Home Visite Ayodya

30
Ners UMS 2010 1

Transcript of Home Visite Ayodya

Page 1: Home Visite Ayodya

Ners UMS 2010

1

Page 2: Home Visite Ayodya

LEMBAR PENGESAHAN

Dalam rangka memenuhi tugas Keperawatan JiwaTgl 4 November 2011

Muh Akbar Nugroho J230103032Ria Mahardini J230103036

Eviyati Sariningrum J230103044 Thomas Ari Wibowo J230103048

Budi Setiawan J230103056Suci Ambarwati J230103060Robbi Arsyadani J230103076

Mengetahui dan Menyetujui,

Pembimbing Akademis, Pembimbing Klinis,

(Arum Pratiwi S. Kp, M. Kes.) (Joko Sri Pujiyanto, S.Kep, Ns.)

Page 3: Home Visite Ayodya

KUNJUNGAN RUMAH

A. IDENTITAS KLIEN

Nama : Sdr. M

Umur : 14 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Suku : Jawa

Agama : Islam

Pekerjaan : -

Alamat : Gumuk Rt : 03/Rw : 02, Giriroto, Ngemplak, Boyolali

Pendidikan : SD

B. Latar Belakang

Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk

meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang terkonstribusi pada fungsi yang

terintergrasi baik individu, keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. Perawat

psikiatri memberikan asuhan sepanjang rentang asuhan. Perawatan ini termasuk

intervensi yang berhubungan dengan pencegahan primer, sekunder dan tersier.

Intervensi keperawatan yang spesifik dalam pencegahan primer termasuk penyuluhan

kesehatan, pengubahan lingkungan dan dukungan sistem sosial. Memperkuat

dukungan sosial adalah cara untuk menahan atau menghancurkan pengaruh dari

peristiwa yang potensial menimbulkan keadaan stress.

C. Tujuan Kunjungan Rumah

1. Tujuan Umum

Untuk mengimplementasikan intervensi lanjutan kepada keluarga klien dalam

melibatkan peran serta keluarga dalam proses penyembuhan klien.

Page 4: Home Visite Ayodya

2. Tujuan Khusus

a) Untuk memvalidasi data – data klien / informasi tentang klien

b) Melakukan implementasi yaitu penyuluhan kesehatan kepada keluarga klien.

c) Memotivasi peran serta keluarga dalam proses penyembuhan klien.

D. Data Fokus

Klien dirawat dirumah sakit sejak tanggal 15 September 2011 dengan diagnose

Skizofrenia Paronoid. Klien pulang pada hari rabu tanggal 26 oktober 2011. Klien

masuk RSJ dengan alasan 1,5 bulan yang lalu klien bingung gelisah mundar mandir

ngluyur, sering berkata jorok pada ibunya, dan sering ngamuk, Riwayat penyakit

dahulu pernah dirawat 1 kali. Pengkajian yang dilakukan tanggal 25 Oktober 2011

didapatkan data bahwa klien mengetahui jika berada dirumah sakit jiwa, klien

mendengar suara aneh yang menyuruhnya untuk mencari batu bata untuk membangun

masjid.

E. Rencana Intervensi Keperawatan

1. Rencanakan interaksi perawat dengan keluarga klien

2. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga klien

3. Kaji pengetahuan keluarga tentang perawatan klien

4. Motivasi keluarga untuk berpartisipasi dalam perawatan klien

5. Beri reinforcement pada keluarga

F. Rencana Interaksi

No Rencana InteraksiDilakukan

Hasil/ModifikasiY T

1 Tahap Pre Interaksi

Eksplorasi perasaan, fantasi dan

ketakutan diri perawat.

Mengumpulkan data klien

Membuat rencana interaksi, waktu : 30

menit

Page 5: Home Visite Ayodya

Tempat : rumah keluarga klien

Topik :

Membina hubungan saling percaya

Klarifikasi masalah klien

Mengkaji pengetahuan keluarga

tentang perawatan klien

Memberi penyuluhan kesehatan jiwa

tentang perawatan dan pencegahan

kekambuhan

2 Tahap Orientasi

“Selamat Pagi pak/bu….. maaf mengganggu

waktu istirahat bp/ Ibu, apa benar ini

rumahnya keluarga Sdr M?”

Iya benar..

“Perkenalkan kami Mahasiswa keperawatan

UMS, nama saya Muh Akbar Nugroho. Saya

datang bersama teman-teman saya. Kami

adalah perawat yang saat ini sedang dinas di

RSJD Surakarta, di ruangan dimana Sdr M

di rawat.

