Home Visite Fix
-
Upload
nicky-adi-saputra -
Category
Documents
-
view
247 -
download
4
description
Transcript of Home Visite Fix
HOME VISITE
F 32.11 EPISODE DEPRESI SEDANG DENGAN GEJALA
SOMATIK
Disusun Untuk Memenuhi Syarat Kelulusan Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kedokteran
Jiwa Di RSUD Wonosari
Disusun oleh :
Disusun Oleh :
Liliani Muslimahwati Tjikoe
20100310212
Pembimbing :
dr. Ida Rochmawati, M.Sc, Sp. KJ (K)
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWA
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
RSUD WONOSARI
2015
BAB I
PENDAHULUAN
I. IDENTITAS
A. Identitas Pasien
- Nama : Ny. M
- Umur : 53 tahun
- Jenis Kelamin : Perempuan
- Agama : Kristen Protestan
- Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
- Status Pernikahan : Menikah
- Alamat : Kayuwalang, Wonosari
- Tanggal Kunjungan ke RS : 9 September 2015
- Tanggal Home Visite : 15 September 2015
B. Identitas Keluarga
- Nama : Sdr. R
- Umur : 17 tahun
- Jenis Kelamin : Laki - laki
- Agama : Kristen Protestan
- Pekerjaan : Pelajar
- Hubungan dengan pasien : Ibu Kandung
II. ANAMNESIS
A. KELUHAN UTAMA
Pasien datang ke Poli Jiwa dengan keluhan rasa sedih yang berlebihan akibat
memikirkan penyakitnya yang tidak kunjung sembuh.
B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Berdasarkan anamnesis pada pasien, pasien menceritakan bahwa sering merasakan
sedih sampai menangis jika mengingat masalah – masalah yang dihadapi. Namun
kadang pasien juga merasa sedih dan menangis tanpa sebab. Hal tersebut sudah
dirasakan cukup lama terutama setelah menikah dan setelah anak kedua pasie
meninggal. Namun keluhan sedih lebih dirasakan memburuk sejak 3 sampai 4 bulan
belakangan, terutama sejak pasien didagnosis menderita penyakit jantung. Rasa sedih
terutama dirasakan karena memikirkan keluarga, dan memikirkan kenapa penyakit
pasien tidak kunjung sembuh. Jika pasien memikirkan hal – hal yang dianggapnya
berat, pasien akan merasa sakit kepala, kadang terasa nyeri dada dan tangan
berkeringat, sehingga kadang sampai mengganggu aktivitas. Konsentrasi dan
perhatian juga kadang menurun. Pasien sempat berpikiran bahwa bagaimana dia harus
menjalani hidup kedepannya. Pasien belum memeriksakan diri baik ke psikolog atau
psikiater tentang keluhan tersebut, karena menganggap hal itu adalah hal yang biasa.
Pasien dan keluarga menganggap orang yang diperiksakan ke dokter jiwa adalah
orang dengan gangguan jiwa saja.
Selain itu pasien juga mengeluh nyeri kepala yang kumat – kumatan dan terasa
mengganggu. Nyeri terasa berdenyut di bagian atas kepala, namun kadang juga
menjalar. Keluhan tersebut dirasakan sudah sejak lama, kira – kira tiga sampai empat
bulan yang lalu. Keluhan muncul terutama jika pasien sedang memikirkan hal – hal
yang berat. Jika sedang sakit, pasien sampai lemas, dada terasa berdebar, dan tangan
juga terasa dingin dan berkeringat. Pasien sudah sering membeli obat di warung
untuk mengobatinya, namun keluhan tidak kunjung sembuh.
Pasien juga mengeluhkan rasa cemas terhadap penyakitnya yang tidak kunjung
sembuh sehingga pasien sering merasa sedih. Keluhan tersebut sudah dirasakan sejak
3 bulan terakhir, terutama saat pasien rutin berobat untuk penyakit jantungnya. Pasien
merasa tidak bisa berguna, tidak bisa berbuat banyak untuk membantu perekonomian
keluarga, karena ada anak pasien yang tinggal di rumah yang masih sekolah, dan tidak
mungkin ditinggal, sedangkan suami pasien harus bekerja di luar kota. Pasien sangat
ingin sekali bekerja, namun keadaan tidak mendukung. Rasa cemas terhadap
penyakitnya juga sampai membuat pasien sulit tidur.
Pasien juga sering mengalami gangguan lambung yang dirasakan sejak lama,
sebelum pasien menikah, tetapi baru rutin kontrol ke dokter bersamaan dengan
penyakit jantung yang dialami. Nyeri lambung dapat dirasakan sewaktu – waktu,
namun biasanya muncul bersamaan dengan nyeri kepala dan berkeringat terutama jika
memikirkan hal – hal yang berat dalam hidup pasien. Ketika kambuh nyeri terasa
sakit sekali sampai pasien lemah dan tidak bisa beraktifitas, namun pasien tidak
sampai muntah. Sebelum diperiksakan ke dokter, pasien tidak meminum obat apapun
untuk mengatasi keluhan nyeri lambungnya.
Pasien juga sempat mengalami sulit tidur, yaitu ketika mengawali tidur karena
memikirkan hal – hal yang sedang terjadi di hidupnya. Rasa tegang dan takut
disangkal. Pasien tidak pernah mendengar bisikan – bisikan yang mempengaruhinya,
atau melihat sesuatu berupa wujud ataupun benda yang mengalami perubahan wujud
yang tidak wajar. Pasien juga tidak merasa pikirannya dipengaruhi oleh orang lain,
dan menyangkal bahwa memiliki kepercayaan yang tidak wajar tentang dirinya yang
kuat dan tidak bisa digoyahkan. Pikiran yang terus menerus terhadap suatu hal,
ataupun obsesi dan perilaku yang berulang – ulang dipikirkan atau dilakukan
disangkal. Selain keluhan – keluhan tersebut semua dalam batas normal, makan
pasien baik normal seperti biasa, dan tidak ada keluhan lainnya.
