Gea

18
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GASTROENTERITIS AKUT A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. Definisi Pengertian Gastroenteritis merupakan suatu peradangan yang biasanya disebabkan baik oleh virus maupun bakteri pada traktus intestinal (Guyton & Hall, 2006). Pada diare infeksius umum infeksi paling luas terjadi pada usus besar dan pada ujung distal ileum. Dimana pun terjadi infeksi, mukosa teriritasi secara luas, dan kecepatan sekresinya menjadi sangat tinggi. Selain itu, motilitas dinding usus biasanya meningkat berlipat ganda. Akibatnya, sejumlah besar cairan cukup untuk membuat agen infeksius tersapu ke arah anus, dan pada saat yang sama gerakan pendorong yang kuat akan mendorong cairan ini ke depan. Ini merupakan mekanisme yang penting untuk membebaskan traktus intestinal dari infeksi. Diare yang sangat menarik perhatian adalah yang disebabkan oleh kolera (kadang oleh bakteri seperti basilus kolon patogen). Toksin kolera secara langsung menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit yang berlebihan dari kripa Lieberkühn pada ileum distal dan kolon. Jumlahnya dapat 10 sampai 12 liter per hari, walaupun kolon biasanya mengabsorpsi maksimum hanya 6-8 liter per hari. Oleh karena itu, kehilangan cairan dan elektrolit dapat begitu mengganggu beberapa hari sehingga dapat menimbulkan kematian. Gastroenteritis atau diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan atau tanpa lendir dalam tinja. Diare akut adalah diare yang timbul secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat (Mansjoer,dkk, 2000 dalam Wicaksono, 2011). Diare akut timbul secara mendadak dan berlangsung terus secara beberapa hari (WHO,

Transcript of Gea

Page 1: Gea

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GASTROENTERITIS AKUT

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1.      Definisi Pengertian

Gastroenteritis merupakan suatu peradangan yang biasanya disebabkan baik oleh virus maupun

bakteri pada traktus intestinal (Guyton & Hall, 2006). Pada diare infeksius umum infeksi paling

luas terjadi pada usus besar dan pada ujung distal ileum. Dimana pun terjadi infeksi, mukosa

teriritasi secara luas, dan kecepatan sekresinya menjadi sangat tinggi. Selain itu, motilitas

dinding usus biasanya meningkat berlipat ganda. Akibatnya, sejumlah besar cairan cukup untuk

membuat agen infeksius tersapu ke arah anus, dan pada saat yang sama gerakan pendorong yang

kuat akan mendorong cairan ini ke depan. Ini merupakan mekanisme yang penting untuk

membebaskan traktus intestinal dari infeksi. Diare yang sangat menarik perhatian adalah yang

disebabkan oleh kolera (kadang oleh bakteri seperti basilus kolon patogen). Toksin kolera secara

langsung menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit yang berlebihan dari kripa Lieberkühn pada

ileum distal dan kolon. Jumlahnya dapat 10 sampai 12 liter per hari, walaupun kolon biasanya

mengabsorpsi maksimum hanya 6-8 liter per hari. Oleh karena itu, kehilangan cairan dan

elektrolit dapat begitu mengganggu beberapa hari sehingga dapat menimbulkan kematian.

Gastroenteritis atau diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan atau tanpa

lendir dalam tinja. Diare akut adalah diare yang timbul secara mendadak dan berlangsung kurang

dari 7 hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat (Mansjoer,dkk, 2000 dalam Wicaksono,

2011). Diare akut timbul secara mendadak dan berlangsung terus secara beberapa hari (WHO,

1992 dalam Wicaksono, 2011). Kehilangan cairan dan garam dalam tubuh yang lebih besar dari

normal menyebabkan dehidrasi. Dehidrasi timbul bila pengeluaran cairan dan garam lebih besar

dari pada masukan. Lebih banyak tinja cair dikeluarkan, lebih banyak cairan dan garam yang

hilang. Dehidrasi dapat diperburuk oleh muntah, yang sering menyertai diare (Andrianto, 1995

dalam Nurmasarim 2010).

