Tugas Home Visite

71
Klinik Dokter Keluarga FK UWKS No Berkas : Berkas Pembinaan Keluarga No RM : Puskesmas Sidoarjo Nama KK : Tn. Anwar Tanggal kunjungan pertama kali 4 Juni 2013, Nama pembina keluarga pertama kali : Dr. Laksmono,M.Kes Tabel 1. CATATAN KONSULTASI PEMBIMBING (diisi setiap kali selesai satu periode pembinaan ) Tangga l Tingkat Pemahaman Paraf Pembimbing Paraf Keterangan KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA Nama Kepala Keluarga : Tn.Anwar Alamat lengkap : Jalan Gajah RT 16/09 Magersari, Sidoarjo Bentuk Keluarga : Nuclear Family Tabel 2. Daftar Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah No Nama Keduduka n dalam keluarga L/ P Umur Pendidi kan Pekerja an Pasie n Klini Ket 1

Transcript of Tugas Home Visite

Page 1: Tugas Home Visite

Klinik Dokter Keluarga FK UWKS No Berkas :

Berkas Pembinaan Keluarga No RM :

Puskesmas Sidoarjo Nama KK : Tn. Anwar

Tanggal kunjungan pertama kali 4 Juni 2013,

Nama pembina keluarga pertama kali : Dr. Laksmono,M.Kes

Tabel 1. CATATAN KONSULTASI PEMBIMBING (diisi setiap kali selesai

satu periode pembinaan )

Tanggal TingkatPemahaman

ParafPembimbing

Paraf Keterangan

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Nama Kepala Keluarga : Tn.Anwar

Alamat lengkap : Jalan Gajah RT 16/09 Magersari, Sidoarjo

Bentuk Keluarga : Nuclear Family

Tabel 2. Daftar Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumahNo Nama Keduduka

n dalam keluarga

L/P

Umur Pendidikan

Pekerjaan Pasien Klinik (Y/T)

Ket

1 Anwar KK L 70 SD Pensiunan T Almarhum

2 Prihanti Istri P 72 SD IRT Y Penderita M

DM

3 Ismifarida Anak P 39 SMA Wiraswasta T _

4 Shobirin Anak L 36 SMA Wiraswasta T _

Sumber : Data Primer, Juni 2013

1

Page 2: Tugas Home Visite

LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA

BAB I

STATUS PENDERITA

A. PENDAHULUAN

Laporan ini diambil berdasarkan kasus yang diambil dari seorang

penderita DM (Diabetes Melitus) kasus lama, berjenis kelamin perempuan dan

berusia 72 tahun, dimana penderita merupakan salah satu dari penderita DM yang

berada di wilayah Puskesmas Sidoarjo, dengan berbagai permasalahan yang

dihadapi. Mengingat kasus ini masih banyak ditemukan di masyarakat khususnya

di daerah Puskesmas Sidoarjo, beserta permasalahannya seperti masih kurangnya

pengetahuan masyarakat tentang DM. Oleh karena itu penting kiranya bagi

penulis untuk memperhatikan dan mencermatinya untuk kemudian bisa

menjadikannya sebagai pengalaman di lapangan.

B. IDENTITAS PENDERITA

Nama : Ny. P

Umur : 72 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : SR (Sekolah Rakyat)

Agama : Islam

Alamat : Jln Gajah RT 16/09 Magersari, Sidoarjo

Suku : Jawa

Tanggal periksa : 4 Juni 2013

2

Page 3: Tugas Home Visite

ANAMNESIS

1. Keluhan Utama : Badan terasa lemas dan pegal-pegal

2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Kurang lebih 3 tahun yang lalu ketika pasien mau mencabut gigi sebelum

mencabut pasien disuruh cek gula darah tepatnya tanggal 13-10-2009,dari

pemeriksaan tersebut pasien baru mengetahui jika mengidap penyakit gula

darah dan sebelum mencabut gigi disarankan periksa ke dokter untuk

menurunkan gula darah,setelah gula darah normal pasien mencabut gigi.

Kemudian pasien rutin mengontrolkan gula darah ke puskesmas.Kurang

lebih satu setengah tahun pasien tidak kontrol dipuskesmas karena harus

kontrol di RSUD,baru awal tahun 2013 pasien kembali rutin kontrol ke

puskesmas. Sejak bulan januari pasien sering mengeluhkan nyeri didaerah

punggung,kepala sering merasa pusing dan merasa badan semakin

kurus.Kadang-kadang pasien merasa mata seperti kabur dan sering merasa

pusing seperti benda sekeliling berputar.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Pada bulan juli tahun 2011 pasien merasakan adanya benjolan pada

payudara sebelah kiri dan pada bulan september pasien melakukan

pemeriksaan ke poli bedah RSUD Sidoarjo dan tanggal 12-10-2011

pasien melakukan operasi dengan diagnosa tumor payudara.

4. Riwayat Penyakit Keluarga

- Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : Orang tua

disangkal,saudara kandung menderita DM

- Riwayat sakit sesak nafas : disangkal

- Riwayat hipertensi : disangkal

5. Riwayat Kebiasaan

- Riwayat merokok : disangkal

- Riwayat olah raga : jarang sekali

- Riwayat pengisian waktu luang lebih banyak dibuat melamun oleh

pasien

3

Page 4: Tugas Home Visite

- Riwayat kebiasaan makan cemilan : makan pohong rebus

6. Riwayat Sosial Ekonomi

Penderita adalah seorang ibu rumah tangga dan seorang istri dari

almarhum Tn A. Pasien tinggal dirumah yang berpenghuni 4 orang

(Penderita,Anak dan Menantu,Cucu).Pasien tinggal bersama putri dan

menantu dan hidup dari uang pensiunan suami dan kadang dibantu oleh

anaknya

7. Riwayat Gizi.

Penderita makan sehari-harinya biasanya antara 2-3 kali dengan nasi

sepiring, sayur, dan lauk pauk seperti telur, tahu-tempe kerupuk, ikan laut

kadang daging. Sejak sakit penderita menjadi sering makan buah seperti

pepaya, pisang, dan kadang minum susu. Kesan status gizi cukup.

C. ANAMNESIS SISTEM

1. Kulit : warna kulit sawo matang, kulit gatal (-)

2. Kepala : sakit kepala (-), pusing (-), rambut kepala tidak rontok,

luka pada kepala (-), benjolan/borok di kepala (-)

3. Mata : pandangan mata berkunang-kunang (-), penglihatan

kabur (+), ketajaman

4. Hidung : tersumbat (-), mimisan (-)

5. Telinga : pendengaran berkurang (-), berdengung (-), keluar cairan (-)

6. Mulut : sariawan (-), mulut kering (-), lidah terasa pahit

7. Tenggorokan : sakit menelan (-), serak (-)

8. Pernafasan : sesak nafas (-), batuk lama (-)Kadiovaskuler :

berdebar-debar (-), nyeri dada (-), ampeg (-)

9. Payudara : post op mamae sinistra

10. Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), diare (-), nafsu makan menurun

(+), nyeri perut (-), BAB tidak ada keluhan

11. Genitourinaria : BAK lancar, 3-4 kali/hari warna dan jumlah biasa

4

Page 5: Tugas Home Visite

12. Neuropsikiatri : Neurologik : kejang (-), lumpuh (-)

Psikiatrik : emosi stabil, mudah marah (-)

13. Muskuloskeletal : kaku sendi (-), nyeri tangan dan kaki (-), nyeri otot (-)

14. Ekstremitas : Atas : bengkak (-), sakit (-)

Bawah : bengkak (-), sakit (-)

D. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum

Tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6), status gizi

kesan kurang.

2. Tanda Vital dan Status Gizi

Tanda Vital

Nadi : 78 x/menit, reguler, isi cukup, simetris

Pernafasan : 17x/menit

Suhu : 36,5 oC

Tensi : 130/90 mmHg

Status gizi ( Kurva NCHS ) :

BB : 64 kg

TB : 165 cm

BB/TB x 100% = 64/165 x 100% Gizi cukup

3. Kulit

Warna : Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-)

Kepala : Bentuk mesocephal, tidak ada luka, rambut tidak mudah

dicabut, atrofi m. temporalis(-), makula (-), papula (-),

nodula (-), kelainan mimik wajah/bells palsy (-)

4. Mata

Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm), reflek

kornea (+/+), warna kelopak (coklat kehitaman), katarak (-/-),

radang/conjunctivitis/uveitis (-/-)

5. Hidung

5

Page 6: Tugas Home Visite

Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-),

hiperpigmentasi (-), sadle nose (-)

6. Mulut

Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (+), tepi

lidah hiperemis (-), tremor (-)

7. Telinga

Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-), cuping

telinga dalam batas normal

8. Tenggorokan

Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-)

9. Leher

JVP tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-),

pembesaran kelenjar limfe (-), lesi pada kulit (-)

10. Thoraks

Simetris, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-)

- Cor :I : ictus cordis tak tampak

P : ictus cordis tak kuat angkat

P : batas kiri atas :SIC II 1 cm lateral LPSS

batas kanan atas :SIC II LPSD

batas kiri bawah :SIC V 1 cm lateral LMCS

batas kanan bawah :SIC IV LPSD

batas jantung kesan tidak melebar

A: BJ I–II intensitas normal, regular, bising (-)

- Pulmo: Statis (depan dan belakang)