“Sore ini kami ingin berdiskusi mengenai

perawatan yang sebaiknya dilakukan oleh

keluarga setelah Sdr M pulang dari RSJ.

Demikian maksud kedatangan kami, jadi

apakah bapak/ibu bersedia berbincang-

bincang dengan kami? Apabila nanti ada

yang bersifat rahasia kami akan menjamin

kerahasiaannya kecuali demi kepentingan

perawatan dan pengobatan”

Oh..iya, kita sepakati waktu pembicaraan

kita berapa menit bp/ibu? Bagaimana kalau

sekitar 30 menit?... kita bicaranya disini saja

Page 6: Home Visite Ayodya

di rumah bp/ibu.

3. Tahap Kerja

“Sebelum kita mulai pembicaraan, mungkin

ada yang bp/ibu tanyakan atau sampaikan ?”

“Baiklah bisa kita mulai saja ya ?”

“Siapakah anggota keluarga yang paling

dipercaya Sdr S jika punya masalah?”

“Bagaimana perawatan keluarga terhadap

Sdr M selama ini? Apakah dia masih sering

mengamuk dirumah?”

“Apa harapan bapak/ibu… setelah Sdr M

berada di rumah?”

“Baiklah, saya akan sedikit menjelaskan

kondisi yangSdr M alami dan hal-hal yang

bisa keluarga lakukan untuk membantu

meningkatkan pemulihan dan mencegah

kekambuhan Sdr M!”

Mulai Penyuluhan sesuai SAP

4. Tahap Terminasi

“Terima kasih bapak/ibu atas bincang-

bincangnya semoga pertemuan kita ini

membawa manfaat untuk kita bersama.”

“Dari pembicaraan tadi bisa saya simpulkan

bahwa ……

“Baik, karena sudah Siang kami mau

pamitan dulu, terima kasih atas waktunya

…. Permisi. Assalamu’alaikum.

Page 7: Home Visite Ayodya

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan : Skizofrenia Paranoid

Sub Pokok Bahasan : Halusinasi dan Perilaku Kekerasan

Sasaran : Keluarga klien Sdr M

Tempat : Rumah keluarga klien Sdr M

Waktu : 30 menit

I. PENDAHULUAN

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia / WHO (World Health Organitation), masalah

gangguan kesehatan jiwa di seluruh dunia sudah menjadi masalah yang sangat serius. WHO

menyatakan paling tidak ada satu dari empat orang di dunia mengalami masalah mental,

diperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan kesehatan jiwa

(Prasetyo, 2006). The Indonesian Psychiatric Epidemiologic Network menyatakan bahwa di

11 kota di Indonesia ditemukan 18,5% dari penduduk dewasa menderita gangguan jiwa

(Prasetyo, 2006).

Berdasarkan Riskesdas (2007) disebutkan, rata-rata nasional gangguan mental

emosional ringan, seperti cemas dan depresi pada penduduk berusia 15 tahun ke atas

mencapai 11,6%, dengan angka tertinggi terjadi di Jawa Barat, sebesar 20%. Sedangkan yang

mengalami gangguan mental berat, seperti psikotis, skizofrenia, dan gangguan depresi berat,

sebesar 0,46%. Untuk gangguan jiwa ringan banyak diderita kaum perempuan, yaitu dua kali

lebih banyak dibanding laki laki. Sedangkan gangguan jiwa berat pada perempuan lebih

ringan dibanding laki-laki. Gangguan jiwa ringan sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial

ekonomi.

Skizofrenia merupakan bentuk psikosis fungsional paling berat dan menimbulkan

disorganisasi personal yang terbesar. Dalam kasus berat, klien tidak mempunyai kontak

dengan realitas sehingga pemikiran dan perilakunya abnormal. Perjalanan penyakit ini secara

bertahap akan menuju kearah kronisitas, Menurut Kaplan dan Sadock (2008), skzizofrenia

merupakan gangguan psikotik yang kronik, sering mereda, namun timbul hilang dengan

manifestasi klonis yang amat luas variasinya. Penyesuaian premorbid, gejala dan perjalanan

penyakit yang amat bervariasi sesungguhnya skizofrenia merupakan satu kelompok gangguan

yang heterogen. Klien dibawa ke Unit Gawat Darurat (UGD) karena hebatnya, gejala,

ketidakmampuan klien untuk merawat dirinya sendiri, tiada daya tilik diri dan keruntuhan

social yang lambat laun terjadi serta menjauhnya klien dari lingkungannya.