Page 2: Gea

2.      Epidemiologi/insiden kasus

Gastroenteritis merupakan suatu penyakit yang umum pada anak usia di bawah 5 tahun.

Gastroenteritis akut terjadi di Amerika dengan 37 juta kasus setiap tahun. Di Indonesia

merupakan penyakit utama kedua yang paling sering menyerang anak – anak. Rotavirus adalah

penyebab dari 35-50 % hospitalisasi karena gastroenteritis akut, antara 7- 17 % disebabkan

adenovirus dan 15% disebabkan bakteri. Bayi yang mendapatkan ASI lebih jarang menderita

gastroenteritis akut dari bayi yang mendapat susu formula. (Wong, 2007 dalam Winarsih, 2011).

Data Departemen Kesehatan RI, menyebutkan bahwa angka kesakitan diare di Indonesia saat ini

adalah 230-330 per 1000 penduduk untuk semua golongan umur dan 1,6 – 2,2 episode diare

setiap tahunnya untuk golongan umur balita. Angka kematian diare golongan umur balita adalah

sekitar 4 per 1000 balita (Ratnawati, 2008).

Penyakit Diare Akut (DA) atau Gastroenteritis Akut (GEA) masih merupakan penyebab utama

kesakitan dan kematian anak di Indonesia dengan mortalitas 70-80% terutama pada anak

dibawah umur lima tahun (Balita) dengan puncak umur antara 6-24 bulan (Subianto, 2001 dalam

Wicaksono, 2011). Di seluruh dunia diperkirakan diare menyebabkan 1 milyar episode dengan

angka kematian sekitar 3-5 miliyar setahunnya. Pada tahun 1995 Depkes RI memperkirakan

terjadi episode diare sekitar 1,3 miliyar dan kematian pada anak balita 3,2 juta setiap tahunnya

(Soebagyo, 2008 dalam Wicaksono, 2011). Data statistik menunjukkan bahwa setiap tahunnya

diare menyerang 50 juta jiwa penduduk Indonesia, dan dua pertiganya adalah dari balita dengan

angka kematian tidak kurang dari 600.000 jiwa. Di beberapa rumah sakit di Indonesia, data

menunjukkan bahwa diare akut karena infeksi menempati peringkat pertama sampai dengan

keempat pasien dewasa yang datang berobat ke rumah sakit. Gambaran klinis diare akut acapkali

tidak spesifik. Namun selalu berhubungan dengan hal-hal berikut: adanya travelling (domestik

atau internasional), kontak personal dan adanya sangkaan food-borne dengan masa inkubasi

pendek. Jika tidak ada demam, menunjukkan adanya proses mekanisme enterotoksin (Zein dkk.,

2004).

3.      Penyebab/Faktor Predisposisi

Page 3: Gea

Ditinjau dari sudut patofisiologisnya, maka penyebab gastroenteritis akut (diare akut) ini dapat

dibagi menjadi 2 golongan yaitu:

a. Diare Sekresi (secretory diarrhoea), disebabkan oleh:

1) Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen:

a) Infeksi bakteri misalnya Escherichia coli, Shigella dysentriae.

b) Infeksi virus misalnya Rotavirus, Norwalk.

c) Infeksi Parasit misalnya Entamoeba hystolitica, Giardiosis lambia.

2) Hiperperistaltik usus halus yang dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia, makanan, gangguan

psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi.

b. Diare Osmotik (Osmotic diarrhoea), disebabkan oleh :

1) Malabsorbsi makanan (karbohidrat, lemah, protein, vitamin dan mineral).

2) KKP (Kekurangan Kalori Protein).

3) BBLR (Bayi Berat Badan Lahir Rendah) dan bayi baru lahir. (Suharyono dkk.,1994 dalam

Wicaksono, 2011)

4.      Patofisiologi Penyakit

Sebagian besar diare akut di sebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang terjadi karena infeksi

saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan

reabsorbsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi,gangguan keseimbangan elektrolit dan

gangguan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi pada sel epitel, penetrasi ke lamina

propia serta kerusakan mikrovili yang dapat menimbulkan keadaan maldigesti dan

malabsorbsi,dan apabila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat

mengalami invasi sistemik.

Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotavirus, Adenovirus enteris, Virus

Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherichia coli, Yersinia dan

lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini

menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau sitotoksin dimana merusak

sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis akut. Penularan Gastroenteritis bisa

melalui fekal-oral dari satu penderita ke yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran

patogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab

timbulnya diare adalah gangguan osmotic (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan

Page 4: Gea

tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit

kedalam rongga usus,isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu menimbulkan

gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat

kemudian terjadi diare. Gangguan moltilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan

hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (Dehidrasi) yang

mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis Metabolik dan Hipokalemia), gangguan gizi

(intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dangangguan sirkulasi darah.

5.      Klasifikasi

Diare dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1) Ditinjau dari ada atau tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan:

a) Diare infeksi spesifik : tifus dan para tifus, staphilococcus disentri basiler, danEnterotolitis

nektrotikans.

b) Diare non spesifik : diare dietetis.

2) Ditinjau dari organ yang terkena infeksi diare :

a) Diare infeksi enteral atau infeksi di usus, misalnya: diare yang ditimbulkan

oleh bakteri, virus dan parasit.

b) Diare infeksi parenteral atau diare akibat infeksi dari luar usus, misalnya:

diare karena bronkhitis.

3) Ditinjau dari lama infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan yaitu:

a) Diare akut : Diare yang terjadi karena infeksi usus yang bersifat mendadak, berlangsung cepat

dan berakhir dalam waktu 3 sampai 5 hari. Hanya 25% sampai 30% pasien yang berakhir

melebihi waktu 1 minggu dan hanya 5 sampai 15% yang berakhir dalam 14 hari.

b) Diare kronik, dalam Pertemuan Ilmiah Berkala Badan Koordinasi Gastroenterologi Anak

Indonesia (PIB – BK GAI) ke 1× di Palembang, disetujui bahwa definisi diare kronik ádalah

diare yang berlangsung 2 minggu atau lebih (Sunoto, 1990).

6.      Manifestasi Klinis

Diare akut karena infeksi dapat disertai keadaan muntah-muntah dan/atau demam,tenesmus,

hematochezia, nyeri perut atau kejang perut. Diare yang berlangsung beberapa waktu tanpa

penanggulangan medis yang adekuat dapat menyebabkan kematian karena kekurangan cairan di

badan yang mengakibatkan renjatan hipovolemik atau karena gangguan biokimiawi berupa

asidosis metabolik yang lanjut. Karena kehilangan cairan seseorang merasa haus, berat badan

Page 5: Gea

berkurang, mata menjadi cekung, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun serta

suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan deplesi air yang isotonik.  Karena

kehilangan bikarbonas, perbandingan bikarbonas berkurang, yang mengakibatkan penurunan pH

darah. Penurunan ini akan merangsang pusat pernapasan sehingga frekwensi nafas lebih cepat

dan lebih dalam (kussmaul). Reaksi ini adalah usaha tubuh untuk mengeluarkan asam karbonas

agar pH dapat naik kembali normal. Pada keadaan asidosis metabolik yang tidak dikompensasi,

bikarbonat standard juga rendah, pCO2 normal dan base excess sangat negatif.  Gangguan

kardiovaskular pada hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut

nadi yang cepat, tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat,

ujung-ujung ekstremitas dingin dan kadang sianosis. Karena kehilangan kalium pada diare akut

juga dapat timbul aritmia jantung.  Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal

menurun dan akan timbul anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatasi akan timbul penyulit

berupa nekrosis tubulus ginjal akut, yang berarti pada saat tersebut kita menghadapi gagal ginjal

akut. Bila keadaan asidosis metabolik menjadi lebih berat, akan terjadi kepincangan pembagian

darah dengan pemusatan yang lebih banyak dalam sirkulasi paru-paru. Observasi ini penting

karena dapat menyebabkan edema paru pada pasien yang menerima rehidrasi cairan intravena

tanpa alkali.