I : pengembangan dada kanan sama dengan kiri

P : fremitus raba kiri sama dengan kanan

P : sonor/sonor

A: suara dasar vesikuler (+/+)

suara tambahan RBK (+/+), whezing (-/-)

Dinamis (depan dan belakang)

6

Page 7: Tugas Home Visite

I : pergerakan dada kanan sama dengan kiri

P : fremitus raba kiri sama dengan kanan

P : sonor/sonor

A: suara dasar vesikuler (+/+)

suara tambahan RBK (+/+), whezing (-/-)

11. Abdomen

I :dinding perut sejajar dengan dinding dada, venektasi (-)

P :supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba

P :timpani seluruh lapang perut

A :peristaltik (+) normal

12. Sistem Collumna Vertebralis

I :deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)

P :nyeri tekan (-)

P :NKCV (-)

13. Ektremitas: palmar eritema(-/-)

akral dingin oedem

- - - -- - - -

14. Sistem genetalia: dalam batas normal

15. Pemeriksaan Neurologik

Fungsi Luhur : dalam batas normal

Fungsi Vegetatif : dalam batas normal

Fungsi Sensorik : dalam batas normal

Fungsi motorik : K 5 5 T N N RF 2 2 RP - -

5 5 N N 2 2 - -

16. Pemeriksaan Psikiatrik

Penampilan : sesuai umur, perawatan diri cukup

Kesadaran : kualitatif tidak berubah; kuantitatif compos mentis

Afek : appropriate

7

Page 8: Tugas Home Visite

Psikomotor : normoaktif

Proses pikir : bentuk :realistik

isi :waham (-), halusinasi (-), ilusi (-)

arus :koheren

Insight : baik

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Gula Darah Acak : 253 mg/dl

F. RESUME

Seorang perempuan 72 tahun dengan keluhan badan terasa lemas dan

punggung nyeri. Penderita mulai mengetahui menderita DM sejak setelah

periksa darah ketika mau mencabut gigi.Akhir-akhir ini pasien merasa pinggang

sering terasa linu dan nyeri serta badan terasa lemas.kadang-kadang pasien

merasa mata kabur dan seperti pusing dan benda sekeliling berputar.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang,

compos mentis, status gizi kesan kurang. Tanda vital T:130/90 mmHg, N: 78

x/menit, Rr: 17 x/menit, S:36,50C, BB:50 kg, TB: 165cm, status gizi Gizi

cukup. Dari pemeriksaan fisik didapatkan post operasi Ca mamae sinistra

PATIENT CENTERED DIAGNOSIS

Diagnosis Biologis

1. Diabetes Melitus

2. Low back pain.

3. Vertigo

Diagnosis Psikologis

-

Diagnosis Sosial Ekonomi dan Budaya

1. Status ekonomi kurang.

2. Penyakit mengganggu aktifitas sehari-hari.

3. Kondisi lingkungan dan rumah baik.

8

Page 9: Tugas Home Visite

G. PENATALAKSANAAN

Non Medika mentosa

1. Bed Rest tidak total

Diharapkan agar penderita mengurangi aktivitas berat yang dapat

mengurangi daya tahan tubuh penderita serta banyak istirahat.

2. Olah raga

Diharapkan penderita dapat menjaga kesehatan tubuhnya dengan

melakukan olah raga ringan seperti jalan pagi hari di lingkungan

sekitar, > 30 menit (3x/seminggu)

3. Mengurangi stress tertentu

Diharapkan penderita mendapat motivasi yang adekuat dari keluarga

untuk kesembuhan penderita salah satunya dengan cara lebih banyak

memberikan perhatian dan meluangkan waktu untuk berbincang-

bincang atau bermain dan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang

Maha Esa.

Medikamentosa

Oral Anti DM:

1. Metformin

2. Glibenclamide

3. Na Diclofenak

4. Vitamin B kompleks dengan dosis 3 tablet/hari.

H. FOLLOW UP

Tanggal 7 Juni 2013

S :Pasien merasakan nyeri pada pinggang bagian bawah,kadang merasakan

pusing dan badan merasa lemas tetapi sudah merasa berkurang tapi masih

terasa sedikit-sedikit. Masih sering merasakan ketika malam hari sering

kencing dan sehari-hari sering merasa haus

O :KU Baik, compos mentis

Tanda vital :T : 120/90 mmHg R :21x/menit

9

Page 10: Tugas Home Visite

N : 85 x/menit S :36,0 0C

Status Generalis : dalam batas normal

Status Neurologis : dalam batas normal.

Status Mentalis : dalam batas normal

A :Primer :Diabetes Melitus.

Sekunder :Low Back Pain

P :Terapi medikamentosa berupa Anti DM dan penghilang nyeri, non medika

mentosa selain itu juga dilakukan patient centered management dukungan

psikologis, penentraman hati, penjelasan, basic konseling pada keluarga

dan edukasi pasien.

Tanggal 9 Juni 2013

S :Keluhan masih sama tapi sudah tidak pusing cuman nyeri pada bagian

pinggang masih teras nyeri kadang-kadang.Tidak ada keluhan pada bekas

operasi dipayudara sebelah kiri,besok rencana kontrol puskesmas.

O :KU Baik, compos mentis

Tanda vital :T : 130/70 mmHg R :25 x/menit

N : 80 x/menit S :36,2 0C

Status Generalis : dalam batas normal.

Status Neurologis : dalam batas normal.

Status Mentalis : dalam batas normal

A :Diabetes melitus,low back pain

P : Terapi medikamentosa berupa Anti DM dan obat penghilang nyeri, non

medika mentosa selain itu juga dilakukan patient centered management

dukungan psikologis, penentraman hati, penjelasan, basic konseling pada

keluarga dan edukasi pasien.

Tanggal 10 Juni 2013

S :Pasien merasa lebih enakan dari sebelumnya,dan menceritakan belum

kontrol karena tidak ada yang mengantar ke puskesmas.

O :KU sedang, compos mentis, gizi kurang

10

Page 11: Tugas Home Visite

Tanda vital :T : 120/70 mmHg R :23 x/menit

N : 74 x/menit S :36,0 0C

Status Generalis : dalam batas normal.

Status Neurologis : dalam batas normal.

Status Mentalis : dalam batas normal.

A :TB paru Kasus Baru (dalam pengobatan fase intensif).

P : Terapi medikamentosa berupa Anti DM dan penghilang nyeri, non medika

mentosa selain itu juga dilakukan patient centered management dukungan

psikologis, penentraman hati, penjelasan, basic konseling pada keluarga

dan edukasi pasien.

FLOW SHEET

Nama : An. RDiagnosis : TB paru Kasus Baru (dalam pengobatan fase intensif).

NO TGL

TensimmHg

Status Gizi

Test Gula Darah

KET

1 7/06/13

120/90

Gizi cukup

Tidakdilakukan

Obat Anti DM1.Glibenclamid2. Metformin

3. Natrium diclofenak2 9/09/

05130/7

0Gizi

cukup

3 10/09/05

120/70

Gizi cukup

11

Page 12: Tugas Home Visite

BAB II

IDENTIFIKASI FUNGSI- FUNGSI KELUARGA

A. FUNGSI KELUARGA

1. Fungsi Biologis.

Keluarga terdiri dari penderita, anak kandung, menantu

penderita serta cucu. Penderita tinggal dirumah peninggalan alamarhum

suaminya.dan sering.kegiatan sehari pasien olah raga jalan kaki skitar

rumah.

2. Fungsi Psikologis.

Ny. P tinggal serumah dengan kedua anak kandung, menantu

penderita serta cucu.Hubungan keluarga mereka terjalin cukup akrab,

terbukti dengan permasalahan-permasalahan yang dapat diatasi dengan

baik dalam keluarga ini. Hubungan diantara mereka cukup dekat antara

satu dengan yang lain, bahkan juga dengan keluarga besar, sehari-hari

penderita lebih banyak menghabiskan waktunya dengan diam,nonton tv

dan ngobrol bersama tetangga.

Permasalahan yang timbul dalam keluarga dipecahkan secara

musyawarah dan dicari jalan tengah, serta dibiasakan sikap saling tolong

menolong baik fisik, mental, maupun jika ada salah seorang di antaranya

yang menderita kesusahan. Meskipun penghasilan mereka tak

berkecukupan, namun mereka tetap hidup bahagia dan memasrahkan

semuanya kepada Tuhan.

3. Fungsi Sosial

Penderita adalah ibu yang senang berdiam dirumah kadang-kadang

bertamu kerumah tetangganya.Dalam masyarakat penderita sebagai

anggota masyarakat biasa dan almahum suami mantan pak carik dulunya,

tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam masyarakat. aktif dalam

kegiatan sosial di masyarakat karena kosongnya waktu, dan penderita juga

mengikuti kegiatan lainnya seperti gotong royong di hari minggu atau

membantu hajatan tetangga. Dalam kesehariannya penderita bergaul akrab

12

Page 13: Tugas Home Visite

dengan masyarakat di sekitarnya seperti halnya anggota masyarakat yang

lain. Kegiatan-kegiatan yang harus mengeluarkan biaya terlalu tinggi

merupakan faktor penghambat lain bagi keluarga ini untuk aktif dalam

kegiatan sosial, selain karena merasa kurang mampu baik dari materi

maupun status sosial.

4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan

Penghasilan keluarga berasal dari pensiunan suami dan beberapa

diberi oleh anaknya yang bekerja sebagai pejahit (wiraswasta).