Page 8: Home Visite Ayodya

Skizofrenia paranoid yaitu pada tipe ini adanya pikiran-pikiran yang absurd (tidak ada

pegangannya) tidak logis, dan delusi yang berganti-ganti. Sering diikuti halusinasi dengan

akibat kelemahan penilaian kritis (critical judgement)nya dan aneh tidak menentu, tidak dapat

diduga, dan kadang-kadang berperilaku yang berbahaya. Orang-0rang dengan tipe ini

memiliki halusinasi dan delusi yang sangat mencolok,yang melibatkan tema-tema tentang

penyiksaan dan kebesaran (toernry, 1995, Susan Nolen Hoeksema, 2004).

Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi. Bentuk

halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau mendengung, tapi yang paling sering

berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang agak sempurna. Biasanya kalimat

tadi membicarakan mengenai keadaan klien sedih atau yang dialamatkan pada klien itu.

Akibatnya klien bisa bertengkar atau bicara dengan suara halusinasi itu. Bisa pula klien

terlihat seperti bersikap dalam mendengar atau berbicara keras-keras seperti saat ia menjawab

pertanyaan seseorang atau bibirnya bergerak-gerak. Kadang-kadang klien menganggap

halusinasi datang dari setiap tubuh atau diluar tubuhnya. Halusinasi ini kadang-kadang

menyenangkan misalnya bersifat tiduran, ancaman dan lain-lain.

Persepsi merupakan tanggapan indera terhadap rangsangan yang datang dari luar,

dimana rangsangan tersebut dapat berupa rangsangan penglihatan, penciuman, pendengaran,

pengecapan dan perabaan. Interpretasi (tafsir) terhadap rangsangan yang datang dari luar itu

dapat mengalami gangguan sehingga terjadilah salah tafsir (missinterpretation). Salah tafsir

tersebut terjadi antara lain karena adanya keadaan afek yang luar biasa, seperti marah, takut,

excited (tercengang), sedih dan nafsu yang memuncak sehingga terjadi gangguan atau

perubahan persepsi (Triwahono, 2004).

Berdasarkan data rekam medik RSJD Surakarta, setiap bulan terdapat paling tidak 200

klien baru yang memeriksakan diri di poli rawat jalan. Hal ini menunjukkan masih banyak

masyarakat daerah Surakarta dan sekitarnya yang mengalami gangguan jiwa. Sedangkan klien

lama yang memeriksakan diri pada bulan Juli sampai September 2011 adalah sebanyak 4.711

orang (Juli sebanyak 1.711, Agustus sebanyak 1.588, dan September sebanyak 1.412). Tidak

sedikit dari klien tersebut yang harus dirawat inap kembali karena kambuh. Hal ini

disebabkan ada kemungkinan support system yang diberikan keluarga saat di rumah tidak

cukup dalam perawatan klien di rumah. Oleh karena itu diperlukan suatu kunjungan rumah

oleh petugas kesehatan guna memberikan pengertian dan motivasi kepada keluarga dalam

perawatan klien yang mengalami gangguan jiwa.

Page 9: Home Visite Ayodya

II. TUJUAN

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

Setelah diberikan penyuluhan tentang kesehatan jiwa di rumah keluarga klien

selama 1x30 menit diharapkan keluarga mampu merawat Sdr M selama di rumah

dan keluarga mampu memahami tentang halusinasi pendengaran.

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)

Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan jiwa selama 1x30 menit diharapkan

keluarga klien mampu :

1. Menjelaskan pengertian halusinasi pendengaran dan perilaku kekerasan

2. Menyebutkan penyebab halusinasi pendengaran dan perilaku kekerasan

3. Menyebutkan tanda dan gejala halusinasi pendengaran dan perilaku kekerasan

4. Menyebutkan tingkatan halusinasi

5. Menjelaskan penanganan/perawatan klien dengan halusinasi pendengaran dan

perilaku kekerasan dirumah.

III.WAKTU DAN TEMPAT

a. Hari/ Tanggal : Selasa, 4 November 2011

b. Pukul : 09.00 WIB

c. Tempat : Rumah keluarga klien Sdr M

Gumuk Rt 05/Rw 02, Giriroto, Ngemplak, Boyolali

IV. MATERI

Terlampir

V. MEDIA DAN SUMBER BAHAN

Leaflet

LCD

VI. METODE

Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah ceramah, diskusi dan

tanya jawab.

VII. RENCANA PENYULUHAN

No. Kegiatan Penyuluhan Waktu Peserta1. Orientasi

Page 10: Home Visite Ayodya

2.

