang rasional mengapa hal itu terjadi.

Konseling sebaiknya dilakukan oleh dokter atau dokter ahli psikiatri baik

kepada pasien sendiri dan kepada keluargnya. Namun dalam permasalah

yang tidak terlalu berat, keluarga dapat melakukan konseling dasar dengan

tujuan membesarkan hati pasien.

Pendidikan terhadap pasien harus dilakukan secara berkelanjutan

dan tidak menutup kemungkinan sampai bertahun-tahun lamanya. Mulai

dari pendidikan kerja dan pembiasaan diri untuk bersosialisasi.

4. Menimbulkan rasa percaya diri dan tanggung jawab pada diri sendiri

Pasien psikiatri belum dapat diberikan tanggung jawab penuh

terhadap diri sendiri maupun tanggung jawab untuk keppentingan orang

lain. Penumbuhan percaya diri harus dilakukan namun dengan cara yang

halus dan pelan-pelan. Mulai dari memberikan pujian, dan memotivasi

untuk memulai kegiatan yang baru.

44

Page 45: Home Visite Depresi

5. Pengobatan

Medikamentosa dan non medikamentosa seperti yang tertera dalam

penatalaksanaan.

B. PREVENSI UNTUK KELUARGA LAINNYA (SUAMI,

ANAK, DAN KELUARGA LAINNYA)

Pada dasarnya keadaan kejiwaan seseorang ditentukan oleh genetic, dan

perkebangan kepribadian dan cara menghadapi stress (kematangan) dalam

kehidupannya. Jadi setiap anggota memiliki kerentanan dalam menderita

penyakit ini.

45

Page 46: Home Visite Depresi

BAB VI

TINJAUAN PUSTAKA

A. LATAR BELAKANG

Masalah kejiwaan adalah suatu maslah yang sulit dan memerlukaan penanganan

yang lama. Mulai dari terapi dengan pengobatan maupun terapi dengan prilaku

dan dukungan keluarga dan sosial lainnya. Tuntutan hidup yang bertambah

banyak juga membuat beban setiap orang semakin bertambah. Teruttama keadaan

yang mengarah kepada depresi dan kecemasan yang tidak rasional. Hal ini

membuat angka kesakitan jiwa semakin bertambah banyak dijumpai. Maka dari

itu pengetahui tentang keadaan ini sangat diperlukan.

B. DEFINISI DEPRESI

Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan

dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan

pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan,

rasa putus asa dan tidak berdaya, serta bunuh diri. Depresi adalah suatu kondisi

yang dapat disebabkan oleh defisiensi relatif salah satu atau beberapa aminergik

neurotransmiter (noradrenalin, serotonin, dopamin) pada sinaps neuron di SSP

(terutama pada sistem limbik). Menurut Kaplan, depresi merupakan salah satu

gangguan mood yang ditandai oleh hilangnya perasaan kendali dan pengalaman

subjektif adanya penderitaan berat. Mood adalah keadaan emosional internal yang

meresap dari seseorang, dan bukan afek, yaitu ekspresi dari isi emosional saat itu

(Kaplan, 2010).

C. Etiologi Depresi

Kaplan menyatakan bahwa faktor penyebab depresi dapat secara buatan dibagi

menjadi faktor biologi, faktor genetik, dan faktor psikososial.

1. Faktor biologi

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat kelainan pada amin

biogenik, seperti: 5 HIAA (5-Hidroksi indol asetic acid), HVA (Homovanilic

46

Page 47: Home Visite Depresi

acid), MPGH (5 methoxy-0-hydroksi phenil glikol), di dalam darah, urin dan

cairan serebrospinal pada pasien gangguan mood. Neurotransmiter yang

terkait dengan patologi depresi adalah serotonin dan epineprin. Penurunan

serotonin dapat mencetuskan depresi, dan pada pasien bunuh diri, beberapa

pasien memiliki serotonin yang rendah. Pada terapi despiran mendukung

teori bahwa norepineprin berperan dalam patofisiologi depresi (Kaplan,

2010). Selain itu aktivitas dopamin pada depresi adalah menurun. Hal

tersebut tampak pada pengobatan yang menurunkan konsentrasi dopamin

seperti Respirin, dan penyakit dimana konsentrasi dopamin menurun seperti

parkinson, adalah disertai gejala depresi. Obat yang meningkatkan

konsentrasi dopamin, seperti tyrosin, amphetamine, dan bupropion,

menurunkan gejala depresi (Kaplan, 2010).