Penghasailan tersebut untuk biaya hidup sehari-hari seperti makan,

minum, biaya sekolah atau iuran membayar listrik hanya mengandalkan uang

yang ada dan tidak pernah menyisihkannya untuk menabung ataupun biaya-

biaya mendadak (seperti biaya pengobatan dan lain-lain). Untuk kebutuhan

air dengan menggunakan pompa air. Untuk memasak memakai kompor gas.

Makan sehari-hari lauk pauk, kadang daging, buah dan frekuensi makan

kadang-kadang 2-3 kali. Kalau ada keluarga yang sakit biasa berobat ke

puskesmas, dan penderita sudah mempunyai kartu sehat.

Ny Prihanti bekerja sebagai ibu rumah tangga,lebih banyak berada

dirumah dan berkumpul sama anak dan cucu.

APGAR Ny. Prihanti Terhadap Keluarga Sering/selalu

Kadang-kadang

Jarang/tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

13

Page 14: Tugas Home Visite

SUMBER PATHOLOGY KETSosial Interaksi sosial yang baik antar anggota

keluarga juga dengan anak serta menantu partisipasi mereka dalam masyarakat cukup meskipun banyak keterbatasan.

_

Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal ini dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari baik dalam keluarga maupun di lingkungan, banyak tradisi budaya yang masih diikuti. Sering mengikuti acara-acara yang bersifat hajatan, sunatan, nyadran dll. Menggunakan bahasa jawa, tata krama dan kesopanan

_

ReligiusAgama menawarkan pengalaman spiritual yang baik untuk ketenangan individu yang tidak didapatkan dari yang lain

Pemahaman agama cukup. Namun penerapan ajaran agama kurang, hal ini dapat dilihat dari penderita dan orang tua hanya menjalankan sholat sesekali saja. Sebelum sakit penderita rutin belajar mengaji di sore hari di masjid dekat rumah.

+

Ekonomi Ekonomi keluarga ini tergolong menengah ke bawah, untuk kebutuhan primer sudah bisa terpenuhi, meski belum mampu mencukupi kebutuhan sekunder rencana ekonomi tidak memadai, diperlukan skala prioritas untuk pemenuhan kebutuhan hidup

+

Edukasi Pendidikan anggota keluarga kurang memadai. Tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua masih rendah. Kemampuan untuk memperoleh dan memiliki fasilitas pendidikan seperti buku-buku, koran terbatas.

+

MedicalPelayanan kesehatan puskesmas memberikan perhatian khusus terhadap kasus penderita

Tidak mampu membiayai pelayanan kesehatan yang lebih baik Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga ini biasanya menggunakan Puskesmas dan hal ini mudah dijangkau karena letaknya dekat.

_

Keterangan :

Ekonomi (+) artinya keluarga Ny Prihanti masih menghadapi

permasalahan dalam hal perekonomian keluarga. Hal ini dapat

dilihat dari pemenuhan kebutuhan sehari-hari yang pas-pasan dan

belum dapat memnuhi kebutuhan sekunder dan tertiernya.

14

Page 15: Tugas Home Visite

Edukasi (+) artinya keluarga Ny Prihanti juga menghadapi

permasalahan dalam bidang pendidikan, Hal ini akan

mempengaruhi pengetahuan dan pola berpikir dari anggota

keluarga Ny. Prihanti.

B. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Alamat lengkap : Gajah RT 16/09, Magersari,Mojokerto

Bentuk Keluarga : Nuclear Family

Diagram 1. Genogram Keluarga Ny.Prihanti

Dibuat tanggal 7 September 2005

Sumber : Data Primer, 7 Setember 2005

-Alm.Tn Anwar-70 tahun-Peniunan

Ny.Prihanti72 tahunPenderita

Tn. Hendra

Suami

Ny.Ismifarida

hIsmifaridahAnak penderita

ShobirinAnak penderita

Cucu penderita

15

Page 16: Tugas Home Visite

C. Informasi Pola Interaksi Keluarga

Keterangan : : hubungan baik

: hubungan tidak baik

Hubungan antar keluarga baik dan dekat. Antara anak,menantu serta cucu baik.

Dalam keluarga ini tidak sampai terjadi konflik atau hubungan buruk antar

anggota keluarga.

F. Pertanyaan Sirkuler

1. Ketika penderita jatuh sakit apa yang harus dilakukan oleh keluarga

penderita?

Jawab :

Anak atau cucu mengantarkan ke puskesmas

2. Kalau butuh dirawat/operasi ijin siapa yang dibutuhkan?

Jawab :

Dibutuhkan ijin dari anak serta menantunya untuk begantian jaga.

3. Siapa anggota keluarga yang terdekat dengan penderita?

Jawab :

Anggota keluarga yang dekat dengan penderita adalah anak yang

perempuan dan tinggal satu rumah dengan penderita.

4. Jika pasien mengeluh tentang sakitnya keluhan apa saja yang sering

diceritakan

Jawab :

Ny.Prihanti,72 th

Tn. Hendra(Menantu)

Ny. Ismifaridah,39 th

16

Page 17: Tugas Home Visite

Keluhan pinggang serta ngerasa berat dibadan kadang-kadang pusing yang

lain-lain merasa enak

5. Lalu apa yang sering dilakukan oleh keluarga menanggapi keluhan itu?

Jawab :

Menawarkan membelikan obat atau mengantarkan penderita ke puskesmas

jika terpaksa ke praktek dokter terdekat.

17

Page 18: Tugas Home Visite

BAB III

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KESEHATAN

A. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga

1. Faktor Perilaku Keluarga

Ny.P adalah seorang ibu rumah tangga yang tinggal bersama anak

dan menantu. Penderita merupakan istri dari lamarhum seorang pensiunan.

Yang tidak memiliki kegiatan dan hanya banyak menghabiskan waktunya

untuk berdiam dan menonton tv dan kadang ke tetangga untuk berkunjung.

Menurut semua anggota keluarga ini, yang dimaksud dengan sehat

adalah keadaan terbebas dari sakit, yaitu yang menghalangi aktivitas sehari-

hari. Keluarga ini meyakini bahwa sakitnya disebabkan oleh faktor usia,

bukan dari guna-guna, sihir, atau supranatural/ takhayul. Mereka tidak terlalu

mempercayai mitos, apalagi menyangkut masalah penyakit, lebih

mempercayakan pemeriksaan atau pengobatannya pada mantri, bidan, atau

dokter di puskesmas yang terletak dekat dengan rumah.

Walaupun perabot rumah tidak tertata dengan rapi namun Keluarga

ini berusaha menjaga kebersihan lingkungan rumahnya misalnya dengan

menyapu rumah setelah bekerja sebagai penjahit.

2. Faktor Non Perilaku

Dipandang dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga

menengah ke bawah. Keluarga ini memiliki dua sumber penghasilan yaitu

dari ayah dan iabu yang sama-sama bekerja di Pabrik Batik Keris. Dari

total semua penghasilan tersebut keluarga dapat memenuhi kebutuhan

sehari-hari walaupun belum semua kebutuhan dapat terpenuhi terutama

kebuthan sekunder dan tertier.

Rumah yang dihuni keluarga ini kurang memadai karena masih ada

kekurangan dalam pemenuhan standar kesehatan. Lantai belum diubin hanya

dilapisi oleh semen, pencahayaan ruangan kurang, ventilasi kurang, dan tidak

memiliki fasilitas jamban keluarga. Pembuangan limbah keluarga belum

18

Page 19: Tugas Home Visite

memenuhi sanitasi lingkungan karena limbah keluarga tidak dialirkan

melainkan hanya dibiarkan keluar dari rumah ke belakang rumah dan

dibiarkan meresap, serta belum adanya got pembuangan limbah keluarga.

Sampah keluarga dibuang ditempat pembuangan sampah yang ada di

belakang rumah. Fasilitas kesehatan yang sering dikunjungi oleh keluarga ini

jika sakit adalah Puskesmas II Gatak.

II. Identifikasi Lingkungan Rumah

Gambaran Lingkungan

Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 12x6 m2 yang

berdempetan dengan rumah tetangganya dan menghadap ke Selatan. Tidak

memiliki pekarangan rumah dan pagar pembatas. Terdiri dari ruang kamar

tamu yang sekaligus digunakan sebagai ruang keluarga dan menonton TV, dua

kamar tidur, satu kamar makan yang jarang digunakan, dapur, gudang dan

kamar mandi yang tidak memilki fasilitas jamban keluarga sehingga penderita

dan keluarga harus ke kali terlebih dahulu untuk membuang hajat. Terdiri dari

2 pintu keluar, yaitu 1 pintu depan dan 1 pintu belakang. Jendela ada 3 buah,

dikamar tamu dan disetiap kamar tidurnya namun semuanya jarang dibuka..Di

depan rumah terdapat teras yang berukuran 6x1 m2. Lantai rumah sebagian

besar terbuat dari bahan semen dan pada bagian dapur dan gudang

berlantaikan tanah. Ventilasi dan penerangan rumah masih kurang. Atap

rumah tersusun dari genteng dan tidak ditutup langit-langit. Masing-masing

kamar memiliki dipan untuk meletakan kasur. Dinding rumah terbuat dari

batubata namun belum dicat. Perabotan rumah tangga minim. Sumber air

untuk kebutuhan sehari-harinya keluarga ini menggunakan mesin pompa air.