Stressor : Di bulan Mei 2015 pasien mengalami nyeri dada yang sangat dan
ketika diperiksakan ke dokter ternyata pasien mengalami serangan jantung. Akhirnya
pasien di mondokkan selama 1 minggu di RSUD Wonosari, kemudian setelah kondisi
membaik pasien diperbolehkan pulang. Satu hari setelah pasien pulang, pasien
mendengar kabar bahwa suaminya yang berada di jakarta mengalami kecelakaan saat
bekerja dan jatuh. Akhirnya pasien langsung menengok suaminya dan mengurusnya
selama kurang lebih 1 minggu. Saat masih menjaga suaminya yang sedang sakit,
pasien mendapat kabar bahwa anaknya di Jogjakarta mengalami kecelakaan, sehingga
pasien sangat terpukul dan akhirnya harus pulang ke Jogjakarta. Saat itu pasien
merasakan sedih yang teramat dalam sampai beteriak – berteriak dan hampir pingsan
ketika melihat anaknya mengalami kecelakaan dan terbaring di UGD Rumah Sakit.
Setelah itu emosi pasien bisa dikendalikan, namun keesokan harinya, Ayah mertua
pasien mengalami stroke dan harus dirawat di rumah sakit. Pada saat yang bersamaan
kakak ipar pasien mengalami serangan jantung, dan adik pasien melahirkan, sehingga
sangat banyak sekali hal yang dipikirkan dan membuat kondisi emosi pasien sem akin
terpuruk dan tidak terkontrol. Namun dengan masalah yang begitu berat tersebut
pasien tidak sampai berpikiran untuk mengakhiri hidupnya. Pasien hanya terus
bersabar dan akhirnya masalah tersebut bisa dilewati. Namun semakin lama kondisi
emosi pasien menjadi tidak stabil
C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
1. Riwayat Gangguan Mental
Sebenarnya pasien sudah sering merasa sedih yang tidak wajar, menangis, dan
terus menerus memikirkan masalah – masalah dalam hidupnya sejak sebelum
menikah, namun pasien tidak pernah memeriksakan ke dokter, khususnya dokter
ahli jiwa. Pasien hanya memendam sendiri dan berusaha lebih dekat dengan
Tuhan. Pasien juga belum pernah mengkonsumsi obat apapun untuk meredakan
gejala sters yang dihadapinya.
2. Riwayat Penyakit Fisik
Riwayat Hipertensi (+) Sejak 1 tahun yang lalu, Riwayat DM (-), Riwayat
Penyakit Jantung (+) 4 bulan yang lalu pernah sampai mondok selama 1 minggu,
Riwayat stroke (-), Riwayat metabolik dan keganasan lainnya (-)
D. RIWAYAT PERKEMBANGAN
a. Prenatal dan Perinatal
Pasien lahir secar normal, ditolong oleh dukun karena saat itu bidan masih
sangat jarang. Pasien lupa berat badan lahirnya berapa, namun menurut ingatan,
pasien tidak pernah sakit yang berat ketika masih bayi. Menurut cerita ibu pasien,
pasien mendapatkan ASI yang cukup sampai usia sekitar 2 tahun.
b. Early childhood
Saat masih kecil, perkembangan pasien sama dengan perkembangan anak
seusianya, tanpa mengalami keterlambatan. Pasien juga tidak pernah menderita
sakit yang parah selama periode tersebut. Sebelum masuk SD pasien disekolahkan
di TK, dan selama masa kanak – kanak tersebut tidak pernah ada masalah ataupun
mengalami sakit yang berat.
c. Middle childhood
Saat duduk di bangku SD pasien beraktivitas biasa seperti anak biasanya.
Pasien tidak pernah mengalami sakit, prestasi disekolah termasuk baik walaupun
bukan termasukdalam unggulan di kelas. Selama periode tersebut pasien tidak
pernah mengalami ataupun melakukan masalah apapun.
d. Late Childhood
Pasien melanjutkan sekolah ke jenjang selanjutnya yaitu SMP. Saat periode
tersebut, sama dengan periode – periode sebelumnya, perkembangan pasien
normal sama seperti anak lainnya. Sosialisasi baik, pasien juga rajin mengikuti
kegiatan – kegiatan yang berbau kesehatan, sampai akhirnya mengikuti pelatihan
selama beberapa bulan sebagai petugas pembantu perawat, karena pasien bercita –
cita menjadi perawat. Harapan pasien waktu itu adalah dapat melanjutkan sekolah
ke sekolah menengah khusus keperawatan. Namun karena saat itu orang tua
pasien tidak memiliki biaya, maka harapan pasien harus terhenti dan pasien
akhirnya memutuskan untuk mencari pekerjaan, tanpa melanjutkan
pendidikannya.
e. Adult
- Riwayat pernikahan dan hubungan : Pasien menikah satu kali pada tahun 1986
saat pasien berusia 22 tahun. Pernikahan bertahan sampai sekarang dan masih
harmonis.
