Home Visite Fix

23
HOME VISITE F 32.11 EPISODE DEPRESI SEDANG DENGAN GEJALA SOMATIK Disusun Untuk Memenuhi Syarat Kelulusan Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Di RSUD Wonosari Disusun oleh : Disusun Oleh : Liliani Muslimahwati Tjikoe 20100310212 Pembimbing : dr. Ida Rochmawati, M.Sc, Sp. KJ (K) KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWA PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA RSUD WONOSARI 2015

description

kdsjds

Transcript of Home Visite Fix

Page 1: Home Visite Fix

HOME VISITE

F 32.11 EPISODE DEPRESI SEDANG DENGAN GEJALA

SOMATIK

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Kelulusan Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kedokteran

Jiwa Di RSUD Wonosari

Disusun oleh :

Disusun Oleh :

Liliani Muslimahwati Tjikoe

20100310212

Pembimbing :

dr. Ida Rochmawati, M.Sc, Sp. KJ (K)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWA

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

RSUD WONOSARI

2015

Page 2: Home Visite Fix

BAB I

PENDAHULUAN

I. IDENTITAS

A. Identitas Pasien

- Nama : Ny. M

- Umur : 53 tahun

- Jenis Kelamin : Perempuan

- Agama : Kristen Protestan

- Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

- Status Pernikahan : Menikah

- Alamat : Kayuwalang, Wonosari

- Tanggal Kunjungan ke RS : 9 September 2015

- Tanggal Home Visite : 15 September 2015

B. Identitas Keluarga

- Nama : Sdr. R

- Umur : 17 tahun

- Jenis Kelamin : Laki - laki

- Agama : Kristen Protestan

- Pekerjaan : Pelajar

- Hubungan dengan pasien : Ibu Kandung

II. ANAMNESIS

A. KELUHAN UTAMA

Pasien datang ke Poli Jiwa dengan keluhan rasa sedih yang berlebihan akibat

memikirkan penyakitnya yang tidak kunjung sembuh.

B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Berdasarkan anamnesis pada pasien, pasien menceritakan bahwa sering merasakan

sedih sampai menangis jika mengingat masalah – masalah yang dihadapi. Namun

kadang pasien juga merasa sedih dan menangis tanpa sebab. Hal tersebut sudah

dirasakan cukup lama terutama setelah menikah dan setelah anak kedua pasie

meninggal. Namun keluhan sedih lebih dirasakan memburuk sejak 3 sampai 4 bulan

belakangan, terutama sejak pasien didagnosis menderita penyakit jantung. Rasa sedih

Page 3: Home Visite Fix

terutama dirasakan karena memikirkan keluarga, dan memikirkan kenapa penyakit

pasien tidak kunjung sembuh. Jika pasien memikirkan hal – hal yang dianggapnya

berat, pasien akan merasa sakit kepala, kadang terasa nyeri dada dan tangan

berkeringat, sehingga kadang sampai mengganggu aktivitas. Konsentrasi dan

perhatian juga kadang menurun. Pasien sempat berpikiran bahwa bagaimana dia harus

menjalani hidup kedepannya. Pasien belum memeriksakan diri baik ke psikolog atau

psikiater tentang keluhan tersebut, karena menganggap hal itu adalah hal yang biasa.

Pasien dan keluarga menganggap orang yang diperiksakan ke dokter jiwa adalah

orang dengan gangguan jiwa saja.

Selain itu pasien juga mengeluh nyeri kepala yang kumat – kumatan dan terasa

mengganggu. Nyeri terasa berdenyut di bagian atas kepala, namun kadang juga

menjalar. Keluhan tersebut dirasakan sudah sejak lama, kira – kira tiga sampai empat

bulan yang lalu. Keluhan muncul terutama jika pasien sedang memikirkan hal – hal

yang berat. Jika sedang sakit, pasien sampai lemas, dada terasa berdebar, dan tangan

juga terasa dingin dan berkeringat. Pasien sudah sering membeli obat di warung

untuk mengobatinya, namun keluhan tidak kunjung sembuh.

Pasien juga mengeluhkan rasa cemas terhadap penyakitnya yang tidak kunjung

sembuh sehingga pasien sering merasa sedih. Keluhan tersebut sudah dirasakan sejak

3 bulan terakhir, terutama saat pasien rutin berobat untuk penyakit jantungnya. Pasien

merasa tidak bisa berguna, tidak bisa berbuat banyak untuk membantu perekonomian

keluarga, karena ada anak pasien yang tinggal di rumah yang masih sekolah, dan tidak

mungkin ditinggal, sedangkan suami pasien harus bekerja di luar kota. Pasien sangat

ingin sekali bekerja, namun keadaan tidak mendukung. Rasa cemas terhadap

penyakitnya juga sampai membuat pasien sulit tidur.

Pasien juga sering mengalami gangguan lambung yang dirasakan sejak lama,

sebelum pasien menikah, tetapi baru rutin kontrol ke dokter bersamaan dengan

penyakit jantung yang dialami. Nyeri lambung dapat dirasakan sewaktu – waktu,

namun biasanya muncul bersamaan dengan nyeri kepala dan berkeringat terutama jika

memikirkan hal – hal yang berat dalam hidup pasien. Ketika kambuh nyeri terasa

sakit sekali sampai pasien lemah dan tidak bisa beraktifitas, namun pasien tidak

sampai muntah. Sebelum diperiksakan ke dokter, pasien tidak meminum obat apapun

untuk mengatasi keluhan nyeri lambungnya.