Secara keseluruhan kebersihan rumah masih kurang. Sehari-hari keluarga

memasak menggunakan kompor minyak dan kadang menggunakan kayu

bakar yang biasa disimpan di gudang dan belakang rumah.

19

Page 20: Tugas Home Visite

Denah Rumah :

6 M

GUDANG K. MANDI

DAPUR U

Kamar tidur

Ruang Jahit Dan TV 12 M S

K. TIDUR

K. MAKAN

K. TAMU

TERAS

Keterangan :

: Jendela

: Satu Pintu

: Tembok Bata

: Pagar teras

: Papan pembatas

20

Page 21: Tugas Home Visite

BAB IV

DAFTAR MASALAH

1. Masalah aktif :

a. Diabetes Melitus

b. Low back pain

c. Pengetahuan kurang tentang penyakit penderita

2. Faktor resiko :

a. Kegiatan sehari-hari seperti aktifitas fisik kurang

b. Lingkungan dan tempat tinggal yang kurang

c. Faktor usia

21

Page 22: Tugas Home Visite

BAB V

PATIENT MANAGEMENT

A. PATIENT CENTERED MANAGEMENT

1. Suport Psikologis

Pasien memerlukan dukungan psikologis mengenai faktor-faktor

yang dapat menimbulkan kepercayaan baik pada diri sendiri maupun kepada

dokternya. Antara lain dengan cara :

a. Memberikan perhatian pada berbagai aspek masalah yang dihadapi.

b. Memberikan perhatian pada pemecahan masalah yang ada. Memantau

kondisi fisik dengan teliti dan berkesinambungan.

c. Memantau kondisi fisik dengan teliti dan berkesinambungan.

d. Timbulnya kepercayaan dari pasien, sehingga timbul pula kesadaran dan

kesungguhan untuk mematuhi nasihat-nasihat dari dokter.

Pendekatan Spiritual, diarahkan untuk lebih mendekatkan diri

kepada Tuhan YME, misalnya dengan rajin ibadah, berdoa dan memohon

hanya kepada Tuhan YME.

Dukungan psikososial dari keluarga dan lingkungan merupakan hal

yang harus dilakukan. Bila ada masalah, evaluasi psikologis dan evaluasi

kondisi sosial, dapat dijadikan titik tolak program terapi psikososial.

2. Penentraman Hati

Menentramkan hati diperlukan untuk pasien dengan problem

psikologis antara lain yang disebabkan oleh persepsi yang salah tentang

penyakitnya, kecemasan, kekecewaan dan keterasingan yang dialami

akibat penyakitnya. Menentramkan hati penderita dengan memberikan

edukasi tentang penyakitnya bahwa penyakitnya tersebut bukan penyakit

turunan dan dapat disembuhkan. Faktor yang paling penting untuk

kesembuhannya adalah ketekunan dalam menjalani pengobatan sesuai

petunjuk dokter. Selain itu juga didukung dengan makan makanan yang

bergizi tinggi meskipun sederhana, istirahat yang cukup. Diharapkan

pasien bisa berpikir positif, tidak berprasangka buruk terhadap

22

Page 23: Tugas Home Visite

penyakitnya, dan membangun semangat hidupnya sehingga bisa

mendukung penyembuhan dan meningkatkan kualitas hidupnya.

3. Penjelasan, Basic Konseling dan Pendidikan Pasien

Diberikan penjelasan yang benar mengenai persepsi yang salah

tentang DM. Pasien DM dan keluarganya perlu tahu tentang penyakit,

pengobatannya, pencegahan dan penularannya. Sehingga persepsi yang salah

dan merugikan bisa dihilangkan. Hal ini bisa dilakukan melalui konseling

setiap kali pasien kontrol dan melalui kunjungan rumah baik oleh dokter

maupun oleh petugas Yankes.

Beberapa persepsi yang harus diluruskan yaitu :

a. Penyakit DM merupakan penyakit orang yang banyak pikiran

b. Penyakit DM tidak dapat disembuhkan.

Maka pasien harus diberi pengertian untuk terus mengupayakan

kesembuhannya melalui program pengobatan dan rehabilitasi yang

dianjurkan oleh dokter. Juga harus dilakukan pendalaman terhadap berbagai

masalah penderita termasuk akibat penyakitnya (DM) terhadap hubungan

dengan keluarganya, pemberian konseling jika dibutuhkan. Penderita juga

diberi penjelasan tentang pentingnya olah raga yang teratur dan sebagainya.

4. Menimbulkan rasa percaya diri dan tanggung jawab pada diri sendiri

Dokter perlu menimbulkan rasa percaya dan keyakinan pada diri

pasien bahwa ia bisa melewati berbagai kesulitan dan penderitaannya. Selain

itu juga ditanamkan rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri mengenai

kepatuhan dalam jadwal kontrol, keteraturan minum obat, diet yang

dianjurkan dan hal-hal yang perlu dihindari serta yang perlu dilakukan.

5. Pengobatan

Medika mentosa dan non medikamentosa seperti yang tertera

dalam penatalaksanaan.

23

Page 24: Tugas Home Visite

6. Pencegahan dan Promosi Kesehatan

Hal yang tidak boleh terlupakan adalah pencegahan dan promosi

kesehatan berupa perubahan tingkah laku sepertri banyak berdiam diri di

rumah dan tidak mrlakukan aktifitas sama sekali

24

Page 25: Tugas Home Visite

BAB VI

TINJAUAN PUSTAKA

Diabetes Melitus

A. LATAR BELAKANG

Insiden penyakit DM dan mortalitasnya menurun setelah ditemukan

kemoterapi dan konseling yang berkesinambungan, tetapi disatu sisi

peningktan jumlah penderita DM akibat perubahan serta peningkatan gaya

hidup dalam perubahan pola hidup serta menurunnya aktifitas selain dari

faktor keturunan menjadi faktor yang dapat meningkatkan jumlah DM (IPD,

2009).

B. DEFINISI

Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang termasuk penyakit

metabolik disebabkan gangguan sekresi maupun gangguan kerja insulin yang

dapat berdampak pada kerusakan saraf,mata,ginjal dan saraf pusat. (IPD,2003).

penyakit metabolik yang kebanyakan herediter, dengan tanda-tanda

hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik

akut ataupun kronik, sebagai akibat dan kurangnya insulin efektif di dalam

tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat, yang biasanya

disertai juga gangguan metabolisme lemak dan protein..

C. EPIDEMIOLOGI

Diantara penyakit degeneratif,diabetes adalah salah satu diantara penyakit

tidak enular yang akan meningkat jumlahnya dimasa mendatang,WHO

membuat perkiraan bahwa tahun 2000 jumlah pengidap diabetes diatas 20

tahun jumlah pengidap diabetes diatas 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan

dalam kurun waktu 25 tahun pada tahun 2025 menjadi 300 juta orang.

25

Page 26: Tugas Home Visite

DiIndonesia berkisar antara 1,4% dan 1,6% prevalensi yang tinggi dipekajangan 2,3% dan manado 6%

D. ETIOLOGI

Diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang diakibatkan

kegagalan kerja maupun produksi dari insulin dalam memetabolisme produk

glukosa sehingga terjadi peningkatan jumlah glukosa dalam darah yang dapat

menyebabkan gangguan sampai ke berbagai organ pada.

E. GEJALA

Gejala Diabetes melitus :

1. Gejala khas pada DM :

a. Polifagi

b. Polidipsi

c. Poliuri

2. Gejala umun :

a. Badan terasa lemas

b. Badan semakin lama semakin merasa semakin kurus

3. Gejala sesuai organ yang terkena :

a. Kulit : Gatal,jika kondisi luka maka sukar sembuh

b. Mata : Mata kabur

c. Ginjal : gagal ginjal

d. Saraf : Neuropati

26

Page 27: Tugas Home Visite

F. PENEMUAN PENDERITA DIABETES MELITUS

Penemuan penderita DM dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan

cara pasif dan aktif.

1. Penemuan secara pasif

Penemuan penderita DM secara pasif, artinya penjaringan (skrining)

tersangka penderita dilaksanakan pada mereka yang datang berkunjung ke

unit pelayanan kesehatan. (WHO 2006).

2. Penemuan secara aktif

Kegiatan ini diharapkan terus dilakukan sebagaimana yang lalu

dengan catatan kegiatan active case finding lebih melibatkan peran serta.

Pasien datang dengan memeriksakan keluhan dengan gejala DM.

mengantarkannya ke Puskesmas dan melakukan pemeriksaan darah.

G. DIAGNOSIS

1. Anamnesa

Keluhan: keluhan trias DM yang khas serta keluhan umum lain dari

kelanjutan penyakit DM yang mengenai organ.

Pemeriksaan fisik diagnostic dari gejala yang ditemukan dapat

berupa suara bronchial, amforik, ronkhi basah atau penarikan jaringan

atau organ seperti deviasi trachea, penarikan diafragma, mediastinum dan

penyempitan ruang antar iga.

27

Page 28: Tugas Home Visite

2. Kriteria Diagnosis DM dan Gangguan Toleransi Glukosa menurut

Surabaya 1991(Modifikasi Kriteria Diagnosis DM WHO 1985) Darah

Kapiler, metode enzimatik, beban glukosa 75 gram, puasa 10- 16 jam

A. Diagnosis DM apabila:

a. Terdapat gejala-gejala DM ditambah dengan

b. Salah satu dari GDP >120mg/dl, 2 jpp > 200mg/d ,atau glukosa darah

Random = Acak >200mg/dl.