3.

a. Salamb. Memperkenalkan diric. Menjelaskan tujuanKerja/Tindakan keperawatana. Broadstormingb. Menjelaskan materi tentang

halusinasi:- Pengertian halusinasi

pendengaran- Penyebab halusinasi

pendengaran- Tanda dan gejala halusinasi

pendengaran- Tingkatan halusinasi- Penanganan dan perawatan

halusinasic. Materi tentang PK

- Pengertian PK- Penyebab PK- Tanda dan gejala PK

d. Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya

e.Menjawab pertanyaan yang terkait dengan pertanyaan keluarga klien

Penutup dan salama. relaksasi progresifb. Salam

3 menit

3 menit

14 menit

4 menit

4 menit

2 menit

Menjawab salam

Menjawab

Mendengarkan danMemperhatikan

Menanyakan hal-hal yang belum dimengertiMerespon

Merespon

Menjawab salam

VIII. PENILAIAN KEBERHASILAN

Penilaian keberhasilan dari penyuluhan adalah jika keluarga mampu:

1. Menyebutkan pengertian halusinasi pendengaran.

2. Menyebutkan 3 penyebab halusinasi pendengaran.

3. Menyebutkan 5 tanda gejala halusinasi pendengaran.

4. Menyebutkan 4 tingkatan halusinasi.

5. Menyebutkan 3 cara penanganan dan perawatan klien dengan halusinasi.

Lampiran : Materi

HALUSINASI PENDENGARAN

A. PENGERTIAN

Halusinasi adalah tanggapan (persepsi) pancaidera yang muncul tanpa adanya

rangsangan dari luar atau eksternal. Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari

Page 11: Home Visite Ayodya

gangguan persepsi. Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau

mendengung, tapi yang paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk

kalimat yang agak sempurna. Biasanya kalimat tadi membicarakan mengenai keadaan

klien sedih atau yang dialamatkan pada klien itu.

Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal yang tidak

realita atau tidak ada (Sheila L Videbeck, 2000)

Halusinasi pedengaran adalah persepsi sensori yang salah terhadap stimulus

dengar eksternal yang tidak mampu diidentifikasi (Beck and William, 2000).

Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara manusia, hewan atau mesin,

barang, kejadian alamiah dan musik dalam keadaan sadar tanpa adanya rangsang apapun

(Maramis, 2008).

Halusinasi pendengaran merupakan adanya persepsi sensori pada pendengaran

individu tanpa adanya stimulus eksterna yang nyata (Stuart and Sundeen, 2008).

B. PENYEBAB

Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:

1). Biologis

Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon

neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-

penelitian yang berikut:

a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas

dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik

berhubungan dengan perilaku psikotik.

b) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan

masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya

skizofrenia.

c) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya

atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan

skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian

depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut

didukung oleh otopsi (post-mortem).

2). Psikologis

Page 12: Home Visite Ayodya

Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi

psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan

orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.

3). Sosial Budaya

Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan,

konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang

terisolasi disertai stress.

C. TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala pada klien yang megalami halusinasi menurut Tim Direktorat

Kesehatan Jiwa Bandung (2006) dapat dilihat dari beberapa aspek:

1. Aspek fisik

a. Penampilan diri kurang.

b. Tidur kurang

c. Keberanian kurang

Page 13: Home Visite Ayodya

2. Aspek Emosi

a. Bicara tidak jelas.

b. Merasa malu.

c. Mudah panik.

3. Aspek sosial

a. Duduk menyendiri.

b. Tampak melamun

c. Tidak peduli lingkungan

d. Menghindar dari orang lain.

4. Aspek Intelektual

a. Merasa putus asa

b. Kurang percaya diri.

D. TINGKATAN HALUSINASI

Tahapan terjadinya halusinasi terdiri dari 4 fase menurut Stuart dan Laraia (2001) dan

setiap fase memiliki karakteristik yang berbeda, yaitu:

1) Fase I : Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah

dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk

meredakan ansietas. Di sini klien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai,

menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik sendiri.

2) Fase II : Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai lepas kendali

dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang

dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom akibat

ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung, pernapasan dan

tekanan darah), asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan untuk

membedakan halusinasi dengan realita.

3) Fase III : Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah

pada halusinasi tersebut. Di sini klien sukar berhubungan dengan orang lain,

berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang lain dan berada

dalam kondisi yang sangat menegangkan terutama jika akan berhubungan dengan

orang lain.