Pasien juga sempat mengalami sulit tidur, yaitu ketika mengawali tidur karena

memikirkan hal – hal yang sedang terjadi di hidupnya. Rasa tegang dan takut

Page 4: Home Visite Fix

disangkal. Pasien tidak pernah mendengar bisikan – bisikan yang mempengaruhinya,

atau melihat sesuatu berupa wujud ataupun benda yang mengalami perubahan wujud

yang tidak wajar. Pasien juga tidak merasa pikirannya dipengaruhi oleh orang lain,

dan menyangkal bahwa memiliki kepercayaan yang tidak wajar tentang dirinya yang

kuat dan tidak bisa digoyahkan. Pikiran yang terus menerus terhadap suatu hal,

ataupun obsesi dan perilaku yang berulang – ulang dipikirkan atau dilakukan

disangkal. Selain keluhan – keluhan tersebut semua dalam batas normal, makan

pasien baik normal seperti biasa, dan tidak ada keluhan lainnya.

Stressor : Di bulan Mei 2015 pasien mengalami nyeri dada yang sangat dan

ketika diperiksakan ke dokter ternyata pasien mengalami serangan jantung. Akhirnya

pasien di mondokkan selama 1 minggu di RSUD Wonosari, kemudian setelah kondisi

membaik pasien diperbolehkan pulang. Satu hari setelah pasien pulang, pasien

mendengar kabar bahwa suaminya yang berada di jakarta mengalami kecelakaan saat

bekerja dan jatuh. Akhirnya pasien langsung menengok suaminya dan mengurusnya

selama kurang lebih 1 minggu. Saat masih menjaga suaminya yang sedang sakit,

pasien mendapat kabar bahwa anaknya di Jogjakarta mengalami kecelakaan, sehingga

pasien sangat terpukul dan akhirnya harus pulang ke Jogjakarta. Saat itu pasien

merasakan sedih yang teramat dalam sampai beteriak – berteriak dan hampir pingsan

ketika melihat anaknya mengalami kecelakaan dan terbaring di UGD Rumah Sakit.

Setelah itu emosi pasien bisa dikendalikan, namun keesokan harinya, Ayah mertua

pasien mengalami stroke dan harus dirawat di rumah sakit. Pada saat yang bersamaan

kakak ipar pasien mengalami serangan jantung, dan adik pasien melahirkan, sehingga

sangat banyak sekali hal yang dipikirkan dan membuat kondisi emosi pasien sem akin

terpuruk dan tidak terkontrol. Namun dengan masalah yang begitu berat tersebut

pasien tidak sampai berpikiran untuk mengakhiri hidupnya. Pasien hanya terus

bersabar dan akhirnya masalah tersebut bisa dilewati. Namun semakin lama kondisi

emosi pasien menjadi tidak stabil

C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

1. Riwayat Gangguan Mental

Sebenarnya pasien sudah sering merasa sedih yang tidak wajar, menangis, dan

terus menerus memikirkan masalah – masalah dalam hidupnya sejak sebelum

menikah, namun pasien tidak pernah memeriksakan ke dokter, khususnya dokter

ahli jiwa. Pasien hanya memendam sendiri dan berusaha lebih dekat dengan

Page 5: Home Visite Fix

Tuhan. Pasien juga belum pernah mengkonsumsi obat apapun untuk meredakan

gejala sters yang dihadapinya.

2. Riwayat Penyakit Fisik

Riwayat Hipertensi (+) Sejak 1 tahun yang lalu, Riwayat DM (-), Riwayat

Penyakit Jantung (+) 4 bulan yang lalu pernah sampai mondok selama 1 minggu,

Riwayat stroke (-), Riwayat metabolik dan keganasan lainnya (-)

D. RIWAYAT PERKEMBANGAN

a. Prenatal dan Perinatal

Pasien lahir secar normal, ditolong oleh dukun karena saat itu bidan masih

sangat jarang. Pasien lupa berat badan lahirnya berapa, namun menurut ingatan,

pasien tidak pernah sakit yang berat ketika masih bayi. Menurut cerita ibu pasien,

pasien mendapatkan ASI yang cukup sampai usia sekitar 2 tahun.

b. Early childhood

Saat masih kecil, perkembangan pasien sama dengan perkembangan anak

seusianya, tanpa mengalami keterlambatan. Pasien juga tidak pernah menderita

sakit yang parah selama periode tersebut. Sebelum masuk SD pasien disekolahkan

di TK, dan selama masa kanak – kanak tersebut tidak pernah ada masalah ataupun

mengalami sakit yang berat.

c. Middle childhood

Saat duduk di bangku SD pasien beraktivitas biasa seperti anak biasanya.

Pasien tidak pernah mengalami sakit, prestasi disekolah termasuk baik walaupun

bukan termasukdalam unggulan di kelas. Selama periode tersebut pasien tidak

pernah mengalami ataupun melakukan masalah apapun.

d. Late Childhood

Pasien melanjutkan sekolah ke jenjang selanjutnya yaitu SMP. Saat periode

tersebut, sama dengan periode – periode sebelumnya, perkembangan pasien

normal sama seperti anak lainnya. Sosialisasi baik, pasien juga rajin mengikuti

kegiatan – kegiatan yang berbau kesehatan, sampai akhirnya mengikuti pelatihan

selama beberapa bulan sebagai petugas pembantu perawat, karena pasien bercita –

cita menjadi perawat. Harapan pasien waktu itu adalah dapat melanjutkan sekolah

ke sekolah menengah khusus keperawatan. Namun karena saat itu orang tua

pasien tidak memiliki biaya, maka harapan pasien harus terhenti dan pasien

Page 6: Home Visite Fix

akhirnya memutuskan untuk mencari pekerjaan, tanpa melanjutkan

pendidikannya.

e. Adult

- Riwayat pernikahan dan hubungan : Pasien menikah satu kali pada tahun 1986

saat pasien berusia 22 tahun. Pernikahan bertahan sampai sekarang dan masih

harmonis.