.

B. Diagnosis Gangguan Toleransi Glukosa (GTG) apabila:GDP < 120 mg/dl dan

2j PP antara 140-200 mg/dl. Untuk kasus meragukan dengan hasil:

GDP >120 mg/dl dan 2j PP >200 mg/dl, maka ulangi pemeriksaan sekali

lagi,dengan persiapan minimal 3 hari dengan diit karbohidrat lebih dari 150

gram perhari dan kegiatan fisik seperti biasa, kemungkinan hasil adalah:

DM apabila hasilnya sama atau tetap, yaitu GDP <120 mg/dl dan 2jpp >

200 mg/dl, atau apabila hasilnya memenuhi kriteria I atau II

28

Page 29: Tugas Home Visite

PENGOBATAN

Dasar-dasar terapi diabetes

Terapi Primer :

Diit

Indikasi Diit B

(68% kal Kbh, 20% kaL Lemak, 12% kal.Protein)

Diit-B pada umumnya diberikan kepada semua penderita DM yang kurang

mampu atau penderita DM lainnya yang:

1. kurang tahan lapar dengan diitnya

2. mempunya hiperkolesterlemia

3. mempunyai penyulit makroangiopati (misalnya: pernah mengalami GPDO,

PJK, gangguan pembuluh darah perifer)

4. mempunyai penyulit mikroangiopati (misalnya retinopati diabetik,Nefropati

Diabetik Tipe B = Stadium 1)

5. telah menderita DM lebih dari 15 tahun.

- GPDO= Gangguan Pembuluh Darah Otak, misalnya:trombosis Serebri

- PJK = Penyakit Jantung Koroner

Indikasi Diit-Bi

(60% kal. Kbh, 20% kal. Lemak, 20% kal. Protein)

Diit-Bi diberikan kepada penderita DM yang memerlukan diit protein tinggi,

misalnya penderita DM yang :

1. mampu, atau mempunyai kebiasaan makan protein tinggi, tetapi memiliki

kadar lemak yang normal

2. kurus (underweight) (RBW kurang dari 90%)

3. masih muda (perlu pertumbuhan)

4. mengalami patah tulang

5. hamil atau menyusui

6. menderita hepatitis kronik atau sirosis hati

29

Page 30: Tugas Home Visite

Indikasi Diit-B2

Untuk DM dengan nefropati Tipe B2 (Stadium II)

Indikasi Diit-B3

Untuk DM dengan Nefropati Tipe B3 (Stadium III)

Indikasi Diit-Be

Boleh gula dan yang manis (termasuk es krim) asal tetap mengiknti 3 Untuk

DM dengan nefropati tipe Be (Stadium IV = Terminal).

LatihanFisik 3 kali dalm seminggu minimal 30 menit

Penyuluhan Kesehatan Masyarakat yang dapat dilaksanakan di puskesmas

Terapi Sekunder:

Obat OAD :

Apabila perlu hipoglikemi kuat, gunakan golongan glibenklamid (Englucci &

Daonil) dosis maksimal 2-3 tablet perhari, atau klorpropamid(Diabenese) dosis

maksimal 2 tablet per hari)

Untuk DM plus kelainan faal hepar dan atau ginjal, gunakan golonga gliquidon

(Glurenorm, dosis maksimal 4 tablet per hari.

Untuk DM plus angiopati, gunakan golongan glikiazid (Diamicron, dosis=

maksimal 4 tablet per hari)

Untuk DM ringan atau sedang, atau gangguan pasca-reseptor, gunakab

golongan glipizid (Minidiab, dosis maksimal 6 tablet per hari).Yang harus

diketahui: agar angiopati diabetik tidak mudah timbul, liiadarka terjadinya

NSH.

30

Page 31: Tugas Home Visite

DIABETES MELITUS

Penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit

kencing manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang

ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya

gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak

mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh.

Insulin adalah salah satu hormon yang diproduksi oleh pankreas yang

bertanggung jawab untuk mengontrol jumlah/kadar gula dalam darah dan

insulin dibutuhkan untuk merubah (memproses) karbohidrat, lemak, dan

protein menjadi energi yang diperlukan tubuh manusia.     Hormon insulin

berfungsi menurunkan kadar gula dalam darah.Tanda awal yang dapat

diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis yaitu dilihat

langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar

gula dalam darah mencapai nilai 160 - 180 mg/dL dan air seni (urine)

penderita kencing manis yang mengandung gula (glucose), sehingga urine

sering dilebung atau dikerubuti semut.

Tipe Penyakit Diabetes Mellitus :

1.      Tipe 1 Diabetes Militus

Diabetes tipe 1 adalah diabetes yang bergantung pada insulin dimana

tubuh kekurangan hormon insulin, dikenal dengan istilah Insulin Dependent

Diabetes Mellitus (IDDM). Hal ini disebabkan hilangnya sel beta penghasil

insulin pada pulau-pulau Langerhans pankreas. Diabetes tipe 1 banyak ditemukan

pada balita, anak-anak dan remaja.

Sampai saat ini, Diabetes Mellitus tipe 1 hanya dapat diobati dengan

pemberian terapi insulin yang dilakukan secara terus menerus berkesinambungan.

Riwayat keluarga, diet dan faktor lingkungan sangat mempengaruhi perawatan

penderita diabetes tipe 1. Pada penderita diebetes tipe 1 haruslah diperhatikan

pengontrolan dan memonitor kadar gula darahnya, sebaiknya menggunakan alat

test gula darah. Terutama pada anak-anak atau balita yang mana mereka sangat

mudah mengalami dehidrasi, sering muntah dan mudah terserang berbagai

penyakit.

31

Page 32: Tugas Home Visite

2.      Diabetes mellitus tipe 2

Diabetes tipe 2 adalah dimana hormon insulin dalam tubuh tidak dapat

berfungsi dengan semestinya, dikenal dengan istilah Non-Insulin Dependent

Diabetes Mellitus (NIDDM). Hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan seperti

kecacatan dalam produksi insulin, resistensi terhadap insulin atau berkurangnya

sensitifitas (respon) sel dan jaringan tubuh terhadap insulin yang ditandai dengan

meningkatnya kadar insulin di dalam darah.

Ada beberapa teori yang mengutarakan sebab terjadinya resisten terhadap insulin,

diantaranya faktor kegemukan (obesitas). Pada penderita diabetes tipe 2,

pengontrolan kadar gula darah dapat dilakukan dengan beberapa tindakan seperti

diet, penurunan berat badan, dan pemberian tablet diabetik. Apabila dengan

pemberian tablet belum maksimal respon penanganan level gula dalam darah,

maka obat suntik mulai dipertimbangkan untuk diberikan.

Normalnya kadar gula dalam darah berkisar antara 70 - 150 mg/dL

{millimoles/liter (satuan unit United Kingdom)} atau 4 - 8 mmol/l

{milligrams/deciliter (satuan unit United State)}, Dimana 1 mmol/l = 18 mg/dl.

Namun demikian, kadar gula tentu saja terjadi peningkatan setelah makan dan

mengalami penurunan diwaktu pagi hari bangun tidur. Seseorang dikatakan

mengalami hyperglycemia apabila kadar gula dalam darah jauh diatas nilai

normal, sedangkan hypoglycemia adalah suatu kondisi dimana seseorang

mengalami penurunan nilai gula dalam darah dibawah normal.

Diabetes mellitus Tipe 2

       Pada penderita DM tipe 2, insulin yang ada tidak bekerja dengan baik karena

reseptor insulin pada sel berkurang atau berubah struktur sehingga hanya sedikit

glukosa yang berhasil masuk sel. Akibatnya, sel mengalami kekurangan glukosa,

di sisi lain glukosa menumpuk dalam darah. Kondisi ini dalam jangka panjang

akan merusak pembuluh darah dan menimbulkan berbagai komplikasi. Bagi

penderita Diabetes Melitus yang sudah bertahun-tahun minum obat modern

seringkali mengalami efek yang negatif untuk organ tubuh lain. Pada tahap awal

kelainan yang muncul adalah berkurangnya sensitifitas terhadap insulin, yang

ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah. Hiperglisemia dapat

32

Page 33: Tugas Home Visite

diatasi dengan obat anti diabetes yang dapat meningkatkan sensitifitas terhadap

insulin atau mengurangi produksi glukosa dari hepar, namun semakin parah

penyakit, sekresi insulin pun semakin berkurang, dan terapi dengan insulin kadang