- Sejarah Pendidikan : Pendidikan terakhir adalah SMP
- Perjalanan Hidup (Kejadian – kejadian yang berpengaruh dan riwayat
pekerjaan) :
Sejak dulu sebenarnya pasien adalah orang yang pemikir. Banyak
cobaan hidup yang dihadapi pasien yang dihadapi bertubi – tubi sehingga
sangat mempengaruhi suasana hati pasien. Dulu ketika masih muda pasien
sebenarnya sekolah di sekolah pembantu perawat, dan akhirnya pasien ingin
melanjutkan ke sekolah keperawatan namun saat itu orang tua tidak memiliki
biaya sehingga pasien harus berhenti dan bekerja. Saat itu pasien sempat
bekerja di Rumah sakit di jakarta selama 2 tahun, namun pada suatu ketika ada
seorang bapak yang sering dibantu pasien di rumah sakit yang sangat baik,
namun bapak tersebut ingin menjodohkan pasien dengan anaknya. Pasien
tidak mau dan menolak. Saat itu karena ketakutan pasien tiba – tiba pingsan.
Pasien lalu dirawat tetapi begitu pasien sadar, pasien lalu kabur dan tidak
membawa apapun. Akhirnya pasien memutuskan untuk berhenti bekerja.
Setelah itu pasien sempat 1 tahun bekerja di perusahaan koran, dan akhirnya
bertemu dengan suami pasien sekarang. Saat bekerja pasien tiba – tiba
menderita usus buntu dan harus di operasi, namun karena saat itu tidak ada
biaya, maka keluarga pasien yang berada di jogjakarta berusaha membantu
dengan mengumpulkan sumbangan ke para tetangga. Saat itu sumbangan
dikumpulkan oleh paman pasien, namun setelah terkunpul uang tersebut
bukannya diberikan pada pasien tetapi malah dibawa lari, sehingga pasien
terpukul dan mengalami depresi karena menanggung malu, dan tidak tahu
harus berterimakasih kepada siapa saja yang telah menyumbang. Namun
akhirnya pasien tetap bisa dioperasi. Setelah itu pasien akhirnya menikah dan
berhenti bekerja, kemudian kembali ke jogjakarta. Setelah itu tidak ada lagi
masalah yang membuat terpukul. Akhirnya pasien memiliki anak, anak yang
kedua sempat meninggal sehingga pasien terpukul namun tidak sampai
mengalami stres berat. Setelah memiliki anak ke tiga, anak pasien kecelakaan
mengalami cedera kepala sehingga pasien harus bolak – balik melakukan
perawatan. Saat itu kondisi anak pasien sangat parah, lumpuh separuh badan,
dan tidak bisa berbicara. Pasien dan suami sangat berjuang untuk
menyembuhkan anaknya, sehingga dalam masa – masa itu pasien memang
sering terpukul dan stres. Akhirnya dengan perjuangan anak pasien bisa
sembuh.
- Agama : Pasien beragama kristen protestan, dan rajin beribadah terutama
setelah mendapat cobaan hidup yang tiada henti. Pasien rutin berdoa dan
kegereja. Dengan rutin melakukan hal tersebut, pasien merasa lebih tenang.
- Aktivitas sosial : dari dulu sampai sekarang, pasien meruapakan orang yang
aktif. Terlebih saat ini lingkungan rumah pasien adalah keluarga pasien
sendiri, sehingga pasien aktif dan rajin melakukan kegiatan – kegiatan sosial
yang dilakukan di lingkungannya.
- Situasi kehidupan sekarang : Anak pasien yang tertua sudah menikah dan
bekerja di Jakarta. Suami pasien juga akhirnya bekerja di Jakarta, sehingga
pasien hanya tinggal berdua dengan anak bungsunya di rumah sederhana
meraka.
E. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
1. Riwayat Gangguan Mental
Tidak diketahui jika ada keluarga pasien yang juga mengalami gejala depresi
seperti pasien
2. Riwayat Penyakit Fisik
Riwayat Hipertensi (+) kakak dan ayah pasien, Riwayat DM (-), Riwayat
Penyakit Jantung (-), Riwayat stroke (+) kakak, Riwayat penyakit metabolik dan
keganasan lainnya (-)
Ikhtisar keturunan :
F. RIWAYAT PERSONAL SOSIAL
Pasien tinggal bersama satu orang anaknya. Anak tertua pasien berada di
jakarta dan bekerja di sana. Suami pasien juga bekerja disana, sehingga pasien hanya
tinggal berdua bersama anak bungsunya, namun sebentar lagi anak bungsunya
tersebut akan masuk asrama sekolah pelayaran sehingga pasien hanya tinggal sendiri
di rumah. Pasien tinggal bertetangga dengan saudara – saudaranya. Rumah paling
depan adalah rumah orang tuanya dan juga kakak pasien yang tinggal bersama orang
KETERANGAN
: Ibu pasien yang meninggal
: Ayah dari suami pasien yang
meninggal
: Pasien
: Laki - laki
: Tinggal serumah
: Suami pasien (tulang
punggung keluarga)
: Hipertensi
: Penyakit jantung
: Stroke
: Perempuan
Ny.M Tn. P
Sdr. A Sdr. R
tuanya. Rumah di belakang adalah rumah adik perempuannya yang bersebelahan
dengan rumah pasien. Kondisi rumah – rumah tersebut sangat sederhana. Terdapat
beberapa ternak di sekitar rumah dan kebun kecil – kecilan di belakang rumah.
Saudara – saudar pasien sering berkumpul di rumah pasien, dan kadang juga
berkumpul di rumah yang lain sehingga pasien tidak merasa kesepian. Setelah tidak
bekerja, kegiatan sehari – hari pasien adalah bertani dan mengurusi ternak. Jika padat
kegiatan pasien bisa berakhir sampai sore hari. Kondisi perekonomian keluarga bisa
dikatakan cukup bahkan mungkin kurang, dilihat dari kondisi rumah pasien. Hal itu
juga yang masih menjadi beban pikiran pasien sehingga dia ingin bekerja, namun
tidak bisa. Pasien makan teratur satu hari 3 kali. Pasien tidak pernah merokok ataupun
mengkonsumsi minuman beralkohol.