- Sejarah Pendidikan : Pendidikan terakhir adalah SMP

- Perjalanan Hidup (Kejadian – kejadian yang berpengaruh dan riwayat

pekerjaan) :

Sejak dulu sebenarnya pasien adalah orang yang pemikir. Banyak

cobaan hidup yang dihadapi pasien yang dihadapi bertubi – tubi sehingga

sangat mempengaruhi suasana hati pasien. Dulu ketika masih muda pasien

sebenarnya sekolah di sekolah pembantu perawat, dan akhirnya pasien ingin

melanjutkan ke sekolah keperawatan namun saat itu orang tua tidak memiliki

biaya sehingga pasien harus berhenti dan bekerja. Saat itu pasien sempat

bekerja di Rumah sakit di jakarta selama 2 tahun, namun pada suatu ketika ada

seorang bapak yang sering dibantu pasien di rumah sakit yang sangat baik,

namun bapak tersebut ingin menjodohkan pasien dengan anaknya. Pasien

tidak mau dan menolak. Saat itu karena ketakutan pasien tiba – tiba pingsan.

Pasien lalu dirawat tetapi begitu pasien sadar, pasien lalu kabur dan tidak

membawa apapun. Akhirnya pasien memutuskan untuk berhenti bekerja.

Setelah itu pasien sempat 1 tahun bekerja di perusahaan koran, dan akhirnya

bertemu dengan suami pasien sekarang. Saat bekerja pasien tiba – tiba

menderita usus buntu dan harus di operasi, namun karena saat itu tidak ada

biaya, maka keluarga pasien yang berada di jogjakarta berusaha membantu

dengan mengumpulkan sumbangan ke para tetangga. Saat itu sumbangan

dikumpulkan oleh paman pasien, namun setelah terkunpul uang tersebut

bukannya diberikan pada pasien tetapi malah dibawa lari, sehingga pasien

terpukul dan mengalami depresi karena menanggung malu, dan tidak tahu

harus berterimakasih kepada siapa saja yang telah menyumbang. Namun

akhirnya pasien tetap bisa dioperasi. Setelah itu pasien akhirnya menikah dan

berhenti bekerja, kemudian kembali ke jogjakarta. Setelah itu tidak ada lagi

masalah yang membuat terpukul. Akhirnya pasien memiliki anak, anak yang

kedua sempat meninggal sehingga pasien terpukul namun tidak sampai

Page 7: Home Visite Fix

mengalami stres berat. Setelah memiliki anak ke tiga, anak pasien kecelakaan

mengalami cedera kepala sehingga pasien harus bolak – balik melakukan

perawatan. Saat itu kondisi anak pasien sangat parah, lumpuh separuh badan,

dan tidak bisa berbicara. Pasien dan suami sangat berjuang untuk

menyembuhkan anaknya, sehingga dalam masa – masa itu pasien memang

sering terpukul dan stres. Akhirnya dengan perjuangan anak pasien bisa

sembuh.

- Agama : Pasien beragama kristen protestan, dan rajin beribadah terutama

setelah mendapat cobaan hidup yang tiada henti. Pasien rutin berdoa dan

kegereja. Dengan rutin melakukan hal tersebut, pasien merasa lebih tenang.

- Aktivitas sosial : dari dulu sampai sekarang, pasien meruapakan orang yang

aktif. Terlebih saat ini lingkungan rumah pasien adalah keluarga pasien

sendiri, sehingga pasien aktif dan rajin melakukan kegiatan – kegiatan sosial

yang dilakukan di lingkungannya.

- Situasi kehidupan sekarang : Anak pasien yang tertua sudah menikah dan

bekerja di Jakarta. Suami pasien juga akhirnya bekerja di Jakarta, sehingga

pasien hanya tinggal berdua dengan anak bungsunya di rumah sederhana

meraka.

E. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

1. Riwayat Gangguan Mental

Tidak diketahui jika ada keluarga pasien yang juga mengalami gejala depresi

seperti pasien

2. Riwayat Penyakit Fisik

Riwayat Hipertensi (+) kakak dan ayah pasien, Riwayat DM (-), Riwayat

Penyakit Jantung (-), Riwayat stroke (+) kakak, Riwayat penyakit metabolik dan

keganasan lainnya (-)

Page 8: Home Visite Fix

Ikhtisar keturunan :

F. RIWAYAT PERSONAL SOSIAL

Pasien tinggal bersama satu orang anaknya. Anak tertua pasien berada di

jakarta dan bekerja di sana. Suami pasien juga bekerja disana, sehingga pasien hanya

tinggal berdua bersama anak bungsunya, namun sebentar lagi anak bungsunya

tersebut akan masuk asrama sekolah pelayaran sehingga pasien hanya tinggal sendiri

di rumah. Pasien tinggal bertetangga dengan saudara – saudaranya. Rumah paling

depan adalah rumah orang tuanya dan juga kakak pasien yang tinggal bersama orang

KETERANGAN

: Ibu pasien yang meninggal

: Ayah dari suami pasien yang

meninggal

: Pasien

: Laki - laki

: Tinggal serumah

: Suami pasien (tulang

punggung keluarga)

: Hipertensi

: Penyakit jantung

: Stroke

: Perempuan

Ny.M Tn. P

Sdr. A Sdr. R

Page 9: Home Visite Fix

tuanya. Rumah di belakang adalah rumah adik perempuannya yang bersebelahan

dengan rumah pasien. Kondisi rumah – rumah tersebut sangat sederhana. Terdapat

beberapa ternak di sekitar rumah dan kebun kecil – kecilan di belakang rumah.

Saudara – saudar pasien sering berkumpul di rumah pasien, dan kadang juga

berkumpul di rumah yang lain sehingga pasien tidak merasa kesepian. Setelah tidak

bekerja, kegiatan sehari – hari pasien adalah bertani dan mengurusi ternak. Jika padat

kegiatan pasien bisa berakhir sampai sore hari. Kondisi perekonomian keluarga bisa

dikatakan cukup bahkan mungkin kurang, dilihat dari kondisi rumah pasien. Hal itu

juga yang masih menjadi beban pikiran pasien sehingga dia ingin bekerja, namun

tidak bisa. Pasien makan teratur satu hari 3 kali. Pasien tidak pernah merokok ataupun

mengkonsumsi minuman beralkohol.