2. Disregulasi neuroendokrin.

Hipotalamus merupakan pusat pengaturan aksis neuroendokrin, menerima

input neuron yang mengandung neurotransmiter amin biogenik. Pada pasien

depresi ditemukan adanya disregulasi neuroendokrin. Disregulasi ini terjadi

akibat kelainan fungsi neuron yang mengandung amin biogenik. Sebaliknya,

stres kronik yang mengaktivasi aksis Hypothalamic-Pituitary-Adrenal (HPA)

dapat menimbulkan perubahan pada amin biogenik sentral. Aksis

neuroendokrin yang paling sering terganggu yaitu adrenal, tiroid, dan aksis

hormon pertumbuhan. Aksis HPA merupakan aksis yang paling banyak

diteliti (Landefeld et al, 2004). Hipersekresi CRH merupakan gangguan aksis

HPA yang sangat fundamental pada pasien depresi. Hipersekresi yang terjadi

diduga akibat adanya defek pada sistem umpan balik kortisol di sistem limpik

atau adanya kelainan pada sistem monoaminogenik dan neuromodulator yang

mengatur CRH (Kaplan, 2010). Sekresi CRH dipengaruhi oleh emosi. Emosi

seperti perasaan takut dan marah berhubungan dengan Paraventriculer

nucleus (PVN), yang merupakan organ utama pada sistem endokrin dan

fungsinya diatur oleh sistem limbik. Emosi mempengaruhi CRH di PVN,

yang menyebabkan peningkatan sekresi CRH (Landefeld, 2004). Pada orang

47

Page 48: Home Visite Depresi

lanjut usia terjadi penurunan produksi hormon estrogen. Estrogen berfungsi

melindungi sistem dopaminergik negrostriatal terhadap neurotoksin seperti

MPTP, 6 OHDA dan methamphetamin. Estrogen bersama dengan

antioksidan juga merusak monoamine oxidase (Unutzer dkk, 2002).

3. Kehilangan saraf atau penurunan

neurotransmiter.

Sistem saraf pusat mengalami kehilangan secara selektif pada sel – sel saraf

selama proses menua. Walaupun ada kehilangan sel saraf yang konstan pada

seluruh otak selama rentang hidup, degenerasi neuronal korteks dan

kehilangan yang lebih besar pada sel-sel di dalam lokus seroleus, substansia

nigra, serebelum dan bulbus olfaktorius (Lesler, 2001). Bukti menunjukkan

bahwa ada ketergantungan dengan umur tentang penurunan aktivitas dari

noradrenergik, serotonergik, dan dopaminergik di dalam otak. Khususnya

untuk fungsi aktivitas menurun menjadi setengah pada umur 80-an tahun

dibandingkan dengan umur 60-an tahun (Kane dkk, 1999).

4. Faktor Genetik

Penelitian genetik dan keluarga menunjukkan bahwa angka resiko di antara

anggota keluarga tingkat pertama dari individu yang menderita depresi berat

(unipolar) diperkirakan 2 sampai 3 kali dibandingkan dengan populasi umum.

Angka keselarasan sekitar 11% pada kembar dizigot dan 40% pada kembar

monozigot (Davies, 1999).

Oleh Lesler (2001), Pengaruh genetik terhadap depresi tidak disebutkan

secara khusus, hanya disebutkan bahwa terdapat penurunan dalam ketahanan

dan kemampuan dalam menanggapi stres. Proses menua bersifat individual,

sehingga dipikirkan kepekaan seseorang terhadap penyakit adalah genetik.