G. PERSEPSI PASIEN TENTANG DIRINYA DAN LINGKUNGANNYA
Menurut pasien, pasien hidup dalam kondisi perekonomian yang pas – pasan,
sehingga hal itu yang terus dipikirkan pasien sampai membuat pasien ingin bekerja.
Kondisi lingkungan sekitar juga terbilang cukup sederhana. Pasien dari dulu memang
berasal dari keluarga yang sederhana, sehingga pasien dapat memaklumi keadaan
tersebut. Pasien menyadari keluhan – keluhan yang dirasakan mungkin ada
hubungannya dengan faktor pikiran, namun pasien belum begitu yakin tentang hal
tersebut. Pasien rajin ke gereja dan berdoa, dan hal itu yang membuat dia semangat
dalam menghadapi kehidupan kedepannya walaupun banyak cobaan yang datang
didalam hidupnya pasien semangat dan menganggap hal itu sebagai pelajaran yang
berharga.
III. STATUS PSIKIATRI
A. Deskripsi Umum
1. Kesan Umum
Seorang ibu, paruh baya dengan pakaian sederhana, tampak rap, rawat diri baik,
wajah terlihat sedih.
2. Kesadaran
Comps Mentis (GCS : E4 V5 E6)
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Normal, tidak tampak gerakan – gerakan tubuh yang tidak relevan, namun
pasien tampak mengenggam kedua tangannya yang diletakkan di atas paha.
4. Sikap terhadap pemeriksa :
Kooperatif
5. Pembicaraan : Relevan, jelas, spontan, dan artikulasi baik
B. Keadaan Afektif
1. Afek : Normoafek
2. Mood : Sedih
3. Kesan : Appropriate
C. PIKIRAN
1. Bentuk : Realistik
2. Isi pikir :
- Waham bersalah (-) waham pesimistik (-) waham nihilistik (-)
- Pikiran obsesi (-)
- Preokupasi terhadap kehidupan yang suram di masa yang akan datang (+)
- Preokupasi terhadap rasa bersalah (-)
- Ide bunuh diri (-)
3. Progresi Pikir:
- Kualitas : Normal, relevan
- Kuantitas
o Produktivitas : Produktivitas normal
o Kontinuitas : Normal, lancar
o Hendaya berbicara : Tidak terdapat hendaya berbicara
D. PERSEPSI
1. Halusinasi : halusinasi visual, auditorik, taktil dll disangkal
2. Ilusi : Tidak ada
3. Derealisasi : Tidak ada
4. Depersonalisasi : Tidak ada
E. KOGNITIF
1. Taraf pendidikan, pengetahuan dan kecerdasan : kurang dapat digali
2. Daya konsentrasi : Baik, tidak mudah dipengaruhi
oleh hal – hal sekitar
3. Daya ingat memori jangka pendek : Baik
4. Daya ingat memori jangka panjang : Baik
5. Orientasi : Orientasi orang, waktu dan
tempat baik
6. Pikiran Abstrak : Baik
F. DAYA NILAI
- Norma sosial : Penilaian pasien tentang norma – noma sosial baik
- Realita : Penilaian pasien tentang realita di lingkungan sekitarnya baik
- Uji daya nilai : dapat membuat kesimpulan atau penilaian kapabilitas
penialaian sosial
G. IMPULS
Pengendalian impuls baik
H. INSIGHT
Pasien menyadari keadaan sakit pasien berhubungan dengan pikiran namun
pasien belum begitu yakin tentang hal tersebut (Derajat 5)
I. RELIABILITAS (TARAF DAPAT DIPERCAYA)
Dapat dipercaya
IV. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Vital sign
- Tekanan Darah : 160/90
- Nadi : 88x/menit, reguller, isi dan tegangan cukup
- Pernafasan : 20x/menit
Kepala dan Leher : Konjungtiva Anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-),
lain – lain dalam batas normal
Sistem Kardiovaskular
- Inspeksi : Kuat angkat ictus cordis (-)
- Palpasi : Daya angkat ictus cordis (-)
- Perkusi : Batas jantung tidak melebar
- Auskultasi : S1 – S2 reguller, bising jantung (-)
Sistem Pulmonal
- Inspeksi : Bentuk normal
- Palpasi : Dalam batas normal
- Perkusi : Sonor, dalam batas normal, batas jantung tidak melebar
- Auskultasi : Bunyi dasar vesikuler (+/+), Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
-
Sistem Gastrointestinal
- Inspeksi : Bentuk normal,tampak datar
- Auskultasi : Bising Usus (+) Normal
- Perkusi : Thympani, dalam batas normal
- Palpasi : Nyeri tekan (-), Hepar dan lien tidak teraba
Integumentum
Ikterik (-), cyanosis (-)
Ekstermitas
Akral Dingin (-/- -/-), Ekstermitas oedem (-/- -/-), CRT < 2 detik
Hasil EKG
Left Axis Defiation, Normal Sinus Rhytme, HR : 78x/menit
V. IKHTISAR TEMUAN BERMAKNA
- Perempuan 53 tahun, menikah, konsulan dari poli penyakit dalam dengan
keluhan nyeri kepala terus menerus yang tidak kunjung sembuh walaupun
sudah diberikan pengobatan
- Rasa cemas terhadap penyakit jantung dan hipertensi yang sudah lama diderita
dan tidak kunjung sembuh (+)
- Rasa sedih (+) terutama jika memikirkan penyakit dan kondisi ekonomi
pasien, mudah lelah (+),penurunan konsentrasi (+), rasa kurang percaya diri
(+)
- Kadang merasa sedih sampai menangis tanpa sebab yang jelas (+)
- Keluhan nyeri kepala, nyeri dada, dada terasa berdebar – debar, tangan dan
kaki dingin, dan kadang berkeringat terutama dirasakan jika pasien
memikirkan hal – hal yang dianggapnya berat
- Gangguan lambung (+) sejak masih remaja