G. PERSEPSI PASIEN TENTANG DIRINYA DAN LINGKUNGANNYA

Menurut pasien, pasien hidup dalam kondisi perekonomian yang pas – pasan,

sehingga hal itu yang terus dipikirkan pasien sampai membuat pasien ingin bekerja.

Kondisi lingkungan sekitar juga terbilang cukup sederhana. Pasien dari dulu memang

berasal dari keluarga yang sederhana, sehingga pasien dapat memaklumi keadaan

tersebut. Pasien menyadari keluhan – keluhan yang dirasakan mungkin ada

hubungannya dengan faktor pikiran, namun pasien belum begitu yakin tentang hal

tersebut. Pasien rajin ke gereja dan berdoa, dan hal itu yang membuat dia semangat

dalam menghadapi kehidupan kedepannya walaupun banyak cobaan yang datang

didalam hidupnya pasien semangat dan menganggap hal itu sebagai pelajaran yang

berharga.

III. STATUS PSIKIATRI

A. Deskripsi Umum

1. Kesan Umum

Seorang ibu, paruh baya dengan pakaian sederhana, tampak rap, rawat diri baik,

wajah terlihat sedih.

2. Kesadaran

Comps Mentis (GCS : E4 V5 E6)

3. Perilaku dan aktivitas psikomotor

Normal, tidak tampak gerakan – gerakan tubuh yang tidak relevan, namun

pasien tampak mengenggam kedua tangannya yang diletakkan di atas paha.

Page 10: Home Visite Fix

4. Sikap terhadap pemeriksa :

Kooperatif

5. Pembicaraan : Relevan, jelas, spontan, dan artikulasi baik

B. Keadaan Afektif

1. Afek : Normoafek

2. Mood : Sedih

3. Kesan : Appropriate

C. PIKIRAN

1. Bentuk : Realistik

2. Isi pikir :

- Waham bersalah (-) waham pesimistik (-) waham nihilistik (-)

- Pikiran obsesi (-)

- Preokupasi terhadap kehidupan yang suram di masa yang akan datang (+)

- Preokupasi terhadap rasa bersalah (-)

- Ide bunuh diri (-)

3. Progresi Pikir:

- Kualitas : Normal, relevan

- Kuantitas

o Produktivitas : Produktivitas normal

o Kontinuitas : Normal, lancar

o Hendaya berbicara : Tidak terdapat hendaya berbicara

D. PERSEPSI

1. Halusinasi : halusinasi visual, auditorik, taktil dll disangkal

2. Ilusi : Tidak ada

3. Derealisasi : Tidak ada

4. Depersonalisasi : Tidak ada

E. KOGNITIF

1. Taraf pendidikan, pengetahuan dan kecerdasan : kurang dapat digali

2. Daya konsentrasi : Baik, tidak mudah dipengaruhi

oleh hal – hal sekitar

3. Daya ingat memori jangka pendek : Baik

4. Daya ingat memori jangka panjang : Baik

5. Orientasi : Orientasi orang, waktu dan

tempat baik

Page 11: Home Visite Fix

6. Pikiran Abstrak : Baik

F. DAYA NILAI

- Norma sosial : Penilaian pasien tentang norma – noma sosial baik

- Realita : Penilaian pasien tentang realita di lingkungan sekitarnya baik

- Uji daya nilai : dapat membuat kesimpulan atau penilaian kapabilitas

penialaian sosial

G. IMPULS

Pengendalian impuls baik

H. INSIGHT

Pasien menyadari keadaan sakit pasien berhubungan dengan pikiran namun

pasien belum begitu yakin tentang hal tersebut (Derajat 5)

I. RELIABILITAS (TARAF DAPAT DIPERCAYA)

Dapat dipercaya

IV. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Vital sign

- Tekanan Darah : 160/90

- Nadi : 88x/menit, reguller, isi dan tegangan cukup

- Pernafasan : 20x/menit

Kepala dan Leher : Konjungtiva Anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-),

lain – lain dalam batas normal

Sistem Kardiovaskular

- Inspeksi : Kuat angkat ictus cordis (-)

- Palpasi : Daya angkat ictus cordis (-)

- Perkusi : Batas jantung tidak melebar

- Auskultasi : S1 – S2 reguller, bising jantung (-)

Sistem Pulmonal

- Inspeksi : Bentuk normal

- Palpasi : Dalam batas normal

- Perkusi : Sonor, dalam batas normal, batas jantung tidak melebar

- Auskultasi : Bunyi dasar vesikuler (+/+), Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)

-

Sistem Gastrointestinal

- Inspeksi : Bentuk normal,tampak datar

- Auskultasi : Bising Usus (+) Normal

Page 12: Home Visite Fix

- Perkusi : Thympani, dalam batas normal

- Palpasi : Nyeri tekan (-), Hepar dan lien tidak teraba

Integumentum

Ikterik (-), cyanosis (-)

Ekstermitas

Akral Dingin (-/- -/-), Ekstermitas oedem (-/- -/-), CRT < 2 detik

Hasil EKG

Left Axis Defiation, Normal Sinus Rhytme, HR : 78x/menit

V. IKHTISAR TEMUAN BERMAKNA

- Perempuan 53 tahun, menikah, konsulan dari poli penyakit dalam dengan

keluhan nyeri kepala terus menerus yang tidak kunjung sembuh walaupun

sudah diberikan pengobatan

- Rasa cemas terhadap penyakit jantung dan hipertensi yang sudah lama diderita

dan tidak kunjung sembuh (+)