7. Pemeriksaan Fisik

1.       Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah, kesadaran composmentis sampai

koma,suhu tubuh tinggi,nadi cepat dan lemah,pernapasan agak cepat.

2.     Pemeriksaan sistematik :

         Inspeksi : mata cekung, membrane mukosa kering,berat badan menurun,anus kemerahan.

         Perkusi : adanya distensi abdomen.

         Palpasi : Turgor kulit kurang elastis.

         Auskultasi : terdengarnya bising usus.

8. Pemeriksaan diagnostic/penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium.

a.  Pemeriksaan tinja.

Page 6: Gea

b.  Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup,bila memungkinkan dengan

menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup,bila memungkinkan.

c. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi ginjal.

2. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum (EGD) untuk mengetahui jasad renik atau parasit

secara kuantitatif,terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

3. Pemeriksaan radiologis seperti sigmoidoskopi, kolonoskopi dan lainnya biasanya tidak

membantu untuk evaluasi diare akut infeksi.

9. Diagnosis/Kriteria Diagnosis

Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya meskipun penyebabnya belum bisa

ditentukan dari gejalanya. Jika gejalanya berat dan lebih dari 48 jam, maka dilakukan

pemeriksaan laboratorium terhadap contoh feses untuk mencari adanya sel darah putih dan

bakteri, virus atau parasit. Pemeriksaan laboratorium dari muntah, makanan atau darah juga

dapat membantu menemukan penyebabnya. Langkah diagnosa menurut Daldiyono tahun 1990

(Wicaksono, 2011) terdiri atas :

1) Anamnesis : umur, frekuensi diare, lamanya diare

2) Pemeriksaaan fisik

3) Laboratorium : feses, darah, kultur tinja maupun darah, serologi

4) Foto

            5) Endoskopi (EGD-Esophagus Gastro Duodenoscopy).

10.  Terapi/Tindakan Penanganan

Panduan pengobatan menurut WHO diare akut dapat dilaksanakan secara sederhana yaitu

dengan terapi cairan dan elektrolit per-oral dan melanjutkan pemberian makanan, sedangkan

terapi non spesifik dengan anti diare tidak direkomendasikan dan terapi antibiotika hanya

diberikan bila ada indikasi. Pemberian cairan dan elektrolit secara parenteral hanya untuk kasus

dehidrasi berat (Soebagyo, 2008 dalam Wicaksono, 2011). Dalam garis besar pengobatan diare

dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis yaitu :

a.      Pengobatan Cairan

Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita diare, harus

diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

Jumlah cairan : jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan

Page 7: Gea

1) jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah PWL (Previous Water

Losses) ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urin dan pernafasan

NWL (Normal Water Losses).

2) cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung CWL

(Concomitant water losses) (Suharyono dkk., 1994 dalam Wicaksono, 2011)

Ada 2 jenis cairan yaitu:

1) Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh WHO-ORS, tiap 1 liter

mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L, Karbohidrat 20 g/L, Kalori 85 cal/L. Elektrolit yang

dikandung meliputi sodium 90 mEq/L, potassium 20 mEq/L, Chloride 80 mEq/L, bikarbonat 30

mEq/L (Dipiro et.al., 2005). Ada beberapa cairan rehidrasi oral:

a)      Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3 dan glukosa, yang dikenal dengan

nama oralit.

b) Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-komponen di atas

misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-cairan yang tersedia di rumah dan lain-lain, disebut CRO

tidak lengkap.

2) Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai cairan rehidrasi parenteral

tunggal. Selama pemberian cairan parenteral ini, setiap jam perlu dilakukan evaluasi:

a) Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah

b) Perubahan tanda-tanda dehidrasi (Suharyono, dkk., 1994 dalam Wicaksana, 2011).

b. Antibiotik

Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi, karena 40%

kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian anti biotik. Pemberian antibiotik

di indikasikan pada : Pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses

berdarah,, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau

penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong, dan

pasien immunocompromised.Contoh antibiotic untuk diare Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari,

3 – 5 hari), Tetrasiklin 500 mg (oral 4x sehari, 3 hari), Doksisiklin 300mg (Oral, dosis

tunggal), Ciprofloksacin 500mg,Metronidazole 250-500 mg (4xsehari, 7-14 hari, 7-14 hari  oral

atauIV).

c. Obat anti diare

- Kelompok antisekresi selektif

Page 8: Gea

Terobosan terbaru dalam milenium ini adalah mulai tersedianya secara luas racecadotrilyang

bermanfaat sekali sebagai penghambat enzim enkephalinase sehingga enkephalin dapat bekerja

kembali secara normal. Perbaikan fungsi akan menormalkan sekresi dari elektrolit sehingga

keseimbangan cairan dapat dikembalikan secara normal.

-          Kelompok opiat

Dalam kelompok ini tergolong kodein fosfat, loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan

atropin sulfat (lomotil). Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2 – 4 mg/ 3 –

4x sehari dan lomotil 5mg 3 – 4 x sehari. Efek kelompok obat tersebut meliputi penghambatan

propulsi, peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan

mengurangi frekwensi diare.Bila diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan

dapat mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut dengan gejala demam dan

sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan.

-          Kelompok absorbent

Arang aktif, attapulgit aktif, bismut subsalisilat, pektin, kaolin, atau smektit diberikan atas dasar

argumentasi bahwa zat ini dapat menyeap bahan infeksius atau toksin-toksin. Melalui efek

tersebut maka sel mukosa usus terhindar kontak langsung dengan zat-zat yang dapat merangsang

sekresi elektrolit.

Page 9: Gea

-          Zat Hidrofilik Ekstrak tumbuh-tumbuhan yang berasal dari Plantago oveta,Psyllium, Karaya

(Strerculia), Ispraghulla, Coptidis dan Catechu dapat membentuk kolloid dengan cairan dalam

lumen usus dan akan mengurangi frekwensi dan konsistensi feses tetapi tidak dapat mengurangi

kehilangan cairan dan elektrolit. Pemakaiannya adalah 5-10 cc/ 2x sehari dilarutkan dalam air

atau diberikan dalam bentuk kapsul atau tablet.

-          Probiotik

Kelompok probiotik yang terdiri

dari Lactobacillus dan Bifidobacteria atauSaccharomyces boulardii,

bila mengalami peningkatan jumlahnya di saluran cerna akan

memiliki efek yang positif karena berkompetisi untuk nutrisi dan

reseptor saluran cerna. Syarat penggunaan dan keberhasilan

mengurangi/menghilangkan diare harus diberikan dalam jumlah

yang adekuat.

11.        Komplikasi

a. Dehidrasi

b. Renjatan hipovolemik

c. Kejang

d. Bakterimia

e. Malnutrisi

f. Hipoglikemia

g. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.

Dari komplikasi Gastroentritis,tingkat dehidrasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Dehidrasi ringan

Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit kurang elastis,

suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok.

b. Dehidrasi Sedang

Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit buruk, suara

serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam.

c. Dehidrasi Berat

Page 10: Gea

Kehilangan cairan 8 - 10 % dari bedrat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-tanda

dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku

sampai sianosis.

B.  KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1.   Pengkajian (data subjektif dan objektif)

Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data,analisa data dan penentuan masalah.

Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi,observasi, dan pemeriksaan fisik . Kaji data

menurut Cyndi Smith Greenberg,1992 adalah :

1. Identitas klien.

2. Riwayat keperawatan.

2.1.Awal kejadian: Awalnya suhu tubuh meningkat,anoreksia kemudian timbul diare.

2.2.Keluhan utama : Feses semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi

gejala dehidrasi,berat badan menurun. Turgor kulit berkurang,selaput lendir mulut dan bibir

kering,frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.