- Pasien tinggal bersama anaknya sedangkan suaminya bekerja di luar kota
- Sejak masih remaja pasien sering merasakan sedih yang tidak wajar dan
kadang menangis
- Ditemukan stressor psikososial yaitu karena masalah ekonomi dan masalah
keluarga
- Pada pemeriksaan status mental di dapatkan kesan umum terlihat sedih, afek
normoafek, mood sedih (disforik), terdapat preokupasi terhadap pandangan
yang suram tentang masa depan, ide bunuh diri (-), lain – lain dalam batas
normal
- Pemeriksaan fisik lainnya dalam batas normal
VI. DIAGNOSIS MULTI AKSIAL
Axis 1 : F 32. 11 Depresi sedang dengan gejala somatik
Axis 2 : Belum ditemukan
Axis 3 : Dyspepsia, Chepalgia, Penyakit jantung
Axis 4 : Masalah dengan keluarga dan masalah ekonomi
Axis 5 : Gejala minimal,berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah
harian yang biasa
VII. DIAGNOSIS BANDING
- F 32. 01 Episode Depresi ringan dengan gejala somatik
- F 32.2 Episode Depresi berat tanpa gejala psikotik
- F 41.2 Gangguan campuran cemas dan depresi
VIII. TERAPI
- Antidepressan Trisiklik (Amitriptilin 2 x 25 mg)
IX. PROGNOSIS
- O nset pada usia lebih lanjut
- Faktor pencetus jelas
- Premorbid yang baik dalam bidang sosial, dan pekerjaan
- Fase prodormal singkat
- Gejala mood disorder (depresi)
- Menikah
- Sistem pendukung yang baik
Kesimpulan : prognosis baik (dubia et bonam)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Depresi adalah gangguan mood meliputi sekelompok besar gangguan dengan mood
patologis serta gangguan yang terkait mood yang mendominasi gambaran klinisnya. Depresi
dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang ditandai dengan Gejala Utama:
- Afek depresi
- Kehilangan minat dan kegembiraan
- Berkurangnya energi yang menuju pada meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa
lelah yang nyata dengan aktivitas yang sedikit), dan menurunya aktivitas
Bisa disertai dengan gejala lainnya berupa :
- Konsentrasi dan perhatian yang berkurang
- Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
- Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
- Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
- Gangguan tidur
- Berkurangnya nafsu makan
Diagnosis
Depresi dapat terbagi menjadi depresi ringan, sedang, dan berat tergantung dari
berapa jumlah dari gejala yang muncul yaitu baik dari gejala utama maupun gejala tambahan.
Diagnosis dari depresi bisa ditegakkan jika sifat – sifat tersebut muncul dan menetap selama
2 minggu, dan terdapatnya manifestasi yang mempengaruhi aktivitas. Penggolongan dari
depresi tersebut dapat dilihat dibawah ini berdasarkan dari buku Pedoman Penggolongan dan
Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia :
Gambar 1. Klasifikasi dan diagnosis Depresi
Berdasarkan pedoman diagnosis diatas kita dapat membedakan derajat terjadinya
depresi bedasarkan jumlah dari gejala utama dan gejala lainnya, dan seberapa besar depresi
tersebut mempengaruhi kegiatan sosial pasien. Pada contoh depresi berat, terdapat jenis tanpa
gejala psikotik dan dengan gejala psikotik yang menandakan bahwa tingkat depresi yang
berat dapat membawa perubahan neurobehavoiur ke tingkat yang buruk, sehingga bisa
memunculkan keluhan berupa waham dan halusinasi
Epidemiologi
Insidensi 10% ditemukan pada fasilitias layanan primer dan 15% di fasilitas tingkat
lanjut. Dalam hal gender, berdasarkan studi kejadian depresi berat dua kali lebih besar terjadi
pada perempuan dibanding laki – laki. Depresi juga diduga lebih lazim terjadi di daerah
pedesaan dibanding perkotaan. Dapat terjadi pada masa kanak – kanak atau usia tua, dan
resiko depresi meningkat pada orang tanpa hubungan antarpersonal yang dekat (mengalami
perpisahan).
Etiologi
Dapat dilihat bahwa pada proses depresi dapat disebabkan oleh berbagai etiologi yang
saling berhubungan, sehingga kadang proses depresi dapat disebabkan oleh multifaktorial.
Pada faktor biologis, keberadaan neurotransmitter dapat sangat mempengaruhi manifestasi
yang muncul, karena seperti yang kita ketahui, neurotransmitter berfungsi dalam mengatur
fungsi dan berbagai regulasi sistem tubuh dengan cara merangsang reseptor – reseptor yang
bersifat fisiologis. Keadaan defisit dan kelebihan dari masing – masing neurotransmitter,
dapat memunculkan berbagai manifestasi. Begitu juga dengan keadaan regulasi
neuroendokrin. Dalam tubuh yang normal, hypthalamus akan merangsah hypofisis untuk
mengeluarhan releasing hormon yang dapat merangsan kelenjar adrenal untuk mensekri
berbagai hormon sesuai dengan jenis realisingnya. Pada gangguan regulasi tersebut dapat
terjadi kekurangan produksi hormon akibat kegagalan sensitasi kelenjar atau kegagalan
pengeluaran faktor realising tersebut.