- Rasa sedih (+) terutama jika memikirkan penyakit dan kondisi ekonomi

pasien, mudah lelah (+),penurunan konsentrasi (+), rasa kurang percaya diri

(+)

- Kadang merasa sedih sampai menangis tanpa sebab yang jelas (+)

- Keluhan nyeri kepala, nyeri dada, dada terasa berdebar – debar, tangan dan

kaki dingin, dan kadang berkeringat terutama dirasakan jika pasien

memikirkan hal – hal yang dianggapnya berat

- Gangguan lambung (+) sejak masih remaja

- Pasien tinggal bersama anaknya sedangkan suaminya bekerja di luar kota

- Sejak masih remaja pasien sering merasakan sedih yang tidak wajar dan

kadang menangis

- Ditemukan stressor psikososial yaitu karena masalah ekonomi dan masalah

keluarga

- Pada pemeriksaan status mental di dapatkan kesan umum terlihat sedih, afek

normoafek, mood sedih (disforik), terdapat preokupasi terhadap pandangan

yang suram tentang masa depan, ide bunuh diri (-), lain – lain dalam batas

normal

- Pemeriksaan fisik lainnya dalam batas normal

Page 13: Home Visite Fix

VI. DIAGNOSIS MULTI AKSIAL

Axis 1 : F 32. 11 Depresi sedang dengan gejala somatik

Axis 2 : Belum ditemukan

Axis 3 : Dyspepsia, Chepalgia, Penyakit jantung

Axis 4 : Masalah dengan keluarga dan masalah ekonomi

Axis 5 : Gejala minimal,berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah

harian yang biasa

VII. DIAGNOSIS BANDING

- F 32. 01 Episode Depresi ringan dengan gejala somatik

- F 32.2 Episode Depresi berat tanpa gejala psikotik

- F 41.2 Gangguan campuran cemas dan depresi

VIII. TERAPI

- Antidepressan Trisiklik (Amitriptilin 2 x 25 mg)

IX. PROGNOSIS

- O nset pada usia lebih lanjut

- Faktor pencetus jelas

- Premorbid yang baik dalam bidang sosial, dan pekerjaan

- Fase prodormal singkat

- Gejala mood disorder (depresi)

- Menikah

- Sistem pendukung yang baik

Kesimpulan : prognosis baik (dubia et bonam)

Page 14: Home Visite Fix

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Depresi adalah gangguan mood meliputi sekelompok besar gangguan dengan mood

patologis serta gangguan yang terkait mood yang mendominasi gambaran klinisnya. Depresi

dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang ditandai dengan Gejala Utama:

- Afek depresi

- Kehilangan minat dan kegembiraan

- Berkurangnya energi yang menuju pada meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa

lelah yang nyata dengan aktivitas yang sedikit), dan menurunya aktivitas

Bisa disertai dengan gejala lainnya berupa :

- Konsentrasi dan perhatian yang berkurang

- Harga diri dan kepercayaan diri berkurang

- Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna

- Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis

- Gangguan tidur

- Berkurangnya nafsu makan

Diagnosis

Depresi dapat terbagi menjadi depresi ringan, sedang, dan berat tergantung dari

berapa jumlah dari gejala yang muncul yaitu baik dari gejala utama maupun gejala tambahan.

Diagnosis dari depresi bisa ditegakkan jika sifat – sifat tersebut muncul dan menetap selama

2 minggu, dan terdapatnya manifestasi yang mempengaruhi aktivitas. Penggolongan dari

depresi tersebut dapat dilihat dibawah ini berdasarkan dari buku Pedoman Penggolongan dan

Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia :

Gambar 1. Klasifikasi dan diagnosis Depresi

Page 15: Home Visite Fix

Berdasarkan pedoman diagnosis diatas kita dapat membedakan derajat terjadinya

depresi bedasarkan jumlah dari gejala utama dan gejala lainnya, dan seberapa besar depresi

tersebut mempengaruhi kegiatan sosial pasien. Pada contoh depresi berat, terdapat jenis tanpa

gejala psikotik dan dengan gejala psikotik yang menandakan bahwa tingkat depresi yang

berat dapat membawa perubahan neurobehavoiur ke tingkat yang buruk, sehingga bisa

memunculkan keluhan berupa waham dan halusinasi

Epidemiologi

Insidensi 10% ditemukan pada fasilitias layanan primer dan 15% di fasilitas tingkat

lanjut. Dalam hal gender, berdasarkan studi kejadian depresi berat dua kali lebih besar terjadi

pada perempuan dibanding laki – laki. Depresi juga diduga lebih lazim terjadi di daerah

pedesaan dibanding perkotaan. Dapat terjadi pada masa kanak – kanak atau usia tua, dan

resiko depresi meningkat pada orang tanpa hubungan antarpersonal yang dekat (mengalami

perpisahan).

Etiologi

Dapat dilihat bahwa pada proses depresi dapat disebabkan oleh berbagai etiologi yang

saling berhubungan, sehingga kadang proses depresi dapat disebabkan oleh multifaktorial.

Pada faktor biologis, keberadaan neurotransmitter dapat sangat mempengaruhi manifestasi

yang muncul, karena seperti yang kita ketahui, neurotransmitter berfungsi dalam mengatur

fungsi dan berbagai regulasi sistem tubuh dengan cara merangsang reseptor – reseptor yang

bersifat fisiologis. Keadaan defisit dan kelebihan dari masing – masing neurotransmitter,

dapat memunculkan berbagai manifestasi. Begitu juga dengan keadaan regulasi

neuroendokrin. Dalam tubuh yang normal, hypthalamus akan merangsah hypofisis untuk

mengeluarhan releasing hormon yang dapat merangsan kelenjar adrenal untuk mensekri

berbagai hormon sesuai dengan jenis realisingnya. Pada gangguan regulasi tersebut dapat

terjadi kekurangan produksi hormon akibat kegagalan sensitasi kelenjar atau kegagalan

pengeluaran faktor realising tersebut.