3. Riwayat kesehatan masa lalu.

4. Riwayat penyakit keluarga.

5. Diagnosis Medis dan Terapi : Gastroenteritis Akut dan terapi obat antidiare, terapi intravena,

dan antibiotic.

5. Pengkajian Pola Gordon (Pola Fungsi Kesehatan).

1. Persepsi Kesehatan : pasien tidak mengetahui penyebab penyakitnya, higienitas pasien sehari-

sehari kurang baik.

2. Nutrisi metabolic : diawali dengan mual,muntah,anopreksia,menyebabkan penurunan berat

badan pasien.

3. Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari,BAK sedikit

atau jarang.

4. Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri akibat distensi

abdomen yakni dibantu oleh orang lain.

5. Tidur/istirahat : akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan menimbulkan rasa

tidak nyaman.

6.  Kognitif/perceptual : pasien masih dapat menerima informasi namun kurang berkonsentrasi

karena nyeri abdomen.

Page 11: Gea

7.  Persepsi diri/konsep diri : pasien mengalami gangguan konsep diri karena kebutuhan

fisiologis nya terganggu sehingga aktualisasi diri tidak tercapai pada fase sakit.

8. Seksual/reproduksi : mengalami penurunan libido akibat terfokus pada penyakit.

9. Peran hubungan : pasien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga dan peran pasien pada

kehidupan sehari-hari mengalami gangguan.

10.  Manajemen koping/stress : pasien mengalami kecemasan yang berangsur-angsur dapat

menjadi pencetus stress. Pasien memiliki koping yang adekuat.

11. Keyakinan/nilai : pasien memiliki kepercayaan, pasien jarang sembahyang karena gejala

penyakit.

6. Pemerikasaan fisik.

-          Inspeksi : mata cekung,ubun-ubun besar,selaput lendir,mulut dan bibir kering,berat badan

menurun,anus kemerahan.

-          Perkusi : adanya distensi abdomen.

-          Palpasi : Turgor kulit kurang elastis

-          Auskultasi : terdengarnya bising usus.

7.  Pemeriksaan penunjang.

Pemeriksaan tinja,darah lengkap dan duodenum intubation yaitu untuk mengetahui penyebab

secara kuantitatif dan kualitatif.

2.   Diagnosis Keperawatan yang mungkin muncul

a.       Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai dengan kulit

kering, peningkatan suhu tubuh, haus, kelemahan, membrane mukosa kering, peningkatan

hematokrit.

b.      Diare berhubungan dengan kontaminan ditandai dengan nyeri abdomen, sedikitnya tiga kali

buang air besar cair per hari, ada dorongan.

c.       Disfungsi motilitas gastrointestinal berhubungan dengan makan kontaminan ditandai dengan

nyeri abdomen, distensi abdomen, diare, perubahan bising usus, mual, muntah.

d.      Mual berhubungan dengan iritasi lambung ditandai dengan melaporkan mual, rasa asam di

mulut, peningkatan salivasi, keengganan terhadap makanan.

Page 12: Gea

e.      Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera kimia ditandai dengan perubahan selera makan,

mengekspresikan perilaku, perilaku berjaga-jaga atau melindungi area nyeri, melaporkan nyeri

secara verbal

f.        Kesiapan meningkatkan keseimbangan cairan ditandai dengan dehidrasi, turgor jaringan baik,

tidak ada haus berlebihan, membrane mukosa lembab.

g.       Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan factor biologis

ditandai dengan nyeri abdomen, diare, bising usus hiperaktif, ketidakmampuan mencerna

makanan, kurang minat pada makanan, membrane mukosa pucat.

h.      Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolism ditandai dengan peningkatan

suhu tubuh di atas kisaran normal, kulit terasa hangat.

i.         Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan ditandai dengan gelisah dan

menyadari gejala fisiologis.

j.        Defisiensi Pengetahuan berhubungan dengan tidak familier dengan informasi, kurang pajanan

ditandai dengan ketidakakuratan mengikuti perintah.

k.       Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lembab.