Dari sisi psikososial, peristiwa hidup dan stres lingkungan yang berat dapat sangat
mempengaruhi faktor terjadinya stres, yang dapat diperburuk dengan faktor kepribadian
pasien dan faktor genetik dari pasien. Berikut ini akan dijelaskan pengaruh dari masing –
masing neurotransmitter terhadap kondisi metabolik tubuh.
- KADAR BIOLOGIS
1. Acethylcoline
Neurotransmitter ini tidak diproduksi didalam neuron. Konsentrasi tinggi di
ganglia basalis dan cortex motorik. Fungsi utama untuk mengatur atensi, memori, rasa
haus, pengaturan mood, mefasilitasi perilaku seksual dan tonus otot. Keadaan berlebih
dari acethylcholine dapat menimbulkan gejala anxietas dan depresi dan dapat
menimbulkan keluhan – keluhan somatik
2. Dopamine
Diproduksi dalam substansia nigra. Dipindahkan dari celah sinaptik oleh MAO.
Fungsi utama untuk mengatur fungsi pikiran, pengambilan keputusan, dan integrasi
kognisi. Keadaan berlebih dari dopamine dapat menimbuljan gejala psikotik sehingga
banyak obat antipsikotik yang berkerja dengan mempegaruhi kadar dopamine
3. Norepinephrine
Diproduksi dalam lucus ceruleus (konsentrasi tinggi), dan terdapat juga pada
hippocampus, amygdala, dan kortex cerebral. Fungsi utama : mengatur kesiagaan,pusat
perhatian dan orientasi, proses respon terhadap masalah, dan pembelajran dan memori.
Keadaan defisit dari hormon ini dapat menimbulkan gejala depresi dan antisosial sedangkan
keadaan berlebih dapt menimbulkan gejala kecemasan dan paranoid.
4. Epinephrine
Bersama norepinephrine dilepaskan oleh kelenjar adrenal. Meningkatkan detak
jantung dengan melakukan dilatasi jalan nafas dan konstriksi pembuluh darah dalam kulit dan
gastrointestinal. Terlibat dalam metabolisme energi dan glukosa. Defisit epinephrine
dihubungkan dengan kejadian depresi dan jumlah yang berlebihan dihubungkan dengan
perilaku kekerasan.
5. Serotonin
Merupakan mediasi bebagai fungsi fisiologis yang luas dengan mengaktifkan
berbagai sel reseptor. Fungsi utama : pengaturan tidur, persepsi nyeri, mengatur status mood,
temperatur tubuh, pengaturan agresi dan amarah, dan libido
Defisit Berlebihan
Irritabilitas dan agresif Sedasi
Depresi dan anxietas Penurunan sifat agresi
Psikosis Kasus jarang : halusinasi
Migren
Gangguan fungsi seksual
Gangguan tidur
Gangguan kognitif
Gangguan makan
OCD
Tabel 1. Serotonin
6. Glutamat
Konsentrasi tinggi di corticostriatal didalam sel cerebellar. Fungsi utama untuk
pengaturan kemampuan memori dan memelihara fungsi automatic, dan rasa nyaman.
Gangguan pada neurotransmitter ini dihubungkan dengan kejadian epilepsi dan gangguan
afektif, dimana gangguan afektif terutama bipolar dapat terjadi dipengaruhi dengan keadaan
berlebih dari glutamat.
7. GABA
Merupakan neurotransmitter penting dalam gejala – gejala gangguan jiwa. Fungsi
utama untuk menurunkan aurosal dan mengurangi agresi, kecemasan, dan aktif dalam fungsi
eksitasi (bersifat inhibitor), keadaan berlebih dari neurotransmitter ini dapat menimbulkan
gangguan mood sedangkan keadaan defisit dapat menimbulkan terjadinya kecemasan
8. Endorphin
Suatu kelompok bahan kimia yang diproduksi otak dan spinal cord yang berperan
dalam pengurangan rasa nyeri (membebaskan rasa sakit), meningkatkan mood,
mempengaruhi rasa bahagia. Berperan dalam persepsi kesenangan dan rasa sakit melalui
suatu transmisi, dalam keadaan defisit dapat menimbulkan berbagai keluhan somatik
9. Peptida : Opioid
Fungsi utama adalah mengatur emosi dan fungsi pusat reward. Berperan dalam
konsolidasi memori serta mengatur reaksi terhadap stress, dimana keadaan defisit dari opioid
ini dapat menimbulkan gangguan mood.
- PERISTIWA HIDUP DAN STRES LINGKUNGAN
Terdapat pengamatan klinis yang menyatakan bahwa peristiwa hidup yang penuh
tekanan lebih sering timbul mendahului episode gangguan mood yang mengikut stres yang
bertahan lama dapat menghasilkan perubahan biofisiologi didalam otak berupa perubahan
berabagai neurotransmitter, dan sistem pengiriman sinyal pada interneuron.Perubahan dapat
mencakup hilangnya neuron dan berkurangnya kontaks sinaps yang terjadi berlebihan
- FAKTOR KERPRIBADIAN
Tidak ada jenis kepribadian tertentu yang berhubungan dengan faktor predisposisi
terjadinya depresi. Depresi dapat terjadi pada semua tipe kepribadian. Orang dengan tipe
kepribadian obsesif kompulsif, histrionik, distimik dan siklotimik dapat memiliki resiko yang
lebih besar untuk terjadinya depresi terutama depresi berat dikemudian hari.