Dari sisi psikososial, peristiwa hidup dan stres lingkungan yang berat dapat sangat

mempengaruhi faktor terjadinya stres, yang dapat diperburuk dengan faktor kepribadian

pasien dan faktor genetik dari pasien. Berikut ini akan dijelaskan pengaruh dari masing –

masing neurotransmitter terhadap kondisi metabolik tubuh.

Page 16: Home Visite Fix

- KADAR BIOLOGIS

1. Acethylcoline

Neurotransmitter ini tidak diproduksi didalam neuron. Konsentrasi tinggi di

ganglia basalis dan cortex motorik. Fungsi utama untuk mengatur atensi, memori, rasa

haus, pengaturan mood, mefasilitasi perilaku seksual dan tonus otot. Keadaan berlebih

dari acethylcholine dapat menimbulkan gejala anxietas dan depresi dan dapat

menimbulkan keluhan – keluhan somatik

2. Dopamine

Diproduksi dalam substansia nigra. Dipindahkan dari celah sinaptik oleh MAO.

Fungsi utama untuk mengatur fungsi pikiran, pengambilan keputusan, dan integrasi

kognisi. Keadaan berlebih dari dopamine dapat menimbuljan gejala psikotik sehingga

banyak obat antipsikotik yang berkerja dengan mempegaruhi kadar dopamine

3. Norepinephrine

Diproduksi dalam lucus ceruleus (konsentrasi tinggi), dan terdapat juga pada

hippocampus, amygdala, dan kortex cerebral. Fungsi utama : mengatur kesiagaan,pusat

perhatian dan orientasi, proses respon terhadap masalah, dan pembelajran dan memori.

Keadaan defisit dari hormon ini dapat menimbulkan gejala depresi dan antisosial sedangkan

keadaan berlebih dapt menimbulkan gejala kecemasan dan paranoid.

4. Epinephrine

Bersama norepinephrine dilepaskan oleh kelenjar adrenal. Meningkatkan detak

jantung dengan melakukan dilatasi jalan nafas dan konstriksi pembuluh darah dalam kulit dan

gastrointestinal. Terlibat dalam metabolisme energi dan glukosa. Defisit epinephrine

dihubungkan dengan kejadian depresi dan jumlah yang berlebihan dihubungkan dengan

perilaku kekerasan.

5. Serotonin

Merupakan mediasi bebagai fungsi fisiologis yang luas dengan mengaktifkan

berbagai sel reseptor. Fungsi utama : pengaturan tidur, persepsi nyeri, mengatur status mood,

temperatur tubuh, pengaturan agresi dan amarah, dan libido

Defisit Berlebihan

Irritabilitas dan agresif Sedasi

Depresi dan anxietas Penurunan sifat agresi

Psikosis Kasus jarang : halusinasi

Page 17: Home Visite Fix

Migren

Gangguan fungsi seksual

Gangguan tidur

Gangguan kognitif

Gangguan makan

OCD

Tabel 1. Serotonin

6. Glutamat

Konsentrasi tinggi di corticostriatal didalam sel cerebellar. Fungsi utama untuk

pengaturan kemampuan memori dan memelihara fungsi automatic, dan rasa nyaman.

Gangguan pada neurotransmitter ini dihubungkan dengan kejadian epilepsi dan gangguan

afektif, dimana gangguan afektif terutama bipolar dapat terjadi dipengaruhi dengan keadaan

berlebih dari glutamat.

7. GABA

Merupakan neurotransmitter penting dalam gejala – gejala gangguan jiwa. Fungsi

utama untuk menurunkan aurosal dan mengurangi agresi, kecemasan, dan aktif dalam fungsi

eksitasi (bersifat inhibitor), keadaan berlebih dari neurotransmitter ini dapat menimbulkan

gangguan mood sedangkan keadaan defisit dapat menimbulkan terjadinya kecemasan

8. Endorphin

Suatu kelompok bahan kimia yang diproduksi otak dan spinal cord yang berperan

dalam pengurangan rasa nyeri (membebaskan rasa sakit), meningkatkan mood,

mempengaruhi rasa bahagia. Berperan dalam persepsi kesenangan dan rasa sakit melalui

suatu transmisi, dalam keadaan defisit dapat menimbulkan berbagai keluhan somatik

9. Peptida : Opioid

Fungsi utama adalah mengatur emosi dan fungsi pusat reward. Berperan dalam

konsolidasi memori serta mengatur reaksi terhadap stress, dimana keadaan defisit dari opioid

ini dapat menimbulkan gangguan mood.

- PERISTIWA HIDUP DAN STRES LINGKUNGAN

Terdapat pengamatan klinis yang menyatakan bahwa peristiwa hidup yang penuh

tekanan lebih sering timbul mendahului episode gangguan mood yang mengikut stres yang

bertahan lama dapat menghasilkan perubahan biofisiologi didalam otak berupa perubahan

Page 18: Home Visite Fix

berabagai neurotransmitter, dan sistem pengiriman sinyal pada interneuron.Perubahan dapat

mencakup hilangnya neuron dan berkurangnya kontaks sinaps yang terjadi berlebihan

- FAKTOR KERPRIBADIAN

Tidak ada jenis kepribadian tertentu yang berhubungan dengan faktor predisposisi

terjadinya depresi. Depresi dapat terjadi pada semua tipe kepribadian. Orang dengan tipe

kepribadian obsesif kompulsif, histrionik, distimik dan siklotimik dapat memiliki resiko yang

lebih besar untuk terjadinya depresi terutama depresi berat dikemudian hari.