3.   Rencana Asuhan Keperawatan (terlampir)

4.   Evaluasi

DIAGNOSIS KEPERAWATAN EVALUASI

Diare berhubungan dengan kontaminan

ditandai dengan nyeri abdomen, sedikitnya

tiga kali buang air besar cair per hari, ada

dorongan.

S : pasien tidak mengeluh nyeri abdomen

berlebihan saat eliminasi dan dorongan

berkurang

O : karakteristik feses berbentuk dan tidak

cair, tidak terdapat nanah/darah, berwarna

kuning kecoklatan.

A : terapi hidrasi dilanjutkan sampai

keadaan umum pasien baik.

P : anjurkan pasien untuk menjaga pola

makan pasca kesembuhan.

Nyeri akut berhubungan dengan agen

cedera kimia ditandai dengan perubahan

S : pasien tidak mengeluh nyeri dan tidak

mengeluh gangguan tidur.

Page 13: Gea

selera makan, mengekspresikan perilaku,

perilaku berjaga-jaga atau melindungi area

nyeri, melaporkan nyeri secara verbal

O :  pasien tidak meringis, dan tidak

memegangi daerah yang nyeri.

A :  terapi farmakologi dihentikan, terapi

nonfarmakologi dilanjutkan.

P : ajarkan keluarga pasien terapi

nonfarmakologi.

Hipertermia berhubungan dengan

peningkatan laju metabolism ditandai

dengan peningkatan suhu tubuh di atas

kisaran normal, kulit terasa hangat.

S : pasien tidak gelisah dan tidak merasa

demam.

O : suhu tubuh saat dikaji dalam rentang

normal.

A : antipiretik dihentikan. Berikan

kompres terlebih dahulu, apabila demam

kembali muncul.

P : edukasikan pasien untuk tidak mandi

atau kontak dengan air terlalu sering.

Page 14: Gea

DAFTAR PUSTAKA

Dochterman, Bulecheck. 2004. Nursing Intervention Classification. United States of America : Mosby.

Guyton & Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (terjemahan). Jakarta:EGC

Moorhead S, Johnson M, Maas M, Swanson, E. 2006. Nursing Outcomes Classification. United States

of America : Mosby

North American Nursing Diagnosis Association (NANDA). 2010. Diagnosis Keperawatan 2009-2011.

Jakarta : EGC.

Nurmasari, Mega. 2010.  Pola Pemilihan Obat dan Outcome Terapi

Gastroenteritis Akut (GEA) Pada Pasien Pediatri di Instalasi Rawat

Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta Januari - Juni

Tahun 2008. Jawa Tengah. Universitas Muhammadiyah. (Diakses 12

Desember 2011 : http://etd.eprints.ums.ac.id/7681/)

T55V

Ratnawati, Dwi. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Ny. J Dengan

Gastroenteritis di Bangsal Anggrek RSUD Sukoharjo. Jawa Tengah.

Universitas Muhammadiyah Surakarta. (Diakses 12 Desember

2011 : etd.eprints.ums.ac.id/2886/1/J200050055.pdf)

Wicaksono, Arridho D. 2011. Pemilihan Obat dan Outcome Terapi Gastroenteritis Akut Pada Pasien

Pediatri di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 2009. Jawa

Tengah. Universitas Muhammadiyah Surakarta. (Diakses 12 Desember

2011 :etd.eprints.ums.ac.id/12642/1/COVER%2B_BAB_1.pdf).

Winarsih, Biyanti D. 2011. Efektivitas Mutu Berbasis Praktek, Intervensi Peningkatan Multimodal Untuk

Gastroenteritis Pada Anak. Jakarta. Universitas Indonesia. (Diakses 12 Desember

2011 : www.fik.ui.ac.id/pkko/files/Tugas%20SIM%20UTS.pdf).

Page 15: Gea

Zein, Umar., Sagala, Khalid H., Ginting, Josia. 2004. Diare Akut

Disebabkan Bakteri. Sumatra Utara. Universitas Sumatra

Utara. . (Diakses 12 Desember

2011 :repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/.../penydalam-

umar5.pdf).