5. Faktor Psikososial

Menurut Freud dalam teori psikodinamikanya, penyebab depresi adalah

kehilangan objek yang dicintai (Kaplan, 2010). Ada sejumlah faktor

48

Page 49: Home Visite Depresi

psikososial yang diprediksi sebagai penyebab gangguan mental pada lanjut

usia yang pada umumnya berhubungan dengan kehilangan. Faktor

psikososial tersebut adalah hilangnya peranan sosial, hilangnya otonomi,

kematian teman atau sanak saudara, penurunan kesehatan, peningkatan

isolasi diri, keterbatasan finansial, dan penurunan fungsi kognitif (Kaplan,

2010) Sedangkan menurut Kane, faktor psikososial meliputi penurunan

percaya diri, kemampuan untuk mengadakan hubungan intim, penurunan

jaringan sosial, kesepian, perpisahan, kemiskinan dan penyakit fisik (Kane,

1999). Faktor psikososial yang mempengaruhi depresi meliputi: peristiwa

kehidupan dan stressor lingkungan, kepribadian, psikodinamika, kegagalan

yang berulang, teori kognitif dan dukungan sosial (Kaplan, 2010). Peristiwa

kehidupan dan stresor lingkungan. Peristiwa kehidupan yang menyebabkan

stres, lebih sering mendahului episode pertama gangguan mood dari episode

selanjutnya. Para klinisi mempercayai bahwa peristiwa kehidupan memegang

peranan utama dalam depresi, klinisi lain menyatakan bahwa peristiwa

kehidupan hanya memiliki peranan terbatas dalam onset depresi. Stressor

lingkungan yang paling berhubungan dengan onset suatu episode depresi

adalah kehilangan pasangan (Kaplan, 2010). Stressor psikososial yang

bersifat akut, seperti kehilangan orang yang dicintai, atau stressor kronis

misalnya kekurangan finansial yang berlangsung lama, kesulitan hubungan

interpersonal, ancaman keamanan dapat menimbulkan depresi (hardywinoto,

1999). Faktor kepribadian. Beberapa ciri kepribadian tertentu yang terdapat

pada individu, seperti kepribadian dependen, anankastik, histrionik, diduga

mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya depresi. Sedangkan kepribadian

antisosial dan paranoid (kepribadian yang memakai proyeksi sebagai

mekanisme defensif) mempunyai resiko yang rendah (Kaplan, 2010). Faktor

psikodinamika. Berdasarkan teori psikodinamika Freud, dinyatakan bahwa

kehilangan objek yang dicintai dapat menimbulkan depresi (Kaplan, 2010).

Dalam upaya untuk mengerti depresi, Sigmud Freud sebagaimana dikutip

Kaplan (2010) mendalilkan suatu hubungan antara kehilangan objek dan

melankolia. Ia menyatakan bahwa kekerasan yang dilakukan pasien depresi

49

Page 50: Home Visite Depresi

diarahkan secara internal karena identifikasi dengan objek yang hilang. Freud

percaya bahwa introjeksi mungkin merupakan cara satu-satunya bagi ego

untuk melepaskan suatu objek, ia membedakan melankolia atau depresi dari

duka cita atas dasar bahwa pasien terdepresi merasakan penurunan harga diri

yang melanda dalam hubungan dengan perasaan bersalah dan mencela diri

sendiri, sedangkan orang yang berkabung tidak demikian. Kegagalan yang

berulang. Dalam percobaan binatang yang dipapari kejutan listrik yang tidak

bisa dihindari, secara berulang-ulang, binatang akhirnya menyerah tidak

melakukan usaha lagi untuk menghindari. Disini terjadi proses belajar bahwa

mereka tidak berdaya. Pada manusia yang menderita depresi juga ditemukan

ketidakberdayaan yang mirip (Kaplan, 2010). Faktor kognitif. Adanya

interpretasi yang keliru terhadap sesuatu, menyebabkan distorsi pikiran

menjadi negatif tentang pengalaman hidup, penilaian diri yang negatif,

pesimisme dan keputusasaan. Pandangan yang negatif tersebut menyebabkan

perasaan depresi (Kaplan, 2010)

D. Gambaran Klinis

Depresi pada lansia adalah proses patoligis, bukan merupakan proses normal

dalam kehidupan. Umumnya orang-orang akan menanggulanginya dengan

mencari dan memenuhi rasa kebahagiaan. Bagaimanapun, lansia cenderung

menyangkal bahwa dirinya mengalami depresi. Gejala umumnya, banyak diantara

mereka muncul dengan menunjukkan sikap rendah diri, dan biasanya sulit untuk

didiagnosa (Evans, 2000).