- FAKTOR GENETIK

Hubungan antara gangguan mood terutama bipolar I dan penanda genetik telah dilaporkan

untuk kromosom 5, 11, 18, dan X. Hasil – hasil tersebut dilakukan berdasarkan studi

retrospektif dengan meneliti penanda genetik pada orang – orang dengan gangguan bipolar

Patofisiologi

Stres dapat akan menimbulkan gangguan jika seseorang tersebut tidak bisa beradaptasi

dengan baik (fight or flight). Stres sendiri terbagi menjadi dua yaitu :

• Stress positive (eustress) : stress yang dapat dimanfaatkan sebagai hal untuk

meningkatkan kemampuan

• Stress negative (distress) : stress yang dapat membuat orang menjadi depresi

a. Local Adaption Syndrome (LAS)

Tubuh menghasilkan banyak respon terhadap stress (misalnya terhadap pembekuan darah

dan penyembuhan luka, dll. Respon tersebut bersifat adaptif (diperlukan stressor untuk

mengaktifkannya) dan terjadi dalam jangka waktu pendek (tidak terus menerus.

b. General Adaptation Syndrom

1. Fase Alarm (Waspada)

Melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan pikiran untuk menghadapi

stress. Reaksi fisiologik berupa “fight” atau “flight”. Tanda fisik curah jantung

meningkatan, peredaran darah menjadi cepat, denyut nadi meningkatkan, daya tahan tubuh

menurun

2. Fase Resistence (Melawan)

Individu akan mencoba berbagai macam mekanisme psikologik berupa pemecahan

masalah serta pengaturan strategi. Tubuh berusaha menyeimbangkan kondisi fisiologis

sebelumnya terhadap keadaan normal tubuh. Bila teratasi gejala stress akan menjadi normal

3. Fase Exhaustion (kelelahan)

Page 19: Home Visite Fix

Terjadi fase perpanjangan kondisi stress yang tidak dapat tertangani sebelumnya. Timbul

gejala penyesuaian diri terhadap lingkungan berupa sakit kepala, gangguan mental, penyakit

arteri koroner (serangan jantung),dll Ketika seorang individu tersebut terus menerus berada

dalam fase ini, tngan bubuh akan mengalami kelelahan yamg brkem berdampak berupa

kematian

Manajemen

Bekerja dengan cara ↑ kadar serotonin dan atau nor-epinerfin dalam tubuh

1. Trisklik atau tetrasiklik

Trisiklik amitriptilin dan imipramin

Tetrasiklik amoxapin dan maprotilin

Dosis :

Amitriptilin dan imimpramin: 75 – 300 mg/hari

Amoxapin : 150 – 300mg/hari

Maprotilin : 75 – 225 mg/hari

Clomipramin : 30 – 300 mg/hari

2. SSRI (Serotonin Spesific Selective Reuptake Inhibitor)

Cara kerja dengan cara meningkatkan serotonin dalam tubuh dengan mencegah ikatan

reseptor inhibisi serotonin tersebut

Page 20: Home Visite Fix

Jenis dan dosis

Citolopram : 20 – 60 mg/hari

Fluoxetin : 20 – 80 mg/hari

Paroxetin : 20 – 50 mg/hari

Fluvoxamin : 50 – 300 mg/hari

Sertralin : 50 – 100 mg/hari

3. Peningkat Acetylcholine

Donepezil HCl (Fordesia, Aricept) meningkatkan acetylcholine melalui

penghambatan hidrolisis acetylcholine oleh enzim acetylcholinesterasi. Dosis 5 – 10

mg/ 1 kali sehari

Pyridostigmin Br (Mestinon) mencegah penguraian acetylcholine pada sambungan

taut saraf. Dosis dewasa 30 – 120 mg/hari. Anak 6 – 12 tahun : 60mg/hari

Citicoline meningkatkan phospatidilcholine sebuah komponen utama sel saraf

(agonis acetylcholine) yang dapat meningkatkan integritas sel. Dosis : 250 – 500 mg

1- 2 kali/ hari. pada gangguan neurologi dosis bisa mencapai 1000 mg.

Herbal : Acetal-L cartinine, dll

4. Dopamine

Levodopa (L-dopa) substrat alami dalam sinstesis dopamine. Diberikan

bersama dengan benserazide atau carbidopa untuk mencegah penguraian di

lambung. Dosis awal 125 – 500 mg/hari

Selegin inhibitor MAO dimana MAO berperan dalam inhibisi reseptor

dopamine. Dosis

Herbal mucuna pruriens berasal dari velvet bean

L-Thyrosine atau L-phenylanine zat yang dapat dikonfersi menjadi dopamine

5. Epinefrin

Preparat injeksi (adrenaline) kandungan 1mg/1 ampul

Isoproteranol

6. Nor-epinefrine

Raivas tiap ml norepinefrin 0,5 – 1 ml

7. GABA

Page 21: Home Visite Fix

Piracetam derivat dari GABA, meningkatkan efek neurotransmitter

kolinergik. Gejala psikoorganik dosis awal 2,4 g/ hari dilanjutkan 1,2

gr/hari

Golongan Benzodiazepine meningkatkan afinitas reseptor terhadap GABA

Gabapentin merubah glutamat menjadi GABA. Dosis awal 100 – 150 mg/1

– 2x/hari

Tiagabin menghambat reuptake GABA

Vigabatrin menghambat GABA transaminase

8. Glutamat

Memantin antagonis dari reseptor eksitatorik glutamat

Gabapentin Gabapentin merubah glutamat menjadi GABA

9. Endorphine

Ginseng dapat meningkatkan hormon endorfin

Konsusmi dark chocholate dari kandungan polyphenols dapat

meningkatkan endorfin dalam tubuh

Tertawa

Sinar UV

Menangis,dll

Page 22: Home Visite Fix

BAB III

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan status mental dan pemeriksaan fisik dapat

diambil kesimpulan bahwa pasien kemungkinan mengalami depresi sedang dengan gejala

psikotik. Kategori depresi sedang diambil berdasarkan munculnya dua dari gejala utama yaitu

afek depresi, dan keadaan yang mudah lelah, dan terdapat gejala tambahan berupa

konsentrasi dan perhatian yang berkurang, kepercayaan diri berkurang, serta keluhan sulit

tidur. Hal tersebut sudah memenuhi kriteria untuk depresi sedang. Sedangkan keluhan –

keluhan nyeri kepala, nyeri lambung, dada terasa berdebar, berkeringat dingin, hal tersebut

masuk kedalam keadaan keluhan somatik akibat depresi yang ditimbulkan. Keadaan depresi

pasien bisa sewaktu – waktu berubah menjadi depresi berat, ataupun membaik menjadi

depresi ringan dan hilang sama sekal. Namun keluhan juga bisa berkembang menjadi

gangguan campuran cemas dan depresi, sehingga hal – hal tersebut dimasukkan kedalam

diagnosis banding.