- FAKTOR GENETIK
Hubungan antara gangguan mood terutama bipolar I dan penanda genetik telah dilaporkan
untuk kromosom 5, 11, 18, dan X. Hasil – hasil tersebut dilakukan berdasarkan studi
retrospektif dengan meneliti penanda genetik pada orang – orang dengan gangguan bipolar
Patofisiologi
Stres dapat akan menimbulkan gangguan jika seseorang tersebut tidak bisa beradaptasi
dengan baik (fight or flight). Stres sendiri terbagi menjadi dua yaitu :
• Stress positive (eustress) : stress yang dapat dimanfaatkan sebagai hal untuk
meningkatkan kemampuan
• Stress negative (distress) : stress yang dapat membuat orang menjadi depresi
a. Local Adaption Syndrome (LAS)
Tubuh menghasilkan banyak respon terhadap stress (misalnya terhadap pembekuan darah
dan penyembuhan luka, dll. Respon tersebut bersifat adaptif (diperlukan stressor untuk
mengaktifkannya) dan terjadi dalam jangka waktu pendek (tidak terus menerus.
b. General Adaptation Syndrom
1. Fase Alarm (Waspada)
Melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan pikiran untuk menghadapi
stress. Reaksi fisiologik berupa “fight” atau “flight”. Tanda fisik curah jantung
meningkatan, peredaran darah menjadi cepat, denyut nadi meningkatkan, daya tahan tubuh
menurun
2. Fase Resistence (Melawan)
Individu akan mencoba berbagai macam mekanisme psikologik berupa pemecahan
masalah serta pengaturan strategi. Tubuh berusaha menyeimbangkan kondisi fisiologis
sebelumnya terhadap keadaan normal tubuh. Bila teratasi gejala stress akan menjadi normal
3. Fase Exhaustion (kelelahan)
Terjadi fase perpanjangan kondisi stress yang tidak dapat tertangani sebelumnya. Timbul
gejala penyesuaian diri terhadap lingkungan berupa sakit kepala, gangguan mental, penyakit
arteri koroner (serangan jantung),dll Ketika seorang individu tersebut terus menerus berada
dalam fase ini, tngan bubuh akan mengalami kelelahan yamg brkem berdampak berupa
kematian
Manajemen
Bekerja dengan cara ↑ kadar serotonin dan atau nor-epinerfin dalam tubuh
1. Trisklik atau tetrasiklik
Trisiklik amitriptilin dan imipramin
Tetrasiklik amoxapin dan maprotilin
Dosis :
Amitriptilin dan imimpramin: 75 – 300 mg/hari
Amoxapin : 150 – 300mg/hari
Maprotilin : 75 – 225 mg/hari
Clomipramin : 30 – 300 mg/hari
2. SSRI (Serotonin Spesific Selective Reuptake Inhibitor)
Cara kerja dengan cara meningkatkan serotonin dalam tubuh dengan mencegah ikatan
reseptor inhibisi serotonin tersebut
Jenis dan dosis
Citolopram : 20 – 60 mg/hari
Fluoxetin : 20 – 80 mg/hari
Paroxetin : 20 – 50 mg/hari
Fluvoxamin : 50 – 300 mg/hari
Sertralin : 50 – 100 mg/hari
3. Peningkat Acetylcholine
Donepezil HCl (Fordesia, Aricept) meningkatkan acetylcholine melalui
penghambatan hidrolisis acetylcholine oleh enzim acetylcholinesterasi. Dosis 5 – 10
mg/ 1 kali sehari
Pyridostigmin Br (Mestinon) mencegah penguraian acetylcholine pada sambungan
taut saraf. Dosis dewasa 30 – 120 mg/hari. Anak 6 – 12 tahun : 60mg/hari
Citicoline meningkatkan phospatidilcholine sebuah komponen utama sel saraf
(agonis acetylcholine) yang dapat meningkatkan integritas sel. Dosis : 250 – 500 mg
1- 2 kali/ hari. pada gangguan neurologi dosis bisa mencapai 1000 mg.
Herbal : Acetal-L cartinine, dll
4. Dopamine
Levodopa (L-dopa) substrat alami dalam sinstesis dopamine. Diberikan
bersama dengan benserazide atau carbidopa untuk mencegah penguraian di
lambung. Dosis awal 125 – 500 mg/hari
Selegin inhibitor MAO dimana MAO berperan dalam inhibisi reseptor
dopamine. Dosis
Herbal mucuna pruriens berasal dari velvet bean
L-Thyrosine atau L-phenylanine zat yang dapat dikonfersi menjadi dopamine
5. Epinefrin
Preparat injeksi (adrenaline) kandungan 1mg/1 ampul
Isoproteranol
6. Nor-epinefrine
Raivas tiap ml norepinefrin 0,5 – 1 ml
7. GABA
Piracetam derivat dari GABA, meningkatkan efek neurotransmitter
kolinergik. Gejala psikoorganik dosis awal 2,4 g/ hari dilanjutkan 1,2
gr/hari
Golongan Benzodiazepine meningkatkan afinitas reseptor terhadap GABA
Gabapentin merubah glutamat menjadi GABA. Dosis awal 100 – 150 mg/1
– 2x/hari
Tiagabin menghambat reuptake GABA
Vigabatrin menghambat GABA transaminase
8. Glutamat
Memantin antagonis dari reseptor eksitatorik glutamat
Gabapentin Gabapentin merubah glutamat menjadi GABA
9. Endorphine
Ginseng dapat meningkatkan hormon endorfin
Konsusmi dark chocholate dari kandungan polyphenols dapat
meningkatkan endorfin dalam tubuh
Tertawa
Sinar UV
Menangis,dll
BAB III
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan status mental dan pemeriksaan fisik dapat
diambil kesimpulan bahwa pasien kemungkinan mengalami depresi sedang dengan gejala
psikotik. Kategori depresi sedang diambil berdasarkan munculnya dua dari gejala utama yaitu
afek depresi, dan keadaan yang mudah lelah, dan terdapat gejala tambahan berupa
konsentrasi dan perhatian yang berkurang, kepercayaan diri berkurang, serta keluhan sulit
tidur. Hal tersebut sudah memenuhi kriteria untuk depresi sedang. Sedangkan keluhan –
keluhan nyeri kepala, nyeri lambung, dada terasa berdebar, berkeringat dingin, hal tersebut
masuk kedalam keadaan keluhan somatik akibat depresi yang ditimbulkan. Keadaan depresi
pasien bisa sewaktu – waktu berubah menjadi depresi berat, ataupun membaik menjadi
depresi ringan dan hilang sama sekal. Namun keluhan juga bisa berkembang menjadi
gangguan campuran cemas dan depresi, sehingga hal – hal tersebut dimasukkan kedalam
diagnosis banding.