Perubahan Fisik

1. Penurunan nafsu makan.

2. Gangguan tidur.

3. Kelelahan dan kurang energy

4. Agitasi.

5. Nyeri, sakit kepala, otot keran dan nyeri, tanpa penyebab fisik.

50

Page 51: Home Visite Depresi

Perubahan Pikiran

1. Merasa bingung, lambat dalam berfikir, penurunan konsentrasi dan sulit

mengungat informasi.

2. Sulit membuat keputusan dan selalu menghindar.

3. Kurang percaya diri.

4. Merasa bersalah dan tidak mau dikritik.

5. Pada kasus berat sering dijumpai adanya halusinasi ataupun delusi.

6. Adanya pikiran untuk bunuh diri.

Perubahan Perasaan

1. Penurunan ketertarikan ddengan lawan jenis dan melakukan hubungan

suami istri.

2. Merasa bersalah, tak berdaya.

3. Tidak adanya perasaan.

4. Merasa sedih.

5. Sering menangis tanpa alas an yang jelas.

6. Iritabilitas, marah, dan terkadang agresif.

Perubahan pada Kebiasaan Sehari-hari

1. Menjauhkan diri dari lingkungan sosial, pekerjaan.

2. Menghindari membuat keputusan.

3. Menunda pekerjaan rumah.

4. Penurunan aktivitas fisik dan latihan.

5. Penurunan perhatian terhadap diri sendiri.

6. Peningkatan konsumsi alcohol dan obat-obatan terlarang.

E. Derajat Depresi dan Penegakan Diagnosis

Gangguan depresi pada usia lanjut ditegakkan berpedoman pada PPDGJ III

(Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa III) yang merujuk pada ICD

10 (International ClassificationDiagnostic 10). Gangguan depresi dibedakan

51

Page 52: Home Visite Depresi

dalam depresi berat, sedang, dan ringan sesuai dengan banyak dan beratnya gejala

serta dampaknya terhadap fungsi kehidupan seseorang (Maslim,2000).

Gejala Utama

a. Perasaan depresif

b. Hilangnya minat dan semangat

c. Mudah lelah dan tenaga hilang

Gejala Lain

a. Konsentrasi dan perhatian menurun

b. Harga diri dan kepercayaan diri menurun

c. Perasaan bersalah dan tidak berguna

d. Pesimis terhadap masa depan

e. Gagasan membahayakan diri atau bunuh diri

f. Gangguan tidur

g. Gangguan nafsu makan

h. Menurunnya libido

Tabel 6.1 Tingkat Depresi

Tingkat

Depresi

Gejala

Utama

Gejala lain Fungsi Keterangan

ringan 2 2 Baik -

Sedang 2 3-4 Terganggu Nampak

distress

Berat 3 > 4 Sangat

Terganggu

Sangat

distress

52

Page 53: Home Visite Depresi

BAB VII

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Segi Psikologi :

Paien Tn. F mengalami keadaan Depresi berulang dengan gejala kini depresi

sedang tanpa gejala somatic.

Segi Somatik :

Pasien memiliki gejala konjungtivitis

B. SARAN

1. Untuk masalah medis dilakukan langkah-langkah :

- Preventif :

Dalam hal ini harus selalu diusahan untuk menjaga keadaan dalam rumah

yang harmonis. Ibu pasien merupakan salah satu orang yang rentan, karena

menjadi pusat keluarga.

- Promotif :

Melakukan rekreasi dengan keluarga dan olahraga rutin bersama. Selain

menjaga kesehatan jasmani, hal ini dapat mempererat komunikasi dan

hubungan di antara keluarga.

- Kuratif :

Saat ini pasien sudah jauh membaik dari sebelumnya dengan depresi berat

dengan gejala psikotik. Terapi sekarang aadalah dengan memberikan

fluoxetine 10 mg 2 kali 1 dan THD 2 x ½ tab untuk mengatasi masalah

hipokinetiknya.

- Rehabilitatif : mengembalikan kepercayaan diri pasien sehingga tetap

memiliki semangat menjalani aktivitas seperti biasanya.

53