4) Fase IV : Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah

halusinasi. Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu

Page 14: Home Visite Ayodya

berespon terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari 1

orang. Kondisi klien sangat membahayakan.

E. PERAN SERTA KELUARGA DALAM MERAWAT HALUSINASI

1. Bantu Mengenal Halusinasi.

a. Bina saling percaya.

b. Diskusikan kapan muncul situasi yang menyebabkan (jika sendiri), isi dan

frekwensi.

2. Meningkatkan Kontak Dengan Realita.

a. Bicara tentang topik yang nyata tidak mengikuti halusinasi.

b. Bicara dengan klien secara sering dan singkat.

c. Buat jadwal kegiatan sehari-hari untuk menghindari kesendirian.

d. Ajak bicara jika tampak klien sedang berhalusinasi.

e. Diskusikan hasil observasi anda.

3. Bantu Menurunkan Kecemasan dan Ketakutan.

a. Temani, cegah isolasi dan menarik diri.

b. Terima halusinasi klien tanpa mendukung dan menyalahkan. Misalnya: “Saya

percaya anda mendengar tetapi saya sendiri tidak dengar”.

c. Beri kesempatan untuk mengungkapkan.

d. Tetap hangat, empati, kalem dan lemah lembut.

Page 15: Home Visite Ayodya

4. Mencegah Klien Melukai Diri Sendiri dan Orang Lain.

a. Lakukan perlindungan.

b. Kontak yang sering secara personal.

5. Tingkatkan Harga diri.

a. Identifikasi kemampuan klien dan beri kegiatan yang sesuai.

b. Beri kesempatan sukses dan beri pujian atas kesuksesan klien.

c. Dorong berespon pada situasi nyata.

6. Beri pengawasan minum obat, missalnya 3x1 berarti setiap 8 jam obat tersebut

diminum, bila 2x1 berarti setiap 12 jam obat tersebut diminum.

7. Ciptakan lingkungan yang aman (menjauhkan benda-benda yang berbahaya)

8. Beri rencana kegiatan sehari-hari

9. Mencari pelayana kesehatan segera bila dibutuhkan

10. Bantu klien untuk mengusir halusinasi dengan cara :

a. Menolak datangnya halusinasi

b. Bercakap-cakap untuk mengalihkan adanya halusinasi

c. Melakukan kegiatan yang positif

d. Minum obat dengan teratur

DAFTAR PUSTAKA

Page 16: Home Visite Ayodya

Direktorat Kesehatan Jiwa, Dit. Jen Yan. Kes. Dep. Kes R.I. 2000. Keperawatan Jiwa. Teori dan Tindakan Keperawatan Jiwa. Jakarta: Depkes RI.

Friedman, Marilyn M., 2008. Keperawatan Keluarga, Teori dan Praktik, Terjemahan Edisi 3. Jakarta: EGC.

Keliat Budi, Anna. 1995. Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Klien Gangguan Jiwa. Jakarta: EGC.

Keliat Budi Anna, dkk. 1987. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Maramis, W.F. 2008. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Erlangga Universitas Press.

Prasetyo, Sulung, 2006. Penderita Gangguan Jiwa Masih Diperlakukan Salah. http://www.sinarharapan.co.id. Tanggal Akses: 01 Oktober 2011.

Rasmun. 2001. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi dengan Keluarga. Jakarta: CV. Sagung Seto

Stuart dan Laraia. 2001. Principle and Practice Of Psychiatric Nursing. edisi 6. St. Louis: Mosby Year Book.

Stuart & Sunden. 2008. Pocket Guide to Psychiatric Nursing. Jakarta: EGC.

Tim Direktorat Kesehatan Jiwa Bandung. 2006. Ilmu Kesehatan Jiwa. Bandung: Direktorat Kesehatan Jiwa.

Townsend, Mary C., 2005. Essential of Psychiatric Mental Health Nursing. Third Edition. Philadelphia: F. A. Davis Company.