Berdasarkan jurnal – jurnal yang telah ada yang meneliti hubungan depresi dengan
keuhan – keluhan somatik. Salah satunya adalah jurnal dari Hindawi, yang meneliti tentang
hubungan antara depresi dengan keluhan somatik dan nonsomatik terhadap munculnya
penyakit kronik dan terjadinya disabilitas di kemudian hari. dari penelitian tersebut dengan
total sampel 92 orang, sekitar setengah dari partisipan mengalami bermacam – macam
keluhan somatik. 85% dari partisipan mengalami gejala kekurangan energi, 82% mengalami
gangguan tidur, 56% mengalami kehilangan nafsu makan, 61% mengalami kesulitan
berkonsentrasi. Penilitian lainnya meniliti tentang hubungan migrain dengan depresi. Dari
total sampel 1032 wanita yang diteliti selama 1 tahun (tahun 2003 – 2004). Dari total sampel
tersebut partisipan dengan nyeri kepala kronik adalah sebesar 439 orang dan nyeri kepala
episodik sekitar 593 orang. Dari total tersebut 18% partisipan mengeluhkan terdapatnya
gejala utama depresi dan 17% lainnya mengeluhkan terdapatnya gejala lainnya dari depresi.
Berdasarkan penelitian – penelitian tersebut dapat kita simpulkan depresi sangat
mungkin menyebabkan keluhan keluhan somatik. Terutama pada pasien ini, hal tersebut jelas
karena keluhan seperti nyeri kepala, nyeri lambung, dada terasa deg – degan dan tangan dan
kaki berkeringat dan dingin itu terjadi jika pasien memikirkan hal – hal yang berat, dan bisa
terjadi jika pasien kaget. Hal tersebut sangat didukung stressor yang tiada henti yang
sebelumnya sempat dihadapi pasien. Oleh karena itu edukasi psikologi sangat berperan pada
pasien dengan keluhan – keluhan somatik pada depresi seperti ini. Hal itu karena banyak
pasien yang tidak menyadari bahwa keluhan fisik yang terjadi sebagai akibat dari proses
pikiran dan perasaan sehingga dalam pengobatan hal tersebut perlu diikutkan. Bukan hanya
mengobat keluhan fisik saja, karena selama pikiran dan perasaan pasien belum diobati, maka
keluhan somatik tersebut akan terus muncul.
Pada pemberian terapi dokter spesialis kejiwaan memberikan obat campuran
Amitriptilin dan Trifluoperazine. Amitriptilin diberikan dosis rendah yaitu 20mg sedangkan
Trifluoperazine diberikan dosis 5 mg. Amitriptilin adalah golongan antridepresan Trisiklik
dengan mekanisme kerja baik mempengaruhi serotonin juga mempengaruhi nor-epinefrine
dan reseptor adrenergik dan histaminergik, sehingga kadang kemungkinan terjadinya efek
samping lebih besar dibandingkan dengan golongan SSRI.Namun hal tersebut berguna dalam
penanganan depresi dengan keluhan somatik, karena Trisiklik bekerja juga dengan menaikan
nor-epinephrine sehingga dapat mempengaruhi energi pasien dan dapat membuat keluhan
mudah lelah pasien berkurang. Trifluoperazine atau dengan merek dagang stelazine adalah
termasuk Antipsikotik Tipikal golongan rantai piperazine. Mekanisme kerjanya adalah
dengan dengan menghambat sistem dopaminergik dengan memblokade dopamine pada
reseptor pasca sinaptik di neuron otak khususnya pada sistem limbik dan sistem
ekstrapiramidal.
Dalam pemberian obat tersebut, penulis kurang setuju jika diberikan obat antipsikotik
karena dalam proses anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak didapatkan data yang menunjang
bahwa pasien memiliki gejala psikotik. Selain itu pemberian antipsikotik dan antidepresan
terutama golongan trisiklik dapat memperparah kemungkinan terjadinya efek samping
antikolinergik sehingga harus berhati – hati apalgi pasien sendiri memiliki riwayat penyakit
jantung. Penulis mungkin lebih setuju jika digunakan antidepresan Amitriptilin saja tanpa
menggunakan Antipsikosis. Jika kemudian muncul gejala psikotik dikemudian hari, bisa
digunakan antipsikotik golongan atipika yang lebih minim efek sampingnya yaitu
Risperidone dll.
DAFTAR PUSTAKA
- Saddock, Benjamin J, Virginia A Saddock.2010. Kaplan and Sadock Buku Ajar Psikiatri Klini. Edisi
II. Jakarta. EGC
- Muslim, Dr Rusdi.2001. Buku Saku diagnosis gangguan Jiwa PPDGJ-III. Jakarta. Baguan Ilmu
Kedokteran Jiwa FK- Unika Atmajaya.
- Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dasar, Kementrian
Kesehatan RI.2011
- MHGAP intervention guide mental, neurological and substance abuse use disorders in non-specilized
health settings, World Health Organization, 2010
- www.hindawi.com/journals/ism/2013/401732