dibutuhkan. Ada beberapa teori yang menyebutkan penyebab pasti dan

mekanisme terjadinya resistensi ini, namun obesitas sentral diketahui sebagai

faktor  predisposisi terjadinya resistensi terhadap insulin, dalam kaitan dengan

pengeluaran dari adipokines (suatu kelompok hormon) itu merusak toleransi

glukosa. Obesitas ditemukan di kira-kira 90% dari pasien dunia dikembangkan

diagnosis dengan jenis 2 kencing manis. Faktor lain meliputi mengeram dan

sejarah keluarga, walaupun didekade yang terakhir telah terus meningkat mulai

untuk memengaruhi anak remaja dan anak-anak. Diabetes tipe 2 dapat terjadi

tanpa ada gejala sebelum hasil diagnosis. Diabetes tipe 2 biasanya, awalnya,

diobati dengan cara perubahan aktivitas fisik (olahraga), diet (umumnya

pengurangan asupan karbohidrat) dan lewat pengurangan  berat badan. Ini dapat

memugar kembali kepekaan hormon insulin, bahkan ketika kerugian berat/beban

adalah rendah hati,, sebagai contoh, di sekitar 5 kg ( 10 sampai 15 lb), paling

terutama ketika itu ada di deposito abdominal yang gemuk. Langkah yang

berikutnya, jika perlu, perawatan dengan lisan antidiabetik drugs. Produksi

hormon insulin adalah pengobatan pada awalnya tak terhalang, lisan (sering yang

digunakan di kombinasi) kaleng tetap digunakan untuk meningkatkan produksi

hormon insulin (e.g., sulfonylureas) dan mengatur pelepasan yang tidak sesuai

tentang glukosa oleh hati (dan menipis pembalasan hormon insulin sampai taraf

tertentu (e.g.,metformin), dan pada hakekatnya menipisnya pembalasan hormon

insulin(e.g., thiazolidinediones). Jika ini gagal, ilmu pengobatan hormon insulin

diperlukan untuk memelihara tingkatan glukosa yang normal. Suatu cara hidup

yang tertib tentang cek glukosa darah direkomendasikan dalam banyak kasus,

paling terutama sekali dan perlu ketika mengambil kebanyakan pengobatan.

Sebuah zat penghambat dipeptidyl peptidase 4 yang disebut sitagliptin, baru- baru

ini diperkenankan untuk digunakan sebagai pengobatan diabetes mellitus tipe 2.

Seperti zat penghambat  dipeptidyl peptidase 4 yang lain, sitagliptin akan

membuka peluang bagi perkembangan sel tumor maupun kanker.

33

Page 34: Tugas Home Visite

Kaitan antara Metabolisme Karbohidrat dan Diabetes Mellitus tipe 2

       Metabolisme karbohidrat dan diabetes mellitus adalah dua mata rantai yang

tidak dapat dipisahkan. Keterkaitan antara metabolisme karbohidrat dan diabetes

mellitus dijelaskan oleh keberadaan hormon insulin. Diabetes mellitus adalah

gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan

menifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat. Jika telah berkembang penuh

secara klinis, maka diabetes mellitus ditandai dengan hiperglikemia puasa dan

post prandial, aterosklerotik dan penyakit vascular microangiophaty dan

neurophaty. Manifestasi klinis hiperglikemia biasanya telah bertahun-tahun

mendahului timbulnya kelainan klinis dari penyakit vascularnya. Pasien dengan

kelainan toleransi glukosa ringan ( gangguan glukosa puasa dan gangguan

toleransi glukosa ) dapat tetap berisiko mengalami komplikasi diabetes mellitus.

       Diabetes mellitus merupakan penyakit endokrin yang paling lazim. Frekuensi

sesungguhnya diperoleh karena perbedaan standar diagnosis tetapi mungkin

antara 1-2% jika hiperglikemia puasa merupakan kriteria diagnosis. Penyakit ini

ditandai oleh komplikasi metabolik dan komplikasi jangka panjang yang

melibatkan mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah.

       Penderita diabetes mellitus mengalami kerusakan dalam produksi maupun

sistem kerja insulin, sedangkan ia sangat dibutuhkan dalam melakukan regulasi

metabolisme karbohidrat. Akibatnya, penderita diabetes mellitus akan mengalami

gangguan pada metabolisme karbohidrat. Tubuh manusia membutuhkan energi

agar dapat berfungsi dengan baik. Energi tersebut diperoleh dari hasil pengolahan

makanan melalui proses pencernaan di usus. Di dalam saluran pencernaan itu,

makanan dipecah menjadi bahan dasar dari makanan tersebut. Karbohidrat

menjadi glukosa, protein menjadi menjadi asam amino, dan lemak menjadi asam

lemak. Ketiga zat makanan tersebut akan diserap oleh usus kemudian masuk ke

dalam pembuluh darah dan akan diedarkan ke seluruh tubuh untuk dipergunakan

sebagai bahan bakar. Dalam proses metabolisme, insulin memegang peranan

sangat penting yaitu memasukkan glukosa ke dalam sel, untuk selanjutnya

digunakan sebagai bahan bakar. Pengeluaran insulin tergantung pada kadar

glukosa dalam darah. Kadar glukosa darah sebesar > 70 mg/dl akan menstimulasi

34

Page 35: Tugas Home Visite

sintesa insulin. Insulin yang diterima oleh reseptor pada sel target, akan

mengaktivasi tyrosin kinase dimana akan terjadi aktivasi sintesa protein, glikogen,

lipogenesis dan meningkatkan transport glukosa ke dalam otot skelet dan jaringan

adipose dengan bantuan transporter glukosa (GLUT 4).

       Insulin berupa polipeptida yang dihasilkan oleh sel-sel β pankreas. Insulin

terdiri atas dua rantai polipeptida. Struktu insulin manusia dan beberapa spesies

mamalia kini telah diketahui. Insulin manusia terdiri atas 21 residu asam amino

pada rantai A dan 30 residu pada rantai B. Kedua rantai ini dihubungkan oleh

adanya dua buah rantai disulfida (Granner, 2003). Insulin disekresi sebagai respon

atsa meningkatnya konsentrasi glukosa dalam plasma darah. Konsentrasi ambang

untuk sekresi tersebut adalah kadar glukosa pada saat puasa yaitu antara 80-100

mg/dL. Respon maksimal diperoleh pada kadar glukosa yang berkisar dar 300-

500 mg/dL. Insulin yang disekresikan dialirkan melalui aliran darah ke seluruh

tubuh. Umur insulin dalam aliran darah sangat cepat. Waktu paruhnya kurang dari

3-5 menit.

      Sel-sel tubuh menangkap insulin pada suatu reseptor glikoprotein spesifik

yang terdapat pada membran sel. Reseptor tersebut berupa heterodimer yang

terdiri atas subunit α dan subunit β dengan konfigurasi α2β2. Subunit α berada

pada permukaan luar membran sel dan berfungsi mengikat insulin. Subunit β

berupa protein transmembran yang melaksanakan fungsi tranduksi sinyal. Bagian

sitoplasma subunit β mempunyai aktivitas tirosin kinase dan tapak autofosforilasi

(King, 2007).

      Terikatnya insulin subunit α menyebabkan subunit β mengalami

autofosforilasi pada residu tirosin. Reseptor yang terfosforilasi akan mengalami

perubahan bentuk, membentuk agregat, internalisasi dan mnghasilkan lebih dari

satu sinyal. Dalam kondisi dengan kadar insuli tinggi, misalnya pada obesitas

ataupun akromegali, jumlah reseptor insulin berkurang dan terjadi resistansi

terhadap insulin. Resistansi ini diakibatkan terjadinya regulasi ke bawah. Reseptor

insulin mengalami endositosis ke dalam vesikel berbalut klatrin.

       Insulin mengatur metabolisme glukosa dengan memfosforilasi substrat

reseptor insulin (IRS) melalui aktivitas tirosin kinase subunit β pada reseptor

35

Page 36: Tugas Home Visite

insulin. IRS terfosforilasi memicu serangkaian rekasi kaskade yang efek nettonya

adalah mengurangi kadar glukosa dalam darah. Ada beberapa cara insulin bekerja

yaitu

       Pengaturan metabolisme glukosa oleh insulin melalui berbagai mekanisme

kompleks yang efek nettonya adalah peningkatan kadar glukosa dalam darah.

Oleh karena itu, penderita diabetes mellitus yang jumlah insulinnya tidak

mencukupi atau bekerja tidak efektif akan mengalami hiperglikemia.

       Penderita diabetes tipe I juga mengalami hipertrigliseridemia, yaitu kadar

trigliserida dan VLDL dalam darah yang tinggi. Hipertrigliseridemia terjadi

karena VLDL yang disintesis dan dilepaskan tidak mampu diimbangi oleh kerja

enzim lipoproteinlipase yang merombaknya. Jumlah enzim ini diransang oleh

rasio insulin dan glukagon yang tinggi. Efek pada produksi enzim ini juga

mengakibatkan hipersilomikronemia, karena enzim ini juga dibutuhkan dalam

katabolisme silomikron pada jaringan adiposa.

       Berbeda dengan penderita diabetes tipe I, pada penderita diabetes tipe II,

ketoasidosis tidak terjadi karena penguraian lemak (lipolisis) tetap terkontrol.

Namun, pada terjadi hipertrigliseridemia yang menghasilkan peningkatan VLDL

tanpa disertai hipersilomikronemia. Hal ini terjadi karena peningkatan kecepatan

sintesis de novo dari asam lemak tidak diimbangi oleh kecepatan penyimpanannya

pada jaringan lemak. Asam lemak yang dihasilkan tidak semuanya mampu

dikatabolisme, kelebihannya diesterifikasi menjadi trigliserida dan VLDL. Hal ini

diperparah oleh aktivitas fisik penderita diabetes mellitus tipe II yang pada

umumnya sangat kurang. Akibatnya kadar lemak dalam darah akan meningkat.

Pada penderita yang akut, akan terjadi penebalan pada pembuluh darah terutama

pada bagian mata, sehingga dapat menyebabkan rabun atau bahkan kebutaan

(Harris dan Crabb, 1992).