Tgl Kunjungan : 4 November 2011

LAPORAN HASIL VISIT / KUNJUNGAN RUMAH

Nama : Sdr. Mus’ab Abdullah (pria)

Page 17: Home Visite Ayodya

Bangsa / suku : Indonesia / Jawa

Tgl. Lahir / umur : Boyolali, 12 February 1997

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : -

Pekerjaan premorbid : -

Alamat / asal : Gumuk Rt : 03/Rw : 02, Giriroto, Ngemplak, Boyolali

Lamanya dirawat : 1,5 bulan

Pengasuh dalam keluarga : Bp. Jamin

Keterangan diperoleh : keluarga dan Ketua RT

Tujuan kunjungan rumah : Checking keluarga, penyuluhan dan perkembangan klien

Diagnose : Schizoprenia Paranoid

I. HASIL KUNJUNGAN RUMAH

a. Kondisi demografi

- Rumah terletak di daerah pedesaan

- Rumah terbuat dari dinding kayu blabak dan kayu triplek, lantai semen, ventilasi

kurang, rumah terlalu gelap.

b. Struktur keluarga

Penderita merupakan anak 3 dari 6 bersaudara. Klien dirumah sering marah marah

Karena klien merasa benci sama ibunya selama ini. Pengambilan keputusan dilakukan

oleh ayah dan ibunya. Penderita masih lajang. Hubungan masing-masing anggota

keluarga terjalin dengan baik dan saling mengerti.

c. Observasi ekonomi keluarga

Menurut ketua RT keadaan ekonomi sebelum klien sakit termasuk orang tidak

mampu. Sebelumnya klien tidak diobatkan setelah tahu ada jamkesmas klien mulai di

obatkan secara gratis. Keluarga kemudian mengontrak di sebuah rumah kecil

dibelakang kuburan. Menurut pengamatan petugas keluarga ini hidup dalam standar

ekonomi kurang. Biaya hidup penderita ditanggung oleh ibu yang bekerja di

kateringan sedangkan ayahnya sakit stroke sehingga tidak mampu mencari nafkah.

Tempat tinggal keluarga masih menempati rumah kontrakan dengan dinding dari, atap

genting, ukuran 5 x 4 meter.

d. Observasi lingkungan sosial / masyarakat

Page 18: Home Visite Ayodya

Lingkungan sekitarnya mayoritas bekerja sebagai karyawan pabrik atau buruh

pembuatan kaos. Ada beberapa penduduk sebagiai pedagang kecil. Pegawai negri

hanya satu dua saja. Keadaan kampung : letak rumah satu dengan yang lainnya saling

berdekatan ( berhimpitan ). Lingkungan masyarakat sekitar sebagian mengerti akan

sakit penderita karena keluarga merupakan pendatang baru di desa tersebut.

II. HASIL INTERVIEW

Petugas diterima oleh keluarga. Pada saat dilakukan interview kepada ibu kandung

penderita, menyatakan bahwa klien sebelumnya bila melihat berita mengenai narkoba

klien sedikit marah. Dalam satu keluarga klien dan adiknya yang pertama juga memiliki

kelainan kejiwaan sejak kecil. Penderita sejak kecil tidak memiliki kelainanpada

kepribadiannya, namun sejak pulang dari Jakarta klien mulai linglung, dan mengamuk bila

tidak di penuhi permintaannya.

Klien sebelumnya pernah dirawat di RSJD Surakarta selama 2 x.

III.KESIMPULAN

Penderita belum pernah menikah

Keluarga ini hidup dalam standar ekonomi kurang.

Lingkungan masyarakat sekitar sedikit yang mengerti akan sakit penderita

Klien sebelumnya pernah dirawat di RSJD Surakarta selama 2 kali.

IV. SARAN – SARAN

Mengharapkan keluarga untuk member perhatian lebih kepada penderita

Mengharapkan keluarga mampu member motivasi kepada penderita untuk selalu

menemani atau member kegiatan.

Mengharapkan keluarga untuk memperhatikan pentingnya minum obat dan kontrol

teratur

Page 19: Home Visite Ayodya

DAFTAR HADIR PESERTA PENYULUHANNo. Nama peserta Tanda tangan

Page 20: Home Visite Ayodya

Mengetahui, Surakarta, Jumat, 14 Oktober 2011Pembimbing Akademik, Pembimbing Klinis,

(Arum Pratiwi, S.Kp. M. Kes) (Joko Witoyo, S. Kep, Ns)

KEGIATAN

NO JAM KEGIATAN TGL

1 05.00 Sholat 2 06.30 Makan 3 07.00 Ke sawah4 10.00 Mencari pakan ternak5 12.00 Makan siang6 12.30 Istirahat, sholat7 13.00 Mencari pakan8 15.00 Sholat9 16.00 Mandi10 17.00 Bercengkeerama dengan

keluarga11 18.00-19.00 Sholat, pengajian, makan

Page 21: Home Visite Ayodya

12 19.30-21.00 Berkumpul dengan keluarga13 21.00 Tidur 1415

Page 22: Home Visite Ayodya