Berdasarkan jurnal – jurnal yang telah ada yang meneliti hubungan depresi dengan

keuhan – keluhan somatik. Salah satunya adalah jurnal dari Hindawi, yang meneliti tentang

hubungan antara depresi dengan keluhan somatik dan nonsomatik terhadap munculnya

penyakit kronik dan terjadinya disabilitas di kemudian hari. dari penelitian tersebut dengan

total sampel 92 orang, sekitar setengah dari partisipan mengalami bermacam – macam

keluhan somatik. 85% dari partisipan mengalami gejala kekurangan energi, 82% mengalami

gangguan tidur, 56% mengalami kehilangan nafsu makan, 61% mengalami kesulitan

berkonsentrasi. Penilitian lainnya meniliti tentang hubungan migrain dengan depresi. Dari

total sampel 1032 wanita yang diteliti selama 1 tahun (tahun 2003 – 2004). Dari total sampel

tersebut partisipan dengan nyeri kepala kronik adalah sebesar 439 orang dan nyeri kepala

episodik sekitar 593 orang. Dari total tersebut 18% partisipan mengeluhkan terdapatnya

gejala utama depresi dan 17% lainnya mengeluhkan terdapatnya gejala lainnya dari depresi.

Berdasarkan penelitian – penelitian tersebut dapat kita simpulkan depresi sangat

mungkin menyebabkan keluhan keluhan somatik. Terutama pada pasien ini, hal tersebut jelas

karena keluhan seperti nyeri kepala, nyeri lambung, dada terasa deg – degan dan tangan dan

kaki berkeringat dan dingin itu terjadi jika pasien memikirkan hal – hal yang berat, dan bisa

terjadi jika pasien kaget. Hal tersebut sangat didukung stressor yang tiada henti yang

sebelumnya sempat dihadapi pasien. Oleh karena itu edukasi psikologi sangat berperan pada

pasien dengan keluhan – keluhan somatik pada depresi seperti ini. Hal itu karena banyak

pasien yang tidak menyadari bahwa keluhan fisik yang terjadi sebagai akibat dari proses

Page 23: Home Visite Fix

pikiran dan perasaan sehingga dalam pengobatan hal tersebut perlu diikutkan. Bukan hanya

mengobat keluhan fisik saja, karena selama pikiran dan perasaan pasien belum diobati, maka

keluhan somatik tersebut akan terus muncul.

Pada pemberian terapi dokter spesialis kejiwaan memberikan obat campuran

Amitriptilin dan Trifluoperazine. Amitriptilin diberikan dosis rendah yaitu 20mg sedangkan

Trifluoperazine diberikan dosis 5 mg. Amitriptilin adalah golongan antridepresan Trisiklik

dengan mekanisme kerja baik mempengaruhi serotonin juga mempengaruhi nor-epinefrine

dan reseptor adrenergik dan histaminergik, sehingga kadang kemungkinan terjadinya efek

samping lebih besar dibandingkan dengan golongan SSRI.Namun hal tersebut berguna dalam

penanganan depresi dengan keluhan somatik, karena Trisiklik bekerja juga dengan menaikan

nor-epinephrine sehingga dapat mempengaruhi energi pasien dan dapat membuat keluhan

mudah lelah pasien berkurang. Trifluoperazine atau dengan merek dagang stelazine adalah

termasuk Antipsikotik Tipikal golongan rantai piperazine. Mekanisme kerjanya adalah

dengan dengan menghambat sistem dopaminergik dengan memblokade dopamine pada

reseptor pasca sinaptik di neuron otak khususnya pada sistem limbik dan sistem

ekstrapiramidal.

Dalam pemberian obat tersebut, penulis kurang setuju jika diberikan obat antipsikotik

karena dalam proses anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak didapatkan data yang menunjang

bahwa pasien memiliki gejala psikotik. Selain itu pemberian antipsikotik dan antidepresan

terutama golongan trisiklik dapat memperparah kemungkinan terjadinya efek samping

antikolinergik sehingga harus berhati – hati apalgi pasien sendiri memiliki riwayat penyakit

jantung. Penulis mungkin lebih setuju jika digunakan antidepresan Amitriptilin saja tanpa

menggunakan Antipsikosis. Jika kemudian muncul gejala psikotik dikemudian hari, bisa

digunakan antipsikotik golongan atipika yang lebih minim efek sampingnya yaitu

Risperidone dll.

DAFTAR PUSTAKA

- Saddock, Benjamin J, Virginia A Saddock.2010. Kaplan and Sadock Buku Ajar Psikiatri Klini. Edisi

II. Jakarta. EGC

- Muslim, Dr Rusdi.2001. Buku Saku diagnosis gangguan Jiwa PPDGJ-III. Jakarta. Baguan Ilmu

Kedokteran Jiwa FK- Unika Atmajaya.

- Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dasar, Kementrian

Kesehatan RI.2011

- MHGAP intervention guide mental, neurological and substance abuse use disorders in non-specilized

health settings, World Health Organization, 2010

- www.hindawi.com/journals/ism/2013/401732