        Kelainan tekanan darah akibat kadar glukosa yang tinggi menyebabkan kerja

jantung, ginjal dan organ dalam lain untuk mempertahankan kestabilan tubuh

menjadi lebih berat. Akibatnya pada penderita diabetes akan mudah dikenai

berbagai komplikasi diantaranya penurunan sistem imune tubuh, kerusakan sistem

kardivaskular,kealinan trombosis, inflamasi, dan kerusakan sel-sel endothelia

36

Page 37: Tugas Home Visite

serta kerusakan otak, yang biasanya ditandai dengan penglihatan yang kabur

(Clement et al, 2004).

Patofisiologis Diabetes Mellitus tipe 2

        Diabetes mellitus tipe 2 adalah etiologi tidak diketahui (yaitu, asal). Melitus

diabetes dengan etiologi yang diketahui, seperti penyakit sekunder lainnya, cacat

gen yang dikenal, trauma atau pembedahan, atau efek obat, lebih tepat disebut

melitus diabetes sekunder atau diabetes akibat penyebab yang spesifik. Contohnya

termasuk diabetes mellitus seperti MODY atau yang disebabkan oleh

hemochromatosis, Kekurangan pankreas, atau jenis obat tertentu (misalnya,

penggunaan jangka panjang steroid).

       Menurut CDC, sekitar 23.613.000 orang di Amerika Serikat, atau 8% dari

populasi, menderita diabetes. Prevalensi diabetes total meningkat 13,5% dari

2005-2007. Diperkirakan bahwa hanya 24% dari diabetes sekarang tidak

terdiagnosis, turun dari 30% diperkirakan pada tahun 2005 dan dari 50% yang

sebelumnya diperkirakan pada ca 1995.

       Sekitar 90-95% dari semua kasus Amerika Utara diabetes tipe 2, dan sekitar

20% dari populasi di atas usia 65 memiliki diabetes mellitus tipe 2. Fraksi

penderita diabetes tipe 2 di bagian lain dunia bervariasi secara substansial, hampir

pasti untuk lingkungan dan alasan gaya hidup, meskipun ini tidak diketahui secara

rinci. Diabetes mempengaruhi lebih dari 150 juta orang di seluruh dunia dan

jumlah ini diharapkan dua kali lipat pada tahun 2025 .. Sekitar 55 persen tipe 2

adalah obesitas-kronis obesitas menyebabkan resistensi insulin meningkat yang

dapat berkembang menjadi diabetes, kemungkinan besar karena jaringan adiposa

(terutama di perut sekitar organ internal) merupakan sumber (baru ini

diidentifikasi) dari sinyal kimia beberapa lainnya jaringan (hormon dan sitokin).

Penelitian lain menunjukkan bahwa diabetes tipe 2 menyebabkan obesitas sebagai

akibat dari perubahan dalam metabolisme dan sel perilaku petugas lain gila pada

resistensi insulin. Namun, genetika memainkan peran yang relatif kecil dalam

terjadinya luas diabetes tipe 2. Hal ini dapat secara logis disimpulkan dari

peningkatan besar dalam terjadinya diabetes tipe 2 yang memiliki berkorelasi

dengan perubahan signifikan dalam gaya hidup barat.

37

Page 38: Tugas Home Visite

       Diabetes mellitus tipe 2 sering dikaitkan dengan obesitas, hipertensi,

kolesterol tinggi (hiperlipidemia gabungan), dan dengan kondisi sindrom

metabolik sering disebut (juga dikenal sebagai Sindrom X, sindrom Reavan, atau

CHAOS). Penyebab sekunder tipe 2 Diabetes mellitus adalah: acromegaly,

sindrom Cushing, tirotoksikosis, pheochromocytoma, pankreatitis kronis, kanker

dan obat-obatan.

      Obat diinduksi hiperglikemia:

1)       Antipsikotik atipikal - Alter karakteristik reseptor yang mengikat, yang

menyebabkan resistensi insulin meningkat.

2)       Beta-blocker - Menghambat sekresi insulin.

3)       Blocker Saluran Kalsium - Menghambat sekresi insulin oleh campur dengan

melepaskan kalsium sitosol.

4)       Kortikosteroid - Penyebab resistensi insulin perifer dan gluconeogensis.

5)       Fluoroquinolones - Menghambat sekresi insulin oleh memblokir saluran kalium

ATP sensitif.

6)       Naicin - Mereka menyebabkan resistensi insulin meningkat karena mobilisasi

asam lemak bebas meningkat.

7)       Fenotiazin - Menghambat sekresi insulin.

8)       Protease Inhibitor - Menghambat konversi proinsulin terhadap insulin.

9)       Diuretik thiazide - Menghambat sekresi insulin karena hipokalemia. Mereka juga

menyebabkan resistensi insulin meningkat karena mobilisasi asam lemak bebas

meningkat.

       Faktor tambahan ditemukan meningkatkan risiko diabetes tipe 2 meliputi

penuaan, diet tinggi lemak dan gaya hidup kurang aktif .

Penyebab dan Gejala dari  DM Tipe 2

1.      Penyebab yang ditemukan pada Diabetes Melitus tipe 2

       DM tipe 2 ditandai dengan 3 patofisiologi utama, meliputi gangguan sekresi

insulin, resistensi insulin perifer, dan produksi glukosa hepatik berlebih. Obesitas

sering ditemukan pada penderita DM tipe 2. Adiposit mensekresi sejumlah

hormon seperti leptin, TNF-alfa, asam lemak bebas, resistin, dan adiponektin yang

memodulasi sekresi insulin, kerja insulin, berat badan, dan berkontribusi terhadap

38

Page 39: Tugas Home Visite

resistensi insulin. Awalnya, toleransi glukosa pada pasien DM tetap normal

meskipun terjadi resistensi insulin karena sel beta pankreas mengkompensasi

dengan meningkatkan produksi insulin. Seiring dengan meningkatnya resistensi

insulin, sel beta pankreas tidak dapat mempertahankan kondisi hiperinsulinemia.

IGT (Impaired Glucose Tolerance) ditandai dengan peningkatan kadar glukosa

postprandial. Penurunan sekresi insulin dan peningkatan produksi glukosa hepatik

menyebabkan pasien mengalami diabetes disertai peningkatan kadar glukosa

darah puasa. Penanda inflamasi seperti IL-6 dan CRP umumnya meningkat pada

diabetes tipe 2.

2.      Resistensi Insulin

       Penurunan kemampuan insulin untuk bekerja secara efektif pada jaringan

target terutama otot dan liver merupakan gambaran utama DM tipe 2 dan

merupakan kombinasi antara faktor genetik dan obesitas. Resistensi insulin

bersifat relatif. Tingginya jumlah insulin yang dibutuhkan untuk menormalkan

kadar glukosa plasma menandakan penurunan sensitivitas dan respon  reseptor

insulin. Mekanisme pasti mengenai resistensi insulin pada DM tipe 2 belum

diketahui dengan pasti. Penurunan reseptor insulin dan aktivitas tirosin kinase

pada otot rangka merupakan efek sekunder hiperinsulinemia. 

3.      Gangguan Sekresi Insulin

       Etiologi penurunan kapasitas sekresi insulin pada DM tipe 2 masih belum

jelas. Defek genetik sekunder diduga meningkatkan resistensi insulin yang

memicu kegagalan sel beta pankreas. Pulau polipeptida amiloid atau amylin yang

disekresikan oleh sel beta akan membentuk deposit amiloid fibrilar. Deposit ini

dapat ditemukan pada pasien yang telah lama menderita DM tipe 2.

4.      Peningkatan Produksi Glukosa Hepatik

       Pada DM tipe 2, resistensi insulin pada liver merefleksikan kegagalan

hiperinsulinemia untuk menghambat glukoneogenesis sehingga terjadi

hiperglikemia pada keadaan puasa dan penurunan penyimpanan glikogen oleh

liver pada fase postprandial. Peningkatan produksi glukosa hepatik terjadi pada

awal sindrom diabetes.

39

Page 40: Tugas Home Visite

Faktor Resiko Diabetes Mellitus Tipe 2

1.      Riwayat keluarga dengan diabetes mellitus (orang tua atau saudara kandung

dengan DM tipe 2)

2.      Obesitas (BMI ³ 25 kg/m2)

3.       Memiliki kebiasaan fisik yang tidak aktif

4.      Ras/etnis (African American, latin, native American, asian american, pacific

islander)

5.      Sebelumnya telah diidentifikasikan IGT atau IFG

6.      Riwayat Gestational Diabetes Mellitus (GDM) atau melahirkan bayi dengan berat

>4 kg

7.      Hipertensi (140/90 mmHg)

8.      Level kolesterol HDL <35 mg/dL (0.90 mmol/L) dan atau level trigliserida >250

mg/dL (2.82 mmol/L)

9.      Sindrom polikistik ovarium atau nigrikan akantotik

10.  Riwayat penyakit vaskuler

  (* jurnal American Diabetes Association, 2007)

Komplikasi Diabetes Mellitus

1.      Koma Diabetikum :

a)      Ketoasidosis (KAD) – koma KAD

b)      Koma Hiperosmolar Non Ketotik (HONK)

c)      Koma Asidosis Laktat

2.        Hipoglikemia (koma)

3.       Komplikasi Menahun

a)      Khas : retinopati, neuripati, nefropati, diabetik foot, diabetik skin

b)       Tidak khas, tetapi timbul pada usia lebih muda & lebih berat : penyakit

pembuluh darah perifer, penyakit jantung koroner, infeksi, katarak

Orang-orang yang paling beresiko terkena  Diabetes Melitus type

Orang-orang yang paling beresiko terkena DM 2 adalah:

1)      Kelebihan berat badan

2)      Berumur diatas 45 tahun

3)      Glukosa darah puasa atau sesudah makan melebihi batas normal

40

Page 41: Tugas Home Visite

4)      Tekanan darah > 130 / 85 mm Hg

5)      Kolesterol tinggi ( kolesterol LDL > 130 mg/dl atau kolesterol total > 200 mg/dl)

6)      Pernah mengalami DM gestasional (glukosa darah tinggi selama hamil)

7)      Melahirkan bayi dengan berat badan > 4 kg

Gejala klinis apa yang ditemukan pada Diabetes Melitus type 2:

1.      Gejala awalnya ditemukan : Poliuria (sering kencing), polidipsi (sering haus),

polifagi (sering makan), berat badan menurun, badan sering terasa lemah dan

mudah capai.

2.      Gejala lanjutannya ditemukan : Luka yang tidak dirasakan, sering kesemutan,

sering merasakan gatal tanpa sebab, kulit kering, mudah terkena infeksi, dan

gairah sex menurun.

3.      Gejala setelah terjadi komplikasi : Gangguan pembuluh darah otak (stroke),

pembuluh darah mata (gangguan penglihatan), pembuluh darah jantung (penyakit

jantung koroner), pembuluh darah ginjal (gagal ginjal), serta pembuluh darah kaki

(luka yang sukar sembuh/gangren).

Cara memastikan seseorang terkena Diabetes Melitus type 2

1.      Dilakukan wawancara oleh dokter untuk pola hidup dan gejala klinis.

2.      Pemeriksaan fisik oleh dokter (berat badan dan tekanan darah).

3.      Pemeriksaan laboratorium, dengan tiga cara :

a.       Pemeriksaan gula darah sewaktu (tanpa puasa)

b.      Pemeriksaan kadar gula darah puasa (puasa 8 jam) dan gula darah 2 jam setelah

makan.

c.       Pemeriksaan HbA1c digunakan untuk mengevaluasi pengendalian glukosa jangka

panjang (dapat mendeteksi pengendalian glukosa darah 100 hari kebelakang).

41

Page 42: Tugas Home Visite

Penanggulangan atau pengobatan DM tipe

Ada 8 langkah yang sebaiknya dilakukan penderita Diabetes Melitus type 2

yaitu : 

1.      Edukasi: Edukasi diri sendiri (self learning) Penyakit DM relatif tidak bisa

sembuh, tetapi komplikasi yang mungkin terjadi dapat dihindari. Kunci dalam 

keberhasilan  pengendalian penyakit DM adalah disiplin terhadap diri sendiri.

2.      Kontrol kadar glukosa darah: Dengan pengecekan glukosa darah secara rutin di

laboratorium.

3.      Olah raga teratur: Olah raga sangat penting bagi penderita DM. Olah raga dapat

menurunkan kadar gula darah dengan cara meningkatkan pembakaran glukosa dan

peningkatan kadar insulin.

4.     Periksa kaki setiap hari: Penderita diabetes harus memeriksa tanda-tanda

kerusakan kulit, bisul, atau lecet pada kaki. Area kulit diantara jari kaki juga harus

diperhatikan. Penderita diabetes sebaiknya menghindari kegiatan yang bisa

merusak kaki.

5.      Pengaturan pola makan: Makanan bagi penderita DM harus mengandung unsur

yang lengkap seperti; karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral serta

kecukupan air. Agar  kebutuhan diet terpenuhi tanpa harus memberikan

pembebanan glukosa secara berlebihan disarankan Anda untuk mengunjungi ahli

gizi.

6.     Melakukan pemeriksaan mata: Penderita diabetes harus memeriksakan mata

secara teratur untuk mendeteksi lebih dini adanya retinopati diabetes.

7.      Melakukan pemeriksaan urin: Penderita diabetes harus melakukan pemeriksaan

urin secara rutin untuk memeriksa apakah kadar protein (albumin) dalam urin

masih normal atau tidak sebagai deteksi dini nefropati diabetes.

8.     Terapi pengobatan DM:  Sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter Anda.

42

Page 43: Tugas Home Visite

BAB VII

PENUTUP

A. KESIMPULAN

A. Segi Biologis :

Ny.P (72 tahun), menderita penyakit DM Paru Kasus lama.

Rumah dan lingkungan sekitar keluarga NY.P sehat.

B. Segi Psikologis :

d. Hubungan antara anggota keluarga dan anggota masyarakat yang

terjalin cukup akrab, harmonis, dan hangat

e. Pengetahuan akan DM yang masih kurang yang berhubungan

dengan tingkat pendidikan yang masih rendah

f. Tingkat kepatuhan dalam mengkonsumsi obat yang baik,

mendukung untuk penyembuhan penyakit tersebut

B. Segi Sosial :

Problem ekonomi menjadi kendala dalam keluarga ini yang berpengaruh pada

ketidakmampuan mendapatkan pelayanan dan informasi tentang kesehatan

keluarga

C. Penatalaksanaan :

Dalam pelaksanaan Pasien dianjurkan untuk rutin berobat ke puskesmas

untuk mengontrol gula darah dengan medikamentosa (OAD)

serta,mengobati gejala-gejala penyerta yang terdapat pada pasien.Support

dari lingkungan diperlukan demi menunjang keberhasilan kontrol didalam

aspek pengobatan serta mensuport kondisi pasien merupakan langkah

dasar yang harus selalu diterapkan dalam menangani permasalahn

kesehatan termasuk dalam melaksanakan pengobatan Diabetes Melitus

yang secara menyuluruh bukan hanya faktor klinik melainkan faktor

psikologis dan lingkungan.

43

Page 44: Tugas Home Visite

D. SARAN

1. Untuk masalah medis (DM) dilakukan langkah-langkah :

Preventif : untuk mengurangi resiko terkena diabetes, maka kita

harus menjaga pola makan kita sehari-hari dan juga rajin

berolahraga. Banyak penyakit dapat dicegah dengan gaya hidup

dan pola makan yang sehat.

Promotif : edukasi penderita dan keluarga mengenai DM dan

pengobatannya oleh petugas kesehatan atau dokter yang

menangani.

Kuratif : saat ini penderita menjalani pengobatan OAD yaitu

Glibenclamide dan metformin

Rehabilitatif : mengembalikan kepercayaan Ny.M agar tetap mau

minum obat sehingga kadar gula dalam darah dapat terkontrol.

2. Untuk masalah lingkungan tempat tinggal dan rumah yang tidak sehat

dilakukan langkah-langkah :

Promotif : edukasi penderita dan anggota keluarga untuk membuka

jendela tiap pagi, penggunaan genteng kaca, dan menjaga

kebersihan rumah dan lingkungan rumah.

3. Untuk masalah problem ekonomi, dilakukan langkah-langkah :

Rehabilitatif : Pemerintah hendaknya berupaya pemberian

kesempatan memperoleh pendapatan yang layak, dan membantu

memperkuat kemampuan wanita untuk membina keluarganya,

sehingga diharapkan pada masa yang akan datang dapat terlepas

dari kemiskinan. Karena dengan peningkatan pendapatan

memungkinkan untuk dapat membeli makanan yang lebih baik,

kondisi pemukiman yang lebih sehat, dan pemeliharaan kesehatan

yang lebih baik.

44

Page 45: Tugas Home Visite

45

Page 46: Tugas Home Visite

DAFTAR PUSTAKA

1. Kitabchi AE, et al. Management of Hyperglycemic Crises in Patients With

Diabetes. Diabetes Care 2001; 24 (1) : 131-53.

2. Price A,A,Wilson L.M,2002. Restriktif.Dalam Patofisiologi Konsep

Klinis Proses-Proses Penyakit edisi 6,editor:Prince S.A,penerbit buku

kedokteran EGC,jakarta.

3. Wallace TM, Matthews DR. Recent Advance in The Monitoring and

management of Diabetic Ketoacidosis. QJ Med 2004; 97 : 773-80.

4. Suyono,Slamet. 2007. Diabetes Melitus di Indonesia:Buku Ajar

IlmuPenyakit Dalam PDUI Jilid II. Edisi IV. Jakarta:hal 1873.

5. Purnamasari,Dyah 2007. Diagnosis dan Klasifikasi DM:Buku Ajar

IlmuPenyakit Dalam PDUI Jilid II Edisi IV. Jakarta:hal 1880.

6. Fitri Nurmanili S. 2010. Gambaran pengetahuan tentang penderita DM

tipe 2 Terhadap penyakit dan Pengelolaan DM tipe 2 di RSUP. H. ADAM

MALIK MEDAN. Fakultas Kedokteran Sumatera Utara Medan.

7. JOP. Journal of the Pancreas – http://www.joplink.net – Vol. 6, No. 4 –

July 2005. [ISSN 1590-8577]

8. Diabetes Spectrum (journal) Volume 13 Number 2, 2000, Page 95 Volume

13 Nomor 2, 2000, halaman 95

46